ideologi media islam indonesia dalam agenda dakwah: …

18
1 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014 IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: Antara Jurnalisme Profetik dan Jurnalisme Provokatif Choirul Mahfud Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS) Surabaya Abstrak Dalam era globalisasi informasi dan teknologi seperti saat ini, agenda dakwah Islam kontemporer bisa dilakukan melalui banyak cara dan media. Namun dalam realitasnya, penggunaan media sebagai instrumen dakwah ternyata tidak lepas dari ideologi media. Maksudnya, dalam menyajikan berita, informasi dan wacana, media Islam di Indonesia memiliki dan mempunyai pertimbangan-pertimbangan idealisme, argumentasi hingga dalil yang turut berpengaruh pada sajian beritanya. Kajian dalam tulisan ini menggunakan

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

1Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIADALAM AGENDA DAKWAH:

Antara Jurnalisme Profetik danJurnalisme Provokatif

Choirul MahfudUniversitas Muhammadiyah Surabaya dan

Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS) Surabaya

Abstrak

Dalam era globalisasi informasi dan teknologi seperti saat ini,agenda dakwah Islam kontemporer bisa dilakukan melaluibanyak cara dan media. Namun dalam realitasnya,penggunaan media sebagai instrumen dakwah ternyata tidaklepas dari ideologi media. Maksudnya, dalam menyajikanberita, informasi dan wacana, media Islam di Indonesiamemiliki dan mempunyai pertimbangan-pertimbanganidealisme, argumentasi hingga dalil yang turut berpengaruhpada sajian beritanya. Kajian dalam tulisan ini menggunakan

Page 2: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

2

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

telaah melalui metode induktif dan analisis sintetik. Sumberdata diperoleh dari berbagai sumber dan referensi yang terkaitdengan topik bahasan, baik dari internet online maupuneksternet offline. Kajian ini menemukan hal penting antaralain ideologi media Islam di Indonesia dalam agenda dakwahyang dilakukan selama ini setidaknya bisa dipahami menjadidua tipolologi ideologi media Islam, yaitu ideologi jurnalismeprofetik dan ideologi jurnalisme provokatif.

Kata Kunci: Media Islam, Ideologi, Jurnalisme Profetik danJurnalisme Provokatif.

A. Pendahuluan

Pasca tumbangnya rezim Soeharto, suasana keberlangsungandan kebebasan pers di Indonesia sungguh mengundang perhatianbanyak pihak. Bukan saja mereka yang selama ini aktif di belantarapers saja, namun juga beberapa kelompok umat Islam yang sebelum-nya tidak bersentuhan sama sekali justru kini mulai menggeliat penuhsemangat berjihad lewat media massa. Di tengah-tengah menjamur-nya media yang berbau pornografi, pornoaksi dan mistik, kehadiranmedia Islam yang bermunculan akhir-akhir ini cukup menggembira-kan di satu pihak. Di lain pihak, media itu sangat menyedihkan danmeresahkan. Pasalnya, kehadiran media tersebut tidak diimbangidengan semangat berjihad menegakkan misi profetisme, multi-kulturalisme dan pluralisme sebagai suatu realitas masyarakat negeriini. Parahnya lagi, banyak sekali media Islam tersebut cenderungmengemas isu atas nama Syariah Islam secara konfrontatif danbombastis.

Dalam konteks inilah, tulisan ini hadir dan hendak menyingkapmotif apa dan bagaimana banyak pihak memanfaatkan media massasebagai instrument dalam merengkuh tujuan masing-masing. Bagipenulis, hal ini perlu disorot dan dikritisi sebab manakala dibiarkanmaka bisa jadi kebebasan pers tersebut disalahgunakan (abuse ofpress freedom) yang seharusnya tidak terjadi. Pengamat media Islam,Agus Sudibyo (2005) mengatakan bahwa menjelang akhir dekade90-an, kita menyaksikan gerakan Islam militan yang mencoba

Page 3: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

3

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

menampilkan Islam dengan cara yang berbeda dengan mainstream.Mereka tidak hanya menampilkan diri dalam bentuk identitas dansimbol keislaman yang mencolok, tetapi juga hadir dalam bentukperjuangan yang khas, mulai dari tuntutan penerapan syariat Islamhingga penggerebekan tempat-tempat yang dianggap sarangmaksiat.

Pada saat bersamaan, muncul juga media-media Islam dalamformat yang boleh dikatakan berbeda dari media-media Islamsebelumnya, baik dari segi penyajian maupun isu yang diangkat. Darisegi penyajian, menurut Agus Sudibyo media-media ini menggunakanbahasa yang tegas, lugas dan berani, bahkan cenderung provokatif.Sementara, dari segi isu yang diangkat, media-media ini juga me-nurunkan tema-tema yang sensitif, termasuk yang berkenaan denganSARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan), tentu saja denganpendekatan yang sangat mencerminkan kepentingan Islam.

B. Pembahasan

Problem akademik yang mendasari tulisan ini adalah adanyafenomena menjamurnya media Islam di negeri ini yang di satu sisicukup menggembirakan, namun juga menggelisahkan di sisi yanglain, terutama dalam aspek ideologi pemberitaan dalam media Islamdi Indonesia pasca reformasi. Sebagaimana dimafhumi, Harold D.Laswell pernah menyatakan bahwa kunci komunikasi efektif ataudalam bahasa kita bisa disebut dakwah efektif, diantaranya tidaklepas dari unsur “who says what which channel, media and whateffects”. Pernyataan Laswell tersebut ,nampaknya relevan untukdirenungkan kembali dalam memahami, memilah dan memilihideologi media Islam di Indonesia sebagai rujukan sekaligus konsumsibacaan dan kajian keislaman. Dalam konteks inilah, tulisan inimemfokuskan pada sejumlah pertanyaan apa saja ideologi mediaIslam di Indonesia dalam agenda dakwah yang dilakukan selama ini.Kemudian, bagaimana efek atau dampak ideologis dari pilihanideologi media tersebut dalam masyarakat Indonesia kontemporer.Lalu, bagaimana solusi terbaik dari berbagai pilihan ideologi mediaIslam di Indonesia dalam agenda setting dakwah Islam transformatif,hari ini dan esok. Kajian dalam tulisan ini menggunakan telaah melalui

Page 4: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

4

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

metode induktif dan analisis sintetik. Sumber data diperoleh dariberbagai sumber dan referensi yang terkait dengan topik bahasan,baik dari internet online maupun eksternet offline.

C. Tipologi Media Islam

Secara umum, tipologi media massa Islam di Indonesia bisadikategorikan dalam dua macam: Pertama, jurnalisme profetik;Kedua, jurnalisme provokatif. Tipe yang pertama mengarah padaidealisme bahwa model jurnalisme profetik merupakan jurnalismekenabian yang mengupayakan penyebaran informasi dan beritadengan penggunaan bahasa yang lebih ramah, santun, damai,menyejukkan dan dialogis. Harapannya, umat lebih menemukan pen-cerahan, pendidikan, kedamaian dan keterbukaan hati pikiran untukmemahami substansi Islam secara esensial. Dalam konteks ini, isikualitas berita lebih ditonjolkan ketimbang soal isu ideologi islamismesemata. Tipe ini juga muaranya pada penciptaan perdamaian (peacebuilding-oriented), anti kekerasan dan anti konflik. Semangat berjihadmembangun masyarakat plural dan multikultural sangat menonjolsembari menyuarakan progresifisme, liberalisme dan anti-radikalis-me. Beberapa media yang bisa dikelompokkan dalam kategori agamaialah penerbit Paramadina, Media Maarif Institute, PSAP, LKiS, Mizan,dan banyak lagi yang lainnya. Di masa lalu, kita mengenal jurnalUlumul Qur’an (LSAF), majalah Ummat dan Panji Masyarakat, meskisekarang sebagian tidak terbit lagi. Kita juga mengenal majalah baruseperti Syir’ah terbitan Yayasan Desantara, majalah perempuanRahima, juga Fahmina, jurnal Progresif milik P3M, Taswhirul Afkarmilik Lakpesdam-NU, majalah Majemuk-ICRP, Suara Muhammadiyahdan sebagainya. Di internet, meski semua kelompok Islam liberal-progresif juga memiliki website sendiri-sendiri, simbol kelompok iniditujukan pada website www.islamlib.com milik Jaringan Islam Liberal(JIL). Hal ini karena website tersebut dianggap telah menyedotperhatian sebagian umat Muslim dan non-Muslim ditanah air.1

1 Lihat di http://suratno77.multiply.com/ atau di http://www.scribd.com/doc/12276745/Perang-Pemikiran-Islam-Di-Internet, diakses 8 Nopember 2013.

Page 5: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

5

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Tipe kedua, jurnalisme provokatif. Tipe kedua ini dapatdipahami dari penggunaan bahasa dan penyajian berita yang dilaku-kan oleh pimpinan dan redaksi media Islam yang cenderung lebih kearah normatif, provokatif, intimidatif hingga anti dialogis. Mediaseperti ini lawan dari media jurnalisme profetik. Karakteristik danbahasa media ini tampak provokatif dan menebar permusuhan sertamengundang konflik. Beberapa media yang bisa dikategorikan dalamtipologi ini adalah penerbit Gema Insani Press (GIP), majalah Sabili,Ummi, Saksi, Tarbawi, dan lainnya. Hizb Tahrir Indonesia (HTI) mem-produksi majalah Al-wafie dan buletin al-Islam.Kelompok Salafimenerbitkan majalah seperti as-Sunnah, Salafy, as-Syariah, al-Furqondan lain-lainnya. Bahkan, kelompok Islam literal-konservatif dari faksiintelektual di ISTAC, IIUM Malaysia telah dianggap sukses denganpenerbitan jurnal Islamia-nya.Yayasan Hidayatulah juga menerbitkanmajalah Suara Hidayatullah. Di dunia maya, kelompok-kelompokIslam literal-konservatif tersebut masing-masing juga punya websitesendiri-sendiri. Yang cukup sukses diantaranyawww.hidayatullah.com, dan belakangan ini www.arrahmah.com danwww.voa-islam.com.

Dari pemetaan di atas dapat dipahami bahwa eksistensi dankontribusi media Islam ternyata tidak tunggal. Karenanya, kita jugaharus memahami mengapa masing-masing media memilikikarakteristik yang berbeda. Lantas, apa dan mengapa mereka melaku-kan streteotiping yang disengaja atau tidak disengaja sebagaimanayang selama ini dilakukan dan dipersepsikan publik mengarah padaorientasi ideologi dalam praktik jurnalisme dalam media Islamtersebut. Secara umum, sebetulnya kita mafhum bahwa media me-miliki idealisme masing-masing yaitu ingin memberikan informasiyang benar. Dengan idealisme semacam itu, media ingin berperansebagai sarana pendidikan. Pemirsa, pembaca, dan pendengar akansemakin memiliki sikap kritis, kemandirian, dan kedalaman bepikir.Hanya saja, realitas sering mempunyai arah yang berlawanan. Deraplangkah realitas sangat diwarnai oleh struktur pemaknaan ekonomiyang dirasakan menghambat idealisme itu.

Dalam perspektif lain, Haryatmoko menengarai bahwadinamisme komersial seakan menjadi kekuatan dominan penentu

Page 6: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

6

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

makna, pesan dan keindahan media.2 Logika pasar mengarahkanpengorganisasian sistem informasi. Banyak pimpinan media yangberasal dari dunia perusahaan mau membenarkan logika pasar itu.Seakan kompetensi jurnalisme hanya merupakan faktor produksiyang fungsi utamanya adalah menopang kepentingan pasar.3 Realitaspasar ini menggambarkan betapa media berada di bawah tekananekonomi-ideologi persaingan yang keras dan ketat.

D. Dominasi Jurnalisme Provokatif

Pada saat pasar didominasi media Islam yang menyuarakanfanatisme-eksklusivisme (provocative journalisme), media Islammoderat justru semakin hilang dari peredaran. Agus Sudibyo dalamsalah satu tulisannya berjudul “Mutu Jurnalistik Media Islam RadikalSangat Lemah” menyorot majalah Ummat yang sempat mapan padadekade 90-an ternyata tidak dilanjutkan penerbitannya. Padahal,pada masa jayanya, majalah ini sempat mencapai oplah 40 ribueksemplar, suatu pencapaian yang cukup besar untuk ukuran mediaIslam. Jurnal Ulumul Qur’an yang sempat menjadi salah satu iconpemikiran Islam, ternyata tidak berlanjut ketika kran kebebasan dibukalebar. Majalah Panji Masyarakat juga tidak lebih baik nasibnya.4

Ini tentu memprihatinkan, karena media-media Islam yangterbit sejak masa itu didominasi oleh media yang cenderung menjual“kabar-kabar kebencian”.5 Padahal kita tahu, media merupakan faktoryang sangat penting bagi pembentukan image, citra maupun stigma.Dari medialah kita memperoleh informasi mengenai realitas yangtengah berlangsung di tempat lain. Sementara, realitas yang dihadir-kan media ke hadapan kita belum tentu realitas yang sesungguhnya,tetapi realitas yang sudah dibentuk, dibingkai, dan dipolessedemikian rupa oleh media tersebut. Melalui analisis framing kitatahu betapa secara diam-diam media mendikte otak kita mengenai

2 Haryatmoko, Etika Komunikasi Manipulasi Media, Kekerasan danPornografi, (Yogyakarta: Kanisius, 2007).

3 Ibid.4Agus Sudibyo, Mutu Jurnalistik Media Islam Radikal Sangat Lemah, http:/

/islamlib.com/?site=1&aid= 766&cat=content&cid=12&title=mutu-jurnalistik-me-dia-islam-radikal-sangat-lemah, diakses 3 Nopember 2013.

Page 7: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

7

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

“realitas” tanpa kita sadari.Konsep framing (pembingkaian) sering digunakan oleh media

untuk menggambarkan sebuah peristiwa dengan menonjolkan aspektertentu dan sekaligus menempatkan informasi dalam konteks yangkhas sehingga isu tertentu mendapat alokasi dan perhatian yang lebihbesar ketimbang isu yang lain. Dalam praktiknya, framing dijalankanmedia dengan menyeleksi isu tertentu sambil mengabaikan isu yanglain; menonjolkan aspek tertentu dari isu tersebut sambil me-nyembunyikan dan bahkan membuang aspek yang lain. Ini dilakukanmulai dari proses perencanaan, pengumpulan data lapangan,verifikasi dan seleksi data, penyajian dalam bentuk berita, hinggapenempatannya di sebuah rubrik tertentu.6

Barangkali itulah sebabnya, seorang wartawan politik Amerikayang sangat terkenal, Walter Lippmann, mengatakan bahwa antaraberita dan kebenaran adalah dua hal yang berbeda dan harus dibeda-kan dengan tegas. Bahkan ia mengatakan, dalam tradisi pers Amerikayang sangat profesional pun, ada ungkapan, “Kami lebih sering me-rumuskan baru kemudian mencari berita, ketimbang mencari beritadulu baru merumuskan”.7

Jika kita membaca media-media Islam yang terbit tak lamasetelah Orde Baru tumbang, maka akan segera tampak betapakonsep framing diterapkan secara nyaris sempurna dalam hampir disetiap pemberitaannya. Media-media tersebut menyajikan beritayang secara emosional langsung menghunjam kesadaran umat.Majalah Sabili misalnya, tidak hanya dibaca oleh kalangan Islam,kalangan non-muslim pun ikut membaca. Simak alasan pembacaKatholik yang selalu setia membeli majalah Sabili: “Saya sangatmenikmati nuansa permusuhan yang ditampilkan Sabili.”8

5 Baca Agus Sudibyo, Ibnu Hamad dan Muhammad Qodari, Kabar-kabarKebencian, Prasangka Agama di Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001).

6 Lihat http://www.islamlib.com/?site=1&aid=445&cat=content&cid=11&title= quo-vadis-media-islam-moderat, diakses 3 Nopember 2013.

7 Walter Lippmann, Opini Umum, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998).8 Baca tulisan Agus Muhammad, Jihad Lewat Tulisan, PANTAU, Tahun II

No. 15, Juli 2001. Juga bisa dilihat dihttp://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/10/27/0020.html,diakses 8 Nopember 2013.

Page 8: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

8

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Lantas, pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa media Islammoderat justru surut pada saat pasar didominasi oleh media Islam(jurnalisme perang) yang hanya menjual kebencian dan permusuhan?Memang ada semacam asumsi pasar bahwa media Islam bukansesuatu yang marketable. Namun asumsi ini patah oleh kisah suksesSabili. Ada asumsi lain bahwa Islam moderat bukan tema yang cukupmenarik untuk dijual. Asumsi ini pun patah oleh kisah sukses PanjiMasyarakat, Ummat dan Ulumul Qur’an. Kegagalan tiga media Islamini mempertahankan hidupnya bukan karena kehabisan gagasan ataugagasan yang diusungnya tidak menarik, tetapi lebih karena faktormanajemen: yakni tidak dikelola penerbitannya sebagimana layaknyasebuah penerbitan pada umumnya yang tidak hanya bersaing dalamsoal mutu, tapi juga waktu. Yang laku bukan hanya media yangbermutu, tetapi juga yang terbit lebih dulu. Jaminan mutu dan waktuhanya bisa dipenuhi oleh manajemen yang handal, hal yang jarangditemui dalam media Islam.

Faktor manajemen memang menjadi problem serius dalampengelolaan media Islam, khususnya media Islam moderat.Manajamen di sini tidak semata-mata dalam pengertian manajemenperusahan, di mana seluruh pengelolaan sumberdaya perusahaandiorientasikan sepenuhnya untuk menghasilkan produk berkualitasuntuk memenuhi standar kompetisi, tetapi juga dalam artimanajemen redaksional, di mana daya tarik peristiwa, aktualitasberita, akurasi dan validitas data serta kredibilitas narasumber diolahdan disajikan menjadi sebuah berita yang memikat. Ini memangbukan pekerjan mudah. Apalagi media elektronik–radio, televisi daninternet – telah menyediakan informasi dengan cara yang jauh lebihmurah, mudah dan cepat.9

Karena itu, tantangan media Islam moderat bukan hanyaterletak pada bagaimana membenahi manajemen – baik manajemenperusahaan maupun manajemen redaksional – tetapi juga bagai-

9 Lihat http://www.islamlib.com/?site=1&aid=445&cat=content&cid=11&title=quo-vadis-media-islam-moderat, diakses 3 Nopember 2013. Juga bacaSudibyo, Agus, Ibnu Hamad dan Muhammad Qodari, Kabar-kabar Kebencian,Prasangka Agama di Media Massa,(Jakarta: ISAI, 2001).

Page 9: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

9

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

mana memberi “nilai lebih” kepada pembaca yang kian hari kiancerdas. Dan nilai lebih ini hanya mungkin terpenuhi jika “penyajianyang memikat” diimbangi oleh kualitas yang terus meningkat dari isisajian tersebut.

Dalam perspektif lain, Khaleed Abou El Fadl dalam karyanya“The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremists”, menengaraibahwa disadari atau tidak, kisah sukses kaum radikal fundamentalismelalui beragam media-media Islam lainnya tidak bisa dilepaskandari “diamnya” kelompok Islam moderat di berbagai kawasan,termasuk di Indonesia.10 Karenanya, dalam konteks ini gerakan Islammoderat seperti Muhammadiyah dan NU di negeri ini perlu sigapbergerak aktif dalam proses pencegahan kekerasan dan terorismesesuai cara dan kemampuan masing-masing.

E. Efek Jurnalisme Provokatif: Kebencian, Kekerasan dan Konflik

Potensi kekerasan oleh media (Islam) sangat besar. Stanley(2006) mensinyalir adanya praktek jurnalisme provokatif melaluiberbagai upaya pemelintiran fakta dengan penyampaian beritadengan sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenaran-nya kecuali hanya bersandar pada lebitimasi jabatan. Kasus semacamini merupakan bagian bukti awal melakukan praktek kekerasan danpembohongan publik. Praktik jurnalisme provokatif biasanya jugadilakukan dengan menghadirkan headline serta judul pemberitaanyang berbeda (misleading) dengan isi pemberitaan hingga kenyataansebenarnya. Sejumlah media juga melakukan dramatisasi sertapengerasan fakta untuk mengobarkan rasa benci dan permusuhanhingga provokasi untuk melakukan kekerasan dan semacamnya.Pengutipan kata-kata dilakukan justru dengan memilih kata-katanarasumber yang paling keras dan paling kontroversial yang bisamenimbulkan konflik terbuka.

Banyak ragam kekerasan yang dilakukan media massa,termasuk media Islam yang tentu saja tidak boleh didiamkan saja.Pasalnya, bila dibiarkan terus menerus bisa menimbulkan efek negatif

10 Khaleed Abou El Fadl dalam karyanya,”The Great Theft: Wrestling IslamFrom TheExtremists” (2005).

Page 10: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

10

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

yang tidak diharapkan bersama, diantaranya berkembangnya rasakebencian, kecurigaan hingga kekerasan. Sebab ada peribahasa andaadalah apa yang anda baca (you are what you read). Karena itu, tidakheran belakangan ini beberapa media Islam yang menggunakanmodel jurnalisme provokatif mendapat respon negatif dari sejumlahpihak. Misalnya, KH Said Aqil Siroj -Ketua Umum Pengurus BesarNahdlatul Ulama (PBNU)- mendukung sepenuhnya usulan anggotaDPR RI, Eva Sundari kepada Menkominfo untuk menutup situs danjejaring sosial Islam yang bisa dikategorikan ke dalam “jurnalismeprovokatif”.11 Menurut Said, memang ada sejumlah situs-situsprovokatif. Namun Said memberikan catatan bahwa penutupanwebsite itu harus hati-hati. Website Islam yang berisi dakwah danpenyiaran syiar Islam, tidak masuk dalam daftar penutupan. “Artinyawebsite itu, saya kira, harus dipilah-pilah. Kalau isi website itumerusak aqidah, merusak perilaku yang cenderung kepada kekeras-an, saya setuju website itu ditutup,” katanya.12

Rais Syuriyah PBNU, KH Mashdar F Masudi juga sependapatdengan ketua PBNU yang menginginkan penutupan semua websiteyang bersifat provokatif. “Seharusnya pemerintah tidak hanyamenutup website Islam yang provokatif, tetapi semua websiteprovokatif, yang memecah belah, menciptakan permusuhan ditengah masyarakat. Apapun yang provokatif itu tidak boleh,” tegasKH Masdar.13 Pemred Situs Resmi PBNU NU Online Syafi Alielhamenjelaskan bahwa nahdliyin sendiri harus mewaspadai websiteIslam seperti Arrahmah, VOA Islam, Hidayatullah, Nahi Munkar, dansejumlah website Islam lain yang tidak membawa misi IslamRahmatan Lil Alamin sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.14

Penolakan adanya jurnalisme provokatif juga dilontarkan olehAliyazahra dalam tulisannya di Kompasiana berjudul “Voa-Islam,

11 Lihat di http:// www.islampos.com/kh-said-aqil-siroj-setuju-situs-islam-provokatif-ditutup-72645/ , diakses 8 Nopember 2013.

12 Ibid.13 Ibid.14 Ibid.

Page 11: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

11

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Berhentilah Memecah Belah Umat Islam!!!”.15 Dalam tulisannya,Aliyazahra menemukan kejanggalan sikap media online www.voa-islam.com yang sudah mulai membeo dengan saudaranya Eramuslim.Media Online ini, menurut Aliyazahra, mengatasnamakan dirinyasebagai media Islam tapi sangat disayangkan banyak pemberitaandari media ini yang jauh dari nilai-nilai Islam.16 Lebih lanjut, menurut-nya, kadangkala informasi yang disampaikan bersifat ambigu bahkanpenuh tendensi dan fitnah di kalangan umat Islam.dalam konteksinilah, beberapa media Islam yang cenderung provokatif “PerluDiwaspadai”.

Dalam konteks inilah, pembaca dituntut kritis dan pembuatberita serta institusi media Islam perlu melakukan cross check danklarifikasi terus menerus, sehingga yakin dengan validitas informasiyang didapat. Lebih dari itu, kini sudah saatnya etika komunikasidijunjung tinggi bersama. Tanpa etika, tentu informasi bisa mengarahkepada tindakan asusila. Dalam hal ini, etika komunikasi berfungsiuntuk membongkar bentuk-bentuk dominasi itu dengan mengajakpenonton/ pembaca berani mengambil jarak. Etika komunikasimenumbuhkan kepedulian untuk mengkritisi media yang dewasa inicenderung membuat pemirsa/ pembaca kompulsif sehingga mem-buat refleksi diabaikan demi emosi. Informasi sudah merupakaninterpretasi.

Stanley dan Haryatmoko pernah menyatakan bahwa etikakomunikasi diperlukan untuk menjamin hak berkomunikasi di ruangpublik dan hak akan informasi yang benar. Etika komunikasi bukanhanya masalah kehendak baik wartawan atau para pelaku komunikasidengan deontologi profesi mereka, tetapi juga masalah etikainstitusional yang berupa UU atau hukum. Harus diakui bahwa nuraniwartawan dan deontologi profesi belum cukup tangguh menghadapideterminisme ekonomi dan teknologi, serta masih sangat rentanterhadap konspirasi, desinformasi, dan berbagai bentuk manipulasi.

15 Baca http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/04/25/voa-islam-berhentilah-memecah-belah-umat-islam-554799.html, diakses 8 Nopember2013.

16 Ibid.

Page 12: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

12

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Menurutnya, regulasi publik ini bukan pertama-tama untuk mem-batasi kebebasan pers dan berekspresi, tetapi semata-mata untukmemperkuat deontologi profesi, mengangkat kredibilitas media, danpada akhirnya menjamin masyarakat untuk memenuhi haknya akaninformasi yang benar dan mengarah pada penciptaan perdamaian.Jadi, etika komunikasi ingin memecahkan dilema antara kebebasanberekspresi dan tanggung jawab media sebagai instansi pelayananpublik.

F. Efek Jurnalisme Profetik: Pencerahan, Penyadaran danPerdamaian

Jurnalisme profetik adalah lawan dari jurnalisme provokatif.Secara praktis, dalam jurnalisme profetik dijunjung etika jurnalismeyang mengarah pada akurasi, validasi data dan fakta dengan modelpemberitaan yang lebih santun dan bahkan bernilai edukatif. Dalamkonteks inilah jurnalisme profetik berdampak pada upaya pen-cerahan, penyadaran dan perdamaian. Tentu saja, semua mediamassa, termasuk dalam media Islam, ingin memperoleh keuntungan(profit) yang dapat menghidupi denyut nadi bisnis media, namun disisi lain idealisme untuk melayani publik dalam kaitannya denganinformasi, media juga ingin kepuasan publik terpenuhi.

Parni Hadi, mantan redaktur Republika, menyatakan bahwapengaruh bisnis dalam praktik media massa Islam di Indonesia cukupbesar sekali.17 Karena itu, cara pemberitaan media terkadangmenggunakan gaya bahasa yang keras dan provokatif. Dalam konteksinilah, meminjam Parni Hadi pernah menjelaskan perlunya mediaIslam memahami ideology jurnalisme baru yang ia sebut sebagaiideologi jurnalistik profetik. Artinya, menurut Parni, journalisme kitamenginduk pada sifat Rasulullah yang universal, seperti: Shiddiq,Tabligh, Amanah dan Fathonah. Menurutnya, keempat hal itu ada disetiap kode etik manapun. Parni juga mengakui, ia masih tidak puasdengan Republika yang katanya pernah menjadi rujukan umat Islam

17 Lihat http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/14/17030/media-islam-sulit-berkembang-karena-masyarakat-muslimnya-sekuler/, diakses 8Nopember 2013.

Page 13: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

13

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

itu. Menurutnya lagi, kita tidak boleh berpandangan, pokoknya Islam,kita harus beli media Islam, namun mengesampingkan kualitas.18

Menurut Parni Hadi, media Islam tidak harus selalu meng-gunakan nama yang menunjukkan identitas keislaman, seperti Al-Jihad atau ada embel-embel Islam dibelakang nama media ber-sangkutan. Bagi Parni, yang penting adalah konten atau isinya.Menurutnya, nama itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalahkonten. Kalaupun ada, seperti Al Jazirah, tapi kontennya danpengelolaanya menunjukan kualitas yang baik.Itulah sebabnya,kenapa Al Jazirah berhasil. Parni berharap media-media Islam diTanag Air, seperti Era muslim, Republika, Voa-Islam, dan sebagainya,perlu lebih mengutamakan kualitas.19

Dari penjelasan Parni Hadi tersebut, efek jurnalisme profetiksangat mengedepankan kualitas pesan yang disampaikan dalampemberitaan ketimbang cara penyampaian dengan penggunaansimbol-simbol Islam namun justru menghilangkan substansi danesensi jurnalisme yang mengedepankan etika dan moralitaspublik.Publik kini tentu semakin pandai dan cerdas dalam memilih,memilah dan mengkonsumsi media Islam yang ada, apakah mediaIslam yang dibaca memberikan dampak pada penyadaran danpencerahan berislam atau sebaliknya. Publik kini juga semakinrasional dalam menilai isi berita yang disuguhkan.

G. Jurnalisme Profetik Sebagai Pilihan Ideologi Media Islam dalamAgenda Dakwah

Belakangan ini, sejumlah media massa Barat menjadikan Islamsebagai obyek sasaran dalam pemberitaan seiring kasus terorismedan bom bunuh diri. Secara kolektif, media-media Barat juga dapatdikatakan sebagai eksekutor konspirasi Islamphobia. Hal inilah yangmembuat kalangan budaya dan media-media massa dunia Islamgencar mereaksi propaganda Barat yang menyudutkan Islam. DiBarat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media

18 Ibid.19 Ibid.

Page 14: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

14

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Hingga kini,beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam, telah di-tayangkan. Sebagai contoh, film Fitna adalah salah satu film yangbenar-benar menyimpangkan Islam dan Al-Quran. Lebih dari itu,berita-berita minor sedemikian rupa dikemas media-media massaBarat untuk mengambarkan penganut ajaran Islam yang radikal danterbelakang. Hal itu dapat dilihat dari pemberitaan minor danpenyimpangan fakta yang terjadi di Palestina, Irak dan Afghanistan.

Media-media Barat dari koran, radio hingga televisi, secarakompak mempropagandakan anti Islam melalui artikel dan karikatur-karikatur yang mendiskreditkan agama ini. Denmark adalah negarayang cukup dikenal mempublikasikan karikatur penghinaan terhadapNabi Besar Muhammad Saw, bahkan hal itu dilakukan hinggabeberapa kali.Belakangan ini, ada sebuah hasil survei yang di-publikasikan harian The Guardian yang menyebutkan kalangan politisidan media massa di Inggris adalah penyebab kebencian masyarakatluas terhadap Islam. Menurut hasil survei yang dilakukan wartawanInggris bernama Peter Oborne itu, politisi dan media Inggris kerapmengobarkan kebencian terhadap umat Islam dengan menggambar-kan umat Islam sebagai teroris yang berusaha melakukan Islamisasidi Inggris.

Studi serupa juga dilakukan oleh pusat penelitian MuslimEropa di Universitas Exeter London. Dari hasil studi yang disusun olehperguruan tinggi ini ditemukan beberapa bukti empiris yang men-jelaskan perilaku para politisi dan media Inggris itu. Menurut peneliti-an ini, meningkatnya sentimen masyarakat Inggris terhadap umatIslam dikarenakan pandangan dan pencitraan buruk yang dilakukanoleh keduanya, politisi dan media massa. Hasil survei dan studi itudibenarkan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), baru-baru ini. Menurut laporan tahunan tentang hak asasi manusia (HAM)yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri AS, umat Muslim di seluruhdaratan Eropa masih mengalami diskriminasi. Bahkan, dari tahun ketahun diskriminasi yang dirasakan umat Islam di Eropa semakinmengkhawatirkan.

Di tengah kondisi seperti ini, tentu perlu mengkaji segalapotensi yang dimiliki oleh dunia Islam untuk menghadapi berbagai

Page 15: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

15

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

sikap sentimen Barat atas Islam. Salah satu misi utama media-mediaIslam yang ditekankan adalah menjawab segala tudingan yang takberdasar dan mencerminkan hakekat Islam yang tertuang dalamdoktrinasi-doktrinasi agama ini. Kini, ummat Islam perlu menyadaribahwa media dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk meng-hadapi propaganda anti Islam. Melalui media, ummat Islam jugadapat meng-counter isu-isu minor yang memojokkan agama ini.Dengan demikian, ummat Islam menggunakan senjata yang jugadigunakan oleh Barat dalam menyerang Islam, yaitu media. Salahsatu contoh untuk mencerminkan wajah Islam yang sebenarnyaadalah membuat film kehidupan Rasulullah SAW dengan men-cerminkan budi bekerti dan akhlak mulia sosok ini, khususnyaperilaku beliau dengan pemeluk agama lain.

Selain itu, hal yang juga dapat dilakukan adalah penulisanbuku, makalah dan wawancara dengan para pakar yang mengulastentang potensi ajaran Islam untuk menyelesaikan problema manusiayang sekaligus menjawab isu-isu miring tentang agama langit ini.Meski sebagian agenda dalam meng-counter propaganda anti Islamsudah dilakukan, namun upaya itu masih belum cukup menyusulpropaganda luas Barat yang terus menyuarakan anti Islam. Tentusaja pekerjaan rumah bagi praktisi media Islam di Indonesia adalahbagaimana menampilkan wajah ideologi jurnalisme profetik dalammedia Islam Indonesia yang lebih mengutamakan pencerahan,penyadaran, dan perdamaian dengan memegang teguh sifat-sifatkenabian (Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah) sebagai kode etikjurnalistik. Harapannya tentu saja masyarakat informasi merasakanperan media Islam sebagai rahmatan lil alamiin, bukan hanya sebagairahmatan lil muslimin sebagaimana yang selama ini dimainkan olehmedia Islam yang cenderung menggunakan ideologi jurnalismeprovokatif.

H. Penutup

Penjelasan sebelumnya cukup bermakna bagaimana efek ataudampak ideologis dari pilihan ideologi media tersebut dalammasyarakat Indonesia kontemporer. Ibaratnya seperti pepatah weare what we read. Dalam konteks inilah, bagaimana solusi terbaik

Page 16: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

16

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

dari berbagai pilihan ideologi media Islam di Indonesia dalam agendasetting dakwah Islam transformatif, hari ini dan esok yang tidak lainmengarah pada pilihan idealistic pada model jurnalisme profetik ataujurnalisme kenabian yang mengupayakan penyebaran informasi danberita dengan penggunaan bahasa yang lebih ramah, santun, damai,menyejukkan dan dialogis. Harapannya, umat lebih menemukanpencerahan, pendidikan, kedamaian dan keterbukaan hati pikiranuntuk memahami substansi Islam secara esensial. Dalam konteks ini,isi kualitas berita lebih ditonjolkan ketimbang soal isu ideologiislamisme semata.Pilihan pada model jurnalisme profetik tentumenjadi pekerjaan rumah bagi masyarakat Islam di Indonesia dalamagenda dakwah kontemporer.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:Assegaff, Djaffar, Jurnalistik Masa Kini Pengantar Ke Praktek

Wartawan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991.Bertens, K, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.Dewi, Fitriana Utami, Public Speaking: Kunci Sukses Bicara di Depan

Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

PT Rosdakarya.Haryatmoko, Etika Komunikasi Manipulasi Media, Kekerasan dan

Pornografi, Yogyakarta: Kanisius, 2007.Ishwara, Luwi, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Penerbit

Buku Kompas, 2007.Lippmann, Walter, Opini Umum, Jakarta:  Yayasan Obor  Indonesia,

1998.Magnis-Suseno, Franz, Etika Abad Kedua Puluh, Yogyakarta: Kanisius,

2006.Syahputra, Iswandi, Jurnalistik Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik

dalam Industri Televisi, Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Page 17: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

17

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Sudibyo, Agus, Ibnu Hamad dan Muhammad Qodari, Kabar-kabarKebencian, Prasangka Agama di Media Massa, Jakarta: ISAI,2001.

Suhandang, Kustandi, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi,Produk, dan Kode Etik, Bandung: Nuasa, 2004.

Tebba, Sudirman, Mengenalkan wajah Islam yang ramah: sufi-sufiJawa, Jakarta: Pustaka Irvan, 2007.

Website:http://www.mediaumat.com/content/view/101/68/http://www.radiotarbiyah.net/ar/modules/news/http://www.hidayatullah.com/http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A4669_0_3_0_Mh t t p : / / i n d o n e s i a n . i r i b . i r /

index.php?option=com_content&task=view&id=2876&Itemid=28http://islamlib.com/id/artikel/gus-dur-dan-media-islam/http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/

10/07/08/123929-inilah-wajah-islam-dalam-survei-di-dunia-barat

http://majalahnh.com/index.php/wawasan/145-peran-media-dalam-dakwah.html

http://suratno77.multiply.com/ht t p :/ / l i b ra ry.wah i d in st i t u te .org /se n aya n 3- sta b le1 2/

index.php?p=show_detail&id=847http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/

10/07/08/123929-inilah-wajah-islam-dalam-survei-di-dunia-barat

http://islamlib.com/id/artikel/carut-marut-wajah-islam/http://islamlib.com/id/artikel/quo-vadis-media-islam-moderat/http://islamlib.com/id/artikel/mencari-islam-indonesia/http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/04/25/voa-

islam-berhentilah-memecah-belah-umat-islam-554799.html

Page 18: IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: …

18

Choirul Mahfud, Ideologi Media Islam Indonesia dalam Agenda Dakwah

Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

http://www.islampos.com/kh-said-aqil-siroj-setuju-situs-islam-provokatif-ditutup-72645/

http://www.muslimedianews.com/2013/08/pbnu-dukung-penutupan-website-provokatif.html

http://www.suaranews.com/2013/05/fitnah-kyai-arrahmah-dan-voa-islam.html

http://www.arrahmah.com/http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/14/17030/

media-islam-sulit-berkembang-karena-masyarakat-muslimnya-sekuler/

http://www.islamlib.com/?site=1&aid=445&cat=content&cid=11&title=quo-vadis-media-islam-moderat