ihya atturots, boneka abdurrahman abdul khaliq (bagian 5)
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
1/14
5)
IIHHYYAA AATTTTUURROOTTSS,, BBOONNEEKKAA AABBDDUURRRRAAHHMMAANN AABBDDUULL KKHHAALLIIQQ
[REVISI]
Pada akhir pembahasan lalu, kami telah menjelaskan tentang ketidakpahaman dam
kecerobohan Al-Akh Firanda dan yang bersamanya -waffaqonallahu wa iyyahum
lima yuhibbu wa yardha- walaupun ia berusaha mentarjih permasalahan ini.
Sayangnya ia seorang pentarjih yang kosong dari dalil, misalnya menganggap
sebagian yang mentahdzir tidak termasuk jajaran ulama paling senior atau berdalil
dengan naluri yang biasanya dilakukan oleh kaum shufiyyah dan yang lainnya. Juga
kami membawakan tentang istilah fiqhul waqi' yang dimaksudkan oleh para hizbiyyin
semisal Abdurrahman Abdul Khaliq, mufti organisasi Ihya At Turats.
Maka pada edisi kali ini, kita akan menjelaskan perbedaan antara istilah "fiqhul waqi'"
buatan kaum hizbi, dengan kaidah "yang memiliki ilmu adalah hujjah terhadap yang
tidak memilikinya", lalu kita akan menjelaskan pula beberapa penyimpangan
Abdurrahman Abdul Khaliq dan pengaruhnya terhadap perpecahan yang ada di
berbagai negara secara umum serta di Indonesia secara khusus. Maka dengan
mengharapkan pertolongan dan taufiq dari Allah, saya mengatakan:
Definisi Fiqhul Waqi' Menurut Para Ulama
Al-Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
menjelaskan "fiqhul waqi' menurut istilah mereka, dalam beberapa kaset dari "SilsilahAl-Huda wan-Nuur", diantara fatwa beliau tersebut ada yang sudah ditranskrip.
Diantaranya yang ditranskrip oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi hafizhahullah Ta'ala
dengan judul "Su'al wa jawab haula fiqhil waqi'" (Tanya jawab seputar fiqhul
waqi'), yang dari penjelasan tersebut ada beberapa kesimpulan penting terkait dengan
fiqhul waqi' tersebut sebagai berikut :
1. Istilah Fiqhul Waqi' adalah nama yang mereka ada-adakan.
2. Bila ilmu ini dipahami berdasarkan tinjauan syari'at, maka keadaannya sama
dengan kaidah yang masyhur di kalangan para ulama yang berbunyi
"menghukumi sesuatu merupakan bagian dari penggambarannya" (), dan itu dapat dilakukan dengan mengetahui realitanya.
Maka fiqhul waqi' yang benar adalah mengetahui keadaan kaum muslimin atau
makar dari musuh-musuhnya untuk memberi peringatan darinya, bukan sekedar
teori semata, namun hendaknya berbentuk realita.
3. Sebagian para pemuda Islam terbagi dua dalam menyikapi "fiqhul waqi", ada
yang berlebih-lebihan yang mengangkat ilmu ini di atas kedudukan yang
semestinya serta menghendaki agar setiap alim harus mengetahui fiqhul waqi
menurut versi mereka. Sebaliknya ada pula yang mengesankan bahwa orang
yang lebih mengerti realita yang terjadi di dunia, maka dia adalah orang yang
faqih (paham) terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah dan Manhaj Salaf. Padahal hal
tersebut tidak mesti demikian.
1
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
2/14
4. Tidak mungkin ada orang sempurna yang dapat mengetahui semua realita yang
terjadi, sehingga yang wajib adalah bekerja-sama antara mereka yang mengerti
realita, lantas mereka menerangkan gambarannya kepada ulama dan para mufti,
lalu para ulama-lah yang menjelaskannya dari sisi hukum syar'i yang dibangun
di atas dalil yang shahih.
5. Adapun mendudukkan orang yang mengerti realita tersebut sebagai alim danmufti, hanya karena dia mengerti tentang "fiqhul waqi", maka tidak terdapat
sisi pembenaran sama sekali, yang dengan ucapannya dapat membantah fatwa
para ulama, dan membatalkan ijtihad dan hukum yang mereka tetapkan.
6. Berlebihan dalam mementingkan urusan "fiqhul waqi'" sehingga menjadikannya
sebagai manhaj bagi para da'i dan para pemuda, lalu mereka mendidik dan
terdidik dengannya serta menyangka bahwa itu merupakan jalan keselamatan:
adalah kesalahan fatal dan kekeliruan yang jelas.
7. Penyakit yang menimpa kaum muslimin pada hari ini bukan disebabkan
kejahilan mereka terhadap ilmu yang disebut "fiqhul waqi'" ini, namun sebabnya
adalah karena mereka mengacuhkan dalam pengamalan hukum-hukum agama,
berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.8. Terlalu mementingkan fiqhul waqi' yang hukumnya fardhu kifayah (dengan
tinjauan syar'i) dan kurang mementingkan urusan yang lebih penting yang
hukumnya fardhu 'ain, yaitu mempelajari Al-Qur'an dan As Sunnah: adalah
menelantarkan dan mengabaikan apa yang menjadi kewajiban bagi setiap
individu umat Islam.
9. Wajib untuk bersikap "pertengahan" dalam mengajak kaum muslimin untuk
mengenal "fiqhul waqi" dan tidak menenggelamkan mereka untuk
menyibukkan diri dalam mengetahui berbagai berita politik, berbagai analisa
dari para pemikir Barat. Namun yang wajib adalah selalu menyuarakan seputar
pentingnya memurnikan Islam dari berbagai noda, dan mendidik kaum
muslimin agar berada di atas Islam yang jernih dan murni.
10. Adapun mencela sebagian ulama dan penuntut ilmu dan menuduh mereka tidak
mengerti fiqhul waqi' dan menuduh mereka dengan sesuatu yang memalukan
untuk disebutkan adalah kesalahan dan kekeliruan yang jelas.
Inilah sepuluh poin yang dapat saya simpulkan dari apa yang disebutkan oleh beliau
rahimahullah Ta'ala. (selengkapnya silahkan merujuk langsung ke risalah tersebut).
Demikian pula Syaikhuna Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah
Ta'ala menyebutkan fiqhul waqi' model hizbiyyun, setelah beliau menjelaskan fiqhul
waqi' yang syar'i adalah memahami Al-Qur'anul Karim dan Sunnah RasulullahShallallahu alaihi wasallam. Lalu beliau berkata:
.-
.--
-
2
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
3/14
-
-
"Sebagian orang-orang yang lalai menyangka bahwa fiqhul waqi' adalah engkaumengetahui berapa banyak jalan yang ada di kota Paris, berapa banyak jalan di Kairo.
Jika engkau tidak mengetahui Geografi, maka engkau tidak tahu mengerti fiqhul
waqi'. Maka manusia yang mengerti tentang fiqhul waqi' (berdasarkan tinjauan syari,
pen) adalah Syaikh Bin Baaz dan Syaikh Al-Albani hafizhahumallah
(rahimahumallah, pen). Adapun fiqhul waqi' yang maksudnya kami memalingkan
para pemuda agar membaca koran-koran dan majalah-majalah, dan mendengarkan
berbagai siaran radio -walaupun kami tidak mengharamkan sesuatu kepada manusia
apa yang dihalalkan oleh Allah untuk mereka- . Akan tetapi kami memalingkan para
pemuda yang punya kemampuan untuk menuntut ilmu, kami memalingkan darinya
untuk memeriahkan acara teater, (kami memalingkan dari pendapat) yang tidak
mengikuti acara teater berarti dia tidak mengerti fiqhul waqi', yang tidak mengenalnasyid berarti dia tidak mengetahui fiqhul waqi', yang tidak mengetahui bahwa Basyir
adalah pemerintah muslimin yang paling baik, yang tidak mengetahui bahwa
Khomeini adalah imamnya kaum muslimin, maka dia tidak mengerti fiqhul waqi',
yang tidak mengetahui bahwa Dhiya' Al-Haq adalah seorang yang melakukan
perbaikan, maka dia tidak mengerti fiqhul waqi' -dan Dhiya'ul Haq ucapannya
menunjukkan Islam, namun perbuatannya menunjukkan dia seperti orang Amerika
dan saya tidak mengafirkannya-. (Dikutip dari kitab Fadhaih wa Nasha'ih: 109).
Berkata pula Syaikh Al-Fauzan hafizhahullah Ta'ala:
: "",
.,,,
,, ,
,,(99 : ) .
"Adapun menyibukkan diri dengan kenyataan di masa kini, seperti yang merekakatakan "fiqhul waqi", maka ini bisa (dipelajari) setelah (mempelajari) ilmu syar'i.
Sebab seseorang dengan fiqih yang syar'i dapat melihat kondisi masa kini dan apa
yang terjadi di alam ini, juga apa yang muncul dari berbagai pemikiran dan pendapat
dibangun di atas ilmu syar'i yang benar, agar dapat membedakan antara yang baik dan
yang buruk. Akan tetapi tanpa ilmu syar'i, maka tidak mungkin dapat dibedakan
antara yang haq dan yang batil, dan antara petunjuk dan kesesatan. Maka orang yang
awal pijakannya dengan menyibukkan diri dengan pengetahuan umum, urusan berita
koran, perkara politik, sementara ia tidak memiliki ilmu dalam agamanya, maka dia
akan menjadi sesat dengan perkara-perkara ini. Sebab kebanyakan apa yang terdapat
padanya adalah kesesatan dan propaganda yang batil, dan ucapan yang manis dan
menipu, kami memohon kepada Allah pemeliharaan dan keselamatan. (Dikutip darikitab Al-Ajwibah al-Mufidah: 99).
3
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
4/14
Saya kira apa yang saya nukilkan dari keterangan para Ulama tentang istilah "fiqhul
waqi" yang diinginkan oleh hizbiyyun cukup jelas, yang intinya adalah tujuan mereka
dalam menggembar-gemborkan fiqih buatan hizbiyyun ini adalah:
- Hendak menjauhkan para pemuda Islam dari mempelajari Al-Quran dan As-
Sunnah, dan menyibukkan diri dengan berita koran dan majalah, dan yangsemisalnya.
- Menjadikan "fiqhul waqi" sebagai jembatan untuk merendahkan kedudukan para
ulama, sehingga umat tidak lagi menjadikan mereka sebagai panutan dan tempat
mengembalikan berbagai problem yang sedang mereka alami.Sehingga pada saat
mereka berfatwa dalam suatu permasalahan, terkhusus masalah yang bersifat
kontemporer, maka dengan serta-merta mereka menjawab : "Ulama itu bidangnya
hanya dalam masalah haid dan nifas saja", atau "dia-kan bukan ulama mujahid",
atau yang semisalnya.
- Menjauhkan para pemuda Islam dari manhaj Salafus Shalih yang lebih
mengutamakan urusan "At-Tashfiyah wat-Tarbiyah"1
- Menjadikan fiqih ini sebagai jembatan untuk melegitimasi sebagian apa-apa yangdiharamkan Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam.
Maka hal ini telah jelas, sungguh sangat jauh berbeda dengan kaidah yang masyhur di
kalangan para ulama, "menghukumi sesuatu adalah cabang dari penggambarannya",
juga kaidah, "yang mengetahui suatu ilmu adalah hujjah terhadap yang tidak
mengetahuinya." Sebab bukanlah diantara persyaratan sebagai seorang mujtahid atau
mufti adalah mengetahui segala sesutu yang terjadi di dunia, atau dengan ungkapan
lain, harus mengetahui sesuatu yang "sangat terkenal kiprahnya dan diketahui oleh
banyak orang". Jangankan seperti Syaikh Bin Baaz, atau Ibnu Utsaimin, atau yang
lainnya dari kalangan para ulama -rahimahumullah-, bahkan setingkat Nabi Sulaiman
alaihis salaam sekalipun -yang memiliki kerajaan yang luas yang meliputi jin,
manusia dan hewan-, sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan:
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: "Hai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya
(semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Dan dihimpunkan untuk Sulaiman
tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam
barisan). (An-Naml: 16-17)
Namun kerajaan yang demikian luas yang beliau miliki, ternyata beliau tidak
mengetahui sebuah kerajaan yang "sangat terkenal kiprahnya dan diketahui banyak
orang", sementara seekor burung Hud-hud yang kecil, yang tentunya jauh lebih
rendah kedudukannya dibanding Nabi Sulaiman Alaihis salaam, justru memiliki
"fiqhul waqi'" tentang kerajaan tersebut. Allah Ta'ala mengkisahkan tentang
percakapan antara Nabi Sulaiman dengan burung dalam firman-Nya:
1 At-Tashfiyah adalah menjernihkan berbagai noda yang melekat dalam hati kaum muslimin, berupa
noda syirik, kekufuran, bid'ah dan yang lainnya. Dan At-Tarbiyah adalah mendidik umat denganpemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,berdasarkan pemahaman Salafus Shalih.
4
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
5/14
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hud-
hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan
mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika
benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". Maka tidak lama
kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang
kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita
penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasanayang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan
syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar
mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan
di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai
'Arsy yang besar". Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah
kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 20-27)
Adapun yang menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman tidak mengetahui kerajaan tersebut
dari dua perkara:
Pertama: ucapan Hud-hud, Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum
mengetahuinya.
Kedua: Nabi Sulaiman alaihis salam yang ingin membuktikan kebenaran apa yang
diucapkan Hud-hud.
Padahal bukankah ia punya sebuah kerajaan, yang tentunya sangat terkenal kiprahnya
dan diketahui banyak orang ? Apakah ayat ini tidak cukup bukti bagi orang-orang
yang mau berfikir, dan tidak mengekang dirinya dengan sikap ta'ashub dan fanatik
buta tanpa hujjah?
Bila hal ini telah jelas, maka butuh adanya kerjasama (ta'awun) antara mustafti (yang
meminta fatwa, atau yang bertanya) dengan mufti (yang berfatwa), kewajiban bagi
mustafti adalah menjelaskan dari berbagai sisi gambaran permasalahan yang akan
ditanyakan -baik positif dan maupun negatif- sehingga sesuatu yang ditanya tersebut
dapat tergambar dengan jelas bagi seorang mufti. Sebab penggambaran yang keliru
dapat menyebabkan fatwa yang keliru, bukan berasal dari keteledoran seorang
mujtahid dalam menjawab, namun disebabkan kesalahan si penanya dalam
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Dengan demikian, apa yang diucapkan oleh Al-Akh Firanda, "Ini mirip dengan carahizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama kibar, yaitu dengan tuduhan bahwa
5
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
6/14
mereka tidak mengerti fiqhul waqi, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada", ini adalah kesalahan dan kecerobohan yang sangat fatal.
Pengaruh "fiqhul waqi" terhadap mufti Organisasi Ihya At Turats,
Abdurrahman Abdul Khaliq
Abdurrahman Abdul Khaliq, mufti organisasi Ihya At Turots yang sangat
membanggakan "fiqhul waqi"-nya, yang menyebabkan ia melecehkan para ulama
Ahlus Sunnah wal-jama'ah, bahkan melecehkan sebagian para masyaikh dari guru-
gurunya yang pernah mengajarnya sewaktu dia masih belajar di Jami'ah Islamiyyah.
Ia berkata2:
"Sepantasnya kita memahami bahwa muslim yang hakiki adalah yang hidup dengan
keyakinannya dan hidup di masanya, bukan hidup di luar jamannya. Orang yang
hidup di luar jamannya -dan hidup hanya dengan pemikiran dan penanya- adalah
orang muslim. Namun dengan kondisi yang ada dan dakwahnya, dia bukan muslim.
Ini adalah sesuatu yang tidak diridhai." (Jama'ah Wahidah, karya syaikh Rabi:33)
Ia juga mengatakan : "Sesungguhnya kami menghendaki ulama yang setingkat masa
kini, ilmunya, pengetahuannya, adabnya, akhlaqnya, keberaniannya, perjuangannya,
memahami berbagai makar dan tipu-daya terhadap Islam. Dan kami tidak
menginginkan adanya antrian dari para ulama yang dikekang yang hidup dengan
jasadnya di masa kini, namun ia hidup dengan akal dan fatwanya bukan pada jaman
kita........".
Lalu ia melanjutkan:
"agar ucapanku yang terdahulu tidak dipahami sebagaimana mestinya, maka saya
akan memberi contoh nyata yang saya saksikan sendiri -dan itu bukan contoh satu-
satunya bagiku-. Dahulu ada seorang alim yang mulia yang pernah mengajari kami
tafsir dan ushul fiqih3. Benar-benar dia adalah seorang alim, dia tidak menyebut satu
ayat dari Kitabullah hingga ia menjelaskan pertama kali adalah lafadz-lafadznya
ditinjau dari bahasa, dengan mengambil dukungan puluhan bait-bait sya'ir hanya
untuk satu lafadz. Lantas ia menjelaskan pengertian kata-katanya, kemudian
maknanya secara umum, kemudian penafsiran Salaf terhadapnya, dengan berdalil
dengan hadits-hadits dan atsar. Kemudian apa yang diambil dari faedah berupa
hukum-hukum fiqih, lalu apa yang bisa dikeluarkan darinya berupa kaidah-kaidah
ushul, kemudian ia menjelaskan apa yang serupa dengannya dari ayat-ayat yang lain
dalam Kitabullah. Ia menyebut semua itu dalam keadaan engkau terkagum melihat
keluasan ilmu dan penelitiannya. Namun orang ini tidaklah sesuai sedikitpun denganlevel jamannya, Dia tidak mampu menjangkau syubhat yang dimunculkan seorang
2 Pernyataan Abdurrahman Abdul Khaliq saya nukil dari kitab Syaikh Rabi "Jama'ah Wahidah laaj am a'aat ". Mungkin ada yang mengatakan: bisa saja Syaikh Rabi salah dalam penukilan? Maka sayamenjawab: Benar, namun asal penukilan seorang yang tsiqoh adalah terpercaya. Apalagi dikuatkandengan kesaksian dari Syaikh Ali bin Muhammad Nashir Al-Faqihi -hafizhahullah- ketika beliau memujikitab tulisan Syaikh Rabi tersebut, lantas beliau berkata: "Sesungguhnya aku telah membaca kitab ini,dan aku mendapatinya sebagai pembahasan ilmiah yang terpercaya". Dan berkata pula : "Aku tidakragu terhadap penukilan Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dari Abdurrahman, apa yang ia sebutkan darihal: 38-43 dari tulisannya ini. Namun untuk semakin memntapkan hatiku dengan itu, akupun merujukkembali ke kitab Abdurrahman Abdul Khaliq yang berjudul: "Khutut Ra'isiyyah Liba'tsi al-Ummahal-Islamiyyah, cetakan kedua, tahun 1406 H. Selesai.
Ucapan beliau dapat dilihat dalam kata sambutannya terhadap kitab Syaikh Rabi yang berjudul "An-Nashr Al-Aziz"3 Beliau adalah Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah Ta'ala.
6
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
7/14
musuh -dari musuh-musuh Allah- dan bahkan tidak punya kesiapan sama sekali untuk
mendengar syubhat ini. Dan dia menyerang hakekat ilmu alam, dia menuduh orang-
orang yang membolehkan pendaratan di bulan dengan kekufuran dan zindiqi4."
Lalu ia berkata: "Adalah orang ini -yang mataku tidak pernah melihat orang yang
paling berilmu terhadap Kitabullah darinya-, ia bagaikan perpustakaan berjalan,
namun cetakan lama yang membutuhkan adanya koreksi dan revisi. Ini sekedarcontoh, dan ada pula yang selain dia
5mengajar puluhan mata pelajaran dalam ilmu
syari'at dengan level ini, namun bodoh terhadap kehidupan dan berilmu tentang
agama." (Jama'ah Wahidah, Syaikh Rabi': 49-51). Syaikh Nashir Al-Faqihi tatkala
memberi kata sambutan terhadap kitab Syaikh Rabi' dalam muqaddimah kitabnya:
An-Nashr Al-Aziz, beliau pun menukil kembali ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq
yang saya sebutkan di atas, yang menunjukkan kebenaran penukilan ucapan tersebut
dari Abdurrahman Abdul Khaliq)
Dan dia juga mengatakan:
"Para ulama kami yang mulia - mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang
organisasi-organisasi rahasia milik musuh-musuh (Islam), dan mereka tidak tahubanyak tentang gerakan dan taktik mereka. Mereka tidaklah mempelajari syubhat
musuh-musuh dan makar mereka, mereka sama sekali tidaklah pantas untuk
membantah makar musuh-musuh mereka. Bahkan mereka tidak mampu
membebaskan para pemuda umat ini dari kerusakan, kekufuran yang dimurkai ini."
(Khutut Ra'isiyyah, dikutip dari kitab Jama'ah Wahidah: 53).
Ini adalah sebagian kecil dari penukilan ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq tentang
fiqhul waqi', barangsiapa yang ingin melengkapi pengetahuannya, silahkan merujuk
Kitab "Jama'ah Wahidah" dan kitab "An-Nashr Al-Aziz" yang keduanya ditulis
oleh Syaikh Rabi' hafizhahullah Ta'ala6.
Saya tidak ingin menyebutkan bantahan terhadap ucapan ini, namun saya hanya
menukilnya untuk diketahui oleh para pembaca, bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq
adalah salah satu dari "faqih al-waqi'" yang merendahkan kedudukan para ulama
4 Syaikh Nashir Al-Faqihi -hafizhahullah- menjelaskan, dari Asy-Syinqithi -rahimahullah- bahwa Syaikhtidak pernah menuduh orang yang membenarkan pendaratan orang di Bulan sebagai kufur dan zindiq.Namun beliau hanya mengatakan: "Dhohir dari ayat menunjukkan bahwa bulan berada di dalam langit,atau di langit-langit. Jika demikian, maka ini menunjukkan bahwa mereka mustahil dapat sampai kesana. Namun jika tidak demikian, maka berarti kami belum memahami Al-Qur'an. "Dan beliau berbicaratentang orang-orang kafir dan keinginan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin.
Dan Syaikh Rabi juga menukil dari tulisan salah seorang penulis Barat yang berjudul "Kami tidakmendarat di Bulan", yang dimuat di majalah "Al-Mujahid" dari Afghanistan, dalam dua edisimenjelaskan tentang kedustaan Amerika dan NASA-nya yang mengaku telah mendarat di Bulan.(Dikutip dari kitab Jama'ah Wahidah: 50-51)5 Siapa yang dimaksud Abdurrahman Abdul Khaliq dengan "selain dia"?, perlu diketahui bahwa diantarapara pengajar di Jami'ah Islamiyyah pada saat itu adalah Syekkh Bin Baaz dan Syaikh Al-Albanirahimahumallah.6 Kami banyak menukil dari kitab Syaikh Rabi hafizhahullah bukan disebabkan karena kami taqlidkepada beliau atau kepada yang lainnya, sama sekali tidak. Sebab merupakan pokok ajaran AhlusSunnah wal jama'ah adalah menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummahsebagai pedoman dalam berislam yang benar. Namun karena beliau yang paling banyak menghabiskanumurnya untuk menulis dan membantah syubhat para hizbiyyun, yang disertai dalil dan referensi yangterpercaya, dan ketsiqahan para ulama terhadap bantahan-bantahan beliau, terkhusus Syaikh Bin Baazdan Al-Albani rahimahumallah, sehingga kami banyak menukil dari kitab beliau. Namun sebagian orang
yang benci dengan "dakwah salafiyyah" yang mulia ini, sengaja melontarkan berbagai gelar-gelar yangburuk terhadap dakwah tersebut, seperti gelar "taqlid Syaikh Rabi", atau "Salafi Yamani", "TaqlidSyaikh Muqbil", dan yang semisalnya. Wallahul musta'an.
7
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
8/14
Ahlus Sunnah wal jama'ah. Namun yang saya ingin sampaikan bahwa pemikiran ini
merupakan salah satu diantara sekian penyimpangan yang dimiliki tokoh-tokoh
Ikhwanul Muslimin7, dari merekalah pemikiran ini berasal. Hal ini dijelaskan oleh
Syaikh Shalih Alus Syaikh hafizhahullah Ta'ala, beliau menyatakan tatkala
menjelaskan tentang pemahaman yang benar dalam menyikapi fiqhul waqi":
"...oleh karena itu kami mengatakan, bahwa sesungguhnya keadaan politik dapatdiketahui. Adapun mendalaminya, maka ini sangatlah sulit menjangkaunya, sampai
para politikus sendiri mereka tidak mengetahui hakikatnya. Kita mungkin mendalami
dari kondisi politik dengan apa yang Allah Jalla wa 'Alaa memberikan kepada kita
fiqihnya, berupa prinsip-prinsip yang kokoh dalam menjelaskan hubungan antara
seorang mukmin dengan musuh-musuhnya. Ini adalah pokok-pokok yang tetap, kita
memahaminya dengan baik, seperti mengenal musuh-musuh kaum muslimin. Allah
Ta'ala berfirman:
[45 ]:
"Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. dan
cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi penolong
(bagimu)." (An-Nisaa: 45)
Allah Jalla wa 'Alaa menjelaskan kepada kita bahwa kaum musyrikin seluruhnya
sebagai musuh bagi kita, bahwa Yahudi itu adalah musuh bagi kita, Nashara adalah
musuh bagi kita, orang-orang munafik adalah musuh bagi kita. Hal ini adalah prinsip
yang umum, memahaminya adalah dengan memahami al-Kitab dan Sunnah, dan tidak
ada lagi fiqih tambahan. Maka seorang mukmin mengambil sikap kehati-hatiannya
dengan fiqih yang diambil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, sebab fiqih yang khusus ini
yang disebut fiqhul waqi' tidak dapat dijangkau oleh ilmu tersebut -dan ia bukan fiqih-, tidak dijangkau kecuali orang yang sangat khusus sekali.
Sedangkan suatu hal yang dimaklumi bahwa diantara kaidah syariat yang ditetapkan
oleh Asy-Syathibi dan yang lainnya dalam kitabnya "Al-Muwafaqaat, dan
dinyatakan pula oleh yang lainnya bahwa syariat Islam adalah syariat yang
ummiyyah, yaitu dalam penetapan syariatnya dan apa yang dituntut oleh syariat dari
para penganutnya adalah melihat keadaan mayoritas mereka, yaitu mereka yang ummi
(tidak dapat membaca dan menulis, pen). Dan apabila hukum-hukum dibangun di atas
sesuatu yang tidak ada yang dapat menjangkaunya kecuali orang yang khusus, maka
ini merupakan celaan terhadap syariat. Sebab hukum-hukum yang dibutuhkan
manusia seluruhnya tidak dibangun di atas pengetahuan orang-orang khusus dan halyang dimaklumi bahwa sikap muslim atas musuh-musuhnya diperlukan oleh setiap
orang. Oleh karenanya Allah Jalla wa 'Alaa menjelaskannya dalam al-Quran dengan
sangat terperinci.
Sesungguhnya kadar yang wajib dari (ilmu) tersebut -yang dinamakan fiqhul waqi' as-
siyasi (memahami kondisi politik) -kadar yang wajib- yang diwajibkan kepada setiap
muslim agar mengetahui dari kondisi tersebut- : kondisi yang Allah kabarkan dalam
7 Syaikh Zaid Al-Madkhali hafizhahullah berkomentar terhadap ucapan Abdurrahman Abdul Khaliq yangmerendahkan kedudukan gurunya sendiri -Syaikh Asy-Syinqithi- : "Bahwa ucapannya terhadap Syaikh
Asy-Syinqithi mirip seperti apa yang diucapkan oleh Muhammad Al-Ghazali -rahimahullah- : bahwasesungguhnya Asy-Syinqithi mempermainkan lafadz, " ia menyebutkannya dalam kitabnya: "'I lal waadwiyah". Lihat muqoddimah kitab "An-Nashrul Aziz", tulisan Syaikh Rabi.
8
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
9/14
kitab-Nya atau yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam
Sunnahnya. Namun apa yang lebih dari itu, ada kalanya termasuk dalam fardhu
kifayah, dan ada kalanya termasuk diantara perkara yang disukai, dan terkadang tidak
terpuji dalam sebagian keadaan, apabila menyebabkan dia menyia-nyiakan pokok-
pokok syari'at , sebab permasalahan ini banyak terjadi.
Orang yang pertama yang menyebutkannya -sepengetahuan saya- di masa ini adalah
Sayyid Quthb dalam tafsirnya "Fi Dzilalil Quran" dalam surat Yusuf -menurut
persangkaanku dan mungkin saja aku lupa8- ketika menjelaskan firman Allah Ta'ala :
"Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (Yusuf: 55)
Dia (Sayyid Quthb) membagi fiqih menjadi dua bagian:
- Fiqhul Auraq (fiqih kertas)
- Fiqhul Harakah (fiqih pergerakan)
Dan dia mengatakan : Sesungguhnya fiqih pergerakan dibangun di atas fiqhul waqi',
dan haruslah bagi pergerakan -yaitu jama'ah Islamiyyah yang terorganisir- agar
mementingkan fiqhul waqi', sebab pergerakan dibangun di atas pengetahuannya
terhadap fiqhul waqi'. Dia lebih mementingkan fiqhul waqi' di atas apa yang
dinamakan fiqih kertas, sebab fiqih kertas -yaitu memahami al-Quran dan As-
Sunnah- hanyalah dibutuhkan jika daulah Islamiyyah telah ditegakkan. Adapun jika
daulah Islamiyyah belum tegak, atau jama'ah Islam tidak memiliki kekuatan politikyang dapat menegakkan hukum, lalu bagaimana mungkin akan diperhatikan fiqih
kertas tersebut sebelum tegaknya (daulah Islamiyah), sehingga mementingkan fiqih
kertas dalam kekosongan -menurut ungkapannya- dalam keadaan kosong, tidak dapat
diterapkan pada kondisi tertentu. Lalu diapun memusatkan pembicaraannya seputar
fiqhul waqi'. Ini yang saya ketahui, dia yang pertama menyebarkannya dan
menyebutkannya, dan fiqhul waqi' hanyalah masyhur pada masa-masa 30 tahun
terakhir , lalu menyebar di kalangan para da'i dan pemuda."
(Transkrip salah satu ceramah beliau yang berjudul: Pemahaman yang benar tentang
fiqhul waqi', dari program/barnamij Maktabah Shalih Alus Syaikh "Ruhul Islam",
transkrip Al-Akh Salim Al-Jazairi).
Sayyid Quthb juga mengatakan dalam kitabnya "Limadza A'damuni" (48-49):
"aku telah membebankan kepada mereka agar mengkhususkan diantara mereka
orang-orang yang mereka pilih sebelumnya, mereka yang meneliti koran-koran dunia
dan berita-berita dunia dan jika memungkinkan kitab-kitab yang diterbitkan dalam
dua bahasa, Inggris dan Perancis serta memiliki semangat Islam dan mantiq Islami."
Syaikh Rabi tatkala menukilkan ucapan Sayyid ini mengatakan: "Ini awal pijakan
8 Apa yang beliau sebutkan tentang ucapan Sayyid Quthb pada ayat tersebut adalah benar, setelahdilakukan pengecekan, dan beliau menukilnya secara makna, Sayyid Quthb berbicara tentang kedua
jenis fiqih tersebut.
9
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
10/14
dari apa yang mereka namakan "fiqhul waqi'", yang telah melalaikan banyak dari para
pemuda untuk mementingkan ilmu syari, serta menanamkan dalam jiwa mereka
sikap merendahkan ulama dan memalingkan para pemuda dari mereka. Bahwa
dengan hawa nafsu mereka (hizbiyyun) memunculkan berbagai tuduhan dan hukum
bahwa mereka (ulama) adalah "antek-antek" dan "mata-mata" , "ulama haid dan nifas"
dan " mereka antrian (terbelakang) dari orang -orang yang dikekang (masa lalu) danilmu mereka hanya kulitnya saja". Dan Sayyiq Quthb telah menjadi contoh dalam
mencela para ulama dan mencerca mereka, ilmu dan kitab-kitab mereka. (Dikutip dari
kitab Yanbu' Al-Fitan: 6, karya Syaikh Rabi, ta'liq atas perkataan Sayyid Quthb
rahimahullah).
Dari apa yang kita paparkan sangat nampak sekali pengaruh dakwah Ikhwanul
Muslimin yang bercokol pada diri Abdurrahman Abdul Khaliq, sehingga sampai
kepada tingkat merendahkan kedudukan para ulama Ahlus Sunnah wal-jama'ah dan
memberinya gelar-gelar yang buruk. Berkata At-Thahawi rahimahullah dalam
aqidahnya:
--
"Ulama Salaf yang terdahulu, dan yang setelahnya -dari yang mengikuti mereka-
dalam kebaikan dan mengikuti atsar, ahli fiqih dan berpandangan- mereka tidak
disebut kecuali dengan kebaikan, barangsiapa yang menyebut mereka dengan
keburukan, maka dia bukan di atas jalan (yang benar)."
Sebenarnya dengan apa yang telah kami sebutkan, sudah cukup untuk menjelaskan
tentang keadaan Abdurrahman Abdul Khaliq dari sisi manhaj yang dimilikinya.Demikian besar pengaruh manhaj Al-Ikhwanul Muslimun terhadap dakwah yang
sedang dijalankan olehnya. Sehingga sangat wajarlah kalau Al-Akh Firanda
memasukkannya dalam daftar "para hizbiyyin" yang dia sebutkan sebelumnya.
Para pembaca yang budiman -semoga Allah senantiasa merahmati kita semua-, untuk
melengkapi data bagi para pembaca -disamping kesalahan yang telah kami sebutkan
yakni bersikap berlebih-lebihan dalam menyikapi fiqhul waqi', mencela ulama,
bahkan gurunya sendiri,- yang ingin mengetahui lebih jauh tentang penyimpangan
tokoh penting dalam organisasi Ihya At-Turats ini, maka kami akan meringkasnya
dalam poin-poin berikut:
Menganggap bahwa diantara metode dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallamadalah berdemonstrasi
Menganggap bahwa kondisi kaum muslimin yang terpecah-pecah menjadiberkelompok-kelompok dan berjama'ah adalah fenomena yang sehat
Membolehkan masuk ke dalam parlemen, bahkan menulisnya dalam kitab khususdengan judul "Masyru'iyyah ad-dukhul ilaa al-majalis at-tasyri'iyyah" (di
Kuwait dan Bahrain ada parpol dengan nama Salafi, red)
Membagi syari'at Islam menjadi dua bagian yakni kulit dan isi. Dan AbdurahmanAbdul Khaliq mengatakan : Sayang sekali, kita memiliki para Syaikh yang
memahami kulit-kulit Islam, pada tingkatan masa-masa lalu yang telah mengalami
perubahan dalam aturan kehidupan manusia dan metode mu'amalah mereka."
10
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
11/14
Menuduh salafiyyin yang membantah ahlul bid'ah sebagai orang yang bermanhajKhawarij yang memberontak terhadap Utsman radhiyallahu anhu dan
membunuhnya
Menguatkan manhaj muwazanah, dalam menyebutkan kebaikan dan keburukanahlul bid'ah.
Ia dengan organisasinya telah membentuk hizbiyyah tanpa memperhatikanmasalah tashfiyah dan tarbiyah.
Ia dengan organisasinya telah menempuh cara Al-Ikhwanul Muslimun dalamberdakwah lewat politik. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata tentangnya :
"Politik telah merubahnya"
Menganggap boleh melakukan sebagian perkara haram untuk mencapai tujuan. Iaberkata dalam kitabnya "Al-Muslimun wal 'Amal as-Siyasi", hal:56: "Seorang
muslim tidaklah mungkin menangani perdagangan, pertanian, keterampilan dan
amalan apapun, kecuali dengan melakukan sebagian perkara -yang haram- yang
telah ditetapkan oleh kondisi yang menyimpang dari agama."
Dan masih banyak lagi yang lainnya, yang akan kita sebutkan pada edisi selanjutnya,
insya Allah Ta'ala.
Untuk mengetahui semua apa yang kami sebutkan, silahkan merujuk ke referensi
berikut:
Jama'ah Wahidah Laa Jamaa'aat, tulisan Syaikh Rabi, Mulahadzoot 'Alaa
Ba'dhi Kutub As-Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, tulisan Syaikh Bin Baaz
rahimahullah, terdapat dalam fatawa Ibnu Baaz: 8/240-245, An-Nashr Al-Aziz,
tulisan Syaikh Rabi hafizhahullah, dengan kata sambutan dari Syaikh Ahmad An-
Najmi hafizhahullah, Fatawa Al-Albani dari kaset Silsilah Al-Huda wan-Nuur:
200, dari program Ahlul Hadits wal Atsar, Fatawa Al-Albani dari kaset Silsilah Al-Huda wan-Nuur: no: 700, dari program Ahlul Hadits wal Atsar.
Jika ada yang mengatakan : Kami sudah tahu tentang penyimpangan Abdurrahman
Abdul Khaliq, namun apa hubungan antara kesalahan-kesalahan Abdurrahman Abdul
Khaliq dengan organisasi Ihya At-Turats?
Maka kami menjawab dari beberapa sisi:
1. Perlu kita mengetahui -semoga Allah senantiasa membukakan hati kita untuk
menerima al-haq- bahwa pengaruh dan campur tangan Abdurrahman Abdul Khaliq
terhadap Ihya At-Turats adalah seperti pengaruh Hasan Al-Banna terhadap al-Ikhwanul Muslimun. Sebagaimana seseorang yang apabila dia hendak mengetahui
tentang gerakan Al-Ikhwanul Muslimun, maka dengan cara mempelajari model dan
pemikiran dakwah Hasan Al-Banna serta tokoh-tokohnya. Maka demikian pula
Abdurrahman Abdul Khaliq, yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
organisasi tersebut, dan pendapat-pendapatnya-lah yang selalu dikedepankan dalam
menjalankan "hizbiyyah" Ihya' At-Turats. Dan itu sangat nampak sekali dari manhaj
mereka yang dituangkan lewat majalah mereka yang dinamakan "Al-Furqan", dan
juga berdasarkan data-data dan kesaksian dari para masyaikh dan penuntut ilmu yang
mereka pernah hidup bersama mereka. Hal ini akan kita beberkan pada edisi
berikutnya, insya Allah Ta'ala.
2. Bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq-lah yang menjadi penyebab perpecahan yang
11
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
12/14
terjadi di Indonesia, dengan kedatangannya ke ma'had Al-Irsyad, Tengaran, Boyolali
dan sempat mengisi ceramah disana. Disaat beberapa ustadz berkumpul di sana untuk
mendengar taushiyah dari Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq -semoga Allah
memberi hidayah kepada kita semua-, lalu kemudian terjadi forum tanya-jawab.
Adapun yang saya ingat ketika itu (dan saya hanya mendengar dari kaset, namun
beberapa ustadz menghadiri secara langsung majelis tersebut, diantara yang saya ingatadalah Al-Ustadz Muhammad Sewed, dan Al-Ustadz Shalih Su'aidi. Dan ketika itu
belum jelas keadaan Abdurrahman Abdul Khaliq dan hakikat penyimpangannya oleh
sebagian kalangan para ustadz tersebut) bahwa Abdurrahman sangat getol melakukan
pembelaannya terhadap Yusuf Al-Qaradhawi. Abdurahman juga memujinya (Yusuf),
menyatakan andilnya yang sangat besar terhadap Islam -menurutnya-, ia mencela
orang yang merendahkan kedudukannya. Bahkan ia sampai kepada tingkat
mentahdzir orang yang melecehkan Yusuf Al-Qaradhawi agar tidak menghadiri
majelis orang yang seperti itu. Apa yang saya sebutkan ini banyak diketahui oleh
ikhwan yang mengalami awal terjadinya perpecahan pada saat itu. Tapi sayang sekali,
kaset itu entah dimana karena kejadian ini sudah cukup lama sekali, kalau tidak salah
di tahun 1996, sepuluh tahun yang lalu.
Oleh karenanya, sungguh benar apa yang disebutkan oleh Syaikh Muqbil
rahimahullah Ta'ala:
"Organisasi Ihya At Turots di Kuwait, yang mengumpulkan harta lalu mengirim
Abdurrahman Abdul Khaliq untuk menyesatkan manusia dan memecah-belahpersatuan mereka. Maka dakwah ini tidak membutuhkan Abdurrahman Abdul Khaliq
dan pemikirannya. Hendaklah ia duduk di rumahnya." (Dikutip dari kitab Tuhfatul
Mujib: As'ilah Syabab Andunusia, pertanyaan no: 75)
Oleh karena itu, tatkala para ulama menjelaskan tentang kondisi dakwah Salafiyyah
model "Abdurrahman Abdul Khaliq", maka mereka tidak mengkhususkan
pembicaraannya terhadap Abdurrahman Abdul Khaliq, namun mengikut-sertakan
organisasinya yang diatur dan dididik oleh Abdurrahman dengan pemikiran "Al-
Ikhwanul Muslimun"-nya. Sementara yang menunjukkan apa yang saya sebutkan
adalah tatkala Syaikh Al-Albani -tentu beliau termasuk ulama senior dalam
pandangan Firanda dan yang lainnya- ditanya dalam salah satu majelisnya tentang
buku Abdurrahman Abdul Khaliq yang menulis tentang disyariatkannya melakukan
amalan politik. Beliau (syaikh Al Albani) menyampaikan nasehat setelah beliau
membaca risalah tersebut, dan diantara yang beliau katakan:
,,,
.,,}
:}((, ))
12
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
13/14
"Dalam keyakinanku, bahwa para ikhwan yang ada di Kuwait -aku sangat khawatir
terhadap mereka- mereka telah menjadi seperti Al-Ikhwanul Muslimun, mereka tidak
mementingkan perkara dakwah, tidak mementingkan dengan apa yang saya namakan
dengan "tashfiyah dan tarbiyah". Kepentingan mereka adalah politik, kedudukan,
pemilu, parlemen, dan yang semisalnya. Lebih dari itu yakni dia (Abdurrahman AbdulKhaliq) menyatakan bahwa diharuskan melakukan sebagian perkara yang
diharamkan! Sebab hal ini jika diucapkan seorang kafir, ini merupakan perkara besar,
lalu bagaimana jika diucapkan oleh seorang Salafi? Rabb kita berfirman:
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."
(At-Tholaq: 2-3)
Sementara dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) mengatakan: Harus melakukan
sebagian perkara yang diharamkan. Maka dalam hadits yang masyhur:
"Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak boleh didapatkan dengan cara yang
haram"9. (Dikutip dari kaset Silsilah al-Huda wan Nuur, fatawa Syaikh Al-Albani
rahimahullah, no: 166, dari program Ahlul Hadits wal Atsar).
3. Memberi peringatan kepada kaum muslimin dari bahaya pemikiran Abdurrahman
Abdul Khaliq,yang disebarkan melalui berbagai kegiatan Organisasi Ihya At-Turats di
berbagai negara secara umum dan di Indonesia secara khusus, agar mereka tidak
terpengaruh dari berbagai penyimpangan dan kesesatan tersebut. Sebab boleh jadi
seseorang dapat terpengaruh -baik secara langsung maupun tidak- dengan sebab sikaphusnudz-dzhan (berbaik sangka) kepada organisasi ini, sehingga dapat menyebabkan
ia merendahkan kedudukan seseorang -terlebih bila dia tergolong dalam salah satu
ulama "paling senior"- yang mengkritik dan menjelaskan kesesatan dan
penyimpangannya.
Al-Ustadz Al-Fadhil Ibnu Yunus hafizhahullah (Makassar) mengabarkan kepada kami
bahwa pernah terjadi pertemuan empat mata antara beliau dengan Al-Akh Firanda,
terjadi dialog diantara keduanya. Diantara yang disebutkan oleh Firanda bahwa ia
dikabari oleh gurunya yang mengajarinya di "Jami'ah Islamiyyah" Madinah
Nabawiyyah, bahwa "keadaan kota Madinah "lebih kondusif" setelah Syaikh Rabi'
"diusir" dari kota tersebut". Kira-kira itulah yang dia sebutkan dalam pertemuantersebut. Maka bila hal ini benar, sungguh Firanda telah menjadi buta dengan sebab
kecintaannya terhadap organisasi Ihya At-turats dan yang bekerjasama dengan
mereka, dengan sebab itulah yang menyebabkan dia berani menukil berita "bohong
9 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam "Hilyatul Auliya': 10/27, dari Abu Umamah dengan lafadz:
"Sesungguhnya Jibril telah meniupkan ke dalam hatiku bahwa satu jiwa tidak akan mati sampai ajalnyasempurna, dan rizkinya telah cukup, maka bertakwalah kepada Allah dan baiklah dalam mencari (rizki),dan janganlah salah seorang kalian bila diperlambat rizkinya, maka dia mencarinya dengan cara berbuat
maksiat. Karena sesungguhnya tidak diperoleh apa yang ada di sisi-Nya kecuali dengan cara ta'atkepada-Nya.". Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami' As-Shaghir: 2085 dan jugadiriwayatkan dari jalan yang lainnya.
13
-
7/31/2019 Ihya Atturots, Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq (Bagian 5)
14/14
dan palsu" yang memang dijadikan senjata oleh para hizbiyyun, untuk merendahkan
kedudukan Asy-Syekh Rabi' hafizhahullah Ta'ala.Wallahul musta'an.
Mungkin saja Firanda berusaha mengelak dan mengatakan : "Saya tidak bermaksud
merendahkan Syaikh Rabi' dengan penukilan tersebut".
Kami katakan: "Lalu apa maksud antum menukil berita dusta itu?", sebab seseorang
tatkala menukil sebuah berita, maka dia tidak menukilnya melainkan disebabkan satu
tujuan tertentu:
- Apakah ia menukil untuk membantah kedustaan berita tersebut, dan itu tidak anda
lakukan, sebagaimana yang dikisahkan kepada kami tentang pertemuan tersebut ?
- Apakah ia menukil untuk membenarkan apa yang diceritakan oleh guru anda ?
Adapun kalau hanya sekedar menukil dan tidak bermaksud apa-apa, atau sekedar
pengisi waktu disaat ngobrol, maka yang demikian bukan ciri-ciri seorang yang
pantas disebut sebagai "thalibul 'ilmi". Apalagi bagi mereka yang telah mendapat
gelar "LC" Licente, "MA" Master of Art, "penuntut ilmu senior" dan yangsemisalnya." Sikap lempar batu sembunyi tangan semacam yang anda tunjukkan ini
tidaklah mencerminkan kepribadian seorang Salafi dan Ahlis Sunnah.
Mari kita menyadari dan merenungi dosa dan kesalahan kita masing-masing tanpa
harus membuat trik-trik yang mengesankan kita terbebas dari dosa dan kesalahan.
Ketahuilah, sesungguhnya daging para ulama itu beracun !
Adapun bantahan terhadap berita"dusta dan palsu" ini akan kami nukilkan pada edisi
berikutnya, insya Allah Ta'ala.
(BERSAMBUNG INSYA ALLAH)
(Ditulis oleh al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi)
SALAFI Indonesia - Istiqomah di Atas Al Quran & As Sunnahhttp://www.darussalaf.or.id/
14
http://www.darussalaf.or.id/http://www.darussalaf.or.id/