id - bab 11

Upload: galanathan-nathan

Post on 08-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

arah dan kebijakan kawasan kumuh

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN KERJA

LAPORAN IDENTIFIKASI KAWASAN KUMUH DI KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR 2015

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN 2.1. Penyebab dan Kendala Dalam Penanganan Kumuh

2.1.1. Penyebab timbulnya lingkungan permukiman kumuh

1. Tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

2. Sulitnya mencari pekerjaan.

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah.

4. Kurang tegasnya pelaksanaan peraturan perundang- undangan. 5. Program perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah.

6. Disiplin warga yang rendah.

7. Semakin sempitnya lahan permukiman.

8. Semakin mahalnya harga lahan.

2.1.2. Kendala yang dihadapi dalam menangani lingkungan permukiman kumuh

1. Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga yang dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek karena menyangkut sekian banyak manusia yang akan tergusur atau dimukimkan kembali.

2. Masih ada dualisme antara penataan lingkungan dengan peremajaan lingkungan yang mengikuti standar teknis bangunan. Penghuni permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun.

3. Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh survai sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya penduduk. 4. Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi, pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan tempat bermain anak- anak.

5. Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya ketempat yang lebih baik.

6. Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh harus ipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan. 7. Belum kuatnya dana pembangunan permukiman.

8. Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru. 9. Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang manusiawi tanpa kekerasan.

10. Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir tidak mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah pola hidup masyarakat.

11. Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus berpandangan objektif dan luas. Pengelola harus melihat kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan permukimannya akan diremajakan.

12. Untuk itu lingkungan permukiman kumuh yang cenderung meluas ini perlu untuk ditangani. Melalui penanganan ini pada gilirannya diharapkan dapat terwujud sesuatu lingkungan perumahandan permukiman yang layak huni dalam suatu lingkungan yang sehat dan aman, serasi dan teratur.

2.2. Arah Kebijakan Pengembangan Permukiman Dan Perumahan Nasional2.2.1. Kebijakan Dan Strategi Nasional Perumahan Dan Permukiman

Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional, yaitu:

1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:

a. Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

b. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif.

c. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan.

2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat, melalui strategi:

a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan sekunder), meliputi Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait; Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan.

b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat, meliputi Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK); Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat; Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut. d. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin, serta Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.

e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi Penanganan tanggap darurat; Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman; Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi). Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.

3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

b. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba); Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

c. Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi Pelembagaan RP4D, yang merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; Pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan permukiman tradisional; Revitalisasi lingkungan permukiman strategis; Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran, mengembangkan pola hunian berimbang, menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.

2.2.2. Kebijakan Dan Strategi Nasional Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

ARAH KEBIJAKAN1. Menciptakan lingkungan yang memampukan (enabling environment) 2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh 3. Mencegah pembentukan kumuh baruSTRATEGI POKOK1. Menyediakan lahan perumahan untuk MBR 2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah 3. Fasilitasi pembangunan perumahan swadaya4. Menangani permukiman kumuh yang komprehensif dan terpadu dengan Rencana Kota5. Memperluas akses pembiayaan perumahan bagi MBR 6. Menyediakan pelayanan dasar yang terpadu dengan sistem kotaPrinsip Dasar Penanganan Kumuh1. PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PANGLIMA Pemda bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh Pemerintah Pusat berperan sebagai pendamping Daerah dan menciptakan kondisi yang kondusif2. PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PROGRAM Pelibatan masyarakat melalui proses partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses pengawasan 3. KOLABORASI DAN KOMPREHENSIF Menyelesaikan berbagai persoalan kumuh dari berbagai sektor, baik fisik maupun nonfisik melalui kolaborasi antar para pemangku kepentingan dalam perencanaan yang terpadu4. TERINTEGRASI DENGAN SISTEM KOTA Keterpaduan rencana penanganan kumuh dengan rencana pembangunan kota Keterpaduan prasarana kota dan kawasan permukiman 5. MENJAMIN KEAMANAN BERMUKIM Perumahan merupakan hak dasar manusia, dan penduduk yang tinggal dan menghuni rumah, baik legal maupun ilegal, memperoleh perlindungan dari penggusuran yang sewenang-wenang2.2.3.Kebijakan menurut UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman1. Menurut UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 62 ayat (2) Penyusunan perencanaan penanganan lingkungan kumuh berbasis kawasan dilakukan dengan cara:

a. Rehabilitasi, adalah pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum untuk memulihkan fungsi hunian secara wajar sampai tingkat yang memadai.

b. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum dengan sasaran utama menumbuhkembangkan kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya

c. Peremajaan adalah pembangunan kembali perumahan dan permukiman yang dilakukan melalui penataan secara menyeluruh meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman.

2. Menurut UU No 1 Tahun 2011 pengertian kawasan permukiman adalah :

a. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

c. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

d. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.

e. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

3. Menurut UU No 1 Tahun 2011 pengertian permukiman dan perumahan kumuh :

a. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

b. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.4. Menurut UU No 1 Tahun 2011 Pasal 96 Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis.

5. Menurut UU No 1 Tahun 2011 Pasal 97 (1) Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan:

a. pemugaran;

b. peremajaan; atau

c. pemukiman kembali.

6. Pola-pola penanganan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan melalui pengelolaan untuk mempertahankan tingkat kualitas perumahan dan permukiman.

7. Menurut UU No 1 Tahun 2011 Pasal 98Ayat (1) Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan:

a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan

b. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

c. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;

d. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak

e. membahayakan penghuni;

f. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;

g. kualitas bangunan; dan

h. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Ayat(2) Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.

2.3. Prioritas dan Target Pembangunan Bidang Cipta Karya 2014-20192.3.1. Isu Pembangunan NasionalPelayanan infrastruktur bagi Sustainable Human Settlement:

Pelayanan infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi

Pelayanan infrastruktur bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

Pelayanan infrastruktur bagi peningkatan kualitas lingkungan

MDGs dan SDGs

MP3EI dan MP3KI2.3.2.Arahan dan indicator utama dalam RPJMN 2014-2018 bidang Cipta Karya:

Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat menuju 100% akses air minum dan sanitasi

Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabel menuju kota tanpa permukiman kumuh

Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

Indikator:

Meningkatnya akses penduduk terhadap airminum layak menjadi 100% dan sanitasi layakmenjadi 100%.

Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%2.3.3. Prioritas Program Bidang Cipta Karya 2014-2019

Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan umum dan Permumahan telah menyusun rencana dan program bidang cipta Karya tahun 2014 2019,seperti yang termuat dalam table 2.1. berikut:

Tabel 2.1. Prioritas Program Bidang Cipta Karya Tahun 20114-2019NOOUTCOME 2019OUTPUT PRIORITAS NASIONALTARGET

2014TARGET

2019

1Capaian pelayanan akses air minum SPAM Regional

Penyehatan PDAM

SPAM Kab/Kota

SPAM MBR (Rusunawa, Kws Kumuh, dan Kws Nelayan)

SPAM di Kws KAPT, MP3EI, KEK

SPAM IKK

SPAM di Pel. Perikanan

SPAM di Kws Perbatasan

SPAM Desa Rawan Air, Pesisir, Terpencil

PAMSIMAS65%100%

2Capaian pelayanan akses sanitasi TPA Regional

Infrastruktur air limbah terpusat

Infrastruktur drainase perkotaan

Infrastruktur TPA Sampah skala kab/kota

Infrastruktur air limbah komunal

Infrastruktur TPST/3R

Sanimas60%100%

3Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak Peningkatan kualitas lingkungan permukiman (perbaikan kampung, KIP)

Pembangunan Rusunawa (Urban Renewal)12%0%

Tabel 2.2. Desain Program Skala RegionalDESAIN PROGRAM SKALA REGIONAL

SoftwarePembangunan Fisik

Master Plan

Feasibility Study1. Sektor Air Minum

SPAM Regional

2. Sektor PPLP

TPA Regional

IPAL Regional

1. Sektor Air Minum

RISPAM

2. Sektor PPLP

Strategi Sanitasi Kota

3. Sektor Bangkim

RPPKP, SPPIP

4. Sektor PBL

Perda Bangunan Gedung1. Sektor Air Minum

Penyehatan PDAM

SPAM Kab/Kota

2. Sektor PPLP

Infrastruktur Air Limbah Terpusat

Infrastruktur Drainase Perkotaan

Infrastruktur TPA Sampah

RTBL

Desain Kawasan1. Sektor Air Minum

SPAM MBR (Rusunawa, kawasan kumuh, dan kws nelayan

SPAM di Kawasan Kapet, MP3EI, KEK

SPAM IKK, Kws Perbatasan, dll.

2. Sektor PPLP

Infrastruktur Air Limbah Komunal

Infrastruktur TPST/3R

3. Sektor Bangkim

Rusunawa

Peningkatan kualitas permukiman kumuh

PSD Kawasan Rawan Bencana, Kws perbatasan potensial, agro & minapolitan)

Rencana Kerja Masyarakat RKM) / Community Action Plan1. Sektor Air Minum

SPAM Desa Rawan Air, Pesisir, Terpencil

PAMSIMAS.

2. Sektor PPLP

Sanimas

3. Sektor Bangkim

PPIP

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman (Perbaikan Kampung / KIP)

4. Sektor PBL

PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)

Revitalisasi Kawasan, Penataan Permukiman Tradisional/bersejarah

2.4. Penanganan Permukiman Kumuh2.4.1. Konsep Penanganan Kawasan kumuhPerencanaan berbasis kawasan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh adalah sesuatu proses perencanaan yang mengintegrasikan kawasan permukiman kumuh yang akan ditangani dengan kegiatan lingkungan di sekitarnya (sistem Kota) baik aktivitas ekonomi, lingkungan, fisik, maupun lingkungan sosial. Dengan perencanaan ini kawasan kumuh akan berkembang sekitarnya. Termasuk dalam perencanaan ini adalah mensinergikan seluruh kegiatan stakeholder dalam penanganan lingkungan kumuh. Penyusunan perencanaan penanganan lingkungan kumuh berbasis kawasan ini memiliki hirarki seperti di bawah ini.

1. Perbaikan dan pemugaran, memiliki prinsip sebagai berikut:

Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang pada masa silam telah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali pontensi yang dimiliki atau pernah dimiiki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota.

Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik lingkungan permukiman yang memiliki degradasi

Renovasi melakukan perubahan sebagai atau beberapa bagian dari komponen pembentukan lingkungan permukiman

Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman sedekat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-komponen baru maupun lama.

Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatulingkungan permukiman dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini (kerusakan) misalnya dengan menggunakan instrumen : IMB ketentuan atau pengaturan tentang koefisien lantai bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, dan garis sepadan bangunan, garis sempadan Bangunan, garis sempadan jalan, Garis sempadan Sungai dan lain-lain.

2. Peremajaan

Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagai atau keseluruhan lingkungan permukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan sarana lingkungan permukiman baru yang lebih layak dan sesuai dengan tataruang kota. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya. Disamping itu diharapkan mampu memberikan nilai tambah secara ekonomis dan memberikan vitalitas baru dari lahan permukiman yang diremajakan. Pada umumnya peramajaan ini memberikan konsekwensi bentuk teknis penanganan seperti halnyaLand consulidation land readjustment dan land sharing.

3. Pengelolaan dan Pemeliharaan Berkelanjutan Pengelolaan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya -upaya untuk mencegahmengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul serta meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Rapermen PUPR dilakukan antara lain:

1.PencegahanPola penanganan pencegahan untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh baru, terdiri atas:

a. Pengawasan dan Pengendalian : Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

b. Pemberdayaan Masyarakat : Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi

2.Peningkatan kualitasPola penanganan peningkatan kualitas kawasan kumuh terdiri atas:

a. Pemugaran: Kegiatan memperbaiki, memulihkan kembali rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum kebentuk aslinya, dilakukan untuk klasifikasi kumuh ringan dengan status lahan legal.

b. Peremajaan: Kegiatan perombakan dan penataan mendasar secara menyeluruh meliputi rumah dan prasarana, sarana,dan utolitas umum perumahan dan permukiman, dilakukan untuk klasifikasi kumuh berat dan kumuh sedang dengan status lahan legal.

c. Pemukimankembali: Kegiatan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi perumahan kumuh atau permukiman kumuh yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tataruang dan/atau rawan bencana, dilakukan untuk klasifikasi kumuh berat, kumuh sedang, dan kumuh ringan dengan status lahan ilegal.

3. PengelolaanPengelolaan pada kawasan kumuh yang telah ditangani agar tidak kembali kumuh, dilakukan dalam bentuk:

a. Pemeliharaan :untuk rumah dilakukan oleh setiap orang. Untuk prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang

b. Perbaikan:untuk rumah dilakukan oleh setiap orang. Untuk prasarana, sarana dan utilitas umum dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orangTabel 2.3. Konsep Penanganan Kawasan kumuhNoKomponenPermukimanKembali

PeremajaanPemugaran

Kumuh BeratKumuh SedangKumuh Ringan

1.HunianSementara

2.Infrastruktur

3.Air Minum

4.Persampahan

5.Air Limbah

6.SistemPemadamKebakaran

7.Lahan

8.Pembangunan Huntap

9.Perbaikan Rumah

10.Mobilisasimasyarakat

11.PenyediaanRTH

12.Fasos/Fasum

Tabel 2.4.Peningkatan Kualitas dengan PemugaranNoKomponenJenis Kegiatan

1.Bangunan Gedunga.Rehabilitasi

b.Rekonstruksi

2.Jalan LingkunganPerbaikan aspal/ paving/cor pada jalan lingkungan.

3.Drainase Lingkungana.Pengerukan sedimentasi jaringan drainase;

b.Perbaikan drainase yang tersumbat;

c.Perbaikan drainase yang rusak karena ambrol, atau kerusakan akibat bencana.

4.Air Minuma.Perbaikan Sarana/ instalasi non perpipaan air bersih (dari kebocoran, korosi, jaringan instalasi terkontaminasi bakteri berbahaya, kerusakan akibat bencana)

b.Perbaikan jaringan air minum atau air bersih perpipaan yang mengalami kerusakan (kebocoran, korosi, akibat bencana)

5.Air Limbaha.Perbaikan instalasi air limbah setempat yang mengalami sedimentasi, mampat, atau kerusakan akibat bencana.

b.Perbaikan instalasi air limbah terpusat yang mengalami sedimentasi, mampat atau kerusakan akibat bencana.

6.Sampaha.Perbaikan sarana persampahan komunal (TPS) yang mengalami penurunan kualitas karena pengendapan sampah basah.

b.Perbaikan sarana persampahan yang mengalami pencampuran jenis sampah

7.Pengamanan Kebakarana.Perbaikan alat pemadam api sederhana yang mengalami kerusakan karena korosi atau rusak karena bencana;

b.Perbaikan hydran air yang mengalami kerusakan akibat korosi atau bencana

Tabel 2.5.Peningkatan Kualitas dengan PeremajaanNoKomponenJenis Kegiatan

1.Bangunan Gedunga. Rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap komponen bangunan agar memenuhi standard konstruksi dan persyaratan teknis bangunan gedung.

b. Rekonstruksidenganmembongkardanmembangunkembalibangunanatausarana, prasarana, dan utilitas umum dengan penambahan komponen atau fungsi.

c. Penataan kawasan dengan pengaturan petak bangunan

d. Penambahan dan Penyediaan saranapermukiman(RTH, MCK umum)

e. Penyediaan hunian sementara untuk masyarakat terdampak

2.Jalan Lingkungana. Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan dengan penambahan lebar, perubahan material, penambahan bangunan pelengkap jalan.

b. Peningkatan struktur jalan

3.Drainase Lingkungana. Peningkatan kualitas unit sistem drainase

b. Penyediaan system drainase

c. Penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan system drainase kota.

4.Air MinumRehabilitasi unit SPAM dengan penambahan jaringan perpipaan, penyediaan jaringan non perpipaan, penambahan instalasi pengelolaan air minum

5.Air Limbaha. Penyediaan system sanitasi setempat atau terpusat;

b. Perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah.

6.Sampaha. Pembangunan PrasaranaSaranaPersampahan(PSP)

b. Rehabilitasi PSP dengan perbaikan dan penambahan komponen bangunan PSP.

7.Pengamanan Kebakarana. Pembangunan saranaproteksikebakaran

b. Peningkatankualitassaranasistemproteksikebakaran

Tabel 2.6. Peningkatan Kualitas dengan Pemukiman Kembali

NoKomponenJenis Kegiatan

1.BangunanGedunga.Pembangunan permukiman di lokasi baru

b.Pembangunan kembali di permukiman lama dengan model baru (Rumah Susun)

2.Jalan LingkunganPembangunan jalan baru

3.Drainase LingkunganPembangunan unit sistem drainase baru

4.Air MinumPembangunan SPAM unit baru

5.Air LimbahPembangunan unit pengolahan air limbah baru

6.SampahPembangunan PSP baru

7.Pengamanan Kebakarana.Pembangunan pengamanan kebakaran sederhana

b.Pembangunan hydran air

2.4.2. Kebijakan dan Strategi Penanganan kawasan KumuhKEBIJAKANPeningkatan Kualitas Perencanaan dan Penyelenggaraan Pembangunan di Kawasan Permukiman KumuhSTRATEGI1. Menyiapkan Landasan PenyelenggaraanAgar peningkatan kualitas permukiman kumuh memiliki aspek legalitas & dasar hokum dalam pelaksanaannya

Meliputi:

a. Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam pelaksanaannya.

b. Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaituRPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan.

c. SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh

d. Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

2. Membangun Sistem Informasi & Komunikasi Perumahan dan Permukiman Kumuh NasionalAgar tersedia data & informasi mengenai kawasan kumuh dan penanganannya yang valid dan terkini yang dapat dijadikan dasar perumusan kebijakan serta perencanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Sistem informasi bermanfaat untuk:

a. Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun.

b. Sharing informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik ditingkat pusat maupun daerah

c. Menjadi system informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya diantara pelaku

3. Membangun Kelembagaan Penanganan diPusat & DaerahAgar penanganan permukiman kumuh dapat berjalan efektif dan efisien, membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam system yang disepakati bersama.

Penangananpermukimankumuhmembutuhkan:

a. Kesepahaman bersama antar pelaku

b. Komitmen dari seluruh pelaku

c. Kemitraan antarpelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintahdunia usahamasyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya4. Membangun & Memperkuat Kapasitas Pemerintah DaerahAgar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai pelaku utama/panglima yang menentukan keberhasilan peningkatan kualitas permukiman kumuh.

Kapasitaspemerintahdaerah:

a. Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya

b. SeluruhSKPD terkait dalam penyelenggaraan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi

5. Membangun Kesadaran Masyarakat serta Memperkuat Kapasitas dan Peran Masyarakat Agar terjadi keberlanjutan hasil dari penanganan permukiman kumuh maka peran masyarakat menjadi factor penting dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh.

Faktor social budaya mempengaruhi terbentuknya dan keberlanjutan penanganan permukiman kumuh.

Diperlukanupaya-upaya pembangunan kesadaran masyarakat mengenai kualitas lingkungan hunian tempat mereka tinggal serta upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal ikut serta merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh, termasuk pula peningkatan kualitas masyarakat dalam rangka pengelolaan hasil-hasil peningkatan kualitas.2.5. Kebijakan terkait terhadap Draft RTRW Kabupaten Toba Samosir 2011-20312.5.1. Tujuan, kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Toba SamosirPenataan ruang wilayah kabupaten Toba Samosir bertujuan untuk mewujudkan pengembangan wilayah Kabupaten secara merata, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan mengandalkan sektor unggulan pertanian, industri, dan pariwisata menuju masyarakat mandiri dan sejahtera. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Toba Samosir

a. pemanfatan fungsi dan optimalisasi pengembangan Kabupaten sebagai kawasan strategis nasional;

b. pengembangan dan optimalisasi produktifitas sektor unggulan Kabupaten;

c. pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup, sumber daya alam dan sumberdaya buatan;

d. pengembangan wilayah dengan peningkatan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial, ekonomi dan budaya serta pengembangan pusat-pusat kegiatan yang terintegrasi satu sama lain; dan

e. pengembangan kawasan budidaya dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Toba SamosirPasal 51. Strategi pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten sebagai bagian dari sistem Perkotaan Nasional, Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi serta Kawasan andalan dan optimalisasi pengembangan kawasan strategis Kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam terdiri dari:

a. mengembangkan fungsi dan peran kota Balige sebagai pusat kegiatan wilayah pusat kegiatan lokal;

b. mendukung upaya pelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem dan hayati kawasan nasional Danau Toba;

c. mengoptimalkan peran Kabupaten dalam mendukung terwujudnya Kawasan Strategis Provinsi Agropolitan Dataran Tinggi di Lumban Julu;

d. mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan strategis kabupaten untuk mendukung keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan baik dari sudut kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, pendayagunaan sumber daya alam, dan sosial budaya;

e. menetapkan dan memantapkan fungsi dan deliniasi kawasan strategis;

f. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kabupaten; dan

g. meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana wilayah penunjang kegiatan kawasan strategis Kabupaten.2. Strategi pengembangan optimalisasi produktifitas sektor unggulan Kabupaten terdiri dari :

a. mengembangkan Kawasan Agropolitan Lumban Julu, kawasan perdesaan dan peruntukan kegiatan pertanian sebagai kawasan penghasil komoditas sektor ekonomi sebagai aset utama kegiatan agribisnis;

b. mengembangkan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c. mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan;

d. menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian, peternakan dan perikanan yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing;

e. meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian, peternakan dan perikanan sebagai bahan baku industri serta sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian, peternakan dan perikanan;

f. meningkatkan dan memantapkan swasembada pangan yang berkelanjutan;

g. meningkatkan produktifitas, diversifikasi dan pengolahan hasil pertanian ;

h. mengembangkan sektor industri berwawasan lingkungan dan berbasis pemberdayaan masyarakat;

i. menetapkan dan mengembangkan pusat kegiatan industri serta menyediakan dan mengembangkan lahan untuk penyediaan sumber bahan baku industri;j. menyediakan infrastruktur pendukung kawasan industri;

k. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri dan mengendalikan perkembangan kegiatan industri;

l. memanfaatkan sumber daya alam untuk kebutuhan kegiatan industri dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

m. mengembangkan kawasan wisata potensial kabupaten;

n. mengembangkan dan melestarikan serta mempromosikan berbagai potensi alam, budaya dan sejarah yang merupakan aset dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata; dan

o. membangun dan meningkatkan infrastruktur pendukung pariwisata kabupaten.3. Strategi pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup, sumber daya alam dan sumberdaya buatan, terdiri dari :

a. memantapkan fungsi kawasan lindung berupa hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya;

b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, sumber daya alam dan sumberdaya buatan;

c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan ekosistem Danau Toba;

d. mengarahkan kawasan rawan bencana sebagai kawasan lindung;

e. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan;

f. meningkatkan konservasi lahan dan hutan;

g. mengendalikan pemanfaatan ruang daerah aliran sungai yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

h. mengembangkan hutan rakyat pada daerah aliran sungai dan menata kembali pemanfaatan ruang sekitar daerah aliran sungai;

i. memelihara nilai dan fungsi cagar budaya sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata;

j. mengendalikan pertumbuhan kegiatan budidaya di sempadan Danau Toba;k. mengembangkan kawasan untuk pendayagunaan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan memanfaatkan dan mengembangkan teknologi di dalamnya; danl. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.4. Strategi pengembangan wilayah dengan peningkatan aksesibilitas, ekonomi dan pemerataan pembangunan serta pelayanan sosial budaya dan pengembangan pusat-pusat kegiatan yang terintegrasi satu sama lain, terdiri dari :

a. meningkatkan dan mengembangkan Infrastruktur jaringan jalan dan fasilitas perhubungan dengan mengembangkan jalan penghubung antar perkotaan, antar perdesaan, dan aksesibilitas antara pusat produksi dengan pusat pemasaran;

b. mengembangkan pembangunan infrastruktur dan perekonomian perdesaan tertinggal dan terisolir;

c. menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, pasar, telekomunikasi, energi listrik, pemerintahan, dan lain sebagainya) secara merata ke seluruh wilayah pengembangan;d. meningkatkan kualitas pelayanan dan prasarana untuk mendukung akses layanan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta antara kawasan perkotaan dengan pusat pengembangan agribisnis;

e. meningkatkan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pelayanan untuk meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian di kawasan perdesaan;f. membangun dan mengembangkan potensi pembangkit energi dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan energi untuk kebutuhan pembangunan wilayah; dang. menyediakan sarana dan prasarana permukiman serta meningkatkan kualitas permukiman perdesaan dan perkotaan.5. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi :

a. menetapkan kawasan budidaya untuk pemanfaatan sumber daya alam secara sinergis dalam mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang;

b. mengembangkan pola kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan rakyat;

c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya hutan produksi untuk mewujudkan nilai tambah daerah;

d. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan dan mendukung pengembangan agribisnis;

e. menetapkan dan memantapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk pelestarian kawasan pertanian;

f. meningkatkan budidaya perikanan, budidaya peternakan dalam sentra-sentra produksi peternakan, untuk mewujudkan nilai tambah daerah dan mendukung kegiatan agribisnis;

g. mengembangkan kegiatan pertambangan pada lokasi potensi layak tambang dengan memperhatikan lingkungan hidup dan mengendalikan kegiatan penambangan pada kawasan yang membahayakan lingkungan;

h. mengembangkan wisata alam, budaya dan buatan untuk meningkatkan perekonomian daerah;

i. mengembangkan kegiatan industri kecil dan menengah untuk meningkatkan nilai tambah dan perekonomian daerah dengan pengembangan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan;

j. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; dank. mengembangkan sarana prasarana permukiman dan upaya mitigasi bencana untuk memperkecil dampak bencana alam.

6. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi :

a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertanahan dan keamanan;b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan kemanan;

c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan

turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

2.5.2. Rencana SIstem Pusat Kegiatan Kabupaten Toba Samosir

Sistem pusat kegiatan Kabupaten Toba Samosir terdiri dari :

a. sistem perkotaan; danb. sistem perdesaan.A. Sistem Perkotaan

Pusat kegiatan perkotaan terdiri dari:a. PKW berada di Pusat Kecamatan Balige;dan

b. PKL berada di Pusat Kecamatan Porsea. PPK yang meliputi :

a. pusat kecamatan Laguboti;b. pusat kecamatan Parmaksian;c. pusat kecamatan Silaen;d. pusat kecamatan Habinsaran;dane. pusat kecamatan Ajibata.Fungsi pelayanan meliputi:

a. PKW Balige berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa, pendidikan, pertanian, industri, perikanan, pariwisata, permukiman, dan transportasi danau;

b. PKL Porsea berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, perikanan, pertanian, peternakan, industri, pariwisata, permukiman dan transportasi danau;

c. PPK Laguboti berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pendidikan, pertanian, industri, peternakan, pariwisata, perikanan dan permukiman;

d. PPK Parmaksian berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, pertanian, dan permukiman;

e. PPK Silaen berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, peternakan, pertanian dan permukiman;

f. PPK Habinsaran berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perkebunan, pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa, industri dan permukiman; dan

g. PPK Ajibata berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, permukiman, pariwisata, transportasi udara dan danau.

B. Sistem Perdesaan

Pusat kegiatan perdesaan berupa PPL meliputi :

a. pusat kecamatan Tampahan;b. pusat kecamatan Uluan;c. pusat kecamatan Sigumpar;d. pusat kecamatan Siantar Narumonda;e. pusat kecamatan Lumban Julu;f. pusat kecamatan Bona Tua Lunasi;g. pusat kecamatan Nassau;h. pusat kecamatan Borbor; dani. pusat kecamatan Pintu Pohan Meranti.Fungsi pelayanan pusat kegiatan perdesaan yaitu sebagai pusat pelayanan sosial, perekonomian, perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan, dan industri untuk melayani kegiatan skala antar lingkungan dan antar kelurahan atau desa.

2.5.3. Rencana Pengembangan sistem jaringan prasarana lingkungan1. Rencana sistem jaringan persampahan terdiri dari:

a. pengembangan penyelenggaraan pengelolaan persampahan Kabupaten;

b. pengembangan TPA di Kecamatan Laguboti dan Kecamatan Ajibata;

c. penambahan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap kecamatan terutama pada kawasan perkotaan, kawasan perdagangan, perkantoran dan permukiman;

d. pengembangan sistem pengelolaan TPA dengan sistem sanitary landfill;e. pengembangan pengelolaan sampah dengan sistem 3R yaitu pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle); f. peningkatan manajemen pengelolaan persampahan; dan

g. pelaksanaan penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan.

2. Rencana sistem prasarana air limbah terdiri dari :a. pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten dengan sistem off-site dan sistem on-site; b. pengelolaan limbah untuk kegiatan industri meliputi pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada lokasi kegiatan industri di Kabupaten Toba Samosir;

c. pembangunandan pengembangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan perkotaan;d. pembangunan instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) di kawasan perkotaan;e. pengembangan sistem komunal untuk pengolahan limbah pada daerah kumuh, kepadatan tinggi, kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan, dan kawasan komersial; danf. pengembangan dan Peningkatan sarana dan prasarana air limbah Kabupaten.3. Rencana pengelolaan sistem jaringan drainase wilayah terdiri dari:

a. pengembangan sistem jaringan drainase terpadu pada wilayah perkotaan yang rawan genangan air seperti Balige, Porsea, Laguboti, Silaen dan Ajibata;

b. peningkatan sarana dan prasarana drainase di seluruh wilayah pengembangan baik perkotaan ataupun perdesaan;

c. prioritas penanganan drainase dilakukan pada kawasan terbangun, kawasan rawan genangan, dan kawasan yang memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal;dan

d. peningkatan peran masyarakat dalam memelihara prasarana drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.

4. Rencana Pengembangan Jaringan air baku dan air bersih meliputi:

a. Peningkatan kapasitas produksi dan Pelayanan PDAM;

b. Pengelolaan dan pelestarian sumber air baku untuk air minum di Kabupaten Toba Samosir;

c. Pengembangan dan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum di wilayah perkotaan Kabupaten Toba Samosir;

d. Penyediaan dan perluasan jaringan air bersih perdesaan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pada wilayah rawan air;

e. Mengembangkan sistem kelembagaan dalam pengelolaan air baku untuk air minum.

II

BAB

BAB

DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR