hukum menuduh zina

23
Adanya hukum Li’an / menuduh zina pertama yang terjadi dalam Islam (disebabkan), Syarik bin Sahma’ dituduh berzina oleh Hilal bin Umayyah dengan isterinya (Hilal), maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “(Tunjukkan) bukti, bila tidak, maka hadd (hukuman cambuk) di punggungmu.” (Hadits ini dikeluarkan Abu Ya’la, Secara hukum asal, siapa yang menuduh berzina terhadap laki-laki Muhshan (yang sudah beristeri), maka maka ia harus mengajukan bukti. Bukti dalam kasus zina adalah berupa persaksian empat orang laki-laki; bila tidak mengajukan bukti ini, maka orang tersebut (si penuduh) harus dikenakan hukum Hadd Qadzf sebanyak 80 kali cambuk. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka orang menuduh itu) delapan puluh kali dera…” (QS.an-Nur:4) Terkecuali dari makna umum ayat di atas, kasus seorang laki-laki (suami) menuduh isterinya berzina; maka ia harus mengajukan empat orang saksi; jika tidak ada, maka Hadd Qadzf bisa dicegah dengan syarat ia bersumpah sebanyak empat kali bahwa ia berkata benar terhadap tuduhan zina itu dan kali kelimanya, ia melaknat dirinya sendiri seraya mengatakan, “Dan laknat Allah lah atasnya bila ia berdusta.” Dengan begitu, persaksian itu baru bisa diajukan bila sudah melengkapi empat orang saksi. Hal itu, karena seorang laki-laki (suami) tidak mungkin berdiam saja ketika melihat isterinya melakukan perbuatan keji (zina) sebagaimana kalau ada orang melihatnya bersama wanita

Upload: tharita-sugiarti-hermawan

Post on 02-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Menuduh Zina

Adanya hukum Li’an / menuduh zina pertama yang terjadi dalam Islam (disebabkan), Syarik bin

Sahma’ dituduh berzina oleh Hilal bin Umayyah dengan isterinya (Hilal), maka Rasulullah SAW

bersabda kepadanya, “(Tunjukkan) bukti, bila tidak, maka hadd (hukuman cambuk) di

punggungmu.” (Hadits ini dikeluarkan Abu Ya’la, Secara hukum asal, siapa yang menuduh

berzina terhadap laki-laki Muhshan (yang sudah beristeri), maka maka ia harus mengajukan

bukti. Bukti dalam kasus zina adalah berupa persaksian empat orang laki-laki; bila tidak

mengajukan bukti ini, maka orang tersebut (si penuduh) harus dikenakan hukum Hadd Qadzf

sebanyak 80 kali cambuk. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang

menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang

saksi, maka deralah mereka orang menuduh itu) delapan puluh kali dera…” (QS.an-Nur:4)

Terkecuali dari makna umum ayat di atas, kasus seorang laki-laki (suami) menuduh isterinya

berzina; maka ia harus mengajukan empat orang saksi; jika tidak ada, maka Hadd Qadzf bisa

dicegah dengan syarat ia bersumpah sebanyak empat kali bahwa ia berkata benar terhadap

tuduhan zina itu dan kali kelimanya, ia melaknat dirinya sendiri seraya mengatakan, “Dan laknat

Allah lah atasnya bila ia berdusta.” Dengan begitu, persaksian itu baru bisa diajukan bila sudah

melengkapi empat orang saksi.

Hal itu, karena seorang laki-laki (suami) tidak mungkin berdiam saja ketika melihat

isterinya melakukan perbuatan keji (zina) sebagaimana kalau ada orang melihatnya bersama

wanita asing, sebab hal itu merupakan aib baginya (suami), dan pelanggaran terhadap

kehormatannya dan perusak ranjangnya. Karena itu, ia tidak boleh menuduh isterinya kecuali

setelah melakukan pengecekan sebab tindakannya itu biasanya didorong oleh faktor

kecemburuan yang teramat sangat, sebab pada dasarnya, aib akan diterima mereka berdua

(sebagai suami-isteri). Jadi, inilah yang menguatkan kebenaran klaimnya.

Dua Imam madzhab; Abu Hanifah dan Imam Malik memandang bahwa orang yang

menuduh laki-laki lain berzina dengan isterinya, maka ia harus mengajukan bukti atas hal itu,

sebab bila tidak, maka ia dikenakan hukuman Hadd. Alasannya, karena hal itu merupakan

tuduhan berzina terhadap orang yang seharusnya tidak perlu dituduh sehingga ia berada dalam

posisi hukum asal Hadd Qadzf.

Sementara dua Imam madzhab lagi; imam asy-Syafi’i dan Ahmad memandang bahwa bila suami

menuduh isterinya berzina dengan laki-laki tertentu ,jika istrinya terbukti berjinah , maka telah

Page 2: Hukum Menuduh Zina

gugur atasnya Hadd dan jatuh kepada isterinya. Siapa yang menuduhnya (isterinya) berzina,

maka dia harus menyebutkannya dalam Li’an atau tidak menyebutnya sebab Li’an membutuhkan

bukti dari salah satu dari kedua belah pihak, sehingga ia menjadi bukti pada pihak yang lain

seperti kedudukan persaksian. Jika suami tidak melakukan Li’an, maka bagi masing-masing dari

suami dan laki-laki yang dituduh berzina dengan isterinya itu harus menuntut dilakukannya

Hadd; siapa saja di antara keduanya yang meminta, maka ia sendiri yang dihukum Hadd dan

tidak dapat dikenakan kepada yang belum memintanya.

(sumber:http://dirga-sma-khadijah-surabaya.blogspot.com/2009/03/pengertian-zina.html)

(SUMBER: Tawdhiih al-Ahkaam Min Buluugh al-Maraam karya Syaikh Abdullah bin

Abdurrahman al-Bassam, Jld.V, hal.302-303)

HUKUM MENUDUH BERZINA

1. Pengertian Qadzf

Secara bahasa makna kata ‘Qadzf’ adalah ‘ar-Romyu bisySyay’i (menuduh sesuatu).Sedangkan

secara istilah adalah menuduh berzina atau melakukan liwath (homoseksual)

‘Qadzf’ terbagi kepada dua jenis:

Pertama, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai hukum ‘Hadd’ (hukuman yang telah ditetapkan

ukurannya berdasarkan al-Qur’an atau hadits)

Kedua, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ (hukuman yang dijatuhkan berdasarkan

kebijakan penguasa pemerintahan Islam)

Bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya (Qadzif) dikenai hukuman ‘Hadd’ adalah menuduh seorang

Muhshon (yang sudah menikah) melakukan zina, menafikan nasabnya atau menuduhnya

melakukan liwath. Sedangkan bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ adalah

Page 3: Hukum Menuduh Zina

menuduh secara tidak terang-terangan terkait dengan hal-hal di atas atau menuduh dengan selain

itu.

Hukum ‘Qadzf’ adalah HARAM berdasarkan nash al-Qur’an, hadits dan Ijma’. Allah

SWTberfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)

dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)

delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan

mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.an-Nur:4) Di dalam kitab ‘ash-Shahihain’ (Shahih

al-Bukhari dan Muslim), dari hadits Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jauhilah

tujuh perkara yang mencampakkan…. (salah satunya beliau menyebutkan)… al-Qadzf.” Para

ulama juga telah bersepakat (Ijma’) bahwasanya ‘Qadzf’ tersebut merupakan salah satu dosa

besar (Kaba’ir). Ibn Rusyd mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa disamping diwajibkannya

hukum hadd, maka persaksiannya (Qadzif) gugur selama belum bertaubat. Mereka juga

bersepakat bahwa taubat tidak dapat membatalkan hukuman ‘hadd.’

MENUDUH ZINA

Qadzaf atau menuduh berzina merupakan suatu kesalahan yang harus dikenai hukuman karena

merupakan dosa. Islam mengharamkan qadzar karena melindungi kehormatan manusia, menjaga

reputasinya dan memelihara kemuliannya. Dengan demikian orang-orang yang bermaksud

melukai perasaan orang lain dan menginjak-injak kehormatan orang lain dapat dicegah.

Islam melarang mensyiarkan berita jelek pada diri orang-orang yang beriman, sehingga dengan

demikian kehidupan orang Islam dapat bersih dari noda kejelakan. Tuduhan berzina akan

membawa akibat buruk dalam kehidupan manusia, karena dengan tuduhan berzina selain akan

menghilangkan kehormatan, dan nama baik orang yang dituduh berzina itu bisa dikucilkan

dalam masyarakat atau lingkungannya.

Islam mengajarkan agar manusia selalu berbuat baik dan tidak membuat kerusakan. Karena

orang yang menuduh berzina yang tidak dapat memberikan kesaksian maka dia juga akan

disebut sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan orang yang membuat kerusakan.Jadi

Qadzaf merupakan perbuatan yang diharamkan, karena membawa dampak buruk pada

Page 4: Hukum Menuduh Zina

kehidupan manusia. Bukan orang yang dituduh saja yang akan hancur, akan tetapi yang

menuduhkan bisa hancur kalau dia tidak bisa menunjukkan kebenaran tuduhan itu atau

mempunyai maksud buruk untuk melawan hukum. Dan orang orang yang menuduh itu akan

diberi hukuman dera delapan puluh kali tuduhannya itu terbukti tidak benar.

Dasar hukum yanmg menerangkan larangan Qadzaf :

Al-Qur'an

Surat An-Nur ayat 4 :

�د�ا �ب أ ه�اد�ة� ش� �ه�م� ل �وا �ل �ق�ب ت و�ال �د�ة� ل ج� �ين� �م�ان ث �د�وه�م� ل ف�اج� ه�د�اء� ش� �ع�ة� ب ر�� �أ ب �وا ت

� �أ ي �م� ل �م& ث �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� و�ال

ق�ون� �ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak

mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali

dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah

orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nur: 4)

ع�ظ�يم3 ع�ذ�اب3 �ه�م� و�ل ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �وا �ع�ن ل �ات� �م�ؤ�م�ن ال �غ�اف�الت� ال �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� ال �ن& إ

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman

(berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS.

An-Nur: 23)

Surat An-Nur ayat 19

ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �يم3 ل� أ ع�ذ�اب3 �ه�م� ل �وا آم�ن &ذ�ين� ال ف�ي ة� �ف�اح�ش� ال يع� �ش� ت �ن� أ 9ون� ب �ح� ي &ذ�ين� ال �ن& إ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di

kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan

Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur: 19)

Hadist

Page 5: Hukum Menuduh Zina

: : . قال� ؟ م�ن& و�ما الله� و�ل� س� �ار� ي قالوا بقات الم�و� �ع� ب الس& �و�ا �ب �ي �ن ت �ج� ا قال� م ص �يي� &ب الن ع�ن ة� �ر� ي ه�ر� ابى ع�ن�

ح�ف� الز& �و�م� ي Nو�لى� و�الت �م� �ي �ت الي مال و�اكل� �الح�ق& ب � إأل له� ال م� ح�ر& التى التقس �ل� وق�ت و�سTح�ر� �االله� ب الشيرك

( البخاري ( رواه الغاف�الت� �اب� الم�ؤ�م�ن �ت� الم�م�ح�ص�ن و�ق�د�ن�

“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh macam perbuatan yang

merusak. Para sahabat bertanya: Wahai Rosulullah apakah yang tujuh perkara itu? Nabi

menjawab: menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali

dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari pada waktu pertempuran, menuduh

wanita baik-baik, beriman dengan lenah (berbuat zina)”

Dan hadis berikut (Terjemahnya): “Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Hilal bin Umayyah menuduh

istrinya berzina di zaman Nabi Saw. Hilal menuduh istrinya berzina dengan Syuraik bin Samha`.

Maka Nabi Saw bersabda: “Pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggungmu? Hilal

menjawab: “Bagaimanakah jika salah seorang dari kami melihat istri berzina dengan seorang

laki-laki, apakah dia harus pergi mencari saksi sebagai bukti ya Rasullullah? Beliau bersabda: “

pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggung kamu? Hilal berkata: “”Demi Allah yang

mengutus tuan dengan benar, sungguh aku yang benar dan Allah pasti menurunkan wahyu yang

menyelamatkan punggungku dari hukuman”. Maka Jibril turun menyampaikan wahyu (Al-Quran

S.24 An-Nur 6 Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada

mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali

bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar)

Lalu Nabi Saw pergi memerintahkan mencari istri Hilal. Kemudian hilal datang dan bersaksi.

Tetapi Nabi Saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa salah seorang kalian itu bohong, maukah

kalian bertobat” Lalu si perempuan itu berdiri dan bersumpah. Ketika sampai sumpahnya yang

ke-5 para sahabat menghentikannya dan mereka berkata: “Sudah cukup kuat”. Ibnu ‘Abbas

berkata: “Perempuan itu memperlambat dan mundur, sampai aku menduga dia akan kembali”

Lalu perempuan itu berkata: “Aku tidak mau membuka kejelekan kaumku” sepenuh hari” Nabi

Saw bersabda: “Perhatikanlah perempuan itu bila dia datang dengan celak mata yang hitam

betisnya agak besar artinya untuk Syuraik bin Samha`. Maka waktu perempuan itu datang persis

seperti yang digambarkan tadi maka Nabi Saw bersdabda: “Jika seandainya belum terjadi firman

Allah berarti untuk aku sedangkan perempuan tadi mempunyai masalah” (HR Bukhari no.4378).

Page 6: Hukum Menuduh Zina

D.Hukum suami mengatakan pada istrinya “pelacur”

Bagaimana hukumnya suami mengatakan pada Istrinya “Pelacur“,hal ini dikarenakan istri yang

tidak patuh /berbuat salah pada suami Ucapan itu dosa besar dua dosa besar, yg pertama pada

Allah, maka hendaknya pelaku beristighfar dan bersungguh sungguh dalam usahanya

menghindari hal serupa. yg kedua adalah dosa pada istrinya, ia mesti meminta maaf pada istrinya

dan bersungguh sungguh untuk tak mengulanginya lagi,

Beda dengan menuduh, kalau menuduh maka hukumnya berat, terkena hukum Qadzaf dan Li’an,

yaitu adalah suami atau istri yg menuduh suaminya atau istrinya berzina dan ada 4 orang saksi

yg melihat perzinahan dg matanya) jikapun ada 4 saksi atau lebih yg melihat perbuatan zina itu,

tapi diantara mereka tak ada 4 orang yg mau bersaksi, maka yg 3 saksi akan terkena hukum

qadzaf, yaitu dicambuk 80x karena divonis menuduh zina tanpa cukup bukti. jika tak ada saksi,

khusus untuk istri/suami yg menuduh suami/istrinya berzina dan yg dituduh tak terima/tidak

mengaku, atau yg menuduh mempermasalahkan, maka keduanya dihadirkan di sidang

pengadilan syariah, keduanya bersumpah 5X. suami bersumpah dengan Nama Allah bahwa ia

betul bahwa istrinya berzina, ia ulangi lagi sumpahnya yg sama, demikian sampai 4X sumpah dg

nama Allah bahwa istrinya berzina, lalu ia bersumpah lagi yg kelima Dengan Nama Allah, agar

laknat Allah turun padanya jika ia dusta. demikian 5x sumpah. lalu istrinya (tertuduh) jika tak

merasa melakukan, atau menolak tuduhan itu, ia mesti bersumpah pula 4X Dengan Nama Allah

bahwa ia tidak berzina dan tuduhan itu dusta, dan sumpah lagi yg kelima dg Nama Allah agar

Laknat Allah turun padanya jika ia berdusta. (QS Annur 6-10) jika keduanya sampai melakukan

sumpah itu maka hakim menjatuhkan Talaq 3 (cerai) dan tak akan bisa kembali lagi sebagai

suami istri selama lamanya. ini talaq yg paling berat, sebab talaq 1 tentunya bisa rujuk kembali,

demikian talak 2, bisa rujuk dan kembali, namun talaq 3 maka cerai tanpa bisa kembali kecuali

kalau istri sudah menikah dg orang lain hingga bersetubuh dg suaminya yg baru, lalu mungkin

kalau sampai bercerai, maka baru bisa menikah kembali dg suaminya yg pertama. namun talak

yg disertai sumpah diatas itu, tak bisa kembali selama lamanya.

Bab II

Page 7: Hukum Menuduh Zina

Landasan teori

A.pengertian zina

Zina bisa dipilah menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian zina yang bersifat

khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat umum. Pengertian yang bersifat umum meliputi

zina yang berkonsekuensi dihukum hudud dan yang tidak. Dan dalam pengertian khusus adalah

yang semata-mata mengandung konsekuensi hukum hudud.

Beberapa Pengertian Zina :

1. Zina dalam pengertian khusus

Zina dalam pengertian khusus hanyalah yang berkonsekuensi pelaksanaan hukum hudud. Yaitu

zina yang melahirkan konsekuensi hukum hudud, baik rajam atau cambuk. Bentuknya adalah

hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang dilakukan dengan keinginannya

pada wanita yang bukan haknya di wilayah negeri berhukum Islam.Untuk itu konsekuensi

hukumya adalah cambuk 100 kali sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-

Quran Al-Kariem :Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100

kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama

Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman

mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2)

Sedangkan Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa zina itu adalah hubungan seksual yang

dilakukan oleh seorang mukallaf muslim pada kemaluan wanita yang bukan haknya (bukan istri

atau budak) tanpa syubhat atau disengaja. Sedangkan As-syafi'iyyah mendefiniskan bahwa zina

adalah masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan

mahram dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat. Dan Al-Hanabilah

mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan fahisyah (hubungan seksual di luar nikah) yang

dilakukan pada kemaluan atau dubur.Namun untuk menjalankan hukum zina seperti ini, maka

ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi antara lain :

Pelakunya adalah seorang mukallaf , yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang anak

kecil atau orang gila melakukan hubungan seksual di luar nikah maka tidak termasuk

Page 8: Hukum Menuduh Zina

dalam kategori zina secara syar`i yang wajib dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu

juga bila dilakukan oleh seorang idiot yang para medis mengakui kekuranganya itu.

Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia baik laki-laki ataupun seorang wanita.

Sehingga bila seorang laki-laki berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi

dan lain-lain tidak termasuk dalam kategori zina, namun punya hukum tersendiri.

Dilakukan dengan manusia yang masih hidup. Sedangkan bila seseorang menyetubuhi

seorang mayat yang telah mati, juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud

dan memiliki konsekuensi hukum tersendiri.

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zina itu hanyalah bila dilakukan dengan

memasukkan kemaluan lak-laki ke dalam kemaluan wanita . Jadi bila dimasukkan ke

dalam dubur (anus), tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki hukum

tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan Imam Ahmad tetap

menyatakan bahwa hal itu termasuk zina yang dimaksud.

Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa baik oleh pihak laki-laki maupun

wanita.

Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi berdiri tegak hukum Islam secara

formal , yaitu di negeri yang 'adil'atau 'darul-Islam'. Sedangkan bila dilakukan di negeri

yang tidak berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai dengan ayat

hudud.

2. ZINA DALAM PENGERTIAN UMUM

Zina Dalam Pengertian Umum seperti Zina tangan, mata, telinga dan hati merupakan pengertian

zina yang bermakna luas. Tentu saja zina seperti ini tidak berkonsekuensi kepada hukum hudud

baik rajam atau cambuk dan pengasingan setahun. Namun zina dalam pengertian ini juga

melahirkan dosa dan ancaman siksa dari Allah SWT. Dalil larangan zina secara umum adalah

firman Allah SWT :Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa' : 32)

Yang termasuk zina adalah apa-apa yang telah ditetapkan oleh Hukum Syar'i contohnya ialah

seperti keterangan diatas baik menurut imam² Madzhab Yang termasuk Zina Besar adalah

masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan mahram

dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat.dan yang termasuk zina kecil

Page 9: Hukum Menuduh Zina

seperti keterangan hadist dibawah iniDari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. Sabdanya : “Nasib

anak Adam mengenai zina telah ditetapkan. Tidak mustahil dia pernah melakukannya. Dua mata,

zinanya memandang. Dua telinga, zinanya mendengar. Lidah, zinanya berkata. Tangan zinanya

memegang. Kaki, zinanya melangkah. Hati, zinanya ingin dan rindu, sedangkan faraj (kemaluan)

hanya mengikuti dan tidak mengikuti.” (Hadis Shahih Muslim No. 2282)

Jika kita melihat dari Hadis Shahih Muslim tersebut, sudah jelas-jelas bahwa Pacaran itu

termasuk Zina. Zina Mata = Memandang, Zina Telinga = Mendengar, Zina Lidah = Berkata,

Zina Tangan = Memegang, Zina Kaki = Melangkah, Zina Hati = Ingin dan RinduMemang ini

semua masuk dalam kategori Zina kecil. Tapi ini semua menjadi pintu untuk melakukan Zina

besar , seperti dijelaskan pada akhir hadis yang berbunyi “…sedangkan faraj (kemaluan) hanya

mengikuti dan tidak mengikuti.”Kenapa? Karena tidaklah mungkin orang akan berzina besar,

jika zina kecil ini tidak dilakukan terlebih dahulu. Jadi meskipun zina kecil, hal ini juga tetap

haram hukumnya.

B. HUKUM MENUDUH ZINA

1. Pengertian Qadzf

Secara bahasa makna kata ‘Qadzf’ adalah ‘ar-Romyu bisySyay’i (menuduh sesuatu).Sedangkan

secara istilah adalah menuduh berzina atau melakukan liwath (homoseksual)

‘Qadzf’ terbagi kepada dua jenis:

Pertama, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai hukum ‘Hadd’ (hukuman yang telah ditetapkan

ukurannya berdasarkan al-Qur’an atau hadits)

Kedua, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ (hukuman yang dijatuhkan berdasarkan

kebijakan penguasa pemerintahan Islam)

Bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya (Qadzif) dikenai hukuman ‘Hadd’ adalah menuduh seorang

Muhshon (yang sudah menikah) melakukan zina, menafikan nasabnya atau menuduhnya

melakukan liwath. Sedangkan bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ adalah

menuduh secara tidak terang-terangan terkait dengan hal-hal di atas atau menuduh dengan selain

itu.

Page 10: Hukum Menuduh Zina

Hukum ‘Qadzf’ adalah HARAM berdasarkan nash al-Qur’an, hadits dan Ijma’. Allah

SWTberfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)

dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)

delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan

mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.an-Nur:4) Di dalam kitab ‘ash-Shahihain’ (Shahih

al-Bukhari dan Muslim), dari hadits Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jauhilah

tujuh perkara yang mencampakkan…. (salah satunya beliau menyebutkan)… al-Qadzf.” Para

ulama juga telah bersepakat (Ijma’) bahwasanya ‘Qadzf’ tersebut merupakan salah satu dosa

besar (Kaba’ir). Ibn Rusyd mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa disamping diwajibkannya

hukum hadd, maka persaksiannya (Qadzif) gugur selama belum bertaubat. Mereka juga

bersepakat bahwa taubat tidak dapat membatalkan hukuman ‘hadd.’

2. Pengertian li’an

Adanya hukum Li’an / menuduh zina pertama yang terjadi dalam Islam (disebabkan), Syarik bin

Sahma’ dituduh berzina oleh Hilal bin Umayyah dengan isterinya (Hilal), maka Rasulullah SAW

bersabda kepadanya, “(Tunjukkan) bukti, bila tidak, maka hadd (hukuman cambuk) di

punggungmu.” (Hadits ini dikeluarkan Abu Ya’la, Secara hukum asal, siapa yang menuduh

berzina terhadap laki-laki Muhshan (yang sudah beristeri), maka maka ia harus mengajukan

bukti. Bukti dalam kasus zina adalah berupa persaksian empat orang laki-laki; bila tidak

mengajukan bukti ini, maka orang tersebut (si penuduh) harus dikenakan hukum Hadd Qadzf

sebanyak 80 kali cambuk. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang

menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang

saksi, maka deralah mereka orang menuduh itu) delapan puluh kali dera…” (QS.an-Nur:4)

Terkecuali dari makna umum ayat di atas, kasus seorang laki-laki (suami) menuduh isterinya

berzina; maka ia harus mengajukan empat orang saksi; jika tidak ada, maka Hadd Qadzf bisa

dicegah dengan syarat ia bersumpah sebanyak empat kali bahwa ia berkata benar terhadap

tuduhan zina itu dan kali kelimanya, ia melaknat dirinya sendiri seraya mengatakan, “Dan laknat

Allah lah atasnya bila ia berdusta.” Dengan begitu, persaksian itu baru bisa diajukan bila sudah

melengkapi empat orang saksi.

Hal itu, karena seorang laki-laki (suami) tidak mungkin berdiam saja ketika melihat isterinya

melakukan perbuatan keji (zina) sebagaimana kalau ada orang melihatnya bersama wanita asing,

Page 11: Hukum Menuduh Zina

sebab hal itu merupakan aib baginya (suami), dan pelanggaran terhadap kehormatannya dan

perusak ranjangnya. Karena itu, ia tidak boleh menuduh isterinya kecuali setelah melakukan

pengecekan sebab tindakannya itu biasanya didorong oleh faktor kecemburuan yang teramat

sangat, sebab pada dasarnya, aib akan diterima mereka berdua (sebagai suami-isteri). Jadi, inilah

yang menguatkan kebenaran klaimnya.

Dua Imam madzhab; Abu Hanifah dan Imam Malik memandang bahwa orang yang menuduh

laki-laki lain berzina dengan isterinya, maka ia harus mengajukan bukti atas hal itu, sebab bila

tidak, maka ia dikenakan hukuman Hadd. Alasannya, karena hal itu merupakan tuduhan

berzina terhadap orang yang seharusnya tidak perlu dituduh sehingga ia berada dalam posisi

hukum asal Hadd Qadzf. Sementara dua Imam madzhab lagi; imam asy-Syafi’i dan Ahmad

memandang bahwa bila suami menuduh isterinya berzina dengan laki-laki tertentu ,jika

istrinya terbukti berjinah , maka telah gugur atasnya Hadd dan jatuh kepada isterinya. Siapa

yang menuduhnya (isterinya) berzina, maka dia harus menyebutkannya dalam Li’an atau tidak

menyebutnya sebab Li’an membutuhkan bukti dari salah satu dari kedua belah pihak, sehingga

ia menjadi bukti pada pihak yang lain seperti kedudukan persaksian. Jika suami tidak

melakukan Li’an, maka bagi masing-masing dari suami dan laki-laki yang dituduh berzina

dengan isterinya itu harus menuntut dilakukannya Hadd; siapa saja di antara keduanya yang

meminta, maka ia sendiri yang dihukum Hadd dan tidak dapat dikenakan kepada yang belum

memintanya.

Page 12: Hukum Menuduh Zina

C . DASAR HUKUM YANMG MENERANGKAN LARANGAN QADZAF

1. al-qur'an

Surat An-Nur ayat 4 :

�د�ا �ب أ ه�اد�ة� ش� �ه�م� ل �وا �ل �ق�ب ت و�ال �د�ة� ل ج� �ين� �م�ان ث �د�وه�م� ل ف�اج� ه�د�اء� ش� �ع�ة� ب ر�� �أ ب �وا ت

� �أ ي �م� ل �م& ث �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� و�ال

ق�ون� �ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak

mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali

dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah

orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nur: 4)

ع�ظ�يم3 ع�ذ�اب3 �ه�م� و�ل ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �وا �ع�ن ل �ات� �م�ؤ�م�ن ال �غ�اف�الت� ال �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� ال �ن& إ

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman

(berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS.

An-Nur: 23)

Surat An-Nur ayat 19

ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �يم3 ل� أ ع�ذ�اب3 �ه�م� ل �وا آم�ن &ذ�ين� ال ف�ي ة� �ف�اح�ش� ال يع� �ش� ت �ن� أ 9ون� ب �ح� ي &ذ�ين� ال �ن& إ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di

kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan

Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur: 19)

2. Hadist

: : . قال� ؟ م�ن& و�ما الله� و�ل� س� �ار� ي قالوا بقات الم�و� �ع� ب الس& �و�ا �ب �ي �ن ت �ج� ا قال� م ص �يي� &ب الن ع�ن ة� �ر� ي ه�ر� ابى ع�ن�

ح�ف� الز& �و�م� ي Nو�لى� و�الت �م� �ي �ت الي مال و�اكل� �الح�ق& ب � إأل له� ال م� ح�ر& التى التقس �ل� وق�ت و�سTح�ر� �االله� ب الشيرك

( البخاري ( رواه الغاف�الت� �اب� الم�ؤ�م�ن �ت� الم�م�ح�ص�ن و�ق�د�ن�

Page 13: Hukum Menuduh Zina

“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh macam perbuatan yang

merusak. Para sahabat bertanya: Wahai Rosulullah apakah yang tujuh perkara itu? Nabi

menjawab: menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali

dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari pada waktu pertempuran, menuduh

wanita baik-baik, beriman dengan lenah (berbuat zina)”

Dan hadis berikut (Terjemahnya): “Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Hilal bin Umayyah menuduh

istrinya berzina di zaman Nabi Saw. Hilal menuduh istrinya berzina dengan Syuraik bin Samha`.

Maka Nabi Saw bersabda: “Pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggungmu? Hilal

menjawab: “Bagaimanakah jika salah seorang dari kami melihat istri berzina dengan seorang

laki-laki, apakah dia harus pergi mencari saksi sebagai bukti ya Rasullullah? Beliau bersabda: “

pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggung kamu? Hilal berkata: “”Demi Allah yang

mengutus tuan dengan benar, sungguh aku yang benar dan Allah pasti menurunkan wahyu yang

menyelamatkan punggungku dari hukuman”. Maka Jibril turun menyampaikan wahyu (Al-Quran

S.24 An-Nur 6 Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada

mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali

bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar)

Lalu Nabi Saw pergi memerintahkan mencari istri Hilal. Kemudian hilal datang dan bersaksi.

Tetapi Nabi Saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa salah seorang kalian itu bohong, maukah

kalian bertobat” Lalu si perempuan itu berdiri dan bersumpah. Ketika sampai sumpahnya yang

ke-5 para sahabat menghentikannya dan mereka berkata: “Sudah cukup kuat”. Ibnu ‘Abbas

berkata: “Perempuan itu memperlambat dan mundur, sampai aku menduga dia akan kembali”

Lalu perempuan itu berkata: “Aku tidak mau membuka kejelekan kaumku” sepenuh hari” Nabi

Saw bersabda: “Perhatikanlah perempuan itu bila dia datang dengan celak mata yang hitam

betisnya agak besar artinya untuk Syuraik bin Samha`. Maka waktu perempuan itu datang persis

seperti yang digambarkan tadi maka Nabi Saw bersdabda: “Jika seandainya belum terjadi firman

Allah berarti untuk aku sedangkan perempuan tadi mempunyai masalah” (HR Bukhari no.4378).

Page 14: Hukum Menuduh Zina

D.HUKUM SUAMI MENGATAKAN PADA ISTRINYA “PELACUR”

Bagaimana hukumnya suami mengatakan pada Istrinya “Pelacur“,hal ini dikarenakan istri yang

tidak patuh /berbuat salah pada suami Ucapan itu dosa besar dua dosa besar, yg pertama pada

Allah, maka hendaknya pelaku beristighfar dan bersungguh sungguh dalam usahanya

menghindari hal serupa. yg kedua adalah dosa pada istrinya, ia mesti meminta maaf pada istrinya

dan bersungguh sungguh untuk tak mengulanginya lagi,

Beda dengan menuduh, kalau menuduh maka hukumnya berat, terkena hukum Qadzaf dan Li’an,

yaitu adalah suami atau istri yg menuduh suaminya atau istrinya berzina dan ada 4 orang saksi

yg melihat perzinahan dg matanya) jikapun ada 4 saksi atau lebih yg melihat perbuatan zina itu,

tapi diantara mereka tak ada 4 orang yg mau bersaksi, maka yg 3 saksi akan terkena hukum

qadzaf, yaitu dicambuk 80x karena divonis menuduh zina tanpa cukup bukti. jika tak ada saksi,

khusus untuk istri/suami yg menuduh suami/istrinya berzina dan yg dituduh tak terima/tidak

mengaku, atau yg menuduh mempermasalahkan, maka keduanya dihadirkan di sidang

pengadilan syariah, keduanya bersumpah 5X. suami bersumpah dengan Nama Allah bahwa ia

betul bahwa istrinya berzina, ia ulangi lagi sumpahnya yg sama, demikian sampai 4X sumpah dg

nama Allah bahwa istrinya berzina, lalu ia bersumpah lagi yg kelima Dengan Nama Allah, agar

laknat Allah turun padanya jika ia dusta. demikian 5x sumpah. lalu istrinya (tertuduh) jika tak

merasa melakukan, atau menolak tuduhan itu, ia mesti bersumpah pula 4X Dengan Nama Allah

bahwa ia tidak berzina dan tuduhan itu dusta, dan sumpah lagi yg kelima dg Nama Allah agar

Laknat Allah turun padanya jika ia berdusta. (QS Annur 6-10) jika keduanya sampai melakukan

sumpah itu maka hakim menjatuhkan Talaq 3 (cerai) dan tak akan bisa kembali lagi sebagai

suami istri selama lamanya. ini talaq yg paling berat, sebab talaq 1 tentunya bisa rujuk kembali,

demikian talak 2, bisa rujuk dan kembali, namun talaq 3 maka cerai tanpa bisa kembali kecuali

kalau istri sudah menikah dg orang lain hingga bersetubuh dg suaminya yg baru, lalu mungkin

kalau sampai bercerai, maka baru bisa menikah kembali dg suaminya yg pertama. namun talak

yg disertai sumpah diatas itu, tak bisa kembali selama lamanya.

Page 15: Hukum Menuduh Zina

BAB III

KESIMPULAN

Islam melarang mensyiarkan berita jelek pada diri orang-orang yang beriman, sehingga dengan

demikian kehidupan orang Islam dapat bersih dari noda kejelakan. Tuduhan berzina akan

membawa akibat buruk dalam kehidupan manusia, karena dengan tuduhan berzina selain akan

menghilangkan kehormatan, dan nama baik orang yang dituduh berzina itu bisa dikucilkan

dalam masyarakat atau lingkungannya.

Islam mengajarkan agar manusia selalu berbuat baik dan tidak membuat kerusakan. Karena

orang yang menuduh berzina yang tidak dapat memberikan kesaksian maka dia juga akan

disebut sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan orang yang membuat kerusakan. Jadi

Qadzaf merupakan perbuatan yang diharamkan, karena membawa dampak buruk pada

kehidupan manusia. Bukan orang yang dituduh saja yang akan hancur, akan tetapi yang

menuduhkan bisa hancur kalau dia tidak bisa menunjukkan kebenaran tuduhan itu atau

mempunyai maksud buruk untuk melawan hukum. Dan orang orang yang menuduh itu akan

diberi hukuman dera delapan puluh kali tuduhannya itu terbukti tidak benar.