hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita skripsi 2

Upload: rezi-amalia-putri

Post on 04-Nov-2015

124 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Skripsi

TRANSCRIPT

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

SKRIPSI

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai

Pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

REZI AMALIA PUTRI

No.BP.1110312003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

SKRIPSI

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai

Pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

REZI AMALIA PUTRI

No.BP.1110312003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

SKRIPSI

Oleh :

REZI AMALIA PUTRI

No. BP. 1110312003

Telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi Fakultas Kedokteran Unand

Pembimbing Skripsi

NamaJabatanTanda tangan

Dr.dr.H.Masrul,Msc.Sp.GKPembimbing I

Drs.Adrial,M.KesPembimbing II

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

SKRIPSI

Oleh :

REZI AMALIA PUTRI

No. BP. 1110312003

Telah dipertahankan didepan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada Tanggal 08 April 2015

Penguji Skripsi

NamaJabatanTanda tangan

Prof. Dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc, PhD, SpGK

Penguji I

Dr. Rahmi Lestari, SpAPenguji II

Dr.Edison, MPHPenguji III

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini merupakan kewajiban setiap mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu syarat menjadi Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis memilih judul Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Nelayan di Kota Padang.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK. Staf pengajar, dan seluruh Civitas Akademika FK UNAND, yang telah membantu penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteran ini.

2. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan dorongan semangat mulai dari pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs.Adrial, M.kes selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan dorongan semangat mulai dari pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini.

4. Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc. PhD. Sp.GK selaku penguji I yang juga ikut memberikan masukan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Rahmi Lestari, Sp.A selaku penguji II yang juga ikut memberikan masukan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.6. dr. Edison, MPH selaku penguji III yang juga ikut memberikan masukan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Endrinaldi, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, perhatian, saran, arahan, dan nasehat bagi penulis dalam menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ini.8. Bapak pimpinan, staf pengajar, dan seluruh Civitas Akademika FK UNAND yang telah membantu penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteran ini.

9. Ayahanda Zulkifli, Ibunda Gusneti tersayang yang selalu ada dan senantiasa memberikan doa, bimbingan, semangat dan kesabaran yang tidak ada batasnya.

10. Teman-teman dari NEURO11 yang telah mengarahkan dan sangat membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini.

Semoga usaha, bimbingan, bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang telah diberikan tidak akan sia-sia, hanya Allah Yang Maha Tahu dan memberi balasan yang berlipat ganda serta limpahan rahmat pada kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kekurangan yang ada, penulis hanya bisa mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis sendiri.

Padang, April 2015

Penulis

ABSTRACT

THE ASSOCIATION BETWEEN

CARE PRACTICE WITH NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN

AT THE FISHERMANS FAMILY IN PADANG

By

REZI AMALIA PUTRI

1110312003

Toddlerhood is a period of rapid growth and development called golden age, thus require optimal nutrition. Role of mother is very dominant in nurture and educating children that will affect the children, especially children's nutritional status. Fishermans family are families with low economically and educationally, so less optimal for nutrition and care of their toddler to meet the needs of growth and development of toddlers.This cross-sectional study was to aim the relation of care practices with nutritional status in children at the fishermans family in Padang, followed by 140 mothers from 140 children age 12-60 months old. Care practices was measured by interviewing the mother using questionnaire. Nutritional status was determined by measuring body weight/body height according to WHO growth chart.This study showed 91.4% children were normal nutritional status, 8.6% children were undernutrition. This study also found 67.1% children with good care for nutrition, 97.1% with good care for health and 51.4% with low care for psychosocial. There was no significant relation between care for nutrition, health and psychosocial with nutritional status. From this study we suggested the mother to maintain and improve nutritional status of children, and support in fulfilling socialization and education of early childhood associated with cross-sector.Keywords : care practices, nutritional status, toddler.ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

PADA KELUARGA NELAYAN DI KOTA PADANG

Oleh

REZI AMALIA PUTRI

1110312003

Balita merupakan masa tumbuh kembang yang sangat cepat, disebut dengan masa keemasan (golden age), sehingga membutuhkan gizi yang optimal. Peran ibu sangat dominan dalam mengasuh dan mendidik anak yang berpengaruh terhadap pertumbuhan khususnya status gizi anak. Keluarga nelayan merupakan keluarga dengan golongan ekonomi dan pendidikan yang rendah, sehingga kurang optimal dalam asupan nutrisi dan pengasuhan terhadap balitanya untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya. Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di Kota Padang dilakukan dengan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 140 ibu dengan 140 anak berumur 12-60 bulan. Ibu sebagai responden diwawancarai dengan menggunakan kuesioner. Status gizi balita diukur dengan indikator berat badan/tinggi badan (BB/TB) dan diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi status gizi dari WHO. Hasil penelitian menunjukkan 91.4 % balita memiliki status gizi normal, 8.6% balita memiliki status gizi kurang. Berdasarkan pola asuh makan, terbanyak pada kategori baik (67.1%). Berdasarkan pola asuh kesehatan, terbanyak pada kategori baik (97.1%). Pola asuh psikososial, terbanyak pada kategori rendah (51.4%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh makan, kesehatan, dan psikososial dengan status gizi. Dari hasil penelitian ini diharapkan ibu mempertahankan dan meningkatan status gizi anak dan memberi dukungan dalam memenuhi sosialiasi dan pendidikan balita dengan lintas sektor terkait.

Kata Kunci : Pola asuh, status gizi, balita

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.

Abstract

Abstrak

Daftar Isi.........................................................................................................

Daftar Tabel...............................................................................................Daftar Gambar..............................................................................................

Daftar Singkatan...

Daftar Lampiran...ivviiviiiixxixiixiiixiv

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................1.3.1 Tujuan Umum................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................

1.4.1 Manfaat Teoritis.

1.4.2 Manfaat Praktis..

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat...1

4

445

556

6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi...................................................................................2.1.1Pengertian Status Gizi.........................................

2.1.2Penilaian Status Gizi....................................................

2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Status Gizi........................

2.2.1 Faktor Langsung.

2.2.2 Faktor Tidak Langsung...............

2.2.2.1 Ketahanan Pangan di Keluarga................

2.2.2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan.

2.2.2.3 Pola Pengasuhan............................................7

7

7

19

19

20

20

20

20

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konseptual Penelitian.............................................3.2Hipotesis Penelitian.................................................................3131

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian...........................................................................4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................

4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel..................

4.2.1 Populasi Penelitian.........................................................

4.2.2 Sampel Penelitian...........................................................

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel..........................................

4.4 Variabel Penelitian......................................................................

4.5 Instrumen Penelitian...................................................................

4.6 Prosedur Pengumpulan Data...................................................

4.6.1 Data Primer....................................................................

4.6.2 Data Sekunder............................

4.7 Teknik pengolahan dan Analisis Data....

4.7.1 Pengolahan Data.............................................................

4.7.2 Analisis Data..................................................................3232323232333437373739393939

BAB VHASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum........................................................................

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.5.1.2 Karakteristik Responden...............

5.1.2.1 Karakteristik Ibu.......................

5.1.2.2 Karakteristik Balita..

5.1.3 Gambaran Pola Asuh Makan....................

5.1.4 Gambaran Pola Asuh Kesehatan..

5.1.5 Gambaran Pola Asuh Psikososial

5.1.6 Status Gizi Anak Usia 1-5 Tahun Berdasarkan Indeks BB/TB..............................................................................

5.2 Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita41414243444545454546

BAB VIPEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden.............................................................

6.1.1 Karakteristik Ibu...................................

6.1.2 Karakteristik Balita...

6.2 Status Gizi...

6.3 Pola Asuh................................................

6.3.1 Pola Asuh Makan..

6.3.2 Pola Asuh Kesehatan

6.3.3 Pola Asuh Psikososial...

6.4 Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita...

6.5 Keterbatasan Penelitian..48484950515151525255

BAB VIIPENUTUP

10.1 Kesimpulan .

10.2 Saran....5656

DAFTAR PUSTAKA.............LAMPIRAN...5862

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Klasifikasi KEP Menurut Gomez..........................................

Tabel 1.2Klasifikasi Status Gizi Menurut Wellcome Trust..................Tabel 1.3Klasifikasi Status Gizi Menurut Waterlow............................

Tabel 1.4Klasifikasi KEP Menurut Jelliffe...........................................

Tabel 1.5Klasifikasi KEP Menurut Bengoa.........................................Tabel 1.6Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya

Antropometri, 1975 serta Puslitbang Gizi, 1978...

Tabel 1.7Klasifikasi Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999..

Tabel 1.8Klasifikasi Menurut cara WHO.

Tabel 2.1Pengukuran Makanan Balita..

Tabel 5.1 Distribusi responden ibu berdasarkan karakteristik umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan jumlah anak

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin balita...

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi umur balita

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pola asuh makan....

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pola asuh kesehatan...

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pola asuh psikososial.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB

Tabel 5.8 Hubungan pola asuh makan dengan status gizi balita...

Tabel 5.9 Hubungan pola asuh kesehatan dengan status gizi balita..

Tabel 5.10 Hubungan pola asuh psikososial dengan status gizi balita16

17

17

17

18

18

19

19

25

4344

44

4545

45

4546

4647

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Konseptual Model Yang Menentukan Tumbuh Kembang Anak oleh UNICEF..30

DAFTAR SINGKATAN

ASI

= Air Susu Ibu

BB/U

= Berat Badan per Umur

BB/TB

= Berat Badan per Tinggi Badan

BGM

= Bawah Garis Merah

HOME

= Home Observation for Measurement of the Environment

IMD

= Inisiasi Menyusu Dini

ISPA

= Infeksi Saluran Nafas Akut

KEP

= Kekurangan Energi Protein

LK

= Lingkar Kepala

LLA/U

= Lingkar Lengan Atas per Umur

MDGs

= Millenium Development GoalsMP-ASI= Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PCM

= Protein Calori MalnutritionPSG

= Pemantauan Status Gizi

TB/U

= Tinggi Badan per Umur

WHO

= World Health OrganizationWHO-NCHS= World Health Organization-National Centre for Health StatisticsDAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan Tabel Penelitian

Lampiran 2. Surat Pernyataan Persetujuan..

Lampiran 3. Informed Consent.Lampiran 4. Kuesioner.

Lampiran 5. Analisa Data Penelitian.......6265

66

67

78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Gizi merupakan salah satu masalah penting yang harus diperhatikan karena salah satu penyebab kematian pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi dan balita. Diperkirakan sepertiga dari kematian di antara anak di bawah usia 5 dikaitkan dengan masalah gizi. Gizi menempatkan anak-anak lebih berisiko dari kematian dan penyakit parah karena kekurangan gizi melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terserang infeksi umum, seperti pneumonia, diare, malaria, HIV/ AIDS dan campak (Unicef, 2013).

Kasus gizi buruk banyak terjadi pada kelompok balita sehingga dikatakan sebagai kelompok rentan karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang pesat di mana memerlukan zat gizi yang optimal. Saat ini masalah kesehatan dan gizi diprioritaskan untuk kelompok yang rentan yaitu balita karena pada masa tersebut merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang. Pada masa ini proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat disebut dengan masa keemasan (golden age), di mana pada masa ini otak berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Balita yang sedang mengalami proses pertumbuhan dengan pesat, memerlukan asupan zat makanan relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik dan bergizi (Sutomo 2010 dalam Adriani, 2011).

Masalah gizi pada balita masih merupakan tantangan yang harus diatasi dengan serius, diantaranya masalah gizi kurang dan buruk serta balita pendek. Gizi buruk pada 1000 hari pertama kehidupan anak akan memberikan dampak yang bersifat irreversible (Unicef, 2013). Dampak masalah gizi pada usia dini berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak seperti meningkatnya kematian balita, kecerdasan yang rendah, keterbelakangan mental, ketidakmampuan berprestasi, produktivitas yang rendah di mana mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) (Depkes, 2000).

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang berdasarkan BB/TB pada tahun 2013 di lndonesia adalah 5,3 %. Di Sumatera Barat, prevalensi gizi buruk 0,9% dan gizi kurang 5%. Di kota Padang, berdasarkan data prevalensi status gizi balita (BB/TB) Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012, gizi buruk 3,38%, gizi kurang 6,64%, dan gizi lebih 10,99%. Kecamatan Padang Selatan merupakan kecamatan dengan angka gizi kurang tertinggi di kota Padang, yaitu 9,00%. Kecamatan Padang Selatan merupakan kecamatan yang terletak pada pemukiman keluarga nelayan.

Rosegrant, et al pada the International Food Policy Food Research Institute mengatakan terdapat lima faktor yang berhubungan dengan terjadinya malnutrisi dalam masa kanak-kanak, yaitu asupan energi rata-rata dari makanan, tingkat pendidikan ibu, ketersediaan air bersih, bagian anggaran total pengeluaran publik yang ditentukan untuk tujuan sosial (pendidikan, kesehatan), dan berdomisili di Asia Selatan (Gibney dkk, 2009). Engle, Menon dan Haddad (1997) menambahkan faktor ketersediaan sumber daya keluarga seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, pola pengasuhan, sanitasi dan penyehatan rumah, ketersediaan waktu serta dukungan ayah, sebagai faktor yang memengaruhi status gizi. Pola pengasuhan turut berkontribusi terhadap status gizi anak diantaranya pola asuh makan, pola asuh kesehatan dan pola asuh psikososial. Peran ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas. Pola asuh yang diterapkan oleh ibu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak khususnya status gizi anak (Zulfadli, 2012).

Santoso (2005), menyatakan bahwa pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak.

Dari data Riskesdas 2010 terlihat status gizi pada balita berdasarkan pekerjaan kepala keluarga dan prevalensi gizi kurang tertinggi adalah pada keluarga petani, nelayan atau buruh yaitu dengan prevalensi 15,2 %. Kondisi gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat dan di setiap sudut dunia. Namun, keadaan tersebut banyak terdapat pada kelompok kecil di negara berkembang (Gibney dkk, 2009).

Keluarga nelayan dalam struktur masyarakat Indonesia merupakan lapisan masyarakat yang menempati posisi terendah dan paling miskin dibandingkan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan lainnya. Faktor rendahnya pendidikan, keterampilan, ketiadaan modal menyebabkan nelayan menjadi kelompok yang semakin terpinggirkan. Hal ini diperkuat oleh temuan Sinaga (1982), Sinaga dan Simatupang (1987) yang menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi nelayan pantai di Jawa masih sangat memprihatinkan, pendidikan sangat rendah, bahkan sekitar 38% nelayan masih buta huruf dan 58% istri nelayan buta huruf. Karena rendahnya pendidikan ibu dan miskinnya keluarga nelayan mengakibatkan kurang optimalnya asupan nutrisi dan pengasuhan ibu terhadap balitanya untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang balita sebagaimana mestinya (Zid, 2011).

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pernyataan berikut :

1. Bagaimana pola asuh balita pada keluarga nelayan di kota Padang?

2. Bagaimana distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang?

3. Bagaimana hubungan pola asuh dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan pola asuh dengan status gizi pada keluarga nelayan di kota Padang.1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui distribusi status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

2. Mengetahui pola asuh pemberian makanan pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

3. Mengetahui pola asuh kesehatan pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

4. Mengetahui pola asuh stimulasi psikososial pada balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

5. Mengetahui hubungan pola asuh pemberian makanan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

6. Mengetahui hubungan pola asuh kesehatan dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.

7. Mengetahui hubungan pola asuh stimulasi psikososial dengan status gizi balita pada keluarga nelayan di kota Padang.1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya mengenai status gizi balita dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga nelayan, dan juga merupakan bahan masukan bagi peneliti yang berminat pada bahasan yang sama.1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan dan informasi bagi pelayan kesehatan mengenai status gizi guna perencanaan peningkatan derajat kesehatan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status gizi balita pada keluarga nelayan, sehingga masyarakat lebih meningkatkan pengasuhan kepada anak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, seperti menghasilkan energi. Keadaan gizi terlihat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

Status gizi seseorang dinilai dengan mengumpulkan informasi mengenai pasien dari beberapa sumber. Skrinning nutrisi, riwayat kesehatan pasein, temuan pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium dapat digunakan sebagai informasi untuk menentukan kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pasien (A.C Ross, dkk, 2014).

2.1.2 Penilaian Status Gizi

Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian status gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan untuk penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, dkk, 2002).

a. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1). Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, dkk, 2002).

2). Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, dkk, 2002).

3). Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa, dkk, 2002).

b. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1). Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk surveiklinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, dkk, 2002).

2). Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk mendeteksi kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, dkk, 2002).

3). Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penetuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness) (Supariasa, dkk, 2002).

4). Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

c.Pengertian Antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).

d. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi dari beberapa parameter disebut Indeks Antropometri (Supariasa, dkk, 2002). Status gizi merupakan bagian dari pertumbuhan anak. Untuk menilai pertumbuhan fisik anak sering digunakan ukuran-ukuran antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :

a). Tergantung umur

(1). Umur

Umur merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyababkan kesalahan pada interpretasi status gizi. Hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Perhitungan umur dihitung dalam bulan penuh. Ketentuannya 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari (Depkes 2004 dalam Lestari, 2013)

(2). Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi lagi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Soetjiningsih, 1995).

(3). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa, dkk,2002).

(4). Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua yang terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi, tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi pesat kembali (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun. Keuntungan indikator TB ini adalah pengukurannya objektif dan dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting), sebagai perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif, seperti terhadap berat badan (BB) dan lingkar lengan atas (LLA). Disamping itu, dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran, pada anak-anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur terlentang (posisi supinasi) dan pada umur lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri. Panjang supinasi umumnya 1 cm lebih panjang daripada tinggi berdiri pada anak yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik dan secara cermat (Soetjiningsih, 1995).

(5). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi teerhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi (Supariasa, dkk,2002).

(6). Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok anak prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3 tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, bisa dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaannya, dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menekan jaringan, dan hanya untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat untuk anak mulai umur 6 bulan s.d 5 atau 6 tahun (Soetjiningsih, 1995).

(7). Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas seperti berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat kini. Namun, indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan skrining individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi. Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB yang sering disebut Quack Stick (Supariasa, dkk,2002).

(8). Lingkar Kepala

Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang diperoleh dari 14 penelitian di dunia, tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras, maupun secara geografi. Sehingga kurva LK Nellhaus (1968) tersebut dapat digunakan juga di Indonesia (Soetjiningsih, 1995).

b). Tidak tergantung umur

(1). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, dkk,2002).

(2). Lingkar Lengan Atas Terhadap Tinggi Badan (LLA/TB)

Lingkar Lengan Atas Terhadap Tinggi Badan (LLA/TB) disebut juga QUAC Stick (Quacker Arm Circumference measuring stick) (Soetjiningsih, 1995).

e.Klasifikasi Status GiziDalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di lndonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization- National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS). Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS (Supariasa dkk,2002).

Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu

a) Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas

b) Gizi baik untuk well nourishedc) Gizi kurang untuk underweight yang mencakup mild dan moderate PCM(protein Calori Malnutrition)

d) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa klasifikasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Gomez (1956)

Baku yang digunakan oleh Gomez adalahbaku rujukan Harvard. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan digunakan persentil 50. Gomez mengklasifikasikan status gizi atau KEP yaitu normal, ringan, sedang dan berat.

Tabel 1.1. Klasifikasi KEP Menurut Gomez

Kategori (Derajat KEP)BB/U (%) *)

0= Normal

1= Ringan

2= Sedang

3= Berat>90%

75-89%

60-74%

60%

95%

90-95%

85-89%

90%

80-90%

70-80%