identifikasi potensi kawasan wisata situs...

78
IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA SITUS PURBAKALA SEMEDO DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL” Skripsi Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salaah Satu Syarat Mencapai Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh : Fakhrur Al Izza 1112015000050 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 23-Jan-2020

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

“IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA SITUS PURBAKALA

SEMEDO DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL”

Skripsi

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salaah Satu Syarat Mencapai Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh :

Fakhrur Al Izza

1112015000050

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

ABSTRAK

Fakhrur Al Izza (1112015000050). Identifikasi Potensi Wisata Situs Purbakala

Semedo di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Skripsi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini mengenai potensi wisata yang ada di Situs Purbakala Semedo. Tujuan

penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi potensi yang ada di Situs Purbakala

Semedo. Penelitian ini dilakukan di Situs Purbakala Semedo, yang dilaksanakan

pada bulan Desember 2018 – April 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah

analisis deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan adalah Observasi dan

dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa kondisi

wisata yang kurang mendorong meningkatnya wisatawan. Salahsatunya minimnya

fasilitas yang ada serta kurangnya peran serta masyarakat di sekitar Situs Purbakala

Semedo.

Kata Kunci : Potensi Wisata, Situs Purbakala, Purbakala Semedo

ii

ABSTRACT

Fakhrur Al Izza (1112015000050). Identification of Semedo Archaeological Site

Tourism Potential in Kedungbanteng District, Tegal Regency. Thesis of

Department of Social Sciences Education Geography Studies Program, Faculty of

Tarbiyah and Teacher Training, University of Islamic State Syarif Hidayatullah

Jakarta

This research regarding the tourism potential of pliers is on the Semedo

Archaeological Site. The purpose of this study is to identify the potential that exists

in the Antiquity Semedo System. This research was conducted at the Archaeological

Site of Semedo, which was held in December 2018 - April 2019. The research

method used was descriptive analysis. The research instrument used was

observation and documentation. From the results of the research that has been

done, it is found that some tourist conditions are less encouraging for tourists. One

of them is the lack of existing facilities and the lack of community participation

around the Semedo Archaeological Site.

Keywords: Tourism Potential, Archaeological Site, Semedo Archaeological

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiiim

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengucapkan

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji hanyalah milik Allah SWT, pencipta

semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para siapa saja yang

mengikuti sunnah-sunnah beliau sampai akhir zaman. Dengan izin Allah SWT,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Identifikasi Potensi Wisata

SItus Purbakala Semedo di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal”.

Skrispi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam

rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya,

penulis menyadari bahwa kehadiran skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini. ucapan terimakasih yang tak terhingga layak penulis

sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu Prof. Dr.

Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc. M.A.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu Dr. Sururin, M.Ag.

3. Ketua Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, yaitu

Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd.

4. Sekretariat Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.

5. Ibu Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan selalu memberi arahan

serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya seluruh Dosen

iv

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosialyang telah banyak memberikan

pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi.

7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan untuk

meminjam berbagai referensi yang dibutuhkan oleh penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, terkasih, tersayang dan tersegalanya, Bapak Ali

Najudin dan Ibu Masturoh yang tak kenal Lelah memberikan motivasi, baik

moril dan materil. Serta senantiasa mendoakan tanpa kenal putus untuk berjuang

dalam menyelesaikan studi.

9. Adikku tersayang, Riziq Maulana Yusuf yang senantiasa memberikan semangat

untuk menyelesaikan studi.

10. Mas Sisworo selaku Pemandu WIsata di Situs Purbakala Semedo yang

senantiasa membantu penulis dalam bahan materi dan saran di skripsi ini.

11. Ustadz Subur sahabatku yang senantiasa memberi semangat dan saran di skripsi

ini.

12. Kawan-kawan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 yang satu

sama lain saling membantu dan memberikan semangat juang. If We Believe, We

Can Do It !

13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih atas do’a, bantuan dan semangat yang sangat berharga. Penulis

tidak dapat membalas kebaikan semua pihak terlibat, semoga Allah SWT membalas

kebaikan dan dapat melahirkan kebaikan yang berikutnya. Amiin.. Amiiin Ya

Robbal ‘alamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, sehingga

dengan segala kerendahan hati maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari

para pembaca sangat penulis harapkan.

Jakarta, 20 April 2019

Penulis,

Fakhrur Al Izza

v

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................................4

C. Pembatasan Masalah .............................................................................................4

D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ..................................................................................................4

F. Manfaat Penelitian ................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pariwisata ............................................................................................6

2. Bentuk dan Jenis Pariwisata ..................................................................................7

vi

3. Potensi Wisata .......................................................................................................8

4. Situs Purbakala................................................................................................... ..10

5. Hasil Penelitian Relevan ......................................................................................13

6. Kerangka Berfikir ................................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 15

B. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................................16

C. Metode Penelitian ................................................................................................17

D. Objek Penelitian ..................................................................................................17

E. Jenis dan Sumber Data .........................................................................................17

F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................18

G. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Situs Purbakala Semedo .......................................................24

B. Data Penelitian......................................................................................................31

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .........................................................................................................66

B. Saran .................................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 16

Tabel 4.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 19

Tabel 4.3 Indikator Wawancara ............................................................................ 20

Tabel 4.4 Sumber Dokumentasi............................................................................. 21

Tabel 5.1 Fasilitas Umum……………………....................................................... 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sember daya alam

yang melimpah. Kekayaan tersebut menjadi modal utama dalam

pembangunan bangsa Indonesia kedepan. Disamping itu, Indonesia juga

dikenal sebagai negara majemuk yang kaya akan keberagaman suku, budaya,

agama maupun sejarah masa lalu. Potensi tersebut menjadi modal penting

bangsa Indonesia untuk lepas landas menuju negara yang memiliki

standarisasi kemakmuran yang tinggi.

Kekayaan alam dan keberagaman bangsa Indonesia menyimpan banyak

potensi sekaligus peluang berharga untuk mengembangkan kepariwisataan

Indonesia agar lebih bergairah di mata dunia serta memiliki karakteristik

berdasarkan kearifan lokal. Oleh karena itu, peranan pemerintah sangat

penting dalam menggali potensi dan membuat kebijakan terhadap

pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut diperlukan agar masyarakat lokal

tergugah kesadaranya untuk menggali potensi dan bergerak membangun

daerah masing-masing.

Dalam rangka mencapai tujuan pengembangan pariwisata maka

pembangunan pariwisata harus diarahkan pada pemanfaatan sumber daya

alam, makin besar sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, maka

semakin besar pula harapan untuk mencapai tujuan pembangunan dan

pengembangan pariwisata. Tujuan Pengembangan Pariwisata adalah

mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata

nasional yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan

kebudayaan serta sumber daya alam lokal dengan tetap mempertahankan

kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup

2

setempat; dan mengembangkan serta memeperluas pasar pariwisata terutama

pasar luar negeri (internasional)1.

Kabupaten Tegal memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Kabupaten ini terletak di pesisir

utara bagian barat Propinsi Jawa Tengah dengan Ibu Kota Slawi. Secara

topografis Kabupaten Tegal terdiri dari tiga wilayah yaitu daerah pantai,

daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi/pegunungan2. Dengan

keadaan alam yang demikian, Kabupaten Tegal memiliki berbagai objek

wisata baik berupa objek wisata alam, budaya maupun buatan. Objek-objek

wisata tersebut tersebar hampir merata di seluruh kecamatan-kecamatan di

wilayah ini.

Kerangka pembangunan pariwisata di Kabupaten Tegal berpedoman

pada visi pembangunan daerah yaitu menjadikan pariwisata sebagai salah satu

andalan pembangunan daerah yang bertumpu pada ekonomi rakyat dan

berorientasi global yang berakar pada nilai-nilai agama, budaya, lingkungan

hidup, persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh

rayat, dan menjadikan Kabupaten Tegal sebagai tujuan wisata nasional dan

internasional. Berdasarkan misinya, pola operasional dari pembangunan

kepariwisataan adalah dengan memperdayakan SDM aparatur dan

memperluas kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat dalam bidang usaha

kepariwisataan3.

Salah satu destinasi wisata di Kabupaten Tegal yang menjadi andalan dan

merupakan obyek wisata yang potensial untuk dikunjungi adalah Situs

Purbakala Semedo. Secara administratif situs ini terletak di Desa Semedo

Kecamatan Kedungbanteng.

Situs Semedo merupakan situs terakhir yang ditemukan di Jawa, situs ini

mempunyai potensi kepurbakalaan yang cukup signifikan karena lokasional

1 Sedarmayanti, Membangun Kebudayaan dan Pariwisata, (Bandung : mandar Maju,

2005), h.2. 2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal, Selayang Pandang Kabupaten

Tegal, (Tegal : DINBUDPAR Kabupaten Tegal, 2012) h.2 3 Ibid, h.12

3

berdampingan dengan situs-situs paleontologi tertua di Jawa seperti Bumiayu,

Satir, Kali Glagah dan Ci Saat, selain itu potensi Situs Semedo memiliki

kesamaan atau hampir sejajar dengan Situs Sangiran4.

Obyek wisata Situs Purbakala Semedo merupakan destinasi wisata sejarah

yang menyimpan potensi jejak kehidupan masa lalu, sehingga tidak salah jika

obyek wisata ini banyak menarik para wisatawan untuk berkunjung. Obyek

wisata ini tidak hanya menyajikan potensi berupa peninggalan-peninggalan

purbakala, namun didukung juga oleh potensi yang lain seperti candi semedo,

rumah joglo, makam kuno serta perbukitan yang memiliki pemandangan yang

indah. Dari beberapa potensi yang penulis paparkan, sebagian besar belum

tersentuh secara baik oleh pemerintah, sehingga masih banyak masyarakat

yang belum mengetahui potensi-potensi yang ada di kawasan Situs Purbakala

Semedo.

Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan juga harus

dipertimbangkan dan dijadikan pertimbangan utama dalam mengembangkan

berbagai fasilitas dan kegiatan kepariwisataan meliputi daya dukung fisik,

biotik, social-ekonomi dan budaya5. Pemerintah setempatpun kurang

memberikan pehatian terhadap perkembangan kawasan Situs Purbakala

Semedo, hal ini dibuktikan dengan ketersediaan akses jalan yang kurang baik

sehingga masyarakat berpikir ulang untuk datang ke kawasan Situs, padahal

banyak manfaat dan potensi yang dapat diperoleh dari Situs Purbakala

Semedo. Dari beberapa hal tersebut, penulis melalui penelitian ini ingin

menganalisis potensi yang ada di Situs Purbakala Semedo dengan salah satu

tujuan menjadikan kawasan tersebut sebagai daerah utama tujuan wisata di

Kabupaten Tegal.

4 Wahyu Widianto, “Situs Sangiran – Situs Semedo Perbandingan Potensi Kedua Situs

Plestosen Di Jawa”. Jurnal Sangiran, h.2 5 Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan

Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: gava Media, 2013), h.79

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka

masalah yang dapat diidentifikasi adalah

1. Masih banyaknya peninggalan-peninggalan purbakala yang belum

teridentifikasi.

2. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui potensi kawasan situs

3. Pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap kawasan situs

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, muncul banyak permasalahan yang

harus diidentifikasi. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam

kajiannya, perlu ada pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian

masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada Identifikasi Potensi

Wisata di Situs Purbakala Semedo

D. Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang dapat dikemukakan adalah “Bagaimanakah identifikasi potensi

wisata di Situs Purbakala Semedo?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi

wisata di Situs Purbakala Semedo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

5

1. Manfaat secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu geografi, khususnya untuk pengembangan geografi

kepariwisataan.

b. Untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya untuk Jurusan

Pendidikan IPS sebagai referensi lain untuk perkuliahan.

c. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

lanjutan.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

daerah, khususnya bagi Dinas pariwisata dalam mengidentifikasi potensi

pariwisata dan menentukan kebijakan-kebijakan yang menyangkut

kepariwisataan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor geografi.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata menurut W.J.S. Poewodarmint berarti perpelancongan,

sementara dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 12 pariwisata berarti

kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal

asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu

tertentu.6

Di dalam UU Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup kegiatan

pariwisata tadi diberikan batasan pengertian sebagai; Berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.7

Istilah-istilah yang berhubungan dengan kepariwisataan sesuai dengan

Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan antara lain:

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

dilakukan secara sukarela, serta bersifat sementara waktu untuk

menikmati obyek atau daya tarik wisata.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

4) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta

usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut.

5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik

wisata.

6 Hari Karyono, Kepariwisataan, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1997), h.

4.

7 Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan

Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 1.

7

6) Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata.

7) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Dari uraian di atas dapat kita ambil beberapa unsur yang terkandung dalam

kepariwisataan, antara lain:

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.

b. Perjalanan itu dilakukan dari tempat satu ke tempat lainnya.

c. Perjalanan itu walau apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan

pertamasyaan atau rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di

tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di

tempat tersebut.

B. Bentuk dan Jenis Pariwisata

Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara

sendiri atau di negara lain.

Berdasarkan keadaan dan karakteristik daerah wisata, secara umum wisata

dapat digolongkan menjadi dua (2) yaitu:

1) Pariwisata Alam

Kegiatan pariwisata alam secara garis besar dapat dibedakan antara wisata

perairan atau wisata bahari (meliputi: berenang, snorkling, menyelam

berlayar, berselancar, memancing, berkano/berdayung dan lain-lain) dan

wisata daratan serta dirgantara (meliputi: lintas alam, pendakian gunung,

penelusuran goa, berkemah, jalan santai/hikin, terbang layang).

2) Pariwisata Budaya

Pariwisata budaya merupakan suatu perjalanan wisata dengan tujuan untuk

mempelajari adat istiadat, tata cara kemasyarakatan dan kebiasaan di

daerah yang dikunjungi. Termasuk dalam jenis pariwisata ini adalah

mengikuti misi kesenian ke luar negeri atau untuk menyaksikan festival

8

seni dan budaya lainnya. Wisata ini dapat berupa kunjungan atau

mengunjungi obyek wisata buatan manusia seperti museum, masjid agung,

gereja kuno dan lain sebagainya.8

Berdasarkan letak geografis, pariwisata dibagi menjadi:

a. Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata yang lingkupnya

sempit dan terbatas.

b. Pariwisata Regional (Regional Tourism), yaitu pariwisata yang ruang

lingkupnya lebih luas daripada pariwisata lokal, tetapi lebih sempit dari

pariwisata nasional.

c. Pariwisata Nasional (National Tourism), yaitu pariwisata yang

lingkupnya dalam satu negara.

d. Pariwisata Regional Internasional (Regional-International Tourism),

yaitu kawasan pariwisata yang berkembang di kawasan international

yang terbatas tetapi melewati dua batas, dua, tiga negara atau lebih

dalam kawasan tersebut, contoh pariwisata ASEAN.

e. Pariwisata Internasional (International Tourism), yaitu suatu pariwisata

yang lingkupnya dunia.9

C. Potensi Wisata

Menurut Spillane (1987) Badrudin (2001), ada lima unsur industri pariwisata

yang sangat penting, yaitu:

a. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event

attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen

dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah

tujuan wisata seperti kebun binatang, keraton, dan museum. Sedangkan

event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya

8 Hari Karyono, op.cit. h. 16.

9 Oka A Yoeti. Pemasaran Pariwisata. (Bandung: Angkasa, 1989), h. 46.

9

dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-festival,

pameran, atau pertunjukanpertunjukan kesenian daerah.

b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena

fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat

tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena

itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan

Support Industries yaitu toko souvenir, toko cuci pakaian, pemandu,

daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).

c. Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah

sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga

tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan

wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara

untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.

d. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat

dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu

perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun

laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap

dinamis gejala-gejala pariwisata.

e. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal

memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan

asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan

mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan

harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja

wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman

selama perjalanan wisata.

10

D. Situs Purbakala

a) Pengertian Situs Purbakala

Situs Purbakala merupakan lokasi tempat ditemukannya

peninggalan purbakala sebagai bukti adanya aktivitas manusia pada masa

lampau. Tanda-tanda umum yang dapat dilihat mengenai keberadaan suatu

situs adalah adanya artefak, baik yang ada di permukaan tanah maupun

dibawah tanah.10

Kajian mengenai Situs Purbakala menjadi penting saat

ini melihat urgensi dari keberadaannya yang sangat penting, berikut akan

dipaparkan mengenai definisi Situs Purbakala.

Cagar Budaya (Situs Purbakala) adalah warisan budaya bersifat

kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya,

Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya

di darat dan di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki

nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, Pendidikan, agama, dan

kebudayaan melalui proses penetapan.11

Sedangkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Cagar Budaya

adalah suatu wilayah yang mempunyai peninggalan budaya khas yang

mengandung nila luhur, yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah

dengan cara membatasi pengaruh modernisasi, antara lain dengan tidak

diizinkannya mendirikan bangunan bercirikan kebudayaan lain (modern)

di daerah tersebut.12

Yang termasuk Cagar Budaya adalah :

a) Benda bergerak dan tidak bergerak yang dibuat oleh manusia atau

yang merupakan bagian alam. Yang termasuk dalam kategori ini

adalah kelompok benda dan sisa-sisanya yang berumur 50 (lima puluh)

tahun dan mempunyai langgam yang khas dan dapat diwakili langgam

10

Tanudirjo A.Daud. Warisan Budaya untuk Semua : Arh Kebijakan Pengelola Warisan

Budaya Indonesia di Masa Mendatang. (Yogyakarta : Arkeologi Universitas Gadjah

Mada, 2003). h.2. 11

Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya”, Bab 1, pasal 1. 12

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 4, 2004. H.13.

11

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) serta dianggap mempunyai nilai

bagi sejarah, arkeologi dan seni rupa.

b) Benda yang dianggap mempunyai nilai penting bagi paleoantropologi.

c) Situs yang mempunyai arti penting bagi sejarah dan diduga

mengandung benda-benda yang termuat dalam ayat a dan b.

d) Tanaman dan bangunan yang terdapat di atas situs tersebut dan

memiliki atau dapat memiliki kepentingan langsung bagi benda-benda

yang termuat dalam ayat a dan b.

Berbicara mengenai cagar budaya sebagai peninggalan sejarah

sebenarnya tidak lepas dari ilmu purbakala atau arkeologi, yang mengkaji

bekas-bekas atau warisan masa lalu yang bersifat visual atau dapat di lihat

dengan mata. Warisan itu adalah bangunan dan monumen yang wujudnya

masih dapat di lihat, bekas-bekas yang tersimpan di dalam tanah yang

dikeluarkan dengan penggalian, itu semua benda yang berasal dari masa

lalu karena ilmu purbakala bertugas dalam lapangan warisan visual maka

ia merupakan ilmu bantu.13

Benda cagar budaya beserta situsnya merupakan sisa-sisa hasil budaya

fisik peninggalan nenek moyang yang masih dapat di lihat di muka bumi

sampai sekarang. Sumber daya tersebut merupakan data yang sangat

penting untuk merekonstruksi sejarah serta mengetahui proses perubahan

budaya masa lalu. Oleh sebab itu benda cagar budaya merupakan

peninggalan bersejarah dan sebagai bukti bahwa jauh sebelum

kemerdekaan sudah ada sebuah kehidupan yaitu kehidupan zaman purba.

Kehidupan manusia pada zaman purba telah banyak mengalami

perkembangan sesuai dengan zamannya, dan mereka hidup dengan segala

kesederhanaan dalam sebuah tradisi masa lampau.

13

Siti Gazalba, Pendidikan Islam Dalam Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Antara, 1969),

h. 25.

12

Jadi pelestarian cagar budaya adalah kegiatan yang dilakukan secara

sadar, terus-menerus, dan terarah guna melindungi benda-benda peninggalan

yang bernilai sejarah dari kegiatan yang bersifat merusak. Tindakan

perlindungan ini berusaha untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan

cagar budaya, agar dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.

b) Jenis Cagar Budaya

Apabila dilihat dari kurun waktunya, cagar budaya sebagai

peninggalan sejarah terbagi dalam dua kurun waktu yaitu, masa pra-

sejarah dan masa sejarah. Peninggalan masa pra-sejarah yaitu cagar

budaya yang berasal dari zaman sebelum dikenal tulisan, seperti misalnya

gua tempat pemukiman, fosil manusia, kapak atau logam, alat rumah

tangga, alat-alat upacara, tempat penguburan, perhiasan. Peninggalan masa

sejarah adalah cagar budaya yang berasal dari zaman setelah dikenal

tulisan hingga kini.14

c) Manfaat Cagar Budaya

Cagar budaya berfungsi:

(1) Alat atau media yang mencerminkan cipta, rasa dan karya leluhur

bangsa, yang unsur-unsur kepribadiannya dapat dijadikan suri teladan

bangsa, kini dan mendatang dalam rangka membina dan

mengembangkan kebudayaan nasionalnya berlandaskan Pancasila.

(2) Alat atau media yang memberikan inspirasi, aspirasi atau asselerasi

dalam pembangunan bangsa baik material maupun spiritual, sehingga

tercapai keharmonisan di antara keduanya.

(3) Objek ilmu pengetahuan di bidang sejarah dan kepurbakalaan pada

khususnya dan ilmu pengetahuan lainnya pada umumnya.

(4) Alat pendidikan visual kesejarahan dan kepurbakalaan serta

kebudayaan bagi anak-anak didik.

14

Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992, h. 7.

13

E. Hasil Penelitian Relevan

a) Arief Putranto (2016) Skripsi yang berjudul “Analisis Geografi

Terhadap Potensi Wisata di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten”

dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik aksidental, lalu data

yang telah dianalisis kemudian di sajikan dalam analisis deskriptif

menggunakan tabel frekuensi tunggal. Data yang tersaji kemudian

diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang ada dan diukur dengan

presentase. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket,

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitiannya

menunjukkan Karakteristik potensi wisata Situ Cipondoh dibagi menjadi

4, yaitu karakteristik fisik, sosial dan budaya, aksesbilitas dan fasilitas.

Selanjutnya hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah potensi

fisik Situ Cipondoh memiliki skor 11 yang berarti kurang mendukung,

selanjutnya skor potensi sosial budaya adalah 40 yang berarti

mendukung. Kemudian skor potensi aksesbilitas adalah 13 yang berarti

sangat mendukung, dan skor keberadaan fasilitas adalah 10 yang berarti

mendukung. Jumlah seluruh skor adalah 74 yang berarti bahwa Situ

Cipondoh mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata. Persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

ini sama-sama menguji kelayakan daerah wisata untuk dikembangkan dan

dikelola lebih baik lagi dan sama-sama menggunakan metode analisis

scoring (pengharkatan) dalam menganalisis data. Perbedaannya adalah

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.

b) Jeti Rahmawati (2015) Skripsi yang berjudul Identifikasi Potensi Obyek

Wisata Serta Arahan Rencana Dan Strategi Pengembangan Kawasan

Wisata Di Kabupaten Siak, Provinsi Riau

Hasil penelitian : Kawasan Wisata Siak, pemerintah daerah setempat

disarankan untuk: (1) menyusun paket kunjungan wisata dengan

memanfaatkan 2 kawasan wisata yang sudah ada, (2) membangun tempat

penginapan di lokasi obyek wisata yang belum tersedia, menyediakan

14

Atraksi Fasilitas

Aksebilitas

Pelayanan

Tambahan

Situs Purbakala Semedo

Pariwisata

Alam

jenis wisata lain selain wisata sejarah/budaya dengan memanfaatkan

potensi SDA yang ada (3) meningkatkan kualitas pelayanan dan

perbaikan prasarana dan sarana yang ada, dan (4) meningkatkan sistem

promosi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, kemudahan

aksesibilitas dan menambah jumlah tempat pembuangan sampah di setiap

lokasi obyek wisata

F. Kerangka Berpikir

Identifikasi potensi wisata di Situs Purbakala Semedo merupakan salah

satu cara mengetahui keterdapatan potensi wisata dari lokasi penelitian

sehingga dapat menginventariskan potensi yang ada, menjadi modal untuk

pembangunan daerah tersebut. Dalam kerangka berfikir ini identifikasi

potensi wisata di Situs Purbakala Semedo merupakan salah satu cara untuk

menginventariskan potensi wisata yang ada di daerah tersebut.

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Budaya

Alami Buatan Manusia Budaya

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Secara geografis situs purbakala semedo terletak di 6°58’ LS dan

109°17’ BT. Berdasarkan wilayah administratif pemerintah kawasan ini

termasuk wilayah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Lokasi

daerah penelitian dapat dilihat pada peta sebagai berikut :

Gambar 1 1

Gambar 3. 1 Peta Desa Semedo

16

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 11 bulan yang dimulai dari

bulan Mei 2018 sampai bulan Maret 2019. Adapun tabel waktu penelitian

seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Kamera digital

b) Laptop

c) Buku catatan

d) Pulpen

e) Pensil

f) Global Potition System (GPS)

g) Peta Kabupaten Tegal

No. Kegiatan

2018 - 2019

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Penyusuna

n Rencana

Penelitian

2 Penelitian

3 Proposal

Penelitian

4 Seminar

Penelitian

5 Penulisan

Skripsi

17

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan survey dan

pengamatan. Pendekatan survey merupakan salah satu jenis metode

penelitian deskriptif yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil

terhadap fenomena yang berkenaan dengan berbagai aspek populasi

tersebut untuk memperoleh informasi yang aktual.15

Van Dalen mengatakan bahwa “survey merupakan bagian dari

studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status),

fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara

membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan”. Survey dapat

dilakukan secara pribadi ataupun kelompok.16

D. Objek Penelitian

Menurut Arikunto Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu

sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.17

Objek

penelitian disini adalah potensi wisata Situs Purbakala Semedo di

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal.

E. Jenis dan Sumber Data

Penulisan melakukan berbagai jenis dan pengumpulan data yang

bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Data tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

15

Metode Penelitian Survei https://ahmadmubarok212.wordpress.com/metode-penelitian-

survei/ (di akses pada tanggal 15 Maret 2019) 16

Metode Penelitian Survey http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-

Survey

(di akses pada tanggal 9 September 2014) 17

Arikunto . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta,

2001)

18

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau

oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Sumber

data primer diperoleh peneliti dari wawancara dengan responden. Hasil

dari wawancara yang nantinya berupa informasi dari pihak-pihak yang

terakait yang berbentuk diskripsi analisis yaitu pemaparan hasil dari

wawancara dengan ahli sejarah, penjaga situs, dan masyarakat

setempat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan

telah diolah oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi,

misalnya dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari:

1) Sumber tertulis

Sumber tertulis dari penelitian ini didapatkan dari buku dan arsip

mengenai situs tersebut diperoleh dari Perpustakaan dan Media

cetak berupa koran.

2) Foto

Foto dalam penelitian ini juga digunakan sebagai sumber data

tambahan. Penggunaan foto-foto sebagai pelengkap dari data yang

telah diperoleh melalui observasi atau pengamatan atau wawancara

atau sumber tertulisnya. Foto yang digunakan dalam penelitian ini

adalah foto pribadi yang dihasilkan oleh peneliti pada penelitian,

dan foto adanya kunjungan ke Situs Semedo sebagai bukti yang

mendukung penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik sebagai berikut:

19

1. Library Research (studi kepustakaan)

Library Research digunakan untuk melihat dan mempelajari buku-buku,

literatur-literatur dan bahan referensi lainnya sebagai sumber untuk

menguraikan landasan teoritis dari skripsi ini.

2. Field Research (studi lapangan)

Field Research digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dari

lapangan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai

dengan tujuan penelitian maka digunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.18

Observasi yang

digunakan merupakan observasi non partisipasi sehingga peneliti

tidak terlibat langsung dan tidak mempengaruhi objek yang

diobservasi. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 4.2

Variabel Penelitian

18

Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FITK, 2011), h. 66.

No. Variabel yang

diamati Keterangan

1. Kondisi fisik mengamati kondisi fisik Kawasan Situs

Purbakala Semedo.

2. Tempat mengamati kegiatan yang sedang

berlangsung di Situs Purbakala Semedo.

3. Pelaku mengamati pengunjung yang berada pada

Kawasan Situs Purbakala Semedo

4. Aktivitas mengamati aktivitas yang dilakukan

pengunjung Situs Purbakala Semedo.

20

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan

secara langsung informasi atau keterangan-keterangan.19

Pedoman

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur

dengan menyiapkan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebagai

instrument wawancara. Kemudian dari daftar pertanyaan untuk

wawancara tersebut dapat dikembangkan sehingga informasi yang didapat

lebih lengkap dan tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

Tabel 4.3

Indikator Wawancara

No. Indikator Potensi Sumber

1. Attractions

(Daya tarik)

Museum Prasejarah

Ruang Audiovisual

Makam Keramat

Gua Tirem

Rumah Joglo

Sedekah Bumi

Tari Sintren

Pemandu

Wisata

2. Facilities

(Fasilitas)

Akomodasi

Catering Service

Tempat Parkir

Tempat Belanja

Sarana Ibadah

Layanan Kesehatan

Pusat Informasi

Pemandu

Wisata

19

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2003), h. 83.

21

Keamanan

Toilet Umum

Sistem Perbankan

Ketersediaan Listrik

Layanan Telekomunikasi

3. Transportation Sarana Transportasi

Jarak

Pemandu

Wisata

4. Ancilliary Pemasaran

Peraturan Perundang-

undangan

Pemandu

Wisata

3. Dokumentasi

Merupakan metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.20

Dokumen dalam penelitian ini bermacam-macam, dapat berupa profil

Kecamatan Kedungbanteng, monografi penduduk daerah Kedungbanteng,

dokumen pemerintah maupun swasta, dan lain sebagainya.

Tabel 4.4

Sumber Dokumentasi

No. Dokumentasi yang didapat Sumber

1. Foto Pribadi

2. Monografi Desa Pemerintah Desa

3. Profil Kecamatan BPS Setempat

4. Peta Wilayah BAPPEDA

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah paling penting untuk

memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Dalam penelitian ini analisis

20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2010), h. 144.

22

data yang digunakan adalah dengan metode deskriptif analisis. Maksudnya

adalah analisis gambaran secara objektif terhadap tema penelitian dengan

pendekatan kualitatif, datanya diperoleh melalui wawancara dan

pengamatan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

model miles and huberman. Sejumlah langkah analisis dalam model ini,

yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.21

1. Pengumpulan Data

Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan

yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.

2. Reduksi Data

Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstrakan, dan mentransformasikan data

mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah melalui data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah

penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan

peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang

umum dilakukan dalam penelitian kualitatif dalah teks naratif yang

menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini seleksi data, penarikan kesimpulan sudah dimulai

dari proses awal diperolehnya data. Oleh karena peneliti sebagai

bagian dari instrumen penelitian, sehingga setiap data telah dicek

keakuratan dan validitasnya. Dengan model analisis Interaktif maka

peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan.

21

Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta.

Universitas Indonesia Press: . 1992) h. 18-19

23

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Situs Purbakala Semedo

1. Letak Geografis

Situs Semedo terletak di sebelah timur Kota Slawi, tepatnya di

Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Secara

Astronomis situs ini terletak pada 06057’21,6” LS, dan 109017’10,9’

BT hingga 06057’55,2” LS dan 109016’46.6” BT. Lingkungan situs

berupa perbukitan bergelombang yang berbatasan dengan daratan

aluvial Pantai Utara Tegal dan merupakan lahan terbuka yang saat ini

difungsikan sebagai hutan jati milik Perhutani. Situs Semedo

merupakan sebuah situs baru yang ditemukan pada tahun 2005.22

Situs

Semedo mulai dikenal sejak adanya temuan penduduk berupa beberapa

fragmen tulang binatang vertebrata yang telah mengalami fosilisasi.

Temuan tersebut berupa tulang panjang, tanduk, dan gigi binatang.

Temuan-temuan tersebut kemudian dilaporkan ke Dinas Kebudayaan

Tegal dan saat ini sebagian telah tersimpan di Museum Sekolah Slawi,

Tegal. Batas administrasi wilayah berbatasan :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Warureja

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Jatinegara

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Pemalang

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pangkah

2. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk di Desa Semedo tercatat 2.753 jiwa. Terdiri

dari 1.381 laki-laki dan 1.372 penduduk perempuan. Dengan Rasio

Jenis Kelamin 100,66 . Yang memberikan gambaran bahwa terdapat

101 laki - laki di antara 100 orang perempuan. Dengan rasio

22

Widianto, H. dan M. Hidayat. 2007. Semedo, Situs baru Kehidupan Manusia Purba

Pada Kala Plestosen. Berita Penelitian Arkeologi

25

ketergantungan sebesar 54,02 yang mempunyai arti bahwa di antara

100 orang kelompok usia produktif menanggung 54,02 orang

kelompok usia non produktif. Desa semedo memiliki kepadatan

penduduk terkecil dengan 126 jiwa per km2 diantara 10 Desa lainnya

di Kecamatan Kedungbanteng.23

3. Keadaan Sosial

Keadaan sosial di wilayah SItus Purbakala Semedo dapat

digambarkan dengan ketersediaan fasilitas umum sebagai berikut:

Tabel. 5.1

Fasilitas Umum

Fasilitas Umum Jumlah

Puskesmas Keliling 1

Pos Layanan Kesehatan 1

Gereja 0

Apotek 1

Musholah 4

Masjid 1

Sumber : Pemerintah Desa Semedo, 2016

4. Sektor Pertanian

Sektor pertanian di Desa Semedo merupakan lapangan

pekerjaan mayoritas penduduknya. Sebagian besar usaha pertanian

padi yang masih bertahan umumnya ditanam pada lahan sawah. Pada

tahun 2016 tercatat luas panen 2.591 hektar dengan produksi 196.904

kw dan tingkat produktifitas mencapai 75 kw/ha. Sedangkan tanaman

23

Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka, BPS Kabupaten Tegal : 2016

26

jagung dengan luas panen 4.482 ha dengan produksi 443.889 kw serta

produktifitas 99 kw/ha. Jenis tanaman pangan yang meliputi tebu,

kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, bawang

merah, kacang panjang, cabe merah, cabe rawit, kangkung untuk

tahun 2016 tidak ditanam di Desa Semedo.

5. Sektor Peternakan

Masyarakat Semedo yang berkultur agraris juga mempunyai

aktivitas memelihara ternak dan unggas. Tercatat 23 ekor kerbau, serta

19.954 ekor ayam.

6. Sejarah Situs Purbakala Semedo.

Situs Semedo pertama kali ditemukan tahun 2005. Secara kualitas,

temuan fosil vertebrata di Situs Semedo teridentifikasi 14 famili

(keluarga) antara lain: Jenis Mastodon, Stegodon, Elephas (gajah

purba), Bovidae (sejenis Banteng, kerbau), Cervidae (sejenis rusa),

Suidae (babi), Rhinocerotidae (badak), Hippopotamidae (kuda sungai),

Felidae (sejenis kucing, harimau), Canidae (Srigala, dll), Hyaenidae

(heina), Crocodilidae (jenis buaya), Testudinidae, Cheloniidae (jenis

kura-kura), Lamnidae (ikan hiu). Kemudian temuan sisa avertebrata

meliputi Ceolenterata, Echinodermata, dan molusca.24

Berdasarkan pembagian biostratigrafi fauna di Jawa paling tidak

menempatkan fauna Situs Semedo dalam 4 kategori biostratigrafi

fauna di Jawa yaitu : Fauna Satir berumur 2- 1,5 juta tahun lalu; Fauna

Ci Saat berumur 1,2 – 1 juta tahun lalu; Fauna Trinil HK berumur 1-

0,9 juta tahun lalu; dan Fauna Kedungbrubus berumur 0,8 - 0,7 juta

tahun lalu. Berdasarkan jenis binatang di Situs Semedo

mengindikasikan perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang

dimaksud adalah lingkungan laut, lingkungan peralihan, dan

lingkungan darat. Lingkungan laut ditunjukkan dengan temuan dari

avertebrata dari phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan molusca,

24

Nugraha, Suwita, Widianta. Rancangan Pengelolaan Sumberdaya Budaya Situs

Semedo “Suatu Kontribusi Pemikiran“. Jurnal Sangiran

27

serta familia Lamnidae (ikan hiu). Lingkungan transisi/peralihan

ditunjukkan dengan temuan Crocodilidae (jenis buaya muara) yang

dapat hidup di antara daratan dan lautan. Sedangkan lingkungan darat

ditunjukkan dengan temuan seperti Stegodon, Elephas (gajah purba),

Bovidae (sejenis Banteng, kerbau), Cervidae (sejenis rusa), Suidae

(babi), Rhinocerotidae (badak), Felidae (sejenis kucing, harimau),

Canidae (Srigala, dll), Hyaenidae (heina).

Selain dari jenis binatang yang ditemukan, indikasi perubahan

lingkungan dapat dilihat dari rekaman lapisan tanah di Situs Semedo.

Rekaman lapisan tanah berdasarkan posisi temuan fosil binatang di

Situs Semedo berumur Kala Pliosen hingga Kala Plestosen. Rekaman

lapisan batuan tersebut dari tua hingga muda, adalah :

1) Formasi Tapak berumur Pliosen Bawah, merupakan endapan

batupasir kasar berwarna kehijauan;

2) Formasi Kalibiuk berumur Pliosen Tengah, merupakan endapan

batulempung dan napal biru berfosil. Selanjutnya terjadi

ketidakselarasan yang diisi oleh batuan beku tidak terbagi-bagi

terdiri atas andesit sampai basal;

3) Formasi Kaliglagah berumur Pliosen Atas, merupakan batupasir

kasar dan konglomeratan. Lapisan ini diendapkan di atas bidang

ketidakselarasan;

4) Formasi Mengger berumur Plestosen Bawah, merupakan lapisan

tuff abu-abu muda dan batupasir tuffan dengan sisipan

konglomerat serta lapisan tipis pasir magnetit;

5) Formasi Gintung berumur Plestosen Tengah, merupakan endapan

konglomerat andesit (mengandung kayu kersikan dan terarangkan,

serta beberapa fosil vertebrata yang tingkat fosilisasinya tidak

sempurnya) berselang-seling dengan batu lempung pasiran,

lempung, batupasir gampingan, dan konkresi batupasir napalan;

28

6) Formasi Linggopodo berumur Plestosen Tengah hingga awal

Plestosen Atas, merupakan endapkan breksi, tuff, dan lahar andesit

yang berasal dari Gunung Slamet Tua atau Gunung Copet;

7) Kemudian secara selaras didominasi oleh endapan vulkanik produk

erupsi gunungapi seperti Gunung Slamet, Ciremai, Sawal, yang

terdiri dari rempah vulkanik hasil erupsi eksplosif berupa jatuhan

piroklastik (endapan lepas maupun yang sudah membatu), dan

endapan lahar maupun bongkah-bongkah lava yang berumur

Plestosen Akhir hingga Holosen. Terakhir diendapkan kipas

aluvium di lereng-lereng bukit, teras-teras sungai serta endapan

aluvium di sepanjang aliran dan dataran banjir sungai-sungai besar

yang berumur resen.

Kondisi lingkungan masa lalu di Situs Semedo tidak

terlepas dari proses pembentukkan Pulau Jawa. Di mana gerakan

lempeng tektonik, erupsi gunung berapi, naik-turun muka air laut

masih terus berlangsung. Sekitar 2,4 juta tahun lalu, Pulau Jawa

bagian barat sudah terangkat kepermukaan dan menjadi daratan.

Setelah melewati Kala Plestosen Bawah, sekitar 1,8 juta tahun lalu

daerah ini tertutup oleh endapan volkanik. Kemungkinan daerah

Cijulang, Bumiayu, Prupuk, dan Ajibarang.

7. Rancangan Pengelolaan Sumberdaya Budaya Situs Semedo

Kedungbanteng merupakan batas daratan Pulau Jawa bagian timur.

Secara geologi selama Kala Pliosen atas hingga Plestosen Bawah

endapan lapisan tanah di daerah Bumiayu, Prupuk, Ajibarang, dan

Kedungbanteng di wakili oleh Formasi Kali Glagah, dan Formasi

Mengger.

Berdasarkan data tersebut di atas membuktikan bahwa Situs

Semedo merupakan situs tua di Jawa dan sejajar dengan situs-situs

Kala Plestosen disekitarnya seperti Situs Cijulang, Satir, Kaliglagah,

dan Bumiayu.

29

Jejak budaya di Situs Semedo mulai ditemukan sejak tahun 2007

hingga sekarang. Artefak yang ditemukan terdiri dari alat masif

sebesar genggaman tangan dan alat non-masif berukuran kecil. Jenis

alat batu Situs Semedo adalah kapak perimbas (chopper), kapak

penetak (chopping), kapak genggam (hand-axe), batu inti (core), bola

batu berfaset (polyhedral), serta serpih (flake), serut (scrapper).

Secara morfologi dan tipologi alat paleolitik Situs Semedo tidak

berbeda jauh dengan temuan-temuan alat paleolitik di situs-situs

paleolitik lainnya seperti Sangiran, Sungai Baksoko (Pacitan), Kali

Kuning (purbalingga), Lembah Walanea (Sulawesi Selatan), Sumatera

Selatan, maupun Nusa. Faktor menarik dan menjadi ciri khas artefak

Semedo yang tidak ditemukan di situs paleolitik lain adalah bahan

dasar artefak, berupa koral kersikan (silicified coral) yang

mendominasi hampir 80% kuantitas artefak paleolitik Semedo, sisanya

dari gamping kersikan, kalsedon, basalt kersikan dan lempung

kersikan.

Situs Semedo memberikan bukti penting ketika ditemukan sisa-

sisa manusia purba berupa pecahan atap tengkorak bagian belakang

yang mengkonservasi bagian bagian parietal kanan dan kiri dan

sebagian occipital bagian atas, dan terbungkus oleh endapan konkresi

pasir krikilan. Fragmen atap tengkorak tersebut ditemukan oleh Dakri

pada bulan Mei 2011 di Kalen Kawi, daerah Watu Rajut. Temuan

tersebut oleh Harry Widianto dinamakan Semedo 1. Menurut Harry

Widianto25

secara Morfologi dan biometri temuan atap tengkorak

bagian belakang Semedo 1 identik dengan temuan tengkorak manusia

purba dari Grogol Wetan di Situs Sangiran. Berdasarkan analisis

tersebut maka Semedo I dimasukkan dalam tipe Homo erectus Tipik.

Temuan fosil Homo erectus dari Semedo ini ditafsirkan berasal dari

25

Widianto, Harry dan Muhammad Hidayat. 2005. Semedo : Situs Baru Manusia Purba

di Indonesia. Laporan Penelitia Arkeologi. Kerjasama Balai Arkeologi Yogyakarta

dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal.

30

awal Plestosen Tengah sekitar 700.000 tahun lalu. Temuan Homo

erectus tersebut telah menjadikan Situs Semedo sejajar dengan situs-

situs manusia purba lain di Jawa seperti Sangiran, Trinil, dan

Patiayam.

Berdasarkan temuan fosil fauna, alat batu dan sisa-sisa manusia

purba di Situs Semedo, dapat diketahui bahwa situs ini mempunyai

potensi dan nilai penting cukup signifikan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan tentang kehidupan manusia purba.

Hal tersebut semakin menguatkan posisi penting Situs Semedo

sebagai salah satu bagian dalam rangkaian situs-situs Plio-Plestosen di

Jawa berkaitan dengan proses migrasi dan kolonisasi manusia purba

dan fauna di Jawa.

Selain penelitian arkeologis, potensi masyarakat meliputi sosial

budaya, maupun sektor ekonomi masyarakatnya juga mendapat

perhatian. Dalam kajian sosial-budaya masyarakat dimaksudkan ingin

merekam gambaran umum masyarakat Semedo, mengetahui potensi

yang ada di masyarakat sebagai penunjang keberadaan museum

sebagai imbas balik keberadaan situs.

Berdasarkan sumber monografi Desa Semedo tahun 2012,

diketahui bahwa luas pemukiman adalah 1.993.246 ha, persawahan

137.510 ha, pekarangan 31.617 ha. Sawah terbesar adalah tanah tadah

hujan seluas 107.647 ha, sedang sawah irigasi seluas 33.683 ha.

Tanaman pangan komoditas di Desa Semedo adalah padi, dan jagung.

Untuk komuditas jagung ditanam di lahan milik Perhutani, istilah

masyarakat lokal baron atau ladang atau hutan. Selain kedua

komuditas tersebut, di lahan persawahan juga ditanami tebu sebagai

bahan baku gula di Pabrik Gula Pangkah di Slawi.

Potensi Situs Semedo sangat layak untuk dikembangkan menjadi

tempat tujuan wisata minat khusus seperti halnya Museum Manusia

31

Purba Sangiran.26

Pendampingan dan perhatian oleh pemerintah

Kabupaten Tegal antara lain; menyempurnakan pondok informasi,

pengadaan vitrin, baliho, kamera, komputer, pembuatan gerbang Situs

Semedo di Desa Sigentong, serta program sosialisasi kepada siswa

SLTA, guru SD, SLTP, SLTA untuk memberikan penjelasan tentang

fosil dan rencana pengelolaan ke depan. Hal paling penting peran

pemerintah Kabupaten Tegal terhadap Situs Semedo adalah

pembebasan lahan untuk pembangunan museum Situs Semedo pada

tahun 2014. Menurut beliau, masyarakat Semedo sangat terbuka

menerima keberadaan museum, dengan adanya museum diharapkan

kesejahteraan masyarakat akan lebih baik.

B. Data Penelitian

1. Hasil Observasi

Penulis melakukan teknik observasi lapangan disekitar Situs

Purbakala Semedo. Observasi di lakukan di Desa Semedo dengan cara

memetakan segala aspek yang diteliti dalam penelitian ini dan juga

mengamati kenyataan yang ada di di Desa Semedo serta mengambil

kesimpulan sesuai dengan teori yang penulis gunakan sebagai dasar

penelitian.

a. Kondisi Fisik

Lahan Situs Semedo merupakan areal terbuka, dan

merupakan lahan milik Perum Perhutani KPH Pemalang, BKPH

Kedung Jati. Selain perbukitan bergelombang dengan kemiringan

lahan antara 40°- 50°, terdapat juga bentuk morfologi datar hingga

landai, yang biasanya dekat dengan sungai. Daerah dengan

morfologi perbukitan/bukit oleh warga sekitar dimanfaatkan untuk

ladang/tegalan dengan tanaman jagung, ketela dan sebagian untuk

26

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/01/24/kabar-baik-kabupaten-tegal-akan-

segera-miliki-museum-situs-purbakala-terbaru-di-indonesia. Diakses pada tanggal 15

April 2019

32

tanaman keras seperti jati, mahoni dan sengon. Sedangkan daerah

dengan morfologi landai hingga datar di sekitar sungai,

dimanfaatkan masyarakat untuk bertanam padi.

b. Tempat

Situs Semedo secara administratif berada di Kabupaten

Tegal, kira-kira 15 kilometer sebelah timur dari kota Slawi. Situs

Semedo berada di ujung paling barat dari bentang lahan jajaran

Pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan

rangkaian Pegunungan Zona Bogor. Jajaran Pegunungan Serayu

Utara terletak diantara Gunung Slamet di selatan, dan daratan

alluvial pantai utara Jawa di utara. Secara morfologi Situs Semedo

merupakan perbukitan bergelombang dengan sungai-sungai yang

mengalir ke utara di antara perbukitan. Arah aliran dan bentuk

punggungan merupakan respon dari pola struktur yang

berkembang di daerah ini dimana sesar-sesar mendatar merupakan

sesar utama. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perbukitan

di daerah Semedo memanjang dari barat ke timur yang kemudian

terpotong-potong oleh sesar-sesar geser yang mengontrol

terbentuknya pungggungan, sehingga membentuk sugai-sungai

tadah hujan yang mengalir ke utara di antara punggungan bukit

c. Sedangkan Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber

yang berkompeten di bidangnya serta dapat memberikan data yang

akurat yang penulis butuhkan untuk menjawab rumusan masalah

yang penulis buat. Beberapa diantaranya adalah Perangkat Desa

Semedo, Pengurus Organisasi Kelompok Sadar Wisata “KPSS”,

serta Pegawai Dinas Pariwisata.

d. Identifikasi Potensi

1. Attraction (Atraksi)

Atraksi merupakan komponen yang signifikan dalam

menarik wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata

33

jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi

sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan menjadi atraksi

wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan.

Untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah

orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh

wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan

itu ada tiga, yaitu

1) Natural Resources (alami)

2) Atraksi wisata budaya, dan

3) Atraksi buatan manusia itu sendiri.

Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi

atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut ditemukan. Ada

modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga

dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat

berkali-kali dinikmati, atau bahkan pada kesempatan lain

wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan

atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk

mengunjungi suatu daya tarik wisata (DTW). Daya tarik ini

dibagi menjadi beberapa yaitu daya tarik alam, daya tarik

budaya dan daya tarik minat khusus.

Atraksi yang paling utama dalam hasil observasi di

lapangan yaitu Situs Purbakala Semedo. Wisata tersebut

merupakan obyek wisata ilmiah yang baru ditemukan beberapa

tahun lalu. Potensi kepariwisataannya cukup tinggi bagi ilmu

pengetahuan dan merupakan aset yang sangat berharga bagi

pemerintah Kabupaten Tegal. Sejak wilayah ini ditetapkan

sebagai Cagar Budaya oleh KEMDIKBUD, wilayah ini sangat

diperhatikan perkembangannya. Semedo mempunyai arti yang

sangat penting bagi ilmu pengetahuan di dunia, khususnya ilmu

arkeologi, ilmu geologi, ilmu paleoantropologi, antropologi,

34

dan ilmu biologi. Potensi yang ada di Situs Purbakala Semedo

yang sudah dikembangkan antara lain :

1. Museum Pra Sejarah Semedo

Museum ini terletak di Desa Semedo, Kedungbanteng,

Tegal. Museum ini menampung semua lokasi temuan fosil

di kawasan cagar budaya Semedo. Museum ini dibangun

tahun 2016 dengan luas 9329 m². Bangunan tersebut

bergaya modern, terdiri dari :

1) Ruang Pamer, ruang utama tempat koleksi dipamerkan /

dipajang.

2) Ruang Laoratorium, tempat dilakukannya proses

konservasi terhadap fosil – fosil yang ditemukan.

3) Ruang Pertemuan, ruang yang digunakan untuk segala

kegiatan yang diadakan di museum.

4) Perpustakaan, ruang penyimpanan koleksi buku – buku.

5) Ruang Penyimpanan, ruang yang digunakan untuk

menyimpan koleksi fosil – fosil.

6) Musholla.

7) Toilet.

Jumlah koleksi yang ada hingga saat ini mencapai

10.806 buah yang tersimpan di dua tempat, yaitu ratusan

fosil disimpan di ruang display, dan selebihnya disimpan

dalam gudang penyimpanan. Hal ini dikarenakan

keterbatasan ruang yang ada di ruang display, namun

sekarang telah dibangun ruang pamer.

2. Ruang Audiovisual

Dalam perencanaan sebuah museum apapun bila

mengacu pada konsep museologi baru, maka pelayanan

optimal kepada masyarakat pengunjung merupakan hal

35

penting yang harus diprioritaskan. Tentunya dengan tidak

mengabaikan sajian produk yang sesuai dengan subjeck

matter museum. Pelayanan tersebut telah sesuai dengan

fungsi dasar museum yaitu mengkomunikasikan antara

konten museum kepada masyarakat terutama masyarakat

pengunjung. Salah satu fasilitas pelayanan tersebut adalah

tersedianya ruang audio visual museum.

Ruang audio visual pada museum sangat berguna

bagi pengunjung dalam rangka pengenalan dan pengetahuan

tentang konten museum. Jika diperlukan, pengunjung

sebelum mengexplor dan memperdalam isi keseluruhan

objek pameran yang disajikan, informasi secara umum

dapat digambarkan pada ruangan ini. Pada ruangan ini pula

secara teknik visual dapat menyajikan pendalaman objek

tertentu sesuai komitmen pengunjung dengan pengelola

museum. Dengan demikian audio visual juga dapat

memberikan kontribusi pengalaman edukasi dan

pembelajaran singkat namun cukup berarti.27

27

https://puslitbiologi.wordpress.com/2015/11/30/ruang-audio-visual-auditorium-

museum-etnobotani/ (Diakses pada tanggal 6 Mei 2019)

Gambar 1 2 Ruang Pamer di Dalam Museum

Sumber : Dokumen Pribadi

36

Ruangan ini dibangun khusus untuk pemutaran film

kisah kehidupan manusia prasejarah. Hal ini berfungsi

untuk melengkapi informasi yang diperoleh wisatawan

yang sudah menyaksikan fosil – fosil peninggalan dari

kehidupan masa prasejarah di Situs Semedo.

Gambar 1 3 Koleksi Museum Purbakala Semedo

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

Atraksi lain yang ditemukan selain Situs Purbakala Semedo adalah

a. Site attraction

Site attraction adalah daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata

semenjak objek itu ada. Dalam hal ini ada beberapa atraksi yang

paling utama dalam hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh

penulis. Yaitu :

37

1) Daya Tarik Alam

Daya tarik ini merupakan daya tarik yang tercipta secara

alami dan oleh proses alam. Terdapat beberapa jenis dari daya

tarik ini antara lain dapat dikategorikan seperti berikut:

a. Panorama alam

Keindahan Pegunungan Serayu Utara menjadi hal yang

sangat mempengaruhi keindahan yang tersaji di Situs

Purbakala Semedo. Tanaman jagung yang menjadi salah

satu mata pencaharian serta penghidupan masyarakat di

tempat ini juga memberikan keindahan dalam pencitraan

pandangan atau panorama alam. Gunug Slamet yang

berketinggian lebih dari 3200 meter dari permukaan laut,

hingga saat ini masih dianggap sebagai gunung berapi aktif

dan paling berbahaya di Indonesia, namun menawarkan

panorama dan atraksi alam yang indah dan menakjubkan.

Secara geografis daerah ini terletak di perbatasan

Kabupaten Pemalang dan kabupaten Tegal. Berjarak 30 Km

ke arah timur Kota Tegal, 15 Km ke arah Barat dari Kota

Pemalang. Perkembangan pariwisata saat ini telah menuju

kepada kebutuhan masyarakat global, dengan

meningkatnya jumlah permintaan hunian yang ada

khususnya di Kawasan Situs Purbakala Semedo, hal ini

menjadi bukti bahwa Kawasan wisata ini telah semakin

diincar oleh wisatawan dan dengan dasar peningkatan yang

signifikan tersebut maka juga perlu ditingkatkan

kewaspadaan serta kesigapan apartur pemerintah daerah

yang terkait dengan kepariwisataan.

b. Sumber daya alam

Dalam hal ini mempunyai maksud beberapa potensi

ataupun destinasi yang telah berkembang, namun dalam

observasi yang penulis lakukan penulis mendapatkan

38

kenyataan jika di daerah tersebut mempunyai beberapa

potensi untuk mengembangkan beberapa titik yang terdapat

di daerah aliran sungai di wilayah desa tersebut namun

sampai saat ini belum dikembangkan.

2) Daya Tarik Budaya

Daya tarik budaya juga merupakan salah satu hal yang

menjadikan wisatawan memiliki keinginan untuk mengunjungi

sebuah destinasi wisata. Adapun daya tarik budaya di Situs

Purbakala Semedo adalah adanya dua makam, joglo area serta

satu gua di desa Semedo menjadikan salah satu minat khusus

dalam hal budaya. Adapun keempat tempat tersebut adalah:

(1) Makam Keramat Semedo

Desa Semedo terkenal dengan sebuah makam yang di

beri nama mirip desa tersebut yaitu makam Mbah Semedo ,

menurut warga sekitar makam mbah Semedo merupakan

salah satu makam bersejarah yang ada di Kabupaten Tegal

karena di tempat tersebut bersemayam tokoh sesepuh yang

berjasa pada berdirinya Kabupaten Tegal. Tokoh-tokoh

yang bersemayam di Makam Mbah Semedo antara lain :

1. Mbah Pangeran Suro Hadi Kusumo (Syekh

Abdurrahman Mbah Semedo)

2. Mbah Raden Mas Panji Hadi Tjokro Negoro (Mbah

Kaloran / Bupati Tegal Ke-10)

3. Mbah Syekh Muhammad Tohir Al-Ba’bud (Mbah

Langgen)

4. Mbah Raga Sutha (Petilasan Mbah Sunan Kalijag)

5. Petilasan Mbah Pangeran Diponegoro

6. Mbah Surodiwongso (Juru Kunci Pertama Makam

Mbah Semedo)

7. Syekh Sarifudin (Asal Banten)

8. Mbah Buyut Putri (Sabrang Wetan Ciputih)

39

Makam Mbah Semedo merupakan makam keturunan

Majapahit yang menjadi salah satu pemuka agama pada

saaat itu. Makam Mbah Semedo berada di Desa Semedo

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dengan

periodisasi tahun 1815, kondisi makam Semedo Baik

dengan Status Kepemilikan Desa atau diatas tanah Perum

Perhutani.

Gambar 1 4 Arah Menuju Makam Mbah Semedo

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

(2) Gua Tirem

Tak hanya pesona warisan purbakalanya saja, Situs

Purbakala Semedo juga memiliki pesona alam lainnya

berupa gua alami yang terletak di Perbukitan Tirem. Dihiasi

oleh batu – batu besar di dalamnya, menjadikan keindahan

Gua Tirem menjadi menarik para wisatawan untuk

mendatangi dan membuktikan sendiri keindahannya.

40

Namun di balik keindaannya tersebut, asal usul

terjadinya Gua Tirem ini masih menjadi misteri dan mitos

bagi masyarakat lokal setempat. Konon katanya, Gua ini

dulu dihuni oleh manusia purba.

Terlepas dari cerita mitosnya, keindahan Gua Tirem

tetap menarik untuk ditelusuri setiap jengkal keindahannya.

Berada di tengah-tengah pegunungan menjadikan suasana

di sekitar gua terasa sejuk dan asri. Sebaiknya pengunjung

membawa senter atau headlamp untuk menyusuri gua ini.

Sebelum masuk ke dalam, di mulut guanya yang cukup

besar ini sudah terdapat tangga batu yang terhubung guna

mempermudah para pengunjung untuk masuk ke dalam

gua. Kesan pertama yang pengunjung rasakan ketika

memasuki gua ini mungkin agak sedikit menyeramkan

karena gelap, namun ketika sinar matahari mulai masuk

menyinari kegelapan gua ini barulah pengunjung dibuat

takjub dengan batu – batu purba di dalam gua. Ada baiknya

pengunjung menggunakan alas kaki yang mendukung

dikarenakan kondisi tanah di dalam gua cenderung lembab

dan sedikit licin. Untuk itu pengunjung harus lebih ekstra

hati-hati ketika menjelajahi setiap sudut dari gua ini.

Namun ada satu hal yang mengurangi keindahan dari gua

ini yakni banyaknya terdapat sampah di sekitar lokasi.

(3) Rumah Joglo

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional

jawa tengah. Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan

utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama

penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang

berupa susunan balok yang disangga soko guru. Ciri-ciri

khas dari rumah joglo secara umum yaitu :

41

Mempunyai pekarangan yang luas dan lapang tanpa

dibatasi oleh sekat

Bangunannya berbentuk persegi panjang

Mempunyai tiga pintu depan dan terdapat tiang yang

disebut Soko Guru atau Saka Guru.

Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama

yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah

Dalem atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnyaa

Rumah ini jenis rumah khas jawa. Tempat ini sangat

strategis sehingga sering digunakan sebagai tempat singgah

serta untuk menerima tamu untuk mempelajari kesenian di

Desa Semedo.

3) Daya Tarik khusus

Para wisatawan dapat melakukan kegiatan Tracking

menyusuri bukit lokasi penemuan fosil dimana hal tersebut

dapat dilakukan dari Pusat Informasi Semedo. Untuk sampai ke

Gambar 1 5 Bentuk Rumah Joglo

Sumber : Koleksi Pribadi 2019

42

lokasi dibutuhkan waktu 1-2 jam. Selain wisatawan dapat

melakukan Tracking, wisatawan juga dapat melakukan kegiatan

Bersepeda dimana hal tersebut masih dalam kajian dari

Kelompok Sadar Wisata “KPSS” untuk dapat di maksimalkan

kegiatan tersebut.

Gambar 1 6 Tracking Menyisir Sungai

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

b. Event Attraction meliputi :

1) Falsafah

Keterikatan mereka terhadap alam memunculkan suatu

kepercayaan jika menghormati alam maka alam tidak akan marah

dan menurunkan bencana bagi mereka. Dengan melestarikan

pemikiran tersebut memunculkan falsafah bagi masyarakat

kecamatan Kedungbanteng umumnya dan masyarakat Semedo

pada khususnya. Mereka memandang alam sebagai sesuatu yang

hidup dan harus dijunjung tinggi keberadaannya serta bukan

sebagai sebuah ancaman ataupun suatu yang memberikan

43

bencana melainkan sesuatu yang memberikan perlindungan atau

sebagai penjaga tempat tersebut dari hal-hal yang tidak baik

2) Perilaku Budaya

Perilaku budaya muncul karena adanya dorongan dari

dalam yang dihasilkan oleh falsafah yang mereka yakini bersama

untuk menunjukkan hal tersebut menjadi satu hal yang dapat

dilihat dan dilakukan baik dari generasi lalu, sekarang maupun

dimasa yang akan datang. Perilaku budaya yang berkembang

dimasyarakat Semedo adalah sebagai berikut:

a) Sedekah Bumi

Sedekah Bumi merupakan salah satu upacara adat

berupa prosesi seserahan hasil bumi dari masyarakat

kepada alam. Upacara ini biasanya ditandai dengan pesta

rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian

maupun tempat-tempat yang dianggap sakral oleh

masyarakat. Upacara ini sudah berlangsung turun termurun

dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa,

terutama di wilayah yang kuat akan budaya agraris. Sama

seperti acara budaya yang lain, acara ini dilakukan dengan

berbagai acara gabungan yaitu tarian, pembawaan sesaji

dan juga pementasan beberapa kesenian tradisional baik

yang hanya ada ditempat tersebut maupun kesenian di

masyarakat Jawa pada umumnya.

44

b) Festival Budaya Semedo

Merupakan acara tahunan dari pementasan kesenian

tradisional dan juga sebagai acara yang mengemas

gabungan antara nasionalisme dan budaya di masyarakat

Semedo. Dalam kegiatan ini berbagai kelompok pelestari

budaya menunjukkan kebolehan dan juga kekhasan dari

kelompok mereka masing-masing dengan kostum yang

mereka pakai yang berbeda-beda.

Gambar 1 8 Festival Budaya Semedo

Sumber : korantegal.com

Gambar 1 7 Sedekah Bumi

Sumber : Website Desa Semedo

45

3) Produk Budaya

Produk budaya merupakan hal yang terbentuk oleh

masyarakat karena adanya budaya yang bersifat fisik (tangible)

berupa tarian-tarian, ataupun yang bersifat non fisik (intangible)

beruoa kebudayaan dan adat-istiadat. Di SItus Purbakala Semedo

terdapat beberapa kelompok tari dimana tarian tersebut hanya

ada di kecamatan Kedungbanteng seperti tari Sintren, Topeng,

dan masih banyak lagi, dan ditiap desa memiliki karakteristik

yang berbeda baik dari tema, gerak maupun pakaian yang

digunakan ketika melakukan tarian tersebut.

a) Tari Sintren

Tari Sintren merupakan salah satu tarian tradisional yang

berasal dari pesisir utara pantai Jawa tengah dan Jawa barat.

selain gerak tarinya, tarian ini juga terkenal dengan unsur

mistis di dalamnya karena adanya ritual khusus untuk

pemangilan roh atau dewa. Tari Sintren ini tersebar di

beberapa tempat di Jawa tengah dan Jawa barat seperti di

Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang,

Pekalongan dan Banyumas.

Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari percintaan

Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari

orang tua Raden Sulandono. Sehingga Raden Sulandono di

perintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan

selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan

Sulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih

diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara bersih

desa yang di adakan sebagai syarat untuk bertemu Raden

Sulandono.

Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk

memeriahkan bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari

46

sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan purnama,

Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara

bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh

ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia pun di rasuki kekuatan

Dewi Rantamsari sehingga mengalami trance. Melihat seperti

itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut

sehingga Sulasih pingsan. Dengan kekuatan yang di miliki

oleh Raden Sulandono, maka Sulasih dapat dibawa kabur dan

keduanya mewujudkan cita – citanya untuk bersatu dalam

cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan balangan muncul

sebagai cikal bakal dari Tari Sintren ini. Istilah Sintren adalah

keadaan saat penari mengalami kesurupan atau trance. Istilah

Balangan adalah saat Raden Sulandono melempar kain yang

di berikan oleh ibunya.

Gambar 1 9 Seni Tari Sintren

Sumber : google.com

47

2. Aksesbilitas

Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu

tujuan dan menghubungkannya dengan tujuan lain. Aksesibilitas terdiri

dari sarana seperti moda transportasi dan prasarana seperti jalan.

Sebagai salah satu elemen pendukung dalam Destination Mix,

aksesibilitas memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai

daya tarik wisata (atraksi), akomodasi, amenitas, dan aktivitas. Tanpa

aksesibilitas yang memadai, bisa jadi wisatawan akan mengurungkan

niatnya untuk berwisata.

Situs Purbakala Semedo tergolong memiliki sarana dan

prasarana yang dapat diandalkan, antara lain prasarana jalan

lingkungan dan kabupaten dalam kondisi yang baik namun terbatasnya

sarana transportasi yang tersedia.

1. Kondisi Jalan

Untuk melihat ketersediaan jalan yang ada layak untuk

digunakan guna menunjang mobilisasi kegiatan pariwisata yang ada

di SItus Purbakala Semedo harus dilihat dari beberapa aspek yaitu

kondisi dan lebar jalan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan,

dapat diketahui bahwa jalan desa lingkungan menjadi satu-satunya

akses yang melintasi langsung Situs Purbakala Semedo. Jalan yang

dinamakan Jalan Desa Semedo tersebut tergolong dalam kondisi

yang baik dengan 1 lajur dan lebar sekitar 4 meter, cukup untuk 2

mobil yang berpas-pasan. Jalan tersebut menghubungkan Semedo

dengan kampung-kampung di sekitarnya, seperti Sigentong,

Harjasari, dan Warureja. Tidak jauh dari situ, sekitar 100 meter dari

ujung Jalan Desa terdapat akses prasarana jalan kabupaten yang

menghubungkan Kota Slawi dengan daerah di arah timur, seperti

Kota Pemalang hingga Kota Pekalongan, salah satu daerah asal

kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Tegal. Jalan yang

48

dinamakan Jalan Raya Balamoa - Warureja tersebut tergolong

dalam kondisi yang baik dengan 2 lajur dan lebar sekitar 6 meter,

cukup untuk 2 mobil sejajar. Jalan tersebut juga yang

menghubungkan Slawi ke kawasan Pantai Utara, sejauh sekitar 15

kilometer. Wisatawan dari arah selatan seperti Kota Purwoketo bisa

mengakses jalan tersebut untuk berkunjung ke Situs Purbakala

Semedo.

Gambar 1 10 Kondisi Jalan Menuju Situs Purbakala

Semedo

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

2. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang bisa digunakan di Semedo mulai dari

kendaraan pribadi sampai dengan kendaraan umum. Jika

menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan tinggal mengakses

Jalan Balamoa - Warureja dan Jalan Desa Semedo. Jika

menggunakan kendaraan umum skala kecil, wisatawan bisa

memanfaatkan bendi dan angkutan kota. Bendi adalah kereta yang

49

ditarik kuda, salah satu kendaraan tradisional di Tegal, namun

jumlahnya sangatlah jarang. Wisatawan bisa mendapatkan

pengalaman tambahan jika menggunakan moda transportasi

tersebut. Wisatawan bisa merasakan guncangan selama bendi

berjalan sambil menikmati “musik” hentakan sepatu besi kuda yang

berlari santai sembari terkena hembusan angin sepoi-sepoi. Bendi

tersedia di beberapa titik di pusat keramaian, antara lain Pasar

Balamoa dan Pasar Banjaran. Untuk sekali jalan ke Semedo,

wisatawan cukup merogoh kocek sekitar Rp10-20 ribu per bendi.

Tentu akan lebih hemat jika digunakan secara rombongan maksimal

sampai 5 orang. Sedangkan angkutan kota yang melewati Semedo,

yaitu jurusan Balamoa – Warureja dengan tarif yang sama yaitu

Sepuluh ribu per orang jauh-dekat.

3. Jarak

Wilayah Kabupaten Tegal dilewati jalan yang

menghubungkan Semarang dan Yogyakarta. Selain itu juga terdapat

jalur alternatif Tegal - Yogyakarta melalui Slawi, dan Tegal -

Yogyakarta melalui Jatinegara yang dikenal dengan jalur Segitiga.

Jarak dari beberapa wilayah menuju Situs Purbakala Semedi yaitu :

Dari Ibukota Kabupaten Tegal yaitu Kota Slawi menuju Situs

Purbakala Semedo sekitar 20 Kilometer (km).

Dari Kota Tegal menuju Situs Purbakala Semedo sekitar 10

Kilometer (km).

Dari Kota Pemalang menuju Situs Purbakala Semedo sekitar

8 Kilometer (km).

Dari Kabupaten Brebes menuju Situs Purbakala Semedo

sekitar 13 Kilometer (km).

Sedangkan Jarak dari Akses masuk (transit) wilayah dari beberapa

lokasi sebagai berikut :

50

Dari Stasiun Tegal menuju Situs Purbakala Semedo

menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 10 Kilometer (km).

Dari Terminal Tegal menuju Situs Purbakala Semedo

menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 13 Kilometer (km)

Dari Stasiun Slawi menuju Situs Purbakala Semedo

menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 20 Kilometer (km)

Dari Terminal Slawi menuju Situs Purbakala Semedo

menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 22 Kilometer (km)

4. Transportasi

Pengertian transportasi dalam pariwisata adalah sarana (alat)

untuk mencapai tujuan wisata dan juga sarana pergerakan di tempat

tujuan wisata. (the means to reach the destination and also means of

movement at the destination). Sedangkan secara umum pengertian

transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu

tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah wahana yang

digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk

memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Mengacu pada definisi pariwisata tourism is atemporary movement

of people from one piace to another berarti keberadaan industri

transportasi sangat penting dengan mempertimbangkan bahwa

perjalanan wisata menyangkut mobilitas manusia dari satu tempat

ke tempat lain. Dalam perkembangannya fungsi alat transportasi

bukan hanya sebagai sarana mobilisasi, melainkan juga sebagai

atraksi wisata (part leisure).28

Untuk menuju ke Situs Purbakala

Semedo ada beberapa jenis Transportasi yang bias digunakan.

Transportasi Udara

Angkutan udara digunakan oleh wisatawan yang

menginginkan kenyamanan dan kecepatan karena alat angkut

28

https://kanalwisata.com/pengertian-transportasi-dan-akomodasi-dalam-pariwisata

Diakses pada tanggal 10 Mei 2019

51

udara dapat menjangkau jarak yang jauh dan waktu tempuh

panjang serta mampu mengangkut penumpang dan barang. Jenis

transportasi pesawat udara baik penerbangan internasional

maupun penerbangan domestik, dapat berupa penerbangan

borongan atau charter dan penerbangan berjadwal atau

scheduled. Untuk menuju Situs Purbakala Semedo sendiri

dengan menggunakan angkutan udara dapat diakses melalui

Bandar Udara Ahmad Yani Semarang dan melanjutkan jalur

darat dari Semarang menuju Lokasi wisata.

Transportasi Darat

Setiap kegiatan wisata tentunya membutuhkan

transportasi darat baik berupa mobil (pribadi dan sewa), maupun

bus, truk, taksi, kereta api. Angkutan darat memberikan

beberapa manfaat karena bersifat fleksibel dapat mengantarkan

penumpang secara “dari pintu ke pintu”. Angkutan darat dapat

memberikan kenyamanan pribadi. Wisatawan dapat menentukan

rute perjalanan, mengatur waktu keberangkatan dan kedatangan

serta tempat perhentian.

Transportasi darat dapat mencapai daerah yang sulit

bahkan area yang terpencil sekalipun. Ia berfungsi sebagai alat

transportasi, sarana rekreasi dan akomodasi serta mampu

mengangkut penumpang dan bagasi. Akses menuju Situs

Purbakala Semedo melalui transportasi darat bisa melalui Moda

Kereta Api, Angkutan Umum, atau Kendaraan Pribadi.

Transportasi air

Transportasi air memberikan pengalaman dan kesan

tersendiri. Angkutan air yang dapat digunakan diantaranya kapal

feri penyeberangan, kapal pesiar, kapal danau, sungai dan

kanal,dan perahu. Angkutan laut mampu mencapai pulau-pulau

kecil (terutama yang tidak dapat dicapai oleh alat transportasi

lain) dan menggunakan sumber daya alam (perairan). Angkutan

52

air bias menampung banyak pengguna mulai dari perahu,

sampan, kapal feri, hingga kapal pesiar. Sama seperti

transportasi udara,angkutan air terdiri dari pelayaran

internasional maupun pelayaran domestik,dapat berupa

pelayaran borongan atau charter dan pelayaran terjadwal atau

scheduled.

3) Amenity (Fasilitas)

Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana

yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan

wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan,

rumah makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan

prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti

hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan, dan sebagainya.

Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan

sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik,

tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-

lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana, sudah jelas

bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului

sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam rangka

pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat

berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya

baik. Ada hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana.

Prasarana merupakan syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat

menyebabkan perbaikan prasarana.

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan

wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan

kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih

dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang

53

dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah

tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran

dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek

wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana

wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di

daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,

terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek

wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata,

prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi

dan kondisi objek wisata yang bersangkutan

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi

dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang

pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu

sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,

kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan

wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat

pembelanjaan dan sebagainya.

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang

memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang

dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,

terminal, jembatan, dan lain sebagainya.29

Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.

Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan

lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.

Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,

29

Suwantoro, Gamal, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Press, 2004), h.21

54

kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan

wisata, seperti bank, apotik.

a. Akomodasi

Pengertian akomodasi dalam pariwisata adalah suatu

bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus,

dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh

pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

Pengertian akomodasi bukan hanya untuk pariwisata saja

melainkan bisa memiliki pengertian menurut ilmu sosial yaitu

suatu perjanjian antara dua kelompok yang memiliki perbedaan

pendapat pada subjek, atau proses dari mencapai suatu

kesepakatan. Juga akomodasi dikenal dalam bidang biologi yaitu

penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas dari objek

yang berbeda.

Sarana akomodasi tentunya sangat dibutuhkan untuk setiap

kegiatan wisata karena kegiatannya membutuhkan waktu lebih dari

1 hari. Seluruh akomodasi umumnya menyediakan jasa pelayanan

penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum

serta jasa lain namun dalam wujud yang beragam.

Akomodasi terdiri dari berbagai bentuk. Hotel merupakan salah

satu bentuk akomodasi umumnya digunakan oleh wisatawan.

Bentuk akomodasi lainnya dapat berupa motel atau motor hotel,

pondok remaja, vila, bungalow dan cottage, pondok wisata, wisma

atau mess (guest house), dormitori, losmen, marina, kapal pesiar,

karavan, hotel perahu, flat, apartemen, dan kondominium.

Setiap akomodasi diklasifikasikan dan dikategorikan karena

wisatawan yang menjadi tamu hotel, misalnya menganggap

penilaian tersebut menunjukkan kualitas pelayanan dan

kelengkapan fasilitas yang ditawarkan. Semakin tinggi peringkat

akomodasi menunjukkan kualitas fasilitas dan pelayanan yang baik

sejalan dengan harga yang tinggi pula.

55

Akomodasi wisata merupakan hal penting dalam memenuhi

kebutuhan wisatawan yang sedang berwisata. Para wisatawan

cenderung membutuhkan akomodasi yang memiliki beragam

varian harga maupun macamnya. Bentuk akomodasi primer yang

dibutuhkan wisatawan yaitu adanya tempat untuk menginap saat

mereka melakukan perjalanan wisata. Lebih jauh Munavizt

menyatakan bahwa akomodasi wisata dapat berupa tempat dimana

wisatawan dapat beristirahat, menginap, mandi, makan, minum

serta menikmati jasa pelayanan yang disediakan. Kegiatan

pariwisata yang didasari kegiatan bisnis disebut dengan akomodasi

komersil. Akomodasi komersil di bidang pariwisata bertujuan

mencari keuntungan dengan menawarkan barang maupun jasa

kepada wisatawan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Setzer

Munavizt menyatakan, terdapat beberapa jenis akomodasi wisata

yang biasa dipakai untuk tujuan komersil, 30

yaitu :

(1) Hotel

Hotel kembali dibagi menjadi empat berdasarkan jumlah

kamarnya yaitu (1) hotel kecil yaitu hotel yang memiliki

kurang dari dua puluh lima kamar , (2) hotel sedang yaitu hotel

yang memiliki kapasitas lebih dari duapuluh lima kamar dan

kurang dari seratus kamar, (3) Hotel menengah yaitu hotel yang

memiliki seratus kamar dan kurang dari tiga ratus kamar; serta

(4) hotel besar yaitu hotel yang memiliki lebih dari tiga ratus

kamar.

(2) Motel

Penginapan yang didesain bagi mereka yang sedang

bepergian jauh (biasanya motel ini terletak di jalur highway di

Amerika Serikat) dan harus memiliki fasilitas parkir kendaraan

30

http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi

pariwisata.html. Diakses pada tanggal 16 April 2019

56

bermotor (private garage) dan juga akses yang mudah menuju

highway.

(3) Guest House

Guest house merupakan jenis akomodasi yang biasanya

dimiliki oleh instansi pemerintahan maupun swasta, perusahaan

(company). Guest house ini digunakan oleh pemiliknya sebagai

tempat untuk para tamu mereka yang sedang menginap. Guest

house yang dimiliki pemerintah akan menanggung semua biaya

akomodasi tamunya, namun guest house yang dimiliki

perusahaan swasta yang disewakan kepada tamunya semata-

mata untuk mencari keuntungan saja.

b. Catering Service

Untuk memberikan pelayanan jasa berupa penyediaan makanan

dan minuman kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata

Situs Purbakala Semedo, teradapat berbagai jenis rumah makan,

maupun warung-warung dengan harga yang berbeda antara wisatawan

domestik maupun wisatawan asing. Selain itu juga tersedia beberapa

cafe dengan suasana rileks dan menyediakan berbagai sarana hiburan.

Jumlah rumah makan maupun warungwarung yang terdapat di Situs

Purbakala Semedo berjumlah 3 unit warung. Dimana semua warung

maupu cafe telah ditata rapa di sepanjang pinggiran jalan sehingga

tidak menggangu kegiatan wisatawan.

c. Tempat Parkir

Tempat parkir merupakan salah satu bagian dari sekian banyak

prasarana transportasi. Keterbatasan penyediaan prasarana transportasi

khususnya tempat parkir, akan mengakibatkan badan jalan dijadikan

sebagai tempat parkir, sehingga terjadi kemacetan lalu lintas.

Kemacetan lalu lintas berawal dari hambatan, delay, stagnasi yang

terjadi pada lajur lalu lintas.

Di areal objek wisata Situs Purbakala Semedo sudah terdapat

tempat parkir yang cukup luas di dua titik yaitu areal parkir atas dan

57

areal parkir bawah. Areal parkir yang ada dikelola oleh Pemerintah

Desa dan masyarakat setempat. Biaya atau tarif parkir bagi kendaraan

roda dua adalah Rp 2,000 sedangkan untuk roda empat adalaah 5,000 –

10.000. Namun demikian areal parkir ini belum memiliki kondisi serta

kenyamanan yang baik bagi kendaraaan wisatawan. Areal parkir yang

masih banyak rumput ilalang yang tumbuh, selain itu jika masuk

musim penghujan areal parkir akan tergenang, sehingga sangat

mengurangi kenyamanan wisatawan.

Gambar 1 11 Kawasan Parkir Wisata

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)

d. Tempat Belanja

Belanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata dan

sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Di

tempat wisata Situs Purbakala Semedo menyediakan ± 5 kios tempat

belanja yang menjual makanan miuman dan hanya 4 diantaranya yang

menjual cinderamata/ oleh-oleh. Sarana tempat belanja banyak

terdapat di sekitar kawasan Kota Slawi sekitar 27 km dari tempat

wisata.

58

e. Sarana Ibadah

Untuk melengkapi hubungan manusia dengan sang pencipta,

Sebuah tempat wisata juga harus menyediakan sarana peribadatan di

dalam kawasan wisata, sehingga pengunjung dapat beribadat tanpa

harus keluar meninggalkan kawasan wisata. Di Kawasan Situs

Purbakala Semedo disediakan beberapa tempat Ibadah baik Mushola

serta beberapa Mushola yang berada di sekitar Situs Semedo.

Gambar 1 12 Masjid di Situs semedo

Sumber: Koleksi Pribadi

f. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan

merupakan setiap upaya baik preventif, promotif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan dalam rangka memelihara dan

59

meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, harus ada

jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu

penyakit yang mungkin akan diderita dalam perjalanan

Peningkatan kualitas layanan kesehatan dapat menjadi pemicu

percepatan industri pariwisata. Penyediaan saranan kesehatan menjadi

salah satu pertimbangan wisatawan ketika memutuskan untuk

melakukan kegiatan pariwisata.31

Ketersediaan Layanan Kesehatan di

Situs Purbakala Semedo masih sangat kurang. Penampakan dilapangan

hanya ada satu layanan kesehatan milik Pemerintah Desa Semedo.

Gambar 1 13 Layanan Kesehatan di Kawasan Wisata

g. Pusat Informasi

Dalam kegiatan kepariwisataan diharapkan agar elemen

[enyenggara pariwisata agar menyelenggarakan/menyediakan pusat

informasi usaha dan menyebarluaskan kebijakan Pemerintah di bidang

31

http://www.kemenpar.go.id/post/peningkatan-layanan-kesehatan-picu-percepatan-

pariwisata (diakses pada tanggal 25 April 2019)

60

kepariwisataan.32

Di Situs Purbakala Semedo sudah tersedia pusat

informasi yang berada di pintu masuk kawasan Situs Purbakala

Semedo.

Gambar 1 14 Pusat Informasi Kawasan Situs Semedo

h. Keamanan

Para penyedia jasa wisata memiliki tanggung jawab dan kewajiban

untuk senantiasa memastikan aspek keamanan dan keselamatan ini

sehingga para wisatawan, dari awal hingga akhir melakukan

kunjungan wisata mereka, berada dalam kondisi yang benar-benar

aman dan selamat.33

Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di

suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak

wajar dari penduduk setempat seakan-akan wisatawan yang datang

mengganggu ketentraman.

32

UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 33

https://id.beritasatu.com/home/aspek-keselamatan-industri-pariwisata/171365 (diakses

pada tanggal 23 April 2019)

61

i. Toilet Umum

Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa diobjek wisata Situs

Purbakala Semedo ketersediaan toilet yang ada sudah baik dan

memadai. Toilet yang ada sudah tersedia di setiap warung disekitar

Situs Purbakala Semedo.

g.. Sistem Perbankan

Untuk mempermudah pengunjung dalam mengelola keuangan

perlu disediakan layanan perbankan dalam hal ini ketersediaan ATM

Center atau layanan lain. Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan

berarti bahwa wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah

menerima atau mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa

mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal,

wisatawan dapat menukarkan uangnya pada money changer setempat.

Namun yang penulis amati di lapangan masih belum ada layanan

perbankan yang dimaksud.

Gambar 1 15 Layanan Perbankan di Kawasan SItus Purbakala Semedo

(Sumber : Dokumentasi 2019)

62

h. Ketersediaan Air Bersih

Penyediaan sarana air bersih bagi pengunjung di peroleh dari

mata air yang di tampung dalam bak penampungan. Sampai saat

penelitian ini di lakukan kondisi air di kawasan obyek wisata masih

dapat mencukupi kebutuhan para pengunjung hal itu terlihat dari

kondisi MCK yang tidak pernah kekurangan air, bahkan pada musim

kemarau pun sering kekeringan air. Hal itu juga di lakukan oleh

penduduk di Kecamatan Semedo yang memanfaatkan mata air untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan hampir tidak di jumpai adanya

sumur-sumur air di sekitar wilayah tersebut. Upaya pengendalian

terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang dapat

berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk

memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari

subjeknya,seperti :

1. Menyediakan air bersih untuk mencuci tangan

2. Menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah

3. Membangun jamban untuk tempat membuang kotoran

4. Menyediakan air yang memenuhi syarat kesehatan

i. Ketersediaan Listrik

Sama halnya dengan air, listrik juga merupakan prasarana yang

penting dalam kegiaatan pariwisata. Ketersediaan listrik yang berada

di Situs Purbakala Semedo bersumber dari PLN. Dengan ketersediaan

listrik yang telah memadai akan memberikaan kenyamanan bagi para

wissatawan yang berkunjung.

63

Gambar 1 16 Tiang-tiang Listrik di Kawasan Wisata

j. Layanan Telekomunikasi

Jaringan telepon yang tersedia di kawasan obyek wisata masih

sangat terbatas dan belum memadai. Dari hasil pengamatan hanya ada

satu jaringan telpon yaitu di Balai Desa Semedo dan di kawasan situs

yang lokasinya berada di samping pintu masuk obyek wisata di

sepanjang deretan toko-toko/ warung makan.

k. Layanan Internet

Keberadaan layanan internet sangat bermanfaat bagi pemerintah

daerah setempat dalam meningkatkan perekonomian daerah dan

meningkatkan pendapatan melalui sektor industri kecil yang

mendukung ekosistem pariwisata. Selain itu, pemerintah daerah juga

bisa mendorong penggunaan layanan untuk saranan belajar mengajar di

sekolah, mendukung layanan kesehatan, serta berbagai layanan publik

lainnya. Untuk mendukung pembangunan pariwisata, Internet sangat

dibutuhkan. Tak hanya berpengaruh pada jumlah kunjugan tetapi juga

bagian promosi dan pemasaran wisata. Namun di kawasan Situs

64

Purbakala Semedo belum ada layanan Internet seperti yang

dimaksudkan. Akses internet hanya bisa melalui beberapa provider. Ini

menjadi sebuah pekerjaan besar bagi pengembang pariwisata,

khususnya dinas pariwisata terkait dalam menunjang kemajuan

Pariwisata di Kabupaten Tegal.

D. Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda dari suatu daerah

tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata.

Pelayanan tambahan atau pelengkap, yang harus disediakan oleh

pemerintah daerah, baik untuk wisatawan atau pelaku pariwisata.

1. Pemasaran (tourism information service; berosur, profil wisaata,buku,

leaflet, poster, peta, pemandu wisata). Penampakan di lapangan

bahwasanya Pemerintah Daerah sudah sekuat tenaga berupaya

mengembangkan kawasan Situs Purbakala Semedo dengan cara

menambah petunjuk arah lokasi kawasan Situs yang ditempatkan di

beberapa titik strategis di sekitar Kabupaten Tegal.

2. Pembangunan Fisik (patung patung, lampu kota, public space)

3. Peraturan perundang-undangan.

Ancilliary juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah

kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information, Travel

Agent dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.

65

Gambar 1 17 Petunjuk Arah Menuju Situs Semedo

Sumber : Koleksi Pribadi

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Situs Purbakala Semedo dapat

ditarik kesimpulan bahwa di Situs Purbakala Semedo mempunyai dua

jenis atraksi yaitu site attraction meliputi Daya Tarik Alam, yang terdiri

dari panorama alam contohnya Tracking, Gua, dan Sumber Daya Alam

contohnya daerah aliran sungai yang menjadi susur sungai.

Daya Tarik Budaya yaitu minat khusus budaya contohnya Makam

Mbah Semedo, Makam Ki Hajar Saloko, Gua Tirem, dan Joglo

mandaarea. Minat Khusus Alam contohnya hiking, soft dan hard

tracking. Yang kedua yaitu event attraction meliputi Falsafah, Perilaku

Budaya contohnya Festival Budaya Semedo dan Kirab Budaya. Dan

Produk Budaya Tangible berupa Tarian dan Intangible Berupa

Kebudayaan.

Pada aspek Pelayanan/ Fasilitas Situs Purbakala Semedo belum

cukup memadai salah satunya kurangnya akses internet, komunikasi serta

jalan.

B. Saran

Perlu adanya perbaikan, menjaga kebersihan, keamanan, ketertiban,

dan menjaga kenyamanan atraksi-atraksi wisata, daya tarik alam dan

budaya karena sangat penting untuk kemajuan wisata. Dan jika atraksi-

atraksi ini tetap terjaga maka akan berpengaruh besar terhadap tingkat

kunjungan di Situs Purbakala Semedo.

Atraksi-atraksi wisata yang dimiliki agar dapat lebih digali lagi agar

bisa ditampilkan untuk event-event tahunan maupun bulanan dan dapat

diperluas dengan promosi-promosi maya seperti blogs, website, maupun

jejaring sosial lain selain promosi-promosi yang sudah ada seperti

membuat brosur-brosur di Dinas Pariwisata, membuat itinerary dll.

67

Karakteristik Desa yang belum terkenal masih menjadi kendala, oleh

karena itu untuk menarik wisatawan secara lebih luas, keberadaan objek

ini perlu didukung oleh Pemerintah Kabupaten Tegal umumnya dan

Kecamatan Kedungbanteng khususnya, meningkatkan infrastruktur yang

sudah ada, promosi yang luas seperti mouth to mouth, internet, jejaring

sosial lain dan menyiapkan Sumber Daya Manusianya dengan cara

pelatihan, kursus, serta penyuluhan yang mendalam tentang arti pentingya

pariwisata umumnya, dan khususnya profil atau karakteristik Situs

Purbakala Semedo.

68

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Arikunto . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta,

2001)

Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan

Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: gava Media, 2013),

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2010),

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2003)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal, Selayang Pandang

Kabupaten Tegal, (Tegal : DINBUDPAR Kabupaten Tegal, 2012)

Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1992,

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 4, 2004.

Hari Karyono, Kepariwisataan, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1997)

Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka, BPS Kabupaten Tegal : 2016

Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta.

Universitas Indonesia Press: . 1992)

Oka A Yoeti. Pemasaran Pariwisata. (Bandung: Angkasa, 1989)

Sedarmayanti, Membangun Kebudayaan dan Pariwisata, (Bandung : mandar

69

Maju, 2005)

Siti Gazalba, Pendidikan Islam Dalam Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Antara,

1969),

Suwantoro, Gamal, DASAR-DASAR PARIWISATA, (Yogyakarta: Andi Press,

2004),

Tanudirjo A.Daud. Warisan Budaya untuk Semua : Arh Kebijakan Pengelola

Warisan Budaya Indonesia di Masa Mendatang. (Yogyakarta : Arkeologi

Universitas Gadjah Mada, 2003)

Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FITK, 2011),

B. JURNAL/SKRIPSI

Wahyu Widianto, “Situs Sangiran – Situs Semedo Perbandingan Potensi Kedua

Situs Plestosen Di Jawa”. Jurnal Sangiran,

Widianto, H. dan M. Hidayat. 2007. Semedo, Situs baru Kehidupan Manusia

Purba Pada Kala Plestosen. Berita Penelitian Arkeologi

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya”, Bab 1, pasal 1.

UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

D. INTERNET

Metode Penelitian Survei https://ahmadmubarok212.wordpress.com/metode-

penelitian-survei/ (di akses pada tanggal 15 Maret 2019)

70

Metode Penelitian Survey http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-

Survey(di akses pada tanggal 9 Maret 2019)

Setzer Munavizt, 2009, (cited 2015 March 4th), available from : URL

http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-

pariwisata.html

http://www.kemenpar.go.id/post/peningkatan-layanan-kesehatan-picu-

percepatan-pariwisata (diakses pada tanggal 25 April 2019)

https://id.beritasatu.com/home/aspek-keselamatan-industri-pariwisata/171365

(diakses pada tanggal 23 April 2019)