hukum dajjhn lembaga legal.docx

11
HUKUM DAN LEMBAGA LEGAL Beberapa sarjana kemungkinan telah mendefinisikan dan menjelaskan konsep tentang hukum hingga konsep lainnya yang masih digunakan di ilmu social. Upaya untuk membatasi masalah pokok hukum-daftar upaya untuk mendefiniskannya- biasanya jatuh ke salah satu dari beberapa perangkap yang lebih mudah dilihat daripada dihindari. Pertanyaan yang paling naïf diberikan yaitu hukum diberikan dalam apa yang mereka anggap berdasarkan akal sehat, definisi kamus- tampaknya tanpa melihat ke kamus untuk menemukan bahwa kata “hukum” memiliki enam entri dalam kamus Webster edisi kedua yang pertama sendiri memiliki 13 makna yang terpisah, diikuti oleh lima kolom dari kata yang digunakan dalam kombinasi. Jerman dan prancis memiliki ambiguitas yang lebih kompleks , karena kata pembanding mereka (rechdroit) yang mencakup beberapa dimensi yang mana dalam bahasa inggris menggunakan kata lain. Dalam upaya mendefinisikan kata hukum beberapa sarjana modern seperti hart (1954) menyimpulkan bahwa terdapat 3 pokok dasar: (1) bagaimana hukum berhubungan dengan pemeliharaan dari tata tertib social (2) apa hubungan antara kewajiban hukum dan kewajiban moral ? (3) apakah peraturan itu dan sampai sejauh mana hukum dan aturan hukum? Yang lainnya (stone 1966) menjelaskan beberapa atribut yang biasa dihubungkan dengan hukum. Termasuk, hukum adalah (1) keseluruhan yang kompleks (2) selalu merangkum norma social yang mengatur perilaku manusia. Norma tersebut adalah (3) masyarakat dalam karakter dan bentuk mereka (4) keseluruhan kompleks yang tertib. urutannya adalah (5) bersifat memaksa dan (6) hukum dilembagakan memiliki (7) tingkat efektivitas yang cukup untuk mempertahankan. studi antropologi hukum di dunia non-Barat telah mengikuti program serupa. mengutip sebagian besar dari satu nya. mengutip salah satu presentasi paling jelas dan teratur, Pospisil (1958) meneliti beberapa atribut hukum - atribut otoritas, bahwa maksud penerapan universal, bahwa obligation ( hak- kumpulan keharusan) dan sanksi. dalam pandangannya, "hukum" meliputi bidang di mana adat, keputusan politik, dan berbagai atribut tumpang tindih, meskipun masing-masing dapat ditemukan memperpanjang luar yang bidang tumpang tindih, dan tidak ada garis tegas, melainkan

Upload: apriyanto-ompu-mahmud

Post on 01-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gkg

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

HUKUM DAN LEMBAGA LEGAL

Beberapa sarjana kemungkinan telah mendefinisikan dan menjelaskan konsep tentang hukum hingga konsep lainnya yang masih digunakan di ilmu social. Upaya untuk membatasi masalah pokok hukum-daftar upaya untuk mendefiniskannya- biasanya jatuh ke salah satu dari beberapa perangkap yang lebih mudah dilihat daripada dihindari. Pertanyaan yang paling naïf diberikan yaitu hukum diberikan dalam apa yang mereka anggap berdasarkan akal sehat, definisi kamus- tampaknya tanpa melihat ke kamus untuk menemukan bahwa kata “hukum” memiliki enam entri dalam kamus Webster edisi kedua yang pertama sendiri memiliki 13 makna yang terpisah, diikuti oleh lima kolom dari kata yang digunakan dalam kombinasi. Jerman dan prancis memiliki ambiguitas yang lebih kompleks , karena kata pembanding mereka (rechdroit) yang mencakup beberapa dimensi yang mana dalam bahasa inggris menggunakan kata lain.

Dalam upaya mendefinisikan kata hukum beberapa sarjana modern seperti hart (1954) menyimpulkan bahwa terdapat 3 pokok dasar: (1) bagaimana hukum berhubungan dengan pemeliharaan dari tata tertib social (2) apa hubungan antara kewajiban hukum dan kewajiban moral ? (3) apakah peraturan itu dan sampai sejauh mana hukum dan aturan hukum? Yang lainnya (stone 1966) menjelaskan beberapa atribut yang biasa dihubungkan dengan hukum. Termasuk, hukum adalah (1) keseluruhan yang kompleks (2) selalu merangkum norma social yang mengatur perilaku manusia. Norma tersebut adalah (3) masyarakat dalam karakter dan bentuk mereka (4) keseluruhan kompleks yang tertib. urutannya adalah (5) bersifat memaksa dan (6) hukum dilembagakan memiliki (7) tingkat efektivitas yang cukup untuk mempertahankan. studi antropologi hukum di dunia non-Barat telah mengikuti program serupa. mengutip sebagian besar dari satu nya. mengutip salah satu presentasi paling jelas dan teratur, Pospisil (1958) meneliti beberapa atribut hukum - atribut otoritas, bahwa maksud penerapan universal, bahwa obligation ( hak- kumpulan keharusan) dan sanksi. dalam pandangannya, "hukum" meliputi bidang di mana adat, keputusan politik, dan berbagai atribut tumpang tindih, meskipun masing-masing dapat ditemukan memperpanjang luar yang bidang tumpang tindih, dan tidak ada garis tegas, melainkan sebuah "zona trasition", antara apa yang dapat dipertanyakan dan yang tidak

Katorowicz (1958) yang menunjukkan bahwa terdapat banya subjek, termasuk beberapa yang bersifat nonlegal, menggunakan konsep hukum . dia merasa masing-masing membutuhkan definisi yang berbeda-beda tentang hukum untuk mencapai maksudnya… metode katorowicz dalam ilmu hukum sangat menyerupai pospinil di antropologi. Daripada mencoba untuk menentukan arti dari hukum, kantorowicz memeriksa beberapa karakteristik hukum yang penting untuk satu atau lebih definisi yang spesifik. Oleh karena itu hukum dikarakteristikan memiliki tubuh dari aturan-aturan yang menentukan perilaku luar (itu membuat sedikit perbedaan langsung ke hukum bagaimana seseorang merasa tentang hal-penawaran hukum dalam perbuatan). Aturan ini harus ditegaskan sedemikian rupa sehingga pengadilan atau badan vonis lainnya dapat menghadapinya. Masing-masing aturan harus mengandung unsure moral atau elemen “yang seharusnya” . kantorowicz sepenuhnya mengakui bahwa unsure “yang seharusnya” ini harus ditetapkan secara budaya dan banyak perubahan dari masyarakat ke

Page 2: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

masyarakat dan dari jaman ke jaman. aturan normatif semacam ini harus, jelas, juga dibedakan dari keseragaman nyata cara manusia (kadang-kadang dengan dan kadang-kadang tanpa bantuan pengadilan dan pengacara ) mengatur putaran hidup sehari-hari. Hukum adalah salah satu perangkat yang mana manusia dapat mempertemukan ketidaksesuaian antara kegiatan actual dan sikap mereka dengan prinsip-prinsip ideal yang dapat diterima dan dapat dilakukan tanpa teralu menyakiti atau menghina sensibilitas mereka dan dengan cara yang memungkinkan memerintah (yang dapat diprediksi) kehidupan sosialnya untuk terus berlanjut. tidak ada tindakan sepenuhnya buruk jika itu dalam hukum, hukum tidak sepenuhnya baik jika membiarkan tindakan “tidak bermoral”

Peraturan

adat adalah tubuh dari lebih atau kurang jelasnya aturan yang menjelaskan aspek “yang seharusnya” dari hubungan antara manusia dan hukum yang diikuti dalam sebagian besar waktu. Hukum memiliki karakteristik nasional : seperti yang dikatakan katorowicz “ justicia” yang mana berarti bahwa hukum harus dapat di reinterpretasi dan menjadi reinterpretasi, oleh salah satu lembaga hukum masyarakat sehingga konflik dalam lembaga-lembaga non hukum dapat disesuaikan dengan otoritas di luar.

Hal ini secara luas disadari bahwa banyak orang didunia dapat menegaskan atau kurang seksama “peraturan” yang mana,faktanya secara ideal tergantung dari apa yang mereka pikir mereka harus menilai perilaku mereka. masyarakat ada penyimpangan dari aturan diijinkan, dan dalam kebanyakan kurang lebih aturan yang tepat mereka (yang kadang-kadang hukum) untuk melanggar aturan.

Lembaga legal

Dalam rangka untuk membuat perbedaan antara hukum dan peraturan lain, telah diperlukan untuk memperkenalkan secara diam-diam kata “institusi” yang sekarang harus dibuat istiah yang jujur. Institusi social dapat didefinisikan sebagai perkumpulan orang yang bersatu (dan oleh karena itu berorganisasi utuk suatu tujuan; yang memiliki material dan teknik untuk mencapai tujuan tersebut atau setidakmnya membuat upaya rasional, yang mendukung sistem nilai, etik dan keyakinan untuk menvalidasi tjuan tersebut; and yang mengulang lebih kurangnya aktivitas yang diprediksi dan bahkan mengeksekusi tujuan tersebut( Malinowski 1945). dengan aturan ini semua aktivitas manusia dapat dilihat baik secara terlembagakan atau acak (dan tingkat perilaku acak dapat fitur yang paling prognostik di setiap masyarakat. Nyaris tidak perlu ditambahkan bawha “terlembagakan” tidak berarti perlu “persetujuan” dari orang-orang yang berpartisipasi di lembaga.

Dengan pendapat ini memungkinkan untuk membedakan institusi legal dan institusi nonlegal. Institusi legal merupakan salah satu sarana masyarakat menyelesaikan sengketa yang timbul di antara satu sama lain melawan penyalahgunaan kotor dan menjijikan terhadap aturan lembaga masyarakat mereka.

Page 3: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

Ini dapat menunjukkan bahwa lembaga nonhukum- …, psikiater dn sejenisnya melayani fungsi menetap menggantikan untuk membuat perbedaan antara legal dan nonlegal, ilmuan social umumnya menjalankan doktrin paksaan dan penggunaan kekerasan.penyelesaian seperti itu masuk akal karena lembaga hukum dengan pengacara barat modern biasanya berhubungan dengan unit politik dimana Negara merupakan salah satu contohnya. sebuah organisasi politik ipso faktor persediaan teori dengan "berdaulat" tipe autinian suatu yang "penegakan" diprediksi oleh holmes dan lainnya. dari sudut pandang ini institusi hukum harus mempunyai 2 kriteria definisi : (1) harus menyelesaikan perselisihan yang muncul diantara institusi lainnya (nonlegal) dan (2) harus berhubungan dengan (atau bahkan mengangkat) beberapa organisasi politik. Sudah jelas, untuk tujuan tertentu criteria kedua dapat dan harus di hapus; untuk kebanyakan tujuan ilmu hukum barat, sudah jelas, kemungkinan perlu untuk tetap dipakai.

Sejalan dengan tugas memmenyudahi kesulitan perbedaan dengan lembaga nonlegal. Lembaga legal harus mempunyai arah spesifik untuk (1) melepaskan kesulitan dari lembaga asal yang mana sekarang terancam (2) menangani kesulitan dalam kerangka tugas lembaga hukum, dan (3) mengatur solusi baru kembali kedalam tata cara lembaga nonlegal darimana mereka muncul.

Disini, setidaknya, terdapat dua aspek dari lembaga legal yang tidak dibgikan kepada lembaga masyarakat. Pertama, lembaga hukum seniri harus mempunyai beberapa arah yang secara teratur turut campur pada malfungsi/kegagalan (atau mungkin, keberhasilan) dari lembaga nonlegal dalam rangka untuk menjauh dari kasus bermasalah. Kedua, harus terdapat dua jenis peraturan di lembaga hukum- yang mana menentkan aktifitas dari lembaga hukum itu sendiri (disebut : hukum ajektf” oleh Austin dan “prosedur” oleh kebanyakan pengacara modern” dan itu digantikan , atau modifikasi atau penyajian kembali, adalah peraturan di lembaga nonlegal yang telah dilanggar (disebut hukum substansi”). Diatas tadi adalah aspek minimal yang dibagikan oleh semua lembaga legal yang dikenal.

Terlihat secara jelas, perbedaan antara hukum dan adat cukup sederhana. Adat adalah peraturan (kurang lebih keras dan dengan dukungan moral yang lebih besar atau sedikit, etnik atau bahkan paksaan fisik) tentang cara dimana orang-orang harus berkelakuan jika lembaga masyarakat menunjukan bahwa tugas dan masyarakat harus mereka pikul. Semua lembaga ( termasuk lembaga hukum) menghasilkan adat. Beberapa adata di beberapa masyarakat terlembagakan kembali di level lain : mereka mengulang untuk tujun yang repat dari lembaga social. Ketika ini terjai, hukum mungkin dihargai sama seperti adat yang mana telah mengulang dalam rangka untuk membuat aktifitas lembaga legal dapat dipertanggung jawabkan. Satu dari banyak atribut karakteristik lembaga hukum adalah bahwa beberapa “hukum” adalah tentang lembaga hukum itu sendiri meskipn kebanyakan mengenai lebaga lain di masyarakat, seperti keluarga, ekonimi, politik dan kebiasaan.

Malinowski, melalui bukunya yang berjudul crime an custom in Savage S (1926), secara jelas telah menularkan pengacara dengan bentuk yang salah dari penyembunyian hukum dari non-hukum. Idenya adalah ide yang bagus; “dia mngklaim bahwa hukum adalah inti dari mengikat kewajiban agar dihargai seperti hak oleh yang lain dan dikenal sebagai keharusan oleh yang lainnya, dengan terpaksa oleh mekanisme spesifik dari pembalasan dan pemberitaan yang menjadi sifatnya dalam dasar imu social”. Kesalahanya ada pada menyamakan keharusan dengan hukum. Tu bukan hukum ketika

Page 4: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

melakukan dengan terpaksa oleh … pembalasan dan pemberitaan ([1926] 1961, hal. 58). Itu adalah kebiasaan karena memiliki tugas disini. hukum lebih dianggap sebagai "tubuh kewajiban yang mengikat dianggap sebagai benar oleh satu pihak dan diakui sebagai tugas dalam lainnya” yang telah terlembagakan dalam institusi hukum sehingga masyarakat dapat tetap berjalan dibidangnya secara tertib dari pokok aturan agar dipelihara. Singkatnya, hubungan timbal balik adalah pokok adat, tetapi hukum bertumpu pada dasar ganda terlembagakan.

Hak

Salah satu cara terbaik untuk mengangap kegandaan norma institusi, atau hukum, adalah menguji komponen terkecil seperti melampirkan ke orang (begitu juga dengan manusia individual atau badan….)dan sebagainya untuk bekerja dalam hal hak dan pilihan timbal balik mereka. Dalam kerangka kerja hak dan kewajiban, hubungan antara hukum dan adat, hukum dan moral, hukum dan hal lainnya. baik dalam bidang kekeluargaan, atau kontrak kerja atau hak milik barang, hubungan antar manusia diperkecil dengan serangkaian yang tertulis dalam kewajiban dan hak relative yang tercantum didalamnya. Pada kenyataannya melihat dari segi hak dan kewajiban orang ( atau Peran pemain untuk dengan mudah dan bermanfaat dari menyelidiki banyak kebiasaan banyak lembaga). hak hukum hanyalah hak-hak yang menempel pada norma-norma yang telah dilembagakan ganda, mereka memberikan peran untuk melihat lembaga hukum dari sudut pandang orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Fenomena perlembagaan ganda norma sehingga hak hukum telah dikenal untuk dianalisis untuk waktu yang sangat lama hanya sebagian yang berhasil. hak hukum memiliki asal materi dalam kebiasaan lembaga non hukum tetapi lebih terang-terangan menyatakan kembali untuk tujuan khusus yang memungkinkan hukum di negara-negara untuk melakukan tugas mereka

Sanksi

Sanksi secara umum dipahami sebagai apa yang hukum katakan akan atau mungkin terjadi pada satu penemuan kesalahan yang melampaui hukum-hukum yang legal. Kata ini biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menunjukkan “gigi dari hukum”. Ketika digunakansebagai verb atau kata kerja, ambivalensi menjadi nyata. “ memberi sanksi” sesuatu yang biasanya digunakan bukan untuk interferensi tindakan orang lain; ahli hukum juga tidak menggunakannya utuk maksud “ mengunjungi iblis yang sedang melakukannya” dan ilmuan social telah menyampaikan kata “sanksi” jauh sebelum arti teknisnya di hukum modern. Radclife-brown (1934) menjabarkan plus dan minus sanksi untu perilaku, mencakup bukan hanya hukuman untuk penyimpangan tapi juga upah untuk ketaatan dan semua ini tanpa menetapkan secara tepat yang menganugerahkan hadiah atau memberikan hukuman

Masalah dari sanksi dapat terlihat secara lebih baik terangkum dalam kata institusi legal yang mana dalam beberapa situasi melaksanakan koreksi yang tepat untuk menghukum pelanggaran hukum. Sanksi adalah inti dari aturan yang sesuai dengan yang menurut lembaga-lembaga hukum menempatkan

Page 5: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

diri mereka untuk tujuan pemeliharaan sistem sosial sehingga hidup di dalamnya bisa merasa nyaman dan pasti.

Hukum dan ilmu social

Terlihat jelas bahwa kita harus menguji dua faktor lebih lanjut. Pertama, definisi hukum seperti apakah yang dibutuhkan oeh ilmu social? Kedua, dan berhubungan dengan itu, bagaiman ahli ilmu social mendalami lebih lanjut mengenai lembaga hukum dan legalisasi hak dalam budaya tertentu atau dalam rangkaian budaya tertentu.

Inti dari konsep ilmu social tentang hukum harus ditemukan, saya percaya, dalam fenomena dari perlembagaan ganda dari hak: sekali dalam lembaga adat, kemudia sekali lagi dalam lembaga adat. karena itu ia benar-benar diperlukan untuk mempelajari kedua lembaga hukum dan lembaga-lembaga sosial yang mereka makan dan hanya dengan cara ini bisa ia pernah membuat kemajuan apapun dengan masalah pelik tentang hubungan antara hukum dan masyarakat

Ilmuan social mempelajari hukum cukup benar ketika dia mempertimbangkan hukum sebagai jenis dari superstuktur social yang menilai kriteria atau nilai dari ilmu social. Bagimanapun, cukup salah jika dia dia, meluas posisinya berarti bahwa ia tidak perlu mempertimbangkan apa yang diketahui tentang hukum di pekarangan sendiri. Variable penentu hukum dapat dianggap sebagai bagian dari lahan social; tapi meskipun demikian, bidahng social harus dipertimbangkan oleh ilmu hukum. Singkatnya, apa yang dibutuhkan adalah semacam visi stereoskopik. Melihat data dengan hukum jurisprudence di satu mata dan ilmu social di mata lainnya.

Dilihat secara sedemikian stereotipik, hak legal ( dan hukum) adalah penyajian kembali. Untuk tujuan mempertahankan perdamaian dan hanya oposisi dari institusi soaisl, dari beberapa tapi tidak semua klaim yang diakui orang dalam lembaga-lembaga tersebut, penyajian kembali harus dibuat sedemikian rupa bahwa klaim ini dapat bergerak atau diukur berdasarkan total masyarakat atau yang mewakili. hanya dengan melihat hak hukum moral, agama, politik dan implikasi ekonomi hukum dapat sepenuhnya dieksplorasi.

pada kenyataannya, masalah utama dari semua studi hukum mungkin persimpangan hukum dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya. Hubungan ini tidak sekedar refleksi masyarakat dalam hukum: harus disadari bahwa hukum bukan selalu keluar dari fase dengan masyarakat, khususnya menjadi dualitas pernyataan dan pernyataan kembali hak. memang, lebih berkembang lembaga hukum, semakin besar kurangnya fase, yang tidak hanya hasil dari reorientasi konstan institusi primer namun diperbesar oleh sangat dinamisnya lembaga hukum itu sendiri. (stone 1964, bagian 1, seksi 1)

dengan demikian, adalah sifat hukum dan kapasitasnya untuk jadi sesuatu tentang lembaga sosial utama yang membuat kurangnya tahapan. apalagi, bahkan jika salah satu bisa berasumsi perubahan pelembagaan hukum yang sempurna dalam institusi primer akan segera menggetarkan sistem tahapan lagi. apa yang kurang jelas adalah bahwa jika ada pernah tahapan sempurna antara hukum dan masyarakat, maka masyarakat tidak bisa memasangkan sendiri, tumbuh dan berubah, berkembang atau berkurang. itu adalah dilema subur hukum yang harus selalu melangkah keluar

Page 6: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

dengan masyarakat tetapi masyarakat harus selalu (karena mereka bekerja lebih baik dengan lebih sedikit kontradiksi bukan untuk alasan lain) upaya untuk mengurangi gagalnya tahapan. Adat juga harus tumbuh agar sesuai dengan kebiasaan atau harus ditekan atau diabaikan. Ini adalah celah bahwa pertumbuhan social dan kemunduran social sedang berlangsung.

Bencana social dan kemarahan social dan perubahan resultant dari adat adalah sumber dari banyak hukum yang baru. Dengan teknis dan situasi perubahan yang baru muncul yang harus dilegalkan. tren ini memiliki aplikasi khusus dan agak berbeda dikembangkan untuk sistem-sistem hukum yang kurang sangat berkembang. Dalam mengembangkan sistem hukum perkotaan yang mana berarti perilaku melembagakan pada tingkat utama sudah secara trdisional terkonsentrasi dalam kelompok pengambilan keputusan seperti badan legistatif, ada kecenderungan untuk tingkat lembaga untuk tidak menggambarkan begitu banyak adat untuk membentuknya. sebagai negara maju menempatkan lebih banyak keyakinan legislatif, lembaga sosial non hukum kadang-kadang mengambil waktu yang sangat lama untuk mengejar ketinggalan dengan hukum. Sebaliknya di sistem hukum Negara kurang berkembangmungkin bahwa daftar atau tidak ada tuntutan masyarakat dibuat pada lembaga-lembaga . hukum, dan karena itu kontak nyata sedikit ada atau dapat dibuat untuk ada di antara mereka dan lembaga-lembaga utama (stone 1966, bagian 2, seksi 17). Hukum dapat menjadi satu dari sumber utama perubahan di masyarakat.

tugas ilmuwan social yang pertama, kemudian, adalah analisis lembaga hukum yang harus ditemukan dan keterkaitan mereka dengan lembaga berbadan hukum masyarakat. mungkin ada pengadilan seperti di beberapa bagian dari masyarakat adat Afrika atau masyarakat adat eropa; mungkin ada bantuan diri, ramalan, perdebatan, rapat desa, kontes dna beberapa jenis permusuhan(meskipun sebagian permusuhan tidak memperbaiki kesulitan dan memberi situasi dikoreksi kembali ke lembaga non hukum masyarakat) para ilmuan social dapat memeriksa jenis kebiasaan tertentu yang dilegalkan dalam masyarakat tertentu. ia dapat memulai proses membandingkan kebiasaan kawin dan membesarkan anak dengan hukum pernikahan; kebiasaan perdagangan dengan hukum kerugian, kebiasaan perilaku yang disetujui dengan hukum pidana.

Dan apa yang akan dia temukan? Dia akan menemukan bahwa praktik hukum mendorong dirinya sendiri, mendorong untuk melestarikan dan mencetak masyarakat yang keduanya memiliki akar yang tidak dapat ditarik kembali di lembaga-lembaga social dan harus menggantikan setiap fase etnografi historis tertentu dari mereka.

Tugas ilmuan social selanjutnya adalah melaporkan dan membandingkan lembaga hukum dari segi orang-orang yang bergabung didalamnya dan perbandingan dengan orang-orang di lembaga yang sejalan atau serupa.

Tugasnya yang ketiga adalah menunjukkan apa yang hoebel (1954) katakana sebagai “postulat/dalil” dari hukum orang-orang tersebut: asumsi yang diadakan tentang cara-cara alami dunia, yang paling sering tanpa bahkan kemungkinan pernyataan terbuka, oleh orang-orang yang hidup dengan adat tersebut dan hukum. Dalil ini terletak di belakang hukum karena mereka berada di belakang aspek lain dari kegiatan masyarakat. mereka adalah nilai-nilai atau alas an tidak dipertanyakan, di mana

Page 7: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

orang-orang tidak hanya mendasarkan perilakunya (termasuk hukum) tetapi evaluasi moral perilaku (termasuk etnis). postulat di balik sistem hukum juga kongruen dengan dalil-dalil di balik sistem ekonomi atau agama yang menyertainya. apa mungkin tampak seperti perbedaan terang-terangan dan kontradiksi dan, memang, kemunafikan ( seperti antara sekolah minggu dan pasar) sebenarnya tidak lebih dari analisis yang andal dari dalil-daliltersebut. suatu postulat tergeletak di balik hukum anglo-Amerika adalah tubuh manusia tidak dapat diganggu gugat pribadi kecuali perkawinan atau kontrak tertentu telah dimasukkan kedalamnya; dalis yang berada di belakang suku Eskimo adalah bahwa hidup itu keras dan bahwa kekerabatan, persahabatan, atau cinta antar individu tidak dapat menggantikan kesejahteraan masyarakat. Dalil yang melandasi hukum masyarakat juga melandasi sisa budaya lainnya. kasus hukum memberikan salah satu mekanisme terbaik dimana ahli etnografi dapat menangkap postulat ini dan membuat mereka terang-terangan

Lampiran penulis 1978

hari ini saya akan mengubah hanya satu aspek dari bagian ini. Kata “ terlembaga ganda “mengatakan apa yang saya maksud, tetapi saya ingin. Tapi saya harus menjelaskan tentang kata “ perlembagaan kembali/reinstitusionlisasi ” karena kata “re” menyebabkan banyak kritikan untuk mengabaikan pengakuan terbuka saya bahwa lembaga hukum (oleh yudikatif dan legislative) dapat menjadi sumber utama perubahan. Perubahan dapat dimulai, secara jelas baik oleh lembaga adat maupun hukum. perjuangan untuk mengurangi kurangnya fase antara prinsip-prinsip dalam dua konteks-perlembagaan ganda masih menjadi masalah utama ilmuan social, contoh kreatifnya dapat ditemukan di karangan Lenore J. Weitzman “ L Regulatin of Marriage: traditional and change” (62 California Review 1196[1974]

daftar pustaka

hart, H,L,A (1954) definisi dan teori dalam ilmu hukum, review hukum kuart70; 30-60

hoebel, E, Adamson (1954), hukum dan manusi primitive : studi dalam perbandingan dinamika hukum, Cambridge, mass : Harvard university press.

Kantorowicz, Hermann (1958) definisi hukum. Editor A.H. Camp. Cambridge University press. Published posthumously

Malinowsky, Bronislaw (1926)(1961). Kejahatan dan adat di masyarakt savanna. London : routlegde. Edisi paperback diterbitkan tahun 1959 oleh L-Field

Malinowsky, Bronislaw (1958) dinamika perubahan budaya: sebuah perkenalan kepada hubungan ras di afrika. New haven : yale university. Edisi paperback diterbitkan tahun 1961

Page 8: HUKUM DAjjhN LEMBAGA LEGAL.docx

Pospisil, Leopold (1958) kapusku papua dan hukum mereka. Yale university. Publikasi antropologi. No 54 neh haven : yale university departemen antropologi

Radclife-brown A. R. sanksi, social, volume 13 halaman 531-532. Ensiklopedia ilmu social. Ney York macmillan. Cetak kembali oleh penulis struktur dan fungsi di masyarakat primitive.

Stone, Julius (1964) sistem hukum dan alas an pengacara. Stanfors university press

Stone, Julius (1966) dimensi social hukum dan ilmu hukum. Stanfors university press.