repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/12695/4/bab ii fix.docx · web viewdebt to total...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kinerja Keuangan
Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap diminati oleh investor.
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki perusahaan/
badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh
pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow
statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai
penguat financial performance tersebut (Irham Fahmi, 2012:2).
2.1.1.1 Laporan keuangan
Menurut Kieso,Weygrandt dan Warfield (2011:5), laporan keuangan
adalah :
“Financial statements are the principal means through which a company communicatesits financial information to those outside it. These statement provide a company’s history quatified in money terms. The financial statements most frequently provided are (1) The statement of financial statement of financial position, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flow, and (4) the statement of chages in equity. Note disclosures are an integral part of each financial statement.”
11
12
Berdasarkan paparan diatas sampai pada pemahaman penulis bahwa
Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi informasi keuangan utama
kepada pihak-pihak luar. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang
dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang
sering disajikan adalah (1) pernyataan laporan posisi keuangan, (2) Laporan laba
rugi atau laporan laba rugi komprehensif, (3) Laporan arus kas, (4) Laporan
perubahan ekuitas. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral dari
setiap laporan keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2014) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di
masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin
13
menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomik; keputusan ini mungkin mencakup, sebagai contoh,
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas
atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan
keuangan (progres report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen
yang bersifat historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun setiap akhir
tahun periode akuntansi, yaitu triwulan, semester atau tahunan. Hal tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Irham Fahmi (2012: 30-36) ada beberapa pihak yang selama ini
dianggap memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan,yaitu:
a. Krediturb. Investor c. Akuntan publikd. Karyawan perusahaane. Bapepam f. Underwriterg. Konsumen h. Pemasoki. Lembaga penilaij. Asosiasi perdagangank. Pengadilanl. Akademis dan Penelitim. Pemda n. Pemerintah pusato. Pemerintah asingp. Organisasi internasional
14
2.1.1.2 Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja keuangan menurut Mulyadi (2007:2) adalah sebagai
berikut:
“Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektifitas
operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”.
Pengertian kinerja keuangan Menurut Sutrisno (2009:53) adalah sebagai
berikut:
“Kinerja Keuangan adalah prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut”.
Pengertian kinerja keuangan Menurut Munawir (2010:30) adalah sebagai
berikut:
“Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional. Kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau diatas standar rasio keuangan.”
Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Irham Fahmi (2012:2)
adalah sebagai berikut:
“Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”.
15
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan, dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar serata mengacu pada standar yang
digunakan.
2.1.1.3 Tujuan Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan (2009:239) kinerja keuangan memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
Sedangkan menurut Munawir (2010:31) kinerja keuangan memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan asset atau ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahannya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban Bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
16
2.1.1.4 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2012:240) ada lima tahapan dalam menganalisis
kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu:
1. Melakukan review terhadap laporan keuanganReview disini diajukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan perhitunganPenerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperolehDari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut, kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu:a. Time series analysisb. Cross sectional approachDari penggunaan kedua metode ini diharapkan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik sedang/ normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalah yang ditemukanPada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahapan tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat masalah-masalah yang dialami perusahaan.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang ditemukan Pada tahap terakhir, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna membeikan suatu input agar apa yang menjadi kendala bisa teratasi.
2.1.1.5 Ukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat pada analisis laporan
keuangan. Salah satu analisis laporan keuangan yang paling umum digunakan
adalah analisis rasio keuangan.
17
Untuk menilai atau mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan
rasio keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan mencapai target seperti yang
telah diharapkan atau tidak. Kemudian juga dapat menilai kemampuan
manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.
Menurut Irham Fahmi (2012:59-71) analisis rasio keuangan dapat
dikelompokan menjadi 6 jenis, yaitu:
a. Rasio LikuiditasRasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek secara tepat waktu. Rasio likuiditas terdiri dari :Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital
b. Rasio LeverageRasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt to Total Assets, Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, Fixed Charge Coverage, dan times interest earned.
c. Rasio AktivitasRasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya untu menunjang aktivitas perusahaan. Rasio Aktivitas terdiri dari : Inventory Turnover, Account Receivable Turnover, Fixed Asset Turnover dan Total Asset Turnover.
d. Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau investasi. Rasio Profitabilitas terdiri dari : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on investment (ROI), Return on Equity, dan Operating Ratio.
e. Rasio pertumbuhanRasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan dilihat dari : Sales, Earning after tax, laba perlembar saham, dividen perembar saham, dan harga pasar per lembar saham.
f. Ratio PasarRasio ini menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio pasar terdiri dari: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, Dividend Yield, dan Dividend Payout.
18
Menurut J.Fred Weston dalam Kasmir (2012:106) bentuk-bentuk rasio
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)a. Rasio Lancar (Current Ratio)b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)a. Total hutang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio hutang
(Debt Ratio)b. Jumlah kalo perolehan bunga (Times Interest Earned)c. Lingkup biaya tetap (Fixed Charge Coverage)d. Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivity (Aktivity Ratio)a. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over)b. Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average
Collection Period)c. Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)d. Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)a. Margin laba penjualan (Profit Margin on Sale)b. Daya laba dasar (Basic Earning Power)c. Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)d. Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)
5. Rasio Pertumbuhan ( Growth Ratio)a. Pertumbuhan penjualanb. Pertumbuhan laba bersihc. Pertumbuhan pendapatan per sahamd. Pertumbuhan dividen per saham
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)a. Rasio harga saham terhadap pendapatanb. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2012:107) jenis rasio dibagi
menjadi beberapa rasio yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)a. Rasio lancar (Current Ratio)b. Rasio sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Pengungkit (leverage Ratio)a. Total utang terhadap ekuitasb. Total utang terhadap total aktiva
3. Rasio pencakupan (Coverage Ratio)a. bunga penutup
4. Rasio Aktivitas (Aktivity Ratio)
19
a. Perputaran piutang (Receivable Turn Over)b. Rata-rata penagihan piutang (Average Colecction Period)c. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over)d. Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)a. Margin laba besrihb. Pengembalian investasic. Pengembalian ekuitas
Pada penelitian ini, analisis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio
profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba, melalui rasio inilah investor dapat
mengetahui tingkat pengembalian dari investasinya. Rasio profitabilitas yang
sering digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on Investment (ROI),
Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin dan Net Profit Margin.
Rasio Profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Return on Equity
(ROE). ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan karena variabel ini merupakan
salah satu variabel yang terpenting yang dilihat investor sebelum mereka
berinvestasi. ROE juga merupakan suatu basic test seberapa efektif manajemen
perusahaan menggunakan uang investor dibanding dengan ROA yang hanya
mengukur keefisienan suatu perusahaan dalam menghasilkan return dari asetnya
(Mc Clure, 2009).
ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi
pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan (I Made Sudana 2011:24).
20
ROE mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal saham
tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham ( Kasmir 2012:204).
1. Definisi ROE
Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Mamduh M. Hanafi dan
Abdul Halim (2009:84) adalah sebagai berikut:
“Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham.’’
Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Agus Sartono (2010:124)
adalah sebagai berikut:
”Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.”
Pengertian (ROE) menurut Agus Harjito dan Martono (2010:61) adalah
sebagai berikut :
”return on equity sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan
untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik
modal sendiri.”
Sedangkan pengertian Return On Equity (ROE) menurut Kasmir
(2012:204) adalah sebagai berikut:
21
“Rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.”
2. Rumus ROE
Menurut Kasmir (2012:204) Rumus untuk mencari Return on Equity
(ROE) dapat digunakan sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Earning After Interest∧tax
Equity
Sedangkan meurut Toto Prihadi (2012:160) rumus untuk menghitung ROE
bisa menggunakan basis setelah pajak maupun sebelum pajak, yaitu:
ROE = Pretax Income
Average Stockholder ’ s Equity
ROE = Net Income
Average Stockholde r ' sEquity
3. Manfaat dan tujuan ROE
Menurut Kasmir (2012:197) Tujuan penggunaan rasio ROE bagi
perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu:
1. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.2. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik pinjaman maupun modal sendiri.3. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.
Sementara itu, menurut Kasmir (2012:198) Manfaat yang diperoleh dari
penggunaan rasio ROE adalah untuk:
1. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.2. Mengetahui produktivitas dari sesuluh dan perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun pinjaman.
2.1.2 Kepemilikan Manajerial
22
2.1.2.1 Pengertian Kepemilikan Manajerial
Pengertian kepemilikan manajerial menurut Jensen and Meckling dalam
Wahidawati (2002) adalah sebagi berikut:
”kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen
(direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan.”
Menurut Gideon (2005) dalam Indahningrum dan Handayani (2009),
pengertian kepemilikan manajerial adalah:
”Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal
saham perusahaan yang dikelola.”
Sedangkan pengertian kepemilikan manajerial menurut Christiawan dan
Tarigan (2007) adalah :
”kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer.”
Secara teoritis, pihak manajemen yang memiliki presentase yang tinggi
dalam kepemilikan saham akan bertindak layaknya seseorang yang memegang
kepentingan dalam perusahaan. Asumsi ini sejalan dengan teori berbasis kontrak
(Contracting based theory) yang menunjukan bahwa manajemen akan efisien
dalam memilih metode akuntansi yang akan memberikan nilai tambah bagi
perusahaan. Manajer yang memegang saham perusahaan akan ditinjau oleh pihak-
pihak yang terkait dalam kontrak seperti pemilihan komite audit yang
menciptakan penerimaan untuk pelaporan keuangan berkualitas oleh pemegang
23
saham, kreditur, dan pengguna laporan keuangan untuk memastikan efisiensi
kontrak yang dibuat. Dengan demikian manajemen akan termotivasi untuk
mempersiapakan laporan keuangan yang berkualitas (Christie dan Zimmerman,
1994) dalam (I Dewa dan I Wayan, 2014).
2.1.2.2 Pengukuran Kepemilikan Manajerial
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial
adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh
modal perusahaan yang dimiliki (Boediono, 2005).
Menurut I Dewa dan I Wayan (2014), kepemilikan manajerial
diproyeksikan dengan persentase jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pihak
manajemen dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Dengan
persamaan sebagai berikut:
2.1.3 Nilai Perusahaan
2.1.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Untuk bisa mengambil keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan
perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan keputusan keuangan tersebut
adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Pengertian nilai perusahaan menurut Gitman (2006:352) adalah sebagai
berikut:
KM = Jumlah kepemilikan saham manajemen x 100% Jumlah saham yang beredar
24
“The actual amount pershare of common stock that would be received if
all of the firm’s assets were sold for their market value”.
Berdasarkan paparan diatas sampai pada pemahaman penulis bahwa nilai
perusahaan adalah nilai actual perlembar saham yang akan diterima apabila
seluruh asset perusahaan dijual sesuai harga pasar.
Pengertian nilai perusahaan menurut Sartono (2010:9) adalah sebagai
berikut:
“Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimiliki meningkat”.
Pengertian nilai perusahaan menurut Andri dan Hanung (2007) adalah
sebagai berikut:
“Nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai
perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya”.
Pengertian nilai perusahaan menurut Martin (2010) adalah sebagai
berikut:
“Nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham umum perusahaan”.
Sedangkan pengertian nilai perusahaan menurut Rosiyana dan Tarnia
(2011) adalah sebagai berikut:
“Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat didefinisikan
25
sebagai persepsi investor terhadap keberhasilan manajemen mengelola
perusahaan”.
Dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan sangat penting karena nilai
perusahaan merupakan nilai jual yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari tingginya tingkat nilai saham yang dimiliki
oleh pemegang saham atas investasinya.
2.1.3.1.1 Saham
Pengertian saham menurut Sunariyah (2011:126) yang dimaksud dengan
saham adalah sebagai berikut:
“Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emitmen. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.”
Sedangkan pengertian saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5)
adalah sebagai berikut:
“Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi
3 (tiga), yaitu:
a. Harga Nominal Harga yang tercermin dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan, besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (under writer) dan emiten, dengan demikian akan
26
diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
c. Harga PasarJika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten daripenjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder.
Berdasarkan definisi diatas, menunjukan bahwa saham merupakan surat
berharga dalam bentuk kertas yang mencantumkan nilai nominal, nama
perusahaan dan diikuti dengan tanda kepemilikan atas suatu perusahaan oleh
seseorang atau badan.
2.1.3.1.2 Investasi
Pengertian investasi menurut Eduardus Tandelilin (2010:3) adalah sebagai
berikut:
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa yang akan datang.”
Sedangkan pengertian investasi menurut Sunariyah (2011:4) adalah
sebagai berikut :
“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah sejumlah
komitmen atas sejumlah dana selama waktu tertentu untuk mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang.
27
Menurut Sunariyah (2011:4) macam-macam investasi dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (real asset) berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni, dan real estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asset) berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill yang dikuasai oleh entitas. Pemilihan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara:a. Investasi langsung (direct investment)
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividend dan capital gain.
b. Investasi tidak langsung (indirect investment)Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
2.1.3.2 Pengukuran Nilai Perusahaan
Menurut Weston dan Copelan (2008:244) pengukuran nilai perusahaan
terdiri dari:
a. Price Earning Ratio (PER)
b. Price to Book Value (PBV)
c. Tobin’s Q
a. Price Earning Ratio (PER)
PER adalah perbandingan antara harga saham perusahaan dengan
earning per share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan
kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang.
Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan
perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. PER dapat dihitung dengan rumus :
28
b. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) mengambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio
ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV
juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal
yang diinvestasikan.
c. Tobin’s Q
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini
dikembangkan oleh professor James Tobin (Weston dan Copeland,
2004). Rasio ini merupakan konsep yang sangat berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Tobin’s Q
dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rumusnya
sebagai berikut :
PBV = Harga pasar per lembar .
Nilai buku per lembar saham
PER = Harga pasar perlembar saham Laba perlembar saham
29
Keterangan:
Q : nilai perusahaan
EMV (nilai pasar ekuitas) : closing price saham x jumlah saham yang
beredar
D : nilai buku dari total hutang
EBV : nilai buku dari total asset
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan dengan
menggunakan metode Tobin’s Q, dimana rasio ini merupakan konsep yang
sangat berharga karena menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai
hasil pengembalian dari setiap dolar investasi incremental.
q= ( EMV +D )(EBV +D )
30
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Terbentuknya nilai perusahaan digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini
(Handono Mardiyanto, 2008:182):
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Menurut Morenly dan Victoria (2015) Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Struktur Modal
2. Profitabilitas
3. Resiko Perusahaan
Sedangkan menurut Switli, Sri dan Decky (2016) Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
Faktor Pasar -Kondisi Ekonomi-Peraturan Pemerintah -Persaingan (Domestik dan Asing)
Faktor Perusahaan-Operasi (Pendapatan dan Beban) -Keputusan Pendanaan -Keputusan Investasi -Kebijakan Dividen
Faktor Investor -Pendapatan/Tabungan -Usia/Gaya Hidup -Tingkat Bunga Preferensi Risiko
Arus Kas Bersih Tingkat Imbal Hasil
Nilai Perusahaan
31
1. Return On Asset
2. Return On Equity
3. Risiko Perusahaan
4. Loan to Deposit Ratio
5. Non Performing Loan
Gambar 2.1 di atas, mengungkapkan bahwa ramai atau tidaknya pasar
sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan iklim
persaingan (baik domestik maupun asing). Kondisi pasar tentu akan
mempengaruhi kinerja perusahaan secara internal dan juga tanggapan para
investor (pemilik dana). Kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja
operasi, pendanaan, investasi, dan kebijakan dividen yang menentukan besarnya
arus kas yang dihasilkan. Di sisi lain, keputusan investor untuk menanamkan
dananya di sektor riil atau sektor finansial ditentukan oleh dana yang dimiliki
(pendapatan/tabungan), usia, tingkat bunga, dan referensi terhadap risiko yang
menentukan besarnya imbal hasil yang diminta oleh investor. Interaksi dari
kondisi pasar, kinerja internal perusahaan, dan perilaku investor pada akhirnya
menentukan nilai suatu perusahaan, yang akan tercermin dari harga saham
perusahaan yang bersangkutan di pasar modal.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan beberapa orang terkait
penelitian ini dan menjadi bahan masukan atau bahan rujukan bagi penulis dapat
dilihat dalam tabel berikut:
32
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti/Tahun
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1 Anindyati Sariwindah Utami(2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi
Kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Tempat penelitian dilakukan di tempat berbeda.
Terdapat 2 variabel pemoderasi yaitu Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dalam variabel x1, x2 dan y. Dengan variabel x1, x2
kinerja keuangan, kepemilikan manajerial dan variabel y nilai perusahaan.
2 Angra Hermawati(2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel moderasi
Kinerja keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi kinerja keuangan maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin banyak
Variabel moderating dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial sedangkan dalam penelitian sebelumnya adalah kepemilikan manajerial dan corporate sosial responsibility.
Objek dan Tempat penelitian berbeda
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dalam variabel x1 dan y. Dengan variabel x1
kinerja keuangan, dan variabel y nilai perusahaan.
33
investor yang tertarik menanamkan modalnya. Hal tersebut membuat harga jual saham meningkat dan mengakibatkan tingginya nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap pengaruh kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan saham manajerial maka akan semakin rendah nilai kinerja keuangan dan Nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan insider yang tinggi akan berdampak pada kecenderungan manajer untuk
34
bertindak demi kepentingannya sendiri, hal ini akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan karena tidak terjadi ketidaksamaankepentingan antara manajer dan pemilik yaitu pemegang saham minoritas.
3 Tri Kartika Pertiwi dan Ferry Madi Iks Pratama.(2012)
Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukan bahwa semakin naik kinerja keuangan maka terjadi kenaikan pula terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan good corporate governance yang diprokisakan
Penelitian penulis merupakan pengembangan dari penelitian tersebut dengan menambahkan kepemilikan manajerial sebagai variable moderating
Objek dan Tempat penelitian berbeda.
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dalam variabel x dan y. Dengan variabel x kinerja keuangan, dan variabel y nilai perusahaan.
35
dengan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
4 Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan Kadek sinarwati(2014)
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain berarti kinerja keuangan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan, walaupun mempunyai koefisien parameter
Memiliki perbedaan dalam varaiabel pemoderasi, dalam penelitian ini variabel pemoderasinya ada hanya ada 1 yaitu Good Corporate Governance sedangkan dalam penelitian sebelumnya ada 2 yaitu Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance
Memiliki variabel y yang sama yaitu nilai perusahaan.
Memiliki variabel x yang sama yaitu kinerja keuangan
Variabel pemoderasinya menggunakan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial
36
negative yang artinya semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan menurunkan kinerja keuangan dan akan berdampak pada menurunnya nilai perusahaan dimata para pelanggannya.
5 Arif Maulana(2016)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa kinerja keuangan dengan dimoderasi oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Variabel Pemoderasi yaitu good gorporate governance di proksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit
Objek dan tempat penelitian dilakukan di tempat berbeda.
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dalam variabel x1, x2 dan y. Dengan variabel x1, x2
kinerja keuangan, kepemilikan manajerial dan variabel y nilai perusahaan.
6 Yuniasih dan Wirakusuma(2016)
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa kinerja keuangan
Terdapat dua variabel pemoderasi yaitu pengungkapan corporate social responsibility dan
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dalam variabel x1, dan y.
37
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Sedangkan good corporate governance yang diprokisakan dengan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
good gorporate governance.
Objek dan tempat penelitian dilakukan di tempat berbeda.
Dengan variabel x1,
kinerja keuangan, dan variabel y nilai perusahaan.
38
2.2 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi
informasi keuangan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan
tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal
maupun pihak eksternal. Dilihat dari sisi manajemen perusahaan (pihak internal),
laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial
dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang berguna bagi kepentingan pihak
internal dan eksternal perusahaan harus disusun secara baik dan memenuhi
karakterisitk kualitatif laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan berkualitas.
2.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Harmono Naufal, (2013:110) Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) termasuk kedalam rasio
profitabilitas. Dimensi-dimensi konsep profitabilitas dapat menjelaskan kinerja
keuangan. Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan
sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan, pada dasarnya kinerja keuangan
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, ketika kinerja keuangan manajemen
baik maka nilai perusahaan akan semakin tinggi.
Menurut Ardimas dan wardoyo, (2014) Semakin tinggi kinerja keuangan
yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai
39
perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa
berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan biasanya menggunakkan analisis rasio keuangan. Rasio-rasio itu
antara lain Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit
Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM) merupakan contoh indikator yang
lazim atau sering digunakan oleh para peneliti untuk menilai tingkat profitabilitas
perusahaan.
Menurut Kusumadilaga, (2010) Semakin baik nilai ROE maka secara
teoritis kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya
harga saham perusahaan. Dimana, harga saham dan jumlah saham yang beredar
akan mempengaruhi nilai Tobin’s Q sebagai indikator dari nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi dan Pratama (2012)
mengungkapkan hasil bahwa Kinerja keuangan mampu meningkatkan nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka
semakin baik nilai perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Angra Hermawati mengungkapkan hasil
bahwa Kinerja keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap Nilai
Perusahaan. Semakin tinggi kinerja keuangan maka akan semakin tinggi pula nilai
perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan
semakin banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya. Hal tersebut
membuat harga jual saham meningkat dan mengakibatkan tingginya nilai
perusahaan (Angra Hermawati, 2011).
40
Penelitian yang dilakukan oleh Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan
Kadek sinarwati mengungkapkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain berarti kinerja keuangan dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan Kadek
sinarwati, 2014).
2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Sebagai Pemoderasi Hubungan
Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan
Menurut Machfoed (1997) dalam Arif Maulana (2016) semakin besar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung
berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan
kepentingannya sendiri. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen akan lebih termotivasi dalam memajukan perusahaan. Kepemilikan
manajerial akan memperkuat pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan.
Menurut Cho (1998) dalam Gary Tian (2011) When managerial ownership
reaches a considerably high level, the interest between managers and
shareholders are fully aligned. At this level, management pursues best financial
performance, and firm value is increased.
Penelitian yang dilakukan oleh Anindyati mengungkapkan hasil bahwa
Pengaruh pengungkapan Good Corporate Governance yang diproksikan oleh
kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap
hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan (Anindyati, 2011).
41
Penelitian yang dilakukan oleh Angra Hermawati mengungkapkan hasil
bahwa Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap pengaruh
kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukan bahwa semakin
tinggi tingkat kepemilikan saham manajerial maka akan semakin rendah nilai
kinerja keuangan dan Nilai perusahaan (Angra Hermawati, 2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan
Kadek sinarwati mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan,
walaupun mempunyai koefisien parameter negative yang artinya semakin tinggi
kepemilikan manajerial maka akan menurunkan kinerja keuangan dan akan
berdampak pada menurunnya nilai perusahaan dimata para pelanggannya (Luh eni
muliani, Gede adi yuniarta, dan Kadek sinarwati, 2014)
2.2.3 Bagan Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan keterkaitan antara variabel
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dan dimoderasi oleh kepemilikan
manajerial, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
Kepemilikan Manajerial
Nilai PerusahaanKinerja Keuangan
42
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari tinjauan pustaka, tinjauan penelitian sebelumnya, dan
kerangka pemikiran yang penulis uraikan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1: Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Hipotesis 2: Kepemilikan Manajerial memoderasi pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan.