identifikasi mikro organisme lokal pada tambak marginal

42
IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL ASIKIN 10594090315 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA

TAMBAK MARGINAL

ASIKIN

10594090315

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 2: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

i

IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA

TAMBAK MARGINAL

ASIKIN

10594090315

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Perikanan Pada Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 3: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

ii

Page 4: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

iii

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk

Ayahanda Jubaidin dan ibunda Bahyo tercinta yang selalu senantiasa

mencurahkan kasih sayang serta selalu mengiringi do’a di setiap

langkahku. Untuk adikku Muhammad Ferlin dan Mu’amar Fadlin,

adindaku Afnih, teman-teman seperjunaganku serta keluraga tercinta

dan terdekatku yang dengan telah tulus, ikhlas mendoakan dan

memberiku semangat hingga mimpi ini terwujud nyata.

MOTTO HIDUP

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan. Jadilah pemenang dalam

perlombaan menuju kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Dan jangan

pernah berlomba-lomba dalam urusan dunia sebab dunia hanyalah

sementara dan akhirat selamanya”

(QS. Al-Baqarah :148)

Berikan yang terbaik untuk diri sendiri, kedua orang tua serta orang

lain.

Page 5: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

iv

Page 6: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Identifikasi Mikro

Organisme Lokal Pada Tambak Marginal adalah benar merupakan hasil karya

yang belum diajukan sebelumnya dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari hasil

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, 28 September 2020

Asikin

10594090315

Page 7: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

vi

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020

Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.

Page 8: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

vii

ABSTRAK

Asikin 10594090315 Identifikasi Mikro Organisme Lokal Pada Tambak

Marginal. Dibimbing oleh Murni dan Nur Insana Salam

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan mikroorganisme lokal

pada tambak marginal untuk mendukung keberhasilan budidaya.Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan untuk menjaga agar tidak ada

organisme yang terlalu kecil atau besar yang terambil pada saat sampling atau

dalam halinianalisis yang digunakan secara deskripsi.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada total bakteri vibrio spp “CFU/ml” (4,4 x 104,5,5 x 10

4

dan 4,6 x 104) dan bakteri umum “CFU/ml” (5,4 x 10

4,6,0 x 10

4 dan 5,9 x 10

4)

pada titik outlet, inlet dan tambak yang menunjukkan bahwa tambak tersebut

layak untuk digunakan dalam budidaya ikan maupun udang hal ini dikarenakan

lebih tinggi bakteri umum dari pada bakteri vibrio spp, dimana bakteri umum

merupakan predator bagi bakteri vibrio spp sehingga dapat menekannya laju

perkembangannya apalagi jika dilakukan pemberian probiotik pada wadah

budidaya tersebut.

Kata kunci :Tambak Marginal, outlex, intlex dan tambak serta bakteri

umum dan vibrio spp.

Page 9: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat

limpahan rahmat dan taufik serta Hidayah-nya yang tiada terkira sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Identifikasi Mikro Organisme

Lokal Pada Tambak Marginal“ ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program strata satu pada Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar ini dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

khusus yang mendalam kepada Ibu Dr. Murni,S.Pi., M.Si selaku Pembimbing 1,

Ibu Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si selaku pembimbing ke 2, Bapak H.

Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar, dan Ibu Dr.Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku ketua

Program Studi Budidaya Perairan dan yang telah meluangkan banyak waktunya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,.Serta kepada kedua

orang tua yang telah banyak memberikan bantuan baik moral maupun materi

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas

menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa Program Studi

Budidaya Perairan Fakultas Peartanian Universitas Muhammadiyah Makassar

angkatan 2015-2016, atas kerjasama nya, dan jika selama ini penulis pernah

berbuat kesalahan atau kehilapan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja

maupun tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan

bathin, bukan laut kalau tidak pernah surut, bukan manusia kalau tidak pernah

salah.

Page 10: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

ix

Makassar, 28 September 2020

Penyusun

Page 11: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii

PERNYATAAN iv

HALAMAN HAK CIPTA v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 2

1.2. Tujuan dan Kegunaan 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Tambak Marginal 5

2.2. Mikro Organisme Lokal 8

3. METODE PENELITIAN 9

3.1.Waktu danTempat 9

3.2.Alat dan Bahan 9

3.3.Tehnik Pengambilan Sampel 10

3.3.1. Analisis Air 10

3.3.2. Analisis Tanah 15

3.4. Parameter Pengukuran 15

3.4.1. Analisis Air 15

3.4.2. Analisis Tanah 15

3.4.3. Analisis Kualitas Air 15

3.5. Analisis Data 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1.Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Air 18

4.2.Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Tanah 21

4.3.Kualitas Air 22

Page 12: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

xi

5. PENUTUP 23

5.1. Kesimpulan 23

5.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Kualitas Air 21

Page 14: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Seri Pengenceran 14

2. Kelimpahan Bakteri Pada Media Air 17

3. Kelimpahan Bakteri Pada Media Tanah 19

Page 15: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Hasil Analisa Di Lab Bakteri 26

2. Kualitas air Pada Tambak Marginal 26

Page 16: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana setiap daratannya yang

berhubungan dengan pesisir selalu dihubungkan dengan hasil budidaya baik

budidaya ikan maupun udang.baik skala tradisional sampai intensif. Budidaya

yang dilakukan secara tradisional sampai semi intensif itu biasanya menggunakan

media tambak tanah untuk membudidaya udang atau ikan,karena tidak semua

daerah di indonesia yang daerah pesisirnya cocok untuk budidaya udang dan ikan

seperti daerah yang dikatakan lahan atau tambak kurang produktif atau disebut

juga tambak marginal. Tambak marginal adalah tambak yang terpinggirkan yang

kurang mendapat perhatian khusus dari pembudidaya.

Tambak marginal justru mengandung potensi yang bagus untuk budidaya

nantinya seperti tambak budidaya yang mengandung bakteri bacillus spp yang

bagus dalam budidaya meskipun dalam tambak marginal juga mengandung

bakteri vibrio spp tetapi dalam hal ini bisa dilakukan penekanan terhadap

pertumbuhan bakteri vibrio spp tersebut dengan melakukan pemberian probiotik

yang mengandung bakteri bacillus spp karena kinerja dari bakteri ini adalah

memakan bakteri vibrio spp sehingga dapat mendukung dalam kegiatan budidaya.

Hal ini mendorong para pembudidaya khususnya dikalangan pemerintah

untuk mengusahakan bagaimana caranya melakukan budidaya dengan

pemanfaatan lahan tambak marginal dengan mengambil sampel air maupun tanah

untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalam tambak marginal tersebut

untuk dianalisa di laboratorium untuk mengetahui seberapa besar kandungan

bakteri menguntungkan dan kurang menguntungkan pada tambak tersebut,

Page 17: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

2

berdasarkan dari tindakan yang dilakukan pada tambak tersebut apakah layak

digunakan untuk budidaya atau tidak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tambak marginal bisa

digunakan untuk budidaya udang atau ikan berdasarkan hasil uji lab yang

menyatakan bahwa tambak tersebut layak untuk budidaya dilihat dari masih

tingginya kandungan bakteri baik (bacillus spp) yang menjadi salah satu faktor

pendukung budidaya.

1.2.Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasikan mikroorganisme lokal pada

tambak marginal untuk mendukung keberhasilan budidaya. Kegunaannya adalah

sebagai bahan informasi untuk petani tambak.

Page 18: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tambak Marginal

Tambak marginal merupakan tambak yang bisa dikatakan kurang bagus

untuk digunakan dalam budidaya karena tingginya bahan organik yang

menyebabkan tingginya bakteri vibrio spp dalam wadah dan medianya.Tambak ini

sering disebut juga tambak terpinggirkan atau tambak yang dipandang sebelah

mata.

Tingginya bakteri vibrio spp dalam tambak biasanya disebabkan oleh beban

limbah organic berasal dari ekskresi udang, sisapakan bangkai organisme yang

mengendap didasartambak semakintinggi. Hal ini dapat memicu perkembangan

bakteri umum maupun Vibrio spp, baik di air tambak maupun dalam tanah

sedimen tambak selain terdapat bakteri vibrio spp juga terdapat bakteri yang

umum seperti bacillus spp, nitrosomonas spp dan lain-lain.

Dalam tambak marginal biasanya bakteri vibrio spp yang tinggi yang

menjadi masalahnya. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan teknologi

budidaya udang, sesuai dengan daya dukung lahan, mudah diterapkan oleh

pembudidaya, menguntungkan dan ramah lingkungan.Untuk tambak dengan

kondisi geografis, berdaya dukung rendah dan kondisi sosek-budaya tidak

mampu/memenuhi syarat untuk teknologi intensif dan semi intensif, potensial

dikembangkan teknologi budidaya udang vaname ekstensif plus, yang merupakan

teknologi budidaya yang dapat dijangkau pembudidaya ekstensif.

Kajian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, dan

Institusi lembaga penelitian yang terkait telah dilakukan, dan hasilnya dapat

meningkatkan produktivitas tambak ekstensif plus dengan produksi 610-1.050

Page 19: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

4

kg/ha.Uji lapang ini juga dilakukan dengan aplikasi probiotik utamanya pada

tambak marginal dan memperlihatkan hasil yang baik. Poernomo (2004)

mengemukakan bahwa penambahan bahan aditif berupa probiotik dapat mengatasi

permasalahan tambak baik pada budidaya udang vaname intensif, semi intensif

maupun ekstensif plus. Namun dari beberapa uji lapang, keuntungan yang

diperoleh belum optimal karena biaya operasional cukup tinggi yang disebabkan

penggunaan pakan dengan kandungan protein yang relatif tinggi (36-38%). Briggs

et al., (2004) mengemukakan bahwa kebutuhan kandungan protein pada pakan

udang vaname relatif lebih rendah 20-35%, dibandingkan dengan kebutuhan

kandungan protein pakan udang windu. Sehingga untuk menjaga agar tambak

tidak terjadi penumpukan pakan dalam wadah budidaya yang menjadi pemicu

tumbuhnya vibrio spp maka dilakukan pergiliran penggunaan pakan dari protein

rendah ke protein tinggi atau sebaliknya.

2.2.Mikroorganisme Lokal

Mol merupakan mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam

pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Adapun bahan utama Mol

terdiri dari beberapa komponen, yaitu karbohidrat, glukosa dan sumber

mikroorganisme. Selain itu, Mikroorganisme lokal adalah cairan hasil fermentasi

dari substrat atau media tertentu yang berada di sekitar kita (misalnya nasi, buah-

buahan, telur, susu, keong, dan lain-lain). Mol dapat juga diartikan

mikroorganisme yang berasal dari substrat/bahan tertentu dan diperbanyak dengan

bahan alami yang mengandung karbohidrat (gula), protein, mineral, dan vitamin.

Salah satu jasad renik yang mulai dikembangkan untuk pupuk hayati ialah

mikro organisme lokal, yang ternyata tidak hanya dapat mempercepat

Page 20: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

5

pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. MOL adalah cairan

yang mengandung mikroorganisme (bakteri) yang berguna untuk tanaman dan

kesuburan tanah seperti rhizobium spp, azospirillum spp, azotobacter spp,

pseudomonas spp, bacillus spp dan bakteri pelarut phospat dan merupakan hasil

produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal). Bahan alami

tersebut merupakan tempat yang disukai sebagai media untuk hidup dan

berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran

bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman.

Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai dengan

substrat bahan organik merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat

dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan.

Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan

waktu relatif lama (2 bulan) sangat menghambat penggunaan bahan organik

sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan kepada tenggang waktu masa

tanam yang singkat, sehingga pembenaman bahan organik sering dianggap kurang

praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi

mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan bahan organik.

MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme (bakteri) yang

berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti rhizobium spp, azospirillum

spp, azotobacter spp, pseudomonas spp, bacillus spp dan bakteri pelarut phospat

dan merupakan hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita

(lokal). Larutan MOL berpotensi sebagai perombak bahan organik, sehingga

MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer.

Page 21: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

6

Pembuatan MOL tidak dilakukan melalui proses inokulasi oleh

mikroorganisme yang diintroduksikan dan tidak dilakukan secara aseptis. Manfaat

MOL adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta

kesehatan tanah. MOL juga dikenal sebagai agen penyubur tanah. Manfaat dari

metabolit yang terkandung di dalam mikro organisme lokal sebagai hasil

fermentasi terhadap bahan baku tersebut merupakan sumber makanan bagi

mikroorganisme dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan biologi

tanah. Disamping itu, mikroorganisme yang telah tumbuh dan berkembang selama

proses pembuatan MOL akan mendominasi rhizosfer tanaman, sehingga tidak

mudah terserang penyakit.

Molase selain mengandung sukrosa yang cukup tinggi (45-55%), juga

mengandung asam-asam organik sebagai sumber C bagi pertumbuhan

mikroorganisme. Fermentasi molase oleh mikroorganisme fermentative yang

berasal dari buah-buahan menghasilkan asam organik lainnya misalnya asam

sitrat, sehingga pH MOL umumnya cenderung asam. Kondisi asam ini baik untuk

produksi fitohormon (Auksin, Giberelin, dan Sitokinin) yang diketahui berperan

dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan pemasakan buah.

Asam amino selain berperan dalam jalur matabolisme N tanaman dan sumber N

bagi mikroorganisme, secara khusus Triptofan dikenal sebagai prekursor

metabolisme Auksin, sedangkan asam amino Levulinat diketahui sebagai

prekursor pembentukan klorofil.

Menurut (Mursalim, 2018) Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa

tanaman dan hewan dari semua tahapan dekompoisi karena kerja mikroorganisme

tanah. Bermacam-macam senyawa organik yang mencapai tanah dalam bentuk

Page 22: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

7

sisa-sisa tanaman atau hewan tersusun dari karbohidrat yang kompleks, gula

sederhana, tepung, selulosa, hemiselulosa, pektin, getah, lendir, protein, lemak,

minyak, lilin, resin, alkohol, aldehid, keton, asam-asam organik, lignin, fenol,

tanin, hidrokarbon, alkaloid, pigmen, dan produk-produk lainnya. Ukuran partikel

dalam bahan organik, ciriciri dan jumlah mikroorganisme yang terlibat, sejauh

mana ketersediaan C, N, P, dan K, kandungan kelembapan tanah, temperatur, pH,

dan aerasinya, adanya senyawa-senyawa penghambat (seperti misalya tanin), dan

sebagainya, merupakan sebagian dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi

laju dekomposisi bahan organik.

Page 23: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

8

III. METODE PENELITIAN

3.1.Waktu danTempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus

2019 Bertempat di Desa Manakku, Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene

dan Kepulauan Provinsi Sulawesi selatan. Lokasi penelitian ditetapkan pada

Tambak Universitas Muhammadiyah Makassar dengan 3 titik pengambilan

sampel pintu pemasukan air(intlex), tambak dan pintu pengeluaran air (outlex).

Untuk analisis sampel parameter kimia dilakukan dilaboratorium kualitas

Air Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros, Kabupaten

Maros.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Plastik untuk mengambil

sampel tanah tambak, Botol sampel sebagai tempat sampel air.Turbidi meter

untuk mengukur kekeruhan, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut,

thermometer untuk mengukur suhu, salinometer untuk mengukur salinitas, pH

meter digunakan untuk mengukur pH, botol,

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohor, akuades untuk

mensterilkan alat di laboratorium, kertas label sebagai penanda sampel, larutan

H2SO4, MnSO4, danNaOH + KI sebagai bahan titrasi DO, kertas saring sebagai

penyaring, dan tisu untuk mengeringkan alat.

Page 24: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

9

3.3.TeknikPengambilanSampel

3.3.1. Analisis Air

Cara pengambilan sampel air adalah menggunakan botol yang telah di

sterilkan setalah itu botol dimasukkan kedalam air sekitar 15cm Kemudian di

masukkan air kedalam botol tersebut dengan cara menutup rapat botol tersebut

dengan menggunakan tangan agar terhindar masuknya oksigen, setalah itu

dimasukkan kedalam box dengan keadaan dingin,setelah itu sampel air tersebut di

analisis di Laboratorium Institut Pertanian Bogor.

3.3.2. Analisis Tanah

Cara pengambilan sampel tanah adalah menggunakan plastic dan cara

pengambilnya dengan mengambil tanah secukupnya baru dimasukkan kedalam

plastic tersebut baru disimpan kedalam box dengan keadaan dingin setelah itu di

bawah pengamatan di Laboratorium Institut Pertanian Bogor.

Adapun penuntun analisis tanah untuk melihat mikroorgnasime lokal

sebagai berikut :

Alat :

- Botol serum besar

- Botol serum kecil

- Cawan Petri

- Pipet mikro dan tip ukuran 1 ml dan 200 µl

- Batang penyebar (spreader)

- Vortex

- Timbangan

Page 25: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

10

Bahan :

- Contoh tanah

- Larutan 0,85% NaCl

- Tween 80

- Etanol

- Medium pertumbuhan untuk bakteri, cendawan, dan aktinomisetes:

Mikroba Medium pertumbuhan Bakteri Medium nutrien agar (NA)

Peptonized milk-actidione agar (PMA) Agar ekstrak tanah Cendawan Rose

bengal–streptomycin agar Rose bengal-malt extract agar Aktinomisetes Rose

bengal-malt extract agar Humic acid-vitamin agar (HV agar)

- Medium nutrien agar (NA)

Timbang 31 g nutrient agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades. Sterilisasi

medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 Mpa selama 15 menit.

Tambahkan 50 ml larutan siklo-heksamida (67 mg per 100 ml H2O) yang telah

disterilisasi dengan filter ukuran 0,2 µm ke medium steril yang bersuhu 60oC.

Selanjutnya tuang ke cawan Petri.

- Medium peptonized milk-actidione agar (PMA)

Timbang 1 g peptonized milk, 15 g agar, dan 0,1 g antifungal (antibiotik

actidione). Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1

Mpa selama 15 menit.

- Ekstrak tanah

Aduk 1 kg tanah dengan 1,5 L akuades. Sterilisasi dengan autoklaf pada

suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit. Setelah dingin, saring

Page 26: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

11

supernatan dengan filter yang dimasukkan ke dalam corong. Bila larutan tanah

dengan cara ini sukar diperoleh, masukkan suspensi tanah yang keruh tersebut ke

dalam labu Erlenmeyer. Simpan di dalam lemari es pada15suhu 4oC selama satu

malam.Larutan jernih merupakan larutan tanah.

- Medium agar ekstrak tanah

Masukkan 20 g agar; 0,5 g K2HPO4; dan 0,1 g dekstrosa ke dalam 1 L

ekstrak tanah. Sesuaikan pH larutan antara pH 6,8-7,0 dengan HCl atau NaOH

encer. Kemudian sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan

tekanan 0,1 MPa selama 15 menit.

- Medium rose bengal–streptomycin agar

Timbang 10 g glukosa; 5 g pepton; 1 g K2HPO4; 0,05 g MgSO4. 7H2O;

0,033 g rose bengal; 15 g agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades. Sterilisasi

medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit.

Tambahkan 0,2 µL streptomisin (disterilisasi dengan filter) ke dalam medium

yang sudah steril dan pada suhu 60oC.

- Medium rose bengal-malt extract agar

Timbang 20 g malt ekstrak; 0,5 g K2HPO4; 1 ppm masing-masing Fe, Mn,

Cu, Zn, Mo, B, Co, (penambahan sebagai garam-garam terlarut, bukan sebagai

nitrat), rose bengal (1 per 15.000); 20 g agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades

pH 6,0 – 6,2. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan

0,1 MPa selama 15 menit.

- Medium humic acid-vitamin agar (HV agar)

Timbang 1 g asam humik acid; 0,02 g CaCO3; 0,01 g FeSO4. 7H2O; 1,71 g

KCl; 0,05 g MgSO4.7H2O; 0,5 g Na2HPO4; 50 g siklohesamida; 20 g agar dan

Page 27: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

12

masukkan ke dalam 1 L akuades pH 7,2. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada

suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit. Tambahkan 5 ml vitamin B

dan 20 ppm asam nalidixic ke dalam medium steril.

Prosedur :

3) Pengenceran contoh tanah.

Timbang 10 g tanah dan masukkan ke dalam botol bertutup yang berisi 95

mllarutan NaCl 0,85% dan satu tetes tween 80 steril (Beberapa buku manual

menggunakan 90 ml larutan pengencer). Beberapa metode pengenceran

menggunakan 0,1% pepton sebagai pengencer. Catat berat tanah.Kocok selama 2

menit, beri label pada botol pengenceran 10-1.Setelah dikocok, pindahkan 1 ml

larutan tanah ke tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan NaCl steril.Kocok dengan

vortex, dan beri label pengenceran 10-2.Gunakan pipet yang baru pada setiap

pemindahan 1 ml larutan. Pengenceran dilakukan sampai pada pengenceran 10-7

Gambar 1. Seri Pengenceran

Page 28: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

13

4) Penyebaran (plating) mikroba

Pipet 0,1 ml larutan tanah pada pengenceran serial 10-4-10-7(bakteri), 10-2-

10-5 (cendawan), dan 10-3-10-6 (aktinomisetes)dan teteskan di bagian tengah

cawan Petri pada permukaan agar. Setiap pengenceran diulang dua kali

(duplo).Pemindahan dimulai dari pengenceran 10-7.Selanjutnya sebar dengan

batang penyebar steril (celupkan batang penyebar dalam etanol dan bakar, setelah

diperkirakan dingin baru digunakan).Beri label di bagian pinggir tiap cawan Petri

(gunakan kode singkatan pengenceran). Inkubasi

cawan Petri pada posisi terbalik selama 3-4 hari (bakteri), 5-7 hari (cendawan),

dan 10-12 hari (aktinomisetes) pada suhu 25oC. Lakukan semua proses

pengenceran dan penyebaran secara aseptis.

5) Penghitungan koloni

Bakteri dihitung hanya dari cawan Petri yang mempunyai 30-300

koloni,cendawan 10-100 koloni, dan aktinomisetes 30-300 koloni.

Perhitungan

Total Populasi (CFU) ml-1

tanah kering = ( ) ( )

Keterangan:

fp = faktor pengenceran pada cawan Petri yang koloninya dihitung

bk = berat kering contoh tanah (ml) = berat basah x (1 – kadar air)

Contoh: Jumlah koloni pada cawan Petri yang dihitung adalah 65 koloni,

yakni pada pada cawan pengenceran 10-6 Kadar air tanah 25% .sehingga berat

kering contoh tanah yang digunakan adalah {1 x (1 – (25/100)} g = 0,75 g.

Page 29: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

14

Dengan demikian total populasi adalah (65 x 106) / 0,75 g = 8,7 x 107 CFU per

ml tanah kering.

3.4. Parameter Pengukuran

3.4.1. Analisis Air

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme local pada tambak dilakukan di

laboratorium Institut Pertanian Bogor.

3.4.2. Analisis Tanah

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme lokal pada tanah tambak yakni

dengan menggunakan enumerasi total bakteri.

3.4.3. Analisis Kualitas Air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH dan Oksigen terlarut.

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk

mengetahui keberadaan mikroorganisme lokal pada tambak marginal yang dapat

mendukung keberhasilan budidaya.

Page 30: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Air

Kelimpahan bakteri merupakan jumlah bakteri yang terdapat dalam perairan

yang dapat mendukung daya dukung lahan sehingga bisa menjadikan tambak

tersebut bisa digunakan dalam budidaya. Dalam media air budidaya terdapat

bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang merugikan, bakteri yang

menguntungkan inilah yang menjadi harapan petambak dalam budidaya.

Kelimpahan bakteri dalam media air pada sampel air di tambak marjinal disajikan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Kelimpahan Bakteri pada Media Air

Berdasarkan gambar tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kelimpahan

bakteri tertinggi diperoleh kode sampel air inlet dan tambak kemudian terakhir

kode sampel air outlet yakni 6,0 x 106 dan 5,9 x 10

6serta 5,4 x 10

6. Sedangkan

untuk total vibrio spp tertinggi terdapat pada kode air tambak dan inlet kemudian

terakhir kode air outlet yakni 4,4 x 104 dan 5,5 x 10

4 serta 4,6 x 10

4.

0

1

2

3

4

5

6

Air Oulet Air Inlet Air Tambak

5.4 6 5.9

4.4

5.5

4.6

Tota

l Bak

teri

dan

Vib

rio

spp

(C

FU)m

l-1

Sampel Air

Total Bakteri

Total Vibrio

Page 31: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

16

Hal ini sama seperti yang didapat oleh Gunarto dan kawan, (2010)

mendapatkan total bakteri pada tambak yakni berkisar antara 102-10

3 cfu/ml.

Selanjutnya menurut Markus Mangampa (2015) menyatakan total bakteri dalam

media air yakni 1,55 x 106 dan 1,18 x 10

4. Tingginya vibrio spp dalam media air

sampel yakni 104 dapat menyebabkan kematian pada organisme budidaya seperti

pernyataan Muliani, (1996) menyatakan bahwa vibrio spp pada kepadatan 104

dapat menyebabkan kematian pada organsime budidaya. Hal ini diduga kuat

kondisi lingkungan budidaya tambak terdapat feses serta sisa-sisa metabolik

cultivan yang dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri vibrio spp.Namun,

dalam hal ini meskipun bakteri vibrio spp termasuk dalam kategori tinggi tapi

dalam hal ini bakteri umum (menguntungkan) dalam air sampel juga mempunyai

kepadatan yang tinggi yakni 106, dimana bakteri umum seperti bacillus spp,

acinetobacter spp, dan aeromonas spp dapat menurunkan kepadatan bakteri

vibrio spp. Bakteri-bakteri inilah yang akan menekan pertumbuhan dari bakteri

vibrio spp tersebut sehingga organisme budidaya nantinya akan aman dari bakteri

vibrio spp tersebut. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Atmomarsono

dan kawan, (2011) menyatakan untuk menurungkan pupulasi bakteri vibrio spp

yang merugikan yakni dengan pemberian probiotik pada media air sehingga dapat

mengurai bahan organik dan nitrit. Dimana bahan organik dan nitrit yang rendah

akan menurunkan populasi bakteri vibrio spp karena media tersebut merupakan

makanan bagi bakteri tersebut.

Page 32: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

17

4.2. Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Tanah

Kelimpahan bakteri pada media tanah outlex, intlex dan tambak disajikan

pada Gambar 3.

Gambar 3. Kelimpahan Bakteri pada Media Tanah

Berdasarkan gambar 3 tersebut diatas kelimpahan bakteri tertinggi

diperoleh kode sampel air inlet dan tambak kemudian terakhir kode sampel air

outlex yakni 6,0 x 106 dan 5,9 x 10

6serta 5,4 x 10

6. Sedangkan untuk total vibrio

spp tertinggi terdapat pada kode air tambak dan inlet kemudian terakhir kode air

outlex yakni 4,4 x 104 dan 5,5 x 10

4 serta 4,6 x 10

4. Hal ini sama seperti yang

pernah didapatkan oleh Markus Mangampa (2015) dalam dinamika populasi

bakteri dalam air dan sedimen tambak yakni pada total bakteri vibrio spp pada

perlakuan A (3,75x103-1,82x10

4 CFU/ml) B(4,17x10

3-6,22x10

4 CFU/ml) dan

total bakteri umum B(2,07x106-3,56x10

6 CFU/ml) dan C (2,76x10

6-3,09x10

6

CFU/ml).

Tingginya populasi bakteri dalam tanah sedimen tambak dibanding dengan

populasi bakteri dalam air tambak, akibat dari kondisi tanah tambak yaitu tanah

0

1

2

3

4

5

6

Tanah

Oulet

Tanah

Inlet

Tanah

Tambak

5.4 6 5.9

4.4

5.5

4.6

Tota

l B

ak

teri

dan

Vib

rio

sp

p

(CF

U)

ml-1

Sampel Tanah

Total Bakteri

Total Vibrio

Page 33: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

18

sulfat masam (TSM) dengan bahan organik yang cukup tinggi mencapai :13,3 -

17,9 %. Dalam hal ini biasanya pH dalam perairan tersebut tinggi jika kalau di

lihat menggunakan cairan pH maka warna airnya ungu kebiruan seperti pada tabel

1.Namun kisaran populasi ini masih relatif rendah dalam batas kelayakan budi

daya udang vaname.

Dalam budidaya biasanya yang menyebabkan tingginya tingkat keasaman

yang dapat memicu perkembangan bakteri vibrio spp adalah kondisi lingkungan

yang kurang baik seperti tingginya bahan organik yang terbentuk oleh sisa pakan,

kotoran udang dan limbah udang yang mati yang mengalami pembusukan. Garno

(2004) mengemukakan bahwa akumulasi bahan organik sudah dapat dideteksi

sejak awal masuknya pakan buatan, dan potensi kegagalan panen udang, lebih

diakibatkan oleh pencemaran bahan organik yang terakumulasi ke sedimen

tambak dari pada pencemaran yang berasal dari luar tambak.

Terjadinya fluktuasi bakteri pada petak pembesaran udang vaname yang

disebabkan karena adanya penambahan input kedalam tambak seperti pemberian

pakan dan pakan yang tidak dimanfaatkan oleh udang, menyebabkan peningkatan

bahan organik dalam tambak dan apabila tidak dilakukan pergantian air maka

bakteri Vibrio spp akan berkembang dan menjadi patogen pada organisme budi

daya. Tompo dan Susianingsih (2011) mengemukakan bahwa jika pergantian air

dapat dilakukan 2 kali seminggu yang disertai dengan pengapuran dolomit 4-5

ppm, maka bahan organik dalam tanah akan menurun dan populasi bakteri Vibrio

spmenurun. Selain pergantian air, maka faktor yang dapat memicu perkembangan

populasi bakteri Vibrio spp dan total bakteri dalam budi daya udang vaname

Page 34: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

19

adalah sirkulasi air, pengelolaan pakan yang benar dan efektif serta

mempertahankan konsentrasi alkalinitas tambak.

4.3. Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran parameter kualitas air media pada tambak marginal, intlex dan

outlex

Parameter Titik

Tambak Intlex Outlex

Ph 9,25 8,21 7,99

Suhu (°C) 26,3 27,5 28,9

DO (ppm) 5,04 2,28 3,39

Salinitas (ppt) 22,25 22,99 18,51

Sumber : Hasil pengukuran kualitas air 2019

Berdasarkan gambar diatas, kisaran kualitas air pada tambak marginal,

intlex dan outlex dari segi pH, pH terendah terdapat outlet (7,99),kemudian

disusul inlet dambak (8,21 dan 9,25), sedangkan pada suhu terendah terdapat pada

tambak (26,3 °C) dan disusul inlet dan outlet (27,5 °C dan 28,9 °C). Oksigen

terlarut (DO) terendah terdapat pada inlet (2,28 ppm) dan disusul outlet dan

tambak (3,39 ppm dan 5,04 ppm) dan salinitas terendah terdapat outlet (18,51 ppt)

dan disusul oleh tambak dan inlet (22,25 ppt dan 22,99 ppt). Hal ini sama seperti

yang diungkapkan oleh Markus Mangampa (2015) dalam dinamika populasi

bakteri dalam air dan sedimen tambak yakni suhu 28,7-33,8 , pH 7,3-8,3 ,

oksigen terlarut 1,08-5,92 ppm dan salinitas 18-37 ppt.

Dalam tambak marjinal baik inlet maupun ouletnya biasanya mempunyai

kualitas air yang kurang baik untuk budidaya dimana pada kondisi tersebut baik

suhu, salinitas, pH dan DO nya juga akan mengalami fase fluktuatif dan akan

Page 35: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

20

terus meningkat jika tambak tersebut tidak diolah dengan baik misalnya tingginya

pH pada tambak marjinal hal ini disebabkan oleh tingginya bahan organik dalam

tambak tersebut yang disebabkan oleh sisa pakan dan bahan organik lainnya yang

telah mengalami pembusukan. Sama halnya juga dengan kadar garamnya yang

paling tinggi diantara yang lainnya adalah tambak dan inletnya yakni 22,5 dan

22,99 ppt. Hal ini disebabkan oleh tingginya proses penguapan oleh panas cahaya

matahari sehingga dengan penguapan yang tinggi selain kadar garam meningkat

juga bahan organik dalam tambak juga ikut meningkat karena tingginya bakteri

vibrio spp dalam tambak yang memanfaatkan cahaya matahari dalam

mempercepat pembusukan.

Namun rendahnya kualitas air pada tambak marginal baik intlex, maupun

outletnya dapat ditangani dengan jika dilakukan perlakuan yang baik seperti

pengapuran pada tanah dasar menggunkan kapur dolomit dan pemberian probiotik

yang mengandung bakteri bacillus spp, dimana bakteri ini dapat mengurangi

populasi bakteri vibrio spp dalam tambak.

Page 36: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

21

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa sampel air dan tanah pada titik outlet, inlet dan

tambak marginal menunjukkan bahwa pada total bakteri vibrio spp “(CFU)ml-1

(4,4 x 104,5,5 x 10

4 dan 4,6 x 10

4) (CFU)ml.dan bakteri umum (Acinetobacter

spp,bacilus spp,Aeromonas spp, Pleisiomonas spp, Enterobacteria spp dan

Clostridium spp) “(CFU)ml-1

” (5,4 x 104,6,0 x 10

4 dan 5,9 x 10

4)(CFU)ml. Untuk

bakteri vibrio spp termasuk dalam kategori tinggi yakni 104 tapi dalam hal ini

bakteri umum juga mempunyai kepadatan yang tinggi yakni 104 artinya tambak

yang ada di lakbakkan sesuai dengan hasil uji sampelnya menunjukkan bahwa

tambak tersebut layak untuk digunakan dalam budidaya ikan maupun udang hal

ini dikarenakan lebih tinggi bakteri umum dari pada bakteri vibrio spp, dimana

bakteri umum merupakan predator bagi bakteri vibrio spp sehingga dapat

menekannya laju perkembangannya apalagi jika dilakukan pemberian probiotik

pada wadah budidaya tersebut.

5.2. Saran

Tambak yang dikatakan terpinggirkan atau marginal dapat digunakan

kembali sebagai wadah budidaya dengan dengan penambahan bakteri bacillus

spp, serratio spp dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan karena bakteri bakteri

umum dapat memakan bakteri vibrio spp sehingga dapat mengurangi

perkembangannya sehingga tambak akan aman digunakan dalam budidaya.

Page 37: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

22

DAFTAR PUSTAKA

Atmomarsono, M., Muliani, Nurbaya., E.Susianingsih, Nurhidayah., dan

Rachmansyah. 2011, Petunuk Teknis Aplikasi Bakteri Probiotik RICA, pada

Budidaya Udang Windu di Tambak. BalitbangBAP, 20 hal

Garno, S.Y.2004. Biomanipulasi.Paradigma Baru dalam Pengendalian Limbah

Organik pada Budi Daya Perikanan di Waduk dan Tambak. Orasi Ilmiah

Ahli Peneliti Utama. Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi, Jakarta

58 hal.

Gunarto dan A. Mansyur. 2010. Penambahan Tepung Tapioka Pada Budidaya

Udang Penaeid di Tambak. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Hal 729-735

Mangimbulude. J. C., dkk. 2013. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati

Laut dan Pesisir di Indonesia. Biologi Papua. 3(1): 39-45.

Muliani, M., IMadeali., ATompo. 1996. Prosiding seminarnasional mikrobiologi

kelautan dan biomediasi7. Ujung pandang. Hal 192-194

Mulyanto. T. R. 2018. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak Menggunakan

Aplikasi Sistem Informasi Geografi Di Kecamatan Labuhan Maringgai

Kabupaten Lampung Timur.SkripsiSkripsi. Universitas Lampung Bandar

Lampung

Mursalim. I. 2018. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Mikroorganisme Lokal

Media Nasi, Batang Pisang, Dan Ikan Tongkol Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Sawi (Brassica Juncea) Di Kebun Pendidikan Biologi Uin

Alauddin Makassar. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin

Alauddin Makassar

Syahdi Oni Fajar., Siregar M. Akbar., Hamid Azwar. 2013. Analisis Permintaan

Pasar Ekspor Terhadap Produk Udang Beku (Frozen Shrimps/Prawn)

Indonesia.Aribisnis Sumatera Utara. 1(1): 10.

Selly.S., Purnomo. J. 2015. Pembuatan MOL dari Bahan Baku Lokal sebagai

dekomposer dan Pemacu Tumbuh Tanaman (Bogor: Badan penelitian dan

pengembangan pertanian kementerian pertanian,), h. 4. http://balittanah.

litbang. pertanian.go.id/ind/ dokumentasi / leaflet / juknis %2

0mol.pdf?secure true (Diakses 5 Februari 2019).

Sofyan. M. H. 2018. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei

(Litopenaeus Vannamei) Pada Kelompok Budidaya Bina Usaha Di

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Skripsi.Fakultas perikanan dan

ilmu kelautan Universitas brawijaya.

Page 38: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

23

Sutardjo, Sharif C. 2014. Udang Merajai Ekspor Perikanan. www.kkp.go.id (27

Juli 2014).

Suyanto. A., Irianti, A. T. P. 2015. Efektivitas Trichoderma Sp dan Mikro

Organisme Lokal (Mol) Sebagai Dekomposer Dalam Meningkatkan

Kualitas Pupuk Organik Alami Dari Beberapa Limbah Tanaman Pertanian.

Jurnal Agrosains. 12 (2). http: // jurnal online upb.com / index.php /

Agrosains / article / download / 119/54 (Diakses 5 juni 2017).

Tompo, A dan Endang Susianingsih. 2011. Pengaruh pengguanaan beberapa

probiotik terhadap sintasan dan pertumbuhan udang windu ditambak

instalasi maranak, sulawesi selatan. prosiding SEMNASKAN VII UGM.

Hasil penelitian perikanan dan kelautan.Yogyakarta.

Page 39: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

24

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1.Hasil analisa di lab bakteri

SampelTitikTotal Bakteri Umum (CFU/ml) Total Vibrio (CFU/ml)

1. Air Outlet 5,4 x 1064,4 x 10

4

2. Inlex 6,0 x 106 5,6 x 10

4

3. Tambak 5,9 x 106 4,6 x 10

4

4. Tanah Outlet 5,4 x 106 4,4 x 10

4

5. Inlex 6,0 x 106 5,6 x 10

4

Tambak 5,9 x 106 4,6 x 10

4

2.Kualitas air pada tambak marginal

Parameter Titik

Tambak Intlex Outlex

Ph 9,25 8,21 7,99

Suhu (°C) 26,3 27,5 28,9

DO (ppm) 5,04 2,28 3,39

Salinitas (ppt) 22,25 22,99 18,51

Page 40: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

25

DOKUMENTASI KEGIATAN PENGAMBILAN SAMPEL

Gambar 1. Pengambilan sampel air dan tanah pada saluran outlex

Gambar 2. Pengambilan sampel air dan tanah pada saluran intlex

Gambar 3. Pengambilan sampel air pada tambak

Page 41: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

26

Gambar 4.Pengambilan sampel tanah pada tambak

Gambar 5. Mengukur kualitas air pada tambak

Page 42: IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

27

RIWAYAT HIDUP

Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Penulis dilahirkan di

Desa Taloko Dusun Salimi, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa

Tenggara Barat pada 03 Juni 1997. Penulis merupakan anak

pertama dari 3 bersodara dari pasangan Bapak Jubaidin dan

Ibu Bahyon. Jenjang pendidikan penulis dimulai tahun 2004

di SDN Taloko dan selesai pada tahun 2009, melanjutkan pendidikan di SMP

Neg. 3 Sanggar ditahun 2009 sampai selesai ditahun 2012, selanjutnya

melanjutkan pendidikan di SMA Neg. 1 Sanggar ditahun 2012 dan selesai ditahun

2015. Selanjutnya ditahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusana

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar,

melalui jalur tes tertulis. Selama menjadi mahasiswa ditahun 2016 dan tahun

2017, penulis pernah menjadi anggota HMP Bidom ( himpunan Mahasiswa

Pertanian Bima Dompu) dalam kampus, sedangkan diluar kampus penulis pernah

menjadi anggota IKPPMS (Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar Mahasiswa Sanggar)

dan LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) selama 1 periode..

Selanjutnya ditahun 2019, Penulis juga pernah melakukan Kuliah Kerja Profesi

(KKP) selama ± 60 hari di Desa Pancana, Kecamatan Tanete Ri Lau, Kabupaten

Barru pada tahun 2019.