hukum benda

17
PENGANTAR HUKUM BENDA BIDANG-BIDANG HUKUM PERDATA Hukum benda adalah bagian dari hukum privat, yaitu masukd dalam ruang lingkup hukum perdata. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warganegara perseorangan yang satu dengan warganegara perseorangan yang lain. Hukum perdata, ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Hukum perdata yang tertulis adalah hukum perdata yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sedangkan hukum perdata yang tidak tertulis adalah hukum adat yang bersumber dari adat-istiadat/kebiasaan masyarakat. Hukum perdata dalam arti yang luas adalah hukum perdata yang bukan hanya bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tetapi juga Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Atau dengan kata lain hukum perdata dalam arti luas termasuk di dalamnya hukum dagang. Sedangkan hukum perdata dalam arti sempit adalah hukum perdata yang hanya bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata saja. A. Pembidangan Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan, Hukum Perdata itu dapat dibagi atas empat bidang (bagian) yaitu: 1. Hukum Perorangan/Hukum Badan Pribadi (Personenrecht) 2. Hukum Keluarga (Familierecht) 3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht) 4. Hukum Waris (Erfrecht) Pembagian hukum perdata berdasarkan ilmu pengetahuan, berbeda dengan pembagian hukum perdata menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. KUHPerdata terdiri dari:

Upload: yessy-meryantika-sari

Post on 18-Feb-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hukum Perdata dan Bisnis

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Benda

PENGANTAR HUKUM BENDA

BIDANG-BIDANG HUKUM PERDATA

Hukum benda adalah bagian dari hukum privat, yaitu masukd dalam ruang lingkup hukum perdata. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warganegara perseorangan yang satu dengan warganegara perseorangan yang lain.

Hukum perdata, ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Hukum perdata yang tertulis adalah hukum perdata yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sedangkan hukum perdata yang tidak tertulis adalah hukum adat yang bersumber dari adat-istiadat/kebiasaan masyarakat.

Hukum perdata dalam arti yang luas adalah hukum perdata yang bukan hanya bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tetapi juga Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Atau dengan kata lain hukum perdata dalam arti luas termasuk di dalamnya hukum dagang. Sedangkan hukum perdata dalam arti sempit adalah hukum perdata yang hanya bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata saja.

A. Pembidangan Hukum Perdata

Menurut Ilmu Pengetahuan, Hukum Perdata itu dapat dibagi atas empat bidang (bagian) yaitu:

1. Hukum Perorangan/Hukum Badan Pribadi (Personenrecht)2. Hukum Keluarga (Familierecht)3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)4. Hukum Waris (Erfrecht)

Pembagian hukum perdata berdasarkan ilmu pengetahuan, berbeda dengan pembagian hukum perdata menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. KUHPerdata terdiri dari:

1. Buku I tentang Hukum Perorangan/Hukum badan pribadi (van personen)

2. Buku II tentang Hukum Benda (van zaaken)3. Buku III tentang Hukum Perikatan (van verbintenen)4. Buku IV tentang Hukum pembuktian dan kadaluwarsa (van bewijs

en verjaring)

Dari kedua pembidangan hukum perdata tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada pengaturan tentang hukum

Page 2: Hukum Benda

perorangan/hukum badan pribadi. Dan perbedaannya terletak pada pengaturan hukum keluarga yang dalam KUHPerdata masuk dalam Buku I tentang Hukum Perorangan/Hukum badan pribadi, Hukum harta kekayaan diatur dalam Buku II tentang Hukum Benda dan Buku III tentang Hukum Perikatan. Sedangkan hukum waris diatur dalam Buku II tentang Benda dalam KUHPerdata. Hukum waris diatur dalam Buku II KUHPerdata karena menurut pertimbangan pembentuk undang-undang menganggap bahwa hak waris merupakan hak kebendaan, yaitu hak atas “boedel” harta peninggalan dari orang yang meninggal dunia. Oleh karenanya dianggap sebagai hak kebendaan sehingga diatur dalam Buku II KUHPerdata. Pendapat lainnya mengapa hukum waris diatur dalam Buku II KUHPerdata adalah karena pewarisan itu merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik. Sedangkan hak milik itu diatur dalam Buku II KUHPerdata.

Sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 yang berlaku mulai sejak tanggal 24 September 1960, memberikan pengaruh dan perubahan besar terhadap berlakunya Buku II KUHPerdata dan juga terhadap berlakunya hukum tanah di Indonesia. Perubahan tersebut tercantum dalam dictum dari UUPA yang menyebutkan bahwa “mencabut semua hak yang bertalian dengan bumi, air dan segala kekayaan alam yang ada di dalamnya kecuali ketentuan mengenai hipotik”.

Sehingga macam-macam hak-hak kebendaan dalam Buku II KUHPerdata ini juga harus mengingat berlakunya UUPA (UU N0.5 Tahun 1060) dan juga harus dibedakan mana hak-hak kebendaan yang masih ada nama dan mana hak kebendaan yang sudah dicabut berlakunya dari Buku II KUHPerdata tersebut.

Hak-hak kebendaan yang sudah dicabut tersebut tidak lagi termasuk dalam lapangan hukum keperdataan melainkan menjadi objek dari hukum agraria. Pada pokoknya hak-hak kebendaan yang dicabut itu adalah hak yang bertalian dengan tanah, kecuali hipotik karena dikecualikan oleh undang-undang. Semua hak atas benda bergerak misalnya benda-benda lain yang bukan tanah tetap ada. Sedangkan hak-hak kebendaan yang diatur dalam hukum agraria adalah hak-hak kebendaan yang bertalian dengan tanah seperti:

1. Hak Milik2. Hak Guna Usaha3. Hak Guna Bangunan4. Hak Pakai, yaitu hak untuk menggunakan memungut hasi dari tanah

orang lain

Page 3: Hukum Benda

5. Hak sewa untuk bangunan yaitu hak menyewa tanah orang lain untuk keperluan bangunan

6. Dan lain-lain

HUKUM BENDA (ZAKENRECHT)

1. Pengertian BendaSecara yuridis pengertian benda terdapat dalam Pasal 499 KUHPerdata yaitu segala sesuatu yang dapat dihaki atau yang dapat menjadi objek hak milik.Secara terminologi, benda berarti objek lawan dari subjek hukum (orang dan badab hukum).Dengan kata lain, benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh manusia, sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki oleh manusia bukanlah benda.

Dalam sistem hukum Perdata pengertian zaak (benda) sebagai objek hukum tidak hanya meliputi benda yang berwujud tetapi juga benda yang tidak berwujud yaitu hak-hak atas kebendaan yang berwujud.

Sedangkan dalan sistem hukum adat tidak mengenal benda yang tidak berwujud (onlichamlelikje zaak). Perbedaannya adalah bahwa dalam hukum adat, hak atas suatu benda tidak dibayangkan terlepas dari benda yang berwujud atau dengan kata lain hak atas suatu benda itu melekat dengan benda menjadi satu kesatuan (inheren); sedangkan dalam pandangan hukum perdata , hak atas suatu benda seolah-olah terlepas dari bendanya atau dengan kata lain seolah-olah merupakan benda tersendiri. Menurut Prof.Dr.R Wirjono Prodjodikoro, Perbedaan tersebut dilatar belakangi oleh pola pikir, orang-ora g Indonesia/Pribumu lebih cenderung pada kenyataan (concreet denken) sedangkan orang-orang barat cara berpikirnya berada dalam pikiran belaka (abstract denken).

Dalam KUHPerdata, zaak sebagai benda berwujud banyak diatur dalam Buku II KUHPerdata, sedangkan zaak sebagai benda tak berwujud banyak diatur dalam Buku III KUHPerdata. Misalnya, pada Pasal 1792 KUHPerdata, Zaak mempunyai arti perbuatan hukum, Pasal 1354 KUHPerdata, zaak berarti kepentingan, Pasal 1263 KUHPerdata Zaak berarti kenyataan hukum.

2. Perbedaan Macam-Macam Benda

Page 4: Hukum Benda

Menurut Sistem hukum perdata Barat sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, benda dapat dibedakan atas:a. Benda tidak bergerak dan benda bergerakb. Benda yang musnah dan benda yang tetap adac. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat digantid. Benda yang daat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagie. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak dapat

diperdagangkan

PEMBEDAAN HAK-HAK KEBENDAAN

Sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 yang berlaku mulai sejak tanggal 24 September 1960, memberikan pengaruh dan perubahan besar terhadap berlakunya Buku II KUHPerdata dan juga terhadap berlakunya hukum tanah di Indonesia. Sehingga pembedaan macam-macam hak-hak kebendaan dalam Buku II KUHPerdata ini juga harus mengingat berlakunya UUPA (UU N0.5 Tahun 1060) dan juga harus dibedakan mana hak-hak kebendaan yang masih ada nama dan mana hak kebendaan yang sudah dicabut berlakunya dari Buku II KUHPerdata tersebut.

Hak-hak kebendaan yang sudah dicabut tersebut tidak lagi termasuk dalam lapangan hukum keperdataan melainkan menjadi objek dari hukum agraria. Pada pokoknya hak-hak kebendaan yang dicabut itu adalah hak yang bertalian dengan tanah, kecuali hipotik karena dikecualikan oleh undang-undang. Semua hak atas benda bergerak misalnya benda-benda lain yang bukan tanah tetap ada. Sedangkan hak-hak kebendaan yang diatur dalam hukum agraria adalah hak-hak kebendaan yang bertalian dengan tanah antara lain sebagai berikut:

1. Hak Milik2. Hak Guna Usaha3. Hak Guna Bangunan4. Hak Pakai, yaitu hak untuk menggunakan memungut hasi dari tanah

orang lain5. Hak sewa untuk bangunan yaitu hak menyewa tanah orang lain

untuk keperluan bangunan6. Dan lain-lain

Hak-hak kebendaan yang diatur dalam Buku II KUHPerdata itu dapat dibedakan sebagai berikut (dengan sudah mengingat berlakunya UUPA):

1. Hak-hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan kenikmatan (zakelijk genotsrecht).

Page 5: Hukum Benda

- Hak kebendaan ini di dapat atas benda milik sendiri dapat juga atas benda milik orang lain.

- Yang bersifat memberi kenikmatan atas benda milik sendiri, misalnya: Hak milik atas benda bergerak/benda yang bukan tanah, Bezit atas benda bergerak/benda yang bukan tanah.

- Sedangkan benda yang bersifat memberi kenikmatan, tapi atas benda milik orang lain misalnya: bezit atas benda bergerak/benda yang bukan tanah, hak memungut hasil atas benda bergerak/benda yang bukan tanah, hak pakai dan mendiami atas benda benda yang bukan tanah.

2. Hak-hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan (zakelijk zakerheidsrecht).- Hak kebendaan yang memberi jaminan misalnya Gadai sebagai

jaminan benda bergerak dan Hipotik sebagai jaminan untuk benda-benda tetap.

- Di dalam Buku II KUHPerdata juga terdapat bentuk-bentuk hak tetapi bukan merupakan hak kebendaan tetapi diatur dalam Buku II KUHPerdata, sejajar dengan hak-hak kebendaan lainnya, yaitu Hak Privilegie dan Hak Retentie. Karena hak-hak tersebut sedikit banyak juga bersifat memberi jaminan dan mengandung ciri hak kebendaan.

...

PRIVILEGIE

Hak privilegie diatur dalam Titel 19 Buku II KUHPerdata dan dalam Pasal 1139, 1149 KUHPerdata disebut dengan kata bevoorrechte schuld. Sedangkan pada pasal-pasal yang lain ada yang menyebut dengan istilah privilegie.

Menurut Pasal 1134 ayat 1 KUHPerdata, Privilegie adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada kreditur yang satu diatas kreditur yang lainnya semata-mata berdasarkan sifat dari piutangnya.

Privilegie bukan termasuk dalam hak kebendaan, sehingga banyak sarjana berpendapat bahwa pengaturan tentang privilegie tidak tepat dicantumkan dalam Buku II KUHPerdata tentang benda. Sebab privilegie merupakan hak untuk lebih mendahulukan dalam hal pelunasan/pembayaran piutangnya. Dan melihat sifat dari hak privilegie, maka seyogyanya dapat diatur di luar KUHPerdata, misalnya dalam hukum acara perdata, yaitu termasuk executierech. Sebab pentingnya

Page 6: Hukum Benda

hak untuk lebih didahulukan hanya dalam hal ada executie (pelelangan) dari harta kekayaan debitur dan juga dalam hal kepailitan.

Namun pertimbangan hukum berkenaan dengan pengaturan privilegie dalam Buku II KUHperdata adalah sebagai berikut:

- karena walaupun privilegie bukan termasuk hak kebendaan, tetapi privilegie juga memiliki sifat kebendaan, misalnya adanya droit de suite.

- Privilegie juga memberikan jaminan, oleh karenanya diatur bersama dengan pengaturan gadai dan hipotik, tetapi bukan merupakan hak kebendaan.

Perihal privilegie yang memberikan jaminan, dapat dilihat dalam Pasa1 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata sebagai berikut:

Pasal 1131 KUHPerdata : Semua barang bergerak dan tak bergerak dari debitur baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada, semuanya menjadi tanggungan bagi perutangan-perutangan pribadi dari debitur itu.

Pasal 1132 KUHPerdata : Barang-barang itu tadi merupakan jaminan bersama bagi kreditur-krediturnya; hasil penjualan itu dibagi-bagi antara mereka sama rata menurut perimbangan piutangnya masing-masing, kecuali jika diantara kreditur ada alasan yang sah untuk diutamakan/didahulukan.

Pasal 1133 KUHPerdata : Hak yang didahulukan itu timbul dari privilegie, gadai dan hipotik.

Kreditur yang pelunasan hutangnya itu disamakan disebut kreditur konkuren, sedangkan kreditur yang haknya didahulukan/diutamakan disebut kreditur preferen.

Jika kreditur diatas, tidak puas dengan jaminan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1131-1133 KUHPerdata, maka oleh undang-undang dimungkinkan untuk adanya jaminan khusus. Jaminan khusus ini ada 2 (dua) madam yaitu:

a. Jaminan yang bertalian dengan benda1. Gadai (Title 20 Buku II KUHPerdata)2. Hipotik (Title 21 Buku II KUHPerdata)

b. Jaminan perorangan : Buku III KUHPerdata, jaminan yang berupa kemungkinan adanya orang lain yang dapat ditagih (disamping debitur sendiri):1. Borgtocht-borg yaitu orang yang dapat ditagih

Page 7: Hukum Benda

2. Hoofdelijkheid yaitu serupa dengan tanggung renteng dari verbintenis.

Privilegie bukan jaminan yang bersifat keperdataan dan bukan pula jaminan yang bersifat perorangan tetapi juga memberikan jaminan. Privilegie berbeda dengan hak kebendaan, karena hak kebendaan itu adalah hak atas suatu benda, sedangkan hak privilegie adalah hak terhadap benda milik debitur, yang mana jika diperlukan benda tersebut dapat dilelang guna untuk melunasi piutangnya (memiliki sifat executie).

Melihat dari pengertian privilegie dalam Pasal 1134 ayat 1 KUHPerdata, adanya privilegie itu karena diberikan oleh undang-undang, dan bukan diperjanjikan seperti gadai dan hipotik. Gadai dan Hipotik lebih didahulukan dari pada privilegie sebagaimana diatur dalam Pasal 1134 ayat 2 KUHPerdata, kecuali ditentukan lain ooleh undang-undang (Pasal 1139 ayat 1 dan Pasal 1149 ayat 1 KUHPerdata). Antara gadai dan hipotik tidak dipersoalkan mana yang lebih didahulukan sebab antara gadai dan hipotik berbeda. Gadai mengenai benda bergerak sedangkan hipotik mengenai benda tetap.

Bentuk-bentuk Privilegie

Privilegie dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:

1. Privilegie Umum (Pasal 1149 KUHPerdata)Yaitu privilegie terhadap semua harta benda dari debitur, misalnya:- biaya yang timbul dari penjualan barang- biaya penguburan- biaya pengobatan- upah buruh dari tahun sebelumnya- piutang karena penyerahan bahan makanan selama 6 bulan

terakhir- piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun terakhir- piutang anak-anak dibawah umur atau dalam perwalian

2. Privilegie Khusus (Pasal 1139 KUHPerdata)Yaitu hak didahulukan terhadap benda-benda tertentu dari debitur, misalnya:- biaya perkara- uang sewa barang tetap dan biaya perbaikan barang tetat

tersebut- harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar- biaya untuk menyelamatkan suatu barang

Page 8: Hukum Benda

- biaya pengerjaan suatu barang yang masih harus dibayar kepada pekerjanya

- apa yang diserahkan kepada seorang oleh pengusaha rumah penginapan kepada tamunya

- Upah pengangkutan dan biaya tambahan lainnya- apa yang masih harus dibayar kepada tukang kayu dan tukang

lainnya karena pembangunan, penambahan dan perbaikan barang tak bergerak, yang tidak lebih dari tiga tahun dan hak milik atas benda masih pada debitur

- penggantian dan pembayaran yang dipikul oleh pegawai yang memangku jabatan umum karena kelalaian, kesalahan dan pelanggaran dan kejahatan.

Pasal 1138 KUHPerdata menyebutkan bahwa privilegie yang khusus lebih didahulukan dari privilegie yang umum. Selanjutnya priivilegie yang umum menentukan urutannya. Yang lebih dahulu disebut, juga didahulukan dalam pelunasannya. Privilegie yang khusus tidak menentukan urutannya. Meskipun disebutkan berurutan, tapi tidak mengharuskan adanya urutan dalam pemenuhan haknya.

Di dalam privilegie ada matigingrecht dari hakim. Yaitu adanya kewenangan daripada hakim untuk menentukan jumlah yang sepatutnya. Mengurangi sampai jumlah yang pantas, mengingat kepentingan kedua belah pihak. Menjaga agar para pihak tidak bertindak sewenang-wenang untuk mencari keuntungan sebanyak-banyanya. Matigingrecht dipakai dalam ketentuan hukum kerja Pasal 601 KUHPerdata.

Privilegie mempunyai arti penting hanya jika debitur dalam keadaan pailit atau dalam hal executie dari harta kekayaan debitur.

B. BEZIT

Bezit diatur dalam Buku II KUHPerdata mulai dari Pasal 529 – 569 KUHPerdata.

Bezit adalah suatu keadaan dimana seseorang menguasai sasuatu benda, baik sendiri maupun dengan perantara orang lain, seolah-olah benda itu miliknya sendiri atau seolah-olah benda itu adalah kepunyaannya sendiri (Pasal 529 KUHPerdata). Orang yang menguasai benda itu, yang bertindak seolah-olah sebagai pemiliknya itu disebut beziter.

Suatu benda dapat dilekatkan dengan bezit atau munculnya (adanya) bezit harus ada 2 unsur yaitu:

Page 9: Hukum Benda

1. Unsur keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda (corpus);2. Unsur kemauan orang yang menguasai benda tersebut untuk

memilikinya (animus).

Oleh karena bezit harus mempunyai kedua unsur tersebut, sudah barang tentu untuk menjadi beziter orang nya harus sehat akal pikirannya. Sehingga orang gila (feitelijk on bekwaam) karena tidak mempunyai animus, maka dengan sendirinya tidak dapat mempunyai bezit. Namun anak yang belum dewasa tetapi sudah dapat membedakan (juridisch onbekwaam) dapat mempunyai bezit walaupun melalui perantara wakilnya/walinya menurut undang-undang. Bahkan seorang pencuri pun dapat mempunyai bezit atas suatu benda yang dicurinya namun dalam hal ini dikategorikan sebagai beziter yang tidak beritikad baik/beziter yang beritikad buruk (te kwadetrouw).

Bezit berbeda dengan detentie, yaitu dimana seseorang menguasai suatu benda berdasarkan suatu hubungan antara yang berasngkutan (detentor) dengan pemilik (eigenaar) benda itu. Pada seorang detentor (penyewa atau peminjam), unsur animus dianggat tidak ada.

Terhadap kasus diatas, terdapat dua pendapat yang berbeda. Menurut Mr. Asser dan Mr. Scholten, penyewa atau peminjam bukanlah beziter sehingga pasal dalam KUHPerdata tidak dapat dipergunakan untuk memberikan perlindungan kepada bezitter. Sedangkan menurut Mr. Suyling, perantara seperti penyewa harus tetap dianggap sebagai beziter.

Apabila beziter adalah pemilik benda itu sendiri, orang itu dinamakan beziter eigenaar.

Bezit mempunyai 2 macam fungsi yaitu fungsi polisionil dan fungsi zakenrechtelijk.

a. Fungsi polisionil bezit, maksudnya adalah bahwa bezit itu mendapat perlindungan hukum, tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya pemilik sejati benda itu. Siapapun membezit sesuatu benda, meskipun dia pencuri, ia mendapat perlindungan hukum sampai terbukti di Pengadilan bahwa ia sebenarnya tidak berhak. Barang siapa yang merasa haknya dilanggar, ia harus meminta penyelesaian lebih dahulu kepada Polisi atau Pengadilan. Fungsi ini ada pada setiap bezit.

b. Fungsi zakenrechtelijk bezit maksudnya adalah bahwa setelah bezit itu berjalan beberapa waktu tanpa adanya protes, bezit itu berubah menjadi eigendom, yaitu dengan melalui lembaga verjaring. Fungsi ini tidak ada pada setiap bezit, tetapi hanya pada burgerlijk bezit yang biasanya disebut bezit saja.

Page 10: Hukum Benda

...

HAK YANG BERSIFAT MEMBERI JAMINAN

Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan adalah hak-hak kebendaan yang ditujukan terhadap benda milik orang lain atau dengan kata lain hak tersebut melekat pada benda milik orang lain, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

Jika benda jaminan itu adalah benda tak bergerak, maka hak kebendaan tersebut berupa hipotik, sedangkan jika benda jaminan itu berupa benda bergerak maka hak kebendaan tersebut berua gadai. Kedua macam hak kebendaan tersebut memberikan kekuasaan langsung terhadap benda jaminan dan hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Selain itu baik hipotik maupun gadai mempunyai kedudukan preferensi yaitu didahukulan dalam pemenuhannya melebihi kreditur-kreditur lainnya 9Pasal 1133 KUHPerdata).

Oleh karena Hipotik dan Gadai tersebut merupakan hak kebendaan maka juga memiliki sifat-sifat dari hak kebendaan yaitu:

Page 11: Hukum Benda

- Bersifat mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun.- Selalu mengikuti bendanya (droit de suite)- Hak yang lahir terlebih dahulu didahulukan dalam

pemenuhannya (droit de preference, azas prioriteit)- Hak yang lebih dulu terjadi, tingkatnya lebih tinggi daripada yang

terjadi kemudian.- Pada setiap hak kebendaan mempunyai actie/gugat terhadap

gangguan atas haknya.- Pemindahaan hak bersifat penuh.

A. HAK GADAI (PAND)

Pengaturan hukum tentang Gadai terdapat dalam Buku II Titel 20 KUHPerdata mulai dari Pasal 1150 KUHPerdata yang memberikan definisi tentang gadai.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya menjaminkan suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang tersebut lebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.

BEDA GADAI DAN PRIVILEGIE

Perbedaan antara Gadai dan Privilegie, antara lain sebagai berikut:

1. Gadai itu adanya kerana diperjanjikan sedangkan privilegie timbul karena diberikan oleh Undang-undang (Pasal 1131, 1132, 1134 ayat 2).

2. Oleh undang-undang privilegie itu dikaitkan dengan hubungan-hubungan hukum tertentu, sedangkan pada gadai para pihak bebas untuk menjaminkan dengan gadai terhadap piutang apapun juga.

3. Gadai (termasuk hipotik) itu lebih didahulukan daripada privilegie, kecuali dalam hal-hal dimana undang-undang menentukan sebaliknya.

SIFAT-SIFAT GADAI

Adapun sifat-sifat khusus dari gadai adalah sebagai berikut:

a. Gadai bersifat Accessoir, yaitu merupakan tambahan saja dari perjanjian pokok yang berupa perjanjian peminjaman uang. Dan dimaksudkan untuk menjaga agar jangan sampai di berhutang itu lalai dari membayar kembali hutangnya.

Page 12: Hukum Benda

b. Gadai bersifat memberi jaminan, yaitu menjamin pembayaran kembali dari uang pinjaman tersebut. Akan tetapi hak menguasai barang itu tidak meliputi hak untuk memakai, menikmati, atau memungut hasil barang yang dipakai sebagai jaminan (lain halnya dengan hak memungut hasil, hak pakai dan mendiami, dll, sebab memang telah diperjanjikan atau disepakati).

c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari hutang. Gadai tetap melekat pada seluruh benda.

OBJEK GADAI

Yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak, yang meliputi:

1. Benda bergerak yang berwujud2. Benda bergerak yang tidak berwujud, yaitu berupa berbagai hak

untuk mendapatkan pembayaran uang yang berupa surat-surat piutang aan tooder (kepada si pembawa), aan order (atas tunjuk), op naam (atas nama).

Pendapat hukum mengatakan bahwa, untuk piutang yang baru akan ada dikemudian hari dapat dimungkinkan menjadi objek gadai, asal hubungan hukum yang menimbulkan piutang sudah ada. Catatan: Hal ini bertentangan dengan hukum islam.

CARA MEMPEROLEH HAK GADAI

Hak gadai itu diperoleh dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berbeda menurut jenis barangnya.

1. Untuk benda bergerak berwujud dan benda bergerak tak berwujud khusus surat-surat piutang aan tooder (kepada si pembawa), maka syarat-syaratnya adalah:

a. Harus ada perjanjian untuk memberikan hak gadai ini (pandovereenkomst) baik tertulis maupun tidak tertulis. Sebab dalam KUHPerdata tidak mensyaratkan apapun oleh karenanya bentuk perjanjian gadai tidak terikat oleh suatu bentuk tertentu.

b. Barang yang digadaikan itu harus dilepaskan/berada diluar kekuasaan dari si pemberi gadai (inbezitstelling). Dengan kata lain, barang itu harus berada dalam kekuasaan si pemegang gadai. Bahkan ada ketentuan dalam KUHPerdata bahwa gadai itu tidak sah jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan pemberi gadai.

2. Untuk benda berupa surat piutang atas nama, maka syarat-syaratnya adalah:

Page 13: Hukum Benda

a. Harus ada perjanjian gadai.b. Harus ada pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang

digadaikan.3. Untuk benda berupa piutang atas tunjuk, makas syarat-syaratnya

adalah:a. Harus ada perjanjian gadaib. Harus ada endossemen dan kemudian surat piutang itu lalu

diserahkan.

HAK DAK KEWAJIBAN PEMEGANG GADAI

Selama gadai itu berlangsung, si pemegang gadai mempunyai beberapa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, hak tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Si pemegang gadai dalam hal si pemberi gadai (debitur) melakukan wanprestasi, yaitu tidak memenuhi kewajibannya, maka setelah jangka waktu yang telah ditentukan itu lampau, si pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan itu atas kekuasaan sendiri (eigenmachtigeverkoop). Kemudian dari hasil penjualan barang itu diambil sebagian untuk melunasi hutang debitur dan sisanya harus dikembalikan kepada debitur. Penjualan barang tersebut harus dilakukan dimuka umum, menurut kebiasaan-kebiasaan setempat, dan berdasarkan atas syarat-syarat yang lazim berlaku.

2. Si pemegang gadai berhak untuk mendapatkan pengembalian ongkos yang telah dikeluarkan untuk keselamatan barang.

3. Si pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan barang (hak retentie); jika setelah adanya perjanjian gadai itu kemudian timbul perjanjian hutang yang kedua antara para pihak dan hutang yang kedua ini sudah dapat ditagih sebelum pembayaran hutang yang pertama. Pemegang gadai berhak menahan barang sampai kedua macam hutang itu dilunasi.

Sedangkan kewajiban dari pemegang gadai adalah sebagai berikut:

1. Si pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga barang yang digadaikan, jika semua terjadi atas kelalaiannya.

2. Si pemegang gadai tidak boleh mempergunakan barang yang digadaikan itu untuk kepentingan sendiri. Jika si pemegang gadai menyalahgunakan barang tersebut maka batang itu dapat dimintakan kembali oleh si pemberi gadai.

Page 14: Hukum Benda

HAPUSNYA GADAI

Adapun hak gadai ini dapat hapus karena hal-hal berikut:

1. Hak gadai itu hapus jika hutang piutang itu sudah dibayar lunas.2. Apabila barang gadai ke luar dari kekuasaan penerima gadai.