identifikasi kenampakan kelapa sawit dan … · perkebunan yang penting di indonesia dan masih...

80
IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN PRODUKTIVITASNYA MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor) Oleh : SAVITRI AGRIANTI A14070081 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: truongque

Post on 07-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN

PRODUKTIVITASNYA MELALUI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

Oleh :

SAVITRI AGRIANTI

A14070081

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

RINGKASAN SAVITRI AGRIANTI. Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya

Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang, Bogor). Dibimbing oleh BABA BARUS dan ATANG SUTANDI.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman komoditas

perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan

yang cerah. Pada tahun 2011 terdapat perkembangan positif industri sawit nasional

terutama dari sisi kenaikan produksi, ekspor, dan perkembangan harga. Diperkirakan

produksi CPO pada tahun 2011 akan berkisar 23,5 juta ton, dengan ekspor sebesar

16,5 juta ton. Sementara harga rata-rata CPO pada tahun 2011 diperkirakan pada

tingkat US $ 1125 per ton. Malaysia pada tahun 2011 memiliki luas areal perkebunan

kelapa sawit mencapai 5 juta ha. Produksi sawit Malaysia di 2011 naik 11,3%

menjadi 18,91 juta ton dari 16,99 juta ton pada 2010 (GAPKI, 2012). Upaya-upaya

untuk meningkatkan produktivitas akan berkaitan dengan banyak faktor diantaranya

adalah karakteristik lahan dan pengelolaannya. Kurangnya efektivitas pengelolaan

perkebunan kelapa sawit juga dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit.

Teknologi informasi spasial seperti inderaja dan GIS merupakan sarana yang

dapat dipakai untuk mengolah data spasial. Teknologi ini dapat membantu

pengelolaan informasi bisnis yang berkaitan dengan identifikasi objek dan

pengenalan hubungannya dengan data lain, misalnya identifikasi penggunaan lahan

pertanian dan dikaitkan dengan faktor yang terkait. Identifikasi kelapa sawit dengan

menggunakan citra tertentu dan pengenalan polanya dapat dilakukan dengan SIG, dan

penelitian ini ditujukan untuk melihat produktivitas kebun kelapa sawit dikaitkan

dengan pengelolaannya.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu Badan Usaha

Milik Negara Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. Hasil

interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 diketahui perkebunan PT. Perkebunan Nusantara

VIII Cimulang memiliki berbagai macam umur tanam kelapa sawit. Hal ini diketahui

dari perbedaan warna hijau dan tekstur pada kenampakan citra. Hasil analisis spasial

menunjukkan produktivitas yang paling tinggi terdapat di daerah datar, sedangkan

produktivitas yang paling rendah terdapat di daerah bergelombang. Produktivitas

kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada tanah Aquic Humitropept, sedangkan

produktivitas yang paling rendah terdapat pada tanah Typic Haplohumult.

Produktivitas kelapa sawit paling tinggi terdapat pada wilayah dengan dosis

pemupukan tahun tanam 2005, sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada

wilayah dengan dosis pemupukan tahun tanam 2004. Dari hasil uji sidik ragam,

variasi dosis pemupukan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas

kelapa sawit. Pemberian dosis pemupukan yang tinggi konsekuensinya akan

menyebabkan biaya pemupukan yang tinggi pula. Namun hal ini tidak memberikan

laba yang maksimal karena produktivitas kelapa sawit tidak berbeda nyata antara

pemberian dosis pupuk yang tinggi dengan dosis pupuk yang rendah.

Kata Kunci : Kelapa Sawit, SIG, Karakteristik Lahan, Produktivitas, Pemupukan.

Page 3: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

SUMMARY

SAVITRI AGRIANTI. Identification of Appearance Oil Palm and its

Productivity Through Geographic Information System (A Case Study of PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor). Under supervision of BABA

BARUS and ATANG SUTANDI.

Oil palm (Elaeis guineensis Jack.) is an important commodity in Indonesia

and still has a high development prospects. In 2011 there was a positive

development at the national oil palm industry especially from the increase in

production, export, and price developments. The CPO production is expected in

2011 around 23.5 million ton, with exports at 16.5 million ton, while the average

price of CPO in 2011 is estimated at U.S. $ 1125 per ton. In 2011 Malaysia had

reached total 5 million hectares of oil palm plantations. Malaysian oil palm

production in 2011 increased 11.3% to 18.91 million tons from 16.99 million tons

in 2010 (GAPKI, 2012). The efforts to improve oil palm productivity relate to

many factors, such as land characteristics and its management. The lack of

effectiveness management of oil palm plantations can decrease productivity of oil

palm.

Technologi spatial information like Remote Sensing and GIS is a current

technology that may handle spatial data. These technologies can help business

management such as object identification and pattern analysis of agricultural

system. Identification oil palm can be conducted using a particular image, while

GIS may help to analyse its pattern, so that this research’s aim were to recognise

oil palm and its productivy regarding to its management.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang is one of Indonesia State

Owned Enterprise engaged in management of oil palm. The results of image

interpretation, ALOS AVNIR-2 showed that the PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang had a variety of ages oil palm plant, that reflected from the green color

and texture differences in the appearance of image. The spatial analysis result

showed the highest productivity was found on the flat areas, while the lowest

productivity was found in undulating region. The highest productivity oil palm

was located on (Aquic) Humitropept while the lowest productivity of land was

located at Typic Haplohumult. The highest productivity of oil palm was occurred

at a location with fertilise dosage of 2005, while the lowest productivity was

occurred at a location with fertilize dosage of 2004. From the statatistic of

variance, the variatian of fertilization rate did not significantly affect the

productivity of oil palm. So far, implementing of high rate of fertilization would

consequently lead to high costs, but this did not give maximum profit for oil palm

productivity as there was no significantly different production between the high

rate and low rate of fertilization.

Keywords: Oil Palm, GIS, Land Characteristics, Productivity, Fertilization.

Page 4: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN

PRODUKTIVITASNYA MELALUI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang,Bogor)

Oleh :

SAVITRI AGRIANTI

A14070081

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 5: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Judul Penelitian : Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan

Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi

Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

Nama : Savitri Agrianti

NRP : A14070081

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. Ir. Atang Sutandi, M. Si. Ph.D.

NIP. 19610101 198703 1 004 NIP.19541212 198103 1

010

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.

NIP. 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus :

Page 6: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi Provinsi Riau pada tanggal 26

Agustus 1989 dari keluarga ayah Nirwan A dan ibu Rusnidar. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara.

Riwayat pendidikan formal penulis dimulai dari jenjang pendidikan TK

yang diselesaikan di TK Yayasan Perguruan Wahidin pada tahun 1995. Kemudian

melanjutkan pendidikan dasar di SD Yayasan Perguruan Wahidin pada tahun

2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) ke Yayasan Perguruan Wahidin dan lulus tahun 2004.

Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Bangko dan lulus pada

tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan tahun 2008

masuk dalam Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

Pertanian.

Selama di IPB Penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra 2011/2012, mata kuliah Geomorfologi

dan Analisis Lanskap 2010/2011, dan mata kuliah Sistem Informasi Geografis

2010/2011. Selain itu juga aktif di beberapa kepanitiaan lain yang

diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, dan

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Page 7: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penlis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini. Penelitian ini berjudul “Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan

Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang,Bogor)”. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing skripsi pertama atas bimbingan, kritik dan saran selama

berlangsungnya penelitian.

2. Bapak Ir. Atang Sutandi, M. Si. Ph.D. atas bimbingan, kritik, dan saran

selaku pembimbing skripsi kedua.

3. Dr. Khursatul Munibah, M. Sc. selaku penguji yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.

4. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah membiayai dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di

Institut Pertanian Bogor.

5. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian di perkebunan kelapa sawit ini.

6. Kedua orang tua Bapak Nirwan A, SH. dan ibu Rusnidar, SPd., beserta

kedua adikku Yuda Ariandi dan Reginald Arya serta seluruh anggota

keluarga atas doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang tanpa batas yang

diberikan kepada penulis.

7. Andi Kurniawan, SH. atas kasih sayang, motivasi, semangat, kesabaran

dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

8. Keluarga besar SoilScaper 44 terutama sahabat terbaikku Eni Winarti atas

persaudaraan, semangat, dan perhatian selama ini.

9. Keluarga besar Bagian Penginderaan Jauh IPB terutama kak Luluk, Mbak

Agi dan Mbak Reni atas ilmu, bantuan dan semangat kepada penulis.

Page 8: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

10. Keluarga Rumah Muslimah Aisyah atas persaudaraannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Namun,

penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat dan memberikan kontribusi

bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, April 2012

Penulis

Page 9: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1. Kelapa Sawit ......................................................................................... 5

2.1.1. Klasifikasi Kelapa Sawit ............................................................ 5

2.1.2. Morfologi Kelapa Sawit ............................................................. 6

2.1.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit..................................................... 7

2.1.4. Pemeliharaan Kelapa Sawit ....................................................... 9

2.1.5. Pemanenan Kelapa Sawit ........................................................... 12

2.1.6. Aplikasi Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografis

pada Perkebunan Kelapa Sawit .................................................. 12

2.2. Satelit ALOS AVNIR-2 ....................................................................... 14

2.2.1. Sensor AVNIR-2(Advanced Visible and Near

Infared Radiometer Type-2 ......................................................... 16

2.3. Karakteristik Lahan ............................................................................... 17

2.4. PT. Perkebunan Nusantara VIII ............................................................ 18

2.4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII .................................... 19

2.4.2. Komoditi PT. Perkebunan Nusantara VIII ................................. 20

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 21

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 21

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ..................................................................... 21

3.3. Metode Penelitian.................................................................................. 22

3.3.1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data ................................... 22

3.3.2. Tahap Pengecekan Lapang ......................................................... 22

3.3.3. Tahap Pengolahan dan Analisis Hasil ........................................ 23

Page 10: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......................................... 29

4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis ................................................. 29

4.2. Topografi ............................................................................................... 31

4.3. Jenis Tanah ............................................................................................ 32

4.4. Geologi, Fisiografi dan Bahan Induk .................................................... 33

4.5. Penggunaan Lahan ................................................................................ 33

4.6. Iklim dan Curah Hujan .......................................................................... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36

5.1. Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ........................................... 36

5.2. Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit ............. 41

5.3. Hubungan antara Tanah dengan Produktivitas Kelapa Sawit .............. 44

5.4. Pengelolaan Kelapa Sawit .................................................................... 46

5.5. Analisis Hubungan antara Biaya Pemupukan dengan

Produktivitas Kelapa Sawit .................................................................. 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 54

6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 54

6.2. Saran ..................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56

LAMPIRAN ....................................................................................................... 60

Page 11: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal

yang Direkomendasikan oleh PPKS ....................................................... 11

2. Spesifikasi ALOS AVNIR-2 ................................................................... 15

3. Karakteristik ALOS AVNIR-2 ............................................................... 17

4. Kategori Dosis Pemupukan (Kg/Pohon) ................................................. 27

5. Kategori Biaya Pemupukan (Rp/Pohon) ................................................. 27

6. Kelas Lereng ........................................................................................... 32

7. Macam tanah PT. Perkebunan Nusantara VIII ....................................... 33

8. Luas Penggunaan Lahan PT. Perkebunan Nusantara VIII ...................... 34

9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2 ............... 38

10. Uji Sidik Ragam Variabel Kemiringan Lereng ....................................... 43

11. Uji Sidik Ragam Variabel Macam Tanah ............................................... 46

12. Tahun Tanam dan Dosis Pemupukan

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ............................................. 47

13. Uji Sidik Ragam Variabel Dosis Pemupukan ........................................ 50

14. Kategori Pemupukan .............................................................................. 50

Lampiran

1. Hasil Peneraan Umur Tanam Kelapa Sawit ........................................... 60

2. Karakteristik Lahan dan Produktivitas Kelapa Sawit ............................. 62

3. Dosis Pemupukan dan Produktivitas Kelapa Sawit ................................ 63

4. Hasil Uji Sidik Ragam ............................................................................ 64

5. Analisis Ekonomi Biaya Pemupukan ..................................................... 67

Page 12: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Satelit ALOS (JAXA EORC 1997) …………… ............................................. 14

2. Sensor AVNIR-2 (JAXA EORC-1997) ............................................................ 16

3. Prinsip Geometri AVNIR-2 (JAXA EORC-1997) ........................................... 16

4. Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 28

5. Peta Administrasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ........................... 29

6. Kondisi Lapang Daerah Penelitian .................................................................... 31

7. Grafik Curah Hujan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ....................... 35

8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 ................................. 36

9. Kenampakan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara

VIII Cimulang Pada Citra ALOS AVNIR-2 ..................................................... 37

10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 ........................................................... 39

11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit

PT.Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ........................................................ 41

12. Grafik Hubungan Kemiringan Lereng dengan Produktivitas

Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ................................. 43

13. Peta Tanah dan Produktivitas

PT.Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ........................................................ 44

14. Grafik Hubungan Macam Tanah dengan Produktivitas

Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ................................. 45

15. Peta Dosis Pemupukan dan Produktivitas Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ....................................................... 48

16. Grafik Pengaruh Pemupukan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ................. 51

17. Hubungan Pendapatan dengan Kategori Pemupukan ........................................ 52

18. Grafik Hubungan Pendapatan/Biaya Produksi

dengan Kategori Pemupukan ............................................................................ 53

Page 13: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman komoditas

perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan

yang cerah. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis tinggi dan

merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit merupakan

tanaman yang paling produktif dengan produksi 6.000 l/ha biodiesel mentah

sehingga sangat menguntungkan. Bagi Indonesia tanaman yang berasal dari

Afrika Barat ini mempunyai arti penting karena selain mampu menciptakan

kesempatan kerja bagi masyarakat tetapi juga sebagai sumber pendapatan devisa

negara.

Pada tahun 2011 terdapat perkembangan positif industri sawit nasional

terutama dari sisi kenaikan produksi, ekspor, dan perkembangan harga.

Diperkirakan produksi CPO pada tahun 2011 akan berkisar 23,5 juta ton, dengan

ekspor sebesar 16,5 juta ton. Sementara harga rata-rata CPO pada tahun 2011

diperkirakan pada tingkat US $ 1.125 per ton. Malaysia pada tahun 2011 memiliki

luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 5 juta ha. Produksi sawit Malaysia

di 2011 naik 11,3% menjadi 18,91 juta ton dari 16,99 juta ton pada 2010 (GAPKI,

2012). Kedua negara ini dapat memenuhi sekitar 80% kebutuhan minyak sawit di

dunia. Indonesia saat ini telah menjadi produsen terbesar minyak sawit di dunia,

sedangkan permintaan minyak sawit setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan.

Kondisi perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dan tersebar di berbagai

lokasi yang berjauhan berdampak pada volume data serta informasi yang besar

dan kompleks yang selalu memerlukan informasi yang datanya terintegrasi satu

sama lain sehingga didapat informasi secara global maupun rinci. Untuk

memenuhi kebutuhan informasi tersebut dibutuhkan suatu sistem informasi yang

handal, terintegrasi, dan dapat menunjang kegiatan operasional untuk

meningkatkan kinerja pengelolaan perkebunan.

Page 14: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Proses pengambilan keputusan kegiatan-kegiatan operasional perkebunan

akan sangat terbantu dengan adanya sistem informasi yang bereferensi spasial

seperti pada proses perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan di perkebunan.

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis

(SIG) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk

bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi

keruangan). Teknologi ini sangat membantu pengelolaan informasi proses bisnis

yang berkaitan dengan penyebaran pada letak geografisnya, misalnya penggunaan

lahan untuk dunia pertanian. Mengingat perkebunan kelapa sawit juga merupakan

salah satu industri yang berkaitan sangat erat dengan lahan atau faktor geografis,

maka sebenarnya banyak hal yang dapat terbantu dengan memanfaatkan SIG ini.

Hal tersebut mudah dibuktikan, mengingat bahwa sejak dulu pun peta kebun

sudah sangat diperlukan di unit-unit usaha untuk proses analisis, perencanaan,

pengambilan keputusan, hingga pelaksanaannya.

Hal ini perlu dilakukan agar produktivitas kelapa sawit dapat mencapai

angka yang maksimum dengan efisiensi biaya untuk pengelolaan yang minim.

Selain itu, kurangnya efektivitas pengelolaan perkebunan kelapa sawit juga dapat

menurunkan produktivitas kelapa sawit. Beberapa faktor penting dalam

menunjang pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif diantaranya adalah

ketersediaan informasi yang akurat dan memadai untuk kegiatan operasional

perkebunan.

Pada perkebunan dengan komoditas tanaman tahunan seperti kelapa sawit,

pemupukan merupakan salah satu biaya operasional terbesar. Dengan

memanfaatkan GPS yang merupakan salah satu perangkat SIG akan diperoleh

luasan yang akurat, sehingga pemupukan yang berdasarkan luasan akan lebih

tepat dilaksanakan. Bahkan pada kebun tanaman kelapa sawit, penggunaan foto

udara akan memungkinkan melihat satu per satu tegakan pohon, sehingga jumlah

tanaman yang masih memerlukan pemupukan, akan dapat terhitung nyata.

Pemeliharaan parit dan jalan juga dapat memanfaatkan SIG sebagai dasar

pembayaran kontraktor, karena panjang maupun data dimensi parit dan jalan yang

perlu dirawat dapat dihitung dengan rinci.

Page 15: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Beberapa penelitian yang mengkaji perkebunan kelapa sawit dengan

menggunakan Sistem Informasi Geografis umumnya menganalisa dari segi

pengelolaan perkebunan. Suroso et al (2004) menyatakan bahwa Sistem Informasi

Geografis dapat digunakan untuk membuat pemodelan dan analisis sebagai dasar

untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan akurat, dalam rangka

meningkatkan kinerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Nurmala (2009) telah

melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dengan

melihat hubungan karakteristik lahan dengan produktivitas TBS kelapa sawit,

penelitian ini menganalisis dari segi karakteristik lahan dengan melihat umur

tanam kelapa sawit, macam tanah dan lereng dan belum menggunakan citra

satelit. Penelitian ini juga belum menggunakan analisis statistik, sedangkan pada

analisis produktivitas dengan variabel lereng dan macam tanam, peneraan umur

tanam untuk menghilangkan faktor umur tanaman kelapa sawit kelapa sawit tidak

dilakukan.

Gandharun dan Chen (2010) juga sukses memanfaatkan SIG untuk

pemanfaatan informasi tekstur untuk klasifikasi tanaman kelapa sawit

menggunakan Citra FORMOSAT-2. Citra resolusi tinggi FORMOSAT-2 dapat

digunakan untuk memetakan perbedaan tahap usia tanam kelapa sawit guna

mendukung program pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.

Beberapa penelitian tersebut hanya mengkaji pengelolan perkebunan tanpa

mengkaji hubungannya dengan produktivitas dan karakteristik lahan kelapa sawit.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang dapat

mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, serta pemilihan pengelolaan yang baik

agar produktivitas dan kualitas kelapa sawit optimal.

Dengan adanya SIG ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

akurat mengenai areal perkebunan kelapa sawit sehingga bermanfaat dan

memberikan kemudahan bagi pihak manajemen perkebunan dalam mendapatkan

informasi dan mempercepat pengambilan keputusan (Sinaga, 2011).

Upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas akan berkaitan dengan

banyak faktor dan salah satu diantaranya, yaitu karakteristik lahan. Karakteristik

lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, contohnya kemiringan

lereng dan curah hujan.

Page 16: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Karakteristik lahan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman kelapa sawit di suatu daerah antara lain jenis tanah, lereng, elevasi, curah

hujan, dan temperatur. Penanaman kelapa sawit yang dilakukan pada karakteristik

lahan yang benar dan baik akan menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang

optimal.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu Badan

Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa

sawit. PT Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki komoditas kelapa sawit

terdiri dari dua unit kebun, yaitu unit Cindali dan Cimulang. Produktivitas

masing-masing unit mencapai 25. 599 Ton/Ha dalam bentuk inti sawit/kernel atau

CPO. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan

berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit yang memiliki subsistem sarana

produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri hilir, dan pemasaran

yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala

ekonomi.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kenampakan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang dengan menggunakan ALOS AVNIR-2.

2. Mengetahui hubungan antara karakteristik lahan kelapa sawit dengan

produktivitasnya.

3. Menganalisis hubungan antara pengelolaan dengan tingkat produktivitas

tanaman kelapa sawit.

4. Mengetahui dosis pemupukan yang bermanfaat secara optimal pada kelapa

sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang.

Page 17: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad

ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan

industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan)

yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25–30

tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah

CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan

maupun non pangan.

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan

dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan

tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono,

2003).

2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis Guineensis

Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia)

Elaeis melanococca

Varietas : Elaeis guineensis dura

Elaeis guineensis tenera

Elaeis guineensis pisifera

Page 18: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit

a. Akar

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi

akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Jika aerasi cukup

baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam

tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter.

Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi

tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.

b. Batang

Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman

kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk

poros batang dan disekitar poros terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin

bertambah besar.

Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan

pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan

pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai

umur 100 tahun. Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus

diremajakan sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya sudah

menurun.

c. Daun

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh

dua lembar daun. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun

lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan bewarna kuning.

Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar.

Kedudukan daun pada batang dapat dirumuskan dengan rumus daun

(phylotaxis) 3/8, pada setiap putaran terdapat 8 daun. Setiap tahun, tanaman

kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun.

d. Bunga

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan

(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit

yang hanya memproduksi bunga jantan.

Page 19: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang

terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam

tandan yang sama. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah

3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. Jika diawetkan,

tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari bisa

dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam oven dengan suhu konstan

60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan

penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit muda (sampai

umur 6 tahun), bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan. Karena itu,

kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.

e. Buah

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun

tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan

daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun.

Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini

disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin

besar. Kadar minyak yang dihasilkannya juga semakin tinggi. Berat tandan buah

kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg .

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan

setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah

(lumpur) banyak. Karenanya, di perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang

tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak menjadi buah.

Buah muda Elaeis guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis

guineensis pisifera berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan

adanya dominasi zat anthocyanin.

2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu

tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan

faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya

seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.

Page 20: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

a. Faktor Iklim

Curah Hujan

Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500

m/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Rambey,

2010). Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan

vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau

bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit (Setyamidjaja, 2006). Sebaliknya, curah

hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama

sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan,

pemupukan, dan pencegahan erosi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Suhu dan Elevasi

Temperatur yang optimal adalah 24-28°C dan tertinggi 32°C. Diatas atau

dibawah selang tersebut, produktivitas akan lebih rendah karena rendahnya

proses assimilasi, gagalnya perkembangan bunga dan pematangan buah (Yahya,

1990 dalam Nurmala, 2009). Suhu udara terutama suhu minimum, berhubungan

erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan

merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl.

Sebaliknya, diatas 400 m dpl meskipun faktor iklim lainnya seperti curah

hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang

terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk

budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan

kelembaban udara.

Kelembaban dan Penyinaran Matahari

Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari, karena

kelembaban yang tinggi akan meransang perkembangan penyakit. Kecepatan

angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu

kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring (Lubis, 1992 dalam

Harahap, 1999).

Page 21: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

b. Faktor Edafik

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,

latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat-sifat

fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit

secara optimal adalah sebagai berikut:

1. Solum cukup dalam (>80cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar

tidak terganggu.

2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan

liat 20-50%.

3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan

permeabilitas sedang.

4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang

berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal sebaiknya

dihindari. Tanah yang berdrainase jelek sebaiknya diberi saluran drainase.

5. Reaksi tanah (pH) 4,0-6,0 dan pH optimal 5,0-5,5. Tanah yang ber-pH

rendah seperti tanah gambut/organosol sebaiknya dilakukan pengapuran.

6. Tanah yang memiliki kandungan hara cukup tinggi (Setyamidjaja, 2006).

2.1.4 Pemelihara Kelapa Sawit

a. Pengendalian Gulma

Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara

ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma

di perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan. Alasannya, gulma

mengganggu dan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman

kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma

menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa

sawit.

Jenis-jenis gulma di perkebunan kelapa sawit adalah krisan, Mikania

scandes, eupathorium (babandotan), melastoma (harendong), pakis kawat, pakis

gajah, keladi dan alang-alang. Selain menggunakan herbisida, pengendalian

gulma bisa dilakukan dengan cara manual memakai cangkul dan garpu.

Page 22: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Pahan (2008), pengendalian hama dan penyakit tanaman pada

hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Upaya

mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus

dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian,

keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang

tak terkendali atau terduga.

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya

kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia,

serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal

batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang

digunakan dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma di perkebunan kelapa

sawit adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Integrated Pest Management

(IPM) (PPKS, 2006).

Berbagai cara yang dilakukan dalam PHT diantaranya adalah:

1. Hama ulat (Tasea asigna, Stora nitens, dan Darnarima sp.) dikendalikan

dengan menyemprotkan Dipterex atau Bayrusil.

2. Hama kumbang (Apogania sp. dan Oryctes rhinoceros) dikendalikan

dengan menyemprotkan larutan Azodrin yang bersifat sistemik.

3. Hama tikus dikendalikan dengan racun Tomorin, Warfarin, atau Racumin.

Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum ditemukan cara

pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan

penyebaran penyakit. Caranya, menebang tanaman kelapa sawit yang terserang

penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar di tempat tersebut

(Sastrosayono, 2003).

c. Pemupukan

Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus

bagi pertumbuan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang

sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini

harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Manfaat

pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan

produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.

Page 23: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat adalah meningkatnya

kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif

stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan

pengaruh iklim yang kurang menguntungkan. Pupuk yang umum digunakan

dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik (buatan) dan pupuk

organik.

Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman,

yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM

yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta konsep neraca

hara (nutrient balance).

Tabel 1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan oleh PPKS

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea

Za

46% N

21% N, 23% S

K MOP (KCL) K2O : 60%

Mg Kieserit MgO : 26%, S :21%

MgO : min 18%

CaO : min 30%

Al2O3 + Fe2O3 : maks 3%

SiO2 : maks 5%

Kadar air : maks 5%

Ni : maks 5 ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh)

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997

Page 24: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

2.1.5 Pemanenan pada Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Dalam keadaan

normal, 90-100% dari seluruh pokok sudah matang panen. Tandan yang cukup

besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya sekitar 3 kg.

Kriteria panen yang digunakan yaitu dua brondolan artinya sudah ada 2 buah

lepas dari tandannya atau jatuh kepiringan pohon. Untuk tandan yang beratnya

lebih dari 10 kg, dipakai 1 brondolan yang jatuh ketanah. Kapasitas pemanenan

tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi

areal, kerapatan pohon dan intensif.

2.1.6 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis pada Perkebunan

Kelapa Sawit

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) penginderaan jauh adalah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena

melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung

dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Sedangkan, Sistem Informasi

Geografis (SIG) merupakan suatu perangkat yang memiliki kemampuan penuh

untuk pengumpulan, penyimpanan, pemanggilan, transformasi, dan penampilan

data digital keruangan dari suatu wilayah untuk kegunaan tertentu.

Produk teknologi penginderaan jauh adalah berupa citra satelit dengan

resolusi spasial yang tinggi, memberikan visual permukaan bumi sangat detail.

Citra satelit merupakan suatu gambaran permukaan bumi yang direkam oleh

sensor (kamera) pada satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam

bentuk image (gambar) secara digital.

Teknologi SIG dan RS telah dimanfaatkan oleh para ahli untuk studi

kelapa sawit (Morrow, 1995 dalam Sitoms, 2004). Kelapa sawit dalam

pertumbuhannya akan mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan

data inderaja, yaitu dengan mengamati pengaruh umur tanaman terhadap

reflektansi band spektral maupun indeks spektral yang dapat diturunkan dari data

Landsat-TM.

Page 25: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan

penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang

teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur

berdasarkan tahun tanam yang sama (Sitoms, 2004).

Selain itu, Lukman dan Poeloengan (1996) dalam Laju dan Chen (2011)

sukses memanfaatkan citra satelit Landsat TM (Tematic Mapper) dan SPOT

(Satellite Pour Observation de la Terre) untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah

tumbuh kelapa sawit dan memetakan perbedaan usianya pada masa awal

pertumbuhan.

Haryani et al (2005) menggunakan data penginderaan jauh Landsat 7 ETM

Tahun 2005 dan SIG untuk kajian potensi dan pengembangan perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dari hasil penelitian yang

dilakukan berdasarkan hasil analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan input

kesesuaian lahan, kerapatan vegetasi, dan penggunaan lahan diperoleh arahan

pengembangan tanaman komoditas kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir.

Dalam penelitiannya Sinaga (2011), merancang SIG untuk areal

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk

tulisan, tabel, dan peta. Tulisan disini berupa informasi umum mengenai

penjelasan Provinsi Sumatera Utara dan informasi tentang kelapa sawit sehingga

bermanfaat dan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen perkebunan

dalam mendapatkan informasi dan mempercepat pengambilan keputusan. Tabel

menyajikan data luas lahan dan produksi perkebunan pada tahun 2009 dan 2010,

sedangkan peta memberikan gambaran mengenai letak lokasi perkebunan tiap

kabupaten.

Secara nasional Kementrian Pertanian sudah melakukan pemetaan kelapa

sawit dengan menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 dengan pemetaan di seluruh

wilayah Indonesia. Selain untuk pemetaan kelapa sawit, Kementrian Pertanian

bekerja sama dengan Sucofindo, P4W, dan LPPM IPB juga melakukan pemetaan

untuk komoditas tanaman perkebunan lain selain kelapa sawit yaitu karet dan

kakao dan industrinya di seluruh Indonesia (Barus et al, 2011).

Page 26: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Penggunaan Citra ALOS AVNIR-2 dalam pemetaan kelapa sawit karena

citra ALOS AVNIR-2 memiliki biaya yang lebih murah dalam operasional,

ataupun dapat digunakan untuk tujuan analisis lain khususnya jika digabungkan

dengan data lain baik yang ada dalam sistem data base maupun setelah dilakukan

penggabungan dengan data lain dari sumber berbeda. Secara lebih lengkap Satelit

ALOS AVNIR-2 dibahas dalam sub bab selanjutnya.

2.2. Satelit ALOS AVNIR-2

Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit

generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS milik Jepang (Gambar 1). JAXA di

Tanagashima Space Center Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari

2006 dengan menggunakan roket H-IIA. Satelit ini merupakan satelit

penginderaan jauh (inderaja) terbesar yang dibangun oleh Jepang untuk

pengamatan daratan. Satelit ini memiliki periode kunjungan ulang (revisiting

period) 46 hari. Akan tetapi, untuk kepentingan pemantauan bencana alam atau

kondisi darurat satelit ALOS ini mampu melakukan observasi dalam waktu dua

hari. ALOS dapat digunakan untuk kartografi, observasi regional, pemantauan

bencana dan peninjauan sumberdaya.

Gambar 1. Satelit ALOS (JAXA EORC,1997)

Satelit ALOS mempunyai 5 misi utama, yaitu:

1. Untuk memberikan kontribusi terhadap aplikasi kartografi.

2. Untuk memberikan kontribusi terhadap pengamatan regional.

3. Untuk memberikan kontribusi terhadap pemantauan bencana alam.

Page 27: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

4. Untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian sumberdaya alam.

5. Untuk meningkatkan teknologi pengamatan daratan (pengembangan

teknologi).

Tabel 2. Spesifikasi ALOS

No Tipe Karakteristik

1 Bobot 4 ton

2 Jangka Waktu 3-5 Tahun

3 Ketinggian Orbit 691, 65 Km (di khatulistiwa)

4 Periode Orbital 98,7 menit

5

6

7

8

Tipe Orbit

Inklinasi

Siklus kunjungan ulang

Power

Sun-synchronous Subrecurrent

98,16 deg

46 hari

Approx. 7 kW (pada akhir

operasional)

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

Untuk pencapaian misi, satelit ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor

penginderaan jauh dengan kemampuan pandangan sisi (side looking). Tiga buah

sensor tersebut terdiri dari dua buah sensor optik yaitu sensor PRISM

(Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) dan sensor

AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared Radiometer Type-2), sebuah

sensor gelombang mikro atau radar yaitu PALSAR (Phased Array Type L-Band

Synthetic Aperture Radar) untuk pengamatan lahan sepanjang siang sampai

malam diseluruh kondisi cuaca. Satelit ALOS ditunjukkan pada Gambar 3 untuk

pemanfaatan data sepenuhnya yang diperoleh dari sensor, ALOS dirancang

dengan dua teknologi maju yaitu pertama adalah kecepatan tinggi dan kapasitas

data yang besar dalam menangani teknologi dan kedua adalah presisi posisi

pesawat ruang angkasa dan kemampuan penentuan ketinggian.

Page 28: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

2.2.1 Sensor ALOS AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared

Radiometer Type-2)

Tujuan utama dari satelit ALOS AVNIR-2 adalah untuk pemetaan penutup

lahan, pemantauan bencana alam dan untuk pemantauan lingkungan regional.

Sensor ALOS AVNIR-2 adalah suatu pencitraan multispektral dengan 4 kanal

spektral pada daerah tampak dan inframerah dekat untuk pengamatan daratan dan

zona garis pantai. Lebar liputan satuan citra sebesar 70 km dengan resolusi spasial

10 meter. Dengan kemampuan side looking dari sensor, dan kemampuan sensor

untuk melakukan pandangan menyilang jejak satelit (cross track) (+/- 44°),

pengamatan daerah-daerah bencana dalam waktu pengulangan 2 hari dapat

dilakukan, dan lebar liputan dapat mencapai 1500 Km.

Dengan karakteristik teknis ALOS AVNIR-2, maka tujuan utama

dari AVNIR-2 untuk pemetaan penutup lahan dan pemantauan bencana alam akan

dapat dicapai. Citra hasil pengamatan AVNIR-2 akan efektif digunakan untuk

menghasilkan peta-peta penutup lahan dan peta klasifikasi tata guna lahan untuk

pemantauan lingkungan regional.

Gambar 2. Sensor ALOS AVNIR-2 (JAXA EORC-1997)

Gambar 3. Prinsip Geometri ALOS AVNIR-2 (JAXA EORC-1997)

Page 29: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Karakteristik umum sensor ALOS AVNIR-2 disajikan pada Tabel 2,

namun demikian sensor ALOS AVNIR-2 tidak dapat mengamati daerah-daerah di

luar 88, 4° Lintang Utara dan 88, 5° Lintang Selatan.

Tabel 3. Karakteristik ALOS AVNIR-2

N Tipe Spesifikasi

1

2

3

4

5

6

7

Jumlah Band

Panjang Gelombang

Resolusi Spasial

Lebar Petak(Swath Width)

Jumlah Detektor

Pointing Angle

Bit Length

4

Band 1 : 0,42-0,50 mikrometer

Band 2 : 0,52-0,60 mikrometer

Band 3 : 0,61-0,69 mikrometer

Band 4 : 0,76-0,89 mikrometer

10 m (at Nadir)

70 km (at Nadir)

7000/Band

-44 +44

8 bit

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

2.3 Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land

characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara

langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik

lahan.

Page 30: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan

yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah,

air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh

terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat

berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidak tanahnya diolah, kepekaan

erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam

evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa

karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

2.4 PT. Perkebunan Nusantara VIII

Dalam upaya mengkonsolidasi peran Perusahaan Negara (BUMN) sektor

perkebunan dalam kerangka pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi

serta menyiapkan diri menghadapi gerakan ekonomi global, maka pihak

pemerintah bersama Departemen Pertanian melakukan program konsolidasi bagi

semua Perkebunan Negara.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara

perkebunan milik negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13

tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No.

41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-

8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.

Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta

Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H., No.05 tanggal 17 September 2002 dan

telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25

Oktober 2002.

Page 31: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk

menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta

optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan

atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan

guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan

Terbatas.

Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman,

pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet, kelapa sawit,

kina, dan kakao.

2.4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari

perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan

kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang

kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.

Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-

perusahaan perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris,

Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam

lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN

Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat

IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan

tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka

Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN

Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka

Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 –

1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara

Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;

Page 32: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII,

sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;

PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX,

dan PPN Aneka Tanaman X.

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi

Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN

Perkebunan mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996,

pengelolaan PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII

digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar. Selanjutnya sejak tanggal 11

Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII

dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

2.4.2. Komoditi PT. Perkebunan Nusantara VIII

PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN yang bergerak pada

sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman,

pengolahan, dan penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet, dan sawit

sebagai komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi

pendukungnya. PTPN VIII mengusahakan komoditi teh, karet, kina, kakao, sawit

dan gutta percha dengan areal konsesi seluas 118.510,12 hektar.

Budidaya teh diusahakan pada areal seluas 25.981,67 ha, karet 27.245,06

ha, kina 4.305,18 ha, kakao 4.335,64 ha, sawit 5.056,69 ha. Selain penanaman

komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN VIII juga mengelola areal

Plasma milik petani seluas 8.479,28 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas

6.033,28 ha dan karet 2.446 ha.

Jawa Barat menyumbang 60% dari produksi teh nasional dan 80% nya

berasal dari teh produksi PTPN VIII. Sampai saat ini, PT Perkebunan Nusantara

VIII mengelola 41 kebun dan 1 unit rumah sakit. yang tersebar di 11

kabupaten/kota di Jawa Barat dan 2 kabupaten di Propinsi Banten (PTPN VIII,

2011).

Page 33: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2011 - Februari 2012. Lokasi

penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu perusahaan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa

sawit. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terletak di Desa Cimulang,

Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara

geografis, PT. Perkebunan Nusantara VIII terletak pada koordiant 106° 42’ 00” -

106° 44’ 00” BT dan 06° 29’ 30”- 06° 32’ 30” LS. Proses pengolahan data dan

analisis spasial dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi

Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat

komputer dengan perangkat lunak (software), ArcView GIS versi 3.3 disertai

program (toolbox) tambahan, ArcGIS versi 9.3 disertai program (toolbox)

tambahan, GPS, Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, SPSS 16, kamera

digital, dan alat tulis menulis. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Citra Satelit yaitu ALOS AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared

Radiometer Type-2) yang diakuisisi Tgl 03 Agustus 2009. Selain itu juga

digunakan Peta Rupabumi Digital Indonesia skala 1:25000 lembar Leuwiliang

(1209-134), Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Blok Kebun, Peta Administrasi Kebun,

dan Peta Elevasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data produktivitas dan data pemupukan

kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Tahun 2010 .

Page 34: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

3.3 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian secara umum terdiri dari

beberapa tahapan pengerjaan, yaitu : 1) tahap persiapan dan pengumpulan data, 2)

survei lapang, dan 3) tahap pengolahan dan analisis data

3.3.1. Persiapan dan Pengumpulan Data

Pada tahap persiapan dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data baik

yang berasal dari penelitian sebelumnya dan data penunjang lain (berbagai jurnal

ilmiah, prosiding seminar, artikel ilmiah, dan buku teks yang terkaitan dengan

penelitian) untuk memahami metode yang telah berkembang berkaitan dengan

penelitian ini. Selain itu, dilakukan eksplorasi perangkat lunak (software) ArcGIS

versi 9.3 dan Arc View 3.3. Selain itu, dilakukan juga proses identifikasi lokasi

penelitian dengan menggunakan Citra Satelit yaitu ALOS AVNIR-2 (Advanced

Visible and Near Infared Radiometer Type-2) dan software ArcGIS versi 9.3 dan

Arc View 3.3 daerah-daerah mana saja yang pada citra terdapat perkebunan

kelapa sawit sehingga dapat dilakukan pencocokan koordinat ataupun sebagai

acuan dengan menjadikan peta kerja hasil dari pengidentifikasi Citra Satelit yaitu

ALOS AVNIR-2 tersebut. Peta kerja adalah peta yang digunakan sebagai acauan

ataupun sebagai petunjuk dalam melakukan proses pengecekan lapang sehingga

ketika di lapangan atau berada di lokasi penelitian tinggal mencocokkan apa yang

sudah diidentifikasi dengan keadaan di lapangan. Peta kerja ini digunakan sebagai

acuan dalam tahap pengecekan lapang.

3.3.2. Tahap pengecekan lapang

Tahap pengecekan lapang dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2011. Pada

tahap ini dilakukan pengambilan beberapa titik untuk menentukan dan

memastikan koordinat yang sebenarnya ditempat penelitian dan memastikan benar

tidaknya peta kerja yang telah dibuat serta untuk proses identifikasi digitasi yang

telah dilakukan pada peta kerja.

Page 35: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Pada tahap pengecekan lapang ini juga dilakukan tahap pengambilan data-

data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. Data-data yang diperoleh

berupa data produksi, data pengelolaan, dan data curah hujan dari lokasi

penelitian. Pengamatan daerah sekitar lokasi pengambilan titik koordinat juga

dilakukan seperti pengamatan vegetasi, pengamatan pengelolaan yang dilakukan

oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII, serta pengamatan kehidupan sosial

masyarakat di sekitar lokasi penelitian PT. Perkebunan Nusantara VIII.

3.3.3. Tahap pengolahan dan Analisis Hasil

Proses analisis dimulai dengan mencocokkan penggunaan lahan

perkebunan kelapa sawit pada saat pengecekan lapang dengan identifikasi

perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

dikenampakan Citra ALOS AVNIR-2. Apabila terjadi ketidak cocokan antara

hasil interpretasi pada Citra ALOS AVNIR-2 dengan hasil pengamatan di

lapangan maka akan diganti record yang salah pada data atribut di Citra ALOS

AVNIR-2. Data yang telah terkumpul baik dari data sekunder (peta tematik dan

data demografi) maupun data primer kemudian dianalis dengan Sistem Informasi

Geografis sehingga dapat diperoleh peta lereng dan produktivitas kelapa sawit,

peta tanah dan produktivitas kelapa sawit, dan peta dosis pemupukan dan

produktivitas PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Peta-peta tersebut

diperoleh dari hasil peta kelas lereng, peta blok kebun, peta tanah, data

produktivitas, dan pemupukan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang.

Koreksi Geometrik

Sebelum dilakukan proses tumpang tindih terlebih dahulu peta dilakukan

proses koreksi geometrik dengan menggunakan software Arc View 3.3. Proses ini

di lakukan pada peta kelas lereng skala 1:25.000, peta blok kebun skala 1:25.000,

peta tanah skala 1:25.000. Pada proses ini diperlukan ikatan yang disebut titik

kontrol medan (ground control point/GCP). GCP tersebut dapat diperoleh dari

peta atau citra yang telah terkoreksi atau tabel koordinat penjuru.

Page 36: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

GCP diperoleh dengan menggunakan titik koordinat yang sudah ada pada

peta tersebut. Akurasi koreksi geometri dapat dinilai dengan melihat nilai RMS-

error (root mean square-error) yang merupakan tingkat ketepatan pengambilan

titik terhadap peta rupa bumi yang berfungsi sebagai referensi. Semakin kecil nilai

RMS-error (RMS<1), ketepatan titik GCP semakin tinggi.

Onscreen digitizing

Onscreen digitizing merupakan suatu proses untuk mengubah data spasial

dari format raster (peta yang sudah disiam) menjadi format vektor untuk

memudahkan proses analisis dalam SIG. Onscreen digitizing menangkap data dari

gambar atau peta yang sudah disiam dengan menggunakan mouse dan

menciptakan layer peta dengan tema tertentu, misal batas administrasi daerah atau

kemiringan lereng. Penambahan informasi dilakukan juga pada proses ini, yang

tergantung jenis data vektor yang digunakan, seperti poligon, garis, atau titik.

Kemudian dilakukan proses digitasi, tujuan dilakukan digitasi adalah

untuk memperoleh peta digital dengan struktur data vector dan memiliki informasi

spasial seperti koordinat. Setelah digitasi selesai, langkah selanjutnya adalah

pengisian data atribut. Data atribut dapat dikategorikan data non spasial, karena

peranannya tidak menunjukkan posisi tetapi keterangan mengenai informasi suatu

wilayah. Data atribut ini berupa kemiringan lereng, no blok kebun, peta tanah,

data produktivitas, pemupukan kelapa sawit, dan informasi-informasi lain yang

dibutuhkan.

Proses tumpang tindih (overlay) dilakukan pada peta. Proses overlay ini

dilakukan dengan menggunakan fungsi irisan (intersect two themes), proses ini

menyimpan feature yang berada didalam area spasial dalam kedua tema. Tema

yang digunakan untuk proses ini adalah peta kelas lereng dengan peta blok kebun

dan peta tanah dengan blok kebun dari lokasi penelitian.

Peta tanah adalah suatu peta yang menggambarkan penyebaran jenis-jenis

tanah di suatu daerah. Peta ini dilengkapi dengan legenda yang secara singkat

menerangkan sifat-sifat tanah dari masing-masing satuan peta tanah.

Page 37: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Sedangkan, peta lereng adalah peta yang menggambarkan kelas lereng

atau topografi suatu daerah dan biasanya dibagi kedalam kelas-kelas lereng.

Blok-blok kebun yang dihasilkan ini kemudian dianalisis berupa analisis data

atribut. Tujuan dilakukan analisis data atribut adalah untuk mengetahui pengaruh

antara karakteristik lahan terhadap produktivitas dan pengelolaan kelapa sawit

pada perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang.

Faktor Peneraan Umur Tanam Kelapa Sawit

Analisis ini dilakukan secara statistitik terhadap produktivitas kelapa sawit

untuk menghilangkan faktor umur tanaman kelapa sawit (faktor peneraan). Faktor

peneraan dilakukan untuk menganalisis hubungan antara produktivitas kelapa

sawit dengan faktor lereng, tanah, dan pemupukan tanpa memperhitungkan faktor

umur tanaman kelapa sawit. Umur tanam kelapa sawit di PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang terdiri dari berbagai macam, sehingga untuk melihat

hubungan antara produktivitas kelapa sawit dengan faktor lereng, tanah, dan

pemupukan peneraan umur tanaman perlu dilakukan (hasil perhitungan

berdasarkan peneraan umur tanam kelapa sawit disajikan pada Tabel Lampiran 1).

Rumus faktor peneraan umur tanam kelapa sawit :

Yt = Ῡ+ (Ya-Ŷ)

Yt : Produktivitas kelapa sawit dengan peneraan umur tanam

Ῡ : Rata-Rata Produksi

Ya : Hasil analisis regresi umur tanam kelapa sawit

Ŷ : Rata-rata produksi ditambah produksi dan dikurang umur tanam

kelapa sawit

Analisis One-Way Anova

Analisis One-Way Anova adalah analisis yang digunakan untuk menguji

perbandingan rata-rata antara beberapa kelompok data. Pada analisis ini hanya

terdapat satu variabel dependen dan variabel independen. Data dependen yaitu

data produktivitas kelapa sawit dengan tipe data kuantitatif.

Data produktivitas ini terlebih dahulu dilakukan proses peneraan untuk

menghilangkan pengaruh umur tanam kelapa sawit. Untuk data independen

sebagai pembanding adalah variabel pemupukan.

Page 38: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Prosedur One-Way Anova adalah yang digunakan untuk menguji hipotesis

kesamaan rata-rata antara dua grup variabel atau lebih yang tidak

berbeda.Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal,

yaitu: tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan

atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya

menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan

0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan

kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut

benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud

dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sample akan

mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Jika setelah dilakukan proses

analisis variabel pemupukan nilai signifikansi >0,05 maka variabel pemupukan

tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit.

Analisis Ekonomi Pengelolaan Kelapa Sawit

Jenis pupuk yang diberikan untuk kelapa sawit di PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang adalah Pupuk N (urea), pupuk Mg (dolomit), pupuk

N.P.K, dan pupuk Kalium phosphate. Dosis pupuk pada PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang pemberiannya didasarkan pada tahun tanam kelapa

sawit dan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa sawit.

Untuk lokasi penelitian pemupukan yang dilakukan juga berdasarkan pada

umur tanam kelapa sawit, pemupukan ini dibedakan pada dosis pemberian pupuk

yang diberikan. Jadwal pemberian pupuk di lokasi penelitian dilakukan dua kali

dalam setahun atau dibagi dalam dua semester. Kegiatan pemupukan pada

semester 1 dilakukan pada februari-Juni 2010 dan untuk semester II pemberian

pupuk dilakukan pada awal musim hujan, yaitu bulan Oktober-Desember 2010.

Page 39: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Tabel 4. Kategori Dosis Pemupukan (Kg/Pohon)

Pemupukan Urea

(Kg/Pohon)

Dolomit

(Kg/Pohon)

NPK

(Kg/Pohon)

Kalphos

(Kg/Pohon)

I 1,562 2,846 2,004 2,374

II 2,635 2,436 2,871 3,791

III 2,571 2,286 2,99 4,01

IV 3,096 4,215 6,304 4,752

Analisis ekonomi dilakukan dengan membagi dosis pemupukan kelapa

sawit menjadi empat kategori berdasarkan dosis pemupukan yang paling sedikit

diberikan sampai dosis pemupukan yang paling banyak diberikan. Kemudian

dilakukan asumsi harga 1 Kg keempat jenis pupuk yang diberikan dengan 1Kg

pupuk urea seharga Rp 3.500, harga 1kg pupuk dolomit seharga Rp 1.000, harga

1Kg pupuk NPK seharga Rp 6.000, dan harga 1Kg pupuk Kalphos seharga Rp

5.000 setelah itu dikalikan dengan dosis pemupukan.

Tabel 5. Kategori Biaya Pemupukan (Rp/Pohon)

Pemupukan Urea

(Kg/Pohon)

Dolomit

(Kg/Pohon)

NPK

(Kg/Pohon)

Kalphos

(Kg/Pohon)

Total

I 5.467 2.846 12.024 11.870 32.207

II 9.222 2.436 17.226 18.955 47.839

III 8.998 2.286 17.940 20.050 49.274

IV 10.836 4.215 37.824 23.760 76.635

Analisis ini hanya berdasarkan asumsi biaya tetap ditambah dengan biaya

untuk pemupukan, biaya tetap diasumsikan tanpa melihat biaya untuk gaji

pegawai, biaya tetap ini hanya berupa biaya untuk pemeliharaan kelapa sawit

yang menghasilkan, biaya transportasi, biaya pengendalian gulma, dan

pemeliharaan untuk tanaman belum menghasilkan. Kemudian, biaya tetap ini

ditambah dengan biaya untuk pemupukan kelapa sawit dan dikurangi dengan

harga TBS per blok kebun kelapa sawit sehingga diperoleh pendapatan atau biaya

produksi (Rp/Ha) berdasarkan kategori pemupukan.

Page 40: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per
Page 41: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT.

Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak

dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. Awalnya PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang merupakan perkebunan teh kemudian menjadi perkebunan karet dan

akhirnya menjadi perkebunan kelapa sawit pada tahun 2005. Untuk saat ini di

Perkebunan Cikasungka belum memiliki unit Pengolahan Kelapa Sawit sendiri.

Hasil panen dari Perkebunan Cikasungka Bagian Cimulang berupa Tandan buah

Sawit Segar (TBS) setiap hari dikirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VIII

Kertajaya di Kabupaten Lebak Banten. Selanjutnya bahan baku tersebut diolah

menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).

Gambar 5. Peta Administrasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

Page 42: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terletak di wilayah Desa

Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berjarak 20

Km dari Kota Bogor dan 34 Km dari Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten

Bogor. Secara geografis, PT. Perkebunan Nusantara VIII terletak pada koordiant

106° 42’ 00” - 106° 44’ 00” BT dan 06° 29’ 30”- 06° 32’ 30” LS. PT.

Perkebunan Nusantara VIII memiliki areal yang terletak meliputi bagian dari

delapan desa yaitu Desa Candali, Cimulang, Bantarsari, Bantarjaya, Pasirgaok,

Pabuaran, Bojong, dan Kemang. Delapan desa ini terletak di dua kecamatan yaitu

Kecamatan Kemang dan Kecamatan Rancabungur (Gambar 5).

Lokasi kelapa sawit yang digunakan sudah masuk kedalam tanaman

menghasilkan (TM) yang kedua (umur ±5 tahun). Lahan perkebunan kelapa sawit

memiliki dua kondisi lahan yang disebut gawangan dan piringan. Gawangan

merupakan tempat untuk menaruh sisa pelepah, tidak dibersihkan dari rumput

atau gulma yang tumbuh, tidak dilakukan pemupukan, dan terletak diantara

barisan pohon kelapa sawit. Piringan adalah tempat untuk menaruh pupuk yang

diberikan dua kali setahun sekitar bulan Januari dan Oktober, dilakukan

pembersihan dari rumput atau gulma yang tumbuh agar semua pupuk yang

diberikan dapat diserap semua oleh tanaman kelapa sawit, dan letaknya

mengelilingi pohon kelapa sawit dengan radius 2 meter dari batang pohon kelapa

sawit. Gambaran umum kondisi lapang daerah penelitian dapat dilihat pada

Gambar 6.

Page 43: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Gambar 6. Kondisi Lapang Daerah Penelitian

A B

C D

Gambar 6. A. kondisi jalan di areal perkebunan kelapa sawit; B. kondisi kebun

kelapa sawit; C. kondisi permukaan lokasi gawangan perkebunan

kelapa sawit; D. kondisi permukaan lokasi piringan perkebunan

kelapa sawit

4.2. Topografi

Topografi suatu daerah menunjukkan bagaimana bentuk daerah tersebut,

termasuk perbedaan kecuraman lereng. PT. Perkebunan Nusantara VIII sendiri

didominasi kemiringan lereng adalah kurang dari 25% yang menyebar hampir di

seluruh areal perkebunan.

Page 44: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Semakin curam lereng, maka lahan semakin tidak sesuai untuk pertanaman

dan semakin tinggi biaya pengelolaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Untuk penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII kelas lereng dibagi menjadi

sebanyak empat kelas yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelas Lereng

Kelas Kelas lereng bentuk wilayah

A 0-8 % datar

B 8-15% berombak

C 15-25% bergelombang

D 25-40% berbukit

(Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

4.3 Jenis tanah

PT. Perkebunan Nusantara VIII memiliki 8 macam tanah yaitu Oxic

Dystopept, Aquic Humitropept, Oxic Humitropept, Tropeptic Eutrorthox, Typic

Haplohumult, Orthoxic Palehumult, Epiaquic Palehumult, Humoxic Tropohumult,

dan Typic Tropohumult. Tanah yang paling banyak ditemukan penyebarannya

adalah macam tanah Typic Haplohumult dan Typic Tropohumult.

Sedangkan untuk macam tanah yang mendominasi adalah tanah Ultisol

yang memiliki ciri fisik utama, seperti solum dalam (>100cm), warna coklat

kemerahan, tekstur liat serta struktur tanah remah, memiliki drainase agak lambat,

dan reaksi tanah tergolong agak masam dengan nilai pH sekitar 4,5-6,1. Jenis

tanah yang lain tedapat di lokasi penelitian ini adalah tanah jenis inceptisol, ciri

fisik utama dari tanah ini adalah solum dalam dan terlapuk dengan kuat, tidak

menunjukkan perbedaan horison yang nyata, bahan induk mencapai kedalaman

yang beragam antara 2 dan 4 meter, mempunyai tekstur sedang sampai berat,

stabilitas agregat yang tinggi, memiliki kapasitas basa dipertukarkan 10-25 me/

100g tanah, dan kemasaman tanah pH 4,5-6,0 (Dudal dan Soepraptohardjo, 1960).

Macam tanah dan luasannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 45: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Tabel 7. Macam tanah PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang)

4.4 Geologi, Fisiografi dan Bahan Induk

Berdasarkan Hasil Studi Kelayakan Tahap 1 Pembangunan Perkebunan

Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Tahun 2002, unit kebun Cimulang

masuk dalam formasi kuarter vulkanik dengan fisiografi dataran vulkanik dan

bahan induk berupa tufa batu apung pasiran.

4.5 Penggunaan Lahan

PT. Perkebunan Nusantara VIII memiliki areal produktif dan areal non

produktif. Areal produktif digunakan untuk lahan tanaman, kebun campuran, jalan

dan bangunan yang meliputi perumahan, sekolah, dan kantor. PT. Perkebunan

Nusantara VIII merupakan kebun inti dan tidak mempunyai kebun plasma dan

pabrik pengolahan hasil. Kebun inti adalah perusahaan perkebunan besar (milik

swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah)

yang telah memiliki legalitas hukum yang bergerak dibidang perkebunan,

sedangkan kebun plasma adalah pekebun atau petani yang tergabung dalam

koperasi yang bekerjsama dengan perusahaan perkebunan.

Macam tanah Luas (ha)

Oxic Dystopept 141,34

Aquic Humitropept 71,84

Tropeptic Eutrorthox 77,05

Typic Haplohumult 237,47

Orthoxic Palehumult 118,46

Epiaquic Palehumult 20,58

Humoxic Tropohumult 147,05

Typic Tropohumult 190,54

Total 1.044,33

Page 46: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Untuk saat ini di Perkebunan Cikasungka belum memiliki unit Pengolahan

Kelapa Sawit sendiri. Hasil panen dari Perkebunan Cikasungka Bagian Cimulang

berupa Tandan Buah Sawit (TBS) segar setiap hari dikirim ke Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya di Kabupaten Lebak Banten. Pabrik ini

berkapasitas olah 30 ton TBS/jam. Selanjutnya bahan baku tersebut diolah

menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan PT. Perkebunan Nusantara VIII

Penggunaan lahan Luas (ha)

Kebun sawit 1.004,33

Jalan kebun 38,05

Jalan aspal 0,93

Lapangan olahraga 3,05

Emplacement 7,40

Makam 2,05

Sekolah 1,61

Mesjid 0,18

Rumah penduduk 0,22

Total 1050,42

(Sumber : Nurmala, 2009)

Selain itu prasarana dan sarana sosial ekonomi lainnya juga sudah tersedia

di PT. Perkebunan Nusantara VIII. Sarana seperti pasar umum, bangunan toko

kecil/kios, Kantor Koperasi Unit Desa (KUD), berbagai alat transportasi, berbagai

alat komunikasi, serta sarana kesehatan.

Page 47: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

4.3 Iklim dan Curah hujan

Salah satu syarat tumbuh untuk kelapa sawit adalah iklim dan curah hujan,

pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang hanya terdapat satu stasiun

pengamatan curah hujan. Hal ini mengakibatkan curah hujan di lokasi penelitian

tidak bervariasi dan juga diakibatkan oleh luasan daerah yang sempit. PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang beriklim basah (bulan kering 2-3 bulan

sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan Juni

sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata pertahun diatas 3000 mm, jumlah

hari hujan rata-rata 158 hari, bersuhu 27-32°C dengan suhu rata-rata 29,5°C,

intensitas penyinaran matahari rata-rata sekitar 5-7 jam per hari. Rerata curah

hujan tahunan dan hari hujan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ini

tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah

hari pada bulan-bulan tertentu. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang menurut

klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson berada pada tipe A dengan menggunakan

nilai Q=Jumlah bulan kering/Jumlah bulan basah x 100. Hasil dari pengamatan

dapat dilihat sebagai rekaman curah hujan.

Gambar 7. Grafik curah hujan Tahun 2002-2010 PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang

Page 48: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang

Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2

yang diakuisisi pada tanggal 03 Agustus 2009 seperti yang tampak pada Gambar

8. Untuk dapat memberikan gambaran citra yang alami kenampakannya, maka

perlu dibuat citra komposit (kombinasi tiga band). Adapun kombinasi band yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara Band 3, Band 2, dan

Band 1 yang masing-masing dimasukkan dalam band merah, hijau, dan biru

secara berturut-turut yang menghasilkan kenampakan alami (natural colour).

Gambar 8 merupakan hasil komposit alami dari kombinasi band tersebut:

Gambar 8 . Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Page 49: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Analisis kenampakan perkebunan kelapa sawit menggunakan SIG dan

Remote Sensing ini diperlukan untuk menganalisis kenampakan perkebunan

kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang melalui citra satelit.

Perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu industri yang berkaitan sangat

erat dengan lahan atau faktor geografis, maka banyak hal yang dapat terbantu

dengan memanfaatkan SIG ini. Kelapa sawit dalam pertumbuhannya akan

mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan data dari citra satelit,

yaitu dengan mengamati umur tanaman menggunakan citra satelit dengan melihat

tekstur, warna, dan pola yang ada pada Citra ALOS AVNIR-2.

Berikut merupakan gambaran PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang,

Bogor yang dipotong dari Citra ALOS AVNIR-2 dengan berbagai macam skala

untuk melihat kenampakan warna, tekstur, dan pola sebagai dasar identifikasi

umur tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 9).

A

B C

Gambar 9. A. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang; B. Blok kebun dengan

tahun tanam kelapa sawit yang lebih tua; C. Blok kebun dengan tahun

tanam kelapa sawit yang lebih muda.

Page 50: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Tabel 9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2

Berdasarkan hasil interpretasi pada Tabel 9 teridentifikasinya perkebunan

kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang pada Citra ALOS

AVNIR-2 adalah berdasarkan pada kunci interpretasi tekstur, warna, dan pola. Hal

ini terlihat dari warna hijau tanaman kelapa sawit dan tekstur yang cenderung

kasar akibat tajuk tanaman kelapa sawit dan penanaman kelapa sawit yang

ditanam dengan pola yang sama. Perkebunan ini memiliki berbagai macam umur

tanam kelapa sawit, hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau pada

kenampakan citra. Tekstur dan warna pada citra untuk tanaman kelapa sawit yang

tahun tanamnya lebih tua adalah cenderung lebih kasar dan memiliki warna hijau

tua. Hal ini dikarenakan tajuk tanaman kelapa sawit telah berkembang lanjut dan

memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman kelapa sawit yang lebih muda

(Gambar 9B).

Mayoritas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang lebih tua

terlihat mendominasi di sebelah barat dari perkebunan kelapa sawit PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Bagian tengah dan timur perkebunan

kelapa sawit ini warna hijau tua tidak mendominasi karena terdapat berbagai

macam tahun tanam kelapa sawit. Warna hijau yang lebih muda dari kenampakan

citra di sebelah timur diidentifikasi tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya

lebih muda (Gambar 9C).

Menurut Sitoms (2004) umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan

menggunakan penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola

penanaman yang teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok

secara teratur berdasarkan tahun tanam yang sama.

Kunci Interpretasi Kelapa

Sawit

Ciri Kenampakan

Kelapa Sawit Tahun

Tanam yang Lebih Tua

Kelapa Sawit Tahun

Tanam yang Lebih

Muda

Tekstur Kasar Halus

Warna Hijau tua Hijau muda

Pola Teratur Teratur

Page 51: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Pola penanaman kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang adalah berdasarkan blok dengan tahun tanam kelapa sawit yang sama.

Sehingga kenampakan pola kelapa sawit pada citra ALOS AVNIR-2 adalah pola

tanaman yang teratur.

Infrastruktur jalan di kawasan perkebunan ini sudah cukup baik, hal ini

terlihat dengan adanya garis-garis lurus teratur yang ada pada citra. Garis ini

diidentifikasi sebagai jalan utama dan jalan setapak. Jalan-jalan ini dapat

memudahkan dalam proses penggangkutan hasil panen kelapa sawit.

Gambar 10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2

Tahun tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

dibedakan menjadi empat tahun tanam kelapa sawit, yaitu tahun tanam 2002,

tahun tanam 2003, tahun tanam 2004, dan tahun tanam 2005. Tanaman kelapa

sawit yang paling muda dengan tahun tanam 2005 mendominasi di sebelah timur

perkebunan ini. Keempat tahun tanam ini tersebar kedalam 38 blok kebun, dengan

130-134 pohon kelapa sawit dalam satu blok kebun.

Page 52: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Tahun tanam 2002 merupakan tahun tanam yang paling tua sedangkan

tahun tanam 2005 merupakan tahun tanam yang paling muda pada PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 10).

Hasil interpretasi antara Citra ALOS AVNIR-2 dengan peta tahun tanam

kelapa sawit dapat membantu dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit di PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena terdapat beberapa blok kebun yang

tidak dapat diidentifikasi langsung dengan hanya melihat citra ALOS AVNIR-2.

Hal ini terlihat pada tahun tanam 2002, 2003, 2004, dan 2005 yang terletak

dengan blok kebun yang berdekatan sehingga menyulitkan dalam identifikasi

umur tanam kelapa sawit. Hal ini disebabkan, kenampakan kelapa sawit di citra

yang memiliki warna dan tekstur kenampakan yang hampir sama, karena umur

tanam kelapa sawit yang tidak berbeda jauh. Kenampakan ini terlihat dibagian

tengah lokasi perkebunan kelapa sawit yang dalam satu wilayah memiliki blok-

blok kebun dengan tahun tanam 2003, 2004, dan 2005 yang letaknya berdekatan.

Kelapa sawit dengan tahun tanam 2002 dan 2005 dapat diidentifikasikan secara

langsung tanpa menggunakan hasil interpretasi antara peta tahun tanam dengan

Citra ALOS AVNIR-2 karena perbedaan warna, tekstur, dan pola yang lebih

berbeda yang disebabkan perbedaan tahun tanam yang cukup jauh. Selain itu,

letak blok kebun dengan tahun tanam 2002 hanya terletak di bagian barat

perkebunan sehingga bisa langsung dapat diidentifikasi.

Penggunaan Remote Sensing yang memanfaatkan foto udara dari satelit,

juga dapat memberikan gambaran tentang kondisi tanaman pada suatu saat,

sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa

sawit. Pada kebun tanaman kelapa sawit, penggunaan foto udara akan

memungkinkan melihat satu per satu tegakan pohon, sehingga jumlah tanaman

yang masih memerlukan pemupukan, akan dapat terhitung nyata.

Total luas perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah

1.004,33 hektar. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terbagi menjadi 38

blok penanaman dimana 2 bloknya mulai ditanam sawit pada tahun 2002 (55.54

ha), 13 blok ditanami pada 2003 (312,1 ha), 13 blok ditanami pada 2004 (369,13

ha) dan 10 blok ditanami pada 2005 (267,56 ha).

Page 53: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

5.2 Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit

Menurut Hartanto (2011) bentuk wilayah merupakan faktor penentu

produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan

air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan. Bentuk wilayah yang

cocok untuk kelapa sawit adalah bentuk wilayah datar sampai berombak. Untuk

wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan

pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang berada pada wilayah dengan topografi kemiringan lereng 0-<40%.

Kemiringan lereng ini dibagi menjadi empat kelas lereng yaitu datar (0-8 %),

berombak (>8-<15%), bergelombang (>15-<25%), dan berbukit (>25-<40%).

Gambar 11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang

Berdasarkan hasil analisis secara spasial Gambar 11, dari 38 blok kebun

terlihat produktivitas yang paling tinggi terdapat pada daerah datar (31,99

Ton/TBS/Tahun). Produktivitas yang paling rendah terdapat pada daerah

bergelombang (10,95 Ton/TBS/Tahun). Dari hasil interpretasi diketahui bahwa

pola produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

adalah tidak memiliki pola sesuai dengan bentuk wilayahnya.

Page 54: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Hal ini terlihat dari adanya produktivitas kelapa sawit yang rendah untuk

wilayah datar (31,99-16,89 Ton/TBS/tahun). Bentuk wilayah di PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang yang bergelombang dengan produktivitas yang sedang

sampai paling rendah (24,85-10,95 Ton/TBS/tahun). Selain itu, bentuk wilayah

berbukit yang mayoritas terletak di sebelah timur kebun kelapa sawit memiliki

produktivitas yang sedang sampai rendah (22,4-13,03 Ton/TBS/tahun).

Kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa

sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena pengelolaan bentuk

wilayah sudah dilakukan dengan berbagai tindakan konservasi. Tindakan

konservasi ini berkaitan dengan bentuk topografi areal yang berombak sampai

bergelombang dan bergelombang sampai berbukit, selain itu sifat fisik tanah yang

mudah tererosi (labil) dan kondisi curah hujan yang tinggi di PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang sehingga tindakan konservasi mutlak untuk dilakukan.

Tindakan konservasi yang dilakukan antara lain dengan pembangunan tapak kuda

untuk areal dengan kemiringan lereng 16-25% dan pembangunan teras kontur

pada areal dengan kemiringan lereng 26-40%.

Untuk kebun yang mempunyai areal pada bagian-bagian tertentu dengan

topografi yang berbukit memerlukan bangunan tapak kuda maupun teras kontur

secara selektif. Pembangunan tapak kuda dan teras kontur tersebut dilakukan pada

saat persiapan lahan dan sesuai dengan standar. Bangunan konservasi di PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang juga dapat mempermudah pada saat

pemanenan dan pemeliharaan tanaman.

Bentuk wilayah erat hubungannya dengan besar kecilnya erosi, semakin

besar kemiringan lereng mengakibatkan laju erosi semakin besar juga. Hal ini

mengakibatkan hilangnya unsur hara terutama pada lapisan atas dari lereng bagian

atas, dan terakumulasi pada lereng yang lebih bawah. Di wilayah bergelombang

sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada daerah dengan

kemiringan lereng besar (>40%) sebaiknya tidak diusahakan untuk perkebunan

kelapa sawit, karena pada saat pemanenan akan menimbulkan permasalahan, yaitu

sukarnya pemanenan dan hasil panen akan mengalami kerusakan (Gustiar, 1999).

Page 55: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Kemiringan Lereng dengan Produktivitas

Kelapa Sawit

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa rataan produktivitas yang paling

tinggi dari 38 blok terdapat di kemiringan lereng 0-8% dengan bentuk

topografinya datar yaitu sebesar 21,92 Ton/TBS. Rataan produktivitas paling

rendah ditemui pada kemiringan lereng >25-<40% dengan bentuk wilayah

berbukit sebesar 17,39 Ton/TBS.

Tabel 10. Uji Sidik Ragam Variabel Kemiringan Lereng

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah F Sig

Lereng 71.333 3 23.778 1.594 0.209

Galat 507.202 34 14.918

Total 578.535 37

Dari hasil pengujian dengan menggunakan pengujian uji beda pada Tabel

10, variabel lereng tidak berpengaruh secara nyata dengan produktivitas kelapa

sawit karena nilai signifikan yang diperoleh >0,05. Hal ini disebabkan karena

produktivitas dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma,

manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit, dan lain-lain yang

dalam penelitian ini tidak diinvestigasi. Selain itu, sampel yang dipakai dalam

penelitian cenderung terbatas dan tidak didesain untuk pengujian uji nyata.

Page 56: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

5.3 Hubungan antara Macam Tanah dengan Produktivitas Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki 8 macam tanah yang

menyebar dalam 38 blok kebun. Macam tanah yang terdapat pada PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang yaitu Aquic Humitropept, Humoxic Tropohumult,

Orthoxic Palehumult, Tropeptic Eutrorthox, Typic Haplohumult, Typic

Tropohumult, Epiaquic Palehumult, dan Oxic Dystopept. Mayoritas tanah-tanah

yang ada di lokasi penelitian adalah Inceptisol dan Ultisol.

Gambar 13. Peta Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang

Dari analisis spasial Gambar 13, produktivitas kelapa sawit yang paling

tinggi terdapat pada tanah Aquic Humitropept (31,99 Ton/TBS/Tahun).

Produktivitas yang paling rendah terdapat pada tanah Typic Haplohumult (10,95

Ton/TBS/Tahun). Macam tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produtivitas

kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada produktivitas kelapa sawit pada blok-blok

kebun yang memiliki macam tanah yang sama, cenderung tidak memiliki tingkat

produktivitas yang sama.

Page 57: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Hal ini terlihat dengan tidak meratanya produktivitas kelapa sawit di PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, pada Tanah Typic Haplohumult yang

merupakan tanah yang dominan ada di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

produktivitasnya adalah dari paling rendah sampai sedang yaitu sebesar 10,95-23

Ton/TBS/Tahun. Blok kebun yang memiliki tanah Aquic Humitropept

produktivitasnya adalah dari tinggi sampai sedang (31,99-20,41 Ton/TBS/Tahun).

Tanah yang paling sedikit ditemui di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

adalah macam tanah Epiaquic Palehumult dengan produktivitas 23,42

Ton/TBS/Tahun.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di beberapa jenis tanah,

yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air

pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya

tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan

daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan

merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.

Gambar 14. Grafik Hubungan Macam Tanah dengan Produktivitas

Dari Gambar 14 dapat dilihat dari 38 blok yang terdapat di PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang rataan produktivitas yang paling tinggi

terdapat pada tanah Aquic Humitropept 24,37 Ton/TBS sedangkan untuk rataan

produktivitas yang paling rendah ditemui pada macam tanah Typic Haplohumult

sebesar 18,36 Ton/TBS.

Page 58: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Koedadiri dkk (1999) dalam penelitiannya menyebutkan produktivitas

kelapa sawit pada Ultisol di beberapa wilayah perkebunan di Indonesia ternyata

masih rendah dan di bawah potensi standar kelas lahan S-3. Pengelolaan tingkat

kesuburan tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan

menggunakan jenis-jenis pupuk yang berkemampuan meningkatkan pH tanah

seperti pupuk dolomit, kapur pertanian (kaptan), dan fosfat alam (rock phosphate).

Tabel 11. Uji Sidik Ragam Variabel Macam Tanah

Sumber Jumlah

kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah F Sig

Macam

Tanah 132.867 6 22.144 1.540 0.198

Galat 445.668 31 14.376

Total 578.535 37

Dari hasil pengujian dengan uji sidik ragam pada Tabel 11, diperoleh nilai

signifikan yang sebesar >0,05. Hal ini disebabkan karena produktivitas kelapa

sawit dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma,

manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain yang

dalam penelitian ini tidak diinvestigasi. Selain itu, sampel yang dipakai dalam

penelitian cenderung terbatas dan tidak didesain untuk pengujian uji nyata.

5.4 Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit

Pengelolaan kebun kelapa sawit meliputi dua kegiatan, yaitu pemeliharaan

kebun dan pemupukan. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk

meningkatkan produktivitas. Pemupukan tanaman kelapa sawit merupakan salah

satu investasi penting pengusahaan tanaman kelapa sawit guna pencapaian

produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis.

Pemupukan di lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan untuk

areal tersebut. Rekomendasi pemupukan di suatu areal didasarkan pada hasil

analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, potensi produksi,

pelaksanaan pemupukan sebelumnya, serta hasil percobaan pemupukan pada

tanaman kelapa sawit.

Page 59: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Pemberian dosis pemupukan pada lokasi penelitian dapat dikagorikan

lebih dari cukup untuk pemenuhan kebutuhan hara bagi tanaman, hal ini dapat

dilihat pada saat TM1 dan TM2 yang produktivitasnya sangat tinggi bahkan

dikategorikan over produksi. Selain diberikan pupuk kimia, pemberian pupuk

kandang juga dilakukan sehingga produksinya sangat tinggi. Pada saat tanaman

memasuki TM7, tanaman sudah mengalami penurunan produktivitas akibat

kelelahan, sehingga pupuk kimia dan pupuk kandang yang diberikan tidak lagi

memberikan efek yang nyata.

Tabel 12. Tahun Tanam dan Dosis Pemupukan PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang

Pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan

produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Pemupukan bermanfaat

melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman

terpenuhi dan pada akhirnya tercapai produksi yang maksimal. Biaya yang

dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan

tanaman secara keseluruhan.

Dosis pupuk urea, dolomit, NPK, dan Kalphos didasari pada tahun tanam

kelapa sawit. Pupuk yang paling banyak diberikan adalah pupuk Kalphos,

sedangkan pupuk yang paling sedikit diberikan adalah pupuk Urea. Pupuk

Kalphos dan Pupuk NPK adalah jenis pupuk campuran, keuntungan pemberian

pupuk campuran ini adalah seluruh kebutuhan hara yang diperlukan tanaman

dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan sehingga dapat mengurangi biaya

aplikasi.

Tahun Tanam Dosis Pemupukan (Kg/Pohon)

Urea Dolomit NPK Kalphos

Tahun 2002 1,562 2,846 2,004 2,374

Tahun 2003 3,096 4,215 6,304 4,752

Tahun 2004 2,571 2,286 2,990 4,010

Tahun 2005 2.635 2.436 2.871 3.791

Page 60: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu

mengacu pada 4T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu

pemupukan. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering dijumpai

pemyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan sehingga sasaran

pemupukan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman sesuai

dengan standar sulit tercapai.

Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis

pupuk antara lain: umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga

pupuk. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jenis pupuk yang diberikan

sering diganti dengan jenis lainnya karena ketidak tersediaan di pasar atau

pertimbangan lainnya.

Gambar 15. Peta Pemberian Dosis Pupuk dan Produktivitas Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

Dari hasil analisis spasial Gambar 15 terlihat, dosis pemupukan yang

paling tinggi terdapat pada tahun tanam 2003 dengan dosis pupuk urea 3.096

Kg/Pohon, dolomit 4.215 Kg/Pohon, NPK 6.304 Kg/Pohon, dan Kalphos 4.752

Kg/Pohon.

Page 61: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Dosis pemupukan yang paling rendah terdapat pada tahun tanam 2002

dengan dosiss pupuk urea 1.562, dolomit 2.846 Kg/Pohon, Kg/Pohon, NPK 2.004

Kg/Pohon, dan Kalphos 2.374 Kg/Pohon. Dosis pupuk yang paling tinggi tidak

menghasilkan produktivitas yang maksimal, sebaliknya pemupukan yang paling

sedikit juga tidak menghasilkan produktivitas yang paling rendah. Produktivitas

kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada blok 26 (31.99 Ton/TBS/Tahun)

tahun tanam 2005 dengan dosis pupuk urea 2.635 Kg/Pohon, dolomit 2.436

Kg/Pohon, NPK 2.871 Kg/Pohon, dan Kalphos 3.791 Kg/Pohon. Produktivitas

yang paling rendah terdapat pada blok 29 (10.95 Ton/TBS/Tahun) tahun tanam

2004 dengan dosis pemupukan dosis pupuk urea 2.751 Kg/Pohon, dolomit 2.286

Kg/Pohon, NPK 2.290 Kg/Pohon, dan Kalphos 4.010 Kg/Pohon.

Produktivitas kelapa sawit dengan dosis pemupukan berdasarkan tahun

tanam tidak menghasilkan produktivitas yang merata dan membentuk pola acak.

Hal ini terlihat pada dosis pemupukan dengan tahun tanam 2005 pada blok 26

menghasilkan produktivitas yang paling tinggi, namun ada beberapa blok dengan

tahun tanam yang sama (2005) memiliki produktivitas yang rendah sampai sedang

(31,99-16,3 Ton/TBS/Tahun). Dosis pemupukan dengan tahun tanam 2004

menghasilkan produktivitas yang paling rendah, namun ada beberapa blok juga

dengan tahun tanam yang sama (2004) memiliki produktivitas yang sedang (25,2

Ton/TBS/Tahun).

Aplikasi pupuk di lokasi penelitian dilakukan dengan cara menaburkan

pupuk dalam piringan yang dibuat melingkar di sekitar tanaman. Piringan tersebut

dibuat dengan cara membersihkan rumput yanga ada di sekitar tanaman dengan

jari-jari piringan 2 meter. Pemupukan dilakukan pada larikan yang dibuat dalam

piringan dengan jarak 1/2 m dari pohon kelapa sawit. Dua cara aplikasi yang

umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara tabur dan cara

pocket (benam). Cara benam hanya digunakan untuk menghindari kehilangan hara

akibat pencucian pada areal berbukit atau areal yang sering dilalui aliran air hujan.

Aplikasi yang kurang tepat dapat membuat efektivitas pupuk dapat berkurang.

Page 62: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Tabel 13. Uji Sidik Ragam Variabel Dosis Pemupukan

Sumber Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah F Sig

Paket

pemupukan 75.092 3 25.031 1.690 0.187

Galat 503.444 34 14.807

Total 578.535 37

Dari Tabel 13 dapat di lihat bahwa variabel dosis pemupukan, tidak

berpengaruh secara nyata dengan produktivitas kelapa sawit karena nilai

signifikan yang diperoleh >0,05 (Sig=0,187). Hal ini disebabkan karena

produktivitas dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma,

manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain yang

dalam penelitian ini tidak diinvestigasi.

5.5 Analisis Hubungan antara Biaya Pemupukan dengan Produktivitas

Kelapa Sawit

Dari 38 blok kemudian di kategorikan blok-blok yang termasuk kedalam

pemupukan 1, pemupukan 2, pemupukan 3 dan pemupukan 4. Kategori ini

didasarkan pada jumlah dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan hingga

jumlah dosis pemupukan yang paling banyak diberikan.

Tabel 14. Kategori Pemupukan

Kategori Jenis Pupuk (Kg/Pohon)

Urea Dolomit NPK Kalphos

Pemupukan 1 1,562 2,846 2,004 2,374

Pemupukan 2 2,635 2,436 2,871 3,791

Pemupukan 3 2,571 2,286 2,990 4,010

Pemupukan 4 3,096 4,215 6,304 4,752

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kategori pemupukan 1 merupakan dosis

pemupukan yang paling sedikit diberikan, sedangkan kategori pemupukan 4

merupakan dosis pemupukan yang paling banyak diberikan di PT. Perkebunan

Nusantara VIII Cimulang. Kategori pemupukan ini digunakan sebagai analisis

antara biaya untuk pemupukan kelapa sawit dengan produktivitas yang dihasilkan

berdasarkan pemupukan yang diberikan.

Page 63: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Gambar 16. Grafik Hubungan Pemupukan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

Hasil analisis Gambar 16, nilai rataan produktivitas yang paling tinggi

terdapat pada kategori pemupukan 3 sebesar 21,91 Ton/TBS/Tahun, sedangkan

nilai rataan produktivitas terendah terdapat pada kategori pemupukan 1 sebesar

17,42 Ton/TBS/Tahun. Nilai maksimum produktivitas dari 38 blok yang

diberikan terdapat pada kategori pemupukan 2 (31,99 Ton/TBS/Tahun),

sedangkan nilai minimum produktivitas dikategori pemupukan 4 sebesar 10,95

Ton/TBS/Tahun.

Dari Gambar 16, diketahui juga dengan biaya untuk pemupukan yang

tinggi belum tentu akan menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini dikarenakan,

biaya untuk pengelolaan tidak hanya dilihat dari pemupukan saja. Biaya 40% juga

harus diperhitungkan seperti transportasi, pemberantasan hama dan penyakit,

pengendalian gulma, upah dan gaji karyawan dan lain-lain.

Page 64: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Gambar 17. Hubungan Pendapatan dengan Kategori Pemupukan

Gambar Grafik 17 ini adalah hasil analisis antara pendapatan dengan

kategori pemupukan. Kategori pemupukan dilihat dengan dua variabel yaitu

asumsi biaya tetap ditambah pemupukan dan variabel biaya tetap. Biaya tetap

diasumsikan tanpa melihat biaya untuk gaji pegawai, biaya tetap ini hanya berupa

biaya untuk pemeliharaan kelapa sawit yang menghasilkan, biaya transportasi,

biaya pengendalian gulma dan pemeliharaan untuk tanaman belum menghasilkan.

Masa tanaman belum menghasilkan merupakan masa pemeliharaan yang

banyak memerlukan tenaga dan biaya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

dengan pemberian dosis pemupukan yang tinggi konsekuensinya akan

menyebabkan biaya pemupukan yang tinggi pula, hal ini tidak memberikan laba

yang maksimal karena produktivitas kelapa sawit tidak berbeda nyata antara

pemberian dosis yang tinggi dengan dosis yang rendah.

Hal ini terlihat dengan adanya dua blok yang terdapat hampir diambang

batas biaya minimum untuk biaya tetap ditambah biaya pemupukan. Laba yang

maksimal diperoleh dengan kategori pemupukan 2 sebesar Rp 42.895.353, namun

rataan laba yang paling maksimal terdapat pada kategori pemupukan 3 sebesar Rp

35.819.787. Laba yang minimal terdapat pada kategori pemupukan 4 sebesar Rp

17.148.811 (Gambar 18).

Page 65: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Gambar 18. Grafik Hubungan Pendapatan/Biaya Produksi dengan Kategori

Pemupukan

Analisis yang dilakukan pada Gambar 18 hanya berdasarkan asumsi biaya

tetap ditambah dengan biaya untuk pemupukan, sehingga tidak sepenuhnya dapat

dijadikan sebagai acuan mutlak untuk analisis keuntungan. Volume produksi per

hektar lahan perkebunan kelapa sawit akan sangat menentukan pendapatan,

karena itu titik kritis usaha ini adalah produktivitas dan harga TBS, sedangkan

faktor-faktor lain seperti pemasaran dan distribusi relatif tidak diperhitungkan.

Page 66: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dalam melakukan interpretasi kelapa sawit yang digunakan sebagai kunci

interpretasi adalah warna, tekstur, dan pola pada kenampakan citra ALOS

AVNIR-2. Hasil interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 diketahui perkebunan

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki berbagai macam umur

tanam kelapa sawit.Hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau pada

kenampakan citra. Tekstur dan warna tanaman kelapa sawit yang tahun

tanamnya lebih tua adalah cenderung lebih kasar dan memiliki warna

hijau tua. Tahun tanam kelapa sawit yang lebih muda memiliki warna

hijau yang lebih muda dan tekstur yang lebih halus. Hal ini terkait dengan

empat tahun tanam kelapa sawit yang ada di PT. Perkebunan Nusantara

VIII Cimulang yaitu tahun tanam 2002, tahun tanam 2003, tahun tanam

2004, dan tahun tanam 2005.

2. Berdasarkan kemiringan lereng, produktivitas kelapa sawit yang paling

tinggi terdapat pada daerah datar, sedangkan produktivitas kelapa sawit

yang paling rendah terdapat pada daerah bergelombang.

3. Produktivitas kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada tanah Aquic

Humitropept, sedangkan produktivitas yang paling rendah terdapat pada

tanah Typic Haplohumult.

4. Pemberian dosis pemupukan pada lokasi penelitian dilakukan berdasarkan

tahun tanam kelapa sawit. Produktivitas paling tinggi terdapat pada dosis

pemupukan tahun tanam 2005, sedangkan produktivitas paling rendah

terdapat pada dosis pemupukan tahun tanam 2004. Dari hasil pengujian

menggunakan uji sidik ragam, variabel dosis pemupukan tidak

berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas kelapa sawit.

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian dosis pemupukan

yang tinggi akan menyebabkan biaya pemupukan yang tinggi, tetapi hal ini

tidak memberikan laba yang maksimal karena produktivitas kelapa sawit

tidak berbeda nyata antara pemberian dosis yang tinggi dengan dosis yang

rendah.

Page 67: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

6.2. Saran

a. Untuk penelitian yang lebih lanjut hendaknya menggunakan citra satelit

lain yang dapat digunakan sebagai perbandingan dalam mengindentifikasi

kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang agar dapat

diketahui citra satelit yang dapat memberikan kenampakan kelapa sawit

secara maksimal.

b. Untuk mengetahui secara lebih baik hubungan antara produktivitas dengan

karakteristik lahan dan pengelolaan harus dilakukan penelitian lanjutan

dengan menggunakan analisis fisik dan kimia tanah agar penelitian

menjadi lebih lengkap dan lebih valid.

c. Pemupukan yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

Cimulang untuk mendapatkan produktivitas yang lebih optimal, sebaiknya

dilakukan tidak hanya berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pemupukan

yang baik untuk kelapa sawit harus sesuai dengan kondisi lahan dan

tanaman kelapa sawit.

Page 68: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

VII. DAFTAR PUSTAKA

Barus, B., Moentoha, S., Iskandar, L., Sapta, R., Hari, A., Hermanu, W.,

Supijatno, LS Iman, Bambang, H., dan Diar S. Pemetaan Komoditas

Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Kakao dan Industrinya di Indonesia

(Mapping of Oil Palm, Rubber and Cacao Plantation and It’s Industry in

Indonesia). 2011. http://bbarus.staff.ipb.ac.id (diakses 21 Maret 2012).

EORC JAXA (Earth Observation Research Center, Japan Aerospace Exploration

Agency). 1997. ALOS Research and Application Project.

http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS.htm (diakses 14 Agustus 2011).

Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo. 1960. Some consideration on The Genetic

Relationship between Latosol and Andosols in Java (Indonesia). Trans. 7th

Intern. Congr. Soil Sci. Madison.

[GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2012. Refleksi Industri

Kelapa Sawit 2011 dan Prospek 2012.

http://www.gapki.or.id/news/detail/335/REFLEKSI-INDUSTRI-

KELAPA-SAWIT-2011-DAN-PROSPEK-2012 (diakses 08 Maret 2012).

Gustiar, C. 1999. Evaluasi Kesesuaian Fisik Lahan untuk Perencanaan

Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Sebagian

Wilayah dari Kabupaten Mandailing Natal (Sumatera Utara) dan

Kabupaten Pasaman (Sumatera Barat). Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Harahap, E. 1999. Perkembangan Akar Tanaman Kelapa Sawit pada Tanah

Terdegradasi di Sosa Tapanuli Selatan. Disertasi. Jurusan Ilmu Tanah.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hartanto, H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Citra Media Publishing.

Yogyakarta.

Haryani, N., Herny, R dan Adhitya, K. 2005. Kajian Potensi dan Pengembangan

Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Pertemuan

Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. 14 – 15 September 2005, Surabaya.

Koedadiri, A., W. Darmosarkoro dan E. S. Sutarta. 1999. Potensi Pengelolaan

Tanah Ultisol pada Beberapa Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit di

Indonesia. Kongres Nasional VII HITI. 2-4 November 1999, Bandung.

Page 69: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lillesand, T.M and R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.

Dulbahri, Prapto S, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Fakultas Geografi,

Universitas Gajah Mada. Terjemahan dari : Remote Sensing and Image

Interpretation.

Lukman, F. dan Poeloengan, Z. 1996. Application of Remote Sensing Technique

for Oil Palm Plantation, Management. Proceeding of the 1997 PORIM

International Palm Oil Congress - Competitiveness for the 21st Century.

460–467.

Morrow, J. 2001. Linear Regression Modelling for the Estimasion of Oil Palm

Age from Landsat-TM. Journal of Remote Sensing. Vol.22: 2243-2264.

Nurmala, S. 2009. Hubungan Karakteristik Lahan dengan Produktivitas TBS

(Studi Kasus di PTPN VIII, Cimulang, Bogor). Skripsi. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara VIII. 2011. Profil PTPN.

http://kpbptpn.co.id/profileptpn-21-0-ptpn-viii.html#ixzz1eupCVIns,akses

(diakses 27 november 2011).

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997. Pengenalan Bahan Tanaman Kelapa Sawit.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Potensi Dan Peluang Investasi Industri

Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Rambey, A. 2010. Panduan Praktis Mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit.

editor: Syafruddin Pohan. Mahapala. Medan.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya& Pengolahan Kelapa Sawit. PT.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Sinaga, H. 2011. Making Geographic Information System (GIS) Area of Oil Palm

Plantations In North Sumatra Province. Gunadarma University Library.

Sitoms, J. 2004. Pengembangan Model Estimasi Umur Tanaman Sawit

Menggunakan Data Landsat-TM. Jurnal Penginderaan Jauh dan

Pengolahan Data Citra Digital. Vol. 1: 14-19.

Page 70: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Suroso, A., Kudang, B., dan Satriawan, P. 2004. Pengembangan Sistem Informasi

Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Manajemen

dan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Program Studi Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Page 71: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

LAMPIRAN

Page 72: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lampiran Tabel 1. Hasil Peneraan Umur Tanaman Kelapa Sawit

Blok Tahun

Tanam

Umur

Tanaman

Produksi 2010

(Ton/TBS/Thn) Ya Yt

1 2002 8 17,97 21,57 16,89

2 2002 8 19,02 21,57 17,94

3 2005 5 20,51 17,1 23,9

4 2003 7 20,88 22,46 18,91

5 2003 7 25,39 22,46 23,42

6 2003 7 21,3 22,46 19,33

7 2004 6 22,46 20,97 21,98

8 2003 7 24,65 22,46 22,68

9 2004 6 25,68 20,97 25,2

10 2003 7 24,82 22,46 22,85

11 2003 7 22,69 22,46 20,72

12 2003 7 22,38 22,46 20,41

13 2004 6 23,48 20,97 23

14 2004 6 18,88 20,97 18,4

15 2004 6 25,33 20,97 24,85

16 2005 5 14,12 17,1 17,51

17 2004 6 17,74 20,97 17,26

18 2003 7 26,56 22,46 24,59

19 2004 6 18,95 20,97 18,47

20 2004 6 20,66 20,97 20,18

21 2004 6 19,74 20,97 19,26

22 2005 5 18,32 17,1 21,71

23 2005 5 17,66 17,1 21,05

24 2005 5 12,91 17,1 16,3

25 2005 5 23,71 17,1 27,1

26 2005 5 28,6 17,1 31,99

27 2004 6 13,51 20,97 13,03

28 2004 6 17,54 20,97 17,06

29 2004 6 11,43 20,97 10,95

30 2004 6 18,76 20,97 18,28

31 2005 5 12,91 17,1 16,3

32 2005 5 14,07 17,1 17,46

33 2003 7 24,37 22,46 22,4

Page 73: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

34 2003 7 21,03 22,46 19,06

35 2003 7 24,65 22,46 22,68

36 2003 7 26,89 22,46 24,92

37 2005 5 14,34 17,1 17,73

38 2003 7 24,83 22,46 22,86

Page 74: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lampiran Tabel 2. Karakteristik Lahan dan Produktivitas Kelapa Sawit

Blok Tahun

Tanam Tanah

Kelas

Lereng(%)

Produktivitas

Kelapa Sawit Tahun

2010

1 2002 Oxic Dystopept 0-8 16,89

2 2002 Oxic Dystopept 0-8 17,94

3 2005 Oxic Dystopept 0-8 23,9

4 2003 Oxic Dystopept 0-8 18,91

5 2003 Epiaquic palehumult >15-<25 23,42

6 2003 Typic tropohumult >15-<25 19,33

7 2004 Typic tropohumult >15-<25 21,98

8 2003 Typic tropohumult 0-8 22,68

9 2004 Typic tropohumult >15-<25 25,2

10 2003 Typic tropohumult >15-<25 22,85

11 2003 (aquic) Humitropept 0-8 20,72

12 2003 (aquic) Humitropept 0-8 20,41

13 2004 Typic haplohumult 0-8 23

14 2004 Typic haplohumult >15-<25 18,4

15 2004 Humoxic tropohumult >15-<25 24,85

16 2005 Humoxic tropohumult >15-<25 17,51

17 2004 Humoxic tropohumult >15-<25 17,26

18 2003 Humoxic tropohumult >15-<25 24,59

19 2004 Humoxic tropohumult >25-<40 18,47

20 2004 Humoxic tropohumult >15-<25 20,18

21 2004 Typic haplohumult >15-<25 19,26

22 2005 Typic haplohumult >15-<25 21,71

23 2005 Typic haplohumult 0-8 21,05

24 2005 Typic haplohumult >25-<40 16,3

25 2005 Oxic Dystopept 0-8 27,1

26 2005 (aquic) humitropept 0-8 31,99

27 2004 Typic haplohumult >8-<15 13,03

28 2004 Typic haplohumult >15-<25 17,06

29 2004 Typic haplohumult >15-<25 10,95

30 2004 Orthoxic palehumult >15-<25 18,28

31 2005 Orthoxic palehumult >15-<25 16,3

32 2005 Orthoxic palehumult >8-<15 17,46

33 2003 Orthoxic palehumult >8-<15 22,4

34 2003 Tropeptic eutrorthox >8-<15 19,06

35 2003 Tropeptic eutrorthox 0-8 22,68

36 2003 Tropeptic eutrorthox >15-<25 24,92

37 2005 Orthoxic palehumult 0-8 17,73

38 2003 Typic haplohumult >15-<25 22,86

Page 75: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lampiran Tabel 3. Dosis Pemupukan dan Produktivitas Kelapa Sawit

Blok Tahun

Tanam

Dosis Pemupukan (Kg/Pohon) Produktivitas

Kelapa

Sawit Dosis

Urea

Dosis

Dolomit

Dosis

NPK

Dosis

Kalphos

1 2002 1.562 2.846 2,004 2,374 16,89

2 2002 1.562 2.846 2,004 2,374 17,94

3 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 23,9

4 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 18,91

5 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 23,42

6 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 19,33

7 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 21,98

8 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 22,68

9 2004 2.571 2.286 2,990 4,01 25,2

10 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 22,85

11 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 20,72

12 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 20,41

13 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 23

14 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 18,4

15 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 24,85

16 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 17,51

17 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 17,26

18 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 24,59

19 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 18,47

20 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 20,18

21 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 19,26

22 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 21,71

23 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 21,05

24 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 16,3

25 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 27,1

26 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 31,99

27 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 13,03

28 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 17,06

29 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 10,95

30 2004 2.571 2.286 2,990 4,010 18,28

31 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 16,3

32 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 17,46

33 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 22,4

34 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 19,06

35 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 22,68

36 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 24,92

37 2005 2.635 2.436 2,871 3,791 17,73

38 2003 3.096 4.215 6,304 4,752 22,86

Page 76: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lampiran 4. Tabel Hasil Uji Sidik Ragam

Tabel Uji Sidik Ragam Variabel Lereng

Uji kesamaan varian

Levene statistic df1 df2 Sig

0.482 3 34 0.697

Uji Anova

Sum of

squares

Df Mean

square

F Sig

Between

Groups

71.333 3 23.778 1.594 0.209

Within

Groups

507.202 34 14.918

Total 578.535 37

Uji Lanjut (Multiple Comparisons)

(I)

lereng

(J)

lereng

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

4 12 3.935577 2.208379 0.299 -2.02882 9.89997

20 1.559393 1.390200 0.679 -2.19526 5.31405

33 4.538077 2.933660 0.422 -3.38516 12.46131

12 4 -3.935577 2.208379 0.299 -9.89997 2.02882

20 -2.376184 2.124751 0.681 -8.11472 3.36235

33 .602500 3.344887 0.998 -8.43138 9.63638

20 4 -1.559393 1.390200 0.679 -5.31405 2.19526

12 2.376184 2.124751 0.681 -3.36235 8.11472

33 2.978684 2.871235 0.729 -4.77595 10.73332

33 4 -4.538077 2.933660 0.422 -12.46131 3.38516

Page 77: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

12 -.602500 3.344887 0.998 -9.63638 8.43138

20 -2.978684 2.871235 0.729 -10.73332 4.77595

Tabel Uji Sidik Ragam Variabel Tanah

Uji kesamaan varian

Levene statistic df1 df2 Sig

1.582 5 31 0.194

Uji Anova

Sum of

squares

Df Mean

square

F Sig

Between

Groups 132.867 6 22.144 1.540 0.198

Within

Groups 445.668 31 14.376

Total 578.535 37

Tabel Uji Sidik Ragam Paket Pemupukan

Uji kesamaan varian

Levene statistic df1 df2 Sig

2.722 3 34 0.060

Uji Anova

Sum of

squares

Df Mean

square

F Sig

Between

Groups 75.092 3 25.031 1.690 0.187

Within

Groups 503.444 34 14.807

Total 578.535 37

Uji Lanjut (Multiple Comparisons)

(I)

urea

(J)

urea

Mean Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.562 2.571 -1.655769 2.922772 0.941 -9.54960 6.23806

2.635 -3.690000 2.980654 0.608 -11.74016 4.36016

Page 78: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

3.096 -4.495000 2.922772 0.427 -12.38883 3.39883

2.571 1.562 1.655769 2.922772 0.941 -6.23806 9.54960

2.635 -2.034231 1.618558 0.596 -6.40564 2.33717

3.096 -2.839231 1.509313 0.255 -6.91559 1.23713

2.635 1.562 3.690000 2.980654 0.608 -4.36016 11.74016

2.571 2.034231 1.618558 0.596 -2.33717 6.40564

3.096 -.805000 1.618558 0.959 -5.17640 3.56640

3.096 1.562 4.495000 2.922772 0.427 -3.39883 12.38883

2.571 2.839231 1.509313 0.255 -1.23713 6.91559

2.635 .805000 1.618558 0.959 -3.56640 5.17640

Page 79: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per

Lampiran Tabel 5. Analisis Ekonomi Biaya Pemupukan dengan Produktivitas

Kelapa Sawit

Kategori blok Pendapatn

(Rp/ha) Laba Prod/ha Panen Gulma TBM Panen+TBM

1 1 26.959.965 17.302.794 17.973 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

1 2 28.535.274

18.666.293 19.024 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 3 30.771.434 17.598.776 20.514 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 16 21.183.664 8.743.675 14.122 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 22 27.477.220 14.558.679 18.318 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 23 26.488.992 13.592.434 17.659 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 24 19.367.189 7.265.059 12.911 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 25 35.558.701 21.671.625 23.706 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 26 42.895.353 27.882.221 28.597 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 31 19.367.900 7.265.698 12.912 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 32 21.109.678 8.909.637 14.073 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

2 37 21.513.568 9.195.369 14.342 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 4 31.320.334 10.967.121 20.880 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 5 38.079.519 17.045.881 25.386 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 6 31.944.407 11.528.370 21.296 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 8 36.972.364 16.050.179 24.648 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 10 37.224.333 16.276.783 24.816 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 11 34.039.077 13.412.177 22.693 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 12 33.564.318 12.985.210 22.376 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 18 39.836.377 18.494.582 26.558 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 33 36.561.580 15.286.847 24.374 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 34 31.543.038 11.298.706 21.029 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 35 36.977.707 17.236.684 24.652 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 36 40.341.950 17.898.860 26.895 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

3 38 37.252.222 14.463.665 24.835 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 7 33.691.541 19.780.625 22.461 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 9 38.526.792 24.129.128 25.685 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 13 35.224.923 21.159.647 23.483 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 14 28.321.408 14.790.486 18.881 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 15 37.998.504 21.164.721 25.332 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 17 26.617.032 15.184.884 17.745 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 19 28.420.710 14.960.092 18.947 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 20 30.996.748 17.357.109 20.664 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 21 29.611.571 16.593.173 19.741 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 27 20.267.819 7.627.925 13.512 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 28 26.305.541 13.298.750 17.537 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 29 17.148.811 5.384.997 11.433 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

4 30 28.138.947 14.947.593 18.759 3.074.096 1.200.000 2.045.455 6.319.551

Page 80: IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN … · perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun ... pada tingkat US $ 1125 per