i. judul : efisiensi konversi bk, status np, dan · pdf filelatar belakang produksi tanaman...

24
I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN NKL PERTANAMAN TUMPANGSARI KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) DAN JAGUNG (Zea mays) DENGAN DUA POLA TANAM PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi tanaman dapat ditingkatkan secara optimal. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah melalui defoliasi, introduksi tanaman pakan leguminosa, pemupukan, tumpangsari, dan pengaturan populasi yang tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Kepadatan populasi berkaitan dengan pemanfaatan ruang media tumbuh tanaman. Pada kepadatan rendah dapat menyebabkan pemanfaatan sumber daya lingkungan kurang optimal, sedangkan pada kepadatan tinggi menyebabkan tingginya kompetisi. Dalam upaya mengoptimalkan tangkapan radiasi oleh tanaman legum yang ditanam tumpangsari dengan graminae, perlu pengaturan kepadatan populasi tunggal ke rapat dan pengaturan pola tanam. Pengaturan pola tanam leguminosa dan graminae merupakan usaha memodifikasi kondisi fisik lingkungan tanaman, seperti radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Untuk memperoleh produktifitas hijauan secara optimum, perlu adanya pengelolaan lahan dan penentuan pola tanam yang tepat karena berkaitan dengan ketersediaan dan pemanfaatan lahan. Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, baik kekayaan alam hayati maupun non hayati. Sebagian sumber daya alam hayati seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme kurang bahkan belum tereksplorasi. Salah satu contoh hijauan yang belum banyak tereksplorasi adalah koro pedang berbiji putih (Canavalia ensiformis). Koro pedang berbiji putih merupakan salah satu jenis leguminosa yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan pakan. Koro pedang berbiji putih memiliki potensi yang besar terutama untuk memenuhi kebutuhan protein, bahan baku pangan olahan dan pakan selain kedelai. Koro

Upload: vuongnhu

Post on 05-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN NKL

PERTANAMAN TUMPANGSARI KORO PEDANG (Canavalia

ensiformis) DAN JAGUNG (Zea mays) DENGAN DUA POLA TANAM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi tanaman dapat ditingkatkan secara optimal. Beberapa upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah melalui defoliasi,

introduksi tanaman pakan leguminosa, pemupukan, tumpangsari, dan pengaturan

populasi yang tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat

menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Kepadatan populasi

berkaitan dengan pemanfaatan ruang media tumbuh tanaman. Pada kepadatan

rendah dapat menyebabkan pemanfaatan sumber daya lingkungan kurang optimal,

sedangkan pada kepadatan tinggi menyebabkan tingginya kompetisi. Dalam

upaya mengoptimalkan tangkapan radiasi oleh tanaman legum yang ditanam

tumpangsari dengan graminae, perlu pengaturan kepadatan populasi tunggal ke

rapat dan pengaturan pola tanam. Pengaturan pola tanam leguminosa dan

graminae merupakan usaha memodifikasi kondisi fisik lingkungan tanaman,

seperti radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Untuk memperoleh produktifitas

hijauan secara optimum, perlu adanya pengelolaan lahan dan penentuan pola

tanam yang tepat karena berkaitan dengan ketersediaan dan pemanfaatan lahan.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, baik kekayaan alam hayati

maupun non hayati. Sebagian sumber daya alam hayati seperti tumbuhan, hewan,

dan mikroorganisme kurang bahkan belum tereksplorasi. Salah satu contoh

hijauan yang belum banyak tereksplorasi adalah koro pedang berbiji putih

(Canavalia ensiformis). Koro pedang berbiji putih merupakan salah satu jenis

leguminosa yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan pakan. Koro

pedang berbiji putih memiliki potensi yang besar terutama untuk memenuhi

kebutuhan protein, bahan baku pangan olahan dan pakan selain kedelai. Koro

Page 2: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

pedang memiliki kandungan PK 35% dan SK 30,47% (Winarti et al., 2009). Koro

pedang disebut juga tanaman indigenous yang memiliki kandungan karbohidrat

yang tinggi, yakni 22,1 g/100 gram berat bahan segar (Soetiarso, 2010). Potensi

koro pedang sebagai tanaman pangan diantaranya mampu menghasilkan kacang-

kacangan berbiji besar yang dapat diolah menjadi tempe dan produk olahan

lainnya. Tanaman koro pedang memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan

mampu bertahan terhadap kondisi cuaca dibanding tanaman kedelai. Polong muda

tanaman koro pedang dapat dijadikan lalapan dan sayur lodeh, sedangkan hijauan

tanaman koro pedang dapat dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk hijau.

Penanaman campuran merupakan sistem pertanaman dua atau lebih jenis

tanaman yang di tanam pada sebidang tanah dengan musim tanam yang sama.

Penanaman campuran memungkinkan terjadi persaingan selama periode

pertumbuhan maupun hasil produksi tanaman. Pertumbuhan penduduk yang padat

dan lahan pertanian yang subur semakin berkurang karena banyak dimanfaatkan

sebagai industri dan tempat pemukiman baru bagi penduduk, merupakan masalah

dalam memenuhi kebutuhan pangan. Menghadapi permasalahan tersebut maka

sistem pertanian untuk masa depan yang berwawasan lingkungan menuju

perkembangan berkelanjutan dengan pola tumpangsari perlu dikembangkan.

Sistem pertanaman tumpangsari bertujuan memperoleh kombinasi tanaman

yang sesuai, kepadatan populasi tanaman, dan mengetahui cara pemupukan yang

optimal. Pola tanam tumpangsari umumnya untuk mengetahui pemanfaatan

cahaya, air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung

berdasarkan nisbah kesetaraan lahan (NKL). Keuntungan pola tanam tumpangsari

diantaranya populasi tanaman dapat diatur, efisiensi pemanfaatan lahan, dan dapat

menekan serangan hama serta penyakit.

Salah satu contoh tanaman yang dapat ditanam tumpang sari dengan koro

pedang berbiji putih adalah jagung (Zea mays). Kelebihan tanaman jagung selain

memiliki nilai gizi tinggi, jerami jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan.

Sistem pertanaman secara tumpang sari merupakan alternatif pemecahan

permasalahan keterbatasan lahan pertanian. Penambahan legum dalam

pertanaman campuran dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara yang dapat

Page 3: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

dimanfaatkan tanaman jagung. Penanaman tumpangsari digunakan untuk

mengetahui biomassa, NKL, dan N serta P tanaman dibanding penanaman sistem

monokultur. Berbagai permasalahan dalam pengembangan komoditi kacang

secara umum antara lain penerapan teknologi belum optimal, penggunaan benih

bermutu masih kurang, penggunaan pupuk hayati dan organik masih kurang,

kompetisi lahan dengan komoditi lain, tata niaga kurang kondusif, dan masih

dianggap sebagai tanaman sela dalam budidaya (Departemen Pertanian, 2012).

Informasi yang diperoleh tentang potensi koro pedang sebagai pangan sudah

banyak, namun informasi mengenai potensi hijauan koro pedang sebagai tanaman

pakan dan teknologi pengolahan masih kurang. Peluang pengembangan koro

pedang berbiji putih masih terbuka luas diantaranya masih tersedia lahan yang

cukup luas, meningkatnya kebutuhan dan industri olahan kacang koro, tersedianya

pasar yang cukup besar, serta tersedianya benih unggul dan penerapan teknologi

terkait perkembangan agribisnis aneka kacang. Budidaya tanaman koro pedang

tergolong mudah karena dapat tumbuh dilingkungan dengan kesuburan kurang

bahkan untuk tanaman koro yang merambat dapat ditanam tumpangsari dengan

tanaman yang memiliki nilai ekonomi sebagai rambatanya. Koro pedang juga

memiliki beberapa kekurangan diantaranya mengandung senyawa bersifat racun

berupa Canavalia dan usia panen cukup panjang yakni 4 - 6 bulan.

Page 4: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Perumusan Masalah

Pertanaman tumpangsari koro pedang (Canavalia ensiformis) dan jagung (Zea

mays) dengan perlakuan kepadatan populasi koro pedang diantara jagung dan pola

tanam koro pedang dalam baris disajikan dalam flowchart sebagai berikut:

Bagan flowchart tersebut memaparkan manipulasi populasi tanaman dapat

dilakukan dengan beberapa metode perlakuan. Penanaman tumpangsari terbagi

menjadi dua, yaitu tumpangsari penyisipan dan tumpangsari penggantian. Jenis

tumpangsari antara koro dan jagung termasuk tumpangsari penyisipan. Secara

umum beberapa upaya yang dilakukan agar produksi hijauan optimal adalah

memperbaiki teknik budidaya seperti defoliasi, introduksi tanaman leguminosa

untuk pakan, penerapan pola tumpangsari dan pengaturan populasi tanaman yang

tepat. Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya

dukung lingkungan. Manipulasi populasi yang dipilih sebagai perlakuan adalah

kepadatan populasi dan pola tanam. Pada penanaman dengan pola tumpangsari

secara umum menimbulkan persaingan hara dan intensitas cahaya matahari.

Perlakuan pola tanam dan kepadatan populasi dapat mengatasi persaingan hara

dan intensitas cahaya matahari dengan pengaturan jumlah tanaman per satuan luas

Mono/

Tumpangsari

Jenis

Tanaman

Jarak Tanam

Pola Tanam

Baris

Daya Saing

Pakan/

Pangan

Manipulasi

Populasi

Tanaman

Konversi

BK

Status

Hara, Air, dan

Cahaya

NKL

Kualitas

Pertumbuhan, PBS, dan

PBK

Nitrogen,

Phospor, Kalium, Air

tanah, dan Intensitas

Cahaya

-PBK

-TS dan Mono -Koro dan

Jagung

Page 5: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

dan penataan tanaman. Penggunaan lahan secara intensif bertujuan menjaga

tanaman pangan serta menjamin ketersediaan hijauan untuk pakan. Penanaman

tumpangsari menggunakan koro pedang dan jagung, pada luasan lahan tertentu

menghasilkan tanaman pangan dan pakan. Parameter yang diamati adalah

konversi bahan kering (BK) yang meliputi pertumbuhan, produksi berat segar

(PBS) dan bahan kering (BK). Pengamatan serapan N, serta P tanaman jagung dan

koro pedang. Pengamatan nisbah kesetaraan lahan (NKL) meliputi produksi berat

segar (PBK) tumpangsari dan monokultur. Data penunjang dalam penelitian

adalah intensitas cahaya dan status air tanah.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengkaji tentang efisiensi konversi BK, status N serta P

tanaman, dan nisbah kesetaraan lahan pada berbagai populasi pertanaman

tumpangsari koro pedang (Canavalia ensiformis) dengan jagung (Zea mays).

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian Manfaat penelitian dikaji melalui tiga aspek, yakni

secara keilmuan, praktikal, dan institusional. Secara keilmuan memperoleh

informasi tentang manipulasi populasi terhadap efisiensi BK, serapan N, P dan

nisbah kesetaraan lahan pola tumpangsari jagung dan koro pedang. Secara

praktikal mendapatkan informasi tentang penggunaan pola tanam tumpangsari dan

kepadatan populasi tanam koro pedang dalam baris yg sesuai pada pertanaman

tumpangsari koro pedang dan jagung terhadap efisiensi konversi BK, status NP

dan NKL. Secara institusional adalah memberikan informasi kepada

petani/peternak, peneliti bidang peternakan dan pertanian serta pemerintah guna

mengambil kebijakan dalam mengusahakan produktifitas lahan dengan sistem

pertanaman campuran pangan dan pakan.

Page 6: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Luaran Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian tumpangsari antara koro pedang

(Canavalia ensiformis) dan jagung (Zea mays) mampu menghasilkan NKL

(Nisbah Kesetaraan Lahan) dengan hasil > 1.

Kontribusi Penelitian

Pemanfaaatan potensi koro pedang (Canavalia ensiformis) dan informasinya

sebagai pangan sudah banyak, namun untuk informasi dan pemanfaatna teknologi

dalam bidang pakan masih kurang. Hal tersebut mendorong penelitian potensi

koro pedang terkait aspek fisiologis pertumbuhan dan produksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koro Pedang Berbiji Putih (Canavalia ensiformis)

Secara botani tanaman koro pedang dibagi dua tipe, yakni tipe tegak

berbiji putih dengan nama Jackbean (Canavalia ensiformis) dan tipe menjalar

berbiji merah yang disebut Canavalia gladiata (Sena et al., 2005). Tanaman koro

pedang mampu bertahan pada tanah suboptimal terutama lahan kering atau masam

dan mudah dibudidayakan secara tumpangsari maupun tunggal. Produktivitas

peningkatan kacang tanah dan aneka kacang dapat dioptimalkan melalui beberapa

kegiatan seperti optimalisasi lahan, peningkatan produktivitas, pengembangan

diversifikasi pangan dan penyempurnaan manajemen (Suherman, 2012). Salah

satu alternatif kacang yang berpotensi sebagai pengganti kedelai adalah koro

pedang berbiji putih.

Biji koro pedang mulai dapat dipetik setelah berumur empat bulan (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, 2012). Koro pedang dalam bahasa jawa disebut koro

bendo. Koro pedang merupakan hijauan yang dapat tumbuh mencapai 3 - 10 m,

bentuk tanaman menyerupai perdu lebat dan bercabang pendek, daun berupa

Page 7: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

trifoliat, pada daun memiliki sedikit bulu pada bagian tepi, memiliki bunga

berwarna putih, buah polong berbentuk lonjong yang berisi 8 - 16 biji dengan

bentuk lonjong berwarna putih. Biji koro pedang putih umumnya dipanen usia 4 -

6 bulan. Tanaman koro pedang berbiji putih (Canavalia ensiformis) mulai

dikembangkan di Jawa Tengah oleh Kementrian Pertanian, khususnya daerah

Sragen, Kebumen, Purworejo, dan Karanganyar mulai tahun 2011. Penanaman

koro pedang dilakukan menggunakan biji, biji diletakkan pada lubang sedalam 10

- 15 cm atau disebar (Ditjen Tanaman Pangan, 2012). Koro pedang mulai dapat

dipanen setelah berumur empat sampai empat setengah bulan, selang waktu dua

sampai tiga minggu setelah pemanenan biji dapat dipanen terus sampai tanaman

berumur enam bulan. Dari segi gizi koro pedang merupakan sumber protein nabati

serta kaya vitamin B dan C (Bostan et al., 2007). Klasifikasi koro pedang menurut

Natural Resource Conservation Service (2013), sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Canavalia

Spesies : Canavalia ensiformis

2.2. Jagung (Zea mays)

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang sensitif terhadap bahan

organik tanah (Imaningsih et al., 2011). Hasil penelitian Dona dan Guntoro,

(2008) tentang pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan dan kualitas jagung

menyebutkan pemupukan berpengaruh terhadap tinggi tanaman, indeks luas daun

dan bobot tongkol jagung muda karena kadar hara tanah lebih rendah sehingga

Page 8: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

tanaman memberikan respon terhadap pemberian pupuk, kadar hara tanah yang

tinggi menyebabkan tanaman kurang respon terhadap pemberian pupuk. Tanaman

jagung untuk kemampuan pertumbuhan dan produksi memerlukan unsur hara,

antara lain nitrogen. Kebutuhan nitrogen dalam batas tertentu dapat membantu

meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas jagung, dapat memperbaiki

komponen hasil jagung seperti akar, batang, daun, bunga, dan biji. Tetapi jika

kekurangan nitrogen pada tanaman terlihat warnanya menguning, dan penurunan

kualitas serta kuantitas (Sirajuddin dan Lasmin, 2010). Sistem tumpangsari jagung

dengan leguminosa memberikan pengaruh positif pada tanaman jagung karena

memperoleh unsur hara N dari leguminosa (Catharina, 2009). Ketersediaan N

dalam tanah mampu meningkatlan Indeks Luas Daun (ILD) dan biomassa

tanaman (Sitompul dan Purnomo, 2004). Penanaman jagung dapat bervariasi,

disesuaikan sesuai umur tanam. Jagung dapat ditanam pada jarak 75 x 25 cm

(Tobing dan Tampubolon, 1983). Potensi produktivitas jagung yang optimal bisa

mencapai 8-11 t/ha (Pertiwi et al., 2007). Klasifikasi tanaman jagung menurut

Muhadjir (1988), sebagai berikut:

Phylum : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Tripsaceae

Famili : Poaceae

Sub Fanili : Maydeae

Spesies : Zea mays

2.3. Pertanaman Campuran

Pertanaman campuran merupakan penanaman dua jenis tanaman rumput

dan legum atau lebih secara selektif, yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan

baik sehingga mampu meningkatkan kualitas hijauan (Bahar, 2009). Penanaman

tumpangsari perlu memperhatikan beberapa faktor, diantaranya ketersediaan air,

kesuburan tanah, sinar matahari dan hama/penyakit (Catharina, 2009). Pola tanam

Page 9: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

tumpangsari digunakan untuk meningkatkan produksi hijauan berkualitas dengan

memanfaatkan lahan secara efisien, penanaman tumpangsari antara leguminosa

dengan jagung mampu meningkatkan produksi hijauan pakan (Ella dan Nurhayu,

2010). Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum

menggunakan estimasi dua kali defoliasi memberikan peningkatan produksi

hijauan. Pengembangan sistem pertanaman campuran antara legum dengan

tanaman pangan dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan ekosistem karena

dapat meningkatkan kesuburan tanah (Padmowidjoto, 2006).

Produktivitas lahan dapat meningkat melalui sistem tumpangsari karena

pertanaman tumpangsari mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh secara

maksimal (Paulus, 2007). Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara

lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi

total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur

hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan

pertumbuhan gulma (Herlina et al., 1996).

Pertanaman campuran antara jagung dan legum dapat meningkatkan panjang

tanaman, luas daun, jumlah daun, dan jumlah cabang tanaman legum namun

kepadatan tingkat populasi yang semakin tinggi pada sistem pertanaman

tumpangsari jagung dan legum mengakibatkan berat kering tanaman semakin

rendah (Maskyadji, 2007). Peralihan baris tunggal ke ganda dari hasil penelitian

Zuchri (2007) dengan menggunakan tumpangsari jagung dan legum dapat

menambah luas daun dan jumlah daun pada tanaman legum. Daun yang toleran

terhadap intensitas cahaya yang rendah umunya lebih luas dan lebih tipis (Kisman

et al., 2007). Pertanaman campuran jagung dengan koro pedang memungkinkan

karena kedua tanaman tersebut menimbulkan pengaruh saling menguntungkan.

Koro pedang dapat memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan Rhizobium,

sedangkan jagung memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan. Selain itu umur

panen jagung yang lebih cepat akan memberikan kesempatan pada tanaman koro

pedang untuk memperoleh cahaya dalam pematangan biji (Ghulamahdi et al.,

2007). Pertanaman campuran antara leguminosa dengan tanaman pangan

berpotensi menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi (Mansyur et al., 2005).

Page 10: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi adalah intensitas cahaya.

Intensitas cahaya memberikan pengaruh pada jumlah polong dan bobot kering

polong (Sundari et al., 2005). Efiesiensi metabolisme BK dapat diukur

menggunakan AGR (Absolute Growth Ratio) dan RGR (Relative Growt Rate)

pertumbuhan dan produksi tanaman dievaluasi berdasarkan biomassa basah dan

biomassa kering (Zubaidi et al., 2008)

2.4. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan bertambahnya protoplasma di dalam materi

yang bersifat kuantitatif yang berupa bahan kering (BK), sedangkan

perkembangan merupakan perubahan bentuk ukuran tanaman (Goldworthy and

Fisher, 1992). Pertumbuhan dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah,

cekaman kekurangan air dapat menyebabkan menurunya bobot kering tajuk

(Sinaga, 2008). Salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan dalam

membantu pertumbuhan tanaman adalah mikroba. Berbagai mikroba hidup

bersimbiosis dengan tanaman membentuk bintil akar (Rhizobium), mengkoloni

akar (rhizobakteri), atau hidup di dalam jaringan tanaman (diazotrof endofitik)

dan di dalam tanah (Tim Sintesis Kebijakan, 2008). Unsur N berperan dalam

meningkatkan biomassa total (akar, batang, dan daun), namun peningkatan

biomassa tanaman terkait peningkatan umur tanaman bertambah tua semakin

rendah (Sitompul dan Purnomo, 2004).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor genetik dan

lingkungan. Faktor lingkungan terbagi dua yaitu faktor biotik (hama, penyakit,

gulma, mikroorganisme tanah) dan faktor abiotik (cahaya matahari, kecepatan

angin, kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah) (Gardner et al.,

1991).

Page 11: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

2.5. Produksi

Produksi merupakan hasil dari suatu komoditas tertentu, mengggambarkan

pertumbuhan dan perkembangan suatu komoditas yang dipengaruhi oleh faktor

alam (tanah), modal, dan tenaga kerja (Suryana, 2007). Salah satu unsur yang

penting dalam produksi adalah N, sebagian besar nitrogen ditransfer pada fase

generatif yang mampu merangsang pembentukan tongkol pada jagung (Zea

mays). Translokasi unsur hara nitrogen yang berlangsung baik pada tanaman

mempengaruhi pembuahan, ukuran tongkol dan berat biji jagung (Sirajuddin et

al., 2010). Berat kering merupakan salah satu indikator penting dalam

pertumbuhan tanaman. Pemupukan memberikan pengaruh nyata pada berat kering

daun (Imaningsih et al., 2011).

2.6. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya merupakan kemampuan tanaman dalam memperoleh

cahaya berkaitan dalam anatomi dan marfologi daun yang akan dimanfaatkan

dalam fotosíntesis (Kisman et al., 2007). Pola penanaman tumpangsari antara

jagung dan legum menyebabkan cahaya matahari yang diterima tanaman semakin

berkurang dibandingkan tanaman monokultur (Maskyadji, 2007). Semakin

banyak cahaya matahari yang diterima tanaman dapat menambah produk

fotosintat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan metabolisme (Zuchri,

2007). Sebaran sinar matahari perlu diperhatikan untuk menghindari persaingan

antara tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari (Warsana, 2009).

Intensitas cahaya mempengaruhi ketebalan daun dan panjang lapisan

palisade. Tanaman leguminosa yang menerima intensitas cahaya sebesar 50%

mengalami peningkatan intensitas kehijauan dan kandungan klorofil tinggi

(Muhuria et al., 2006). Secara umum intensitas cahaya maksimum terjadi pada

pukul 11.00 WIB - 12.00 WIB (Sundari et al., 2005).

Page 12: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

2.7. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)

Nisbah Kesetaraan Lahan (LER= Land Equivalent Ratio) merupakan

metode untuk mengetahui produksi hijauan yang ditanam secara tumpangsari.

NKL merupakan perbandingan jumlah nisbah tanaman yang ditanam secara

tumpangsari dengan tanaman secara tunggal pada pengelolaan yang sama (Paulus,

2005). NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang

ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari

akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu (Herlina, 2011).

Penanaman tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari

pada penanaman monokultur, hal tersebut ditunjukkan dengan NKL tumpangsari

jagung dengan legum lebih tinggi (Catharina, 2009). NKL dipengaruhi oleh

naungan dan kompetisi antar tanaman.

Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum

menggunakan estimasi dua kali defoliasi, menunjukkan pertanaman tumpang sari

antara legum dan rumput secara konsisten mampu memberikan peningkatan

produksi hijauan dan tidak terdapat pengaruh negatif/persaingan. (Ibrahim, 2010).

Hasil penelitian Maskyadji (2007) tentang pertanaman jagung dan legum dengan

perlakuan baris menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung tumbuh normal dan

laju pertumbuhan lebih cepat dibanding legum, sehingga menjadi kompetitor yang

lebih kuat terutama dalam pemanfaatan cahaya matahari (Maskyadji, 2007).

Sistem tumpangsari secara umum memberikan nilai NKL lebih dari satu

(Ghulamahdi et al., 2007). Nilai rata-rata NKL yang menunjukkan lebih dari satu

menggambarkan bahwa pertanaman campuran tanaman jagung dan leguminosa

lebih menguntungkan jika ditanam secara tumpangsari dibanding pertanaman

secara tunggal pada luas lahan yang sama. Hasil penelitian Pinem et al. (2011)

mengenai studi waktu penanaman terhadap produksi tanaman tumpangsari jagung

dan legum menyebutkan bahwa jagung lebih kompetitif dibanding legum.

Page 13: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

2.8. Kepadatan Populasi

Kepadatan populasi adalah jumlah tanaman dalam suatu luasan tertentu yang

erat kaitannya dengan jarak tanam, sehingga berpengaruh terhadap kompetisi

tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsure hara yang pada akhirnya

mempengaruhi pertumbuhan serta produksi suatu tanaman (Setyati, 1991). Jumlah

populasi yang senakin padat pada pertanaman jagung dan legum cenderung

membuat legum tumbuh lebih panjang, jumlah daun lebih banyak, daun lebih luas

namun lebih tipis dan jumlah cabang semakin banyak. Kombinasi penanaman

campuran dengan dua baris legum menyebabkan panjang tanaman dan luas daun

lebih besar dibandingkan penanaman dengan satu baris (Maskyadji, 2007). Hasil

penelitian Zuchri (2007) mengenai pertanaman kacang tanah dan jagung yang

ditanam menggunakan perlakuan baris dan perompesan (pemanenan) daun jagung

menyebutkan hasil panjang tanaman kacang tertinggi diperoleh dari perlakuan dua

baris.

III. MATERI DAN METODE

Penelitian akan dilaksanakan selama 16 minggu mulai bulan Februari 2013

sampai Mei 2013 di Lahan Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak,

Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro Semarang.

3.1. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih koro pedang

berbiji putih, benih jagung, pupuk urea, SP-36, dan KCl. Alat yang digunakan

adalah meteran untuk mengukur luas lahan, penggaris untuk mengukur luas daun,

cangkul untuk mengolah tanah, gembor untuk menyiram tanaman, oven untuk

analisis BK, timbangan untuk menimbang tanaman, kertas label untuk menandai

sampel, papan nama dan kalkulator untuk menghitung data.

Page 14: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

3.2. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

berpola Faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan sebagai kelompok. Faktor pertama

adalah pola tanam koro pedang diantara jagung (T), yaitu 1 baris (T1) dan 2 baris

(T2). Faktor kedua adalah kepadatan populasi koro pedang dalam baris (J), yaitu

40 cm (J1), 50 cm (J2), dan 60 cm (J3), sehingga diperoleh 6 macam kombinasi

perlakuan, yaitu T1J1, T1J2, T1J3, T2J1, T2J3, dan T3J3 dengan masing-masing

4 ulangan sebagai kelompok.

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan lahan, pemupukan, penanaman,

penyulaman, pemeliharaan tanaman dan pemanenan.

Sampel tanah diambil untuk dinalisis kandungan unsur hara. Tahap

persiapan lahan meliputi pembersihan gulma, pengolahan lahan dengan alat

traktor, dan dilanjutkan dengan pembuatan petak percobaan masing-masing 4,5 x

3,5 m. Pemupukan dasar dilakukan saat awal penanaman. Pupuk yang diberikan

yakni urea 300 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pemberian pupuk urea

dilakukan sebanyak tiga kali, yakni saat awal penanaman, saat tanaman berumur

satu bulan, dan saat tanaman menjelang panen masing-masing sepertiga dosis.

Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal lalu ditutup kembali dengan tanah.

Penanaman koro pedang secara tugal, dengan lubang tanah sedalam 5 cm,

kemudian memasukkan biji kara pedang berbiji putih tiap lubang perlakuan

sebanyak satu buah. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang

mati/tidak tumbuh. Waktu penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, dan pengamatan

parameter. Penyiraman dilakukan setiap hari yakni pagi dan sore tergantung

kondisi lingkungan dan kelembaban tanah. Penyiraman menggunakan gembor dan

air bersih sesuai kapasitas lapang. Penyiangan dilakuakan secara manual dua

minggu sekali. Penyiangan bertujuan untuk mengurangi gangguan dan pengaruh

gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Panen koro pedang dan

jagung dilakukan bersama saat biji polong matang dan siap panen yakni 16

minggu. Tanaman jagung siap panen saat berusia 90 hari. Jagung dipanen saat

Page 15: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

sebagian daun menguning dan gugur, biji sudah tua, batang mengeras dan tongkol

jagung penuh.

Parameter yang diamati meliputi efisiensi konversi BK, status N, P tanaman,

dan NKL. Parameter efisiensi konversi BK diukur melalui Absolute Growth Ratio

(AGR) meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, Indeks Luas Daun (ILD), produksi

berat segar, bahan kering, dan produksi bahan kering. Pengamatan pasca penen

meliputi nisbah batang, dan daun. Produksi pasca panen pada tanaman koro

pedang meliputi berat polong. Produksi pasca panen pada tanaman jagung

meliputi berat tongkol jagung dengan kelobot, berat biji jagung, dan berat tongkol.

Parameter lain adalah intensitas cahaya, dan status air tanah.

Tinggi tanaman koro pedang diukur dari pangkal tanaman sampai pangkal

tunas paling ujung pengukuran menggunakan meteran. Tinggi tanaman jagung

diukur dari pangkal sampai ujung tanaman. Ujung tanaman jagung diperoleh dari

pengamatan daun, caranya posisi daun dilipat lurus ke atas lalu diukur dari

pangkal sampai ujung daun yang ditegakkan lurus ke atas. Pengamatan tinggi

tanaman dilakukan setelah usia dua minggu setelah tanam. Jumlah daun koro

adalah jumlah helai petiole, jumlah daun jagung adalah jumlah daun yang tumbuh

di batang tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diamati setiap

dua minggu sekali. Luas daun diukur menggunakan metode gravimetri. Pada

prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Caranya

adalah dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas

untuk menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari

kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir

berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas. Indeks

Luas Daun Rata-rata (ILD), yaitu nisbah antara total luas daun (A) dengan luas

lahan (P), Indeks luas daun rata-rata menggambarkan kemampuan tanaman

menyerap radiasi matahari untuk proses fotosintesis. Indeks luas daun diperoleh

dengan mengukur seluruh daun yang terbuka sempurna. Untuk luas daun jagung

diukur dengan menggunakan rumus = panjang daun x lebar daun x 0.75.

Pengamatan luas daun diamatai setelah panen.

Page 16: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Perhitungan bahan kering dilakukan setelah sampel ditimbang dan

dikeringkan dalam oven 1050 C sampai beratnya konstan. Produksi bahan kering

diperoleh dengan mengalikan berat segar (BS) hijauan dengan kadar bahan kering

(% BK). Berat polong koro pedang ditimbang dan berat tongkol jagung diamati

dengan kelobot (ada tangkai, rambut jagung, dan kelobot). Berat biji jagung yang

sudah dipipil dan berat tongkol jagung diamati.

% Bahan Kering = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒐𝒗𝒆𝒏 (𝒈)

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒈𝒂𝒓 (𝒈) x 100%

PBK = % BK x Berat Segar (g)

Nisbah Daun Batang = Bahan kering daun(g) / Bahan kering batang (g)

Analisis P menggunakan metode spectrometer. Hasil analisis kadar hara

digunakan untuk menghitung serapan hara tanaman dengan mengalikan kadar

hara dengan bobot kering. Kadar N dikur dengan menggunakan metode Kjehdahl,

yaitu sampel tanaman diambil 0,3 gram dimasukkan dalam labu destruksi,

ditambah 0,3 gram selen dan 10 ml H2SO4 pekat. Destruksi dilakukan sampai

cairan berwarna hijau lalu didinginkan. Hasil destruksi dimasukkan dalam labu

destilasi ditambah 40 ml NaOH 45% dan digojog pelan-pelan, selanjutnya

ditambah 50 ml aquades dan dilakukan destilasi. Hasil destilasi dilakukan dalam

erlemeyer berisi 20 ml asam borat dan dua tetes indikator campuran MR + MB.

Proses destilasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi

hijau. Hasil proses destilasi diambil dan dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna hijau menjadi ungu. Larutan blanko dibuat dari asam borat dan

dua tetes indikator campuran MR+MB. Perhitungan kadar N dan serapan N

menggunakan rumus:

% Kadar N= (𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)𝑥 𝑛 𝐻𝐶𝐿 𝑥 0,014

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) x 100%

Prosuksi N= % Kadar N x PBK (g)

Data sekunder yang diamati adalah pengamatan intensitas cahaya

menggunakan alat Lightmeter. Lightmeter adalah pengukuran serapan cahaya di

daerah ultraviolet (200 – 350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu

senyawa.

Page 17: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Pengamatan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) pada pertanaman tumpangsari

koro pedang berbiji putih dengan jagung. Nisbah kesetaraan lahan dihitung untuk

memperoleh informasi mengenai tingkat efisiensi lahan dalam pertanaman

tumpangsari. Menurut Beet (1982) dalam Herlina (2011) NKL diperoleh

menggunakan rumus:

NKL = 𝑇1

𝑀1 +

𝑇2

𝑀2

Keterangan:

TI = Produksi tanaman T1 yang ditanam secara tumpangsari T2 = Produksi tanaman T2 yang ditanam secara tumpangsari M1= Produksi tanaman M1 yang ditananam secara monokultur.

M2 = Produksi tanaman M2 yang ditananam secara monokultur.

Page 18: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Ilustrasi 1. Petak Penanaman Koro Pedang dan Jagung (2 baris koro pedang di antara jagung, dan kepadatan populasi 60 cm)

3.3. Analisis Data

Model matematikanya yang menjelaskan hasil pengamatan adalah

sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + Kk + €ijk

Keterangan:

Yijk : Hasil pengamatan pertumbuhan pertanaman campuran koro pedang

(Canavalia ensiformis L.) dan jagung (Zea mays) perlakuan pola

x x x x x x x

* * * * *

* * * * * x x x x x x x

* * * * * * * * * * x x x x x x x

* * * * * * * * * *

x x x x x x x

1,2 m 40 cm

45 cm

x x x x x x x

* * * * *

* * * * * x x x x x x x

* * * * *

* * * * * x x x x x x x

* * * * * * * * * *

x x x x x x x

1,2 m

40

cm

45 cm

4,5 m

4,5 m

60 cm

60 cm

Page 19: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

tanam koro pedang diantara jagung ke-i, kepadatan populasi koro pedang dalam baris ke-j dan pada ulangan ke-k

µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh perlakuan pola tanam koro pedang diantara jagung ke-i (1, 2)

ßj : Pengaruh kepadatan populasi koro pedang dalam baris yang berbeda ke-j (1, 2, 3)

(αß)ij : Pengaruh interaksi pola tanam koro pedang di antara jagung ke-i dan

kepadatan populasi koro pedang dalam baris ke-j Kk : Pengaruh kelompok ke-k (1, 2, 3, 4)

€ijk : Galat pola tanam koro pedang di antara jagung ke-i, kepadatan populasi koro pedang dalam baris ke-j, dan kelompok ke-k

Hipotesis Statistik yang Diuji Adalah :

1. Ho : (αß)ij = 0 (yang berarti tidak ada pengaruh interaksi antara pola tanam

koro pedang di antara jagung dengan kepadatan populasi koro pedang dalam baris yang berbeda terhadap efisiensi konversi BK, status N, P, K tanaman dan NKL).

H1 : minimal ada satu yang sama (αß)ij ≠ 0 yang artinya ada pengaruh interaksi antara pola tanam koro pedang di antara jagung dengan

kepadatan populasi dalam baris yang berbeda terhadap efisiensi konversi BK, status N, P, K tanaman dan NKL.

2. Ho : (α)i = α1 = α2 = 0 (yang berarti tidak ada pengaruh antara pola tanam

pedang di antara jagung yang diujikan terhadap efisiensi konversi BK dan status N, P, K tanaman dan NKL ).

H1 : αi ≠ 0 yang artinya ada pengaruh pola tanam koro pedang di antara jagung yang diujikan terhadap efisiensi konversi BK dan atatus N, P, K tanaman dan NKL.

3. Ho : (ß)j = ß1 = ß2 = ß3 = 0 (yang berarti tidak ada perbedaan respon dari kepadatan populasi koro pedang dalam baris yang diujikan terhadap

efisiensi konversi BK, status N, P, K dan NKL tanaman). H1 : (ß)j ≠ 0 yang berarti ada perbedaan respon dari kepadatan populasi dalam

baris yang diujikan terhadap efisiensi konversi BK, status N, P, K

tanaman dan NKL.

Data pengamatan diolah menggunakan Anova yang dilanjutkan dengan uji

lanjut wilayah ganda Duncan dan polinomial ortogonal. Kriteria pengujian bila F

hitung < dari F tabel dengan α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 di tolak,

sebaliknya jka F hitung > dari F tabel dengan α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima. (Yitnosumarto, 1991).

Page 20: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

IV. Jadwal Rencana Penelitian

No Jadwal

Kegiatan

Bulan

Maret Apil Mei Juni Juli Agustus

1234 1234 1234 1234 1234 1234

1 Persiapan vvvv

2 Pelaksanaan vv vvvv vvvv vvvv vv 3 Pengolahan

Data

4 Konsultasi vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv 5 Penulisan vvvv vv 6 Tesis vv vvvv

V. Nama dan Biodata

a. Ketua Pelaksana Kegiatan

1. Nama Lengkap : Susanti, Spt. 2. NIM/NRM : 23010112410052

3. Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian/Magister Ilmu Ternak. 4. Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro 5. Waktu untuk kegiatan : 14 (jam/minggu)

b. Anggota Pelaksana 1. Nama Lengkap : Alfi Rachmansyah, Spt.

2. NIM/NRM : 23010112410053 3. Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian/Magister Ilmu Ternak.

4. Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro 5. Waktu untuk kegiatan : 14 (jam/minggu)

VI. Nama dan Boidata Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Ir. Syaiful Anwar, Msi. b. Golongan Pangkat dan NIP :

c. Jabatan Fungsional : d. Jabatan Struktural :

e. Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian f. Perguruan Tinggi : g. Bidang Keahlian:

h. Waktu untuk Kegiatan :

Page 21: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S. 2009. Introdusksi rumput dan leguminosa untuk pakan ternak pada

berbagai tipe lahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Makassar, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan 13 (1) : 54-61.

Beets, W. C. 1982. Multiple Croping and Tropical Farming System. Gower Publ

Co., Chicago.

Bostan, H., N. Sennamg., dan Y. Surung . 2007. Pertumbuhan dan produksi

tanaman kara pedang (Canavalia ensiformis) pada perlakuan pupuk dekaform. Jurnal Agrisains 8 (1) : 48-51.

Catharina, T. S. 2009. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsure hara N dan nilai

kesetaraan lahan di lahan kering. Fakultas Pertanian Universitas Maraswati, Mataram. Ganec Swara Edisi Khusus 3 (3) : 17-21.

Departemen Pertanian. 2012. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2012. Direktorat

Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta.

Ditjen Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Aneka Kacang Tahun 2012. Direktorat Budidaya

Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Dona, P. J., dan D. Guntoro. 2008. Pengaruh kalium terhadap pertumbuhan produksi dan kualitas jagung muda (Zea mays L.). Makalah Seminar

Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ella, A., dan A. Nurhayu. 2010. Kemampuan daya dukung hijauan pakan ternak (Flemengia congesta dan Desmodium rensonii) pada pola tanam

tumpangsari dengan tanaman jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makasar. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 422-427.

Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman

Budidaya. Cetakan Pertama. Universitas Indonesia, Jakarta (diterjemahkan oleh : H. Susilo, Subiyanto dan Handayani).

Ghulamahdi, M., S. A. Aziz., M. Melati., N. Dewi., dan S. A. Rais. 2007. Pengembangan budidaya jenuh air tanaman kedelai dengan sistem

tumpangsari padi kedelai lahan sawah. Dalam : Jajah Koswara (Ed)

Page 22: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif, Peningkatan Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif. Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal : 331-336.

Goldsworthy, P. R., and N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tanaman Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh Tohari).

Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis Dalam

Sistem Tumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccarata Sturt ) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.). Pogram Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.

Herlina N., dan I. F. Didik. (1996) Pengaruh Waktu Tanam dan Kepadatan Tanaman Selada Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah

dalam Sistem Tumpangsari. Agrivita. Vol. 19 (2) : 74 - 78. Ibrahim, T. M. 2010. Seleksi tanaman pakan ternak unggul mendukung

pengembangan kambing boerka di ekosistem kebun jeruk. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sumatera Utara, Medan. Hal : 579-585. Imaningsih, W., Hidayaturrahman., dan Gunawan. 2011. Pertumbuhan tanaman

jagung (Zea mays) yang diberi kompos tanah gambut dengan stimulator EM4 (Effective Microorganism 4). Program Studi Biologi FMIPA,

Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Bioscientiae 8 (2) : 6-15.

Kisman., N. Khumaida., Trikosoemaningtyas., Sobir., D. Sopandie. 2007. Karakter morfo-fisiologi daun penciri adaptasi kedelai terhadap intensitas

cahaya rendah. Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Buletin Agronomi 35 (2) : 96-102.

Mansyur., N. P. Indrani., dan I. Susilawati. 2007. Peranan leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanaman jagung untuk penyediaan hijauan pakan.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Hal : 879-885.

Maskyadji, A. S. Z. Z. 2007. Peningkatan produktivitas hijauan tanaman kacang komak (Dolichos lablab L.) dalam berbagai pola tumpang sari berbasis

tanaman jagung (Zea mays) di lahan kering. Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (1) : 72-84.

Muhajir, A. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Page 23: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Muhuria, L., K. N. Tyas., N. Khumaida., Trikoesoemaningtyas., dan D. Supandie,. 2006. Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas cahaya rendah: karakter daun untuk efisiensi penangkapan cahaya. Program Studi

Agronomi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Buletin Agronomi 34 (3) : 133-140.

Natural Resources Conservation Service. 2013. Plant Database. United States

Departemen of Agriculture. Time Generated: 01/13/2013 03.26 AM.

plants.usda.gov/wetland.html

Padmowidjoto, S. 2006. Integrasi Legum Dengan Tanaman Pangan dan Ternak Kambing Dalam Mratani Sistem. Prospect 2 (2): 1-4.

Paulus, J. M. 2005. Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon

ubi jalar pada sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Manado.

Eugenia 11 (1) : 1-7. Pertiwi, M. D., Samijan dan T. R. Prastuti. 2007. Upaya peningkatan kesesuaian

lahan dan produktivitas jagung di kabupaten Purbalingga melalui identifikasi faktor pembatas kualitas lahan berdasarkan AEZ skala 1 :

50.000. Prosiding Seminar Nasional. BPTP Jawa Tengah. Pinem, T., Z. Syarif., dan I. Chaniago. 2011. Studi waktu penanaman dan

populasi kacang tanah terhadap produksi kacang tanah dan jagung pada pola tanaman kacang tanah dan jagung. Program Studi Agronomi Program

Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang.Jerami 4 (2) : 102-108. Sena, S., K. R. Sridhar., and B. Bhagya,. 2005. Biochemical and biological

evaluation of an unconventional legume Canavalia maritima of coastal sand dunes of India. Departement of Biosciences Mangalore University, India.

Tropical and Subtropical Agroecosystems 5 (1) : 1-14.

Setyati, S. H. 1991. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.

Sinaga, R. 2008. Keterkaitan nisbah tajuk akar dan efisiensi penggunaan air pada

rumput gajah dan rumput raja akibat penurunan ketersediaan air tanah. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Biologi Sumatera 3 (1) : 29-35.

Sirajuddin, M., dan S. A. Lasmin,. 2010. Respon pertumbuhan dan hasil jagung

manis (Zea mays saccharata) pada berbagai waktu pemberian pupuk nitrogen dan ketebalan mulsa jerami. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland,

17 (3) : 184-191.

Page 24: I. JUDUL : EFISIENSI KONVERSI BK, STATUS NP, DAN · PDF fileLatar Belakang Produksi tanaman ... air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari ... dan bobot tongkol jagung

Sitompul, S. M., dan Purnomo, D. 2004. Peningkatan kinerja tanaman jagung dan kedelai pada sistem agroforestri jati dengan pemupukan nitrogen. Agrosains 6 (2) : 79-83.

Soetiarso, T. A. 2010. Sayuran Indigenous Alternatif Sumber Pangan Bergizi

Tinggi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang, Bandung. Iptek Holtikultura 6: 5-10.

Sundari, T., Soemartono., Tohari., dan W. Mangoendidjojo. 2005. Tingkat kritis intensitas cahaya relatif lima genotip kacang hijau (Vigna radiatus L.). Balai

Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Buletin Agronomi 33 (3) : 33-39.

Suryana, S. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung

di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,

Semarang. (Tesis Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan). Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan biota tanah untuk keberlanjutan

produktifitas pertanian lahan kering masam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Pengembangan

Inovasi Pertanian 1 (2) : 157-163. Winarti, E., Sarjiman., Supriyadi., dan C. Cahyaningrum. 2009. Potensi

kerandang (Canavalia virosa) sebagai sumber pakan dan pangan ternak alternatif. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 765-769.

Yitnosumarto, S. 1991. Percobaan Perancangan Analisis dan Interpretasinya.

Edisi pertama. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zuchri, A. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan perompesan daun jagung. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (2) :

157-163.

Zubaidi, A., dan N. Farida. 2008. Pertumbuhan bibit gaharu pada beberapa jenis naungan. CropAgro 1 (2) : 92-97.