identifikasi jenis kayu sebagai bahan baku bagian … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan...

28
IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN LUNAS KAPAL NELAYAN TRADISIONAL AFANDY BAYU NURCAHYO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Upload: phungmien

Post on 24-Mar-2019

279 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU

BAGIAN LUNAS KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

AFANDY BAYU NURCAHYO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

ii

Page 3: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Jenis Kayu

sebagai Bahan Baku Bagian Lunas Kapal Nelayan Tradisional” adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Afandy Bayu Nurcahyo

NIM E24120078

Page 4: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

ABSTRAK

AFANDY BAYU NURCAHYO. Identifikasi Jenis Kayu sebagai Bahan Baku

Bagian Lunas Kapal Nelayan Tradisional. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan tradisional,

ketersediaan sarana-prasarana pendukung kegiatan penangkapan ikan terutama

perkapalan perlu mendapat perhatian. Mengingat ukuran dan jenis kayu yang

digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka

identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk dijadikan bagian lunas

perlu dilakukan dalam rangka menentukan jenis kayu penggantinya. Sampel yang

digunakan adalah tiga potong kayu bagian lunas kapal nelayan dari Pelabuhan

Perikanan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Identifikasi dilakukan secara makro

dan mikroskopis mengikuti prosedur baku, demikian pula pengukuran berat jenis

kayunya. Hasil penelitian kemudian dibandingkan dengan data pustaka yang

dirujuk. Dari penelitian yang dilakukan dipastikan bahwa jenis-jenis kayu yang

biasa dijadikan lunas kapal di Pelabuhan Perikanan Muncar adalah jati (Tectona

grandis), kempas (Koompassia malaccensis), dan ulin (Eusideroxylon zwageri).

Ketiga jenis kayu tersebut tercantum dalam Biro Klasifikasi Indonesia. Jenis

alternatif sebagai pengganti kayu-kayu tersebut diantaranya adalah gadog

(Bischoffia javanica), nyamplung (Calophyllum spp.), keruing (Dipterocarpus

spp.), simpur (Dillenia reticulata), cengal (Hopea sangal), laban(Vitex

pubescens), giso(Shorea guiso), renghas (Melanorrhoea spp.), keranji (Dialium

platysepalum), kolaka (Parinari corymbosa), bangkirai (Shorea laevis), dan

kesambi (Schleichera oleosa).

Kata Kunci: jati, kapal nelayan tradisional, kempas, lunas kapal, ulin.

ABSTRACT

AFANDY BAYU NURCAHYO. Wood Identification for the keel of the

traditional fisherman vessel. Under supervision IMAM WAHYUDI.

In order to improve the welfare of traditional fisherman, the infrastructure

especially the vessels or the boats have to be provided well. Since wood species

both number and size decreasing year by year, wood identification for the keel has

to be done in order to find out their alternatives. This is the main purpose of this

study. Three wood pieces of the keel from the traditional fishing vessels of fishing

harbour of Muncar Subdistrict, Banyuwangi District, East Java Provincewere used

as the sampel unit. Macro and microscopically of wood identification as well as

specific gravity measurement were conducted following the standard prosedure.

Data obtained was then compared to that of the references cited. Result showed

that the wood of teak (Tectona grandis), kempas (Koompassia malaccensis), and

ulin (Eusideroxylon zwageri) were use as the raw material for the keel. The all

species were listed on Indonesian Classification Birau. For the alternative, wood

species of gadog, nyamplung, keruing, simpur, cengal, laban, giso, renghas,

keranji, kolaka, bangkirai, and kesambi could be utilized for the future.

Keywords: keel, kempas, teak, traditional fisherman vessel, ulin.

Page 5: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU

BAGIAN LUNAS KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

AFANDY BAYU NURCAHYO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 6: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 7: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 8: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai September 2016 ini adalah

identifikasi jenis kayu, dengan judul “Identifikasi Jenis Kayu sebagai Bahan Baku

Bagian Lunas Kapal Nelayan Tradisional”. Karya tulis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS

selaku pembimbing, dan kepada Esti Prihatini, SSi. atas bantuannya selama

pengamatan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu. Ungkapan yang sama juga penulis

sampaikan kepada ibu, adik tercinta dan seluruh keluarga, serta seluruh teman-

teman sekalian atas segala doa, semangat, dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017

Afandy Bayu Nurcahyo

Page 9: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1

LatarBelakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kapal Perikanan 2

Bagian-Bagian Kapal 2

Struktur Anatomi Kayu 3

Kayu untuk Lunas 4

BAHAN DAN METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Alat 4

Bahan 4

ProsedurPenelitian dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Struktur Anatomi dan BJ Kayu 9

Identifikasi Jenis Kayu 10

Penentuan Jenis-Jenis Kayu Alternatif 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

DAFTAR TABEL

1 Masa pakai kapal berdasarkan keawean kayu 4 2 Penggolongan susunan pembuluh 7 3 Penggolongan ukuran pembuluh 7 4 Penggolongan frekuensi pembuluh 7 5 Penggolongan lebar jari-jari 7 6 Penggolongan frekuensi jari-jari 8 7 Jenis-jenis kayu alternatif 12

DAFTAR GAMBAR

1 Bagian-bagian kapal perikanan 3 2Sampel uji 5 3 Pengukuran berat jenis kayu 5 4 Preparat mikrotom siap untuk diamati 8 5Tampilan makroskopis dan mikroskopis Sampel A 9

Page 10: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

6Tampilan makroskopis dan mikroskopis Sampel B 10 7Tampilan makroskopis dan mikroskopis SampelC 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata diameter pori kayu jati, kempas, dan ulin. 15

2 Rata-rata frekuensi distribusi pori persatuan mm2. 15

3Rata-rata tinggi pori persatuan mm 16

4 Rata-rata lebar jari-jari. 17

5 Rata-rata frekuensi jari-jari persatuan mm 17

6 Hasil pengukuran berat jenis kayu. 17

Page 11: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

1

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan di Indonesia perlu terus

dikembangkan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di

dunia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km dan luas wilayah laut 5,8

juta km2

(Pusat Data, Statistik dan Informasi 2010). Salah satunya adalah melalui

perbaikandan penyediaan sarana-prasarana yang terkait dengan kegiatan

penangkapan ikan khususnya dari segi perkapalan (Kusumastanto 2001).

Tersedianya kapal penangkap ikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai akan

memaksimalkan produksi yang akan berdampak pada meningkatnya

kesejahteraan masyarakat khususnya para nelayan tradisional.

Provinsi Jawa Timur memiliki sejumlah pelabuhan perikanansepertidi

Lamongan, Surabaya, Probolinggo, Bawean, dan Muncar. Menurut Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi (2010), Pelabuhan Muncar

adalah pelabuhan penghasil ikan terbesar setelah Bagansiapi-api di Provinsi Riau.

Aktivitas di pelabuhan ini berkontribusi positif bagi pendapatan daerah Kabupaten

Banyuwangi melalui kegiatan ekspor komoditi laut unggulan. Menurut Nur

(2013), diPelabuhan Muncar terdapat sekitar 1505 orang nelayan dengan 1328

armada kapal. Sebagian besar kapal tersebut terbuat dari kayu karena biaya

produksi dan perawatannyalebih murah daripada kapal fiber maupun logam, dan

diproduksi secara tradisional yakni hanya berdasarkan pada pengetahuan turun-

temurun.

Kapal perikanan sebetulnya mirip dengan kapal pada umumnya sehingga

sifat dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal juga dituntut harus

dipenuhi oleh kapal perikanan, namun dalam hal tertentu memiliki perbedaan

dibandingkan dengan kapal penumpang mau pun kapal barang (Wahyono 2011).

Kapal perikanan merupakan satu kesatuan utuh, karena antara satu bagian dengan

bagian yang lainnya saling menunjang. Salah satu bagian penting dari konstruksi

sebuah kapal perikanan yang terbuat dari kayu adalah bagian lunasnya. Lunas

kapal dapat dianggap sebagai tulang punggung kapal karena merupakan tempat

menempelnya kerangka lambung atau gading-gading. Beban yang diterima oleh

lunas tergantung dari ukuran dan berat muatan yang dibawa oleh kapal.

Kendala yang kerap dialami oleh para pembuat kapal nelayan tradisional

khususnya di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, adalah terbatasnya

bahan baku kayu berkualitas karena lunas yang baik harus terbuat dari kayu utuh

(solid) dengan panjang dan persyaratan tertentu.Untuk mengantisipasi masalah ini

terutama bila kayu-kayu yang selama ini digunakan semakin sulit diperoleh maka

perlu dilakukan kegiatan identifikasi atau pengenalan jenis-jenis kayu yang biasa

dijadikan lunas. Dengan mengetahui jenis kayu yang selama ini dapat dijadikan lunas, maka penetapan jenis kayu penggantinyaakan semakin mudah untuk ditentukan. Kegiatan ini akan berdampak pada ketersediaan kapal perikanan yang dibutuhkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasijenis-jenis kayuyang biasa

dijadikan lunaskapal khususnya kapal nelayan tradisional di Kecamatan Muncar

berdasarkan kajian strukuranatomi dan berat jenisnya.

Page 12: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang jenis-jenis

kayu yang biasa digunakan sebagai bahan baku bagian lunas kapal, sehingga

dapat dijadikan dasar penentuan jenis-jenis kayu alternatif di masa depan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kapal Perikanan

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal

perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk

melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan,

dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Fyson (1985), kapal perikanan

adalah kapal yang dibuat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penangkapan

ikan, menyimpan ikan dan secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi rencana

operasi. Di Indonesia, pada umumnya kapal perikanan dibuat secara tradisional,

turun-temurun dan dengan memanfaatkan teknologiyang sederhana.

Menurut Iskandar dan Novita (2000), istilah tradisional pada kapal nelayan

lebih mengarah kepada metode atau cara yang digunakan pengrajin dalam

membangun konstruksi kapal buatannya, dimana metode yang digunakan

merupakan warisan dari para pendahulunya. Kapal yang telah dibuat dan teruji

kemampuannya menjadi acuan untuk pembuatan kapal selanjutnya sehingga

timbul tradisi pewarisan pengetahuan dan teknologi pembuatan kapal secara turun

temurun.

Sebuah kapal bukan hanya harus dibangun dengan baik, tetapi juga harus

mempunyai kekuatan dan stabilitas yang baik. Kekuatan kapal sangat ditentukan

oleh konstruksi-konstruksi yang berada pada kapal. Sistem konstruksi kapal yang

tidak memiliki sambungan akan menghasilkan beban konstruksi yang lebih

merata, sehingga kapal menjadi lebih kuat dan tegar. Sistem konstruksi yang

menggunakan sambungan akan menimbulkan kelemahan akibat lubang baut dan

mengurangi luas penampang (Pasaribu 1987).

Bagian-Bagian Kapal

Konstruksi kapal perikanan dan juga kapal pada umumnya terdiri dari

bagian-bagian dengan nama tersendiri berdasarkan fungsi atau kegunaannya.

Menurut Soekarsono (1994), bagian-bagian konstruksi kapal (Gambar 1) terdiri

dari:

a. Gading-Gading. Gading merupakan rangka atau tulang rusuk dari sebuah

kapal. Gading-gading harus kuat dan sambungannya harus minim atau tanpa

sambungan agar diperoleh kekuatan yang besar.

b. Linggi haluan. Linggi Haluan adalah suatu kerangka konstruksi kapal yang

membentuk bagian ujung haluan kapal.

c. Lunas. Lunas adalah bagian konstruksi utama pada alas kapal yang

membentang sepanjang garis tengah kapal dari depan sampai belakang. Lunas

merupakan tulang punggung kekuatan memanjang sebuah kapal. Lunas

berfungsi sebagai penyangga, karena bagian ini berhubungan dengan bagian

konstruksi lainnya.

d. Wrang. Wrang sering juga disebut sebagai gading dasar karena letaknya berada

di dasar badan kapal yang menghubungkan gading kiri dan gading kanan.

Page 13: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

3

e. Lambung kapal. Lambung kapal berfungsi untuk mencegah air masuk ke badan

kapal, sehingga kapal mempunyai daya apung dan menambah kekuatan

memanjang kapal.

f. Geladak. Geladak merupakan penguat melintang konstruksi kapal yang

berfungsi menyangga lantai geladak dan sebagai palang pengikat yang

menghubungkan kedua sisi kapal.

g. Palka. Palka adalah bagian untuk menyimpan hasil tangkapan di atas kapal

sebelum didaratkan.

h. Ruang mesin. Ruang mesin merupakan tempat meletakkan mesin kapal sebagai

tenaga penggerak pada sebuah kapal.

i. Linggi buritan. Linggi buritan adalah suatu kerangka konstruksi kapal yang

membentuk bagian ujung buritan kapal.

Gambar 1. Bagian-bagian kapal perikanan tampak samping (atas) dan tampak atas

(bawah): (a) gading-gading, (b) linggi haluan, (c) lunas, (d) wrang, (e)

lambung, (f) geladak, (g) palka, (h) ruang mesin, dan (i) linggi buritan

Struktur Anatomi Kayu

Struktur anatomi suatu jenis kayu merupakan sifat yang objektif, yang

secara konstan terdapat di dalam kayu (Pandit dan Kurniawan 2008). Berdasarkan

cara pengamatannya struktur anatomi kayu terdiri dari struktur makroskopis,

mikroskopis dan submikroskopis. Struktur makroskopis adalah karakteristik kayu

yang dapat diamati dengan jelas tanpa menggunakan mikroskop,struktur

mikroskopis adalah karakteristik yang baru jelas diamati dengan bantuan

mikroskop cahaya, sedangkan struktur submikroskopis adalah ciri mikroskopis

yang baru jelas teramati dengan menggunakan mikroskop elektron. Ciri

makroskopis pada umumnya bersifat subjektif, dan tidak langsung berhubungan

dengan kekuatan kayu sehingga disebut juga ciri kasar; sedangkan ciri mikrokopis

dan submikroskopis bersifat objektif karena langsung berhubungan dengan

kekuatan kayu. Yang termasuk ciri makroskopis adalah lingkaran tumbuh, warna

kayu, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, bau dan rasa, serta kekerasan;

sedangkan ciri mikroskopis dan submikroskopis meliputi macam, susunan,

penyebaran, isi, dan tanda-tanda khusus di dinding sel-sel penyusun kayu

terutama sel pembuluh (pori-pori), serat (jaringan dasar), parenkim aksial, dan

parenkim jari-jari.

Page 14: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

4

Kayu untuk Lunas

Menurut Biro Klasifikasi Indonesia (1996), kayu yang digunakan untuk

bagian lunas minimal memiliki kerapatan 700 kg/m3 atau setara dengan berat jenis

sebesar 0,70 karena berperan penting dalam menyangga kekuatan memanjang

kapal. Menurut Pasaribu (1990), syarat teknis kayu yang dapat digunakan sebagai

bahan baku lunas kapal adalah tidak mudah pecah, dan tahan terhadap serangan

organisme laut. Lunas kapal termasuk konstruksi berat dan tidak terlindung serta

selalu berhubungan dengan air (Wahyono 2011). Selain membutuhkan kekuatan

yang baik, keawetan kayu juga dibutuhkan agar masa pakai kapal lebih lama

(Tabel 1).

Tabel 1. Masa pakai kapal berdasarkan keawetan kayu (Wahyono 2011)

Kriteria* Kelas Awet

I II III IV V 1 8 tahun 5 tahun 3 tahun Singkat

sekali

Singkat

sekali

2 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa

tahun

Singkat

sekali

3 Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

Lama 10 – 20 tahun Singkat

4 Tidak

Terbatas

Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

Maksimum

20 tahun

Maksimum

20 tahun

5 Tidak Tidak Agak cepat Cepat sekali Cepat sekali

6 Tidak Tidak Tidak Cepat Cepat sekali Keterangan:

1. Kayu selalu berhubungan dengan air atau tanah lembap

2. Kayu dipengaruhi oleh iklim tetapi terlindung dari pengaruh air

3. Kayu di bawah atap dan tidak berhubungan dengan air atau tanah lembap

4. Kayu di bawah atap dan tidak berhubungan dengan air atau tanah lembap, tetapi dipelihara

dengan baik (dicat)

5. Kayu mengalami kerusakan akibat serangan rayap dan marine borer, namun dipelihara dengan

baik

6. Kayu mengalami kerusakan akibat serangan serangga dan marine borer, dan tidak dipelihara.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2016

di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu,

Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dan di

Laboratorium Tumbuhan, Puslitbang Hasil Hutan, Bogor.

Alat

Alat yang digunakan adalah mikrotom, lup perbesaran 10-20X, cutter,

gelas objek, gelas penutup, gelas ukur, gelas piala, waterbath, tabung film, oven,

pipet, kaliper, mikroskop, kamera mikrofoto, kamera dan gergaji.

Bahan

Bahan utama yang digunakan terdiri dari tiga potongan kecil kayu berbeda

jenis yang biasa dijadikan lunas kapal nelayan tradisional di Kecamatan Muncar,

Kabupaten Banyuwangi (Gambar 2). Menurut pembuat kapal, kayu tersebut

adalah jati (sampel A), merbau (sampel B), dan ulin (sampel C). Kayu jati

Page 15: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 16: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

6

Pengamatan Struktur Anatomi

Struktur anatomi yang diamati meliputi ciri atau sifat makroskopis dan

mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan langsung terhadap contoh uji,

sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan melalui preparat (sediaan)

mikrotom yang dihasilkan.

a. Pengamatan ciri makroskopis

Ciri makroskopis yang meliputi warna, tekstur, kesan raba, corak,

kilap, dan arah serat kayu diamati maksimum menggunakan kaca pembesar

10-20X (Mandang dan Pandit 2002).

1. Warna. Pengamatan warna kayu dilakukan pada penampang radial dan

tangensial pada masing-masing contoh uji. Warna kayu disebabkan oleh

adanya zat ekstraktif dalam kayu (Tsoumis 1991).

2. Tekstur dan Kesan Raba. Pengamatan tekstur dan kesan raba juga diamati

pada bidang radial dan tangensial. Tekstur kayu mencirikan ukuran relatif

sel-sel dominan penyusun kayu. Tekstur kayu dikategorikan halus apabila

diameter tangensial pori-pori < 100 µm,dan dikatakan kasar apabila

diameter tangensial pori-porinya > 200 µm. Kayu dengan diameter

tangensial pori-pori 100-200 µm dikategorikan bertekstur sedang

(moderate). Kesan raba dinilai secara kualitatif: licin, licin berlilin,

berminyak, atau kesat (Wahyudi 2013).

3. Corak. Pengamatan corak kayu dilakukan pada bidang tangensial dan

radial. Corak kayu memberikan ciri khas untuk jenis kayu tertentu. Corak

kayu dipengaruhi oleh perbedaan warna jaringan dan perbedaan warna pada

kayu awal dan kayu akhir.

4. Kilap. Pengamatan kilap kayu dilakukan pada penampang radial dan

tangensial dengan memperhatikan adanya kesan memantulkan cahaya.

5. Arah Serat. Penentuan arah serat dilakukan dengan cara mengamati arah

orientasi longitudinal sel-sel dominan penyusun kayu terhadap sumbu

batang. Bila orientasinya sejajar dikatakan berserat lurus, sedangkan

apabila orientasinya membentuk sudut dikatakan berserat miring (Pandit

dan Ramdan 2002).

b. Pengamatan ciri mikroskopis

Pengamatan ciri mikroskopis dilakukan melalui preparat mikrotom

untuk setiap bidang penampang (lintang, radial, dan tangensial). Sifat

mikroskopis yang diamati adalah tanda-tanda khusus yang ada di dinding sel

pembuluh (pori-pori kayu), jari-jari, dan sel parenkim. Pengamatan pada sel

pembuluh meliputi penyebaran, pengelompokan, penggabungan, tipe bidang

perforasi, diameter, isi dan jumlah pori persatuan luas. Pada jari-jari meliputi

lebar (seri), tipe (ukuran), frekuensi, komposisi penyusun, dan dimensinya,

sedangkan pada sel parenkim meliputi tipe dan jumlah sel per untainya.

Penggolongan susunan, ukuran, dan frekuensi pori-pori, serta frekuensi dan

lebar jari-jari sebagaimana Tabel 2 – 6 (Mandang dan Pandit 2002).

Page 17: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

7

Tabel 2. Penggolongan susunan pembuluh

No. Susunan Pembuluh Jumlah Pori Soliter (%)

1 Hampir seluruhnya soliter > 95

2 Sebagian besar soliter 81 – 95

3 Soliter dan berganda 66 – 80

4 Sebagian besar berganda 25 – 65

5 Hampir seluruhnya berganda < 25

Tabel 3. Penggolongan ukuran pembuluh

No. Ukuran Pembuluh Diameter Tangensial

(Mikron) 1 Luar biasa kecil < 20

2 Sangat kecil 20 – 50

3 Kecil 51 – 100

4 Agak kecil 101 – 200

5 Agak besar 201 – 300

6 Besar 301 – 400

7 Sangat besar > 400

Tabel 4 Penggolongan frekuensi pembuluh

No. Frekuensi Pembuluh Jumlah per mm2

1 Sangat jarang < 2

2 Jarang 2 – 5

3 Agak jarang 6 – 10

4 Agak banyak 11 – 20

5 Banyak 21 – 40

6 Sangat banyak > 40

Tabel 5. Penggolongan lebar jari-jari

No. Golongan Lebar (Mikron)

1 Sangat sempit < 15

2 Sempit 15 – 30

3 Agak sempit 31 – 50

4 Agak lebar 51 – 100

5 Lebar 101 – 200

6 Sangat lebar 201 – 400

7 Luar biasa lebar > 400

Page 18: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 19: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Anatomi dan BJ Kayu

Sampel A

Ciri-ciri umum yang diperoleh setelah mengamati sampel A adalah: kayu

berwarna coklat tua (Gambar 5a), bertekstur kasar tidak merata, permukaan kayu

licin dan mengkilap, bercorak, berserat lurus, lingkaran tumbuhnya jelas, sebaran

pori tata lingkar (Gambar 5a), susunan pori sebagian besar soliter namun ada juga

yang berganda radial 2 – 3 sel atau lebih (Gambar 5b), bidang perforasinya

sederhana, pori berisi tilosis dan endapan putih kekuningan (Gambar 5a), diameter

pori berkisar (205.73±61.07) µm, dengan frekuensi (6.13±0.63) per mm2. Jari-jari

dominan multiseriet 3 – 4 seri, namun ada sebagian yang biseriet, hanya tersusun

atas sel baring (homoseluler) (Gambar 5c), lebarnya (55.73±8.57) µm, tinggi

(720.67±127.85) µm, dengan frekuensi (4.46±0.64) per mm (Gambar 5d).

Parenkimnya tipe paratrakeal selubung tipis (Gambar 5b), dan apotrakeal pita

tangensial panjang (Gambar 5a dan 5b), dengan panjang untaian 4 – 6 sel.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata BJ kayu

sampel A kondisi kering udara adalah 0,70.

Sampel B

Ciri-ciri umum yang diperoleh pada sampel B adalah: kayu berwarna

coklat kemerahan (Gambar 6a), bertekstur kasar tidak merata, permukaan kayu

agak licin, agak mengkilap, bercorak, serat berpadu, lingkaran tumbuhnya tidak

jelas, sebaran pori tata baur (Gambar 6a), susunan pori sebagian besar soliter

namun ada juga yang berganda radial 2 sel atau lebih (Gambar 6b), bidang

perforasinya sederhana, pori berisi tilosis dan endapan putih (Gambar 6a),

diameter pori berkisar (249.6±46.37) µm, dengan frekuensi (4.07±1.03) per mm2.

Jari-jari dominan multiseriet 3 – 4 seri, namun ada sebagian yang biseriet,

tersusun atas sel baring dan sel tegak (heteroseluler) (Gambar 6c), lebarnya

(28.67±6.64) µm, tinggi (453,73±50,64) µm, dengan frekuensi (5.86±0.74) per

mm (Gambar 6d). Parenkimnya tipe paratrakeal sepihak hingga aliform tebal dan

apotrakeal pita tangensial pendek (Gambar 6a), dengan panjang untaian 5-8 sel.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata BJ kayu

sampel B kondisi kering udara adalah 0,85.

Gambar 5. Tampilan makroskopis dan mikroskopis Sampel A: a) Penampang

lintang 40X, b) Penampang lintang 100X, c) Penampang radial 100X,

dan d) Penampang tangensial 100X

d c b a

Page 20: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 21: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

11

(Koompassia malaccensis). Struktur anatomi dan nilai BJ kayu dari sampel C

sama dengan yang dimiliki oleh kayu ulin (Eusideroxylon zwageri). Hasil

perbandingan tersebut, diperkuat oleh persyaratan lunas sebagaimana Biro

Klasifikasi Indonesia (1996) yang menyatakan bahwa syarat minimal kayu untuk

lunas kapal harus memiliki kerapatan minimal 700 kg/m3. Khusus untuk sampel B

(kayu kempas), hasil penelitian berbeda dengan informasi yang diperoleh dari

nelayan (kayu merbau) sebagaimana Gambar 8.

Gambar 8. Struktur anatomi kayu merbau

Menurut Martawijayaet al. (2005); Ogata et al. (2008); Pandit dan

Kurniawan (2008), kayu jati memiliki karakteristik sebagai berikut: warna kayu

gubal putih keruh kekuningan, sedangkan terasnya kuning emas hingga coklat tua.

Kayu bertekstur kasar dan tidak rata, arah seratnya lurus hingga berpadu,

permukaan kayu licin dan berminyak sehingga tampak mengkilap, dan bercorak

akibat adanya lingkaran tumbuh yang jelas. Porinya dominan soliter, namun ada

beberapa yang bergabung 2 – 3 sel, serta berisi tilosis dan endapan putih agak

kuning sisa metabolisme tumbuhan. Bidang perforasinya sederhana. Diameter

pori berkisar antara 50 – 370 µm, dan frekuensi 3 – 6 per mm2. Jari-jari 2 seri atau

lebih, frekuensinya 4 -7 per mm, lebar 50 – 100 µm, dan hanya tersusun atas sel-

sel baring (homoseluler), dengan tinggi berkisar 500 – 1800 µm. Parenkimnya

tipe paratrakeal selubung tipis sebagian hingga selubung lengkap, dan tipe

apotrakeal pita tangensial pendek hingga panjang. Memiliki BJ rata-rata 0.67

(0.62 – 0.75) Kelas Kuat II dan Kelas Awet II (terhadap marine borer).

Karakteristik kayu kempasadalah sebagai berikut (Martawijaya et al.

1989; Ogata et al. 2008; Pandit dan Kurniawan 2008): kayu merah kecoklatan

hingga coklat gelap, bercorak akibat adanya perbedaan warna jaringan

parenkim,teksturnya kasar, seratnya lurus hingga berpadu, sedangkan permukaan

kayu agak mengkilap. Pori sebagian besar soliter, namun ada beberapa yang

bergabung 2 sel atau lebih, berisi tilosis dan endapan putih kekuningan. Bidang

perforasinya sederhana. Diameter tangensial pori berkisar antara 160 – 360 µm,

dan frekuensi 2 – 6 sel per mm2. Jari-jari heteroseluler dengan lebar berkisar 20 –

37 µm, tinggi 300 - 800 µm, frekuensinya sekitar 4 – 8 per mm, dominan

multiseriet antara 2 – 5 seri. Parenkim tipe paratrakeal selubung sepihak hingga

selubung lengkap, aliform, konfluen, dan tipe apotrakeal pita tangensial pendek.

Memiliki BJ rata-rata 0.95 (0.68 – 1.29), dengan Kelas Kuat I – II dan Kelas Awet

III – IV.

Page 22: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

12

Menurut Martawijayaet al. (1989); Pandit dan Ramdan (2002);Ogata et al.

(2008), kayu ulinmemiliki ciri-ciri sebagai berikut: warnanya coklat kemerahan

hingga coklat gelap kebiruan, tidak bercorak,bertekstur halus hingga agak kasar,

mengkilap,dan berserat lurus hingga agak berpadu. Pori-pori tersusun soliter,

meski ada juga beberapa yang bergabung 2 – 3 sel, banyak berisi tilosis tebal

(sklerotik) dan endapan kuning, dengan diameter pori berkisar antara 100 – 240

µm dan frekuensi 5 – 10 sel per mm2. Bidang perforasinya sederhana. Jari-jari 2

seri atau lebih, dengan frekuensi 4 – 11 per mm, komposisinya homoseluler,

tinggi maksimum mencapai 2800 µm. Parenkimnya tipe paratrakeal selubung tipis

sebagian hingga alifrom dan konfluen, sedangkan tipe apotrakealnya pita

tangensial panjang. Memiliki BJ rata-rata 1.04 (0.83 – 1.19), dengan Kelas Kuat

danKelas Awet I (terhadap marine borer).

Penentuan Jenis-Jenis Kayu Alternatif

Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku kayu untuk lunas yang dapat

menghambat keberlanjutan usaha pembuatan kapal ikan tradisional di masa depan

maka perlu dicari kayu-kayu pengganti. Penentuan jenis kayu alternatif selain

didasarkan pada kesamaan nilai berat jenis (BJ), kelas kuat (KK), kelas awet

(KA), ketetapan Biro Klasifikasi Indonesia (1996) dan ketersediaannya, maka

status jenis menurut regulasi (peraturan pemerintah, IUCN dan CITES) juga telah

dipertimbangkan.Berdasarkan hal tersebut maka jenis-jenis seperti gadog

(Bischoffia javanica), nyamplung (Calophyllum spp.), simpur (Dillenia

reticulata), dan cengal (Hopea sangal) dapat digunakan sebagai pengganti kayu

jati. Adapun kayu-kayu seperti laban (Vitex pubescens), giso (Shorea guiso),

renghas (Melanorrhoea spp.), dan keruing (Dipterocarpus spp.) berpotensi

menggantikan kayu kempas. Jenis-jenis kayu yang berpotensi sebagai pengganti

kayu ulin diantaranya adalah keranji (Dialium platysepalum), kolaka (Parinari

corymbosa), bangkirai(Shorea laevis), dan kesambi (Schleichera oleosa)(Tabel 7).

Tabel 7. Jenis-jenis kayu alternatif

Keterangan: * PKKI (1961); Martawijaya et al. (1989); Mandang et al. (2004); Martawijaya et al.

(2005); Damayanti dan Mandang (2007); Mandang et al. (2013).

** Terhadap marine borerMuslich dan Sumarni (2005)

Kayu Asal Kayu Alternatif Berat

Jenis*

Kelas

Kuat*

Kelas

Awet*

Jati

KK II

KA II**

1. Gadog 0.75 II III; III**

2. Nyamplung 0.69 II – III II;III**

3. Simpur 0.75 II – III IV; III**

4. Cengal 0.70 II – III II;III**

Kempas

KK I – II

KA III**

1. Laban 0.88 I – II II; I**

2. Giso 0.83 II II; III**

3. Renghas 0.87 I – II III; II**

4. Keruing 0.78 II II; III**

Ulin

KK I

KA I

1. Keranji 0.95 I III; I**

2. Kolaka 0.96 I II; III**

3. Bangkirai 0.99 I III; I**

4. Kesambi 1.01 1 III

Page 23: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jenis-jenis kayu yang biasa digunakan sebagai lunas kapal oleh nelayan di

Pelabuhan Muncar adalah jati, kempas, dan ulin. Jenis kayu yang dapat

menggantikan peran ketiga jenis yang selama ini dijadikan lunas diantaranya

adalah gadog, nyamplung, keruing, simpur, cengal, laban, giso, renghas, keranji,

kolaka, bangkirai, dan kesambi.

Saran

Untuk memastikan jenis kayu yang dapat dijadikan lunas, penulis

merekomendasikan untuk melakukan identifikasi jenis terhadap bagian lunas pada

seluruh kapal perikanan yang ada dan tidak saja di pelabuhan ikan di Kecamatan

Muncar. Untuk lebih menjamin ketersediaan jenis pohon penghasil kayu yang

dibutuhkan, maka silvikultur jenis-jenis kayu pengganti yang diusulkan perlu

dikuasai. Khusus untuk kayu-kayu yang tidak tahan terhadap serangan marine

borer, perlu dilakukan proses pengawetan kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Klasifikasi Indonesia. 1996. Buku Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi

Kapal Laut, Vol (4). Jakarta (ID) : Biro Klasifikasi Indonesia.

British Standard Institution. 1957. Method of Testing Small Clear Speciments of

Timber. Serial BS 373 : 1957.

Damayanti R, YI Mandang. 2007. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Kurang

Dikenal. Bogor (ID): Puslitbang Hasil Hutan, Departemen Kehutanan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. 2010. Potensi sumberdaya

kelautan dan perikanan Kabupaten Banyuwangi. [Laporan]. Banyuwangi :

Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi.

Fyson J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Farnham Surrey, England (GB) :

Fishing News Books.

IAWA. 2008. Ciri Mikroskopik Untuk Identifikasi Kayu Daun Lebar. Bogor (ID) :

Puslitbang Hasil Hutan.

Iskandar BH, Novita Y. 2000. Tingkat Teknologi Pembangunan Kapal Ikan Kayu

Tradisional di Indonesia. Jurnal Penelitian 8 (2) : 53-67.

Kusumastanto T. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Kelautan, Perikanan dan

Perhubungan Laut Dalam abad XXI. Bogor (ID) : Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Intitut Pertanian Bogor.

Mandang YI, Abdurohim S, Sutisna U. 2004. Atlas Kayu Jilid III. Bogor (ID) :

PUSTEKOLAH.

Mandang YI, Barly, Krisdianto, Abdurrohim S.2013. Atlas Kayu Jilid IV. Bogor

(ID) : PUSTEKOLAH.

Mandang YI, Pandit IKN. 2002. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Bogor

(ID) : PROSEA Indonesia.

Page 24: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

14

Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas

Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID) : Puslitbang Kehutanan.

Martwijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia

Jilid I. Bogor (ID): CV Miranti.

Muslich M, Sumarni G.2005. Kelas keawetan 200 jenis kayu Indonesia

terhadappenggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(3) : 163-167.

Nur M. 2013. Potensi daerah tumbuhkan perekonomian masyarakat pesisir

banyuwangi [skripsi]. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Ogata K, Fujii T, Abe H, Baas P. 2008. Identification of the Timbers of Southeast

Asia and the Western Pacific. Jepang (JP) : Kaiseisha Press.

Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku

dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor (ID) : Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu Sebagai

Bahan Baku. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pasaribu BP. 1987. Material Kayu Utuh dan Kayu Sambungan Untuk Konstruksi

Kapal Penangkap Ikan. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian

Bogor.

Pasaribu BP. 1990. Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Ikan Untuk

Perairan Laut Dalam di Perairan Timur Indonesia. Bogor (ID) : Fakultas

Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia. 1961. Tata Cara Perencanaan

Konstruksi Kayu Indonesia. SNI 03-6881-2022. Jakarta (ID) : Badan

Standar Nasional.

Pusat Data, Statistik dan Informasi. 2010. Data Pokok Kelautan dan Perikanan

Tahun 2009. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.

Soekarsono NA. 1994. Pengantar Bangunan Kapal dan Ilmu

Kemaritiman.Jakarta (ID): Pamator Pressindo.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, and

Utilization. New York (US) : Van Nostrand Reinhold.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan.

Wahyono A. 2011. Kapal Perikanan: Membangun Kapal Kayu. Semarang (ID) :

Dirjen Perikanan Tangkap.

Wahyudi I. 2013. Hubungan Struktur Anatomi Kayu dengan Sifat Kayu,

Kegunaan dan pengolahannya. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Wheeler EA, Baas P, Gasson PE. 1989. IAWA list of microscopic features for

hardwood identification. IAWA 10 (3) :219 – 332.

Page 25: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 26: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 27: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk
Page 28: IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN … filedigunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal semakin terbatas, maka identifikasi jenis kayu yang biasa dipakai khususnya untuk

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 15 April 1994 sebagai anak

pertama dari dua bersaudara pasangan Tulus Widodo(Alm. bapak) dan Siti

Cholifah(ibu). Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 1 Genteng dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Tulis Seleksi Masuk IPB

(SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen

Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor khususnya Bagian

Teknologi Peningkatan Mutu Kayu.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif berorganisasi, yaitu sebagai

anggota Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) dan Kepala

Biro Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) organisasi mahasiswa

daerah Banyuwangi pada periode 2013-2015, serta menjadi anggota Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB Departemen

Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) periode 2013-2014. Selain itu

penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan seperti Ketua Divisi Humas Semarak

Kehutanan 2014, Ketua Divisi Logstran Morning Call Festival 2014, Ketua Divisi

Logstran Kegiatan Penanaman 1000 Pohon BEM Fakultas Kehutanan IPB, Ketua

Pelaksana Kegiatan BEMBASTIC, Ketua Canvassing IPB Kabupaten

Banyuwangi, dan lain sebagainya.

Kegiatan praktek yang telah penulis laksanakan adalah Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (PPEH) di Jalur Gunung Sawal-Pangandaran pada 2014, Praktek

Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

Sukabumi Jawa Barat pada 2015, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.

Inhutani II UMHT Tanah Grogot, Kalimantan Timur pada tahun 2016. Untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul “Identifikasi Jenis Kayu sebagai Bahan Baku Bagian Lunas Kapal Nelayan

Tradisional”, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.