hubungan psikoneuroimunologi dan korteks pre frontal secara anatomi dan fisiologi

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikoneuroimunologi adalah sebuah bidang penyelidikan yang memeriksa hubungan antara stress, system imun dan kesehatan. Stress mungkin mengurangi sebuah kemampuan meniru dan efek negatif respons neuroendokrin dan pada akhirnya kegagalan fungsi imun. Peristiwa trauma mungkin merusak hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) aksis dan system saraf simpatis (SNS), merangsang tingkat serius yang lebih tinggi dan sakit yang mengancam nyawa termasuk penyakit jantung. Secara spesifik, peristiwa trauma kehidupan memicu system respons inflamasi jadi mereaksi lebih cepat stress kehidupan berikutnya dan meningkatkan inflamasi sebuah peran etiologi dalam banyak penyakit kronis. Sistem imun merupakan mekanisme yang ada di dalam tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. 1,2 Sehubungan dengan tugas sistem imun sebagai alat pertahanan, sistem imun mempunyai mekanisme kerja yang sangat unik meliputi kerjasama dengan sel-sel lain untuk mengenali antigen dan untuk berkembang menjadi sel efektor, mampu keluar-masuk antara sirkulasi dan jaringan, mempunyai daya migrasi menuju jaringan terinfeksi dan homing pada daerah yang terinfeksi itu. Kemudian mempunyai limfosit yang untuk menerima stimuli dan melakukan penggandaan klon terhadap antigen yang sesuai. Limfosit menempati organ yang menguntungkan untuk terjadinya pertemuan dengan antigen dan juga mendukung perkembangan dan diferensiasinya. 3 Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh,homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan,keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Di dalam otak, glia dan neuron saling berkomunikasi dengan mengirimkan neurotransmitter melalui celah sinapsis. Dopamin yang merupakan neurotransmitter yang berada di frontal korteks berfungsi untuk pergerakan dan koordinasi, emosional, penilaian, dan pelepasan prolaktin. Prefrontal cortex merupakan bagian otak yang memiliki

Upload: devy-amelia-nurul-alamsyah

Post on 30-Dec-2015

367 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikoneuroimunologi adalah sebuah bidang penyelidikan yang

memeriksa hubungan antara stress, system imun dan kesehatan. Stress

mungkin mengurangi sebuah kemampuan meniru dan efek negatif respons

neuroendokrin dan pada akhirnya kegagalan fungsi imun. Peristiwa trauma

mungkin merusak hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) aksis dan system saraf

simpatis (SNS), merangsang tingkat serius yang lebih tinggi dan sakit yang

mengancam nyawa termasuk penyakit jantung. Secara spesifik, peristiwa

trauma kehidupan memicu system respons inflamasi jadi mereaksi lebih cepat

stress kehidupan berikutnya dan meningkatkan inflamasi sebuah peran

etiologi dalam banyak penyakit kronis.

Sistem imun merupakan mekanisme yang ada di dalam tubuh untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap zat asing

yang masuk ke dalam tubuh.1,2 Sehubungan dengan tugas sistem imun

sebagai alat pertahanan, sistem imun mempunyai mekanisme kerja yang

sangat unik meliputi kerjasama dengan sel-sel lain untuk mengenali antigen

dan untuk berkembang menjadi sel efektor, mampu keluar-masuk antara

sirkulasi dan jaringan, mempunyai daya migrasi menuju jaringan terinfeksi dan

homing pada daerah yang terinfeksi itu. Kemudian mempunyai limfosit yang

untuk menerima stimuli dan melakukan penggandaan klon terhadap antigen

yang sesuai. Limfosit menempati organ yang menguntungkan untuk terjadinya

pertemuan dengan antigen dan juga mendukung perkembangan dan

diferensiasinya.3

Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi

tubuh,homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh,

keseimbangan cairan,keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan,

aktivitas motorik dan lain-lain. Di dalam otak, glia dan neuron saling

berkomunikasi dengan mengirimkan neurotransmitter melalui celah sinapsis.

Dopamin yang merupakan neurotransmitter yang berada di frontal korteks

berfungsi untuk pergerakan dan koordinasi, emosional, penilaian, dan

pelepasan prolaktin. Prefrontal cortex merupakan bagian otak yang memiliki

Page 2: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

2

fungsi eksekutif . Fungsi eksekutif berhubungan dengan kemampuan untuk

membedakan antara pikiran yang saling bertentangan, menentukan baik dan

buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda, konsekuensi masa

depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, prediksi

hasil, harapanberdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial (kemampuan untuk

menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil

tidak dapat diterima secara sosial).Prefrontal korteks berfungsi memberi

informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut

sehingga berguna untuk membentuk penilaian.

Peran prefrontal korteks sangat vital dalam kehidupan manusia, karena

peranannya yang selalu terlibat dalam setiap aktivitas manusia. Dalam

makalah ini akan dibahas bagaimana keterkaitan prefrontal cortex dalam

konsep psikoneuroimunologi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui keterkaitan prefrontal cortex dalam konsep

psikoneuroimunologi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep psikoneuroimunologi di dalam tubuh manusia

b. Mengetahui struktur anatomi prefrontal cortex

c. Mengetahui fisiologi prefrontal cortex

d. Mengetahui bagaimana mekanisme prefrontal cortex mempengaruhi

aktivitas manusia

e. Mengetahui peran prefrontal cortex dalam proses psikologis, fisik, dan

imunitas

C. Manfaat

1. Sebagai sarana dalam memperluas wawasan tentang

psikoneuroimunologi

2. Mahasiswa mengetahui bagaimana psikoneuroimunologi sangat berperan

dalam pencegahan timbulnya suatu penyakit

3. Mahasiswa dapat memahami peran dan fungsi prefrontal korteks dalam

aktivitas manusia dan keterkaitannya dengan konsep psikoneuroimunologi

Page 3: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Psikoneuroimunologi

Psikoneuroimunologi pada awal perkembangannya dianggap sebagai

kajian dari beragam ranah studi. Pemahaman ini didasarkan atas keterlibatan

tiga bidang kajian, yaitu (1) psikologi, (2) neurologi, dan (3) imunologi. Secara

historis, konsep psikneuroimunologi dikemukakan oleh R. Ades dan C. Holder

sekitar tahun 1975. Psikoneuroimunologi muncul setelah adanya konsep

pemikiran imunopatobiologis dan imunopatologis. Fakta imunopatobiologis

menunjukkan bahwa kerentanan infeksi dan metastasis pada individu yang

mengalami stres disebabkan oleh penurunan ketahanan imunologis,

sedangkan kelainan mukosal yang memunculkan pemikiran respons imun

yang melukai merupakan faktor imunopatologis. Karena kedua pendekatan

model berpikir tersebut dianggap kurang holistik dalam mengungkap

patogenesis, maka munculah ilmu baru yang sekarang dikenal dengan

psikoneuroimunologi (PNI).4

1. Definisi

Psikoneuroimunologi adalah sebuah bidang penyelidikan yang

memeriksa hubungan antara stress, sistem imun dan kesehatan.

Psikoneuroimunologi merupakan kaitan ataupun interaksi antara perilaku,

kerja saraf, fungsi endokrin, dan proses kekebalan tubuh (Ader and Cohen,

1993). Notosoerdirdjo M M, 1998, menyatakan bahwa psikoneurologi

adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara sistem imunitas dan perilaku

melalui saraf. Sedangkan imunitas berupa suatu jaringan alat tubuh yang

melindungi badan dari invasi bakteri, virus dan benda asing.

Page 4: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

4

PNI dikembangkan atas dasar keterkaitan antara tiga konsep, yaitu

behavior, neuroendokrin dan konsep imunologik.5

Gambar 1. Hubungan Psikologi,Imunologi dan Neurologi

Ader menyatakn bahwa psikoneuroimunologi berfokus pada imunoregulasi

yang awalnya dipahami sebagai sesuatu yang otonom, namun setelah

dilakukan banyak peneilitian menemukan bahwa ternyata imunoregulasi

tidak otonom karena selalu dipengaruhi kinerja otak. Dikemudian hari

semua perkembangan ini akan semakin memacu perkembangan PNI ke

arah penelitian imunologi yang tidak otonom dan bahkan semakin

terungkap bahwa semua sistem dalam tubuh bekerja secara tidak otonom,

seperti diungkapkan dalam psikoneuroimunologi.5

2. Sistem psikoneuroimunologi di dalam tubuh

Mekanisme peningkatan ketahanan tubuh secara psikoeuroimunologi

dapat dilihat dengan menghubungkan perubahan yang terjadi pada hormon

dan neuropeptida yang melibatkan faktor kondisi kejiwaan (strees) dalam

mekanisme perubahan ketahanan tubuh. Kondisi kejiwaan tersebut

digambarkan sebagai status emosi yang mencerminkan dasar konsep

kelainan metal. Pada mulanya tidak diketahui dan tidak diharapkan

adanya kaitan antara otak dan sistem kekebalan tubuh. Akan letapi

terlihat bahwa :

a. Manipulasi saraf dan fungsi endokrin mengubah respons kekebalan,

dan stimulasi antigenik yang menimbulkan respons kekebalan

menghasilkan perubahan dalam saraf dan fungsi endokrin.5

b. Proses perilakuan mampu mempengaruhi reaksi kekebalan, dan

sebaliknya status kekebalan suaru organisme mempunyai

konsekuensi perilaku.5

c. Penelitian psikoneuroimunologi ini menunjukkan bahwa sistem saraf

dan kekebalan tubuh, yang merupakan sistem sangat kompleks

Psikologi

Neurologi Imunologi

Page 5: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

5

untuk pemeliharaan homeostatis, mewakili suatu mekanisme

terpadu yang menyumbang pada adaptasi individual dan spesies.

Psikoneuroimunologi menekankan pentingnya hubungan antara

sistem-sistem tersebut. bukannya mengganti, tetapi menambah pada

analisis disiplin tradisional tentang fungsi mekanisme pengendali dalam

sistem tunggal.5

Seperti juga pendekatan perilakuan umumnya, sistem kekebalan tubuh

dapat dikembalikan melalui pengkondisian klasik. Nampak di sini bahwa

ada harapan bahwa suatu penyakit dapat diatasi dengan peningkatan

sistem kekebalan tuhuh dengan cara yang sama dalam mengubah

perilaku yang nampak. Proses fisiologis sebetulnya juga perilaku,

sehingga pengubahan melalui pengkondisian klasik seperti itu dapat

mcningkatkan pengendalian terhadap adanya penyakit tertentu.5

B. Anatomi dan Fisiologi Pre frontal Korteks

Prefrontal Cortex (latin: Cortex Prefrontalis) adalah salah satu bagian

anterior dari otak yang terletak pada Lobus Frontal, di depan daerah motor

dan premotor. Komponen Prefrontal Cortex terdiri atas Superior Frontal

Gyrus, Middle Frontal Gyrus, dan Inferior Frontal Gyrus. Bagian arterinya

terdiri atas Anterior Cerebral dan Middle Cerebral. Serta bagian venanya

adalah Superior Sagittal Sinus. Area-area yang terdapat dalam Prefrontal

Cortex antara lain adalah Frontal Eye fields, Dorsolateral Prefrontal Cortex,

Frontopolar area, Orbitofrontal area, Broca Pars Opercularis, Broca Pars

Tringularis, Dorsolateral Prefrontal Cortex, dan Inferior Prefrontal Gyrus.

Prefrontal Cortex area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal,

lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi

neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention,

personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih

tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Fungsi

eksekutif juga dilakukan oleh daerah Prefrontal Cortex, yaitu berhubungan

dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling

bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama

dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju

tujuan yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan

Page 6: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

6

"kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak

ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial).

Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan,

memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua

kegiatan sistem syaraf yang ada.6

1. Anatomi

Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian anterior dari lobus frontalis

dalam otak, terletak di depan daerah motor dan premotor. Ada tiga cara

yang mungkin untuk mendefinisikan korteks prefrontal sebagai korteks

frontal granular,zona proyeksi inti mediodorsal thalamus dan bagian dari

korteks frontal yang rangsangan listriknya tidak menimbulkan gerakan.

Gambar 2. Anatomi Otak

a. Orbitofrontal cortex (OFC)

OFC termasuk bagian dari prefrontal cortex yang menerima

proyeksi dari magnocellular, nukleus medial (tengah – tengah) dari

mediodorsal thalamus. Meski bagian ini termasuk masih banyak misteri,

OFC merupakan bagian yang berperan pada proses kogntif decision-

making dengan peran alaminya sebagai pengekalkulasi ‘untung-rugi’

dari suatu tindakan berdasarkan konstruk – konstruk dari reward dan

punishment yang sudah dapat dipelajari. 6

b. Dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) :

Page 7: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

7

Korteks prefrontal dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi

eksekutif’ seperti working memory,pembentukan niat tindakan yang

goal-directed, penalaran abstrak, dan pengendalian attensi (perhatian).

Selain itu, daerah ini otak diyakini penting untuk pengaturan

mempengaruhi negatif. Penting untuk penilaian kembali dan penekanan

dari pengaruh perasaan negatif. Perannya dalam pengendalian bukan

hanya pada perasaan negatif, melainkan hingga pada pengendalian diri,

dimana pada akhirnya berperan besar dalam proses pengambilan

keputusan.

c. Ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC)

Ventrolateral PFC (VLPFC) diduga terlibat dalam tugas-tugas yang

relative sederhana, seperti pemeliharaan informasi jangka pendek yang

sementara tidak dapat dilakukan dalam working memory (misalnya,

mengingat nomor telepon yang baru saja dikatakan sebelum diketik

pada telepon).

2. Fisiologi

Prefrontal area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus

korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri

(planning, organizing, problem solving, selective attention, personality) dan

fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher

cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Pada wilayah ini

otak telah terlibat dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks,

ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial moderat

yang benar. Kegiatan dasar wilayah ini adalah otak dianggap sebagai

orkestrasi dari pikiran dan tindakan sesuai dengan tujuan-tujuan internal. 6

Istilah psikologi yang paling khas untuk fungsi-fungsi yang dilakukan

oleh daerah korteks prefrontal adalah fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif

berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang

saling bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik,

yang sama dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini,

bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan

berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan

Page 8: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

8

dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak

dapat diterima secara sosial).

Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan,

memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua

kegiatan sistem syaraf yang ada. Prefrontal cortex berfungsi memberi

informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut

sehingga berguna untuk membentuk penilaian. Kemudian secara konstan

berisi representasi aktif pada working memory, sebagaimana representasi

tujuan dan konteks. Sayangnya, prefrontal cortex yang merupakan salah

satu daerah yang paling penting dalam otak, juga salah satu yang paling

rentan terhadap cedera.

3. Disfungsi pre frontal korteks dan pengaruhnya terhadap manusia

Sindrom yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi

menjadi 3 area, yaitu Lateral Prefrontal Cortex, Medial Prefrontal Cortex,

dan Orbital Prefrontal Cortex. Masing-masing sindrom tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Lateral Prefrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit, trauma,

tumor, atau vascular accident. Adapula sindrom yang dapat muncul

adalah :

1) Attention Disorder, gangguan pada selective attention

2) Apathy

3) Dysexecutive Syndrome

4) Gangguan untuk melakukan working memory dan planning behavior

5) Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder yang disebabkan

kerusakan pada bagian left prefrontal

6) Depression, (kerusakan bagian hemisphere kiri)

b. Orbital Prefrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor

dan aneurysms anterior communicating arteri, dan lain-lain. Adapula

sindrom yang dapat muncul adalah :

Page 9: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

9

1) Gangguan Exclusionary aspect, yaitu divided attention

2) Orbirofrontal Hypermotility

3) Criminal Sociopath atau Psycopath

4) ADHD pada anak yang hiperaktif

5) Poor Judgement

6) Disinhibition

7) Emotional Lability

c. Medial Prefrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti

penyakit tumor, dan lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul

adalah :

1) Hypokinesia dan Akinesia

2) Defective Self-monitoring

3) Akinetic Mutism

4) Neurovegetative Deteriorentation

5) Apathy

6) Kesulitan inisiasi dan gangguan kinerja bagian mata atau speech

movements

4. Gangguan perilaku berhubungan dengan Prefrontal cortex

Masalah perilaku diasosiasikan pada kerusakan frontal lobe dapat

diklasifikasikan secara kasar menjadi 5 kelompok yang dapat tumpang-

tindih :

a. Problems of starting

Muncul dalam bentuk penurunan spontanitas, penurunan produktivitas,

penurunan rata-rata perilaku yang dilakukan, atau menurun atau

hilangnya inisiatif.

b. Difficulties in making mental or behavioral shifts.

Permasalahan yang dapat terjadi ada pada atensi, perubahan

gerakan, atau fleksibilitas dalam sikap, berada dalam lingkup

perseveration atau rigidity (kekakuan). Perseveration merujuk pada

perpanjangan yang berulang atau melanjutkan suatu aksi atau

Page 10: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

10

aktivitas bersekuens, atau pengulangan pada respon yang sama atau

mirip pada variasi pertanyaan, tugas, atau situasi.6

c. Problems in stopping

Pada kegiatan berhenti atau memodulasi perilaku yang sedang

dilakukan- mucul dalam bentuk impulsivitas, reaksi berlebihan,

disinhibisi, dan kesulitan menahan respons yang salah atau yang tidak

diinginkan, khususnya ketika respon itu memiliki nilai asosiasi yang

kuat atau merupakan bagian dari rantai suatu respon.

d. Deficient self-awareness

Menghasilkan ketidakmampuan untuk mempersepsi kinerja yang

salah(error), untuk mengapresiasi dampak yang dibuat pada orang

lain, untuk mengukur situasi social dengan baik/cocok, dan untuk

berempati pada orang lain .

e. A congrete attitude

Hilangnya sikap abstrak hal ini menunjukkan ketidakmampuan

seseorang untuk memisahkan diri dari lingkungan yang

mengelilinginya dalam sikap lateral dimana objek, pengalaman, dan

perilaku termasuk pada nilai yang jelas. Pasien menjadi tidak mampu

untuk merencanakan dan meramalkan atau mempertahankan perilaku

mencapai tujuan(goal-directed behavior). 6

C. Respon Otak Terhadap Stress

1. Otak dan Stress

Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan

fungsi tubuh,homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu

tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi,

ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak terbentuk dari dua jenis sel:

yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi

neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik

yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan

neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai

Page 11: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

11

macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini

dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter

paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada

antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.7

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan

oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini

terutama berakhir pada regiostriata ganglia basalis. Pengaruh dopamin

biasanya sebagai inhibisi.8 Serotonin disekresikan oleh nukleus yang

berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi disebahagian besar

daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan

menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat jaras

rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf

yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak

seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur.8 Serotonin berasal

dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan

perangsang kontraksi otak polos.

Menurut Rippetoe-Kilgore, Stress adalah kondisi yang dihasilkan ketika

seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang kemudian merasakan

suatu pertentangan, apakah itu riil ataupun tidak, antara tuntutan situasi

dan sumber daya system biologis, psikologis dan sosial, dalam terminologi

medis, stress akan mengganggu system homeostasis tubuh yang

berakibat terhadap gejala fisik dan psikologis. Mekanisme tubuh secara

fisik dan emosional untuk mempertahankan kondisi fisik yang optimal

disebut General adaptation syndrome (GAS). 7

General adaptation syndrome(GAS) terdiri dari 3 fase, yaitu :

a. Waspada (alarm reaction/reaksi peringatan)

Respons Fight or flight (respons tahap awal) tubuh kita bila

bereaksi terhadap stress, stress akan mengaktifkan sistem syaraf

simpatis dan sistem hormon tubuh kitaseperti kotekolamin, epinefrin,

norepinefrine, glukokortikoid, kortisol dan kortison. Sistem

hipotalamus-pituitary-adrenal (HPA) merupakan bagian penting dalam

sistem neuroendokrin yang berhubungan dengan terjadinya stress,

hormon adrenal berasal darimedula adrenal sedangkan kortikostreroid

dihasilkan oleh korteks adrenalHipotalamusmerangsang hipofisis,

Page 12: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

12

kemudian hipofisis akan merangsang saraf simpatis yang

mempersarafi :

1) Medula adrenal yang akan melepaskan norepinefrin dan epinefrin;

2) Mata menyebabkan dilatasi pupil;

3) Kelenjar air mata dengan peningkatan sekresi;

4) Sistem pernafasan dengan dilatasi bronkiolus, dan peningkatan

pernafasan;

5) Sistem Kardiovaskular (jantung) dengan peningkatan kekuatan

kontraksi jantung,peningkatan frekwensi denyut jantung, tekanan

darah yang meningkat;

6) Sistem Gastrointestinal (lambung dan usus), motilitas lambung

dan usus yangberkurang, kotraksi sfingter yang menurun;

7) Hati, peningkatan pemecahan cadangan karbohidrat dalam bentuk

glikogen(glikogenolisis) dan peningkatan kerja glukoneogenesis,

penurunan sintesaglikogen. Sehingga gula darah akan meningkat

di dalam darah;

8) Sistem Kemih terjadi peningkatan motilitas ureter, kontraksi otot

kandung kemih,relaksasi sfingter;

9) Kelenjar keringat, peningkatan sekresi;

10) Sel lemak, terjadi pemecahan cadangan lemak (lipolisis)

b. The Stage of resistance(Reaksi pertahanan)

Reaksi terhadap stressor sudah melampaui batas kemampuan

tubuh, timbul gejala psikis dan somatik.Individu berusaha mencoba

berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan

pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatur stresor,

tubuhakan berusaha mengimbangi proses fisiologi yang terjadi pada

fase waspada, sedapatmungkin bisa kembali normal, bila proses

fisiologis ini telah teratasi maka gejala stressakan turun, bila stresor

tidak terkendali karena proses adaptasi tubuh akan melemah

danindividu akan tidak akan sembuh.

c. Tahap kelelahan

Pada fase ini gejala akan terlihat jelas. Karena terjadi

perpanjangan tahap awal stress yang telah terbiasa, energi penyesuaian

sudah terkuras, individu tidak dapat lagimengambil dari berbagai sumber

Page 13: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

13

untuk penyesuaian, timbullah gejala penyesuaianseperti sakit kepala,

gangguan mental, penyakit arteri koroner, hipertensi, dispepsia(keluhan

pada gastrointestinal), depresi, ansietas, frigiditas, impotensia. Dalamhal

ini stress akan merangsang pusat hormonal di otak yang bernama

hipotalamus (rajaendokrin).

2. Sistem Limbik

Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala

dan hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi.

Istilah limbik digunakan untuk menjelaskan struktur tepi sekeliling regio

basal serebrum, dan pada perkembangan selanjutnyadiperluas artinya

keseluruh lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan

dorongan motivasional.

Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur

berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi

internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan

untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini

secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat

pengaturannya dengan perilaku.7

3. Hipotalamus

Hipotalamus merupakan daerah pengatur utama untuk sistem

limbik, berhubungan dengan semua tingkat limbik. Hipotalamus berfungsi

untuk mengatur keseimbangan air, suhu tubuh, pertumbuhan tubuh, rasa

lapar, mengontrol marah, nafsu, rasa takut, integrasi respons syaraf

simpatis, mempertahankan homeostasis. Bila syaraf simpatis terangsang

maka denyut nadi dan jantung akan meningkat, aliran darah ke jantung,

otak, dan ototpun meningkat, sehingga tekanan darah pun akan ikut

terpengaruhi, pemecahan gula di hati meningkat sehingga gula darah ikut

meningkat di darah. Kortisol yang dikeluarkan oleh korteks adrenal karena

perangsangan hipotalamus, menyebabkan rangsangan susunan syaraf

pusat otak. Tubuh waspada dan menjadi sulit tidur (insomnia). Kortisol

merangsang sekresi asam lambung yang dapat merusak mukosa lambung

sehingga menurunkan daya tahan tubuh.8

Page 14: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

14

D. Interaksi Antara Sistem Syaraf dan Sistem Imun

Studi epidemiologi mengindikasikan bahwa factor psikososial adalah

berpengaruh kuat dan independen berkaitan dengan perkembangan penyakit

arteri koroner (CAD) dan meningkatkan resiko disfungsi jantung dan peristiwa

jantung. Itu sudah diusulkan bahwa stress mental di setiap hari kehidupan

adalah hal penting yang menentukan perjalanan iskemi. Stres psikologi akut

disebabkan oleh stress emosi jangka pendek dan kemarahan yang intens.

Stres psikologi kronik disebabkan oleh status sosioekonomi rendah, stress

pekerjaan, tarikan kronis, isolasi social, tekanan, kecemasan dan

permusuhan. 9

Mekanisme tubuh dalam menanggapi stress secara biologis dikenal

karena adanya sistem yang sangat erat dengan berjalannya interaksi

neuroendokrin dan respon imun. Manajemen sel, dalam arti pengelolaan sel

dengan berjalannya fungsi sel-sel tubuh secara benar dan terjalinnya

komunikasi antar sel lancar, memungkinkan fungsi optimal jaringan dan organ

tubuh guna menanggapi adanya stress atau perubahan lingkungan dari dalam

maupun luar tubuh. Pengelolaan dan pengaturan sel sangat diperlukan

mengingat bahwa tubuh manusia tersusun dari bertrilyun-trilyun sel

sedangkan sel pengatur terbatas jumlahnya, seperti tubuh manusia

diperkirakan mempunyai 100 milyar limfosit, otak terdiri dari lebih kurang 100

milyar sel neuron, dan jaringan endokrin pankreas hanya ada sekitar 2 juta

sel. Interaksi sel berjalan dengan melibatkan banyak system endokrin seperti

aksis Hipotalamus-Hipofise-Tiroid (HHT), Hipotalamus-Hipofise-Adrenal

(HHA), Hipotalamus-Hipofise- Gonade (HHG). Ditemukan bukti bahwa

hormon endokrin tersebut mempunyai peranan pengaturan fungsi elemen-

elemen sistem imun seperti limfosit, makrofag, mast cell, dsb.9

Interaksi imunoneuroendokrin dapat berjalan dengan adanya: hubungan

sel ke sel, persarafan (inervasi) dan komunikasi humoral. Secara tradisionil

sel-sel jaringan dan organ (alat tubuh) terbagi atas sel stromal dan sel

parenkhimal. Sel-sel stromal berhubungan dengan sel elemen parenkhim

sehingga memunculkan adanya regulasi fungsi yang khusus dari jaringan dan

organ tubuh). Regulasi antar sel dimungkinkan karena adanya molekul-

molekul adhesi yang mampu menyalurkan sinyal pemacu ataupun sinyal

penghambat yang dikenal sebagai interaksi ITAM (Immunoreceptor Tyrosine-

Page 15: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

15

based Activation Motifs) dan ITIM (Immunoreceptor Tyrosine-based Inhibitory

Motifs). Motif-motif ini memungkinkan adanya proses fosforilasi dan

defosforilasi dari molekul-molekul pembawa sinyal (signal transducing

molecules).10

Ditemukan bahwa beberapa reseptor dapat bekerja pada sel yang sama

dengan berbagai mekanisme atau dikenal sebagai receptors crosstalk

phenomenon. Beberapa reseptor dalam sistem imun dan reseptor hormon

endokrin dihubungkan oleh molekul ligand yang sama untuk membawa sinyal

pemacu ke sel, dalam hal ini mutasi gena untuk mengatur alur persinyalan

dapat memperpanjang life span.10

Mekanisme silang ini hanya dapat berjalan bila konsentrasi ligand

optimal, konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi tidak memungkinkan

berjalannya mekanisme tersebut. Sistem saraf pusat mempunyai kapasitas

untuk mengirimkan sinyal ke seluruh jaringan dan organ tubuh termasuk

elemen imun seperti timus, limpa dan organ limfoid juga mendapat.10

Mast cell dan limfosit mendapat persarafan yang dapat dibuktikan

dengan tumbuhnya sinapsis serabut saraf pada kultur sel. Serabut-serabut

saraf ini mempunyai kemampuan untuk membawa mediator secara cepat dan

spesifik yang memungkinkan adanya reaksi spontan guna menginisiasi

terjadinya peradangan. Pada respon fase akut terjadi pelepasan masif dari

katekholamin yang dikenal sebagai ”sympathetic outflow”, yang merupakan

regulasi penting dalam reaksi pertahanan emergensi dari sebuah stress.

Komunikasi sel secara humoral dilaksanakan dengan substansi liquid seperti:

hormon, sitokin, neurotransmitter dan neuropeptida.

1. Hormon

Substansi kimiawi yang diproduksi dalam tubuh oleh organ tubuh

atau sel organ tubuh atau sel-sel yang tersebar dalam tubuh. Substansi ini

mempunyai efek pengaturan aktivitas organ tubuh atau sekumpulan organ

tubuh atau sel-sel dalam jaringan tubuh. 11

2. Sitokin

Protein regulator dengan berat molekul yang rendah (kurang dari 30

kDa) yang disintesa oleh sel darah putih atau sel-sel lain dalam tubuh dan

mempunyai pengaruh dalam perkembangan sistem imun (Goldsby, et al.,

2003). Struktural sitokin terbagi dalam 4 kelompok: famili hematopoietin

Page 16: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

16

atau interleukin (IL), famili interferon (IFN), famili khemokin, dan family

tumor necrosis factor (TNF). 11

3. Neurotransmitter

Substansi kimiawi yang dihasilkan sel neuron kemudian

didistribusikan ke akson dan sinapsis (Pollard, et al., 2008), termasuk

dalam pengertian ini adalah: asetilkholin, GABA & glutamat, amine

biogenik, glisin, dan serotonin. Amine biogenik dalam neurotransmitter

adalah sama dengan hormon yang berstruktur amine biogenik, dalam hal

ini adalah senyawa katekholamin seperti dopamin, noradrenalin dan

adrenalin. Dalam mekanisme kerjanya senyawa amine biogenik

memerlukan adanya reseptor di membran, yang dikenal sebagai

adrenergic receptors baik yang bertipe alfa maupun beta. Beberapa sel

dalam sistem imun mempunyai reseptor adrenergik tipe beta.12

4. Neuropeptida

Senyawa yang tersusun atas rangkaian asam amino dan dapat

ditemukan di serabut saraf (Berczi, 2001). Senyawa ini meliputi substansi P

(SP), calcitonin gene related peptide (CGRP), somatostatin, vasoactive

intestinal peptide (VIP) dan pituitary adenylate cyclase activating peptide

(PACAP). Reseptor terhadap neuropeptida ini dapat ditemukan pada

limfosit T, limfosit B, mast cell, makrofag, monosit dan sel-sel dari sumsum

tulang. Sitokin yang pada awalnya hanya ditemukan pada sistem imun saat

ini sudah dibuktikan juga disintesa dalam jaringan lain, termasuk jaringan

sistem neuroendokrin.13

5. Respon imunitas natural

Respon ini dikenal beberapa sel yang sangat spesifik, seperti Sel NK,

Sel T dan limfosit B CD5+ yang memproduksi antibodi natural. Reseptor

antigen dalam sel-sel imunitas natural tidak terpengaruh oleh adanya

mutasi somatik. Dalam fungsinya imunitas natural diatur oleh sitokin dan

hormon, sebagai contoh regulasi sel NK dimediasi oleh IL-2, IFNγ, prolaktin

dan GH. Secara fundamental antibodi natural bersifat polispesifik.14

6. Respon imunitas adaptif

Diinisiasi oleh aktivitas APC (antigen presenting cell) yang akan

menstimuli limfosit T kemudian berakhir dengan terpacunya limfosit B untuk

memproduksi antibodi yang spesifik. Reseptor antigen pada respon

Page 17: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

17

imunitas adaptif ini terpengaruh oleh mutasi somatik. Dengan adanya

proses seleksi selsel yang terlibat maka respon imunitas adaptif ini

mempunyai spesifisitas yang tinggi. Antigen dapat berasal dari eksternal

maupun internal, peran antigen MHC kelas I dan II sangat membantu

proses pemilihan sel-sel efektor. Untuk dapat penuhnya penampilan kinerja

limfosit diperlukan tambahan ”costimulatory signals”.14

Dalam hal ini hormon-hormon sangat kapabel dalam memudahkan

penghantaran sinyal dari membran sel ke nukleus limfosit. Hormon tiroid

dan beberapa steroid mengendalikan faktor transkripsi nuklear dan mampu

mengatur sinyal ke tingkat nukleus limfosit. Kortisol sangat efektif dalam

penghambatan reaktivitas limfosit sampai pada kemampuan untuk induksi

program kematian sel (programmed cell death = PCD).14

Katekholamin mempunyai kemampuan pengaturan ion Ca++,

nukleotida siklis dan beberapa enzim. Hormon-hormon ini dapat disintesa

secara lokal dalam jaringan sistem imun dengan aksi autokrin maupun

parakrin. Untuk penyempurnaan kinerja, stimulus mitogenik ke limfosit

dibawakan oleh sitokin. Respon sitokin tipe Th1 (cell mediated immunity)

terutama dilaksanakan oleh IL-2 dan IFNα, sedangkan respon sitokin tipe

Th2 (humoral immunity) dilaksanakan oleh IL-4, 5, 6 dan 10. Secara klasik

respon antibodi primer selalu diawali dengan kemunculan IgM, yang diikuti

perpindahan kelas imunoglobulin (class switching) ke IgG, IgA dan IgE.14

7. Respon fase akut

Reaksi pertahanan yang terkoordinasi tingkat tinggi dalam berbagai

segi. Antibodi natural dan protein produk hepar meningkat dengan cepat

sampai lipat ratusan kali, sedangkan respon imunitas adaptif sangat

tertekan. Sitokin IL-1, IL-6 dan TNFα menginisiasi reaksi dengan aktivasi

lekosit dan sistema nervorum sentral, demikian juga aktivitas aksis HHA

terpacu dengan kenaikan cepat CRH, ACTH, dan kortisol. Kadar GH dan

prolaktin dalam sirkulasi meningkat cepat dan kemudian dengan cepat pula

kembali ke kadar normal bahkan sering sampai subnormal. Konversi T4 ke

T3 terhambat, demikian juga hormon seks tersupresi. Kortisol dan

katekholamin mampu mengefektifkan produksi protein fase akut sehingga

kadar di plasma meningkat sampai maksimal dalam 1-2 hari. Pada respon

Page 18: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

18

ini IL-6 meningkat nyata dan akan memacu produksi protein fase akut di

hepar. 14

Peningkatan molekulmolekul pertahanan polispesifik berpotensi untuk

mengefisiensikan proses berikut yang berupa pertahanan yang lebih

spesifik. Imunokonversi selama respon fase akut, dari mode adaptif ke

mekanisme imunitas natural, akan meningkatkan katabolisme dalam otot

skelet dan jaringan lain terutama lemak. Hal ini merupakan upaya terakhir

dalam mekanisme pertahanan tubuh pada situasi yang kritis. Dengan

demikian maka respon fase akut ini dapat dikatakan sebagai mekanisme

patofisiologi dimana aktivitas metabolisme berbagai jaringan dan organ

tubuh diatur secara ketat, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai

”allostasis”, hal yang lain untuk membedakan dengan homeostasis.14

E. Peran Korteks Pre Frontal dalam Psikoneuroimunologi

Psikoneuroimunologi (PNI) adalah ilmu yang mempelajari hubungan

antara stress, system imun dan kesehatan. Bukti mengesankan adanya

hubungan antara sistem imun, system saraf pusat (CNS) dan system

endokrin, yang mana system ini dapat dipengaruhi oleh factor social dan

psikologi.5

Prefrontal Cortex area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal,

lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi

neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention,

personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih

tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Fungsi

eksekutif juga dilakukan oleh daerah Prefrontal Cortex, yaitu berhubungan

dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling

bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama

dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju

tujuan yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan

"kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak

ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial).6

Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan,

memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua

kegiatan sistem syaraf yang ada. Prefrontal cortex berfungsi memberi

informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut

Page 19: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

19

sehingga berguna untuk membentuk penilaian. Kemudian secara konstan

berisi representasi aktif pada working memory, sebagaimana representasi

tujuan dan konteks. Sayangnya, prefrontal cortex yang merupakan salah satu

daerah yang paling penting dalam otak, juga salah satu yang paling rentan

terhadap cedera.6

Mekanisme peningkatan ketahanan tubuh secara psikoeuroimunologi

dapat dilihat dengan menghubungkan perubahan yang terjadi pada hormon

dan neuropeptida yang melibatkan faktor kondisi kejiwaan (strees) dalam

mekanisme perubahan ketahanan tubuh. Kondisi kejiwaan tersebut

digambarkan sebagai status emosi yang mencerminkan dasar konsep

kelainan metal. Pada mulanya tidak diketahui dan tidak diharapkan adanya

kaitan antara otak dan sistem kekebalan tubuh.

Sebuah penelitian dari State University of New York membuktikan,

stress memicu kerusakan di bagian otak yang disebut prefrontal cortex. Area

ini dijuluki sebagai bosnya otak, karena memimpin nyaris seluruh fungsi otak,

termasuk mengatur pemikiran abstrak dan analisis kognitif. Prefrontal cortex

juga bertugas menentukan respon dalam menghadapi sesuatu. Jika otak

terus-menerus diterjang stress, area prefrontal cortex akan melemah, begitu

pula dengan memori otak. Kualitas memori otak menurun karena adanya

campur tangan sinyal glutamate yang amat penting dalam menjaga agar

kinerja prefrontal cortex tetap stabil. Seperti dimuat dalam jurnal Neuron, saat

otak mengalami stress, penerimaan sinyal glutamate pun akan melemah dan

menghasilkan proses negatif dalam kinerja otak.15

Stress mungkin mengurangi sebuah kemampuan meniru dan efek

negatif respons neuroendokrin dan pada akhirnya kegagalan fungsi imun.

Peristiwa trauma dapat merusak hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) aksis dan

system saraf simpatis (SNS), merangsang tingkat konsentrasi yang lebih

tinggi dan sakit yang mengancam nyawa termasuk penyakit jantung. Secara

spesifik, peristiwa trauma kehidupan memicu system respons inflamasi jadi

mereaksi lebih cepat stress kehidupan berikutnya dan meningkatkan inflamasi

sebuah peran etiologi dalam banyak penyakit kronis.16

Page 20: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Psikoneuroimunologi mengkaji hubungan interaksi antara sistem imun,

sistem saraf dan psikologis (stess) tubuh.

2. Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian anterior dari lobus frontalis dalam

otak, terletak di depan daerah motor dan premotor. Struktur anatomi

prefrontal cortex meliputi :

a. Orbitofrontal cortex (OFC) berperan pada proses kogntif pengambilan

keputusan

b. Dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) berperan pada pembentukan

niat tindakan, penalaran abstrak, dan pengendalian attensi (perhatian),

penilaian kembali dan penekanan dari pengaruh perasaan negatif.

c. Ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC) berperan pemeliharaan

informasi jangka pendek yang sementara tidak dapat dilakukan dalam

working memory.

3. Fisiologi prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan,

memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua

kegiatan sistem syaraf yang ada. Prefrontal cortex berfungsi memberi

informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut

sehingga berguna untuk membentuk penilaian

4. Mekanisme prefrontal cortex dapat memberikan pengaruh yang sangat

besar dalam fisiologinya baik yang normal maupun yang mengalami

masalah diantaranya Masalah perilaku diasosiasikan pada kerusakan

frontal lobe dapat diklasifikasikan secara kasar menjadi 5 kelompok yang

dapat tumpang-tindih : Problems of starting,Muncul dalam bentuk

penurunan spontanitas, penurunan produktivitas, penurunan rata-rata

perilaku yang dilakukan, atau menurun atau hilangnya inisiatif. Difficulties

in making mental or behavioral shifts. Permasalahan yang dapat terjadi

ada pada atensi, perubahan gerakan, atau fleksibilitas dalam sikap,

berada dalam lingkup perseveration atau rigidity (kekakuan).Problems in

stopping Kesulitan menahan respons yang salah atau yang tidak

diinginkan, khususnya ketika respon itu memiliki nilai asosiasi yang kuat

Page 21: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

21

atau merupakan bagian dari rantai suatu respon. Deficient self-

awarenessMenghasilkan ketidakmampuan untuk mempersepsi kinerja

yang salah(error).A congrete attitudeHilangnya sikap abstrak hal ini

menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk memisahkan diri dari

lingkungan yang mengelilinginya.

5. Stress memicu kerusakan di bagian otak yang disebut prefrontal cortex.

Area ini dijuluki sebagai bosnya otak, karena memimpin nyaris seluruh

fungsi otak, termasuk mengatur pemikiran abstrak dan analisis kognitif.

Prefrontal cortex juga bertugas menentukan respon dalam menghadapi

sesuatu. Jika otak terus-menerus diterjang stress, area prefrontal cortex

akan melemah, begitu pula dengan memori otak.

B. Saran

1. System persyarafan merupakan bagian ilmu yang harus dikuasai karena

perannya yang sangat penting mengingat sebagai pengatur tubuh dalam

melakukan aktifitas, sehingga kita dapat mengetahui apabila terjadi

masalah yang muncul.

2. Trend penyakit yang disebabkan oleh tekanan ( stress ) sangat

berkembang di masa sekarang, Psikoneuroimunologi merupakan cabang

ilmu yang dapat mengaitkan adanya hubungan antara Neuro, Psikologis

dan Imunologi sehingga dapat dijadikan sebuah studi yang ilmiah dalam

mengatasi masalah tersebut.

3. Sebgai khasanah ilmu sebaiknya untuk dijadikan sebagai mata kuliah

khusus mengingat Kesehatan Masyarakat memilki kompetensi preventif

yang besar.

Page 22: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Bratawidjaja, KG.Imunologi dasar Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas, 2000.

2. SM, Kresno.Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Edisi III.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas , 1996.

3. Rifai, Muhaimin.Komponen Imun Sistem. Malang : s.n., 2011

4. Nursalam, Kurniawati Ninuk Dian. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien

Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

5. Prawitasari Johana E. 1997. Psikoneuroimunologi: Penelitian Antar Disiplin

Psikologi, Neurologi, dan Imunologi. Buletin Psikologi, Tahun V, Nomor 2,

Desember 1997, ISSN: 6854-7108

6. W,Park Randolph.1998. Fundamental s of Neural Network Modelling

Neuropsychology and Cognitive Neuroscience. Massachusetts Institute of

Technology

7. Liza.Otak Manusia, Neurotransmitter, dan Stress. Cirebon : Dinas

kesehatan Kabupaten Cirebon, 2010.

8. Guyton, A.C dan Hall, J.E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :

EGC, 1997.

9. Berczi I. 2001 New foundation of biology: Neuroimmune biology. NIB. 1: 3-

45

10. Goldsby RA; Kindt TJ; Osborne BA; & Kuby J. 2003 Immunology, 5th Ed.

W.H. Freeman & Co., New York

11. Delves PJ; Martin SJ; Burton DR; & Roitt IM. 2006 Roitt’s Essential

Immunology, 11th Ed. Blackwell Publishing, Oxford

12. Goshen I; Kreisel T; Ben-Menachem-Zidon O; Licht T; Weidenfelt J; Ben-

Hur T; & Yirmiya R. 2007 Brain interleukin-1 mediates chronic stress

Page 23: Hubungan Psikoneuroimunologi Dan Korteks Pre Frontal Secara Anatomi Dan Fisiologi

23

induced depression in mice via adrenocortical activation and hippocampal

neurogenesis suppression. Mol Psychiatry. Doi:10.1038/sj.mp.4002055

13. Pollard TD; Earnshan WC; & Lippincott-Schwartz. 2008 Cell Biology, 2nd

Ed. Saunders ElSevier, Philadelphia

14. Kurotani R; Yasuda M; Oyama K; Egashira N; Suagaya M; Teramoto A; &

Isamura RY. 2001 Expression of interleukin-6, IL-6 R (gp80), and the

receptor’s signal-transducing subunit (gp130) in human normal pituitary

glands and pituitary adenomas. Mod Pathol. 14(8): 791-7

15. Amy F. T. Arnsten 2009. Stress signalling pathways that impair prefrontal

cortex structure and function. Macmillan Publishers Limited

16. Djanggan sargowo 2010. Penelitian psikoneuroimunologi: apakah stress

mempengaruhi imunitas dan menyebabkan penyakit arteri koroner?