i n d u s t r i · web viewdi. samping itu juga harus mampu menunjang pembangunan daerah dan...

75
I N D U S T R I

Upload: trannhan

Post on 19-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I N D U S T R I

BAB VIII

I N D U S T R I

A. PENDAHULUAN

Sesuai amanat Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 pembangunan sektor industri dalam pembangunan jangka panjang pertama harus mampu membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi Indonesia. Untuk itu pertumbuhan sektor industri dalam Repelita V harus mampu menjadi penggerak bagi pembangunan ekonomi dan peranannya dalam perekonomian nasional semakin meningkat. Sasarannya adalah mewujudkan struktur ekonomi yang semakin kokoh dan seimbang dengan sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh, sehingga mampu memberikan landasan yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan jangka panjang kedua menuju perekonomian yang mandiri.

Selanjutnya GBHN menggariskan bahwa proses industrialisasi harus mampu mendukung perluasan lapangan kerja baru, penyediaan

VIII/3

barang dan jasa, peningkatan ekspor dan penghematan devisa. Di. samping itu juga harus mampu menunjang pembangunan daerah dan sekaligus mampu berfungsi sebagai wahana pengembangan dan penguasaan teknologi dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sejalan dengan arah pembangunan tersebut, maka kebijaksanaan pembangunan sektor industri adalah mengupayakan tumbuh dan berkembangnya industri-industri yang efisien dan berdaya saing kuat dengan sejauh mungkin memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia. Kebijaksanaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekspor hasil industri, menyediakan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan rakyat banyak, menghasilkan bahan baku dan barang modal yang diperlukan oleh sektor industri dan sektor ekonomi lainnya, serta meningkatkan nilai tambah yang diperoleh rakyat dan makin memperluas kesempatan kerja.

Sehubungan dengan kebijaksanaan pokok tersebut di atas, dalam tahun keempat Repelita V tetap ditempuh dan dimantapkan langkah-langkah prioritas untuk mengembangkan sektor industri, yang meliputi

1. Pengembangan industri yang berorientasi ekspor sebagai penggerak utama untuk mempercepat laju pertumbuhan industri dan laju pertumbuhan ekonomi;

2. Penguatan dan pendalaman struktur industri nasional dalam rangka meningkatkan nilai tambah hasil industri;

3. Pengembangan industri kecil termasuk kerajinan dan industri rumah tangga dalam upaya pemerataan pembangunan melalui penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja;

4. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, perikanan

VIII/4

dan kehutanan dalam rangka pemanfaatan seoptimal mungkin potensi sumber •daya nasional;

5. Peningkatan kemampuan penguasaan teknologi termasuk pengembangan inovasi dalam proses produksi dan teknologi produk, peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta penguasaan- teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri;

6 . Pengembangan kewirausahaan dan profesionalisme tenagaindustri yang mencakup aspek kualitas maupun kuantitas.

Pelaksanaan berbagai langkah prioritas tersebut tetap diupayakan agar selalu seimbang dan selaras antara yang satu dan yang lain sehingga sinerginya akan memantapkan proses industrialisasi secara lebih optimal. Demikian pula kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi serta potensi sumber daya manusia secara terus menerus dikembangkan dan dimantapkan, guna memacu kreativitas kegiatan dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pengembangan sektor industri. Dengan demikian pada akhir Repelita V nanti kesiapan sektor industri telah cukup kokoh untuk melaksanakan pembangunan industri pada tahap-tahap selanjutnya.

B. PERKEMBANGAN INDUSTRI

Pelaksanaan pembangunan industri selama empat tahun Repelita V telah memberikan hasil yang positif dalam upaya mendukung pencapaian tujuan Pembangunan Nasional. Berikut ini dipaparkan perkembangan sektor industri yang telah dicapai sampai dengan tahun keempat Repelita V.

1. Perkembangan Industri Sebagai Keseluruhan

Pertumbuhan industri pengolahan, termasuk industri pengolahan migas, tercatat sebesar 8,7% pada tahun 1992, yang

VIII/5

menunjukkan laju kenaikan yang cukup tinggi meskipun melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 1991 sebesar 9,8%. Bila sumbangannya dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 1991 adalah sebesar 21,3 % , maka pada tahun 1992 sumbangan industri pengolahan dalam.PDB menjadi 20,7%. Laju pertumbuhan industri pengolahan non migas yang tercatat sebesar 9,7% pada tahun 1992 juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun 1991 sekitar 10,6 % . Laju pertumbuhan industri ini berkaitan erat dengan realisasi investasi yang juga melambat. Pada tingkat pertumbuhan tersebut, sumbangan industri pengolahan non migas dalam PDB adalah sebesar 16,5% pada tahun 1992 dan sebesar 17,0% pada tahun 1991. Sektor jasa dan sektor-sektor lain yang juga berkembang dengan pesat berperan terhadap terjadinya perubahan struktur dalam perekonomian nasional. Kemajuan sektor industri yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V juga telah mampu mendorong tumbuhnya industri-industri tersier, seperti industri jasa enjinering dan jasa pemeliharaan. Ini berarti sektor industri juga semakin mampu menunjang perluasan kesempatan kerja serta peningkatan dan pemerataan pendapatan.

Perkembangan produksi hasil industri sampai dengan tahun keempat Repelita V telah semakin mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama kebutuhan pokok rakyat banyak. Demikian pula kemampuan untuk memproduksi bahan baku, produk antara dan barang modal secara bertahap telah berkembang walaupun impor akan barang-barang tersebut masih tinggi. Sementara itu telah meningkat pula keberagaman produk dan volume hasil produksinya yang mampu menembus pasaran ekspor. Perkembangan yang berlangsung juga telah menghasilkan struktur industri yang semakin kokoh dan makin meluasnya basis produksi hasil industri. Bersamaan dengan itu perkembangan industri kecil juga makin penting bukan saja dalam perluasan kesempatan kerja, tetapi juga dalam perluasan kesempatan berusaha dan pemerataan serta peningkatan pendapatan.

VIII/6

Sebagian dari produk baru yang mulai dapat dihasilkan dalam tahun 1992/93 antara lain adalah asam nitrat dan insulator keramik. Sementara itu beberapa jenis industri menunjukkan kenaikan produksi lebih dari 30,0% pada tahun 1992/93. Kemampuan industri penghasil barang-barang modal secara bertahap juga terus meningkat, seperti industri mesin dan peralatan pabrik yang menghasilkan boiler, heat exchanger, distiller dan bejana tekan, yang sebagian adalah hasil karya rekayasa sendiri.

Industri-industri yang berorientasi ekspor sampai dengan tahun keempat Repelita V berkembang cukup pesat sehingga mampu berperan besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, sumber penerima devisa negara sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor migas, dan sumber perluasan kesempatan kerja. Pada tahun 1992 beberapa komoditi mencatat prestasi kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 40,0%, antara lain seperti industri-industri mebel dan komponennya, televisi, radio dan radio cassette, komputer, komponen sepeda dan sepeda motor dan sepatu kulit. Meskipun demikian sumbangan terbesar ekspor hasil industri tetap bersumber dari ekspor tekstil dan pakaian jadi serta kayu olahan.

Pada tahun 1992 nilai ekspor hasil industri tercatat sebesar US$ 19.613 juta, yang berarti meningkat sebesar 30,2% dari ekspor hasil industri tahun 1991 yang bernilai sebesar US$ 15.068 juta. Kenaikan nilai ekspor tersebut telah meningkatkan peranan ekspor hasil industri dalam keseluruhan ekspor nasional, yaitu dari sebesar 51,7% pada tahun 1991 menjadi sebesar 57,7% pada tahun 1992. Peranan ekspor hasil industri dalam keseluruhan ekspor non migas meningkat dari sebesar 82,6 % pada tahun 1991 menjadi 84,2 % pada tahun 1992. Kelompok aneka industri tetap menjadi penyumbang terbesar dalam keseluruhan ekspor hasil industri tahun 1992, yaitu sebesar 69,8% dengan nilai ekspornya sekitar US$ 13,7 miliar. Sementara itu kelompok industri kecil memberikan sumbangan sebesar 10,8 % dengan nilai ekspornya sekitar US$ 2,1 miliar.

VIII/7

Pada tahun 1992/93 rencana investasi di sektor industri yang mendapatkan persetujuan secara keseluruhan bernilai sebesar 20.958,4 miliar, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 2.783,6 juta atau Rp 5.706,4 miliar dan Rp 15.252,0 miliar dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Nilai investasi tersebut menurun sekitar 20,6 % bila dibandingkan dengan persetujuan rencana investasi tahun 1991/92 yang bernilai Rp 26.390,8 miliar, terdiri dari PMA sebesar US$ 3:393,0 juta atau 6.616,4 miliar dan Rp 19.977,4 miliar dalam rangka PMDN. Selain investasi dengan fasilitas PMA dan PMDN, investasi non fasilitas dalam periode yang sama masing-masing bernilai sekitar 2.660 miliar pada tahun 1991/92 dan Rp 2.214,7 miliar pada tahun 1992/93. Namun demikian investasi dalam rangka PMDN masih tetap menonjol pada tahun 1992/93, yaitu sekitar 72,8% dari keseluruhan izin investasi yang dikeluarkan pada tahun 1992/93. Walaupun pulau Jawa masih menjadi pilihan lokasi industri yang menarik bagi investor, namun dalam tiga tahun terakhir rencana investasi di luar Jawa cenderung meningkat. Apabila pada tahun 1989 baru sekitar 23,5% dari seluruh perusahaan yang mendapatkan persetujuan investasi akan berlokasi di luar pulau Jawa, maka pada tahun 1992 pilihan lokasi industri di luar pulau Jawa meningkat menjadi sekitar 30,3 % .

Sejalan dengan perkembangan produksi dan rencana investasi industri, tambahan kesempatan kerja yang terbuka di sektor industri pada tahun 1992 diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 649 ribu orang. Ini berarti bahwa selama empat tahun Repelita V sektor industri mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak kurang lebih 2.717 ribu orang.

Penguasaan teknologi industri tetap menunjukkan kemajuan yang berarti meskipun masih bertahap karena mencakup spektrum teknologi yang luas. Pelaksanaannya ditempuh antara lain melalui alih teknologi, adaptasi teknologi serta penelitian dan pengembangan terapan: Kegiatan ini semakin meluas dilakukan oleh balai-balai litbang industri, baik milik Pemerintah maupun swasta. Khusus

VIII/8

dalam rangka menunjang pengembangan industri kecil, balai-balai litbang milik Pemerintah telah berhasil melaksanakan pembuatan berbagai purwarupa peralatan, seperti peralatan pengolah hasil pertanian, industri kulit, industri logam dan mesin, serta kerajinan. Penguasaan teknologi yang meningkat ini mencakup pula rancang bangun dan pe rekayasaan indus t r i , dan bahkan da l am perkembangannya beberapa perusahaan telah mampu memberikan jasa dalam pembangunan pabrik di luar negeri, antara lain untuk pembangunan pabrik pupuk, pabrik kertas dan pabrik aluminium fluorida.

Program standardisasi industri pada tahun 1992/93 terus dilanjutkan melalui kegiatan penyusunan konsep dan penerapan standar industri. Konsep standar industri yang berhasil disusun pada tahun 1992/93 berjumlah 121 standar, termasuk di antaranya 92 standar produk enjinering. Konsep standar industri tersebut kemudian ditetapkan'sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada tahun 1992/93 konsep standar industri yang telah ditetapkan adalah sebanyak 567 SNI, dan secara kumulatif standar industri yang telah ditetapkan sebagai SNI berjumlah 2.563 SNI.

Sementara itu, pengembangan sistem jaringan kalibrasi dan pengujian mutu produk-produk hasil industri pada tahun 1992/93 terus ditingkatkan, termasuk pengembangan sistem jaringan akreditasi dan sertifikasinya. Pengembangan tersebut sekaligus diikuti dengan upaya untuk memperoleh saling pengakuan (mutual recognition) dari lembaga-lembaga internasional walaupun masih banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi sehingga proses ini berjalan lambat. Demikian pula langkah-langkah untuk memasyarakatkan penerapan standar ISO 9000 juga terus ditingkatkan bersamaan dengan pengembangan kelembagaan dan pelatihan asesor ISO 9000. Standar ISO 9000 merupakan suatu seri standar yang memuat persyaratan sistem manajemen mutu yang selayaknya diterapkan oleh suatu perusahaan. Masyarakat Ekonomi Eropa mulai awal tahun 1993 telah memberlakukan terpenuhinya

VIII/9

ketentuan penerapan ISO 9000 pada perusahaan-perusahaan yang memasarkan produk-produknya ke dalam wilayah MEE.

2. Perkembangan Industri Menurut Kelompok Industri

a. Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika

Pesatnya proses industrialisasi dalam pembangunan ekonomi menyebabkan kebutuhan akan barang modal. juga meningkat pesat dalam berbagai kegiatan di sektor industri termasuk kegiatan produksi dan jasa di sektor-sektor lainnya. Perkembangan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika akan berperan semakin penting dalam proses industrialisasi selanjutnya. Sehubungan dengan itu pengembangan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika, sebagai penghasil utama barang modal, pada tahun keempat Repelita V terus diupayakan. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain selalu mengupayakan penciptaan iklim usaha dan investasi industri yang mendukung agar dapat memacu pertumbuhan industri-industri baru serta meningkatkan efisiensi dan daya saing industri-industri yang ada. Demikian juga ditingkatkan upaya penguasaan teknologi manufaktur dan teknologi produk di berbagai jen is indus t r i , dan upaya untuk memperluas keanekaragaman produk-produk hasil kelompok industri ini.

Produksi hasil kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam tahun 1992/93 pada umumnya menunjukkan perkembangan yang positif, terutama industri elektronika. Namun demikian tercatat beberapa jenis industri belum menunjukkan perkembangan yang mantap karena masih lemahnya daya saing terhadap barang-barang impor di samping keterbatasan permintaan dalam negeri.

Perkembangan produksi beberapa jenis industri yang termasuk dalam kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93 tampak seperti dalam Tabel VIII-l.

VIII/10

TABEL VIII - 1PRODUKSI INDUSTRI MESIN, LOGAM DASAR DAN ELEKTRONIKA,

1988/89 - 1992/93

VIII/11

VIII/12

VIII/13

1) Angka diperbaiki2) Angka Sementara

VIII/14

Sebagian besar hasil produksi kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika masih berorientasi pada pasar dalam negeri. Akan tetapi selama empat tahun Repelita V jumlah produk dan nilai ekspor hasil industri ini terus menunjukkan perkembangan yang meningkat. Pada tahun 1992 ekspor hasil kelompok industri logam dasar, mesin dan elektronika telah mencapai nilai sebesar US$ 1.798,7 juta atau meningkat dengan sekitar 69,3% dibandingkan nilai ekspor tahun 1991 yang tercatat sebesar US$ 1.062,2. Pada tahun 1992 cabang industri elektronika menjadi penyumbang terbesar dalam ekspor hasil kelompok industri ini, sedangkan tahun-tahun sebelumnya cabang industri logam dasar selalu berperan sebagai penyumbang terbesar. Apabila pada tahun 1988 sumbangan cabang industri elektronika baru sekitar 4,0%, maka pada tahun 1992 peranannya telah meningkat menjadi 44,6 % . Pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat menyebabkan ekspor hasil cabang industri logam dasar menurun dalam tiga tahun terakhir. Cabang-cabang industri lainnya seperti industri permesinan dan industri perkapalan pada tahun 1992 juga menunjukkan kenaikan ekspor hasil industri yang cukup tinggi.

Pada tahun 1992 tambahan kesempatan kerja yang, diharapkan tersedia di kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika juga menurun sesuai dengan perkembangan rencana investasi. Pada tahun tersebut tambahan kesempatan kerja yang tersedia berjumlah 21,8 ribu orang, sedangkan pada tahun 1991 tambahan kesempatan kerjanya tersedia bagi 50,8 ribu orang. Selama dua tahun terakhir lebih dari 40,0% tambahan kesempatan kerja tersebut tersedia dari cabang industri elektronika. Dalam empat tahun terakhir tambahan kesempatan kerja yang tersedia dari kelompok industri ini kurang lebih 128,3 ribu orang.

(1) Cabang Industri Mesin Perkakas

Pada tahun 1992/93 produksi beberapa industri yang termasuk dalam cabang industri mesin perkakas menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun 1991 /92, antara lain industri mesin

VIII/15

bubut meningkat sebesar 60,0%, sedangkan produksi mesin perkakas lainnya meningkat antara 10,0% - 20,0%. Namun demikian produksi beberapa jenis industri mengalami penurunan seperti industri mesin bor, mesin freis, gerinda rata, dan mesin potong. Oleh karena daya saing cabang industri mesin perkakas sampai saat ini masih lemah, maka penguasaan teknologi perekayasaan dalam cabang industri ini terus ditingkatkan. Sementara itu produksi mesin bubut dan mesin tekuk selama empat tahun Repelita V menunjukkan kecenderungan meningkat cukup tinggi dengan laju kenaikan produksi masing-masing sekitar 30,5 % dan 53,4 % setiap tahnnnya.

(2) Cabang Industri Mesin dan Peralatan Pertanian

Sebagian besar hasil cabang industri mesin dan peralatan pertanian selama empat tahun Repelita V menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat. Laju kenaikan produksi yang cukup tinggi tercatat pada industri traktor tangan, traktor mini, mesin perontok padi dan polisher, yaitu masing-masing meningkat dengan rata-rata sekitar 30,4%, 20,8%, 23,7%, dan 49,0% setiap tahunnya. Kenaikan produksi ini diikuti pula dengan berkembangnya kemampuan rekayasa dan teknologi manufaktur. Produksi rice milling unit pada tahun 1992/93 mencapai 795 unit, berarti mencatat kenaikan produksi tertinggi dalam cabang industri ini yaitu sebesar 44,5 % dari tahun 1991/92. Kenaikan produksi traktor mini, pompa irigasi, polisher, dan mesin perontok padi, tercatat berkisar antara 15,0%-33,0%. Pada tahun 1992/93 terdapat produksi beberapa jenis industri, seperti traktor tangan, traktor besar dan mesin penumbuk padi, mengalami penurunan dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Pada umumnya hasil produksi industri-industri tersebut belum memiliki daya saing kuat terhadap produk-produk impor di samping daya beli petani yang masih lemah. Hasil produksi cabang industri mesin dan peralatan pertanian tetap berperan dalam menunjang kegiatan pertanian meskipun masih dengan kemampuan produksi yang terbatas.

VIII/16

(3) Cabang Industri Alat-alat Berat dan Konstruksi

Sampai dengan tahun keempat Repelita V sebagian besar jenis industri dalam cabang industri alat berat dan konstruksi masih menunjukkan perkembangan produksi yang berfluktuasi. Ciri barang modal yang umumnya memiliki umur teknis panjang, pola permintaan dengan pasaran yang relatif terbatas, dan tingkat penguasaan teknologi industri yang terbatas nampak mempengaruhi perkembangan produksi cabang industri ini. Namun demikian beberapa jenis industri, seperti industri asphalt sprayer, wheel loader, motor grader, dan road/vibro roller, menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat, yaitu dengan rata-rata kenaikan sekitar 17,8 % , 12, 5 % , 20,0 % ; dan 16,1 % per tahun selama empat tahun pertama Repelita V.

Pada tahun 1992/93 jenis jenis industri dalam cabang industri alat-alat berat dan konstruksi yang mengalami kenaikan produksi lebih dari 50,0% dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92 berturut-turut adalah asphalt mixing plant, plate compactor, mesin pemecah batu, asphalt sprayer dan mesin pengaduk beton. Sedangkan excavator dan buldozer menunjukkan penurunan produksi cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 58,4 % dan 63,2 % . Upaya-upaya peningkatan penguasaan teknologi dan efisiensi terus dilakukan agar makin mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun ekspor. Meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil, beberapa produk sudah dapat diekspor, seperti asphalt mixing plant, asphalt sprayer, wheel loader, bulldozer, forklift dan komponen alat-alat berat.

(4) Cabang Industri Mesin Listrik

Perkembangan produksi cabang industri mesin listrik pada tahun 1992/93 umumnya menunjukkan kenaikan bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92. Hasil produksi cabang industri mesin dan peralatan listrik mulai berperan dalam menyediakan mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam program pembangunan tenaga listrik. Dari cabang industri ini, produksi transformator tenaga pada

VIII/17

tahun 1992/93 mengalami peningkatan tertinggi, yaitu sebesar 79,4% jika dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92. Produksi motor listrik, M.C.B (pemutus arus), panel listrik tegangan rendah dan tinggi, kWh meter, welding generator, dan transformator distribusi, juga menunjukkan kenaikan. Selama empat tahun Repelita V, produksi kWh meter dan motor listrik menunjukkan perkembangan yang cukup mantap, masing-masing mengalami rata-rata kenaikan sebesar 9,9% dan 10,7% per tahun. Sementara itu beberapa produk seperti transformator, generator, motor listrik dan komponennya telah dapat memasuki pasaran ekspor meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil.

(5) Cabang Industri Elektronika

Hasil produksi cabang industri elektronika sampai dengan tahun keempat Repelita V secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang mantap. Sejak tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1992/93 beberapa industri menunjukkan rata-rata kenaikan produksi lebih dari 25,0% per tahun, antara lain seperti sentral telepon dan PABX, VHF/UHF single channel, pesawat telepon, radio mobil, komputer mikro, radio dan radio cassette, televisi, radio dan radio cassette mobil, tuner dan resistor. Penguasaan teknologi dalam cabang industri elektronika juga terus meningkat dari tahun ke tahun, antara lain terlihat dalam pengembangan komponen hybrid untuk peralatan telekomunikasi, beberapa subsistem untuk transmisi satelit komunikasi, sentral telepon digital dengan kapasitas sampai dengan 1.000 satuan sambungan, dan alat-alat kontrol elektronik.

Pada tahun 1992/93 industri-industri yang produksinya meningkat lebih dari 30,0% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1991/92, antara lain meliputi sentral telepon dan PABX, VHF/UHF single chanel, integrated circuit, pesawat telepon, radio dan radio cassette, amplifier, tuner dan loudspeaker. Produksi dari jenis industri lainnya, pada tahun 1992/93 juga masih menunjukkan peningkatan, kecuali radio transmitter dan stasiun bumi kecil.

VIII/18

Perkembangan cabang industri elektronika yang sangat pesat selama empat tahun sampai dengan tahun 1992/93 juga diikuti dengan pesatnya perkembangan ekspor hasil industrinya. Bila pada tahun 1988/89 nilai ekspornya baru tercatat sekitar US$ 28,8 juta, maka pada tahun 1992/93 nilai ekspornya. telah mencapai sebesar US$ 802,1 juta. Pada tahun 1992/93 kenaikan ekspor hasil cabang industri elektronika yang pesat tercatat pada televisi, cassette, mesin pengolah data, integrated circuit, loudspeaker, video cassette recorder dan radio mobil.

(6) Cabang Industri Kendaraan Bermotor

Hasil produksi cabang industri kenaaraan bermotor meliputi kendaraan bermotor roda empat, kendaraan bermotor roda dua, dan komponen-komponen kendaran bermotor. Produksi kendaraan roda empat pada tahun 1992/93 mencapai tingkat produksi terendah selama kurun waktu empat tahun terakhir ini, yaitu berjumlah 174,7 ribu buah atau 32,9% lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92 yang berjumlah 260,5 ribu buah. Penurunan produksi tersebut antara lain disebabkan karena melemahnya permintaan kendaraan bermotor di dalam negeri, sehubungan dengan diberlakukannya kebijaksanaan uang ketat serta penundaan sementara pembelian karena menunggu dikeluarkannya deregulasi otomotif. Namun demikian jenis; kendaraan niaga berukuran silinder kecil masih menunjukkan produksi yang stabil..

Produksi kendaraan bermotor roda dua meningkat terus dari 259,9 ribu buah pada akhir Repelita IV, menjadi 457,3 ribu buah pada tahun 1992/93. Pada tahun 1992/93 hanya meningkat sebesar 5,0% jika dibandingkan produksi tahun 1991/92. Sementara itu, produksi komponen kendaraan bermotor pada tahun 1992/93 umumnya mengalami kenaikan dari produksi tahun 1991/92, dengan produksi motor bensin dan sistem kopling mencatat kenaikan terbesar yaitu masing-masing sebesar 17,0 % dan 12,8 % . Beberapa komponen mengalami sedikit penurunan produksi seperti peredam kejut (shock absorber), piston serta piston ring, radiator dan busi.

VIII/19

Dalam rangka memajukan cabang industri kendaraan bermotor ditempuh langkah-langkah pengembangan produksi dengan meningkatkan kemampuan teknologi produk, termasuk desain, dan teknologi manufaktur bekerja sama dengan pihak prinsipal. Selain itu secara bertahap upaya memperluas pemasaran juga dilakukan dengan upaya penerobosan pasar ekspor. Secara bertahap upaya ini berhasil meningkatkan ekspor hasil cabang industri kendaraan bermotor khususnya komponen kendaraan seperti mesin kendaraan, radiator, dan kopling.

(7) Cabang Industri Kereta Api

Kegiatan produksi industri kereta api, meliputi pembuatan gerbong barang dan gerbong penumpang, tetap berlangsung sampai tahun keempat Repelita V. Pada tahun 1992/93 produksi gerbong penumpang yang berjumlah 31 . unit, terdiri atas pembuatan baru gerbong penumpang eksekutif sebanyak 4 unit dan selebihnya sedang dalam tahap penyelesaian berupa renovasi gerbong penumpang. Jumlah produksi gerbong penumpang tersebut meningkat sebesar 72,2% bila dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Sebaliknya, produksi gerbong barang tahun 1992/93 menurun sebesar 70,0% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92.

(8) Cabang Industri Pesawat Terbang

Hasil produksi cabang industri pesawat terbang sampai dengan tahun 1992/93 meliputi beberapa jenis pesawat terbang dan helikopter. Pada . saat ini masih terus berlangsung kegiatan pengembangan jenis pesawat baru N-250 berkapasitas 50 tempat duduk, yang purwarupanya diharapkan dapat terbang pada tahun 1995. Produksi industri pesawat terbang pada tahun 1992/93 tercatat sebanyak 7 buah pesawat dari jenis CN-235, dan produksi helikopter pada tahun 1992/93 sebanyak 27 buah, terdiri dari 13 buah jenis NAS-332 dan 14 buah jenis NBO-105, atau meningkat 125,0% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92. Selain memproduksi pesawat terbang dan helikopter, cabang industri ini juga mampu

VIII/20

memproduksi komponen mesin pesawat terbang dan komponen pesawat terbang lainnya yang hasilnya telah mampu memasuki pasaran ekspor. Di samping itu juga berkembang jasa perawatan pesawat terbang yang melayani permintaan dalam negeri maupun luar negeri.

(9) Cabang Industri Perkapalan

Kemampuan cabang industri perkapalan terus berkembang dalam pembangunan kapal baru, bangunan lepas pantai dan reparasi kapal, termasuk pembuatan kapal dengan ukuran semakin besar. Selama empat tahun pertama Repelita V, produksi bangunan lepas pantai dan kapal baja baru meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 24,3% dan 23,9% setiap tahunnya, sedangkan kegiatan reparasi kapal masih berfluktuasi. Pada tahun 1992/93, produksi kapal baja baru dan bangunan lepas pantai masing-masing meningkat sebesar 13,1% dan 44,1% dari produksi tahun 1991/92. Kegiatan reparasi kapal, yang menunjukkan penurunan produksi sejak tahun 1991/92, pada tahun 1992/93 produksinya menurun lagi sebesar 21,7% dari produksi tahun sebelumnya. Pengembangan kemampuan rekayasa dan rancang bangun cabang industri ini terus dimantapkan antara lain melalui program pembangunan kapal Caraka Jaya, yang meliputi kapal general cargo dan kapal semi container. Pengembangan desain dan pembangunan kapal kayu berlaminasi untuk berbagai jenis dan ukuran tetap dilanjutkan; demikian pula pembangunan kapal angkut trailer dan kapal tanker untuk memenuhi pesanan luar negeri tetap berlangsung.

(10) Cabang Industri Mesin dan Peralatan Pabrik

Produksi cabang industri mesin dan peralatan pabrik sampai dengan tahun keempat Repelita V menunjukkan perkembangan yang mantap. Produksi boiler kecil dan konstruksi baja meningkat pesat dengan rata-rata kenaikan masing-masing sebesar 40,1% dan 30,8% per tahun selama empat tahun terakhir. Demikian juga beberapa industri menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat, seper t i produksi mesin dan perala tan pabr ik teh

VIII/21

dan mesin disel non-automotif. Langkah-langkah pengembangan lebih lanjut termasuk penguasaan teknologi menufaktur selama masa Repelita V sampai dengan tahun 1992/93 antara lain meliputi pembuatan mesin dan peralatan pabrik untuk industri penambangan dan pengolahannya, industri petrokimia, industri pharmasi, industri mesin tekstil, dan industri pengolahan hasil hutan. Kemampuan jasa rancang bangun dan perekayasaan juga semakin berkembang dan telah mampu mengekspor jasa enjinering tersebut, seperti pembangunan pabrik tekstil, pabrik penghasil kertas tanpa carbon, pabrik aluminium fluorida, pabrik farmasi dan pabrik pupuk fosfat. Perkembangan yang dicapai ini juga berhasil mendorong ekspor mesin dan peralatan pabriknya.

Volume produksi cabang ' industri mesin dan peralatan pabrik pada tahun 1992/93 secara keseluruhan meningkat cukup tinggi, terutama produksi industri blower dan konstruksi baja. yang meningkat sebesar 78,4 % dan 62,5 % bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92. Produksi industri mesin dan peralatan pabrik pengolahan hasil perkebunan seperti teh, kopi dan kelapa sawit pada tahun 1992/93 juga meningkat. Namun kegiatan produksi industri penghasil mesin dan peralatan pabrik gul'a pada tahun 1992/93 mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar 47,3 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92. Produksi yang menurun ini disebabkan belum berhasilnya upaya pembangunan pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa yang direncanakan. Sementara itu industri penghasil, peralatan standar pabrik seperti boiler kecil, boiler besar, mesin disel non-automotif dan tangki baja pada tahun 1992/93 tetap menunjukkan peningkatan produksi, yaitu berkisar antara 10,0 % -25,0 % bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92.

(11) Cabang Industri Logam dan Produk Dasar

Perkembangan produksi industri-industri dalam cabang industri logam dasar selama empat tahun Repelita V umumnya cenderung meningkat meskipun beberapa di antaranya masih

VIII/22

menampakkan perkembangan produksi yang berfluktuasi. Ingot dan billet baja, pipa las spiral serta aluminium ekstruksi, selama kurun waktu tersebut, menunjukkan laju kenaikan produksi yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 10,8 % , 29,9 % dan 19,2 % setiap tahunnya. Pada tahun 1992/93 produk-produk industri baja, seperti pipa las spiral, pipa las lurus, baja lembaran lapis seng, dan baja lembaran canai panas, mengalami kenaikan produksi yang tinggi, masing-masing sebesar 75,8 % , 43,5 % , dan 42,0 % bila dibandingkan dengan tahun 1991/92. Beberapa produk industri baja mengalami penurunan produksi pada tahun yang sama antara lain baja lembaran canai dingin, baja lembaran lapis timah (tin plate), besi beton dan profile serta slab baja. Hal ini disebabkan lemahnya daya saing terhadap barang-barang impor masih menjadi masalah bagi industri-industri ini di samping pasar dalam negeri yang juga masih terbatas.

Hasil produk logam dasar bukan baja pada tahun 1992/93 secara keseluruhan mengalami peningkatan produksi dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92, kecuali industri batang tembaga. Pada tahun 1992/93 produk-produk barang aluminium umumnya meningkat jika dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, terutama aluminium foil dan aluminium ekstrusi yang meningkat masing-masing sebesar 19,4 % dan 17,4 % .. Kecuali aluminium ingot, pada awalnya perkembangan produksi industri bukan baja terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri namun selama empat tahun pertama Repelita V hampir seluruh produk industri bukan baja telah mampu menembus pasar ekspor.

b. Industri Kimia Dasar

Kelompok industri kimia dasar pada umumnya adalah kelompok industri yang mempunyai ciri menggunakan teknologi maju, padat modal dan padat energi. Industri-industri yang berkembang adalah industri yang mengolah sumber daya alam menjadi bahan baku dan bahan setengah jadi untuk industri hilirnya. Sampai dengan tahun keempat Repelita V pengembangan industri

VIII/23

kimia dasar diarahkan untuk'-srtemperkuat dan memperdalam struktur industri, sekaligus menjalin keterkaitan yang semakin erat baik antar subsektor industri maupun antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya.

Selama empat tahun Repelita V kelompok industri kimia dasar mampu menyediakan tambahan kesempatan kerja sebanyak 49,5 ribu orang tenaga kerja. Sebagian besar tambahan kesempatan kerja di kelompok kimia dasar tersebut tersedia dari cabang industri selulosa dan karet, yaitu sebanyak 67,3 %. Pada tahun 1992 tambahan kesempatan kerja yang tersedia berjumlah 16,5 ribu orang, yang meningkat cukup berarti dibanding tambahan kesempatan kerja tahun 1991 yang tercatat sebesar 4,3 ribu orang.

Dalam tahun 1992/93 kelompok industri kimia dasar berhasil memproduksi komoditi baru, yaitu asam nitrat. Asam nitrat terutama digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan ammonium nitrat dan nitro selulosa. Tumbuhnya jenis industri baru ini semakin memperkuat struktur industri kelompok industri kimia dasar. Perkembangan produksi beberapa komoditi yang termasuk dalam kelompok industri kimia dasar dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93 tampak seperti dalam Tabel VIII-2.

Ekspor hasil kelompok industri kimia sampai dengan tahun keempat Repelita V terus menunjukkan peningkatan. Nilai ekspor tahun 1992 sebesar US$ 1.242,4 juta, meningkat 11,3% dari nilai ekspor tahun 1991. Kenaikan nilai ekspor hasil pada tahun 1992 terutama berasal dari kenaikan ekspor hasil cabang industri selulosa dan karet sebesar 34,6% dan cabang industri kimia organik sebesar 33,1% . Sementara itu ekspor hasil cabang industri agrokimia pada tahun 1992 menurun , sebesar 33,4% dari nilai ekspor tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan menurunnya ekspor pupuk urea mengingat produksi pupuk urea lebih diutamakan untuk keperluan di dalam negeri. Beberapa komoditi yang menunjukkan kenaikan ekspor cukup tinggi pada tahun 1992, antara lain adalah ban sepeda dan kendaraan bermotor roda empat, flap, kertas tissue dan semen.

VIII/24

TABEL VIII - 2

PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR

1988/89 - 1992/93

VIII/25

1) Angka diperbaiki2) Angka Sementara

VIII/26

(1) Cabang Industri Agrokimia

Produksi cabang industri agrokimia. selama empat tahun Repelita V yang menunjukkan kecenderungan meningkat adalah pupuk urea dan formulasi pestisida. Pada tahun 1992/93 produksi pupuk urea, formulasi pestisida dan bahan aktif pestisida menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 3,0%, 30,6%, dan 7,1% dari produksi tahun 1991/92, sedangkan produksi beberapa produk lainnya menurun. Penurunan produksi pupuk ZA dan TSP disebabkan sedang dilaksanakannya program rehabilitasi dan optimasi pabrik. Sementara itu pembangunan pabrik baru amoniak dengan kapasitas 445.000 ton per tahun dan urea dengan kapasitas 460.000 ton per tahun di Gresik terus dilanjutkan. Sebagian besar kenaikan produksi pestisida ditujukan untuk ekspor, karena adanya pembatasan pembkaian di dalam negeri dengan dilaksanakannya program nasional PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Jumlah produksi amoniak lebih berfluktuasi dari tahun ke tahun disebabkan penggunaan amoniak sebagai bahan baku utama industri pupuk, sehingga amoniak lebih yang tersedia tergantung kepada konsumsi industri pupuk. Kelebihan produksi amoniak ini diarahkan untuk ekspor.

(2) Cabang Industri Selulosa dan Karet

Produksi cabang industri selulosa dan karet selama empat tahun Repelita V berkembang cukup mantap. Meskipun demikian beberapa komoditi dalam cabang industri ini menunjukkan laju kenaikan produksi yang melambat. Dalam kurun waktu tersebut, produksi pulp, kertas dan ban sepeda meningkat pesat dengan rata-rata kenaikan masing-masing sebesar 89,6%, 23,7% dan 15,2% per tahun. Kenaikan produksi pulp yang sangat pesat dimungkinkan dengan beroperasinya pabrik-pabrik pulp baru. Bersamaan dengan itu produksi kertas dan pulp juga menunjukkan kenaikan yang tinggi pada tahun 1992/93, yaitu masing-masing sebesar 35,2% dan 21,1% dari, produksi tahun sebelumnya. Sementara itu produksi . dari jenis

VIII/27

industri lainnya juga tetap menunjukkan peningkatan meskipun dengan kenaikan yang relatif kecil.

(3) Cabang Industri Kimia Organik

Sampai dengan tahun keempat Repelita V, cabang industri kimia organik pada umumnya menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Volume produksi komoditi-komoditi seperti polypropylene, pigmen, pure terephtalic acid, methanol, sorbitol dan karbon aktif pada tahun 1992/93 mengalami kenaikan yang sangat besar, lebih dari 100%. Sementara itu, volume produksi dari jenis industri yang meningkat tinggi yaitu antara 30,0% - 40,0% , adalah resin perekat, polystyrene,. ethylene dichloride, vetsin, dioctyl phtalate dan paraxylene.

(4) Cabang Industri Kimia Anorganik

Produksi cabang industri kimia anorganik dalam empat tahun Repelita V berkembang semakin mantap. Dalam kurun waktu tersebut beberapa jenis industri menunjukkan rata-rata kenaikan produksi lebih dari 40,0% setiap tahunnya, antara lain seperti soda kostik, aluminium sulfat, zat asam, acetylene, hidrogen, STPP dan ammonium nitrat. Pada tahun 1992/93 telah dihasilkan komoditi baru asam nitrat dengan volume produksi sebesar 39,0 ribu ton. Komoditi ammonium nitrat yang mulai diproduksi pada tahun 1991/92, volume produksinya pada tahun 1992/93 meningkat dengan 50,0% menjadi 20,7 ribu ton. Beberapa komoditi mengalami kenaikan produksi lebih dari 100% pada tahun 1992/93, yaitu antara lain serat kaca, hidrogen dan kalsium karbida. Komoditi yang mengalami kenaikan produksi antara 40,0d1o-70,0% pada tahun 1992/93 antara lain soda kostik, aluminium sulfat, zat asam dan acetylene. Dalam pada itu produksi garam tahun 1992/93 menurun sebagai akibat musim hujan yang berlangsung relatif lebih panjang dari tahun sebelumnya. Sementara ini industt i zinc chlorida belum berdaya saing kuat terhadap produk impor sehingga jumlah produksinya menurun pada tahun 1992/93.

VIII/28

c. Aneka Industri

Industri-industri hilir yang menghasilkan barang-barang konsumsi, termasuk kebutuhan pokok rakyat banyak, dan sebagian besar berskala menengah menjadi ciri umum jenis jenis industri yang termasuk dalam kelompok aneka industri. Kelompok industri ini sampai dengan tahun 1992/93 terus tumbuh dan berkembang dengan mantap, terutama dengan semakin berkembangnya industri-industri berorientasi ekspor. Perkembangan kelompok aneka industri tidak saja mampu menyediakan kebutuhan rakyat banyak akan barang-barang pokok dalam jumlah yang memadai dan dengan harga yang wajar, tetapi juga mampu memberikan sumbangan yang menonjol dalam meningkatkan ekspor non migas sekaligus memacu pertumbuhan sektor industri, serta dalam mendorong tumbuhnya industri hulu dan industri antara, dan dalam perluasan lapangan kerja.

Perkembangan kelompok aneka industri dalam empat tahun terakhir ini terutama didukung oleh pesatnya pertumbuhan cabang industri tekstil, cabang industri kimia, dan cabang industri bahan bangunan dan umum, yang meliputi berbagai jenis industri. Pada tahun 1992/93 perkembangan kelompok aneka industri, yang tetap berperan besar dalam keseluruhan hasil kegiatan produksi sektor industri , dimungkinkan karena semakin luas jangkauan pemasarannya, baik pasar di dalam negeri maupun ekspor, seiring dengan meningkatnya kemampuan kelompok aneka industri menghasilkan produk-produk yang kompetitif.

Beberapa jenis industri dalam kelompok aneka industri menunjukkan rata-rata kenaikan produksi lebih dari 20,0% setiap. tahunnya dalam empat tahun terakhir, seperti zat pewarna tekstil, sepatu karet dan kanvas, kamera, lampu pijar/lampu TL, industri kayu olahan (wood working), dan kayu lapis dekoratif (decorative plywood). Perkembangan produksi beberapa jenis industri dalam kelompok aneka industri dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93 tampak sebagaimana pada Tabel VIII-3.

VIII/29

TABEL VIII - 3

PRODUKSI ANEKA INDUSTRI

1988/89 – 1992/93,

VIII/30

VIII/31

1) Angka diperbaiki2) Angka Sementara 3) Termasuk “shortening”4) Termasuk rajut5) Termasuk produksi industri kecil

VIII/32

Sejalan dengan peningkatan produksi, nilai ekspor hasil kelompok aneka industri juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Realisasi ekspor pada tahun 1992, yang berjumlah US$ 13.690 juta, mengalami kenaikan sebesar 28,4% jika dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 1991 yang sebesar US$ 10.659 juta. Kontribusi kelompok aneka industri dalam keseluruhan nilai ekspor hasil industri tetap menonjol, meskipun sumbangannya yang tercatat sebesar 70,7% pada tahun 1991 sedikit menurun menjadi 69,8% pada tahun 1992. Peranan ekspor hasil cabang industri bahan bangunan dan cabang industri tekstil sangat besar dalam keseluruhan ekspor hasil kelompok aneka industri, yaitu masing-masing sebesar 40,9% dan 35,5 % . Meskipun peranan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan kayu lapis tetap menonjol pada tahun 1992, produk-produk lainnya menunjukkan perkembangan yang pesat antara lain kayu olahan lainnya, seperti mebel dan komponen mebel serta bahan-bahan bangunan dari kayu; sepatu kulit dan barang-barang kerajinan dari kulit; serta sepeda dan komponen sepeda; sepatu karet/kanvas; mebel dari rotan; kamera; mainan anak-anak; jam; barang-barang dari gelas; keramik; dan rokok putih.

Seperti yang terjadi pada tahun 1991, tambahan kesempatan kerja di kelompok aneka industri pada tahun 1992 juga dipengaruhi oleh adanya penurunan rencana investasi. Apabila pada tahun 1990 kelompok aneka industri mampu menyediakan kesempatan kerja baru bagi sebanyak 729,8 ribu orang dan pada tahun 1991 bagi sebanyak 396,0 ribu orang, maka pada tahun 1992 kesempatan kerja meningkat hanya sebanyak 273,8 ribu orang. Jumlah keseluruhan tambahan kesempatan kerja di kelompok aneka industri dalam empat tahun terakhir mencapai 1.849,1 ribu orang.

(1) Cabang Industri Pangan

Cabang industri pangan sampai tahun keempat Repelita V tetap menunjukkan perkembangan yang cukup mantap. Jenis-jenis industri, seperti minyak goreng kelapa sawit dan susu kental manis,

VIII/33

produksinya pada tahun 1992193 masing-masing naik sebesar 18,6% dan 21,8%. Beberapa jenis industri lainnya mengalami kenaikan produksi kurang dari 15,0% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92, antara lain susu cair, minyak goreng kelapa, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng, ikan dalam kaleng, tepung terigu dan margarine. Produksi susu bubuk pada tahun 1992/93 menurun sebesar 21,9% dibandingkan dengan tahun 1991/92. Komoditi makanan ternak, rokok, serta buah-buahan dan sayuran dalam kaleng tercatat berperan besar dalam ekspor hasil cabang industri pangan selama beberapa tahun terakhir dan nilai ekspornya pada tahun 1992 tetap meningkat.

(2) Cabang Industri Tekstil

Pada tahun 1992/93 hasil produksi cabang industri tekstil secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, setelah mengalami peningkatan yang agak melambat pada dua tahun sebelumnya. Jenis industri yang mengalami kenaikan produksi tertinggi tahun 1992/93 dalam cabang ini adalah industri benang tenun, yang terdiri dari benang pintal, benang filamen polyester dan nylon, meningkat sebesar 67,8%, dan produksi industri zat warna tekstil meningkat sebesar 47,0%. Produksi industri serat staple, terdiri dari polyester dan rayon viscose, meningkat sebesar 54,1% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya industri dan tekstil lembaran, terdiri dari kain tenuzi dan kain rajut, dan pakaian jadi mengalami peningkatan produksi sebesar 27,8% bila dibandingkan dengan tahun 1991/92. Oleh karena industri tekstil dalam Repelita V menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam ekspor industri pengolahan non migas, maka langkah-langkah pemantapan struktur industri tekstil terus dilanjutkan agar terus mampu meningkatkan daya saingnya. Langkah yang ditempuh antara lain melalui pembangunan pabrik petrokimia hulu yang menghasilkan bahan baku untuk pembuatan serat sintetis.

VIII/34

(3) Cabang Industri Kimia

Perkembangan produksi cabang industri kimia selama empat tahun pertama Repelita V umumnya. menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama produksi kotak karton, cat dan dempul, serta sepatu karet dan kanvas yang meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 15,7 % , 16,0 % , dan 42,2 % setiap tahunnya. Pada tahun 1992/93 beberapa jenis industri kimia keperluan rumah tangga, seperti sabun cuci, detergen dan tapal gigi, menunjukkan kenaikan produksi kurang dari 11,0% bila dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Fatty acid sebagai hasil pengolahan lanjut minyak kelapa sawit mencapai kenaikan produksi tertinggi dalam cabang industri ini, yaitu sebesar 236,3 % . Di samping itu pada tahun 1992/93 produksi kotak karton, sepatu karet dan kanvas, serta kantong plastik menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 17,5%, 40,0%, dan 95,7% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92, sedangkan produksi komoditi lainnya meningkat kurang dari 10,0 % . Perkembangan produksi hasil cabang industri kimia tersebut didukung oleh beroperasinya pabrik-pabrik baru, baik dalam rangka pemanfaatan peluang pasar dalam negeri maupun ekspor.

(4) Cabang Industri Alat Listrik dan Logam

Seluruh jenis industri dalam cabang industri alat listrik dan logam pada sejak awal Repelita V sampai dengan tahun keempat Repelita V menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat. Produksi lampu pijar dan TL, kamera, mur baut dan lemari es selama empat tahun terakhir meningkat dengan laju kenaikan produksi yang cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 22,8%, 36,4% , 19,9% , dan 17,9% setiap tahunnya. Pada tahun 1992/93 telah dihasilkan insulator keramik sebagai produk baru dari cabang industri ini yang digunakan sebagai salah satu komponen alat listrik. Dalam tahun keempat Repelita V jenis jenis industri yang mengalami peningkatan produksi cukup tinggi adalah industri mesin jahit, kamera, lampu pijar dan TL, masing-masing naik sebesar 82,3%, 51,9%, dan 36,4% dari produksi tahun sebelumnya. Selanjutnya

VIII/35

kenaikan produksi antara 10,0%-25,0%, terjadi pada industri lemari es, battery kering, kabel listrik dan telepon, mur baut, paku, dan sepeda. Sementara itu produksi beberapa jenis industri lainnya mengalami peningkatan kurang dari 10,0%.

(5) Cabang Industri Bahan Bangunan dan Umum

Dalam kurun waktu empatn tahun terakhir ini cabang industri bahan bangunan dan umum masih berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan produksi dan ekspor hasil kelompok aneka industri. Sebagian besar hasil produksi jenis jenis industri dalam cabang ini pada tahun 1992/93 menunjukkan kenaikan yang cukup mantap jika dibandingkan dengan produksi tahun 1991/92, terutama produksi. kayu lapis dekoratif (decorative plywood) dan sepatu kulit menunjukkan kenaikan produksi tertinggi, yaitu masing-masing naik sekitar 15,8% dan 33,3%. Di samping itu, selama empat tahun Repelita V laju kenaikan produksi industri-industri tersebut juga cukup tinggi, yaitu rata-rata sebesar 14,6% dan 17,0% per tahun. Sementara itu hasil produksi pada tahun 1992/93 untuk industri particle board dan kayu lapis mengalami kenaikan antara 11,0 % -15,0 % . Selanjutnya produksi jenis industri lainnya meningkat kurang dari 10,0%. Penurunan produksi karung goni. pada tahun 1992/93 disebabkan peningkatan produksi. karung plastik sebagai barang substitusi dan masalah pemasokan bahan baku karung goni yang tidak lancar.

d. Industri Kecil

Kelompok industri kecil tetap menunjukkan peranan yang besar dalam pemerataan pembangunan, perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, serta pemerataan pendapatan. Untuk lebih mendorong pertumbuhan usaha kecil, saat ini sedang disusun rancangan undang-undang tentang perlindungan bagi usaha kecil dan menengah. Perkembangan industri kecil ini, termasuk industri rumah tangga, `didorong oleh partisipasi dan dukungan berbagai instansi Pemerintah, badan-badan usaha milik negara, perusahaan swasta

VIII/36

besar dan dunia perbankan terhadap pengembangan industri kecil yang meningkat.

Pengembangan dan pembinaan kelompok industri kecil sampai dengan tahun keempat Repelita V tetap diutamakan pada industri-industri pedesaan yang mengolah atau memanfaatkan hasil pertanian setempat, yang menghasilkan peralatan dan mesin pengolah hasil pertanian, yang mengolah hasil pertambangan bukan logam, yang menghasilkan barang-barang seni dan kerajinan tradisional, serta industri kecil yang mempunyai prospek ekspor. Pengembangan industri kecil juga mencakup industri kecil di daerah perbatasan, daerah yang relatip masih terpencil dan daerah transmigrasi serta industri kecil yang terdapat dalam zona-zona industri.

Pengembangan dan pembinaan industri kecil yang dilaksanakan melalui sentra-sentra yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia telah memberikan hasil yang positip. Jumlah sentra yang telah dibina terus meningkat dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun 1992 jumlah sentra yang dibina mencapai 7.522 buah terdiri dari sentra lama dan sentra baru. Jumlah tersebut meningkat sebesar 23,5% bila dibandingkan dengan tahun 1989 yang baru berjumlah 6.092 sentra. Pembinaan melalui sentra-sentra industri tersebut selain berhasil meningkatkan nilai produksi, nilai ekspor dan jumlah tenaga kerja yang diserap industri kecil, di samping juga berhasil menumbuhkan unit usaha dan wirausahawan baru.

Sampai dengan tahun keempat Repeli ta V, upaya pengembangan industri kecil dilanjutkan dengan melaksanakan berbagai jenis pelatihan dan bimbingan teknis yang mencakup aspek teknologi produksi, manajemen dan pemasaran. Kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan keterampilan, produktivitas dan skala usaha industri kecil. Selain itu, dalam rangka meningkatkan mutu produk, upaya pemasyarakatan, pembentukan dan penerapan gugus kendali mutu (GKM) pada industri kecil terus dilanjutkan: Untuk lebih mendukung pengembangan industri kecil maka daya guna unit

VIII/37

pelayanan teknis (UPT) sebagai sarana penunjang pembinaan dan pengembangan bagi industri kecil terus ditingkatkan. Fungsi UPT antara lain memberikan pelayanan dalam proses produksi, bantuan promosi pemasaran, penyediaan informasi teknologi dan desain, dan pelatihan. Sampai dengan tahun 1992 telah beroperasi sebanyak 128 UPT yang tersebar di 22 propinsi dan umumnya berlokasi di sekitar sentra sentra industri kecil.

Perkembangan usaha industri kecil sampai dengan tahun 1992/93 juga ditandai dengan peningkatan jumlah unit usaha. Apabila pada tahun 1989 unit usaha industri kecil berjumlah 1.826 ribu unit, maka pada tahun 1992 telah meningkat menjadi 1.971 ribu unit usaha industri kecil. Sampai dengan tahun 1992/9.3 sebagian besar industri kecil berusaha di industri pangan, industri pengolahan kayu, dan industri sandang dan kulit dan sebagian besar unit usaha industri kecil masih terdapat di pulau Jawa. Namun demikian, selama empat tahun terakhir jumlah unit usaha industri kecil yang tumbuh di luar Jawa juga, meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persebaran unit usaha industri kecil di luar pulau Jawa, yaitu 27,3% dari seluruh unit usaha industri kecil pada tahun 1989 menjadi 30,4% pada tahun 1992.

Sejalan dengan bertambahnya jumlah unit usaha, maka jumlah tambahan kesempatan kerja yang dapat tercipta oleh industri kecil juga meningkat. Pada tahun 1992 tercatat tambahan kesempatan kerja bagi sebanyak 337,5 ribu orang oleh kelompok industri kecil, yang berarti naik dengan 2,8% dari tambahan kesempatan kerja tahun 1991 yang berjumlah 328,7 ribu orang. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 1992 jumlah tenaga kerja di kelompok industri kecil telah mencapai lebih dari 7,0 juta orang.

Program keterkaitan melalui pola Bapak Angkat semakin berkembang terutama setelah dicanangkan Gerakan Nasional Keterkaitan Bapak Angkat dan Mitra Usaha pada tanggal 14 Pebruari 1991. Perusahaan maupun perseorangan yang berperan aktif sebagai

VIII/38

Bapak Angkat telah semakin meluas tidak hanya terbatas pada BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian tetapi juga BUMN dari lingkungan instansi lainnya dan terutama partisipasi swasta. Peranan BUMN dalam mendukung pengembangan industri kecil ini ditempuh dengan cara pemanfaatan dana sebesar 1,0 - 5,0% dari laba bersih BUMN setiap tahunnya untuk pembinaan industri kecil. Sampai dengan tahun 1992/1993 telah ditandatangani kerja sama antara sekitar 14.653 perusahaan besar sebagai Bapak Angkat dan 90.863 industri kecil sebagai Mitra Usaha. Dalam bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara Bapak Angkat dan Mitra Usaha, maka pola keterkaitan yang diterapkan antara lain meliputi pola dagang, vendor, subkontrak dan pola pembinaan murni.

Upakarti adalah penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada badan usaha, organisasi dan perorangan yang berhasil membina industri kecil. Pada tahun 1992 telah diberikan 182 penghargaan Upakarti yang meliputi 88 jasa pengabdian dan 94 jasa kepeloporan. Dengan demikian sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 1992 secara keseluruhan telah diberikan sebanyak 597 penghargaan Upakarti, yang terdiri dari 272 jasa pengabdian dan 325 jasa kepeloporan.

Dalam rangka mengembangkan kelembagaan usaha, maka pemasyarakatan koperasi di sentra-sentra industri terus ditingkatkan melalui pembentukan Koperasi Industri Kecil termasuk Kerajinan (KOPINKRA). Sampai dengan tahun 1992 telah dibentuk dan dibina sebanyak 1.165 KOPINKRA yang tersebar di daerah. Pembinaan KOPINKRA ini dilaksanakan secara terpadu antara Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja.

Perkembangan nilai ekspor hasil industri kecil selama empat tahun Repelita V menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 1992 nilai ekspor industri kecil tercatat sebesar US$ 2.124,0 juta, yang berarti meningkat sebesar 27,3% dibandingkan ekspor tahun sebelumnya. Bila dalam dua tahun pertama Repelita V nilai

VIII/39

TABEL VIII – 4VOLUME DAN NILAI EKSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,

1988 – 1992

VIII/40

ekspor industri kecil kerajinan dan umum memberikan kontribusi terbesar dalam nilai ekspor industri kecil secara keseluruhan, maka dalam dua tahun terakhir Repelita V ekspor hasil industri kecil sandang dan kulit telah berperan sebagai penyumbang terbesar. Perkembangan volume dan nilai ekspor kelompok industri kecil dapat dilihat dalam Tabel VIII-4.

Guna memperluas pemasaran hasil industri kecil, baik di da lam neger i maupun luar neger i , te lah d i laksanakan langkah-langkah pengembangan terpadu antar instansi terkait. Sementara itu untuk mengatasi masalah permodalan, selain bimbingan teknis perbankan kepada pengusaha dan pengrajin industri kecil juga dilaksanakan peningkatan pemanfaatan serta penyaluran dana 20% dari portofolio kredit perbankan. Dalam rangka mengembangkan kemampuan manajemen pengusaha kecil, mulai tahun 1992 telah dirintis pelaksanaan pelatihan manajemen sederhana yang merupakan kerja sama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Perindustrian, Departemen Koperasi serta Bank Indonesia.

VIII/41