huntap dongkelsari
DESCRIPTION
Makalah huntap dongkel sariTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN HUNIAN TETAP
Hunian Tetap adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan
lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
keluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing
social (Azwar, 1996; Mukono,2000). Hunian adalah struktur fisik terdiri dari
ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan
sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah
adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan, 2001).
1. 2 LATAR BELAKANG DIDIRIKAN NYA HUNIAN TETAP DI
DONGKELSARI
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 merupakan salah satu
letusan besar dalam catatan sejarah terjadinya erupsi Gunung Merapi. Letusan
eksplosif yang terjadi secara tiba-tiba tersebut menyebabkan 346 orang
meninggal, 121 korban luka berat, dan 5 orang korban hilang (PIP2BDIY, 2012).
Permukiman yang terletak disekitar lereng Gunung Merapi mengalami kerusakan
yang cukup parah. Beberapa pemukiman bahkan sampai terkubur oleh material
yang keluar pada saat erupsi terjadi. Tercatat sekitar 2.682 rumah rusak berat dan
tidak layak huni, 156 rumah rusak, dan 632 rumah rusak ringan (DPUP Sleman,
2013). Sedangkan kerugian materi yang dialami pemerintah dan masyarakat
dalam berbagai sektor mencapai Rp 2.141 triliun.
Setelah letusan terjadi, warga yang terkena dampak bencana direlokasi ke
tempat tinggal yang masih berupa hunian sementara (huntara). Sebanyak 2613
unit hunian sementara yang berasal dari bantuan berbagai macam pihak
dipergunakan warga untuk tempat tinggal. Rumah bantuan tersebut dibuat dari
bahan material bambu dan gedhek. Terdapat sepuluh lokasi yang dijadikan hunian
sementara, yaitu Plosokerep, Gondang 1, Gondang 2, Gondang 3, Gondang luar,
Banjarsari, Jetis Sumur, Dongkelsari, Kuwang, dan Kethingan. Warga menempati
hunian sementara sekitar dua tahun dari tahun 2010 sampai akhir tahun 2012.
Mulai tahun 2011 sampai 2013, pemerintah membuat rencana dan telah
berhasil membangun rumah permanen atau hunian tetap (huntap) bagi para korban
yang kehilangan tempat tinggal. Selain itu beberapa sektor lengkap dengan
infrastrukturnya yang sempat rusak karena bencana tersebut juga sempat
diperbaiki. Pembangunan hunian tetap ini merupakan suatu program rehabilitasi
dan rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani bencana
erupsi gunung merapi.
Bantuan benca Gunung Merapi ini difasilitatori oleh pihak REKOMPAK
(Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis
Komunitas). Bantuan yang disalurkan lewat program REKOMPAK berupa
Bantual Dana Lingkungan (BDL), Bantuan Dana Rumah (BDR), Komponen
Pendampingan Masyarakat, dan Komponen Pendampingan Teknis. Dana yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut totalnya sebesar Rp 770,903
milyar dengan rincian Rp 272,956 milyar untuk sektor infrastruktur, Rp 138,076
milyar untuk sektor permukiman, Rp146,227 milyar untuk sektor ekonomi
produktif, dan Rp 111,298 milyar untuksektor sosial.
Masyarakat yang tadinya tinggal di hunian sementara mulai dipindahkan
kehunian-hunian tetap yang sudah disediakan. Terdapat sekitar18 hunian tetap
yang tersebar lokasi-lokasi yang lebih aman daripada lokasi rumah tinggal mereka
sebelumnya. Hunian tetap tersebut tersebar di Umbulharjo (Huntap Bulak
Susukan, Karangkendal, dan Plosokerep), Kepuharjo (Huntap Batur dan
Pagerjurang), Wukirsari (Huntap Gondang 2, Gondang 3, dan Dongkelsari),
Glagaharjo (Huntap Gading, Banjarsari, dan Jetis Sumur), Argomulyo (Huntap
Kuwang dan Randusari), Sendangagung (Huntap Kisik, Gambretan, dan
Cancangan), Sindumartani (Huntap Klenthingan dan Jlapan), dan beberapa huntap
mandiri individu.
Kondisi kehidupan masyarakat korban bencana ini berubah drastis sejak
terjadi letusan. Sebelumnya mereka tinggal di sebuah lingkungan pedesaan
dengan halaman rumah yang luas, jarak antar rumah tidak berdempetan, dan
lingkungan yang masih alami. Sebagian besar masyarakat dulunya memiliki
pekerjaan sebagai petani, buruh, dan juga peternak. Namun kondisi hunian tetap
yang sekarang membuat mereka sulit untuk untuk melakukan aktivitas mereka
sebelumnya. Lahan pertanian milik mereka sudah rusak dan jauh dari
permukiman. Ditambah lagi ruang untuk beternak sangat terbatas. Kondisi
lingkungan perumahan mereka telah berubah menjadi lingkungan yang secara
fisiknya menyerupai perumahan perkotaan.
Pembangunan hunian tetap merupakan salah satu proses pembentukan
lingkungan baru yang sejak awal pembangunannya mengacu pada dokumen
perencanaannya. Perkembangannya pun tidak terjadi secara alamiah. Selain
rumah, pembangunan fasilitas sarana dan prasarana di hunian tetap juga telah
disediakan satu paket dengan pembangunan perumahannya. Masyarakat hunian
tetap yang sudah mulai menempati lokasi tempat tinggal melakukan adaptasi
untuk dapat tinggal di suatu hunian yang baru, dengan kondidi fisik lingkungan
yang baru juga. Adaptasi dilakukan mulai dari membiasakan diri untuk tinggal
dengan warga dari beberapa dusun secara berdampingan sampai pada adaptasi
untuk menggunakan fasilitas yang ada secara bersamaan. Diharapkan sarana
prasarana ini dapat menunjang kehidupan masyarakat yang tinggal di hunian tetap
tersebut. Begitu juga halnya yang terjadi di salah satu hunian tetap, yaitu Hunian
tetap Pagerjurang. Hunian tetap ini memiliki sarana prasarana yang terhitung
paling lengkap. Hunian tetap yang terletak di Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman ini merupakan salah satu hunian tetap yang
memiliki jumlah lahan paling luas dan juga jumlah penduduk yang paling banyak.
Namun kelengkapan sarana prasarana ternyata tidak selalu menimbulkan respon
positif dari warga. Ditambah lagi dengan jumlah warga yang cukup banyak dan
terdiri dari gabungan lima buah dusun kemudian memunculkan variasi-variasi
penerimaan masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang telah disediakan.
Kenyataan yang dihadapi sekarang adalah Gunung Merapi, ataupun
gunungapi-gunungapi lainnya masih selalu aktif sampai ratusan bahkan ribuan
tahun lagi. Dengan ancaman erupsi Gunung Merapi yang terjadi setiap dua sampai
lima tahun sekali, maka letusan besar sudah dapat diprediksikan akan terjadi lagi.
Sampai saat ini, pembangunan hunian tetap merupakan salah satu program
rehabilitasi dan rekonstruksi yang dapat memulihkan kondisi masyarakat yang
terkena dampak bencana. Apabila letusan besar terjadi lagi, maka program
pembangunan hunian tetap dimungkinkan akan dilakukan lagi. Oleh karena itu,
informasi untuk perbaikan-perbaikan dan pembuatan inovasi dalam pembangunan
sarana dan prasarana di hunian tetap merupakan salah satu elemen penting untuk
melengkapi perencanaan dan mendukung kehidupan sosial masyarakat serta
menciptakan kenyamanan di lingkungan permukiman yang baru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HASIL SURVEY
Dalam makalah ini kami membahas tentang Huntap (Hunian Tetap)
Dongkelsari Dusun gungan srodokan cangkringan. Hunian tetap Dongkelsari
merupakan hunian dimana sekarang telah ditempati oleh kurang lebih 200 kepala
keluarga yang dimna semuanya merupakan korban erupsi gunung merapi pada
tahun 2010.
Potensi bencana yang terjadi di hunian tetap Dongkel sari masih jauh lebih
aman bila dibandingkan dengan hunian sebelumnya. Para warga dipindahkan
karena pada lokasi sebelumnya sangat rawan terhadap lahar dingin. Lokasi
pemukiman yang dekat dengan sungai menjadi salah satu penyebab potensi
bencana lahar dingin di wilayah sebelumnya. Ketika kami mewawancarai salah
satu warga di Huntap Dongkel sari, selaku ketua mengatakan bahwa lokasi yang
dihuni sekarang cukup aman karena bukan menjadi jalur lahar dingin. Lokasi
Huntap yang berkisar 15 km dari merapi menjadi lokasi alternatif yang cukup baik
bila dibandingkan dengan lokasi sebelumnya.
Dalam mendirikan Huntap pemerintah mempunyai peraturan yang harus
dipatuhi oleh warga huntap dongkesari. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan
agar terciptanya keselarasan dan kebersihan huntap. Berikut adalah beberapa
peraturan yang harus dipatuhi oleh warga huntap dongkelsari:
1. Pemerintah memberikan satu cavling ukuran kisaran 10x10 dengan isian satu
kamar tidur, peralatan dapur, dan satu kamar mandi. Warga yang menempati
hunian tersebut tidak diperbolehkan melebarkan bangunannya melebihi luas
tanah yang tertera di sertifikat yang dimiliki oleh setiap warga.
2. Bangunan yang didirikan oleh pemerintah berupa rumah dengan tembok
tanpa plesteran, tanpa kusen pintu, dan kusen jendela. Sehingga warga harus
menambahkan kusen-kusen tersebut dengan biaya sendiri.
3. Seteleh warga menerima surat sertifikat tanah, warga huntap diperbolehkan
merenovasi rumah huntap. Renovasi dapat berupa pengubahan struktur
bangunan dari lantai satu menjadi lantai dua, pengecatan, penambahan pagar,
dan renovasi lainnya, dengan syarat tidak melebihi luas tanah yang sudah
tertera di setifikat masing-masing.
4. Warga tidak diperbolehkan memelihara ayam karena dikhawatirkan akan
membuat kumuh huntap dongkel sari. Apabila akan memelihara ayam harus
mempunyai pekarangan dan tidak membiarkan ayam peliharaan berkeliaran
huntap dongkelsari.
Pemindahan warga dari lokasi pasca bencana harus dilakukan karena
adanya beberapa kerusakan yang terjadi di daerah pasca bencana. Berikut ini
adalah beberapa kerusakan yang terjadi di antara kali gendol dan kali kuning
pasca bencana erupsi merapi 2010.
1. Lokasi pasca bencana sudah tidak layak untuk di huni karena banyak
bangunan yang ambruk dan adanya penumpukan material di lokasi pasca
bencana.
2. Bangunan sudah rata dengan tanah dan tidak layak huni. Walaupun ada
beberapa warga yang tetap tinggal di lokasi pasca bencana untuk mengurusi
ternak.
Untuk menunjang fasilitas huntap dongkel sari para warga melakukan
beberapa pembangunan di huntap tersebut. Pembangunan tersebut medapatkan
bantuan biaya dari beberapa organisasi swasta, organisasi asing, dan swadaya
masyarat. Pembangunan yang dibangun diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan rumah ibadah yaitu masjid Al-Hidayah bantuan dari RADAR
JOGJA. Sebelumnya huntap dongkelsari tidak mempunyai rumah ibadah
berupa masjid. Masjid ini mendapat bantuan dari Radar Jogja. Namun, ketika
kami mengunjungi masjid tersebut terlihat bahwa tidak ada perawatan yang
baik dari masyarat huntap. Pada lantai dua yang seharusnya digunakan untuk
ruang pertemuan warga tidak fungsingkan dengan baik bahkan terlihat
banyak kotoran burung di lantai tersebut. Berikut beberapa gambar yang kami
ambil ketika mengunjungi masjid di huntap dongkel sari:
Gambar 1 Masjid Al-Hidayah di Huntap Dongkelsari
Gambar 2 Lantai dua Masjid di Huntap Dongkelsari
2. Pembangunan pos kampling dimana disini memakai swadaya masyarakat
hunian tetap dongkelsari tanpa adanya campur tangan pemerintah.
Ketika kami menngunjungi huntap dongkelsari para warga sedang melakukan
kerja bakti pembangunan pos kampling. Sebenarnya huntap dongkelsari
sudah mempunyai pos kampling, namun lokasi pos kampling tersebut tidak
strategis, sehingga warga melakukan pemindahan pos kampling agar
keamanan huntap dapat dipantau dan dijaga dengan baik.
Gambar 3. Proses Pembangunan Pos Kampling
3. Pembangunan balai pertemuan warga dimana disini memakai swadaya
masyarakat hunian tetap dongkelsari tanpa adanya campur tangan pemerintah.
Balai pertemuan ini dibangun karena warga tidak mempunyai tempat
berkumpul ketika melakukan rapat atau pertemuan rutin. Biasanya warga
huntap melakukan pertemuan di Masjid di Lantai satu. Namun, karena
dikhawatirkan dapat mengganggu kegiatan ibadah di Masjid maka warga
huntap maka warga huntap berinisiatif untuk membangun balai pertemuan
warga. Warga membangun balai pertemuan dengan bambu sebagai kolom
dan lantai dan tripleks seng sebagai atap. Berikut adalah gambar bakal
petemuan yang sedang dibangun oleh warga huntap.
Gambar 4. Balai Pertemuan Warga yang sedang dibangun
4. Lapangan olah raga di samping halaman masjid
Gambar 5. Lapangan Olah Raga di samping masjid
Kekurangan dari Hunian tetap dongkelsari adalah sebagai berikut:
1. Kontur tanah yang dinilai kurang layak karena lembek. Dimana lokasi tempat
Hunian Tetap dongkelsari merupakan bekas dari lahan persawahan.
2. Kurangnya air bersih karena beberapa sumur disekitar pemukiman yang tidak
layak konsumsi atau berwarna kuning.
Gambar 6. Aliran Drainase Tidak Bersih
Gambar 7. Pompa Air untuk Memenuhi Kebutuhan Air Warga
3. Tidak adanya lahan untuk produktivitas masyarakat. Dimana masyarakat
harus masih menyewa.
4. Belum adanya bangunan untuk penyimpanan perlengkapan desa.
5. Kurangnya produktivitas masyarakat berupa ternak sapi atau ikan.Walau ada
namun masih sangat sedikit.
Gambar 8. Ternak Sapi dan Ikan
2.2 KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil survei yang dilakukan pada Minggu, 27 September
2015 adalah sebagai berikut:
1. Huntap dongkelsari masih kurang mendapat bantuan dari pihak luar sehingga
warga harus membiayai dan membangun fasilitas dengan biasa swadaya
warga.
2. Kurangnya produktivitas warga terlihat dari masjid yang tidak terurus dengan
baik dan jumlah peternakan yang sedikit.
3. Warga cukup berinisiatif dengan baik untuk meningkatkan keamaan dan
kemakmuran warga dengan membangun pos kampling dan balai pertemuan
warga.
4. Potensi bencana di huntap dongkel sari lebih kecil bila dibandingkan dengan
wilayah sebelumnya karena jauh dari aliran lahar dingin.