ia.10.potensial sel
DESCRIPTION
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Dalam sel volta, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron akan membentuk kutub negatif (-) dinamakan anoda, sedangkan elektroda yang menerima elektron akan membentuk kutub positif (+) dinamakan katoda. Jadi, sebuah sel volta terdiri dari dua bagian atau dua elektroda dimana setengah reaksi oksidasi berlangsung pada anoda dan setengah reaksi berlangsung pada katoda. Reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta.TRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : POTENSIAL SEL Kelompok : I A
Nama : 1. Angga Septian Erdiyanto NRP. 2313 030 059 2. Govindra Okta Soti P. NRP. 2313 030 047 3. Rizka Amalia K. Putri NRP. 2313 030 073 4. Lia Wisnu Sri Pamungkas NRP. 2313 030 075
Tanggal Percobaan : 16 Desember 2013
Tanggal Penyerahan : 23 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T.,M.T.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Percobaan potensial sel ini adalah untuk mengetahui dan mengukur besar potensial sel pada sel elektrokimia.
Metode percobaan potensial sel yang pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, dilanjutkan dengan membuat larutan ZnSO4 dan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,38 N;
0,35 N; 0,32 N; 0,29 N; 0,26 N; 0,23 N; 0,20 N; 0,17 N; dan 0,14 N dengan cara menghitung berat CuSO4dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan. Setelah itu menimbang padatan CuSO4dan
ZnSO4.Kemudian melarutkan pada CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades ke dalam labu ukur 500 ml. Lalu
mengencerkanlarutan CuSO4 dan ZnSO4sesuaidenganvariabelkonsentrasi yang telahditentukan. Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4 dengan konsentrasi pertama
0,38 N. Mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel dengan larutan garam sejenis
ZnSO4 dengan konsentrasi 0,38 N. Selanjutnya menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan
garam. Menghubungkankutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif pada elektroda sampel. Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya. Mengulangi
percobaan sebanyak 2x dengan konsentrasi larutan yang berikutnya hingga selesai.
Dari percobaan potensial ini didapatkan hasil harga potensial sel dari masing-masing konsentrasi larutan. Pada konsentrasi 0,14 N rata-rata harga potensial sel sebesar 39,8666 V. Pada konsentrasi 0,17
N rata-rata harga potensial sel sebesar 59,7666 V. Pada konsentrasi 0,20 N rata-rata harga potensial sel
sebesar 34,1666 V. Pada konsentrasi 0,23 N rata-rata harga potensial sel sebesar 34 V. Pada konsentrasi 0,26 N rata-rata harga potensial sel sebesar 38,6 V. Pada konsentrasi 0,29 N rata-rata harga potensial
sel sebesar 40,3333 V. Pada konsentrasi0,32 N rata-rata harga potensial sel sebesar 35,6 V. Pada
konsentrasi 0,35 N rata-rata harga potensial sel sebesar 41,3333 V. Pada konsentrasi 0,38 N rata-rata
harga potensial sel sebesar 39,9333 V.
Kata kunci: potensial sel, sel elektrokimia, jembatan garam, voltmeter, beda potensial
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................... ..... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.................................................................................................. I-1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. I-1
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................. I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori...................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ........................................................................................ III-1
III.2 Alat yang digunakan....................................................................................... III-1
III.3 Bahan yang digunakan ................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................ III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan ................................................................................. III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan .................................................................................. III-5
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan............................................................................................... IV-1
IV.2 Hasil Perhitungan............................................................................................ IV-2
IV.3 Pembahasan..................................................................................................... IV-3
BAB V KESIMPULAN...................................................................................................... V-I
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... v
DAFTAR NOTASI.............................................................................................................. vi
APPENDIKS.................................................................................................................... ... vii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Susunan Sel Volta................................................................ ...................II-1
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ........................................................................III-5
Gambar IV.1 Gambar Proses pada Percobaan.............................................................. IV-3
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Harga Potensial Sel ...................................................................................II-4
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Potensial Sel..................................................................... IV-1
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Potensial Sel.................................................................. IV-2
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1 Grafik Potensial Sel dengan Larutan CuSO4 dan ZnSO4..........................IV-4
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Pada pembelajaran mata kuliah kimia fisika diberikan dalam dua cara yaitu secara
teoritis dan praktek. Praktikum kimia fisika sangat diperlukan, agar teori yang sudah ada
dapat dikembangkan lebih jauh dengan praktikum. Salah satunya praktikum potensial sel
atau sel volta.
Sel volta atau sel galvani adalah suatu elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks
dan menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda, tempat berlangsungnya
reaksi oksidasi disebut anoda (elektroda negatif), dan tempat berlangsungnya reaksi
reduksi disebut katoda (elektroda positif). Rangkaian sel volta terdiri atas elektroda Zn
(Logam Zn) yang dicelupkan ke dalam larutan Zn(SO4) dan elektroda Cu (Logam Cu)
yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO4. Kedua larutan tersebut dihubungkan dengan
jembatan garam yang berbentuk huruf “U” yang merupakan ciri khas tersendiri dari sel
volta.
Sel volta banyak sekali digunakan pada kehidupan sehari-hari. Sel volta yang biasa
digunakan pada kehidupan manusia seperti jenis-jenis baterai dan aki (accu). Baterai dan
aki sangatlah berbeda, perbedaan ini dapat dilihat dari setelah pemakaian kedua benda
tersebut. Baterai apabila sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi karena sudah tidak ada
lagi arus listrik pada baterai tersebut. Sedangkan, aki apabila arus listriknya sudah habis
dapat diisi lagi dengan mengalirkan arus listrik.
Oleh karena sel volta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki
factor-faktor yang mempengaruhinya, maka praktikum potensial sel ini perlu dilakukan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur potensial sel pada sel volta dengan elektroda Zn dan
Cu dalam larutan Zn(SO4) dan CuSO4 menggunakan jembatan garam NaCl ?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengukur potensial sel pada sel volta dengan elektroda Zn dan Cu dalam
larutan Zn(SO4) dan CuSO4 menggunakan jembatan garam NaCl.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat
menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Dalam sel
volta, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda
(oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang
melepaskan elektron akan membentuk kutub negatif (-) dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang menerima elektron akan membentuk kutub positif (+) dinamakan katoda.
Jadi, sebuah sel volta terdiri dari dua bagian atau dua elektroda dimana setengah reaksi
oksidasi berlangsung pada anoda dan setengah reaksi berlangsung pada katoda. Reaksi
redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh
Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta.
(http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/2-reaksi-redoks-
dan-elektrokimia/3-potensial-sel/)
Gambar II.1 Gambar Susunan Sel Volta
Notasi sel : Zn/ Zn2+
// Cu2+
/ Cu
Persamaan reaksi ionnya:
Zn(s) + Cu2+
(aq) → Zn2+
(aq) + Cu(s)
Persamaan reaksi setengah selnya:
Pada elektroda Zn :Zn(s) → Zn2+
(aq) + 2e–
Pada elektroda Cu : Cu2+
(aq) + 2e– → Cu(s)
Reaksiredoks : Cu2+
(aq) + Zn (s) → Cu (s) + Zn2+
(aq)
II-2
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Penulisan reaksi redoks tersebut dapat juga dinyatakan dengan diagram sel berikut:
Zn(s) | Zn2+
(aq) || Cu2+
(aq) | Cu(s)
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara
berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas
dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh
elektron). Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada
reaksi oksidasisama dengan elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing
reaksi (oksidasi dan reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan
dua setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya
disebut reaksi redoks. Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi,
yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen. Dalam
pembahasan ini, kita menggunakan definisi kehilangan elektron. Sementara definisi
lainnya berguna saat menjelaskan proses fotosintesis dan pembakaran.
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama
perubahan dari reaktan menjadi produk. Sebagai contoh, ketika logam Kalium bereaksi
dengan gas Klorin membentuk garam Kalium Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan
satu elektron yang kemudian akan digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam Kalium
itu telah teroksidasi menjadi kation Kalium. Seperti halnya oksidasi, ada tiga definisi
yang dapat digunakan untuk menjelaskan reduksi, yaitu memperoleh elektron, kehilangan
oksigen, ataumemperoleh hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh
elektron. Sebagai contoh, pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga,
kation perak direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ketika mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa kation perak
telah tereduksi menjadi logam perak. Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi
sendiri, harus keduanya. Ketika elektron tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya.
Sebagai contoh, reaksi yang terjadi antara logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat
dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :
K —–> K+ + e
-
Ke
Ag+
+ e- ——> Ag
II-3
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Logam seng kehilangan dua elektron, sedangkan kation tembaga (II) mendapatkan dua
elektron yang sama. Logam seng teroksidasi. Tetapi, tanpa adanya kation tembaga (II),
tidak akan terjadi suatu apa pun. Kation tembaga (II) disebut zat pengoksidasi
(oksidator). Oksidator menerima elektron yang berasal dari spesies kimia yang telah
teroksidasi. Sementara kation tembaga (II) tereduksi karena mendapatkan elektron.
Spesies yang memberikan elektron disebut zat pereduksi (reduktor). Dalam hal
ini, reduktornya adalah logam seng. Dengan demikian,oksidator adalah spesies yang
tereduksi dan reduktor adalah spesies yang teroksidasi.
Baik oksidator maupun reduktor berada di ruas kiri (reaktan) persamaan redoks.
Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan
bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya.
Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses transfer elektron akan
menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam dua
jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Sebelum membahas kedua jenis sel tersebut,
kita terlebih dahulu akan mempelajari metode penyetaraan reaksi redoks.
Persamaan reaksi redoks biasanya sangat kompleks, sehingga metode penyeteraan reaksi
kimia biasa tidak dapat diterapkan dengan baik. Dengan demikian, para kimiawan
mengembangkan dua metode untuk menyetarakan persamaan redoks. Salah satu metode
disebut metode perubahan bilangan oksidasi (PBO), yang berdasarkan pada perubahan
bilangan oksidasi yang terjadi selama reaksi. Metode lain, disebut metode setengah reaksi
(metode ion-elektron). Metode ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang kemudian
digabungkan menjadi reaksi redoks keseluruhan.
Berikut ini penjelasan sekilas tentang metode setengah reaksi : persamaan redoks
yang belum setara diubah menjadi persamaan ion dan kemudian dipecah menjadi dua
reaksi paruh, yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi; setiap reaksi paruh ini disetarakan
dengan terpisah dan kemudian digabungkan untuk menghasilkan ion yang telah
disetarakan; akhirnya, ion-ion pengamat kembali dimasukkan ke persamaan ion yang
telah disetarakan, mengubah reaksi menjadi bentuk molekulnya.
Zn(s) + CuSO4(aq) ——> ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn(s) + Cu2+
(aq) ——> Zn2+
(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh :
Zn(s) ——> Zn2+
(aq) + 2e-
Cu2+
(aq) + 2e- ——> Cu(s)
II-4
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Sebagai contoh, saya akan menjelaskan langkah-langkah untuk menyetarakan persamaan
redoks berikut :
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa saat sepotong logam seng
dicelupkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat, akan terjadi reaksi redoks. Logam seng
akan teroksidasi menjadi ion Zn2+
, sementara ion Cu2+
akan tereduksi menjadi logam
tembaga yang menutupi permukaan logam seng. Persamaan untuk reaksi ini adalah
sebagai berikut :
Ini merupakan contoh perpindahan elektron langsung. Logam seng memberikan dua
elektron (menjadi teroksidasi) ke ion Cu2+
yang menerima kedua elektron tersebut
(mereduksinya menjadi logam tembaga). Logam tembaga akan melapisi permukaan
logam seng.
Seandainya kedua reaksi paruh tersebut dapat dipisahkan, sehingga ketika logam
seng teroksidasi, elektron akan dilepaskan dan dialirkan melalui kawat penghantar untuk
mencapai ion Cu2+
(perpindahan elektron tidak langsung), kita akan mendapatkan
sesuatu yang bermanfaat. Selama reaksi kimia berlangsung, akan terjadi aliran elektron
yang menghasilkan energi listrik. Peralatan yang dapat mengubah energi kimia (reaksi
redoks) menjadi arus listrik (aliran elektron = energi listrik) dikenal dengan Sel
Volta atau Sel Galvani.
Salah satu contoh sel volta yang sering digunakan para kimiawan adalahSel
Daniell. Sel volta ini menggunakan reaksi antara logam Zn dan ion Cu2+
untuk
menghasilkan listrik. Sel Daniell diberi nama menurut penemunya, John Frederic Daniell,
seorang kimiawan Inggris yang menemukannya pada tahun 1836).
Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat,
ZnSO4(aq), pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat, CuSO4(aq), pada wadah lainnya. Potongan logam
tersebut disebut elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung elektron.
Fe2+
(aq) + Cr2O72-
(aq) ——> Fe3+
(aq) + Cr3+
(aq)
1. Menuliskan persamaan reaksi keseluruhan
Fe2+
+ Cr2O72-
——> Fe3+
+ Cr3+
2. Membagi reaksi menjadi dua reaksi paruh
Fe2+
——> Fe3+
Cr2O72-
——> Cr3+
Zn(s) + Cu2+
(aq) ——> Zn2+
(aq) +
Cu(s)
II-5
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Kawat penghantar akan menghubungkan elektroda-elektrodanya. Selanjutnya, rangkaian
sel dilengkapi pula dengan jembatan garam. Jembatan garam, biasanya berupa tabung
berbentuk U yang terisi penuh dengan larutan garam pekat, memberikan jalan bagi ion
untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menjaga larutan agar muatan
listriknya tetap netral.
Sel Daniell bekerja atas dasar prinsip reaksi redoks. Logam sengteroksidasi dan
membebaskan elektron yang mengalir melalui kawat menuju elektroda tembaga.
Selanjutnya, elektron tersebut digunakan oleh ion Cu2+
yang
mengalami reduksi membentuk logam tembaga. Ion Cu2+
dari larutan tembaga (II) sulfat
akan melapisi elektroda tembaga, sedangkan elektroda seng semakin berkurang (habis).
Kation-kation di dalam jembatan garam berpindah ke wadah yang mengandung elektroda
tembaga untuk menggantikan ion tembaga yang semakin habis. Sebaliknya, anion-anion
pada jembatan garam berpindah ke sisi elektroda seng, yang menjaga agar larutan yang
mengandung ion Zn2+
tetap bermuatan listrik netral. Elektroda seng disebut anoda, yaitu
elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi oksidasi. Oleh karena anoda melepaskan
elektron, makaanoda kaya akan elektron sehingga diberi tanda negatif (kutub negatif).
Sementara, elektroda tembaga disebut katoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat
terjadinya reaksi reduksi.
Oleh karena katoda menerima elektron, maka katoda kekurangan elektron sehingga
diberi tanda positif (kutub positif). Reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda
(reaksi setengah sel) adalah sebagai berikut :
Munculnya arus listrik (aliran elektron) yang terjadi
dari anoda menujukatoda disebabkan oleh perbedaan potensial elektrik antara kedua
elektroda tersebut. Melalui percobaan, perbedaan potensial elektrik antara katoda dan
anoda dapat diukur dengan voltmeter dan hasilnya berupa potensial standar sel (E°sel).
Semakin besar perbedaan potensial elektrik, semakin besar pula arus listrik dan potensial
standar sel yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi pada sel volta dapat dinyatakan dalam
bentuk yang lebih ringkas, yaitu notasi sel. Sesuai dengan kesepakatan,
reaksi oksidasidinyatakan di sisi kiri, sementara reaksi reduksi dinyatakan di sisi
kanan.Notasi sel untuk Sel Daniell adalah sebagai berikut :
Anoda (-) : Zn(s) ——> Zn2+
(aq) + 2e- ……………………. (1)
Katoda (+) : Cu2+
(aq) + 2e- ——> Cu(s)
……………………. (2)
Reaksi Sel : Zn(s) + Cu2+
(aq) ——> Zn2+
(aq) +Cu (s)..……… [(1) + (2)]
II-6
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Saat konsentrasi ion Cu2+
dan Zn2+
masing-masing 1 M, terlihat padavoltmeter bahwa
besarnya potensial standar sel (E°sel) bagi Sel Danielladalah 1,10 V pada suhu 25°C. Oleh
karena reaksi sel merupakan hasil penjumlahan dari dua reaksi setengah sel,
maka potensial standar selmerupakan hasil penjumlahan dari dua potensial standar
setengah sel. Pada Sel Daniell, potensial standar sel merupakan hasil penjumlahan
potensial elektroda Cu dan Zn. Dengan mengetahui potensial standar dari masing-masing
elektroda, kita dapat menentukan besarnya potensial standar sel lain yang
terbentuk. Potensial yang digunakan dalam pemahasan ini adalah potensial standar
reduksi.
Potensial standar reduksi masing-masing elektroda dapat ditentukan dengan
membandingkannya terhadap elektroda standar (acuan), yaituelektroda hidrogen standar
(SHE = Standard Hydrogen Electrode). Keadaan standar yang dimaksud adalah saat
tekanan gas H2 sebesar 1 atm, konsentrasi larutan ion H+
sebesar 1 M, dan dan
pengukuran dilakukan pada suhu 25°C. Sesuai dengan
kesepakatan, SHE memiliki potensial standar reduksi sebesar nol (E°red SHE = 0).
SHE dapat digunakan untuk menentukan besarnya potensial standar reduksi
(E°red) elektroda lainnya. Dengan demikian, kita dapat menyusun suatu daftar yang berisi
urutan nilai E°red elektroda-elektroda, dari yang terkecil (paling negatif) hingga yang
terbesar (paling positif). Susunan elektroda-elektroda tersebut di kenal dengan
istilah Deret Volta (deret kereaktifan logam).
Logam-logam yang terletak di sisi kiri H+
memiliki E°red bertanda negatif. Semakin ke
kiri, nilai E°red semakin kecil (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam
tersebut semakin sulit mengalamireduksi dan cenderung mengalami oksidasi. Oleh sebab
itu, kekuatanreduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya, logam-logam yang
terletak di sisi kanan H+ memiliki E°red bertanda positif. Semakin ke kanan,
nilai E°red semakin besar (semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut
semakin mudah mengalami reduksi dan sulit mengalamioksidasi. Oleh sebab itu,
kekuatan oksidator akan meningkat dari kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak
Zn(s) / Zn2+
(aq) // Cu2+
(aq) / Cu(s)
2 H+
(1 M) + 2 e- ——> H2 (1 atm)
E°red = 0 V
Li – K – Ba – Sr – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb
– H+ – Cu – Ag – Hg – Pt – Au
II-7
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
disebelah kanan relatif terhadap logam lainnya, akan mengalami reduksi. Sementara,
logam yang terletak di sebelah kiri relatif terhadap logam lainnya, akan
mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif terhadap logam lainnya
mampu mereduksiion logam menjadi logam (mendesak ion dari larutannya menjadi
logam). Sebaliknya, logam yang terletak di sebelah kanan relatif terhadap logam lainnya
mampu mengoksidasi logam menjadi ion logam (melarutkan logam menjadi ion dalam
larutannya).
Sebagai contoh, kita ingin merangkai sebuah sel volta dengan menggunakan elektroda
Fe dan Ni. Berdasarkan susunan logam pada deret volta, logam Fe terletak di sebelah kiri
relatif terhadap logam Ni. Hal ini menandakan bahwa logam Ni lebih mudah tereduksi
dibandingkan logam Fe. Akibatnya, dalam sel volta, elektroda Ni berfungsi
sebagai katoda, sedangkan elektroda Fe berfungsi sebagai anoda. Reaksi yang terjadi
padasel volta adalah sebagai berikut :
Sesuai dengan kesepakatan, potensial sel (E°sel) merupakan kombinasi
dari E°red katoda dan E°red anoda, yang ditunjukkan melalui persamaan berikut :
Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel positif. Reaksi tidak
dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel negatif. Reaksi yang dapat
berlangsung spontan justru adalah reaksi kebalikannya. Apabila larutan tidak dalam
keadaan standar, maka hubungan antarapotensial sel (Esel) dengan potensial sel standar
(E°sel) dapat dinyatakan dalam persamaan Nerst berikut ini :
Katoda (+) : Ni2+
+ 2 e- ——> Ni ……………………. (1)
Anoda (-) : Fe ——> Fe2+
+ 2 e- ……………………. (2)
Reaksi Sel : Fe + Ni2+
——> Fe2+
+ Ni …………… [(1) + (2)]
Notasi Sel : Fe / Fe2+
// Ni2+
/ Ni
E°sel = E° katoda – E° anoda
II-8
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Selama proses reaksi redoks berlangsung, elektron akan mengalir
darianoda menuju katoda. Akibatnya, konsentrasi ion reaktan akan berkurang, sebaliknya
konsentrasi ion produk akan bertambah. Nilai Q akan meningkat, yang menandakan
bahwa nilai Esel akan menurun. Pada saat reaksi mencapai kesetimbangan, aliran elektron
akan terhenti. Akibatnya, Esel = 0dan Q = K (K= konstanta kesetimbangan kimia).
Dengan demikian, konstanta kesetimbangan kimia (K) dapat ditentukan melalui sel volta.
Melalui pembahasan persamaan Nerst, dapat terlihat bahwa besarnya potensial sel
dipengaruhi oleh konsentrasi. Dengan demikian, kita dapat merakit sel volta yang
tersusun dari dua elektroda yang identik, tetapi masing-masing memiliki konsentrasi ion
yang berbeda. Sel seperti ini dikenal dengan istilah Sel Konsentrasi.
Sebagai contoh, sel konsentrasi dengan elektroda Zn, masing-masing memiliki
konsentrasi ion seng sebesar 1,0 M dan 0,1 M. Larutan yang relatif pekat akan
mengalami reduksi, sementara larutan yang lebih encer mengalami oksidasi. Potensial
standar sel (E°sel) untuk sel konsentrasi adalah nol (0). Reaksi yang terjadi pada sel
konsentrasi Zn adalah sebagai berikut :
E sel = E°sel – (RT/nF) ln Q
Pada suhu 298 K (25°C), persamaan Nerst berubah menjadi sebagai berikut :
E sel = E°sel – (0,0257/n) ln Q
E sel = E°sel – (0,0592/n) log Q
Esel = potensial sel pada keadaan tidak standar
E°sel = potensial sel pada keadaan standar
R = konstanta gas ideal = 8,314 J/mol.K
T = suhu mutlak (K) [dalam hal ini, kita menggunakan temperatur kamar, 25°C
atau 298 K]
n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam redoks
F = konstanta Faraday = 96500 C/F
Q = rasio konsentrasi ion produk terhadap konsentrasi ion reaktan
Katoda (+) : Zn2+
(1,0 M) + 2 e- ——> Zn
Anoda (-) : Zn ——> Zn2+
(0,1 M) + 2 e-
Reaksi Sel : Zn2+
(1,0 M) ——> Zn2+
(0,1 M)
Notasi Sel : Zn / Zn2+
(0,1 M) // Zn2+
(1,0 M) / Zn
Potensial sel konsentrasi dapat diperoleh melalui persamaan Nerst berikut :
E sel = E°sel – (0,0257/2) ln ([Zn2+] encer / [Zn2+] pekat)
E sel = 0 – (0,0257/2) ln [(0,1] / [1,0])
E sel = 0,0296 volt
II-9
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Potensial sel konsentrasi umumnya relatif kecil dan semakin berkurang selama proses
reaksi berlangsung. Reaksi akan terus berlangsung hingga kedua wadah mencapai
keadaan konsentrasi ion sama. Apabila konsentrasi ion kedua wadah telah sama, Esel =
0 dan aliran elektron terhenti. Aplikasi pengetahuan sel volta dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh aplikasi sel volta adalah penggunaan batu
baterai.Baterai adalah sel galvani, atau gabungan dari beberapa sel galvani , yang dapat
digunakan sebagai sumber arus listrik. Beberapa jenis baterai yang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. The Dry Cell Battery
Dikenal dengan istilah sel Leclanche atau batu baterai kering. Pada batu baterai
kering, logam seng berfungsi sebagai anoda. Katodanya berupa batang grafit yang berada
di tengah sel. Terdapat satu lapis mangan dioksida dan karbon hitam mengelilingi batang
grafit dan pasta kental yang terbuat dari amonium klorida dan seng (II) klorida yang
berfungsi sebagai elektrolit. Potensial yang dihasilkan sekitar 1,5 volt.
Reaksi selnya adalah sebagai berikut :
Pada batu baterai kering alkalin (baterai alkalin), amonium klorida yang bersifat asam
pada sel kering diganti dengan kalium hidroksida yang bersifat basa (alkalin). Dengan
bahan kimia ini, korosi pada bungkus logam seng dapat dikurangi.
2. The Mercury Battery
Sering digunakan pada dunia kedokteran dan industri elektronik. Sel merkuri
mempunyai struktur menyerupai sel kering. Dalam baterai ini, anodanyaadalah logam
seng (membentuk amalgama dengan merkuri), sementarakatodanya adalah baja (stainless
steel cylinder). Elektrolit yang digunakan dalam baterai ini adalah merkuri (II) Oksida,
HgO. Potensial yang dihasilkan sebesar 1,35 volt. Reaksi selnya adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : 2 NH4+
(aq) + 2 MnO2(s) + 2 e
- ——> Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l)
Anoda (-) : Zn(s) ——> Zn2+
(aq) + 2 e-
Reaksi Sel : 2 NH4+
(aq) + 2 MnO2(s) + Zn(s) ——> Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l) +
Zn2+
(aq)
Katoda (+) : HgO(s) + H2O(l) + 2 e- ——> Hg(l) + 2 OH
-(aq) …………………..(1)
Anoda (-) : Zn(Hg) + 2 OH-(aq) ——> ZnO(s) + H2O(l) + 2 e
-………….. (2)
Reaksi sel : Zn(Hg) + HgO(s) ——> ZnO(s) + Hg(l) ………………………. [(1) + (2)]
II-10
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
3. The Lead Storage Battery
Dikenal dengan sebutan baterai mobil atau aki/accu. Baterai penyimpan plumbum
(timbal) terdiri dari enam sel yang terhubung secara seri. Anoda pada setiap sel adalah
plumbum (Pb), sedangkan katodanya adalah plumbum dioksida (PbO2). Elektroda
dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4). Reaksi selnya pada saat pemakaian aki
adalah sebagai berikut :
Pada kondisi normal, masing-masing sel menghasilkan potensial sebesar 2 volt. Dengan
demikian, sebuah aki dapat menghasilkan potensial sebesar 12 volt. Ketika reaksi diatas
terjadi, kedua elektroda menjadi terlapisi oleh padatan plumbum (II) sulfat, PbSO4, dan
asam sulfatnya semakin habis.
Semua sel galvani menghasilkan listrik sampai semua reaktannya habis, kemudian
harus dibuang. Hal ini terjadi pada sel kering dan sel merkuri. Namun, sel aki dapat diisi
ulang (rechargeable), sebab reaksi redoksnya dapat dibalik untuk menghasilkan reaktan
awalnya. Reaksi yang terjadi saat pengisian aki merupakan kebalikan dari reaksi yang
terjadi saat pemakaian aki.
4. The Lithium-Ion Battery
Digunakan pada peralatan elektronik, seperti komputer, kamera digital, dan telepon
seluler. Baterai ini memiliki massa yang ringan sehingga bersifatportable. Potensial yang
dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar 3,4 volt.Anodanya adalah Li dalam grafit,
sementara katodanya adalah oksida logam transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang
digunakan adalah pelarut organik dan sejumlah garam organik.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
5. Fuel Cell
Dikenal pula dengan istilah sel bahan bakar. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-
oksigen yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti
Katoda (+) : PbO2(s) + 4 H+
(aq) + SO42-
(aq) + 2 e- ——> PbSO4(s) + 2 H2O(l)
Anoda (-) : Pb(s) + SO42-
(aq) ——> PbSO4(s) + 2 e-
Reaksi sel : PbO2(s) + Pb(s) + 4 H+
(aq) + 2 SO42-
(aq) ——> 2 PbSO4(s)+ 2 H2O(l)
Katoda (+) : Li+
(aq) + CoO2(s) + e
- ——> LiCoO2(s)
Anoda : Li(s) ——> Li+
(aq) + e
-
Reaksi sel : Li(s) + CoO2(s) ——> LiCoO2(s)
II-11
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
kalium hidroksida. Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing
elektroda. Potensial yang dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Korosi adalah persitiwa teroksidasinya besi membentuk karat besi (Fe2O3.xH2O). Korosi
besi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya air, gas oksigen, dan asam. Karat
besi dapat mengurangi kekuatan besi. Oleh karena itu, korosi besi harus dicegah.
Korosi merupakan salah satu reaksi redoks yang tidak diharapkan. Reaksi yang terjadi
selama proses korosi adalah sebagai berikut :
Ion Fe2+
akan teroksidasi kembali oleh sejumlah gas oksigen menghasilkan ion
Fe3+
(karat besi). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Untuk melindung logam besi dari proses korosi, beberapa metode proteksi dapat
diterapkan, antara lain :
1.Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan cat
2.Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan minyak (gemuk)
3.Melapisi permukaan logam besi dengan oksida inert (seperti Cr2O3 atau Al2O3)
4.Proteksi Katodik (Pengorbanan Anoda)
Suatu metode proteksi logam besi dengan menggunakan logam-logam yang lebih
reaktif dibandingkan besi (logam-logam dengan E°red lebih kecil dari besi), seperti seng
dan magnesium. Dengan metode ini, logam-logam yang lebih reaktif tersebut akan
teroksidasi, sehingga logam besi terhindar dari peristiwa oksidasi. Oleh karena logam
pelindung, dalam hal ini ―mengorbankan diri‖ untuk melindungi besi, maka logam
tersebut harus diganti secara berkala.
Katoda (+) : O2(g) + 2 H2O(l) +4 e- ——> 4 OH
-(aq)
Anoda (-) : 2 H2(g) + 4 OH-(aq)
——> 4 H2O(l) + 4 e-
Reaksi sel : O2(g) + 2 H2(g) ——> 2 H2O(l)
Katoda (+) : O2(g) + 4 H+
(aq) + 4 e- ——> 2 H2O(l)
Anoda (-) ` : 2 Fe(s) ——> 2 Fe2+
(aq) + 4 e
-
Reaksi sel : 2 Fe(s) + O2(g) + 4 H+
(aq) ——> 2 Fe2+
(aq) + 2 H2O(l)
E°sel = +1,67 volt
4 Fe2+
(aq) + O2(g) + (4+2x) H2O(l) ——> 2 Fe2O3.xH2O(s) + 8 H+
(aq)
II-12
Bab IITinjauanPustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
5.Melapisi permukaan logam besi dengan logam lain yang inert terhadap korosi
Metode ini menggunakan logam-logam yang kurang reaktif dibandingkan besi (logam-
logam dengan E°red lebih besar dari besi), seperti timah dan tembaga. Pelapisan secara
sempurna logam inert pada permukaan logam besi dapat mencegah kontak besi dengan
agen penyebab korosi (air, asam, dan gas oksigen). Akan tetapi, apabila terdapat cacat
atau terkelupas (tergores), akan terjadi percepatan korosi.
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1.Variabel Bebas : Konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 : 0,95 N; 0,85 N; 0,75 N;
0,65N;0,55N;0,45 N; 0,35 N; 0,20 N; dan0,15 N
2. Variabel Terikat : Besarnya voltase
3. Variabel Kontrol : Volumemasing-masinglarutan
III.2AlatPercobaan
1. Beaker glass
2. Benang
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Kaca arloji
6. Labu ukur
7. Pipet tetes
8. Selang
9. Spatula
10. Timbangan elektrik
11. Voltmeter
III.3BahanPercobaan
1. Aquades
2. Larutan CuSO4
3. Lempenglogam Cu
4. LarutanZnSO4
5. LempenglogamZn
III.4ProsedurPercobaan
1. Menghitung berat CuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan.
2. Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4.
3. Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades ke dalam labu ukur 500 ml.
III-2
Bab IIIMetodologiPercobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
4. Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 sesuai dengan variabel konsentrasi yang
telah ditentukan yaitu0,95 N; 0,85 N; 0,75 N; 0,65 N; 0,55N; 0,45 N; 0,35 N;
0,20 N; dan 0,15 N.
5. Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4
dengan konsentrasi pertama 0,95 N.
6. Mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam Zn dengan larutan ZnSO4
dengan konsentrasi pertama 0,95N.
7. Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam NaCl.
8. Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif
pada elektroda logam Zn.
9. Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya.
10. Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali pada setiap variabel konsentrasi.
III-3
Bab IIIMetodologiPercobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5Diagram AlirPercobaan
Menghitung beratCuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah
ditentukan.
Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades ke dalam labu
ukur 500 ml.
Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan
larutan CuSO4 dengan konsentrasi pertama 0,95 N.
Mulai
Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4
Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 sesuai dengan variabel
konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 0,95 N; 0,85 N; 0,75 N; 0,65 N;
0,55 N; 0,45 N; 0,35 N; 0,20 N; dan 0,15 N.
Mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam Zn dengan
larutan ZnSO4 dengan konsentrasi pertama 0,95N.
A
III-4
Bab IIIMetodologiPercobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan
kutub positif pada elektroda sampel.
Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam NaCl.
Selesai
Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan
mencatatnya.
Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali pada setiap variabel
konsentrasi yang telah ditentukan
A
III-5
Bab IIIMetodologiPercobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
III.6GambarAlatPercobaan
Beaker Glass Erlenmeyer
Labu Ukur Gelas Ukur
Spatula Kaca Arloji
III-6
Bab IIIMetodologiPercobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
Pipet Tetes Selang
Voltmeter
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Potensial Sel
Konsentrasi CuSO4
dan ZnSO4
Voltage ( V )
Rata – Rata (V)
I II III
0,95N 87,2 80,9 79,8 82,6333
0,85 N 82,5 78,0 77,2 79,2333
0,75 N 76,1 71,3 68,4 71,9333
0,65N 68,2 63,7 65,6 65,8333
0,55 N 58,2 55,7 59,1 57,6667
0,45 N 49,6 52,0 45,6 49,0667
0,35 N 44,7 56,2 44,5 48,4667
0,20 N 53,9 36,8 42,4 44,3667
0,15 N 24,2 40,7 55,0 39,9667
IV.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari proses percobaan yang telah dilakukan,
larutan CuSO4 dan ZnSO4 yang dihubungkan dengan jembatan garam berupa selang
yang berisi larutan NaCl jenuh bertindak sebagai elektrolit. Sedangkan logam yang
dimasukkan pada kedua larutan itu disebut elektrode.
Elektrodepadaseliniterbuatdaritembaga (Cu) dan seng (Zn). Tembaga berfungsi
sebagai katode (+), sedangkan seng berfungsi sebagai anode (-).
Reaksi redoks yang terjadi pada sel volta sebagai berikut :
(anode) : Zn(s) → Zn2+
(aq) + 2e
(katode) : Cu2+
(aq) + 2e → Cu(s)
Reaksisel : Zn(s) + Cu2+
(aq) → Zn2+
(aq) + Cu(s)
IV-2
Bab IV HasilPercobaandanPembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Gambar IV.1 Gambar Proses pada Percobaan
Gambar diatas menunjukkan proses yang terjadi pada sel volta, mula-mula
logam seng mengalami oksidasi dengan melepaskan electron dan membentuk ion
Zn2+
(aq). Elektron tersebut akan mengalir melalui pipa penghubung, selanjutnya
diterima oleh ion Cu2+
untuk membentuk endapan logam tembaga (Cu). Akibatnya
larutan CuSO4 semakin berkurang konsentrasinya, sedangkan elektroda Cu2+
(katode)
semakin bertambah massanya elektron yang dilepaskan tadi bergerak melalui logam Zn
sehingga terjadi beda potensial dalam sel tersebut. Sementara itu, logam Zn semakin
berkurang massanya karena berubah menjadi ion Zn2+
sehingga jumlah ion Zn2+
dalam
laruta semakin bertambah. Penambahan ion Zn2+
ini tidak seimbang dengan jumlah
anion SO42-
yang tetap. Karena ion positif dan negative tidak seimbang. Anion SO42-
yang berasal dari jembatan garam akan masuk kedalam larutan yang mengandung ion
Zn2+
(daerahanode). Akibatnya larutan di daerah anode semakin pekat.
Penulisan reaksi sel tersebutdapat disederhanakan dalam bentukn otasi sel
berikut:
Reaksi oksidsasi terjadi di anode karena logam Zn teroksidasi dengan
melepaskan elektronnya menjadi ion Zn2+
. dan pada katoda terjadi reaksi reduksi
dimana ion Cu2+
dalam larutan CuSO4 mengendap menjadi Cu. Dalam menentukan
beda potensial pada sel volta digunakan voltmeter dengan skala 2000 m, dari variabel
konsentrasi yang digunakan didapatkan bahwa pada konsentrasi larutan CuSO4 dan
Zn(s) | Zn2+
|| Cu2+
| Cu(s)
IV-3
Bab IV HasilPercobaandanPembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
ZnSO4 0,95 N dengan hasil pada percobaan pertama sebesar 87,2 V, percobaan kedua
sebesar 80,9 V, dan percobaan ketiga sebesar 79,8 V. Sehingga didapatkan rata-rata
beda potensial pada sel volta sebesar 82,6333 V. Pada konsentrasi ini voltase yang
dihasilkan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan variabel konsentrasi yang
lain. Hal ini dikarenakan 0,95 N merupakan variabel konsentrasi tertinggi yang
digunakan dalam percobaan potensial sel ini. Dalam teori juga menyebutkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan yang dipakai dalam percobaan potensial sel maka
voltase yang dihasilkan semakin besar pula. Karena semakin pekat suatu larutan maka
ion yang dihasilkan selama proses reaksi redoks semakin banyak pula, begitu juga
dengan elektron yang mengalir pada batang elektoda sehingga dengan banyaknya
elektron tersebut menimbulkan beda potensial yang besar. Berbeda halnya dengan pada
konsentrasi terkecil, dalam percobaan ini konsentrasi terkecilnya 0,15 N. Pada perobaan
pertama menghasilkan voltase sebesar 24,2 V, percobaan kedua sebesar 40,7 V,
percobaan ketiga sebesar 55,0 V. Sehingga didpatkan rata-rata voltase sebesar 39,9667
V. Voltase rata-rata ini merupakan voltase terkecil yang didapakan dalam percobaan ini.
Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan yang dipakai adalah konsentrasi terlemah
sehingga untuk melakukan proses reaksi redoks jumlah ion yang dihasilkan sedikit dan
elektron yang dihasilkan pun sedikit sehingga voltase yang dihasilkan sedikit pula yakni
39,9667 V.
Perhitunganhargapotensialseldariselvolta di atasadalahsebagaiberikut:
(anode) : Zn(s) → Zn2+
(aq) + 2e Eo= +0,76 Volt
(katode) : Cu2+
(aq) + 2e → Cu(s) Eo= + 0,34 Volt +
Reaksisel : Zn (s) + Cu2+
(aq) → Zn2+
(aq) + Cu(s) Eosel = +2,00 Volt
Cu bertindaksebagaikatode, sedangkan Znbertindaksebagaianode, berarti :
Eosel = E
oreduksi- E
ookisdasi
Eosel= (+0,34 V) – (-0,76 V)
= + 2,00 V
Karena harga Eo
sel yang diperoleh hasilnya positif maka reaksi terjadi secara spontan
pada sel volta ini.
IV-4
Bab IV HasilPercobaandanPembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.1 Grafik Potensial Sel dengan Larutan CuSO4 dan ZnSO4
Grafik diatas menunjukkan bahwa besar konsentrasi berbanding lurus dengan
beda potensial yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin besar
konsentrasi yang digunakan maka semakin besar pula nilai beda potensial yang
didapatkan. Hal ini disebabkan karena jika konsentrasi larutan yang digunakan dalam
percobaan sel volta ini semakin besar maka ion-ion yang larut dalam larutan semakin
banyak. Ion tersebut membawa electron menuju logam sehingga terjadilah beda
potensial. Dari sinilah dapat kita ketahui bahwa jika semakin banyak ion yang terlarut
dalam larutan maka semakin besar pula harga beda potensial yang didapatkan.
20
30
40
50
60
70
80
90
0,95 0,85 0,75 0,65 0,55 0,45 0,35 0,20 0,15
Volt
ase
(V
)
Konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 (N)
I
II
III
Rata-rata
V-1
BAB V
KESIMPULAN
1. 2 elektroda atau 2 logam yang digunakandalamrangkaianselvoltayaitulogamseng(Zn)
danlogamtembaga (Cu) ternyatadapatmenghasilkanenergilistik, tetapijumlahenergilistrik
yang dihasilkansangatkecil, 2 elektroda atau 2 logam yang
digunakanhanyamenghasilkanbedapotensial sebesar 1,2 V.
2. Reaksi yang berlangsungdalam rangkaian sel voltaadalahreaksi spontan,
syaratuntukmenghasilkanenergilistrikadalahreaksinyaharusberlangsungspontan.Sehingga
dapat diketahui bahwa E0selnya bernilai positif dengan nilai 2,00 V.
3. Semakin besar konsentrasi semakin besar pula beda potensial yang dihasilkan.
4. Nilai voltase rata-rata maksimal bernilai 82,6333 volt dan nilai voltase rata-rata minimum
bernilai 39,9667 volt.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Imam. (2008). Retrieved from www.imamahmadi.wordpress.com/sel-volta/
Ratna dkk;. (2009). Retrieved from http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
smk/kelas_x/potensial-sel-reaksi-sel-dan-penentuan-potensial-reduksi/
Sukardjo. (2002).
Wikipedia. (2013). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroda
viI
DAFTAR NOTASI
Notasi Satuan Keterangan
Mr gram/mol Massa molekulrelatif
m Gram massa
M mol/liter larutan Molaritas
n Mol mol
N gram ekuivalen/liter larutan Normalitas
v Ml Volume
Eo V Volt
viiI
APPENDIKS
Perhitungan berat ZnSO4
N = M x e
0,38 = M x 2
M = 0,19 M
M = gr
Mrx
1000
V
0,19 = gr
161x
1000
500
gr= 15,295 gram
Perhitungan berat CuSO4
N = M x e
0,38 = M x 2
M = 0,19 M
M = gr
Mrx
1000
V
0,19 = gr
159,5x
1000
500
gr= 15,1525gram
Perhitungankonsentasi larutan ZnSO4
1. V1 . N1= V2 . N2
V1 . 0,38 = 150 . 0,14
V1 = 150 .0,14
0,38
V1 = 55,26 ml ZnSO4 + 99,74 ml H2O
2. V1 . N1= V3. N3
V1 . 0,38 = 150 . 0,17
V1 = 150 .0,17
0,38
V1 = 67,11 ml ZnSO4 + 82,89 ml H2O
viiI
3. V1 . N1= V4 . N4
V1 . 0,38 = 150 . 0,20
V1 = 150 .0,20
0,38
V1 = 78,95 ml ZnSO4 + 71,05 ml H2O
4. V1 . N1= V5 . N5
V1 . 0,38 = 150 . 0,23
V1 = 150 .0,23
0,38
V1 = 90,79 ml ZnSO4 + 59,21 ml H2O
5. V1 . N1= V6 . N6
V1 . 0,38 = 150 . 0,26
V1 = 150 .0,26
0,38
V1 = 102,63 ml ZnSO4 + 47,37 ml H2O
6. V1 . N1= V7 . N7
V1 . 0,38 = 150 . 0,29
V1 = 150 .0,29
0,38
V1 = 114,47 ml ZnSO4 + 45,53 ml H2O
7. V1 . N1= V8 . N8
V1 . 0,38 = 150 . 0,32
V1 = 150 .0,32
0,38
V1 = 126,37 ml ZnSO4 + 23,63 ml H2O
8. V1 . N1= V9 . N9
V1 . 0,38 = 150 . 0,35
V1 = 150 .0,35
0,38
V1 = 138,16 ml ZnSO4 + 11,84 ml H2O
viiI
Perhitungan konsentrasi larutan CuSO4
1. V1 . N1= V2 . N2
V1 . 0,38 = 150 . 0,14
V1 = 150 .0,14
0,38
V1 = 55,26 ml ZnSO4 + 99,74 ml H2O
2. V1 . N1= V3. N3
V1 . 0,38 = 150 . 0,17
V1 = 150 .0,17
0,38
V1 = 67,11 ml ZnSO4 + 82,89 ml H2O
3. V1 . N1= V4 . N4
V1 . 0,38 = 150 . 0,20
V1 = 150 .0,20
0,38
V1 = 78,95 ml ZnSO4 + 71,05 ml H2O
4. V1 . N1= V5 . N5
V1 . 0,38 = 150 . 0,23
V1 = 150 .0,23
0,38
V1 = 90,79 ml ZnSO4 + 59,21 ml H2O
5. V1 . N1= V6 . N6
V1 . 0,38 = 150 . 0,26
V1 = 150 .0,26
0,38
V1 = 102,63 ml ZnSO4 + 47,37 ml H2O
viiI
6. V1 . N1= V7 . N7
V1 . 0,38 = 150 . 0,29
V1 = 150 .0,29
0,38
V1 = 114,47 ml ZnSO4 + 45,53 ml H2O
7. V1 . N1= V8 . N8
V1 . 0,38 = 150 . 0,32
V1 = 150 .0,32
0,38
V1 = 126,37 ml ZnSO4 + 23,63 ml H2O
8. V1 . N1= V9 . N9
V1 . 0,38 = 150 . 0,35
V1 = 150 .0,35
0,38
V1 = 138,16 ml ZnSO4 + 11,84 ml H2O
Untuk mencari Voltase rata-rata , maka :
Vrata-rata= VI + VII +VIII
3
1. VR= 40,4 + 39,7 + 39,5
3 = 39,8666 V
2. VR= 65,3+61,3+52,7
3 =59,7666 V
3. VR= 35,0 +35,1+35,4
3 =35,1666 V
4. VR= 33,7 +34,3+34,0
3 =34 V
5. VR= 38,9 +38,5+38,4
3 =38,6 V
6. VR= 39,6 +41,7+39,7
3 =40,3333 V
7. VR= 35,4 +35,6+35,8
3 =35,6 V
8. VR= 40,6 +41,6+41,8
3 =41,3333 V
9. VR= 37,6 +41,2+41,0
3 =39,9333 V