ihya atturots, boneka abdurrahman abdul khaliq (bagian 5)

Upload: edward-bot

Post on 04-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    1/14

    5)

    IIHHYYAA AATTTTUURROOTTSS,, BBOONNEEKKAA AABBDDUURRRRAAHHMMAANN AABBDDUULL KKHHAALLIIQQ

    [REVISI]

    Pada akhir pembahasan lalu, kami telah menjelaskan tentang ketidakpahaman dam

    kecerobohan Al-Akh Firanda dan yang bersamanya -waffaqonallahu wa iyyahum

    lima yuhibbu wa yardha- walaupun ia berusaha mentarjih permasalahan ini.

    Sayangnya ia seorang pentarjih yang kosong dari dalil, misalnya menganggap

    sebagian yang mentahdzir tidak termasuk jajaran ulama paling senior atau berdalil

    dengan naluri yang biasanya dilakukan oleh kaum shufiyyah dan yang lainnya. Juga

    kami membawakan tentang istilah fiqhul waqi' yang dimaksudkan oleh para hizbiyyin

    semisal Abdurrahman Abdul Khaliq, mufti organisasi Ihya At Turats.

    Maka pada edisi kali ini, kita akan menjelaskan perbedaan antara istilah "fiqhul waqi'"

    buatan kaum hizbi, dengan kaidah "yang memiliki ilmu adalah hujjah terhadap yang

    tidak memilikinya", lalu kita akan menjelaskan pula beberapa penyimpangan

    Abdurrahman Abdul Khaliq dan pengaruhnya terhadap perpecahan yang ada di

    berbagai negara secara umum serta di Indonesia secara khusus. Maka dengan

    mengharapkan pertolongan dan taufiq dari Allah, saya mengatakan:

    Definisi Fiqhul Waqi' Menurut Para Ulama

    Al-Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah

    menjelaskan "fiqhul waqi' menurut istilah mereka, dalam beberapa kaset dari "SilsilahAl-Huda wan-Nuur", diantara fatwa beliau tersebut ada yang sudah ditranskrip.

    Diantaranya yang ditranskrip oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi hafizhahullah Ta'ala

    dengan judul "Su'al wa jawab haula fiqhil waqi'" (Tanya jawab seputar fiqhul

    waqi'), yang dari penjelasan tersebut ada beberapa kesimpulan penting terkait dengan

    fiqhul waqi' tersebut sebagai berikut :

    1. Istilah Fiqhul Waqi' adalah nama yang mereka ada-adakan.

    2. Bila ilmu ini dipahami berdasarkan tinjauan syari'at, maka keadaannya sama

    dengan kaidah yang masyhur di kalangan para ulama yang berbunyi

    "menghukumi sesuatu merupakan bagian dari penggambarannya" (), dan itu dapat dilakukan dengan mengetahui realitanya.

    Maka fiqhul waqi' yang benar adalah mengetahui keadaan kaum muslimin atau

    makar dari musuh-musuhnya untuk memberi peringatan darinya, bukan sekedar

    teori semata, namun hendaknya berbentuk realita.

    3. Sebagian para pemuda Islam terbagi dua dalam menyikapi "fiqhul waqi", ada

    yang berlebih-lebihan yang mengangkat ilmu ini di atas kedudukan yang

    semestinya serta menghendaki agar setiap alim harus mengetahui fiqhul waqi

    menurut versi mereka. Sebaliknya ada pula yang mengesankan bahwa orang

    yang lebih mengerti realita yang terjadi di dunia, maka dia adalah orang yang

    faqih (paham) terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah dan Manhaj Salaf. Padahal hal

    tersebut tidak mesti demikian.

    1

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    2/14

    4. Tidak mungkin ada orang sempurna yang dapat mengetahui semua realita yang

    terjadi, sehingga yang wajib adalah bekerja-sama antara mereka yang mengerti

    realita, lantas mereka menerangkan gambarannya kepada ulama dan para mufti,

    lalu para ulama-lah yang menjelaskannya dari sisi hukum syar'i yang dibangun

    di atas dalil yang shahih.

    5. Adapun mendudukkan orang yang mengerti realita tersebut sebagai alim danmufti, hanya karena dia mengerti tentang "fiqhul waqi", maka tidak terdapat

    sisi pembenaran sama sekali, yang dengan ucapannya dapat membantah fatwa

    para ulama, dan membatalkan ijtihad dan hukum yang mereka tetapkan.

    6. Berlebihan dalam mementingkan urusan "fiqhul waqi'" sehingga menjadikannya

    sebagai manhaj bagi para da'i dan para pemuda, lalu mereka mendidik dan

    terdidik dengannya serta menyangka bahwa itu merupakan jalan keselamatan:

    adalah kesalahan fatal dan kekeliruan yang jelas.

    7. Penyakit yang menimpa kaum muslimin pada hari ini bukan disebabkan

    kejahilan mereka terhadap ilmu yang disebut "fiqhul waqi'" ini, namun sebabnya

    adalah karena mereka mengacuhkan dalam pengamalan hukum-hukum agama,

    berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.8. Terlalu mementingkan fiqhul waqi' yang hukumnya fardhu kifayah (dengan

    tinjauan syar'i) dan kurang mementingkan urusan yang lebih penting yang

    hukumnya fardhu 'ain, yaitu mempelajari Al-Qur'an dan As Sunnah: adalah

    menelantarkan dan mengabaikan apa yang menjadi kewajiban bagi setiap

    individu umat Islam.

    9. Wajib untuk bersikap "pertengahan" dalam mengajak kaum muslimin untuk

    mengenal "fiqhul waqi" dan tidak menenggelamkan mereka untuk

    menyibukkan diri dalam mengetahui berbagai berita politik, berbagai analisa

    dari para pemikir Barat. Namun yang wajib adalah selalu menyuarakan seputar

    pentingnya memurnikan Islam dari berbagai noda, dan mendidik kaum

    muslimin agar berada di atas Islam yang jernih dan murni.

    10. Adapun mencela sebagian ulama dan penuntut ilmu dan menuduh mereka tidak

    mengerti fiqhul waqi' dan menuduh mereka dengan sesuatu yang memalukan

    untuk disebutkan adalah kesalahan dan kekeliruan yang jelas.

    Inilah sepuluh poin yang dapat saya simpulkan dari apa yang disebutkan oleh beliau

    rahimahullah Ta'ala. (selengkapnya silahkan merujuk langsung ke risalah tersebut).

    Demikian pula Syaikhuna Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah

    Ta'ala menyebutkan fiqhul waqi' model hizbiyyun, setelah beliau menjelaskan fiqhul

    waqi' yang syar'i adalah memahami Al-Qur'anul Karim dan Sunnah RasulullahShallallahu alaihi wasallam. Lalu beliau berkata:

    .-

    .--

    -

    2

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    3/14

    -

    -

    "Sebagian orang-orang yang lalai menyangka bahwa fiqhul waqi' adalah engkaumengetahui berapa banyak jalan yang ada di kota Paris, berapa banyak jalan di Kairo.

    Jika engkau tidak mengetahui Geografi, maka engkau tidak tahu mengerti fiqhul

    waqi'. Maka manusia yang mengerti tentang fiqhul waqi' (berdasarkan tinjauan syari,

    pen) adalah Syaikh Bin Baaz dan Syaikh Al-Albani hafizhahumallah

    (rahimahumallah, pen). Adapun fiqhul waqi' yang maksudnya kami memalingkan

    para pemuda agar membaca koran-koran dan majalah-majalah, dan mendengarkan

    berbagai siaran radio -walaupun kami tidak mengharamkan sesuatu kepada manusia

    apa yang dihalalkan oleh Allah untuk mereka- . Akan tetapi kami memalingkan para

    pemuda yang punya kemampuan untuk menuntut ilmu, kami memalingkan darinya

    untuk memeriahkan acara teater, (kami memalingkan dari pendapat) yang tidak

    mengikuti acara teater berarti dia tidak mengerti fiqhul waqi', yang tidak mengenalnasyid berarti dia tidak mengetahui fiqhul waqi', yang tidak mengetahui bahwa Basyir

    adalah pemerintah muslimin yang paling baik, yang tidak mengetahui bahwa

    Khomeini adalah imamnya kaum muslimin, maka dia tidak mengerti fiqhul waqi',

    yang tidak mengetahui bahwa Dhiya' Al-Haq adalah seorang yang melakukan

    perbaikan, maka dia tidak mengerti fiqhul waqi' -dan Dhiya'ul Haq ucapannya

    menunjukkan Islam, namun perbuatannya menunjukkan dia seperti orang Amerika

    dan saya tidak mengafirkannya-. (Dikutip dari kitab Fadhaih wa Nasha'ih: 109).

    Berkata pula Syaikh Al-Fauzan hafizhahullah Ta'ala:

    : "",

    .,,,

    ,, ,

    ,,(99 : ) .

    "Adapun menyibukkan diri dengan kenyataan di masa kini, seperti yang merekakatakan "fiqhul waqi", maka ini bisa (dipelajari) setelah (mempelajari) ilmu syar'i.

    Sebab seseorang dengan fiqih yang syar'i dapat melihat kondisi masa kini dan apa

    yang terjadi di alam ini, juga apa yang muncul dari berbagai pemikiran dan pendapat

    dibangun di atas ilmu syar'i yang benar, agar dapat membedakan antara yang baik dan

    yang buruk. Akan tetapi tanpa ilmu syar'i, maka tidak mungkin dapat dibedakan

    antara yang haq dan yang batil, dan antara petunjuk dan kesesatan. Maka orang yang

    awal pijakannya dengan menyibukkan diri dengan pengetahuan umum, urusan berita

    koran, perkara politik, sementara ia tidak memiliki ilmu dalam agamanya, maka dia

    akan menjadi sesat dengan perkara-perkara ini. Sebab kebanyakan apa yang terdapat

    padanya adalah kesesatan dan propaganda yang batil, dan ucapan yang manis dan

    menipu, kami memohon kepada Allah pemeliharaan dan keselamatan. (Dikutip darikitab Al-Ajwibah al-Mufidah: 99).

    3

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    4/14

    Saya kira apa yang saya nukilkan dari keterangan para Ulama tentang istilah "fiqhul

    waqi" yang diinginkan oleh hizbiyyun cukup jelas, yang intinya adalah tujuan mereka

    dalam menggembar-gemborkan fiqih buatan hizbiyyun ini adalah:

    - Hendak menjauhkan para pemuda Islam dari mempelajari Al-Quran dan As-

    Sunnah, dan menyibukkan diri dengan berita koran dan majalah, dan yangsemisalnya.

    - Menjadikan "fiqhul waqi" sebagai jembatan untuk merendahkan kedudukan para

    ulama, sehingga umat tidak lagi menjadikan mereka sebagai panutan dan tempat

    mengembalikan berbagai problem yang sedang mereka alami.Sehingga pada saat

    mereka berfatwa dalam suatu permasalahan, terkhusus masalah yang bersifat

    kontemporer, maka dengan serta-merta mereka menjawab : "Ulama itu bidangnya

    hanya dalam masalah haid dan nifas saja", atau "dia-kan bukan ulama mujahid",

    atau yang semisalnya.

    - Menjauhkan para pemuda Islam dari manhaj Salafus Shalih yang lebih

    mengutamakan urusan "At-Tashfiyah wat-Tarbiyah"1

    - Menjadikan fiqih ini sebagai jembatan untuk melegitimasi sebagian apa-apa yangdiharamkan Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam.

    Maka hal ini telah jelas, sungguh sangat jauh berbeda dengan kaidah yang masyhur di

    kalangan para ulama, "menghukumi sesuatu adalah cabang dari penggambarannya",

    juga kaidah, "yang mengetahui suatu ilmu adalah hujjah terhadap yang tidak

    mengetahuinya." Sebab bukanlah diantara persyaratan sebagai seorang mujtahid atau

    mufti adalah mengetahui segala sesutu yang terjadi di dunia, atau dengan ungkapan

    lain, harus mengetahui sesuatu yang "sangat terkenal kiprahnya dan diketahui oleh

    banyak orang". Jangankan seperti Syaikh Bin Baaz, atau Ibnu Utsaimin, atau yang

    lainnya dari kalangan para ulama -rahimahumullah-, bahkan setingkat Nabi Sulaiman

    alaihis salaam sekalipun -yang memiliki kerajaan yang luas yang meliputi jin,

    manusia dan hewan-, sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan:

    Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: "Hai manusia, kami telah diberi

    pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya

    (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Dan dihimpunkan untuk Sulaiman

    tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam

    barisan). (An-Naml: 16-17)

    Namun kerajaan yang demikian luas yang beliau miliki, ternyata beliau tidak

    mengetahui sebuah kerajaan yang "sangat terkenal kiprahnya dan diketahui banyak

    orang", sementara seekor burung Hud-hud yang kecil, yang tentunya jauh lebih

    rendah kedudukannya dibanding Nabi Sulaiman Alaihis salaam, justru memiliki

    "fiqhul waqi'" tentang kerajaan tersebut. Allah Ta'ala mengkisahkan tentang

    percakapan antara Nabi Sulaiman dengan burung dalam firman-Nya:

    1 At-Tashfiyah adalah menjernihkan berbagai noda yang melekat dalam hati kaum muslimin, berupa

    noda syirik, kekufuran, bid'ah dan yang lainnya. Dan At-Tarbiyah adalah mendidik umat denganpemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,berdasarkan pemahaman Salafus Shalih.

    4

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    5/14

    "Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hud-

    hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan

    mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika

    benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". Maka tidak lama

    kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang

    kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita

    penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang

    memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasanayang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan

    syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu

    menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar

    mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan

    di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu

    nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai

    'Arsy yang besar". Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah

    kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 20-27)

    Adapun yang menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman tidak mengetahui kerajaan tersebut

    dari dua perkara:

    Pertama: ucapan Hud-hud, Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum

    mengetahuinya.

    Kedua: Nabi Sulaiman alaihis salam yang ingin membuktikan kebenaran apa yang

    diucapkan Hud-hud.

    Padahal bukankah ia punya sebuah kerajaan, yang tentunya sangat terkenal kiprahnya

    dan diketahui banyak orang ? Apakah ayat ini tidak cukup bukti bagi orang-orang

    yang mau berfikir, dan tidak mengekang dirinya dengan sikap ta'ashub dan fanatik

    buta tanpa hujjah?

    Bila hal ini telah jelas, maka butuh adanya kerjasama (ta'awun) antara mustafti (yang

    meminta fatwa, atau yang bertanya) dengan mufti (yang berfatwa), kewajiban bagi

    mustafti adalah menjelaskan dari berbagai sisi gambaran permasalahan yang akan

    ditanyakan -baik positif dan maupun negatif- sehingga sesuatu yang ditanya tersebut

    dapat tergambar dengan jelas bagi seorang mufti. Sebab penggambaran yang keliru

    dapat menyebabkan fatwa yang keliru, bukan berasal dari keteledoran seorang

    mujtahid dalam menjawab, namun disebabkan kesalahan si penanya dalam

    menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

    Dengan demikian, apa yang diucapkan oleh Al-Akh Firanda, "Ini mirip dengan carahizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama kibar, yaitu dengan tuduhan bahwa

    5

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    6/14

    mereka tidak mengerti fiqhul waqi, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai

    dengan kenyataan yang ada", ini adalah kesalahan dan kecerobohan yang sangat fatal.

    Pengaruh "fiqhul waqi" terhadap mufti Organisasi Ihya At Turats,

    Abdurrahman Abdul Khaliq

    Abdurrahman Abdul Khaliq, mufti organisasi Ihya At Turots yang sangat

    membanggakan "fiqhul waqi"-nya, yang menyebabkan ia melecehkan para ulama

    Ahlus Sunnah wal-jama'ah, bahkan melecehkan sebagian para masyaikh dari guru-

    gurunya yang pernah mengajarnya sewaktu dia masih belajar di Jami'ah Islamiyyah.

    Ia berkata2:

    "Sepantasnya kita memahami bahwa muslim yang hakiki adalah yang hidup dengan

    keyakinannya dan hidup di masanya, bukan hidup di luar jamannya. Orang yang

    hidup di luar jamannya -dan hidup hanya dengan pemikiran dan penanya- adalah

    orang muslim. Namun dengan kondisi yang ada dan dakwahnya, dia bukan muslim.

    Ini adalah sesuatu yang tidak diridhai." (Jama'ah Wahidah, karya syaikh Rabi:33)

    Ia juga mengatakan : "Sesungguhnya kami menghendaki ulama yang setingkat masa

    kini, ilmunya, pengetahuannya, adabnya, akhlaqnya, keberaniannya, perjuangannya,

    memahami berbagai makar dan tipu-daya terhadap Islam. Dan kami tidak

    menginginkan adanya antrian dari para ulama yang dikekang yang hidup dengan

    jasadnya di masa kini, namun ia hidup dengan akal dan fatwanya bukan pada jaman

    kita........".

    Lalu ia melanjutkan:

    "agar ucapanku yang terdahulu tidak dipahami sebagaimana mestinya, maka saya

    akan memberi contoh nyata yang saya saksikan sendiri -dan itu bukan contoh satu-

    satunya bagiku-. Dahulu ada seorang alim yang mulia yang pernah mengajari kami

    tafsir dan ushul fiqih3. Benar-benar dia adalah seorang alim, dia tidak menyebut satu

    ayat dari Kitabullah hingga ia menjelaskan pertama kali adalah lafadz-lafadznya

    ditinjau dari bahasa, dengan mengambil dukungan puluhan bait-bait sya'ir hanya

    untuk satu lafadz. Lantas ia menjelaskan pengertian kata-katanya, kemudian

    maknanya secara umum, kemudian penafsiran Salaf terhadapnya, dengan berdalil

    dengan hadits-hadits dan atsar. Kemudian apa yang diambil dari faedah berupa

    hukum-hukum fiqih, lalu apa yang bisa dikeluarkan darinya berupa kaidah-kaidah

    ushul, kemudian ia menjelaskan apa yang serupa dengannya dari ayat-ayat yang lain

    dalam Kitabullah. Ia menyebut semua itu dalam keadaan engkau terkagum melihat

    keluasan ilmu dan penelitiannya. Namun orang ini tidaklah sesuai sedikitpun denganlevel jamannya, Dia tidak mampu menjangkau syubhat yang dimunculkan seorang

    2 Pernyataan Abdurrahman Abdul Khaliq saya nukil dari kitab Syaikh Rabi "Jama'ah Wahidah laaj am a'aat ". Mungkin ada yang mengatakan: bisa saja Syaikh Rabi salah dalam penukilan? Maka sayamenjawab: Benar, namun asal penukilan seorang yang tsiqoh adalah terpercaya. Apalagi dikuatkandengan kesaksian dari Syaikh Ali bin Muhammad Nashir Al-Faqihi -hafizhahullah- ketika beliau memujikitab tulisan Syaikh Rabi tersebut, lantas beliau berkata: "Sesungguhnya aku telah membaca kitab ini,dan aku mendapatinya sebagai pembahasan ilmiah yang terpercaya". Dan berkata pula : "Aku tidakragu terhadap penukilan Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dari Abdurrahman, apa yang ia sebutkan darihal: 38-43 dari tulisannya ini. Namun untuk semakin memntapkan hatiku dengan itu, akupun merujukkembali ke kitab Abdurrahman Abdul Khaliq yang berjudul: "Khutut Ra'isiyyah Liba'tsi al-Ummahal-Islamiyyah, cetakan kedua, tahun 1406 H. Selesai.

    Ucapan beliau dapat dilihat dalam kata sambutannya terhadap kitab Syaikh Rabi yang berjudul "An-Nashr Al-Aziz"3 Beliau adalah Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah Ta'ala.

    6

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    7/14

    musuh -dari musuh-musuh Allah- dan bahkan tidak punya kesiapan sama sekali untuk

    mendengar syubhat ini. Dan dia menyerang hakekat ilmu alam, dia menuduh orang-

    orang yang membolehkan pendaratan di bulan dengan kekufuran dan zindiqi4."

    Lalu ia berkata: "Adalah orang ini -yang mataku tidak pernah melihat orang yang

    paling berilmu terhadap Kitabullah darinya-, ia bagaikan perpustakaan berjalan,

    namun cetakan lama yang membutuhkan adanya koreksi dan revisi. Ini sekedarcontoh, dan ada pula yang selain dia

    5mengajar puluhan mata pelajaran dalam ilmu

    syari'at dengan level ini, namun bodoh terhadap kehidupan dan berilmu tentang

    agama." (Jama'ah Wahidah, Syaikh Rabi': 49-51). Syaikh Nashir Al-Faqihi tatkala

    memberi kata sambutan terhadap kitab Syaikh Rabi' dalam muqaddimah kitabnya:

    An-Nashr Al-Aziz, beliau pun menukil kembali ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq

    yang saya sebutkan di atas, yang menunjukkan kebenaran penukilan ucapan tersebut

    dari Abdurrahman Abdul Khaliq)

    Dan dia juga mengatakan:

    "Para ulama kami yang mulia - mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang

    organisasi-organisasi rahasia milik musuh-musuh (Islam), dan mereka tidak tahubanyak tentang gerakan dan taktik mereka. Mereka tidaklah mempelajari syubhat

    musuh-musuh dan makar mereka, mereka sama sekali tidaklah pantas untuk

    membantah makar musuh-musuh mereka. Bahkan mereka tidak mampu

    membebaskan para pemuda umat ini dari kerusakan, kekufuran yang dimurkai ini."

    (Khutut Ra'isiyyah, dikutip dari kitab Jama'ah Wahidah: 53).

    Ini adalah sebagian kecil dari penukilan ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq tentang

    fiqhul waqi', barangsiapa yang ingin melengkapi pengetahuannya, silahkan merujuk

    Kitab "Jama'ah Wahidah" dan kitab "An-Nashr Al-Aziz" yang keduanya ditulis

    oleh Syaikh Rabi' hafizhahullah Ta'ala6.

    Saya tidak ingin menyebutkan bantahan terhadap ucapan ini, namun saya hanya

    menukilnya untuk diketahui oleh para pembaca, bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq

    adalah salah satu dari "faqih al-waqi'" yang merendahkan kedudukan para ulama

    4 Syaikh Nashir Al-Faqihi -hafizhahullah- menjelaskan, dari Asy-Syinqithi -rahimahullah- bahwa Syaikhtidak pernah menuduh orang yang membenarkan pendaratan orang di Bulan sebagai kufur dan zindiq.Namun beliau hanya mengatakan: "Dhohir dari ayat menunjukkan bahwa bulan berada di dalam langit,atau di langit-langit. Jika demikian, maka ini menunjukkan bahwa mereka mustahil dapat sampai kesana. Namun jika tidak demikian, maka berarti kami belum memahami Al-Qur'an. "Dan beliau berbicaratentang orang-orang kafir dan keinginan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin.

    Dan Syaikh Rabi juga menukil dari tulisan salah seorang penulis Barat yang berjudul "Kami tidakmendarat di Bulan", yang dimuat di majalah "Al-Mujahid" dari Afghanistan, dalam dua edisimenjelaskan tentang kedustaan Amerika dan NASA-nya yang mengaku telah mendarat di Bulan.(Dikutip dari kitab Jama'ah Wahidah: 50-51)5 Siapa yang dimaksud Abdurrahman Abdul Khaliq dengan "selain dia"?, perlu diketahui bahwa diantarapara pengajar di Jami'ah Islamiyyah pada saat itu adalah Syekkh Bin Baaz dan Syaikh Al-Albanirahimahumallah.6 Kami banyak menukil dari kitab Syaikh Rabi hafizhahullah bukan disebabkan karena kami taqlidkepada beliau atau kepada yang lainnya, sama sekali tidak. Sebab merupakan pokok ajaran AhlusSunnah wal jama'ah adalah menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummahsebagai pedoman dalam berislam yang benar. Namun karena beliau yang paling banyak menghabiskanumurnya untuk menulis dan membantah syubhat para hizbiyyun, yang disertai dalil dan referensi yangterpercaya, dan ketsiqahan para ulama terhadap bantahan-bantahan beliau, terkhusus Syaikh Bin Baazdan Al-Albani rahimahumallah, sehingga kami banyak menukil dari kitab beliau. Namun sebagian orang

    yang benci dengan "dakwah salafiyyah" yang mulia ini, sengaja melontarkan berbagai gelar-gelar yangburuk terhadap dakwah tersebut, seperti gelar "taqlid Syaikh Rabi", atau "Salafi Yamani", "TaqlidSyaikh Muqbil", dan yang semisalnya. Wallahul musta'an.

    7

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    8/14

    Ahlus Sunnah wal jama'ah. Namun yang saya ingin sampaikan bahwa pemikiran ini

    merupakan salah satu diantara sekian penyimpangan yang dimiliki tokoh-tokoh

    Ikhwanul Muslimin7, dari merekalah pemikiran ini berasal. Hal ini dijelaskan oleh

    Syaikh Shalih Alus Syaikh hafizhahullah Ta'ala, beliau menyatakan tatkala

    menjelaskan tentang pemahaman yang benar dalam menyikapi fiqhul waqi":

    "...oleh karena itu kami mengatakan, bahwa sesungguhnya keadaan politik dapatdiketahui. Adapun mendalaminya, maka ini sangatlah sulit menjangkaunya, sampai

    para politikus sendiri mereka tidak mengetahui hakikatnya. Kita mungkin mendalami

    dari kondisi politik dengan apa yang Allah Jalla wa 'Alaa memberikan kepada kita

    fiqihnya, berupa prinsip-prinsip yang kokoh dalam menjelaskan hubungan antara

    seorang mukmin dengan musuh-musuhnya. Ini adalah pokok-pokok yang tetap, kita

    memahaminya dengan baik, seperti mengenal musuh-musuh kaum muslimin. Allah

    Ta'ala berfirman:

    [45 ]:

    "Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. dan

    cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi penolong

    (bagimu)." (An-Nisaa: 45)

    Allah Jalla wa 'Alaa menjelaskan kepada kita bahwa kaum musyrikin seluruhnya

    sebagai musuh bagi kita, bahwa Yahudi itu adalah musuh bagi kita, Nashara adalah

    musuh bagi kita, orang-orang munafik adalah musuh bagi kita. Hal ini adalah prinsip

    yang umum, memahaminya adalah dengan memahami al-Kitab dan Sunnah, dan tidak

    ada lagi fiqih tambahan. Maka seorang mukmin mengambil sikap kehati-hatiannya

    dengan fiqih yang diambil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, sebab fiqih yang khusus ini

    yang disebut fiqhul waqi' tidak dapat dijangkau oleh ilmu tersebut -dan ia bukan fiqih-, tidak dijangkau kecuali orang yang sangat khusus sekali.

    Sedangkan suatu hal yang dimaklumi bahwa diantara kaidah syariat yang ditetapkan

    oleh Asy-Syathibi dan yang lainnya dalam kitabnya "Al-Muwafaqaat, dan

    dinyatakan pula oleh yang lainnya bahwa syariat Islam adalah syariat yang

    ummiyyah, yaitu dalam penetapan syariatnya dan apa yang dituntut oleh syariat dari

    para penganutnya adalah melihat keadaan mayoritas mereka, yaitu mereka yang ummi

    (tidak dapat membaca dan menulis, pen). Dan apabila hukum-hukum dibangun di atas

    sesuatu yang tidak ada yang dapat menjangkaunya kecuali orang yang khusus, maka

    ini merupakan celaan terhadap syariat. Sebab hukum-hukum yang dibutuhkan

    manusia seluruhnya tidak dibangun di atas pengetahuan orang-orang khusus dan halyang dimaklumi bahwa sikap muslim atas musuh-musuhnya diperlukan oleh setiap

    orang. Oleh karenanya Allah Jalla wa 'Alaa menjelaskannya dalam al-Quran dengan

    sangat terperinci.

    Sesungguhnya kadar yang wajib dari (ilmu) tersebut -yang dinamakan fiqhul waqi' as-

    siyasi (memahami kondisi politik) -kadar yang wajib- yang diwajibkan kepada setiap

    muslim agar mengetahui dari kondisi tersebut- : kondisi yang Allah kabarkan dalam

    7 Syaikh Zaid Al-Madkhali hafizhahullah berkomentar terhadap ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq yangmerendahkan kedudukan gurunya sendiri -Syaikh Asy-Syinqithi- : "Bahwa ucapannya terhadap Syaikh

    Asy-Syinqithi mirip seperti apa yang diucapkan oleh Muhammad Al-Ghazali -rahimahullah- : bahwasesungguhnya Asy-Syinqithi mempermainkan lafadz, " ia menyebutkannya dalam kitabnya: "'I lal waadwiyah". Lihat muqoddimah kitab "An-Nashrul Aziz", tulisan Syaikh Rabi.

    8

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    9/14

    kitab-Nya atau yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam

    Sunnahnya. Namun apa yang lebih dari itu, ada kalanya termasuk dalam fardhu

    kifayah, dan ada kalanya termasuk diantara perkara yang disukai, dan terkadang tidak

    terpuji dalam sebagian keadaan, apabila menyebabkan dia menyia-nyiakan pokok-

    pokok syari'at , sebab permasalahan ini banyak terjadi.

    Orang yang pertama yang menyebutkannya -sepengetahuan saya- di masa ini adalah

    Sayyid Quthb dalam tafsirnya "Fi Dzilalil Quran" dalam surat Yusuf -menurut

    persangkaanku dan mungkin saja aku lupa8- ketika menjelaskan firman Allah Ta'ala :

    "Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku

    adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (Yusuf: 55)

    Dia (Sayyid Quthb) membagi fiqih menjadi dua bagian:

    - Fiqhul Auraq (fiqih kertas)

    - Fiqhul Harakah (fiqih pergerakan)

    Dan dia mengatakan : Sesungguhnya fiqih pergerakan dibangun di atas fiqhul waqi',

    dan haruslah bagi pergerakan -yaitu jama'ah Islamiyyah yang terorganisir- agar

    mementingkan fiqhul waqi', sebab pergerakan dibangun di atas pengetahuannya

    terhadap fiqhul waqi'. Dia lebih mementingkan fiqhul waqi' di atas apa yang

    dinamakan fiqih kertas, sebab fiqih kertas -yaitu memahami al-Quran dan As-

    Sunnah- hanyalah dibutuhkan jika daulah Islamiyyah telah ditegakkan. Adapun jika

    daulah Islamiyyah belum tegak, atau jama'ah Islam tidak memiliki kekuatan politikyang dapat menegakkan hukum, lalu bagaimana mungkin akan diperhatikan fiqih

    kertas tersebut sebelum tegaknya (daulah Islamiyah), sehingga mementingkan fiqih

    kertas dalam kekosongan -menurut ungkapannya- dalam keadaan kosong, tidak dapat

    diterapkan pada kondisi tertentu. Lalu diapun memusatkan pembicaraannya seputar

    fiqhul waqi'. Ini yang saya ketahui, dia yang pertama menyebarkannya dan

    menyebutkannya, dan fiqhul waqi' hanyalah masyhur pada masa-masa 30 tahun

    terakhir , lalu menyebar di kalangan para da'i dan pemuda."

    (Transkrip salah satu ceramah beliau yang berjudul: Pemahaman yang benar tentang

    fiqhul waqi', dari program/barnamij Maktabah Shalih Alus Syaikh "Ruhul Islam",

    transkrip Al-Akh Salim Al-Jazairi).

    Sayyid Quthb juga mengatakan dalam kitabnya "Limadza A'damuni" (48-49):

    "aku telah membebankan kepada mereka agar mengkhususkan diantara mereka

    orang-orang yang mereka pilih sebelumnya, mereka yang meneliti koran-koran dunia

    dan berita-berita dunia dan jika memungkinkan kitab-kitab yang diterbitkan dalam

    dua bahasa, Inggris dan Perancis serta memiliki semangat Islam dan mantiq Islami."

    Syaikh Rabi tatkala menukilkan ucapan Sayyid ini mengatakan: "Ini awal pijakan

    8 Apa yang beliau sebutkan tentang ucapan Sayyid Quthb pada ayat tersebut adalah benar, setelahdilakukan pengecekan, dan beliau menukilnya secara makna, Sayyid Quthb berbicara tentang kedua

    jenis fiqih tersebut.

    9

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    10/14

    dari apa yang mereka namakan "fiqhul waqi'", yang telah melalaikan banyak dari para

    pemuda untuk mementingkan ilmu syari, serta menanamkan dalam jiwa mereka

    sikap merendahkan ulama dan memalingkan para pemuda dari mereka. Bahwa

    dengan hawa nafsu mereka (hizbiyyun) memunculkan berbagai tuduhan dan hukum

    bahwa mereka (ulama) adalah "antek-antek" dan "mata-mata" , "ulama haid dan nifas"

    dan " mereka antrian (terbelakang) dari orang -orang yang dikekang (masa lalu) danilmu mereka hanya kulitnya saja". Dan Sayyiq Quthb telah menjadi contoh dalam

    mencela para ulama dan mencerca mereka, ilmu dan kitab-kitab mereka. (Dikutip dari

    kitab Yanbu' Al-Fitan: 6, karya Syaikh Rabi, ta'liq atas perkataan Sayyid Quthb

    rahimahullah).

    Dari apa yang kita paparkan sangat nampak sekali pengaruh dakwah Ikhwanul

    Muslimin yang bercokol pada diri Abdurrahman Abdul Khaliq, sehingga sampai

    kepada tingkat merendahkan kedudukan para ulama Ahlus Sunnah wal-jama'ah dan

    memberinya gelar-gelar yang buruk. Berkata At-Thahawi rahimahullah dalam

    aqidahnya:

    --

    "Ulama Salaf yang terdahulu, dan yang setelahnya -dari yang mengikuti mereka-

    dalam kebaikan dan mengikuti atsar, ahli fiqih dan berpandangan- mereka tidak

    disebut kecuali dengan kebaikan, barangsiapa yang menyebut mereka dengan

    keburukan, maka dia bukan di atas jalan (yang benar)."

    Sebenarnya dengan apa yang telah kami sebutkan, sudah cukup untuk menjelaskan

    tentang keadaan Abdurrahman Abdul Khaliq dari sisi manhaj yang dimilikinya.Demikian besar pengaruh manhaj Al-Ikhwanul Muslimun terhadap dakwah yang

    sedang dijalankan olehnya. Sehingga sangat wajarlah kalau Al-Akh Firanda

    memasukkannya dalam daftar "para hizbiyyin" yang dia sebutkan sebelumnya.

    Para pembaca yang budiman -semoga Allah senantiasa merahmati kita semua-, untuk

    melengkapi data bagi para pembaca -disamping kesalahan yang telah kami sebutkan

    yakni bersikap berlebih-lebihan dalam menyikapi fiqhul waqi', mencela ulama,

    bahkan gurunya sendiri,- yang ingin mengetahui lebih jauh tentang penyimpangan

    tokoh penting dalam organisasi Ihya At-Turats ini, maka kami akan meringkasnya

    dalam poin-poin berikut:

    Menganggap bahwa diantara metode dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallamadalah berdemonstrasi

    Menganggap bahwa kondisi kaum muslimin yang terpecah-pecah menjadiberkelompok-kelompok dan berjama'ah adalah fenomena yang sehat

    Membolehkan masuk ke dalam parlemen, bahkan menulisnya dalam kitab khususdengan judul "Masyru'iyyah ad-dukhul ilaa al-majalis at-tasyri'iyyah" (di

    Kuwait dan Bahrain ada parpol dengan nama Salafi, red)

    Membagi syari'at Islam menjadi dua bagian yakni kulit dan isi. Dan AbdurahmanAbdul Khaliq mengatakan : Sayang sekali, kita memiliki para Syaikh yang

    memahami kulit-kulit Islam, pada tingkatan masa-masa lalu yang telah mengalami

    perubahan dalam aturan kehidupan manusia dan metode mu'amalah mereka."

    10

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    11/14

    Menuduh salafiyyin yang membantah ahlul bid'ah sebagai orang yang bermanhajKhawarij yang memberontak terhadap Utsman radhiyallahu anhu dan

    membunuhnya

    Menguatkan manhaj muwazanah, dalam menyebutkan kebaikan dan keburukanahlul bid'ah.

    Ia dengan organisasinya telah membentuk hizbiyyah tanpa memperhatikanmasalah tashfiyah dan tarbiyah.

    Ia dengan organisasinya telah menempuh cara Al-Ikhwanul Muslimun dalamberdakwah lewat politik. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata tentangnya :

    "Politik telah merubahnya"

    Menganggap boleh melakukan sebagian perkara haram untuk mencapai tujuan. Iaberkata dalam kitabnya "Al-Muslimun wal 'Amal as-Siyasi", hal:56: "Seorang

    muslim tidaklah mungkin menangani perdagangan, pertanian, keterampilan dan

    amalan apapun, kecuali dengan melakukan sebagian perkara -yang haram- yang

    telah ditetapkan oleh kondisi yang menyimpang dari agama."

    Dan masih banyak lagi yang lainnya, yang akan kita sebutkan pada edisi selanjutnya,

    insya Allah Ta'ala.

    Untuk mengetahui semua apa yang kami sebutkan, silahkan merujuk ke referensi

    berikut:

    Jama'ah Wahidah Laa Jamaa'aat, tulisan Syaikh Rabi, Mulahadzoot 'Alaa

    Ba'dhi Kutub As-Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, tulisan Syaikh Bin Baaz

    rahimahullah, terdapat dalam fatawa Ibnu Baaz: 8/240-245, An-Nashr Al-Aziz,

    tulisan Syaikh Rabi hafizhahullah, dengan kata sambutan dari Syaikh Ahmad An-

    Najmi hafizhahullah, Fatawa Al-Albani dari kaset Silsilah Al-Huda wan-Nuur:

    200, dari program Ahlul Hadits wal Atsar, Fatawa Al-Albani dari kaset Silsilah Al-Huda wan-Nuur: no: 700, dari program Ahlul Hadits wal Atsar.

    Jika ada yang mengatakan : Kami sudah tahu tentang penyimpangan Abdurrahman

    Abdul Khaliq, namun apa hubungan antara kesalahan-kesalahan Abdurrahman Abdul

    Khaliq dengan organisasi Ihya At-Turats?

    Maka kami menjawab dari beberapa sisi:

    1. Perlu kita mengetahui -semoga Allah senantiasa membukakan hati kita untuk

    menerima al-haq- bahwa pengaruh dan campur tangan Abdurrahman Abdul Khaliq

    terhadap Ihya At-Turats adalah seperti pengaruh Hasan Al-Banna terhadap al-Ikhwanul Muslimun. Sebagaimana seseorang yang apabila dia hendak mengetahui

    tentang gerakan Al-Ikhwanul Muslimun, maka dengan cara mempelajari model dan

    pemikiran dakwah Hasan Al-Banna serta tokoh-tokohnya. Maka demikian pula

    Abdurrahman Abdul Khaliq, yang memiliki peranan yang sangat penting dalam

    organisasi tersebut, dan pendapat-pendapatnya-lah yang selalu dikedepankan dalam

    menjalankan "hizbiyyah" Ihya' At-Turats. Dan itu sangat nampak sekali dari manhaj

    mereka yang dituangkan lewat majalah mereka yang dinamakan "Al-Furqan", dan

    juga berdasarkan data-data dan kesaksian dari para masyaikh dan penuntut ilmu yang

    mereka pernah hidup bersama mereka. Hal ini akan kita beberkan pada edisi

    berikutnya, insya Allah Ta'ala.

    2. Bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq-lah yang menjadi penyebab perpecahan yang

    11

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    12/14

    terjadi di Indonesia, dengan kedatangannya ke ma'had Al-Irsyad, Tengaran, Boyolali

    dan sempat mengisi ceramah disana. Disaat beberapa ustadz berkumpul di sana untuk

    mendengar taushiyah dari Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq -semoga Allah

    memberi hidayah kepada kita semua-, lalu kemudian terjadi forum tanya-jawab.

    Adapun yang saya ingat ketika itu (dan saya hanya mendengar dari kaset, namun

    beberapa ustadz menghadiri secara langsung majelis tersebut, diantara yang saya ingatadalah Al-Ustadz Muhammad Sewed, dan Al-Ustadz Shalih Su'aidi. Dan ketika itu

    belum jelas keadaan Abdurrahman Abdul Khaliq dan hakikat penyimpangannya oleh

    sebagian kalangan para ustadz tersebut) bahwa Abdurrahman sangat getol melakukan

    pembelaannya terhadap Yusuf Al-Qaradhawi. Abdurahman juga memujinya (Yusuf),

    menyatakan andilnya yang sangat besar terhadap Islam -menurutnya-, ia mencela

    orang yang merendahkan kedudukannya. Bahkan ia sampai kepada tingkat

    mentahdzir orang yang melecehkan Yusuf Al-Qaradhawi agar tidak menghadiri

    majelis orang yang seperti itu. Apa yang saya sebutkan ini banyak diketahui oleh

    ikhwan yang mengalami awal terjadinya perpecahan pada saat itu. Tapi sayang sekali,

    kaset itu entah dimana karena kejadian ini sudah cukup lama sekali, kalau tidak salah

    di tahun 1996, sepuluh tahun yang lalu.

    Oleh karenanya, sungguh benar apa yang disebutkan oleh Syaikh Muqbil

    rahimahullah Ta'ala:

    "Organisasi Ihya At Turots di Kuwait, yang mengumpulkan harta lalu mengirim

    Abdurrahman Abdul Khaliq untuk menyesatkan manusia dan memecah-belahpersatuan mereka. Maka dakwah ini tidak membutuhkan Abdurrahman Abdul Khaliq

    dan pemikirannya. Hendaklah ia duduk di rumahnya." (Dikutip dari kitab Tuhfatul

    Mujib: As'ilah Syabab Andunusia, pertanyaan no: 75)

    Oleh karena itu, tatkala para ulama menjelaskan tentang kondisi dakwah Salafiyyah

    model "Abdurrahman Abdul Khaliq", maka mereka tidak mengkhususkan

    pembicaraannya terhadap Abdurrahman Abdul Khaliq, namun mengikut-sertakan

    organisasinya yang diatur dan dididik oleh Abdurrahman dengan pemikiran "Al-

    Ikhwanul Muslimun"-nya. Sementara yang menunjukkan apa yang saya sebutkan

    adalah tatkala Syaikh Al-Albani -tentu beliau termasuk ulama senior dalam

    pandangan Firanda dan yang lainnya- ditanya dalam salah satu majelisnya tentang

    buku Abdurrahman Abdul Khaliq yang menulis tentang disyariatkannya melakukan

    amalan politik. Beliau (syaikh Al Albani) menyampaikan nasehat setelah beliau

    membaca risalah tersebut, dan diantara yang beliau katakan:

    ,,,

    .,,}

    :}((, ))

    12

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    13/14

    "Dalam keyakinanku, bahwa para ikhwan yang ada di Kuwait -aku sangat khawatir

    terhadap mereka- mereka telah menjadi seperti Al-Ikhwanul Muslimun, mereka tidak

    mementingkan perkara dakwah, tidak mementingkan dengan apa yang saya namakan

    dengan "tashfiyah dan tarbiyah". Kepentingan mereka adalah politik, kedudukan,

    pemilu, parlemen, dan yang semisalnya. Lebih dari itu yakni dia (Abdurrahman AbdulKhaliq) menyatakan bahwa diharuskan melakukan sebagian perkara yang

    diharamkan! Sebab hal ini jika diucapkan seorang kafir, ini merupakan perkara besar,

    lalu bagaimana jika diucapkan oleh seorang Salafi? Rabb kita berfirman:

    "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan

    keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."

    (At-Tholaq: 2-3)

    Sementara dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) mengatakan: Harus melakukan

    sebagian perkara yang diharamkan. Maka dalam hadits yang masyhur:

    "Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak boleh didapatkan dengan cara yang

    haram"9. (Dikutip dari kaset Silsilah al-Huda wan Nuur, fatawa Syaikh Al-Albani

    rahimahullah, no: 166, dari program Ahlul Hadits wal Atsar).

    3. Memberi peringatan kepada kaum muslimin dari bahaya pemikiran Abdurrahman

    Abdul Khaliq,yang disebarkan melalui berbagai kegiatan Organisasi Ihya At-Turats di

    berbagai negara secara umum dan di Indonesia secara khusus, agar mereka tidak

    terpengaruh dari berbagai penyimpangan dan kesesatan tersebut. Sebab boleh jadi

    seseorang dapat terpengaruh -baik secara langsung maupun tidak- dengan sebab sikaphusnudz-dzhan (berbaik sangka) kepada organisasi ini, sehingga dapat menyebabkan

    ia merendahkan kedudukan seseorang -terlebih bila dia tergolong dalam salah satu

    ulama "paling senior"- yang mengkritik dan menjelaskan kesesatan dan

    penyimpangannya.

    Al-Ustadz Al-Fadhil Ibnu Yunus hafizhahullah (Makassar) mengabarkan kepada kami

    bahwa pernah terjadi pertemuan empat mata antara beliau dengan Al-Akh Firanda,

    terjadi dialog diantara keduanya. Diantara yang disebutkan oleh Firanda bahwa ia

    dikabari oleh gurunya yang mengajarinya di "Jami'ah Islamiyyah" Madinah

    Nabawiyyah, bahwa "keadaan kota Madinah "lebih kondusif" setelah Syaikh Rabi'

    "diusir" dari kota tersebut". Kira-kira itulah yang dia sebutkan dalam pertemuantersebut. Maka bila hal ini benar, sungguh Firanda telah menjadi buta dengan sebab

    kecintaannya terhadap organisasi Ihya At-turats dan yang bekerjasama dengan

    mereka, dengan sebab itulah yang menyebabkan dia berani menukil berita "bohong

    9 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam "Hilyatul Auliya': 10/27, dari Abu Umamah dengan lafadz:

    "Sesungguhnya Jibril telah meniupkan ke dalam hatiku bahwa satu jiwa tidak akan mati sampai ajalnyasempurna, dan rizkinya telah cukup, maka bertakwalah kepada Allah dan baiklah dalam mencari (rizki),dan janganlah salah seorang kalian bila diperlambat rizkinya, maka dia mencarinya dengan cara berbuat

    maksiat. Karena sesungguhnya tidak diperoleh apa yang ada di sisi-Nya kecuali dengan cara ta'atkepada-Nya.". Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami' As-Shaghir: 2085 dan jugadiriwayatkan dari jalan yang lainnya.

    13

  • 7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)

    14/14

    dan palsu" yang memang dijadikan senjata oleh para hizbiyyun, untuk merendahkan

    kedudukan Asy-Syekh Rabi' hafizhahullah Ta'ala.Wallahul musta'an.

    Mungkin saja Firanda berusaha mengelak dan mengatakan : "Saya tidak bermaksud

    merendahkan Syaikh Rabi' dengan penukilan tersebut".

    Kami katakan: "Lalu apa maksud antum menukil berita dusta itu?", sebab seseorang

    tatkala menukil sebuah berita, maka dia tidak menukilnya melainkan disebabkan satu

    tujuan tertentu:

    - Apakah ia menukil untuk membantah kedustaan berita tersebut, dan itu tidak anda

    lakukan, sebagaimana yang dikisahkan kepada kami tentang pertemuan tersebut ?

    - Apakah ia menukil untuk membenarkan apa yang diceritakan oleh guru anda ?

    Adapun kalau hanya sekedar menukil dan tidak bermaksud apa-apa, atau sekedar

    pengisi waktu disaat ngobrol, maka yang demikian bukan ciri-ciri seorang yang

    pantas disebut sebagai "thalibul 'ilmi". Apalagi bagi mereka yang telah mendapat

    gelar "LC" Licente, "MA" Master of Art, "penuntut ilmu senior" dan yangsemisalnya." Sikap lempar batu sembunyi tangan semacam yang anda tunjukkan ini

    tidaklah mencerminkan kepribadian seorang Salafi dan Ahlis Sunnah.

    Mari kita menyadari dan merenungi dosa dan kesalahan kita masing-masing tanpa

    harus membuat trik-trik yang mengesankan kita terbebas dari dosa dan kesalahan.

    Ketahuilah, sesungguhnya daging para ulama itu beracun !

    Adapun bantahan terhadap berita"dusta dan palsu" ini akan kami nukilkan pada edisi

    berikutnya, insya Allah Ta'ala.

    (BERSAMBUNG INSYA ALLAH)

    (Ditulis oleh al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi)

    SALAFI Indonesia - Istiqomah di Atas Al Quran & As Sunnahhttp://www.darussalaf.or.id/

    14

    http://www.darussalaf.or.id/http://www.darussalaf.or.id/