identifikasi dan determinasi hewan
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Taksonomi Hewanfakultas biologiTRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI HEWAN (AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA)
Oleh:
Nama : Annisa Dwinda FatimahNIM : B1J011082 Rombongan : III Kelompok : 2Asisten : Faizal Rachman Dwi Putra
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klasifikasi makhluk hidup bertujuan untuk membantu dalam mengenali atau
mempelajari makhluk hidup yang begitu banyak dan beraneka ragam sifat serta ciri-
cirinya. Manfaat klasifikasi adalah untuk mengetahui jenis-jenis makhluk hidup dan
hubungan antar makhluk hidup sehingga menjadi lebih mudah diketahui kekerabatan
antar makhluk hidup yang beraneka ragam. Makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam
satu kelompok atau takson tertentu memiliki persamaan-persamaan sifat dan ciri-ciri.
Identifikasi merupakan tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu
yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson (Kotellat et al., 1993).
Identifikasi penting dalam mencari kebenaran terhadap suatu species. Tahapan
dalam klasifikasi adalah pencanderaan ciri-ciri makhluk hidup, pengelompokkan
berdasarkan ciri-ciri, dan pemberian nama takson (Kotellat et al., 1993). Identifikasi
adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka
ragam dan memasukkannya dalam suatu takson (Mayr, 1969).
Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling populer
yakni dengan membandingkan tumbuhan atau hewan yang ingin diketahui dengan
gambar di dalam buku atau antara tumbuhan dengan material herbarium yang sudah
diketahui identitasnya. Langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan identifikasi
yaitu pencandraan sifat-sifat makhluk hidup, pengelompokan berdasarkan ciri-ciri dan
pemberian nama kelompok. Determinasi merupakan kegiatan membandingkan suatu
hewan dengan hewan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau
disamakan).
B. TUJUAN
1. Mengenali ciri-ciri hewan avertebrata dan vertebrata yang dapat dilihat dengan mata
telanjang atau menggunakan alat bantu.
2. Melakukan identifikasi dan determinasi hewan avertebrata dan vertebrata
3. Mendeskirpsikan hewan yang telah diidentifikasi dan dideterminasi
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang diamati adalah berbagai macam paku, sekrup, dan baur. Alat yang
digunakan yaitu bak preparat, kunci determinasi, buku gambar, dan alat tulis.
B. Metode
1. Alat dan bahan dipersiapkan.
2. Paku diamati, diidentifikasi dan dideterminasi serta digambar.
3. Paku dibuat pohon filogeni dan kunci determinasinya serta diberikan keterangan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. a. Paku berujung runcing ………………………………. (2)
b. Paku berujung tumpul ………………………….......... (6)
2. a. Paku yang berkepala corong ……………………….... (corong berulir/ v)
b. Paku yang berkepala bulat ……………………........... (3)
3. a. Paku dengan berkepala bertanda ……………………. (sekrup runcing/ iv)
b. Paku dengan berkepala tidak bertanda ……………… (4)
4. a. Paku yang berulir ……………………………………. (paku asbes/ iii)
b. Paku yang tidak berulir ……………………………… (5)
5. a. Paku yang berkepala paying ………………………..... (paku seng/ ii)
b. Paku yang tidak berkepala paying …………………… (paku kayu/ i)
6. a. Paku dengan kepala yang tidak bersegi enam ……….. (7)
b. Paku dengan kepala segi enam ……………………….. (8)
7. a. Paku yang bertanda (+) ……………………………….. (skrup/ vi)
b. Paku yang bertanda (-) ………………………………... (skrup tumpul/ vii)
8. a. Paku yang berwarna perak ………………………….... (segi enam perak/ viii)
b. Paku yang berwarna emas …………………………..... (9)
9. a. Paku besar ……………………………………………... (emas besar/ ix)
b. Paku kecil ……………………………………………… (emas ramping/ x)
Gambar 1. Pohon Filogeni
Gambar 2. Kunci Determinasi Paku-pakuan
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil bahwa paku dikategorikan menjadi in
group, sedangkan baut sebagai out grup-nya. Paku dilihat hubungan kekerabatannya
berdasarkan morfologinya terlebih dahulu. Paku yang berwarna perak, tidak berulir, dan
berkepala bulat memiliki kekerabatan dekat. Paku berulir, berkepala bulat, dan berwarna
perak memiliki kekerabatan dekat. Paku yang di kepalanya memiliki tanda (+) atau (-)
memiliki kekerabatan dekat. Sampai paku yang berkepala segi enam dan berwarna emas
juga memiliki kekerabatan dekat.
Pandangan klasik hubungan hewan adalah berdasarkan pertimbangan morfologi,
dan sangat dipengaruhi oleh asumsi dari evolusi menuju kompleksitas yang semakin
meningkat (Brusca & Brusca 1990 dalam Brinkmann & Phillipe 2008). Hal ini biasanya
difokuskan pada evolusi rongga internal tubuh (coeloms) dan menghasilkan filogeni
moluska, annelida, arthropoda dan deuterostoma dengan mengesampingkan nematoda
dan platyhelminths (hipotesis Coelomata). Namun demikian, setelah beberapa dekade,
itu menjadi jelas bahwa studi morfologi saja tidak bisa diandalkan memahami hubungan
antara kelompok utama hewan (Brinkmann dan Phillipe, 2008).
Paku kayu merupakan paku berujung tumpul, tidak berulir, berkepala bulat
tetapi tidak berbentuk payung dan kepalanya tidak bertanda. Paku seng merupakan paku
yang berujung tumpul, tidak berulir, berkepala bulat berbentuk payung dan kepalanya
tidak bertanda. Paku asbes merupakan paku yang berujung runcing, berulir, berkepala
bulat berbentuk payung dan kepalanya tidak bertanda. Skrup runcing mempunyai ciri
morfologi ujungnya runcing, berulir, berkepala bulat dan bertanda (+). Corong berulir
mempunyai ciri-ciri berujung runcing, berulir, kepala berbentuk corong dan bertanda
(+). Skrup merupakan paku peralihan dengan ujung tumpul, berulir, dengan kepala yang
tidak bersegi enam dan bertanda (+). Skrup tumpul yaitu paku dengan ujung tumpul,
berulir, kepala bulat atau tidak berbentuk segi enam dan bertanda (-). Segi enam perak
yaitu paku dengan ujung tumpul, berulir, berkepala segi enam dan berwarna perak.
Emas besar yaitu paku dengan ujung tumpul, berulir, berkepala segi enam, berwarna
emas dan bertubuh besar. Emas ramping yaitu paku dengan ujung tumpul, berulir,
berkepala segi enam, berwarna emas dan bertubuh kecil.
Identifikasi menurut Mayr (1971) dalam Laily (2006) adalah menempatkan atau
memberikan identitas suatu individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu takson
dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang
digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan
untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan
memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu, untuk mengetahui identitas atau
nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri
morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai dengan
kunci determinasi.
Klasifikasi merupakan proses menemukan sekumpulan model atau fungsi yang
menggambarkan dan membedakan konsep atau kelas-kelas data. Tujuannya adalah agar
model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kelas dari suatu objek atau data
yang label kelasnya tidak diketahui (Han & Kamber 2001). Klasifikasi terdiri atas dua
tahap, yaitu pelatihan dan prediksi (klasifikasi). Pada tahap pelatihan, dibentuk sebuah
model domain permasalahan dari setiap instance yang ada. Penentuan model tersebut
berdasarkan analisis pada sekumpulan data pelatihan, yaitu data yang label kelasnya
sudah diketahui. Pada tahap klasifikasi, dilakukan prediksi kelas dari instance baru
dengan menggunakan model yang telah dibuat pada tahap penelitian.
Determinasi yaitu membandingkan suatu hewan dengan hewan lain yang sudah
dikenal sebelumnya (dicocokkan atau disamakan). Di dunia ini, tidak ada dua benda
yang identik atau persis sama, maka istilah determinasinya dianggap lebih tepat
daripada istilah identifikasi (Mackinnon, 2000). Kunci determinasi adalah kunci yang
dipergunakan untuk menentukan phylum, kelas, ordo, family, genus dan spesies. Dasar
yang digunakan dalam kunci determinasi adalah identifikasi dari makhluk hidup dengan
menggunakan kunci dikotom (Jasin, 1989).
Bentuk kunci determinasi yang paling umum dipakai adalah kunci analisis atau
disebut juga kunci dikotomi (tersusun menggarpu). Kunci dikotomi ini disusun atas
dasar pengelompokkan ciri-ciri makhluk hidup menjadi dua kelompok yang berbeda.
Dengan menggunakan dasar persamaan dan perbedaan ciri-ciri makhluk hidup tersebut,
selanjutnya dilakukan pengelompokkan lagi menjadi dua kelopok sehingga akhirnya
diperoleh ciri-ciri yang tidak dapat dibedakan dalam kelompok-kelompok lagi. Dalam
penyusunan tabel dikotomi, pada setiap nomor selalu disusun dua pertanyaan a dan b
yang tiap kali merupakan pertanyaan kebalikan. Pada akhir tiap pertanyaan didapatkan
nomor baru yang menunjukkan arah berikutnya. Di sana terdapat pertanyaan a dan b
lagi dan seterusnya. Pada suatu ketika akan sampai pada a dan b yang di belakangnya.
Tidak ada nomor baru lagi, akan tetapi suatu nama dari tingkat takson tertentu.
Verifikasi merupakan tahap terakhir dari identifikasi. Verifikasi dalam arti yang ketat
(strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu
mendukung pengalaman secara meyakinkan. Sedangkan, verifikasi dalam arti yang
lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam
bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang
mengandung makna.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan
di antara organisme, yaitu metode fenetik dan metode filogenetik. Metode fenetik
dikenal dengan taksonomi numerik. Taksonomi numerik didefinisikan sebagati metode
evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme,
dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang dikenal sebagai
“analisis kelompok” (cluster analysis) ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas
dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik,
artinya didasarkan atas kemiripian yang diperlihatkan obyek studi yang diamati dan
dicatat serta bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya
(Tjitrosoepomo, 1993). Fenetik berbeda dengan filogeni. Sementara filogeni adalah
sejarah mengenai garis evolusi suatu kelompok organisme atau makhluk hidup
(Coccone 1999).
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
2. Determinasi merupakan membandingkan suatu benda atau makhluk hidup
dengan yang lainnya yang sudah dikenal sebelumnya.
3. Preparat yang diidentifikasi dan dicocokkan dengan kunci determinasi adalah
paku dan telah didapat nama-nama untuk berbagai jenis paku setelah dicocokkan
dengan kunci determinasi.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan preparat yang lebih
beragam supaya memepermudah pemahaman para praktikan.
DAFTAR REFERENSI
Brinkmann, H and Phillipe H. 2008. Animal phylogeny and large-scale sequencing: progress and pitfalls. Journal of Systematics and Evolution 46 (3): 274–286 (2008).
Coccone A, Amato G, Gratry OC, Behler J, Powell JR. 1999. A molecular phylogeny of four endangered Madagascar tortoises based on mtDNA sequences. Mol Phylogenet Evol 12: 1-9.
Han, Jiawie and Kamber, Micheline. 2001. Data Mining and Techniques. SanFransisco, Morgan Kaufmann.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Sinar Wijaya, Surabaya.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Jakarta.
Laily N. 2006. Identifikasi jenis-jenis ikan teleostei yang tertangkap nelayan di wilayah perairan pesisir Kota Semarang [skripsi] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Mackinnon. J. K. Phillips and B. Van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan Bird Life, IP. Bogor.
Mayr, Ernest. 1969. Principles of Systematic Zoology. Tata Mc Graw. Hill Publishing Company, New Delhi.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Umum. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.