ibm penerapan teknologi seni pada sanggar seni … · istilah untuk pemberian nama mesjid oleh...
TRANSCRIPT
Rumpun Ilmu: 676/Seni Pertunjukan
LAPORAN
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM PENERAPAN TEKNOLOGI SENI
PADA SANGGAR SENI TRADISIONAL
DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Oleh;
Dra. Yusfil., M.Hum
NIDN. 0026065707
Zulkifli. S.Kar., M.Hum
NIDN. 0015075711
Dr. Erlinda, S.Sn., M.Sn
NIDN. 0010106012
Didanai oleh KEMENRISTEK DIKTI
DIPA- 042.06-0/2016 Tanggal 07 Desember 2015
Kontrak Pengabdian No. 085/IT7.4/PM/2016 Tanggal 25 Februari 2016
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
NOVEMBER 2016
i
ii
RINGKASAN
Kegiatan Ipteks bagi masyarakat dengan judul “ Penerapan Teknologi
Seni Pada Sanggar Seni Tradisional di Kabupaten Pesisir Selatan” dalam bentuk
pembinaan bertujuan untuk memberi pemahaman tentang teknik bermain Randai
dan teknik menari dengan penerapan teknologi seni kepada tiga mitra yaitu,
Sanggar Seni Budaya San Alida, Sanggar Legaran Sati di kecamatan IV Jurai,
dan sanggar Riak Maampeh di kecamatan Bayang. Secara khusus, target dan
luaran yang diharapkan adalah menghasilkan produksi seni pertunjukan dan
kualitas Randai dan tari, sehingga mitra mampu memproduksi sendiri seni
pertunjukan yang dalam jangka panjang akan berdampak terhadap kesejahteraan
anggota sanggar dalam berkreatifitas di Kabupaten Pesisir Selatan, karena
maraknya Iven Festival Langkisau setiap tahun.
Kegiatan IbM dalam bentuk pelatihan menuju kemandirian sanggar dalam
berkesenian menjadi solusi terhadap persoalan mitra dalam mempertunjukkan
Randai dan Tari ketika berlomba di ajanag Festival Langkisau. Dengan
menggunakan pendekatan partisipatoris, pengabdian dilakukan dalam tiga tahap:
pertama penyuluhan; kedua workshop/pelatihan Randai, tari, artistik
pertunjukan, dan manajemen seni; ketiga tahap pertunjukan Randai dan tari yang
dikelola oleh sanggar yang dibina.
Kata Kunci: Teknologi Seni, Randai, Tari, Artistik Panggung, Sanggar Seni
iii
PRAKATA
Alhamdulillah berkat Rahmat Allah Subhanahu Wataala, kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat di Pesisir Selatan berjalan sesuai rencana.
Kendala yang ditemui di lapangan dapat diatasi berkat kerjasama yang baik dari
Tim pelaksanan maupun dengan anggota sanggar. Terlaksananya kegitan ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu diucapkan terimakasih kepada:
1. Dikti yang telah membiayai Program IbM kepada Tim pelaksana
2. Rektor ISI Padangpanjang Prof. Dr. Novesar Jamarun yang selalu
memotifasi untuk menjalankan pengabdian dengan baik.
3. Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang beserta jajarannya yang telah
mendukung terlaksananya kegiatan ini
4. Program Seni Tari yang juga telah memfasilitasi terlaksananya kegiatan di
lapangan dengan meminjamkan alat memotretan dan busana.
5. Sanggar Seni dan Budaya San Alida, Sanggar Legaran Sati, dan sanggar
Riak Maampeh yang telah bekerjasama untuk kelancaran pengabdian.
6. Kepada seluruh anggota tim yang terlibat yang tidak dapat disebutnkan
namanya satu persatu.
7. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seniman tradisi yang sempat
hadir dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
8. Kasi Seni dan Film Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan
beserta beberapa anggota lainnya yang telah memfasilitasi ruangan untuk
pelatihan.
9. Beberapa Alumni STSI/ISI Padangpanjang yaitu; Bunga, Dara, Tami,
Toni, dan Kamek yang telah berpatisipasi untuk kelancaran pengabdian.
Semoga bantun yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah
Subhanahu Wataala. Amin.
Padangpanjang, November 2016
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... i
RINGKASAN............................................................................................ ii
PRAKATA................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Analisis Situasi ................................................................... 1
B. Permasalahan Mitra ……………………………………......... 2
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ……………………………………. 5
A. Target......................................................................................... 5
B. Luaran........................................................................................ 6
BAB 3 . METODE PELAKSANAAN ………………………………..... 7
A. Penyuluhan................................................................................. 7
B. Pelatihan..................................................................................... 8
C. Pertunjukan dan evaluasi............................................................ 8
D. Publikasi/Pembuatan Laporan.................................................... 8
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI …………………….... 9
A. Kualifikasi Lembaga.................................................................. 9
B. Kualifikasi Tim Pelaksana........................................................... 10
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 12
A. Penerapan Teknologi Seni............................................................ 13
1. Teknik Pelaksanaan................................................................... 13
B. Produksi Tari Berbasis Randai .................................................... 22
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Gambaran Ibteks yang ditransfer ke Mitra
2. Peta Lokasi Pengabdian
3. Poster
4. Personalia Tim Pelaksana
5. Surat Pernyataan
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Pembinaan dan pelatihan produksi seni pertunjukan Hal : 12
Gambar. 2 Peretmuan pertama dengan memberikan pengetahuan
tentang Penerapan Teknologi Seni untuk artistik pertunjukan
Randai dan Tari
Hal : 14
Gambag. 3
Disikusi dengan anggota sanggar tentang pemahaman
teknologi seni untuk artistik pertunjukan Randai dan Tari
Hal : 15
Gambar. 4 Diskusi tentang pemahaman unsur pokok randai Hal : 15
Gambar. 5
Meragakan teknik pengembangan gerak tari tradisi
berdasarkan isi dan volume gerak
Hal : 15
Gambar. 6 Mengamati pertunjukan Randai yang dihadiri oleh seniman
Randai
Hal : 17
Gambar. 7 Pendendang memakai kostum Bundo Kanduang dalam
pertunjukan Randai
Hal : 17
Gambar . 8 Kostum tokoh wanita kurang mempertimbangkan artistik
pertunjukan
Hal : 18
Gambar . 9 Memberi arahan teknik melakukan langkah tapuak Hal : 19
Gambar . 10 Latihan legaran untuk Randai pada sanggar Riak Maampeh Hal : 21
Gambar . 11 Latihan metode dan teknikngelak ngalombang untuk
pembuka Randai
Hal : 21
Gambar . 12 Menjelaskan metode dan teknik gerak langkah untuk
pertunjukan Randai
Hal : 22
Gambar . 13 Menjelaskan metode dan teknik melakukan gerak sambah Hal : 22
Gambar . 14 Latihan tari berbasis Randai yang diawali dengan gerak
sambah
Hal : 23
Gambar. 15 Pertnjukan tari oleh sanggar Seni dan Budaya San Alida dan
sanggar Legaran Sati pada Festival Tari Berbasis Randai di
Taman Budaya padang 15 September 2016.
Hal : 23
Gambar. 16 Musik iringan tari berbasis randai Hal : 24
Gambar. 17 Kunjungan Reviewer internal ke lokasi pengabdian, 16
Agustus 2016
Hal : 24-25
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan dataran rendah bagian Selatan yang
oleh Pemerintahan Belanda disebut Afdeling zwit Benader Lander. Pada tahun
1903 Bandar X dan Kerinci menjadi Afdeling (dataran randahnya) yang pada
zaman Belanda dipimpin oleh Asisten Residen (DISPORA BUDPAR: Profil
Kabupaten Pesisir Selatan: 2014). Salah satu peninggalan bersejarah Belanda
adalah benteng Portugis yang terdapat di Painan. Saat ini benteng tersebut hanya
tinggal pintu gerbang yang tidak terawat. Dari peninggalan bersejarah ini muncul
istilah untuk pemberian nama Mesjid oleh Bupati Darizal Basir di daerah Sago
yaitu San laida. Demikian juga nama salah satu sanggar yang diberi nama San
Alida sebagai mitra pengabdian saat ini. Nama San Laida atau San Alida
memiliki sejarah panjang tentang wanita Portugis yang cantik (Wawancara
dengan Bahtiar, 16 April 2015 di Salido).
Dengan kondisi geografis tersebut, Pesisir Selatan menjadi salah satu
daerah tujuan wisata di Sumatera Barat yang menawarkan panorama alam yang
indah dan destinasi wisata yang eksotik. Daya tarik alam inilah yang membuat
daerah ini menjadi salah satu tempat favorit para wisatawan domestik dan
mancanegara yang sengaja datang untuk menikmati keindahan pantai atau
keindahan kota Painan sambil terjun layang dari puncak bukit Langkisau. Sebuah
iven seni berskala nasional pun telah menjadi agenda wisata tahunan daerah
Pesisir Selatan yang dikenal dengan Festival Langkisau.
Pada festival Langkisau ditampilkan kekayaan seni tradisi dan keindahan
alam kabupaten Pesisir Selatan. Untuk penyelenggaraan festival ini sejak tahun
2014, pemerintah daerah Pesisir Selatan telah membangun sebuah pentas
pertunjukan dengan dana milyaran di Pantai Carocok sebagai tempat berkreatifitas
bagi para seniman, sekaligus sebagai media bagi berkembangnya ragam kesenian
tradisi yang selama ini jarang dipertunjukkan. Hal seperti ini akan memberi
peluang bagi kesenian tradisi yang dikelola oleh sanggar seni untuk dapat tumbuh
2
dan berkembang. Dengan kondisi tersebut, sudah selayaknya masyarakat lokal
dengan kesenian mereka ikut merasakan dampak dari industri pengembangan
pariwisata dengan ikut berperan serta dalam kepariwisataan.
Pada Festival Langkisau beragam seni pertunjukan seperti randai, rebab,
dan tari ditampilkan. Sanggar-sanggar seni tradisi dari tiap-tiap kecamatan
antusias untuk menunjukkan kebolehannya di ajang festival. Namun sangat
disayangkan penampilan seni pertunjukan yang disajikan dari sanggar-sanggar
yang tampil setiap tahunnya, kurang mendapatkan respon yang baik dari berbagai
kalangan. Secara keseluruhan masih banyak terdapat kekurangan dalam segi
estetika dan artistik pertunjukan. Hal tersebut tentunya tidak membawa kontribusi
terhadap pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Pesisir Selatan. Dengan
alasan tersebut perlu dilakukan pembinaan terhadap sanggar Seni dan Budaya
yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan dengan menerapkan teknologi seni.
Kecamatan IV Jurai adalah salah satu kecamatan dari 15 kecamatan yang
ditunjuk sebagai lokasi pembinaan di Pesisir Selatan. Lokasi ini dikenal dengan
keunikan objek wisata alamnya yaitu “Pantai Carocok” dan “Bukit Langkisau”
sebagai objek wisata alam yang sudah terkelola dengan baik oleh pemerintah
daerah. Di samping itu, Kecamatan IV Jurai menyimpan potensi lain berupa
kesenian taradisional seperti Randai dan tari-tarian yang tersebar di tiap nagari.
Hal ini memberi peluang bagi tim untuk melakukan pembinaan terhadap sanggar-
sanggar yang ada, di antaranya adalah sanggar Seni dan Budaya “San Alida” dan
sanggar “Seni Legaran Sati: serta Sanggar “Riak Maampeh” yang diharapakan
mendapat binaan langsung dari instansi terkait seperti Institut Seni Indonesia
padangpanjang.
B. Permasalahan Mitra
Sanggar Seni dan Budaya “San Alida” yang terdapat di nagari Rawang,
dan sanggar seni Legaran Sati yang terdapat di Painan adalah dua sanggar seni
budaya yang sangat membutuhkan pembinaan dari tim pengabdian kepada
masyarakat, karena maraknya iven Festival Langkisau tiap tahun yang selalu
mengadakan lomba kesenian antar daerah dan tingginya permintaan akan
pertunjukan kesenian tradisional masyarakat Pesisir Selatan.
3
Kedua sanggar tersebut sangat berharap mendapat pembinaan tentang
produktivitas seni pertunjukan secara professional. Di samping itu berharap untuk
mendapatkan pengetahuan tata artistik pertunjukan, karena seni yang dimiliki
berpotensial untuk dibina, agar berdampak ekonomi bagi kedua sanggar. Di pihak
lain, salah satu sanggar yang terdapat di Pasar Baru Kecamatan Bayang merasa
cemburu karena tidak dapat pembinaan dari ISI Padangpanjang secara konsisten.
Sanggar tersebut bernama Riak Maampeh yeng terletak di pinggir pantai yang
sangat membutuhkan pembiaan pula. Secara tidak langsung tim pengabdian
berupaya semaksuimal mungkin untuk dapat pula membina sanggar tersebut.
Apabila hal ini terlaksana dengan bantuan dana IbM, pemberdayaan potensi
sanggar dalam berkesenian dengan menerapkan teknologi seni akan memotifasi
sanggar-sanggar lainnya di kabupaten Pesisir Selatan untuk lebih kreatif dalam
memproduksi seni khususnya tari dan randai.
Dewasa ini pemahaman terhadap kesenian tradisional bagi generasi muda
dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan zaman dan telah tertinggal oleh arus
informasi dan teknologi, sementara kesenian tradisional potensi untuk digali dan
dikembangkan sebaik mungkin sebagai cerminan indentitas budaya. Oleh sebab
itu perlu dilakukan pembinaan melalui pengabdian kepada masyarakat agar
kesenian tradisonal tetap lestari bagi sanggar-sanggar yang ada, terutama pada dua
sanggar yang akan dibina ditambah dengan satu sanggar lagi yaitu sanggar Riak
Maampeh.
Sebagaimana permasalahan mitra yang berkeinginan untuk pembinaan
kesenian perlu diwujudkan dengan keberagaman kesenian yang dimiliki seperti;
randai dan tari-tarian. Randai dan tari-tarian potensi untuk dikembangkan dengan
menerapkan teknologi seni tanpa meninggalkan nilai-nilai yang melekat pada
kesenian tradisi tersebut.
Dilatarbelakangi oleh kondisi sanggar yang membutuhkan pembinaan
dibidang seni, terutama dalam mengemas sebuah pertunjukan, menjadi perhatian
khusus untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Para remaja yang ada
akan difungsikan untuk berkesenian terutama Randai Dan Tari. Untuk Randai
akan dilatihkan teknik bermain randai dengan tapuak galembong-nya sebagai
4
daya tarik tersendiri pada pertunjukan randai, demikian juga masalah etika dan
estetika pertunjukan, dan teknik menari yang baik dan benar..
Di samping itu, di Pesisir Selatan terkenal dengan tari rantak kudo dan tari
benten yang telah banyak diteliti. Nampaknya tari rantak kudo dan tari benten
dapat dikembangkan dan dilatih kepada anggota sanggar dengan menerapkan
teknik menari yang benar sesuai dengan kaedah-kaedah sebuah koreografi tanpa
menghilangkan nilai-nilai yang melekat pada tarian tersebut, bahkan dapat
diterapkan ke dalam randai. Dengan demikian tari rantak kudo dan tari benten
akan produktif dan akan selalu eksis di tengah masyarakat.
Agar kerjasama berjalan dengan baik, maka anggota tim pengabdian
kepada masyarakat memprogramkan sistem pelatihan maupun workshop kesenian
setiah hari Sabtu dan Minggu, dengan memberikan pengetahuan seni dengan
teknologinya, termasuk bagaimana cara mengelola sebuah sanggar sesuai dengan
ilmu manajemen. Hal seperti ini akan berlanjut terus sesuai waktu, dan dana yang
tersedia serta dilandasi oleh kesediaan kerjasama sanggar yang akan dibina
dengan tim pengabdian kepada masyarakat.
5
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Kegiatan pengabdian dalam bentuk penerapan teknologi seni yang sangat
diperlukan oleh mitra sebagai sanggar seni tradisi di Pesisir Selatan dapat
memenuhi target dan luaran yang diharapkan. Penerapan teknologi seni yang
dimaksud adalah bagaimana mentransfer pengetahuan dan keterampilan dibidang
seni dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan, sehingga dapat memberdayakan
potensi seni tradisi yang dimiliki oleh mitra
A. Target
1) Terwujudnya Kualitas Artistik Penyajian Sanggar
Untuk meningkatkan mutu sebuah penyajian seni, terutama randai dan tari
dibutuhkan pengetahuan tentang pengetahuan artistik pertunjukan yang
terkait dengan masalah bentuk dan teknik, etika dan estetika. Masalah
bentuk dan teknik meliputi kemasan pertunjukan yang layak dan dapat
dinikmati oleh berbagai kalangan sebagai tontonan yang menarik. Untuk itu
perlu pembinaan tentang masalah tersebut agar ragam kesenian yang
dimiliki seperti tari dan randai benar-benar berkembang dan dapat
meningkatkan kualitas penyajiannya.
2) Terwujudnya Manajemen Sanggar yang efektif dan efisien
Pengelolaan tentang sanggar perlu ditingkatkan dengan memberdayakan
anggotanya untuk memahami pengetahuan tentang manajemen.
Pengetahuan manajemen yang akan diberikan menyangkut tentang
organisasi sanggar, mengemas paket-paket pertunjukan sesuai dengan
kondisi pertunjukan.
3) Menghasilkan Produksi Pertunjukan
Dalam memproduksi sebuah pertunjukan, diperlukan sumber daya manusia
yang potensial untuk menghasilkan kualitas pertunjukan. Untuk itu akan
diberikan pengetahun bagaimana cara memproduksi sebuah pertunjukan
dengan memberdayakan para anggotanya. Tujuannya agar sanggar bisa
mandiri dalam hal menghasilkan bentuk-bentuk produksi baru baik randai
6
maupun tari tanpa campur tangan pihak lain, sehingga lahir seni pertunjukan
yang menjadi ciri sanggar bersangkutan.
B. Luaran
1). Publikasi Ilmiah
2). Produksi Seni Pertunjukan
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Berangkat dari permasalahan mitra yang telah dikemukakan, maka metode
yang dikembangkan adalah sebuah kegiatan pengabdian yang sifatnya
partisipatoris. Keterlibatan yang partisipatif, bukan saja dari pihak tim yang
terlibat dalam aktivitas pengabdian masyarakat, tetapi juga masyarakat setempat
sebagai stake-holder sehingga nantinya kegiatan pengabdian dapat memenuhi
target dan luaran yang diharapkan.
Sanggar dengan kesenian tradisionalnya, apabila dibina dengan penerapan
teknologi seni, maka akan bernilai ekonomi bagi sanggar bersangkutan. Dalam hal
ini dicoba membinanya dengan menggunakan metode pengembangan yang dalam
penelitian dikenal dengan metode R&D (Researh and Development). Metode ini
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut ( Sugiyono, 2008: 297). Dengan metode ini
memberikan kesempatan kepada sanggar untuk dapat tampil dalam berbagai iven,
dan akan berdampak terhadap SDM dari aspek finansial.
Teknik pelaksanaan, adalah penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi seni
pada sanggar sebagai mitra pengabdian terhadap randai dan tari yaitu, sanggar
Seni Budaya San Alida, sanggar Legaran Sati, dan sanggar Riak Maampeh.
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat
adalah sebagi berikut.
A. Penyuluhan
Melakukan penyuluhan tentang teknologi seni terkait dengan artisitk
pertunjukan, manajemen pertunjukan, dan produksi pertunjukan. Penyuluhan
dilakukan agar mitra memiliki pengetahuan tentang mengemas sebuah
pertunjukan secara artistik dan terkeloa dengan baik, serta dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi kekinian. Penyuluhan berlanjut secara intensif setiap
hari Sabtu dan hari Minggu yang didukung oleh kesiapan dan antusianya mitra
untuk hadir.
8
B. Pelatihan
Pelatihan dilakukan dalam bentuk workshop pertunjukan, worshop
manajemen pertunjukan, dan worshop artisitik pertunjukan. Worshop
pertunjukan dalam bentuk randai dan tari, worshop manajeman dalam bentuk
pengelolaan kelompok sanggar, sedangkan worshop seni pertunjukan
difokuskan pada artistik pertunjukan terkait dengan etika dan estetika
penyajian randai dan tari. Dalam hal ini tim pengabdian pada tahap awal
membekali sanggar untuk memahami sejarah Randai dan etika permainan
Randai, demikian juga masalah dialog atau semua yang terkait dengan
pertunjukan Randai. Di samping itu bagaimana cara mengembangkan tari
tradisi yang dimiliki sanggar, sesuai dengan perkembangan teknologi saat
sekarang.
C. Pertunjukan dan Evaluasi
Pertunjukan dilakukan untuk menhasilkan produk yang telah dibina pada
kedua sanggar yang secara langsung dipertontonkan pada masyarakat umum di
lokasi pengabdian, jika perlu menghadirkan aparat pemerinta Kabupaten,
terutama dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian
mempertunjukkannya secara utuh sesuai dengan kebutuhan sebuah pertunjukan
kemasan wisata, dan ditampilkan kepada masyarakat umum di sekitar
Kecamatan yang dilengkapi dengan tata rias dan busanan. Hasilnya direkam
dengan alat audio visual sebagai bahan dokumentasi di LPPMPP ISI
Padangpanjang. Setelah itu melakukan FGD untuk mengevaluasi kegiatan.
D. Publikasi/Pembuatan Laporan
Tahap publikasi dilakukan dengan mempublikasikan hasil pengabdian
pada jurnal dan media publikasi lain, dan menghasilkan tulisan lmiah, serta
pembuatan laporan pengabdian sebagai dokumentasi kegiatan kepada Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat ISI Padangpanjang.
9
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
A. Kualifikasi Lembaga.
Institut Seni Indonesia Padangpanjang adalah sebuah institusi seni yang
memiliki misi mengembangkan dan memajukan berbagai bentuk seni budaya
rumpun Melayu, di samping itu Institut Seni Indonesia Padangpanjang
merupakan pusat dari kajian dan pengembangan Seni Rumpun Melayu yang
ada di wilayah Sumatera, dan segenap civitas akademika didorong untuk aktif
terlibat dalam upaya memajukan dan mengembangkan kesenian rumpun
Melayu, baik dalam bentuk penelitian maupun dalam bentuk pengabdian
kepada masyarakat.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di ISI Padangpanjang dikelola
oleh Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), di bawah koordinasi
Lembaga Penelitian dan Pemgabdian kepada Masyarakat (LPPMPP) ISI
Padangpanjang. PPM telah menunjukkan komitmennya dengan rutin
menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
KKN, Workshop Pengabdian, Desa/ Nagari Binaan, mengelola kegiatan Hibah
Pengabdian, dan kegiatan-kegiatan pengabdian lainnya yang dilakukan secara
individu ataupun kelompok oleh civitas akademika ISI Padangpanjang.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dikelola PPM
memiliki kespesifikan yaitu, mengembangkan sentra-sentra kesenian di tengah
masyarakat yang bertujuan untuk melestarikan dan mendorong kemandirian
masyarakat dalam berkesenian, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dan
dikelola oleh PPM selama satu tahun terakhir adalah: Desa binaan di nagari
Sumpur Kabupaten Tanah Datar dalam bentuk mengembanagkan kesenian
randai dan tari tradisional yang terdapat di nagari tersebut; KKN yang
bertemakan mengembanagkan kesenian rumpun Melayu melalui kegiatan
KKN di Provinsi Jambi; dan kegiatan workshop pengabdian di kampus ISI
Padangpanjang yang bertujuan untuk mendorong dosen dan mahasisiwa
10
melakukan kegiatan pengabdian melalui penerapan teknologi seni di tengah
masyarakat.
B. Kualifikasi Tim Pelaksana
Anggota inti dari tim dalam kegiatan IbM terdiri dari 3 (tiga) orang dosen
terdiri dari 2 (dua) orang dari Prodi Tari dan 1 (satu) orang dari Prodi Teater.
Untuk kelancaran pelaksanaan dibantu oleh tenaga teknisi dosen Prodi Televisi
untuk mendokumentasikan kegiatan, dan dibantu oleh beberapa alumni ISI
Padangpanjang. 3 (tiga) orang dosen memiliki track-record untuk melakukan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat (seperti terlampir dalam CV). Setiap
anggota juga memiliki kompetensi yang mewakili bidang keilmuan yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan IbM yang diajukan.
Tiga orang dosen merupakan tim yang solid dan bersinergis dalam
melaksanakan pengabdian di tengah masyarakat. Yusfil dengan kopetensi
dibidang tari, akan memberikan penyuluhan dan pelatihan dibidang tari.
Zulkifli dengan kopetensi randai akan memberikan penyuluhan dan pelatihan
tentang randai. Erlinda dengan kopetensi dibidang estetika akan memberikan
ilmu artisitk pertunjukan. Ketiga dosen ini akan memberikan penyuluhan dan
pelatihan yang terkait dengan teknologi seni yang sangat dibutuhkan oleh
sanggar sebagai mitra yang akan dibina. Di samping itu kegiatan pengabdian
nantinya akan melibatkan satu orang dosen sebagai tenaga teknisi dari Prodi
Televisi yaitu Purnama Suzanti, S.E., M.Sc yang akan membantu pelaksanaan
di lapangan untuk mendokumentasikan kegiatan secara profesional. Adapun
tiga dosen tim pengabdian adalah sebagai berikut.
11
SUSUNAN TIM PELAKSANA
No Nama/NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu/
minggu
Uraian Tugas
1 Dra. Yusfil., M.Hum/
0026065707
ISI Padang
panjang
Tari 5 Jm/ Minggu
Sebagai ketua, bertugas, mendesain kegiatan
pengabdian, memberikan
penyuluhan dan pelatihan tari, mengorganisasi
kegiatan pengabdian secara
keseluruhan serta membuat
laporan.
2 Zulkifli,
S.Kar.,
M.Hum/
0015075711
ISI
Padang
panjang
Teater
dan Tari
4 Jm/
Minggu
Sebagai anggota, bertugas
memberikan penyuluhan
dan pelatihan randai, dan
pemahaman etika dan estetika pertunjukann
Randai secara profesional..
3 Dr. Erlinda, S.Sn., M.Sn/
ISI Padang
panjang
Seni Tari
4 Jm/ Minggu
Sebagai anggota bertugas memberikan penyuluhan
dan pelatihan dalam hal
artistik pertunjukan.
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu kegiatan pembinaan dan pelatihan produksi seni pertunjukan
untuk seluruh sanggar yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, atas undangan dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tangga 4 s/d 7 Maret 2016, seperti foto di
bawah ini,
Gambar. 1
Pembinaan dan pelatihan produksi seni pertunjukan
berdampak positif untuk kemajuan sanggar-sanggar yang selama ini tidak pernah
mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Dalam hal ini tim dari Institut Seni
Indonesia Padangpanjang memberi pengetahuan bagaimana cara mengembangkan
tari tradisional, dan pengetahauan tentang etika dan estetika pertunjukan Randai,
kemudian bagaimana memproduksi seni pertunjukan secara profesional, sekaligus
bagaimana cara mengelola sanggar sesuai dengan perkembangan teknologi saat
ini. Hal ini sesuai dengan maraknya iven-iven pertunjukan seni, salah satunya iven
Festival langkisau yang setiap tahun selalu diadakan oleh Pemerintah Daerah
dengan berbagai kegiatan lomba seni, baik tari maupun musik serta Randai dan
lain sebagainya.
Sehubungan dengan hal di atas, semua sanggar yang dibina dan dilatih saat
itu berharap agar pembinaan dan pelatihan tentang seni tetap berlanjut dimasa
yang akan datang. Sejalan dengan harapan sanggar tersebut, tim pengabdian
kepada masyarakat dari Institut Seni Indonesia Padangpanjang yang didanai oleh
DIKTI sangat antusias untuk membinanya. Seluruh sanggar saat itu mengajukan
permohonan untuk dibina, namun keterbatasan dana dan jauhnya jarak tempuh
13
dari masing-masing sanggar, maka hanya ditetapkan dua sanggar saja sesuai
analisis situasi. Dua sanggar yang telah ditetapkan untuk dibina, tidak menutup
kemungkinan jika ada sanggar lain yang membutuhkan pembinaan berdasarkan
skala prioritas dari jarak tempuh yang berdekatan dengan lokasi. Dalam hal ini
sanggar Riak Maampeh yang berlokasi di kecamatan Bayang menjadi skala
prioritas untuk dibina.
A. Penerapan Teknologi Seni
Tanggung jawab secara moral, sebagai masyarakat akademis yang
berkecimpung dalam bidang kesenian, merasa berkewajiban memberikan
motivasi dan membina kehidupan kesenian sebagai produk budaya masyarakat
khususnya yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Produk-produk budaya yang
bernaung dalam organisasi-organisasi bernama, sanggar, kelompok seni, group,
dan lain sebagainya, kondisinya belum berkembang dengan baik sebagaimana
pada festival langkisau yang dilaksanakan tahun 2015. Oleh karena itu
penyuluhan dan pelatihan untuk menerapkan teknologi seni tentang tari dan
Randai perlu dilakukan sesuai dengan kebutuhan mitra sebagaimana dijelaskan
pada Analisis Situasi. Akan tetapi, sebagaimana permasalahan mitra yang
semula pengabdian ini akan dilakukan pada dua sanggar menjadi tiga sanggar
untuk dibina yang menjadi tanggung jawab tim pengabdian selama delapan
bulan..
1. Teknik Pelaksanaan
Teknik pelaksanaan, adalah penyuluhan dan pelatihan tentang
teknologi seni. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat adalah sebagi berikut.
a. Apresisasi/Penyuluhan
Untuk memperkenalkan materi pengabdian, tim melakukan presentasi
terlebih dahulu tentang tujuan yang akan dikerjakan selama pengabdian
berlangsung, termasuk memaparkan pengetahuan tentang apa artinya tari
14
dan apa pula artinya Randai. Setelah itu dilakukan penyuluhan tentang
teknologi seni terkait dengan artisitk pertunjukan, manajemen pertunjukan,
dan produksi pertunjukan. Penyuluhan dilakukan kepada mitra agar
mereka memiliki pengetahuan tentang mengemas sebuah pertunjukan dan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi kekinian.
Penyuluhan dilakukan dengan melilbatkan seniman tradisi secara
langsung sehingga dapat diberikan solusi yang tepat sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi.
Gambar. 2
Peretmuan pertama memberikan pengetahuan kepada mitra, tentang Teknologi Seni
untuk artistik pertunjukan Randai dan Tari, bertempat di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Painan Kabupaten Pesisir Selatan, Sabtu: 26 Maret 2016
Penyuluhan tentang teknologi seni berlanjut secara intensif setiap hari Sabtu
dan hari Minggu setiap bulan yang didukung oleh kesiapan dan antusianya mitra
untuk hadir. Di samping itu kesediaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang
telah memfasilitasi tempat untuk kegiatan selama pengabdian berlangsung. Untuk
Randai mitra diberi pengetahuan tentang sejarah Randai, etika dan estetika
pertunjukan, teknik dialog, dan pelatihan. Sedangkan untuk tari sanggar dibekali
dengan cara mengembangkan gerak yang berangkat dari gerak-gerak tradisi.
b. Diskusi
Diskusi dilakukan untuk mengapresiasi anggota agar tidak menjadi
pendengar yang pasif. Dalam hal ini dapat dikatakan semua anggota antusias
dan termotifasi untuk berkreatifitas dimasa yang akan datang. Di samping itu,
15
pertemuan-pertemuan selanjutnya, anggota sanggar yang dibina juga dibekali
bagaimana cara mengembangkan gerak- gerak tari tradisi menjadi tari kreasi
sesuai dengan tuntutan pasar saat ini.
Gambar. 3
Diskusi dengan anggota sanggar tentang pemahaman teknologi seni untuk artistik pertunjukan
Randai dan Tari, bertempat di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Minggu: 27 Maret 2016
Gambar. 4 Diskusi tentang pemahaman unsur pokok randai yaitu;
carito, galombang, dialog/akting, dan gurindam/cerita yang dinyanyikan, Sabtu 9 april 2016
16
Gambar. 5
Meragakan teknik pengembangan gerak tari tradisi berdasarkan isi dan volume gerak,
B. Penerapan Teknologi Seni Pada Randai
Randai merupakan teater rakyat Minangkabau lahir tahun 1923 di Labuah
Basilang Payakumbuh Sumatera Barat. Kehadirannya merupakan salah satu
usaha mengembangkan penampilan kaba, yaitu cerita rakyat Minangkabau
Dalam hal ini, Randai memiliki unsur cerita, silat, tari dan dendang (Zulkfili,
1993: 165).
Berdasarkan hal di atas, untuk kebutuhan sebuah pertunjukan, tentu saja
Randai membutuhkan banyak pelaku, seperti, pendendang, penari dan
pemeran untuk menyampaikan isi cerita. Peran dan fungsi masing-masing
individu tidak terlepas dari keahliannya masing-masing, sehingga Randai
sebagai teater rakyat Minangkabau memiliki ciri sendiri sebagai perwujudan
budaya lokal yang memiliki konsep adat istiadat dengan nilai-nilai yang
melekat di dalamnya. Tentu saja masalah etika dan estetika pertunjukan
menyesuaikan dengan adat istiadat dan nilai-nilai tersebut. Pemahaman ini
perlu diterapkan pada anggota sanggar untuk memahami nilai-nilai apa saja
yang terkandung dalam pertunjukan Randai.
Sesuai dengan pemahaman Randai tersebut, pengamatan Randai
dilakukan yang dipertunjukkan oleh sanggar Riak Maampeh secara utuh yang
dilengkapi dengan rias dan busana sebagaimana pertunjukan yang
ditampilkan pada Festival Langkisau bulan APRIL 2016 di Painan. Cerita
dalam randai yang disampaikan diberi judul “ Batu Puti Duo Jo Batu Rakik-
Rakik”. Dalam hal ini disarankan kepada sanggar untuk merubah judul siapa
17
tokoh yang sesungguhnya dalam cerita tersebut,. Ternyata istilah “batu...”
yang digunakan menceritakan seorang gadis yang sudah menjadi batu yang
bernama Puti Sari Bulan. Untuk itu disarankan judul cerita randai adalah
“Puti Sari Bulan” saja. Hal ini diterima positif oleh sanggar, yang kemudian
disajikan kembali secara utuh disaat pengabdian berlangsung.
Kegiatan pengamatan ini dihadiri oleh beberapa seniman Randai dan wali
nagari, Kecamatan Bayang seperti terlihat pada foto di bawah ini.
Gambar. 6
Mengamati pertunjukan Randai yang dihadiri oleh seniman Randai, Sabtu: 17 April 2016
Dari hasil pengamatan, terlihat, pendendang memakai kostum Bundo
Kanduang berwarna kuning seperti terlihat pada foto di bawah ini.
Gambar. 7
Pendendang memakai kostum Bundo Kanduang untuk pertunjukan Randai bersama seorang
nenek yang antusias menonton pertunjukan, Sabtu: 17 April 2016.
18
Dari hasil pengamatan banyak hal yang perlu dipahami anggota
sanggar, baik dari aspek teknik dialog, kostum, tapuak galembong, dan
bentuk penyajiannya. Usai penyajian, Tim pengabdian terutama Zulkifli
sebagai pakar Randai, memberi pengetahuan tentang sejarah Randai, dan
perkembangan Randai di Minangkabau. Demikian juga tentang teknik
bermain Randai, terutama masalah kostum Bundo Kanduang yang kurang
tepat dipakai oleh seorang pendendang, walaupun sudah dikreasikan.
Sebaiknya pendendang tidak memakai kostum bundo kanduang,
karena bundo kanduang / sebagai orang tua di Minangkabau adalah pemilik
kesenian tradisional dan bukan sebagai pelaku. Demikian nilai yang melekat
pada Bundo Kanduang yang kostumnya dipakai oleh seorang pendendang.
Di samping itu Kostum dan rias wajah yang dipakai oleh pemeran
wanita terlalu sederhana seperti foto di bawah ini.
Gambar. 8 Kostum yang dipakai tokoh wanita kurang mempertimbangkan artistik pertunjukan,
Sabtu, 17 April 2016
Sebagaimana terlihat kostum harian yang dipakai tokoh wanita di atas,
sebaiknya ditata untuk memenuhi artistik pertunjukan.
Di sisi lain kecendrungan pemain randai tidak memperhatikan gerakan
ketika menepuk celana (galemboang), gerakan tangan dan lain sebagainya,
sehingga permainan tapuak galembong bagi mereka sama saja dengan
19
bermain gendang. Sebaiknya permainan tapuak galemboang
memperhitungan aspek bunyi yang dihasilkan.
Gambar. 9 Memberi arahan teknik melakukan langkah tapuak kepada para anggota sanggar
setelah mereka menyajikan Randai, Sabtu, 17 April 2016.
Untuk menambah pembendaharaan cerita Randai pada sanggar, maka
diberikan naskah yang belum dimilikinya, yaitu naskah Palimo Gaga karya
Zulkifli, yang menceritakan tentang perjodohan yang dilakukan oleh seorang
mamak yang bernama Ciak Menan. Ciak Menan ini ingin menjodohkan
kemenakannya yang bernama Reno Nilam dengan Palimo Gaga, karena Ciak
Menan terlilit hutang pada Palimo Gaga. Perjodohan ditolak oleh Reno Nilam,
karena dia sudah punya kekasih bernama Bujang Baganto. Akhirnya
perkelahianpun terjadi yang mengakibatkan tewasnya Bujang Baganto oleh
anak buah Palimo Gaga, kemudian disusul dengan meninggalnya Reno Nilam.
Cerita Randai ini memiliki 11 adegan dengan sembilan orang pemeran
yaitu; 1) Palimo Gaga, 2) Bujang Bagnto, 3) Reno Nilam, 4) Ciak Menan, 5)
Tuak Leman, 6) Geleang Sapik, 7) Pandeka Kaciak, 8) Pandeka Kilek, dan 9)
Pado Buntuang. Dengan rincian cerita sebagai berikut.
1. Adegan Pertama
Seluruh pemain seperti; penari galombang masuk arena dari satu arah
yang diiringi oleh bunyi-bunyian seperti talempong dan gendang. ,
20
pemusik. Kemudian melakukan sembah pembuka dengan mengangkat
tangan dengan posisi jari di kepala. Setelah itu semua pemain membentuk
lingkaran.
2. Adegan kedua
Persembahan kepada seluruh penonton, kemudian dilagukan dendang
Palayaran.
3. Adegan Ketiga
Permulaan Randai dengan menggunakan dendang Simarantang. Kemudian
dilanjutkan dengan dialog antar pemeran yaitu; pemeran Palimo Gaga,
Tuak Leman, dan Geleang Sapik. Dialog ini merupakan keinginan Palimo
Gaga untuk melaksanakan pesta perjudian di kampungnya.
4. Adegan Keempat
Pesta berlangsung, tamupun berdatangan.
5. Adegan Kelima
Percakapan sepasang kekasih Bujang Baganto dengan Reno Nilam.
6. Adegan keenam
Perdebatan Reno Nilam dengan Palimo Gaga, di tepi sungai. Palimo Gaga
mengkalim dirinya sudah bertunangan dengan Reno Nilam.
7. Adegan ketujuh, diawali dengan dendang siti jauhari
Nasehat mamak Ciak Menan kepada keponakan Nilam Sari tentang
perdebatab Reno dengan Palimo Gaga yang berakhir dengan kemarahan
Ciak Menan.
8. Adegan ke delapan, diawali dengan dendang suntiang patah batikam.
Curhat Reno Nilam dengan kekasihnya Bujang Baganto tentang penolakan
perjodohan yang disarankan mamaknya.
9. Adegan sembilan, diawali dengan dendang andam oi
Perkelahian antar preman suruhan Palimo Gaga dengan Bujang Baganto
yang berakhir dengan meninggalnya Bujang Baganto, kemudian Reno
Nilam bunuh diri dengan kekasihnya Bujang Baganto.
10. Adegan sepuluh, diawali dengan dendang risaulai.
21
Nasehat Pandeka Kilek kepada Ciak Menan, supaya sadar atas tindakan
yang dilakukan selama ini.
11. Adegan ke sebelas
Adalah penutup sebagai akgir cerita dengan mendendangkan dendang
palayaran.
Secara runtut cerita Randai ini dasampaikan kepada sanggar Riak
Maampeh yang kemudian memberikan naskahnya untuk dipedomani.
Gambar. 10
Latihan legaran untuk Randai pada sanggar Riak Maampeh
Gambar. 11
Latihan metode dan teknik gerak galombang untuk pembuka Randai
pada sanggar Riak Maampeh
22
Gambar. 12
Menjelaskan metode dan teknik melakukan gerak langkah untuk pertunjukan Randai
Gambar. 13
Menjelaskan metode dan teknik melakukan gerak sambah
C. Produksi Tari Berbasis Randai
Pengabdian yang dilakukan berdampak positif bagi Sanggar. Festival Tari
Berbasis Randai yang pertama kali diprogramkan oleh Taman Budaya Padang
tahun 2016, merupakan momen yang tepat bagi sanggar Seni dan Budaya San
Alida, dan sanggar Legaran Sati untuk mendapatkan pembinaan dan pelatihan.
Hal ini dibuktikan oleh kedua sanggar di atas tampil dalam Festival Tari
Berbasis Randai di Taman Budaya Padang, pada tanggal 15 September 2016.
23
Gambar. 14
Latihan Tari Berbasis Randai yang diawali dengan gerak sambah
Gambar. 15
Pertunjukan tari oleh sanggar San Alida dan sanggar Legaran Sati pada Festival Tari Berbasisi
Randai di Taman Budaya Padang, tnggal 15 September 2016
(Dokumentasi: Toni)
24
Gambar. 16
Musik iringan Tari Berbasis Randai, dengan menggunakan salah satu alat musik yang disebut
biola sebagai ciri khas musik masyarakat Pesisir Selatan.
Gambar. 17
Kunjungan Reviewer internal. Dr. Ediwar, ke lokasi Pengabdian, 16 Agustus 2016
25
Gambar. 18
Kunjungan Reviewer internal. Dr. Syahrul ke lokasi Pengabdian, 16 Agustus 2016
26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebagaimana tujuan pengabdian kepada masyarakat yang diinginkan,
berjalan sesuai dengan harapan, karena minat anggota untuk mengapresiasi
kegiatan sangat tinggi. Demikian juga dengan dukungan dari Dinas Pendidikan
dan Kebudayan Painan berupaya memfasilitasi kegiatan.
Beberapa alumni yang berpartisipasi dalam pengabdian juga antusias
untuk keberlangsungan pengabdian dari ISI Padangpanjang agar tetap ada
setiap tahunnya. Saran dan pengetehuan untuk memprodukti pertunjukan yang
diberikan bermanfaat bagi sanggar. Sejalan dengan itu sanggar Seni dan
Budaya San Alida dan sanggar Legaran Sati, percaya diri untuk tampil pada
Festival Tari Berbasis Randai yang dilaksanakan oleh Taman Budaya Padang,.
di ajang Festival tari Berbasis Randai pada hari Sabtu tanggal 16 September
2016 di Gedung serba guna Taman Budaya Padang.
B. Saran
Diharapkan hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini dapat bermanfaat
dan selalu diapresiasi masyarakat Pesisir Selatan, khususnya oleh Sanggar-
sanggar lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Demikian juga Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan untuk selalu eksis dalam mengembangkan potensi
seni tradisional yang ada di Pesisir Selatan. Diharapkan juga lembaga ISI
Padangpanjang dapat memfasilitasi keberlanjutan pengabdian kepada
masyarakat di Pesisir Selatan setiap tahunnya.
1
DAFTAR PUSTAKA
Desarta, Erviela. 2008. “Pengawetan tari Saputangan Tradisi di karang Pauh,
Kenagarian Gurun Panjang Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan:
Kajian Teks dan Konteks”. Padangpanjang: STSI.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Yusfil. 1980. “Tari Saputangan Sebagai salah satu tari Tradisional di
KecamatanBayang Kabupaten Pesisir Selatan”. (skripsi sarjana muda)
Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padangpanjang.
--------------1992 .” Analisis Struktural Pada tari Saputangan Tradisi di Kecamatan
Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.” (laporan penelitian).Padangpanjang:
ASKI.
-------------2002.`Seni Pertunjukan Dalam Komunitas Seniman Tradisi di
Kabupaten Pesisir Selatan, Kajian Aspek Manajemen Tradisiona”.
Penelitian ini dibiayai oleh Due-Like. No.023/L.06/Due-Like,STSI/2002.
Padangpanjang.
------------2003. “Analisis Koreografis Pada Tari Kaie Di Laban Kabupaten
Pesisir Selatan”. (Laporan penelitian) dibiayai oleh dana rutin. Sekolah
Tinggi Seni Indonesi (STSI) Padangpanjang.
------------2010. “Kesenian Anak Nagari Sanggar Aie Tajun Sati Dalam Perspektif
Perilaku Sosial Masyarakat Lubuk Nyiru kabupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat”, (Penelian). Institut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang.
Zulkifli. 1993. “Randai
Sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat: dalam Dimensi
Sosial Budaya” (Tesis). Yogyakarta: UGM.
2
Lampiran 2.
Gambaran Ipteks yang ditransfer kepada kedua mitra
1. Penyuluhan
2. Pelatihan/Workshop
3. Randai
4. Tari
1. Peningkatan Kualitas
Penyajian
2. Peningkatan Kualitas
manajemen Sanggar
3. Produksi Seni
Pertunjukan
PENERAPAN TEKNOLOGI SENI
1. Sanggar
Seni dan
Budaya San
Alida
2. Sanggar
Legaran
Sati
3. Sanggar
Riak
Maampeh
1. Pertunjukan
2. Artistik Seni
Pertunjukan
3. Manajemen
Sanggar
KARYA SENI
TARI BERBASIS
RANDAI
PUBLIKASI
ILMIAH
3
Lampiran. 3
Peta Lokasi wilayah mitra di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat
KECAMATAN
IV JURAI
KECAMATAN
BAYANG
4
5
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
a. Ketua
Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dra. Yusfil., M.Hum
2 Jenis Kelamin P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP 19570626 198212 2 001
5 NIDN 0026065707
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pasar Baru Bayang, 26 Juni 1957
7 e-mail [email protected]
8 No telp/ HP O85375187772
10 Alamat Kantor Jl. Bahder Johan, 35 Padangpanjang,
11 No Telp/ Fax (0752) 82077/ 0752-82803/isi
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 30 orang S-2= 4 orang
13 Mata Kuliah yang Diampu Literatur
Analisis tari
Metode Penulisan TA
Notasi Tari
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Institit Seni Indonesia
Yogayakarta
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Bidang Ilmu Tari Nusantara Ilmu-Ilmu Human
Tahun Masuk-Lulus 1987-1990 1995-1998iora
JudulSkripsi/Thesis Dabuih Dalam Konteks
Budaya Masyarakat
Minangkabau
Baluambek Dalam
Festival Adat Alek Pauleh
Tinggi di Minangkabau (Sumatera Barat)
Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr. R.M.
Soedarsono
Prof. Dr. R.M.
Soedarsono
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Ket Sumber Jumlah(Juta Rupiah)
1 2013 Penerapan Metode dan
Teknik Tari
Minangkabau Sebagai Dasar Penciptaan tari
Kreasi
Dikti 64.000.000 Ketua
Peneliti
2 2012 Metode dan Teknik Gerak Tari Minangkabau
Dikti 40.000.000 Anggota Peneliti
6
sebagai Dasar
Pengembangan Tari Kreasi
2 2011 Kesenian Anak Nagari
Dalam Perilaku Sosial
Pada Masyarakat Lubuk Nyiur Kabupaten Pesisir
Selatan
DIPA 7.500.000 Peneliti
Individu
3 2010 Pengembangan Drama
Tari Sabai Nan Aluih sebagai Model
Pembelajaran Jender
Bagi Siswa Sekolah Menengah Pertama
Dikti 30.000.000 Anggota
Peneliti
4 2009 Perancangan Drama Tari
Sabai Nan Aluih sebagai
Model Pembelajaran Jender Bagi Siswa
Sekolah Menengah
Pertama
Dikti 28.000.000 Anggota
Peneliti
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber
Jumlah
(Juta
Rupiah)
1 2016 Dewan Juri Cerdas Budaya dan pengamat seni pertunjukan pada
Festival Langkisau di Pesisir Selatan
Pemda Pessel
1.500.000
2 2016 Melatih Produksi Seni Pertunjukan Pada Sanggar Seni se Kabupaten Psisir
Selatan
Pemda Pessel
2.100.000
3 2016 IbM Penerapan Teknologi Seni Pada
Sanggar Seni Tradisional di Kabupaetn Peisir Selatan
Dikti 39.200.000
4 2015 Dewan Juri Cerdas Budaya pada
Festival Langkisau di Pesisir Selatan
Pemda
Pessel
1.500.000
5 2014 Dewan Juri Lagu Pop Minang pada Festival Langkisau di Pesisir Selatan
Pemda Pessel
1.500.000
6 2013 Pengamat Seni Pertunjukan Pada
Festival Langkisau di Kabupaten
Pesisir Selatan
Pemda
Pessel
1.500.000
7 2012 Penyuluhan Dan Worshop Tari Untuk
Guru sd, SLTP, dan SLTA di
Kabupaten Solok Selatan
DIPA 7.500.000
8
2011 Pembinaan sanggar kesenian tradisional „Riak Maampeh‟ di
kabupaten Pesisir selata
DIPA . 3.750.000
7
8
b. Anggota 1
Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan
gelar)
Zulkifli. S.Kar., M.Hum
2 Jenis Kelamin L
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP 19570715 198212 2 001
5 NIDN 0015075711
6 Tempat dan Tanggal Lahir
Bunga Tanjung 15 Juli 1957
7 e-mail [email protected]
8 Alamat Rumah Jln. H. Agus Salim, Gang Tarok No. 02
Padangpanjang Sumatera barat
9 No telp/ HP/faks 081363119257/[email protected]
m
10 Alamat Kantor Jl. Bundo Kanduang, 35 Padangpanjang,
11 No Telp/ Fax (0752) 82077/ 0752-82803/isi
12 Lulusan yang Telah
Dihasilkan
S-1= 30 orang
13 Mata Kuliah yang
Diampu
Adat Minangkabau
Teater Tradisional Randai
Sastra Minangkabau
Pengkajian Tari
Metode Penelitian
Riwayat Pendidikan
NO Program Studi Sarjana Muda S-1 S-2
1 Perguruan Tinggi ASKI Padangpanjang ASKI/STSI Surakarta
UGM Yogyakarta
2 Bidang Ilmu Pengkajian dan
Penciptaan Tari
Penciptaan
Tari
Sejarah Seni
3 Tahun Masuk 1977 1984 1990
4 Tahun Lulus 1981 1986 1993
Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah
No Tahun Judul Artikel Volume/Nonor Nama Jurnal
1 2010 Makna Filosofis Silat
Bagi Masyarakat
Minangkabau
Vol.12. No. 1.
Juni 2010
Ekspresi Seni, Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan
Karya Ilmiah. ISI
Padangpanjang
Pengalaman Menulis Buku
No Tahun Judul Buku Penerbit
1 2010 “Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Antara Belajar dan Diajar”. Dalam
Kamaruddin Saleh, Seminar Serantau
Seabad Buya Hamka
Fakulti Pengajian
Islam Universitas
Kebangsaan
Malaysia
9
10
c. Anggota 2
Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Erlinda, S.Sn., M.Sn
2 Jenis Kelamin P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP 19601010 198503 2 007
5 NIDN 0010106012
6 Tempat dan Tanggal Lahir Lintau, 10 Oktober 1960
7 e-mail [email protected]
8 Alamat Rumah Jln.Tenku Umar . RT.8 Padangpanjang
9 No telp/ HP/faks 081363355133
10 Alamat Kantor Jl. Bundo Kanduang, 35 Padangpanjang,
11 No Telp/ Fax (0752) 82077/ 0752-82803/isi
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 30 orang
13 Mata Kuliah yang Diampu Estetika
Penulisan Ilmiah
Rancangan Penulisan Skripsi
Isu Seni
Filsafat Seni
Seminar
Metode Penelitian
A. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi
Institut Seni Indonesia
Yogyakarta
Institut Seni Indonesia
Yogyakarta
Universitas Udayana
Bidang ilmu Tari Nusantara Program Studi
Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni,
Minat Studi
Pengkajian Seni, Minat Utama Seni
Tari
Program Studi
Doktor Kajian Budaya,
Pengutamaan
Estetika Seni Tari
Judul Sripsi Peranan Indang
Dalam Kehidupan Sosial Bududaya
Masyarakat
Pincuran Sonsang Kabupaten Padang
Pariaman Sumatera
Barat
Tari Indang Dalam
Acara Alek Pauleh Randah Di kabupaten
Padang Pariaman
Sumatera Barat
Diskursus Estetika
Tari Minangkabau Di Kota Padang
Sumatera Barat Pada
Era Globalisasi
Tahun Masuk dan Lulus
1991-1993 2003-2005 2008-2011
Nama
Pembibing/Pro
Dra. Hermin
Kusumayati, SU
Prof. Dr. Sumandiyo
Hadi, SU
Prof. Dr. I Made
Suastika, S.U
11
motor I Wayan Dana, M.
Hum
Prof. Dr. Daryusti,
M. Hum Prof. Dr. I Wayan
Ardika, M. A.
B. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir
Tahun Judul Penelitian Ketua/
Anggota Tim
Sumber Dana
2006 Sistem Manajemen
Pertunjukan Tradisional dalam
Acara Alek Pauleh Randah di
Pariaman Sumatera Barat
Peneliti
Utama
Depdiknas
Anggaran 2006
2007 Kehadiran Wanita Dalam
Kesenian Salawat Dulang di
Minangkabau Sumatera Barat
Peneliti
Utama
Depdiknas
Anggaran 2007
2007 Eksistensi Tiga Gaya Tari
Minangkabau di Sumatera
Barat
Peneliti
Utama
Mandiri
2010 Diskursus Estetika Tari Minangkabau Di Kota Padang
Pada Era Globalisasi
Peneliti
Utama
Mandiri
2013 Pemetaaan Seni Pertunjukan
Melayu Nusa Tenggara Barat Tim
Peneliti
DIPA ISI
Padangpanjang
A. Buku/ Bab Buku / Jurnal 5 Tahun Terakhir
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2007 Indang Sebagai Tari Gaya Surau di
Minangkabau Sumatera Barat
Ekspresi Seni Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Karya Seni Vol.
9 No. 2 November 2007
2009 “Lintas Etnik, Fenomena Kontak, Kompleksitas Kawasan Perbatasan
dan Lintas Budaya” dalam Mbete,
Aron Meko. Etnisitas Pluralitas dan
Multikulturalisme: Perspektif
Palawa Mandiri. Denpasar
2009 “Perempuan Pendendang Saluang Dangdut Di Kabupaten Padang
Pariaman: Kajian Etika dan Estetika”
dalam Hajizar (ed.) Perempuan-perempuan Minangkabau Pelaku
Seni: Bunga Rampai
Puslit &P2M STSI Padangpanjang ISBN 979-98457-0-X
12
2012 Discourse of Minangkabau Dance in
the City of Padang Estetika, Ideologi, dan Komodifikasi
ISI Press. 2012 ISBN
978-602-17588-2-3
2012 Tari Melayu Minangkabau: Antara
Ada dan Tiada
Festival Seni Budaya Melayu Asia
Tenggara 2012. ISBN 978-602-
17588-0-9
2012 Seni Pertunjukan Minangkabau dalam Perspektif Fenimisme
Jurnal Garak Jo Garik Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol. 8, No. 1
Januari-Juni 2012
ISSN. 1907-4859
2013 Tari Indang Bentuk Kreativitas Pendidikan Tradisional di Padang
Pariaman Sumatera Barat
Proseding Seminar Internasional peduli budaya ISBN 978-602-
17588-5-4
B. Makalah/ Poster
Tahun Judul Penyelenggara
1995 Makalah “Syofyani Yusaf
Koreografer Minangkabau Gagasan
dan Karya "
ASKI Padangpanjang, 10 Oktober
1995
1998 Makalah Peningkatan Mutu Guru-guru SD
Dinas Pendidikan Kab. Tanah Datar, 22 November 1998
1999 Makalah Budaya Alam
Minangkabau Bagi Guru-guru SD
Dinas Pendidikan Kab. Tanah
Datar, 12 Mei 1999
1999 Makalah Penelitian “Kehadiran
Wanita Dalam Musik Malam (Saluang dan Dendang) di
Minangkabau Sumatera Barat”
ASKI Padangpanjang, 5 April 1999
2005 Indang Piaman Suatu Bentuk Seni
Tari Gaya Surau
Seminar Internasional
Etnokoreologi, STSI
Padangpanjang, 29 Novermber 2005
C. Penyunting / Editor/ Reviewer/ Resensi
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2006 Jurnal Garak jo Garik Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 2 No. 1 Januari –
Juni 2006
Garak jo Garik Jurnal Pengkajian dan Penciptaan
Seni Vol. 2 No. 1 Januari –
Juni 2006
13
2006 Jurnal Garak jo Garik Jurnal Pengkajian
dan Penciptaan Seni Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2006
Garak jo Garik Jurnal
Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 2 No. 2 Juli-
Desember 2006
2012 Tim Editor Buku Bunga Rampai ISI Press
D. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Tahun Jenis/ Nama Kegiatan Tempat
2003 Pengabdian Masyarakat Terprogram : Pelatih
Pertunjukan Tari Gelombang dalam rangka pelantikan Wali Nagari
Tanah Datar, 9 Maret 2003
2003 Pengabdian Masyarakat Terprogram : Pelatih
Drumband, Tari Tani, Tari Sekapur Sirih di
SLTP
Pariaman, 3 Mei 2003
2005 Pengabdian Masyarakat Terprogram Pelatih
Randai Intan Bakarang di Nagari Bungo
Tanjuang
Tanah Datar, 17
September 2005
2006 Pengabdian Masyarakat Terprogram Pelatih
Kesenian di SMAN 1 X Koto
Tanah Datar, 29 Juni 2006
2006 Pengabdian Masyarakat Terprogram Pelatih
Randai untuk Festifal Kesenian Randai
Tanah Datar, 20 Juli 2006
2007 Pengabdian Masyarakat Terprogram
Rekonstruksi Tari Ilau
Solok, 7 Agustus 2007
E. Jabatan Dalam Pengelolaan Institusi
Peran/ Jabatan Institusi ( univ. Fak. Jurusan. Lab.
Studio. Manajemen sistem
informatika akademik dll )
Tahun….s/d…
.
Anggota Senat STSI Padangpanjang
STSI Padangpanjang, SK Ketua No. 1761/L06/KP/2004, 10 Agustus 2004
2004-2008
Tim Angka Kredit
Jabatan Fungsional
Dosen
STSI Padangpanjang, SK Ketua No.
1957/L06/KP/2005, 30 Desember 2005
2005-2008
Sekretaris Jurusan
Tari
STSI Padangpanjang, SK Ketua STSI
No 362/M02/KP/2000, 18 April 2000
2000-2004
14
1