hubungan tegakan lamun terhadap kelimpahan makrofauna...

24
Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna di Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Nabela 1 , Andi Zulfikar, S. Pi 2 , Winny Retna Melani, SP, M. Sc 2 , Mahasiswa 1 , Dosen Pembimbing 2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Email. [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret 2016. Penentuan lokasi penelitian Makrofauna dilakukan berdasarkan tekni kacak sampling. Dari hasil penelitian yang dilakukan di temukan20 jenisMakrofauna dan 7 jenis lamun yangterdapat di PerairanDesaPengudang.Dari hasil analisis R-square diperoleh hasil sebesar 0,405 yang mencirikan bahwa hubungan regresi antara kedua variabel tergolong sedang. Diperolah hasil negatif atas hubungan tegakan lamun terhadap kelimpahan makrofauna. Kata Kunci: Makrofauna, Lamun, Hubungan Regresi, Desa Pengudang. ABSTRACT This research was conducted in the waters of the Bay Village District Pengudang Sebong. This research was conducted in January 2016 to March 2016. The location determination is done based research macrofauna random sampling technique. From the results of research conducted in 20 of macrofauna and discover 7 species of seagrass found in the waters of Pengudangvillage. From the analysis of the

Upload: phamlien

Post on 03-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna di Perairan

Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau

Nabela1, Andi Zulfikar, S. Pi

2, Winny Retna Melani, SP, M. Sc

2,

Mahasiswa1, Dosen Pembimbing

2

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Email. [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk

Sebong. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret

2016. Penentuan lokasi penelitian Makrofauna dilakukan berdasarkan tekni kacak

sampling. Dari hasil penelitian yang dilakukan di temukan20 jenisMakrofauna dan 7

jenis lamun yangterdapat di PerairanDesaPengudang.Dari hasil analisis R-square

diperoleh hasil sebesar 0,405 yang mencirikan bahwa hubungan regresi antara kedua

variabel tergolong sedang. Diperolah hasil negatif atas hubungan tegakan lamun

terhadap kelimpahan makrofauna.

Kata Kunci: Makrofauna, Lamun, Hubungan Regresi, Desa Pengudang.

ABSTRACT

This research was conducted in the waters of the Bay Village District

Pengudang Sebong. This research was conducted in January 2016 to March 2016.

The location determination is done based research macrofauna random sampling

technique. From the results of research conducted in 20 of macrofauna and discover 7

species of seagrass found in the waters of Pengudangvillage. From the analysis of the

Page 2: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

results obtained R - square of 0.405, which shows the relationship between two

variables regression relatively medium. A negative result is obtained if the

relationship stands on macrofauna abundance.

Keyword: Macrofauna , Seagrass, Relationship regression, Pengudang Village.

Page 3: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

I. PENDAHULUAN

Salah satu daerah di Kabupaten

Bintan Desa Pengudang yang memiliki

banyak sumberdaya yang banyak

dimanfaatkan seperti mangrove,

terumbu karang dan khusunya lamun.

Sebaran lamun di Desa Pengudang

cukup luas hampir terdapat

disepanjang pesisir perairannya

(Trismades, 2010). Kawasan ini

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

untuk kegiatan tempat mencari ikan,

udang dan kerang-kerangan yang

dipanen langsung dari area lamun

sebagai mata pencahrian mereka.

Nelayan di Desa Pengudang

melakukan penangkapan ikan dan

mencari kerang diarea padang lamun.

Mengingat peranan ekologis

lamun sangat penting bagi Makrofauna

di Periran Desa Pengudang begitu

besarsebagai menetralisasi bahan

organic dan melepaskan nutrient

kelapisan permukaan (Lisdawati,

2014). Pada ekosistem pantai biota

makrofauna merupakan rantai

makanan bagi biota disekitar area

lamun. Akan tetapi kendala yang

dihadapi nelayan di lokasi kajian

adalah mengurangnya biota yang ada

disekitar padang lamun dikarenakan

area lamun yang rusak akibat jaring

dan sering terinjak para nelayan yang

mencari tangkapan diarea lamun.

Berdasarkan kondisi tersebut maka

informasi mengenai kelimpahan

Makrofauna di padang lamun sangat

penting dalam upaya menggali

informasi hubungan kelimpahan

makrofauna. Oleh karena itu peneliti

perlu melakukan penelitian dikawasan

tersebut.

Manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah bermanfaat bagi

Page 4: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

informasi mengenai potensi

sumberdaya terutama pada biota

Makrofauan diperairan Desa

Pengudang Kecamatan Teluk Sebong

Kabupaten Binta Provinsi Kepulauan

Riau. Diharapkan data yang diperoleh

dapat digunakan sebagai salah satu

usaha atau upaya pengelolaan wilayah

pesisir terutama di perairan Desa

Pengudang Kecamatan Telok Sebong

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Riau.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan Januari hingga Maret 2016.

Penentuan titik pengamatan

dilakukan secara acak dengan

menggunakan bantuan software Simple

Random Sampling dan ditentukan

sebanyak 42 titik. Peta lokasi

penelitian dapat dilihat pada gambar

berikut.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian yang bersifat survey atau

observasi yang tidak memerlukan

perlakuan khusus terhadap objek yang

akan diteliti.

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam

pengambilan sampel makrofauna

adalah corer sampler (diameter 3,5

cm), GPS [GARMIN e-trex], masker,

snorkel, fin, tali rafia, baskom

berpelampung, papan mika, pesil 2B,

cooler box, meteran, saring, paralon,

Page 5: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

transek kuadrat, pengukur parameter

lingkungan (thermometer, hand

refractometer, DO meter dan kertas

pH universal). Sedaangkan alat yang

digunakan di dalam pengerjaan

laboraturium adalah mikrosop

binokuler, mikrosop cahaya, lup,

cawan petri, pinset, gelas dan kaca

objek, botol film, oven, cawan

porselen, saringan bentos betingkat

serta kamera digital [CANON].

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada

penelitian adalah paralon dengan

diameter 3,5 cm, sepanjang 10 cm.

Selanjutnya menekan paralon tersebut

sedalam 10 cm kedalaman substrat,

sehingga volume substrat dapat

terambil penuh. Sampel disaring

dengan saringan ukuran mesh size 1

mm. Sampel selanjutnya dibawa ke

laboraturium untuk dilakukan

penyortiran dan identifikasi.

Pengumpulan data beberapa variabel

lingkungan dilakukan secara in situ

(diukur langsung di lapangan) dan ex

situ (diukur di laboraturium). Larutan

formalin 4% yang dinetralkan pH-nya

dengan boraks, larutan rose bengael

1% sebagai pewarna sampel agar

mudah dipilah, kantung plastik, botol

plastik, alkhol 70% serta pewarna

sampel Makrofauna, lamun dan

sedimen.

E. Cara Kerja

1. Penentuan titik sampling

Makrofauna

2. Pengambilan Sampel

Makrofauna

3. Pengukuran Parameter

Lingkungan

Data parameter lingkungan

yang diukur adalah derajat keasaman

Page 6: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

(pH), kadar oksigen terlarut (DO),

suhu (oC), salinitas (‰) dan kecerahan.

4. Perlakuan Sampel di

Laboraturium

Metode pengukuran yang

digunakan untuk mengetahui kondisi

padang lamun adalah metode Transek

dan Petak Contoh (Transect Plot).

Metode Transek dan Petak Contoh

(Transect Plot) adalah metode

pencuplikan contoh populasi suatu

Komunitas dengan pendekatan petak

contoh yang berada pada garis yang

ditarik melewati wilayah ekosistem

tersebut.

Mekanisme Pengukuran

a. Lokasi yang ditentukan untuk

pengamatan vegetasi padang

lamun harus mewakili wilayah

kajian, dan juga harus dapat

mengindikasikan atau mewakili

setiap zone padang lamun yang

terdapat di wilayah kajian.

b. Pada setiap lokasi ditentukan

stasiun-stasiun pengamatan

secara konseptual berdasarkan

keterwakilan lokasi kajian

c. Pada setiap stasiun

pengamatan, tetapkan transek-

transek garis dari arah darat

kearah laut (tegak lurus garis

pantai sepanjang zonasi padang

lamun yang terjadi) di daerah

intertidal, untuk masing –

masing stasiun ditetapkan

sebanyak 3 transek dengan

jarak 50 meter dari transek satu

ke transek lainnya. Pada setiap

transek garis, letakkan petak-

petak contoh (plot) berbentuk

bujur sangkar dengan ukuran

0,5 m x 0,5 m sebanyak 5 plot

Page 7: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

untuk setiap transeknya dengan

interval/jarak 15 m.

d. Pada setiap petak contoh (plot)

yang telah ditentukan,

determinasi setiap jenis

tumbuhan lamun yang ada dan

hitung jumlah individu setiap

jenis.

e. Analisa

Untuk mengetahui luas area

penutupan jenis lamun tertentu

dibandingkan dengan luas total area

penutupan untuk seluruh jenis lamun,

digunakan Metode Saito dan Adobe.

Adapun metode penghitungannya

adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Petak Plot Untuk

Pengambilan Lamun

1. Petak contoh yang digunakan

untuk pengambilan contoh

berukuran 50 cm x 50 cm yang

masih dibagi-bagi lagi menjadi

25 sub petak, berukuran 10 cm

x 10 cm (Gambar1. ).

2. Dicatat banyaknya masing-

masing jenis pada tiap sub

petak.

F. Analisis Data

1. Kelimpahan Makrofauna

Kepadatan makrofauna

didefinisikan sebagai jumlah individu

makrofauna per satuan luas (m2). Contoh

makrofauna yang telah didenifisikan

dihitung kepadatannya dengan rumus

Shannon-Wieener (Odum, 1993 dalam

Pakpahan, 2013).

Page 8: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Di mana :

K = kepadatan makrofauna

(ind/m2)

A = jumlah makrofauna (individu)

B = Luas bukaan paralon

10000 = Konversi darin cm2 ke m2

2. Perhitungan Tegakan Lamun

Perhitungan tegakan lamun

dilakukan dengan melihat

kerapatannya. Kerapatan lamun

diamati dengan menggunakan rumus

kerapatan menurut Fachrul (2007)

sebagai berikut:

Ki = Ni

A

Keterangan :

Ki = Kerapatan (tegakan/m2)

Ni = Jumlah tegakan jenis ke-i

(tegakan)

A = Luas Area Pengamatan (m2)

3. Perbandingan Kerapatan

Tutupan

Data persentase tutupan lamun

akan dibandingkan dengan kelimpahan

Makrofauna menggunakan Anova (

Analysis Of Variance).

Variabel terikat :Persen Tutupan

Lamun

Variabel bebas :Kelimpahan

Makrofauna

4. Analisis Hubungan

Kelimpahan dengan Tegakan

Lamun

Untuk melihat hubungan antara

Kelimpahan Makrofauna dengan

kerapatan digunakan analisa regresi

linear sederhana (Hasan, 2009).

Rumus yang digunakan yaitu:

Y = a+bx + ei

Page 9: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Dimana: y =

KepadatanMakrofauna

x = Kerapatan Lamun

a = Titik Potong

b = Slope

ei = Galat ( Eror )

Analisis data regresi linier

sederhana untuk melihat hubungan

Makrofauna terhadap tutupan lamun.

Kerapatan Lamun yang tergolong

Sedang/kurang padat merupakan

kerapatan lamun dengan jumlah

tegakan ≥ 50 - < 100 ind/m2,

sedangkan Kerapatan lamun yang

tergolong sangat jarang merupakan

kerapatan lamun dengan jumlah

tegakan < 50 ind/m2 (Zulkifli, 2008).

Berdasarkan analisis data untuk

melihat hubungan kelimpahan

Makrofauana dengan tutupan

menggunakan rumus regresi linier

sederhana α dan β. Jika dilihat dengan

menggunakan ketentuan nilai alpha

0.05 maka α dan β> 0.05, artinya

koefisien α dan β tidak masuk kedalam

model regresi karena tidak bisa

memprediksi nilai hubungan kerapatan

lamun dan kelimpahan Makrofauna.

Selanjutnya berdasarkan hasil

perhitungan uji korelasi diketahui nilai

korelasi sebesar -0,10 pada tingkat

kepercayaan 95%. Menurut kategori

Korelasi Pearson jika r = 0 atau

mendekati 0 maka hubungan antara

kedua variable lemah, jika r = (-1)

maka hubungan sangat kuat dan

bersifat tidak searah dan jika r = (+1)

maka hubungannya sangat kuat

bersifat searah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lamun di Perairan

Desa Pengudang Kabupaten

Bintan

Page 10: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Pada penelitian ini yang

dilakukan secara acak pada lokasi

sampling perairan Desa Pengudang

berhasil ditemukan 7 jenis lamun yang

masuk kedalam plot pengamatan.

Jenis-jenis yang dijumpai antara lain

yaitu; jenis Cymodocea rotundata,

jenis Cymodocea serullata, jenis

Enhallus accoroides, jenis Halodule

uninervis, jenis Holophila ovalis, jenis

Syringodium isoetifoliu, danjenis

Thalassia hemprichii. Untuk kerapatan

dan komposisinya secara lengkap

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kerapatan Lamun dan

Persentase Komposisinya Di

Perairan Pengudang

Jenis Jumlah Kerapatan

(Tegakan/m2)

Komposisi

(%)

Cymodocea rotundata 58 1,45 1,48

Cymodocea serullata 1397 34,93 35,77

Enhallus accoroides 350 8,75 8,96

Halodule uninervis 1465 36,63 37,51

Holophila ovalis 44 1,1 1,13

Syringodium isoetifolium 24 0,6 0,61

Thalassia hemprichii 568 14,2 14,54

Jumlah 3906 97,65 100

Dari tabel 7 diketahui bahwa

tegakan jenis Cymodocea rotundata

sebesar 1,45 tegakan/m2, jenis

Cymodocea serullata memiliki nilai

Page 11: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

kerapatan sebesar 34,93 tegakan/m2,

jenis Enhallus accoroides memiliki

nilai kerapatan sebesar 8,75

tegakan/m2, untuk jenis Halodule

uninervis memiliki nilai kerapatan

sebesar 36,63 tegakan/m2, kemudian

jenis Holophila ovalis memiliki

kerapatan 1,10 tegakan/m2, jenis

Syringodium isoetifolium kerapatannya

sebesar 0,60 tegakan/m2 ,dan jenis

Thalassia hemprichii memiliki nilai

kerapatan sebesar 14,20 tegakan/m2.

Dilihat dari nilai kerapatan dan

selanjutnya nilai komposisi jenis

lamun di perairan Desa Berakit

diketahui bahwa jenis yang paling

tinggi komposisinya serta

kerapatannya adalah pertama yaitu

jenis Halodule uninervis dan jenis

Cymodocea serullata. Tampak dari

hasil pengamatan, kedua jenis ini

tampak tumbuh subur dan memiliki

sebaran yang cukup luas dan umumnya

dijumpai pada saat awal keberadaan

vegetasi lamun pada zona pasang

surut. Kerapatan yang tinggi pada

kedua jenis ini diduga karena faktor

nutrien pada substrat yang dapat

dimanfaatkan oleh lamun untuk nutrisi

pertumbuhan, sebagaimana yang

diketahui bahwa karakteristik substrat

pada perairan Desa Pengudang adalah

dominan pasir berlumpur.

B. Kondisi Makrofauna

1. Jenis Makrofauna

Dari hasil-hasil identifikasi

jenis makrofauna diperairan Desa

Pengudang diperoleh 2 kelas, 7 0rdo,

10 family, 11 genus, dan 15 spesies.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 8.

Page 12: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Tabel 8. Jenis – jenis Makrofauna diperairan Desa Pengudang

KELAS ORDO FAMILY GENUS SPESIES

Bivalvia

Imperidentia Mactridae Mactra Mactra maculata

Arcida Arcidae Anadara Anadara pilula

Cardiida Tellinidae Tellina Tellina capsoides

Gastropoda

Neogastropoda

Nassaridae Nassarius Nassarius olivaceus

Nassarius nodifer

Costellaridae Vexillum Vexillum ligatum

Columbellidae Pyrene Pyrene epamella

Murichidae Cronia Cronia contracta

Caenogastropoda Cerithiinae Cerithium

Cerithium torresi

Cerithium zonatum

Cerithium

salebrosum

Cycloneritimorpha Neritidae Nerita Neritina meleagris

Smaragdia Smaragdia viridis

Littorinimorpha Cypraeidae Cypraea Cypraea errones

Dari tabel diatas, pada kelas

Bivalvia dijumpai 3 ordo yaitu

Imperidentia, Arcida, dan Cardiida,

termasuk 3 family diantaranya

Mactridae, Arcidae, dan Tellinidae.

Kemudian dijumpai 3 genus

diantaranya Mactra, Anadara, dan

Tellina, yang terdiri dari 3 spesies

yaitu Mactra maculata, Anadara

pilula, dan Tellina capsoides.

Untuk kelas gastropoda

dijumpai 4 ordo yaitu Neogastropoda,

Page 13: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Caenogastropoda, Cycloneritimorpha,

dan Littorinimorpha. Dari ordo

Neogastropoda pada family

Nassaridae pada genus Nassarius

dijumpai 2 spesies yakni Nassarius

oliveceus dan Nassariusnodifer, pada

family Costellaridae dan genus

Vexillum dijumpai 1 spesies yaitu

Vexillum ligatum, pada family

Collumbellidae dan genus Pyrene

dijumpai 1 spesies yakni Pyrene

epamella, dan pada family Murichidae

dan genus Cronia dijumpai 1 spesies

yaitu Croniaconcrata.

Masih pada kelas Gastropoda

untuk ordo Caenogastropoda family

Cerithidae dan genus Cerithium

dijumpai 3 spesies yaitu Cerithium

toressi, Cerithium zonatum, dan

Cerithium salebrosum. Pada ordo

Cycloneritimorpha dan family

Neritidae pada genus Nerita dijumpai

1 spesies yakni Nerita meleagris dan

pada ganus Smaragdia dijumpai 1

spesies yakni Smaragdia viridis. Dan

pada ordo Littorinimorpha dijumpai 1

family yaitu Cypraeidae dan 1 genus

yaitu Cypraea dan 1 spesies yaitu

Cypraea errones.

2. Kelimpahan Makrofauna

Kelimpahan Makrofauna

dinyatakan dalam satuan individu yang

menempati ruang seluas satuan meter

persegi. Dari perhitungan data

kelimpahan yang telah dilakukan

makan didapatkan nilai seperti tertera

pada tabel gambar berikut.

Page 14: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Tabel 9 dan Gambar 7. Kelimpahan Makrofauna di Perairan Desa Pengudang

JENIS Kelimpahan

(ind/m2)

Mactra maculata 142,60

Nassarius olivaceus 170,03

Cerithium torresi 329,09

Nassarius nodifer 104,21

Cerithium zonatum 318,12

Neritina meleagris 142,60

Vexillum ligatum 32,91

Smaragdia viridis 230,36

Anadara pilula 115,18

Pyrene epamella 93,24

Cronia contracta 27,42

Cerithium salebrosum 21,94

Cypraea errones 224,88

Tellina capsoides 54,85

TOTAL 2007,44

Pada kelas Bivalvia yang terdiri

dari 3 spesies yaitu jenis Mactra

maculate memiliki kelimpahan jenis

sebesar 142,60 individu/m2, kemudian

untuk jenis yang lain yaitu Anadara

pilula memiliki kelimpahan jenis

sebesar 230,36 individu/m2, dan jenis

terakhir dari kelas bivalvia yakni jenis

Tellina capsoides memiliki

kelimpahan sebesar 54,85 individu/m2.

Untuk kelas gastropoda

dijumpai 12 spesies yakni Nassarius

oliveceus yang memiliki kelimpahan

jenis sebesar 170,03 individu/m2.

kemudian untuk jenis Nassariusnodifer

memiliki kelimpahan jenis sebesar

104,21 individu/m2, jenis Vexillum

ligatum diantaranya memiliki

kelimpahan jenis sebesar

32,91individu/m2, jenis makrofauna

Pyrene epamella memiliki nilai

142,60

170,03

329,09

104,21

318,12

142,60

32,91

230,36

115,18

93,24

27,42

21,94

224,88

54,85

Mactra maculata

Nassarius olivaceus

Cerithium torresi

Nassarius nodifer

Cerithium zonatum

Neritina meleagris

Vexillum ligatum

Smaragdia viridis

Anadara pilula

Pyrene epamella

Cronia contracta

Cerithium salebrosum

Cypraea errones

Tellina capsoides

Kelimpahan Makrofauna

Page 15: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

kelimpahan jenis sebesar 93,24

individu/m2, selanjutnya untuk

kelimpahan jenis Cronia concrata

didapatkan nilai sebesar 27,42

individu/m2,jenis Cerithium toressi

memiliki nilai kelimpahn jenis yang

paling tinggi yakni 329,09

individu/m2, kemudian jenis Cerithium

zonatum memiliki kelimpahan yang

tinggi juga yaitu sebesar 318,12

individu/m2, jenis yang lain yaitu

Cerithium salebrosum memiliki

kelimpahan jenis sebesar 21,94

individu/m2, jenis Nerita meleagris

memilki kelimpahan sebesar 142,60

individu/m2, dan untuk jenis

Smaragdia viridis memiliki

kelimpahan sebesar 230,36

individu/m2, serta terakhir untuk jenis

Cypraea errones memiliki kelimpahan

sebesar 224,88 individu/m2.

Dari data kelimpahan jenis,

diketahui bahwa kelimpahan tertinggi

teradi pada kelompok jenis Cerithium

zonatum dan Cerithium salebrosum

dari genus cerithium. Didapatkanya

hasil ini mencirikan bahwa jenis ini

mampu beradaptasi yang baik pada

wilayah padang lamun dengan

memanfaatkan kandungan nutriennya

untuk hidup. Menurut Nurjanah (2013)

bahwa hewan pada kelompok

cerithidae sangat tergantung pada jenis

substrat dan makanannya. Jenis

substrat halus yang mengandung

banyak bahan organik sesuai dengan

sifat organisme makrozoobenthos

termasuk cerithidae sebagai deposit

feeder dan filter feeder. Bila dilihat

dari pengamatan visual, bahwa

diketahui jenis substrat di lokasi

penelitian adalah lumpur berpasir.

Jenis Cerithium zonatum dan

Page 16: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Cerithium salebrosum berlimpah

karena kondisi perairan Desa

Pengudang secara keseluruhan baik

bagi kehidupan makrofauna sehingga

mendukung jenis ini untuk terus

tumbuh dan berkembang biak.

C. Kondisi Perairan

1. Suhu

Secara ekologis perubahan

suhu menyebabkan perbedaan

komposisi dan kelimpahan

Makrofauna. Hasil pengukuran suhu

perairan dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut.

Tabel 10. Pengukuran Suhu di

perairan Desa Pengudang

Parameter Satuan Waktu Rata-

rata

Suhu 0C

Pagi 28,38

Siang 30,46

Sore 29,48

Berdasarkan hasil pengukuran

suhu pada perairan Desa Pengudang

didapatkan nilai suhu pada pagi hari

sebesar 28,38 °C , pada siang hari

sebesar 30,46 °C, dan pada sore hari

senilai 29,48 °C, dengan kisaran suhu

yaitu 28,38 - 30,46 °C masih baik

untuk hewan makrofauna yang ada di

perairan Desa Pengudang.

Mengacu pada Sukarno (1981)

dalam Wijayanti (2007) bahwa suhu

dapat membatasi sebaran hewan

makrobenthos secara geografik dan

suhu yang baik untuk pertumbuhan

hewan makrobenthos berkisar antara

25 - 31 °C. Berdasarkan kondisi

tersebut, kondisi suhu masih layak

untuk kehidupan mkarofauna pada

kelas gastropoda karena masih sesuai

pada kisaran optimal yang ditentukan.

2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas

secara lengkap pada perairan Desa

Page 17: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Pengudang dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut.

Tabel 11. Pengukuran Salinitas di

perairan Desa Pengudang

Parameter Satuan Waktu Rata-rata

Salinitas ppm Pasang 33,09

Surut 32,71

Diketahui bahwa nilai salinitas

di perairan Desa Pengudang pada

lokasi penelitian makrofauna diperoleh

hasil salinitas pada saat pasang sebesar

33,09 ppm surut sebesar 32,71 ppm.

Menurut Wijayanti (2007) kisaran

optimal bagi kehidupan organisme

bhentos salah satunya pada kelas

gastropoda pada ekositem perairan

adalah pada kisaran 25 – 400/00.

Kisaran optimal untuk kehidupan

makrofauna Gastropoda adalah 20 – 36

0/00 (Ariestika,2006). Mengacu dari

kedua pendapat tersebut, salinitas

masih baik bagi kehidupan

makrofauna diperjelas lagi dengan

masih dijumpainya sebanyak 15

spesies makrofauna di perairan Desa

Pengudang.

3. Kecerahan

Dari pengamatan nilai

kecerahan perairan Desa Pengudang,

pada saat penelitian semua titik

pengamatan menunjukkan bahwa

cahaya matahari sampai kedasar

perairan dengan demikian kondisi

kecerahan tembus dasar (100%)

dengan kedalaman antara 1 – 2 meter

pada saat pasang. Ini mencirikan

bahwa kecerahan sangat baik karena

perairan tidak tergolong memiliki

kekeruhan yang tinggi.

4. Keasaman Perairan

Hasil pengukuran pH secara

lengkap pada perairan Desa

Page 18: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Pengudang dapat dilihat pada table

berikut.

Tabel 12. Pengukuran pH di

perairan Desa Pengudang

Parameter Satuan Waktu Rata-rata

pH -

Pagi 8,54

Siang 8,32

Sore 8,10

Dari hasil pengamatan nilai

keasaman perairan, diperoleh hasil

keasaman pada saat pagi hari sebesar

8,54 dan pada siang hari sebesar 8,32

serta pada sore hari sebesar 8,10

dengan kisaran 8,10 – 8,54. Mengacu

pada Pennak (1978) dalam Wijayanti

(2007) bahwa pH yang mendukung

kehidupan mollusca berkisar antara 5,7

– 8,4, dan untuk gastropoda hidup

pada batas kisaran pH 5,8 - 8,3.

Dengan demikian kondisi pH masih

dikatakan layak untuk kehidupan

gastropoda, kondisi pH cenderung

stabil. Kondisi pH yang bersifat asam

maupun basa sangat tidak

menguntungkan gastropoda dan

kehidupannya akan terganggu.

Pendapat lain menurut Effendi (2003)

menyatakan bahwa Nilai pH < 5 dan >

9 menciptakan kondisi yang tidak

menguntungkan bagi kebanyakan

organisme makrobenthos, sebagian

besar biota akuatik sensitif terhadap

perubahan pH dan menyukai nilai pH

sekitar 7 – 8,5. Dengan demikian,

kondisi keasaman perairan Desa

Pengudang masih dikatakan layak bagi

kehidupan organisme makrofauna.

5. Oksigen Terlarut

Hasil pengukuran oksigen

terlarut secara lengkap pada perairan

Desa Pengudang dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut.

Tabel 13. Pengukuran Oksigen

Terlarut di perairan Desa

Pengudang

Page 19: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Parameter Satuan Waktu Rata-rata

Oksigen

Terlarut mg/L

Pagi 6,49

Siang 6,98

Sore 6,87

Melihat dari hasil pengukuran

oksigen terlarut pada perairan Desa

Pengudang, kisaran nilainya berada

pada 6,49 – 6,98 mg/L, dengan

kandungan oksigen perairan pada pagi

hari sebesar 6,49 mg/L, pada siang hari

sekitar 6,98 mg/L, dan pada sore hari

sekitar 6,87 mg/L. Mengacu pada

KEPMEN LH (2004) yang

mengharuskan kandungan oksigen

terlarut untuk biota pada perairan

sebesar > 5 mg/L, berarti kondisi ini

masih sangat layak untuk kehidupan

organisme akuatik.

D. Hubungan Tegakan Lamun

dengan Kelimpahan

Makrofauna

Hasil analisis data hubungan

menggunakan regresi linear sederhana

dengan bantauan software ms. Excell

diperoleh hasil hubungan regresi

seperti pada gambar 13.

Dari tabel dan kurva diatas,

diketahui bahwa nilai significan

levelnya yang telah ditetapkan pada

selang kepercayaan sebesar 95%,

diperoleh nilai sebesar 0,03. Dengan

demikian nilai tersebut 0,03 < 0,05

(selang kepercayaan) yang mencirikan

bahwa data yang diambil dapat

mewakili hubungan antara variabel x

y = -…

0

5

0 2

Ke

rap

atan

Lam

un

(T

ega

kan

/m2 )

Kelimpahan Makrofauna (ind/m2)

Hubungan Regresi

Series1

Linear (Series1)

Page 20: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

dengan tegakan lamun dan variabel y

dengan kelimpahan makrofauna.

Dilihat dari nilai x= - 0.1641

mencirikan bahwa hubungan antara

variabel x dan variabel y bersifat

negatif. Untuk dapat memberikan

penafsiran terhadap koefisien korelasi

yang ditemukan, maka berpedoman

pada ketentuanyang tertera pada tabel

14.

Tabel 14. Pedoman Untuk

Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi

Koefisien

Korelasi

Tingkat

Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 – 0599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Dari nilai koeffisien korelasi

r=0.405 yang menunjukan bahwa

korelasi antara tegakan lamun dengan

kelimpahan makrofauna adalah

sedang. Mengacu dari tabel tersebut,

maka diperoleh kesimpulan bahwa

korelasi antara tegakan lamun dengan

kelimpahan makrofauna adalah

“sedang”.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jenis Cymodocea rotundata

sebesar 1,45 tegakan/m2, jenis

Cymodocea serullata memiliki

nilai kerapatan sebesar 34,93

tegakan/m2, jenis Enhallus

accoroides memiliki nilai

kerapatan sebesar 8,75

tegakan/m2, untuk jenis

Halodule uninervis memiliki

nilai kerapatan sebesar 36,63

tegakan/m2, kemudian jenis

Holophila ovalis memiliki

kerapatan 1,10 tegakan/m2,

jenis Syringodium isoetifolium

Page 21: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

kerapatannya sebesar 0,60

tegakan/m2 ,dan jenis

Thalassia hemprichii memiliki

nilai kerapatan sebesar 14,20

tegakan/m2.

2. Pada kelas Bivalvia yang terdiri

dari 3 spesies yaitu jenis

Mactra maculata memiliki

kelimpahan jenis sebesar

142,60 individu/m2, kemudian

untuk jenis yang lain yaitu

Anadara pilula memiliki

kelimpahan jenis sebesar

230,36 individu/m2, dan jenis

terakhir dari kelas bivalvia

yakni jenis Tellina capsoides

memiliki kelimpahan sebesar

54,85 individu/m2. Untuk kelas

gastropoda dijumpai 12 spesies

yakni Nassarius oliveceus yang

memiliki kelimpahan jenis

sebesar 170,03 individu/m2,

kemudian untuk jenis

Nassariusnodifer memiliki

kelimpahan jenis sebesar

104,21 individu/m2, jenis

Vexillum ligatum diantaranya

memiliki kelimpahan jenis

sebesar 32,91 individu/m2,

jenis makrofauna Pyrene

epamella memiliki nilai

kelimpahan jenis sebesar 93,24

individu/m2, selanjutnya untuk

kelimpahan jenis Cronia

concrata didapatkan nilai

sebesar 27,42 individu/m2,

jenis Cerithium toressi

memiliki nilai kelimpahn jenis

yang paling tinggi yakni 329,09

individu/m2, kemudian jenis

Cerithium zonatum memiliki

kelimpahan yang tinggi juga

yaitu sebesar 318,12

Page 22: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

individu/m2, jenis yang lain

yaitu Cerithium salebrosum

memiliki kelimpahan jenis

sebesar 21,94 individu/m2,

jenis Nerita meleagris memilki

kelimpahan sebesar 142,60

individu/m2, dan untuk jenis

Smaragdia viridis memiliki

kelimpahan sebesar 230,36

individu/m2, serta terakhir

untuk jenis Cypraea errones

memiliki kelimpahan sebesar

224,88 individu/m2.

3. Dari hasil analisis korelasi

diperoleh hasil sebesar 0,405

yang mencirikan bahwa

hubungan regresi antara

tegakan lamun dan kelimpahan

makrofauna terkategori sedang.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian

untuk melihat hubungan jenis substrat

dengan kelimpahan Makrofauna. Perlu

dilakukan penelitian mengenai

hubungan antara kandungan organik

dengan kemimpahan makrofauna.

Perlu dilakukan pemahaman

masyarakat agar tidak mengotori

lingkungan perairan untuk menjaga

kualitas air tetap dalam keadaan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ariestika. 2006. Karakteristik Padang

Lamun dan Struktur

Komunitas moluska

(Gastropoda dan Bivalvia)

di Pulau Burung, Kepulauan

Seribu. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor; Bogor.

Barus, T. A. 2004. Pengantar

Limnologi Studi Tentang

Ekosistem Air Daratan.

USU press. Medan

Dahuri. R.2003.Keanekaragaman

Hayati Laut Aset

Pembangunan

Berkelanjutan

Indonesia.Gramedia Pustaka

Utama: Jakarta.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang

Indonesia (Indonesian

Shells).

Page 23: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air

Bagi Pengelolaan Sumber

Daya Lingkungan Perairan.

Kanisius. Yogyakarta.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling

Bioekologi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Giere, O, 1993. Meiobenthology: The

microscopic fauna in aquatic

sediments. Spinger- Verlag,

Berlin: xv + 328 hlm.

Hendra. 2011. Pertumbuhan Dan

Produksi Biomassa Daun

Lamun Halophila Ovalis,

Syringodium Isoetifolium

Dan Halodule Uninervis

Pada Ekositem Padang

Lamun Di Perairan Pulau

Barrang Lompo. Universitas

Hasanuddin: Makassar.

http//www.marinespecies.org

Hasan. 2009 . Analisis Data Penelitian

Statistik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hutabarat, S dan S. M. Evans, 1985.

Pengantar Oseanografi.

Universitas Indonesia.

Jakarta.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

(KepMen LH) No. 200

Tahun 2004. Kriteria Baku

Kerusakan dan Pedoman

Penentuan Status Padang

Lamun.Jakarta.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

(KepMen LH) No. 51 Tahun

2004.Baku Mutu Air Laut

Untuk Biota.Jakarta.

Kordi. K. Ghufran.2007. Pengelolaan

Kualitas Air untuk Budidaya

Perairan.Rineka Cipta:

Jakarta.

Lisdawati.2014. Analisis Tutupan

Lamun Berdasarkan Jenis

Substrat Di Wilayah

Trismades Desa Malang

Rapat Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan.

Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.

Marpaung. A. A. F. 2013.

Keanekaragaman

Makrozoobenthos di

Ekosistem Mangrove

Silvofishery dan Mangrove

Alami Kawasan Ekowisata

Pantai Boe Kecamatan

Galesong Kabupaten

Takalar. Skripsi. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Monografi Desa Pengudang, 2012

Nurjanah. 2013. Keanekaragaman

Gastropoda Di Padang

Lamun Perairan Kelurahan

Senggarang Kota

Tanjungpinang Provinsi

Page 24: Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Hubungan Tegakan Lamun Terhadap Kelimpahan Makrofauna

Kepulauan Riau. Skripsi.

Universitas Maritim Raja

Ali Haji. Tanjungpinang.

Nybakken JW. 1988. Marine Biology:

An Ecological Approach. 3rd

Edition. Rearson Benyamin

Cummings. New York.

Pakpahan. C.S.H. 2013. Indeks

Biodiversity Komunitas

Makrozoobenthos Sebagai

Bioindikator Kualitas

Perairan Di Pulau Dompak

Provinsi Kepulauan Riau.

Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.

Setyobudiandi, I. dkk. 2009. Sampling

dan Analisis Data

Perikanan dan Kelautan.

Terapan Metode

Pengambilan Contoh di

Wilayah Pesisir dan Laut.

Penerbit : FPIK Institut

Pertanian Bogor.

Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman

Makrozoobentos Sebagai

Indikator Kualitas Perairan

Danau Toba Balige

Kabupaten Toba Samosir.

Tesis Universitas Sumatra

Utara. Medan (tidak

diterbitkan).

Supriharyono,M.S.2007.Konservasi

Ekosistem Sumberdaya

Hayati di Wilayah Pesisir

dan Laut Tropis.Pustaka

Pelajar: Yogyakarta.

Trikora Seagrass Manajement

Demonstration Site.2010.

Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Oseanografi

LIPI,

Wijayanti, M. H. 2007. Kajian

Kualitas Perairan di Pantai

Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Komunitas

Hewan Makroobentos. Tesis

Universitas Diponegoro.

Semarang (tidak

diterbitkan).

Zulkifli. 2008. Dinamika Komunitas

Meiofauna Intertidal di

Perairan Selat Dompak

Kepulauan Riau. [Disertasi].

Program Studi Ilmu Kelautan.

Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Zuraini. 2012. Skripsi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.