identifikasi faktor kenyamanan fisik tempat kerja di cv.prasaja 5160
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI FAKTOR KENYAMANAN FISIK
TEMPAT KERJA DI CV. PRASAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri
Disusun Oleh :
Golda Esa Putra Tanujaya
07 06 05160
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Tuhan membuat segala sesuatu Indah pada waktunya”
(Pengkhotbah 3 : 11a)
“Usaha keras itu tak akan menghianati”
(JKT48 – Shonichi)
Tugas Akhir ini dipersembahkan bagi orang tua dan keluarga besarku
yang telah mendukung dalam proses studi selama ini beserta teman-teman
seperjuangan dan rekan-rekan yang selalu membantu dalam segala usaha
dan kesulitan yang dihadapi selama berproses pada masa kuliah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk
memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar kesarjanaan
pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Bapak Ir.B. Kristiyanto, M.Eng., Ph.D. selaku dekan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
2. Bapak The Jin Ai. S.T., M.T., D.Eng. selaku ketua
program studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
3. Ibu Luciana Triani Dewi. ST., MT. selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberi saran dan
bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Papa, Mama, Novita, Gemah, dan keluarga atas doa dan
dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. CV. PRASAJA yang menjadi subyek penelitian.
6. Teman-teman yang membantu dalam penelitian dan
pengambilan data (Yudi, Rio, dan Ageng)
7. Teman-teman kos Abin atas kebersamaan dan dukungan
semangat selama ini.
v
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
sehingga segala sesuatunya dapat terwujud.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir
ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan
memperluas pengetahuan kita semua.
Yogyakarta, Juli 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................... i
Halaman Pengesahan ................................ ii
Halaman Persembahan ............................... iii
Kata Pengantar .................................... iv
Daftar Isi ........................................ vi
Daftar Tabel ...................................... viii
Daftar Gambar..................................... x
Daftar Lampiran ................................... xii
Intisari .......................................... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................ 1
1.2. Perumusan Masalah ..................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................... 2
1.4. Batasan Masalah ......................... 3
1.5. Sistematika Penulisan ................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI ........ 5
2.1. Tinjauan Pustaka ...................... 5
2.2. Landasan Teori...................... .. 6
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN . ..................... 20
3.1. Tahap Persiapan...................... 20
3.2. Tahap Pengumpulan Data............... 20
3.3. Tahap Analisis Data dan Pembahasan.... 21
3.4. Tahap Penarikan Kesimpulan ........ ... 22
BAB 4. DATA ....................................... 24
4.1. Profil Perusahaan ..................... 24
4.2. Data Profil Pekerja ................... 26
4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu ............ 27
4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban ...... 27
vii
4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo.........28
4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung....29
BAB 5. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ................31
5.1. Uji Kecukupan Data......................31
5.2. Uji Kenormalan..........................33
5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban............35
5.4. Evaluasi Nilai Clo......................44
5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut
Jantung............. ......... .........44
5.6. Usulan Solusi Perbaikan.................60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.........................63
6.1. Kesimpulan.....................................63
6.2. Saran..........................................64
DAFTAR PUSTAKA..... ..... ...........................65
LAMPIRAN..... ..... .................................67
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian....................15
Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA............26
Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu................27
Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban..........27
Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo
Pekerja 1.................................28
Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo
pekerja 2.................................28
Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung
Pekerja 1................................29
Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung
Pekerja 2................................30
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
Hari ke 1................................44
Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
Hari ke 2................................45
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
Hari ke 3................................46
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
Hari ke 4................................46
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
Hari ke 5................................47
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 1
ix
Hari ke 6................................47
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 1................................48
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 2................................49
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 3................................49
Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 4...............................50
Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 5...............................50
Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur
dan Konsumsi Energi Pekerja 2
Hari ke 6...............................51
Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et)........52
Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan
Reaksi Fisiologis.......................52
Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load
Pekerja 1...............................53
Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load
Pekerja 1...............................55
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Hubungan kecepatan denyut jantung
dengan aktivitas faali..................14
Gambar 1.2. Diagram Alir Metodologi Penelitian......23
Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja.....................25
Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu................33
Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban..........33
Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung
Pekerja 1...............................34
Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung
Pekerja 2...............................34
Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1........35
Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2........36
Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3........36
Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4........37
Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5........38
Gambar 5.10.Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6........38
Gambar 5.11.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 1...............................39
Gambar 5.12.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 2...............................40
Gambar 5.13.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 3...............................40
Gambar 5.14.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 4...............................41
Gambar 5.15.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 5...............................41
Gambar 5.16.Grafik Pengukuran Kelembaban
Hari Ke 6...............................42
xi
Gambar 5.17.Persentase Data Hasil
Pengukuran Kelembaban...................36
Gambar 5.18.Persentase Hasil Perhitungan %CVL
Pekerja 1...............................36
Gambar 5.19.Persentase Hasil Perhitungan %CVL
Pekerja 2...............................36
Gambar 5.20.Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1
dan Pekerja 2...........................43
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Data Profil Pekerja... ........ 67
Lampiran 2. Lembar Data Pengukuran Suhu Dan
Kelembaban... ........................ 68
Lampiran 3. Lembar Data Pengukuran Nilai Clo
Pekerja............................... 69
Lampiran 4. Lembar Data Pengukuran Denyut
Jantung............................... 71
Lampiran 5. Alat Ukur............................. 73
Lampiran 6. Roses Pengambilan Data Suhu Dan
Kelembaban............................ 74
Lampiran 7. Proses Pengambilan Data Denyut
Jantung Pekerja....................... 75
Lampiran 8. Proses Pembuatan Produk............... 76
Lampiran 9. Proses Pembuatan Kusen................ 77
Lampiran 10. Produk Jadi........................... 78
Lampiran 11. Situasi Tempat Kerja.................. 79
Lampiran 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002... 80
xiii
INTISARI
CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang
bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu
dengan material kayu jati. Selama ini kenyamanan fisik
kurang diperhatikan pihak industri kayu. Kalau dicermati
faktor fisik tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan
pekerja. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor
fisik kenyamanan tempat kerja yang terjadi di CV.
PRASAJA, sehingga dapat meminimalisasi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang terjadi.
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan
temperatur dan kelembaban udara tempat kerja dengan
standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
standar udara ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan,
mengukur nilai clo pakaian pekerja, tingkat pekerjaan
dengan menghitung energy expenditure dan penilaian
tingkat kelelahan dengan menghitung Cardiovaskuler Load.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
suhu di lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar yang
telah ditetapkan rata-rata pada jam 09.00-16.00 WIB,
kelembaban lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar
pada jam 08.00 WIB, sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB
kelembaban tidak melebihi standar yang telah ditetapkan,
pakaian yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak
menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja
tetapi perbaikan perlu dilakukan karena pekerja 1 tidak
memakai baju saat bekerja melakukan, tingkat pekerjaan
pekerja termasuk sedang. Hasil evaluasi %CVL pekerja 1
dan pekerja 2 menunjukan terjadinya kelelahan pada
pekerja. Maka diperlukan perbaikan-perbaikan untuk dapat
menurunkan atau menghilangkan ketidaknyamanan yang
terjadi di tempat kerja CV. PRASAJA.
Kata Kunci : faktor fisik, kenyamanan, tempat kerja.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota
pendidikan tetapi juga sangat terkenal dengan hasil
kerajinan tangannya (Handycraft). Salah satunya yaitu
kerajinan kusen kayu yang berasal dari industri kecil
menengah CV.PRASAJA di Jl. Laksda Adi Sucipto Km 06,
Sleman, DIY. Produk yang dihasilkan berupa kusen kayu
untuk pintu dan jendela.
Dalam pembuatannya diperlukan ketelitian dan
keterampilan khusus selain itu kenyamanan lingkungan
ruang kerja sangat diperlukan sehingga pekerja dapat
membuat produk yang dihasilkan sesuai dengan pesanan.
Pada proses pembuatannya pekerja masih manual dan
menggunakan alat-alat sederhana untuk membuat kusen
kayu mulai dari melakukan aktivitas mengukur,
memotong/menggergaji, menyerut/mengamplas, memahat dan
merakit.
Menurut (Boutet, Terry., 1987) Faktor fisik
meliputi temperatur udara, kelembaban relatif udara,
radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan
tingkat metabolik tubuh sangat berpengaruh pada
efektivitas pekerjaan.
Pengaruh faktor fisik terhadap pekerja seperti
suhu tinggi, kelembaban udara tinggi, radiasi permukaan
tinggi, laju udara yang rendah, tebalnya pakaian yang
digunakan dalam bekerja menyebabkan meningkatnya suhu
tubuh sehingga tingkat metabolik tubuh meningkat,
2
sehingga menyebabkan ketidaknyamanan seperti cepat
terjadinya kelelahan, keluhan-keluhan bahkan potensial
cedera pada pekerja.
Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor
kenyamanan fisik tempat kerja yang terjadi di CV.
PRASAJA, sehingga dapat meminimalisasi atau
menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi.
Selama ini kenyamanan fisik kurang diperhatikan
pihak industri kayu, kalau dicermati faktor fisik
tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan pekerja.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan dari penelitian yang akan dilakukan,
yakni:
1. Bagaimana kondisi faktor-faktor fisik di tempat
kerja CV.PRASAJA ?
2. Bagaimana menurunkan atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang terjadi di CV.PRASAJA?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini
adalah untuk mengidentifikasi faktor kenyamanan fisik
tempat kerja untuk kemudian dicari solusinya.
3
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki lingkup penelitian sebagai
berikut :
1. Penelitian ini meliputi 6 faktor utama menurut Hari
Purnomo dan Rizal (2000) meliputi : temperatur
udara, kelembaban relatif udara, radiasi permukaan,
laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik
tubuh .
2. Dari 6 faktor fisik menurut Hari Purnomo dan Rizal
(2000)akan dianalisis 4 faktor diantaranya yaitu :
temperatur udara, kelembaban relatif udara,
ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh.
3. Faktor radiasi permukaan dan laju udara tidak
dilakukan analisis karena keterbatasan alat ukur.
4. Pengambilan data dilakukan selama tanggal 20-27 Juni
2013, dimana pekerja mengerjakan 7 unit produk kusen
kayu.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bagian ini berisi uraian singkat hasil-hasil penelitian
atau analisis terdahulu yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan ditinjau dalam Tugas Akhir ini,
dan teori-teori yang mendukung penelitian, dimana
teori-teori ini diperoleh dari studi literatur.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
4
Bagian ini berisi langkah dan metode yang digunakan
dalam penelitian.
BAB 4 : DATA
Bab ini berisi uraian singkat tentang profil perusahaan
dan data hasil pengukuran di tempat kerja.
BAB 5 : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang pengolahan data dan
pembahasan hasil pengolahan data.
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi ringkasan hasil penelitiaan yang
merupakan jawaban dari tujuan penelitian serta saran
untuk penelitian selanjutnya untuk hasil yang lebih
baik.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Meninjau penelitian-penelitian yang telah
dilakukan dan memiliki topik yang serupa.
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Hari Purnomo dan Rizal (2000), melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Kelembaban, Temperatur
Udara dan Beban Kerja Terhadap Kondisi Faal Tubuh
Manusia”. Penelitian menggunakan Seri Paket Statistik
(SPS) MIDI untuk menunjukan hubungan detak jantung
dengan kelembaban udara dan temperatur untuk suhu dan
beban kerja yang berbeda.
Ratih Setyaningrum (2010), melakukan penelitian
mengenai. “Penelitian menggunakan perhitungan energi
expenditur, konsumsi energi, dan perhitungan CVL pada
aktivitas manual material handling” sehingga didapatkan
penilaian beban kerja sehingga perlu dilakukan
perbaikan segera.
2.1.2. Penelitian Sekarang
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi
faktor kenyamanan fisik tempat kerja yang mempengaruhi
kenyamanan pekerja pengrajin kusen kayu di CV.PRASAJA
untuk kemudian dicari solusinya dari faktor temperatur
udara, kelembaban udara, ketebalan pakaian dan tingkat
metabolik tubuh. Dengan membandingkan suhu temperatur
6
dan kelembaban udara tempat kerja dengan standar MENKES
RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 standar udara ruangan dan
rekomendasi suhu lingkungan menurut pakar ergonomi
untuk tubuh manusia, ketebalan pakaian, menghitung
konsumsi energi dan penilaian tingkat kelelahan dengan
menghitung Cardiovaskuler Load.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi Ergonomi
Sutalaksana (2006) mendefinisikan istilah
ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis,
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman
dan nyaman.
Sistem kerja adalah suatu sistem hubungan
manusia–mesin yang dipertimbangkan sebagai sistem
integral, saat ini dengan ergonomi perancangan suatu
peralatan dan fasilitas kerja telah memperlihatkan
interaksi manusia secara lebih baik. Hal ini
dimaksudkan untuk 1) Memperbaiki performansi kerja; 2)
Mengurangi waktu dan biaya pelatihan; 3) Memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan; 4) Mengurangi waktu yang
terbuang sia–sia dan meminimalkan kerusakan peralatan
yang disebabkan “human error”, 5) Memperbaiki
kenyamanan manusia dalam kerja.
Berdasarkan berbagai pendefinisian ergonomi oleh
beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa di
7
dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi satu sama lain.
Ergonomi memberikan peranan penting dalam
meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja,
misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi
rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka manusia dan
desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu
adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan
postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools)
untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu
peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat
optimasi dalam proses transfer informasi dengan
dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan
meminimumkan risiko kesalahan, serta supaya didapatkan
optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya risiko
kesehatan akibat metoda kerja yang kurang
tepat.(Nurmianto, 1996).
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain
pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan
jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu
kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan
lainlain. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan
aktivitas rancang bangun (disain) ataupun rancang ulang
yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan juga
anatomy, psysiology, industrial medicine.
2.2.2. Faktor Fisik dan Psikologis
Menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) Faktor fisik
dan psikologis merupakan dua faktor yang saling
terkait. Walaupun tes data sering didasarkan pada
8
pengukuran fisik, tetapi faktor psikologis juga perlu
diperhatikan karena setiap individu memiliki perbedaan
persepsi tentang kenyamanan tubuhnya.
1. Faktor Fisik:
Faktor fisik tergantung pada 6 faktor utama yang
sama pentingnya dengan aspek psikologis yaitu :
temperatur udara, kelembaban relatif udara, radiasi
permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat
metabolik tubuh.
2. Faktor Psikologis:
Faktor psikologis dianggap lebih penting dari faktor
fisik. Tetapi faktor ini sering dikesampingkan dan
tidak dijadikan patokan untuk mengukur tingkat
kenyamanan. Yang digunakan hanyalah faktor fisik
saja. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai
standar psychological comfort yang berbeda-beda.
2.2.3. Kenyamanan Tubuh Manusia (Human Comfort)
Menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) Kondisi
nyaman merupakan sesuatu hal yang berusaha diraih
dengan cara mengalahkan faktor-faktor penyebab
ketidaknyamanan seperti tinggi atau rendahnya
temperatur dan kelembaban udara. Pada lingkungan yang
sangat lembab (kelembaban relatifnya mendekati
100%),udara akan dipenuhi dengan uap air sehingga kadar
oksigen di udara berkurang. Hal ini menyebabkan jantung
sulit memperoleh oksigen yang dibutuhkan darah sehingga
memacu jantung untuk bekerja lebih cepat. Pada kondisi
ini, kelembaban dapat dikurangi salah satunya dengan
menambah ventilasi udara. Atau jika memungkinkan, dapat
juga dilakukan dengan cara menaikkan termperatur
9
udara.Sebaliknya pada lingkungan yang sangat kering
(kelembaban relatif-nya mendekati 0%), penguapan
berlangsung cepat. Pada kondisi ini, viskositas darah
naik disebabkan karena cairandarah mengalami panguapan,
sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras
untuk mengalirkan darah. Kelembaban dapat ditambah
dengan menambah uap air kedalam ruangan tersebut.
Perpindahan panas selalu proporsional dengan
temperatur. Pada kondisi lingkungan dingin, tubuh
kehilangan banyak panas hal ini menimbulkan rasa tidak
nyaman yang kemudian tubuh berusaha mencegah hilangnya
panas dengan mengerutkan pembuluh darah yang berada
dekat permukaan kulit (menyebabkan kulit terlihat lebih
pucat). Pada lingkungan yang panas diusahakan agar
tranfer panas tubuh ke lingkungan menjadi lebih mudah
dengan cara mengurangi aktifitas tubuh untuk
meminimalkan produksi panas tubuh. Solusi lain dapat
dilakukan dengan menyalakan kipas angin untuk mengganti
aliran udara yang panas di sekitar tubuh manusia (yang
berasal dari panas tubuh) dengan udara yang lebih
dingin yang berasal dari bagian lain ruangan.Tubuh juga
dapat menurunkan suhunya melalui proses evaporasi
keringat (keringat menyerap panas tubuh dan
mendinginkannya.
Umumnya, sebagian besar panas tubuh dikeluarkan
melalui proses evaporasi. Tetapi proses evaporasi akan
sulit berlangsung jika kelembaban relatif mendekati
100%. Iklim memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kesehatan manusia Dan merupakan suatu hal yang
sangat mempengaruhi kenyamanan tubuh manusia(human
comfort) karena kondisi ideal seseorang melaksanakan
10
pekerjaannya secara optimal tergantung pada level
pekerjaannya. Kenyamanan tubuh manusia tergantung pada
tiga faktor yaitu temperatur, kelembaban relatif dan
aliran udara. Kenyamanan (comfort) berasal dari
berbagai faktor fisik dan psikologis yang dapat
menimbulkan kepuasan atau dapat membuat hidup lebih
mudah. Dengan demikian human comfort tidak hanya
ditentukan oleh kondisi termal saja.
2.2.4. Temperatur
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu
konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat
celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam
perut yang disebut dengan suhu tubuh (core
termperatur). Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat
itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core
termperatur adalah shell termperatur, yang terdapat
pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang
menunjukkan variasi tertentu. Manusia mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh
(mempunyai kemampuan untuk beradaptasi).
Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat
manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara
temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada
seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan
proses konveksi., radiasi dan penguapan jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar
tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas
11
dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh
(Sutalaksana, 2006).
Berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut
(Sutalaksana, 2006):
1. 49 derajat celcius temperatur dapat ditahan sekitar
1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan
mental.
2. 30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap
mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan
dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.
3. 24 derajat celcius kondisi kerja optimum.
4. 10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai
muncul.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa
produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang
paling tinggi pada suhu 24 sampai 27 derajat celcius
(Sutalaksana, 2006), berdasarkan MENKES RI
NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan
syarat udara ruangan yang direkomendasikan untuk suhu
berkisar antara 18–30 oC dan kelembaban : 65-95%.
2.2.5. Paparan Suhu Lingkungan
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada
anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas.
Menurut Pulat (1992) bahwa reaksi fisiologis tubuh
(Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara
di luar comfort zone adalah sebagai berikut :
a. Vasodilatasi
b. Denyut jantung meningkat
c. Temperatur kulit meningkat
12
d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian
meningkat dll.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat
pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat
dijelaskan sebagai berikut (Kroemer-Elbert, 1994):
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti,
terjadinya kelelahan, Sering melakukan istirahat
curian dll.
b. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan
tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh
penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena
gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <
1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih
awal dan mulut mulai kering.
c. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau
keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit
terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu
beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan
menggunakan bedak penghilang keringat.
d. Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh
(tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang
menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu
banyak dengan sedikit garam natrium.
e. Head Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan
karena aliran darah ke otak tidak cukup karena
sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan
kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan
suhu tinggi.
f. Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh
kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan
13
garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah,
dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak
dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi
terhadap suhu udara panas.
2.2.6. Kerja Fisik
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi
fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power).
Kerja fisik disebut juga ”manual operation” dimana
performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada
manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power)
ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar
karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia
yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja
fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang
dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu
pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan
manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja
mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara
sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar
satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan
perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
14
8. Faktor lainnya
Menurut Barnes (1980), Kerja fisik mengakibatkan
perubahan konsumsi oksigen, denyut jantung,
peredaran udara dalam paru-paru, suhu tubuh, dan
konsentrasi asam laktat dalam darah. Beberapa faktor
ini sedikit terpengaruh oleh aktivitas otot. Ada
hubungan antara denyut jantung, konsumsi oksigen,
jumlah peredaran udara, dan pekerjaan fisik yang
dilakukan oleh seorang individu. keempat faktor
tersebut, denyut jantung dan konsumsi oksigen yang
paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat
fisiologis kerja manusia.
2.2.7. Pakaian
Pakaian mempengaruhi laju pertukaran panas secara
konveksi dan radiasi dan mempengaruhi tingkat
pendinginan evaporasi. Besarnya kalor yang dilepas oleh
tubuh dipengaruhi oleh jenis pakaian yang sedang
dipakai pada saat itu, terutama mengenai besar kecilnya
isolasi termal dari bahan pakaian dan tebalnya. Isolasi
termal dari bahan pakaian yang dipakai dinyatakan dalam
clo, dimana :
1 clo = 0,155 m2.K/Watt. (Kodak Eastman Company, 1983)
Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan
untuk mencapai kenyamanan termal adalah cara
berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis
pakaian yang dikenakannya demu mencapai kenyamanan
termal bagi dirinya. Untuk menentukan sifat pakaian
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel pakaian dan
clothing value pada Tabel 2.1. Untuk menentukan nilai
15
clo gabungan, maka nilai clo yang ada dapat dijumlahkan
(Apriyandini, 2010).
Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian
Item Pakaian Nilai
Clo
Kaos Berkerah 0,09
Kaos Dalam 0,06
Celana Dalam 0,05
Kemeja Lengan Panjang 0,22
Kemeja Lengan Pendek 0,14
Celana Ringan 0,26
Celana Berat 0,32
Jaket Ringan 0,22
Jaket Berat 0,49
Sepatu 0,04
Sepatu boot 0,08
Sandal 0,02
Kaos Kaki 0,01
Sumber : SNI 03-6572-2001
2.2.8. Perhitungan Konsumsi Energi
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang
berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi
energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara
tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah,
aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur
tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang
dikeluarkan oleh paru-paru.
Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan
parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut
jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara
kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu
dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
16
Untuk merumuskan hubungan antara energy
expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut
jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan
antara energy expediture dengan kecepatan denyut
jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk
regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung
secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan
sebagai berikut :
2410.71733,40229038,080411,1 XXY (2.1)
Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung
disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi
untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et – Ei (2.2)
Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja
tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu
(kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat
(kilokalori/menit)
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum :
Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik.
Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut
tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur
perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan
karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas
17
permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam
kilokalori/area dan permukaan/jam. Rata-rata manusia
mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan
1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1
kilokalori/menit. (Modul APSK & Ergonomi UAJY, 2009)
2.2.9. Perhitungan Cardiovaskuler Load
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang
sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari
istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba &
Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang
dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskular (cardiovascular load = %CVL ) yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
%CVL = (2.3)
Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl,
1977).
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut
- X ≤30% = tidak terjadi kelelahan
- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan
- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat
- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera
- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas
2.2.10. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data bertujuan untuk membuktikan
bahwa jumlah sampel data hasil observasi yang telah
18
diambil dapat dikatakan cukup untuk dapat mewakili
sistem secara keseluruhan. Menurut Ralph M. Barnes,
formula untuk menentukan jumlah minimal dipengaruhi
oleh tingkat kepercayaan (k) dan tingkat ketelitian
(s). Tingkat kepercayaan k berarti data tersebut dapat
dipercaya k kebenarannya dan tingkat ketelitian s
berarti peneliti memperbolehkan rata-rata hasil
penelitiannya menyimpang sejauh s dari rata-rata
sebenarnya. Persamaan untuk menentukan jumlah sampel
minimum dapat diformulasikan sebagai berikut:
(2.4)
Dengan : N’ = Jumlah sampel data minimum
N = Jumlah data yang diperoleh
Xi = Data pengamatan ke-i
K = Tingkat kepercayaan
S = Tingkat ketelitian
Data dinyatakan cukup apabila N>N’, dan bila N<N’
maka harus dilakukan penambahan data sampel atau
dilakukan pengamatan tambahan.
Uji kecukupan data juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan software statistik. Hasil pengujian
dapat dilihat pada nilai P (nilai sig.). hasil
menunjukan bahwa jumlah sampel minimum sudah terpenuhi
jika P>0.05 (Budi, 2006).
2.2.11. Uji Kenormalan Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang dikumpulkan terdistribusi normal atau tidak.
Hal ini bertujuan untuk menentukan metode statistik
19
yang sesuai yang dapat digunakan untuk pengolahan data,
untuk data yang telah dikumpulkan.
Uji kenormalan yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Metode ini memiliki keunggulan
hasilnya lebih akurat dan lebih mudah digunakan. Hal
ini dikarenakan tidak perlu dilakukan pengelompokan
pada data yang diperoleh.
Konsep dasar pengujian ini adalah membandingkan
distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah
data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk z-
score dan telah diasumsikan normal.
Penerapan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika
signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji
memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal
baku, berarti data tersebut tidak terdistribusi normal.
Berlaku sebaliknya jika signifikansi diatas 0,05
berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan
data normal baku, berarti data terdistribusi normal
(Budi, 2006).
20
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Tahap Persiapan
Penulis melakukan penelitian Identifikasi Faktor
Fisik Yang Mempengaruhi Kenyamanan Pada Pekerja. Pada
persiapan ini, penulis menyiapkan alat-alat yang
diperlukan untuk melakukan penelitian antara lain
yaitu:
1. Thermohygrometer.
2. Tensi Meter.
3. Lembar Data
4. Alat Tulis
Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah
Suhu dan kelembaban di ruang kerja, Ketebalan pakaian
denyut jantung pekerja pada saat tidak bekerja(sebelum
bekerja dan istirahat) dan pada saat bekerja.
1.2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Data Pekerja
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kepada
pekerja sehingga diperoleh data profil pekerja.
2. Data Suhu
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
suhu tempat kerja dengan menggunakan alat
Thermohygrometer. Pengukuran dilakukan mulai pukul
21
08.00 WIB-16.00 WIB setiap 1 jam selama 6 hari kerja
sehingga diperoleh data hasil pengukuran suhu.
3. Data Kelembaban Udara
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
Kelembaban tempat kerja dengan menggunakan alat
Thermohygrometer pengukuran dilakukan setiap 1 jam
selama 6 hari kerja sehingga diperoleh data hasil
pengukuran kelembaban udara.
4. Data Nilai clo pakaian
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan
mengisi pakaian yang digunakan oleh pekerja pada
form data setiap hari selama 6 hari sehingga
diperoleh data nilai clo pakaian.
5. Data Denyut jantung
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan
menggunakan alat Tensi Meter.
a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat
(Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai
pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah
istirahat pukul 12.30 WIB.
b. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja
(Dn1) dilakukan setiap jam pada saat pekerja
melakukan pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan
pada pukul 09.00 WIB–16.00 WIB.
1.3. Tahap Analisis Data dan Pembahasan.
1. Data yang diperoleh kemudian diuji kecukupan data
dan distribusi normal.
2. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban kemudian
dibandingkan apakah sesuai dengan standar MENKES RI
22
NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara
ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan menurut
pakar ergonomi untuk tubuh manusia.
3. Data hasil pengukuran nilai clo dilakukan evaluasi
apakah memenuhi standar nilai clo.
4. Data hasil pengukuran denyut jantung pekerja
dianalisis dengan menghitung energi expenditur
(persamaan 2.1), konsumsi energi (persamaan 2.2)
dan penilaian beban kerja (persamaan 2.3) dan
Cardiovaskuler Load.
1.4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan yang dapat memenuhi dan menjawab
tujuan dari penelitian serta solusi untuk CV.PRASAJA.
Tahap penarikan kesimpulan berisi juga saran yang
diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya. Langkah
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. Diagram
Alir metodologi Penelitian.
23
Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Mulai
Studi Literatur :
Studi Pustaka.
Pengamatan Langsung.
Persiapan Penelitian :
Pembuatan Form Data.
Pengambilan Data :
Pengukuran Data Suhu dan Kelembaban menggunakan
alat Thermohygrometer, Nilai Clo menggunakan
Checklist, dan Denyut Jantung menggunakan alat
Tensi Meter.
Dokumentasi Foto.
Analisis Data dan Pembahasan :
1. Uji kecukupan data dan distribusi normal.
2. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban dibandingkan dengan
standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara
ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan menurut pakar ergonomi
untuk tubuh manusia.
3. Data hasil pengukuran nilai clo dianalisis apakah memenuhi standar
kenyamanan thermal.
4. Data hasil pengukuran denyut jantung pekerja dianalisis dengan
menghitung konsumsi energi dan Cardiovaskuler Load.
Kesimpulan dan Saran :
Kesimpulan Hasil Analisis data dan Pembahasan.
Saran dari penulis untuk CV.PRASAJA.
Selesai
24
BAB 4
DATA
4.1. Profil Perusahaan
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang
bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu
dengan material kayu jati didirikan tahun 1998 dengan
Syaifudin sebagai pemilik usaha yang bertempat di Jl.
Laksda Adi Sucipto Km 06, Sleman, Yogyakarta.
Produksi dilakukan apabila ada pesanan saja dan
material yang digunakan untuk produk hanya kayu jati,
Pembuatan produk masih manual karena menggunakan
alat-alat tradisional seperti gergaji tangan, pahat,
palu, paku, dan penggaris besi.
4.1.2. Waktu Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja
Hari kerja CV.PRASAJA senin sampai dengan sabtu.
Pembagian Jam kerja diatur seperti dibawah ini:
Hari senin – sabtu :
1. Pagi : 08.00 – 12.00 WIB
2. Istirahat : 12.00 – 12.30 WIB
3. Siang : 12.30 – 16.00 WIB
CV.PRASAJA memiliki empat orang pekerja yaitu
Anto sebagai mandor, Marula dan Susno sebagai pembuat
produk, dan Sugeng sebagai pengantar produk ke
konsumen.
25
1.1.3. Deskripsi Tempat Proses Kerja
Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja
Tempat kerja CV.PRASAJA hanya berjarak ± 2 meter
dari jalan raya dengan luas ± 8 x 10 m2 dengan kondisi
ruangan terbuka, terdapat beberapa komponen fasilitas
utama yaitu kantor utama untuk pemilik dan mandor juga
sebagai tempat untuk menerima konsumen, terdapat ruang
istirahat yang berfungsi sebagai tempat istirahat
pekerja, dan terdapat toilet.
Pada Gambar 4.1 area berwarna hijau merupakan area
ruang gerak pekerja mulai dari mengambil material,
alat, serta melakukan proses pembuatan kusen di kursi
panjang dan meja gergaji.
Tahapan proses pembuatan kusen di CV.PRASAJA,
yaitu:
1. Tahap Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan terdiri dari persiapan material
kayu dan persiapan alat. Material kayu diangkat ke
kursi panjang untuk dilakukan pengukuran.
26
2. Tahap Pengukuran (Measurement)
Material kayu yang sudah dipindahkan ke kursi
panjang kemudian diukur sesuai ukuran pesanan
menggunakan penggaris dan pensil.
3. Tahap Pemotongan (Cutting)
Proses pemotongan kayu yang sudah diukur kemudian
dipotong menggunakan gergaji.
4. Tahap Perakitan (Assembly)
Setelah kayu dipotong sesuai ukuran kemudian kayu
dilubangi menggunakan pahat setelah itu dirakit dan
direkatkan menggunakan paku.
4.2. Data Profil Pekerja
Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA
No. Nama
Pekerja
Jenis
Kelamin
(L/P)
Umur
(Tahun)
Posisi
Pekerjaan
1. Anto L 40 Mandor
2. Marula L 45 Pengrajin
3. Susno L 25 Karyawan
4. Sugeng L 33
Sopir
Pengantar
barang
Pekerja yang menjadi Objek penelitian yaitu
pekerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
kusen maka pekerja yang akan diukur denyut jantung
27
dan nilai Clo pakaian adalah Marula (pekerja 1) dan
Susno (pekerja 2).
4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu
Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu
No. Jam
Pengamatan
Suhu (oC)
Hari
ke 1
Hari
ke 2
Hari
ke 3
Hari
ke 4
Hari
ke 5
Hari
ke 6
1. 08.00 28 29 27 28 29 29
2. 09.00 30 30 31 29 31 31
3. 10.00 31 32 32 32 32 33
4. 11.00 32 33 32 33 33 33
5. 12.00 32 33 32 33 33 32
6. 13.00 32 32 32 33 33 31
7. 14.00 31 31 31 32 32 31
8. 15.00 31 30 31 31 32 31
9. 16.00 31 30 31 30 31 30
4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban
Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban
No. Jam
Pengamatan
Kelembaban (%)
Hari
ke 1
Hari
ke 2
Hari
ke 3
Hari
ke 4
Hari
ke 5
Hari
ke 6
1. 08.00 96 95 98 97 97 98
2. 09.00 93 89 83 83 81 79
28
Tabel 4.3 Lanjutan
No. Jam
Pengamatan
Kelembaban (%)
Hari
ke 1
Hari
ke 2
Hari
ke 3
Hari
ke 4
Hari
ke 5
Hari
ke 6
3. 10.00 89 82 74 76 76 75
4. 11.00 80 79 73 75 75 74
5. 12.00 77 76 73 74 75 72
6. 13.00 74 76 74 73 73 72
7. 14.00 76 77 76 74 78 73
8. 15.00 81 79 82 78 83 75
9. 16.00 85 86 84 83 86 81
4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo
Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 1
Item Pakaian Nilai
Clo
Hari
1 2 3 4 5 6
Kaos Berkerah 0,09
Kaos Dalam 0,06
Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √
Kemeja Lengan
Panjang
0,22
Kemeja Lengan
Pendek
0,14
Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √
Celana Berat 0,32
Jaket Ringan 0,22
Jaket Berat 0,49
Sepatu 0,04
Sepatu boot 0,08
Sandal 0,02
Kaos Kaki 0,01
Jumlah 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31
29
Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 2
Item Pakaian Nilai
Clo
Hari
1 2 3 4 5 6
Kaos Berkerah 0,09 √ √ √ √ √ √
Kaos Dalam 0,06
Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √
Kemeja Lengan
Panjang
0,22
Kemeja Lengan
Pendek
0,14
Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √
Celana Berat 0,32
Jaket Ringan 0,22
Jaket Berat 0,49
Sepatu 0,04
Sepatu boot 0,08
Sandal 0,02
Kaos Kaki 0,01
Jumlah 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung
Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung
Pekerja 1
No.
Jam
Pengamatan
(WIB)
Keterangan
Denyut Jantung (detak/menit)
Hari Pengamatan
1 2 3 4 5 6
1. 08.00 Dn0 73 78 77 73 76 76
2. 09.00 Dn1 137 140 151 119 141 139
3. 10.00 Dn1 122 136 139 122 134 136
4. 11.00 Dn1 127 134 135 127 127 128
5. 12.00 Dn1 131 144 121 131 132 134
6. 12.30 Dn0 78 81 84 78 82 83
7. 13.00 Dn1 102 123 122 102 128 132
30
Tabel 4.6 Lanjutan
No.
Jam
Pengamatan
(WIB)
Keterangan
Denyut Jantung (detak/menit)
Hari Pengamatan
1 1 1 1 1 1
8. 14.00 Dn1 129 127 132 129 136 134
9. 15.00 Dn1 142 134 136 142 139 126
10. 16.00 Dn1 146 141 141 146 129 128
Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung
Pekerja 2
No.
Jam
Pengamatan
(WIB)
Keterangan
Denyut Jantung (detak/menit)
Hari Pengamatan
1 2 3 4 5 6
1. 08.00 Dn0 77 75 76 77 75 77
2. 09.00 Dn1 93 105 92 93 108 112
3. 10.00 Dn1 119 117 119 119 119 107
4. 11.00 Dn1 124 120 124 124 116 105
5. 12.00 Dn1 112 126 117 112 107 115
6. 12.30 Dn0 81 78 83 80 76 77
7. 13.00 Dn1 99 87 98 99 88 109
8. 14.00 Dn1 117 103 123 117 107 107
9. 15.00 Dn1 123 119 118 123 122 120
10. 16.00 Dn1 132 122 126 132 120 122
31
BAB 5
ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN
5.1. Uji Kecukupan Data
5.1.1. Uji Kecukupan Data Suhu
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang telah diproses telah cukup sesuai dengan tingkat
kepercayaan dan tingkat ketelitian peneliti. Peneliti
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
ketelitian 5%. Tingkat kepercayaan 95% artinya data
tersebut dapat dipercaya 95% kebenarannya dan tingkat
ketelitian 5% artinya peneliti memperbolehkan rata-rata
hasil penelitiannya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata
sebenarnya. Hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
N1 =
N1 = 1.81924 = 2
Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data
yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat
dikatakan cukup, karena N>N'.
5.1.2. Uji Kecukupan Data Kelembaban
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
32
N1 =
N1 = 3.72381301 = 4
Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data
yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat
dikatakan cukup, karena N>N'.
5.1.3. Uji Kecukupan Data Denyut Jantung
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Uji Kecukupan Data Pekerja 1
N1 =
= 58.39587 = 59
2. Uji Kecukupan Data Pekerja 2
N1 =
= 43.09762 = 44
Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah
data yang telah diambil dapat dikatakan cukup, karena
N>N'.
33
5.2. Uji Kenormalan
Uji kenormalan yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Tujuan dilakukan uji kenormalan
adalah untuk mengetahui apakah data yang diambil
berdistribusi normal atau tidak. Data yang
terdistribusi normal merupakan salah satu asumsi dasar
dalam pengujian parametrik. Pengujian dilakukan dengan
bantuan software SPSS 15, dengan hasil meliputi
eksperimen 1,2,3, dan 4 seperti pada Tabel 5.1, 5.2,
5.3, dan 5.4.
Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu
Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban
34
Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung
Pekerja 1
Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung
Pekerja 2
Hasil pada pengujian ini dapat dilihat pada nilai
P(nilai sig.). data dapat dikatan berdistribusi normal
bila nilai P > 0,05. Pada masing-masing Tabel nilai P >
dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal.
35
5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban
Berdasarkan MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang standar udara ruangan. Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
a.Suhu : 18–30 oC
b.Kelembaban : 65-95 %
5.3.1. Evaluasi Suhu
1. Pengukuran Hari Ke 1
Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.5 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.00-
09.00 WIB, sedangkan suhu berada diatas standar pada
jam 10.00-17.00 WIB.
36
2. Pengukuran Hari Ke 2
Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.6 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.00-
09.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB, sedangkan suhu berada
diatas standar pada jam 10.00-14.00 WIB.
3. Pengukuran Hari Ke 3
Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3
37
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.7 suhu memenuhi standar pada jam 8.00,
sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 09.00-
16.00 WIB.
4. Pengukuran Hari Ke 4
Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.8 suhu memenuhi standar pada jam 8.00-09.00,
sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-
16.00 WIB yaitu > 300C.
38
5. Pengukuran Hari Ke 5
Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.9 suhu memenuhi standar pada jam 8.00,
sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-
16.00 WIB.
6. Pengukuran Hari Ke 6
Gambar 5.10. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6
39
Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh
Gambar 5.10 suhu memenuhi standar jam 8.00 dan jam
16.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam
09.00-15.00 WIB.
5.3.2. Evaluasi Kelembaban
1. Pengukuran Hari Ke 1
Gambar 5.11. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 1
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.11 kelembaban memenuhi standar kelembaban
pada jam 8.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar
kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB.
40
2. Pengukuran Hari Ke 2
Gambar 5.12. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 2
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.12 kelembaban memenuhi standar kelembaban
pada jam 08.00-16.00 WIB.
3. Pengukuran Hari Ke 3
Gambar 5.13. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 3
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.13 kelembaban memenuhi standar kelembaban
41
pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas
standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.
4. Pengukuran Hari Ke 4
Gambar 5.14. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 4
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.14 kelembaban memenuhi standar kelembaban
pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas
standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.
5. Pengukuran Hari Ke 5
Gambar 5.15. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 5
42
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.15 kelembaban memenuhi standar kelembaban
pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas
standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.
6. Pengukuran Hari Ke 6
Gambar 5.16. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 6
Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.16 kelembaban memenuhi standar kelembaban
pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas
standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.
43
Gambar 5.17. Persentase Data Hasil Pengukuran
Kelembaban
Dari hasil pengukuran data kelembaban yang ditunjukan
oleh Gambar 5.17 terdapat 89% data sudah memenuhi
standard dan hanya 11% yang tidak memenuhi standar hal
ini disebabkan karena pada pagi hari udara mengandung
banyak embun atau uap air.
Suhu ruang kerja di CV.PRASAJA melebihi standar
mulai jam 09.00-16.00 WIB dan suhu tertinggi berada
pada jam 11.00-13.00 WIB, menurut pakar ergonomi
(Sutalaksana, 2006) hal ini dapat mengakibatkan
aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan
timbul kelelahan fisik.
44
5.4. Evaluasi Pakaian
Menurut Eastmen Kodak Company (1983) skor nilai
clo 0 adalah kondisi kenyamanan thermal, +1 indikasi
ketidaknyamanan thermal, +2 dan +3 indikasi potensi
heat stress.
Dari data nilai clo yang diperoleh yang
ditunjukan oleh Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, 100% data
nilai clo pekerja 1 maupun pekerja 2 selama 6 hari jam
kerja masih dalam batas nyaman karena berada diantara
range 0 dan +1 hal ini dapat disimpulkan bahwa pakaian
yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak
menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja,
tetapi perbaikan perlu dilakukan untuk pekerja 1 karena
pada saat melakukan aktivitas pekerjaan tidak
menggunakan baju, hal ini dapat mengakibatkan debu dan
kotoran di sekitar tempat kerja dapat menempel pada
tubuh pekerja. Sehingga dapat menyebabkan gatal pada
kulit, hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan dalam bekerja.
5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut Jantung
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan
menggunakan alat Tensi Meter.
a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat
(Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai
pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah
istirahat pukul 12.30 WIB.
b. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja (Dn1)
dilakukan setiap jam pada saat pekerja melakukan
45
pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada pukul
09.00 WIB–16.00 WIB.
Perhitungan ini dilakukan dengan mengolah data
pengukuran denyut jantung yang diperoleh dengan rumus
energi expenditur (Et).
Et = 1,80411-0,0229038X+4,71733.10-4X2 (5.1)
Dimana:
Et : Energi Expenditur (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung
disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi
untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et – Ei (5.2)
Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja
tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu
(kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat
(kilokalori/menit)
Untuk memudahkan perhitungan, maka dilakukan
perhitungan dengan bantuan ms.excel 2007. Pengujian ini
bertujuan untuk melakukan penilaian beban kerja
berdasarkan denyut jantung pekerja, adapun hasil
perhitungan dengan menggunakan ms.excel 2007 adalah
sebagai berikut:
46
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 1
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kca/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 73
2,645982
2 Dn1 137 7,52019
4,874208
3 Dn1 122 6,031076
3,385094
4 Dn1 127 6,503861
3,857879
5 Dn1 131 6,899071
4,253089
6 Dn0 78
2,887619
7 Dn1 102 4,375801
1,488182
8 Dn1 129 6,699579
3,81196
9 Dn1 142 8,063734
5,176115
10 Dn1 146 8,515552
5,627933
Rata-Rata 6,826108 0,360952 4,059308
Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 2
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 78
2,887619
2 Dn1 140 7,843486
4,955867
3 Dn1 136 7,414311
4,526692
4 Dn1 134 7,205385
4,317766
5 Dn1 144 8,287756
5,400137
6 Dn0 81
3,043923
7 Dn1 123 6,123746
3,079823
8 Dn1 127 6,503861
3,459938
47
Tabel 5.2 Lanjutan
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
9 Dn1 134 7,205385
4,161462
10 Dn1 141 7,953138
4,909216
Rata-Rata 7,317133 2,965771 4,351363
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 3
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 85
3,265536
2 Dn1 151 9,101552
5,836016
3 Dn1 139 7,734777
4,469241
4 Dn1 135 7,309376
4,04384
5 Dn1 121 5,939349
2,673813
6 Dn0 84
3,208718
7 Dn1 122 6,031076
2,822358
8 Dn1 132 7,000232
3,791514
9 Dn1 136 7,414311
4,205594
10 Dn1 141 7,953138
4,744421
Rata-Rata 7,310476 3,237127 4,073349
48
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 4
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 73
2,645982
2 Dn1 119 5,758726
3,112745
3 Dn1 122 6,031076
3,385094
4 Dn1 127 6,503861
3,857879
5 Dn1 131 6,899071
4,253089
6 Dn0 78
2,887619
7 Dn1 102 4,375801
1,488182
8 Dn1 129 6,699579
3,81196
9 Dn1 142 8,063734
5,176115
10 Dn1 146 8,515552
5,627933
Rata-Rata 6,605925 2,7668 3,839125
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 5
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 79
2,938777
2 Dn1 141 7,953138
5,014362
3 Dn1 134 7,205385
4,266608
4 Dn1 127 6,503861
3,565084
5 Dn1 132 7,000232
4,061455
6 Dn0 82
3,097911
7 Dn1 128 6,601248
3,503337
8 Dn1 136 7,414311
4,3164
49
Tabel 5.5 Lanjutan
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
9 Dn1 139 7,734777
4,636866
10 Dn1 129 6,699579
3,601668
Rata-Rata 7,139066 3,018344 4,120722
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 6
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 76
2,788134
2 Dn1 139 7,734777
4,946643
3 Dn1 136 7,414311
4,626178
4 Dn1 128 6,601248
3,813114
5 Dn1 134 7,205385
4,417251
6 Dn0 83
3,152843
7 Dn1 132 7,000232
3,847389
8 Dn1 134 7,205385
4,052542
9 Dn1 126 6,407417
3,254574
10 Dn1 128 6,601248
3,448405
Rata-Rata 7,02125 2,970488 4,050762
50
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 1
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 77
2,837405
2 Dn1 93 3,754049
0,916645
3 Dn1 119 5,758726
2,921322
4 Dn1 124 6,217359
3,379955
5 Dn1 112 5,156266
2,318861
6 Dn0 81
3,043923
7 Dn1 99 4,16006
1,116137
8 Dn1 117 5,581877
2,537955
9 Dn1 123 6,123746
3,079823
10 Dn1 132 7,000232
3,956309
Rata-Rata 5,469039 2,940664 2,528376
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 2
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 75
2,739806
2 Dn1 105 4,600034
1,860228
3 Dn1 117 5,581877
2,842071
4 Dn1 120 5,848566
3,10876
5 Dn1 126 6,407417
3,66761
6 Dn0 78
2,887619
7 Dn1 87 3,382004
0,494385
8 Dn1 103 4,449602
1,561983
51
Tabel 5.8 Lanjutan
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
9 Dn1 119 5,758726
2,871107
10 Dn1 122 6,031076
3,143457
Rata-Rata 5,257413 2,813713 2,4437
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 3
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 76
2,788134
2 Dn1 92 3,689683
0,901549
3 Dn1 119 5,758726
2,970593
4 Dn1 124 6,217359
3,429226
5 Dn1 117 5,581877
2,793744
6 Dn0 83
3,152843
7 Dn1 98 4,090033
0,93719
8 Dn1 123 6,123746
2,970903
9 Dn1 118 5,66983
2,516988
10 Dn1 126 6,407417
3,254574
Rata-Rata 5,442334 2,970488 2,471846
52
Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 4
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 77
2,837405
2 Dn1 93 3,754049
0,916645
3 Dn1 119 5,758726
2,921322
4 Dn1 124 6,217359
3,379955
5 Dn1 112 5,156266
2,318861
6 Dn0 81
3,043923
7 Dn1 99 4,16006
1,116137
8 Dn1 117 5,581877
2,537955
9 Dn1 123 6,123746
3,079823
10 Dn1 132 7,000232
3,956309
Rata-Rata 5,469039 2,940664 2,528376
Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 5
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 75
2,739806
2 Dn1 108 4,832758
2,092952
3 Dn1 119 5,758726
3,01892
4 Dn1 116 5,494868
2,755062
5 Dn1 107 4,75424
2,014434
6 Dn0 76
2,788134
7 Dn1 88 3,441653
0,653519
8 Dn1 107 4,75424
1,966106
53
Tabel 5.11 Lanjutan
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
9 Dn1 122 6,031076
3,242942
10 Dn1 120 5,848566
3,060432
Rata-Rata 5,114516 2,76397 2,350546
Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan
Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 6
No. Keterangan
Denyut
Jantung
(detak/menit)
Et
(Kcal/min)
Ei
(Kcal/min)
KE
(Kcal/min)
1 Dn0 77
2,837405
2 Dn1 112 5,156266
2,318861
3 Dn1 107 4,75424
1,916836
4 Dn1 105 4,600034
1,76263
5 Dn1 115 5,408802
2,571398
6 Dn0 77
2,837405
7 Dn1 109 4,91222
2,074815
8 Dn1 107 4,75424
1,916836
9 Dn1 120 5,848566
3,011161
10 Dn1 122 6,031076
3,193671
Rata-Rata 5,183181 2,837405 2,345776
54
Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et)
Rata-rata Energi Expenditur Pekerja (Et) (Kkal/Menit)
No. Hari Pengamatan Pekerja 1 Pekerja 2
1. 1 6,826108 5,469039
2. 2 7,317133 5,257413
3. 3 7,310476 5,442334
4. 4 6,605925 5,469039
5. 5 7,139066 5,114516
6. 6 7,021250 5,183181
Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi
Fisiologis
Tingkat
Pekerjaan
Energi
Expenditur
(Kkal/Menit)
Severe 12.5 <
Very Heavy 10.0-12,5
Heavy 7.5-10.0
Moderate 5.0-7.5
Light 2.5-5.0
(Sumber: Pulat, 1992)
Berdasarkan Tabel 5.13 hasil perhitungan rata-rata
energi expenditur pekerja dan 5.14 klasifikasi beban
kerja menunjukan bahwa tingkat pekerjaan pekerja 1 dan
pekerja 2 termasuk sedang.
55
Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 1
Hari
Pengamatan
Jam
Pengukuran Dn0
(detak/mnt)
Dn1
(detak/mnt)
D
maks %CVL
No.
%CVL Dn0 Dn1
1
08.00 09.00 73 137 175 62,75 1
08.00 10.00 73 122 175 48,04 2
08.00 11.00 73 127 175 52,94 3
08.00 12.00 73 131 175 56,86 4
12.30 13.00 78 102 175 24,74 5
12.30 14.00 78 129 175 52,58 6
12.30 15.00 78 142 175 65,98 7
12.30 16.00 78 146 175 70,10 8
2
08.00 09.00 78 140 175 63,92 9
08.00 10.00 78 136 175 59,79 10
08.00 11.00 78 134 175 57,73 11
08.00 12.00 78 144 175 68,04 12
12.30 13.00 81 123 175 44,68 13
12.30 14.00 81 127 175 48,94 14
12.30 15.00 81 134 175 56,38 15
12.30 16.00 81 141 175 63,83 16
3
08.00 09.00 77 151 175 75,51 17
08.00 10.00 77 139 175 63,27 18
08.00 11.00 77 135 175 59,18 19
08.00 12.00 77 121 175 44,90 20
12.30 13.00 84 122 175 41,76 21
12.30 14.00 84 132 175 52,75 22
12.30 15.00 84 136 175 57,14 23
12.30 16.00 84 141 175 62,64 24
4
08.00 09.00 73 119 175 45,10 25
08.00 10.00 73 122 175 48,04 26
08.00 11.00 73 127 175 52,94 27
08.00 12.00 73 131 175 56,86 28
12.30 13.00 78 102 175 24,74 29
12.30 14.00 78 129 175 52,58 30
12.30 15.00 78 142 175 65,98 31
12.30 16.00 78 146 175 70,10 32
5 08.00 09.00 76 141 175 65,66 33
56
Tabel 5.15 Lanjutan
Hari
Pengamatan
Jam
Pengukuran Dn0
(detak/mnt)
Dn1
(detak/mnt)
D
maks %CVL
No.
%CVL Dn0 Dn1
08.00 10.00 76 134 175 58,59 34
08.00 11.00 76 127 175 51,52 35
08.00 12.00 76 132 175 56,57 36
12.30 13.00 82 128 175 49,46 37
12.30 14.00 82 136 175 58,06 38
12.30 15.00 82 139 175 61,29 39
12.30 16.00 82 129 175 50,54 40
6
08.00 09.00 76 139 175 63,64 41
08.00 10.00 76 136 175 60,61 42
08.00 11.00 76 128 175 52,53 43
08.00 12.00 76 134 175 58,59 44
12.30 13.00 83 132 175 53,26 45
12.30 14.00 83 134 175 55,43 46
12.30 15.00 83 126 175 46,74 47
12.30 16.00 83 128 175 48,91 48
Gambar 5.18. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja
1
57
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:
- X ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan
- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan
- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat
- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera
- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas
Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 67% berada
di range %CVL 30% < X ≤ 60% dan 29% berada di range 60
< X ≤ 80% yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal
tersebut mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang
dialami oleh pekerja 1 sehingga diperlukan perbaikan.
Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 2
Hari
Pengamatan
Jam
Pengukuran Dn0
(detak/mnt)
Dn1
(detak/mnt)
D
maks % CVL
No.
%CVL Dn0 Dn1
1
08.00 09.00 77 93 195 62,75 1
08.00 10.00 77 119 195 48,04 2
08.00 11.00 77 124 195 52,94 3
08.00 12.00 77 112 195 56,86 4
12.30 13.00 81 99 195 24,74 5
12.30 14.00 81 117 195 52,58 6
12.30 15.00 81 123 195 65,98 7
12.30 16.00 81 132 195 70,10 8
2
08.00 09.00 75 105 195 63,92 9
08.00 10.00 75 117 195 59,79 10
08.00 11.00 75 120 195 57,73 11
08.00 12.00 75 126 195 68,04 12
12.30 13.00 78 87 195 44,68 13
12.30 14.00 78 103 195 48,94 14
12.30 15.00 78 119 195 56,38 15
12.30 16.00 78 122 195 63,83 16
58
Tabel 5.16 Lanjutan
Hari
Pengamatan
Jam
Pengukuran Dn0
(detak/mnt)
Dn1
(detak/mnt)
D
maks % CVL
No.
%CVL Dn0 Dn1
3
08.00 09.00 76 92 195 75,51 17
08.00 10.00 76 119 195 63,27 18
08.00 11.00 76 124 195 59,18 19
08.00 12.00 76 117 195 44,90 20
12.30 13.00 83 98 195 41,76 21
12.30 14.00 83 123 195 52,75 22
12.30 15.00 83 118 195 57,14 23
12.30 16.00 83 126 195 62,64 24
4
08.00 09.00 77 93 195 45,10 25
08.00 10.00 77 119 195 48,04 26
08.00 11.00 77 124 195 52,94 27
08.00 12.00 77 112 195 56,86 28
12.30 13.00 80 99 195 24,74 29
12.30 14.00 80 117 195 52,58 30
12.30 15.00 80 123 195 65,98 31
12.30 16.00 80 132 195 70,10 32
08.00 09.00 75 108 195 65,66 33
5
08.00 10.00 75 119 195 58,59 34
08.00 11.00 75 116 195 51,52 35
08.00 12.00 75 107 195 56,57 36
12.30 13.00 76 88 195 49,46 37
12.30 14.00 76 107 195 58,06 38
12.30 15.00 76 122 195 61,29 39
12.30 16.00 76 120 195 50,54 40
6
08.00 09.00 77 112 195 63,64 41
08.00 10.00 77 107 195 60,61 42
08.00 11.00 77 105 195 52,53 43
08.00 12.00 77 115 195 58,59 44
12.30 13.00 77 109 195 53,26 45
12.30 14.00 77 107 195 55,43 46
12.30 15.00 77 120 195 46,74 47
12.30 16.00 77 122 195 48,91 48
59
Gambar 5.19. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja
2
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:
- X ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan
- 30 < X ≤ 60% = diperlukan perbaikan
- 60 < X ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat
- 80 < X ≤ 100% = diperlukan tindakan segera
- X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas
Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 48% berada
di range %CVL 30% dan 52% berada di range 30% < X ≤ 60%
yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal tersebut
mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang dialami
oleh pekerja 2 sehingga diperlukan perbaikan.
60
Gambar 5.20. Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1 dan
Pekerja 2
Hasil perhitungan %CVL dari Tabel 5.15 dan 5.16
dibuat grafik untuk membandingkan perbedaan tingkat
kelelahan pekerja 1 dan pekerja 2. Dari Gambar 5.20
diatas terdapat perbedaan tingkat kelelahan yang cukup
signifikan, tingkat kelelahan pekerja 1 lebih besar
dibandingkan tingkat kelelahan pekerja 2.
5.6. Usulan Solusi Perbaikan
Menurut Tarwaka (2004) pengendalian suhu dan
kelembaban di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan
mengurangi temperatur dan kelembaban dengan cara
ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau
pendinginan secara mekanis (mechanical cooling).
Sedangkan untuk mengatasi kelelahan dapat
dilakukan dengan :
1. Aktivitas sesuai kapasitas kerja fisik
2. Redesain lingkungan kerja
3. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan
61
4. Reorganisasi sistem kerja
Berdasarkan soulusi perbaikan menurut Tarwaka (2004)
diatas maka penulis mengusulkan perbaikan untuk CV.
PRASAJA sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu tempat kerja di CV.PRASAJA tidak memenuhi
standar mulai jam 09.00-16.00 WIB dengan rata-rata
suhu tertinggi pada jam 10.00-14.00 WIB. Perbaikan
dapat dilakukan dengan meningkatkan pergerakan udara
(sirkulasi udara) sehingga terjadi pergantian udara
dalam ruangan melalui ventilasi buatan (penambahan
jendela dan lubang udara), atau dapat menggunakan
kipas angin pada jam 10.00-14.00 WIB untuk menghemat
biaya dan meningkatkan kenyamanan serta pemberian
minum agar tidak mengalami dehidrasi.
1. Kelembaban
Kelembaban tempat kerja di CV.PRASAJA pada jam 08.00
WIB tidak memenuhi standar hal ini disebabkan karena
pada pagi hari udara mengandung banyak embun atau
uap air. Perbaikan dapat dilakukan dengan sirkulasi
atau pergantian udara dengan kipas, blower dan
ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk ke
dalam ruangan, untuk jam 08.00-09.00 WIB. Sedangkan
pada jam 09.00-16.00 WIB sudah memenuhi standar maka
belum perlu dilakukan perbaikan.
2. Pakaian
Pakaian yang dipakai oleh pekerja di CV.PRASAJA
sudah memenuhi standar. Walaupun sudah memenuhi
standar perlu dilakukan perbaikan untuk pekerja 1
karena dalam melakukan aktivitas pekerjaan tidak
menggunakan baju hanya mengenakan celana pendek. Hal
62
ini dapat mengganggu kesehatan dalam bekerja.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memakai baju yang
sejenis dengan kaos berkerah sesuai standar clo pada
tabel 2.1. Dengan penembahan pakaian ini skor clo
akan menjadi 0,4 dan masih memenuhi standar.
3. Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik
Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik yang dialami
pekerja 1 lebih besar dari pekerja 2, maka perbaikan
dapat dilakukan dengan menambah jam istirahat,
penambahan perkerja, atau pengimbangan (balancing)
beban kerja.
63
BAB 6
KESIMPULAN dan SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
CV.PRASAJA untuk mengidentifikasi faktor fisik yang
mempengaruhi kenyamanan pada pekerja, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dari hasil analisis data dan pembahasan, suhu di
lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar
ketentuan MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 rata-
rata pada jam 09.00-16.00 WIB sehingga diperlukan
perbaikan.
2. Dari hasil analisis data dan pembahasan, kelembaban
lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar pada
jam 08.00 WIB sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB
kelembaban tidak melebihi standar ketentuan MENKES
RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002.
3. Dari hasil analisis data dan pembahasan data nilai
clo dapat disimpulkan bahwa pakaian yang digunakan
oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak menimbulkan
ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja.
4. Dari Hasil perhitungan rata-rata energi expenditur
dan konsumsi energi pekerja 1 dan 2 menunjukan bahwa
tingkat pekerjaan pekerja termasuk sedang.
5. Dari hasil perhitungan % CVL beban pekerja 1 dan
pekerja 2 dapat menyebabkan terjadinya kelelahan
sehingga perlu dilakukan perbaikan.
6. Solusi perbaikan untuk faktor suhu dapat dilakukan
dengan ventilasi buatan (penambahan jendela dan
64
lubang udara) atau dapat menggunakan kipas angin
pada jam 10.00-14.00 WIB. Pemberian minum harus
dipertimbangkan dalam mengatasi masalah panas
lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami
dehidrasi. Perbaikan faktor kelembaban dengan cara
sirkulasi atau pergantian udara dengan kipas, blower
dan ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk
ke dalam ruangan, untuk jam 08.00-09.00 WIB.
Perbaikan faktor pakaian dapat dilakukan dengan
memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat. Faktor beban kerja fisik dan tingkat
kelelahan dapat dilakukan perbaikan dengan menambah
jam istirahat, penambahan perkerja, atau
pengimbangan (balancing) beban kerja.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Identifikasi
Faktor kenyamanan fisik tempat kerja di CV.PRASAJA,
penulis memberikan beberapa saran yang mungkin akan
berguna bagi penelitian yang akan datang:
1. Penelitian dapat dilakukan pada saat pembuatan
produk kurang dan lebih dari 7 produk selama 6 hari
kerja karena mungkin hasil data pengukuran akan
berbeda dari penelitian ini.
2. Radiasi permukaan dan laju udara dapat dilakukan
pengukuran apabila alat tersedia.
65
DAFTAR PUSTAKA
Apriyandini, Irda. 2010. Analisis Tingkat Kenyamanan
Belajar Siswa Di Ruang Workshop Smkn 5 Bandung
Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal Ruang Dan
Persepsi Siswa. Vol. 4, No.5, 2000, Universitas
Pendidikan Indonesia, ISSN 1410-2315, Bandung.
Barnes, Ralph.M. 1980. Motion and Time Study Design and
Measurement of Work, John Wiley and Sons, Canada,
USA.
Boutet, Terry S. 1987. Controlling Air Movement : a
Manual for Architects and Builders, Mc. Graw-Hill
Book Company, USA.
Budi,Triton Prawira. 2006. SPSS Terapan Riset Statistik
Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta.
Eastman Kodak Company. 1983. Ergonomic Design for People
at Work, Volume 1, Lifetime Learning Publications
Belmont, California.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002.
Kroemer, KHE., Kroemer, HB., Kroemer-Elbert, KE. 1994.
Ergonomics How To Design For Ease And Efficiency,
Prentice Hall, New Jersey.
Manuaba, A & Vanwonterghem, K. 1996. Improvement of
Quality of Life Determination of Exposure Limits for
Physical Strenous Task Under Tropical Conditions,
Universitas Udayana, Denpasar.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan
Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya.
66
Pulat, M.B. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics,
Prentice Hall International Inc, United States of
America.
Purnomo, Hari dan Rizal. 2000. Pengaruh Kelembaban
Temperatur Udara dan Beban Kerja Terhadap Kondisi
Faal Tubuh Manusia, Universitas Islam Indonesia.
Setyaningrum, Ratih. 2010. Perhitungan Energy
Expenditure, Konsumsi Energy Dan Penilaian Beban
Kerja Pada Aktivitas Manual Material Handling,
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.
SNI 03-6572-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi
Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung,
Departemen Pekerjaan Umum.
Sutalaksana, I.Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS,
Surakarta .
67
LAMPIRAN 1. LEMBAR DATA PROFIL PEKERJA
No. Nama
Pekerja
Jenis
Kelamin
(L/P)
Umur
(Tahun)
Posisi
Pekerjaan
1. Anto L 40 Mandor
2.
Marula
L 45 Pengrajin
3. Susno L 25 Karyawan
4. Sugeng L 25
Sopir
Pengantar
Barang
68
LAMPIRAN 2. LEMBAR DATA PENGUKURAN SUHU DAN
KELEMBABAN
1. Suhu
No. Jam
Pengamatan
Suhu (oC)
Hari
ke 1
Hari
ke 2
Hari
ke 3
Hari
ke 4
Hari
ke 5
Hari
ke 6
1. 08.00 28 29 27 28 29 29
2. 09.00 30 30 31 29 31 31
3. 10.00 31 32 32 32 32 33
4. 11.00 32 33 32 33 33 33
5. 12.00 32 33 32 33 33 32
6. 13.00 32 32 32 33 33 31
7. 14.00 31 31 31 32 32 31
8. 15.00 31 30 31 31 32 31
9. 16.00 31 30 31 30 31 30
2. Kelembaban
No. Jam
Pengamatan
Kelembaban (%)
Hari
ke 1
Hari
ke 2
Hari
ke 3
Hari
ke 4
Hari
ke 5
Hari
ke 6
1. 08.00 96 95 98 97 97 98
2. 09.00 93 89 83 83 81 79
3. 10.00 89 82 74 76 76 75
4. 11.00 80 79 73 75 75 74
5. 12.00 77 76 73 74 75 72
6. 13.00 74 76 74 73 73 72
7. 14.00 76 77 76 74 78 73
8. 15.00 81 79 82 78 83 75
9. 16.00 85 86 84 83 86 81
69
LAMPIRAN 3. LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO
PEKERJA
LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 1
Item Pakaian Nilai
Clo
Hari
1 2 3 4 5 6
Kaos Berkerah 0,09
Kaos Dalam 0,06
Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √
Kemeja Lengan
Panjang
0,22
Kemeja Lengan
Pendek
0,14
Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √
Celana Berat 0,32
Jaket Ringan 0,22
Jaket Berat 0,49
Sepatu 0,04
Sepatu boot 0,08
Sandal 0,02
Kaos Kaki 0,01
Jumlah 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31
LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 2
Item Pakaian Nilai
Clo
Hari
1 2 3 4 5 6
Kaos Berkerah 0,09 √ √ √ √ √ √
Kaos Dalam 0,06
Celana Dalam 0,05 √ √ √ √ √ √
Kemeja Lengan
Panjang
0,22
Kemeja Lengan
Pendek
0,14
Celana Ringan 0,26 √ √ √ √ √ √
Celana Berat 0,32
Jaket Ringan 0,22
Jaket Berat 0,49
Sepatu 0,04
Sepatu boot 0,08
Sandal 0,02
70
Kaos Kaki 0,01
Jumlah 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
71
LAMPIRAN 4. LEMBAR DATA PENGUKURAN DENYUT
JANTUNG
Pekerja 1
No.
Jam
Pengamata
n (WIB)
Keterang
an
Denyut Jantung Pekerja
1(detak/menit)
Hari Pengamatan
1 2 3 4 5 6
1. 08.00 Dn0 73 78 77 73 76 76
2. 09.00 Dn1 137 140 151 119 141 139
3. 10.00 Dn1 122 136 139 122 134 136
4. 11.00 Dn1 127 134 135 127 127 128
5. 12.00 Dn1 131 144 121 131 132 134
6. 12.30 Dn0 78 81 84 78 82 83
7. 13.00 Dn1 102 123 122 102 128 132
8. 14.00 Dn1 129 127 132 129 136 134
9. 15.00 Dn1 142 134 136 142 139 126
10. 16.00 Dn1 146 141 141 146 129 128
Pekerja 2
No.
Jam
Pengamata
n (WIB)
Keterang
an
Denyut Jantung Pekerja
2(detak/menit)
Hari Pengamatan
1 2 3 4 5 6
1. 08.00 Dn0 77 75 76 77 75 77
2. 09.00 Dn1 93 105 92 93 108 112
3. 10.00 Dn1 119 117 119 119 119 107
4. 11.00 Dn1 124 120 124 124 116 105
5. 12.00 Dn1 112 126 117 112 107 115
6. 12.30 Dn0 81 78 83 80 76 77
7. 13.00 Dn1 99 87 98 99 88 109
72
8. 14.00 Dn1 117 103 123 117 107 107
9. 15.00 Dn1 123 119 118 123 122 120
10. 16.00 Dn1 132 122 126 132 120 122
73
LAMPIRAN 5. ALAT UKUR
74
LAMPIRAN 6. PROSES PENGAMBILAN DATA SUHU DAN KELEMBABAN
75
LAMPIRAN 7. PROSES PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG
PEKERJA
76
LAMPIRAN 8. PROSES PEMBUATAN PRODUK
77
LAMPIRAN 9. PROSES PEMBUATAN KUSEN
78
LAMPIRAN 10. PRODUK JADI
79
LAMPIRAN 11. SITUASI TEMPAT KERJA
80
LAMPIRAN 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002
1
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002
TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
PERKANTORAN DAN INDUSTRI
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran dan industri, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161);
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/
XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
2
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/ SK/VII/ 2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum;
M E M U T U S K A N : Menetapkan : Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI.
Kedua : Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan
industri meliputi : persyaratan air, udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi.
Ketiga : Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini.
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini.
Kelima : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 Nopember 2002 MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi
3
Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN
I. UMUM
1. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran.
2. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat
menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja.
3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan
kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan.
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.
4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja.
5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran,
Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.
4
6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum Usaha penyehatan lingkungan kerja perkantoran yang diakui.
7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan
lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang.
8. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi
tanggung jawab perkantoran. II. AIR BERSIH
A. Persyaratan
Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara
1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
2. Tata cara pelaksanaan
1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.
4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan
1. Suhu dan kelembaban - Suhu : 18 – 28 0C - Kelembaban : 40 % - 60 %
5
2. Debu
Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
No.
JENIS DEBU KONSENTRASI
MAKSIMAL 1. Debu total
0,15 mg/m3
2. Asbes bebas
5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)
3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 –
0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.
4. Gas pencemar
Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No.
PARAMETER KONSENTRASI
MAKSIMAL (mg/m3) ppm
1. Asam Sulfida (H2S) 1 - 2. Amonia (NH3) 17 25 3. Karbon Monoksida (CO) 29 25 4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0 5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2
5. Mikrobiologi
- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara - Bebas kuman patogen
B. Tata Cara
1. Pengertian
Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Tata cara pelaksanaan
1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan
perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. b) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata
udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.
6
c) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan
pemanas ruang. d) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu
menggunakan alat dehumidifier. e) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu
menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).
2) Debu
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).
b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.
c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
3) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan
baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang
ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.
b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.
c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.
4) Gas pencemar
Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. b) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. c) Dilarang merokok didalam ruang kerja. d) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau
yang menyengat.
5) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : a) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan
melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja. b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.
7
d) Memelihara sistem AC sentral. IV. LIMBAH A. Persyaratan
1. Limbah padat/sampah a. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
b. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah.
c. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat
2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara 1.Pengertian
a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Limbah padat 1) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali
sehari 2) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang
berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 3) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair
1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.
V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
8
B. Tata Cara 1. Pengertian
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. Tata cara pelaksanaan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti. VI. KEBISINGAN DI RUANGAN
A. Persyaratan
Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA
B. Tata Cara 1. Pengertian
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :
1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan.
2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.
VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan
Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN
MAKSIMAL (dalam mikron = 10 –6 M)
1 4 < 100 2 5 < 80 3 6,3 < 70
9
4 8 < 50 5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17
10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6
B. Tata Cara
1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan
seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan
Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi
bantalan pada sumber getaran.
VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan
Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik :
a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.
2. Medan magnit listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT
B. Tata Cara
1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat
radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel
benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari
kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik.
10
2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik
1) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
2) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.
b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.
IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam
pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam
pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.
2. Tikus
Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular
berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam
tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).
b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan
berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.
3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
11
b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.
c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap. X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan
1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin dan bersih. 3. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 4. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 5. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m
dari lantai. 6. Atap kuat dan tidak bocor. 7. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan
1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan
peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :
a. Untuk karyawan pria :
No JUMLAH KARYAWAN
JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAH JAMBAN
JUMLAH PETURASAN
JUMLAH WASTAFEL
1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan
b. Untuk karyawan wanita :
No JUMLAH
KARYAWAN JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAH JAMBAN
JUMLAH WASTAFEL
1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5
12
4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan
XII. INSTALASI A. Persyaratan
1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah,
air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label.
b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi
13
Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN
I. UMUM
9. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran.
10. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat
menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja.
11. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan
kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan.
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.
12. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja.
13. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran,
Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.
14
14. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum Usaha penyehatan
lingkungan kerja perkantoran yang diakui.
15. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang.
16. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi
tanggung jawab perkantoran. II. AIR BERSIH
A. Persyaratan
Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara
1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
2. Tata cara pelaksanaan
1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.
4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan
1. Suhu dan kelembaban - Suhu : 18 – 28 0C
15
- Kelembaban : 40 % - 60 % 2. Debu
Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
No.
JENIS DEBU KONSENTRASI
MAKSIMAL 1. Debu total
0,15 mg/m3
2. Asbes bebas
5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)
3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 –
0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.
4. Gas pencemar
Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No.
PARAMETER KONSENTRASI
MAKSIMAL (mg/m3) ppm
1. Asam Sulfida (H2S) 1 - 2. Amonia (NH3) 17 25 3. Karbon Monoksida (CO) 29 25 4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0 5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2
5. Mikrobiologi
- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara - Bebas kuman patogen
B. Tata Cara
1. Pengertian
Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Tata cara pelaksanaan
1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan
perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : f) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
16
g) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.
h) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan pemanas ruang.
i) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier.
j) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).
6) Debu
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : d) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada
pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).
e) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.
f) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
7) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan
baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : d) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang
ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.
e) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.
f) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.
8) Gas pencemar
Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : e) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. f) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. g) Dilarang merokok didalam ruang kerja. h) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau
yang menyengat.
9) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
e) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja.
f) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. g) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.
17
h) Memelihara sistem AC sentral. IV. LIMBAH A. Persyaratan
1. Limbah padat/sampah d. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
e. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah.
f. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat
2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara 1.Pengertian
a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Limbah padat 4) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali
sehari 5) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang
berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair
3) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
4) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.
V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
18
B. Tata Cara 1. Pengertian
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. Tata cara pelaksanaan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti. VI. KEBISINGAN DI RUANGAN
A. Persyaratan
Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA
B. Tata Cara
1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
2. Tata cara pelaksanaan
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : 1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan kebisingan. 2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain :
meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.
VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan
Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN
MAKSIMAL (dalam mikron = 10 –6 M)
1 4 < 100 2 5 < 80
19
3 6,3 < 70 4 8 < 50 5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17
10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6
B. Tata Cara
1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan
seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan
Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi
bantalan pada sumber getaran.
VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan
Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 3. Medan listrik :
c. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.
4. Medan magnit listrik : c. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT
B. Tata Cara
1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat
radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel
benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari
kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik.
20
2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik
3) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
4) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.
b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.
IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam
pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam
pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.
2. Tikus
Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular
berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam
tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).
b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Pengendalian secara fisika 5) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan
berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
6) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.
7) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 8) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
21
b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.
c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap. X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan
8. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan. 9. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin dan bersih. 10. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 11. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 12. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m
dari lantai. 13. Atap kuat dan tidak bocor. 14. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan
3. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 4. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan
peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :
a. Untuk karyawan pria :
No JUMLAH KARYAWAN
JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAH JAMBAN
JUMLAH PETURASAN
JUMLAH WASTAFEL
1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan
b. Untuk karyawan wanita :
No JUMLAH
KARYAWAN JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAH JAMBAN
JUMLAH WASTAFEL
1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5
22
4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu
peturasan XII. INSTALASI A. Persyaratan
3. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
4. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah,
air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.
2. Tata cara pelaksanaan
e. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label.
f. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
h. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi
23
Lampiran II Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI
I. UMUM
1. Pimpinan satuan kerja/unit industri bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja industri.
2. Dalam melaksanakan tugas tersebut pimpinan satuan kerja/unit kerja
industri dapat menunjuk seorang petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan.
3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja industri harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan
kerja industri yang merupakan bagian dari rencana/program kerja industri secara keseluruhan.
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/traget tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan
(jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan.
4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja industri.
5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri,
pimpinan satuan kerja/unit industri dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan industri.
24
6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum yang menyelenggarakan usaha kesehatan lingkungan kerja industri harus memperkerjakan tenaga di bidang kesehatan lingkungan industri kerja.
7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan
lingkungan kerja industri harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkyngan kerja industri yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari industri yang berwenang.
8. Biaya penyelenggaraan lingkungan kerja industri menjadi tanggung
jawab pengelola industri.
II. Air Bersih
A. Persyaratan
1. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60 lt/orang/hari.
2. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara
1. Pengertian
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilengkapi alat pengolah air bersih sesuai dengan kebutuhan.
2. Tata cara pelaksanaan :
a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.
d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
25
III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan
1. Suhu dan kelembaban a.Suhu : 18 – 30 0C b.Kelembaban : 65 % - 95 %
2. Debu
Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
No.
JENIS DEBU KONSENTRASI
MAKSIMAL 1. Debu total
10 mg/m3
2. Asbes bebas
5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)
3. Silicat total 50 mg/m3
3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengn laju ventilasi : 0,15 – 0,25 m/detik.
4. Gas pencemar a. Kandungan maksimal gas pencemar dalam udara ruang proses
produksi adalah sebagai berikut :
No.
PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL
(mg/m3) 1. Air raksa 0,1 2. Amonia 35 3. Amonium klorida 10 4. A r s e n 0,5 5. Asam asetat 25 6. Asam klorida 7 7. Asam nitrat 25 8. Asam Sianida 11 9. Asam Sulfida 28 10. Asam Sulfat 1 11. Aseton 2400 12. Butil Alkohol 300 13. Butil Merkaptan 1,5 14. DDT 1 15. Diazinon 0,1 16. Dieldrin 0,25 17. Dimetil Amin 75 18. Etil Alkohol 1900
26
19. Fenol 19 20. Ferum Oksida 10 21. Flour 2 22. Formaldehid 6 23. Fosfor kuning 0,1 24. Kadmium 0,2 25. Kalsium Oksida 5 26. Kamfer 12 27. Kapas 1 28. Karbon Dioksida 9000 29. Karbon Monoksida 115 30. K l o r 3 31. LPG 1800 32. Magnesium Oksida 10 33. Mangan 5 34. Nitrogen Oksida 30 35. Nikel 1 36. Perak 0,01 37. Platina 0,002 38. Seng Klorida 1 39. Seng Oksida 5 40. Sianida 5 41. Silicon 10 42. Sulfur Dioksida 13 43. Timah Hitam 0,1 44. Timah Putih 2
b. Kandungan maksimal bahan pencemar udara ambien di kawasan
industri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara
1. Pengertian Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan.
5. Tata cara pelaksanaan
a. Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m 2) Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara
seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll 3) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat pemanas
ruang (heater).
27
4) Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat dehumidifier.
5) Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).
b. Debu
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust
enclosure). 2) Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi,
perlu dipasang ventilasi lokal (lokal exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter).
3) Ruang proses produksi dipasang dilusi ventilasi (memasukkan udara segar).
c. Pertukaran udara
Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB
dengan menggunakan ventilasi/AC. 2) Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk. 3) Membersihkan saring/filter udara AC secara periodik sesuai
ketentuan pabrik.
d. Gas pencemar Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : 1) Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang
dihubungkan dengan local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.
2) Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas.
3) Dilengkapi dengan suplai udara segar.
e. Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Untuk industri yang berpotensi mencemari udara dengan
mikroba agar melengkapi ventilasi/AC dengan sistim saringan udara bertingkat untuk menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau bahan kimia.
2) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. 3) Memelihara sistem AC sentral
28
IV. LIMBAH
A. Persyaratan
1. Limbah padat domestik Pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah domestik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Limbah cair Kualitas limbah cair hasil proses pengolahan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Penanganan limbah B3 harus sesuai dengan perturan perundang-
undangan yang berlaku. 4. Limbah gas
Emisi limbah gas harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tata Cara 1. Pengertian
a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan industri.
b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Limbah padat 1) Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan
pengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (Re-use, recycling, recovery) agar dipisahkan dengan limbah padat yang non B3.
2) Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Limbah radio aktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Limbah cair
1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau biologis sesuai kebutuhan.
V. PENCAHAYAAN A. Persyaratan
Intensitas cahaya di ruang kerja sebagai berikut :
29
JENIS KEGIATAN TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu.
Pekerjaan kasar & terus menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.
Pekerjaan rutin
300
R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun.
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500 Tidak
menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci
3000 Tidak
menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
B. Tata Cara
1. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. Tata cara pelaksanaan Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon.
d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
30
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
VI. KEBISINGAN A. Persyaratan
Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sebagai berikut :
No. TINGKAT KEBISINGAN
(dBA) PEMAPARAN
HARIAN 1. 85 8 jam 2. 88 4 jam 3. 91 2 jam 4. 94 1 jam 5. 97 30 menit 6. 100 15 menit
B. Tata Cara
1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan
perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar
terhindar dari kebisingan. b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara
lain: meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok, membuat bukit buatan, dan lain-lain.
c. Rekayasa peralatan (engineering control). VII. GETARAN A. Persyaratan
Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan pada masing-maing ruangan lingkungan industri sebagai berikut :
No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN
MAKSIMAL (10 -6 M) 1 4 < 100 2 5 < 80 3 6,3 < 70 4 8 < 50
31
5 10 < 37 6 12,5 < 32 7 16 < 25 8 20 < 20 9 25 < 17
10 31,5 < 12 11 40 < 9 12 50 < 8 13 63 < 6
B. Tata Cara
1. Pengertian a. Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui
keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. b. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana
dan peralatan kegiatan manusia.
2. Tata cara pelaksanaan Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :
a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi
bantalan pada sumber getaran. VIII. RADIASI
A. Persyaratan
Tingkat pajanan oleh radiasi medan listrik dan medan magnit listrik adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik :
a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : maksimal 30 kV/m.
2.Medan magnit listrik :
a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT
B. Tata Cara 1. Pengertian
a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi.
32
b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik.
2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan c, Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :
1) Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m.
2) Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai tempat kerja (20 kV)
IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan
1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam
pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam
pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypty container indeks tidak melebihi
5%.
2. Tikus Setiap ruang kerja industri harus bebas tikus.
B. Tata Cara 1. Pengertian
a. Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga).
b. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus).
c. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan
berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
33
2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.
3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
c. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.
d. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. e. Cara mekanik dengan memasang perangkap.
X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan
1. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.
3. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
4. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m dari lantai.
5. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.
XI. TOILET A. Persyaratan
1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban
dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :
a. Untuk karyawan pria :
No JUMLAH KARYAWAN
JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAHJAMBAN
JUMLAH PETURASAN
JUMLAH
WASTAFEL
1 S/d 25 1 1 2 2 2 26 s/d 50 2 2 3 3 3 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu
peturasan
34
b. Untuk karyawan wanita :
No JUMLAH KARYAWAN
JUMLAH KAMAR MANDI
JUMLAH JAMBAN
JUMLAH WASTAFEL
1 S/d 20 1 1 2 2 21 s/d 40 2 2 3 3 41 s/d 70 3 3 5 4 71 s/d 100 4 4 6 5 101 s/d 140 5 5 7 6 141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu
peturasan B. Tata Cara
1. Pengertian
Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC, dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja.
2. Tata cara pelaksanaan
a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari. b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.
XII. INSTALASI A. Persyaratan
1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
B. Tata Cara
1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.
2. Tata cara pelaksanaan a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya
menggunakan kode warna dan label.
35
b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan.
f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standard desain yang berlaku.
MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. Achmad Sujudi