ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/t1_712012027_full... ·...

40
i

Upload: doanxuyen

Post on 29-Apr-2019

327 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

i

Page 2: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

ii

Page 3: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

iii

Page 4: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

iv

Page 5: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

v

Page 6: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

vi

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur yang penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih

dan anugerah yang berlimpah dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat mengerjakan dan

menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Kajian Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Ibadah di

GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean-Kalimantan Utara

dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Study Sarjana Fakultas Teologi di Universitas Kristen

Satya Wacana. Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menerima banyak saran, kritik,dan

bimbingan dari berbagai pihak yang sangat berjasa bagi penulis. Penulis sadar bahwa

penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan lancar dan selesai jika tidak ada pihak-pihak

tersebut. Oleh sebab itu, dengan rendah hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Pdt. Prof. Drs. John A. Titaley, Th.D yang sempat menjadi dosen pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberi saran kepada

penulis dalam menyusun Tugas Akhir. Juga membantu selama proses Praktek Pendidikan

Langan X di Tanjung Selor Kalimantan Utara.

2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen pembimbing 2 yang akhirnya menjadi

pembimbing tunggal penulis karena satu dan lain hal, yang telah memberi waktu dan

tenaga untuk merevisi tulisan dan pemikiran dalam Tugas Akhir ini dan memberi

motivasi agar penulis dapat terus semangat dan cepat menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Seluruh dosen dan pegawai Tata Usaha Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya

Wacana, Pak Izak Lattu, Pak Rama, Ibu Rertno, Ibu Budi, dll yang telah banyak berjasa

memberikan pengetahuan dan menambah wawasan baru bagi penulis, bahkan membantu

penulis dalam pengurusan berbagai administrasi perkuliahan dari awal perkuliahan

hingga akhir proses penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. kepada GPIB jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muaran Pangean,

Pos Pelkes Long Buang, Long Tungu, Pejalin yang telah banyak membantu penulis

selama masa PPL X-XI. Para narasumber jemaat di GPIB jemaat “Maranatha” Tanjung

Page 7: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

vii

Selor, Pos Pelkes Hosiana Muaran Pangean, yang telah meluangkan waktu untuk

diwawancarai oleh penulis guna kepentingan penyusunan Tugas Akhir ini.

5. tiga orang terbaik dalam hidup penulis, yaitu, Papa, Mama, dan Gies, yang senantiasa

mendoakan, memberi semangat selama masa perkuliahan, praktek lapangan, dan

penulisan Tugas Akhir ini, memberi motivasi dan selalu menudukung dalam doa, tenanga

dan dana. Akhirnya anak mu lulus ma, pa.

6. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada dalam suka dan duka yang jauh di Bali dan

Australia: Theo, Hosana, Putu Edith, yang juga sering menyemangati dan mengingatkan

untuk tidak terlalu banyak main, agar cepat lulus. Walaupun dengan sindiran-sindiran

halus.

7. Teman-teman angkatan 2012, Ribka Jeje, Lawrence, Letare, Samuel, Vanna, Kristo,

semuanya yang lainnya, yang sama-sama boleh berjuag dari awal masuk sampai pada

akhirnya biarlah nama Tuhan di Puji.

8. Burjoers Agus/12calon pendeta, yang isinya masih belum tau mau jadi pendeta atau

tidak. Selalu menghibur dengan chat-chat lawakan yang menghibur terlebih pada masa-

masa penyususnan Tugas Akhir.

9. Pdt. Erika Mataheru-Tataung, yang sangat mendukung dengan bersedia meminjamkan

buku-buku yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini. Gwenda dan Chaca yang menjadi

penghibur dengan tingkah laku lucunya selama main ke pastori.

10. Pdt. Chlaudya I. Yosep Sahertian, Bpk. Yosep Ugol, Nona Joy, Dede Jorel, Bung

Andrew Sahertian, Bang Ferri, Pdt. Franky Lattuihamalo dan keluarga, yang sangan baik

dan sangat menunjukan rasa kekeluargaan selama praktek X-XI dan selalu membantu

dalam proses tersebut dan mendukung selama proses pembuatan Tugas Akhir.

11. Kak Christa, Tante Olly, Om Wem, kak Engklin, Novrina yang sudah menjadi keluarga

selama di salatiga dan selalu saling memperatikan dan saling mengingatkan satu dengan

yang lainnya.

12. Seseorang (DFW) yang selama dua tahun lebih membantu dan menemani dalam

berproses sehingga kuliah saya dapat berjalan dengan baik dengan membuatkan jadwal

Page 8: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

viii

dengan dihias dan ditempel di kamar kos agar selalu ingat jadwal, membantu

mengerjakan tugas sehingga nilai-nilai bisa menjadi lebih baik.

13. Teman-teman GP: Bobi, Ity, Kak Icha, Kak Une, Putry, Fery, Marsel, Ampi, Nando,

Robert, Yessika, Doni, James dan teman-teman lain yang tidak dapat disebut satu per satu

namanya. Terima kasih banyak untuk kebersamaan, canda tawa, suka, duka, dalam

proeses hidup selama ini. Semoga sukses semua dalam apapun yang di lakukan.

14. Rumah Nenek Nando, karena boleh menjadi tempat nongkrong dikala penulis merasa

jenuh dan merasa bosan dan selalu meberikan susu coklat hangat ketika banyak datang

berkunjung

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir. Akhir kata,

semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi gereja terkhusunya GPIB, masyarakat, Pelkat PKB dan

Pos Pelkes yang terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Salatiga, 07 Februari 2017

Silvio Maulany

Page 9: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .................................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ............................................. v

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

ABSTRAK .................................................................................................................... xi

1. Pendahuluan................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat .................................................... 5

1.3 Metode Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 6

2. Kajian Teori ............................................................................................................. 6

2.1 Pembinaan Warga Gereja (PWG) ................................................................ 6

2.2 Pembinaan Warga Gereja di GPIB .............................................................. 11

3. Hasil Penelitian ............................................................................................... 16

3.1 Profil dan sejarah singkat GPIB Jemaat Maranatha Tanjung Selor Pos PelKes

Hosiana Muara Pangean ................................................................... 16

3.2 Gambaran umum Pelkat di Pos PelKes Hosiana Muara Pangean ........... 17

3.3 Pemahaman kaum bapak Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean

terhadap ibadah Pelkat PKB ......................................................................... 17

3.4 Kendala dalam mejalan ibadah Pelkat PKB ......................................... 18

Page 10: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

x

4. Analisa Data ................................................................................................................. 21

5. Penutup

5.1 Kesimpulan dan Saran ................................................................................... 23

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 28

Page 11: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

xi

n Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Ibadah Pelkat PKB di GPIB Jemaat “Marantha”

Tanjung Selor Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean dari Perspektif Pembinaan Warga

Gereja

Dosen Pembimbing

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji Faktor-faktor penghambat kegiatan ibadah Pelkat

PKB di GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjug Selor, Pos PelKes Hosiana Muara Pangean –

Kalimantan Utara dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja (PWG). Penelitian ini menunjukan

adanya faktor-faktor yang menghambat kaum bapak untuk datang beribadah, seperti faktor

Pendidikan, ekonomi, dan jarak yang jauh. Dengan menggunakan metode deskriptif, pendekatan

Wawancara dan interview dilaksanakan untuk memperkaya penelitian ini. Pada akhirnya Gereja

dalam hal ini harus benar-benar memperhatikan pendidikan jemaat, karena faktor pendidikan

berdampak pada banyak dalam kehidupan jemaat. Jelas terlihat bahwa dengan mampu untuk

mengatasi masalah pendidikan, masalah ekonomi maka dengan sendirinya jemaat akan kembali

dengan sukacita mengikuti ibadah karena merasa bahwa beban hidupnya jauh lebih berkurang.

Faktor-faktor penghambat kegiatan ibadah Pelkat PKB semuanya bermula dari faktor

pendidikan, untuk itu segi pendidikan harus di benahi dan perlahan faktor-faktor penghambat

kegiatan ibadah Pelkat PKB akan menurun dan perlahan menghilang.

Kata kunci, Pembinaan Warga Gereja, GPIB Jemaat “Marantha” Tanjung Selor, Faktor

Penghambat ibadah, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean, Kalimantan Utara.

Page 12: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

1

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Gereja adalah persekutuan orang percaya, yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah

Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus yang adalah terang dunia (1

Petrus 2:9-10 dan Yohanes 8:12). Sesuai dengan hakikatnya, Gereja terpanggil untuk

memberitakan dan menghadirkan Injil kerajaan Allah, yaitu keselamatan melalui Yesus

Kristus kepada segala makhluk (Matius 28:20; Markus 13:10-13; 1 Petrus 2:29; Lukas

19:19), tugas panggilan ini adalah pengutusan yang tidak akan berubah dari masa ke masa

sampai Ia datang kembali.1

Gereja terpanggil untuk memberitakan dan menghadirkan injil Kerajaan Allah adalah

salan satu bentuk pengajaran Gereja bagi jemaat mengenai Allah dan membuat jemaat

semakin mengenal Allah, seperti yang tertulis dalam Matius 28 : 18-20. Dalam proses

memberikan pembelajaran ini GPIB sebagai Gereja yang mengemban tugas memberitakan

dan menghadirkan Injil Kerajaan Allah Ini menunjukan GPIB mengemban Tugas untuk

memberikan pengajaran terhadap apa yang Yesus sampaikan kepada setiap orang. Dalam

tugas pengajaran ini, gereja memiliki fungsi persektuan yang organis, fungsi persekutuan

yang organis mencakup penyusunan didache (pengajaran), pengajaran ini berasal dari

kyregma (pemberitaan) yang dasariah. Persekutuan yang hidup dari umat Allah

dipersatukan, dan diproyeksikan untuk massa depan. Ini adalah bentuk kesadaran gereja

akan pentingnya pengajaran yang berpusat pada pemberitaan tentang Allah itu sendiri.

Didache yang bersumber dari kyregma tak dapat dipisahkan karena kyregma adalah

pemberitaan kabar sukacita, tentang perbuatan-perbuatan Allah yang melawat seluruh umat

manusia.

Melakukan pengajaran berarti melakukan proses pembinaan, dalam kaitannya dengan

gereja berarti berhubungan dengan PWG (Pembinaan warga gereja). Dalam pengertiannya

sendiri menurut Poerwadarmita Pembinaan adalah “suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang

di lakukan secara berdaya guna berhasil, untuk memperoleh hasil yang baik. Sedangkan

1 Majelis Sinode GPIB, BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI (Majelis Sinode, 2015), 03.

Page 13: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

2

warga gereja memliki pengertian semua anggota dalam Kristus yaitu yang telah menerima

Kritus sebagai Juruselamat dan terdaftar sebagai jemaat dalam sebuah gereja.

Maka dari itu dapat di simpulkan PWG (Pembinaan Warga gereja) adalah suatu

tindakan dan kegiatan yang di lakukan dengan berpusat pada Kristus dan berdasarkan

Firman Allah, dan merupakan proses untuk menghubungkan kehidupan warga jemaat

dengan Firman Tuhan melalui membimbing dan mendewasakan dalam Kristus melalui

tuntunan Roh Kudus. Pembinaan warga gereja mesti dilihat dalam rangka pembebasan yang

Allah lakukan melalui dan di dalam Yesus Kristus. Dalan terang pembebasan ini gereja pun

harus dibebaskan dari pengertian yang keliru tentang pembinaan. Apa bila gereja fungsinya

untuk mewartakan segala kebaikan Allah, maka pandangan pandangan gereja tidak lagi akan

mengarah dan berpusat pada kepadaa dirinya sendiri, melaikan pada tugas-tugas

pembinaannya yang tertuju kepada dunia ini.2

Dalam kaitannya dengan persekutuan umat percaya yang terhimpun dalam

persekutuan gereja, GPIB (Gereja Protestan di Bagian Barat) sudah menerapkan Pembinaan

Warga Gereja melaluin ibadah-ibadah yang biasanya komisi Pelayanan Kategorial

(PELKAT). Pelayanan Kategorial inilah yang menjadi wadah tersalurnya Pembinaan kepada

warga gereja. Pelayanan Kategorial Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (PelKat

GPIB) adalah unit Misioner GPIB yang berguna sebagai wadah pembinaan dan

pemberdayaan warga gereja dalam keluarga dan masyarakat sesuai kategori agar para

anggotanya, berperan aktif dalam pengembangan panggilan dan pengutusan gereja secara

utuh dan berkesinambungan.3 Pelayanan Kategorial adalah pelaksaan misi gereja, kepada:

1. Anak-anak disebut Pelayanan Anak disingkat PA.

2. Teruna disebut Persekutuan Terunan disingkat PT;

3. Pemuda disebut Gerakan Pemuda disingkat GP;

4. Kaum Perempuan disebut Persekutuan Kaum Perempuan disingkat PKP;

5. Kaum Bapak disebut Persekutuan Kaum Bapak disingkat PKB;

2 Institut Oikumene Indonesia, Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan (Jakarta : BPK Gunung

mulia,1980), 16. 3 Majelis Sinode GPIB, Buku IV Tata Gereja (Majelis Sinode GPIB, 2015), 265.

Page 14: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

3

6. Kaum lanjut usia disebut Persekutuan Kaum Lanjut Usia disingkat PKLU.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat atau mengenal lebih dalam

mengenai PELKAT PKB. PKB adalah Persekutuan Kaum Bapak yang terdiri dari pria

warga jemaat GPIB, dengan usia 35 tahun ke atas, pria warga jemaat GPIB namun belum

berusia 35 tahun tetapi sudah menikah, dan atau pria yang belum berusia 35 tahun, belum

terdaftar sebagai warga jemaat GPIB, dan belum menikah tetapi atas kemauan sendiri ingin

tergabung dalam PELKAT PKB.

PELKAT PKB terdiri dari, kaum bapak yang masih aktif bekerja dan juga yang sudah

pensiun. Yang masih bekerja memiliki jam kerja beragam, sehingga sulit untuk hadir dalam

ibadah Pelkat PKB, sedangkan bagi kaum bapak yang telah memasuki/sudah pensiun lebih

banyak merasa bahwa, lebih pantas untuk mengikuti ibadah PELKAT PKLU sehingga

kurang berpartisipasi dalam ibadah PELKAT PKB. Padahal jika mengacu pada buku Tata

Gereja GPIB, Buku III Peraturan Nomor 15 Tentang Pelayanan Kategorial GPIB Pasal 2

pada point ke-5 butir a, b, dan c tidak di katakan batas maksimal mengikuti Ibadah Pelkat

PKB. Hanya di katakan pada butir a, b, dan c bahwa ke anggota Pelkat PKB haruslah

berusia 35 tahun ke atas, jadi walau pun memasuki usia/sudah pensiun masih merupakan

anggota Pelkat PKB.4

Hal ini menyebabkan minimnya jumlah partisipan yang terlibat dalam PELKAT PKB.

Minimnya jumlah pertisipan ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah kaum bapak yang

ada dalam jemaat dan membuat tujuan dari pembentukan ibadah sesuai kategorial ini

terkhususnya PKB menjadi kurang maksimal. Berdasarkan permasalah di atas maka peneliti

memilih untuk mengangkat masalah tersebut untuk di teliti, hal ini di dasari kurangnya

partisipasi dari kaum bapak dalam ibadah Pelkat PKB menunjukan bahwa, pembinaan bagi

warga gereja sesuai kategori terkhususnya kaum bapak tidak behasil membuat kaum bapak

berperan aktif dalam pengembangan panggilan dan pengutusan gereja. Masalah ini terjadi di

banyak jemaat, salah satunya yang menjadi pengamatan peneliti adalah GPIB Jemaat

“Syalom” Denpasar, Bali dan GPIB Jemaat “Taman Sari” Salatiga. Di Denpasar bali, kaum

4 Majelis Sinode GPIB, Buku IV Tata Gereja (Majelis Sinode GPIB, 2015), 267.

Page 15: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

4

bapak terdiri dari berbagai macam usia, dan tentunya masih masuk dalam kategori produktif

dan juga ada yang sudah pensiun. Hal yang membuat Pelkat PKB GPIB Jemaat “syalom:

Denpasar, Bali sangat minim partisipan adalah sibuk bekerja dan para pensiunan yang tidak

begitu aktif, Jika di bandingkan dengan GPIB Jemaat “Taman Sari” Salatiga, partisipasi

kaum bapak di salatiga masih lebih banyak, dan kebanyakan kaum bapak yang mengikuti

ibadah PKB adalah yang sudah pensiun, yang masih bekerja sangat jarang datang mengikuti

ibadah PKB.

Jika berkaca pada pengertian Pelayanan Ketegorial, seharusnya PELKAT PKB adalah

tempat bagi kaum bapak untuk dapat mengembangkan panggilan Tuhan, dan juga untuk

menjadi tempat pembinaan bagi kaum bapak untuk dapat lebih mengenal Kristus, hal ini di

karenakan kaum bapak lah yang di harapkan menjadi sosok yang dapat menjadi panutan

lebih bagi keluarga dan dapat mengajarkan bagi keluarga mengenai Kristus, Hal juga yang

menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian kepada GPIB Jemaat “Maranatha”

Tanjung Selor, Pospelkes Hosiana Muara Pangean, di karenakan persipasi yang sangat

rendah. Dari total seluruh anggota Pelkat PKB yang berjumlah 20 orang, pada saat ibadah

hanya datang tiga sampai lima kaum bapak saja itu pun sudah termasuk pelayan firman dan

pelayan liturgi. Hal ini sangat jelas terlihat dalam kurun waktu delapan bulan terakhir ketika

saya berpraktek lapangan di GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pospelkes Hosiana

Muara Pangean.

Partisiasi yang rendah dari kaum bapak GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjung Selor,

Pospelkes Hosiana Muara Pangean ini tidak didasari factor masih bekerja atau pensiunan

seperti halnya GPIB Jemaat “Syalom” Bali dan GPIB Jemaat “Taman Sari” Salatiga. Hal

mendasar yang menyebabkan hanya tiga sampai lima partisipan dalam ibadah Pelkat PKB

adalah faktor berkebun/berladang, Masih bekerja atau pun pensiunan lebih memilih untuk

menggarap ladang/kebun mereka ketimbang mengikuti ibadah Pelkat PKB. Dari minimnya

partisipasi dalam ibadah Pelkat PKB inilah menunjukan bahwa, pemahaman dari Ibadah

kategorial ini sendiri tidak berhasil mewujudkan wadah pembinaan warga gereja dalam

keluagara dan masyarakat sesuai kategori. Agar dapat berperan aktif dalam pengembangan

panggilan dan pengutusan gereja secara utuh dan berkesinambungan.

Page 16: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

5

1.2. Rumusan Masalah

Apa faktor-faktor penghambat kegiatan PelKat PKB di GPIB Jemaat “Maranatha”

Tanjug Selor, Pos PelKes Hosiana Muara Pangean – Kalimantan Utara dalam

Perspektif Pembinaan Warga Gereja (PWG)?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengkaji Faktor-faktor penghambat kegiatan PelKat PKB di GPIB Jemaat

“Maranatha” Tanjug Selor, Pos PelKes Hosiana Muara Pangean – Kalimantan

Utara dalam Perspektif Pembinaan Warga Gereja (PWG)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Gereja dalam mengembangkan

Pelayanan Kategorilal PKB lewat ibadah dan program-program yang dijalankan

serta mampu membangun pemahaman, bahwa penting untuk berpartisipasi secara

lansung dalam ibadah ketegorial terkhusuhnya kaum bapak di GPIB jemaat

“Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif. Metode deskriptif adalah metode

yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu keadaan, suatu pemikiran atau

kelas peristiwa pada masa sekarang.5 Peneliti memilih metode deskriptif karena sesuai

dengan titik fokus dari pembahasan makalah ini yaitu meneliti pemahaman Kaum Bapak di

GPIB jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean. Jenis

pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif. Meleong, mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu

fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.6 Melihat

pengertian di atas, peneliti memilih pendekatan kualitatif yang memiliki tujuan yang sama

5 Mohamad Nazir, Metode penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63.

6 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), 9.

Page 17: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

6

dengan makalah ini yaitu bertujuan untuk menggali pemahaman Kaum Bapak mengenai

Pelayanan Kategorial PKB lewat interaksi dan komunikasi secara mendalam kepada Kaum

Bapak di GPIB jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara.

Informan terdiri dari Pendeta Jemaat selaku penanggung jawab dari seluruh Pelayanan

Kategorial, Pengurus Pelayanan Kategorial PKB, Kaum Bapak yang termasuk dalam

anggota Pelayanan Kategorial PKB. Adapun alasan dari pemilihan para informan ialah

karena peneliti menganggap para informan ini termasuk sebagai orang-orang yang terlibat

langsung dalam berjalannya Pelayanan Kategorial PKB.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulis membagi tulisan ini ke dalam lima bagian. Bagian Pertama membahas

Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan. Kemudian pada Bagian Kedua akan membahas

Landasan teoritis, berisi teori dari Pembinaan Warga Gereja, dan Pelkat PKB. Pada Bagian

Ketiga membahas hasil Penelitian, berisi data hasil penelitian yang ditemukan selama

penelitian di lapangan juga membahas pada Bagian Keempat Analisa Hasil Penelitian dan

bagian Keliam berisi Penutup, berisi kesimpulan dan saran yang berupa kontirbusi dan

rekomendasi.

2. Kajian Teori

2.1 Pembinaan Warga Gereja (PWG)

2.1.1 Pengertian Pembinaan Warga Gereja (PWG)

Menurut KBBI Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara

efisien untuk memperoleh hasil yang baik.7 Maka dapat di simpulkan PWG (Pembinaan

Warga gereja) adalah suatu tindakan dan kegiatan yang di lakukan dengan berpusat pada

Kristus dan berdasarkan Firman Allah, dan merupakan proses untuk menghubungkan

kehidupan warga jemaat dengan Firman Tuhan melalui membimbing dan mendewasakan

dalam Kristus melalui tuntunan Roh Kudus untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

7 https://kbbi.web.id/bina, diakses pada hari rabu, 20 Desembar 2017 pada pukul 19.00

Page 18: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

7

Pembinaan Warga Gereja adalah suatu tugas hakiki gereja yang harus berlangsung terus

menerus selama gereja itu ada. Keberlangsungan pembinaan warga gereja harus di

pertaruhkan dalam pemahaman mengenai manusia sebagai makhluk yang diberi kesempatan

oleh Tuhan untuk bertumbuh sampai mencapai wujud yang sepenuhnya dalam Kristus. Yang

di maksud disini adalah memperlengkapi anggota-anggota gereja sehingga mereka menjadi

dewasa untuk sanggupp menunaikan tugas mereka sebagai garam dan terang bukan hanya

untuk melayani dalam gereja, tetapi juga di luar gereja.8

Berbicara mengenai PWG kita berbicara mengenai warag gereja, warga gereja adalah

orang-orang Kristen yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah untuk melayani di dalam dunia

dan bukan hanya di dalam Gereja.9 Oleh karena pelayanan Gereja adalah berpusat pada

dunia, maka warga gereja bekerja seutuhnya untuk melaksanakan tugas dan panggilan Allah

di dalam dunia sebab warga Gereja merupakan bagian terdepan Gereja untuk menjalankan

kesaksian akan Kristus kepada dunia secara konkret dalam kehidupan mereka. Berdasarkan

pengertian istilah-istilah tersebut, Pembinaan Warga Gereja dapat diartikan sebagai suatu

usaha atau tindakan pengorganisasian warga gereja, untuk melengkapi dan melatih mereka

agar mampu menghubungkan iman Kristiani dengan pelayanan di dalam dunia beserta

masalah dan tantangannya.10

Pembinaan Warga Gereja adalah salah satu hakikat tugas gereja yang sangat penting

untuk melengkapi warga gereja dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap missioner

dalam melaksanakan Tritugas Panggilan Gereja11

. Hal dan tujuan utama dari PWG menurut

Alfred Schmidt adalah bahwa warga gereja diberikan kesempatan untuk bertumbuh menjadi

dewasa dalam pengakuan imannya12

.

8 Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan, 16.

9 Dorothea Febe Winman “Penggunanaan Sabda Bina Umat (SBU) dalam Kehidupan Beriman dan

Beribadah Warga Jemaat di GPIB Immanuel Samarinda Pos PelKes Teluk dalam – Kalimantan Timur (Tugas

Akhir, Universitas Kristen Satya Wacana, 2017), 6. 10

D. R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner (Jakarta: BPK - Gunung Mulia, 1983), 57. 11

S W. Lontoh dan Hallie Jonathans, Bahtera Guna Dharma GPIB, (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 2014),

280. 12

Alfred Schmidt, Kawan Sekerja Allah (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 1983), 9.

Page 19: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

8

2.1.2 Bentuk-bentuk Pembinaan Warga gereja

Pembinaan Warga gereja juga harus berinovasi pada situasi dan kehidupan jemaat

gereja setempat dengan senantiasa memperhatikan hubungan-hubungannya dengan masalah-

masalah yang di hadapai dalam gereja dan masyrakat baik pada tingakat lokal, regional dan

nasional. Untuk lebih memahami dan menghayati akan fungsi peranan PWG dalam seluruh

tugas dan panggilan gereja maka tujuan serta pembinaan perlu di tuangakan dalam suatu

sistematika pola kerja yang jelas, dengan menentukan beberapa prioritas untuk periode-

periode tertentu yang berporoskan pokok-pokok permasalahan dalam jangkauan nasional

serta kegaitan-kegiatan yang memadai bagi kebutuhan warga gereja sendiri pada tingkat

lokal dan regional agar penanggulangannya terjadi serentak dan menyeluruh.

Pembentukan wadah-wadah PWG pada setiap gereja harus disesuaikan dengan stuasi

dan struktur gereja setempat, dan wadah-wadah PWG tersebut merupakan satu komponen

yang saling memahami, menunjang dan melengakapi demi tersalurnya pembinaan itu

kepada seluruh jemaat secara merata. Pembentukan wadah-wadah ini pun memerlukan

tenaga terampil yang mampu untuk mengembangkan wadah-wadah pembinaan itu sendiri.

PWG sendiri sebenarnya ada untuk melengkapi warga gereja agar dalam rangka

menjalankan tugas dan panggilan gereja mereka mampu memberi jawaban kepada pelbagai

masalah dan tantangan dalam pembangunan jemaat, bahkan bangsa dan negara.

Pembinaan Warga Gereja ini sama halnya dengan PAK maka dari itu, PWG dapat di

golongkan menjadi beberapa golongan agar pembinaan itu sendiri dapat berjalan dengan

baik. Pembinaan dapat di golongkan kepada orang tua (pria dan wanita), kepada anak-anak,

kepada remaja dan juga kepada pemuda-pemudi. dalam buku yang di tulis oleh Pdt. Dr.

Daniel Nuhamara. M.th. pendidikan bagi orang tua atau orang dewasa meupakan bidang

pelayanan yang sangat strategis oleh karena bagaimanapun orang dewasa adalah orang

kristes garis depan yang menhadapi dunia ini dengan segala tantangannya, terutamma dalam

pekerjaan masing-masing. Orang dewasa masih mebutuhkan pembinaan dala ereja agar

mereka dapat hidup sebagai orang kristen yang bertanggung jawab dalam dunia kerjanya.

Dan bagaimana pun oang dewasa adalah agen dalam tugas panggilan gereja. Oleh karena itu

Page 20: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

9

orang dewasa perlu terus di bina agar semakin mampu dan terdorong, untk mengemban

misi atau tugas gereja agar terlibat dalam pelayanan, kesaksian, dan persekutuan.13

Dunia dimana orang kristen dan gereja hadir adalah dunia yang ppenuh dengan

masalah. Maka dari itu orang dewasa perlu dilengkapi dengan pemahaman terhadap

permasalahan-permasalahan tersebut. Jika orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik

anak, maka adalah tugas gereja untuk mendidik, membina dan mempersiapkan orang

dewasa.14

Menurut alfred schmidt Pembinaan Warga Gereja dapat menggunakan metode-metode

yang baik dan interaktif (komunikasi dalam pembinaan terjadi dua arah antara Pembina

dengan warga gereja) dan dilakukan dalam berbagai bentuk bagi warga gereja, contohnya,

melalui Penelahaan Alkitab, dan sebagainya. Ada pula pelaksanaan PWG berupa program

pembinaan khusus yang berhubungan erat dengan kehidupan nyata warga gereja, seperti

seminar dan ceramah dengan tema teologis yang berkaitan dengan kehidupan

bermasyarakat, dan lain-lain. Di dalamnya dapat dilakukan diskusi panel, forum,

pemeragaan dan main peran, pengantar kepada diskusi, bekerjasama dengan menggunakan

alat peraga, brainstorming, dan pemecahan masalah.15

PWG tidak dapat terlepas dari pedoman yang bersifat terus menerus dari Firman Allah

yang terdapat dalam Alkitab, sebab dasar dan tujuan dari seluruh pelaksanaan PWG adalah

untuk memberlakukan Firman Allah dalam Alkitab. Penggunaan Alkitab dalam rangka

PWG biasanya dilakukan dalam bentuk Penelahaan Alkitab (PA), bentuk Persekutuan

Pembaca Alkitab (PPA) dan bentuk lain bagi renungan rohani dalam suatu program

pembinaan yang dipakai jika peserta pembinaan tidak hanya terdiri dari warga jemaat,

melainkan dari penganut agama yang berlainan.16

Bentuk-bentuk PWG ini terbentuk dari tema-tema pokok yang timbul dari kehidupan-

kehidupan nyata jemaat sehari-hari dan merupakan inti materi-materi PWG. Menjadi tema

13

Nuhamara, Daniel PAK DEWASA (Bandung, Jurnal Info Media 2008), 09-10. 14

Nuhamara, Daniel PAK DEWASA, 10-11. 15

Alfred Schmidt, Kawan Sekerja Allah (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 1983), 9. 16

Alfred Schmidt, 9.

Page 21: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

10

pedoaman dasar, dan menghasilkan tema-tema yang berhubungan dengan masalah-masalah

pokok seperti pergumulan iman, dan kehadiran jemaat di tengah-tengah negara yang sedang

membangun.17

2.1.3 Fungsi dan Peran PWG

PWG sendiri muncul karena kebutuhan mendesak gereja-gereja untuk menciptakan

“Masyarakat yang bertanggungjawab” ini sudah lama menjadi kebutuhan gereja bahkan

seharusnya sebelum pendudukan Jepang di Indonesia, kemandirian gereja ini sendiri

berkembang selama masa perang kemerdekaan dan masa-masa pemabangunan. Yang

menjadi latarbelakang PWG ini adalah:

1. Pergantian kekuasan atas wilayah Indonesia

Pergantian kekuasan yang terjaadi di indonesia di pandang menjadi akibat besar

dalam kehidupan gereja-gereja di indonesia, baik dilihat dari segi kepemimpinan

maupun segi persekutuan sebagai Tubuh Kristus. Hal ini secara drastis

mengakibatkan gereja-gereja di Indoneisa harus dipimpin dan di urus oleh warga

geraja Indonesia yang sebenarnya belum cukup memperisiapkan diri untuk hal-hal

tersebut.

2. Perubahan Nilai-nilai dalam mengisi Kemerdekaan

Hal ini terjadi di masyarakat maupun di gereja, terutama nilai mengenai

kertergantungan berubah radikal. Perubahan ini merupakan salah satu daya doron

yang kuat untuk menentukan masa depan sendiri dalam waktu peralihan kekuasan

politik maupun kepengurusan gerejawi.

3. Ketidak stabilan sosial ekonomi

Keadaan ekonomi nasional yang dilanda ketakutan akibat perang dunia ke II juga

menyumbang rasa resah bagi gereja gereja. Hal ini karena di kalangann gereja

17

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, Bahtera Guna Dharma GPIB (BPK Gunung Mulia, 2014),

280

Page 22: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

11

kurang muncul teologi dan praktek penatalayanan kristen serta usaha-usaha

kemandirian di bidang keuangan.18

Tiga hal itulah yang kemudian menimbulkan kebutuhan-kebuthan baru seperti :

kebutuhan akan pemimpin, kebutuhan akan pemahaman dan sikapp teologis yang tepat, dan

kebutuhan akan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru, dan ini semua yang

melatarbelakangi munculnya PWG. Kegiatan di bidang PWG merupakan salah satu jawaban

dari kebutuhan-kebutuhan diatas.19

2.2. Pembinaan Warga Gereja di GPIB

2.2.1. Perkembangan Pembinaan dan Pengembangan Sumber daya insani GPIB

Dalam rangka untuk memperlengkapi Warga Jemaat GPIB dengan segala usahanya

menyusun kurikulum pembinaan warga gereja, yang masi belum sepenuhnya rampung maka

di bentuklah panitia materi (PANTER) GPIB sub bidang Akta dan Perangkat Teologi.

Panitia ini di harapkan dapat merampungkan seluruh pekerjaan rumah mengenai kurikulum

pembinaan yang masih di wujudkan.20

Pada masa mempersiapkan pembuatan dan penyusunan kurikulum-lkurikullum

tersebut, hasil Persidngan Sinode Tahunan GPIB tahun 2013 bidang PPSDI-PPK di Ujung

Pandang Mentapkan Program Kerja dan Anggaran (PKA) Majelis sinode GPIB untuk

merangcang Master piece Grand Design Curriculum (GDC) GPIB secara konsisten,

berkesinambungan dan utuh. Oleh karena itu pengurus unit-unit misioner di tingkat sinodal

sepakat untuk menundan materi-mteri bina yang baru dambi menunggu lahirnya Grand

Design Curriculum PWG GPIB. Penundaan ini dimaksudkan agar tidak terjadi pekerjaan

yang tumpang tindih, proses pembahasan model GDC PWG GPIB tahun 2013 masih

berlangsung hingga 2014.21

Berdasarkan situasi dan kondisi di atas maka, pembuatan dan penyusunan kurikulum

yang sejatinya adalah tugas dari PANTER sebagai bahan yang akan ditetapkan pada PS XX

18

Dewan Greja-greja di Indoneisa, Menempuh Arah Baru (Jakarta, Gunung Mulia, 1981), 19-21 19

Menempuh arah baru, 21-22 20

Majelis Sinode GPIB, BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI (Majelis Sinode,2015), 78. 21

Majelis Sinode GPIB, BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI, 78.

Page 23: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

12

tahun 2015 disatukan dengan proses yang sedang berlangsung pengerjaannya oleh

Departemen PPSDI-PPK.

Secara singkat penulis menjelaskan pendekatan Pembinaan menurut GPIB yang sudah

di susun sebelumnya pada sidang sinode GPIB ke-XIV tahun 1986 telah di tetapkan naskah

Pedoman Kurikulum Pembinaan Warga Gereja (PKPPWG) yang meliputi, Pembinaan

terhadap seluruh pejabat, Pengurus Badan-badan Pembantu dan Badan-badan pelaksana

serat Waraga Gereja GPIB. Tujuannya supaya warga jemaat dan para pejabat gereja mampu

meningkatakan pewartaan, pelayanan, persekutuan, dan peribadahan dalam pengembangan

panggilan dan pengutusan gereja melalui partisipasi. Langkah-langkah pendektan

pembinaan berdasarkan PKPPWG adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Sinodal yang terbatas pada pokok-pokok yang bersifat luas untuk

memberikan masukan tentang masalah, internasional, wawasan nusantara, keesaan

gereja, kesatuan bangsa, antisipasi masa depan dan kebersamaan GPIB dalam terang

keputusan Persidanga-persidangan Sinode GPIB

2. Pendekatan regional meliputi perhatian terhadap program pemerintah yang tetap relevan

untuk masa mendatang misalnya transmigrasi, industri, suku terasing dan kerukunan di

beberapa provinsi indonesia.

3. Pendekatan lokal yang khusus memotivasi warga dan peajbat gereja untuk

menanggulangi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat seperti tunasusila,

tunawisma, tunakarya, tunanetra, anak yatim piatu, orang jompo, mereka yang dipenjara

dan dalam tahanan.

4. Pendekatan Fungsional diadakan pada kelompok-kelompok fungsional

5. Pendektan profesional22

Struktur yang di rancang ini di tujukan kepada para peserta PWG yang terdiri dari:

1. Warga Jemaat

2. Pendeta

3. Penatua

22

BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI, 79-80

Page 24: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

13

4. Diaken

5. Pelayan maupun Pengurus Pelayanan Kategorial (PA, PT, GP, PKP, PKB, PKLU)

6. Golongan fungsional

7. Yayasan serta Karyawan23

Menurut GPIB sendiri naskah PKPPWG dan mode pendekatan ini belum dapat

direalisasikan secara konkret operasional pada perjalanan GPIB dalam memperlengkapi

warga jemaat maupun para pelaku pelayanan itu sendiri, dengan alasan satu dan lain hal.24

2.2.2. Pemahaman dan Bentuk PWG di GPIB

GPIB dalam pemahamannya terhadap PWG memahami bahwa Pembinaan Warga

Gereja adalah salah satu hakikat tugas gereja yang sangat penting untuk melengkapi warga

gereja dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap missioner dalam melaksanakan Tritugas

Panggilan Gereja.25

Dalam hal bentuk-bentuk pembinaan GPIB secara khusus memiliki beberapa wadah

untuk melakukan pembinaan itu sendiri, atara lain.:

1. Kebaktian Anak-anak Kebaktian Remaja GPIB atau di singkat KAKR atau yang

sekarang di sebut dengan PelKat PA dan PelKat PT untuk anak-anak kecil dan remaja

2. Gerakan Pemuda (GP GPIB) untuk pemuda dan pemudi

3. BPK PW atau yang sekarang di sebut PelKat PKP untuk kaum perempuan.26

Pada awalnya hanya ada tiga bentuk pembinaan yang GPIB berikan. Kemudian seiring

berjalannya waktu maka di tambahkan juga PelKat PKB dan PelKat PKLU sehingga GPIB

memiliki bentuk-bentuk Pembinaan, atara lain:

1. PelKat PA

2. PelKat PT

3. PelKat GP

23

BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI, 79-80. 24

BUKU III PKUPPG dan Grand Design PPSDI, 8. 25

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, Bahtera Guna Dharma GPIB (BPK Gunung Mulia, 2014),

193. 26

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, 280.

Page 25: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

14

4. PelKat PKP

5. PelKat PKB, dan

6. PelKat PKLU27

Bentuk-bentuk Pembinaan ini di kemas melalui ibadah-ibadah yang di selenggarakan

sesuai dengan kategorial atau pun sesuai kebutuhan, atau juga dengan menyusun program-

program setiap Pelkat yang sesuai dengan kebutuhan Pelkat. Tujuan Pembinaan warga

jemaat di maksudkan untuk melengkapi anggota-anggota jemaat dengan pengetahuan,

keterampilan dan sikap misioner dalam melaksanakan tiga tugas panggilan gereja yaitu:

Persekutuan, Kesaksian, Pelayanan. Pembinaan ini adalah tanggung jawab bersama yaitu

majelis jemaat dan semua anggota-anggota atau warga jemaat.28

Dalam GPIB sendiri sudah

pernah di susun pola pembinaan, strategi pembinaan, dan materi dasar pembinaan atara lain:

1. Pola pembinaan pola ini dianut dalam penglolaan pembinaan yang disebut dengan

“ink blat system”. Tiap jemaat mengembangkan kegiatan pembinaan dengan

kemapuan daya sebarnya sampai pada batasnya. Dengan pola ini dapat di ketahui

pada akhir tahun tingkat kemampuan yang berkembang pada komisis pebinaan

gereja29

2. Strategi Pembinaan terdapat empat gagasan yang di pilih yakni:

a. Go Structure, strategi memberi kesempatan kepada fasilitator pergi ke suatu

tempat atau jemaat untuk memberikan pembinaan.

b. Come Structure, Strategi menghimpun jemaat ke suatu tempat secara terpusat,

dan sekembalinya mereka di harapkan dapat meneruskan pembinaan itu

kepada warga jemaat yang lain.

c. Mobile Structure, strategi ini menggunakan tenaga ahli yang telah terlatih

untuk di sebar ke berbagai daerah pemibinaan sehingga seluruh daerah

pembinaan dapat terjangkau secara menyeluruh dalam waktu singkat.

27

Majelis Sinode GPIB, Buku IV Tata Gereja (Majelis Sinode GPIB, 2015), 265-268. 28

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, Bahtera Guna Dharma GPIB (BPK Gunung Mulia, 2014),

280. 29

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, 281-282.

Page 26: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

15

d. Multiplication, strategi ini menggunakan prinsip kerja. Sejumlah tenaga ahli

di latih, kemudia para tenaga ahli ini berusaha melipatgandakan ke ahlian dari

yang dilatihakan kepada mereka untuk warga jemaat.30

2.2.3. Pemahaman dan Tujuan PelKat

Pelkat adalah wadah-wadah atau bentuk dari PWG yang ada dalam GPIB untuk itu

perlu dipahami bahwa Pelkat merupakan unit misioner sebagai wadah pembinaan warga

gereja dalam keluarga dan masyarakat sesuai kaetogori dalam hal ini agar para Warga

Jemaat berperan aktif dalam pengembangan penggilan dan penutusan gereja secara utuh dan

berkesinambungan.31

Dalam hal ini yang membahas mengenai Pelkat PKB dalam

pemahamnnya merupakan unit misioner sebagai wadah pembinaan warga gereja dalam

keluarga dan masyarakat sesuai kaetogori dalam hal ini adalah kaum bapak agar para kaum

bapak berperan aktif dalam pengembangan penggilan dan penutusan gereja secara utuh dan

berkesinambungan. Dikatakan pada butir a, b, dan c bahwa ke anggota Pelkat PKB haruslah

berusia 35 tahun ke atas, jadi walau pun memasuki usia/sudah pensiun masih merupakan

anggota Pelkat PKB.32

Melalui pergumulan yang berdasar paham teologi dan pertimbangan

atas nilai dan tanda zaman diusulkan rumusan Visi dan Misi berdasarkan kajian Firman dari

Injil Yohanes 14:27 “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku

Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia

kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Dalam sejarah GPIB, Lukas 13:29 telah

dijadikan motto/semboyan yang diterakan pada logo GPIB yang berbunyi “Dan orang akan

datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di

dalam Kerajaan Allah.”

Mengalami damai sejahtera Yesus Kristus harus dicapai dengan citra diri sebagai

pembawa damai sejahtera Yesus Kristus. Karena itu, dalam kehadirannya ia harus selalu

melakukan tindakan damai sejahtera agar selalu menjadi berkat di tengah bangsa, Negara dan

masyarakat serta dunia. Dalam pergumulannya, gereja dan umatnya masih terbelenggu

30

Penatua Dr. S. W. Lontoh – Pdt Hallie J. S. Th, 282. 31

https://gpibblendoeg.wordpress.com/pelayanan-kategorial/ diakses pada hari selasa, 19 desember 2017

pada pukul 15.00. 32

Majelis Sinode GPIB, Buku IV Tata Gereja (Majelis Sinode GPIB, 2015), 267.

Page 27: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

16

dengan rasa gelisah dan kuatir akan tantangan dan ancaman dunia, sehingga ia merasa jauh

dan belum penuh mengalami damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus.

3. Hasil Penelitian

3.1. Profil dan sejarah singkat GPIB Jemaat Maranatha Tanjung Selor Pos PelKes

Hosiana Muara Pangean

Lokasi Pos Pelkes HOSIANA – Muara Pangean, berada di Kecamatan Peso,

Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. dan merupakan salah satu Sektor

Pelayanan di bawah koordinasi Pelayanan GPIB “MARANATHA” Tanjung Selor. Jarak

tempuh dari Tanjung Selor (Jemaat Induk), menuju ke Pos Pelkes “HOSIANA” – Muara

Pangean adalah tiga sampai tujuh jam perjalanan sungai. Pos Pelkes HOSIANA Muara

Pangean terletak di Kecamatan Peso. Kecamatan Peso sendiri terdiri dari 10 desa dengan Ibu

Kota Kecamatan adalah Desa Long Bia. Sebagian besar penduduk Kecamatan Peso bersuku

bangsa Dayak Kenyah. Dan yang lain seperti Bulungan, Bugis, Toraja, Jawa dan juga

keturuan Tionghwa.Sebagian besar bermata pencaharian Petani Ladang, hanya sebagian

kecil yang menjadi Pegawai Negeri yaitu, Guru, Pegawai Puskesmas, Pegawai Kecamatan,

dan TNI/POLRI, sisanya adalah Pedagang.33

Pemberitaan Firman dari Mimbar GPIB di Kecamatan Peso telah terjadi sejak tahun

1977. Pada masa itu, peribadahan dilaksanakan di sebuah rumah Warga Jemaat karena

ketiaadaan Gedung Gereja. Pada tahun 1984, didirikanlah sebuah Gedung Gereja dan jumlah

Warga Jemaat secara perlahan bertambah seiring dengan mulai masuknya pendatang yang

mencari pekerjaan di tnh Kalimantan Timur. Kini, tahun 2011 Warga Jemaat Pos Pelkes

GPIB “HOSIANA” Muara Pangean, berjumlah 34 Keluarga (25 Keluarga menetap dan 9

Warga Jemaat Partisipan: 2 di antaranya telah berkeluarga) dan bila dihitung berdasarkan

jumlah jiwa, sejumlah 111 jiwa namun hanya setengah dari jumlah tersebut yang aktif. 34

Lokasi tempat tinggal Warga Jemaat terbagi dalam tiga desa, yaitu Desa Long Bia,

Desa Long Peso dan Desa Muara Pangean, yang kesemuanya dapat ditempuh dengan

33

Data Jemaat GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjung Selor Pos PelKes Hosiana Muara Pangean. 34

Data Jemaat GPIB Jemaat “Maranatha” Tanjung Selor Pos PelKes Hosiana Muara Pangean.

Page 28: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

17

berjalan kaki atau pun menggunakan kendaraan bermotor. Dulu desa ini bernama desa Long

Peso, dikarenakan adanya pemekaran wilayah perdesaan, maka sejak tahun 2006, bagian

hulu kampung desa Long Peso dimekarkan dan diberi nama Desa Muara Pangean. Pos

PelKes Hosiana Muara Pangean sendiri di buka oleh salah seorang Pendeta GPIB yang

berhasil menembus pedalaman kalimantan untuk mengabarkan injil. Hingga sekarang

jumlah keluarga kurang tidak berubah, dan pada Februari 2017 gedung gereja yang

permanen sudah boleh di dirikan dan di resmikan untuk dapat di gunakan dalam setiap

kegiatan beribadah.

3.2. Gambaran umum Pelkat di Pos PelKes Hosiana Muara Pangean

Seperti pada GPIB umumnya Pos PelKes Hosiana Muara pangean juga menjalankan

ibadah PelKat. Mulai dari ibadah minggu Pelayanan Anak (PA) ibadah Persekutan Taruna,

Ibadah Gerakan Pemuda, ibadah Persekutuan Kaum Perempuan, dan ibadah Persekutan

Kaum Bapak. Hanya ibadah Persekutuan Kaum Lanjut Usia yang tidak berjalan sama sekali.

Semua ibadah Pelayanan Kategorial seperti biasa, namun hampir semua ibadah PelKat ini

belangsung pada hari minggu setelah ibadah minggu selesai dan berlangsung dirumah-

rumah jemaat selalu di usahakan berlangsung setelah ibadah pukul 11.00 karena pada sore

hari pukul 17.00 .

Dapat di katakan hanya ibadah Kaum Perampuan yang dapat dikatakan berlangsung

dengan baik dan di hadiri oleh para kaum perempuan dengan jumlah hampir 30% dari

jemaat itu sendiri kalau di lihat dari jumlah 15-20 orang. Dan ini berbanding terbalik dengan

kaum bapak dari total seluruh anggota aktif yang ada adalah 20 orang (di luar jemaat

simpatisan), yang datang untuk mengikuti ibadah PelKat PKB hanyalah tiga sampai lima

orang saja.

3.3. Pemahaman kaum bapak Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean terhadap ibadah

Pelkat PKB

Penelitian yang penulis lakukan ini untuk melihat pemahaman para kaum bapak

mengenai PelKat itu sendiri terkhususnya PelKat PKB. Karena PelKat adalah unit Misioner

Page 29: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

18

GPIB yang berguna sebagai wadah pembinaan dan perberdayaan warga jemaat dalam

keluarga dan masyarakat sesuai denga para anggotanya, agar dapat berperan aktif dalam

pengembangan panggilan dan pengutusan gereja secara utuh dan bekesinambungan. Oleh

karena itu seharusnya anggota PelKat terlebih pengurus PelkKat terkhususnya disni adalah

PelKat PKB harus paham mengenai PelKat tersebut.

Bapak Melias Unyang selaku ketua PelKat PKB di Pos PelKes Hosiana Muara

Pangean berkata PelKat PKB adalah tempat dimana kaum bapak bersekutu menyembah

Tuhan dan menumbuhkan iman yang lebih lagi. Dan PelKat PKB adalah tempat dimana

bapak-bapak dapat juga mengembangkan atau menyalurkan aspirasi-aspirasi untuk gereja.35

PelKat PKB sendiri sangat penting dan sangat berguna bagi kaum bapak dari pada kaum

bapak hanya duduk-duduk di rumah dan tidak melakukan kegiatan apa-apa di kala tidak

pergi berladang atau pun bekerja menurut bapak Nohmisa Ntam.36

Dalam hal ini penulis

melihat bahwa masih kurangnya pemahaman kaum bapak terhadap ibadah PelKat itu

sendiri. Dari hal ini menyebabkan PWG tidak dapat berjalan dengan baik dan fungsi utama

PelKat sebagai unit misioner untuk wadah pembinaan masih kurang menunjukan hasil yang

baik.

3.4. Kendala dalam mejalan ibadah Pelkat PKB

Menurut Bapak Pdt. Frenky Latuihamallo kendala terbersar dalam menjalankan ibadah

PelKat PKB adalah tingkat kehadiran yang sangat sedikit. Sudah di lakukan upaya berupa

mengganti hari agar tidak terlalu banyak ibadah di hari minggu pun sama saja, ibadah

berhasil di ganti pada hari rabu tapi hanya bertahan beberapa kali ibadah saja dan seterusnya

orang yang datang sama juga tetap tidak hanya tiga sampai lima orang. Tidak datang

kebanyakan karena alasan lelah baru pulang dari ladang. Jemaat harus pergi keladang atau

pun berburu di karenakan sebagian besar jemaat bermata pencarian sebagai petani dan

berburu hal ini di sebabkan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyebabkan mereka

35

Wawancara dengan bapak Melias Unyang Ketua PelKat PKB Pos PelKes Hosiana muara pangean, Muara

pangean, Selasa 04 April 2017 Pukul 15.00. 36

Wawancara dengan bapak Nohmisa Ntam Majelis Jemaat Pos PelKes Hosiana muara pangean, Muara

pangean, rabu 08 April 2017 Pukul 20.00.

Page 30: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

19

sulit untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Mungkin anak-anak dari jemaat banyak

yang sudah SMA atau ada yang sudah berkuliah, namun rata-rata orang dewasa hanyalah

lulusan SD. Menurut Pdt. Frenky Latuihamallo ini berdampak pada menurunya kualitas

ibadah PelKat PKB.37

Lain hal dengan bapak Melias Unyang, menurut beliau secara

pengalaman pribadi kendala dalam menjalankan ibadah PelKat PKB ini karena ada jemaat

tekhususnya disini kaum bapak menganggap bahwa jika bukan Pendeta yang memimpin

ibadah maka penyampaian Firman Tuhan tidak lah tepat. Karena menganggap bahwa

Pendeta yang lebih paham untuk masalah Firman Tuhan, sedangkan jika yang mempin

ibadah adalah majelis maka dianggap biasa-biasa saja dan mengakibatkan jemaat menjadi

tidak senang untuk hadir beribadah.38

Bapak Tihang Alung menjelaskan bahwa bahwa kendala lainnya adalah jemaat

menolak ketika rumahnya di jadikan tempat beribadah dengan alasan tidak ada persiapan

untuk ibadah, tidak ada orang di rumah, bahkan ada yang mengatakan karena belum dapat

menyediakan makanan untuk ibadah. Padahal sangat di sayangkan jika hanya karena

makanan saja sehingga menyebabkan persekutuan terhenti.39

Dan yang menjadi faktor

utama adalah faktor pergi berladang, ini yang menjadi faktor utama selain karena jarak

ladang yang jauh, faktor pergi berladang ini menjadi yang utama karena jemaat merasa lebih

baik pergi berladang agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, agar dapat menghasilkan

hasil yang baik karena itu adalah mata pencaharian mereka. Selain berladang beburu juga

menjadi alasan utama kaum bapak tidak hadir dalam ibadah PelKat PKB, jika sudah musim

babi berenang maka tidak akan terlihat satu orang bapak pun yang ada di ibadah minggu

kecuali majelis bertugas, begitu pula dengan ibadah PelKat PKB bisa jadi akan di batalkan

atau ibadah tetap berlangsung tetapi akhirnya Pelkat PKB hanya diisi tiga sampai lima kaum

bapak saja hal ini disampaikan oleh bapak Laing Lian yang adalah anggota PelKat PKB.

37

Wawancara dengan Pdt Frenky Latuihamallo Pendeta jemaat Pos PelKes Hosiana muara pangean, Muara

pangean, kamis 06 April 2017 Pukul 15.00. 38

Wawancara dengan Bapak Melias Unyang. 39

Wawancara dengan bapak Tihang Alung anggota PelKat PKB Pos PelKes Hosiana muara pangean, Muara

pangean, kamis 06 April 2017 Pukul 19.00.

Page 31: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

20

Hasil perbincangan dengan Pdt. Frenky Latuihamallo juga, beliau berkata bahwa tidak

ada pembinaan khusus yang di rancangkan selain ibadah-ibadah Pelkat. Yang beliau sering

lakukan adalah melakukan perkunjungan-perkungjungan nonformal yang di maksud

perkunjungan nonformal adalah seperti datang ke ladang melihat pekerjaan jemaat, datang

ke rumah jemaat untuk sekedar bercerita. Menurut Pdt. Frenky Latuihamallo hal ini lebih

menjadikan jemaat mau terbuka dan mau bercerita banyak mengenai masalah-masalah yang

di alami. Pada saat itulah menurut Pdt. Frenky Latuihamallo pembinaan dapat di laksaankan

dengan lebih baik. Karena menurut beliau jika melakukan pembinaan secara formal seperti

ibadah dan melakukan kegiatan-kegitan akan sedikit yang datang, mungkin yang datang

hanya majelis jemaat saja.40

Wawancara-wawancara dengan jemaat menunjukan jemaat lebih memilih untuk pergi

berladang, pergi berburu, atau tidak bersedia rumahnya di jadikan tempat beribadah karena

tidk memberi makan dapat di rangkum menjadi beberapa faktor yaitu Faktor pendidikan,

faktor ekonomi, faktor jarak yang jauh. Tiga faktor yang memiliki hubungan kuat dan

berkesinambungan dalam memperngaruhi berlangsung atau tidaknya kegiatan-kegitan

ibadah dalam Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean terkhususya pada Pelkat PKB. Faktor

ekonomi, faktor Pendidikan, Faktor daerah yang jauh menentukan setiap keputusan-

keputusan yang akan diambil guna menentukan program-program kegiatan untuk

menunjang pembinaan bagi warga jemaat terkhususnya Pelkat PKB. Masih ada beberapa

faktor-faktor kecil yang menjadi penghambat berjalannya kegiatan pembinaan, seperti dalam

ibadah ada beberapa jemaat yang merasa tidak suka untuk datang karena yang memimpin

ibadah adalah majelis dan bukan Pendeta, atau ada yang merasa karena ibadah Pelayanan

Ketegorial berlangsung hari minggu setelah ibadah minggu maka cukup hanya mengikuti

ibadah minggu saja tidak perlu ibadah yang lain. Namun faktor seperti ini tidaklah menjadi

yang utama di banding kan dengan tiga faktor utama diatas yang menjadi permasalahan

semua jemaat Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean atau bahkan masalah utama warga desa.

Dapat di katakan bahwa untuk beribadah saja mereka tidak mau untuk datang, apa lagi untuk

kegiatan-kegiatan yang mungkin menurut kaum bapak tidaklah penting.

40

Wawancara dengan Pdt Frenky Latuihamallo.

Page 32: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

21

4. Analisa Kajian Faktor-faktor Penghambat Kegaiatan Ibadah Pelkat PKB di GPIB

jemaat “Maranatha” Tanjung Selor, Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean – Kalimantan

Utara dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja.

Hasil analisa dari penelitian (observasi dan wawancara) yang sudah penulis lakukan

menunjukan beberapa faktor penghambat dalam menjalankan kegitan pembinaan Pelkat

PKB di GPIB Jemaat Maranatha Tanjung Selor Pos Pelkes. Faktor-faktor yang penulis

temukan diantaranya adalah:

1. Faktor Pendidikan

Faktor ke dua yang sangat menentukan adalah pendidikan. Dalam kehidupan dewasa

ini pendidikan adalah hal yang sangat penting dan utama. Pendidikan menjadi utama dan

penting karena dengan pendidikan, manusia akan menjadi lebih berkualitas dan lebih matang

untuk mengarungi lautan kehidupan yang bergejolak. pendidikan juga berperan untuk

mengembangkan kehidupan manusia untuk dapat menjalankan kehidupan. semakin tinggi

pendidikan yang di emban maka semakin berkembang pula kehidupan seseorang, semakin

berkembang seseorang semakin kuat orang itu menjalani kehidupan mereka. Hasil penelitian

ini di dukung oleh pemikiran Nuhamara mengenai, orang dewasa harus dididik agar semakin

mampu mengemban tugas dan tanggung jawab dalam gereja mau pun luar greaja (dunia

pekerjaan)41

karena dunia dimana orang dewasa itu di tempatkan adalah dunia yang penuh

dengan masalah. Menurut Penulis pun orang dewasa harus menadapatkan pembinaan yang

baik dari gereja karena salah satu faktor utama untuk mengasilkan anak-anak yang lebih

cerdas dan lebih baik adalah dari orang tua dan orang-orang dewasa yang ada di sekitar

anak-anak.

Penulis pun memahami bahwa memenuhi kebutuhan hidup adalah hal yang utama,

akan tetapi jika tidak dididik atau dibina dengan benar maka masalah-masalah yang memang

sudah ada di dunia ini tidak akan dapat di lewati. Faktor inilah yang menyebabkan

kebanyakan jemaat-jemaat Pos Pelkes GPIB terkhususnya Pos Pelkes Hosiapa Muara

Pangean masih belum banyak berkembang, pendidikan yang rendah menyebabkan banyak

41

PAK Dewasa, 9-10.

Page 33: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

22

jemaat terkhususnya kaum bapak yang hanya terpaku atau hanya tergantung terhadap ladang

mereka dan hasil berburu mereka yang melangsungkan kehidupan. mereka tidak mendapat

kesempatan lebih untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Maka dari itu faktor

pendidikan ini penting untuk menopang kehidupan manusia guna mendapat pekerjaan yang

lebih baik, atau membuat pekerjaan yang lebih baik. faktor pendidikan disini lah yang

menyebabkan bapak-bapak tidak datang keibadah karena harus bersusah payah memenuhi

kebutuhab ekonomi. Sisi lain faktor pendidikan juga menimbulkan pikiran bahwa “anak-

anak saya harus mendapat pendidikan yang tinggi agar tidak seperti saya” hal ini mendorong

orang tua untuk terus bekerja demi kebutuhan pendidikan anak, hasilnya tidak ada waktu

untuk datang beribadah.

2. Faktor Ekonomi

Pengaruh faktor ekonomi ini sangat besar perannya karena berpengaruh terhadap

kehidupan sosial jemaat yang sebagain besar adalah masyarakat ekonimi menengah

kebawah . seperti ada jemaat yang tidak bersedia memberikan rumahnya untuk menjadi

tempat ibadah karena tidak ada makanan untuk menjamu jemaat yang hadir. Hal-hal kecil

seperti ini adalah akibat dari ekonomi yang rendah. contoh lainnya adalah seperti para kaum

bapak lebih memilih untuk sibuk menggarap ladang atau pergi memasang jerat (perangkap)

untuk berburu binatang-binatang, dan belum tentu bibit-bibit yang di tanaman adalah bibit

unggul karena mereka pastinya susah untuk membeli bibti unggul karena harga dan belum

tentu hasil berburu menghasilkan hewan buruan yang besar tapi hal ini harus terus

berlangsung terus menerus untuk dapat melangsungkan kehidupan dengan cara diolah

menjadi makan sehar-hari atau di jual kembali. Hasil penelitian ini di dukung oleh pemikiran

Maitimoe sebagai suatu usaha atau tindakan pengorganisasian warga gereja, untuk

melengkapi dan melatih mereka agar mampu menghubungkan iman Kristiani dengan

pelayanan di dalam dunia beserta masalah dan tantangannya.42

Seharusnya jemaat tidak

meninggalkan ibadah hanya karena faktor ekonomi. Karena ibadah seharasnya tidak

terpengaruh karena ibadah hanya untuk menigkatkan iman dan mendekatkan diri kepada

Tuhan tidak ada urusannya dengan ekonomi.

42

D. R. Maitimoe, 57

Page 34: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

23

3. Faktor Jarak yang jauh

Faktor jarak yang jauh, jarak ladang yang jauh, jarak desa ke kota jauh

mengakibatkan daerah yang jauh seperti di Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean segala

kegiatan terhambat. Ekonomi melemah juga di sebabkan letak Pos Pelkes yang jauh dari

keramaian kota sehingga proses jual beli menjadi tidak terlalu efisien. Faktor tempat yang

jauh juga menyebabkan pendidikan yang kurang maksimal dengan terbatasnya akses-akses

internet untuk menunjang pembelajaran, terbatasnya sarana untuk mempraktekan pelajaran-

pelajaran yang di butuhkan. Faktor daerah yang jauh juga berpengaruh terhadap setiap

kegiatan gereja, hal ini di karenakan terbatasnya rancangan program-program yang dapat

disiapkan dan dapat dijalankan untuk menunjang PWG. Hal ini bertolak belakang dengan

pengertian PWG. Menurut Lontoh dan Hallie Jonathans Pembinaan Warga Gereja adalah salah

satu hakikat tugas gereja yang sangat penting untuk melengkapi warga gereja dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap missioner dalam melaksanakan Tritugas Panggilan

Gereja.43

Berdasarkan faktor penghambat tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa

gereja kesulitan menjalankan Tritugas Panggilan Gereja dengan maksimal.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan dan saran

1. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan ini penting untuk kehidupan manusia guna mendapat pekerjaan

yang lebih baik, atau membuat pekerjaan yang lebih baik. faktor pendidikan yang

kebanyakan hanya lulusan SD sampai SMA mengakibatkan kebanyakan kaum bapak hanya

bekerja di lading dan berburu, dan hasil berladang dan berburu kemudian dengan hasil yang

tidak sepadan. Maka dari itu mereka harus bekerja ekstra untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup, dan tambah pemikiran “anak-anak saya harus mendapat pendidikan yang tinggi agar

tidak seperti saya” hal ini mendorong orang tua untuk terus bekerja demi kebutuhan

pendidikan anak, hasilnya tidak ada waktu untuk datang beribadah. Maka dari itu penulis

43

S W. Lontoh dan Hallie Jonathans, Bahtera Guna Dharma GPIB, (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 2014),

280.

Page 35: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

24

memberikan saran kepada jemaat Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean, agar lebih

mengijinkan anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Agar pengetahuan yang mereka dapatkan nanti juga berguna bagi memajukan desa dan

gereja. Jangan takut anak-anak pergi merantau demi kebaikan mereka.

Saran untuk gereja, majelis dan pendeta harus terus mengingatkan bahwa pendidikan

itu penting kepada jemaat, melalui khotbah-khotbah dalam ibadah, atau karena jemaat jarang

datang ibadah terkhususnya Pelkat PKB maka lakukan pendekatan-pendekatan seperti

datang kerumah jemaat atau ke ladang (untuk ladang jika jarak memungkinkan) dengan

begitu biasanya jemaat akan lebih terbuka. Maka majelis dan pendeta dapat melakukan

pembinaan dengan menanamkan pentingnya pendidikan. Mengadakan belajar bersama bagi

anak-anak sekolah minggu dan PT (teruna) efektif untuk membantu meeningkatkan kualitas

pendidikan pendidikan anak-anak terbantu, orang tua akan berkurang beban hidup dan akan

lebih nyaman dalam beribadah.

Saran untuk sinode, GPIB melalui majelis sinode seharusnya lebih giat mengadakan

beasiswa rutin untuk Pos Pelkes guna meringankan beban orang tua untuk menyekolahkan

anak-anak mereka. Dengan beasiswa penuh dari sinode faktor pendidikan akan semakin hari

semakin berkurang karena penerus-penerus gereja sudah mendapat pendidikan yang bagus

dan dapat memajukan gereja dan tempat tinggalnya. Hal ini dapat di lakukan dengan bekerja

sama dengan universitas-universitas yang GPIB percayain atau dengan donatur-donatur

yang ada pada jemaat-jemaat kota besar.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang dapat di katakan masih menengah kebawah, di tambah dengan

pendidikan yang rendah menyuulitkan hidup jemaat. Jemaat terkhususnya kaum bapak

akhirnya lebih memilih untuk meninggalkan ibadah untuk bekerja, maka dengan ini kegiatan

ibadah akan sulit untuk dapat berlangsung. Faktor ekonomi juga menyebabkan ada jemaat

yang menolak rumahnya di jadikan tempat beribadah karena tidak bisa menyediakan

makanan dan minuman.

Maka dari itu penulis meberikan saran untuk jemaat, haruslah mau mengikuti

kegiatan-kegiatan ibadah atau kegiatan-kegiatan dalam program-program yang dijalankan

Page 36: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

25

oleh majelis jemaat dan Pendeta. Karena dalam setiap kegiatan tersebut akan terjadi

pembinaan-pembinaan bagi jemaat dan itu adalah pendidikan bagi jemaat untuk dapat

meningkatkan pengetahuan jemaat, sehingga mampu untuk terus berkembang dalam

mejalani kehidupan. Jemaat juga harus mengubah pola pikir bahwa ibadah harus

menyediakan makanan dan minuman. Karena inti dari ibadah ini bukanlah makanan dan

minuman melainkan bersekutu dan beribadah kepada Tuhan dan dalam ibadah itu jemaat

mendapatkan pembinaan-pembinaan yang baik bagi iman dan keberlangsungan hidup hari

lepas hari.

Saran untuk gereja, harus berusaha untuk mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan

atau penyuluhan untuk membantu jemaat keluar dari masalah-masalah ekonomi. Mengingat

hampir seluruh jemaat bertani atau berladang maka dapat diadakan kegiatan Seperti

pelatihan dan penyuluhan untuk menghasilkan hasil ladang kualitas terbaik, agar kemudia

dapat di jual kembali oleh jemaat dan menghasilkan hasil kerja yang memuaskan. Dalam hal

ini sebaiknya Pos Pelkes bekerja sama dengan jemaat induk demi mendapatkan orang-orang

ahli untuk malakukan pelatihan dan penyuluhan. Karena pastinya akan lebih menbantu dari

segi akomodasi dan dana, dan gereja induk pun harus mau untuk membantu. Gereja bersama

majelis jemaat dan pendeta harus berani menghentika kebiasaan makan dan minum setelah

beribadah agar tidak menjadi beban bagi jemaat yang merasa tidak mampu.

Kemudian saran untuk sinode, GPIB melalui majelis sinode seharusnya lebih giat

mengadakan kegiatan-kegitan untuk meperhatikan Pos Pelkes pos Pelkes yang ada seperti

safari pelkes. Safari pelkes ini berguna untuk menunjang pembinaan bagi jemat-jemaat Pos

Pelkes, karena dengan begitu sinode akan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan jemaat-

jemaat yang berada di pelosok-pelosok dan membantu merancangkan dan mengadakan

kegitan-kegitan seperti pelatihan atau penyuluhan untuk peningkatan ekonomi-ekonomi.

pelatihan atau penyuluhan untuk hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi

seperti pelatihan dan penyuluhan mengenai cara berladang yang lebih baik untuk

menghasilkan hasil yang lebih berkualitas, sangat di butuhkan untuk membantu jemaat agar

dapat meningkatkan daya kerja juga meningkatkan pengetahuan jemaat agar dapat bertahan

dan berkembang dalam menjalankan kehidupan.

Page 37: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

26

3. Faktor jarak yang jauh

Faktor jarak daerah yang jauh juga mempengaruhi tingkat keberlangsungan hidup,

karena dengan faktor daerah yang jauh seperti di Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean segala

kegiatan terhambat. Ekonomi melemah juga di sebabkan letak Pos Pelkes yang jauh dari

keramaian kota sehiga proses jual beli menjadi tidak terlalu efisien. Faktor tempat yang juah

juga menyebabkan pendidikan yang kurang maksimal dengan terbatasnya akses-akses

internet untuk menunjang pembelajaran, terbatasnya sarana untuk mempraktekan pelajaran-

pelajaran yang di butuhkan. Faktor letak daerah yang jauh menyebabkan para kaum bapak

memiliki ladan yang jauh, hal ini menyebabkan sulit datang ke ibadah karena terkadang ada

yang bermalam di ladang, ada yang sudah lelah datang ibadah ketika pulang.

Karena faktor daerah yang jauh ini akan sulit untuk mendatangkan oleh orang-orang

ahli untuk melakukan pelatihan dan penyuluhan, maka dari itu ada baiknya warga jemaat

beserta majelis dan Pendeta berusaha untuk mengutus dua atau tiga orang jemaat untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai berladang atau sesuai dengan kebutuhan jemaat.

Agar ketika mereka kembali mereka dapat menjadi tenaga ahli dan dapat memberikan

pelatihan juga kepada jemaat. Jemaat juga perlu sadar bahwa dengan mau menyekolahkan

anak-anak mereka keluar dari desa akan sangat membantu karena ketika mereka kembali

dengan pengetahuan-pengetahuan mereka yang baru, maka dapat di praktekan dan dapat di

latihkan kepada jemaat-jemaat lainnya.GPIB melalui sinode juga haruslah berani untuk

mengirim tenaga-tenaga ahli untuk masuk kedalam pelosok-pelosok Pos Pelkes guna

membantu jemaat-jemaat. Karena sarana, dana, dan SDM (Sumber Daya Manusia) yang di

miliki GPIB (terkhususnya di perkotaan) sangat memadai untuk dapat memenuhi kebutuhan

Pos Pelkes.

Gereja pada intinya dalam hal ini harus benar-benar memperhatikan pendidikan

jemaat, karena faktor pendidikan berdampak pada banyak dalam kehidupan jemaat. Jelas

terlihat bahwa dengan mampu untuk mengatasi masalah pendidikan, masalah ekonomi maka

dengan sendirinya jemaat akan kembali dengan sukacita mengikuti ibadah karena merasa

bahwa beban hidupnya jauh lebih berkurang. Faktor-faktor penghambat kegiatan ibadah

Page 38: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

27

Pelkat PKB semuanya bermula dari faktor pendidikan, untuk itu segi pendidikan harus di

benahi dan perlahan faktor-faktor penghambat kegiatan ibadah Pelkat PKB akan menurun

dan perlahan menghilang.

Page 39: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

28

Daftar Pustaka

Buku:

Majelis Sinode GPIB. Buku III PKUPPG dan Grand Design PPSDI. Balikpapan: Majelis Sinode

GPIB, 2015.

Majelis Sinode GPIB, BUKU IV Tata Gereja. Balikpapan: Majelis Sinode GPIB, 2015.

Institut Oikumene Indondesia, Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1980.

Nazir, Mohamad, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba

Humanik, 2010.

Sitompul, A. A. DI Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1979.

Yang, Liem Khiem. Bertumbuh Bersama Dalam Iman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Dewan Gereja-gereja di Indonesia. Menempuh Arah Baru : Laporan Evaluasi Pembinaan Warga

Gereja 1971-1979. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.

Nuhamara, Daniel. PAK (Pendidikan Agama Kristen) Dewasa. Bandung: Jurnal Info Media,

2008.

Lontoh, S. W. – Pdt Hallie J. S. Th. Bahtera Guna Dharma GPIB. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2014.

Schmidt, Alfred. Kawan Sekerja Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.

Maitimoe, D. R. Membina Jemaat Misioner.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.

Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan. Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama

Kristen. Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 2003.

Tugas Akhir:

Dorothea Febe Winman “Penggunanaan Sabda Bina Umat (SBU) dalam Kehidupan Beriman

dan Beribadah Warga Jemaat di GPIB Immanuel Samarinda Pos PelKes Teluk dalam –

Kalimantan Timur (Tugas Akhir, Universitas Kristen Satya Wacana, 2017)

Page 40: ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16904/2/T1_712012027_Full... · dari Perspektif Pembinaan Warga Gereja. Tugas Akhir ini disusun sebagai pemenuhan salah

29

Jurnal online:

Riniwati. ”Bentuk dan Strategi Pembinaan Warga Jemaat Dewasa”. (2016): 1.

Kayang, Julianti. “Pengaruh Pembinaan Warga Jemaat Terhadap Pertumbuhan Kerohanian

Jemaat GKII Long Pua”. (2016) : 2-3.

Sagala, Lenda D. “Peran Pendidikan Agama Kristen Dalam Menghadapi Perubahan Sosial”.

(2016): 48-49.

Hastuti, Ruwi. “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi”. (2013):

2-3.

Sumbung, Grace., Agus Suman, Kliwon Hidayat, Paulus Kindangen. “Peran Gereja Dalam

Peningkatkan Ekonomi Masyarakat di Tomohon Sulawesi Utara”. Wacana Vol. 15, No. 4.

(2012): 8-10.

Nababan, Sihol T. “Gereja dan Kesejahteraan Warga Dalam Perspektif Ekonomi Kerakyatan”.

Paper No. 49096, (Agustus 2013): 2-3