hubungan sanitasi lingkungan penderita tb...

67
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB PARU DENGAN TINGKAT PENYEBARAN PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : S a y o g i NIM. ST 13063 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: phungnguyet

Post on 31-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB PARU DENGAN

TINGKAT PENYEBARAN PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS

ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :S a y o g i

NIM. ST 13063

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print
Page 3: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

iii

Page 4: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmad dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul: “ Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan

Tingkat Penyebaran Penyakit TB Paru di Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali “.

Skripsi ini disusun untuk melakukan penelitian mengenai Tuberkulosa guna

menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar kesarjanaan S-1 Keperawatan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari dalam menyusun Skripsi ini banyak dibantu oleh banyak

pihak yang mendukung dalam menyelesaikan tugas ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang

banyak memberikan fasilitas yang mendukung dalam menyelesaikan Skripsi ini.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memfasilitasi proses pembelajaran di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Galih SetiaAdi, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian tugas Skripsi ini.

4. Sukardi, S.Kep., MM selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian tugas Skripsi ini.

Page 5: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

5. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji dalam ujian

sidang Skripsi ini.

6. Dr. Ony Hardoko selaku Kepala Puskesmas Andong yang telah memberikan ijin

penelitian Skripsi ini.

7. Seluruh keluarga, anak, istri, saudara dan orang tua yang telah memberikan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas Skripsi ini.

8. Seluruh responden yang telah bersedia secara sukarela menjadi responden dalam

penelitian ini.

9. Rekan – rekan Mahasiswa Program Transfer Angkatan I S-1 Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan

tugas ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dan doa serta dukungan dalam

menyelesaikan tugas ini mendapat imbalan yang berlebih dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan

kelemahan dalam penyusunannya, sehingga penulis dengan tangan terbuka menerima

saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam menyempurnakan tugas ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 19 Agustus 2015

Penulis

Page 6: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ……………….………………………………………...i

LEMBAR PENGESAHAN …..................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN ……………….……………………………………….iii

KATA PENGANTAR ……………….……………………………………….iv

DAFTAR ISI ……...……….………………………………………. vi

DAFTAR TABEL ……………….……………...………………...……...ix

DAFTAR GAMBAR ……………….………………………………………..x

DAFTAR LAMPIRAN ……………….……………………………………….xi

ABSTRAK ……………..………………………………………...xii

ABSTRACT ………………………………………………………xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …….…………………………..…………………1

1.2 Rumusan Masalah ….…………………………………………......4

1.3 Tujuan …………….……………………………………………....5

1.4 Manfaat Penelitian . ………………………………………..……..5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ………………………………………………..….7

2.2 Sanitasi Lingkungan …………………………………………….14

2.3 Keaslian Penelitian ….……………………………….………….18

2.4 Kerangka Teori ……………………………………………….…20

vi

Page 7: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

2.5 Kerangka Konsep …………………………………………….….21

2.6 Hipotesis …………………………………………………….......21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………...23

3.2 Populasi dan Sampel …………………………………………….23

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .………………………………....25

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.25

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ……………………26

3.6 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data…………………………....29

3.7 Etika Penelitian …………………………………………….……30

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat ……...………………………………….……. 32

4.2 Analisa Bivariat …...………………………………………….…36

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden …………………………………….…. 38

5.2 Sanitasi Lingkungan……………………………………………..43

5.3 Tingkat Penyebaran Penyakit …………………………….…… 45

5.4 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Tingkat Penyebaran

Penyakit TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Andong Boyolali.. 47

vii

Page 8: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ………….………………………………………… .49

6.2 Saran …………………………………………………………….50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 9: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Penelitian tentang TBC Sebelumnya 18

3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan

Skala Pengukuran 25

3.2 Blue Print Tingkat Penyebaran Penyakit 27

4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden 33

4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 33

4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden 34

4.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden 34

4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden 35

4.6 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan 35

4.7 Distribusi Frekuensi Penyebaran Penyakit TB 36

4.8 Hasil Analisa Bivariat dengan Uji Spearman rho 36

ix

Page 10: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar

2.1 Kerangka Teori 21

2.2 Kerangka Konsep 22

x

Page 11: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Lampiran

1. Surat Ijin Uji Validitas

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian

3. Surat Ijin Penelitian

4. Kuesioner

5. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

6 Hasil Pengolahan SPSS

7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

8. Lembar Konsultasi

xi

Page 12: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

S a y o g i

Hubungan Sanitasi Lingkungan Penderita TB Paru Dengan Tingkat PenyebaranPenyakit TB Paru Di Puskesmas Andong Boyolali

Abstrak

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang menjadi salah satu fokuspenanggulangan organisasi dunia WHO. Penderita TB Paru yang batuk maupunbersin bisa menularkan kuman penyakitnya ke orang lain ( droplet infection ).Kebersihan lingkungan menjadi salah satu perhatian dalam penanggulanganpenyebaran penyakit TB Paru ini.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuihubungan antara sanitasi lingkungan dengan tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

Penelitian dilakukan terhadap 30 orang penderita TB Paru dewasa dengantehnik purposivesampling.Analisa data dengan menggunakan korelasi Spearman'srho yang mengkorelasikan antara dua variabel.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sanitasi lingkungan dengankategori baik sebanyak 56,7 % atau 17 responden. Untuk tingkat penyebaran penyakitTB Paru didapatkan sebanyak 63,3 % atau 19 responden berkategori penyebaranrendah. Angka keeratan dari hubungan sanitasi lingkungan dan tingkat penyebaranTBC atau p-value sebesar 0,001 dan nilai r tabel 0,591 yang artinya mempunyaitingkat keeratan yang kuat.

Sanitasi lingkungan sangat berhubungan dengan tingkat penyebaran penyakitTB Paru.

Kata kunci : Sanitasi Lingkungan, TB Paru, Tingkat PenyebaranDaftar pustaka: 29 ( 2002-2012)

xii

Page 13: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Sayogi

Correlation between Environmental Sanitation for Pulmonary TB Patient andSpread Level of Pulmonary TB Disease at Community Health Center of

Andong, Boyolali

ABSTRACT

Pulmonary TB disease is contagious disease that becomes a major focus ofWHO. Pulmonary TB patients can spread the germs to other people via cough andsneeze (droplet infection). Environmental hygiene becomes one concern inpreventing the spread of this pulmonary TB disease. The objective of this research isto investigate the correlation between the environmental sanitation and spread level ofpulmonary TB disease.

The samples of research were 30 pulmonary TB adult patients and were takenby using the purposive sampling technique. The data of research were analyzed byusing the Spearman’s RHO to correlate the two variables.

The result of research shows that 17 respondents (56.7%) had a goodenvironmental sanitation, 19 respondents (63.3%) had a low spread level ofpulmonary TB disease. The correlation value between the environmental sanitationand spread level of pulmonary TB disease or the p-value was 0.001 and r table valuewas 0.591, meaning that the correlation was strong.

Thus, the environmental sanitation was highly correlated with the spread levelof pulmonary TB disease.

Keywords: Environmental sanitation, Pulmonary TB, Spread LevelReferences: 29 (2002-2012)

xiii

Page 14: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis ( TB ) Paru adalah suatu penyakit menular yang menjadi

perhatian dunia. World Health Organisation( WHO ) memperkirakan

sepertiga penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan

lima sampai sepuluh persen dari orang – orang yang terinfeksi ini akan

menjadi sakit atau menularkan kepada orang lain selama hidupnya. Data

WHO dalam Global Tuberculosis Control menyatakan bahwa terdapat 9,4

juta insiden TB dengan 1,1 juta penderita meninggal dunia. Jumlah insiden

TB tertinggi terdapat di Asia Tenggara sebanyak 35 % dari insiden total TB di

dunia dengan prevalensi 280 per 100.000 penduduk.

Diperkirakan sebanyak 95 % adalah kasus TB Paru dan 98 %

kematian akibat TB Paru di dunia terjadi di negara – negara berkembang

termasuk Indonesia. Sebanyak 75 % kasus TB Paru mengenai kelompok usia

produktif secara ekonomis yang berumur 15 – 50 tahun. Diperkirakan seorang

pasien TB Paru dewasa akan kehilangan waktu kerjanya sebanyak tiga sampai

empat bulan dengan akibat kehilangan pendapatan rumah tangga setiap

tahunnya sebesar 20 % – 30 %. Selain secara ekonomis TB Paru juga

1

Page 15: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

menjadikan dampak buruk secara sosial yaitu dikucilkan dari lingkungan

sekitarnya ( WHO, Global Tuberculosis Control , 2010 ).

Di Indonesia TB Paru merupakan salah satu masalah kesehatan utama

masyarakat. Jumlah pasien TB Paru di Indonesia merupakan peringkat ke

empat dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dengan prevalensi TB 285 per

100.000 penduduk atau sebanyak 302.861 kasus pada tahun 2010 ( WHO,

Global Tuberculosis Control, 2010 ).

Profil kesehatan Indonesia 2010 menyatakan bahwa provinsi dengan

prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu Maluku Utara sebesar 22,9 % ,

Kepulauan Riau 18,7 % dan DKI Jakarta sebanyak 16,3 %. Sedangkan rata-

rata secara nasional persentasi pasien TB Paru BTA Positif terhadap suspek

TB Paru hanya 10,9 %.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah

Case Detection Rate (CDR) yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA (+) yang

ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA (+) yang

diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. ( Dep Kes RI, 2007 ).

Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2008 sampai tahun 2012

masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 100 %. Meskipun masih

dibawah target yang ditetapkan, capaian CDR tahun 2012 sebesar 58,45 %

lebih rendah dibanding tahun 2011 sebesar 59,52 %. CDR tertinggi di Kota

Magelang sebesar 292,91 % dan yang terendah di Kabupaten Magelang

sebesar 21,82 %. Terdapat lima kabupaten / kota yang telah melampaui target

2

Page 16: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

100 % yaitu Kota Magelang (292,91 %),Kota Surakarta (128,17 %),Kota

Salatiga(109,84 %) ,Kota Tegal (203,09 %) dan Kota Pekalongan (137,75% ).

(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012).

Angka kejadian TB Paru BTA Positif Kabupaten Boyolali pada Tahun

2012 dan 2013 menunjukkan angka sebesar 238 dan 242 kasus secara

berurutan dan terjadi kenaikan penderita TB Paru Positif sebanyak 4 kasus

atau 9 %. Puskesmas Andong pada Tahun 2014 dari 1 Januari sampai 30

September 2014 ditemukan kasus penderita TB Paru BTA Positif sebanyak 30

kasus, meningkat 63 % dari 19 kasus pada tahun 2013.

Peneliti pernah mengunjungi 2 penderita TB Paru sebagai langkah

awal dalam membuat proses penelitian ini dan mengamati kondisi sanitasi

lingkungannya. Dari 2 penderita TB Paru tersebut yang peneliti kunjungi

ternyata mereka mempunyai status sanitasi lingkungan yang masih rendah

dibandingkan dengan standar sanitasi yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu

mengenai pencahayaan ruangan, ventilasi ruangan dan kelembaban ruangan.

Hal lain yang menjadi pengamatan peneliti adalah perilaku dari penderita TB

Paru yang membuang dahak pada waktu batuk yang masih belum sesuai

standar kesehatan.

Bakteri Mycobacterium tuberculosa berkembang dan menyebabkan

sakit dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan. Blum dalam Noto Atmojo (

2004 ) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi derajad kesehatan

manusia yaitu lingkungan, keturunan, perilaku, dan sarana kesehatan.

3

Page 17: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Tuberculosis ditularkan melalui droplet infection atau percikan ludah

dan penularannya dipengaruhi oleh lingkungan rumah terutama kepadatan

rumah, pencahayaan, dan ventilasi rumah. Ruangan dengan delapan meter

persegi tidak dianjurkan dihuni oleh lebih dari dua orang karena akan

memudahkan menularnya bakteri patogen. Pencahayaan ruangan yang efektif

harus melalui ventilasi dengan luas minimal 10 % dari luas lantai dan sangat

mempengaruhi karena cahaya matahari dapat membunuh bakteri patogen.

Sedangkan ventilasi berfungsi sebagai pertukaran udara yang akan

mempengaruhi kelembaban udara di ruangan. Kelembaban yang buruk akan

menjadi media berkembang biak bakteri patogen termasuk bakteri TBC ( Kep

Men Kes RI No.829 Tahun 1999 ).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat berbagai masalah kesehatan di Puskesmas Andong

Kabupaten Boyolali terutama penyakit TB Paru dan lingkungan sanitasinya,

peneliti akan melakukan penelitian dengan rumusan masalah yang didapat

yaitu :” Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Tingkat Penyebaran Penyakit

TB Paru di wilayah Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali “.

4

Page 18: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan

tingkat penyebaran penyakit TB Paru diwilayah Puskesmas Andong

Kabupaten Boyolali.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden penderita TB Paru.

2. Mengetahui karakteristik sanitasi lingkungan penderita TB Paru.

3. Mengetahui tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

4. Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan dan tingkat

penyebaran penyakit TB Paru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi puskesmas dan masyarakat

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh puskesmas sebagai

referensi untuk mengatasi kejadian TB Paru yang ada kaitannya

dengan sanitasi lingkungan.

2. Hasil penelitian bisa memberikan pengetahuan bagi masyarakat

dalam menjaga, memperbaiki sanitasi lingkungan serta untuk

mencegah penyakit TB Paru.

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

1. Sebagai bahan referensi dalam mencari sumber informasi yang

berhubungan dengan masalah TB Paru dan sanitasi lingkungan.

5

Page 19: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

2. Sebagai bahan tambahan guna memperbanyak sumber informasi di

perpustakaan.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang

akan dilakukan di tempat lain.

2. Sebagai referensi dalam memperkaya penelitian yang akan

dilakukan.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

1. Sebagai bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya

tentang sanitasi lingkungan dan TB Paru.

2. Sebagai tugas untuk menyelesaikan pendidikan S-1 Keperawatan.

6

Page 20: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu infeksi bakteri yang berkembang biak

tidak hanya di paru-paru saja tetapi juga bisa menyebar ke organ

lainnya, misalnya tulang, limfe dll. Pengertian dari TB Paru sebagai

suatu penyakit menular langsung yang menyerang paru-paru yang

disebarkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosa (Dep Kes RI Tahun

2007).

2.1.2 Epidemiologi

Data WHO dalam Global Tuberkulosis Control tahun 2010,

terdapat 9,4 juta insiden TB Paru dan lebih dari 90 % penderita TB Paru

terjadi di negara berkembang seperti ASEAN (35%). Kematian tertinggi

terjadi di Asia Tenggara sebesar 480.000 kematian dan merupakan

kematian tertinggi dibandingkan dengan kawasan lain di dunia. Di

Indonesia, prevalensi angka kematian pada tahun 2010 sebesar 27 per

100.000 penduduk. Insiden TB Paru semakin hari semakin meningkat

dengan meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan,

7

Page 21: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

penyalah gunaan obat terlarang dan meningkatnya penderita HIV dan

AIDS.

2.1.3 Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kemampuan TB

Paru menginfeksi manusia menurut Teori John Gordon (1950) dalam

Noor (2008) antara lain:

1. Umur

Insiden tertinggi angka kejadian TB Paru adalah usia muda dan

produktif yaitu sekitar 75 % umur 15 – 50 tahun. Pada usia ini

mereka menghabiskan waktunya untuk bekerja dan berinteraksi

dengan orang lain yang kemungkinan tertular TB paru.

2. Kepadatan Hunian Kamar Tidur

Luas lantai bangunan berdasarkan standar kesehatan rumah

adalah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya yang tidak

boleh berlebih. Luas yang tidak sesuai bisa meningkatkan resiko

tertular kuman tuberkulosa ke anggota keluarga yang lain karena

satu orang penderita bisa menularkan ke dua sampai tiga orang lain

yang tinggal serumah.

3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Status Gizi.

Tingkat sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari terutama pemenuhan

kebutuhan gizi, lingkungan rumah yang sehat dan kebutuhan akan

8

Page 22: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

kesehatan. Jika pemenuhan kebutuhan gizi kurang, maka akan

menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terinfeksi TB Paru.

4. Sistem Kekebalan Tubuh

Orang dengan tingkat kekebalan tubuh rendah akan

meningkatkan resiko terinfeksi TB Paru seperti orang dengan

HIV/AIDS.

5. Frekuensi Kontak Dengan Penderita TB Paru

Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dan percikan

dahak. TB Paru dengan BTA positif akan memberikan dampak

penularan lebih besar daripada penderita TB Paru BTA negatif.

Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk

of Tuberculosis Infection ( ARTI ) yaitu proporsi penduduk yang

beresiko terinfeksi TB Paru selama satu tahun. Annual Risk of

Tuberculosis Infection sebesar 10%, berarti ada 10 orang terinfeksi

dari 1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagian orang yang terinfeksi

tidak akan menjadi penderita TB.Annual Risk of Tuberculosis

Infection di Indonesia bervariasi antara satu hingga tiga persen.

6. Jenis Kelamin

Tuberkulosa tidak menyerang penderita dengan jenis kelamin

tertentu, tetapi dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa laki-

laki lebih banyak menderita TB dibandingkan dengan perempuan.

Hal ini disebabkan karena laki-laki banyak keluar rumah mencari

9

Page 23: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

nafkah dan banyak berinteraksi dengan orang lain yang mungkin

salah satunya terinfeksi kuman TB.

7. Pendidikan

WHO menyatakan bahwa tuberkulosis tidak hanya menyerang

kepada orang dengan usia produktif, tetapi juga kepada orang

dengan pendidikan yang rendah. Hal ini dikarenakan tingkat

pendidikan rendah berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat

tentang pemenuhan gizi yang baik dan pencegahan serta pengobatan

TB Paru.

8. Pekerjaan

Jenis pekerjaan mempengaruhi pendapatan keluarga dan bisa

mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari terutama pemenuhan

kebutuhan gizinya.

9. Pencahayaan Rumah

Cahaya matahari bisa membunuh kuman dan bakteri patogen

yang berada di lingkungan rumah, salah satunya tuberkulosis.

Karena itu rumah harus memiliki 20% luas jendela dari luas seluruh

rumah, supaya cahaya matahari bisa masuk ke rumah dan bisa

membunuh kuman tuberkulosis.

10

Page 24: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

10. Kelembaban Udara

Kelembaban udara didalam rumah berpengaruh terhadap

kenyamanan penghuninya, dimana kelembaban maksimal 60%

dengan temperatur kamar 22°C hingga 30° C. Kelembaban diatas

60% akan mengakibatkan kuman tuberkulosis bisa bertahan lama

dan dapat menginfeksi penghuni rumah.

11. Perilaku

Perilaku seseorang terdiri dari pengetahuan, sikap dan

tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang mengenai

cara penularan, bahaya, dan cara pengobatan TB Paru akan

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Karena

ketidaktahuan mengenai cara penularan dan perilaku yang menjadi

faktor resiko TB Paru, maka tidak ada perubahan perilaku untuk

mencegah TB Paru, misalnya perilaku merokok.

2.1.4Cara penularan

Penderita TB Paru dapat menularkan penyakit TB Paru melalui

beberapa cara yaitu :

1. Sumber penularan adalah penderita TB Paru dengan Basil Tahan

Asam (BTA) positif.

2. Pada waktu bersin atau batuk, penderita dapat menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak yang dikeluarkan

11

Page 25: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

(dropetinfection).Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan

dahak.

3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dengan paparan

dahak yang berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat

mengurangi jumlah percikan dahak, sinar matahari dapat

membunuh kuman, percikan dapat bertahan beberapa jam dalam

kondisi tertutup dan lembab.

4. Daya penularan pasien ke orang lain ditentukan banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya, makin banyak tingkat

kepositifannya maka semakin berbahaya dalam menularkan ke

orang lain.

5. Faktor yang memperngaruhi seseorang tertular TB Paru

ditentukan oleh konsentrasi percikan ke udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

2.1.5 Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala yang timbul adalah batuk produktif yang terjadi selama

3 minggu atau lebih . Gejala batuk dapat diikuti dengan gejala yang

lain yaitu sesak nafas, berkeringat pada malam hari, nafsu makan

menurun, malaise dan demam lebih dari satu bulan.

2.1.6Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berguna untuk menegakkan diagnosa,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

12

Page 26: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Pemeriksaan dahak untuk penegakkan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan tiga specimen dahak yang dikumpulkan dalam dua

hari kunjungan yang berupa :

Sewaktu-Pagi-Sewaktu ( SPS ):

1) S ( Sewaktu ) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang suspek membawa pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua.

2) P ( Pagi ) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari

kedua,setelah bangun tidur. Kemudian pot diserahkan ke unit

pelayanan kesehatan.

3) S ( Sewaktu ) : dahak dikumpulkan pada hari ke dua pada saat

menyerahkan dahak pagi.

2.1.7 Penegakkan diagnosa Tuberkulosis Paru

TuberkulosisParu dapat ditegakkandengan beberapa tahapan

diagnosis:

1) Semua suspek TB di periksa tiga specimen dahak dalam waktu dua

hari yaitu pagi sewaktu pagi ( SPS ).

2) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB ( BTA ). Pada program Nasional

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto thorak, biakan , uji

13

Page 27: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasi.

3) Tidak dibenarkan hanya menegakkan diagnosa dengan foto thorak

saja karena tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB

sehingga dapat menyebabkan over diagnosis.

2.2 Sanitasi Lingkungan

2.2.1 Definisi Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya ( Notoadmojo, 2003 ).

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia.Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman

mengalami perubahan.Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di

gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal

di hutan-hutan dan dibawah pohon.Sampai pada abad modern ini manusia

sudah membangun rumah bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang

serba modern.

2.2.2 Persyaratan Rumah Sehat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829 / Menkes / SK /

VII / 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal, rumah sehat

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

14

Page 28: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

1) Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang melepaskan zat – zat

yang dapat membahayakan kesehatan, seperti kadar timah hitam tidak

melebihi 300 mg / kg, debu total tidak melebihi 150 gr /m3, asbes

bebas tidak melebihi 0,5 fiber / m3 / 4 jam, serta tidak terbuat dari

bahan yang tempat berkembangnya mikroorganisme patogen.

2) Komponen dan penataan ruang rumah harus memenuhi persyaratan

fisik dan biologis sebagai berikut:

a) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.

b) Dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk mengatur sirkulasi

udara ruangan, kedap air dan mudah dibersihkan.

c) Langit – langit mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan.

d) Rumah yang memiliki tinggi lebih dari 10 meter harus

memiliki penangkal petir.

e) Ruang didalam rumah harus ditata dengan baik agar bisa

berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang anak,

ruang kamar mandi, ruang dapur, ruang kamar anak.

f) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan

asap.

3) Pencahayaan rumah ada dua macam, yaitu pencahayaan alami atau

dengan sinar matahari dan pencahayaan yang dibuat atau dengan

lampu. Penerangan alami sangat penting dalam menerangi rumah

15

Page 29: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

untuk mengurangi kelembaban dan untuk membunuh kuman penyakit

tertentu. Untuk itu pencahayaan alami maupun buatan langsung

maupun tidak langsung harus menerangi ruangan minimal

intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4) Kualitas udara didalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai

berikut :

a) Tidak berbau dan berwarna.

b) Suhu nyawan berkisar antara 18ºC sampai 30ºC.

c) Kelembaban udara antara 40% sampai 70%.

d) Terjadi pertukaran udara.

e) Konsentrasi zat CO tidak melebihi 100 ppm per 8 jam.

5) Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara

kotor dari ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.

Tersedianya udara segar diruangan rumah sangat dibutuhkan manusia

untuk proses sirkulasi udara. Jika suatu ruangan tidak mempunyai

sistem sirkulasi akan mengakibatkan over crowded dan akan

menimbulkan masalah kesehatan. Standar luas ventilasi rumah

menurut Kepmenkes RI. No.829 tahun 1999, minimal 10% dari luas

lantai. Kurangnya ventilasi juga mengakibatkan tidak bisa keluarnya

bakteri yang ada dalam ruangan yang dapat berpotensi menimbulkan

penyakit.

16

Page 30: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

6) Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari – hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum

apabila memenuhi syaratnya yaitu telah dimasak. Dalam kehidupan

sehari – hari manusia membutuhkan air sebanyak 60 lt / hari / orang.

Adapun syarat – syarat air bersih yaitu :

a) Syarat fisik : tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna.

b) Syarat kimia : contoh kadar besi maksimum adalah 0,3 mg / lt.

c) Syarat mikrobiologis : koliform tinja / koliform maksimal 0 /

ml air.

7) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak boleh mencemari sumber

air, tidak berbau , tidak mencemari permukaan tanah. Sedangkan

limbah padat juga tidak boleh mencemari permukaan tanah dan air

tanah serta tidak boleh berbau.

8) Kepadatan hunian rumah juga harus memiliki ruang tidur minimal

seluas delapan meter persegi dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari

dua orang tidur dalam satu ruangan , kecuali anak dibawah lima tahun.

9) Binatang dapat menjadi sumber penyakit atau menjadi sarana berbagai

mikroorganisme untuk hidup dan berkembang biak dalam siklus

hidupnya. Contoh binatang yang dapat menularkan penyakit yaitu

tikus dan lalat serta nyamuk sehingga rumah harus bebas dari binatang

tersebut.

17

Page 31: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

10) Kebersihan makanan yang akan dimakan mempengaruhi secara

langsung dari orang–orang yang mengkonsumsinya sehingga makanan

harus bersih dan higienis bebas dari kotoran hewan seperti serangga

dan tikus.

2.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian pertama kali pada waktu

dan tempat yang telah direncanakan. Namun ada beberapa penelitian sebelumnya

yang hampir mirip dengan penelitian yang akan dilakukan, antara lain :

Tabel 2.1Penelitian sebelumnya tentang TB Paru

No

NamaPeneliti

JudulPenelitian

Metode YangDigunakan

Hasil Penelitian Tahun

1. RikhaNurulPertiwi

Hubungankarakteristikindividu,praktikhygiene dansanitasilingkungandenganangkakejadiantuberculosisdiKecamatanSemarangUtara

AnalitikObservasionaldengan pendekatancase control

Riwayat kontakdan lingkunganpekerjaanmerupakan faktorresiko kejadianTB Paru diSemarang Utara

2011

2. MelisahPitriSiregar

Hubungankarakteristikrumahdengankejadianpenyakit

Deskriptik analitik Karakteristikrumah memilikihubungan yangsignifikan dengantuberculosis yaitukepadatan hunian,

2012

18

Page 32: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

tuberculosisdiPuskesmasSimpangKiri KotaSubulusalam

ventilasi, jenislantai,pencahayaan,suhu dankelebaban.

3. SakinahDewi

Pengaruhsanitasirumah,penghasilankeluarga danupayapengendalian terhadapkejadianpenyakit TBParu padaibu rumahtangga diPuskesmasMulyorejoKabupatenDeliSerdang

Deskriptif analitikdengan desaincross sectional

Variabellingkungan rumahyangmenunjukkanhubungan TBparu yaitu:ventilasi,kelembaban, pencahayaan,dan suhu.

2012

19

Page 33: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1Kerangka Teori

( Dep Kes RI 2011 )

Faktor resiko terkena TB Paru

Faktor agentinfeksi

Faktor host Faktor Lingkungan

Usia Produktif Jenis Kelamin

Laki-laki

PendidikanPekerjaan

Kontak denganbanyak orang

Bekerja diluarrumah

Status ekonomirendah

Kemungkinan tertularTB Paru lebih besar

Pemenuhan gizikurang

Lebih pentingpemenuhan makan

dan pakaian

Kekebalan tubuhkurang

Lingkunganrumah tidak sehat

Luas ventilasi tdkmemenuhi syarat

Pencahayaanrumah kurang

Kepadatanhunian rumah

Kuman TB tidakhilang

Kuman TBberkembang

biak

Mudahtertular

Kejadian TB Paru meningkat

20

Page 34: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui apakah

ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan tingkat penyebaran penyakit

TB Paru atau justru tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan

tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiono ( 2010 ), hipotesis diartikan sebagai jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Terdapat 2 macam hipotesis,

yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative. Hipotesis nol diartikan sebagai

tidak adanya hubungan antara parameter dan statistik, atau tidak adanya

hubungan antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Hipotesis alternative

merupakan lawan dari hipotesis nol.

Sanitasi Lingkungan : Tingkat Penyebaran PenyakitTB Paru

21

Page 35: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

2.5.1 Hipotesis nol ( H 0 ) : tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan

dengan tingkat penyebaran kuman penyakit tuberkulosa paru di wilayah

Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali.

2.5.2 Hipotesis alternative ( H 1 ) : ada hubungan antara sanitasi lingkungan

dengan tingkat penyebaran kuman penyakit tuberkulosa paru di wilayah

Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali.

22

Page 36: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan

menggunakan desain correlation study dengan pendekatan cross sectional.

Correlation study yaitu untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2006) . Rancangan

cross sectional adalah suatu rancangan penelitian yang dilakukan hanya pada

satu waktu dimana variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel –

variabel lainnya diobservasi dan diukur (Nursalam, 2008).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek yang memenuhi kriteria yang

ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012).Populasi penelitian ini adalah

semua penderita tuberkulosa. Jumlah total penderita tuberkulosa sebanyak 38

penderita.

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

menggunakan tehnik tertentu (Sugiyono, 2012).Pengambilan sampel dengan

tehnik purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Arikunto, 2006).

23

Page 37: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti membutuhkan kriteria

inklusi dan eksklusi untuk responden. Menurut Setiadi (2007) kriteria inklusi

adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu target populasi

menjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah

menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria

inklusi.

Kriteria inklusi dan eksklusi responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

a. Penderita TB Paru dewasa dengan BTA Positif

b. Penderita yang telah menjalani pengobatan maupun sudah

selesai menjalani pengobatan.

c. Penderita yang mau menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

a. Penderita TB Paru anak – anak dengan rontgen positif.

b. Penderita yang kambuh setelah selesai menjalani pengobatan

sebelumnya.

c. Penderita MDR ( Multi Drug Resistance ).

d. Penderita yang tidak mau menjadi responden.

24

Page 38: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Dari kriteria inklusi yang dijelaskan, yang memenuhi syarat dari

kriteria tersebut sejumlah 30 orang dan ini akan dijadikan responden sebagai

bahan penelitian ini.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali

yang meliputi 16 desa dengan 30 responden yang menjadi pasien di

Puskesmas Andong dalam kurun waktu 1 Januari sampai 30 September 2014.

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 Juli sampai dengan 15 Juli

2015 dengan mendatangi responden yang sudah menjadi daftar pasien TB

Paru di Puskesmas Andong.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

Independen:SanitasiLingkungan

Sanitasi Lingkunganadalah status kesehatansuatu lingkungan yangmencakupperumahan,pembuangankotoran, penyediaan airbersih dan sebagainya.

Kuesioner BaikCukupKurang

Skor11–18Skor6 – 10Skor < 6

Dependen:TingkatpenyebaranPenyakitTB Paru

Tingkat penyebaran TBParu dapat terjadimelalui dropletinfection

Kuesioner TinggiSedangRendah

Skor < 6Skor 6 - 8Skor 9–13

25

Page 39: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan data.

Alat penelitian berupa kuesioner yang telah dilakukan uji validitas

terlebih dahulu, dan hasil uji validitas dan reabilitas terdapat pada lampiran

penelitian ini.Adapun sebaran pertanyaan di masukkan dalam sebuah blue

print hubungan sanitasi dengan tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

Kuesioner berupa angket yang diberikan memuat beberapa pertanyaan

yaitu mengenai karakteristik responden, sanitasi lingkungan dan penyebaran

penyakit TB Paru.Dari pertanyaan tentang sanitasi lingkungan dan penyebaran

penyakit terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu favorable yang bermakna

positif dan unfavorable yang bermakna negative.Jawaban berupa pilihan yaitu

“ya” dan “tidak”.Jika pertanyaan favorable di jawab “ya” maka nilainya 1

tetapi jika tidak nilainya 0.Jika pertanyaan yang unfavorable dijawab “ya”

maka nilainya 0 tetapi jika dijawab tidak nilainya 1.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer

dengan prosedur pengumpulan data kuesioner yang memuat karakteristik

responden yang meliputi data identitas dan karakteristik lingkungan rumah

yang meliputi jumlah penghuni rumah, lingkungan rumah, kondisi rumah,

kriteria rumah sehat, dan sanitasi rumah serta perilaku penghuni rumah

terhadap sanitasi lingkungan. Pertanyaan diajukan secara tertulis dan dijawab

oleh responden yang berjumlah 36 pertanyaan yang terbagi dalam 3

kategori.Yaitu tentang karakteristik responden dengan 5 pertanyaan, yang

26

Page 40: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

kedua tentang sanitasi lingkungan dengan 18 pertanyaan dan yang terakhir

tentang penyebaran penyakit dengan 13 pertanyaan. Penilaian lingkungan

rumah dilakukan oleh peneliti dengan mengobservasi lingkungan rumah

responden .

Tabel 3.2

Blue Print Kuesioner Sanitasi Lingkungan Dan Tingkat PenyebaranPenyakit TB Paru

Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Total

SanitasiLingkungan

Kondisi rumah,pembuangankotoran, penyediaanair bersih.

9 9 18

TingkatpenyebaranPenyakit TBParu

Hasil laborat,pengobatan,menutup mulut saatbatuk, angotakeluarga yangmenderita sama,pembuangan dahak.

6 7 13

KarakteristikPenderita

0 0 5

Total 15 16 36

Cara pengumpulan data peneliti memberikan penjelasan terlebih

dahulu tentang maksud dan tujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan

dari responden, kemudian responden mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan .Setelah itu kuesioner dapat langsung digunakan dan diisi oleh

respoden.

27

Page 41: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

3.5.1 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah syarat mutlak bagi alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu pengukuran. Validitas menunjukkan

ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya suatu instrumen

dikatakan valid apabila instrumen mengukur apa yang seharusnya

diukur. ( Dharma, 2011 ).

Uji validitas dilakukan kepada responden yang memiliki

kriteria sama dengan sasaran penelitian di wilayah Puskesmas

Klego sejumlah 30 responden. Hasil dari uji validitas pada sanitasi

lingkungan adalah 0,990 - 0,997 dari 18 pertanyaan dan semuanya

valid. Untuk hasil tingkat penyebaran penyakit adalah 0,990-1 dari

13 pertanyaan semuanya valid.

2.Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.

Reabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data

yang konsisten jika instrumen digunakan berulang kali

(Dharma,2011). Dalam penelitian ini menggunakan pengujian

reabilitas internal consistency dengan mencobakan intrumen sekali

saja di Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali, kemudian data

yang diperoleh dianalisis dengan SPSS menggunakan Alpha

28

Page 42: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Cronbach’s dengan hasil untuk sanitasi lingkungan 0,999 dan

untuk penyebaran penyakit TB Paru 0,998.

3.6 Tehnik Pengolahan Data Dan Analisa Data

3.6.1 Tehnik Pengolahan Data

1. Editing

Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang

diteliti, yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap kuesioner

untuk memastikan bahwa kuesioner telah lengkap dan

benar.Caranya yaitu memilih data yang representative yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Coding

Pengkodean dilakukan untuk memudahkan analisis.Kegiatan

pengubahan data lebih ringkas dengan menggunakan kode yang

dirumuskan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan

analisis data.Caranya yaitu memberikan kode kepada data yang

didapat dengan kode angka 1, 2, 3.

3. Tabulasi

Memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan mengatur angka-

angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

29

Page 43: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

4. Entri Data

Data dari kuesioner dimasukkan dalam program computerize

SPSS( Statistical Package for Social Science ).

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

( Notoatmodjo, Soekidjo, 2010 ). Analisa univariat dilakukan untuk

memberi gambaran dan penjelasan tentang variabel yang akan

diteliti yaitu tentang umur responden, pendidikan, pekerjaan, jumlah

penghasilan, jenis kelamin, sanitasi lingkungan dan penyebaran

penyakit TB paru.

2.Analisa Bivariat

Analisa Bivariat untuk mengetahui hubungan dua variabel

yaitu dependen dan independen .Jenis uji statistik yang digunakan

dalam penelitian di sesuaikan dengan jenis data.Analisis statistik

menggunakan uji Spearman's rho.Analisa bivariat dalam penelitian ini

yaitu hubungan antara sanitasi lingkungan penderita TB Paru dengan

tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

3.7 Etika Penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada Kepala Puskesmas Andong Boyolali.Setelah mendapatkan persetujuan

30

Page 44: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika

yang meliputi :

3.7.1 Informed Consent .

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada responden, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.Setelah diberikan

penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada responden. Jika

responden bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika responden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

3.7.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan merupakan masalah etika dalam memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2007).

31

Page 45: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Puskesmas Andong, salah satu kecamatan di Boyolali

bagian utara yang mempunyai penduduk sekitar 33 ribu jiwa yang terdiri dari 16

desa, sarana kesehatan terdiri dari puskesmas induk 1 unit, puskesmas pembantu 2

unit, poliklinik kesehatan desa ada13 unit. Penelitian dilakukan terhadap 30

responden pada tanggal 1 sampai 15 Juli 2015 dengan mengunakan instrumen yang

telah ditetapkan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan interpretasinya,

sedangkan pembahasan disajikan dalam bentuk tabel.

4.1Analisa Univariat

Data dari penelitian ini dikumpulkan dari 30 responden dengan

menggunakan lembar kuesioner. Dari hasil kuesioner yang diberikan dan diisi

oleh responden dapat diketahui karakteristik responden yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

32

Page 46: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

4.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Penderita TB Paru .

Karakteristik Frekuensi (f ) Persentase (%)

26 - 35 Tahun36 - 45 Tahun46 - 55 Tahun

3207

106723

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 responden

yang diteliti ,67 % berusia antara 36 – 45 tahun.

4.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden PenderitaTB Paru

Karakteristik Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

Laki – lakiPerempuan

237

7723

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 77 % responden

berjenis kelamin laki – laki dan 23 % berjenis kelamin perempuan.

33

Page 47: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

4.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden PenderitaTB Paru

Karakteristik Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

SDSMPSMAPerguruan Tinggi

210171

733573

Jumlah 30 100

Hasil observasi responden juga menunjukkan 57 % berpendidikan

Sekolah Menengah Atas dan 33 % terakhir Sekolah Menengah

Pertama.

4.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan JumlahPenghasilan.

Karakteristik Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

< Rp.1,2 Juta≥ Rp.1,2 juta

219

7030

Jumlah 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki

penghasilan kurang dari Rp.1,2 juta sejumlah 21 orang atau 70 % dan

sisanya 30 % atau 9 orang memiliki penghasilan diatas atau sama

dengan Rp.1,2 juta rupiah.

34

Page 48: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden PenderitaTB Paru

Karakteristik Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

BuruhSwastaPNSTNI / POLRIPetani

124212

380737

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat status pekerjaan responden

80 % statusnya bekerja sebagai swasta.

4.1.6 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sanitasi lingkungan PenderitaTB Paru.

Kriteria Sanitasi Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

BaikSedangBuruk

17130

57430

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 responden

yang diteliti, ternyata sebagian besar dari responden dalam penelitian

ini yaitu sebanyak 17 orang ( 57 % ) mempunyai sanitasi lingkungan

yang baik, dan 13 orang ( 43 % ) dengan sanitasi yang sedang.

35

Page 49: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

4.1.7 Distribusi Frekuensi Penyebaran Penyakit TB Paru.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penyebaran Penyakit TB Paru .

Kriteria Penyebaran Frekuensi ( f ) Persentase ( % )

TinggiSedangRendah

01119

03763

Jumlah 30 100

Tabel tersebut menunjukkan frekuensi penyebaran TB Paru di wilayah

Puskesmas Andong Boyolali 63 % kategori rendah dan 37 %

menunjukkan frekuensi penyebaran kategori sedang.

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Tingkat Penyebaran TB Paru di

wilayah kerja Puskesmas Andong Boyolali.

Tabel 4.8 Hasil Analisa Bivariat dengan Uji Spearman’s rho .

Variabel P- Valuer

HubungansanitasilingkungandengantingkatpenyebaranTB Paru

0,001 0,591

36

Page 50: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 30 responden yang

dilakukan penelitian, 15 responden mempunyai sanitasi lingkungan

yang baik dengan penyebaran rendah.

Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil analisa hubungan,

penulis menggunakan Spearman's rho, hal ini sangat tepat dikarenakan

data yang diambil bersifat data ordinal baik data pada variabel

independen maupun data pada variabel dependen Dari hasil analisa

data diketahui bahwa p-value ( 0,001) < taraf kekeliruan ( α = 0,05 ).

Sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang berarti / bermakna antara sanitasi lingkungan dengan

tingkat penyebaran TB Paru, taraf signifikansi dari hasil analisa 0,001

menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan untuk mengetahui antara

sanitasi lingkungan dengan tingkat penyebaran TB Paru sangat

signifikan.

Besarnya nilai tingkat keeratan hubungan antara sanitasi

lingkungan dengan tingkat penyebaran TB Paru yaitu sebesar 0,591 ,

hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara sanitasi

lingkungan dengan tingkat penyebaran TB Paru.

Arah hubungannya adalah positif antara sanitasi lingkungan

dan tingkat penyebaran penyakit TB Paru yaitu semakin baik tingkat

sanitasi lingkungan semakin rendah tingkat penyebaran penyakit TB

Paru.

37

Page 51: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden yang menjadi sasaran

penelitian di Puskesmas Andong Boyolali terhadap penderita TB Paru yang

ditemukan dalam periode 01 Januari 2014 - 30 September 2014 menghasilkan

beberapa penemuan yang akan dijadikan pembahasan dalam hasil penelitian ini.

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Insiden tertinggi angka kejadian TB Paru adalah usia dewasa

akhir dan masih produktif yaitu umur 36 – 45 tahun sebanyak 67 %.

Pada usia ini mereka menghabiskan waktunya untuk bekerja dan

berinteraksi dengan orang lain yang kemungkinan tertular TB Paru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden adalah usia

produktif dengan mayoritas berusia 36 – 45 tahun. Menurut Perdana

(2006) di Jakarta Timur yang meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru

menyatakan bahwa usia produktif beresiko besar terhadap penularan

penyakit TB Paru dari pada usia yang tidak produktif. Usia produktif

banyak melakukan aktifitas atau bekerja diluar rumah yang

mempunyai resiko kontak dengan banyak orang. Dari kegiatan

pekerjaan ini bisa jadi mereka tertular oleh rekan kerja yang

38

Page 52: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

mempunyai penyakit TB Paru dan tidak mengetahui bagaimana

proses penyebarannya.

Menurut Desmon (2006) yang meneliti tentang hubungan

merokok, kayu bakar dan kondisi rumah dengan kejadian penyakit TB

Paru menyatakan bahwa umur bukan merupakan faktor tertular TB

Paru. Menurut Desmon, umur berapapun selama masih dalam kategori

usia produktif, maka beresiko terkena penyakit TB Paru .

5.1.2 Jenis Kelamin

Tuberkulosa tidak menyerang penderita dengan jenis kelamin

tertentu, tetapi dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa laki – laki

lebih banyak menderita TB Paru dibandingkan dengan perempuan.

Hal ini disebabkan karena laki-laki banyak keluar rumah mencari

nafkah dan banyak berinteraksi dengan orang lain yang mungkin salah

satunya terinfeksi kuman TB Paru (Gordon, 1950) dalam Noor (2008).

Pada hasil penelitian didapatkan bahwa laki – laki mempunyai

resiko yang lebih besar daripada perempuan.Hal ini disebabkan laki –

laki menjadi tulang punggung keluarga dan menjadikan mereka sering

keluar rumah dan kontak dengan banyak orang.Disaat kontak itu

kemungkinan besar tertular oleh penyakit TB Paru (Gordon, 1950)

dalam Noor (2008).

Penelitian Granich dkk (2003) didapatkan 59 % terjadi pada

laki-laki sedangkan 41% terjadi pada perempuan. Secara epidemiologi

39

Page 53: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

dibuktikan terdapat perbedaan antara laki – laki dan perempuan dalam

hal penyakit infeksi, progresifitas penyakit, insiden dan kematian

akibat TB Paru. Penelitian yang dilakukan Pertiwi (2012) tentang

praktik hygiene sanitasi lingkungan dengan angka kejadian

tuberkulosa, ditemukan 56,7% kasus TB Paru terjadi pada laki-laki,

dan 43,3 % kasus TB Paru terjadi pada perempuan. Hal ini

dikarenakan responden laki-laki cenderung yang menularkan resiko

TB Paru pada keluarga mengingat bahwa laki-laki yang terpapar

pajanan dilingkungan tempat pekerjaan.

5.1.3 Pendidikan

WHO menyatakan bahwa tuberculosis tidak hanya menyerang

kepada orang dengan usia produktif, tetapi juga kepada orang dengan

pendidikan yang rendah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan

rendah berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang

pemenuhan gizi yang baik dan pencegahan penyakit TB Paru serta

pengobatan TB Paru.

Mayoritas pendidikan penderita TB Paru dari hasil penelitian

ini adalah SMA, dikarenakan pada usia produktif sekarang masyarakat

banyak yang sudah mengenyam pendidikan menengah atas dibanding

beberapa tahun yang lalu.

Tetapi penelitian yang ada berbeda dengan pernyataan WHO,

penelitian ini adalah penelitian Bambang dkk (2006) tentang

40

Page 54: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

karakteristik penderita TB Paru di Kabupaten Karo yang menunjukkan

sebanyak 51,6 % dari 91 responden berpendidikan Sekolah Menengah

Atas ( SMA ).

Penelitian Ajis dkk ( 2007 ) tentang karakteristik penderita

tuberkulosa di Kabupaten Kuantan Singingi menunjukkan sebanyak

42 orang (38,53 %) dari 109 responden adalah berpendidikan SMA.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo

(1993 ) dalam Bagoes ( 2006 ) yang menyatakan bahwa pendidikan

pada individu atau kelompok bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan. Seseorang yang menyelesaikan

pendidikan dalam satu bidang akan mempunyai pengetahuan dan

ketrampilan tertentu pula. Sedangkan menurut Green (1991),

menyatakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi

kesehatan individu dan kelompok adalah pendidikan.

5.1.4 Pekerjaan

Jenis pekerjaan mempengaruhi pendapatan keluarga dan bisa

mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari terutama pemenuhan

kebutuhan gizinya.

Pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini

kebanyakan adalah sektor swasta. Hal ini bisa jadi sektor swasta lebih

banyak menyerap tenaga kerja dibanding sektor yang lain. Dari sekian

banyak orang yang bekerja disektor swasta mengakibatkan seseorang

41

Page 55: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

lebih banyak kontak dengan orang lain yang kemungkinan lebih besar

tertular oleh penyakit TB Paru dari teman yang mungkin menderita

penyakit tersebut.

Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah

penelitian Bambang dkk ( 2006 ) tentang karakteristik penderita

tuberkulosis paru di Kabupaten Karo dengan hasil berupa pekerjaan

yang banyak dimiliki adalah pekerjaan sebagai buruh sebesar 41,8%.

5.1.5 Penghasilan

Tingkat sosial ekonomi yang rendah dikarenakan penghasilan

yang minim atau kurang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari

terutama pemenuhan kebutuhan gizinya, lingkungan rumah yang sehat

dan kebutuhan akan kesehatan. Jika pemenuhan kebutuhan gizi kurang

dikarenakan penghasilan yang kurang maka akan menurunkan daya

tahan tubuh sehingga mudah tertular penyakit salah satunya TB Paru.

Penghasilan dari responden mayoritas kurang dari 1,2 juta

rupiah perbulan yang merupakan batas minimum upah kabupaten. Hal

ini menyebabkan mereka kurang dalam mengalokasikan

penghasilannya untuk memelihara kesehatannya. Dari penghasilan

yang diperoleh kemungkinan sebagian besar dialokasikan untuk

kepentingan yang lain yang kurang mendukung dalam upaya

pemeliharaan kesehatannya.

42

Page 56: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Penelitian Bambang dkk (2006 ) tentang karakteristik penderita

tuberkulosa paru di Kabupaten Karo membuktikan bahwa penderita

TB Paru yang berada di kelompok status ekonomi rendah sebanyak

71,4%.

5.2 Sanitasi Lingkungan

Menurut Undang – Undang RI No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Pemukiman, rumah adalah tempat yang untuk tempat tinggal atau hunian

dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud sehat menurut

WHO ( World Health Organisation ) adalah suatu keadaan yang sempurna

baik fisik, mental, maupun sosial budayanya bukan hanya bebas dari penyakit

dan kelemahan. Berdasarkan pengertian diatas , maka dapat diartikan bahwa

rumah sehat tempat berlindung dan bernaung serta tempat untuk beristirahat

sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun

sosial budaya.

Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden terdapat 18 responden

dengan kondisi sanitasi lingkungan yang baik dan 12 responden dengan

kondisi sanitasi lingkungan yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

sebanyak 60% kondisi sanitasi lingkungan responden di wilayah kerja

Puskesmas Andong Boyolali dalam kondisi memadai atau baik sesuai syarat

sanitasi yang baik.

Dari hasil observasi kuesioner sanitasi lingkungan kondisi tertinggi poin

positif pertanyaan terdapat pada sektor keberadaan jendela rumah dan

43

Page 57: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

penghuni rumah tidak lebih dari empat orang. Hasil terendah dimiliki pada

sektor kondisi kelembaban lantai dan keberadaan sumber air bersih. Kondisi

kelembaban lantai tersebut dikarenakan masih berlantai tanah dan

menggunakan sumur gali yang saat ini mulai mengering karena cuaca,

sehingga menyebabkan kekeruhan air mulai tampak.

Menurut Ahmadi (2005) faktor lingkungan (kepadatan, lantai rumah,

ventilasi, dll) merupakan faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya

penyakit Tb paru, di samping faktor kependudukan (jenis kelamin, umur,

status gizi, sosial ekonomi). Kondisi rumah yang baik penting untuk

mewujudkan masyarakat yang sehat. Rumah dikatakan sehat apabila

memenuhi persyaratan empat hal pokok antara lain ; memenuhi kebutuhan

fisiologis seperti pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup dan

terhindar dari kebisingan yang mengganggu, memenuhi kebutuhan psikologis

seperti “Privacy” yang cukup dan komunikasi yang baik antar penghuni

rumah, memenuhi persyaratan pencegahan penyakit menular yang meliputi

penyediaan air bersih,pembuangan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas

dari vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, sinar

matahari yang cukup, makanan dan minuman yang terlindung dan

pencemaran serta pencahayaan dan penghawaan yang cukup serta memenuhi

persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar rumah (Kep Men Kes RI No. 829, 1999).

44

Page 58: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

5.3 Tingkat Penyebaran Penyakit

Penderita TB Paru menurut Pedoman Nasional Penanggulangan TB

Paru ( Dep Kes RI Tahun 2011 ) dapat menularkan penyakit TB Paru melalui

beberapa cara yaitu sumber penularan utama adalah penderita TB Paru dengan

Basil Tahan Asam ( BTA ) positif. Penderita TB Paru pada saat bersin atau

batuk, penderita dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak ( droplet infection ). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan

dahak.Penularan juga dapat terjadi didalam ruangan dengan paparan dahak

yang berada dalam waktu yang lama.

Menurut Teori John Gordon (1950) dalam Noor (2008), kondisi

lingkungan rumah termasuk ventilasi yang cukup, dapat mengurangi jumlah

percikan dahak, sinar matahari yang cukup dapat membunuh kuman. Percikan

dapat bertahan beberapa jam dalam kondisi tertutup dan lembab. Daya

penularan pasien juga ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Makin banyak tingkat kepositifannya maka makin berbahaya

dalam menularkan ke orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 30 responden terdapat

penyebaran penyakit sebanyak 17 (57%) responden dengan kondisi

penyebaran TB Paru rendah, sedangkan 13 (43%) responden mempunyai

tingkat penyebaran TB Paru sedang.

Berdasarkan hasil observasi kuesioner penyebaran penyakit

didapatkan poin tinggi pertanyaan terdapat pada kondisi batuk responden

45

Page 59: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

lebih dari tiga minggu . Hasil terendah dimiliki pada sektor kondisi

pemakaian sapu tangan yang dicuci dengan air biasa. Kondisi tersebut akibat

dari kebiasaan responden yang tidak selalu menggunakan sapu tangan dalam

mencegah penularan penyakit.

Resiko penularan TB Paru di Indonesia sukup tinggi, sekitar 1 – 3%.

Pada daerah dengan ARTI ( Annual Risk of Tuberculosis Infection) sebesar

1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi.

Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB

Paru, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita. 10

% yang terinfeksi ini disebabkan kuman yang mengenai atau yang

menularkan bergradasi positif 3 dan kuman tersebut belum mendapatkan

pengobatan secara baik, akan tetapi kuman tersebut tidak bisa menular bila

mendapatkan pengobatan kombinasi selama kurang lebih 2 minggu berturut

turut. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita

TB Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk

atau HIV/AIDS (Depkes, 2008).

5.4 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Tingkat Penyebaran Penyakit TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Andong Boyolali.

Hasil analisa data menunjukkan berdasarkan pengujian statistik

dengan uji Spearman's rho, dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara

sanitasi lingkungan dengan penyebaran penyakit TB Paru yang ditunjukan

dengan nilai p Value sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05, pada taraf signifikan

46

Page 60: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

95% sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sanitasi

lingkungan dengan penyebaran penyakit TB Paru terbukti atau diterima.

Keeratan hubungan sanitasi lingkungan dengan penyebaran penyakit TB Paru

bisa ditunjukkan dengan nilai koefisien kontingensi dengan nilai 0,591 yang

berarti terdapat hubungan itu sangat kuat, hal ini sesuai tabel standar korelasi

versi De Vaus.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobing

(2008), tentang Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Sanitasi

terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru, hasil penelitiannya

didapatkan p=0,414 berarti tidak ada hubungan antara kondisi jenis lantai

dengan penularan TB Paru. Hasil statistik odds Ratio 0,7 dengan CI 95%

(0,321-1,599) jadi tidak ada perbedaan antara jenis lantai tanah dengan bukan

lantai tanah. Hasil penelitiannya tersebut juga didapatkan didapatkan p=0,000

ada hubungan antara kondisi pencahayaan dengan penularan TB Paru. Hasil

statistik odds Ratio 5,9 dengan CI 95% (1,928 - 18,201) jadi kondisi

pencahayaan yang kurang mempunyai resiko penularan sebanyak 5,9 kali dari

kondisi pencahayan yang baik.

Hasil yang diperoleh ini tidak sejalan dengan penelitian Siswanto dkk

(2006) tentang sanitasi lingkungan dengan terjadinya TB Paru di Puskesmas

Pulo Merak yang menyatakan bahwa aspek kelembaban, kepadatan hunian,

dan pencahayaan rumah tidak berhubungan bermakna dengan kejadian TB

Paru. Hal ini disebabkan karena kondisi kelambaban, pencahayaan, dan

47

Page 61: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

kepadatan hunian sangat baik.Sedangkan penelitian Fatimah (2008) tentang

faktor kesehatan lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian TB

Paru menunjukkan ada hubungan antara kejadian TB paru dengan

kelembaban, jenis dinding, ventilasi dan pencahayaan.Secara teori sanitasi

lingkungan berkaitan erat dengan kondisi pemukiman.Sanitasi lingkungan

yang dimaksud adalah usaha pengendalian dari faktor-faktor lingkungan fisik

yang mungkin menimbulkan kerugian bagi perkembangan fisik, kesehatan

dan daya tahan hidup manusia. Upaya pengendalian tersebut adalah

penyediaan air rumah tangga yang baik, pengaturan pembuangan tinja,

sampah, air limbah, pengaturan rumah sehat, pembasmian vektor penyakit

seperti lalat dan nyamuk, pengawasan polusi udara dan radiasi dari sisa-sisa

zat radioaktif. Sanitasi keluarga diukur dari tiga aspek: kondisi fisik rumah,

sarana rumah tangga dan sumber air.

48

Page 62: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

BAB VI

PENUTUP

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan selama proses

penelitian terhadap 30 responden penderita TB Paru bisa ditarik beberapa kesimpulan

dan saran yang bisa menjadikan motivasi dan pedoman dalam penelitian selanjutnya.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Usia responden penderita dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

67 % responden berusia 36 – 45 tahun.

6.1.2 Responden dalam penelitian ini mayoritas berjenis kelamin laki – laki

yaitu sebanyak 77 % dari total responden.

6.1.3 Pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini

mayoritas adalah swasta sebanyak 80 % dari total 30 responden.

6.1.4 Penghasilan responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa

sebanyak 70 % berpenghasilan kurang dari Rp.1,2 juta yang

merupakan batas minimum sistem penggajian di wilayah Boyolali.

6.1.5 Sanitasi Lingkungan pada responden penelitian ini berkategori baik

sebanyak 57 % sedangkan sisanya yaitu 43 % mempunyai sanitasi

lingkungan yang berkategori sedang.

6.1.6 Tingkat penyebaran penyakit TB Paru dalam penelitian ini sebanyak

63 % berkategori rendah, sedangkan sisanya 37 % berkategori sedang.

49

Page 63: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

6.1.7 Hubungan sanitasi lingkungan dengan tingkat penyebaran Penyakit

TB Paru di wilayah Puskesmas Andong mempunyai tingkat keeratan

sebesar 0.591 yang berarti adanya hubungan yang kuat antara sanitasi

lingkungan dan tingkat penyebaran penyakit TB Paru ini.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa

hal yang bisa menjadikan pedoman dan tindak lanjut dari hasil penelitian ini.

6.2.1 Disarankan Bagi Pihak Puskesmas dan Masyarakat.

Pihak Puskesmas bisa melakukan pendataan dan kunjungan

rutin terhadap pasien penderita TB Paru di Wilayah Puskesmas

Andong Boyolali dan memberikan penyuluhan tentang sanitasi

lingkungan dan masyarakat di wilayah Kecamatan Andong khususnya

lebih memperhatikan kesehatan lingkungan rumahnya, baik dalam

rumah maupun luar rumah.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bisa menggunakan referensi hasil penelitian ini

untuk bisa digunakan sebagai pedoman dalam melakukan perawatan

pasien TB Paru.

6.2.3 Bagi peneliti lain

50

51

Page 64: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Diharapkan melakukan penelitian serupa dengan menggunakan

jumlah sampel yang lebih banyak sehingga bisa didapatkan gambaran

yang lebih baik dari hasil analisa penelitiannya.

6.2.4 Bagi Peneliti

Dapat mengetahui secara nyata tentang hasil penelitian yang

dapat menunjukkan adanya hubungan antara sanitasi lingkungan

dengan tingkat penyebaran penyakit TB Paru.

Page 65: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, U F ( 2005 ) . Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta : Penerbit

Buku Kompas.

Arikunto, S ( 2002 ). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

Bagoes W, PNP, Edy Widayat ( 2006 ). Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan

Dan Sikap Petugas Pemegang Program Tuberkulosis Paru Puskesmas

Terhadap Penemuan Suspek TB Paru Di Kabupaten Blora. Jurnal

Promosi Kesehatan Indonesia.

Coker, R., McKee, M., Atun, R., Dimitrova, B., Dodonova, E., Kuzetsov,

S.,Drobniewski, F.( 2006 ) risk factors for pulmonary tuberculosis in Rusia

case control study. BMJ.Vol.332.18.

Davidov, A.L., Mangura, B T., Napolitano, E.C., Reichman, L.B.( 2003 )

rethinking the sosioeconomics and geography of tuberculosis among

public health. Journal of personality and social psychology

Vol.93,No.6.1.7.

Desmon, F. (2006 ). Hubungan Antara Merokok, Kayu Bakar Dan Kondisi

Rumah Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru. Tesis Depok: FKM

Universitas Indonesia.

Dharma, K. ( 2011 ). Metodologi Penelitian Keperawatan, Panduan Melaksanakan

dan Menerapkan Hasil penelitian. Jakarta : Trans Info Media.

Fatimah, ( 2008 ). Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan

Dengan Kejadian TB Paru Di Kabupaten Cilacap ( Kecamatan :Sidareja

Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari. Tesis Undip

Semarang .

Page 66: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Fauci AS, Kasper DL, Brauwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalso J.

Harrison’s.( 2009 ) Principle of Internal Medicine, 17th Edition New York.

Chapter 158.22.

Granich RM,Oh P, Lewis B, Porco TC, Flood J( 2005 ). Multidrug resistance among

person with tuberculosis in California 1994 – 2003, JAMA;293:22.

Hill, P.C., Jackson - Sillah, D., Donkor, S. A., Out, J., Adegbola, R.A., Lienhardt, C.

( 2006 ) Risk factors for pulmonary tuberculosis: A clinic - based case

control study in the Gambia. BMC Public Health 6:156.12.

Kementerian Kesehatan RI. Undang – Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Pemukiman.

Kementerian Kesehatan R I. Data Kabupaten atau Kota, 2010. Jakarta. Di :

http://www.bankdata.depkes.go.id/propinsi/public/report/createtableti (diakses

25 Oktober 2014, 16.39 )

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2010.2011.

Jakarta. Tersedia di http://www.depkes.go.id( diakses 28 Oktober 2014,19.21

WIB)

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 2011

Edisi 2. Tersedia di:www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf ( 30 Oktober

2014,19.23 WIB).7

Kristanto, Wirawan. ( 2010 ) Tentang Rumah Sehat. Tersedia di

htpp:///www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=3049&catid=2&(diakses 28

Oktober 2014, 10.42)9.

Melisah, P S,.( 2012 ) Jurnal Hubungan Karakteristik Rumah dan Kejadian Penyakit

Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam.

Notoadmodjo, S ( 2002 ). Metodologi Penelitian Kesehatan ( rev.ed ). Jakarta :

Rineka Cipta.

Ogboi S.J., Idris S.H., Olayinka A.T., Junaid, I. ( 2010 ) Socio - demographic

characteristics of patiens presenting pulmonary tuberculosis in primary

health center, Zaria, Nigeria. Jurnal of Medical Laboratory and

Diagnosis.Vol.1(2)pp.11-14.16.

Page 67: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PENDERITA TB …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-sayoginims... · menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar ... 3.2 Blue Print

Perdana, P.( 2008 ) Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat

penderita TB Paru Selama Pengobatan Di Puskesmas Kecamatan

Ciracas .Jakarta Timur ( Skripsi tidak diterbitkan ) Jakarta : UI.

Pertiwi, RN.( 2012 ) Jurnal Kesehatan Masyarakat, Hubungan Karakteristik

Individu,Praktik Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Kejadian

Tuberkulosa Di Kecamatan Semarang Utara,. Volume 1 Nomor 2 Halaman

435-445.

Ruswanto, B.(2011) Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Di

Tinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten

Pekalongan Semarang : Universitas Diponegoro.

Sakinah, D.(2012) Jurnal: Pengaruh Sanitasi Rumah, Penghasilan Keluarga dan

Upaya Pengendalian Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru pada Ibu Rumah

Tangga Di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang.

Setiadi, (2007).Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siswanto,dkk. 2006. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein, Status Gizi,

Sanitasi Lingkungan dengan terjadinya Penyakit TB Paru di Puskesmas Pulo,

Merak.

Sugiono, ( 2009 ). Metode Penelitian , Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:

ALFABETA, cv.

Tobing, T.L 2009. Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru Dan Kondisi Rumah

Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru Pada Keluarga Di

Kabupaten Tapanuli Utara .

(http://repository.usu.ac.id/bidstream/123456789/66jb/1/09E01348.pdf.

World Health Organisation Tuberculosis. 2010. Tersedia di

:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/ ( diakses 20 Oktober

2014 Jam 10.15 WIB ).

World Health Organisation. Global Tuberculosis Control 2011.2012. Tersedia di

:http://www.who.int/tb/publication/global report/en/ ( diakses 20 Oktober

2014,10.34 WIB).