ibm kerajinan - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/proposal... · hari-hari besar...

52
i

Upload: phunghanh

Post on 01-May-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

i

ii

iii

IbM Kerajinan “Tenun Songket”

Ringkasan Eksekutif

Salah satu sentral kerajinan “Tenun Songket” di kabupaten Buleleng Bali adalah

desa Jinengdalem. Desa Jinengdalem termasuk kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng,

Propinsi Bali. Pengerajin “Tenun Songket” Jinengdalem sebagai mitra IbM menghadapi

beberapa permasalahan, yaitu dalam bidang produksi, dan dalam bidang manejemen

usaha. Dalam bidang produksi permasalahan mitra, yaitu bidang peralatan tenun, bahan

baku tenun songket, dan desain variasi motif dan cinderamata tenun songket. Dalam

bidang manejemen usaha, permasalahan yang dihadapi, yaitu pengerajin/mitra tidak

memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra tidak memiliki pembukuan,

sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya dalam keadaan untung atau rugi.

Pengerajin/mitra tidak pernah melakukan promosi terhadap produk yang mereka

hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik.

Tujuan IbM kerajinan “tenun songket” desa Jinengdalem ini adalah untuk

mengembangkan kelompok pengerajin “tenun songket” mandiri dan memberdayakan

potensi perekonomian lokal. Pengembangan ini menyangkut bidang produksi dan bidang

managemen usaha. Pada bidang produksi dikembangkan peralatan, bahan baku, tenun

songket, variasi desain dan cinderamata tenun songket. Pada bidang manajemen

dikembangkan manejemen usaha kecil, pembukuan, pemasaran “tenun songket” via

internet.

Metode Pelaksanaan IbM dalam bidang produksi yaitu perancangan dan

modifikasi alat tenun dan perangkat pendukung, pengandaan bahan baku, pelatihan

produk variasi motif dan cinderamata “tenun songket”. Dalam bidang manajemen usaha

dilakukan pelatihan manajemen usaha, pelatihan pembukuan usaha, pembuatan website

atau ecommerce sebagai media promosi dan toko online, dan pelatihan pemasaran

berbasis internet.

Hasil Pelaksanaan Program IbM sebagai berikut. Pada bidang produksi dilakukan

pengadaan perancangan dan modifikasi alat tenun“cagcag”, “paninjin” dan “dengkrek”.

Pengadaan bahan baku pokok benang songket dasar maupun yang berwarna. Hasil

pelatihan produksi dasar kerajinan tenun songket yaitu tenun songket dasar aneka ukuran.

Hasil pelatihan variasi desain produk, yaitu variasi tenun “songket” sesuai perkembangan

pasar seperti motif cangkir-cangkiran, motif ancak beringin, motif caplokan mawar dan

motif pinggiran merak “ dan cindra mata tas songket aneka model. Hasil pelatihan

manajemen usaha yaitu peserta pengerajin tenun songket telah memiliki kemampuan

manajemen usaha, pembukuan bidang yang jelas, dan pengerajin telah memiliki website

dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Hasil pelatihan penggunaan internet

dalam pemasaran kerajinan Tenun Songket, yaitu para peserta pengerajin, dapat

memahami proses promosi dan pemasaran via internet sebagai media promosi dan

pemasaran. Pengerajin/mitra bisa menggunbakan website sebagai “user” dan

“administrator” dalam pemasaran produk pemasaran global.

Kata kunci: kerajinan tenun songket, ecommerce.

iv

Prakata

Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, karena berkat Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan P2M IbM

Kerajinan “Tenun Songket”.

Dalam perjalanan selama pelaksanaan program P2M dalam bentuk IbM Kerajinan

“Tenun Songket”, atas bantuan berbagai pihak, kegiatan ini banyak mengalami

penyempurnaan. Proses pelaksanaan program IbM ini telah dilakukan secara maksimal,

namun, kami masih merasakan bahwa kegiatan program IbM ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang argumentatif dan konstruktif dari

berbagai fihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pengalaman kami dalam

rangka pelaksanaan IbM berikutnya.

Selama mengerjakan kegiatan program IbM ini, kami banyak mendapat bantuan

dan dorongan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terimakasih, rasa hormat,

dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :

1. Direktur Dit. Litabas Ditjen Dikti, atas bantuan dana yang disediakan untuk

pelaksanaan program IbM Kerajinan “Tenun Songket” ini.

2. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Undiksha atas izin

dukungan moral dan finansial selama perjalanan program IbM ini.

3. Kepala Desa Jineng Dalem yang telah bekerjasama atas pelaksanaan IbM ini

4. Bapak/Ibu peserta kegiatan program IbM Kerajinan “Tenun Songket” yang

telah tekun dan anotosias dalam persiapan, pelaksanaan, dan monitoring

kegiatan IbM ini.

5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan memberikan dorongan moral dan

financial dalam penelitian ini.

Semoga semua perhatian, dorongan, bimbingan, amal, sapaan, dan pengorbanan

semua fihak yang telah diberikan kepada kami dalam kegiatan IbM Kerajinan “Tenun

Songket” ini, memperoleh karunia dari Ida Hyang Widhi Wasa. Semoga IbM ini

bermanfaat.

Singaraja, 08 Nopember 2014

Tim Pelaksana

v

Daftar Isi

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN …………………………..…………………………......................... ii

RINGKASAN ........................................................................................................ iii

PRAKATA ................. …………………………..…………………………………......................... iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………… v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................ ……………….….... .......... 1

1.1 Analisis Situasi. ………………..............…................... ..................... 1

1.2 Permasalahan Mitra .....……………….….. ……………….…... ............. 5

BAB II TARGET LUARAN ……….…..……………….…............................................. 7

BAB III METODE PELAKSANAAN …................................. …………………………. 8

3.1 Solusi yang ditawarkan .....................…........…………….….…........ 8

3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM …......…………….….. ...... 9

BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ………………………………………………… 11

4.1 Perguruan Tinggi Pelaksana IbM ……………………………………………. 11

4.2 Orgnisasi Tim Pelaksana Program IbM …………………………………… 14

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN….….....….. …...…………….…......................... 17

5.1 Hasil Kegiatan P2M ...............................……..…….….................... 17

5.1.1 Kelompok Pengerajin “Tenun Songket”……………………… 17

5.1.2 Penjajagan Lokasi dan Penggalian Masalah Kerajinan.... 17

5.1.3 Pengadaan Alat dan Bahan Kerajinan”Tenun Songket”… 18

5.1.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Tenun Songket”…........ 19

5.1.5 Hasil Pelatihan Kerajinan Songket dan pengembangan Desain Produk cindramata ............................................

22

5.1.6 Pengembangan Pembuatan Cindramata Tenun songket berbagai corak............................. ...................................

22

5.1.7 Pelatihan Manejemen usaha dan Pembukuan ................ 22

5.1.8 Pelatihan Pemanfaatan internet sebagai media sosialisasi dan Pemasaran Global ............................. .....

23

5.2 Pembahasan ………………………………………………………………………… 27

vi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................ ……..….….......................... 29

6.1 Kesimpulan ………..…….….. ......................................................... 29

6.2 Saran-saran................................................................ ……………. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 31

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 32

vii

Daftar Gambar

Gambar

No Keterangan Gambar Halaman

5.1 Aneka Jenis benang dan warna benang songket ................... 18

5.2 Alat-alat untuk pembuatan Tenun Sogket …………………. 18

5.3 Acara Pembukaan Pelatihan Tenun Songket........………… 19

5.4 Proses pembuatan tenun songket………………………. ..... 21

5.5 Rancangan web Tenun Songket ………………………………………. 26

viii

Daftar Lampiran-lampiran

NOMOR LAMPIRAN

NAMA LAMPIRAN Halaman

01 Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem ......... 32

02 Rapat Tim IbM dan Pengerajin Tenuin Songket ………… 33

03 Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan Tenun Songket ...... 34

04 Hasil Produk Tenun songket ................ .............................. 35

05 Variasi “Tenun Songket dan cindramata” ………………. 36

06 Variasi “Tenun Songket Berbagai Motif” ………………. 37

07 Kegiatan P2M Diskusi Manajemen Usaha untuk

Tenun Songket ……………………………….. 38

08 Kegiatan P2M Diskusi Pembukuan untuk Tenun

Songket ........................................................ ................... 39

09 Kegiatan Pelatihan PemasaranTenun Songket via

internet ............................................................................ 40

10 Koesioner Sikap dan Pendapat Peserta IbM

Tenun Songket ………………………………… 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Desa Jineng Dalem adalah sebuah desa di Kecamatan Buleleng kabupaten

Buleleng, Propinsi Bali, yang terletak di daerah pedesaan. Desa Jineng Dalem berjarak 7

km dari kota Singaraja (ibu kota) kabupaten Buleleng. Desa Jineng Dalem ini berada pada

ketinggian 75 m di atas permukaan laut, berbatasan dengan desa Penarukan di sebelah

utara, desa Sinabun di sebelah Timur, desa Alasangker di sebelah Selatan, dan desa

Penglatan di sebelah barat (Profil desa Jineng Dalem, 2011). Dari pengamatan sepintas

Desa Jineng Dalem, seperti desa-desa yang lain sekitarnya sepertinya pusat perkebunan.

Dikatakan demikian karena yang teramati sebagian besar pohon-pohon tanaman keras

seperti cengkeh, kopi, mangga dan lain-lain. Namun, di samping perkebunan, ternyata

Desa Jineng Dalem merupakan pusat berbagai kerajinan seperti Songket beraneka kreasi,

yang merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Jineng

Dalem.

Informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Jineng Dalem, bahwa jumlah

penduduknya 4626 jiwa. Sebagian besar masyarakatnya terutama ibu-ibu rumah tangga

sebagai pengerajin “tenun songket”, namun belum bisa optimal, hanya sebatas bisa. Ibu-

ibu tersebut belajar pada tetangga yang punya alat penenun yang dikenal dengan “cagcag”

dan ala-alat perangkat tenun songket minjam pada tetangga atau pengusaha. Kebanyakan

dari mereka mengerjakan secara sendiri-sendiri di rumah masing-masing sesuai dengan

order yang diterima dari pengepul. Bahkan mayarakat yang pengerajin, ada sama sekali

bukan untuk dijual, hanya sebatas bisa untuk kepentingan sendiri. Barang yang dihasilkan

diserahkan kepada pengepul dengan harga yang bervariasi sesuai dengan ukuran dan

kualitas produk yang dihasilkan. Bagi yang menekuni untuk memperoleh biaya tambahan,

tidak berkelanjutan karena pengempul hanya sewaktu-waktu saja datangnya. pengetahuan

dan keterampilan pengerajin untuk melakukan diversifikasi produk. Produk yang

sementara dapat diproduksi oleh masyarakat masih berupa kain tenun lembaran. Beberapa

pengerajin sudah pernah melakukan pelatihan pembuatan aneka produk berbahan kain

tenun Jineng Dalem, tapi masalah muncul terkait dengan pembuatan motif yang lebih

modern agar dapat memadukan dengan varian bentuk produknya.

2

Sejak dahulu, di desa Jineng Dalem Kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng telah

berdiri Kelompok-kelompok Pengerajin “tenun songket”, jumlah anggotanya berkisar 10

hingga 30 orang.

Kelompok pengerajin ini dipimpin oleh seorang pengepul dan pengekspor produk

kerajinan „’tenun songket“ beberapa tahun lalu. Pendirian kelompok ini dimaksudkan

agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara para pengerajin terutama dalam hal

penetapan harga produk. Dengan adanya kelompok ini, harga dapat ditetapkan oleh

kelompok dan proses pengadaan bahan maupun proses penjualan produk dapat dilakukan

secara kelompok. diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan

terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket

biasanya satu bulan, paling cepat kalau dikerjakan sampai malam bisa sampai dua minggu.

Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik

pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui

sisir tenun dan hendle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi

oleh benang sutra dan benang emas.

Bahan baku kain songket ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas

atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan bahan

baku benang sutera berwarna putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum

ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki.

Warna dominan dari tenun songket ini, merah. Namun, saat ini penenun sudah

menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.

Jenis produk kerajinan songket yang dihasilkan oleh kelompok maupun

masyarakat di Desa Jineng Dalem masih terbatas pada kain songket dengan beberapa

desain., dengan gaya pokok dekoratif dan gaya latar belakang adalah gaya naturalis

(Monografi Desa Jineng Dalem, 2011).

Produk kerajinan “tenun songket” banyak diminati para seniman karena keunikan

kerajinan songket ini. Keunikannya yang terletak pada unsur kepribadian Jineng Dalem

Buleleng gaya naturalistiknya. Kerajinan Tenun Songket tidak saja diminati oleh para

seniman, tetapi juga diminati oleh para kolektor seni baik dari dalam Negeri maupun dari

manca negara. Banyak para pengerajin Tenun Songket menerima pesanan khusus untuk

cindra mata. Bahkan kerajinan songket yang sangat unik pembuatannya membutuhkan

waktu sampai beberapa minggu bahkan lebih dari satu bulan dengan nilai jual berkisar Rp

2.000.000 sampai mencapai Rp 4.000.000 (empat juta rupiah). Produk ini banyak

digunakan sebagai sarana uapacara keagamaan, acara-acara pernikahan, acara peringatan

3

hari-hari besar Nasional, hiasan gapura, untuk alat-alat upacara, untuk hiasan meja tamu,

untuk hiasan tempat-tempat sidang, pertemuan, seminar, untuk cindra mata, dan

sebagainya. Produk ini telah dipamerkan di hotel-hotel, Galeri-galeri, museum-museum

baik di dalam maupun di luar negeri.

Dari sejumlah kelompok pengerajin Tenun Songket, ada dua kelompok pengerajin

yang menjadi pusat perhatian dari kelompok IbM Undiksha. Masing-masing kelompok

terdiri dari 1-3 orang pengerajin. Ke dua kelompok pengerajin ini masih dalam satu

keluarga besar Jineng Dalem yang meneruskan pekerjaan dan bakat dari nenek moyang

mereka. Kelompok pengerajin ini bernaung pada pengepul-pengepul. Di antara pengerajin

satu dengan pengerajin lainnya memiliki ciri-ciri produk dan ketokohan yang berbeda.

Sebagai contoh, pengerajin Kelompok satu (Komang Budiastini, Ketut Sumini),dan

kelompok dua (Luh Subudi, Ketut Sumansih, dan Wayan Jati). Dari segi pengerajin

”Tenun Songket”, ada sejumlah pengerajin yang bekerja asal ada pesanan dan kerjanya tak

tentu. Di lain fihak ada kelompok pengerajin yang relatif permanen dan menekuni

kegiatan ini.

Ke dua kelompok pengerajin yang mencakup kerajinan “Tenun Songket”

menghadapi masalah yang hampir sama, baik dalam bidang produksi, manajemen,

maupun pemasaran. Dalam bidang produksi, untuk kerajinan “Tenun Songket”

permasalahannya adalah belum tersedianya sarana perangkat tenun songket “cagcag”

yang memadai, roda pemutar, aneka corak songket, dan aneka produk desain sesuai

pesanan pasar. Dalam bidang manajemen, keempat pengerajin tidak memiliki pembukuan,

sehingga produk-produk yang dihasilkan tidak memiliki spesifikasi. Demikian juga,

manajemen keuangannya tidak jelas. Dalam bidang pemasaran, kedua kelompok

pengerajin jarang diikutsertakan dalam pameran. Lebih-lebih kerajinan ”Tenun Songket

Jineng dalem yang unik” belum sama sekali pernah pameran. Penjualan produknya

sangat tergantung dari pesanan, baik lokal maupun asing. Pesanan asing biasanya melalui

perantara atau pengepul, sehingga harga sangat ditentukan oleh pengepul. Pengerajin ini

sangat bergantung kepada pengepul. Dalam keadaan normal, pengerajin “tenun songket

Jineng Dalem” rata-rata penghasilannya 500 ribu hingga satu juta rupiah setiap bulan. Para

pengerajin ini tidak pernah melakukan promosi tentang hasil karya mereka. Hal ini

dipandang perlu mendapat perhatian untuk kelangsungan usaha mereka.

Para pengerajintenun songket ini sebenarnya ingin mengembangkan usahanya namun

mereka banyak kendala yang dihadapi. Masalah utama dalam bidang produksi kain

songket adalah berkaitan dengan peralatan tenun songket yang standar yang dikenal

4

dengan “cagcag”. Para pengerajin menggunakan peralatan tenun songket (“cagcag”)

seadanya, kadang-kadang “ngadat” saat digunakan, diservis dulu biar baik lagi. Kondisi

menenun seperti ini sering menimbulkan hasil yang kurang optimal seperti menenun perlu

ekstra hati-hati, kondisi kerja pengerajin kurang nyaman. Kondisi kerja pengerajin yang

kurang nyaman ini dapat mengganggu produksi kerajinan. Dengan peralatan “cagcag”

yang didesain khusus untuk menunu songket ini, pengerajin dapat berkonsentarsi menenun

songket dengan baik, yang akhirnya dapat bermuara pada meningkatnya kualitas tenun

songket ini. Di samping itu, alat ini memberikan kenyaman dari segi kesehatan.

Masalah mendasar lainnya yang dihadapi adalah masalah dana, biaya untuk

membeli bahan baku untuk benang songket berkisar Rp 300.000 – Rp 2.000.000. Biaya

bahan baku ini belum tersentuh oleh para pengerajin kecil ini.

Masalah lain yang dihadapi pengerajin tenun songket adalah keterbatasan pola

disain produk. Untuk memperluas kalangan konsumen, variasi desain produk dipandang

perlu mendapat perhatian. Pengerajin perlu mengembangkan wawasan terhadap aspek

pasar. Desain produk hendaknya berorientasi aspek pasar dengan tanpa meninggalkan

keunikan dari hasil karya masing-masing pengerajin. Produk yang dihasilkan oleh

keempat pengerajin ini dapat dikatakan tergolong unik, karena tampilan produk-

produknya tampak seperti naturalistik. Di lingkungan pengerajin ini terdapat rumah

peninggalan tua dengan ornamen yang masih asli, dimana setiap pengunjung yang melihat

merasa kagum terhadap warisan budaya itu. Oleh karena itu, keberadaan kerajinan tenun

songket dipandang perlu dilestarikan.

Upaya ke arah itu hendaknya berorientasi pada jaminan terhadap kesejahteraan

pengerajin. Manajemen usaha yang mengarah profesional sangat perlu diketahui oleh

pengerajin di jaman kompetisi secara global saat ini. Manajemen yang dimaksud meliputi

bidang produksi maupun bidang pemasaran.

Masalah dalam pemasaran, belum tertata dengan baik, tidak memiliki pembukuan.

Pangsa pasa pun tak tentu, hanya terbatas pada pengepul, padahal pangsa pasar sudah

mencakup para wisata maca negara. Untuk itu, dalam bidang pemasaran dipandang perlu

diupayakan ke arah pemasaran secara global melalui Internet. Lebih-lebih peminat “tenun

songket” ini banyak dari mancanegara, dan Bali sebagai daerah pariwisata. Dengan

demikian, konsumen dapat secara langsung berhubungan dengan pengerajin darimana dan

kapan saja. Hal ini akan menjamin harga yang lebih pasti diperoleh konsumen, dan

sebaliknya pihak pengerajin tidak akan dipermainkan oleh pengepul. Oleh sebab itu,

ecomerse menjadi salah satu alternatif media promosi sekaligus sebagai toko online. Jika

5

upaya ini dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan permintaan akan produk menjadi

bertambah. Hal ini sudah tentu proses produksi akan meningkat. Dengan meningkatnya

proses produksi kebutuhan akan tenaga kerja akan dapat mengurangi pengangguran di

sekitarnya. Dampak eksistensi pengerajin ini terhadap lingkungannya diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya karena ikut terlibat sebagai tenaga

kerja, dan suatu saat bisa menjadi pengerajin dengan desain yang lebih kreatif. Dampak

secara nasional diharapkan mampu menambah devisa bagi negara.

1.2 Permasalahan Mitra

Berdasarkan analisis situasi yang telah diungkapkan di atas, dan hasil diskusi

dengan para pengerajin sebagai mitra kegiatan, maka permasalahan mitra yang perlu

memperoleh perhatian dan penanganan adalah sebagai berikut.

(1) Dalam bidang produksi, permasalahan mitra paling mendesak, antara lain:

Alat Tenun Songket Standar “Cagcag”

Sarana penunjang utama dalam melukis adalah tersedianya “cagcag” tenun

songket yang memadai. Selama ini, para pengerajin “songket tenun” menggunakan

“cagcag” seadanya, yang merupakan warisan cagcag dari nenek moyang. Kondisi

“cagcag” seperti ini sering menimbulkan hasil yang kurang optimal seperti

menenun “songket” perlu ekstra hati-hati, posisi duduk yang kurang nyaman.

Posisi duduk yang bagus ini dapat mengganggu kesehatan. Dengan alat tenun

“cagcag” yang standar didesain khusus untuk menenun songket ini, pengerajin

dapat berkonsentarsi menenun dengan baik, yang akhirnya dapat bermuara pada

meningkatnya kualitas tenunn songket ini. Di samping itu, alat ini memberikan

kenyaman dari segi kesehatan.

Jenis benang songket yang khas dan mengkilap seperti benang emas, perak, sutra

yang dimiliki oleh pengerajin masih sangat terbatas. Harga benang tenun songket

berkisar Rp 2.000.000 – Rp 2.200.000, dalam satu paket. Hal ini sangat

menghambat proses produksi. Di samping itu, variasi masih terbatas.

Variasi desain songket masih sangat minim, sehingga lingkup pasar masih terbatas.

Hal ini menyebabkan order masih sangat terbatas.

(2) Dalam bidang manajemen, permasalahan mitra adalah sebagai berikut:

Pengerajin/mitra tidak memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra

tidak memiliki pembukuan, sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya

dalam keadaan untung atau rugi. Pengerajin lebih-lebih pengerajin “tenun songket”

6

lebih banyak unsur sosialnya. Menurut penuturan pengerajin tenun songket, dia

dapat mengerjakan sebuah “songket” yang paling sederhana dalam waktu dua

minggu dengan ongkos berkisar Rp 500,000. Sungguh memprihatinkan seorang

yang memiliki ketrampilan pengerajin “tenun songket” yang merupakan barang

mahal, hanya sekecil itu, jadi dapat dihitung belum ada keuntungan yang berarti.

Kalau dibandingkan dengan seorang tenaga kasar harian yang bekerja pada

bangunan mendapat ongkos Rp 45.000- Rp75.000 per hari, sungguh ironis sekali.

Untuk pengerajin songket, seorang pengerajin dapat membuat satu buah kerajinan

dalam dua minggu. Kisaran harganya sekitar Rp 500.000. Namun, kadang kala

saja, ada pemesanan songket yang relative besar sampai mencapai 4 juta rupiah.

Dalam keadaan normal, pengerajin “tenun songket” rata-rata penghasilannya 1,0

juta hingga 1,5 juta rupiah setiap bulan. Para pengerajin ini tidak pernah

melakukan promosi tentang hasil karya mereka. Hal ini dipandang perlu mendapat

perhatian untuk kelangsungan usaha mereka.

Pengerajin/mitra tidak pernah melakukan promosi terhadap produk yang mereka

hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik. Mereka juga tidak pernah

mengikuti atau diikutsertakan dalam pameran baik di dalam maupun di luar negeri.

Di samping itu Mitra juga belum memiliki website/ecommerce sebagai media

promosi/toko online.

7

BAB II

TARGET DAN LUARAN

Target luaran dari program IbM kerajinan “tenun songket” di Desa Jineng Dalem

dikelompok dalam dua bidang, yaitu: (1) luaran bidang produksi, dan (2) luaran bidang

manajemen. Kedua bidang target luaran itu difokuskan pada permasalahan serta solusi

yang ditawarkan.

(1) Dalam bidang produksi, target luaran yang diharapkan terwujud antara lain:

Pemamfaatan alat perangkat alat tenun songket “cagcag” secara optimal sehingga

pengerajian dapat bekerja secara optimal. Di samping itu dapat meringankan

tenaga dan memberikan kenyaman dalam bekerja menenun songket.

Pemamfaatan bahan baku tenun songket seperti benang tenun songket dasar,

benang songket emas, secara optimal sehingga pengerajian dapat bekerja secara

optimal. Dalam menenun songket seuai desain yang ada.

Minimal setiap pengerajin/mitra “tenun songket” mampu mengembangkan variasi

desain 3 jenis selama program IbM, sehingga target pasar menjadi lebih luas.

Target produksi pengerajin/mitra meningkat.

(2) Dalam bidang manajemen, target luaran program IbM adalah sebagai berikut:

Setiap pengerajin/mitra memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra

memiliki pembukuan, sehingga mereka dapat mengetahui apakah usahanya dalam

keadaan untung atau rugi. Sistem manajemen usaha mitra ditarget berbasis

komputer.

Pengerajin/mitra mampu melakukan promosi terhadap produk yang mereka

hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik. Setiap tahun minimal

mereka pernah mengikuti atau diikutsertakan dalam pameran baik di dalam

maupun di luar negeri.

Pada akhir program IbM ini mitra memiliki website/ecommerce sebagai media

promosi/took online.

Target penjualan produk pengerajin/mitra meningkat.

8

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Solusi yang ditawarkan

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada pengerajin “tenun songket” Jineng

Dalem, seperti diuraikan pada bagian analisis situasi, maka solusi yang ditawarkan dan

disepakati mitra melalui metode pelaksanaan sebagai berikut.

a. Model partisipatory rural apprasial. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi

masalah yang dialami mitra atau kelompok masyarakat. Dalam merumuskan

masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus, mitra

harus diikutsertakan. Penggunaan model pendekatan ini diharapkan akan: (1)

dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan

ukuran/kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan

(enpowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang,

melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan sebagai upaya

peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi

penggunaan sumber daya mitra atau kelompok masyarakat.

b. Model enthrepreneurship capasity building (ECB). Model ECB terkait erat dengan

kemampuan berwirausaha dari mitra. Dengan model ini diharapkan: (1)

memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang,

(3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi

bagaimana perkembangan usahanya.

c. Model Technology Transfer (TT). Model TT dilakukan agar mitra atau kelompok

masyarakat menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang

berkaitan dengan program yang sedang/akan dilaksanakan seperti ecommerce.

d. Model Teknologi Tepat Guna (TTG). Model TTG digunakan jika teknologi yang

diterapkan dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan

mereka. Ketua program mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan

pelaksanaan kegiatan melalui penerapan TTG, membuat alat sederhana yang dapat

menyelesaikan masalah/kebutuhan mereka. Seperti penggunaan seperangkat alat

tenun “cagcag” beserta alat penunjangnya seperti “dengkrek” dan ”paninjin”.

e. Model Information Technology (IT). Model ini digunakan untuk menyebarluaskan

informasi dan sosialisasi program dengan hasil penerapan TTG yang cukup layak

9

dikemas dalam bentuk kemasan informasi media cetak/elektronik. Dengan

demikian, model IT dalam program IbM ini digunakan untuk menyebarluaskan

hasil modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak.

Pemasaran dengan ecommerce.

3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM

a. Persiapan

1. Sosialisasi program IbM kepada mitra.

2. Penyusunan indikator dan instrumen program IbM.

3. Penetapan tim pelaksana program IbM sesuai dengan kepakarannya.

4. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis.

5. Mengadakan kordinasi dengan fihak terkait.

6. Mengadakan kordinasi dengan instansi terkait

b. Pelaksanaan

1. Perancangan dan modifikasi seperangkat alat “cagcag” yang agar dapat bekerja

dengan optimal. Sehingga tenaga pengerajin menjadi lebih nyaman, sehat dalam

merancang bahan-bahan “tenun songket” seperti “nanjinin”.

2. Pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, untuk pengerajin “tenun

songket” seperti: “pananjin”, alat pengatur pemilahan benang songket,

“dengkrek”, alat penglah nemamg tenun songket berbagai ukuran, yang oleh

mitra sangat mendesak.

3. Pengandaan bahan baku pokok benang songket dasar maupun berwarna.

4. Pelatihan variasi atau penganekaragaman desain produk kerajinan sesuai

perkembangan pasar, termasuk kombinasi antara “kain songket” dengan

“cinderamata” sehingga target pasar menjadi lebih luas, seperti pembuatan tas

aneka model.

5. Pelatihan manajemen usaha berbasis komputer terhadap mitra untuk

meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya.

6. Perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi

dan toko online, agar lingkup pasar menjadi global.

10

c. Pemantauan

1. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat alat tenun

songket “cagcag” agar dapat bekerja dengan optimal.

2. Pemantauan pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara

lain: alat “pangrijin”, dan “dengkret” seperangkat alat pemutar dan pemintal

benang songket sebagai persiapan untuk benang ditenun.

3. Pemantauan pengadaan bahan baku seperti songket emas, songket sutra, dan

songket jenis lainnya.

4. Pemantauan pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk

kerajinan,dan kombinasi kerajinan sesuai perkembangan pasar.

5. Pemantauan pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer terhadap

mitra untuk meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya.

6. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce

sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global.

d. Evaluasi

1. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat alat tenun

songkjet “cagcag” agar dapat bekerja dengan optimal

2. Evaluasi pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara

lain: “pangrijin” dan “dengkrek seperangkat alat pemutar dan pemintal benang

songket sebagai persiapan untuk benang ditenun, yang oleh mitra sangat

mendesak.

3. Evaluasi pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk

kerajinan dan kombinasinya sesuai perkembangan pasar.

4. Evaluasi pengadaan bahan baku seperti songket emas, songket sutra, dan

songket jenis lainnya

5. Evaluasi pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer untuk

meningkatkan profesionalisme pengerajin.

6. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce

sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global.

7. Pembuatan Laporan Akhir Program IbM.

11

BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1. Perguruan Tinggi Pelaksana IBM

Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan

diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing

produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan

untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai

hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali

utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga

mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan

komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-

aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities),

pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian

Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan

yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha

diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan

Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat

Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut

diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan

sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan

potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan

program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk

turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan

taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Dorongan

lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan technoentrepreneurship

dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung

pengembangan kawasan desa mandiri di Bali. Pelibatan dosen dan mahasiswa/alumni

dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat memberikan timbal

balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan program-programnya

yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan yang mampu

meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global.

12

Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik

dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM

Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan

masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2)

pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan

penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.

Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan

potensi masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu:

(1) pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan

pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita.

Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen yang memiliki

kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota

pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik S2, S3

dan guru besar yang dapat mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan

Sukasada. Undiksha mulai tahun ajaran 2009/2010 telah mencanangkan program kuliah

kerja nyata PPM (pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat). Tentu program KKN

Undiksha ini akan memberikan dukungan signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan

program aksi IBW untuk mencapai target-target keberhasilan program IBW yang telah

ditetapkan.

Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam

pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian

kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha

dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di

masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab

Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan sekolah

binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata berbasis tematik, (4) program

diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW

Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5) bantuan dan

bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu dan Buleleng.

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja memiliki ketersediaan sumber daya

manusia (SDM) yang memadai, terutama tenaga edukatif, baik dilihat dari jumlah, jenis

keahlian, kepangkatan dan atau jabatan akademik, maupun kualifikasinya. Secara

13

keseluruhan tenagan edukatif bidang kependidikan dibandingkan dengan non-

kependidikan menunjukkan imbangan 60,34% terhadap 39,66%. Antara yang berada pada

jenjang jabatan akademik Lektor ke atas dengan yang tergolong di bawah Lektor

menunjukkan imbangan 70,60% terhadap 20,40%. Guru Besar yang ada di Undiksha

sebanyak 19 orang dari berbagai disiplin ilmu (5,38%). Jenjang pendidikan akademik dari

seluruh staf dosen Undiksha adalah sebagai berikut.

Sarana penunjang pendidikan dan pelatihan banyak diperoleh dari berbagai

proyek, seperti Proyek PGSM, DUE-Like, A2, INHERENT, SP4, dan I-MHERE.

Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian Masyarakat yang ada di Undiksha telah

banyak memberikan fasilitas kepada staf dosen yang ada di Undiksha Singaraja untuk

melaksanakan kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat dari berbagai sumber

dana DP2M Dikti, DIPA, A2, DUE-Like, Ristek, INHERENT, dan I-MHERE.

Jenis penelitian dan jumlah judul serta jumlah dosen yang terlibat dengan

sumber dana dari DIPA, Pemda, maupun DP2M DIKTI dalam 4 tahun terakhir adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.1 Daftar Penelitian 4 tahun terakhir

No Jenis Penelitian Th.2008 Th.2009 Th.2010 Th.2011 Sumber

Dana Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen

1 DIPA 100 205 73 116 73 138 70 109 DIPA,

PEMDA

2 Dosen Muda 30 53 - - - - - - DP2M

DIKTI

3 Kajian Wanita 7 13 - - - - - - DP2M

DIKTI

4 Fundamental 19 35 27 51 3 7 14 24 DP2M

DIKTI

5 Hibah Bersaing 5 11 30 81 37 126 29 70 DP2M

DIKTI

6 Hibah Pasca 3 9 4 11 1 3 2 6 DP2M

DIKTI

7 Hibah Pekerti 1 3 1 2 1 2 1 2 DP2M

DIKTI

4 IPTEKS 1 3 - - - - - - RISTEK

5 Hibah

Kompetisi

1 1 2 2 - - 2 6 DP2M

DIKTI

6 PIPS 3 9 - - - - - - DP2M

DIKTI

7 PPKP 5 10 - - - - - - DP2M

DIKTI

8 Potensi

Kabupaten

- - 35 108 - - - - DP2M

DIKTI

9 STRANAS - - 3 10 9 30 10 34 DP2M

DIKTI

14

Sedangkan jenis dan jumlah judul pengabdian pada masyarakat (P2M), yang

didanai dari DIPA, Pemda, maupun DP2M DIKTI dalam 4 tahun terakhir adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.2 Daftar Pengandian Pada Masyarakat 4 tahun terakhir

No Jenis P2M Th.2008 Th.2009 Th.2010 Th.2011 Sumber

Dana Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen

1 DIPA 80 240 75 225 66 198 40 160 DIPA,

PEMDA

2 IPTEKS - - 4 12 - - - - DP2M

DIKTI

3 VUCER - - - - - - - - DP2M

DIKTI

4 KWU - - 1 4 - - - - DP2M

DIKTI

5 Sibermas - - 1 4 - - - - DP2M

DIKTI

6 IbM - - 2 8 2 8 9 36 DP2M

DIKTI

7 IbW - - - - 2 10 4 30 DP2M

DIKTI

8 IbIKK - - - - 1 5 1 5 DP2M

DIKTI

9 IbK - - - - - - 1 7 DP2M

DIKTI

4.2 Organisasi Tim Pelaksana Program IbM

Penanggungjawab: Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

(Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.)

Pengarah : Dekan FMIPA Undiksha

(Prof. Dr. IB Putu Arnyana, M.Si)

Koordinator Pelaksana : Drs. Rai Sujanem, M.Si.

a. Pelaksana Bidang Produksi

(1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si. (Ketua/Seni Rupa/ Kriya)

b. Pelaksana Bidang Manajemen

(1) Drs. Rai Sujanem, M.Si. (Ketua/Ilmu Fisika)

(2) Dsk Nymn Sri Werastuti,SE,M.Si,Ak. (Ekonomi Manajemen)

Berdasarkan struktur organisasi pelaksana di atas, tugas pokok dan fungsi

organisasi adalah sebagai berikut.

15

1. Koordinator Pelaksana Program IbM

a. Memiliki pengalaman dalam kegiatan P2M, baik yang didanai dari DIPA, Diknas

maupun dari DP2M DIKTI, seperti: IbM, Life Skill, Ipteks, maupun Vucer.

b. Memimpin dan menjalankan Program IbM

c. Melaksanakan fungsi sebagai pengelola yang meliputi: perencanaan, pengambilan

keputusan, pengarahan, koordinasi, pengawasan monitoring dan evaluasi, dan

penyempurnaan bagi tercapainya pelaksanaan program IbM.

d. Melaksanakan hubungan keluar dengan Dinas Instansi terkait.

e. Bertanggung jawab kepada Ketua LPM Undiksha Singaraja.

2. Ketua Pelaksana Program

a. Ketua Pelaksana Bidang Produksi

1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si memiliki pengalaman dalam bidang kerajinan

membimbing, dan memberi pelatihan tentang kerajina melukis wayang kaca

dan cindera mata.

2) Dosen tersebut juga memiliki keterampilan dalam hal perencanaan,

perancangan terkait dengan perangkat kerja melukis, seperti desain meja

lukis,dan membuat asesori cindaramata. Kualifikasi dosen tersebut sangat

dihandalkan dalam hal produksi kerajinan.

3) Memiliki pengalaman dalam beberapa jenis kegiatan P2M dana DIPA.

4) Tugasnya antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan,

mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan

program.

5) Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak

dapat diselesaikan oleh pelaksana program.

6) Bertanggung jawab atas terlaksanannya program bidang produksi dengan

sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana program IbM.

b. Ketua Pelaksana Bidang Manajemen

1) Drs. Rai Sujanem, M.Si, memiliki pengalaman dalam beberapa kegiatan P2M,

baik dari dana DP2M DIKTI, Diknas, maupun DIPA, seperti: Ipteks, Vucer,

Life Skill, dan pembimbing KAM, PKMK, PKMM, dan PKMT, PKMP.

2) Memiliki pengalaman dalam bidang kegiatan bisnis, karena sejak tahun 2000

ikut mengembangkan usaha bisnis jaringan seperi CNI, Quesnet,dan Kartuplus.

3) Dalam kegiatan IbM ini bertindak sebagai ketua pelaksana bidang manajemen

produksi maupun manajemen pemasaran.

16

4) Tugasnya, antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan,

mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan

program bidang manajemen usaha dan pemasaran produk.

5) Bertanggung jawab atas terlaksananya program bidang manajemen dengan

sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana.

c. Mahasiswa

1) Mengumpulkan dan merekapitulasi semua data hasil kegiatan program IbM.

2) Ikut aktif membantu melaksanakan kegiatan program IbM.

3) Dapat menyusun kegiatan program melalui PKM seperti PKMK, PKMT, dan

PKMM pada tahun berikutnya.

4) Bertanggung jawab kepada Dosen Pelaksana Program.

17

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Kegiatan P2M

5.1.1 Kelompok Pengerajin “Tenun Songket”

Dalam bab ini akan diuraikan menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) peran peserta

dari pengerajin “tenun songket” desa Jineng Dalem kecamatan Buleleng, kabupaten

Buleleng, (2) respon kegiatan P2M, (3) harapan ke depan kegiatan P2M untuk

meningkatkan ekonomi pengerajin desa Jineng Dalem. Kegiatan P2M IbM kerajinan

“Jineng Dalem” ini diikuti oleh 2 kelompok. Nama-nama anggota kelompok pengerajin

seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Pengerajian ”Tenun Songket”

1) Ketut Sumini

2) Luh Setiawati

3) Wayan Jati

4) Ni Nengah Warnadi

5) Ketut Somanasih

6) Luh Budayani

7) Ketut Sri Poni

8) Komang Subudi

9) Luh Sariani

10) Luh Budiastini

11) Wayan Semita

12) Ketut Sari

13) Luh Suka

14) Komang Budi

15) Komang Armawi

16) Ketut Sumarni

Kegiatan P2M IbM ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: (1) Kegiatan diawali dengan

penjajagan lokasi pengerajin yang dilakukan pada saat pembuatan proposal, (2) persiapan

awal penyiapan kelompok pengerajin, (2) identifikasi peralatan yang akan digunakan,

(3) mendesain kerajinan “Tenun Songket”, (4) pengadaan bahan dan alat kerajinan.

5.1.2 Penjajagan Lokasi dan penggalian masalah kerajinan

Lokasi pengerajin “Tenun Songket”, berada disekitar pasar desa Jineng Dalem dan

di sekitar Sekolah Dasar No 2 Jineng Dalem. Ada dua kelompok pengerajin “Tenun

songket di sekitar Pasar dan Sekolah Dasar No 2 Jineng Dalem.

18

5.1.3 Pengadaan Alat dan Bahan Kerajinan

Seperti diungkapkan pada analsis situasi bahwa masalah utama dalam bidang

produksi “Tenun Songket”, adalah berkaitan dengan fasilitas penunjang pembuatan

“Tenun Songket”,. Adapun pengadaan bahan dan alat kerajinan, sepetti berikut.

ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN TENUN SONGKET

Gambar 5.1 Aneka jenis benang dan warna untuk tenun songket

Alat Tenun Songket “Cagcag” Alat Nusuk (Pemintal Benang)

Alat untuk Nganyinin

Gambar 5.2. Alat-alat untuk pembuatan Tenun Songket

19

Bahan dan peralatan penunjang sangat terbatas dimiliki oleh pengerajin, lebih-lebih para

pengerajin yang baru menekuni kerajinan “Tenun Songket”. Alat dan bahan ini sangat

member semangat pengerajin dalam berkarya dan mengikuti pelatihan.

5.1.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Tenun Songket”

Kegiatan pelatihan diawali dengan pembekalan kepada para pengerajin. Pada kegiatan

ini dhadiri warga pengerajin tenun songket pemula, yang baru punya pengalaman

membuat tenun songket, dan pengerajin sudah senor. Pelatihan dilakukan secara

kekeluargaan, penuh humor. Instruktur memberikan gambaran secara umum, termasuk

prosedur pemasaran lewat internet.

Acara Pembukaan Pelatihan Kerajinan Tenun Songket di tempat pengerajin Desa Jineng

Dalem, Kelompok Pengerajin Tenun Songket, dan Pamong Desa, Dosen Pelaksana IbM.

Ketua IbM menyampaikan Program

Kerajinan “Tenun Songket”

Para pengerajin menyambut baik Program

IbM ini, semoga Para Pengerajin Muda

(Siswa) semakin semangat

Gambar 5.3. Acara Pembukaan Pelatihan Tenun Songket

Setelah diberikan pembekalan secara umum oleh instruktur, para peserta pengerajin

selanjutnya membuat berbagai desain kerajinan yang didampingi oleh instruktur. Proses

pelatihan dilakukan di lokasi pengerajin Jineng Dalem.

Proses pembuatan tenun songket diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan seperti alat tenun “cagcag”, “dengkrek”, “alat paninjin”, “alat tusuk”, dan

benang-benang bahan tenun.

Langkah-langkah pembuatan tenun songket, yaitu pertama-tama benang bahan

tenun songket dicuci, kemudian dijemur. Setelah benang kering selanjutnya adalah

“ngliying” atau memintal benang , yang dilanjutkan dengan “nganyinin”. Proses

nganyinin ini merupakan ukuran benang yang akan dihasilkan untuk besar kecilnya

20

ukuran kain songket. Setelah “nganyinin” dilanjutkan dengan “Nusuk” dan dilanjutkan

dengan“Nyasah”. Proses nyasah ini membuat benang lebih teratur, rapi, sehingga mudah

untuk proses penenunan. Setelah proses “nyasah”, benang yang telah siap digunakan

untuk nenun ini, kemudian dibuat motif. Setelah motif terbentuk barulah mulai proses

penenunan. Secara garis besar, langkah-langkah pembuatan tenun songket digambarkan

seperti Gambar berikut.

Dalam proses pembuatan kerajinan “tenun songket”, ada delapan langkah yang

dilakukan yaitu : 1) Nyuci benang, 2) Penjemuran benang, 3) Nganyinin, 4) Nusuk, 5)

Nyasah, 6) Buat Motif, 7) digurin, dan 8) Penenunan.

1) Nyuci benang 2) Menjemur benang

3) Ngeliying 4) Nganyinin

5) Nusuk 6) Nyasah

21

7) Buat Motif 8) Penenunan

Gambar 5.4. Proses Pembukaan Pelatihan Tenun Songket

5.1.5. Hasil Pelatihan Kerajinan Songket dan pengembangan Desain Produk

cindramata

Pengrajin “Tenun songket” yang berdomisili di desa Jineng Dalem, kecamatan

Buleleng, kabupaten Buleleng mememiliki keterampilan menenun yang telah dimilikinya

sudah cukup bagus, ini dapat dilihat d aneka bentuk dan corak warna khas Jineng Dalem.

Disamping itu juga dapat dihasilkan produk cindramata seperti tas kain songket.

Hal yang menarik dari pengrajin yang dijadikan mitra adalah mereka memiliki

komitmen untuk menggali kembali bentuk-bentuk kerajinan ”anyaman bambu khas Jineng

Dalem Buleleng pada masa lalu, serta meneruskan budaya adi luhung. Sikap dan keuletan

mereka menggali dan meneruskan keunikan-keunikan seni kerajinan tenun songket.

Kualitas selalu mereka jaga dalam setiap produk yang dihasilkan.

Sampai saat ini, mereka membuat produk yang desainnya sudah ada sebelumnya.

Sementara keinginan pasar selalu berubah, sehingga tidak jarang produk yang dibuat

berbeda dengan keinginan pasar. Penganekaragaman produk yang sesuai dengan

kebutuhan pasar sangat perlu dimiliki oleh pengrajin, salah satunya adalah kemampuan

membuat desain desain baru yang bisa memenuhi keinginan konsumen yang tidak lebih

luas.

Salah satu penganekaragaman desain yang mungkin dikembangkan adalah

membuat “cindramata tas” dengan asesoris yang relatif kontemporer. (Produk tenun

songket lengkap ada pada lampiran 5 dan lampiran 6 ).

22

5.1.6 Pengembangan Pembuatan Cindramata Tenun songket berbagai corak

Pengembangan pembuatan Cindramata tenun songket berbagai corak

dilaksanakan pada bulan Agustus nanti, direncanakan pengembangan pembuatan tenun

songket dengan berbagai desain atau motif, Rencana motif yang ingin dikembangkan

adalah motif pinggir. Motif cangkir-cangkiran, dan motif ancak bingin. Produk

pengembangan tenun songket ada pada lampiran 6)

5.1.7 Pelatihan Manajemen Usaha dan Pembukuan

Pelatihan manajemen usaha kecil dan Pembukuan usaha ini ini dilaksanakan mulai

pada bulan akhir Agustus 2014. Di samping itu juga diberikan peningkatan manajemen

pemasaran baik lokal maupun global. Di samping itu juga diberikan peningkatan

manajemen pemasaran baik lokal maupun global. Dalam bidang managemen telah diberi

pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Secara umum pembukuan merupakan

proses pencatatan data perusahaan dengan suatu cara tertentu dimana pemegang buku

hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan

akuntansi lebih dikaitkan pada proses perancangan sistem pencatatan dan penyusunan

laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan,

sehingga dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi,

khususnya yang berkaitan dengan proses pencatatan. Akuntansi merupakan suatu proses

sistematis yang dapat digambarkan dalam suatu siklus akuntansi. Siklus atau daur

akuntansi adalah proses yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam

pelatihan ini, peserta pelatihan telah dapat memahami siklus Akuntansi yang mencakup

kegiatan tahap transaksi, tahap pencatatan, tahap penggolongan tahap tengikhtisaran, dan

tahap pelaporan.

Dalam pelatihan ini, peserta pengerajin juga mendapat pemahaman tentang

pembuatan Laporan keuangan organisasi bisnis, setidaknya terdiri atas : (1) Neraca, (2)

Laporan Laba Rugi, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Laporan perubahan Modal (untuk

perusahaan perseorangan).

5.1.8 Pelatihan Pemanfaatan internet sebagai media sosialisasi dan Pemasaran

Global

Pada akhir September 2014 setelah pengerajin mendapat pelatihan manajemen

usaha dan pembukuan, dikembangban lebih lanjut sosialisasi pemasaran via internet.

Dalam rangka pemasaran global untuk produk kerajinan ”Tenun Songket”, maka Ipteks

23

yang diberikan kepada mitra adalah pembuatan website atau ecommerce (toko online).

Website pengerajin mitra yang telah dibuatkan ini dengan alamat

http://galerisongketjinengdalem.com.

Deskripsi Website dan Rancangan Antarmuka Kerajinan “Tenun Songket”

Jinengdalem. Adapun deskripsi website kerajinan ”Tenun Songket” adalah sebagai

berikut. Website Kerajinan ”Tenun Songket”, Jinengdalem terdiri dari Menu Atas, Menu

Tengah dan Menu Bawah, berikut adalah deskripsi dari masing-masing menu yang

terdapat pada Website.

Website

Kerajinan

“Tenun

Songket”

Menu Atas Web Deskripsi Menu

Beranda

Beranda merupakan menu tampilan utama website

Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem pada menu

ini mendeskripsikan sejarah singkat desa Jineng

Dalem dan bebrapa jenis kerajinan yang terdapat di

Desa Jineng Dalem Buleleng. Kerajinan yang

terpopuler yaitu Kerajinan Tenun Songket yang

dimana pada halaman ini terdapat gambar Kerajinan

Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng.

Pada halaman ini juga terdapat link artikel-artikel

terkait dengan kerajinan Kerajinan Tenun Songket

Jineng Dalem Buleleng.

Alat & Bahan

Menu Alat & Bahan terdiri dari sub-Menu Alat,

Bahan, dan Proses. Pada menu Alat merupakan

menu yang menampilkan halaman alat-alat yang

digunakan untuk membuat Kerajinan Tenun Songket

Jineng Dalem Buleleng. Pada menu bahan

merupakan menu yang menampilkan halaman

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat

Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng..

Pada menu Proses merupakan menu yang

menampilkan halaman proses Tenun Songket Jineng

Dalem Buleleng. berserta video pembuatannya.

Proses Pembuatan

Menu Proses pembuatan menampilkan halaman

tahap–tahap pembuatan Tenun Songket oleh

pengrajin Songket Jineng Dalem Buleleng. Tampilan

ini dalam bentuk video.

Produk

Pada menu Kategori Produk merupakan menu yang

terdiri dari 3 sub menu yaitu, menu Produk Tenun

Songket Jineng Dalem Buleleng, dan Menu Produk

Kombinasi Tenun Songket. Sub menu ini dapat

menampilkan katalog produk yang berisi gambar

24

produk, ukuran produk, stok produk, dan harga

produk dari masing-masing produk. Pengunjung

yang telah terdaptar sebagai member dapat

melakukan pemesanan produk melaluli website.

Kegiatan

Menu Kegiatan merupakan menu yang akan

menampilkan Kegiatan-kegiatan atau event yang

berhubungan dengan Kerajinan Tenun Songket

Jineng Dalem Buleleng dalam bentuk foto-foto atau

video, dan narasi teks.

Kontak Kami

Menu Kontak Kami merupakan menu yang akan

menampilkan halaman data diri dari pemilik atau

koordiantor pengrajin Tenun Songket Jineng Dalem

Buleleng.

Pencarian

Informasi

Pada menu pencarian pengunjung website dapat

mencari informasi yang berhubungan dengan

Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng

dengan mengetikkan kata kunci pada text field yang

telah di sediakan pada menu pencarian.

Deskrisi Menu Tengah

Website

Kerajinan

“Tenun

Songket”

Menu Tengah

Web Deskripsi Menu

Tinjauan Songket

Jinengdalem

Pada menu Tinjauan Songket Jinengdalem

merupankan menu yang berisikan informasi

tentang tinjauan singkat tenun songket, sejarah

singkatnya, serba-serbi perkembangannya site

baik manfaat songket, kegunaan songket, desain

variasi corak maupun pemasarannya

Tinjauan Desa

Jinengdalem

Pada menu Tinjauan Desa Jinengdalem

berisikan tinjauan singkat sejarah desa

Jinengdalem dan kaitannya tenun songket

Produk Songket

Pada menu Kategori Produk merupakan menu

yang terdiri dari 3 sub menu yaitu, menu Produk

Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng, dan

Menu Produk Kombinasi Tenun Songket. Sub

menu ini dapat menampilkan katalog produk

yang berisi gambar produk, ukuran produk, stok

produk, dan harga produk dari masing-masing

produk. Pengunjung yang telah terdaptar sebagai

member dapat melakukan pemesanan produk

melaluli website.

Deskrisi Menu Bawah

Website

Kerajinan

“Tenun

Songket”

Menu Bawah

Web Deskripsi Menu

Latest Posts

Menu video merupakan menu yang

menampilkan video-video yang berhubungan

dengan Kegiatan P2M IbM Kerajinan Tenun

25

Songket Jineng Dalem Buleleng.

Peta Lokasi

Menu Peta Lokasi merupakan menu yang akan

menampilkan lokasi pengrajin Tenun Songket

Jineng Dalem Buleleng.

Adapun Gambaran umum Desain Website Kerajinan “Tenun Songket” sebagai

berikut.

Gambar 5.5. Rancangan Web ”Tenun Songket”

26

5.2 Pembahasan

Melalui kegiatan IbM pengerajin ”Tenun Songket” permasalahan yang muncul

pada kelompok pengerajin dalam bidang produksi, manajemen, maupun pemasaran,

dapat dipecahkan melalui beberapa cara. Dalam bidang produksi beberapa cara telah

dilakukan yaitu penyediaan beberapa alat dan bahan penunjang produksi seperti alat tenun

songket “cagcag”, “Paninjin”, “Dengkrek”, aneka warna benang songket dengan

berbabagi ukuran, dan variasi desain. Setelah pengadaan bahan dan alat penunjang bidang

produksi, selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan pembuatan berbagai disain

kerajinan. Dalam pembinaan dan pelatihan ini, bagi pengerajin pemula mendapat forsi

latihan yang lebih banyak dan mendapat pembinaan yang lebih banyak. Berkat ketekunan

peserta pelatihan tanpa mengenal lelah, berlatih baik pada jadwal pelatihan maupun di luar

jadwal yang telah ditetapkan. Produk kerajinan tenun songket yang telah dihasilkan

mencakup produk dasar dan pengembangan desain, serta cinderamata. Pada bagian

pengembangan disain telah dihasilkan motif cangkir-cangkiran, motif ancak beringin,

motif caplokan mawar dan motif pinggiran merak. Untuk bidang produksi cinderamata

telah dihasikan aneka tas songket. Melalui pelatihan program IbM ini terjadi peningkatan

produksi pembuatan ”tenun songket” dari hanya bisa membuat satu buah tenun songket

dalam seminggu manjadi dua buah dalam seminggu. Ini berarti terjadi peningkatan bidang

produksi seratus persen.

Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan

baik. Secara umum pembukuan merupakan proses pencatatan data perusahaan dengan

suatu cara tertentu dimana pemegang buku hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil

dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan akuntansi lebih dikaitkan pada proses

perancangan sistem pencatatan dan penyusunan laporan berdasarkan data yang telah

dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa

pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan

proses pencatatan. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin

memiliki pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus

akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba.

Di samping itu, dalam bidang pemasaran, pengerajin “Tenun Songket” telah

dibuatkan sebuah website dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Pada

website tersebut ditampilkan produk kerajinan “Tenun Songket”. Website ini sekaligus

digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan “Tenun

27

Songket”. Selanjutnya melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran kerajinan

“Tenun Songket”, para peserta pengerajin, dapat memahami proses pemasaran via

internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi bagian member,

selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk kerajinan “Tenun Songket”

yang diinginkan.

28

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Kegiatan P2M dalam bentuk IbM pada kelompok pengerajin “Tenun Songket” di

desa Jineng Dalem, kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng, telah berlangsung

dengan baik dan dapat mengembangkan kerajinannya, baik fasilitas pendukung

maupun pengembangan desainnya.

2) Fasilitas pendukung kerajinan “Tenun Songket” seperti alat tenun “cagcag”,

“dengkrek”, “alat paninjin”, “alat tusuk”, dan benang-benang bahan tenun, telah

diadakan sesuai kebutuhan.

3) Pengerajin telah dapat membuat “Tenun songket” dengan motif sederhana yang

konvensional.

4) Pengerajin telah dapat mengembangkan aneka desain “Tenun Songket” mencakup

kerajinan “tenun songket dengan variasi motif cangkir-cangkiran, motif ancak

beringin, motif caplokan mawar dan motif pinggiran merak “ dan cindra mata tas

songket.

5) Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan

baik. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin memiliki

pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus

akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba.

6) Dalam bidang pemasaran, pengerajin “Tenun Songket” telah dibuatkan sebuah

website dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Website ini sekaligus

digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan

“Tenun Songket”. Melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran

kerajinan Tenun Songket, para peserta pengerajin, dapat memahami proses promosi

dan pemasaran via internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi

panel pemesanan, selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk

kerajinan “Tenun Songket” yang diinginkan.

6.2 Saran-saran

1) Tenun songket Jeningdalem memiliki karakteristik yang khas. Dalam

mengembangkan kerajinan “Tenun Songket” di desa Jinengdalem, yang lebih

intensif dan berkelanjutan, diharapkan fihak terkait seperti Pemerintah Kabupaten

29

memberi perhatian khusus untuk pengembangan dan pelestarian kerajinan “Tenun

Songket”. Demikian pula intansi pembina seperi dari Jurusan Seni Rupa

Undiksha hendaknya mengadakan pembinaan secara berkelanjutan.

2) Sebagai tindak lanjut pengembangan kerajinan “Tenun Songket” agar menjadi

mata pencaharian yang memberikan penghasilan yang memadai, hendaknya

instansi Koperasi baik Pemerintah maupun swasta, UKM, memfasalitasi

pemasaran produk kerajinan “Tenun Songket”.

30

Datar Pustaka

Anonim, 2009. Monografi desa Jineng Dalem.

Suardana, N. 2009. Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Buleleng. Tersedia

pada http://id.scribd.com/doc/58219158/Peper-Presentasi-Kerajinan-Buleleng-

2009.

Mardimpusihombing, 2012. Industri Kerajinan Tangan. Tersedia pada

http://mardimpusihombing.blogspot.com/2012/06/industri-kerajinan-

tangan.html

SHELSIA'S SONGKET BALI. 2010. Kain Songket Bali. Tersedia pada

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=14

&id=72492

31

Lampiran 01:

Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem

Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem:

1) Ketut Sumini

2) Luh Setiawati

3) Wayan Jati

4) Ni Nengah Warnadi

5) Ketut Somanasih

6) Luh Budayani

7) Ketut Sri Poni

8) Komang Subudi

9) Luh Sariani

10) Luh Budiastini

11) Wayan Semita

12) Ketut Sari

13) Luh Suka

14) Komang Budi

15) Komang Armawi

16) Ketut Sumarni

32

Lampiran 02

Rapat Tim IbM dan Pengerajin Tenun Songket

Membahas Permasalahan bidang Produksi & Manajemen Usaha

33

Lampiran 03

Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan Tenun Songket

34

Lampiran 04

Hasil Bidang Produksi Tenun Songket

35

Lampiran 05 :

Variasi “Tenun Songket dan cindramata”

Gambar: 1. Model variasi Tenun Songket 1

Gambar: 2. Model variasi Tenun Songket 2

Gambar: 3. Model Tas Tenun Songket 1

Gambar: 4. Model Tas Tenun Songket 2

Gambar: 5. Model Tas Tenun Songket 5

36

Lampiran 06 :

Variasi “Tenun Songket Berbagai Motif”

No Motif Songket No Motif Songket

1

2

Motif Bunga Ceplokan Mawar

Motif Cangkir-cangkiran

3

4

Motif ancak bingin

Motif pinggiran merak

37

Lampiran 07 :

Pelatihan Manajemen Usaha Kecil

Kegiatan P2M Diskusi Manajemen Usaha untuk Tenun Songket

38

Lampiran 08 :

Kegiatan P2M Diskusi Pembukuan untuk Tenun Songket

39

Lampiran 09 :

Kegiatan Pelatihan PemasaranTenun Songket via internet

40

Lampiran 10

KUESIONER SIKAP & PENDAPAT, PESERTA IBM KERAJINAN

“TENUN SONGKET”

1. Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan IbM berupa pengadaan Alat dan bahan

peralatan penunjang kerajinan “Tenun Songket” ini seperti “Cagcag”, “dengkret”, dan

“Paninjin”, dan lainnya?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

2. Selama pengembangan kerajinan “Tenun Songket”, bentuk kerajinan mana yang

Anda paling kembangkan (Apakah model desain biasa, motif “cangkir-cangkiran”,

motif “ancak bingin”, motif “caplokan mawar”, motif “pinggiran merak”,

cinderamata “tas songket, atau motif kontenpore dan cinderamata lainnyar?) Berikan

alasan.

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

3. Bagaimanakah pendapat Anda, hasil-hasil kerajinan “Tenun Songket” dipromosikan

dalam internet?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

4. Bagaimanakah pendapat anda, hasil-hasil kerajinan “Tenun Songket” dipasarkan

lewat internet?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

5. Apa yang Anda lakukan setelah kegiatan pengadaan bahan penunjang kerajinan dan

pengembangan desain ini?

.........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

Saran/Masukan :

………………………………………………………………………………………………

……..………………………………………………………………………………………

……..……………………………………………………………………………………….

41

42

43

44