identifikasi pelanggan pada pasar internasional.pdf

25
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN PADA PASAR INTERNASIONAL DAN PEMUASAN KEBUTUHAN PELANGGAN INTERNASIONAL Disusun Oleh: CEPI KURNIADI NIM 2010930093 DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

Upload: cepi-kurniadi

Post on 29-Oct-2015

185 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Manajemen Pemasaran Internasional: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional

TRANSCRIPT

Page 1: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN PADA PASAR

INTERNASIONAL

DAN PEMUASAN KEBUTUHAN PELANGGAN INTERNASIONAL

Disusun Oleh:

CEPI KURNIADI NIM 2010930093

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN INTERNASIONAL

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

Page 2: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN PADA PASAR

INTERNASIONAL

Langkah pertama bagi perusahaan yang telah memutuskan untuk beroperasi di

pasar Internasional yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Mengingat pelanggan

tersebar di berbagai negara dengan lingkungan pemasaran yang berbeda, perusahaan

perlu memahami sifat-sifat alamiah lingkungan dimaksud terutama untuk mendapatkan

informasi tentang perilaku pembelian pelanggan sehingga perusahaan mampu

menyelaraskan informasi tersebut dengan program dan kegiatan pemasaran. Bearden,

Ingram, dan LaForge (2001:50) membagi lingkungan pemasaran global ke dalam enam

bagian, yaitu: Social Environment (terdiri dari Demographic Environment dan Cultural

Environment), Economic Environment, Political/Legal Environment, Technological

Environment, Competitive Environment, dan Institutional Environment. Keenam

lingkungan tersebut dilustrasikan pada Gambar 1. Sementara itu, Kotler dan Keller

(2012:71) menambahkan satu lingkungan lagi yaitu Natural Environment (lingkungan

hidup) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Lingkungan Pemasaran Sumber: Bearden, Ingram, dan LaForge (2001:50)

Page 3: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Gambar 2. Macroenvironment (Lingkungan Makro) Sumber: Kotler, 2012:71

Kotler dan Keller (2012:74) mengilustrasikan bahwa seluruh lingkungan dalam

lingkungan pemasaran saling berhubungan membentuk suatu hubungan sebab akibat

yang dapat mengarahkan perusahaan kepada opportunities (peluang) dan threats

(ancaman) sebagai berikut: ledakan pertumbuhan penduduk (demographic) dapat

menyebabkan menurunnya ketersediaan sumberdaya alam dan meningkatnya polusi

(natural), sehingga konsumen meminta peraturan kepada pemerintah (political-legal),

dan dapat memicu solusi berupa teknologi dan produk baru (technological), yang jika

konsumen memiliki kemampuan membeli (economic), dapat mengubah sikap dan

perilaku mereka (social-cultural).

Contoh atas ilustrasi tersebut dapat ditemui pada fenomena munculnya mobil

listrik. Ledakan pertumbuhan penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan transportasi

sehingga konsumsi minyak bumi dan polusi meningkat. Hal ini menyebabkan konsumen

meminta pemerintah untuk membuat peraturan untuk membatasi penggunaan minyak

bumi dan mengurangi polusi. Sikap dan perilaku mereka akan berubah menjadi lebih

mencintai lingkungan dan membutuhkan produk transportasi yang ramah lingkungan.

Kemudian muncullah produk dan teknologi baru berupa mobil listrik. Konsumen yang

memiliki daya beli akan membeli mobil listrik tersebut.

Proses identifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan

tersebut dilakukan melalui pendekatan pemindaian lingkungan (environmental scanning

approach) sebagaimana dapat diilustrasikan pada Gambar 3. Pada Gambar 3, langkah

pertama proses scanning yaitu mengidentifikasi faktor-faktor dan trend di lingkungan

pemasaran. Langkah kedua yaitu menilai akibat terjadinya trend tersebut bagi pasar

dan kegiatan pemasaran. Langkah ketiga yaitu melihat apakah trend tersebut dapat

menghasilkan peluang pemasaran. Jika jawabannya ya, perusahaan harus

Page 4: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

memutuskan untuk mengambil keuntungan dari peluang tersebut. Langkah keempat

yaitu melihat apakah trend dapat menimbulkan ancaman pemasaran. Jika jawabannya

ya perusahaan harus memutuskan untuk meminimalkan ancaman.

Gambar 3. Environmental Scanning Approach Sumber: Bearden, Ingram, dan LaForge (2001:51)

1. Demographic Environment (Lingkungan Demografik)

Lingkungan demografik merujuk pada ukuran, sebaran, dan tingkat pertumbuhan

kelompok-kelompok penduduk dengan karakteristik yang berbeda-beda. Data

karakteristik demografis diperlukan untuk melihat perilaku pembelian, karena orang-

orang dari negara, budaya, kelompok umur, dan rumah tangga yang berbeda seringkali

menunjukkan perilaku pembelian yang berbeda-beda.

Trend yang terjadi di lingkungan demografik saat ini antara lain:

- Meningkatnya jumlah dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2010 jumlah

penduduk bumi mencapai 6,8 miliar dan pada tahun 2040 diprediksi naik menjadi 9

miliar. Hal ini memperlihatkan indikator terbukanya peluang pasar.

- Bauran usia penduduk yang berbeda-beda di setiap negara mengisyaratkan

kebutuhan yang berbeda-beda atas barang dan jasa. Sebagai contoh, mengingat

jumlah anak-anak di Mexico lebih banyak dibandingkan dengan di Italia, barang-

barang seperti susu, popok, dan mainan akan lebih dibutuhkan di Mexico

dibandingkan dengan di Italia

- Bauran penduduk dengan latar belakang etnis tertentu memunculkan kebutuhan

atas barang dan jasa yang sesuai dengan latar belakang etnis mereka. Sebagai

contoh, penduduk Jepang membutuhkan sentuhan Jepang atas arsitektur, desain,

dan ornamen-ornamen bergaya Jepang untuk rumahnya walaupun berada di luar

Jepang

Page 5: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

- Bauran penduduk sesuai tingkat pendidikan memunculkan kebutuhan atas barang

dan jasa sesuai tingkat pendidikan mereka. Sebagai contoh, meningkatnya jumlah

penduduk yang berpendidikan tinggi akan meningkatkan kebutuhan akan buku-

buku, surat kabar dan majalah

- Bauran penduduk sesuai status perkawinan memunculkan kebutuhan sesuai

statusnya masing-masing. Sebagai contoh, suami dan istri yang belum memiliki

anak akan membutuhkan rumah atau apartemen yang ukurannya lebih kecil.

2. Natural Environment (Lingkungan Hidup)

Lingkungan hidup terdiri dari sumberdaya alam yang dubutuhkan sebagai input

atau bahan baku bagi pemasar atau dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran. Pemasar

harus memusatkan perhatian terhadap trend lingkungan hidup seperti (Kotler dan

Armstrong, 2012:78):

- Menyusutnya pasokan bahan baku

Sumber daya alam seperti hutan dan bahan makanan harus digunakan secara

bijaksana walaupun telah dilakukan konservasi dan peremajaan. Namun

sumberdaya alam yang tidak dapat digunakan berulang seperti minyak bumi dan

bahan tambang mengalami problem serius. Perusahaan yang menggantungkan

bahan bakunya pada sumber daya alam yang langka ini menghadapi peningkatan

biaya, bahkan ketika ketersediaanya masih ada.

- Meningkatnya polusi

Industri akan selalu merusak lingkungan hidup. Sebagai contoh, banyak terjadi

pencemaran lingkungan seperti pada pembuangan limbah kimia dan sampah nuklir,

kadar merkuri di lautan, pencemaran tanah dengan bahan polutan kimia, bahan

plastik yang tidak dapat didaur ulang, dan bahan material kemasan yang

berbahaya.

- Meningkatnya campur tangan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam

Kepedulian negara berbeda-beda dalam pengelolaan sumber daya alam. Negara

seperti Jerman sangat menaruh perhatian yang tinggi terhadap lingkungan hidup

yang bersih. Sementara itu beberapa negara berkembang sedikit menaruh

perhatian terhadap polusi karena kurangnya ketersediaan dana dan kurangnya

political will.

3. Economic Environment (Lingkungan Ekonomi)

Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor dan trend yang berhubungan

dengan tingkat pendapatan dan produksi barang dan jasa. Perusahaan tidak sekedar

Page 6: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

membutuhkan informasi tentang banyaknya jumlah penduduk di suatu negara sebagai

suatu peluang pasar, namun yang tidak kalah pentingnya yaitu informasi tentang daya

beli penduduk terutama atas produk atau jasa yang diproduksi perusahaan.

Trend ekonomi di belahan dunia satu akan mempengaruhi kegiatan pemasaran

di belahan bumi lainnya. Sebagai contoh, perubahan suku bunga di Jerman akan

mempengaruhi nilai Dolar Amerika Serikat sehingga akan mempengaruhi harga dan

nilai ekspor dan impor Amerika Serikat.

Perubahan gross domestic product (GDP) yaitu jumlah barang dan jasa yang

diproduksi suatu negara mengindikasikan trend dalam aktivitas ekonomi. Sebagai

contoh, negara dengan GDP tinggi seperti Uni Emirat Arab dan Kuwait mengindikasikan

tingginya daya beli sehingga memunculkan kebutuhan akan barang-barang mewah.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara menyebabkan tingginya

permintaan atas produk. Sebagai contoh, tingkat pendapatan Cina yang meningkat

memunculkan permintaan atas produk konsumsi, alat berat, peralatan pertanian dan

medis.

Daya beli dalam suatu perekonomian sangat tergantung dari tiga faktor, yaitu

(Kotler dan Keller, 2012:77): psikologi konsumen, distribusi pendapatan, komposisi

pendapatan-tabungan-debit-kredit.

- Psikologi Konsumen

Contoh pengaruh psikologi konsumen terhadap daya beli yaitu resesi ekonomi

seperti yang terjadi pada tahun 2008-2009 telah mengguncang keyakinan

konsumen terhadap ekonomi dan situasi keuangan mereka. Konsumen menjadi

lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Mereka lebih peduli dalam

membandingkan harga dan diskon di berbagai toko. Kenyataan ini telah

memunculkan fenomena “low cost hotel” seperti Tune Hotel dan Amaris.

- Distribusi Pendapatan

Pemasar kerap kali membagi negara menjadi lima pola distribusi pendapatan, yaitu:

(1) pendapatan sangat rendah (2) kebanyakan pendapatan rendah (3) pendapatan

sangat rendah, sangat tinggi (4) pendapatan tinggi, menengah, tinggi (5)

kebanyakan pendapatan menengah. Sebagai contoh, pasar mobil mewah

Lamborgini terbesar adalah Portugal yang pola distribusi pendapatannya termasuk

nomor (3), yang merupakan salah satu negara termiskin di Eropa Barat, namun

dengan jumlah keluarga yang cukup untuk membeli mobil mewah.

- Pendapatan-Tabungan-Debit-Kredit

Page 7: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Pengeluaran konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat bunga

tabungan, praktik debet, dan ketersediaan kredit. Salah satu contoh kondisi ini yaitu

resesi ekonomi di Amerika Serikat membuat rasio hutang terhadap pendapatan

penduduknya sangat tinggi. Ketika ketersediaan kredit menjadi langka pada masa

resesi, terutama untuk penduduk dengan pendapatan yang rendah, jumlah kredit

yang disalurkan mengalami penurunan. Hal ini memicu kebijakan kredit yang liberal

yang membolehkan konsumen untuk membeli rumah dan barang-barang lain yang

sebenarnya tidak mampu mereka beli. Kondisi ini memicu kekacauan financial

menjadi tidak terelakkan.

4. Political/Legal Environment (Lingkungan Politik/Legal)

Lingkungan Politik/Hukum terdiri dari faktor-faktor/trend yang berhubungan

dengan kegiatan pemerintahan dan peraturan perundang-undangan tertentu yang

dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran. Kadang-kadang peraturan perudang-

undangan yang dibuat memunculkan peluang bisnis baru. Contohnya, peraturan

tentang daur ulang produk memunculkan peluang bisnis baru, yaitu pembuatan produk

dengan bahan baku hasil daur ulang.

Trend yang terjadi pada lingkungan ini yaitu Peningkatan pemberlakuan

peraturan perundang-undangan di bidang bisnis dan Pertumbuhan kelompok

kepentingan tertentu (Kotler dan Keller, 2012:84).

- Peningkatan pemberlakuan peraturan perundang-undangan di bidang bisnis

Peraturan perundang-undangan bisnis ditujukan antara lain untuk melindungi

perusahaan dari persaingan tidak sehat, melindungi konsumen dari praktik bisnis

yang tidak sehat, dan melindungi masyarakat dari perilaku bisnis yang tidak

bertanggung jawab.

- Pertumbuhan kelompok kepentingan tertentu

Banyaknya lembaga swadaya masyarakat yang menyuarakan kepentingan tertentu

mempengaruhi aktivitas pemasaran perusahaan. Contohnya, perjuangan

konsumen untuk dapat mengetahui bahan dasar pembuatan produk memunculkan

peraturan untuk menampilkan bahan-bahan dasar pembuatan produk dalam

kemasan produk.

5. Technological Environment (Lingkungan Teknologi)

Lingkungan teknologi terdiri dari faktor-faktor dan trend yang berhubungan

dengan inovasi yang mempengaruhi pengembangan produk baru atau proses

pemasaran baru. Sebagai contoh, berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi

Page 8: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

memunculkan peluang bagi musisi untuk menjual musiknya dalam bentuk file mp3

(tidak dalam bentuk compact disc) dan mengharuskan konsumen untuk dengan cara

mengunduhnya via internet.

Trend yang terjadi di lingkungan teknologi saat ini yaitu (Kotler dan Keller,

2012:83):

- Percepatan perubahan

Percepatan pemasaran produk terjadi di lingkungan teknologi pada saat ide produk

baru dimunculkan. Sebagai contoh, Apple telah berhasil menjual 220 juta iPod

sejak dijual pertama kali pada September 2009.

- Peluang yang tak terbatas untuk inovasi

Inovasi tidak terbatas saat ini terjadi di bidang bioteknologi, komputer,

mikroelektronik, telekomunikasi, robotik, dan desain material. Contoh

pengembangan produk yaitu pengembangan vaksin AIDS, alat kontrasepsi yang

lebih aman, serta pengembangan makanan rendah lemak dan kalori.

- Anggaran penelitian dan pengembangan produk yang bervariasi

Beberapa perusahaan menganggarkan biaya penelitian dan pengembangan produk

yang tinggi, sementara perusahaan lain hanya meniru dan melakukan perbaikan

fitur terhadap produk pesaing. Contohnya, kasus Samsung yang dikalahkan Apple

di Pengadilan Amerika Serikat tahun 2012 menunjukkan anggaran penelitian dan

pengembangan Samsung tidak sebesar Apple. Ketika Apple mengembangkan iPad

dan kemudian diikuti oleh Samsung dengan Galaxy Tab, Apple menuntut Samsung

atas kemiripan desain dan fitur-fiturnya yang kemudian dimenangkan oleh Apple.

- Perubahan regulasi teknologi yang meningkat

Pemerintah meluaskan kewenangannya untuk melakukan investigasi dan

memungkinkan untuk melarang produk yang dapat membahayakan konsumen.

Sebagai contoh, di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) harus

menyeleksi obat-obatan sebelum dijual oleh perusahaan. Regulasi peraturan

keamanan dan kesehatan produk telah banyak dibuat untuk produk makanan,

mainan, kendaraan bermotor, pakaian, peralatan listrik, dan konstruksi.

6. Competitive Environment (Lingkungan Persaingan)

Lingkungan persaingan terdiri dari seluruh organisasi yang melayani pelanggan

yang sama. Pesaing utama terdiri dari brand competitors (pesaing merk) dan product

competitors (pesaing produk). Contohnya, yaitu Nike adalah brand competitor bagi

Page 9: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Reebok, L.A. Gear, dan perusahaan lainnya yang memasarkan merk berbeda untuk

tipe produk yang sama yaitu sepatu olahraga. Sedangkan Domino‟s Pizza merupakan

product competitor bagi McDonald‟s dan KFC karena mencoba memuaskan kebutuhan

konsumen akan makanan cepat saji menyajikan menu dan pelayanan yang berbeda.

Pemasar harus mengidentifikasi merk dan produk pesaing yang relevan untuk

mengidentifikasi peluang pasar dan strategi pengembangan pemasaran. Satu trend

yang mengubah industri akan mengubah peta persaingan. Beberapa pesaing produk

dapat menjadi pesaing merk dengan meluaskan penawaran produknya.

7. Institutional Environment (Lingkungan Kelembagaan)

Lingkungan kelembagaan terdiri dari seluruh organisasi yang terkait dalam

pemasaran produk dan jasa. Mereka terdiri dari supliers (pemasok), marketing

intermediaries (perantara pemasaran) dan public (masyarakat), dan customers

(pelanggan).

Suppliers (pemasok) memiliki peran penting dalam keseluruhan jaringan

penghantaran nilai bagi pelanggan oleh perusahaan. Mereka menyediakan sumberdaya

yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Kekurangan

atau keterlambatan pasokan bahan baku, pemogokan buruh, atau peristiwa lain dapat

menurunkan tingkat penjualan dalam jangka pendek dan merusak kepuasan pelanggan

dalam jangka panjang.

Marketing intermediaries (perantara pemasaran) membantu perusahaan untuk

mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan produknya kepada pembeli akhir.

Perantara pemasaran dapat berupa resellers, physical distribution firms, marketing

services agencies, dan financial intermediaries.

- Resellers membantu perusahaan untuk mencari pelanggan dan menjual produk,

contohnya wholesalers dan retailers seperti Carefour dan Hypermart.

- Physical distribution firms membantu perusahaan untuk menyimpan dan

memindahkan barang-barang dari tempat asal ke tempat tujuan.

- Marketing services agencies dapat berupa marketing research firms, advertising

agencies, media firms, dan marketing consulting firms yang membantu perusahaan

untuk mempromosikan produknya untuk pasar yang tepat.

- Financial intermediaries termasuk bank, perusahaan pembiayaan, dan perusahaan

asuransi, yang membantu transaksi keuangan atau menjamin risiko yang

berhubungan dengan pembelian dan penjualan produk.

Page 10: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Public adalah kelompok yang memiliki kepentingan aktual maupun potensial dan

mampu mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Mereka

terdiri dari:

Financial publics seperti bank, analis investasi, dan pemegang saham.

Media publics seperti surat kabar, majalah, stasiun televisi, dan media internet.

Government publics yang melindungi kepentingan konsumen misalnya dengan

mengeluarkan standar keamanan produk bagi konsumen

Citizen-action publics seperti organisasi perlindungan konsumen dan kelompok

pecinta lingkungan.

Local publics, misalnya seperti komunitas residensial.

General publics. Penilaian publik terhadap citra perusahaan akan mempengaruhi

keputusan membeli dari konsumen lainnya.

Internal publics. Para pekerja, manajer, sukarelawan, dan dewan direksi termasuk

kelompok ini. Sebagai contoh, ketika para pekerja merasa nyaman bekerja pada

perusahaan, perilaku positifnya akan menyebar ke masyarakat luas.

Customers (pelanggan) dapat berupa consumer markets, business markets,

reseller markets, government markets, dan international markets. Consumer markets

terdiri dari individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi

pribadi. Business markets membeli barang dan jasa untuk digunakan dalam proses

produksi. Reseller markets membeli barang dan jasa untuk dijual kembali dengan

keuntungan tertentu. Government markets membeli barang dan jasa untuk pelayanan

publik. Akhirnya, international markets terdiri dari para pembeli di luar negeri termasuk

konsumen, produsen, reseller dan pemerintahnya.

8. Cultural Environment (Lingkungan Budaya)

Lingkungan budaya merujuk pada faktor-faktor dan trend yang berhubungan

dengan bagaimana manusia hidup dan berperilaku. Faktor-faktor termasuk nilai, ide,

kepercayaan, dan subpopulasi spesifik, dapat mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen. Pemasar harus memahami pentingnya karakteristik budaya dan trend di

pasar yang berbeda-beda.

Beberapa trend dalam lingkungan budaya yaitu (Bearden, Ingram, dan LaForge,

2001:56):

- Cultural Diversity (keragaman budaya)

Perbedaan budaya sangatlah penting baik di pasar domestik maupun di pasar

internasional. Karakteristik kelompok budaya mempengaruhi tipe produk yang

Page 11: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

diinginkan, bagaimana mereka membeli, dan bagaimana produk digunakan.

Beberapa kelompok budaya seringkali memaksa pemasar untuk mengembangkan

strategi yang berbeda untuk mereka. Contohnya McDonalds‟ menambahkan menu

nasi di Indonesia karena nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia.

- Changing Roles (perubahan peran)

Setelah perempuan banyak memasuki dunia kerja komposisi rumahtangga pun ikut

berubah. Banyak pria ikut mengambil peran dalam urusan rumah tangga dan

belanja rumah tangga.

- Emphasis on Health and Fitness (penekanan terhadap kesehatan dan kebugaran)

Gaya hidup sehat termasuk makanan sehat dan olahraga teratur menjadi trend

akhir-akhir ini. Hal ini memunculkan peluang atas produk dan jasa yang mampu

memperbaiki kesehatan dan kebugaran seperti makanan organik dan fitness club.

- Desire for Convenience (hasrat akan kenyamanan)

Banyaknya perempuan yang juga berkerja selain laki-laki menyebabkan sedikitnya

waktu luang. Hal ini memunculkan peluang produk dan jasa yang mampu

memberikan kenyamanan dalam berbelanja. Contohnya, home shopping dan online

shopping memudahkan konsumen untuk berbelanja tanpa mengorbankan waktu

luang.

- Consumerism (konsumerisme)

Konsumerisme adalah pergerakan untuk membentuk dan melindungi hak-hak

pembeli. Konsumen saat ini lebih terdidik, lebih memiliki pengetahuan, dan lebih

terorganisasi. Mereka menginginkan informasi lebih, kualitas, pelayanan,

ketergantungan dan harga yang wajar. Memberikan konsumen produk yang baik,

harga yang wajar, jujur, dan mempraktikkan tanggung jawab sosial adalah cara

terbaik untuk merespon konsumerisme.

- Popular Culture (Budaya Populer)

Film, acara televisi, dan iklan mengekspresikan nilai budaya dan perilaku.

Makanan, fashion, dan entertainment dari Amerika Serikat menjadi trend populer

yang menyebar ke seluruh dunia. Perkembangan teknologi dan globalisasi media

memungkinkan ekspor budaya populer menjadi peluang pasar tersendiri. Peluang

pasar ini dimanfaatkan oleh MTV yang menyiarkan video musik ke 210 juta rumah

tangga di 71 negara di seluruh dunia. Pendapatannya pun naik 20% per tahun dan

Page 12: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

MTV berhasil meluaskan operasinya ke Eropa, Australia, Amerika Latin, Rusia,

Cina, dan Taiwan.

Budaya memiliki elemen-elemen yang perlu diketahui oleh para pemasar

internasional. Kotabe dan Helsen (2011) membedakannya ke dalam 7 elemen, yaitu:

material life (kehidupan materi), language (bahasa), social interactions (interaksi sosial),

aesthetics (estetika), religion (agama), education (pendidikan), dan value system (nilai).

1. Material life (kehidupan materi), merupakan teknologi yang digunakan untuk

memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa di

masyarakat. Contoh: trend rumah minimalis melahirkan ide furnitur minimalis yang

hemat ruang.

2. Language (bahasa).

Bahasa diartikan sebagai cara kita berkomunikasi secara verbal. Bahasa digunakan

untuk bersosialisasi dan mengkomunikasikan bagaimana nilai-nilai diekspresikan

dan dimengerti. Contoh: Munculnya fenomena Chinglish, yaitu terjemahan bahasa

Cina ke dalam Bahasa Inggris yang tidak sesuai dengan arti kata sebenarnya perlu

dipelajari para pemasar Internasional. Bahasa Cina untuk kumpulan buah-buahan

kering yaitu “san gan guo” diterjemahkan menjadi “spread to fuck the fruit” hanya

karena kata “gan” terjemahannya dalam bahasa inggris sama dengan “fuck”.

Gambar 4: Contoh Chinglish Sumber: Google

3. Social interactions (interaksi sosial),

Kelompok referensi memberikan nilai-nilai dan sikap yang berpengaruh pada

perilaku. Referensi utama kelompok meliputi keluarga dan rekan kerja. Contoh:

Seorang sales representative sebuah merk mobil dari Jepang dalam sebuah

kunjungannya ke Jakarta terheran-heran melihat banyak sekali merk mobil yang

sama di jalan. Hal ini melahirkan temuan bahwa di Indonesia orang membeli mobil

karena rekan kerja atau tetangganya membeli mobil yang sama.

Page 13: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

4. Aesthetics (estetika),

Tanpa interpretasi yang benar atas nilai estetika pada suatu negara, sejumlah

besar masalah dapat timbul. Kurangnya nilai sensitifitas pada nilai estetika dapat

menyinggung, menciptakan nilai negatif dan secara umum membuat usaha-usaha

pemasaran menjadi tidak efektif atau bahkan merugikan. Salah satu contoh

penerapan estetika yaitu upaya Pepsi dalam mendongkrak penjualan di Cina.

Karena di China warna merah melambangkan keberuntungan, khusus dalam

Olimpiade Beijing 2008 Pepsi mengubah kemasan produknya dari biru menjadi

merah.

Gambar 5: Pepsi edisi Olimpiade Beijing 2008 Sumber: Google

5. religion (agama),

Para anggota semua kelompok agama kadang-kadang mungkin mengambil

keputusan membeli dipengaruhi oleh identitas agama mereka. Perilaku konsumen

biasanya dipengaruhi secara langsung oleh agama dalam hal produk yang secara

simbolik dan ritualistik berkaitan dengan representasi agamanya. Contoh: Pada

tahun 1998 sepatu Nike Air Bakin memancing kemarahan masyarakat Timur

Tengah karena logonya yang memilki kemiripan dengan tulisan “Allah” dalam

bahasa Arab.

Gambar 6: Nike Air Bakin Sumber: Google

6. Education (pendidikan),

Page 14: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Pendidikan formal dan informal memainkan peran penting dalam menceritakan dan

membagi budaya. Perusahaan-perusahaan butuh untuk mengerti berbagai

penekanan pada keterampilan khusus dan tingkatan pendidikan secara menyeluruh

di suatu negara. Contoh: Perusahaan makanan Greber mengalami kegagalan

pemasaran produknya di Afrika dimana sebagian besar penduduknya tidak bisa

membaca dengan membuat logo di produk makanan bayinya berupa gambar bayi.

Orang Afrika mengira produk tersebut berisi daging bayi yang telah diolah.

7. Value system (sistem nilai).

Setiap budaya memiliki sistem nilai yang membentuk norma dan standar yang

mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam konteks perilaku pengertian berbagai

sikap yang umum akan memberi manfaat strategis yang besar. Misalnya telah

terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan dalam penjualan berbagai bahan baku

alami untuk memproduksi produk keperluan mandi, tubuh, dan kosmetik di seluruh

dunia. Kecenderungan ini terjadi karena ada kaitannya dengan sikap yang

sekarang ini populer yaitu hal-hal yang bersifat alami dianggap baik dan segala

sesuatu yang merupakan tiruan dianggap jelek.

Pemasar internasional perlu pedoman dalam memahami berbagai perbedaan

kultural di setiap negara yang akan dimasuki melalui studi lintas budaya. Penelitian

Geert Hofstede (1983) sangat membantu strategi pengembangan perusahaan dengan

melihat perbedaan-perbedaan kultural berbagai negara. Hasil penelitiannya didasarkan

atas riset pada database IBM antara tahun 1967 – 1973 dengan 116.000 kuisioner

kepada para pekerja IBM di 72 negara dan 20 bahasa yang berbeda. Berdasarkan

penelitian Hofstede, cara seseorang merasakan dan menginterpretasikan dunia

bermacam-macam dan terbagi menjadi empat dimensi (Hollensen, 2007), yaitu: power

distance, uncertainty avoidance, individualism, and masculinity.

1. Power distance merujuk pada tingkat ekualitas antara seseorang dengan lainnya

dalam konteks fisik dan pendidikannya. Di negara dengan power distance yang

tinggi, kekuasaan terkonsentrasi pada sejumlah kecil orang yang berkuasa yang

membuat seluruh keputusan. Di negara dengan power distance rendah, kekuasaan

menyebar dan hubungan antar orang lebih egaliter. Semakin rendah power

distance semakin tinggi partisipasi individu dalam proses pembuatan keputusan.

Skor tertinggi untuk negara dengan power distance yang tertinggi diraih oleh

Jepang, skor menengah diraih oleh Amerika Serikat dan Kanada. Skor lebih rendah

diraih negara-negara seperti Denmark, Austria, dan Israel.

Page 15: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

2. Uncertainty Avoidance merujuk pada kecenderungan terhadap aturan formal dan

pola hidup yang baku. Dimensi lain dari uncertainty avoidance dapat diasosiasikan

dengan risk taking (pengambilan risiko). Individu dalam kelompok masyarakat yang

nilai uncertainty avoidance-nya rendah cenderung melihat masa depan tanpa

tekanan. Dalam budaya dengan uncertainty avoidance tinggi manajer

meminimalisasi kecemasan akan ketidakpastian masa depan melalui perencanaan

jangka panjang. Skor rendah atas dimensi uncertainty avoidance diraih Amerika

Serikat dan Kanada. Skor tinggi diraih oleh Jepang, Yunani, Portugal, dan Belgia.

3. Individualism merujuk pada tingkatan seseorang berperilaku sebagai individu

daripada sebagai anggota kelompok. Dalam kelompok masyarakat yang individual

sesorang memiliki ketergantungan yang rendah terhadap orang lain. Mereka lebih

memiliki pencarian pemenuhan atas tujuan diri sendiri dibandingkan dengan tujuan

kelompok. Dalam kelompok masyarakat kolektif, saling ketergantungan antara

seseorang dengan orang lainnya sangat terasa dan mereka akan menjaga harmoni

kelompok melalui pencarian persamaan kepentingan. Inggris, Australia, Kanada,

dan Amerika Serikat meraih skor tinggi individualisme. Sedangkan Jepang, Brazil,

Kolombia, Chili, dan Venezuela meraih skor rendah.

4. Masculinity merujuk pada nilai-nilai „maskulin‟ seperti: pencapaian, kinerja, sukses,

uang, dan kompetisi, dibandingkan dengan nilai-nilai „feminin‟ seperti: kualitas

hidup, menjaga hubungan personal yang hangat, pelayanan, dan solidaritas. Nilai

masculinity tinggi diraih oleh Amerika Serikat, Italia, dan Jepang. Nilai yang rendah

diperoleh Denmark dan Swedia.

Penelitian lain dilakukan oleh Edward T. Hall (1960) yang memperkenalkan

konsep high-context culture dan low-context culture sebagai cara untuk memahami

perbedaan orientasi budaya. Low-context culture merupakan budaya yang

mengindikasikan kesamaan pesan lisan dan tulisan antara yang disampaikan dengan

yang diterima (eksplisit). High-context culture merupakan budaya yang mengindikasikan

perlunya memahami elemen-elemen diluar pesan yang disampaikan (implisit).

Karakteristik high-context culture dan low-context culture dapat dilihat pada Tabel

1. Perbedaan jenis budaya di berbagai negara dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 16: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Umum Budaya Sumber: Hollensen, 2007:220

Tabel 1. Perbedaan Jenis Budaya di Berbagai Negara Sumber: Hollensen, 2007:221

Page 17: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Essentials of Marketing, 14th Edition, 2012, Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prentice

Hall Global Marketing, 4th Edition, 2007, Svend Hollensen, Prentice Hall Global Marketing Management, 5th Edition, 2010, Masaaki Kotabe and Kristiaan Helsen,

John Wiley & Sons, Inc., Marketing Management, 14th Edition, 2012, Philip Kotler and Kevin Lane Keller,

Prentice Hall. Marketing: Principless and Perspective, 3rd Edition, 2001, William O. Bearden, Thomas

N. Ingram, McGraw Hill

Page 18: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

PEMUASAN KEBUTUHAN PELANGGAN INTERNASIONAL

Disusun Oleh:

CEPI KURNIADI

NIM 2010930093

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN PEMASARAN INTERNASIONAL

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 19: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

PEMUASAN KEBUTUHAN PELANGGAN INTERNASIONAL

Banyak perusahaan memberikan perhatian lebih terhadap pangsa pasar

dibandingkan Kepuasan pelanggannya. Hal ini merupakan suatu kesalahan.

Perusahaan perlu memonitor dan memperbaiki tingkat kepuasan pelanggannya.

Semakin tinggi kepuasan pelanggan, semakin tinggi pula tingkat pelanggan yang

bertahan. Faktanya adalah sebagai berikut (Kotler, 2003:41):

1. Mencari pelanggan baru dapat menghabiskan biaya 5 sampai 10 kali dibandingkan

dengan memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

2. Rata-rata perusahaan kehilangan 10% sampai 30% pelanggan setiap tahun.

3. Perusahaan yang mampu mengurangi tingkat kehilangan pelanggan sebesar 5%

dapat meningkatkan labanya sebesar 25% hingga 85% tergantung industrinya.

4. Tingkat laba pelanggan cenderung meningkat sepanjang pelanggan dapat terus

dipertahankan

Beberapa definisi kepuasan pelanggan yang dikemukakan oleh para ahli pada

umumnya memiliki makna yang hampir sama. Philip Kotler berpendapat:

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal

dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu

produk dan harapan-harapannya (Kotler, 1997:36)

George S. Day berpendapat bahwa:

Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi ketidaksesuaian (diskonfirmasi) yang dirasakan antara

harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk

yang dirasakan setelah pemakaiannya (Sianipar, 1998:17).

Sedangkan Engel et. al. berpendapat bahwa:

Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi terwakili dimana alternatif yang

dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau

melampaui harapan pelanggan. Sedang ketidakpuasan timbul apabila hasil

yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Sianipar, 1998:17).

Berdasarkan ketiga pengertian kepuasan/kepuasan pelanggan diatas

setidaknya dapat diambil dua kesimpulan, yaitu:

1. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh harapan-harapan (expectations) pelanggan

atas kinerja suatu produk dan kinerja pelayanan dibandingkan dengan kinerja

Page 20: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

aktual produk dan kinerja aktual pelayanan yang diberikan (perceived

performance).

2. Ada tiga kemungkinan tanggapan pelanggan terhadap kinerja suatu produk atau

pelayanan:

Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas

Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas

Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas

Dalam hal kinerja suatu pelayanan, pelanggan mempunyai dua tingkat

kepentingan, yaitu:

1. Adequate service, yaitu tingkat kinerja jasa minimal yang masih dapat diterima

berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan tergantung pada

alternatif yang tersedia.

2. Desired service, yaitu tingkat kinerja jasa yang diharapkan pelanggan akan

diterimanya yang merupakan gabungan dari kepercayaan pelanggan mengenai

apa yang dapat dan harus diterimanya.

Hal ini selengkapnya dapat dilihat pada proses kepuasan pelanggan pada

Gambar 1.

harapan

pelanggan

Sumber : (Rangkuty, 2002:41)

Zone of Tolerance adalah daerah diantara adequate service dan desired service,

yaitu daerah dimana variasi pelayanan yang masih dapat diterima oleh pelanggan.

Zone of tolerance dapat mengambang dan menyusut serta berbeda untuk setiap

individu, perusahaan, situasi dan aspek jasa.

Persepsi Pelanggan

Persepsi Pelanggan

Zone of Tolerance Zone of

Tolerance

Desired service Desired service

Adequate service Adequate service

Perceived service

(pelayanan yang diterima pelanggan)

Perceived service

(pelayanan yang diterima pelanggan)

Page 21: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

Apabila pelayanan yang diterima oleh pelanggan berada dibawah adequate

service, pelanggan akan frustrasi dan kecewa. Sedangkan apabila pelayanan yang

diterima pelanggan melebihi desired service, pelanggan akan sangat puas dan terkejut.

Perusahaan yang mampu menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi akan

memperoleh beberapa manfaat. Secara umum, manfaat-manfaat tersebut yaitu:

1. Meningkatkan kinerja penjualan, karena pelanggan yang puas akan membeli lebih

banyak dan lebih sering (Gerson, 2002:3).

2. Perusahaan dapat mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan

pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana yang membutuhkan

peningkatan/perbaikan (Rangkuty, 2002:5).

3. Perusahaan dapat menciptakan 4R, yaitu (Rangkuty, 2002:6):

a. Customer Relationship, yaitu kedekatan antara pelanggan dengan perusahaan

yang terjadi ketika pelanggan berhubungan dengan perusahaan dalam periode

waktu tertentu.

b. Custumer Retention, yaitu kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

pelanggan yang sudah ada.

c. Custumer Refferal, yaitu promosi dari mulut ke mulut oleh pelanggan yang

puas kepada orang lain untuk membeli produk perusahaan.

d. Customer Recovery, yaitu kemampuan mengubah kesalahan dalam

pelayanan dengan segera dan cepat sehingga meningkatkan loyalitas.

Untuk mengetahui besarnya tingkat kepuasan pelanggan, perlu dilakukan

pengukuran atas kepuasan pelanggan. Ada tujuh alasan utama perlunya dilakukan

pengukuran atas kepuasan pelanggan (Gerson, 2002:24):

1. Untuk mempelajari persepsi pelanggan.

2. Untuk menentukan kebutuhan, keinginan, persyaratan, dan harapan pelanggan.

3. Untuk menutup kesenjangan antara harapan dan kepuasan pelanggan.

4. Untuk memeriksa apakah peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan

sesuai harapan atau tidak.

5. Karena peningkatan kinerja membawa peningkatan laba.

6. Untuk mempelajari bagaimana perusahaan melakukan apa yang dilakukan

kemudian.

7. Untuk menerapkan proses perbaikan berkesinambungan.

Sedikitnya ada empat alat untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan

(Kotler, 1997:38):

Page 22: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

1. Sistem keluhan dan saran (complience and suggestion system), melalui formulir

isian, kotak saran, kartu komentar, staf khusus untuk menangani keluhan dan

telepon bebas pulsa. Arus informasi ini menyediakan banyak gagasan yang baik

bagi perusahaan dan memungkinkan mereka bertindak lebih cepat untuk

menyelesaikan masalah.

2. Survei kepuasan pelanggan (customer satisfaction survey), dimana perusahaan

melakukan survei berkala dengan mengirim daftar pertanyaan atau menelpon

pelanggan-pelanggan terakhir mereka sebagai sampel acak dan menanyakan

apakah mereka amat puas, puas, biasa saja., kurang puas, atau amat tidak puas,

dengan berbagai aspek kinerja perusahaan dan bahkan pendapat pembeli tentang

kinerja para pesaing mereka.

3. Belanja siluman (ghost shopping), dimana perusahaan membayar orang-orang

untuk bertindak sebagai pembeli potensial untuk melaporkan temuan-temuan

mereka tentang kekuatan dan kelemahan yang mereka alami dalam membeli

produk perusahaan dan produk pesaing.

4. Analisis kehilangan pelanggan (lost customer analysis), dimana perusahaan

menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli atau berganti pemasok

untuk mempelajari sebabnya.

Pengukuran kepuasan pelanggan dengan metode survey bagi perusahaan jasa

telah dirintis oleh A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry. Para

responden diminta menuliskan persepsinya atas kualitas pelayanan dan tingkat

kepuasan yang mereka rasakan atas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan-

perusahaan jasa yang dipilih.

Sebagai hasil penelitian, para peneliti tersebut menemukan metode untuk

mengukur kualitas pelayanan yang dikenal dengan metode SERVQUAL (service

quality). Berdasarkan metode ini, kualitas pelayanan dapat ditentukan berdasarkan

lima dimensi kualitas pelayanan yang urutannya menunjukkan bobot terbesar sampai

terkecil (Kotler, 1997:93), yaitu:

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan

dengan terpercaya dan akurat.

2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan

memberikan jasa dengan cepat.

3. Assurance (jaminan/kepastian), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta

kemampuan mereka untuk menimbulkan kepecayaan dan keyakinan.

Page 23: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

4. Emphaty (empati), yaitu kesediaan untuk peduli dan memberi perhatian pribadi

bagi pelanggan.

5. Tangible (bukti fisik), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan materi

komunikasi.

Dalam pemasaran internasional, kepuasan pelanggan dapat dicapai melalui

Customer Relationship Management (CRM) atau database marketing, yaitu proses

strategi melalui pengelolaan interaksi antara perusahaan dengan pelanggannya,

dengan tujuan memaksimalkan nilai pelanggan dan memuaskan pelanggan dengan

menjadi perusahaan yang fokus kepada pelanggan (Kotabe dan Helsen, 2010:134).

Program CRM yang sukses akan membentuk kekuatan kompetitif dan meningkatkan

keuntungan.

Perusahaan multinasional menerapkan program CRM melintasi batas-batas

negara. Volkswagen (VW) mengeluarkan $3,75 juta untuk mengembangkan database

pelanggan. Di Cina, VW mengimplementasikan CRM dengan mengembangkan gudang

data yang mampu menampung jutaan data dealer dan data pelanggan prospektif.

Program CRM melewati tahap-tahap sebagai berikut (Kotabe dan Helsen,

2010:134):

- customer acquisition (menarik pelanggan)

Pada tahap ini dilakukan evaluasi prospek pelanggan, pengelolaan akuisisi, dan

mengembalikan pelanggan lama (pelanggan yang berpindah merk atau pelanggan

yang tidak aktif)

- focuses on retention

Pada tahap ini dilakukan penilaian pelanggan, manajemen keluhan pelanggan,

mekanisme pelanggan yang bertahan (misalnya dengan program kesetiaan

pelanggan), up-selling (perusahaan menjual produk dengan margin tinggi kepada

pelanggan), cross-selling (perusahaan menjual produk lain yang masih dalam satu

portofolio pada pelanggan yang ada).

- termination of the relationship

Hal ini dapat terjadi jika pelanggan kehilangan minat pada produk perusahaan dan

berpindah ke produk lain.

Manfaat program CRM menurut Kotabe dan Helsen (2010:135) adalah:

- pemahaman yang lebih baik atas harapan pelanggan dan perilakunya

- kemampuan untuk mengukur nilai pelanggan bagi perusahaan

Page 24: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

- rendahnya biaya penarikan pelanggan dan biaya retensi pelanggan

- kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan konsumen di negara

dengan akses terbatas menuju saluran tradisional

Tantangan yang dihadapi perusahaan yang ingin menerapkan CRM adalah

Kotabe dan Helsen (2010:136):

- keharusan memiliki database pelanggan yang berkualitas

- kekacauan data, misalnya ketika banyak pesaing yang juga mengirim email kepada

pelanggan, maka email perusahaan akan secara otomatis akan dianggap sebagai

spam

- perbedaan budaya dan bahasa

- privasi dan regulasi pemerintah lainnya

- sulitnya mencari karyawan lokal yang kompeten untuk menjalankan program CRM

- infrastruktur lokal yang masih lemah

Langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan yang ingin menerapkan

CRM secara efektif menurut Kotabe dan Helsen (2010:136) adalah:

- fokus pada program business-driven dibandingkan dengan IT-driven

- awasi dan tetap telusuri proteksi data dan peraturan privasi data di negara dimana

sistem CRM dijalankan

- ingatlah bahwa efektivitas CRM dimulai dari database

- pastikan bahwa informasi dan penghargaan kepada pelanggan dilakukan secara

personal, relevan, dan terarah.

Page 25: identifikasi Pelanggan pada Pasar Internasional.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Global Marketing Management, 5th Edition, 2010, Masaaki Kotabe and Kristiaan Helsen,

John Wiley & Sons, Inc.,

Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Jilid II,

1997, Philip Kotler, PT. Prenhalindo, Jakarta

Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktik, 2001, Rambat Lupiyoadi, Salemba

Empat, Jakarta

Marketing Insight From A to Z, 80 Concepts Every Manager Needs To Know, 2003,

Philip Kotler, John Wiley & Sons, Inc.

Measuring Customer Satisfaction, 2002, Freddy Rangkuty, Gramedia, Jakarta

Mengukur Kepuasan Pelanggan, 2002, Richard F. Gerson, PPM, Jakarta

Pelayanan Prima, 1998, J.P.G. Sianipar, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta