hubungan statuangular cheilitiss gizi dengan angular cheilitis

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis. 1 Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran gigi semakin berkembang, namun berbagai penyakit gigi dan mulut juga emakin beragam. Berbagai penyakit yang bisa dikatakan masih awam atau asing pada mayarakat harus segera disosialisasikan agar pencegahan dan penyembuhannya dapat diterapkan pada masyarakat. Tetapi, penyakit- penyakit yang sudah tidak asing lagi tetap menjadi polemik dalam bidang kedokteran gigi, karena tidak jarang kita temukan masyarakat yang pengetahuannya masih sangat minim untuk mencegah maupun terapi penyakit tersebut. Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi, lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya

Upload: dimaz-iman

Post on 28-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ANGULAR CHEILITIS

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan

juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling rawan

dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk

mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan

mekanis.1

Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kedokteran gigi semakin berkembang, namun berbagai penyakit gigi dan mulut

juga emakin beragam. Berbagai penyakit yang bisa dikatakan masih awam atau asing

pada mayarakat harus segera disosialisasikan agar pencegahan dan penyembuhannya

dapat diterapkan pada masyarakat. Tetapi, penyakit- penyakit yang sudah tidak asing

lagi tetap menjadi polemik dalam bidang kedokteran gigi, karena tidak jarang kita

temukan masyarakat yang pengetahuannya masih sangat minim untuk mencegah

maupun terapi penyakit tersebut.

Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan

dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi, lidah, saliva,

dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya

Page 2: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

2

meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman,

tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan

mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat akan sadar pentingnya

kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh

karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan

seseorang.2

Salah satu penyakit yang sudah tidak asing lagi ialah stomatitis. Stomatitis dapat

disebabkan oleh rangsangan mekanik, termal, kimia, dan fisik. Selain itu juga

disebabkan karena malnutrisi, diabetes, dan sistem hemopoietik. Faktor- faktor lainnya

yang meyebabkan stomatitis adalah protesa yang tidak tepat, benda asing, makan atau

minum yang panas, pengaruh alkali dan juga asam.2

Stomatitis dapat menyerang segala usia termasuk pada anak. Kesadaran anak

dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah, dimana faktor

peran orangtua merupakan hal yang dominan. Peran serta orangtua sangat diperlukan

dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas

kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu, orangtua

mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah terjadinya berbagai penyakit gigi

dan mulut pada anak.3

Salah satu jenis stomatitis yaitu angular cheilitis. Angular cheilitis merupakan

lesi yang ditandai dengan keretakan atau fisur pada sudut mulut. angular cheilitis disebut

juga cheilitis, angular stomatitis atau perleche dimana penderitanya mencapai jutaan

diseluruh dunia. angular cheilitis juga ditandai dengan ulser yang merah dan sudut bibir

Page 3: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

3

pecah- pecah. Meskipun tidak membahayakan kehidupan atau benar- benar menular,

ulser pada sudut bibir ini sangat mengganggu estetik dan membuat penderita malu dan

memberikan dampak sosial.4

Ada berbagai alasan mengapa angular cheilitis terjadi. Hal ini dapat disebabkan

oleh infeksi jamur atau infeksi bakteri atau virus, dan malnutrisi atau kekurangan gizi.

angular cheilitis sering terjadi pada anak dikarenakan kekurangan gizi. Kekurangan gizi

memiliki dampak yang besar, salah satunya gangguan kesehatan.5

Kesehatan adalah hak asaasi manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan

bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi

kesejahteraan masyarakat. Masalah gizi masyarakat masih memerlukan perhatian. Hal

ini diketahui dari masih tingginya status gizi kurang pada anak. WHO memperkirakan

bahwa anak- anak yang kekurangan gizi sejumlah 181,9 juta (32%) di Negara yang

sedang berkembang. Di Asia Selatan bagian tengah dan Afrika Timur, kira- kira

setengah dari anak- anak mempunyai kemunduran pertumbuhan, dibandingkan dengan

umurnya.5

Penyebab utama lamanya penurunan prevalensi ialah karena rendahnya

kesadaran masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi. Masalah gizi terjadi di setiap

siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia

lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa

ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang

terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walapun kebutuhan

gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.5

Page 4: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

4

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

penerus bangsa. Kualitas sumber daya manusia bangsa di masa depan ditentukan oleh

anak- anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan

sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah

yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta

benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan

pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah

terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan

ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak 4,5

Kekurangan gizi merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis. Kekurangan

vitamin B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin

B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang anak

mengalami angular cheilitis.6

Anak- anak yang menderita angular cheilitis akan mengalami gangguan

psikologi. Mereka akan terisolasi dan tak seorangpun ingin berbicara dengan mereka

karena mereka berbeda. Perilaku ini akan memberikan dampak serius pada

perkembangan psikologis anak karena kepercayaan diri anak akan turun. Implikasi

psikologis dari kondisi kulit bisa cukup mendalam ketika pasien tersebut adalah anak –

anak.6

Page 5: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

5

Karena itu, mengetahui hubungan status gizi dan Angular cheilitis dapat

membantu pencegahan terhadap angular cheilitis. Penelitian dilakukan di puskesmas

dengan keadaan status gizi anak yang bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

pengaruh status gizi terhadap angular cheilitis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Hubungan Status Gizi dengan Angular Cheilitis pada Anak”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Angular Cheilitis pada Anak

1.4 MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung

dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.

b. Bagi masyarakat

Menjadi bahan masukan dalam mengetahui hubungan status gizi dengan angular

cheilitis

Page 6: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

6

c. Bagi instansi terkait

Menjadi bahan masukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan mulut dan

upaya kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar.

1.5 HIPOTESIS

Ada Hubungan Status Gizi dengan Angular Cheilitis

Page 7: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angular Cheilitis

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang

sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.

Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti

fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai

dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.7

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat

tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya,

tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh

gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini

ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka. Hal ini

terlihat pada gambar1.8

Gambar 1. Angular Cheilitis

(Sumber: Barbara Herb. Angular Cheilitis natural care(intenet).Available from:http://www.barbaraherb.com/ac.html.Accessed 25 dec 2010)

Page 8: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

8

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang

cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular

cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia

tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak-

anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia

yang paling sering ialah decade 4,5, dan 6.7

Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma

perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika

penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi

monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga

beberapa tahun, tergantung etiologinya.7

2.2 Etiologi Angular Cheilitis

Ada beberapa faktor yang menyebabkan angular cheilitis, yaitu:

A. Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang awalnya

terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa menyebabkan

rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan mengubah indera

perasa. Kandidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih muda dan orangtua dan

juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa dipicu oleh perawatan

antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri mulut. Jika antibiotik adalah

Page 9: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

9

etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis atau mengubah pengobatan. Anti

jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini.8

B. Trauma

Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik, kimia, dan

termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:

1. Trauma cups yang tajam

2. Peralatan ortodonti

3. Menggigit bibir atau pipi

Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan ukuran

ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi biasanya mulai

sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari ulserasi

harus dicurigai.9

C. Gigi Tiruan

Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana ketidaknormalan

anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian dengan stabilitas yang tidak

baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual yang terletak pada gigi anterior,

kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa memakai gigi tiruan. Pada

kasus ini, pasien sering mengalami bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang

lama. Selain itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat menyebabkan

penutupan mulut yang kurang tepat sehingga menyebabkan saliva memenuhi sudut

Page 10: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

10

mulut dan terjadi infeksi. Bagian- bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan oleh

gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, gigi tiruan

yang tidak pas dapat menyebabkan saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi. 8

D. Status Gizi Anak

Angular cheilitis disebabkan oleh kekurangan zat besi dan beberapa jenis vitamin.

Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada masa dewasa

yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktivitas

yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini makin menjadi penting bila

memperhatikan analisis berbagai data yang ada. Hasil- hasil analisis tersebut

memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan kekurangan gizi pada usia dini

terhadap terjadinya penyakit degenerative pada dewasa yang justru merupakan usia

produktif.10

Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin dan

mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu. Konsekuensi

defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.10

1.Defisiensi Zat Besi

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan angular cheilitis mengganggu

perkembangan mental dan motorik anak dan juga menyebabkan anemia. Mengingat

tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek negatifnya, maka suplementasi

zat gizi seperti zat besi pada anak- anak akan sangat bermanfaat, khususnya karena

Page 11: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

11

secara praktis sulit meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada

selama ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak cenderung menghambat

penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di dalam padi- padian dan susu

sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi.11

Sampai saat ini, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah gangguan

nutrisi yang paling umum di dunia dan mempengaruhi lebih dari 700 juta orang di dunia.

ADB lebih banyak terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan

pada negara berkembang terjadi sebesar 36% atau sekitar 1,4 milyar populasi. Walaupun

pada pria dewasa juga memiliki resiko terjadinya ADB, namun resiko terbesar adalah

pada masa bayi, prasekolah, remaja, dan wanita usia reproduktif.11

Diet zat besi ditemukan terutama dalam daging. Zat besi sangat penting untuk

mengangkut oksigen dan respirasi intraseluler, yang melekat dibeberapa enzim.

Kebanyakan zat besi hadir dalam hemoglobin, beberapa disimpan dalam mkrofag dalam

hati dan limpa sebagai feritin dan haemosiderin. Zat besi diangkut sebagai transferin.

Defisiensi dapat timbul dari penyebab makanan atau serapan, tetapi biasanya merupakan

konsekuensi dari kehilangan darah yang kronis. Kekurangan zat besi berpengaruh cepat,

dan membagi sel- sel seperti sumsum tulang dan mukosa otal. 10,11

Hipokrom mikrositik merupakan hasil anemia. Serum besi dan feritin serum

tingkat rendah. Manifestasi oral mukosa kekurangan zat besi yang umum dan termasuk

glossitis, stomatitis angular, dan burning mouth sindrom. Atrofi glossitis ditemukan di

hingga 40% dari pasien yang kekurangan zat besi. dan angular cheilitis sebesar 15 %

Page 12: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

12

dari pasien yang kekurangan zat besi. Sekitar sepertiga dari pasien memiliki lidah yang

terasa sakit.10,11

Zat besi (Fe) merupakan mironutrien yang esensial dalam memproduksi

hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru- paru ke jaringan

tubuh, mengangkut elektron dalam sel dan dalam mensintesis enzim yang mengandung

zat besi dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energi

selluler.11,12

Keseimbangan zat besi ditentukan oleh simpanan zat besi di dalam tubuh,

absorbsi zat besi dan zat besi yang hilang. Sedikitnya 2/3 zat besi dalam tubuh

merupakan zat besi yang bersifat fungsional, kebanyakan dalam bentuk hemoglobin.

Selama masa sirkulasi sel darah merah, beberapa sebagai mioglobin di dalam sel otot

dan sebagian ada didalam enzim yang mengandung zat besi. Paling banyak sisa zat besi

dalam tubuh disimpan dalam bentuk cadangan zat besi (bentuk ferritin dan hemosiderin)

yang berfungsi sebagai cadangan zat besi yang rendah yang disebabkan karena zat besi

digunakan untuk pertumbuhan dan pertambahan volume darah.11,12

Defisiensi zat besi merupakan kekurangan zat gizi yang biasa terjadi di negara

berkembang dan industri. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat besi, dapat

menyebabkan anemia. Anemia defisiensi zat besi adalah keadaan penurunan konsentrasi

hemoglobin dalam darah sampai kadar dibawah 11 g/dl. Cut off point hemoglobin anak

usia 6 bulan- 6 tahun adalah 11 gr%. 11,12

Konsekuensi anemia defisiensi zat besi diakui memberi pengaruh terhadap

metabolisme energi dan fungsi kekebalan yang akan berpengaruh pada fungsi kognitif

Page 13: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

13

dan perkembangan motorik. Defisiensi zat besi juga berhubungan dengan menurunnya

fungsi kekebalan yang diukur dengan perubahan dalam beberapa komponen sistem

kekebalan yang terjadi selama defisiensi zat besi. Konsekuensi dari perubahan fungsi

kekebalan adalah resistensi terhadap penyakit infeksi. Pada anak- anak defisiensi zat

besi berhubungan dengan kelesuan, daya tangkap rendah, mudah marah dan

menurunnya kemampuan belajar.10,11,12

Kelompok Umur (gr/dl)

Anak , Dewasa 6 bulan s/d 6 tahun, 6

tahun s/d 14 tahun

Laki- laki

wanita

Wanita hamil

1112

13

12

11

Tabel 1. Batas normal kadar hemoglobin. Sumber:Nasution N. Efek suplementasi zinc dan besi pada pertumbuhan anak.J USU;2008;113 (75);p.82-96

Defisiensi zat besi umumnya terjadi pada usia 6-12 bulan atau 1-2 tahun, yaitu

70% kebutuhan zat besi pada usia 6- 12 bulan dan 50% kebutuhan zat besi pada usia 1-2

tahun terjadi saat pertumbuhan jaringan yang cepat. Pada tahun pertama kehidupan,

kebutuhan sseorang bayi untuk mengabsorbsi zat besi sama besarnya dengan kebutuhan

seorang laki- laki dewasa, yang mana hal ini sulit untuk dipenuhi.11

Prevalensi tertinggi defisiensi zat besi terjadi bersamaan dengan saat terakhir

pertumbuhan otak anak (6-24 bulan), yaitu pada saat terbentuknya kemampuan kognitif

Page 14: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

14

dan motorik. Kandungan zat besi dalam otak pada saat lahir hanya 10 % dan 50% pada

usia 10 tahun. Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak- anak yang menderita

defisiensi zat besi hasil tes psikomotornya kurang baik dibandingkan anak- anak yang

tidak anemia.11,12

Selain itu, jika terjadi defisiensi zat besi pada usia 6- 24 bulan yaitu, pada saat

terjadi pertumbuhan yang pesat dengan konsekuensi dapat mengganggu penggunaan

energi dan pertumbuhan fisik.11,12

2. Defisiensi Vitamin B

Berbagai jenis vitamin B memiliki peran penting terhadap terjadinya angular

cheilitis.

a) Defisiensi Vitamin B 12

Kekurangan yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini

ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B12

biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan faktor intrinsik

lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis

dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap

awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissuring yang disebut

dengan atrofi papiler. Angular stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat dilihat.

Beberapa pasien mungkin memiliki burning mouth sindrom.13

Page 15: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

15

Vitamin B12 diperlukan sebanyak 2 mikro-gram perhari. Sumber utama

vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging hewan dan prduk- produk hewani.

Orang yang hanya makan sayuran dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi

dengan menambah konsumsi susu, keju,dan telur. Hal ini berarti sekitar satu

cangkir susu atau satu butir telur untuk satu harinya. Untuk seorang vegetarian yang

tidak memakan semua produk dari hewan dapat memperoleh sumber vitamin B12

dari susu kedelai atau ragi yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya

akan vitamin B12.13,14

Gambar 2. Telur (sumber:Koop J. Nutrition for human(internet). Available

from:http://www.naturalfood.com/ac.html.Accessed 27 Dec 2010)

Fungsi vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang

berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan

melindungi serta syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga

berperan dalam aktivitas dan metabolisme sel- sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan

Page 16: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

16

untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel- sel darah merah.

13,14

Kekurangan vitamin B 12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang

sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa vitamin B12, folat tidak dapat

berperan dalam pembentukan sel- sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah

sel- sel darah merah menjadi belum matang (immature) yang menunjukkan sintesis

DNA yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi system syaraf,

berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan. Selain itu juga

dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit. 11,13,14

2.Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin yang dibutuhkan dalam tubuh ialah sebesar 0,6 mg/1000 kkal perhari.

Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak- anak dan wanita hamil

membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.

Riboflavin ditemukan dalam sayuran, daging, susu, dan ikan. Berfungsi sebagai

pembentukan dua koenzim, flavin adenine dinukleotida dan flavin mononukleotida,

terlibat dalam metabolisme oksidatif.13,14

Sumber- sumber utama vitamin B2 ialah susu dan produk- produk susu, misalnya

keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam

makanan sehari- hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji- bijian

mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik.13,14

Page 17: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

17

Gambar 3. Makanan mengandung vitamin B2 (Sumber:James C. Healthy food(Internet). Available from :http://www.dishes.com/ac.html.

Accessed 20 Dec 2010)

Kekurangan vitamin B2 terutama terlihat dalam pecandu alcohol, dan mengarah

ke dermatitis seboroik, vaskularisasi kornea, dan anemia dan manifestasi mukosa mulut

serupa dengan mereka kekurangan vitamin B 12. Angular cheilitis,glossitis dan ulserasi

oral telah dicatat dalam kekurangan vitamin B2.10,13,14

3. Vitamin B3 (Niaci)

Niasin sebesar 6,6 mg NE (Niacin equivalents)/1000 kkal atau 13 mg dibutuhkan

perhari oleh manusia. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam makanan,

termasuk niasin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino tryptophan. 60 mg

tryptophan dapat menghasilkan 1 mg niasin. 14,15

Sumber utama vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan ikan merupakan

sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji- bijian) yang telah diperkaya.

Jamur, asparagus dan sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik. Fungsi vitamin

ini ialah membentuk Dua Koenzim yang dibantu oleh NAD dan NADP dibutuhkan

Page 18: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

18

untuk beberapa aktivitas metabolisme, terutama metabolisme glukosa, lemak dan

alkohol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat

membentuknya dari asam amino tryptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem

saraf dan sistem pencernaan.14

Gambar 4. Daging Ayam (Sumber:Kharisma S. Peran dunia pasar dalam nutrisi anak.MIKGI;2001:V:244 (Internet).Available from:http://www.MIKGI.ac.html.Akses 10 Januari 2011)

Gejala kekurangannya ialah pellagra (penyakit kekurangan niasin), menunjukkan

gejala seperti dermatitis, diare dan dementia. Hal ini meluas di bagian selatan Amerika

Serikat pada awal 1900. Gejala kekurangan niasin lainnya adalah kehilangan nafsu

makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit dapat menunjukkan gejala

dermatitis simetrik bilateral khususnya pada daerah yang terkena sinar matahari

langsung. 15

Keracunan niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem

saraf, lemak darah dan gula darah. Gejala- gejala seperti muntah, lidah membengkak dan

pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi hati dan dapat

mengakibatkan tekanan darah rendah. 14,15

Page 19: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

19

4.Vitamin B6 (pyridoxine)

Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam amino, sehingga

konsumsi sehari- hari harus sebanding dengan konsumsi protein karena protein dibuat

dari asam amino. RDA untuk vitamin B6 adalah 0,16 mg/m protein. Rata- rata konsumsi

adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita. 15

Sumber utamanya ialah daging, ikan, dan unggas seperti itik, ayam yang

merupakan sumber utama vitamin B6. Sumber yang lain ialah kentang, beberapa

sayuran hijau dan buah berwarna ungu. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam

amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh untuk mensintesis asam amino

nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah.15

Seseorang dengan kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala seperti lemah,

sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan, kerusakan

fungsi motorik dan angular cheilitis.14,15

Vitamin B6 terlibat dalam pembentukan fosfat dan fosfat pyridoxal

pyridoxamine, koenzim dalam metabolism asam amino. Kekurangan vitamin B6

terutama ditemukan pada alkoholisme, kehamilan dan penggunaan beberapa obat;

misalnya isoniazid. Kekurangan vitamin B6 menyebabkan dermatitis dan perifer

neuropati dan manifestasi mukosa mulut serupa kepada mereka yang kekurangan

vitamin B12 dengan angular cheilitis dan kadang- kadang ulserasi.14,15

Page 20: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

20

E. Manifestasi berbagai penyakit sistemik

Banyak pasien yang menderita penyakit yang mempengaruhi seluruh

tubuh dan menunjukkan tanda- tanda dan gejala oral yang spesifik, seperti:16

1. Gangguan hematologis: anemia karena defisiensi zat besi

2. Gangguan endokrin: Diabetes mellitus

3. Infeksi virus: infeksi human immunodeficiency virus

4. Penyakit ganas: penyakit ganas lanjutan, leukemia

Gangguan hematological asien yang menderita anemia. Kekurangan zat besi

memiliki kecenderungan untuk beberapa penyakit mukosa oral.9 yaitu

meliputi:

a) Ulserasi apthous

b) Angular cheilitis: nyeri dan retak pada sudut mulut disebabkan oleh

jamur kandida albicans dan/ oleh bakteri staphylococcus aureus

c) Atrofi mukosa : mukosa nampak memerah dan halus

Hal ini penting untuk memikirkan defisinesi zat besi, anemia pada

pasien dengan ulserasi apthous dan angular cheilitis. Jika kekurangan zat

besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab lain harus diselidiki.9

Page 21: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

21

F. Infeksi Virus

Tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel tunggal dan mampu

berkembang secara mandiri, virus terdiri dari fragmen nuklir kecil dikelilingi

oleh lapisan protein. Mereka tidak dapat membagi atau mereplikasi sendiri dan

untuk dapat bertahan harus mendapatkan akses hidup di dalam sel- sel hospes.16

Setelah masuk mereka menggunakan proses sendiri sel inang sintetik

untuk mereproduksi dan dan dalam prosesnya sering merusak sel inang. Dalam

kasus lain, tuan rumah akan menghancurkan virally sel yang terinfeksi dalam

rangka mengkilangkan virus.16,17

Hal ini merupakan seluler kehancuran yang bertanggungjawab untuk

banyak klinis fitur dari infeksi virus yang mempengaruhi rongga mulut. Waktu

yang dibutuhkan bagi virus untuk menginfeksi host, replikasi dan untuk

kerusakan sel dan dengan demikian gejala klinis mungkin terjadi banyak hal, 3-

21 hari dan dikenal sebagai masa inkubasi. 16,17

Kebanyakan virus dengan infeksi berat antara 10 dan 14 hari, setelah tuan

rumah telah merespon kekebalan tubuh yang efektif dan infeksi terselesaikan.

Infeksi lain kurang virulen mungkin berlangsung hanya beberapa hari. Pada

infeksi virus umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih muda dan

infeksi virus yang terjadi pada kelompok usia yang lebih tua kemungkinan

imunosupresi yang mendasarinya.16,17

Page 22: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

22

2.3 Status Gizi dan Angular Cheilitis

Angka kecukupan gizi (AKG) yang tidak dapat terpenuhi dapat menyebabkan

terjadinya keadaan kurang gizi yang disebabkan oelh rendahnya konsumsi energy dan

protein dalam makanan sehari- hari atau disebut dengan kekurangan energy protein yang

pertama sekali dikenal pada tahun 1920 dan paling sering terjadi di negara yang sedang

berkembang. Anak – anak dengan kekurangan energy protein di negara manapun

menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan anak.18

Pemeriksaaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang

keadaan gizi pasien. Dokter gigi dapat menjadi orang pertama yang menemukan tanda

klinis dari kekurangan gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi juga

kesehatan secara umum dan fungsi mental. Oleh karena itu, dokter gigi hanya mengenal

manifestasi mulut dari kekurangan gizi. 18,19

Manifestasi mulut kekurangan gizi dapat berupa angular cheilitis. Angular

cheilitis karena kekurangan gizi sering dijumpai pada anak- anak yang masih muda pada

dekade pertama dan kedua kehidupan. Terdapat perdebatan tentang penyebab angular

cheilitis dan banyak faktor yang diduga tentang patogenitas dari keadaan ini, termasuk

kekurangan gizi dan infeksi. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan vitamin B2,

riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat, dan bioti. Kekurangan vitamin B

kompleks lebih sering daripada hanya bitamin B individual.18

Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi besi

bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan

Page 23: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

23

kelateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fisur yang tajam,

vertical dari tepi vermillon bibir dari area kulit yang berdekatan.18

Biasanya tidak ada tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada

komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas

terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi cenderung

berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif superfisial, fisur ini tidak

melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut, tetapi berhenti pada

mucocutaneus junction. 18,19

2.4 Pemberian Nutrisi yang Tepat pada Anak

Memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari

banyak aspek,seperti ekonomi, sosial ,budaya,agama,disamping aspek medik dari anak

itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi,selaras dan seimbang. Serasi

artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan

kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya

nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan

seperti kabohidrat, protein dan lemak. Karena besarnya variasi kebutuhan makanan pada

masing-masing anak,maka dalam memberikan nasehat makanan pada anak tidak boleh

terlalu kaku. 11,18,19

Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan tetapi

dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Pemberian makan yang

baik harus sesuai dengan jumlah, jenis dan jadwal pada umur anak tertentu. Ketiga hal

Page 24: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

24

tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya

mengutamakan jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah

yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak. Contoh, pemberian makanan

jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurang mengandung nilai gizi

yang baik.11,18,19

Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat

kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik

sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada

usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan

lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya. 11,18,19

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah

adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk

sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2

potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan

mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan

makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi

goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi

karena waktu tidak terbatas. Makan malam merupakan saat makan yang menyenangkan

karena bisa berkumpul dengan keluarga. 11,18,19

Page 25: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

25

2.5 Penilaian Status Gizi

Secara sederhana dapat dijelaskan pengertian gizi yaitu segala asupan yang

diperlukan agar tubuh menjadi sehat. Gizi diperlukan oleh tubuh manusia untuk

kecerdasan otak dan kemampuan fisik. Gizi diperoleh dari asupan makanan yang

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.20

Ada tiga macam kondisi dalam penilaian status gizi :

1. Ditujukan untuk perorangan atau untuk kelompok masyarakat.

2. Pelaksanaan pengukuran : satu kali atau berulang secara berkala.

3. Situasi dan kondisi pengukuran baik perorangan atau kelompok masyarakat : pada

saat kritis, darurat, kronis dan sebagainya.

Dengan memperhatikan ketiga macam kondisi tersebut, beberapa penilaian status

gizi dapat diaplikasikan, seperti penapisan (screening), penilaian status gizi perorangan

untuk keperluan rujukan, dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas, dalam

kaitannya dengan tindakan atau intervensi. Dapat pula digunakan untuk keperluan

pemantauan pertumbuhan anak, dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan. Selain itu

dapat dimanfaatkan untuk penilaian status gizi pada kelompok masyarakat dalam rangka

mengevaluasi suatu program atau sebagai bahan perencanaan atau penetapan kebijakan.

20,21

Page 26: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

26

Ada berbagai cara yang dilakukan untuk menilai status gizi, salah satunya adalah

pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan istilah “Antropometri”. Antropometri

telah lama dikenal sebagai indikator peni-laian status gizi perorangan maupun

kelompok. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya

memerlukan lati-han yang cepat dan sederhana. Beberapa macam antropometri yang te-

lah digunakan antara lain :20,21

- Berat Badan (BB)

- Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB)

- Lingkar Lengan Atas (LLA)

- Lingkar Kepala (LK)

- Lingkar Dada (LD)

- Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK)

Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak digunakan, baik dalam kegiatan

program maupun penelitian, adalah BB dan TB. Yang menjadi obyek pengukuran

antropometri, pada umumnya anak-anak dibawah umur lima tahun (balita). Dalam

pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang

dikaitkan dengan variabel lain, seperti :20,21

- Berat Badan menurut Umur (BB/U)

- Tinggi Badan/Panjang Badan menurut Umur (TB/U atau PB/U)

- Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dll

Page 27: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

27

Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku rujukan atau nilai

patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau kelompok. Jika antropometri

ditujukan untuk mengukur seseorang yang kurus kering , kecil pendek, atau

keterhambatan pertumbuhan, maka indeks BB/TB dan TB/U adalah yang cocok

digunakan.20,21

Alternatif pengukuran lain yang juga banyak digunakan adalah indeks BB/U,

atau melakukan penilaian gizi dengan membandingkan berat badan dan usia pada saat

pengukuran. Penggunaan indeks BB/U ini sangat mudah dilakukan akan tetapi kurang

dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

Seperti pada tabel 2 yang memperlihatkan distribus kasus gizi buruk di Provinsi

Sulawesi Selatan.20,21

Provinsi Jumlah Kasus Gizi Buruk

Dilaporkan

Jumlah Kasus Meninggal

Sulawesi Utara 108 0

Sulawesi tengah 491 2

Sulawesi selatan 369 13

Sulawesi barat 879 3

Total 1847 18

Tabel 2. Distribusi kasus gizi buruk per Provinsi. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi- Januari- December 2005

Page 28: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

28

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, dan ALUR PENELITIAN

III.1. KERANGKA TEORI

Defisiensi Vitamin B

dan Defisiensi Zat

Besi pada Anak

MALNUTRISI

ANGULAR CHEILITIS

Page 29: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

29

III.2 KERANGKA KONSEP

Keterangan:

Variabel Bebas

Variabel Akibat

Variabel Antara

STATUS GIZI ANGULAR

CHEILITIS

Defisiensi vitamin B

dan zat besi

Page 30: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

30

3.3.ALUR PENELITIAN

Pengumpulan Anak Binaan

Gizi Puskesmas Cendarwasih

Penimbangan Berat Badan

Anak dengan gizi yang

sedang mengalami

perbaikan

Anak dengan gizi

Buruk

HASIL

ANALISIS DATA

PENGOLAHAN DATA

Pemeriksaan

angular cheilitis

a

Ya Tidak

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

HASIL

Pemeriksaan

angular cheilitis

a

Ya Tidak

Page 31: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

31

BAB IV

Metode Penelitian

A. Jenis penelitian

Observasional Analitik

B. Lokasi penelitian

Puskesmas Cendrawasih

C. Waktu penelitian

Bulan April 2011

D. Subjek penelitian

Subjek : Anak Binaan Gizi puskesmas cendrawasih

E. Kriteria sampel :

1. Anak Binaan gizi puskesmas cendrwasih

2. Anak usia 6 -11 tahun yang pernah dan sedang mengalami angular cheilitis

3. Bersedia menjadi sampel

Page 32: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

32

F. Variabel

1. Variabel bebas : Status Gizi

2. Variabel akibat : Angular Cheilitis

3. Variabel antara : Defisiensi vitamin B dan zat besi

G. Alat dan bahan

Alat :

a. Kartu Status (Indentitas sampel dan orangtua)

1. Nama

2. Usia

3. Berat Badan

4. Alamat

5. Pekerjaan orangtua

b. Alat tulis : untuk mencatat data

c. Timbangan : untuk menimbang berat badan anak

H. Definisi operasional

1. Angular cheilitis : lesi yang ditandai dengan adanya fisur, retak- retak pada

sudut bibir, berwarna kemerahan, mudah berdarah, menimbulkan rasa nyeri dan

terlihat kering pada sudut bibir (bilateral)

Page 33: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

33

2. Kekurangan Gizi : ketidakseimbangan antara suplai makanan dan energi

dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan tubuh yang ditandai

dengan berat badan yang tidak sesuai dengan standar antropometri berat badan/

umur.

I. Kriteria Penilian

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

995/MENKES/SK/XII/2010. Tentang penilaian antropometri untuk status gizi

anak. Tabel penilaian dilampirkan.

J. Pengambilan Data:

a. Data diperoleh dengan cara menimbang anak kemudian memeriksa keadaan

sudut bibirnya

b. Jenis data adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari objek yang

diteliti.

c. Analisis data yang digunakan ialah uji chi- square

d. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi

Page 34: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

34

BAB V

HASIL PENELITIAN

V.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian hubungan antara status gizi dan angular cheilitis yang

dilakukan di Puskesmas Cendrawasih menunjukkan ada keterkaitan. Hal ini didukung

dengan keadaan klinis pada 28 anak dengan gizi buruk yag menderita angular cheilitis

sebanyak 17 anak (42,5%), sedangkan yang tidak menderita angular cheilitis sebanyak

11 anak (27,5%) yang disebabkan karena berbagai faktor.

Pada 18 anak yang sedang dalam proses perbaikan gizi terlihat adanya

angular cheilitis. Sebanyak 8 anak (20%) yang dalam proses perbaikan gizi menderita

angular cheilitis dan yang telah sembuh total sebanyak 4 anak (10%).

V.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Frekuensi Usia Sampel

USIA

Distribusi

USIA

Frekuensi Persen Valid persen Kumulatif

Persen

Valid

6 15 37.5 37.5 37.5

7 6 15.0 15.0 52.5

8 9 22.5 22.5 75.0

Page 35: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

35

9 3 7.5 7.5 82.5

10 4 10.0 10.0 92.5

11 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut, jumlah anak usia 6 tahun merupakan sampel

terbanyak yaitu 15 anak (37,5 %). Anak usia 8 tahun menempati posisi kedua, yaitu

sebesar 9 anak. Usia 7 tahun menempati posisi ketiga dan berturut- turut diikuti anak

usia 10, 9, dan 11 tahun. Total sampel penelitian ialah 40 anak.

Tabel 2. Tabel Status Gizi Sampel

Frekuensi Persen Valid persen Kumulatif

Persen

Valid

Buruk 28 70.0 70.0 70.0

Dalam proses perbaikan 12 30.0 30.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu

pada Standar World Health Organization (WHO). Hal ini juga telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak.

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut Umur

(BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely

Page 36: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

36

underweight (gizi buruk). Status gizi pada penelitian ini hanya mengambil status gizi

baik dan status gizi buruk, tidak memisahkan gizi kurang dan gizi cukup.

Adapun kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks Antropometri:

Indeks Kategori status

Gizi

Ambang Batas

(Z- score)

Berat Massa Tubuh

menurut Umur Anak

umur 5- 18 tahun

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 Sd

Normal -2 SD samapi dengan 1 SD

Gemuk >1 SD samapi dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak.

Berdasarkan pengukuran berat badan sampel, anak dengan frekuensi gizi buruk

(70.%) lebih besar daripada gizi baik yaitu sebesar 30%. Cara perhitungan dilakukan

dengan mencocokkan berat badan anak dengan tabel standar Antropometri penilaian

status gizi anak.

Page 37: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

37

Tabel 3. Tabel Status Angular Cheilitis Sampel

Frekuensi Persen Valid persen Kumulatif

Persen

Valid

Ya 25 62.5 62.5 62.5

Tidak 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa angular cehiltis pada anak di

puskesmas cendrawasih, yaitu sebanyak 25 anak dari total sampel 40 anak (62,5%)

Tabel 4. Tabel Crosstabs

Hubungan antara status gizi dengan angular cheilitis

Status Angular Cheilitis Total

Ya Tidak

Status Gizi Buruk Jumlah

% dengan status gizi

% total

Dalam proses Jumlah

perbaikan % dengan status gizi

% total

17

60.7%

42.5%

11

39.3%

27.5%

28

100.0%

70.0%

8

66.7%

20.0%

4

33.3%

10.0%

12

100.0%

30.0%

Total Jumlah

% dengan status gizi

% total

25

62.5%

62.5%

15

37.5%

37.5%

40

100.0%

100.0%

Page 38: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

38

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa anak dengan status gizi buruk

yang menderita angular cheilitis sebanyak 42,5 % , sedangkan yang tidak mengalami

angular cheilitis sebanyak 27,5 %. Tabel diatas juga menunjukkan anak dengan status

gizi yang dalam proses perbaikan , yaitu sebesar 20,0% untuk anak dengan angular

cheilitis sedangkan yang tidak mengalami angular cheilitis sebesar 10 %. Total anak

dengan angular cheilitis baik yang bergizi buruk maupun yang masih dalam proses

perbaikan ialah 62,5 % dan anak dengan tidak mengalami angular cheilitis sebesar 37,5

%.

Tabel 5. Tabel Chi-square

Value Df Asymp.sig Exact Sig (2-sided)

Exact Sig (1-Sided)

Pearson Chi-square Tes exact fisher

.127b 1 .722 1.000

.001

Linear-by-linear Assosiasi

.124 1 .725

N dari Kasus 40

Nilai ekspektasi pada tabel diatas menunjukkan angka 0,1 yang berarti hasil

penelitian menunjukkan angka yang signifikan atau berarti. Tabel diatas menunjukkan

bahwa ada keterkaitan antara status gizi dan angular cheilitis.

Page 39: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

39

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Cendrawasih ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara status gizi anak dengan angular cheilitis. Status gizi

memiliki penilaian antropometri yang kemudian dijadikan acuan dalam menilai status

gizi seorang anak. Status gizi tersebut memiliki tabel penilian tersendiri dengan

penilaian 6 kategori, sangat kurang gizi (-3 SD), cukup kurang gizi (-2 SD), kurang gizi

(-1SD), normal (Median), Cukup normal (1 SD), sangat normal (2 SD), Obesitas (3 SD).

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan penilaian indeks gizi buruk dan

gizi baik dengan menggunakan timbangan. Berat badan. Setelah mencatat berat badan

anak, peneliti kemudian memeriksa keadaan sekitar rongga mulut pasien, apakah anak

tersebut menderita angular cheilitis. Selain itu, pada anak juga ditanyakan apakah pernah

mengalami angular cheilitis dengan menunjukkan gambar anak yang sedang

mengalaminya atau jika anak tidak mengerti peneliti menanyakan kepada orangtua yang

mengantar.

Banyak variasi jawaban yang diberikan oleh anak maupun orangtuanya. Pada

bab III peneliti menuliskan definisi operasional angular cheilitis yang menyatakan

bahwa peneliti tidak melihat apakah angular cheilitis tersebut telah masuk dalam fase

mengalami penyembuhan atau baru saja menjadi lesi. Sehingga, setelah dilakukan

Page 40: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

40

pemeriksaan, angular cheilitis tersebut sangat variasi, dari lesi kecil hingga lesi yang

sedang dalam proses penyembuhan.

Status Gizi dikaitkan dengan Angular cheilitis karena salah satu etiologi utama

angular cheilitis ialah defisiensi nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan

menurunnya system imun anak, sehingga berbagai virus dan bakteri dengan mudah

menyerang pertahanan tubuh anak. Salah satunya ialah menyebabkan angular cheilitis

pada sudut bibir anak secara bilateral.

Angular Cheilitis ditemukan pada sudut mulut pada pertemuan kulit wajah dan

bibir. Inflamasi, rasa terbakar, kemerahan dan ulserasi atau celah merupakan

karakteristik masalah kulit bibir dari angular cheilitis, yang juga dikenal sebagai

cheilitis, angular stomatitis, atau Perleche. Keadaan ini tentunya akan menggangu

aktivitas anak, ketika belajar maupun bermain.

Angka kecukupan gizi (AKG) yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan

terjadinya keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan

protein dalam makanan sehari- hari. Ukuran dan berat badan anak terutama sensitive

akan masukan protein dan energy serta vitamin. Oleh Karena itu ukuran status gizi

dengan indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan/umur.

Pemeriksaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang

keadaan gizi anak. Seorang dokter gigi dapat menemukan tanda klinis dari kekurangan

gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi juga kesehatan secara umum

Page 41: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

41

dan fungsi mental. Oleh karena itu, dokter gigi harus mengenali manifestasi mulut dari

kekurangan gizi. Manifestasinya salah satunya ialah angular cheilitis.

Terdapat perdebatan tentang penyebab angular cheilitis dan banyak factor yang

diduga tentang patogenitas dari keadaan ini, termasuk kekurangan gizi dan infeksi.

Kekurangan gizi dapat karena kekurangan vitamin B2, riboflavin, vitamin B6,

piridoksin, zat besi, asam folat dan biotin. Kekurangan vitamin B kompleks lebih sering

daripada hanya vitamin B individual.

Fakta ini menjadi factor yang menyebabkan keakuratan status gizi anak terhadap

angukar cheilitis menjadi bias, karena tidak semua anak dengan gizi baik mengkonsumsi

vitamin tersebut dengan dosis yang cukup, sehingga ditemukan anak dengan gizi baik

tetpai menderita angular cheilitis. Selain itu, anak dengan gizi burukpun ada yang tidak

mengalami angular cheilitis, karena mereka mengalami KEP atau kekurangan energy

protein, tetapi mereka mengikuti program gizi baik dari puskesmas cendrawasih yaitu

berupa pemberian vitamin B komples.

Angular chelitis yang disebabkan kekurangan gizi terjadi lesi bilateral yang

biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan kelateral pada

kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi terlihat lembab, adanya fisur yang tajam, vertical

dari tepi vermillion bibir dan area kulit yang berdekatan. Pada sampel biasanya tidak

terlihat tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada komusira terlihat

mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat,

membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi tidak cenderung

Page 42: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

42

berdarah. Pada sampel, lesi terlihat tidak meibatkan permukaan mukosa pada komisura

dalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutaneus junction.

Dari 40 anak yang berumur 6-11 tahun di Puskesmas Cendrawasih, terlihat 70%

mempunyai gizi buruk berdasarkan perhitungan antropometri berat badan/umur anak.

Hal ini menunjukkan lebih dari setengah anak bimbingan di Puskesmas Cendrawasih

masih kekurangan berat badan, yang berarti kekurangan gizi. Menurut data WHO

bahwa kira- kira 150 juta anak dibahawa umur s tahun di Negara yangs edang

berkembang adalah kekurangan gizi berdasarkan berat badan yang rendah dibandingkan

umurnya. Dua pertiga anak- anak kekurangan gizi tedapat di Asia dan seperempat di

Afrika.

Kekurangan gizi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperrti sanitasi yang tidak

memadai, hygiene personal yang buruk, pelayanan kesehatan yang tidak cukup,

kapasitas pendapatan yang jelek, kebanyakan penduduk, sumber yang tidak cukup. Hal

ini yang sedang terjadi di daerah pusekesmas Cendrawasih sehingga banyak anak yang

mengalami gizi buruk. Namun, pada waktu penelitian berlangsung tidak seluruh anak

datang di puskesmas. Tabel hasil penelitian menunjukkan anak yang mengalami gizi

buruk ialah sebanyak 28 orang dan gizi baik sebanyak 12 orang. Keadaan tersebut

menjadi kendala penelitian mengenai hubungan status gizi dan angular cheilitis.

Page 43: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

43

Penelitian serupa yang dilakukan pada anak sekolah dasar Kecamatan Pacet

Kabupaten Cinajur menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian tersebut menemukan,

dari 85 anak yang menderita angular cheilitis, 47 anak didapatkan dengan status gizi

kurang dan 38 anak dengan status gizi baik. Kesimpulan enelitian tersebut ialah adanya

hubungan terjadinya angular cheilitis dan status gizi tetapi tidak menemukan adanya

hubungan keparahan angular cheilitis dan status gizi.

Penelitian tersebut mengambil sampel secara acak berbeda dengan peneliti yang

mengambil subjek dalam hal ini di anak binaan gizi puskesmas cendrawasih. Ketika

penelitian berlangsung jumlah anak yang masih mengikuti program tersebut ialah

hanya 40 anak dengan kondisi status gizi dan angular cheilitis yang berbeda.

Sebenarnya, pada anak dengan gizi baik yang masih mengalami angular cheilitis,

angular cheilitisnya dalam proses penyembuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi

klinis angular cheilitis yang tidak parah, yaitu tidak terdapat lagi fisur yang dalam dan

bercak darah. Namun, definisi operasional peneliti tidak membedakan tingkat

keparahan angular cheilitis yang diderita anak, melainkan hanya melihat apakah anak

menderita angular cheilitis atau tidak.

Hasilnya, ada anak dengan gizi baik yang menderita angular cheilis walaupun

gizinya baik. Hal ini berbanding terbalik dengan teori yang ada, bahwa anak dengan

status gizi buruk yang menderita angular cheilitis. Selain itu, terdapat juga anak dengan

gizi buruk namun tidak menderita angular cheilitis. Untuk mengetahui apa

penyebabnya, peneliti melakukan wawancara terpimpin kepada orangtua anak.

Page 44: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

44

Anak dengan gizi buruk yang tidak menderita angular cheilitis ternyata tercukupi

dalam hal vitamin dan susu karena mengikuti program binaan gizi di puskesmas

cendrawasih secara rutin. Namun anak dengan keadaan ini hanya berjumlah 11 anak

dari 40 anak. Walaupun saat ini tidak menderita angular cheilitis dengan gizi buruk,

anak tersebut pernah menderita angular cheilitis beberapa minggu sebelum mengikuti

program binaan gizi tersebut.

Gambar 5. Anak dengan status gizi baik yang menderita angular cheilitis di Puskesmas

Cendrawasih

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa anak dengan gizi buruk yang tidak

mengalami angular cheilitis pada waktu penelitian dilaksanakan dikarenakan telah

dilaksanakannya perbaikan gizi secara bertahap oleh pihak puskesmas, sehingga anak

dengan gizi yang berangsur- angsur membaikpun terlihat ada yang memiliki angular

cheilitis karena masih dalam tahap penyembuhan. Kita ketahui bersama juga bahwa

angular cheilitis adalah lesi dengan etiologi kompleks, salah satunya gizi dengan

Page 45: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

45

perhitungan yang kompleks, bukan hanya dari berat badan tapi dipengauhi terutama

oleh vitamin B kompleks yang menjadi variabel antara status gizi dan angular cheilitis.

Penelitian lain yang mendukung pernyataan tersebut dilakukan di enam panti

asuhan di Kota Madya Medan yang menunjukkan keterkaitan antara status gizi dengan

angular cheilitis. Hasil penelitian tersebut menyatakan dari 107 anak panti asuhan yang

mempunyai status gizi baik dijumpai 39,25% menderita angular cheilitis dan 60,75 %

tidak menderita angular cheilits. Dari 56 anak dengan status gizi ringan dijumpai

51,79% menderita angular cheilitis dan 48,21% tidak menderita angular cheilitis.

Dari 30 anak dengan status gizi sedang dijumpai 63,33% menderita angular

cheilitis dan 36,67% tidak menderita angular cheilitis. Sedangkan 7 anak dengan status

gizi buruk dijumpai 57,14% menderita angular cheilitis dan 42,86% tidak menderita

angular cheilitis. Data tersebut menunjukkan adanya variasi yang sama dengan peneliti,

bahwa baik anak dengan gizi baik maupun gizi buruk ada yang menderita angular

cheilitis dengn tingkat keparahan yang variatif.

Page 46: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

46

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil peneitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan angular cheilitis

2. Angular cheilitis dapat ditemukan pada anak dengan status gizi yang masih

dalam proses perbaikan dikarenakan takaran beberapa nutrisi yang belum tepat

pada anak

3. Vitamin B kompleks dan zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting untuk

mencegah angular cheilitis

7.2 Saran

Dari peneitian yang ditemukan, status gizi anak yang buruk akan

mempengaruhi keadaan rongga mulut, untuk itu dokter gigi dapat berperan serta untuk

mendiagnosa status gizi seorang anak dan memberikan penanganan yang tepat. Namun,

informasi ini masih kurang diketahui oleh masyarakat. Penulis menyarankan perlu

diadakan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya mengenai

hubungan status gizi dengan angular cheilitis pada masyarakat

Page 47: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

47

Mengingat keterkaitan antara status gizi dengan angular cheilitis yang

singnifikan, penulis juga menyarankan adanya kerjasama antara praktisi kesehatan di

bidang gizi dengan para dokter gigi dalam pemberantasan gizi buruk dan gizi kurang di

Kota Makassar dengan segera mengenali anak dengan status gizi buruk atau gizi kurang

sehingga dapat diintervensi dengan segera

Page 48: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Chrismawaty E. Peran struktur mukosa rongga mulut dalam mekanisme blockade

fisik terhadap iritan. MIKGI; 2006:V:244

2. Yusran A, Barunawaty. Dua metode pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi pada

mukosa mulut. Maj.Ked.Gigi. (Dent.J.); 2007:III:395

3. Parlak A, Koybasi S, Yavuz T, Yesildad N, Anul H, Aydign I. Prevalence of oral

lesion in 13 to 16 years old student in Duze, Turkey Oral Dis;2006;12(6):553-8.

4. Devani, Barankin D. Angular cheilitis. Newyork: Can Fam Physician 2007;

53:1022-23

5. Atmarita S. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat.

Jakarta:Gramedia;2006.p.23-7

6. Faiz R. Angular cheilitis-overview and symptoms of angular

cheilitis.[Internet]Available at:http://www.articlesbase.com/skin-care-

articles/angular-cheilitis-overview-and-sypmtoms-of-angular-cheilitis-

285629.html>.Accessed 28 December 2010

7. Dowl W.Effect of angular cheilitis on children and teenagers.[internet]. Available

at URL:http://www.EzineArticles/childandac.html. Accesses 25 December 2010

8. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th

ed.

Newyork:oxford University Press; 2008,p.177

9. Hari S. Angular cheilitis:Review of etiology and clinical management.

K.D.J.[Internet] Available at:http://www.trivandrum.co.uk. Accessed 27

December 2010.

Page 49: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

49

10. Deritana N, Kombong A. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. J.WATCH

Jayawijaya. 2007;p.5-18

11. Tegeman CA, Davis JR. Nutritional Care 3th

ed.St,Louis; Saunders Elsevier;

2010;p.251-9

12. Nasution N. Efek Suplementasi zinc dan besi pada pertumbuhan anak. J

USU;2008:113 (75);p.82-96

13. Eschelemen MM. Introductory nutrition and nutrition therapy 3th ed. Lippincott:

Raven Publisher; 2007;p. 212-13

14. Muhilal, Fasli J. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jakarta: Widya Karya

pangan dan gizi VI. LIPI; 2006;p.62-9

15. Decker RT. Oral manifestation of nutrient deficiencies. ADA Journal

2006;65:355-361

16. Susan ZL. Angular cheilitis; Etiologi and diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6

17. Irelands R. Clinical textbook of dental hygiene and therapy. State

avenue:Blackwell munksgaard; 2006,p. 52;6-3

18. Lubis S. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak umur 6-12

tahun di enam panti asuhan di Kota Madya Medan. Dentika J Dent; 2006;

11:117;180-1

19. Supariasa IND. Bakri B. Fajar I. Penilaian status gizi 1st ed;Jakarta: penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2006:36-63

20. Muray J.J, Nunn J.H, Steele J. G. The prevention of oral disease 4th

ed.New York:

Oxford University Press; 2007,p.180-1

Page 50: Hubungan StatuANGULAR CHEILITISs Gizi Dengan Angular Cheilitis

50

21. Kartika K. Indeks gizi. J USU. [Internet]. Available

at:http://jada.ada.org/cgi/content/full/133/3/391. Accessed 25 Januari 2011.