identifikasi hama dan penyakit tanaman jagung

21
LAPORAN KOLEKSI DAN IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT Tanaman Jagung (Zea mays L.) OLEH : Nama : Muhammad Ali Alfi NPM : E1J010089 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERITAS BENGKULU 2011

Upload: alvi-crew

Post on 15-Feb-2015

652 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

LAPORAN KOLEKSI DAN IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT

Tanaman Jagung (Zea mays L.)

OLEH :

Nama : Muhammad Ali Alfi

NPM : E1J010089

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERITAS BENGKULU

2011

Page 2: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok

kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura,

sebagian Maluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok

sehari-hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan

sisanya barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,

Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk tahun 2009,

Deptan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18

juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan

bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring

berkembangnya industri pakan dan pangan.

Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung

antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang

pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol,

dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman

jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.

1.2 Tujuan

Tujuan Praktikum ini adalah melatih mahasiswa agar mengetahui penyebab, serta tanda

penyakit yang ada di tanaman jagung baik pada skala lapangan ataupun laboratorium

Page 3: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Komoditas Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di

Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan

pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji dikenal dengan

istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung

tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan

furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan

farmasi.

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal

jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di

daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador)

sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun

yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan

keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya,

yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari

subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk

menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses

domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat

hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun

kultivar.

Page 4: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan

terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Dalam taksonominya jagung termasuk dalam

ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub famili Panicoideae, genus Zea, dan spesies Zea mays L,

(Muhadjir, 1988).

2.2 Penyakit Tanaman Jagung

Di Indonesia penyakit tanaman jagung yang sering kita temui antara lain : Penyakit

bulai (Downy mildew) , Penyakit bercak daun (Leaf bligh), Penyakit karat (Rust), Penyakit

gosong bengkak (Corn smut/boil smut), dan Penyakit busuk tongkol dan busuk biji yang

memiliki serta gejala dan tanda sendiri – sendiri.

a) Penyakit bulai (Downy mildew) Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku,

pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora

cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun

berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada

tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan

teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari

ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah

warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua.

Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.

c) Penyakit karat (Rust) Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda

berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning

kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.

d) Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut) Gejala: masuknya cendawan ini ke

dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar

(gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.

e) Penyakit busuk tongkol dan busuk biji Gejala: dapat diketahui setelah membuka

pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan

kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.

Page 5: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB III

Pembuatan PDA

Pembuatan PDA ( Medium kultur ) ini bertujuan untuk di gunakan pada saat mengisolasi

pathogen maupun agen antagonis pada praktikum selanjutnya

Medium kultur merupakakn suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrient (zat

makanan pada tingkat sel) yang digunakan untuk menumbuhkan (kultivasi)mikroorganisme.

Medium kultur dapat dibedakan berdasarkan atas susunan kimianya, konsistennya serta

fungsinya. Pada dasarnya medium kultur dapat dibuat dari beberapa bahan nutrient . Diana bahan

– bahan nutrient di ekstrak dengan air sehingga menghasilkan larutan nutrient

Bahan – bahan yang mengandung nutrient antara lain : kentang,ekstrak daging (NA),

ekstrak yeast (PCA-Standar), Touge (TSA)

Pada praktikum koleksi dan identifikasi hama dan penyakit tanaman, kami membuat

PDA yang mana berbahan dasar Kentang (Potato), yang biasanya di gunakan sebagai sumber

nutrient untuk jamur

Adapun bahan yang di gunakan adalah 200 gram kentang, 20 gram dekstrose, tepung

agar –agar 20 gram, aquades 1000 ml (bahan yang digunakan saat praktikum), biasanya bahan

tambahan yang digunakan dalam pembuatan PDA adalah 10 ml asam asetat, 10 ml KOH, 10 ml

larutan Nacl dan 10 ml Na2co3 0,3%

Alat yang digunakan. 1 buah gelas piala 1000ml, penangas, batng pengaduk, pisau,

corong, timbangan skala 1 gram, gelas Erlenmeyer (untu media biasa) tabung reaksi ( untuk

media miring),otoklaf, pipet ukur.

Dengan prosedur kerja sebagai berikut

Kentang di kupas dan dicuci lalu dipotong kecil berukuran kurang lebih 0,5 cm3,

kemudian potongan kentang di timbang sebanyak 200 gram dan di rebus dengan air steril 1.000

ml sampai mendidih. Ekstrak kentang dipisahkan , kemudian ekstrak kentang di panaskan lagi,

Page 6: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

kemudian ditambahkan 20 g dextrose dan 20 gram bubuk agar – agr dan diaduk. Apabila

volumenya kurang dari 1000 ml dapat di tambahkan dengan air steril hingga mencapai 1000 ml

da terus diaduk sampai benar – benar homogen. Ph yang d iinginkan adalah ph normal apabila ph

dibawah 7 tambahkan KOH sedangkan bila lebih dari 7 tambahkan asam asetat. Kemudian

medium dimasukkan kedalam Erlenmeyer atau tabung reaksi (media miring) yg kemudian

disumbat dengan menggunakan kapas. Medium disterilkan menggunakan otoklaf pada suhu

1210v 15psi selama 20 -30 menit. Setelah disterilisasi untuk yang ditabung reaksi diiringkan

terhadap bidang horizontal sampai padat.

Media miring ini yang kami gunakan untuk mengkoleksi pathogen dan agen antagonis.

Page 7: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB IV

Koleksi dan Identifikasi Patogen pada bagian tanaman

Pada praktikum ini, saya mengisolasi 2 bagian tanam jagung yaitu pada bagian daun yang

mempunyai gejala nekrotik (bercak colat), dan buah / biji jagung yang (pasca panen) yang

berjamur.

Metode Pengamatan

1. Pengamatan secara visual mikroskopis

2. Penanaman jaringan tanaman sakit terutama pada bagian daun pada medium PDA (Potato

Dexstrose Agar), reisolosi pada medium PDA sampai pemurnian pada media miring

medium PDA

4.1 Daun

Daun jagung didapatkan di pertanaman lahan jagng petani di medan baru. Daun jagung

yang diambil adalh daun yan bergejala nekrotik yaitu bercak coklat. Setelah daun tanaman

jagung didapatkan, kemudian di bawa ke laboratorium Proteksi tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu

Bercak Daun

Bercak daun yang dibawa ke laboratorium dan dilakukan kultivasi dan isolasi mikro

prganisme dari jaringan tumbuhan

Page 8: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Adapun bahan yang digunakan adalah mediu kultur PDA, aquades steril, alkiohol 70%,t issue

dan jaringan tanaman jagung yg terserang/ rusak. Sedangkan alt yang digunakan adlah cawan

petri, lampu spritus, entcase, scalpel, pinset, kertas saring steril dan ruang inkubasi

Cara kerjanya adalah

Permukaan daun (bagian daun) yang menunjukkan adanya asosiasi dengan

mikroorganisme dibersihkan dari kotoran2 yang menempel kemudian di seka dengan tissue atau

kapas berakohol, kemudian bagian tanaman dipotong – potong sebesar 0,5 cm3 dengan

enggunakan gunting yang steril. Setelah itu dilakukan di dalam encase dengan cara PDA

dimasukkan kedalam cawan petri emudian setelah PDA mengeras di dalam petri dimasukkan

kedalam petri. Setelah 7 hari kemudian jamur yang sudah di tanam didalam petri dilakukan

reisolasi ke PDA. Setelah 7hari kemudian baru diidentifikasi dengan cara pengamatan jamur di

bawah mikroskop dan bantuan dengan menggunakan buku identifikasi.

1. Pengamatan Makrokopis

Daun serta bagian batang jagung terdapat bercak

Simpulan

Gejala pada tanaman yang diserang oleh Curvularia ini adalah timbulnya pada daun

tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak

berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun. intensitas serangan penyakit

bercak daun (Curvularia sp) hingga umur 8 mst

Page 9: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

2. Pengamatan mikrokopis

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Euascomycetes

Order : Pleosporales

Family : Pleosporaceae

Genus : Curvularia

Simpulan :

Hasil identifikasi bentuk gejala serangan penyakit bercak daun dan pengamatan

mikroskopis terhadap bentuk konidia, penyebab penyakit bercak daun pada tanaman jagung di

Medan baru disebabkan oleh Curvularia. Dengan ciri konidia bersekat 1-3, sel nomor dua lebih

besar dan lebih gelap.

Perkembangan penyakit bercak daun terjadi pada suhu optimum 24-30 ºC. Pada suhu

yang relatif rendah diperlukan waktu yang lebih panjang (Semangun, 1994). Menurut Erlan et, al

bahwasannya perkembangan penyakit bercak daun Curvularia sp. sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban udara

disekitar tanaman pada 8 mst diketahui kelembaban rata-rata antara 47,29–51,00% dan kurang

dari 90%, keadaan mikroklimat yang demikian kurang mendukung perkembangan penyakit

Curvularia sp. Perkembangan penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh kelembaban.

Kelembaban nisbi yang diperlukan paling rendah 95% yang berlangsung selama 6-8

jam. perkembangan penyakit bercak daun Curvularia sp. sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban udara

Page 10: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

disekitar tanaman pada 8 mst diketahui kelembaban rata-rata antara 47,29–51,00% dan kurang

dari 90%, keadaan mikroklimat yang demikian kurang mendukung perkembangan penyakit

Curvularia sp. Perkembangan penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh kelembaban.

Kelembaban nisbi yang diperlukan paling rendah 95% yang berlangsung selama 6-8 jam.

Setelah di identifikasi dibawah mikraskop dengan bantuan menggunakan buku

identifikasi maka di lakukan koleksi jamur curvalaria sp yang dibuat di media miring.

Koleksi Curvularia sp

4.2 Buah Jagung

Buah atau biji jagung yang terserang di dapatkan di pasar pasar subuh Bengkulu.

Prosedur kerja yang di laksanakan sama pada prosedur kerja yang dilakukan pada pengamatan

jaringan daun. Pada buah / biji jagung yang digunakan buah jagung yang rusak, terlihat ada

jamur yang berwarna kehijauan buram.

Page 11: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Pengamatan Mikrokopis

Simpulan :

Jamur yang telah di re isolasi berwarna hijau muda buram ( hijau pucat), hifa dari paecilomyces

adalah : hialin dan besepta sedangkan konidianya oval-fusoid dan hialin. Konidiafornya

bercabang dan memiliki fialid di ujungnya, fialit tipis dengan dasarnya membesar dan ujung nya

panjang berukuran 5,5 – 6,5 x 2,4 µm serta kadang kadang memilik klasmodiapora.

Setelah di identifikasi jamur Paecilomyces di koleksi di media miring:

Koleksi Paecilomyces

Page 12: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB V

Koleksi dan identifikasi mikroorganisme dari tanah

Tanah didapatkan dari areal pertanaman jagung di medan baru, Bengkulu. Tanah diisolasi

dengan cara membuat seri pengenceran sampai 10-4 dan jamur yang di dapatkan adalah jamur

aspergilus dan glicodium.

5.1 Aspergillus sp

Taksonomi fungi Aspergillus sp.

Kingdom : Myceteae

Divisio : Ascomycota

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Eurotiales

Famili : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Species : Aspergillus sp.

Pengamatan mikroskopis

Page 13: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Koloni pada medium PDA diameternya mencapai 9 cm dalam 5 hari, bersporulasi lebat

dan pada awal pertumbuhan membentuk lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor-konidiofor

berwarna coklat kekuningan yang cepat berubah menjadi coklat kehijauan. Tangkai konidiofor

bening, dan umumnya berdinding tebal dan menyolok. Kepala konidia berbentuk bulat,

kemudian merekah menjadi kolom-kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk bulat hingga

semibulat, dan berdiameter 25-50 μm. Fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula

(pada kepala konidia yang besar), dan berukurn (10-15) x (4-8) μm. Metula berukuran (7-10) x

(4-6) μm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 5-6,5 μm, berwarna kuning

kecoklatan. Habitatnya sangat umum dijumpai di daerah tropis dan banyak ditemukan pada

tanah, serasah, rempah-rempah, jagung dan serealia (Gandjar, 1999).

Manfaat Aspergillus sp. antara lain:

Genus Aspergillus merupakan fungi antagonis yang mempunyai daya antibiotik yang

berperan dalam ketahanan tanaman (Djafaruddin, 2000; Yulianto, 1989). Menurut Darkuni

(2001), Aspergillus sp. juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P dan K.

Aplikasi Aspergillus sp. dapat meningkatkan pertumbuhan atau produktivitas tanaman seperti

tanaman jagung terutama di tanah–tanah marginal (Isroi, 2008).

Setelah di identifikasi jamur aspergillus di koleksi di media miring

Koleksi Aspergillus sp di media miring

Page 14: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

5.2 Glicodium virens

Menurut Alexopoulus and Mims (1999), Gliocladium spp. diklasifikasikan:

Kingdom : Mycetaceae

Divisio : Amastigomycota

Sub Divisi : Deuteromycotina

Class : Deuteromycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Hypocreaceae

Genus : Gliocladium

Species : Gliocladium spp.

Pengamatan Mikrokopis

Page 15: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Koloni tumbuh sangat cepat dan mencapai diameter 5-8 cm dalam waktu lima hari pada

suhu 20° C di medium PDA. Perbedaannya (Glicodium virens) dengan T. viride adalah

fialidanya seperti tertekan dan memunculkan satu tetes besar konidium berwarna hijau, yang

membentuk massa lendir, pada setiap gulungan (Gambar 4). Konidiumnya berbentuk bulat telur

pendek, berdinding halus, agak besar, dan kebanyakan berukuran (4,5-6) x (3,5-4) μm (Soesanto,

2008).

G. virens merupakan jamur tanah yang umum dan tersebar di berbagai jenis tanah,

misalnya tanah hutan, dan pada beragam rizosfer tanaman. Pertumbuhan optimum jamur

antagonis terjadi pada suhu 25-32° C. Jamur parasit

Jamur sangat toleran terhadap CO2. Pada medium yang mengandung NaCl 5%, jamur tampak

mengalami penurunan pertumbuhan dan pensporaan. Kebutuhan nutrisi dari jamur antagonis

nekrotof tidak berbeda dengan jamur saprotof. Pada stadium awal infeksi mikoparasit, tampak

terjadi perubahan kelenturan plasmalema haustorium inang, yang memampukan glukosa dan

nutrisi lain diserap dari sitoplasma inang. Jamur antagonis G. virens tidak berpengaruh

antagonisme terhadap jamur mikoriza asbuskular (Soesanto, 2008).

Manfaat Gliocladium virens Miller

Pada pengendalian hayati, perkecambahan konidia atau klamidospora akan memudahkan

agensia hayati seperti G. virens untuk menyerang miselium F. oxysporum. G. virens juga dapat

menghambat penyebab penyakit lainnya seperti Rhizoctonia spp., Phytium spp., Sclerotium

rolsfii penyebab damping off dan penyebab penyakit akar, diduga enzimnya beta glucanase. G.

virens mampu menekan Sclerotium rolsfii sampai 85% secara in-vitro. G. virens dapat

mengeluarkan antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin

dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan. G.

virens dapat tumbuh baik pada substrat organik, media kering, dan kondisi asam sampai sedikit

Konidia Gliocladium yang diaplikasikan ke tanah, akan tumbuh dan konidianya

berkecambah di sekitar perakaran tanaman. Laju pertumbuhan cepat akibat rangsangan jamur

patogen dalam waktu yang singkat sekitar 7 hari di daerah perakaran tanaman. Gliocladium spp

yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi.

Page 16: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur

seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan

penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3

glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen

akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi

mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon

oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen

(Mehrotra, 1980).

Setelah di identifikasi G.virens di koleksi di media miring

Koleksi G.virens

Page 17: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB VI

Koleksi dan identifikasi jamur Basidiomycetes

Ganoderma ini didapatkan di belakang laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu yang kemudian di bawa ke laboratoriumProteksi Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Bengkulu guna untuk di identifikasi dan Koleksi.

Pelaksanaan pertama yang digunakan adalah mengidentifikasi jamur ini dengan batuan/

menggunakan buku identifikasi, setalah di identikasi di buat kkoleksi dalam awetan dengna cara

jamur (ganoderma) dimasukkan ke dalam toples yang kemudian di rendam dengan formalin.

Koleksi Ganoderma sp

Ganoderma.sp

Ganoderma.sp adalah Basidiomycetes, yang merupakan famili polyporaceae. Asal

mulanya, jamur tersebut tumbuh pada kayu atau pokok – pokok yang tebal. Ganoderma.sp dapat

diperoleh di gunung – gunung yang mempunyai kelembaban yang tinggi. Ganoderma.sp dalam

bahasa Jepang dikenal dengan Reisi, sedangkan dalam bahasa Cina dikenal dengan “Ling zhi”.

Ganoderma.sp juga disebut dengan “A one Medicine” karena tidak mengandung efek samping.

Jenis – jenis Ganoderma

Jenis – Jenis Ganoderma

Jenis Ganoderma ini berdasarkar arna adalah sebagai berikut :

G. Luchidum Merah

G. Sinense Hitam

G. Oregonense Biru

Page 18: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

G. Applanatum Putih

G. Tsugae Kuning

G. Neo-japanicum Ungu

(http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2 99/a72875.html).

2.2.3 Bentuk dan Sifat

Ganoderma.sp termasuk salah satu jamur kayu yang keberadaannya di Indonesia telah

lama diketahui.Di Indonesia jamur ini dapat dijumpai di Jawa (kebun Raya Bogor, Gunung

Gede, Kabupaten Garut), Riau, Pegunungan kerinci, Bali, Lombok, dan Sumbawa.

Ganoderma.sp dapat ditemukan mulai dari ketinggian 300m dari permukaan laut hingga dataran

tinggi. Dari 80 spesies Ganoderma.sp didunia yang telah diketahui berkhasiat obat, hanya spesies

Ganoderma luchidum yang paling banyak digunakan sebagai obat karena mengandung bahan

aktif berupa germanium hingga 2000ppm. Ganoderma luchidum merupakan jenis jamur yang

mempunyai badan buah. Bentuk badan buah Ganoderma lichidum seperti sendok atau alat

mengambil sayur.

Jenis jamur ini memiliki tangkai yang membenam kedalam media atau substrat dengan

ukuran panjang antara 3 – 10 cm. Diujung tangkai terdapat badan buah berbentuk setengah

lingkaran.

Germanium merupakan unsur kimia yang dapat larut dalam air, memiliki sifat konduktor

netral, dan mudah bersatu dengan electron lain. Dr. Li Shin-Chen, pakar farmasi cina dalam

bukunya The Outline Of Herbal Medicine menggolongkan Ganoderma menjadi 6 jenis; lingzhi

hitam, mer Dari 80 spesies Ganoderma.sp yang berkhasiat, hanya 6 jenis tadi yang diproses

menjadi obat karena kandungan germaniumnya tidak kurang dari 800ppm. Dilihat dari sifat

hidupnya, Lingzhi termasuk jamur saprofitik karena tumbuh pada batang mati atau serbuk

gergajian kayu. Selain itu, jamur lingzhi termasuk bersifat parasitik karena dapat tumbuh pada

batang pohon yang masih hidup. Namun, pada akhirnya pohon yang ditumpanginya tersebut

akan mati juga

(http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2 99/a72875.html).

2.2.3 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Kelas : Basidiomycetes

Page 19: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

Ordo : Polyporales

Keluarga/Family : Ganodermataceae

Genus : Ganoderma

Spesies : Ganoderma sp

(http://en.wikipedia.org/wiki/Ganoderma_lucidum)

2.2.4 Kandungan Senyawa Aktif Dalam Ganoderma.sp

Ganoderma.sp adalah satu – satunya sumber yang dikenal dari suatu kelompok triterpen,

dikenal sebagai asam yang ganoderik, yang mempunyai struktur molekular yang sama dengan

hormon steroid. Ganoderma.sp merupakan suatu sumber dari secara aktif biologis polisakarida

yang dipercaya kaya akan khasiatnya sebagai obat, dan Ganoderma.sp juga mengandung :

Kandungan senyawa aktif dalam Ganoderma.sp Kandungan senyawa Aktif Ganoderma.sp

1. Polisakarida 7. Germanium

2. ergosterol 8. Vitamin

3. kumarin 9. Protein

4. lactones 10. Antikarsinogen

5. alkaloid 11. Antikanker/antitumor

6. asam ganoderik 12. Adenosial

Page 20: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

BAB VII

Penutup

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum koleksi dan identifikasi hama penyakit tanaman adalah :

1) Bercak coklat pada tanaman jagung yang didapatkan di medan baru disebabkan

oleh Curvularia. Dengan ciri konidia bersekat 1-3, sel nomor dua lebih besar dan

lebih gelap.

2) Jamur yang didapatkan di bji/ buah jagung adalah Paecilomyces dengan ciri – ciri

sebagai berikut : hialin dan besepta sedangkan konidianya oval-fusoid dan hialin.

3) Jamur yang didapatkan di tanah pertanaman jagung adalah Aspergillus dan

Glicodium.

4) Jamur basidimycites yang didapatkan adalak jamur Ganoderma

Page 21: Identifikasi Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, Sri, Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Penerbit PT Gramedia. Jakarta

Semangun, H.1994.Penyakit tanaman perkebunan dan hortikultura.

Kartasapoetra, A.G. 1987. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta

Suparyono, H. 1983. Budidaya Tanaman Pangan. Sinar Baru, Bandung.

Turmudi, Edhi. 2010. Produksi Tanaman Pangan. Laboratorium Agronomi. Fakultas Pertanian.

UNIB

Pelczar Michael J, Jr. E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI-Press. Jakarta.

Balfas R,dkk.2000.serangan mimegralla ceulefrons dan perannnya dalam membawa pathogen

layu.jurnal penelitian

http://en.wikipedia.org/wiki/Ganoderma_lucidum

http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2 99/a72875.html