identifikasi mollusca

34
IDENTIFIKASI MOLLUSCA (Laporan Praktikum Hama Nir Serangga) Oleh Dwi Haryati 1114121070

Upload: natasya-ananda-puteri-janson

Post on 17-Sep-2015

134 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Identifikasi Molusca

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI MOLLUSCA(Laporan Praktikum Hama Nir Serangga)

Oleh

Dwi Haryati1114121070

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan penting dan utama di Indonesia karena menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat. Namun, banyak kendala dalam pemenuhan kebutuhan beras di Indonesia, salah satunya adalah serangan hama tanaman padi yang menyebabkan penurunan produksi padi. Salah satu jenis hama utama pada tanaman padi tersebut adalah keong mas.

Keong mas (Pomaceae canaliculata Lamarck) adalah salah satu jenis hama yang menyerang tanaman padi yang berasal dari golongan mollusca yaitu hewan bertubuh lunak dan berjalan menggunakan perut. Keong mas berasal dari benua Amerika. Pada awalnya keong mas didatangkan ke Indonesia sebagai hewan hias, pembersih akuarium, penghasil protein hewani, dan sebagai komoditas eksport karena harganya tinggi pada waktu itu. Namun,karena kurangnya pengawasan maka banyak keong mas lolos dari kolam tertutup melalui saluran pembuangan dan dapat menyesuaikan diri sehingga berhasil mengembangkan keturunannya di kolam-kolam terbuka atau tempat-tempat genangan air dan akhirnya sampai ke sawah (BPTPH-I, 1997).

Dewasa ini, perkembangan dan penyebaran keong mas semakin meluas dikarenakan sifat keong emas yang mampu bergerak mengikuti aliran air baik air irigasi maupun saluran air lainnya. Selain itu, sifat keong mas yang mampu berkembangbiak dengan cepat dan beradaptasi dengan baik di lingkungan yang meyebabkan sulitnya pengendalian kepadatan dan penyebaran hama keong mas. Keong mas menyerang tanaman padi pada fase vegetatif hingga tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Kerusakan tanaman akibat serangan hama keong mas dapat menurunkan produksi gabah berkisar 1640%. Kerugian akibat serangan hama ini masih dapat meningkat karena sifat dari keong mas yang mampu berkembangbiak dengan cepat dan terdapatnya bervariasinya jenis keong mas di alam. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis-jenis hama keong mas di alam dan sifat biologisnya sehingga dapat dilakukan pengendalian yang tepat untuk menekan serangan hama tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui jenis-jenis hama keong mas di alam;2. Mengidentifikasi ciri-ciri spesies keong mas berdasarkan morfologinya;3. Mengetahui teknik pengendalian hama keong mas.

.

II. ISI

2.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :No.FotoSpesiesKeterangan

1.

2.

Brown Garden Snail(Helix aspersa)

Pomacea brigdesi- Helix aspersa memiliki cangkang berwarna kuning kecoklatan dengan corak spriral bergaris-garis coklat, dengan ukuran besar dan bulat. Bentuk permukaan atas besar dan oval dengan umbilikus besar dan mendalam. Puncak ulir tumpul dengan jumlah ulir 4 buah.

- Pomacea brigdesi memiliki cangkang berwarna kuning kecoklatan. Bentuk cangkang menyerupai persegi (datar di bagian atas lingkaran) dan memiliki sudut hampir 90. Bentuk permukaan atas besar dan oval dengan umbilikus besar dan mendalam. Ulir bagian tajam dan tinggi.

3.

Pomacea canaliculata- Pomacea canaliculata memiliki cangkang dilengkapi dengan operculum (penutup) yang berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat telur dan coklat kekuningan serta mengkilat pada bagian dalamnya. Dengan ciri bersudut kurang dari 90o.

4.

Pomacea paludosa- Pomacea paludosa mempunyai cangkang bulat, penutup besar, oval dan mempunyai umbilikus dalam. Tubuh berwarna abu-abu dengan pigmen hitam pada bagian atas tubuh. Sudut berukuran lebih dari 90o dan tumpul.

5

Bellamya javanica- Bellamya javanica memiliki warna cangkang hitam dengan tutup cangkang tidak buat. Memiliki jumlah ulir sebnayak 4 garis dan membentuk sudut lebih dari 90o. . Bentuk permukaan atas kecil dan oval dengan umbilikus kecil dan mendalam

6.Notopala waterhousei- Notopala waterhousei memiliki warna cangkang hitam, dengan tutup cangkang bulat dan tidak beraturan berwarna krem. Bentuk permukaan atas besar dan oval dengan umbilikus kecil dan mendalam. Ulir tumpul dan berjumlah 4 dengan sudut lebih dari 90o

7.

Pomacea diffusa- Pomacea diffusa memiliki ukuran cangkang lebih kecil dari P. canaliculata dan pucuk yang lebih jelas serta berwarna lebih gelap. Bentuk cangkang bersudut siku-siku hampir 90o, ulir tajam, umbilicus besar dan mendalam. Operculum tebal dan bersudut.

2.2 Pembahasan

2.2.1 Morfologi Keong Mas

Keong mas termasuk famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar. Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung menara yang pendek dengan 45 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakkan di atas permukaan air. Marwoto (1997), melaporkan terdapat tiga spesies Pomacea di Indonesia, yaitu Pomacea canaliculata, P. insularum, dan P. Paludosa. Keong mas berasal dari beberapa daerah di Amerika Selatan, termasuk Argentina (Cowie et al., 2006). Determinasi untuk menentukan spesies dari famili Ampullariidae berdasarkan pada mulut keong (aperture), bentuk rumah siput, umbilicus, kerutan dari menara rumah siput dan tutup mulut keong (operculum), ukuran rumah siput, dan kelenturan operculum. Adapun klasikasi keong mas menurut Lamarck (1819) adalah sebagai berikut Phylum: MolluscaKelas: GastropodaSub kelas: ProsobranchiaOrdo: MesogastropodaSuperfamily: Cyclophoracea/ArchitaenioglossaFamily: AmpullaridaeGenus: PomaceaSpesies: Pomacea canaliculata

Ada praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap beberapa jenis keong mas yang terdapat d Indonesia khususnya di daerah lampung. Adapun ciri-ciri morfologi setiap spesies keong mas adalah sebagai berikut

1. Brown Garden Snail (Helix aspersa)

The Helix aspersa adalah siput bernapas, yang memiliki paru-paru tunggal. Mereka memiliki tubuh yang lembut kecoklatan, yang biasanya ditutupi dengan lendir licin. Mereka memiliki cangkang kuning atau berwarna krem dengan garis-garis spiral coklat . Ketika siput sudah cukup tua, bibir terbentuk di tepi aperture shell . Cangkang spesies ini memiliki ketinggian sekitar 11,4 inci dan lebar 11,5 inci. Taman bekicot memiliki organ otot datar yang disebut kaki yang membantu bergerak dengan gerakan meluncur dibantu oleh pelepasan lendir untuk mengurangi gesekan dengan permukaan kasar. Lendir ini adalah alasan mengapa siput meninggalkan jejak basah lendir ketika mereka bergerak di sekitar. Helix aspersa dewasa memiliki ukuran 2832 mm (Burch, 1960 ) .

2. Pomacea bridgesi

Pomacea brigdesi memiliki kulit sangat bervariasi, dari kuning, hijau sampai coklat, dengan atau tanpa pita spiral gelap. Bentuk liar umumnya coklat. Ukuran cangkang bervariasi dengan lebar 4050 mm dan tinggi 4565 mm. Memiliki 56 lingkaran di cangkang. Karakteristik paling jelas dari cangkangnya adalah bahunya persegi (datar di bagian atas lingkaran) dan memiliki sudut hampir 90. Bentuk permukaan atas besar dan oval dengan umbilikus besar dan mendalam. Ulir bagian tajam dan tinggi (Applesnail, 2012).3. Pomacea canaliculata

Pomacea canaliculata mempunyai cangkang bulat asimetris terpilin dan mengerucut dengan letak puncak pada bagian dorsal serta berwarna kekuning-kuningan. Cangkang dilengkapi dengan operculum (penutup) yang berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat telur dan coklat kekuningan serta mengkilat pada bagian dalamnya. Dengan ciri bersudut kurang dari 90 derajat.Warna tubuh bervariasi dari kuning, coklat hampir hitam, dengan bintik-bintik kuning dan hitam. Tingkat reproduksi dipengaruhi oleh makanan dan suhu. Telur berwarna kemerahan ( karena kandungan karotenoid tinggi ) telur melekat satu sama lain. Mereka melekat pada objek di atas permukaan air dan ukurannya bervariasi 2,203,5 mm. Memakan hampir semua jenis tanaman dan tahan terhadap suhu rendah (Applesnail, 2012).

4. Pomacea paludosa

Pomacea paludosa mempunyai cangkang bulat, penutup besar, oval dan mempunyai umbilikus dalam. Pomacea paludosa memiliki lebar cangkang 4055 mm dan tinggi 4565 mm. Tubuh berwarna abu-abu dengan pigmen hitam pada bagian atas tubuh. Telur berwarna putih hingga merah muda pucat dan berukuran 36 mm. Banyak terdapat pada tempat berlumpur dan rawa dan mempunyai cangkang bersudut lebih dari 90 derajat (Cowie, 2002).5. Bellamya javanica

Bellamya javanica atau keong sawah memiliki panjang berkisar antara 25 cm, ulir puncak cangkang pendek dan ulir utama cangkang membesar, celah mulut lebar dengan tipe agak meruncing, cangkang berwarna hitam kecoklatan dan bergaris-garis vertikal. Bentuk tubuhnya sesuai dengan cangkok. Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu periostrakum (terbuat dari bahan tanduk yang disebut konkiolin), lapisan prismatik (terbuat dari kalsit atau arragonit). Pada Bellamya javanica terdapat penutup yang bersifat keras dibagian bawahnya yang mengandung zat CaCO3 dan berfungsi untuk melekatkan diri pada batu, lapisan tersebut disebut overkulum. Lendir Bellamya javanica mengandung zat kitin. Alat pernapasan berupa paru-paru yang berwarna merah.

6. Pomacea diffusa

Pomacea diffusa memiliki ukuran cangkang lebih kecil dari P. canaliculata dan pucuk yang lebih jelas serta berwarna lebih gelap. Ciri yang paling jelas adalah bentuk cangkang yang bersudut siku-siku, umbilicus besar dan mendalam. Operculum tebal dan bersudut. Warna telur merah muda pucat dan memakan tanaman busuk hingga banyak di taruh pada akuarium, relatif tidak aktif pada siang hari , dapat ditemukan pada lumpur, sebagian besar aktivitasnya pada malam hari (Cowie, 2012).

7. Notopala waterhousei

Notopala waterhousei termasuk kedalam famili Viviparidae merupkan siput air tawar mempunyai cangkang bulat, aperture besar, oval, pola pita spiral ulir terakhir bulat dan mempunyai umbilikus dalam. Cangkangnya cukup besar dengan ukuran 10 sampai 50 mm, berwarna abu-abu dengan pigmen hitam pada bagian atas tubuh. Telur berwarna putih hingga merah muda pucat dan berukuran 3-6 mm. Banyak terdapat pada tempat berlumpur dan rawa dan mempunyai cangkang bersudut lebih dari 90 derajat (Cowie, 2002).

2.2.2 Siklus Hidup

Siklus hidup keong mas bergantung pada temperatur, hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan makanan yang cukup, siklus hidup pendek, sekitar tiga bulan, dan bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidup panjang dan hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas (Estebenet et al, 1992). Di daerah subtropis (Buenos Aires), tidak toleran terhadap cuaca dingin. Angka kematian musim dingin, keong mas di sawah kering berkisar antara 0% sampai 90%, bergantung pada daerah, temperatur musim dingin, dan karakteristik habitat.

Keong aktif dan bereproduksi dari awal musim semi (Oktober) sampai akhir musim panas (Maret atau April). Selanjutnya keong mengubur diri dalam tanah yang lembab, dan aktif lagi pada saat temperatur air naik pada musim semi (Hamada et al., 1985). Di daerah tropis, keong aktif dan bertelur sepanjang tahun (Ozawa et al., 1989.). Keong yang berukuran 2,5 cm sudah mulai bertelur. Kalau makanan cukup dan lingkungan mendukung, setelah satu sampai dua kali bertelur, ukuran keong bertambah besar.

Keong mas dan juga famili Ampullaridae yang lain bersifat amfibi, karena mempunyai insang dan paru-paru. Paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan terbuka setelah keluar dari air. Keong mas juga mempunyai sifon pernafasan untuk bergerak sambil mengambang. Semua kelebihan tersebut berguna untuk mekanisme survival. Pada musim kemarau keong berdiapause pada lapisan tanah yang masih lembab, dan muncul kembali jika lahan digenangi air. Jika hidup pada tanah kering, keong mas akan ganti bernafas dari pernafasan aerobik menjadi pernafasan sebagian anaerobik. Indra yang paling aktif adalah penciuman, yang bisa mendeteksi makanan dan lawan jenis.

Keong mas sanggup hidup 26 tahun dengan keperidian yang tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dan lain- lain, beberapa cm di atas permukaan air. Pada umumnya telur berwarna merah muda dengan diameter telur berkisar antara 2,23,5 mm, tergantung pada lingkungan. Telur diletakkan berkelompok sehingga menyerupai buah murbai.

Warna kelompok telur berubah menjadi agak muda menjelang menetas. Pada temperatur 3236C dengan kelembaban 8090% pada pukul 8.00 dan pada temperatur 4244C dengan kelembaban 7680% pada pukul 14.00 di rumah kasa BB Padi di Sukamandi, tiap kelompok telur keong mas berisi 235 hingga 860 butir dengan rata-rata 485180 butir. Daya tetas berkisar antara 6175%. Telur menetas setelah 814 hari (Kurniawati dkk., 2007). Daya tetas berkurang jika telur kena air. Perendaman telur selama 24, 48, dan 72 jam menyebabkan daya tetas masing-masing hanya 57,9%, 60,9%, dan 35,2% (Kurniawati, 2008). Pada temperatur 2332oC, dalam sebulan seekor keong mas dapat bertelur 15 kelompok yang terdiri atas 300 sampai 1000 butir tiap kelompok dan menetas mulai 0 hari (Kurniawati, 2008). Ukuran keong yang baru menetas 2,2 3,5 mm dan menjadi dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan. Mortalitas keong sangat rendah, dalam stadia juvenile selama 30 hari survival dari juvenile yang berdiameter 0,5 cm antara 95 sampai 100% (Kurniawati dkk., 2007).

2.2.3 Habitat Keong Mas

Keong mas hidup dan berkembang biak pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, di daerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10o C. Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen.

2.2.4 Penyebaran

Penyebaran keong mas dari habitat aslinya di Amerika Selatan ke beberapa negara untuk berbagai keperluan menyebar dengan cepat. Keong mas salah satu dari 100 spesies biota di tempat hidup yang baru dan paling merugikan (Joshi, 2005). Invasi keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang cepat dengan lingkungan, dan rakus makan pada kondisi tanaman inang yang beragam, sehingga dapat mengalahkan perkembangan siput atau keong lokal. Keong mas yang ada di Indonesia berasal dari Argentina. Mulai pada tahun 1980an keong mas menyebar dengan cepat ke beberapa negara di Asia, atas campur tangan manusia.

Awal penyebaran ke negara-negara di Asia, keong mas digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Di Indonesia dijadikan sebagai hewan hias pada aquarium. Hingga tahun 1987, di Indonesia masih ada keinginan untuk mengembangbiakkan keong mas sebagai komoditas ekspor. Semula hewan ini dianggap tidak merugikan. Di Indonesia keong mas telah menyebar luas di Sumatera (Bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, Riau), Papua (Biak dan Wamena), Sulawesi (Bone, Makasar, Manado, Maros, Palu dan Pangkep), Kalimantan (Balikpapan dan Samarinda), Buton, Jawa, Bali, dan Lombok (Hendarsih dkk., 2006). Sejak tahun 1996, hama ini ditemukan menyerang tanaman padi pada lahan di 12 kabupaten dan pada tahun 1999 berkembang menjadi 16 kabupaten (Hendarsih, 2002). Keong mas berpotensi memiliki kemampuan besar untuk bergerak dengan jarak yang jauh dalam sistem air. Dalam saluran air, keong mas bisa bergerak lebih dari 100 m hulu atau lebih dari 500 m hilir dalam satu minggu (Ozawa et al., 1989.).

2.2.5 Pengendalian Keong Mas

Pengendalian keong mas bertujuan untuk menekan populasi dan mengurangi kerusakan tanaman oleh keong mas. Pengendalian keong mas dapat dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknologi. Pengendalian keong mas pada tanaman budi daya perlu dilakukan sejak persiapan tanam hingga setelah panen. 2.2.5.1 Pengendalian Secara Mekanis

Pengolahan tanah dengan cara dibajak, kemudian diikuti oleh pelumpuran, dapat mengurangi populasi keong mas. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan tanah mengurangi populasi 77,9% untuk keong mas dengan tinggi cangkang lebih dari 20 mm, dan 67,668,3 % untuk keong mas dengan tinggi cangkang 11,719,0 mm (Wada, 2003). Perbaikan saluran irigasi perlu diikuti oleh sanitasi gulma seperti kangkung. Memasang saringan pada saluran masuk dan keluar air diperlukan untuk mencegah keong masuk ke petak sawah. penyaring seperti layar jaring kawat didirikan di titik-titik saluran masuknya air untuk mencegah penyebaran melalui aliran air. Untuk mempermudah pengambilan keong mas, pada petakan sawah yang memiliki pengairan terkendali dapat dibuat caren. Keong mas akan menuju caren dan berkumpul di dalamnya, sehingga mudah diambil, terutama pada saat tanaman masih muda atau pada saat aplikasi pestisida. Pengambilan keong mas akan lebih mudah jika dilakukan pada pagi hari.

2.2.5.2 Tanaman Atraktan

Beberapa jenis tanaman dapat bersifat atraktan seperti daun pepaya, kulit nangka, kulit mangga, daun talas, dan daun singkong. Keong akan berkumpul pada bahan atraktan yang diletakkan di petak sawah sehingga mudah dipungut. Peletakan bahan atraktan pada petak sawah sebaiknya sore hari.

2.2.5.3 Pengendalian Secara Kultur Teknik

Pengendalian secara kultur teknik sama baiknya dengan cara mekanis, karena tidak mencemari lingkungan. Dalam hal ini, cara yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan menanam bibit yang lebih tua. Bibit padi yang berumur lebih dari 28 hari kurang disukai oleh keong. Oleh karena itu, serangan keong mas pada pertanaman padi yang ditanam secara sebar langsung lebih berat dari tanam pindah. Memberikan pupuk dasar sebelum tanam dapat mengurangi tingkat serangan keong mas. Kulit keong yang terkena pupuk menyebabkan iritasi dan mati karena mengeluarkan banyak lendir. Keong yang mati akibat pupuk ditandai oleh terbukanya operculum, sedangkan keong yang mati akibat pestisida ditandai oleh tertutupnya operculum. Walaupun keong tidak mati, kerakusannya menurun setelah terkena pupuk. Keong mas akan aktif dan lebih rakus makan jika ketinggian air di sawah sama dengan tinggi rumah siput. Oleh karena itu, ketinggian air perlu diatur sedemikian rupa agar terlalu tinggi atau sawah tidak diairi selama 710 hari setelah tanam.

Pengapuran (CaO) dapat menyebabkan keong mas kurang aktif dan bahkan mati. Pengapuran dengan takaran 50 kg/ha efektif menekan perkembangan keong mas (Hendarsih dan Kurniawati, 2002). Pengapuran dianjurkan pada saat populasi keong mas rendah atau pada saat tanam. Selain menurunkan daya makan keong mas, penggunaan kapur pertanian atau CaO juga penting artinya untuk meningkatkan pH tanah, terutama pada tanah masam. Selain itu, rotasi tanaman padi dengan kedelai, terutama untuk tanaman padi sebar langsung, dapat menekan populasi keong mas, dibandingkan dengan tanpa rotasi (Yoshie et al., 2008)

2.2.5.4 Pengendalian Secara Biologi

Penelitian skala laboratorium di Jepang menunjukkan bahwa predator keong mas yang potensial adalah beberapa spesies kepiting, penyu, dan tikus (Yusa et al., 2007). Musuh alami keong mas adalah semut merah Solenopsis geminata dan belalang Conocephalous longipennis yang memakan telur keong. Tikus sawah juga dapat makan daging atau memangsa keong mas secara utuh.

2.5.5.5 Pestisida nabati

Beberapa jenis tanaman dapat bertindak sebagai moluskisida nabati untuk mengendalikan keong mas. Nizmah (1999) menemukan tanaman widuri (Calotropis gigantea) yang efektif mengendalikan keong mas. Di Indonesia tanaman tuba lebih efektif dibandingkan dengan daun sembung, daun patah tulang, dan daun teprosia. Pinang, tembakau, dan daun sembung juga efektif mengendalikan keong. Biji teh merupakan bahan yang paling toksik terhadap keong mas. Limbah teh juga dapat dipakai untuk mengendalikan keong mas dan siput lokal, namun dibutuhkan dalam jumlah banyak, yaitu 10 g/l air. Saponin tidak beracun pada hewan berdarah panas. Hasil penelitian Aminah (1999) menunjukkan bahwa rerak selain efektif terhadap keong mas juga efektif mengendalikan penggerek batang padi kuning. Efektivitas pestisida nabati bergantung pada ukuran keong mas.

Penggunaan rerak dan saponin menyebabkan lebih banyak keong kecil (diameter 1,0 cm) yang mati lebih awal dibandingkan dengan keong yang lebih besar. Insektisida dan bahan nabati tidak bersifat ovisidal dan tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur keong mas. Namun aplikasi insektisida kartap, bahan nabati biji teh, dan rerak pada telur berumur 4 dan 7 hari mengurangi daya hidup keong muda (juvenil) yang menetas dari telur yang diaplikasi tersebut (Aminah., 1999).

III. PENUTUP

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut

1. Jenis-jenis keong mas yang diidentifikasi adalah Helix aspersa, Pomacea bridgesi, Pomacea canaliculata, Pomacea paludosa, Bellamya javanica, Notopala waterhousei, dan Pomacea diffusa.2. Penentuan jenis spesies keong mas dapat diamati dengan didasarkan pada mulut keong (aperture), bentuk rumah siput, umbilicus, kerutan dari menara rumah siput dan tutup mulut keong (operculum), ukuran rumah siput, dan kelenturan operculum.3. Keong mas hanya menyerang tanaman padi pada fase vegetatif sampai umur tanaman 35 hari setelah tanam.4. Keong mas dapat dapat menyebar melalui aliran air dan sangat bergantung pada hujan, temperatur, dan ketersediaan makanan5. Pengendalian keong mas dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman atraktan, pestisida nabati, pengendalian secara mekanis, kultur teknik, dan secara biologis menggunakan musuh alami keong mas.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, N.S. dkk., 1999. Penentuan senyawa aktif insektisida pada buah lerak (Sapindicus rarak de candole). Dalam Prasadja et al. (Ed.), Prosiding seminar nasional peranan entomologi dalam pengendalian hama yang ramah lingkungan dan ekonomis (Buku I). Bogor 16 Februari 1999. p.307312.

Applesnail. 2012. Pomacea. http://www.applesnail.net/content/species/pomacea_paludosa.htm.Diakses pada 09 Oktober 2014.

BPTPH-I, 1997. Siput Murbei pada Tanaman Padi Sawah dan Cara Pengendaliannya. BPTPH-I Medan. Halaman 1-5.

Cowie, R.H. 2002. Apple snails as agricultural pests: their biology, impacts, andmanagement. In: Baker, G.M. Molluscs as crop pests. CABI, Wallingford.p. 145-192.

Cowie, R.H. et al. 2007. What are apple snail confused taxonomy and some premilinary resulotion. In Joshi. R.C. and L.S. Sebatian (Ed), Global Advances in Ecology and Manajement of Golden Apple Snail. PhilRice Ingnieria DICTUC and FAO. 3-23.

Estebenet, A.L. and N.J.Cazzaniga. 1992. Growth and demography of pomaceae canaliculata (gastropoda: ampullarridae) under laboratory condition. Malacological Review, 25(1-2): 1-12.

Hendarsih-Suharto dan N. Kurniawati. 2002. Prospek moluskisida nabati dalam pengendalian siput murbai. Berita Puslitbangtan 24,:11-12.

Joshi, RC. 2005. Managing invasive alien molusca species in Rice. Mini review. IRRN, 2:5-13.

Kurniawati, N. dkk. 2007. Daya tetas dan daya hidup keong mas pada perlakuan pestisida nabati dan insektisida. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku I. Hal 393-402. BB Padi.

Lamarck. 1819. Pomacea canaliculata. http://www.apllesnail.net. Diakses pada 09 Oktober 2014.

Nizmah. 1999. Uji toksisitas ekstrak tanaman widuri (calotropis gigantean) terhadap hama keong mas (Pomaceae caliculata). Seminar Nasional Biologi XV. Hlm. 970-973.

Marwoto, R.M. 1997. Keong mas atau keong murbei (Pomaceae spp) di indonesia. Prosiding III. Seminar Nasional Biologi XV. Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Lampung dan Universitas Lampung.p. 935-955.

Ozawa, A. and T. Makino. 1989. Biology of the apple snail, Pomacea canaliculata (Lamarck), and its control. Shokubutsuboeki 43: 502-505. (In Japanese).

Yoshie, H.; Yusa, Y. 2008. Effects of predation on the exotic freshwater snail pomacea canaliculata (caenogastropoda: Ampullariidae) by the indigenous turtle chinemysreevesii (testudines: Geoemydidae). Applied Entomology and Zoology 43: 475482.

Yusa, Y.; Sugiuara, N.; Wada, T. 2006. Predatory potential of freshwater animals on an invasive agricultural pest, the apple snail Pomacea canaliculata (Gastropoda: Ampullariidae), in Southern Japan. Biological Invasions 8: 137-147.

LAMPIRAN