identifikasi faktor kenyamanan fisik tempat kerja di cv.prasaja 5160

128
i IDENTIFIKASI FAKTOR KENYAMANAN FISIK TEMPAT KERJA DI CV. PRASAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Disusun Oleh : Golda Esa Putra Tanujaya 07 06 05160 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2013

Upload: yoshida-rey

Post on 26-Nov-2015

133 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

i

IDENTIFIKASI FAKTOR KENYAMANAN FISIK

TEMPAT KERJA DI CV. PRASAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri

Disusun Oleh :

Golda Esa Putra Tanujaya

07 06 05160

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160
Page 3: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tuhan membuat segala sesuatu Indah pada waktunya”

(Pengkhotbah 3 : 11a)

“Usaha keras itu tak akan menghianati”

(JKT48 – Shonichi)

Tugas Akhir ini dipersembahkan bagi orang tua dan keluarga besarku

yang telah mendukung dalam proses studi selama ini beserta teman-teman

seperjuangan dan rekan-rekan yang selalu membantu dalam segala usaha

dan kesulitan yang dihadapi selama berproses pada masa kuliah.

Page 4: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik.

Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk

memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar kesarjanaan

pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Bapak Ir.B. Kristiyanto, M.Eng., Ph.D. selaku dekan

Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

2. Bapak The Jin Ai. S.T., M.T., D.Eng. selaku ketua

program studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya

Yogyakarta

3. Ibu Luciana Triani Dewi. ST., MT. selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberi saran dan

bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini.

4. Papa, Mama, Novita, Gemah, dan keluarga atas doa dan

dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. CV. PRASAJA yang menjadi subyek penelitian.

6. Teman-teman yang membantu dalam penelitian dan

pengambilan data (Yudi, Rio, dan Ageng)

7. Teman-teman kos Abin atas kebersamaan dan dukungan

semangat selama ini.

Page 5: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

v

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

sehingga segala sesuatunya dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir

ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan

memperluas pengetahuan kita semua.

Yogyakarta, Juli 2013

Penulis

Page 6: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................... i

Halaman Pengesahan ................................ ii

Halaman Persembahan ............................... iii

Kata Pengantar .................................... iv

Daftar Isi ........................................ vi

Daftar Tabel ...................................... viii

Daftar Gambar..................................... x

Daftar Lampiran ................................... xii

Intisari .......................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................ 1

1.2. Perumusan Masalah ..................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ..................... 2

1.4. Batasan Masalah ......................... 3

1.5. Sistematika Penulisan ................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI ........ 5

2.1. Tinjauan Pustaka ...................... 5

2.2. Landasan Teori...................... .. 6

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN . ..................... 20

3.1. Tahap Persiapan...................... 20

3.2. Tahap Pengumpulan Data............... 20

3.3. Tahap Analisis Data dan Pembahasan.... 21

3.4. Tahap Penarikan Kesimpulan ........ ... 22

BAB 4. DATA ....................................... 24

4.1. Profil Perusahaan ..................... 24

4.2. Data Profil Pekerja ................... 26

4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu ............ 27

4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban ...... 27

Page 7: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

vii

4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo.........28

4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung....29

BAB 5. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ................31

5.1. Uji Kecukupan Data......................31

5.2. Uji Kenormalan..........................33

5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban............35

5.4. Evaluasi Nilai Clo......................44

5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut

Jantung............. ......... .........44

5.6. Usulan Solusi Perbaikan.................60

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.........................63

6.1. Kesimpulan.....................................63

6.2. Saran..........................................64

DAFTAR PUSTAKA..... ..... ...........................65

LAMPIRAN..... ..... .................................67

Page 8: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian....................15

Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA............26

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu................27

Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban..........27

Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo

Pekerja 1.................................28

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo

pekerja 2.................................28

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung

Pekerja 1................................29

Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung

Pekerja 2................................30

Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Hari ke 1................................44

Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Hari ke 2................................45

Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Hari ke 3................................46

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Hari ke 4................................46

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Hari ke 5................................47

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 1

Page 9: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

ix

Hari ke 6................................47

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 1................................48

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 2................................49

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 3................................49

Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 4...............................50

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 5...............................50

Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur

dan Konsumsi Energi Pekerja 2

Hari ke 6...............................51

Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et)........52

Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan

Reaksi Fisiologis.......................52

Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load

Pekerja 1...............................53

Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load

Pekerja 1...............................55

Page 10: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hubungan kecepatan denyut jantung

dengan aktivitas faali..................14

Gambar 1.2. Diagram Alir Metodologi Penelitian......23

Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja.....................25

Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu................33

Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban..........33

Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung

Pekerja 1...............................34

Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung

Pekerja 2...............................34

Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1........35

Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2........36

Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3........36

Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4........37

Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5........38

Gambar 5.10.Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6........38

Gambar 5.11.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 1...............................39

Gambar 5.12.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 2...............................40

Gambar 5.13.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 3...............................40

Gambar 5.14.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 4...............................41

Gambar 5.15.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 5...............................41

Gambar 5.16.Grafik Pengukuran Kelembaban

Hari Ke 6...............................42

Page 11: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

xi

Gambar 5.17.Persentase Data Hasil

Pengukuran Kelembaban...................36

Gambar 5.18.Persentase Hasil Perhitungan %CVL

Pekerja 1...............................36

Gambar 5.19.Persentase Hasil Perhitungan %CVL

Pekerja 2...............................36

Gambar 5.20.Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1

dan Pekerja 2...........................43

Page 12: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Data Profil Pekerja... ........ 67

Lampiran 2. Lembar Data Pengukuran Suhu Dan

Kelembaban... ........................ 68

Lampiran 3. Lembar Data Pengukuran Nilai Clo

Pekerja............................... 69

Lampiran 4. Lembar Data Pengukuran Denyut

Jantung............................... 71

Lampiran 5. Alat Ukur............................. 73

Lampiran 6. Roses Pengambilan Data Suhu Dan

Kelembaban............................ 74

Lampiran 7. Proses Pengambilan Data Denyut

Jantung Pekerja....................... 75

Lampiran 8. Proses Pembuatan Produk............... 76

Lampiran 9. Proses Pembuatan Kusen................ 77

Lampiran 10. Produk Jadi........................... 78

Lampiran 11. Situasi Tempat Kerja.................. 79

Lampiran 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002... 80

Page 13: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

xiii

INTISARI

CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang

bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu

dengan material kayu jati. Selama ini kenyamanan fisik

kurang diperhatikan pihak industri kayu. Kalau dicermati

faktor fisik tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan

pekerja. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor

fisik kenyamanan tempat kerja yang terjadi di CV.

PRASAJA, sehingga dapat meminimalisasi atau menghilangkan

ketidaknyamanan yang terjadi.

Identifikasi dilakukan dengan membandingkan

temperatur dan kelembaban udara tempat kerja dengan

standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

standar udara ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan,

mengukur nilai clo pakaian pekerja, tingkat pekerjaan

dengan menghitung energy expenditure dan penilaian

tingkat kelelahan dengan menghitung Cardiovaskuler Load.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

suhu di lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar yang

telah ditetapkan rata-rata pada jam 09.00-16.00 WIB,

kelembaban lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar

pada jam 08.00 WIB, sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB

kelembaban tidak melebihi standar yang telah ditetapkan,

pakaian yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak

menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja

tetapi perbaikan perlu dilakukan karena pekerja 1 tidak

memakai baju saat bekerja melakukan, tingkat pekerjaan

pekerja termasuk sedang. Hasil evaluasi %CVL pekerja 1

dan pekerja 2 menunjukan terjadinya kelelahan pada

pekerja. Maka diperlukan perbaikan-perbaikan untuk dapat

menurunkan atau menghilangkan ketidaknyamanan yang

terjadi di tempat kerja CV. PRASAJA.

Kata Kunci : faktor fisik, kenyamanan, tempat kerja.

Page 14: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota

pendidikan tetapi juga sangat terkenal dengan hasil

kerajinan tangannya (Handycraft). Salah satunya yaitu

kerajinan kusen kayu yang berasal dari industri kecil

menengah CV.PRASAJA di Jl. Laksda Adi Sucipto Km 06,

Sleman, DIY. Produk yang dihasilkan berupa kusen kayu

untuk pintu dan jendela.

Dalam pembuatannya diperlukan ketelitian dan

keterampilan khusus selain itu kenyamanan lingkungan

ruang kerja sangat diperlukan sehingga pekerja dapat

membuat produk yang dihasilkan sesuai dengan pesanan.

Pada proses pembuatannya pekerja masih manual dan

menggunakan alat-alat sederhana untuk membuat kusen

kayu mulai dari melakukan aktivitas mengukur,

memotong/menggergaji, menyerut/mengamplas, memahat dan

merakit.

Menurut (Boutet, Terry., 1987) Faktor fisik

meliputi temperatur udara, kelembaban relatif udara,

radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan

tingkat metabolik tubuh sangat berpengaruh pada

efektivitas pekerjaan.

Pengaruh faktor fisik terhadap pekerja seperti

suhu tinggi, kelembaban udara tinggi, radiasi permukaan

tinggi, laju udara yang rendah, tebalnya pakaian yang

digunakan dalam bekerja menyebabkan meningkatnya suhu

tubuh sehingga tingkat metabolik tubuh meningkat,

Page 15: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

2

sehingga menyebabkan ketidaknyamanan seperti cepat

terjadinya kelelahan, keluhan-keluhan bahkan potensial

cedera pada pekerja.

Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor

kenyamanan fisik tempat kerja yang terjadi di CV.

PRASAJA, sehingga dapat meminimalisasi atau

menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi.

Selama ini kenyamanan fisik kurang diperhatikan

pihak industri kayu, kalau dicermati faktor fisik

tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan pekerja.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan pokok

permasalahan dari penelitian yang akan dilakukan,

yakni:

1. Bagaimana kondisi faktor-faktor fisik di tempat

kerja CV.PRASAJA ?

2. Bagaimana menurunkan atau menghilangkan

ketidaknyamanan yang terjadi di CV.PRASAJA?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini

adalah untuk mengidentifikasi faktor kenyamanan fisik

tempat kerja untuk kemudian dicari solusinya.

Page 16: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

3

1.4. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki lingkup penelitian sebagai

berikut :

1. Penelitian ini meliputi 6 faktor utama menurut Hari

Purnomo dan Rizal (2000) meliputi : temperatur

udara, kelembaban relatif udara, radiasi permukaan,

laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik

tubuh .

2. Dari 6 faktor fisik menurut Hari Purnomo dan Rizal

(2000)akan dianalisis 4 faktor diantaranya yaitu :

temperatur udara, kelembaban relatif udara,

ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh.

3. Faktor radiasi permukaan dan laju udara tidak

dilakukan analisis karena keterbatasan alat ukur.

4. Pengambilan data dilakukan selama tanggal 20-27 Juni

2013, dimana pekerja mengerjakan 7 unit produk kusen

kayu.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan

sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Bagian ini berisi uraian singkat hasil-hasil penelitian

atau analisis terdahulu yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan ditinjau dalam Tugas Akhir ini,

dan teori-teori yang mendukung penelitian, dimana

teori-teori ini diperoleh dari studi literatur.

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Page 17: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

4

Bagian ini berisi langkah dan metode yang digunakan

dalam penelitian.

BAB 4 : DATA

Bab ini berisi uraian singkat tentang profil perusahaan

dan data hasil pengukuran di tempat kerja.

BAB 5 : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi tentang pengolahan data dan

pembahasan hasil pengolahan data.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi ringkasan hasil penelitiaan yang

merupakan jawaban dari tujuan penelitian serta saran

untuk penelitian selanjutnya untuk hasil yang lebih

baik.

Page 18: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Meninjau penelitian-penelitian yang telah

dilakukan dan memiliki topik yang serupa.

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Hari Purnomo dan Rizal (2000), melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Kelembaban, Temperatur

Udara dan Beban Kerja Terhadap Kondisi Faal Tubuh

Manusia”. Penelitian menggunakan Seri Paket Statistik

(SPS) MIDI untuk menunjukan hubungan detak jantung

dengan kelembaban udara dan temperatur untuk suhu dan

beban kerja yang berbeda.

Ratih Setyaningrum (2010), melakukan penelitian

mengenai. “Penelitian menggunakan perhitungan energi

expenditur, konsumsi energi, dan perhitungan CVL pada

aktivitas manual material handling” sehingga didapatkan

penilaian beban kerja sehingga perlu dilakukan

perbaikan segera.

2.1.2. Penelitian Sekarang

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi

faktor kenyamanan fisik tempat kerja yang mempengaruhi

kenyamanan pekerja pengrajin kusen kayu di CV.PRASAJA

untuk kemudian dicari solusinya dari faktor temperatur

udara, kelembaban udara, ketebalan pakaian dan tingkat

metabolik tubuh. Dengan membandingkan suhu temperatur

Page 19: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

6

dan kelembaban udara tempat kerja dengan standar MENKES

RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 standar udara ruangan dan

rekomendasi suhu lingkungan menurut pakar ergonomi

untuk tubuh manusia, ketebalan pakaian, menghitung

konsumsi energi dan penilaian tingkat kelelahan dengan

menghitung Cardiovaskuler Load.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Definisi Ergonomi

Sutalaksana (2006) mendefinisikan istilah

ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis,

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja

pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang

diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman

dan nyaman.

Sistem kerja adalah suatu sistem hubungan

manusia–mesin yang dipertimbangkan sebagai sistem

integral, saat ini dengan ergonomi perancangan suatu

peralatan dan fasilitas kerja telah memperlihatkan

interaksi manusia secara lebih baik. Hal ini

dimaksudkan untuk 1) Memperbaiki performansi kerja; 2)

Mengurangi waktu dan biaya pelatihan; 3) Memperbaiki

pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan

keterampilan yang diperlukan; 4) Mengurangi waktu yang

terbuang sia–sia dan meminimalkan kerusakan peralatan

yang disebabkan “human error”, 5) Memperbaiki

kenyamanan manusia dalam kerja.

Berdasarkan berbagai pendefinisian ergonomi oleh

beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa di

Page 20: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

7

dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana

manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling

berinteraksi satu sama lain.

Ergonomi memberikan peranan penting dalam

meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja,

misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi

rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka manusia dan

desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu

adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan

postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools)

untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu

peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat

optimasi dalam proses transfer informasi dengan

dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan

meminimumkan risiko kesalahan, serta supaya didapatkan

optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya risiko

kesehatan akibat metoda kerja yang kurang

tepat.(Nurmianto, 1996).

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain

pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan

jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu

kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan

lainlain. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan

aktivitas rancang bangun (disain) ataupun rancang ulang

yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan juga

anatomy, psysiology, industrial medicine.

2.2.2. Faktor Fisik dan Psikologis

Menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) Faktor fisik

dan psikologis merupakan dua faktor yang saling

terkait. Walaupun tes data sering didasarkan pada

Page 21: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

8

pengukuran fisik, tetapi faktor psikologis juga perlu

diperhatikan karena setiap individu memiliki perbedaan

persepsi tentang kenyamanan tubuhnya.

1. Faktor Fisik:

Faktor fisik tergantung pada 6 faktor utama yang

sama pentingnya dengan aspek psikologis yaitu :

temperatur udara, kelembaban relatif udara, radiasi

permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat

metabolik tubuh.

2. Faktor Psikologis:

Faktor psikologis dianggap lebih penting dari faktor

fisik. Tetapi faktor ini sering dikesampingkan dan

tidak dijadikan patokan untuk mengukur tingkat

kenyamanan. Yang digunakan hanyalah faktor fisik

saja. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai

standar psychological comfort yang berbeda-beda.

2.2.3. Kenyamanan Tubuh Manusia (Human Comfort)

Menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) Kondisi

nyaman merupakan sesuatu hal yang berusaha diraih

dengan cara mengalahkan faktor-faktor penyebab

ketidaknyamanan seperti tinggi atau rendahnya

temperatur dan kelembaban udara. Pada lingkungan yang

sangat lembab (kelembaban relatifnya mendekati

100%),udara akan dipenuhi dengan uap air sehingga kadar

oksigen di udara berkurang. Hal ini menyebabkan jantung

sulit memperoleh oksigen yang dibutuhkan darah sehingga

memacu jantung untuk bekerja lebih cepat. Pada kondisi

ini, kelembaban dapat dikurangi salah satunya dengan

menambah ventilasi udara. Atau jika memungkinkan, dapat

juga dilakukan dengan cara menaikkan termperatur

Page 22: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

9

udara.Sebaliknya pada lingkungan yang sangat kering

(kelembaban relatif-nya mendekati 0%), penguapan

berlangsung cepat. Pada kondisi ini, viskositas darah

naik disebabkan karena cairandarah mengalami panguapan,

sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras

untuk mengalirkan darah. Kelembaban dapat ditambah

dengan menambah uap air kedalam ruangan tersebut.

Perpindahan panas selalu proporsional dengan

temperatur. Pada kondisi lingkungan dingin, tubuh

kehilangan banyak panas hal ini menimbulkan rasa tidak

nyaman yang kemudian tubuh berusaha mencegah hilangnya

panas dengan mengerutkan pembuluh darah yang berada

dekat permukaan kulit (menyebabkan kulit terlihat lebih

pucat). Pada lingkungan yang panas diusahakan agar

tranfer panas tubuh ke lingkungan menjadi lebih mudah

dengan cara mengurangi aktifitas tubuh untuk

meminimalkan produksi panas tubuh. Solusi lain dapat

dilakukan dengan menyalakan kipas angin untuk mengganti

aliran udara yang panas di sekitar tubuh manusia (yang

berasal dari panas tubuh) dengan udara yang lebih

dingin yang berasal dari bagian lain ruangan.Tubuh juga

dapat menurunkan suhunya melalui proses evaporasi

keringat (keringat menyerap panas tubuh dan

mendinginkannya.

Umumnya, sebagian besar panas tubuh dikeluarkan

melalui proses evaporasi. Tetapi proses evaporasi akan

sulit berlangsung jika kelembaban relatif mendekati

100%. Iklim memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kesehatan manusia Dan merupakan suatu hal yang

sangat mempengaruhi kenyamanan tubuh manusia(human

comfort) karena kondisi ideal seseorang melaksanakan

Page 23: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

10

pekerjaannya secara optimal tergantung pada level

pekerjaannya. Kenyamanan tubuh manusia tergantung pada

tiga faktor yaitu temperatur, kelembaban relatif dan

aliran udara. Kenyamanan (comfort) berasal dari

berbagai faktor fisik dan psikologis yang dapat

menimbulkan kepuasan atau dapat membuat hidup lebih

mudah. Dengan demikian human comfort tidak hanya

ditentukan oleh kondisi termal saja.

2.2.4. Temperatur

Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu

konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat

celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam

perut yang disebut dengan suhu tubuh (core

termperatur). Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat

itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core

termperatur adalah shell termperatur, yang terdapat

pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang

menunjukkan variasi tertentu. Manusia mempunyai

kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh

(mempunyai kemampuan untuk beradaptasi).

Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat

manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara

temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada

seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat

menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan

proses konveksi., radiasi dan penguapan jika terjadi

kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.

Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar

tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas

Page 24: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

11

dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh

(Sutalaksana, 2006).

Berbagai tingkat temperatur akan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut

(Sutalaksana, 2006):

1. 49 derajat celcius temperatur dapat ditahan sekitar

1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan

mental.

2. 30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap

mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan

dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.

3. 24 derajat celcius kondisi kerja optimum.

4. 10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai

muncul.

Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa

produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang

paling tinggi pada suhu 24 sampai 27 derajat celcius

(Sutalaksana, 2006), berdasarkan MENKES RI

NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan

syarat udara ruangan yang direkomendasikan untuk suhu

berkisar antara 18–30 oC dan kelembaban : 65-95%.

2.2.5. Paparan Suhu Lingkungan

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada

anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas.

Menurut Pulat (1992) bahwa reaksi fisiologis tubuh

(Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara

di luar comfort zone adalah sebagai berikut :

a. Vasodilatasi

b. Denyut jantung meningkat

c. Temperatur kulit meningkat

Page 25: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

12

d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian

meningkat dll.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat

pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat

dijelaskan sebagai berikut (Kroemer-Elbert, 1994):

a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti,

terjadinya kelelahan, Sering melakukan istirahat

curian dll.

b. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan

tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh

penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena

gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <

1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih

awal dan mulut mulai kering.

c. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau

keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit

terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu

beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan

menggunakan bedak penghilang keringat.

d. Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh

(tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang

menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu

banyak dengan sedikit garam natrium.

e. Head Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan

karena aliran darah ke otak tidak cukup karena

sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan

kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan

suhu tinggi.

f. Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh

kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan

Page 26: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

13

garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah,

dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak

dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi

terhadap suhu udara panas.

2.2.6. Kerja Fisik

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi

fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power).

Kerja fisik disebut juga ”manual operation” dimana

performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada

manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power)

ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat

dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar

karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia

yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja

fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang

dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu

pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan

manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja

mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara

sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar

satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan

perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat

dideteksi melalui :

1. Konsumsi oksigen

2. Denyut jantung

3. Peredaran udara dalam paru-paru

4. Temperatur tubuh

5. Konsentrasi asam laktat dalam darah

6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni

7. Tingkat penguapan

Page 27: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

14

8. Faktor lainnya

Menurut Barnes (1980), Kerja fisik mengakibatkan

perubahan konsumsi oksigen, denyut jantung,

peredaran udara dalam paru-paru, suhu tubuh, dan

konsentrasi asam laktat dalam darah. Beberapa faktor

ini sedikit terpengaruh oleh aktivitas otot. Ada

hubungan antara denyut jantung, konsumsi oksigen,

jumlah peredaran udara, dan pekerjaan fisik yang

dilakukan oleh seorang individu. keempat faktor

tersebut, denyut jantung dan konsumsi oksigen yang

paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat

fisiologis kerja manusia.

2.2.7. Pakaian

Pakaian mempengaruhi laju pertukaran panas secara

konveksi dan radiasi dan mempengaruhi tingkat

pendinginan evaporasi. Besarnya kalor yang dilepas oleh

tubuh dipengaruhi oleh jenis pakaian yang sedang

dipakai pada saat itu, terutama mengenai besar kecilnya

isolasi termal dari bahan pakaian dan tebalnya. Isolasi

termal dari bahan pakaian yang dipakai dinyatakan dalam

clo, dimana :

1 clo = 0,155 m2.K/Watt. (Kodak Eastman Company, 1983)

Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan

untuk mencapai kenyamanan termal adalah cara

berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis

pakaian yang dikenakannya demu mencapai kenyamanan

termal bagi dirinya. Untuk menentukan sifat pakaian

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel pakaian dan

clothing value pada Tabel 2.1. Untuk menentukan nilai

Page 28: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

15

clo gabungan, maka nilai clo yang ada dapat dijumlahkan

(Apriyandini, 2010).

Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian

Item Pakaian Nilai

Clo

Kaos Berkerah 0,09

Kaos Dalam 0,06

Celana Dalam 0,05

Kemeja Lengan Panjang 0,22

Kemeja Lengan Pendek 0,14

Celana Ringan 0,26

Celana Berat 0,32

Jaket Ringan 0,22

Jaket Berat 0,49

Sepatu 0,04

Sepatu boot 0,08

Sandal 0,02

Kaos Kaki 0,01

Sumber : SNI 03-6572-2001

2.2.8. Perhitungan Konsumsi Energi

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang

berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi

energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara

tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah,

aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur

tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang

dikeluarkan oleh paru-paru.

Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan

parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut

jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara

kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu

dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.

Page 29: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

16

Untuk merumuskan hubungan antara energy

expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut

jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan

antara energy expediture dengan kecepatan denyut

jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk

regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung

secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan

sebagai berikut :

2410.71733,40229038,080411,1 XXY (2.1)

Dimana:

Y : Energi (kilokalori per menit)

X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung

disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi

untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam

bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et – Ei (2.2)

Dimana :

KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja

tertentu (kilokalori/menit)

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu

(kilokalori/menit)

Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat

(kilokalori/menit)

Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum :

Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik.

Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan

untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut

tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur

perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan

karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas

Page 30: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

17

permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam

kilokalori/area dan permukaan/jam. Rata-rata manusia

mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan

1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1

kilokalori/menit. (Modul APSK & Ergonomi UAJY, 2009)

2.2.9. Perhitungan Cardiovaskuler Load

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang

sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari

istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba &

Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja

berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang

dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban

kardiovaskular (cardiovascular load = %CVL ) yang

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

%CVL = (2.3)

Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl,

1977).

Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut

- X ≤30% = tidak terjadi kelelahan

- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan

- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat

- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera

- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas

2.2.10. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data bertujuan untuk membuktikan

bahwa jumlah sampel data hasil observasi yang telah

Page 31: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

18

diambil dapat dikatakan cukup untuk dapat mewakili

sistem secara keseluruhan. Menurut Ralph M. Barnes,

formula untuk menentukan jumlah minimal dipengaruhi

oleh tingkat kepercayaan (k) dan tingkat ketelitian

(s). Tingkat kepercayaan k berarti data tersebut dapat

dipercaya k kebenarannya dan tingkat ketelitian s

berarti peneliti memperbolehkan rata-rata hasil

penelitiannya menyimpang sejauh s dari rata-rata

sebenarnya. Persamaan untuk menentukan jumlah sampel

minimum dapat diformulasikan sebagai berikut:

(2.4)

Dengan : N’ = Jumlah sampel data minimum

N = Jumlah data yang diperoleh

Xi = Data pengamatan ke-i

K = Tingkat kepercayaan

S = Tingkat ketelitian

Data dinyatakan cukup apabila N>N’, dan bila N<N’

maka harus dilakukan penambahan data sampel atau

dilakukan pengamatan tambahan.

Uji kecukupan data juga dapat dilakukan dengan

menggunakan bantuan software statistik. Hasil pengujian

dapat dilihat pada nilai P (nilai sig.). hasil

menunjukan bahwa jumlah sampel minimum sudah terpenuhi

jika P>0.05 (Budi, 2006).

2.2.11. Uji Kenormalan Data

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang dikumpulkan terdistribusi normal atau tidak.

Hal ini bertujuan untuk menentukan metode statistik

Page 32: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

19

yang sesuai yang dapat digunakan untuk pengolahan data,

untuk data yang telah dikumpulkan.

Uji kenormalan yang digunakan adalah uji

Kolmogorov-Smirnov. Metode ini memiliki keunggulan

hasilnya lebih akurat dan lebih mudah digunakan. Hal

ini dikarenakan tidak perlu dilakukan pengelompokan

pada data yang diperoleh.

Konsep dasar pengujian ini adalah membandingkan

distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan

distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah

data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk z-

score dan telah diasumsikan normal.

Penerapan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika

signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji

memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal

baku, berarti data tersebut tidak terdistribusi normal.

Berlaku sebaliknya jika signifikansi diatas 0,05

berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan

data normal baku, berarti data terdistribusi normal

(Budi, 2006).

Page 33: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

20

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Tahap Persiapan

Penulis melakukan penelitian Identifikasi Faktor

Fisik Yang Mempengaruhi Kenyamanan Pada Pekerja. Pada

persiapan ini, penulis menyiapkan alat-alat yang

diperlukan untuk melakukan penelitian antara lain

yaitu:

1. Thermohygrometer.

2. Tensi Meter.

3. Lembar Data

4. Alat Tulis

Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah

Suhu dan kelembaban di ruang kerja, Ketebalan pakaian

denyut jantung pekerja pada saat tidak bekerja(sebelum

bekerja dan istirahat) dan pada saat bekerja.

1.2. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini,

yaitu :

1. Data Pekerja

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kepada

pekerja sehingga diperoleh data profil pekerja.

2. Data Suhu

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur

suhu tempat kerja dengan menggunakan alat

Thermohygrometer. Pengukuran dilakukan mulai pukul

Page 34: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

21

08.00 WIB-16.00 WIB setiap 1 jam selama 6 hari kerja

sehingga diperoleh data hasil pengukuran suhu.

3. Data Kelembaban Udara

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur

Kelembaban tempat kerja dengan menggunakan alat

Thermohygrometer pengukuran dilakukan setiap 1 jam

selama 6 hari kerja sehingga diperoleh data hasil

pengukuran kelembaban udara.

4. Data Nilai clo pakaian

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan

mengisi pakaian yang digunakan oleh pekerja pada

form data setiap hari selama 6 hari sehingga

diperoleh data nilai clo pakaian.

5. Data Denyut jantung

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur

denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan

menggunakan alat Tensi Meter.

a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat

(Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai

pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah

istirahat pukul 12.30 WIB.

b. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja

(Dn1) dilakukan setiap jam pada saat pekerja

melakukan pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan

pada pukul 09.00 WIB–16.00 WIB.

1.3. Tahap Analisis Data dan Pembahasan.

1. Data yang diperoleh kemudian diuji kecukupan data

dan distribusi normal.

2. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban kemudian

dibandingkan apakah sesuai dengan standar MENKES RI

Page 35: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

22

NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara

ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan menurut

pakar ergonomi untuk tubuh manusia.

3. Data hasil pengukuran nilai clo dilakukan evaluasi

apakah memenuhi standar nilai clo.

4. Data hasil pengukuran denyut jantung pekerja

dianalisis dengan menghitung energi expenditur

(persamaan 2.1), konsumsi energi (persamaan 2.2)

dan penilaian beban kerja (persamaan 2.3) dan

Cardiovaskuler Load.

1.4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh

beberapa kesimpulan yang dapat memenuhi dan menjawab

tujuan dari penelitian serta solusi untuk CV.PRASAJA.

Tahap penarikan kesimpulan berisi juga saran yang

diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya. Langkah

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. Diagram

Alir metodologi Penelitian.

Page 36: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

23

Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Mulai

Studi Literatur :

Studi Pustaka.

Pengamatan Langsung.

Persiapan Penelitian :

Pembuatan Form Data.

Pengambilan Data :

Pengukuran Data Suhu dan Kelembaban menggunakan

alat Thermohygrometer, Nilai Clo menggunakan

Checklist, dan Denyut Jantung menggunakan alat

Tensi Meter.

Dokumentasi Foto.

Analisis Data dan Pembahasan :

1. Uji kecukupan data dan distribusi normal.

2. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban dibandingkan dengan

standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara

ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan menurut pakar ergonomi

untuk tubuh manusia.

3. Data hasil pengukuran nilai clo dianalisis apakah memenuhi standar

kenyamanan thermal.

4. Data hasil pengukuran denyut jantung pekerja dianalisis dengan

menghitung konsumsi energi dan Cardiovaskuler Load.

Kesimpulan dan Saran :

Kesimpulan Hasil Analisis data dan Pembahasan.

Saran dari penulis untuk CV.PRASAJA.

Selesai

Page 37: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

24

BAB 4

DATA

4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang

bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu

dengan material kayu jati didirikan tahun 1998 dengan

Syaifudin sebagai pemilik usaha yang bertempat di Jl.

Laksda Adi Sucipto Km 06, Sleman, Yogyakarta.

Produksi dilakukan apabila ada pesanan saja dan

material yang digunakan untuk produk hanya kayu jati,

Pembuatan produk masih manual karena menggunakan

alat-alat tradisional seperti gergaji tangan, pahat,

palu, paku, dan penggaris besi.

4.1.2. Waktu Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja

Hari kerja CV.PRASAJA senin sampai dengan sabtu.

Pembagian Jam kerja diatur seperti dibawah ini:

Hari senin – sabtu :

1. Pagi : 08.00 – 12.00 WIB

2. Istirahat : 12.00 – 12.30 WIB

3. Siang : 12.30 – 16.00 WIB

CV.PRASAJA memiliki empat orang pekerja yaitu

Anto sebagai mandor, Marula dan Susno sebagai pembuat

produk, dan Sugeng sebagai pengantar produk ke

konsumen.

Page 38: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

25

1.1.3. Deskripsi Tempat Proses Kerja

Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja

Tempat kerja CV.PRASAJA hanya berjarak ± 2 meter

dari jalan raya dengan luas ± 8 x 10 m2 dengan kondisi

ruangan terbuka, terdapat beberapa komponen fasilitas

utama yaitu kantor utama untuk pemilik dan mandor juga

sebagai tempat untuk menerima konsumen, terdapat ruang

istirahat yang berfungsi sebagai tempat istirahat

pekerja, dan terdapat toilet.

Pada Gambar 4.1 area berwarna hijau merupakan area

ruang gerak pekerja mulai dari mengambil material,

alat, serta melakukan proses pembuatan kusen di kursi

panjang dan meja gergaji.

Tahapan proses pembuatan kusen di CV.PRASAJA,

yaitu:

1. Tahap Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan terdiri dari persiapan material

kayu dan persiapan alat. Material kayu diangkat ke

kursi panjang untuk dilakukan pengukuran.

Page 39: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

26

2. Tahap Pengukuran (Measurement)

Material kayu yang sudah dipindahkan ke kursi

panjang kemudian diukur sesuai ukuran pesanan

menggunakan penggaris dan pensil.

3. Tahap Pemotongan (Cutting)

Proses pemotongan kayu yang sudah diukur kemudian

dipotong menggunakan gergaji.

4. Tahap Perakitan (Assembly)

Setelah kayu dipotong sesuai ukuran kemudian kayu

dilubangi menggunakan pahat setelah itu dirakit dan

direkatkan menggunakan paku.

4.2. Data Profil Pekerja

Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA

No. Nama

Pekerja

Jenis

Kelamin

(L/P)

Umur

(Tahun)

Posisi

Pekerjaan

1. Anto L 40 Mandor

2. Marula L 45 Pengrajin

3. Susno L 25 Karyawan

4. Sugeng L 33

Sopir

Pengantar

barang

Pekerja yang menjadi Objek penelitian yaitu

pekerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan

kusen maka pekerja yang akan diukur denyut jantung

Page 40: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

27

dan nilai Clo pakaian adalah Marula (pekerja 1) dan

Susno (pekerja 2).

4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu

No. Jam

Pengamatan

Suhu (oC)

Hari

ke 1

Hari

ke 2

Hari

ke 3

Hari

ke 4

Hari

ke 5

Hari

ke 6

1. 08.00 28 29 27 28 29 29

2. 09.00 30 30 31 29 31 31

3. 10.00 31 32 32 32 32 33

4. 11.00 32 33 32 33 33 33

5. 12.00 32 33 32 33 33 32

6. 13.00 32 32 32 33 33 31

7. 14.00 31 31 31 32 32 31

8. 15.00 31 30 31 31 32 31

9. 16.00 31 30 31 30 31 30

4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban

Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban

No. Jam

Pengamatan

Kelembaban (%)

Hari

ke 1

Hari

ke 2

Hari

ke 3

Hari

ke 4

Hari

ke 5

Hari

ke 6

1. 08.00 96 95 98 97 97 98

2. 09.00 93 89 83 83 81 79

Page 41: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

28

Tabel 4.3 Lanjutan

No. Jam

Pengamatan

Kelembaban (%)

Hari

ke 1

Hari

ke 2

Hari

ke 3

Hari

ke 4

Hari

ke 5

Hari

ke 6

3. 10.00 89 82 74 76 76 75

4. 11.00 80 79 73 75 75 74

5. 12.00 77 76 73 74 75 72

6. 13.00 74 76 74 73 73 72

7. 14.00 76 77 76 74 78 73

8. 15.00 81 79 82 78 83 75

9. 16.00 85 86 84 83 86 81

4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo

Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 1

Item Pakaian Nilai

Clo

Hari

1 2 3 4 5 6

Kaos Berkerah 0,09

Kaos Dalam 0,06

Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √

Kemeja Lengan

Panjang

0,22

Kemeja Lengan

Pendek

0,14

Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √

Celana Berat 0,32

Jaket Ringan 0,22

Jaket Berat 0,49

Sepatu 0,04

Sepatu boot 0,08

Sandal 0,02

Kaos Kaki 0,01

Jumlah 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31

Page 42: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

29

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 2

Item Pakaian Nilai

Clo

Hari

1 2 3 4 5 6

Kaos Berkerah 0,09 √ √ √ √ √ √

Kaos Dalam 0,06

Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √

Kemeja Lengan

Panjang

0,22

Kemeja Lengan

Pendek

0,14

Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √

Celana Berat 0,32

Jaket Ringan 0,22

Jaket Berat 0,49

Sepatu 0,04

Sepatu boot 0,08

Sandal 0,02

Kaos Kaki 0,01

Jumlah 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung

Pekerja 1

No.

Jam

Pengamatan

(WIB)

Keterangan

Denyut Jantung (detak/menit)

Hari Pengamatan

1 2 3 4 5 6

1. 08.00 Dn0 73 78 77 73 76 76

2. 09.00 Dn1 137 140 151 119 141 139

3. 10.00 Dn1 122 136 139 122 134 136

4. 11.00 Dn1 127 134 135 127 127 128

5. 12.00 Dn1 131 144 121 131 132 134

6. 12.30 Dn0 78 81 84 78 82 83

7. 13.00 Dn1 102 123 122 102 128 132

Page 43: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

30

Tabel 4.6 Lanjutan

No.

Jam

Pengamatan

(WIB)

Keterangan

Denyut Jantung (detak/menit)

Hari Pengamatan

1 1 1 1 1 1

8. 14.00 Dn1 129 127 132 129 136 134

9. 15.00 Dn1 142 134 136 142 139 126

10. 16.00 Dn1 146 141 141 146 129 128

Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung

Pekerja 2

No.

Jam

Pengamatan

(WIB)

Keterangan

Denyut Jantung (detak/menit)

Hari Pengamatan

1 2 3 4 5 6

1. 08.00 Dn0 77 75 76 77 75 77

2. 09.00 Dn1 93 105 92 93 108 112

3. 10.00 Dn1 119 117 119 119 119 107

4. 11.00 Dn1 124 120 124 124 116 105

5. 12.00 Dn1 112 126 117 112 107 115

6. 12.30 Dn0 81 78 83 80 76 77

7. 13.00 Dn1 99 87 98 99 88 109

8. 14.00 Dn1 117 103 123 117 107 107

9. 15.00 Dn1 123 119 118 123 122 120

10. 16.00 Dn1 132 122 126 132 120 122

Page 44: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

31

BAB 5

ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN

5.1. Uji Kecukupan Data

5.1.1. Uji Kecukupan Data Suhu

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang telah diproses telah cukup sesuai dengan tingkat

kepercayaan dan tingkat ketelitian peneliti. Peneliti

menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat

ketelitian 5%. Tingkat kepercayaan 95% artinya data

tersebut dapat dipercaya 95% kebenarannya dan tingkat

ketelitian 5% artinya peneliti memperbolehkan rata-rata

hasil penelitiannya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata

sebenarnya. Hasil yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

N1 =

N1 = 1.81924 = 2

Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah

sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data

yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat

dikatakan cukup, karena N>N'.

5.1.2. Uji Kecukupan Data Kelembaban

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Page 45: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

32

N1 =

N1 = 3.72381301 = 4

Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah

sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data

yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat

dikatakan cukup, karena N>N'.

5.1.3. Uji Kecukupan Data Denyut Jantung

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Uji Kecukupan Data Pekerja 1

N1 =

= 58.39587 = 59

2. Uji Kecukupan Data Pekerja 2

N1 =

= 43.09762 = 44

Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah

data yang telah diambil dapat dikatakan cukup, karena

N>N'.

Page 46: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

33

5.2. Uji Kenormalan

Uji kenormalan yang digunakan adalah uji

Kolmogorov-Smirnov. Tujuan dilakukan uji kenormalan

adalah untuk mengetahui apakah data yang diambil

berdistribusi normal atau tidak. Data yang

terdistribusi normal merupakan salah satu asumsi dasar

dalam pengujian parametrik. Pengujian dilakukan dengan

bantuan software SPSS 15, dengan hasil meliputi

eksperimen 1,2,3, dan 4 seperti pada Tabel 5.1, 5.2,

5.3, dan 5.4.

Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu

Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban

Page 47: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

34

Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung

Pekerja 1

Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung

Pekerja 2

Hasil pada pengujian ini dapat dilihat pada nilai

P(nilai sig.). data dapat dikatan berdistribusi normal

bila nilai P > 0,05. Pada masing-masing Tabel nilai P >

dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data

berdistribusi normal.

Page 48: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

35

5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban

Berdasarkan MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002

tentang standar udara ruangan. Suhu dan kelembaban yang

direkomendasikan adalah sebagai berikut:

a.Suhu : 18–30 oC

b.Kelembaban : 65-95 %

5.3.1. Evaluasi Suhu

1. Pengukuran Hari Ke 1

Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.5 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.00-

09.00 WIB, sedangkan suhu berada diatas standar pada

jam 10.00-17.00 WIB.

Page 49: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

36

2. Pengukuran Hari Ke 2

Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.6 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.00-

09.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB, sedangkan suhu berada

diatas standar pada jam 10.00-14.00 WIB.

3. Pengukuran Hari Ke 3

Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3

Page 50: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

37

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.7 suhu memenuhi standar pada jam 8.00,

sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 09.00-

16.00 WIB.

4. Pengukuran Hari Ke 4

Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.8 suhu memenuhi standar pada jam 8.00-09.00,

sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-

16.00 WIB yaitu > 300C.

Page 51: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

38

5. Pengukuran Hari Ke 5

Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.9 suhu memenuhi standar pada jam 8.00,

sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-

16.00 WIB.

6. Pengukuran Hari Ke 6

Gambar 5.10. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6

Page 52: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

39

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh

Gambar 5.10 suhu memenuhi standar jam 8.00 dan jam

16.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam

09.00-15.00 WIB.

5.3.2. Evaluasi Kelembaban

1. Pengukuran Hari Ke 1

Gambar 5.11. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 1

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.11 kelembaban memenuhi standar kelembaban

pada jam 8.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar

kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB.

Page 53: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

40

2. Pengukuran Hari Ke 2

Gambar 5.12. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 2

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.12 kelembaban memenuhi standar kelembaban

pada jam 08.00-16.00 WIB.

3. Pengukuran Hari Ke 3

Gambar 5.13. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 3

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.13 kelembaban memenuhi standar kelembaban

Page 54: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

41

pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas

standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.

4. Pengukuran Hari Ke 4

Gambar 5.14. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 4

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.14 kelembaban memenuhi standar kelembaban

pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas

standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.

5. Pengukuran Hari Ke 5

Gambar 5.15. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 5

Page 55: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

42

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.15 kelembaban memenuhi standar kelembaban

pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas

standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.

6. Pengukuran Hari Ke 6

Gambar 5.16. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 6

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.16 kelembaban memenuhi standar kelembaban

pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas

standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.

Page 56: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

43

Gambar 5.17. Persentase Data Hasil Pengukuran

Kelembaban

Dari hasil pengukuran data kelembaban yang ditunjukan

oleh Gambar 5.17 terdapat 89% data sudah memenuhi

standard dan hanya 11% yang tidak memenuhi standar hal

ini disebabkan karena pada pagi hari udara mengandung

banyak embun atau uap air.

Suhu ruang kerja di CV.PRASAJA melebihi standar

mulai jam 09.00-16.00 WIB dan suhu tertinggi berada

pada jam 11.00-13.00 WIB, menurut pakar ergonomi

(Sutalaksana, 2006) hal ini dapat mengakibatkan

aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan

cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan

timbul kelelahan fisik.

Page 57: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

44

5.4. Evaluasi Pakaian

Menurut Eastmen Kodak Company (1983) skor nilai

clo 0 adalah kondisi kenyamanan thermal, +1 indikasi

ketidaknyamanan thermal, +2 dan +3 indikasi potensi

heat stress.

Dari data nilai clo yang diperoleh yang

ditunjukan oleh Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, 100% data

nilai clo pekerja 1 maupun pekerja 2 selama 6 hari jam

kerja masih dalam batas nyaman karena berada diantara

range 0 dan +1 hal ini dapat disimpulkan bahwa pakaian

yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak

menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja,

tetapi perbaikan perlu dilakukan untuk pekerja 1 karena

pada saat melakukan aktivitas pekerjaan tidak

menggunakan baju, hal ini dapat mengakibatkan debu dan

kotoran di sekitar tempat kerja dapat menempel pada

tubuh pekerja. Sehingga dapat menyebabkan gatal pada

kulit, hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan

kesehatan dalam bekerja.

5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut Jantung

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur

denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan

menggunakan alat Tensi Meter.

a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat

(Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai

pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah

istirahat pukul 12.30 WIB.

b. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja (Dn1)

dilakukan setiap jam pada saat pekerja melakukan

Page 58: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

45

pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada pukul

09.00 WIB–16.00 WIB.

Perhitungan ini dilakukan dengan mengolah data

pengukuran denyut jantung yang diperoleh dengan rumus

energi expenditur (Et).

Et = 1,80411-0,0229038X+4,71733.10-4X2 (5.1)

Dimana:

Et : Energi Expenditur (kilokalori per menit)

X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung

disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi

untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam

bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et – Ei (5.2)

Dimana :

KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja

tertentu (kilokalori/menit)

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu

(kilokalori/menit)

Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat

(kilokalori/menit)

Untuk memudahkan perhitungan, maka dilakukan

perhitungan dengan bantuan ms.excel 2007. Pengujian ini

bertujuan untuk melakukan penilaian beban kerja

berdasarkan denyut jantung pekerja, adapun hasil

perhitungan dengan menggunakan ms.excel 2007 adalah

sebagai berikut:

Page 59: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

46

Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 1

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kca/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 73

2,645982

2 Dn1 137 7,52019

4,874208

3 Dn1 122 6,031076

3,385094

4 Dn1 127 6,503861

3,857879

5 Dn1 131 6,899071

4,253089

6 Dn0 78

2,887619

7 Dn1 102 4,375801

1,488182

8 Dn1 129 6,699579

3,81196

9 Dn1 142 8,063734

5,176115

10 Dn1 146 8,515552

5,627933

Rata-Rata 6,826108 0,360952 4,059308

Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 2

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 78

2,887619

2 Dn1 140 7,843486

4,955867

3 Dn1 136 7,414311

4,526692

4 Dn1 134 7,205385

4,317766

5 Dn1 144 8,287756

5,400137

6 Dn0 81

3,043923

7 Dn1 123 6,123746

3,079823

8 Dn1 127 6,503861

3,459938

Page 60: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

47

Tabel 5.2 Lanjutan

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

9 Dn1 134 7,205385

4,161462

10 Dn1 141 7,953138

4,909216

Rata-Rata 7,317133 2,965771 4,351363

Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 3

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 85

3,265536

2 Dn1 151 9,101552

5,836016

3 Dn1 139 7,734777

4,469241

4 Dn1 135 7,309376

4,04384

5 Dn1 121 5,939349

2,673813

6 Dn0 84

3,208718

7 Dn1 122 6,031076

2,822358

8 Dn1 132 7,000232

3,791514

9 Dn1 136 7,414311

4,205594

10 Dn1 141 7,953138

4,744421

Rata-Rata 7,310476 3,237127 4,073349

Page 61: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

48

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 4

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 73

2,645982

2 Dn1 119 5,758726

3,112745

3 Dn1 122 6,031076

3,385094

4 Dn1 127 6,503861

3,857879

5 Dn1 131 6,899071

4,253089

6 Dn0 78

2,887619

7 Dn1 102 4,375801

1,488182

8 Dn1 129 6,699579

3,81196

9 Dn1 142 8,063734

5,176115

10 Dn1 146 8,515552

5,627933

Rata-Rata 6,605925 2,7668 3,839125

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 5

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 79

2,938777

2 Dn1 141 7,953138

5,014362

3 Dn1 134 7,205385

4,266608

4 Dn1 127 6,503861

3,565084

5 Dn1 132 7,000232

4,061455

6 Dn0 82

3,097911

7 Dn1 128 6,601248

3,503337

8 Dn1 136 7,414311

4,3164

Page 62: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

49

Tabel 5.5 Lanjutan

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

9 Dn1 139 7,734777

4,636866

10 Dn1 129 6,699579

3,601668

Rata-Rata 7,139066 3,018344 4,120722

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 6

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 76

2,788134

2 Dn1 139 7,734777

4,946643

3 Dn1 136 7,414311

4,626178

4 Dn1 128 6,601248

3,813114

5 Dn1 134 7,205385

4,417251

6 Dn0 83

3,152843

7 Dn1 132 7,000232

3,847389

8 Dn1 134 7,205385

4,052542

9 Dn1 126 6,407417

3,254574

10 Dn1 128 6,601248

3,448405

Rata-Rata 7,02125 2,970488 4,050762

Page 63: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

50

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 1

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 77

2,837405

2 Dn1 93 3,754049

0,916645

3 Dn1 119 5,758726

2,921322

4 Dn1 124 6,217359

3,379955

5 Dn1 112 5,156266

2,318861

6 Dn0 81

3,043923

7 Dn1 99 4,16006

1,116137

8 Dn1 117 5,581877

2,537955

9 Dn1 123 6,123746

3,079823

10 Dn1 132 7,000232

3,956309

Rata-Rata 5,469039 2,940664 2,528376

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 2

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 75

2,739806

2 Dn1 105 4,600034

1,860228

3 Dn1 117 5,581877

2,842071

4 Dn1 120 5,848566

3,10876

5 Dn1 126 6,407417

3,66761

6 Dn0 78

2,887619

7 Dn1 87 3,382004

0,494385

8 Dn1 103 4,449602

1,561983

Page 64: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

51

Tabel 5.8 Lanjutan

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

9 Dn1 119 5,758726

2,871107

10 Dn1 122 6,031076

3,143457

Rata-Rata 5,257413 2,813713 2,4437

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 3

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 76

2,788134

2 Dn1 92 3,689683

0,901549

3 Dn1 119 5,758726

2,970593

4 Dn1 124 6,217359

3,429226

5 Dn1 117 5,581877

2,793744

6 Dn0 83

3,152843

7 Dn1 98 4,090033

0,93719

8 Dn1 123 6,123746

2,970903

9 Dn1 118 5,66983

2,516988

10 Dn1 126 6,407417

3,254574

Rata-Rata 5,442334 2,970488 2,471846

Page 65: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

52

Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 4

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 77

2,837405

2 Dn1 93 3,754049

0,916645

3 Dn1 119 5,758726

2,921322

4 Dn1 124 6,217359

3,379955

5 Dn1 112 5,156266

2,318861

6 Dn0 81

3,043923

7 Dn1 99 4,16006

1,116137

8 Dn1 117 5,581877

2,537955

9 Dn1 123 6,123746

3,079823

10 Dn1 132 7,000232

3,956309

Rata-Rata 5,469039 2,940664 2,528376

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 5

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 75

2,739806

2 Dn1 108 4,832758

2,092952

3 Dn1 119 5,758726

3,01892

4 Dn1 116 5,494868

2,755062

5 Dn1 107 4,75424

2,014434

6 Dn0 76

2,788134

7 Dn1 88 3,441653

0,653519

8 Dn1 107 4,75424

1,966106

Page 66: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

53

Tabel 5.11 Lanjutan

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

9 Dn1 122 6,031076

3,242942

10 Dn1 120 5,848566

3,060432

Rata-Rata 5,114516 2,76397 2,350546

Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan

Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 6

No. Keterangan

Denyut

Jantung

(detak/menit)

Et

(Kcal/min)

Ei

(Kcal/min)

KE

(Kcal/min)

1 Dn0 77

2,837405

2 Dn1 112 5,156266

2,318861

3 Dn1 107 4,75424

1,916836

4 Dn1 105 4,600034

1,76263

5 Dn1 115 5,408802

2,571398

6 Dn0 77

2,837405

7 Dn1 109 4,91222

2,074815

8 Dn1 107 4,75424

1,916836

9 Dn1 120 5,848566

3,011161

10 Dn1 122 6,031076

3,193671

Rata-Rata 5,183181 2,837405 2,345776

Page 67: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

54

Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et)

Rata-rata Energi Expenditur Pekerja (Et) (Kkal/Menit)

No. Hari Pengamatan Pekerja 1 Pekerja 2

1. 1 6,826108 5,469039

2. 2 7,317133 5,257413

3. 3 7,310476 5,442334

4. 4 6,605925 5,469039

5. 5 7,139066 5,114516

6. 6 7,021250 5,183181

Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi

Fisiologis

Tingkat

Pekerjaan

Energi

Expenditur

(Kkal/Menit)

Severe 12.5 <

Very Heavy 10.0-12,5

Heavy 7.5-10.0

Moderate 5.0-7.5

Light 2.5-5.0

(Sumber: Pulat, 1992)

Berdasarkan Tabel 5.13 hasil perhitungan rata-rata

energi expenditur pekerja dan 5.14 klasifikasi beban

kerja menunjukan bahwa tingkat pekerjaan pekerja 1 dan

pekerja 2 termasuk sedang.

Page 68: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

55

Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 1

Hari

Pengamatan

Jam

Pengukuran Dn0

(detak/mnt)

Dn1

(detak/mnt)

D

maks %CVL

No.

%CVL Dn0 Dn1

1

08.00 09.00 73 137 175 62,75 1

08.00 10.00 73 122 175 48,04 2

08.00 11.00 73 127 175 52,94 3

08.00 12.00 73 131 175 56,86 4

12.30 13.00 78 102 175 24,74 5

12.30 14.00 78 129 175 52,58 6

12.30 15.00 78 142 175 65,98 7

12.30 16.00 78 146 175 70,10 8

2

08.00 09.00 78 140 175 63,92 9

08.00 10.00 78 136 175 59,79 10

08.00 11.00 78 134 175 57,73 11

08.00 12.00 78 144 175 68,04 12

12.30 13.00 81 123 175 44,68 13

12.30 14.00 81 127 175 48,94 14

12.30 15.00 81 134 175 56,38 15

12.30 16.00 81 141 175 63,83 16

3

08.00 09.00 77 151 175 75,51 17

08.00 10.00 77 139 175 63,27 18

08.00 11.00 77 135 175 59,18 19

08.00 12.00 77 121 175 44,90 20

12.30 13.00 84 122 175 41,76 21

12.30 14.00 84 132 175 52,75 22

12.30 15.00 84 136 175 57,14 23

12.30 16.00 84 141 175 62,64 24

4

08.00 09.00 73 119 175 45,10 25

08.00 10.00 73 122 175 48,04 26

08.00 11.00 73 127 175 52,94 27

08.00 12.00 73 131 175 56,86 28

12.30 13.00 78 102 175 24,74 29

12.30 14.00 78 129 175 52,58 30

12.30 15.00 78 142 175 65,98 31

12.30 16.00 78 146 175 70,10 32

5 08.00 09.00 76 141 175 65,66 33

Page 69: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

56

Tabel 5.15 Lanjutan

Hari

Pengamatan

Jam

Pengukuran Dn0

(detak/mnt)

Dn1

(detak/mnt)

D

maks %CVL

No.

%CVL Dn0 Dn1

08.00 10.00 76 134 175 58,59 34

08.00 11.00 76 127 175 51,52 35

08.00 12.00 76 132 175 56,57 36

12.30 13.00 82 128 175 49,46 37

12.30 14.00 82 136 175 58,06 38

12.30 15.00 82 139 175 61,29 39

12.30 16.00 82 129 175 50,54 40

6

08.00 09.00 76 139 175 63,64 41

08.00 10.00 76 136 175 60,61 42

08.00 11.00 76 128 175 52,53 43

08.00 12.00 76 134 175 58,59 44

12.30 13.00 83 132 175 53,26 45

12.30 14.00 83 134 175 55,43 46

12.30 15.00 83 126 175 46,74 47

12.30 16.00 83 128 175 48,91 48

Gambar 5.18. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja

1

Page 70: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

57

Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:

- X ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan

- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan

- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat

- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera

- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas

Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 67% berada

di range %CVL 30% < X ≤ 60% dan 29% berada di range 60

< X ≤ 80% yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal

tersebut mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang

dialami oleh pekerja 1 sehingga diperlukan perbaikan.

Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 2

Hari

Pengamatan

Jam

Pengukuran Dn0

(detak/mnt)

Dn1

(detak/mnt)

D

maks % CVL

No.

%CVL Dn0 Dn1

1

08.00 09.00 77 93 195 62,75 1

08.00 10.00 77 119 195 48,04 2

08.00 11.00 77 124 195 52,94 3

08.00 12.00 77 112 195 56,86 4

12.30 13.00 81 99 195 24,74 5

12.30 14.00 81 117 195 52,58 6

12.30 15.00 81 123 195 65,98 7

12.30 16.00 81 132 195 70,10 8

2

08.00 09.00 75 105 195 63,92 9

08.00 10.00 75 117 195 59,79 10

08.00 11.00 75 120 195 57,73 11

08.00 12.00 75 126 195 68,04 12

12.30 13.00 78 87 195 44,68 13

12.30 14.00 78 103 195 48,94 14

12.30 15.00 78 119 195 56,38 15

12.30 16.00 78 122 195 63,83 16

Page 71: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

58

Tabel 5.16 Lanjutan

Hari

Pengamatan

Jam

Pengukuran Dn0

(detak/mnt)

Dn1

(detak/mnt)

D

maks % CVL

No.

%CVL Dn0 Dn1

3

08.00 09.00 76 92 195 75,51 17

08.00 10.00 76 119 195 63,27 18

08.00 11.00 76 124 195 59,18 19

08.00 12.00 76 117 195 44,90 20

12.30 13.00 83 98 195 41,76 21

12.30 14.00 83 123 195 52,75 22

12.30 15.00 83 118 195 57,14 23

12.30 16.00 83 126 195 62,64 24

4

08.00 09.00 77 93 195 45,10 25

08.00 10.00 77 119 195 48,04 26

08.00 11.00 77 124 195 52,94 27

08.00 12.00 77 112 195 56,86 28

12.30 13.00 80 99 195 24,74 29

12.30 14.00 80 117 195 52,58 30

12.30 15.00 80 123 195 65,98 31

12.30 16.00 80 132 195 70,10 32

08.00 09.00 75 108 195 65,66 33

5

08.00 10.00 75 119 195 58,59 34

08.00 11.00 75 116 195 51,52 35

08.00 12.00 75 107 195 56,57 36

12.30 13.00 76 88 195 49,46 37

12.30 14.00 76 107 195 58,06 38

12.30 15.00 76 122 195 61,29 39

12.30 16.00 76 120 195 50,54 40

6

08.00 09.00 77 112 195 63,64 41

08.00 10.00 77 107 195 60,61 42

08.00 11.00 77 105 195 52,53 43

08.00 12.00 77 115 195 58,59 44

12.30 13.00 77 109 195 53,26 45

12.30 14.00 77 107 195 55,43 46

12.30 15.00 77 120 195 46,74 47

12.30 16.00 77 122 195 48,91 48

Page 72: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

59

Gambar 5.19. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja

2

Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:

- X ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan

- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan

- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat

- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera

- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas

Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 48% berada

di range %CVL 30% dan 52% berada di range 30% < X ≤ 60%

yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal tersebut

mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang dialami

oleh pekerja 2 sehingga diperlukan perbaikan.

Page 73: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

60

Gambar 5.20. Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1 dan

Pekerja 2

Hasil perhitungan %CVL dari Tabel 5.15 dan 5.16

dibuat grafik untuk membandingkan perbedaan tingkat

kelelahan pekerja 1 dan pekerja 2. Dari Gambar 5.20

diatas terdapat perbedaan tingkat kelelahan yang cukup

signifikan, tingkat kelelahan pekerja 1 lebih besar

dibandingkan tingkat kelelahan pekerja 2.

5.6. Usulan Solusi Perbaikan

Menurut Tarwaka (2004) pengendalian suhu dan

kelembaban di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan

mengurangi temperatur dan kelembaban dengan cara

ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau

pendinginan secara mekanis (mechanical cooling).

Sedangkan untuk mengatasi kelelahan dapat

dilakukan dengan :

1. Aktivitas sesuai kapasitas kerja fisik

2. Redesain lingkungan kerja

3. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan

Page 74: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

61

4. Reorganisasi sistem kerja

Berdasarkan soulusi perbaikan menurut Tarwaka (2004)

diatas maka penulis mengusulkan perbaikan untuk CV.

PRASAJA sebagai berikut:

1. Suhu

Suhu tempat kerja di CV.PRASAJA tidak memenuhi

standar mulai jam 09.00-16.00 WIB dengan rata-rata

suhu tertinggi pada jam 10.00-14.00 WIB. Perbaikan

dapat dilakukan dengan meningkatkan pergerakan udara

(sirkulasi udara) sehingga terjadi pergantian udara

dalam ruangan melalui ventilasi buatan (penambahan

jendela dan lubang udara), atau dapat menggunakan

kipas angin pada jam 10.00-14.00 WIB untuk menghemat

biaya dan meningkatkan kenyamanan serta pemberian

minum agar tidak mengalami dehidrasi.

1. Kelembaban

Kelembaban tempat kerja di CV.PRASAJA pada jam 08.00

WIB tidak memenuhi standar hal ini disebabkan karena

pada pagi hari udara mengandung banyak embun atau

uap air. Perbaikan dapat dilakukan dengan sirkulasi

atau pergantian udara dengan kipas, blower dan

ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk ke

dalam ruangan, untuk jam 08.00-09.00 WIB. Sedangkan

pada jam 09.00-16.00 WIB sudah memenuhi standar maka

belum perlu dilakukan perbaikan.

2. Pakaian

Pakaian yang dipakai oleh pekerja di CV.PRASAJA

sudah memenuhi standar. Walaupun sudah memenuhi

standar perlu dilakukan perbaikan untuk pekerja 1

karena dalam melakukan aktivitas pekerjaan tidak

menggunakan baju hanya mengenakan celana pendek. Hal

Page 75: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

62

ini dapat mengganggu kesehatan dalam bekerja.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memakai baju yang

sejenis dengan kaos berkerah sesuai standar clo pada

tabel 2.1. Dengan penembahan pakaian ini skor clo

akan menjadi 0,4 dan masih memenuhi standar.

3. Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik

Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik yang dialami

pekerja 1 lebih besar dari pekerja 2, maka perbaikan

dapat dilakukan dengan menambah jam istirahat,

penambahan perkerja, atau pengimbangan (balancing)

beban kerja.

Page 76: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

63

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

CV.PRASAJA untuk mengidentifikasi faktor fisik yang

mempengaruhi kenyamanan pada pekerja, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Dari hasil analisis data dan pembahasan, suhu di

lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar

ketentuan MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 rata-

rata pada jam 09.00-16.00 WIB sehingga diperlukan

perbaikan.

2. Dari hasil analisis data dan pembahasan, kelembaban

lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar pada

jam 08.00 WIB sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB

kelembaban tidak melebihi standar ketentuan MENKES

RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002.

3. Dari hasil analisis data dan pembahasan data nilai

clo dapat disimpulkan bahwa pakaian yang digunakan

oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak menimbulkan

ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja.

4. Dari Hasil perhitungan rata-rata energi expenditur

dan konsumsi energi pekerja 1 dan 2 menunjukan bahwa

tingkat pekerjaan pekerja termasuk sedang.

5. Dari hasil perhitungan % CVL beban pekerja 1 dan

pekerja 2 dapat menyebabkan terjadinya kelelahan

sehingga perlu dilakukan perbaikan.

6. Solusi perbaikan untuk faktor suhu dapat dilakukan

dengan ventilasi buatan (penambahan jendela dan

Page 77: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

64

lubang udara) atau dapat menggunakan kipas angin

pada jam 10.00-14.00 WIB. Pemberian minum harus

dipertimbangkan dalam mengatasi masalah panas

lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami

dehidrasi. Perbaikan faktor kelembaban dengan cara

sirkulasi atau pergantian udara dengan kipas, blower

dan ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk

ke dalam ruangan, untuk jam 08.00-09.00 WIB.

Perbaikan faktor pakaian dapat dilakukan dengan

memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap

keringat. Faktor beban kerja fisik dan tingkat

kelelahan dapat dilakukan perbaikan dengan menambah

jam istirahat, penambahan perkerja, atau

pengimbangan (balancing) beban kerja.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Identifikasi

Faktor kenyamanan fisik tempat kerja di CV.PRASAJA,

penulis memberikan beberapa saran yang mungkin akan

berguna bagi penelitian yang akan datang:

1. Penelitian dapat dilakukan pada saat pembuatan

produk kurang dan lebih dari 7 produk selama 6 hari

kerja karena mungkin hasil data pengukuran akan

berbeda dari penelitian ini.

2. Radiasi permukaan dan laju udara dapat dilakukan

pengukuran apabila alat tersedia.

Page 78: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

65

DAFTAR PUSTAKA

Apriyandini, Irda. 2010. Analisis Tingkat Kenyamanan

Belajar Siswa Di Ruang Workshop Smkn 5 Bandung

Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal Ruang Dan

Persepsi Siswa. Vol. 4, No.5, 2000, Universitas

Pendidikan Indonesia, ISSN 1410-2315, Bandung.

Barnes, Ralph.M. 1980. Motion and Time Study Design and

Measurement of Work, John Wiley and Sons, Canada,

USA.

Boutet, Terry S. 1987. Controlling Air Movement : a

Manual for Architects and Builders, Mc. Graw-Hill

Book Company, USA.

Budi,Triton Prawira. 2006. SPSS Terapan Riset Statistik

Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta.

Eastman Kodak Company. 1983. Ergonomic Design for People

at Work, Volume 1, Lifetime Learning Publications

Belmont, California.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/Menkes/Sk/Xi/2002.

Kroemer, KHE., Kroemer, HB., Kroemer-Elbert, KE. 1994.

Ergonomics How To Design For Ease And Efficiency,

Prentice Hall, New Jersey.

Manuaba, A & Vanwonterghem, K. 1996. Improvement of

Quality of Life Determination of Exposure Limits for

Physical Strenous Task Under Tropical Conditions,

Universitas Udayana, Denpasar.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan

Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya.

Page 79: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

66

Pulat, M.B. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics,

Prentice Hall International Inc, United States of

America.

Purnomo, Hari dan Rizal. 2000. Pengaruh Kelembaban

Temperatur Udara dan Beban Kerja Terhadap Kondisi

Faal Tubuh Manusia, Universitas Islam Indonesia.

Setyaningrum, Ratih. 2010. Perhitungan Energy

Expenditure, Konsumsi Energy Dan Penilaian Beban

Kerja Pada Aktivitas Manual Material Handling,

Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

SNI 03-6572-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi

Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung,

Departemen Pekerjaan Umum.

Sutalaksana, I.Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja,

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk

Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS,

Surakarta .

Page 80: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

67

LAMPIRAN 1. LEMBAR DATA PROFIL PEKERJA

No. Nama

Pekerja

Jenis

Kelamin

(L/P)

Umur

(Tahun)

Posisi

Pekerjaan

1. Anto L 40 Mandor

2.

Marula

L 45 Pengrajin

3. Susno L 25 Karyawan

4. Sugeng L 25

Sopir

Pengantar

Barang

Page 81: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

68

LAMPIRAN 2. LEMBAR DATA PENGUKURAN SUHU DAN

KELEMBABAN

1. Suhu

No. Jam

Pengamatan

Suhu (oC)

Hari

ke 1

Hari

ke 2

Hari

ke 3

Hari

ke 4

Hari

ke 5

Hari

ke 6

1. 08.00 28 29 27 28 29 29

2. 09.00 30 30 31 29 31 31

3. 10.00 31 32 32 32 32 33

4. 11.00 32 33 32 33 33 33

5. 12.00 32 33 32 33 33 32

6. 13.00 32 32 32 33 33 31

7. 14.00 31 31 31 32 32 31

8. 15.00 31 30 31 31 32 31

9. 16.00 31 30 31 30 31 30

2. Kelembaban

No. Jam

Pengamatan

Kelembaban (%)

Hari

ke 1

Hari

ke 2

Hari

ke 3

Hari

ke 4

Hari

ke 5

Hari

ke 6

1. 08.00 96 95 98 97 97 98

2. 09.00 93 89 83 83 81 79

3. 10.00 89 82 74 76 76 75

4. 11.00 80 79 73 75 75 74

5. 12.00 77 76 73 74 75 72

6. 13.00 74 76 74 73 73 72

7. 14.00 76 77 76 74 78 73

8. 15.00 81 79 82 78 83 75

9. 16.00 85 86 84 83 86 81

Page 82: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

69

LAMPIRAN 3. LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO

PEKERJA

LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 1

Item Pakaian Nilai

Clo

Hari

1 2 3 4 5 6

Kaos Berkerah 0,09

Kaos Dalam 0,06

Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √

Kemeja Lengan

Panjang

0,22

Kemeja Lengan

Pendek

0,14

Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √

Celana Berat 0,32

Jaket Ringan 0,22

Jaket Berat 0,49

Sepatu 0,04

Sepatu boot 0,08

Sandal 0,02

Kaos Kaki 0,01

Jumlah 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31

LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 2

Item Pakaian Nilai

Clo

Hari

1 2 3 4 5 6

Kaos Berkerah 0,09 √ √ √ √ √ √

Kaos Dalam 0,06

Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √

Kemeja Lengan

Panjang

0,22

Kemeja Lengan

Pendek

0,14

Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √

Celana Berat 0,32

Jaket Ringan 0,22

Jaket Berat 0,49

Sepatu 0,04

Sepatu boot 0,08

Sandal 0,02

Page 83: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

70

Kaos Kaki 0,01

Jumlah 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Page 84: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

71

LAMPIRAN 4. LEMBAR DATA PENGUKURAN DENYUT

JANTUNG

Pekerja 1

No.

Jam

Pengamata

n (WIB)

Keterang

an

Denyut Jantung Pekerja

1(detak/menit)

Hari Pengamatan

1 2 3 4 5 6

1. 08.00 Dn0 73 78 77 73 76 76

2. 09.00 Dn1 137 140 151 119 141 139

3. 10.00 Dn1 122 136 139 122 134 136

4. 11.00 Dn1 127 134 135 127 127 128

5. 12.00 Dn1 131 144 121 131 132 134

6. 12.30 Dn0 78 81 84 78 82 83

7. 13.00 Dn1 102 123 122 102 128 132

8. 14.00 Dn1 129 127 132 129 136 134

9. 15.00 Dn1 142 134 136 142 139 126

10. 16.00 Dn1 146 141 141 146 129 128

Pekerja 2

No.

Jam

Pengamata

n (WIB)

Keterang

an

Denyut Jantung Pekerja

2(detak/menit)

Hari Pengamatan

1 2 3 4 5 6

1. 08.00 Dn0 77 75 76 77 75 77

2. 09.00 Dn1 93 105 92 93 108 112

3. 10.00 Dn1 119 117 119 119 119 107

4. 11.00 Dn1 124 120 124 124 116 105

5. 12.00 Dn1 112 126 117 112 107 115

6. 12.30 Dn0 81 78 83 80 76 77

7. 13.00 Dn1 99 87 98 99 88 109

Page 85: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

72

8. 14.00 Dn1 117 103 123 117 107 107

9. 15.00 Dn1 123 119 118 123 122 120

10. 16.00 Dn1 132 122 126 132 120 122

Page 86: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

73

LAMPIRAN 5. ALAT UKUR

Page 87: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

74

LAMPIRAN 6. PROSES PENGAMBILAN DATA SUHU DAN KELEMBABAN

Page 88: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

75

LAMPIRAN 7. PROSES PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG

PEKERJA

Page 89: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

76

LAMPIRAN 8. PROSES PEMBUATAN PRODUK

Page 90: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

77

LAMPIRAN 9. PROSES PEMBUATAN KUSEN

Page 91: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

78

LAMPIRAN 10. PRODUK JADI

Page 92: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

79

LAMPIRAN 11. SITUASI TEMPAT KERJA

Page 93: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

80

LAMPIRAN 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002

Page 94: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

1

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002

TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

PERKANTORAN DAN INDUSTRI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran dan industri, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161);

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/

XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

Page 95: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

2

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/ SK/VII/ 2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

M E M U T U S K A N : Menetapkan : Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI.

Kedua : Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan

industri meliputi : persyaratan air, udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi.

Ketiga : Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan

lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini.

Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

Kelima : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.

Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 Nopember 2002 MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi

Page 96: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

3

Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN

I. UMUM

1. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran.

2. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat

menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja.

3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan

kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan.

b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.

4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja.

5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran,

Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.

Page 97: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

4

6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum Usaha penyehatan lingkungan kerja perkantoran yang diakui.

7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan

lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang.

8. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi

tanggung jawab perkantoran. II. AIR BERSIH

A. Persyaratan

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara

1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari

dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

2. Tata cara pelaksanaan

1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.

4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan

1. Suhu dan kelembaban - Suhu : 18 – 28 0C - Kelembaban : 40 % - 60 %

Page 98: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

5

2. Debu

Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

No.

JENIS DEBU KONSENTRASI

MAKSIMAL 1. Debu total

0,15 mg/m3

2. Asbes bebas

5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 –

0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.

4. Gas pencemar

Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No.

PARAMETER KONSENTRASI

MAKSIMAL (mg/m3) ppm

1. Asam Sulfida (H2S) 1 - 2. Amonia (NH3) 17 25 3. Karbon Monoksida (CO) 29 25 4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0 5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2

5. Mikrobiologi

- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara - Bebas kuman patogen

B. Tata Cara

1. Pengertian

Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Tata cara pelaksanaan

1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan

perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. b) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata

udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.

Page 99: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

6

c) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan

pemanas ruang. d) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu

menggunakan alat dehumidifier. e) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu

menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).

2) Debu

Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).

b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.

c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

3) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan

baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang

ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.

b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.

c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.

4) Gas pencemar

Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. b) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. c) Dilarang merokok didalam ruang kerja. d) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau

yang menyengat.

5) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : a) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan

melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja. b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

Page 100: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

7

d) Memelihara sistem AC sentral. IV. LIMBAH A. Persyaratan

1. Limbah padat/sampah a. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari

bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

b. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah.

c. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat

2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara 1.Pengertian

a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.

b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Limbah padat 1) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali

sehari 2) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang

berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 3) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.

b. Limbah cair

1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.

V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

Page 101: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

8

B. Tata Cara 1. Pengertian

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

2. Tata cara pelaksanaan

Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :

1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.

3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti. VI. KEBISINGAN DI RUANGAN

A. Persyaratan

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA

B. Tata Cara 1. Pengertian

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.

2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :

1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan.

2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.

VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan

Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN

MAKSIMAL (dalam mikron = 10 –6 M)

1 4 < 100 2 5 < 80 3 6,3 < 70

Page 102: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

9

4 8 < 50 5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17

10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6

B. Tata Cara

1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan

seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan

peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan

Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi

bantalan pada sumber getaran.

VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan

Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik :

a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.

2. Medan magnit listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT

B. Tata Cara

1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat

radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel

benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari

kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik.

Page 103: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

10

2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik

1) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

2) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.

b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.

IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam

pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam

pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.

2. Tikus

Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular

berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam

tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).

b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan

berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.

3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

Page 104: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

11

b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.

c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap. X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan

1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya

gangguan kesehatan dan kecelakaan. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak

licin dan bersih. 3. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 4. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu

terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 5. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m

dari lantai. 6. Atap kuat dan tidak bocor. 7. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya

minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan

1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan

peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :

a. Untuk karyawan pria :

No JUMLAH KARYAWAN

JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAH JAMBAN

JUMLAH PETURASAN

JUMLAH WASTAFEL

1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

b. Untuk karyawan wanita :

No JUMLAH

KARYAWAN JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAH JAMBAN

JUMLAH WASTAFEL

1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5

Page 105: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

12

4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

XII. INSTALASI A. Persyaratan

1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.

B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah,

air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label.

b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.

d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi

Page 106: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

13

Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN

I. UMUM

9. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran.

10. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat

menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja.

11. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan

kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan.

b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.

12. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja.

13. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran,

Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.

Page 107: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

14

14. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum Usaha penyehatan

lingkungan kerja perkantoran yang diakui.

15. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang.

16. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi

tanggung jawab perkantoran. II. AIR BERSIH

A. Persyaratan

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara

1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari

dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

2. Tata cara pelaksanaan

1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.

4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan

1. Suhu dan kelembaban - Suhu : 18 – 28 0C

Page 108: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

15

- Kelembaban : 40 % - 60 % 2. Debu

Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

No.

JENIS DEBU KONSENTRASI

MAKSIMAL 1. Debu total

0,15 mg/m3

2. Asbes bebas

5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 –

0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.

4. Gas pencemar

Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No.

PARAMETER KONSENTRASI

MAKSIMAL (mg/m3) ppm

1. Asam Sulfida (H2S) 1 - 2. Amonia (NH3) 17 25 3. Karbon Monoksida (CO) 29 25 4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0 5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2

5. Mikrobiologi

- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara - Bebas kuman patogen

B. Tata Cara

1. Pengertian

Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Tata cara pelaksanaan

1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan

perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : f) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

Page 109: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

16

g) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.

h) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan pemanas ruang.

i) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier.

j) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).

6) Debu

Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : d) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada

pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).

e) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.

f) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

7) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan

baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : d) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang

ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.

e) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.

f) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.

8) Gas pencemar

Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : e) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. f) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. g) Dilarang merokok didalam ruang kerja. h) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau

yang menyengat.

9) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :

e) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja.

f) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. g) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

Page 110: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

17

h) Memelihara sistem AC sentral. IV. LIMBAH A. Persyaratan

1. Limbah padat/sampah d. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari

bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

e. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah.

f. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat

2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara 1.Pengertian

a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.

b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Limbah padat 4) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali

sehari 5) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang

berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.

b. Limbah cair

3) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

4) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.

V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

Page 111: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

18

B. Tata Cara 1. Pengertian

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

2. Tata cara pelaksanaan

Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak

menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.

3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti. VI. KEBISINGAN DI RUANGAN

A. Persyaratan

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA

B. Tata Cara

1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.

2. Tata cara pelaksanaan

Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : 1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan kebisingan. 2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain :

meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.

VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan

Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN

MAKSIMAL (dalam mikron = 10 –6 M)

1 4 < 100 2 5 < 80

Page 112: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

19

3 6,3 < 70 4 8 < 50 5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17

10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6

B. Tata Cara

1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan

seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan

peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan

Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi

bantalan pada sumber getaran.

VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan

Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 3. Medan listrik :

c. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.

4. Medan magnit listrik : c. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT

B. Tata Cara

1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat

radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel

benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari

kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik.

Page 113: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

20

2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik

3) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

4) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.

b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.

IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam

pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam

pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.

2. Tikus

Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular

berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam

tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).

b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Pengendalian secara fisika 5) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan

berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

6) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.

7) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 8) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

Page 114: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

21

b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.

c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap. X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan

8. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya

gangguan kesehatan dan kecelakaan. 9. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak

licin dan bersih. 10. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 11. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu

terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 12. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m

dari lantai. 13. Atap kuat dan tidak bocor. 14. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya

minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan

3. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 4. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan

peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :

a. Untuk karyawan pria :

No JUMLAH KARYAWAN

JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAH JAMBAN

JUMLAH PETURASAN

JUMLAH WASTAFEL

1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

b. Untuk karyawan wanita :

No JUMLAH

KARYAWAN JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAH JAMBAN

JUMLAH WASTAFEL

1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5

Page 115: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

22

4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu

peturasan XII. INSTALASI A. Persyaratan

3. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

4. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.

B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah,

air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.

2. Tata cara pelaksanaan

e. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label.

f. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.

h. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi

Page 116: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

23

Lampiran II Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI

I. UMUM

1. Pimpinan satuan kerja/unit industri bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja industri.

2. Dalam melaksanakan tugas tersebut pimpinan satuan kerja/unit kerja

industri dapat menunjuk seorang petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan.

3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja industri harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan

kerja industri yang merupakan bagian dari rencana/program kerja industri secara keseluruhan.

b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/traget tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan

(jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.

4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja industri.

5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri,

pimpinan satuan kerja/unit industri dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan industri.

Page 117: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

24

6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum yang menyelenggarakan usaha kesehatan lingkungan kerja industri harus memperkerjakan tenaga di bidang kesehatan lingkungan industri kerja.

7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan

lingkungan kerja industri harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkyngan kerja industri yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari industri yang berwenang.

8. Biaya penyelenggaraan lingkungan kerja industri menjadi tanggung

jawab pengelola industri.

II. Air Bersih

A. Persyaratan

1. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60 lt/orang/hari.

2. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi

persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara

1. Pengertian

Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilengkapi alat pengolah air bersih sesuai dengan kebutuhan.

2. Tata cara pelaksanaan :

a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.

d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Page 118: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

25

III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan

1. Suhu dan kelembaban a.Suhu : 18 – 30 0C b.Kelembaban : 65 % - 95 %

2. Debu

Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

No.

JENIS DEBU KONSENTRASI

MAKSIMAL 1. Debu total

10 mg/m3

2. Asbes bebas

5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)

3. Silicat total 50 mg/m3

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengn laju ventilasi : 0,15 – 0,25 m/detik.

4. Gas pencemar a. Kandungan maksimal gas pencemar dalam udara ruang proses

produksi adalah sebagai berikut :

No.

PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL

(mg/m3) 1. Air raksa 0,1 2. Amonia 35 3. Amonium klorida 10 4. A r s e n 0,5 5. Asam asetat 25 6. Asam klorida 7 7. Asam nitrat 25 8. Asam Sianida 11 9. Asam Sulfida 28 10. Asam Sulfat 1 11. Aseton 2400 12. Butil Alkohol 300 13. Butil Merkaptan 1,5 14. DDT 1 15. Diazinon 0,1 16. Dieldrin 0,25 17. Dimetil Amin 75 18. Etil Alkohol 1900

Page 119: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

26

19. Fenol 19 20. Ferum Oksida 10 21. Flour 2 22. Formaldehid 6 23. Fosfor kuning 0,1 24. Kadmium 0,2 25. Kalsium Oksida 5 26. Kamfer 12 27. Kapas 1 28. Karbon Dioksida 9000 29. Karbon Monoksida 115 30. K l o r 3 31. LPG 1800 32. Magnesium Oksida 10 33. Mangan 5 34. Nitrogen Oksida 30 35. Nikel 1 36. Perak 0,01 37. Platina 0,002 38. Seng Klorida 1 39. Seng Oksida 5 40. Sianida 5 41. Silicon 10 42. Sulfur Dioksida 13 43. Timah Hitam 0,1 44. Timah Putih 2

b. Kandungan maksimal bahan pencemar udara ambien di kawasan

industri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara

1. Pengertian Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan.

5. Tata cara pelaksanaan

a. Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m 2) Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara

seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll 3) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat pemanas

ruang (heater).

Page 120: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

27

4) Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat dehumidifier.

5) Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).

b. Debu

Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust

enclosure). 2) Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi,

perlu dipasang ventilasi lokal (lokal exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter).

3) Ruang proses produksi dipasang dilusi ventilasi (memasukkan udara segar).

c. Pertukaran udara

Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB

dengan menggunakan ventilasi/AC. 2) Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk. 3) Membersihkan saring/filter udara AC secara periodik sesuai

ketentuan pabrik.

d. Gas pencemar Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : 1) Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang

dihubungkan dengan local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.

2) Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas.

3) Dilengkapi dengan suplai udara segar.

e. Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Untuk industri yang berpotensi mencemari udara dengan

mikroba agar melengkapi ventilasi/AC dengan sistim saringan udara bertingkat untuk menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau bahan kimia.

2) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. 3) Memelihara sistem AC sentral

Page 121: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

28

IV. LIMBAH

A. Persyaratan

1. Limbah padat domestik Pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah domestik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Limbah cair Kualitas limbah cair hasil proses pengolahan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Penanganan limbah B3 harus sesuai dengan perturan perundang-

undangan yang berlaku. 4. Limbah gas

Emisi limbah gas harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara 1. Pengertian

a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan industri.

b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Limbah padat 1) Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan

pengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (Re-use, recycling, recovery) agar dipisahkan dengan limbah padat yang non B3.

2) Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Limbah radio aktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Limbah cair

1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau biologis sesuai kebutuhan.

V. PENCAHAYAAN A. Persyaratan

Intensitas cahaya di ruang kerja sebagai berikut :

Page 122: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

29

JENIS KEGIATAN TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus

100

Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu.

Pekerjaan kasar & terus menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.

Pekerjaan rutin

300

R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun.

Pekerjaan agak halus

500

Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan halus

1000

Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500 Tidak

menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci

3000 Tidak

menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

B. Tata Cara

1. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

2. Tata cara pelaksanaan Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :

a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.

c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon.

d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.

Page 123: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

30

e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

VI. KEBISINGAN A. Persyaratan

Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sebagai berikut :

No. TINGKAT KEBISINGAN

(dBA) PEMAPARAN

HARIAN 1. 85 8 jam 2. 88 4 jam 3. 91 2 jam 4. 94 1 jam 5. 97 30 menit 6. 100 15 menit

B. Tata Cara

1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.

2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan

perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar

terhindar dari kebisingan. b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara

lain: meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok, membuat bukit buatan, dan lain-lain.

c. Rekayasa peralatan (engineering control). VII. GETARAN A. Persyaratan

Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan pada masing-maing ruangan lingkungan industri sebagai berikut :

No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN

MAKSIMAL (10 -6 M) 1 4 < 100 2 5 < 80 3 6,3 < 70 4 8 < 50

Page 124: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

31

5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17

10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6

B. Tata Cara

1. Pengertian a. Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui

keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. b. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana

dan peralatan kegiatan manusia.

2. Tata cara pelaksanaan Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :

a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi

bantalan pada sumber getaran. VIII. RADIASI

A. Persyaratan

Tingkat pajanan oleh radiasi medan listrik dan medan magnit listrik adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik :

a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : maksimal 30 kV/m.

2.Medan magnit listrik :

a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT

B. Tata Cara 1. Pengertian

a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi.

Page 125: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

32

b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik.

2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan c, Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :

1) Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m.

2) Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai tempat kerja (20 kV)

IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan

1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam

pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam

pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypty container indeks tidak melebihi

5%.

2. Tikus Setiap ruang kerja industri harus bebas tikus.

B. Tata Cara 1. Pengertian

a. Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga).

b. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).

c. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan

berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

Page 126: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

33

2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.

3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

c. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.

d. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. e. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan

1. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.

2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.

3. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.

4. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m dari lantai.

5. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

XI. TOILET A. Persyaratan

1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban

dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :

a. Untuk karyawan pria :

No JUMLAH KARYAWAN

JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAHJAMBAN

JUMLAH PETURASAN

JUMLAH

WASTAFEL

1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu

peturasan

Page 127: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

34

b. Untuk karyawan wanita :

No JUMLAH KARYAWAN

JUMLAH KAMAR MANDI

JUMLAH JAMBAN

JUMLAH WASTAFEL

1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5 4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu

peturasan B. Tata Cara

1. Pengertian

Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC, dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja.

2. Tata cara pelaksanaan

a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari. b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.

XII. INSTALASI A. Persyaratan

1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.

B. Tata Cara

1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.

2. Tata cara pelaksanaan a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya

menggunakan kode warna dan label.

Page 128: Identifikasi Faktor Kenyamanan Fisik Tempat Kerja Di Cv.prasaja 5160

35

b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.

d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan.

f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standard desain yang berlaku.

MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi