hubungan penerapan absensi sidik jari...

123
HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat) Oleh : Faisal Ali Ahmad A14102532 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: dokhanh

Post on 11-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT)

DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Oleh :

Faisal Ali Ahmad

A14102532

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT)

DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Oleh :

Faisal Ali Ahmad

A14102532

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 3: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Faisal Ali Ahmad

NRP : A14102532

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) dengan

Motivasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec

NIP. 131 803 656

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr

NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan : 11 April 2006

Page 4: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER

PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus

di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor, Bogor - Jawa Barat)” BENAR - BENAR MERUPAKAN KARYA

SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA

ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN

BOGOR, 11 April 2006

Faisal Ali Ahmad A14102532

Page 5: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 13 Mei 1979. Berasal dari

keluarga Ali Yusman Syam, SH dan Hamsiah. Pada tahun 1992 Penulis

menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri 10 Bukittinggi.

Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 4 Bukittinggi dan lulus tahun 1995.

Pada tahun 1998 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMU Negeri 3 Bukittinggi. Tahun 1998 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur umum pada Program Studi Teknik Instrumentasi

dan Kontrol dan selesai tahun 2001. Tahun 2002 penulis diterima di Program

Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur

umum.

Page 6: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

RINGKASAN

FAISAL ALI AHMAD. Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) dengan Motivasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat). (Di bawah bimbingan HERMANTO SIREGAR).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi juga dapat

dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang semakin baik, yaitu dengan

munculnya peralatan-peralatan canggih yang mempermudah usaha manusia untuk

meningkatkan produktivitas kinerjanya. Sumberdaya manusia merupakan salah

satu sumberdaya terpenting di setiap organisasi, oleh karena itu memiliki

karyawan yang mempunyai produktivitas tinggi merupakan impian dari setiap

perusahaan. Untuk itu IPB pada awal tahun 2005 menerapkan sistem absensi sidik

jari dalam rangka memperbaiki manajemen sumberdaya manusia yang

dimilikinya, dengan harapan IPB mampu bersaing dengan universitas lain dan

menjadi universitas bertaraf internasional di masa yang akan datang.

Dalam upaya mencapai efisiensi kerja, pencatatan absensi karyawan

merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya manusia.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penerapan absensi sidik jari di FMIPA-

IPB dan menganalisa sejauh mana hubungan penerapan absensi tersebut dengan

motivasi dan kinerja karyawan, sehingga dapat terlihat apakah sistem absensi

tersebut lebih efektif dari sistem absensi sebelumnya. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai pertimbangan untuk

mengembangkan dan mencapai sistem yang lebih baik dan efisien. Analisis

hubungan tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi terhadap data

yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan sampel sebanyak 30 orang,

wawancara langsung, dan data-data instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara

mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan

pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan,

lebih baik dalam bekerja, dan insentif, dengan motivasi kerja. Komponen yang

tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah metode

absen dan sikap. Perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen-komponen

Page 7: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

absensi yang signifikan akan menyebabkan perubahan pada tingkat motivasi kerja

karyawan, sedangkan perubahan yang terjadi dengan metode absen dan sikap

tidak akan mempengaruhi tingkat motivasi kerja.

Penilaian kinerja karyawan FMIPA-IPB dilaksanakan dalam periode

seminggu sekali. Penilaian ini dilakukan oleh kepala tata usaha atau atasan

langsung, dan dilaporkan kepada kepala administrasi dan umum IPB. Berdasarkan

rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan tersebut.

Hasil kajian terhadap hubungan antara absensi dengan kinerja menunjukan bahwa

korelasi yang signifikan atau nyata terdapat pada variabel megisi absen, penerapan

absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal

yang penting, kejujuran, tanggung jawab, insentif, lebih baik dalam bekerja, dan

sikap. Variabel yang tidak mempunyai korelasi langsung dengan kinerja adalah

metode absen dan kedisiplinan. Perubahan yang terjadi pada komponen ini tidak

akan mempengaruhi kinerja.

Untuk meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan FMIPA-IPB,

hendaknya pihak institusi selalu memantau, meninjau, dan memperbaiki

pelaksanaan sistem absensi yang sudah ada. Institus i hendaknya lebih

memperketat sistem pelaksanaan absensi dengan melakukan absen di siang hari,

sehingga para karyawan tidak bisa pergi sekehendaknya di jam kerja. Pembayaran

insentif hendaknya jangan sampai terlambat sehingga para karyawan tetap

termotivasi dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan

meningkatkan kinerja karyawan secara bertahap dan memperbaiki komunikasi

antara atasan dan bawahan.

Institusi hendaknya melakukan kajian motivasi dan kinerja secara berkala.

Berdasarkan kajian ini diharapkan dapat diketahui hal-hal apa saja yang

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan, sekaligus mengidentifikasi

masalah yang mungkin saja timbul. Dengan demikian masalah tersebut akan dapat

segera teratasi. Selain itu, institusi perlu mengkaji faktor- faktor lain yang dapat

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan FMIPA-IPB, selain penerapan

absensi sidik jari. Faktor- faktor tersebut bisa saja tentang lingkungan kerja, status,

hubungan interpersonal, dan lain- lain.

Page 8: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala

karunia dan hidayah-Nya Skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Absensi

Sidik Jari (Finger Print) Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus

di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,

Bogor)” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini dibuat sebagai skripsi pada program sarjana ekstensi

manajemen agribisnis. Di dalam skripsi ini dibahas mengenai hubungan

penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan, demi

meningkatkan produktivitas kinerja karyawan FMIPA-IPB. Penelitian ini

dilakukan untuk mengembangkan ilmu manajemen sumberdaya manusia yang

penulis dapatkan di bangku perkuliahan.

Diharapkan skripsi ini akan semakin membuka wawasan kita tentang ilmu

manajemen sumberdaya manusia. Isi dari skripsi ini tentunya masih belum

sepenuhnya memenuhi harapan pembaca. Oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun dari segenap pembaca penulis harapkan untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga apa yang telah kita lakukan bermanfaat.

Bogor, 11 April 2006

Penulis

Page 9: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik secara

langsung maupun tidak langsung, khususnya teruntuk :

1. Keluargaku yang tercinta, Bapak Ali Yusman Syam, SH yang sangat

kubanggakan. Ibunda Hamsiah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan

do’a dan mengajarkan untuk tegar. Serta kedua adiku tersayang Fitri dan Dini

atas dukungan moral dan motivasinya.

2. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan bantuannya dengan sabar dalam

penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen evaluator, Dr. Ir. Harianto,

MS, dan Dra. Yusalina, MS yang telah memberikan kritik dan masukan pada

penulis, sehingga penulisan skripsi ini semakin terarah.

4. Ummy Mariana selaku pembahas pada seminar hasil skripsi, yang telah

memberikan kritik dan sarannya.

5. Pak Amas, Musiran, Daniel, Rahmat, Parman, Bu Elidah, Dini, serta semua

karyawan di FMIPA-IPB, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan

data sekunder.

6. Yanuar, Yulia, Mamay, Erwin, Een, Topan, dan semua teman-teman ekstensi

yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas dukungan dan bantuannya selama

ini.

7. Fitra Netty, S.TP sebagai inspirator disaat penelitian dan penulisan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas semua amal perbuatan kita yang ikhlas

dengan kebaikan, dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Bogor, 11 April 2006

Penulis

Page 10: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………...................................................................i

DAFTAR ISI ……………………....................................................................…iii

DAFTAR GAMBAR ……………...................................................................…vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................viii

I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................5 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................7 1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................................7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................9

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ...........................................................9 2.2. Absensi .....................................................................................................11 2.3. Motivasi Kerja ..........................................................................................13 2.4. Teori-Teori Motivasi ................................................................................15

2.4.1. Maslow’s Need Hierarchy Theory ...............................................15 2.4.2. Mc Gregor’s X and Y Theory ………………………………...…17 2.4.3. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory …………………....19 2.4.4. Content Theory and Process Theory ………………………...….20

2.5. Kinerja Karyawan ....................................................................................21 2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................25

III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................29

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ..............................................................29 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................32 3.3. Hipotesis Penelitian ..................................................................................34

IV. METODE PENELITIAN .............................................................................36

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................36 4.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................36 4.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................................37 4.4. Metode Pengambilan Sampel ...................................................................37 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................................39

4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................40 4.5.2. Koefisien Korelasi Rank Spearman .............................................43

Page 11: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

4.5.3. Signifikansi Koefisien Korelasi ...................................................45 4.5.4. Skala Pengukuran .........................................................................47

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................................48

5.1. Sejarah Berdirinya FMIPA-IPB ...............................................................48 5.2. Perkembangan IPB Secara Umum ...........................................................50 5.3. Lokasi FMIPA-IPB ..................................................................................53 5.4. Struktur Organisasi ...................................................................................53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………...……….……….55

6.1. Karakteristik Responden …………………………...……………...……55 6.1.1. Umur ……………………...………….…………………………55 6.1.2. Jenis Kelamin …………………………....………………….…..56 6.1.3. Tingkat Pendidikan …………………….…………...………..…57 6.1.4. Lama Bekerja …………………………...….………………...…58 6.1.5. Status dan Pengakuan ……………...……….……….……….....59

6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ………………………………..…...……..59 6.3. Penerapan Absensi Finger Print ………………...…………………...…60

6.3.1. Mengisi Absen …………………………...........………………..61 6.3.2. Sarana Penunjang ………………………...………….…….…....63 6.3.3. Kemudahan Absensi ……………………………...……...….…..65 6.3.4. Kejujuran, Tanggung Jawab, dan Kedisiplinan ………...………66 6.3.5. Insentif ……………………………...………………....………...69

6.4. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari Dengan Motivasi Kerja ........71 6.5. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari Dengan Kinerja ....................75 6.6. Implikasi Terhadap Institusi .....................................................................78

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................81

7.1. Kesimpulan ..............................................................................................81 7.2. Saran ........................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................84

LAMPIRAN ........................................................................................................86

Page 12: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow ..............................................................16

2. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Barat ...........................................16

3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia ............................................17

4. Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja ..............................................24

5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian .....................................................31

6. Diagram Alir Tahapan Operasional Penelitian .................................................33

7. Stratifikasi Karyawan Berdasarkan Strata Manajemen dan Golongan ............38

8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Mengisi Absen ......................................61

9. Hasil Jawaban Responden Mengenai Penerapan Absensi ................................62

10. Jawaban Responden Tentang Sarana Penunjang dan Fasilitas .......................63

11. Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Absensi Sidik Jari ........................64

12. Jawaban Responden Tentang Kemudahan Absensi Sidik Jari ......................65

13. Jawaban Responden Tentang Pentingnya Mengisi Absen .............................66

14. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pentingnya Kejujuran ..................67

15. Persentase Jawaban Responden Tentang Tanggung Jawab ...........................68

16. Persentase Jawaban Responden Tentang Kedisiplinan ..................................68

17. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif ..............................69

18. Jawaban Responden Mengenai Sikap Mereka Terhadap Absensi .................70

19. Jawaban Responden Tentang Perbaikan Dalam Bekerja ................................71

Page 13: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Absensi ………..4

2. Proporsi Pengambilan Sampel Untuk Karyawan PNS dan Non PNS ..............39

3. Bobot Nilai Jawaban Responden ......................................................................47

4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………………….…………......…..56

5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................................57

6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............57

7. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Bekerja di Institusi ..........................58

8. Nilai Korelasi dan Signifikansi Komponen Absensi dengan Motivasi .............72

9. Nilai Korelasi dan Signifikansi Komponen Absensi dengan Kinerja ...............76

Page 14: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Form Penilaian Kinerja Karyawan ....................................................................87

2. Form Laporan Kinerja Harian ...........................................................................88

3. Struktur Organisasi …………………….……………………….……………..89

4. Karakteristik Responden ………………………………………………….…..90

5. Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner ……………..…………………………….91

6. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner ………………...................…………..93

7. Contoh Perhitungan Validitas Kuesioner ………………………………..……94

8. Perhitungan Tingkat Reliabilitas Kuesioner ………………………….………95

9. Contoh Perhitungan Korelasi Rank Spearman………………………….....….97

10. Tabulasi Jawaban Responden ………..……………..………………….....…99

13. Kuesioner Penelitian …………………………………………..………...…100

Page 15: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di era

globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya

melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan

telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh global juga

dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang sangat berkaitan dengan

teknologi, yakni dengan munculnya peralatan-peralatan teknologi canggih yang

memudahkan usaha manusia dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas

untuk menghadapi persaingan diantara perusahaan atau institusi. Disamping

kecanggihan teknologi tersebut, perusahaan atau institusi dituntut untuk mampu

menghadapi tingkat persaingan yang tinggi tersebut dengan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya

terpenting di setiap organisasi atau institusi. Memiliki sumber daya manusia yang

mempunyai produktivitas dan kinerja tinggi merupakan impian dari setiap

perusahaan. Selain itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan aset

yang paling berharga bagi perusahaan atau institusi. Sumber daya ini banyak

memegang peranan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Apabila sumber

daya manusia yang dimiliki berkualitas dan sesuai dengan harapan perusahaan,

maka perusahaan tersebut memiliki daya saing yang nyata.

Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai melalui upaya

pengembangan SDM yang terarah dan terencana. Upaya pengembangan SDM ini

merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap organisasi agar kemampuan

Page 16: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

serta sikap SDM semakin meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan

kebutuhan institusi. Program pengembangan SDM dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan pemberian penghargaan atas prestasi kerja,

promosi dan mutasi, pemberian insentif, pengembangan karir, serta pemberian

pendidikan dan pelatihan. Salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan

kualitas SDM adalah melaksanakan peraturan dan disiplin yang tinggi oleh setiap

karyawan, seperti yang diterapkan Institut Pertanian Bogor.

Pada awal tahun 2005, Institut Pertanian Bogor mulai menerapkan

absensi karyawan dengan menggunakan sidik jari. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh karyawan

dengan cara menitip absen kepada karyawan lain. Untuk itu Direktorat Sumber

Daya Manusia dan Administrasi Umum IPB menyediakan di masing-masing

fakultas atau kantor sebuah alat finger print, yaitu peralatan absensi canggih yang

merekam sidik jari pegawai saat jam datang dan jam pulang. Para karyawan tidak

bisa lagi menitip absen kepada temannya, karena peralatan ini hanya merekam

sidik jari karyawan yang bersangkutan, selain itu peralatan ini bekerja secara

online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung dengan peralatan

tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap

absensi para karyawan.

Sistem pengidentifikasian sidik jari dulu hanya digunakan di kalangan

aparat keamanan untuk menemukan jati diri korban atau tersangka kejahatan. Kini

kegunaannya telah bergeser hingga ke perusahaan-perusahaan komersial. Sidik

jari manusia merupakan bukti materi yang sangat penting. Tidak ada sidik jari

yang identik di dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Dalam dunia

Page 17: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

sains pernah dikemukakan bahwa jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan

munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun

kemudian. Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasi seseorang lewat sidik

jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat

ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation atau lebih populer

dengan sebutan FBI di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Meski lebih

populer untuk melacak pelaku kejahatan, alat pendeteksi sidik jari ini ternyata

juga digunakan untuk mengetahui latar belakang seorang calon pekerja(1).

Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya sepuluh negara di

dunia sudah menggunakan teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan

sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong

perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan.

Dengan demikian, bukti kehadiran karyawan (absensi) bisa didapat melalui alat

ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk

mengevaluasi kinerja para karyawan(2).

Kelemahan sistem konvensional adalah terbukanya peluang manipulasi,

kesalahan pencatatan, maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan.

Selain itu kemungkinan terjadinya (buddy punching) dimana rekan sekerja yang

lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya sangat besar. Hal ini membuat

pencatatan waktu kehadiran karyawan menjadi tidak akurat. Perbandingan antara

pencatatan absensi konvensional, pencatatan dengan menggunakan kartu

magnetik (bar code), dan pencatatan absensi dengan finger print dapat dilihat

pada Tabel 1.

1 Sinar Harapan, 2003 2 Sinar Harapan, 2003

Page 18: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Tabel 1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi

No Faktor

Kelemahan

Kartu absensi dan mesin pencetak waktu

(1)

Magnetic tape reader / bar code

reader

(2)

Finger print scanner dan software absensi

(3)

1.

Ketidakjujuran karyawan via “buddy punching” (teman sekerja yang mencatatkan kehadiran)

Seringkali terjadi. Kartu absensi digunakan bersama-sama

Dapat terjadi. Kartu magnetik dapat digunakan bersama-sama

Tidak mungkin terjadi. Sidik jari tidak dapat digunakan oleh rekan sekerja yang lain

2. Manipulasi atau hilangnya kartu absensi

Mungkin terjadi. Kartu absensi dapat dipertukarkan antar rekan sekerja / hilang

Mungkin terjadi. Kartu magnetic dapat dipertukarkan antar rekan sekerja / hilang

Tidak mungkin terjadi, karena tidak menggunakan kartu. Sidik jari seseorang selalu unik (tidak ada yang sama). Dapatmenggunakan lebih dari 1 jari sebagai identifikasi

3.

Kesalahan / ketidak akuratan pencatatan waktu kerja karyawan

Kurang akurat. Pencetak waktu dapat diset atau reset manual, sehingga pencatatan menjadi tidak akurat

Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat

Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat

4.

Otomatisasi sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi kepegawaian

Secara manual. Harus dilakukan secara manual,kemungkinan kesalahan penyalinan data dari kartu absensi cukup besar

Dapat secara otomatis. Mungkin dapat diintegrasikan dengan sistem terkomputerisasi

Otomatis dan integrasi ke sistem kepegawaian. Selalu dapat dilakukan otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang terintegrasi.

Sumber : http: //www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric-untuk-sistem-absensi-perkantoran/ November 2005

Peningkatan motivasi dan kinerja karyawan adalah hasil yang

diharapkan oleh setiap perusahaan atau institusi khususnya Institut Pertanian

Bogor setelah dilaksanakannya program absensi dengan menggunakan finger

print. Penerapan program yang tepat, diharapkan dapat memotivasi karyawan

untuk bekerja lebih baik dan memberikan kontribusi yang terbaik kepada institusi.

1.2. Perumusan Masalah

Page 19: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu dari empat perguruan

tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia bersama ITB, UI, dan UGM. Untuk

mempercepat ke empat perguruan tinggi tersebut menjadi perguruan tinggi

bertaraf internasional, maka pemerintah sejak tanggal 26 Desember 2000 telah

memberikan status sebagai Perguruan Tinggi - Badan Hukum Milik Negara (PT-

BHMN).

Status sebagai PT-BHMN bukan merupakan swastanisasi, melainkan

pemberian otonomi yang luas. Dimiliki secara efisien dan akuntabel agar dapat

mempercepat tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan tri dharma

perguruan tinggi, yaitu pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan

pada masyarakat. Institut Pertanian Bogor menyikapi pemberian otonomi tersebut

dengan melakukan penataan internal terhadap berbagai aspek, baik organisasi,

program pendidikan, penelitian, sistem keuangan, manajemen sumberdaya

manusia, fasilitas, dan pembangkitan pendapatan.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Institut Pertanian Bogor (FMIPA-IPB) merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan mulai dari strata S0, S1, S2, dan S3. FMIPA-IPB memiliki sembilan departemen (Departemen Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Statistika, Geofisika dan Meteorologi, Ilmu Komputer, Biokimia, dan MKDU) yang di dalamnya terdapat sekitar 200 orang karyawan penunjang. Diantara karyawan tersebut terdapat perbedaan status kepegawaian antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (Non-PNS). Perbedaan status tersebut menjadi penghambat bagi perkembangan karier karyawan non PNS, walaupun secara kualitas dan masa kerja mereka sudah memenuhi syarat untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Rendahnya perputaran posisi karyawan dalam organisasi, perbedaan pemberian kompensasi antar karyawan, dan rendahnya tingkat disiplin institusi dalam menerapkan peraturan yang berlaku, dapat mempengaruhi tingkat motivasi dan kinerja karyawan. Selain itu korupsi waktu yang sering terjadi antar karyawan karena mentalitas pegawai yang rendah mengakibatkan motivasi menjadi rendah dan kinerja semakin menurun.

Dalam upaya mencapai efisiensi kerja, faktor kehadiran (absensi) karyawan merupakan hal yang cukup penting. Apalagi berhubungan dengan produksi, penggajian, prestasi kerja, dan lain- lain. Pada alat pencatatan absensi karyawan yang konvensional memerlukan banyak intervensi pegawai bagian

Page 20: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

administrasi kepegawaian (SDM atau Human Resources Management), maupun kejujuran karyawan. Hal ini memungkinkan adanya manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini tidak dilakukan secara intensif (Cahyana, dalam www.informatika.lipi.go.id).

Dengan sistem absensi berbasis sidik jari (biometrics) proses pengambilan informasi kehadiran karyawan menjadi hampir 100 persen akurat karena didasarkan pada sidik jari masing-masing karyawan, serta proses pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software khusus. Kesalahan maupun manipulasi catatan dapat dihilangkan karena intervensi pegawai administrasi menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang sebenarnya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan dan kemajuan suatu instansi atau lembaga.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan absensi sidik jari (finger print) dan penilaian kinerja di

FMIPA-IPB Bogor ?

2. Apakah ada hubungan antara penerapan program absensi finger print dengan

motivasi dan kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?

3. Sejauh mana hubungan antara absensi finger print dengan motivasi dan

kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?

Hal ini berkaitan dengan penataan internal yang dilakukan IPB terhadap manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji pelaksanaan penerapan program absensi dengan menggunakan

finger print dan sistem penilaian kinerja karyawan pada Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA, IPB).

2. Menganalisa hubungan penerapan absensi finger print dengan motivasi dan

kinerja karyawan.

Page 21: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

3. Merekomendasikan upaya bagi peningkatan efektivitas program absensi

dengan finger print dimasa yang akan datang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

khususnya untuk :

1. Bahan masukan bagi Institut Pertanian Bogor khususnya Fakultas MIPA

dalam mengembangkan program absensi dengan finger print.

2. Bahan masukan bagi perusahaan atau institusi- institusi lain untuk menilai

efektivitas program absensi dengan finger print dalam meningkatkan motivasi

dan kinerja karyawan.

3. Bahan kajian atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.

4. Penulis dan khalayak umum, sebagai sarana untuk melatih kemampuan

analisis serta alternatif wawasan dan masukan tentang ilmu manajemen

sumberdaya manusia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian di bidang manajemen sumberdaya manusia ini difokuskan pada

program penerapan absensi finger print dan penilaian motivasi serta kinerja

karyawan.

2. Penelitian dilaksanakan pada Institut Pertanian Bogor, Fakultas MIPA

bertempat di kampus IPB Baranang Siang dan Darmaga, Bogor.

Page 22: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

3. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan penunjang, tidak termasuk di

dalamnya staf pengajar (dosen) pada Fakultas MIPA, IPB.

4. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data hasil

kuesioner dan wawancara karyawan serta laporan atau informasi yang

berkaitan dengan sumberdaya manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Mangkuprawira (2003) mengatakan manajemen sumber daya manusia

merupakan penerapan pendekatan SDM dimana secara bersama-sama terdapat

dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan (2) untuk

karyawan. Dua kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan

kebersamaan yang utuh. Sumber daya manusia tidak saja dipandang sebagai unsur

produksi, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian aktif

yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menggerakan perusahaan.

Lingkungan kegiatan dalam sebuah perusahaan begitu dinamis.

Kekuatan internal dan eksternal cenderung mendorong terjadinya perubahan pada

aturan permainan yang telah ada. Konsekuensinya, perusahaan harus mengubah

atau mengadopsi strategi baru agar tetap mampu bersaing. Pengubahan strategi

akan menentukan arah tiap fungsi dari organisasi, termasuk fungsi MSDM.

Perubahan-perubahan lingkungan strategis perusahaan, seperti perubahan ilmu

pengetahuan dan teknologi, telekomunikasi, transportasi, turisme, penduduk, dan

Page 23: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

pasar global, akan menjadi isu- isu penting bagaimana MSDM suatu perusahaan

dikembangkan secara dinamis.

Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur

manajemen akan dapat ditingkatkan. Menurut Hasibuan (2002), manajemen

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan manusia dan sumber-sumber

daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Simamora (1997), mengatakan bahwa manajemen adalah proses

pendayagunaan bahan baku dan sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan

tersebut. Simamora mengklasifikasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan

untuk mencapai tujuan perusahaan menjadi empat tipe, yaitu sumber daya

finansial, sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya kemampuan

teknologi/sistem. Aset perusahaan yang paling penting dan harus dimiliki oleh

perusahaan adalah aset manusia, dan karenanya dari empat tipe sumber daya yang

dimiliki perusahaan, sumber daya manusia menempati posisi yang strategis dan

penting sehingga perlu pengelolaan yang optimal. Hal ini disebabkan karena

sumber daya manusia membuat sumber daya perusahaan yang lainnya dapat

berjalan.

Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,

pengembangan, pemeliharaan, dan pengunaan sumber daya manusia untuk

mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Manajemen telah

banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Page 24: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Definisi ini dikemukakan oleh Handoko (2001), yang mengandung arti bahwa

para manajer mencapai tujuan-tujuan perusahaan melalui pengaturan orang-orang

lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan. Manajemen memang dapat

mempunyai pengertian yang lebih luas, tetapi definisi di atas memberikan

kenyataan bahwa pengelolaan harus diutamakan terhadap sumber daya manusia

bukan material atau finansial.

Sama halnya dengan sumber daya lain yang dimiliki oleh perusahaan,

sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin agar tujuan organisasi dapat

tercapai. Flippo dalam Hasibuan (2001) menyatakan manajemen personalia adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan

tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan

hubungan kerja SDM untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan

masyarakat. Sedangkan Tanjung (2002) menyatakan manajemen sumberdaya

manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa, dan karsa)

sebagai aset suatu organisasi dengan cara memperoleh, mengembangkan, dan

memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pada prinsipnya ada rumusan yang sama terhadap pengertian MSDM.

Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu penerapan fungsi- fungsi

manajemen yaitu fungsi merencanakan, mengelola, mengarahkan, dan mengawasi

SDM yang dimiliki perusahaan. Fungsi- fungsi tersebut digunakan untuk

melaksanakan tindakan pengadaan, pengembangan, dan pendayagunaan SDM.

Karena begitu pentingnya peranan SDM dalam organisasi, maka SDM perlu

Page 25: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

dikelola sebaik mungkin agar memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan

dan masyarakat.

2.2. Absensi

Absensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh

karyawan untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja di

suatu perusahaan. Absensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang

ditentukan oleh masing-masing perusahaan atau institusi. Menurut Heriawanto

(2004), pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara manual (hanya

berupa buku daftar hadir), akan menjadikan penghambat bagi organisasi untuk

memantau kedisiplinan karyawan dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam

pulang karyawan setiap hari. Hal tersebut di khawatirkan akan membuat

komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi menjadi berkurang.

Berkurangnya komitmen karyawan dalam bekerja akan berdampak pada motivasi

dan kinerja karyawan yang semakin menurun.

Cahyana (2005), menyatakan bahwa pencatatan absensi karyawan

merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber daya manusia

(SDM atau Human Resources Management). Informasi yang mendalam dan

terperinci mengenai kehadiran seorang karyawan dapat menentukan prestasi kerja

seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan instansi/lembaga secara umum.

Pada alat pencatatan absensi karyawan yang konvensional memerlukan banyak

intervensi pegawai bagian administrasi SDM maupun kejujuran karyawan yang

sedang dicatat kehadirannya. Hal ini sering memberikan peluang adanya

Page 26: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini

tidak dilakukan semestinya(3).

Sejauh ini penulis belum banyak menemukan literatur tentang absensi

dengan menggunakan sidik jari (finger print). Hal ini mungkin disebabkan oleh

peralatan absensi finger print tersebut masih baru diperkenalkan di Indonesia.

Peralatan absensi finger print ini baru masuk dan diperkenalkan di Indonesia sejak

pertengahan tahun 2000 seiring dengan perkembangan interfacing dan perangkat

keras (hard ware) komputer.

2.3. Motivasi Kerja

Motivasi merupakan keinginan untuk mencapai sesuatu hal yang

bermanfaat, prestasi, atau kesuksessan, yang timbul di dalam hati seseorang akibat

dipengaruhi oleh suatu faktor yang menjadi motivator. Motivasi berasal dari

bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Kata motivasi

sekarang telah diakui sebagai kata dalam bahasa Indonesia dan sebagai mana

diketahui berasal dari kosa kata bahasa Inggris yaitu motivation. Pengertian kata

motivasi sebaiknya dicari dalam khazanah bahasa Inggrisnya.

Motivasi menurut Flippo (1984) diacu dalam Hasibuan (2002) adalah

suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja

secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus

tercapai. Selain itu dia menyatakan manajemen personalia adalah perencanaan,

3 www.informatika.lipi.go.id

Page 27: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

pengorganisasian, pengarahan, pengembangan, kompensasi, integrasi, dan

pemutusan hubungan kerja.

Sedangkan menurut Kussriyanto (1993) motivasi kerja adalah suatu

kegiatan yang mendorong, meningkatkan, dan mengajak pekerja untuk bekerja

secara lebih efektif serta meninggalkan praktek-praktek yang tidak produktif.

Motivasi kerja dapat dianggap sebagai bagian pokok dari usaha meningkatkan

pekerjaan secara efektif dan efisien. Menurut Hasibuan (1990) motivasi kerja

adalah pemberian daya penggerak atau dorongan kerja kepada seseorang yang

akan menciptakan kegairahan bekerja sehingga mereka mau bekerjasama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

kerja.

Menurut Gomes (1995) motivasi dari para karyawan akan saling berbeda,

sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin

tinggi tingkat pendidikannya dan semakin independen secara ekonomi maka

sumber motivasinya akan berbeda pula. Orang tersebut dinilai mempunyai

kemampuan dan pengetahuan untuk mengaplikasikan pekerjaan yang

membutuhkan motivasi yang tinggi. Sumber motivasi dari setiap karyawan dapat

berbeda, tapi tingkat motivasi kerja bisa saja sama. Kusharyono (1995) diacu

dalam Mulyani (2001) menyatakan bahwa motivasi kerja dipengaruhi oleh lima

belas faktor, yaitu: kebijakan dan administrasi perusahaan, kondisi kerja,

pengakuan, tantangan, sikap terhadap manajemen perusahaan, rasa aman,

perkembangan, tanggung jawab, hubungan interpersonal, santunan sosial, jaminan

hari tua, bonus untuk staf, sikap atasan, penghargaan pengabdian, serta kebijakan

jasa produksi dan bonus.

Page 28: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Hageman (1993) diacu dalam Mulyani (2001) menuliskan bahwa uang

masih menjadi motivator utama disamping faktor-faktor di atas. Hal tersebut

disebabkan oleh :

(1) Gaji menjamin suatu mata pencaharian, jadi merupakan dorongan untuk

bekerja.

(2) Besar gaji menunjukan status pekerjaan di perusahaan maupun masyarakat.

(3) Suatu kenaikan gaji adalah penegasan keberhasilan dalam bekerja.

(4) Gaji yang tinggi dapat mengkompensasi kehidupan yang tanpa perasaan dan

tanpa keterlibatan emosi yang lebih dalam dengan orang lain.

2.4. Teori -Teori Motivasi

2.4.1. Maslow’s Need Hierarchy Theory

Siagian (1993) mengemukakan bahwa salah seorang ilmuwan yang

dipandang sebagai pelopor teori motivasi adalah Abraham H. Maslow. Maslow

mengemukakan teori motivasi yang dinamakan teori hierarki kebutuhan dari

Maslow. Teori Maslow ini di ilhami oleh Human Science Theory dari Elton Mayo

(Hasibuan, 2002). Menurut teori ini seseorang bekerja atau berperilaku di

sebabkan oleh adanya dorongan atau memenuhi berbagai macam kebutuhan.

Maslow menyatakan ada suatu hierarki kebutuhan dan setiap orang akan memberi

prioritas kepada kebutuhannya sampai kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Jika

suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan yang kedua akan memegang

peranan, demikian seterusnya.

Page 29: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Teori motivasi yang dikembangkan pada tahun empat puluhan ini pada

intinya berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan. Teori

hierarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :

1. Physiology Needs, adalah kebutuhan dasar yang meliputi sandang, pangan,

dan papan.

2. Safety Needs, adalah kebutuhan akan keamanan atas perlindungan dari bahaya

fisik dan keamanan dari ekonomi serta keinginan untuk dapat memprediksi

kondisi dunia.

3. Social Needs, adalah kebutuhan untuk rasa memiliki, bergaul, penerimaan dari

orang lain serta saling memberi dan menerima kasih sayang dan persahabatan.

4. Esteem Needs, adalah kebutuhan akan penghargaan, berupa kebutuhan akan

harga diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita.

5. Self Realization / Self Actualization, adalah kebutuhan atas potensi diri,

pemenuhan diri, dan menjadi kreatif.

Gambar 1 menunjukan Maslow berpendapat bahwa, kebutuhan yang

diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan pertama telah

terpenuhi yaitu kebutuhan dasar, maka kebutuhan kedua akan diprioritaskan

menjadi yang utama dan demikian selanjutnya.

Self Actualization Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disukai

Esteem Needs Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai

Social Needs Kebutuhan untuk disukai dan menjadi suatu bagian dari masyarakat

Safety Needs Kebutuhan untuk merasa aman dan terjamin

Page 30: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow (Thomson, 1993)

Hierarki kebutuhan Maslow dan kebutuhan pokok dalam penelitian

untuk budaya Barat dan kebudayaan Asia dapat dilihat pada Gambar 2 dan

Gambar 3.

Ket : 1. Aktualisasi diri (individu)

2. Kebutuhan prestise (sosial)

3. Kebutuhan sosial (sosial)

4. Kebutuhan keamanan (fisik)

5. Kebutuhan fisiologis (fisik)

Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Barat Sumber : Schulle and Ciallante, 1998

Gambar 2 menunjukan bahwa kebutuhan paling tinggi untuk budaya

barat adalah aktualisasi diri, sedangkan untuk budaya asia kebutuhan paling tinggi

adalah kedudukan atau status sosial.

Ket : 1. Kedudukan atau status (sosial)

2. Kebanggaan (sosial)

3. Hubungan (sosial)

4. Kebutuhan keamanan (fisik)

5. Kebutuhan fisiologis (fisik)

Gambar 3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia Sumber : Schulle and Ciallante, 1998

Dengan demikian dapat dilihat bahwa teori Maslow ini berbeda di

masing-masing daerah atau Budaya. Hal tersebut disebabkan karena tingkat

kebutuhan manusia yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh budaya suatu daerah.

Physiological Needs Kebutuhan untuk bertahan hidup, makan, minum, tidur, berkembang biak

Page 31: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Walaupun kebudayaan bertentangan dengan semua tingkatan kebutuhan, namun

kebutuhan harus ditingkatkan dengan melibatkan perasaan dan pengertian.

2.4.2. Mc Gregor’s X and Y Theory

Mc Gregor dalam Daryanto dan Daryanto (1999) memperkenalkan

dua jenis individu yang menjalani pandangan teori X dan teori Y yang

beranggapan bahwa teori X yang dasarnya otoriter dipegang oleh sebagian

besar manajer industri dalam masyarakat kita. Jika manajer memegang

pandangan teori X kemungkinan manajer untuk mengelola perusahaan

memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut :

1. Manajer bertanggung jawab pada keputusan dan rencana yang dibuat

perusahaan.

2. Jika manajer tidak bertindak, karyawan tidak akan banyak bekerja, oleh

karena itu manajer bertanggung jawab terhadap motivasi karyawan.

3. Manajer tidak dapat mempercayai karyawan dengan keputusan-keputusan.

Jika manajer memegang teori Y untuk mengelola perusahaan, maka

kemungkinan manajer mengikuti cara-cara sebagai berikut ini :

1. Manajer dapat menyerahkan keputusan-keputusan untuk mutu yang rendah.

2. Dengan seringnya pergantian manajer karyawan tidak akan giat bekerja.

3. Manajer menunjukan kemampuan yang tinggi untuk mengembangkan,

menerima tanggung jawab dan memotivasi diri sendiri, oleh karena itu

manajer tidak harus melakukan pekerjaan dalam kondisi yang benar untuk

membawa semua kemampuannya.

4. Manajer dapat mempercayai karyawannya atau bawahannya.

Page 32: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Menurut Mc Gregor dalam Hasibuan (2002), ciri-ciri karyawan penganut

teori X adalah :

1. Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja.

2. Umumnya karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal

dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambing

hitamkan orang lain.

3. Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan

pekerjaanya.

4. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan

organisasi.

Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan

cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja sungguh-

sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung kepada motivasi

negatif, yaitu dengan menerapkan peraturan dan hukum yang tegas. Tipe

kepemimpinan teori X adalah tipe otoriter. Sedangkan gaya kepemimpinannya

berorientasi kepada prestasi kerja.

Di lain pihak, ciri-ciri untuk karyawan yang menganut teori Y adalah :

1. Rata-rata karyawan rajin dan bersungguh-sungguh, bekerjasama wajarnya

dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan

dipaksakan, bahkan banyak karyawan yang merasa tidak betah dan kesal jika

tidak bekerja.

2. Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk

dapat mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif untuk

mendapatkan metode kerja yang baik.

Page 33: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

3. Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan

dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan

karyawan untuk mewujudkan potensinya sendiri dengan memberikan

sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.

Menurut teori Y, untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan

dengan cara peningkatan partisipasi karyawan dan kerja sama.

2.4.3. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory

Herzberg dalam Manullang (1994) mengemukakan suatu teori yang

dikenal dengan teori dua faktor atau two factors theory. Teori ini menyatakan

bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor Motivator dan faktor

Hygiene. Faktor motivator mencakup prestasi, penghargaan, tantangan, tanggung

jawab, peluang untuk berkembang, keterlibatan, dan kesempatan melakukan

pekerjaan. Faktor hygiene mencakup balas jasa, kebijakan perusahaan,

pengawasan, hubungan antar manusia, rasa aman, lingkungan kerja, dan status.

Herzberg berpendapat, cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah

dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan

dalam pekerjaan mereka. Penerapannya dengan pengayaan pekerjaan, yaitu suatu

teknik untuk memotivasi karyawan yang melibatkan upaya pembentukan

kelompok kerja natural, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan kerja

dengan klien, pembebanan vertikal dan pembukaan saluran balikan.

Herzberg dalam Daryanto dan Daryanto (1999) menyarankan jika

manajer memberikan motivasi maka perhatiannya harus diberikan tidak hanya

pada faktor- faktor kesehatan saja tetapi juga pada faktor- faktor rangsangan.

Page 34: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Herzberg mengusulkan supaya manajer harus memberikan keteladanan yang baik

pada karyawan begitu juga sebaliknya karyawan terhadap manajer.

2.4.4. Content Theory and Process Theory

Umar (1999) menyatakan bahwa teori motivasi dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory).

Teori kepuasan mendasarkan pada faktor- faktor kebutuhan dan kepuasan individu

sehingga mereka mau melakukan aktifitasnya. Teori ini mencoba mengetahui

kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan yang dapat mendorong semangat kerja

seseorang.

Teori motivasi proses menyatakan bahwa daya penggerak yang

memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika

harapannya menjadi kenyataan, pekerja cenderung meningkatkan kualitas

kerjanya. Sedangkan Vroom dalam Umar (1999) mengemukakan teori motivasi

yang dikenal sebagai teori harapan atau Expectancy Theory. Teori ini menyatakan

bahwa seseorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapannya dari pekerjaan

itu.

Pada dasarnya ke empat teori ini sama-sama bertujuan untuk

mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat kerja

karyawan, agar mereka mau bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang

optimal dan efisien.

2.5. Kinerja Karyawan

Kinerja atau prestasi kerja adalah terjemahan dari performance, dari

Prawitosentono (1997 :2) dalam Sianipar dan Entang (2001) mengartikan

Page 35: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak

melanggar hukum sesuai dengan moral dan etika.

Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan

perusahaan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kinerja

karyawannya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh, tidak

hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan tetapi juga untuk memotivasi

dan mengembangkan karyawan. Penilaian kinerja sering kali menjadi sumber

kerisauan suatu perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya ketidak pastian

dalam sistem penilaian kinerja. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja

perusahaan terlebih dahulu menentukan standar-standar kinerja yang baik dan

yang berlaku dalam perusahaan agar masalah tersebut tidak terjadi.

Menurut Simamora (1997), penilaian kinerja (Performance Appraisal)

adalah proses organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian

kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja dalam memotivasi kinerja

individu di waktu berikutnya. Selain itu, penilaian kinerja juga memberikan basis

bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian,

pendidikan dan pelatihan, transfer, dan kondisi-kodisi kepegawaian lainnya.

Tujuan penilaian kinerja secara umum adalah untuk menghasilkan

informasi secara akurat berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi.

Page 36: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Menurut Simamora (1997), tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam tujuan

evaluasi dan tujuan pengembangan.

o Tujuan Evaluasi

Melalui pendekatan eva luatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu

seorang karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja, adalah

rating deskriptif. Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil

keputusan-keputusan mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan

atas peningkatan kinerja karyawan.

o Tujuan Pengembangan

Pendekatan pengembangan diharapkan meningkatkan kinerja karyawan

dimasa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja

mendorong perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaan.

Tidak ada kesepakatan para ahli tentang metode yang digunakan dalam

penilaian kinerja. Masing-masing ahli mengemukakan pendapatnya sendiri-sendiri,

namun pada prinsipnya penilaian ini dapat dibedakan atas beberapa metode.

Simamora (1997) mengemukakan metode-metode dalam penilaian kinerja, antara

lain :

a. Metode penilaian kinerja keperilakuan. Metode ini mendeskripsikan hubungan

perilaku dengan pekerjaan.

b. Metode penilaian kinerja perbandingan personalia. Metode ini digunakan

untuk membandingkan kinerja seseorang dengan rekan kerjanya.

c. Metode penilaian kinerja berorientasi masa depan. Metode ini terfokus pada

kinerja masa mendatang dengan mengevaluasi potensi karyawan atau

menetapkan saran-saran kinerja di masa yang akan datang.

Page 37: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Unsur-unsur kinerja atau prestasi kerja para karyawan yang akan dinilai

oleh setiap perusahaan tidak selalu sama. Pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai

mencakup hal-hal sebagai berikut, yaitu: kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran,

kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,

kecakapan, tanggung jawab (Hasibuan, 2001).

Proses penilaian kinerja atau prestasi kerja adalah suatu langkah

pengambilan keputusan dalam menentukan penilaian kinerja. Adapun proses

penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tujuan spesifik dari penilaian; proses ini bertujuan supaya

karyawan mengetahui apa yang menjadi tujuan dari penilaian prestasi kerja

dan sistem penilaian tersebut.

b. Mengetahui pekerjaan yang diharapkan; karyawan harus mengetahui apa yang

diharapkan dari dirinya dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Menguji kerja karyawan; karyawan perlu mengetahui hasil dari prestasi

kerjanya. Standar difokuskan kepada seberapa baik pekerjaan dilaksanakan,

sehingga penilai dan yang di nilai mengetahui apakah standar tercapai/tidak.

d. Penilaian prestasi kerja; proses ini menggambarkan kekuatan dan kelemahan

karyawan.

e. Mendiskusikan hasil penilaian dengan karyawan; penilai mengadakan diskusi

atau wawancara dengan yang di nilai untuk memberikan informasi hasil

penilaian yang dilakukan.

Menurut Mangkuprawira (2003), penilaian kinerja merupakan proses

yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.

Pendekatan penilaian kinerja hendaknya mengidentifikasi standar kinerja yang

Page 38: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

terkait, mengukur kriteria, dan kemudian memberikan umpan balik pada

karyawan dan departemen SDM. Di bawah ini dapat dilihat gambar elemen-

elemen kunci sistem penilaian kinerja.

Gambar 4. Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja Sumber : Mangkuprawira, 2003

FMIPA-IPB menerapkan penilaian kinerja karyawan dengan melakukan

absensi serta penilaian dengan mengisi form kinerja untuk mengetahui efektivitas

dan efisiensi kinerja karyawan. Hal ini berkaitan dengan jumlah insentif yang

akan diterima karyawan. Contoh dari formulir penilaian kinerja karyawan

FMIPA-IPB dapat di lihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

2.6. Penelitian Terdahulu

Nurdiana (1999) dengan judul skripsi ”Deskripsi Penilaian Prestasi

Kerja Sebagai Bagian dari Proses Manajemen Kinerja (Studi di PT. Pupuk

Iskandar Muda, Aceh Utara)” menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan

mekanisme yang harus berkesinambungan, yang merupakan suatu bagian dari

manajemen kinerja. Proses penilaian ini akan membantu anggota organisasi untuk

sadar mengarahkan dan memperbaiki kinerja mereka. Berdasarkan penilaian juga

Kinerja Karyawan

Keputusan SDM Catatan Karyawan

Standar Kinerja

Ukuran Kinerja

Penilaian Kinerja Umpan Balik Karyawan

Page 39: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

akan memperlancar pengembangan sebuah kebudayaan organisasi yang

terstruktur, terbuka, dan tercipta kerjasama menuju terwujudnya sasaran

perorangan maupun organisasi.

Agar proses penilaian kinerja sesuai dengan yang diharapkan maka

proses ini seharusnya mengacu kepada kebijakan penilaian kinerja dengan melihat

kondisi perusahaan yang memungkinkan. Pada manajemen kinerja, proses

penilaian kerja merupakan bagian dari suatu proses yang menyeluruh yang

meliputi proses perencanaan kerja, pemberian umpan balik, penyuluhan, penilaian

serta pemberian imbalan. Sistem ini akan banyak memberikan informasi bagi

penilai, yang dinilai, serta perusahaan.

Dwi (2001) dalam penelitiannya mengenai hubungan yang terjadi antara

penilaian prestasi kerja pada PT. Saung Mirwan menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara penilaian prestasi dengan motivasi karyawan

untuk bekerja. Faktor pendorong motivasi kerja yaitu interaksi atasan dan

bawahan, interaksi sesama rekan kerja, peraturan, kebijakan perusahaan, dan

kondisi kerja. Kondisi kerja perusahaan dan sistem kompensasi merupakan

pendorong motivasi kerja, sedangkan dua faktor yang berhubungan dengan

peningkatan motivasi kerja karyawan yaitu kondisi kerja dan kompensasi.

Hayati (2001) dengan judul skripsi ”Kajian Hubungan Antara Penerapan

Sistem Kompensasi dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan (Studi

Kasus di PT. GURU Indonesia)” menyatakan bahwa produktivitas kerja karyawan

dipengaruhi oleh tingkat motivasi kerja dan kepuasan kerja yang dimiliki

karyawan. Tingkat motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan ini bersifat

Page 40: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

dinamis karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dianggap

cukup berpengaruh adalah sistem kompensasi yang diterapakan oleh perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara gaji, upah

lembur, bonus, seragam kerja, fasilitas bangunan, kondisi fisik lingkungan kerja,

cuti dan izin khusus, asuransi kerja, tunjangan hari tua, dan K3, dengan motivasi

kerja. Hal ini berarti bahwa komponen kompensasi tersebut berpengaruh terhadap

motivasi kerja. Pemberian tunjangan karyawan selama ini tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja. Hubungan yang signifikan

terdapat antara bonus, tunjangan, dan kondisi fisik lingkungan kerja dengan

kepuasan kerja.

Heriawanto (2004) dengan judul skripsi ”Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Magister Manajemen Agribisnis,

Institut Pertanian Bogor” menyatakan tingkat motivasi karyawan MMA-IPB

untuk bertanggung jawab secara umum berada pada taraf termotivasi, yaitu

sebesar 50 persen. Faktor- faktor eksternal karyawan yang berpengaruh nyata dan

positif terhadap tingkat motivasi untuk bertanggung jawab adalah hubungan

atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, kondisi kerja, dan kompensasi.

Tingkat motivasi karyawan yang bekerja secara sukarela berada pada taraf cukup

termotivasi, yaitu sebesar 35 persen. Faktor yang memiliki pengaruh nyata dan

positif terhadap tingkat motivasi karyawan untuk bekerja secara sukarela hanya

hubungan atasan dan bawahan. Tingkat motivasi untuk bekerjasama berada pada

taraf termotivasi sebesar 54,17 persen. Faktor yang mempengaruhinya adalah

hubungan sesama rekan kerja, hubungan atasan dan bawahan, kebijakan peraturan,

Page 41: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

dan kondisi kerja. Faktor internal tingkat pendidikan berpengaruh nyata dan

negatif terhadap tingkat motivasi kerja karyawan.

Pohan (2005) dengan judul skripsi ”Pengaruh Program Pendidikan dan

Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara

VIII Gunung Mas, Bogor)” menunjukkan hubungan antara pendidikan dan

pelatihan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,22. Artinya program

pendidikan dan pelatihan di PT. Perkebunan Nusantara VIII tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dapat disebabkan

karena untuk mencapai suatu peningkatan kinerja diperlukan waktu yang cukup

lama bagi karyawan. Hasil dari pelatihan dan pendidikan baru dapat dirasakan

pada jangka waktu yang relatif lama.

Penelitian tentang pengaruh absensi finger print terhadap motivasi dan

kinerja ini merupakan awal evaluasi atau hasil sementara, karena program absensi

ini baru diterapkan di IPB pada awal tahun 2005. Berdasarkan penelitian

terdahulu terlihat jelas bahwa secara garis besar banyak faktor- faktor yang

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan di suatu perusahaan. Faktor- faktor

tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut dari penelitian

sebelumnya tentang salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dan kinerja

karyawan dalam mencari solusi demi tercapainya efisiensi pengelolaan

manajemen sumber daya manusia. Praktek di lapang dan pembahasan tidak jauh

berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beda penelitian ini adalah faktor yang

dianalisis yaitu penerapan absensi sidik jari (finger print), metode yang dipakai

seperti lokasi, waktu penelitian, penentuan responden dan informasi, jenis dan

Page 42: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

sumber data, pengolahan, dan analisis data. Hasil dari penelitian ini dapat

mendukung penelitian sebelumnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kegiatan perusahaan sangat berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki,

termasuk sumber daya manusia yang merupakan salah satu faktor penentu

efektivitas dan efisiensi dalam pemakaian seluruh sumber daya yang digunakan

perusahaan. Sumber daya manusia memerlukan perhatian yang khusus, agar

tujuan suatu perusahaan dapat tercapai. Alokasi sumber daya manusia yang baik

sangat penting diterapkan. Upaya tersebut dapat direalisasikan dengan

memperhatikan motivasi, kinerja karyawan, dan kedisiplinan. Salah satunya yaitu

menerapkan absensi kehadiran.

Menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor memerlukan

sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai salah satu lembaga pendidikan

yang bertaraf internasional, FMIPA-IPB harus mampu bersaing dengan lembaga

Page 43: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

pendidikan lainnya dalam hal menghasilkan lulusan- lulusan yang berkualitas,

berorientasi mutu, dan berwawasan internasional, khususnya pada bidang ilmu

matematika dan ilmu pengetahuan alam. Lulusan-lulusan tersebut diharapkan

dapat memajukan teknologi dan menyumbangkan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Pada saat ini IPB bersama-sama dengan ITB, UI, dan UGM dihadapkan

pada tantangan yang sangat besar dalam menjaga mutu pendidikan di Indonesia.

Oleh karena itu IPB khususnya FMIPA harus dapat meningkatkan kualitas dan

produktivitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya agar dapat mencetak

manusia yang berkualitas dan mempertahankan posisinya sebagai lembaga

pendidikan yang bercitra tinggi di Indonesia. FMIPA-IPB melakukan upaya untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang

dimilikinya. Salah satu cara yang ditempuh adalah menerapkan kedisiplinan

dengan program absensi menggunakan finger print.

FMIPA-IPB sebagai lembaga pendidikan formal membutuhkan sumber

daya yang mampu, cakap, dan terampil serta memiliki keinginan untuk bekerja

dengan giat dalam upaya mencapai hasil kerja yang optimal. Akan tetapi

kemampuan, kecakapan, dan keterampilan tidak akan berarti jika sumber daya

manusia tersebut tidak memiliki kedisiplinan, semangat kerja, motivasi, dan

kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, merupakan suatu kerugian yang besar apabila

karyawan suatu perusahaan atau institusi mengalami demotivasi. Kondisi

demikian dapat menjadi penyakit yang mengancam produktivitas kerja yang

mengikis profit institusi.

Mengacu pada kondisi di atas, sudah saatnya bagi IPB khususnya

FMIPA, untuk mengetahui hubungan penerapan absensi finger print terhadap

Page 44: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

motivasi dan kinerja karyawan sehingga dapat meningkat. Hal tersebut dilakukan

mengingat sumber daya manusia merupakan aset termahal dalam suatu organisasi,

sesuai dengan fungsinya sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali dalam

tugas operasional perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian

mengenai pengaruh absensi finger print terhadap motivasi dan kinerja karyawan

dalam rangka usaha pencapaian tujuan FMIPA-IPB secara optimal sangat penting

dilakukan. Karena dengan meningkatnya kedisiplinan, motivasi, dan kinerja

karyawan akan meningkatkan produktifitas sehingga tujuan institusi dapat

tercapai. Secara skematik, kerangka pemikiran konseptual mengenai hal tersebut

dapat dilihat pada Gambar 5.

VISI, MISI, DAN MOTO IPB

Persaingan yang Semakin Ketat

Pemberian Status PT-BHMN

Kebutuhan Pengembangan SDM

Pengembangan SDM FMIPA-IPB Ø Penerapan Absensi Finger Print Ø Penilaian Kinerja dan Kedisiplinan

Faktor Internal/Eksternal yang Mempengaruhi Motivasi § Penghargaan dan Balas Jasa § Kondisi Kerja § Kebijakan Perusahaan § Hubungan Interpersonal § Pengalaman Kerja § Usia § Tingkat Pendidikan § Jenis Kelamin § Status dan Pengakuan

Rendahnya Motivasi dan Kinerja Pegawai IPB

Faktor Kinerja § Prestasi Kerja § Kejujuran § Tanggung Jawab § Kedisiplinan § Kreativitas § Kerja Sama § Kepemimpinan § Kepribadian

Page 45: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

Sumber daya yang ada di FMIPA-IPB sangat memegang peranan

penting dalam pencapaian tujuan lembaga yang sesuai dengan visi, misi, dan moto

yang telah ditetapkan. Kedisiplinan, motivasi, dan kinerja karyawan sangat

diperlukan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkomitmen tinggi

dalam pekerjaannya.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Definisi operasional merupakan landasan berpikir untuk menjelaskan

permasalahan yang akan di ungkapkan. Definisi operasional yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan

pelaksana aktif dalam menjalankan kegiatan perusahaan.

2. Peningkatan kualitas dan kedisiplinan sumber daya manusia suatu institusi

merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan.

3. Absensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh karyawan

untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja di suatu

perusahaan. Absensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang

ditentukan oleh masing-masing perusahaan atau institusi.

Peningkatan Produktivitas, Motivasi, dan Kinerja

Tujuan Institusi

Page 46: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

4. Motivasi merupakan keinginan untuk mencapai sesuatu hal yang

bermanfaat, prestasi, atau kesuksesan, yang timbul di dalam hati seseorang

akibat di pengaruhi oleh suatu faktor yang menjadi motivator.

5. Kinerja adalah hasil atau karya yang dapat dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi

secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral maupun etika.

Pengukuran berdasarkan kepuasan karyawan terhadap kerja kerasnya

dalam mencapai tujuan perusahaan, kesediaan untuk bekerja keras sesuai dengan

jam kerja yang ditentukan institusi, kesediaan menggunakan waktu istirahat untuk

menyelesaikan pekerjaan, kesediaan untuk dapat bekerja sama dengan sesama

rekan kerja seperti kesediaan membantu jika ada yang menemui kesulitan dalam

pekerjaan, kesediaan menyelesaikan pekerjaan rekan kerja yang berhalangan hadir

dan kesediaan dalam memberikan dorongan kepada rekan kerja.

Gambaran umum tahapan penelitian yang dilakukan penulis disajikan

pada Gambar 6.

Penentuan Topik dan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Teknik Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data : - Teknik Random Sampling - Wawancara - Penyusunan Kuesioner - Studi Pustaka

Metode Analisis Data : - Analisis Deskriptif - Metode Rank Spearman

Penyusunan Kuesioner Pengumpulan Data

Page 47: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 6. Diagram Alir Tahapan Operasional Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan

diantara variabel-variabel yang diteliti. Hipotesis utama dari penelitian ini adalah

semakin baik sistem pencatatan absensi maka semakin tinggi tingkat motivasi dan

kinerja karyawan, sedangkan semakin tinggi motivasi dan kinerja maka

produktivitas karyawan semakin meningkat. Hipotesis dapat dirumuskan

berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan

pustaka, dan kerangka pemikiran. Hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai

berikut :

1. Peraturan dan kebijakan penerapan absensi finger print yang diterapkan oleh

institusi memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan kinerja

karyawan. Dengan demikian, semakin baik penerapan peraturan dan kebijakan

Uji Coba Kuesioner

Tabulasi Data-data yang Diperoleh

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Rekomendasi

OK

tidak

ya

Page 48: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerja karyawan,

dan demikian sebaliknya.

2. Kondisi kerja yang diciptakan oleh institusi memiliki korelasi yang nyata

dengan tingkat motivasi dan kinerja karyawan, sehingga semakin kondusif

kondisi kerja yang tercipta berarti semakin tinggi tingkat motivasi dan kinerja

karyawan, dan demikian sebaliknya.

3. Kompensasi memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi kerja

karyawan, sehingga semakin memuaskan kompensasi yang diterima karyawan

berarti semakin tinggi tingkat motivasi dan kinerja karyawan, demikian pula

sebaliknya.

4. Hubungan kerja antara atasan, bawahan, dan sesama karyawan memiliki

korelasi nyata dengan tingkat motivasi kerja pada diri karyawan. Semakin erat

hubungan interpersonal, berarti semakin tinggi tingkat motivasi kerja

karyawan, demikian pula sebaliknya.

5. Umur karyawan memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi kerja.

Semakin tinggi usia, berarti semakin tinggi tingkat motivasi kerjanya sampai

batas usia produktif yaitu lima puluh tahun.

6. Tingkat pendidikan memiliki korelasi nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan, berarti

semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerja karyawan, dan sebaliknya.

7. Masa kerja mempunyai korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja. Semakin lama masa kerja karyawan, berarti semakin tinggi tingkat

motivasi dan kinerjanya.

Page 49: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

8. Jenis kelamin memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja. Pria sebagai tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi sehari-hari, akan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita.

9. Status atau pengakuan memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi

dan kinerja karyawan. Semakin besar pengakuan perusahaan terhadap

karyawan, berarti semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerjanya, dan

sebaliknya.

Dalam upaya peningkatan motivasi dan kinerja karyawan di harapkan

semua faktor baik internal maupun eksternal berpengaruh nyata terhadap motivasi

dan kinerja karyawan sehingga berhubungan positif. Kondisi tersebut akan

mengoptimalkan motivasi dan kinerja karyawan yang semakin tinggi, sehingga

tujuan institusi dan karyawan itu sendiri dapat tercapai.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat. Lokasi kampus

FMIPA-IPB terbagi dua yaitu di Jalan Meranti lingkar kampus IPB Darmaga

Bogor kilometer 8, dan di Jalan Raya Pajajaran Bogor, 16143. Pemilihan lokasi

sebagai tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

pertimbangan bahwa FMIPA-IPB merupakan suatu lembaga pendidikan yang

berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bidang matematika dan ilmu

pengetahuan alam. Pertimbangan lain adalah FMIPA-IPB merupakan suatu

lembaga pendidikan yang menerapkan absensi finger print dalam penataan

Page 50: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

internal yang dilakukan IPB di bidang manajemen sumberdaya manusia.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2005.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuant itatif. Data primer diperoleh

melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan karyawan

penunjang, dan hasil penyebaran kuesioner yang menjadi sampel dari penelitian

khususnya yang terkait dengan penerapan absensi finger print.

Data sekunder diperoleh melalui catatan yang dimiliki oleh institusi

seperti rekap absen, lembar penilaian kinerja, media internet, serta berbagai

literatur-literatur dan tinjauan pustaka yang relevan dan mendukung penelitian ini.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang relevan untuk

menunjang dan memperkuat analisis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Wawancara yang dilakukan dengan pihak institusi ataupun karyawan

penunjang sebagai responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

dalam penelitian.

2. Kuesioner yang diberikan kepada responden untuk memperoleh data yang

diperlukan.

3. Studi kepustakaan, diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca,

mempelajari, mengutip dari berbagai sumber buku, diktat, skripsi, media

internet, dan media lainnya.

Page 51: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang

karyawan dari populasi 175 orang karyawan, dengan pertimbangan bahwa untuk

penelitian yang representatif, sampel minimal sebanyak 10 persen dari populasi.

Sampel untuk penelitian korelasi, sebanyak 30 subyek sudah dianggap mewakili

populasi (Gay dalam Sevilla, 1993). Responden berasal dari karyawan penunjang

di lingkungan FMIPA-IPB, tidak termasuk di dalamnya staf pengajar (dosen).

Karyawan tersebut berstatus pegawai negeri sipil maupun karyawan honorer atau

non pegawai negeri sipil.

Alasan penulis memilih karyawan penunjang sebagai responden, karena

absensi tersebut berpengaruh terhadap penilaian kinerja dan pemberian insentif

kepada karyawan, serta kenaikan pangkat berdasarkan nilai dan jumlah absen

karyawan yang bersangkutan. Sejauh ini penataan yang telah dilakukan SDM-AU,

IPB belum menerapkan insentif absensi dan penilaian kinerja tersebut kepada staf

pengajar (dosen). Alasan lain adalah, karena banyaknya aktifitas staf pengajar di

luar lingkungan akademis atau kampus, sehingga jarang staf pengajar yang

melakukan absensi baik jam datang atau jam pulang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel acak

stratifikasi atau Stratified Random Sampling. Pada teknik ini, populasi yang

dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu terlebih dahulu

dikelompokkan dalam beberapa strata atau sub populasi. Berdasarkan tiap sub

populasi kemudian dilakukan proses sampling secara acak. Dalam penelitian ini

populasi dibagi atas empat strata manajemen. Untuk karyawan berstatus PNS

dibagi menjadi tiga strata manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah adalah

Page 52: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

pegawai negeri sipil golongan satu, manajemen tingkat tengah adalah pegawai

negeri sipil golongan dua, dan manajemen tingkat atas adalah pegawai negeri sipil

golongan tiga ke atas. Untuk pegawai IPB honorer (non-PNS) digolongkan ke

dalam satu strata. Pembagian populasi (PNS versus non-PNS) dilakukan dengan

alasan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan penilaian

kinerja, absensi, dan kompensasi yang diterima karyawan pada masing-masing

populasi. Perbedaan tersebut meliputi jumlah gaji serta jenis tunjangan yang

diterima. Gambar 7 menunjukan stratifikasi karyawan berdasarkan strata

manajemen dan golongan.

Gambar 7. Stratifikasi Karyawan Berdasarkan Strata Manajemen dan Golongan

Jumlah responden atau proporsi pengambilan sampel dari masing-

masing strata manajemen dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Proporsi Pengambilan Sampel Untuk Karyawan PNS dan Non PNS

Stratum Populasi (orang) Sampel (orang)

PNS golongan I 3 1

PNS golongan II 44 7

PNS golongan III 58 14

Non PNS / Honorer 70 8

Jumlah 175 30

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pegawai Negeri Sipil o Karyawan Tingkat Tinggi (Golongan III dan IV) o Karyawan Tingkat Tengah (Golongan II) o Karyawan Tingkat Rendah (Golongan I)

Pegawai IPB Honorer

( non Pegawai Negeri Sipil)

Page 53: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Data mengenai pengaruh penerapan absensi finger print terhadap

motivasi dan kinerja karyawan diperoleh dari kuesioner, hasil penelitian terdahulu,

dan literatur- literatur yang diolah dalam bentuk jumlah persentase, kemudian

ditampilkan dalam bentuk frekuensi dengan menggunakan alat hitung. Metode

pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis dan metode statistik yaitu menghitung koefisien korelasi Rank Spearman,

dibantu dengan program komputer SPSS V.10.5 for Windows.

Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah dikumpulkan. Metode analisis statistik digunakan untuk mencari kuat

tidaknya hubungan antara program penerapan absensi finger print dengan

motivasi dan kinerja karyawan. Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis Pelaksanaan Program Penerapan Absensi Finger Print. Metode

yang digunakan dalam menganalisa pelaksanaan program absensi finger print

adalah analisis secara kualitatif, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan

analisis tabel hasil dari pengolahan kuesioner dan wawancara.

2. Menganalisis Motivasi dan Kinerja Karyawan. Untuk menganalisis motivasi

dan kinerja karyawan digunakan analisis secara kualitatif, yaitu analisis

deskriptif dengan menggunakan tabel hasil dari pengolahan kuesioner

terhadap pertanyaan seputar penerapan dan manfaat absensi finger print.

3. Menganalisis Pengaruh Penerapan Absensi Finger Print Terhadap Motivasi dan

Kinerja Karyawan. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu

analisis statistik dengan rumus korelasi rank spearman digunakan untuk

Page 54: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan yang

lainnya.

4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang akan disebarkan pada karyawan, sebelumnya melalui

pengujian terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas

dan reliabilitas kuesioner tersebut.

Uji validitas kuesioner bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana alat

pengukur yang digunakan mampu mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2002).

Langkah- langkah pengujian validitas kuesioner tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

a. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari

literatur yang ditulis para ahli.

b. Bila di dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang

akan diukur, maka menjadi tugas peneliti untuk membuat definisi dan

rumusan konsep tersebut.

c. Menanyakan langsung kepada calon responden mengenai aspek-aspek

konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba kuesioner kepada sejumlah responden. Jumlah responden

untuk uji coba adalah minimal 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan

lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat dibutuhkan dalam

perhitungan statistik.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing-

masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi Product

Moment, dengan rumus sebagai berikut :

Page 55: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Keterangan : r = nilai korelasi n = jumlah responden (sampel) X = skor masing-masing pernyataan dari setiap responden Y = skor total semua pernyataan dari setiap responden

4. Membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel dan menarik kesimpulan. Jika r-

hitung lebih besar dari r-tabel pada tingkat signifikansi a = 0.05 (5 persen),

maka pertanyaan yang terdapat pada kuesioner adalah signifikan dan memiliki

validitas atau terdapat konsistensi internal dalam pernyataan.

Setelah melakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas jika

alat ukur dinyatakan telah valid. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila

suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel

(Singarimbun dan Effendi, 1989). Sevilla dalam Umar (1999) menyatakan bahwa

reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan

oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal yaitu

pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir pertanyaan yang ada, dan

secara eksternal yaitu melakukan test-retest. Metode yang digunakan untuk

menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah teknik belah dua, di mana alat

pengukuran yang disusun harus memiliki cukup banyak item (pertanyaan atau

pernyataan) dan digolongkan menjadi dua belahan. Cara menghitung reliabilitas

dengan teknik belah dua adalah sebagai berikut :

∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑

−−

−=

])(][)([

)()(2222 YYnXXn

YXXYnr

Page 56: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

(1) Menguji validitas item. Item-item yang tidak valid dikumpulkan dan

dibuang.

(2) Membagi item yang valid menjadi dua belahan, dengan cara acak atau

berdasarkan nomor ganjil–genap.

(3) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan.

(4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan belahan kedua dengan

teknik korelasi product moment. Secara statistik angka korelasi yang

diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritis r tabel.

(5) Mencari angka reliabilitas keseluruhan item dengan rumus di bawah ini :

Keterangan : r.tot = angka reliabilitas seluruh jawaban r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

4.5.2. Koefisien Korelasi Rank Spearman

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya

hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya khusus untuk data

ordinal, yaitu penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja

karyawan. Dalam penelitian ini, variabel bebas (X) adalah absensi finger print dan

variabel terikat (Y) adalah motivasi dan kinerja karyawan. Menurut Siegel (1997),

langkah-langkah yang ditempuh dalam mempergunakan metode Rank Spearman

adalah :

ttrttr

totr.1

).(2.

+=

Page 57: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

(1) Nilai pengamatan dari dua variabel yang diukur hubungannya diberi rank.

(2) Setiap pasang jenjang (rank) dihitung perbedaannya.

(3) Perbedaan setiap rank yang dihitung, dikuadratkan kemudian dijumlah.

Di bawah ini adalah model rumus korelasi koefisien Rank Spearman, yaitu :

rumus (1)

Keterangan : rs = koefisien korelasi Rank Spearman di = selisih besarnya rank dari variabel X dan variabel Y n = jumlah sampel

(4) Apabila dalam penelitian terdapat dua subyek atau lebih yang mempunyai nilai

sama atau angka yang sama, maka rumus perhitungan koefisien korelasinya

adalah sebagai berikut :

rumus (2)

dengan ketentuan : ∑∑ −−= xTnnX12

32

∑∑ −−= yTnn

Y12

32

∑∑ −=

12/

3 ttxyT

Keterangan : rs = koefisien korelasi Rank Spearman n = banyaknya pasangan data Tx = faktor koreksi X Ty = faktor koreksi Y T = faktor koreksi yang berangka sama t = banyaknya observasi yang berangka sama

)1(

61 2

1

2

−−=

∑=

nn

dr

n

ii

s

∑ ∑∑ ∑ ∑−+

=))((2 22

222

YX

dYXr is

Page 58: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

ΣX2 = jumlah ranking yang sama pada variabel X ΣY2 = jumlah ranking yang sama pada variabel Y Σdi

2 = selisih antara rank X dengan rank Y

ΣTx dan ΣTy berturut-turut adalah banyaknya nilai pengamatan X dan

banyaknya nilai pengamatan Y untuk semua kelompok yang berlain- lainan dan

memiliki observasi berangka sama. Aplikasi rumus diatas terhadap penelitian ini

yaitu kadang-kadang terjadi dua subyek atau lebih mendapat skor sama pada

variabel sama. Apabila proporsi angka sama tidak terlalu banyak, rumus korelasi

pertama masih bisa dipakai. Akan tetapi, apabila proporsi angka sama sangat

besar, maka harus dipergunakan rumus kedua, karena rumus tersebut memiliki

faktor koreksi dalam menghitung rs. Selain itu ranking berangka sama dalam

variabel akan mengurangi jumlah kuadrat (∑x2 atau ∑y2) dibawah harga (N3-

N):12, sehingga mengakibatkan rs yang didapat tidak akurat. Karena alasan itu

penulis membutuhkan rumus alternatif dalam penelitian ini.

Selain untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, koefisien

korelasi juga dapat digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel-

variabel yang diukur. Yaitu jika rs > 0 (+), artinya ada hubungan positif atau

searah antara penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja

karyawan, dan jika rs < 0 (-), artinya ada hubungan negatif atau berlawanan arah

antara penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan,

sedangkan jika rs = 0, artinya tidak ada hubungan antara penerapan absensi finger

print dengan motivasi dan kinerja karyawan.

4.5.3. Signifikansi Koefisien Korelasi

Page 59: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Nilai koefisien korelasi Rank Spearman yang didapat perlu diuji terlebih

dahulu sebelum dilakukan pengambilan keputusan. Pengujian ini dimaksudkan

untuk melihat apakah antara variabel dalam populasi terdapat korelasi yang

signifikan (berarti atau tidak). Dalam pengujian ini, koefisien korelasi akan

dibandingkan dengan nilai p value pada α = 0.05 (5 persen). Hasil perbandingan

tersebut digunakan dalam pengujian hipotesis-nol (Ho) untuk menentukan

pendapat tersebut ditolak atau diterima.

Adapun cara pengujian terhadap koefisien korelasi Rank Spearman

tersebut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

o Perumusan Hipotesis

Ho : ?s = 0, artinya tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara veriabel

X dan variabel Y (tidak ada korelasi ranking data populasi).

H1 : ?s ? 0, artinya terdapat keterkaitan yang signifikan antara variabel X dan

variabel Y (terdapat korelasi ranking data populasi).

o Nilai Kritis

Nilai kritis ditentukan dengan memperhatikan jumlah sampel (n) dan tingkat

signifikansi (α) yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan α = 5 persen

dan n = 30 orang, maka nilai kritisnya adalah ± 0,362. Dilihat dari tabel harga-

harga kritis rs (Siegel, 1997).

o Nilai Rank Spearman yang diperoleh dari hasil penelitian

o Keputusan

Page 60: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Jika letak nilai rs hitung yang didapat berada di daerah penolakan Ho, maka

keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima H1, demikian

sebaliknya. Untuk menguji hubungan hipotesis-nol (Ho), kriterianya adalah :

Tolak Ho : Jika p value < α (0.05)

Terima Ho : Jika p value > α (0.05)

o Kesimpulan

Jika keputusan yang diambil adalah menerima H1, maka dapat disimpulkan

bahwa secara statistik dapat dibuktikan adanya korelasi ranking antara skor

absensi finger print (X) dengan motivasi dan kinerja karyawan (Y). Demikian

sebaliknya.

o Penetapan Signifikansi

Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,05 (5 persen). Angka 0,05 dipilih

karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel dan

merupakan tingkat signifikansi yang sudah sering digunakan dalam penelitian

ilmu sosial ekonomi dan manajemen (Siegel, 1997).

Skala Pengukuran

Penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner menggunakan Skala Likert.

Caranya yaitu dengan pemberian bobot tertentu pada setiap pertanyaan, tabel

bobot nilai jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot Nilai Jawaban Responden

Jawaban Responden Bobot Nilai

Sangat setuju / Sangat sesuai (A) 5

Page 61: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Setuju / Sesuai (B) 4

Cukup setuju / Cukup sesuai (Netral) (C) 3

Tidak setuju / Tidak sesuai (D) 2

Sangat tidak setuju / Sangat tidak sesuai (E) 1

Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan

untuk setiap responden guna dijadikan skor penilaian terhadap variabel-variabel

yang akan diteliti.

Pertanyaan terbuka (nontest) yaitu pertanyaan yang memiliki pilihan

jawaban alternatif, penilaiannya dilakukan dengan memberikan bobot 5 untuk

jawaban A, 4 untuk jawaban B, 3 untuk jawaban C, 2 untuk jawaban D, dan 1

untuk jawaban E. Jawaban-jawaban yang telah diberi bobot kemudian dianalisis

secara deskriptif guna untuk mengukur sikap responden. Untuk jenis pertanyaan

nontest, jawaban tidak ada yang benar atau salah, tetapi bersifat positif dan negatif

(Sugiyono, 2004).

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Berdirinya FMIPA-IPB

Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri atas lima Fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan, Peternakan, dan Kehutanan, didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan Keputusan Menteri PTIP No. 91/1963 dan kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden RI No. 279 tahun 1965 tanggal 14 September 1965. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian mulai dibuka pada tahun 1964.

Page 62: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion selaku rektor IPB (1980-1987) merintis pembentukan Fakultas Sains dan Matematika. Berdasarkan Keputusan Rektor No. 076 tahun 1979 tanggal 28 Juli 1979 dibentuk panitia persiapan pembukaan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) yang diketuai oleh Dr. Ir. M. Anwar Nur, dan sekretaris Dr. Ir. Barizi, MES. Melalui Keputusan Rektor No. 078 tahun 1980 terbentuklah Fakultas Sains dan Matematika dengan Dr. Barizi, sebagai Dekan dan Dr. M. Anwar Nur, Ir. Said Harran, M.Sc., serta Drh. Djoko Waluyo masing-masing sebagai Pembantu Dekan I, II, dan III. Fakultas ini secara resmi diakui keberadaannya melalui Keputusan Presiden RI No. 46 tahun 1982 tanggal 7 September 1982 dengan nama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Dalam usaha menindak lanjuti keputusan Presiden tersebut, Rektor IPB merasa perlu menetapkan jurusan-jurusan yang ada di FMIPA, sehingga melalui Keputusan Rektor No. 121 tahun 1982 tanggal 29 Desember tentang pembentukan jurusan pada FMIPA IPB terbentuklah 7 jurusan, yaitu : (1). Jurusan Botani berasal dari Departemen Botani Fakultas Pertanian, (2). Jurusan Zoologi berasal dari bagian Zoologi Departemen Zoologi Fakultas Kedokteran Hewan, (3). Jurusan Biokimia berasal dari Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan, (4). Jurusan Kimia berasal dari bagian Kimia Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian, (5). Jurusan Meteorologi berasal dari bagian Klimatologi Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian, (6). Jurusan Fisika berasal dari bagian Fisika Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian dan, (7). Jurusan Statistika dan Matematika berasal dari Departemen Statistika dan Komputasi Fakultas Pertanian.

Kemudian jenis dan jumlah jurusan di FMIPA IPB diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Keputusan No. 0546/O/1983 tanggal 8 Desember 1983 dengan beberapa perubahan yaitu FMIPA IPB terdiri atas enam jurusan yaitu : (1). jurusan kimia merupakan gabungan antara jurusan kimia dan jurusan biokimia, (2). jurusan geofisika dan meteorologi merupakan gabungan antara jurusan fisika dan jurusan meteorologi, (3). jurusan statistika berasal dari jurusan statistik dan matematika, (4). jurusan matematik berasal dari jurusan statistik dan matematika, (5). jurusan biologi merupakan gabungan antara jurusan botani dan jurusan zoologi, dan (6). jurusan mata kuliah dasar umum berasal dari unit-unit mata kuliah dasar umum tingkat persiapan IPB.

Program Studi Statistika sudah dirintis sejak 1968, pada bagian biometrika Departemen Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian dibawah kurikulum ilmu-ilmu pertanian, kelompok pengetahuan alam dengan nama Jurusan Statistika A (sosial ekonomi pertanian) dan B (ilmu pengetahuan alam). Setelah bagian geometrika berkembang menjadi Departemen Statistika dan Komputasi pada tahun 1972, jurusan statistika pertanian tersebut berubah menjadi program studi statistika. Bagian klimatologi dan bagian fisika Departemen Ilmu–ilmu Pengetahuan Alam merintis program studi agrometeorologi yang mulai diselenggarakan pada tahun akademik 1979/1980. Pada tahun akademik 1981/1982 jurusan biologi membuka program studi biologi. Program studi kimia dibuka pada tahun akademik 1989/1990 yang disahkan oleh Keputusan Dirjen Dikti No. 47/Dikti/Kep/1989 tanggal 19 Mei 1989. Jurusan matematika membuka program studi matematika pada tahun akademik 1990/1991 meskipun Keputusan

Page 63: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Dirjen Dikti mengenai program studi ini baru keluar kemudian, yaitu Keputusan Dirjen Dikti No. 177/Dikti/Kep/1992 tanggal 29 Mei 1992. Program studi ilmu komputer yang dikelola secara bersama oleh jurusan matematika dan jurusan statistika dibuka berdasarkan Keputusan Rektor No. 063/Um/1993 tanggal 15 Juli 1993. Bagi program studi fisika yang diasuh oleh jurusan geofisika dan meteorologi, tahun akademik 1995/1996 merupakan tahun pertama menerima mahasiswa.

5.2. Perkembangan IPB Secara Umum

Bersama UI, ITB, dan UGM mulai bulan Desember tahun 2000, IPB

telah menjadi Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN)

melalui PP No. 154/2000. Perubahan status tersebut memberikan kewenangan

yang sangat luas untuk mengelola seluruh sumberdaya yang dimiliki menuju

peningkatan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan kualitas penyelenggaraan

tri dharma perguruan tinggi (academic excellence). Momentum perubahan

status menjadi PT-BHMN saat ini telah dipergunakan oleh IPB untuk

melakukan pembenahan pada berbagai bidang, diantaranya adalah melakukan

rekayasa ulang terhadap program pendidikan, penataan organisasi, manajemen

keuangan, manajemen fasilitas, sinergitas penelitian, dan kegiatan

pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan kegiatan pembangkitan

pendapatan (income generating activities) non SPP. Melalui perubahan status

menjadi PT-BHMN, diharapkan IPB dapat segera mencapai visinya sebagai

perguruan tinggi bertaraf internasional dan menjadi pelopor dalam revitalisasi

pertanian dan ekonomi perdesaan, riset dan inovasi di sektor pertanian

termasuk bioteknologi.

Sampai saat ini sekitar 70 persen mahasiswa baru IPB setiap tahun

direkrut melalui jalur USMI dari sekitar 1500 SMU di seluruh Indonesia.

Page 64: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Sekitar 30 persen direkrut melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB), jalur Prestasi Internasional dan Nasional (PIN), serta jalur Beasiswa

Utusan Daerah (BUD). IPB memandang bahwa upaya pemberian kesempatan

kepada putra-putri terbaik bangsa untuk mendalami ilmu-ilmu pertanian dan

biosains sangat penting, karena diperkirakan pertanian dan biosain termasuk

bioteknologi akan menjadi bidang yang sangat penting abad ini setelah

periode pengembangan teknologi informasi telah mencapai puncaknya.

Pemerintah Indonesia sekarang ini pun telah bertekad menjadikan

pertanian sebagai platform pembangunan ekonomi nasional. Hal ini secara

langsung merupakan tantangan bagi IPB untuk segera secara cepat dan tepat

merespon tekad pemerintah tersebut. Penataan internal di IPB, khususnya

penataan program pendidikan dan penelitian diharapkan dapat menghasilkan

produk dan luaran terutama lulusan yang berkualitas dan benar-benar

dibutuhkan pada masa mendatang, baik oleh pemerintah, swasta, maupun oleh

industri dari hulu sampai hilir. Pertanian dalam arti luas bukan berarti kegiatan

on farm saja, akan tetapi meliputi seluruh kegiatan agr ibisnis, agroindustri,

agroservis, agrowisata baik dalam bidang perikanan, kelautan, peternakan,

pertanian, kehutanan, dan kesehatan. Oleh karena itu kompetensi atau

kepakaran yang ada di IPB saat ini sangat beragam, mulai dari ilmu-ilmu

pengetahuan alam, geofisika, statistika, sosial, ekonomi, manajemen,

lingkungan, pengembangan wilayah, engineering, teknologi pangan, budidaya,

teknologi informasi, bioteknologi, dan masih banyak lagi.

Kompetensi atau kepakaran tersebut didukung oleh 120 profesor,

575 staf bergelar doktor dan 523 bergelar master lulusan dari berbagai

Page 65: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

universitas di seluruh dunia. Dengan dukungan staf pengajar yang berkualitas

dan fasilitas pendidikan dan penelitian yang sangat memadai, IPB pada tahun

akademik 2005/2006 merubah sistem kurikulum dari sistem kurikulum

nasional (Kurnas) 1994 menuju kurikulum sistem mayor-minor.

Mahasiswa yang terdaftar di mayor pada departemen tertentu

memiliki kesempatan untuk mengambil minor pada departemen lain di seluruh

IPB (supporting courses) untuk melengkapi jumlah SKS tingkat sarjana yaitu

sekitar 144 SKS. Melalui sistem seperti ini IPB tidak lagi menghasilkan

lulusan yang terkotak-kotak dalam suatu program studi tertentu, akan tetapi

menghasilkan populasi lulusan yang memiliki keragaman kompetensi yang

tinggi.

Falsafah FMIPA-IPB adalah satuan pendidikan di lingkungan IPB

yang menjunjung tinggi kebenaran ilmiah dalam bidang FMIPA dan selalu

berusaha mencari, mengembangkan, serta mengamalkan untuk kesejahteraan

manusia. Berdasarkan falsafah tersebut FMIPA-IPB mempunyai misi

melaksanakan tri dharma perguruan tinggi di bidang MIPA dengan membina

sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam secara

berkelanjutan. Tujuan pendidikan di FMIPA-IPB adalah menghasilkan lulusan

pada berbagai jenjang pendidikan tinggi, hasil penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat dalam bidang MIPA yang bermutu dan berdaya guna

tinggi dengan proses yang efisien.

5.3. Lokasi FMIPA-IPB

Page 66: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-IPB, merupakan

bagian dari Institut Pertanian Bogor. FMIPA-IPB terbagi di dua lokasi yang

berbeda yaitu Departemen Fisika, Matematika, Statistik, Geofisika dan

Meteorologi, Ilmu Komputer, dan MKDU terletak di Jln. Meranti Lingkar

Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, kira-kira 8 Km dari pusat kota Bogor.

Departemen Biologi, Kimia, dan Biokimia beralamat di Jln. Raya Pajajaran Bogor

16144, sekitar 90 Km dari Jakarta dan terletak di pusat kota Bogor. Telp/Fax

Dekanat (0251) 625481, website : www.fmipa.ipb.ac.id.

Letak FMIPA-IPB sangat strategis yang berada di jalan utama, dan dekat

dengan jalan Tol Jagorawi. Segala fasilitas kota yang tersedia, sangat

memudahkan para tenaga pengajar, karyawan, dan mahasiswa dalam melakukan

aktivitasnya dan bermobilitas.

5.4. Struktur Organisasi

Dalam statuta IPB tahun 1992, fakultas merupakan unsur pelaksana tri

dharma perguruan tinggi. Fakultas berkewajiban menyelenggarakan pendidikan

akademik dan pendidikan profesional. Fakultas dipimpin oleh dekan yang

mempunyai tugas menyelenggarakan tri dharma di tingkat fakultas. Tugas

tersebut antara lain adalah membina dosen, mahasiswa, alumni, tenaga

administrasi, serta memelihara ketertiban dan keamanan di lingkungan fakultas.

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, dekan dibantu oleh sekretaris

dekan, wakil dekan, dan kepala tata usaha fakultas. Organisasi fakultas terdiri atas

unsur pimpinan fakultas, unsur normatif fakultas, unsur pelaksana akademik,

unsur pelaksana administrasi, dan unsur penunjang akademik fakultas.

Page 67: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Unsur pimpinan fakultas adalah dekan yang dibantu oleh wakil dekan,

sekretaris dekan, dan kepala tata usaha fakultas. Unsur normatif fakultas adalah

senat fakultas, sedangkan unsur pelaksana akademik pada fakultas adalah masing-

masing departemen dengan laboratorium yang dimilikinya. Penyelenggaraan

administrasi didukung oleh unsur pelaksana administrasi yaitu bagian tata usaha

fakultas. Pada setiap departemen terdapat pula penunjang administrasi yang diatur

oleh ketua departemen dan dikoordinasikan dengan bagian tata usaha fakultas.

Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kegiatan tri dharma perguruan

tinggi yang bersifat normatif di lingkungan FMIPA-IPB, senat FMIPA-IPB

membentuk komisi pendidikan, komisi penelitian, komisi pengembangan, dan

komisi penilaian kenaikan pangkat. Guna melancarkan tugas dalam melaksanakan

tri dharma perguruan tinggi dan mengantisipasi pengembangan fakultas secara

operasional, dibentuklah lembaga nonstruktural di bawah koordinasi sekretaris

dekan, yaitu : komisi akademik, komisi penelitian, komisi pengabdian kepada

masyarakat, dan komisi pengembangan fakultas. Struktur organisasi di FMIPA-

IPB disajikan pada Lampiran 3.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden

Kuesioner pada penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu bagian

pertama terdiri dari karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pendidikan

Page 68: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

terakhir, masa bekerja, status dan pengakuan. Bagian kedua terdiri dari pertanyaan

seputar absensi sidik jari, motivasi, dan kinerja. Responden yang diteliti dalam

penelitian ini adalah karyawan penunjang di lingkungan FMIPA-IPB, yang secara

tidak langsung ikut serta dalam terselenggaranya pendidikan dengan lancar.

Responden terdiri dari 22 orang karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil dan

8 orang karyawan honorer. Informasi karakteristik responden secara lengkap

tersaji pada Lampiran 4.

6.1.1. Umur

Usia dapat menentukan efektivitas kerja seseorang, karena biasanya

semakin lanjut usia maka tenaga yang dikeluarkan semakin kecil. Usia karyawan

FMIPA-IPB yang menjadi responden berkisar antara 23 sampai dengan 57 tahun.

Umumnya karyawan FMIPA-IPB masih bisa melakukan pekerjaan dengan usia di

atas 35 tahun. Karyawan yang berusia 57 tahun masih semangat untuk melakukan

pekerjaan. Hal itu dapat dilihat dari absensi dan kinerja yang penuh dengan

semangat.

Seseorang dinyatakan sebagai tenaga kerja produktif pada selang umur

10 sampai 64 tahun (Rusli, 1996). Umumnya usia karyawan yang dijadikan

responden sebagian besar merupakan usia produktif, dimana karyawan sangat

bersemangat dalam bekerja dan tenaga yang digunakan masih maksimum.

Karakteristik umur sangat berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja seseorang.

Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sesuatu yang dapat memotivasinya,

sehingga pekerja dapat meraih apa yang diinginkannya.

Pekerja yang masih muda tuntutan kepuasan kerjanya lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerja usia tua. Hal ini akan berpengaruh terhadap

Page 69: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

motivasi yang dimiliki seorang karyawan (Hasibuan, 2001). Jumlah dan

persentase responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4, yang

menyatakan bahwa sebagian besar karyawan FMIPA-IPB berusia 31 sampai 50

tahun. Hal ini ditunjukan dengan persentasenya yaitu sebesar 60 persen.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Selang Usia

(Tahun)

Responden (Orang) Persentase

(%) PNS Gol I PNS Gol II PNS Gol III NonPNS

20 – 30 - - - 5 16,7

31 – 40 - 4 3 2 30

41 – 50 1 1 7 - 30

51 – 60 - 2 4 1 23,3

Jumlah 1 7 14 8 100

6.1.2. Jenis Kelamin

Karyawan FMIPA-IPB yang menjadi responden lebih didominasi oleh

laki- laki. Hal ini mengingat karena banyaknya pekerjaan di laboratorium atau

lapangan yang berat dan membutuhkan tenaga yang lebih besar. Sedangkan

karyawan berjenis kelamin perempuan lebih banyak bekerja di dalam ruangan,

yaitu pada bagian administrasi dan pelayanan akademik. Pada kenyataannya

jumlah karyawan laki- laki yang ada di FMIPA-IPB memang lebih banyak

dibandingkan perempuan.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Responden (Orang) Persentase

(%) PNS Gol I PNS Gol II PNS Gol III NonPNS

Laki-laki 1 5 9 5 66,7

Perempuan - 2 5 3 33,3

Jumlah 1 7 14 8 100

Page 70: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

6.1.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan karyawan FMIPA-IPB sangatlah beragam, mulai

dari lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas, sampai pada lulusan Perguruan Tinggi. Jumlah dan persentase

karyawan FMIPA berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Responden (Orang) Persentase

(%) PNS Gol I PNS Gol II PNS Gol III NonPNS

SD 1 - - - 3,3

SLTA - 7 7 3 56,7

Diploma II - - 2 - 6,7

Diploma III - - - 3 10

Sarjana - - 5 2 23,3

Karyawan FMIPA-IPB lebih didominasi dengan tingkat pendidikan

SLTA, hal ini ditunjukan dengan persentasenya yang besar yaitu sebesar 56,7

persen. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir,

bersikap, dan memandang suatu masalah yang akhirnya akan berpengaruh pada

perilaku dan cara memotivasi diri yang berbeda-beda. Dilihat dari segi tingkat

pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemungkinan

motivasi kerja yang dimilikinya akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan adanya

keinginan untuk maju dan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dimasa yang

akan datang.

Karyawan FMIPA yang berpendidikan SLTA rata-rata bekerja sebagai

teknisi laboran atau pegawai administrasi, dan pegawai pelayanan akademik.

Kepala tata usaha rata-rata berpendidikan minimal S1.

Page 71: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

6.1.4. Lama Bekerja

Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap

eksistensi pekerjaan yang sedang dilakukan. Semakin tinggi pengalaman kerja

seseorang maka biasanya semakin tinggi pula pengetahuan dan kreatifitas

pekerjaan, karena sudah terbiasa dan terlatih dengan pekerjaan yang dihadapi.

Kadang-kadang ada juga pekerja yang semakin lama masa kerjanya, motivasinya

semakin menurun karena kerap kali para pekerja menemui kejenuhan dalam

bekerja. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan motivator yang dapat meningkatkan

motivasi para karyawan. Sehingga masalah-masalah seperti tersebut di atas dapat

teratasi dengan cepat.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Bekerja di Institusi

Lama

Bekerja

Responden (Orang) Persentase

(%) PNS Gol I PNS Gol II PNS Gol III NonPNS

1-5 tahun - - - 4 13,3

6-10 tahun - - 1 1 6,7

11-15 tahun - 4 1 1 20

16-20 tahun 1 2 5 1 30

> 20 tahun - 1 7 1 30

Responden yang diambil dalam penelitian ini rata-rata mempunyai

pengalaman bekerja yang cukup tinggi yaitu sekitar 6 sampai 30 tahun. Hanya

beberapa responden yang memiliki pengalaman kerja dibawah 6 tahun, dan

karyawan tersebut rata-rata masih berstatus honorer. Akan tetapi, pekerja yang

baru bekerja biasanya memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi karena cenderung

untuk lebih menunjukan kemampuan dirinya dalam bekerja.

Page 72: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

6.1.5. Status dan Pengakuan

Status dan pengakuan merupakan suatu penghargaan yang diberikan

kepada karyawan karena pengabdiannya terhadap perusahaan. Status ini

menunjukkan posisi karyawan dalam sebuah organisasi dan masyarakat, sehingga

para karyawan merasakan dirinya mempunyai suatu pegangan pekerjaan tetap.

Dalam populasi, karyawan yang berstatus PNS berjumlah 105 orang yaitu sekitar

60 persen dari jumlah populasi, sedangkan karyawan yang berstatus non-PNS

berjumlah 70 orang yaitu sekitar 40 persen dari jumlah populasi. Dalam penelitian

ini responden yang berstatus PNS berjumlah 22 orang yaitu sekitar 73,3 persen,

dan yang berstatus non-PNS berjumlah 8 orang yaitu sekitar 26,7 persen.

6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner, kerangka konsep dituangkan dalam bentuk

variabel-variabel penelitian yang dituangkan menjadi bentuk pertanyaan.

Keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 33 butir pertanyaan dimana

masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai yang sama dengan pertanyaan

lainnya. Setelah kuesioner rampung dilakukan pengujian terhadap kuesioner

tersebut dengan menggunakan teknik product moment. Uji validitas dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian dalam mengukur

permasalahan yang ada. Uji validitas dilaksanakan dengan cara menyebar

kuesioner kepada 30 orang responden.

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner, ternyata terdapat dua butir

pertanyaan yang memiliki nilai korelasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai r

tabel. Nilai r tabel pada db = 28 dan a = 5 persen adalah 0,361 dengan tingkat

kepercayaan 95 persen. Adapun dua butir pertanyaan tersebut merupakan

Page 73: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan sistem absensi finger print.

Dengan demikian kedua pertanyaan tersebut harus dihilangkan. Data hasil

perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 6.

Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner

ini cukup tepat dan akurat untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

Perhitungan nilai reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik

belah dua dimana seluruh pertanyaan yang ada dipisahkan menjadi dua kelompok

pertanyaan bernomor ganjil dan genap. Hasil dari uji reliabilitas kuesioner dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Hasil uji melalui teknik belah dua menghasilkan nilai reliabilitas total

sebesar 0,94. Nilai reliabilitas tersebut lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,361

dengan selang kepercayaan 95 persen untuk 30 orang responden. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut cukup reliabel dan

terpercaya untuk digunakan dalam tahapan penelitian selanjutnya.

6.3. Penerapan Sistem Absensi Finger Print

Bagian ini menjelaskan hasil penelitian tentang penerapan sistem absensi

finger print yang diterapkan institusi khususnya FMIPA-IPB berdasarkan

penilaian karyawan. Penilaian karyawan diperoleh dari perhitungan jawaban-

jawaban kuesioner yang disebarkan kepada 30 orang responden. Absensi menjadi

masalah yang sangat penting karena absensi merupakan bukti kehadiran seorang

karyawan dalam bekerja disuatu perusahaan atau institusi. Variabel absensi finger

print yang dimaksud meliputi megisi absen, penerapan absen, sarana penunjang,

kesesuaian absen dengan pekerjaan, metode absen yang mudah, absen adalah hal

Page 74: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, sikap, dan

perasaan lebih baik dalam bekerja.

6.3.1. Mengisi Absen

Mengisi absen yang dimaksud di sini adalah pernyataan responden

tentang setiap karyawan harus mengisi absensi jam datang dan jam pulang dengan

diterapkannya absensi finger print. Hasil jawaban responden tentang mengisi

absen dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Mengisi Absensi Sidik Jari

Untuk pernyataan mengisi absen disesuaikan dengan peraturan institusi

yang berlaku. Jawaban responden sangat beragam, sebanyak 40 persen responden

menyatakan sangat setuju dan 50 persen responden menyatakan setuju. Sedangkan

responden yang menyatakan biasa saja sebanyak 3,3 persen, dan responden yang

tidak setuju sebanyak 6,7 persen. Dengan demikian, berarti pada umumnya

karyawan di lingkungan FMIPA-IPB setuju untuk mengisi absen jam datang dan

jam pulang dengan diterapkannya absensi finger print. Dengan demikian, para

karyawan merasakan keadilan dengan mengisi absen bersama-sama. Hal ini

membantu karyawan yang rajin bekerja supaya motivasi dan kualitas kerjanya

tetap terjaga.

Sangat setuju (40%)

Setuju (50%)

Biasa saja (3.3% )

Tidak setuju (6.7%)

Page 75: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Dilain pihak terdapat karyawan yang bersikap netral atau tidak setuju

dengan diterapkannya absensi finger print. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh

kebiasaan karyawan yang dulunya suka menitip absen kepada temannya. Dengan

diterapkannya sistem absensi finger print ini para karyawan tidak bisa lagi

menitip absen, sehingga mereka yang bersangkutan harus datang sendiri untuk

mengisi absen atau daftar hadir.

Gambar 9 menunjukan pendapat karyawan tentang sudah tepatkah

penerapan absensi finger print dimasa sekarang ini, dimana IPB sedang beralih

status menjadi PT-BHMN.

Gambar 9. Hasil Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Penerapan Absensi Sidik Jari

Berdasarkan hasil jawaban pada Gambar 9, terlihat sebagian besar

karyawan menyatakan penerapan absensi finger print sudah tepat diterapkan pada

kondisi sekarang ini. Artinya para karyawan sangat mendukung dan bersemangat

dengan diterapkannya absensi ini. Dengan demikian penerapan absensi finger

print ini tidak ada masalah. Sebanyak 23,3 persen karyawan bersikap netral dan

6,7 persen tidak setuju dengan penerapan absensi finger print disaat sekarang ini.

Kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan karyawan yang dulunya suka menitip

absen kepada temannya. Dengan diterapkannya sistem absensi finger print ini

Sangat setuju (23.3%)

Setuju (46.7%)

Netral (23.3%)

Tidak setuju (6.7%)

Page 76: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

para karyawan tidak bisa lagi menitip absen, sehingga mereka harus datang

sendiri untuk mengisi absen.

6.3.2. Sarana Penunjang dan Fasilitas

Kepada karyawan yang menjadi responden ditanyakan bagaimana sarana

penunjang dan fasilitas yang ada dalam pelaksanaan absensi dengan finger print.

Adapun jawaban dari responden dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Jawaban Responden Tentang Sarana Penunjang dan Fasilitas

Adapun sarana penunjang dan fasilitas yang dimaksud di sini adalah

transportasi, mesin peralatan finger print, dan transparansi rekap absen. Sebagian

besar responden menyatakan bahwa sarana penunjang dan fasilitas yang tersedia

sudah sesuai dengan kebutuhan, dan pada kenyataannya institusi sudah

menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung penerapan sistem absensi

tersebut. Sebagai contoh, institusi menyediakan bis jemputan untuk menjemput

dan mengantar karyawan supaya tidak telat datang kekantor.

Akan tetapi, jumlah responden yang bersikap netral cukup besar yaitu

36,7 persen atau sepertiga dari total responden. Sisanya 3,3 persen menyatakan

bahwa sarana penunjang dan fasilitas yang tersedia belum sesuai dengan

Netral (36.7%)

Memadai (33.3%)

Sangat memadai (26.7%) Tidak memadai (3.3%)

Page 77: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

kebutuhan. Sikap netral ini disebabkan karena karyawan tidak terlalu merasakan

manfaat dengan adanya sarana penunjang dan fasilitas tersebut.

Terhadap pertanyaan tentang bagaimana kesesuaian antara penerapan

absensi finger print dengan kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat

pada Gambar 11. Disitu terlihat sebagian besar responden menyatakan bahwa

penerapan absensi finger print sesuai dalam pelaksanaan dan kebutuhan pekerjaan.

Kesesuaian antara sistem absensi sidik jari yang diterapkan dengan yang

diharapkan dikaitkan dengan indikator manfaat, kemudahan, dan ketepatan. Akan

tetapi jumlah responden yang bersikap netral cukup besar yaitu sekitar 33,3 persen

atau sepertiga dari total responden. Sisanya sebesar 13,3 persen menyatakan

bahwa penerapan absensi finger print ini tidak sesuai dengan kebutuhan dan

pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 11. Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Absensi Sidik Jari

6.3.3. Kemudahan Absensi Sidik Jari

Jawaban responden terhadap pertanyaan tentang metode absensi dengan

sistem finger print baik dan mudah diterapkan berkaitan dengan pekerjaan, dapat

dilihat pada Gambar 12.

Sangat sesuai (16.7%)

Sesuai (36.7%)

Netral (33.3%)

Tidak sesuai (13.3%)

Page 78: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 12. Jawaban Responden Tentang Kemudahan Absensi Sidik Jari

Pada Gambar 12 terlihat bahwa hampir 75 persen responden menyatakan

pelaksanaan absensi sidik jari sangat mudah dilaksanakan, karena para karyawan

hanya memasukan nomor identitas dan meletakan jari jempol ke alat finger print.

Proses tersebut tidak memakan waktu yang lama. Selain itu dalam pelaksanaan

absensi tidak memerlukan tenaga yang besar karena sistem absensi ini bekerja

secara otomatis.

Selain itu 13,3 persen responden menyatakan absensi finger print cukup

mudah, dan 6,7 persen responden menyatakan tidak mudah. Hal tersebut

disebabkan karena banyaknya tempat tinggal karyawan yang sangat jauh dari

kantor, sehingga mereka harus berangkat pagi untuk mengejar absen supaya tidak

telat.

Gambar 13 menunjukkan pendapat responden terhadap pentingnya

mengisi absen dalam dunia kerja.

Tidak mudah (6.7%) Sedang (13.3%)

Mudah (6.7%)

Sangat mudah (73.3%)

Page 79: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 13. Jawaban Responden Tentang Pentingnya Mengisi Absen

Jawaban responden tentang pentingnya mengisi absen sangat beragam.

Sebagian besar responden menganggap mengisi absen dalam dunia kerja

sangatlah penting. Akan tetapi, dilain pihak sebagian lagi bersikap netral dan ada

juga yang menganggap mengisi absen tidak diperlukan dalam dunia kerja. Hal

tersebut mungkin disebabkan karena seringnya keterlambatan dalam pembayaran

insentif absensi yang diberlakukan institusi, sehingga karyawan kurang antusias

dengan diterapkannya ansensi tersebut. Hal ini juga dapat menurunkan motivasi

dan kinerja karyawan. Untuk itu institusi harus secepatnya mengantisipasi

masalah pembayaran insentif tersebut.

6.3.4. Kejujuran, Tanggung Jawab, dan Kedisiplinan

Kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan dalam bekerja merupakan

sesuatu hal yang langka dan sangat mahal harganya. Biasanya ketiga hal tersebut

sangat susah dibangun pada diri seorang pekerja. Hasil jawaban responden tentang

pentingnya kejujuran berkaitan dengan diterapkannya absensi sidik jari ini dapat

dilihat pada Gambar 14.

Sangat tidak penting (3.3%)

Tidak penting (13.3%) Sangat penting (26.7%)

Penting (33.3%)

Netral (23.3%)

Page 80: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 14. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pentingnya Kejujuran

Hampir 90 persen responden sependapat dengan pernyataan bahwa

kejujuran merupakan hal penting dalam dunia kerja. Apalagi dalam pelaksanaan

absensi seringkali terjadi kecurangan. Kadang-kadang karyawan berangkat ke

kantor hanya mengisi absen dan stor muka saja, tetapi setelah itu pergi untuk

kepentingan pribadi. Hal ini disebabkan karena gaji yang diterima tidak

mencukupi kebutuhan hidup karyawan. Hal yang demikian dapat mengikis profit

perusahaan dan menimbulkan demotivasi terhadap karyawan yang bersangkutan.

Kejujuran dalam pelaksanaan absensi ini sebaiknya harus selalu diawasi

dan dipantau oleh atasan atau kepala tata usaha. Apalagi bangsa Indonesia ini

sedang dilanda krisis moral dan kepercayaan. Alangkah baiknya kejujuran ini

dibangun dan ditanamkan oleh diri masing-masing pekerja. Dilain pihak terdapat

6,7 persen jawaban responden netral, dalam hal ini mungkin responden sudah

menanamkan kejujuran pada diri mereka.

Gambar 15 di bawah ini, menunjukan jawaban responden tentang

tanggung jawab merupakan hal penting dalam dunia kerja. Tanggung jawab ini

berkaitan dengan indikator pelaksanaan absensi finger print.

Tidak setuju (3.3%) Netral (6.7%)

Setuju (30%) Sangat setuju (60%)

Page 81: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Gambar 15. Persentase Jawaban Responden Tentang Tanggung Jawab

Dari grafik diatas terlihat sebagian besar responden bertanggung jawab

terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Walaupun ada sebagian kecil yang

berpendapat netral atau tidak setuju dengan tanggung jawab merupakan hal

penting dalam dunia kerja. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya rasa

tanggung jawab responden terhadap apa yang mereka lakukan.

Kedisiplinan merupakan hal mutlak yang harus dipunyai setiap para

pekerja atau karyawan. Karena dengan kedisiplinan para pekerja dapat

memajukan suatu perusahaan atau institusi. Selain itu dengan menanamkan

kedisiplinan ini, seseorang tidak mungkin telat dalam melakukan absen. Jawaban

responden tentang kedisiplinan merupakan hal penting dalam dunia kerja

berkaitan dengan penerapan absensi sidik jari, dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Persentase Jawaban Responden Tentang Kedisiplinan

Tidak setuju (10%)

Netral (3.3%)

Setuju (43.3%)

Sangat setuju (43.3%)

Netral (6.7%)

Setuju (50%)

Sangat setuju (43.3%)

Page 82: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Berdasarkan Gambar 16 terlihat hampir 90 persen responden setuju

dengan kedisiplinan merupakan hal penting dalam dunia kerja. Meskipun sekitar

6,7 persen responden bersikap netral atau cukup setuju. Hal tersebut dikarenakan

para responden merasa selama ini mereka sudah menegakkan kedisiplinan dalam

bekerja, terutama dalam pelaksanaan absensi seiring dengan peraturan yang

ditetapkan institusi.

6.3.5. Insentif

Seiring dengan dilaksanakannya absensi finger print, institusi

menetapkan penilaian kinerja dan pemberian insentif sebesar Rp. 200.000,-

kepada karyawan yang absensinya penuh selama 22 hari kerja per bulan. Insentif

yang diberikan ini di luar gaji pokok. Bagi karyawan yang absensinya tidak cukup

22 hari, insentif ini akan dikurangi sebesar Rp. 10.000,- per hari. Bagi karyawan

yang selama tiga bulan tidak pernah mengisi absen atau absensinya banyak bolong,

maka akan diberi surat peringatan, dan bagi karyawan PNS kenaikan pangkatnya

akan menjadi lambat. Jawaban responden terhadap pemberian insentif absensi ini

dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif

Netral (13.3%)

Sangat setuju (53.3%)Setuju (33.3%)

Page 83: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Sebanyak 53,3 persen responden sangat setuju dengan pemberian

insentif ini, dan 33,3 persen responden menjawab setuju. Jadi pemberian insentif

ini tidak jadi masalah, malah sebaliknya berdampak positif bagi peningkatan

motivasi dan kinerja karyawan. Sedangkan 13,3 persen responden bersikap netral,

hal ini disebabkan karena sering terjadinya keterlambatan pembayaran insentif

tersebut.

Adapun jawaban responden tentang digantinya sistem absensi bar code

(ceklok) dengan absensi sidik jari dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Jawaban Responden Mengenai Sikap Mereka Terhadap Absensi Sidik

Jari

Sebagian besar responden merasakan senang dengan diterapkannya

absensi sidik jari. Hal ini disebabkan karena absensi tersebut sangat mudah

dilaksanakan dan mempermudah merekap absen karena bekerja secara otomatis.

Selain itu, para karyawan sangat gembira karena mereka merasakan keadilan,

sebab yang suka menitip absen tidak bisa lagi menitip absen kepada karyawan

yang lain. Sekitar 16,7 persen karyawan bersikap netral, 10 persen bersikap tidak

senang, dan 3,3 persen merasa sangat tidak senang. Hal ini disebabkan karena

mereka tidak bisa lagi menitip absen dan harus datang sendiri untuk melakukan

absen kedatangan dan absen jam pulang.

Sangat tidak senang (3.3%)

Tidak senang (10%)

Netral (16.7%)

Senang (26.7%)

Sangat senang (43.3%)

Page 84: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Kepada responden ditanyakan tentang setelah diterapkannya absensi

sidik jari, apakah mereka merasa lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Gambar

14 menunjukkan persentase jawaban responden tentang hal tersebut.

Gambar 19. Jawaban Responden Tentang Perbaikan Dalam Bekerja

Hampir 80 persen para karyawan merasakan lebih baik dalam bekerja

setelah diterapkannya absensi sidik jari. Selain itu 23,3 persen karyawan

merasakan biasa saja, hal ini disebabkan karena sering kali para karyawan

menemukan kejenuhan dalam bekerja yang mengakibatkan tidak ada kemajuan

dalam pekerjaan.

6.4. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Motivasi Kerja

Korelasi yang nyata atau tidak nyata dari masing-masing variabel

absensi dengan motivasi kerja karyawan dapat dilihat dari nilai p yang dihasilkan

oleh setiap variabel. Nilai p adalah angka probabilitas yang menunjukan

signifikansi dari suatu variabel. Nilai p yang lebih kecil dari 0,05 menunjukan

bahwa variabel tersebut memiliki korelasi yang signifikan atau nyata dengan

motivasi kerja pada tingkat kepercayaan 95 persen atau taraf nyata 5 persen.

Sebaliknya nilai p yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel

tersebut tidak memiliki korelasi signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Adapun nilai p dan rs untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 8.

Netral (23.3%)

Baik (56.7%)

Sangat baik (20%)

Page 85: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Tabel 8. Nilai Korelasi (r) dan Signifikansi (p) dari Variabel Absensi dengan Motivasi

Komponen Absensi Nilai rs Nilai p

Megisi Absen

Penerapan Absen

Sarana Penunjang

Kesesuaian Absen

Metode Absen

Absen Hal yang Penting

Kejujuran

Tanggung Jawab

Kedisiplinan

Insentif

Sikap

Lebih Baik Dalam Bekerja

0,423

0,422

0,540

0,511

0,289*

0,494

0,454

0,535

0,385

0,594

0,329*

0,489

0,020

0,020

0,002

0,004

0,121*

0,006

0,012

0,002

0,036

0,001

0,076*

0,006

Keterangan : *) Tidak terdapat korelasi yang signifikansi pada taraf 5 %.

Tabel 8 menunjukkan bahwa komponen-komponen absensi yang

memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah mengisi absen,

penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen

adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, lebih

baik dalam bekerja. Komponen yang tidak memiliki korelasi yang signifikan

dengan motivasi kerja adalah metode absen dan sikap.

Mengisi absen memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi

kerja. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila semua karyawan mengisi absen

sendiri-sendiri tanpa diwakili maka motivasi kerja karyawan akan meningkat.

Sebaliknya, apabila tidak ada absen maka motivasi kerja karyawan akan menurun,

karena dengan tidak adanya absen maka kecurangan akan meraja lela. Kurang

kuatnya korelasi antara mengisi absen dengan motivasi kerja terlihat dari nilai

Page 86: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

korelasinya. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk variabel mengisi absen

adalah 0,423. Nilai ini lebih kecil dari 0,500. Nilai koefisien yang lebih kecil dari

0,500 menunjukan kurang kuatnya korelasi, dan demikian sebaliknya.

Ketepatan penerapan absensi sidik jari di saat sekarang ini memiliki nilai

p = 0,02 yang berarti bahwa penerapan absensi ini memiliki hubungan yang nyata

dengan motivasi kerja. Akan tetapi sama halnya dengan variabel 1, penerapan

absensi sidik jari bukanlah faktor yang dominan yang mempengaruhi motivasi

kerja. Hal ini terlihat dari nilai korelasinya yang kecil dari 0,500 yaitu sebesar

0,422. Dapat diartikan bahwa penerapan absensi sidik jari kurang kuat

pengaruhnya terhadap motivasi kerja.

Sarana penunjang dan fasilitas memiliki nilai p = 0,002 yang berarti

memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi kerja. Sedangkan kesesuaian

penerapan absensi sidik jari dengan pekerjaan memiliki nilai p = 0,004. Kedua

variabel ini memiliki nilai korelasi berturut-turut 0,540 dan 0,511 yang berarti

kuatnya hubungan kedua variabel ini dengan motivasi kerja. Pada kenyataannya

sarana penunjang dan fasilitas yang disediakan institusi memang memadai, dan

penerepan absensi tersebut memang mendukung peningkatan motivasi dan kinerja

para karyawan.

Metode absensi dan sikap memiliki nilai signifikansi berturut-turut 0,121

dan 0,076. Berarti kedua variabel tersebut tidak memiliki korelasi yang nyata

dengan motivasi kerja. Dengan demikian, metode absen dan sikap karyawan

terhadap penerapan absensi sidik jari tidak berkaitan dengan motivasi kerja

karyawan. Ketidak signifikanan ini juga ditunjukan oleh nilai korelasinya yang

relatif kecil yaitu sebesar 0,289 dan 0,329.

Page 87: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Absen adalah hal penting dalam dunia kerja. Dengan adanya absen, kita

dapat melihat seorang karyawan hadir atau tidak hadir dalam bekerja. Dengan

demikian, atasan mudah menilai seorang karyawan dengan melihat rekap daftar

hadirnya. Setelah diterapkannya absensi sidik jari ini, para karyawan FMIPA

sangat merasakan bahwasanya absensi merupakan hal yang penting dalam dunia

kerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikannya yaitu sebesar 0,006, artinya semakin

baik sistem absensi maka motivasi karyawan akan semakin baik pula.

Setelah diterapkannya absensi sidik jari, karyawan juga merasakan

bahwa kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan merupakan hal yang sangat

berharga dan penting dalam dunia kerja. Apabila seorang pekerja dapat

menanamkan atau membiasakan ketiga hal tersebut dalam dirinya, maka otomatis

motivasi yang dimilikinya akan semakin meningkat dan aura bekerjanya akan

semakin positif. Sehingga dalam melakukan pekerjaan mereka tidak gampang

bosan/menyerah, dan apa yang ditargetkan biasanya akan tercapai. Hal ini terlihat

dari nilai signifikannya yang sangat berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja,

yaitu berturut-turut sebesar 0,012; 0,002; dan 0,036.

Hageman (1993), menyatakan ganjaran berupa uang merupakan motivasi

utama bagi karyawan. Uang digunakan oleh karyawan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar dan kebutuhan tingkat atas untuk pengakuan dan

prestasi. Teori Motivasi Proses menyatakan, bahwa setiap pekerja mau bekerja

giat sesuai dengan harapan yang akan diperolehnya dimana harapan ini

merupakan daya penggerak yang memotivasi pekerja. Jika harapan menjadi

kenyataan maka pekerja cenderung akan meningkatkan kualitas kerjanya, begitu

pula sebaliknya (Vroom dalam Umar, 1999).

Page 88: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Kuatnya korelasi antara insentif yang diberikan dengan motivasi kerja

karyawan FMIPA-IPB terlihat dari nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien

korelasi yang diperoleh untuk variabel pemberian insentif ini adalah 0,594, nilai

ini lebih besar dari 0,500. Dengan demikian, pemberian insentif absen yang

diterima karyawan sebesar Rp. 200.000,- per bulan berpengaruh langsung pada

motivasi kerja karyawan. Hal ini juga diperkuat dengan nilai signifikansi yang

diperoleh yaitu sebesar 0,001.

Setelah diterapkannya absensi sidik jari, karyawan merasa lebih baik

dalam melakukan pekerjaan. Nyatanya pengaruh absensi sidik jari ini terlihat dari

nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,006. Walaupun hal tersebut di

atas tidak terlalu mendominasi salah satu faktor yang dapat meningkatkan

motivasi kerja karyawan FMIPA-IPB.

6.5. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari dengan Kinerja

Komponen-komponen absensi yang diduga berhubungan dengan kinerja

karyawan antara lain mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang,

kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran,

tanggung jawab, kedisiplinan, insentif, lebih baik dalam bekerja, metode absen,

dan sikap. Tabel 9 menunjukkan nilai p dan rs yang menentukan nyata tidaknya

hubungan dari setiap komponen absensi dengan kinerja karyawan FMIPA-IPB.

Page 89: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Tabel 9. Nilai Korelasi (r) dan Signifikansi (p) dari Variabel Absensi dengan Kinerja

Komponen Absensi Nilai rs Nilai p

Mengisi Absen

Penerapan Absen

Sarana Penunjang

Kesesuaian Absen

Metode Absen

Absen Hal yang Penting

Kejujuran

Tanggung Jawab

Kedisiplinan

Insent if

Sikap

Lebih Baik Dalam Bekerja

0,467

0,635

0,424

0,513

0,255*

0,424

0,444

0,484

0,241*

0,386

0,512

0,652

0,009

0,000

0,019

0,004

0,174*

0,020

0,014

0,007

0,200*

0,035

0,004

0,000

Keterangan : *) Tidak terdapat korelasi yang signifikansi pada taraf 5 %.

Berdasarkan nilai signifikansi yang tertera pada Tabel 9, ternyata ada

dua variabel yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja

karyawan. Variabel tersebut yaitu metode absen dan kedisiplinan, dengan nilai

signifikansinya berturut-turut sebesar 0,174 dan 0,200. Dalam pelaksanaannya,

metode absensi sidik jari ini memang tidak jauh berbeda dengan metode absen

sebelumnya, yaitu dengan sistem bar kode. Bedanya adalah sistem absensi sidik

jari ini tidak dapat diwakilkan ke orang lain. Hal ini yang menyebabkan responden

merasa metode absensi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja.

Beda halnya dengan kedisiplinan, karyawan merasa kedisiplinan tidak

terlalu berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini disebabkan karena kebiasaan

karyawan yang dari dulu santai dalam bekerja, sehingga tidak terlalu terlihat

peningkatan kinerja setelah diterapkannya absensi sidik jari tersebut. Selain itu di

duga faktor insentif dan besarnya gaji yang diterima juga mempengaruhi

Page 90: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

kedisiplinan tersebut. Karena bagaimana mau disiplin kalau insentif yang diterima

karyawan sangat kecil dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah

diterapkannya absensi sidik jari para karyawan harus datang sendiri untuk mengisi

absen. Dengan demikian, karyawan mau tidak mau harus tepat waktu dalam

bekerja, sehingga mengisi absen ini cukup signifikan dengan peningkatan kinerja.

Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,009 dengan korelasi 0,467,

walaupun hubungannya tidak terlalu erat.

Pemberian status PT-BHMN kepada IPB direalisasikan dengan salah

satu cara yaitu perbaikan manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya. IPB

menerapkan absensi sidik jari supaya karyawan tidak bisa lagi menitip absen

kepada temannya, sehingga karyawan dapat memperbaiki kinerjanya. Ketepatan

penerapan absensi di saat sekarang ini mempunyai pengaruh yang nyata dengan

peningkatan kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya

sebesar 0,000, dengan nilai korelasi sebesar 0,635. Berarti dengan diterapkannya

absensi sidik jari di saat sekarang ini dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Demikian juga pada variabel sarana penunjang yang disediakan,

hubungannya signifikan dengan kinerja. Hal ini ditunjukan dengan nilai

signifikansinya sebesar 0,019 dan nilai korelasinya sebesar 0,424. Nilai korelasi

variabel sarana penunjang sedikit lebih kecil dari nilai korelasi penerapan absen.

Ini disebabkan karena banyaknya karyawan yang berdomisili jauh dari kantor,

sehingga mereka harus bangun pagi supaya tidak ketinggalan bis jemputan.

Kejujuran dan tanggung jawab dalam bekerja juga berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kinerja. Oleh karena, dengan kejujuran dan tanggung jawab

yang besar seorang pekerja, akan berkorelasi positif terhadap peningkatan kinerja

Page 91: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

karyawan tersebut. Demikian halnya dengan insentif yang diberikan. Insentif ini

juga memiliki nilai signifikan yang kecil dari 0,05 yaitu 0,035. Berarti insentif

yang diberikan dapat meningkatkan kinerja karyawan ke arah yang lebih baik.

Karyawan FMIPA-IPB sangat senang dengan diterapkannya absensi

sidik jari dan mereka merasakan keadilan, sebab harus bersama-sama dalam

menerapkan absensi ini. Tidak ada lagi kecurangan dan merasa kurang puas

dengan sistem absensi ini, karena absensi finger print bekerja secara otomatis dan

dibantu dengan peralatan komputer yang canggih. Para karyawan juga merasakan

lebih baik dalam melakukan pekerjaannya, sehingga otomatis kinerja karyawan

akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan oleh institusi.

6.6. Implikasi Terhadap Institusi

Penilaian karyawan terhadap sistem absensi sidik jari yang baru setahun

diterapkan, dapat dilihat melalui persentase jawaban responden. Umumnya

karyawan menilai bahwa kebijakan IPB dalam menerapkan absensi sidik jari ini

sudah tepat pada kondisi dimana IPB sedang dihadapkan kepada otonomi kampus

dan persaingan antar universitas yang semakin ketat. Responden juga berpendapat

bahwa IPB harus segera membenahi dirinya untuk menjadi universitas bertaraf

internasional.

Masalah yang perlu diperhatikan adalah hasil penilaian karyawan yang

biasa-biasa saja terhadap variabel-variabel absensi sidik jari. Persentase jawaban

ini cukup besar, berkisar antara 3,3 persen sampai dengan 36,7 persen. Sikap

seperti ini menunjukan apresiasi karyawan yang cukup rendah terhadap penerapan

absensi sidik jari tersebut. Sikap ini perlu diantisipasi oleh pihak administrasi dan

Page 92: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

umum IPB, karena dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan.

Sikap yang netral ini dapat berubah ke arah sikap ketidak puasan.

Institusi perlu meninjau kembali sistem penerapan absensi yang telah

diterapkan selama ini untuk mengetahui penyebab biasa-biasa sajanya apresiasi

karyawan dan mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan analisis korelasi, hanya

variabel metode absensi dan variabel sikap karyawan yang tidak memiliki

hubungan signifikan dengan motivasi kerja karyawan. Artinya sistem atau metode

absensi yang diterapkan selama ini secara umum tidak memiliki hubungan dengan

motivasi kerja.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan karyawan,

motivasi kerja karyawan FMIPA juga dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti

lingkungan kerja, status, hubungan interpersonal, dan lain- lain. Khususnya bagi

karyawan honorer mereka lebih termotivasi bekerja untuk mendapatkan status dan

pengakuan dari institusi. Hal ini diperlukan agar mereka merasakan mempunyai

pegangan pekerjaan yang tetap dan tidak takut dengan ancaman pemutusan

hubungan kerja.

Selain itu, memperoleh status yang jelas di masyarakat turut

mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Mereka merasa bangga menyandang

status sebagai karyawan disuatu institusi ternama di Indonesia. Bila dibandingkan

dengan teori Maslow, maka tingkat kebutuhan karyawan tidak lagi berada pada

tingkat pertama yaitu Physiological Needs, tetapi sudah berada pada tingkat yang

lebih tinggi. Karyawan jauh lebih termotivasi oleh hal-hal yang ingin mereka

miliki dibandingkan dengan hal-hal yang telah mereka peroleh. Dalam hal ini

Page 93: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

kebutuhan fisiologis karyawan sudah terpenuhi dan mereka menginginkan

kebutuhan pada hierarki selanjutnya untuk terpenuhi.

Berdasarkan dari semua komponen sistem absensi yang memiliki

hubungan signifikan dengan kinerja, hanya empat variabel yang memiliki

pengaruh cukup kuat terhadap kinerja karyawan. Variabel tersebut antara lain

penerapan absen, kesesuaian absen dengan pekerjaan, sikap, dan rasa lebih baik

dalam melakukan pekerjaan. Hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasinya yang

lebih tinggi dari 0,500. Seperti halnya motivasi, kinerja karyawan FMIPA-IPB

lebih banyak dipengaruhi oleh faktor- faktor di luar absensi seperti gaji, status, dan

lain- lain.

Karyawan umumnya menginginkan lebih dari sekedar imbalan materi.

Mereka juga menginginkan rasa aman, perlakuan sebagai manusia, dan hubungan

yang baik dengan orang-orang di lingkungan kerja. Faktor- faktor ini yang

nampaknya lebih menonjol dan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pihak

institusi hendaknya memanfaatkan situasi ini dengan menciptakan kondisi kerja

yang lebih menyenangkan, dan meningkatkan hubungan yang erat antar karyawan

melalui program-program yang dapat menjalin hubungan silaturahmi dan

kebersamaan seperti rekreasi, olah raga, dan lain- lain.

Page 94: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan tentang penerapan absensi

sidik jari pada FMIPA-IPB, maka dapat disimpulkan :

1. Penerapan absensi finger print sudah tepat diterapkan pada kondisi sekarang

ini. Penerapan absensi sidik jari ini memiliki pengaruh yang nyata terhadap

peningkatan motivasi kerja karyawan. Hal ini didasarkan kepada jawaban

responden dan hasil pengujian korelasi Rank Spearman dengan menggunakan

SPSS pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa beberapa faktor absensi berkorelasi signifikan dengan motivasi kerja

karyawan FMIPA-IPB. Komponen-komponen absensi tersebut antara lain

adalah mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen

dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab,

kedisiplinan, insentif, dan lebih baik dalam bekerja. Komponen yang tidak

memiliki korelasi yang signifikan dengan motivasi kerja adalah metode absen

dan sikap. Jika lebih baik metode atau sistem absensi yang diterapkan, maka

kemungkinan motivasi karyawan akan semakin meningkat.

2. Penilaian kinerja karyawan FMIPA-IPB dilaksanakan dalam periode

seminggu sekali. Penilaian ini dilakukan oleh kepala tata usaha atau atasan

langsung dari masing-masing departemen, dan formulir penilaian kinerja

tersebut dilaporkan kepada kepala administrasi dan umum IPB. Penilaian

kinerja ini berkaitan langsung dengan jumlah kehadiran karyawan.

Berdasarkan rekap absen tersebut juga diketahui berapa insentif yang diterima

karyawan tersebut. Hasil kajian terhadap hubungan antara absensi dengan

Page 95: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

kinerja menunjukkan bahwa korelasi yang signifikan atau nyata terdapat pada

variabel mengisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen

dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab,

insentif, lebih baik dalam bekerja, dan sikap. Variabel yang tidak mempunyai

korelasi langsung dengan kinerja adalah metode absen dan kedisiplinan.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, kepada FMIPA-IPB dapat

diberikan beberapa saran bagi upaya peningkatan efektivitas penerapan absensi

finger print, serta upaya peningkatan motivasi dan kinerja karyawan. Antara lain

yaitu :

1. Untuk meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan FMIPA-IPB, hendaknya

pihak institusi selalu memantau, meninjau, dan memperbaiki pelaksanaan

sistem absensi yang sudah ada. Hal ini juga dapat mengurangi sikap karyawan

yang tidak terlalu termotivasi dengan sistem absensi yang sudah berjalan

selama ini.

2. Institusi hendaknya lebih memperketat sistem pelaksanaan absensi dengan

melakukan absen di siang hari, sehingga para karyawan tidak bisa pergi

sekehendaknya disaat jam kerja.

3. Pembayaran insentif hendaknya jangan sampai telat sehingga para karyawan

tetap termotivasi dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan.

4. Para atasan atau kepala tata usaha hendaknya tetap memantau kinerja bawahan,

sehingga para karyawan merasa terperhatikan dengan baik. Hal ini akan

meningkatkan kinerja karyawan secara bertahap dan memperbaiki komunikasi

antara atasan dan bawahan.

Page 96: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

5. Institusi hendaknya melakukan kajian motivasi dan kinerja secara berkala.

Dengan melakukan kajian ini diharapkan dapat diketahui hal-hal apa saja yang

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan, sekaligus mengidentifikasi

masalah yang mungkin saja timbul, sehingga masalah tersebut dapat segera

teratasi. Selain itu institusi perlu mengkaji faktor- faktor lain yang dapat

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan FMIPA-IPB, selain penerapan

absensi sidik jari. Faktor- faktor tersebut bisa saja tentang lingkungan kerja,

status, hubungan interpersonal, dan lain- lain.

Page 97: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, H. dan Daryanto, A. 1999. Teori Motivasi dan Rancangan Organisasi. Manajemen dan Teknologi. Volume 5. Majalah Agrimedia. Bogor.

Dwi, S. A. 2001. Hubungan Antara Penilaian Prestasi Kerja dan Motivasi Kerja

Karyawan Bagian Produksi PT. Saung Mirwan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Flippo, E. B. 1990. Manajemen Personalia. Erlangga. Jakarta. Gomes, F. C. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset. Yogyakarta. Handoko, T. H. 1995. Manajemen. Edisi II, BPFE. Yogyakarta. Hasibuan, M. S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hayati, R. 2001. Kajian Hubungan Antara Penerapan Sistem Kompensasi dengan

Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus di PT. Guru Indonesia). Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Heriawanto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Kuraesin, S. F. 2004. Hubungan Kompensasi dengan Tingkat Motivasi Kerja Karyawan di CV. Banyu Biru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Skripsi Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Kussriyanto, B. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Seri Manajemen.

No. 95. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Mangkuprawira, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Manullang, M. 1994. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nurdiana, D. 1999. Deskripsi Sistem Penilaian Prestasi Kerja Sebagai Bagian dari Proses Manajemen Kinerja. Studi di PT. Pupuk Iskandar Muda (PERSERO), Aceh Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Schulle, lt. dan Ciallante, lt. 1998. Consumer Behaviour in Asia. Necavillie Press.

London.

Page 98: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Sembiring, A. 1999. Evaluasi Pelatihan Hubungan Komunikasi Atasan-Bawahan. PT. Indosat Tbk. Jakarta Pusat. Skripsi Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Sevilla, Conivelo G. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Sianipar, J. P. dan Entang, H. M. 2001. Teknik-teknik Analisis Manajemen. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia.

Jakarta. Simamora, H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. STIE YKPN. Yogyakarta. Sinar Harapan, 13 Juni 2003. Sistem Pengidentifikasian Sidik Jari Kini Tidak

Hanya Polisi yang Bisa Menggunakan. Harian Umum Sinar Harapan. Jakarta.

Singarimbun dan Effendy. 1989. Metode Penelitian Survai. PT. Midas Surya

Grafindo Persada. Jakarta. Susilawati, S. 2003. Hubungan Motivasi Kerja Karyawan dengan Produktivitas

Kerja Karyawan Produksi Pabrik Sirup Glukosa . Studi Kasus di PT. Indonesian Maltose Industri, Cipaku, Bogor. Skripsi Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Umar, H. 1997. Riset Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

http://www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi- teknologibiometric-untuk sistem-absensi-perkantoran/ Diakses Bulan November 2005

http://www.sinarharapan.co.id/feature/ritel/2003/0902/rit01.html Diakses Bulan November 2005

Page 99: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

L A M P I R A N

Page 100: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 1. Form Laporan Kinerja Karyawan

Laporan Kerja (Produktifitas) Tenaga Penunjang Nama : NIP : Unit Kerja Langsung : Unit Kerja Atasan : Waktu : Tanggal : s/d Tanggal :

(Jumlah hari kerja efektif = Hari) I. Laporan Kegiatan Harian (diisi oleh pegawai yang bersangkutan setiap hari dan diparaf atasan

langsung diketahui pula oleh atasan dari atasan langsung dan diserahkan kepada petugas setiap minggu)

No Laporan Kegiatan Jam atau Hari

Rataan JE

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at V J V J V J V J V J

A Pekerjaan Rutin (Satuan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B Penugasan Pimpinan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Jam (TJ) /hari Persentase Jam Efektif (JE) Paraf atasan langsung Tanggal Ket : V = Volume J = Jam Pegawai yang bersangkutan, Atasan langsung, ( ) ( ) NIP. NIP.

Mengetahui, Atasan dari Atasan Langsung,

( )

Page 101: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

NIP. Catatan : Laporan kinerja harian diisi dengan tulisan tangan ( tidak boleh ditik) Lampiran 2. Form Penilaian Kinerja Harian No Penilaian Nilai

1 Kreatifitas A B C D

2 Tanggung Jawab A B C D

3 Ketelitian A B C D

4 Kecepatan Kerja A B C D

5 Efisiensi A B C D

6 Kualitas Kerja A B C D

7 Kerjasama A B C D

Ket : Beri tanda silang pada bagian nilai yang dipilih Pegawai yang bersangkutan, Atasan Langsung,

Page 102: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 3. Struktur Organisasi Pelaksana Administrasi Fakultas dan

Departemen di Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Dekan

Wakil Dekan

Ketua Departemen

Sekretaris Departemen

Karyawan Fakultas

Rektor

Kepala Tata Usaha Fakultas

Kepala Bagian Kepala Tata Usaha Departemen

Karyawan Departemen

Page 103: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 4. Karakteristik Responden

Nama Responden Umur Jenis Pendidikan Masa Status Pangkat/ Jabatan Unit

(thn) Kelamin Terakhir Bekerja (thn) Golongan Kerja

Yuhandini, SE 27 P S1 1.9 nPNS PKK Fisika

Amas 42 L SMEA 16 PNS 3A Laboran Fisika

Deny Suherman 23 L D3 2 nPNS Teknisi Matematika

Parman Suwarno 45 L SLTA 26 PNS 3A Laboran Fisika

Musiran 57 L STM 28 nPNS Laboran Geomet

Indra Gunawan 27 L SLTA 5 nPNS Security Dekanat

Toni Pranoto 36 L STM 12 nPNS Laboran Fisika

Bono 42 L SLTA 12 PNS 3A Bag. Keuangan Matematika

Faisal 26 L D3 3.5 nPNS Laboran Fisika

Elidah 50 P S1 PNS KTU Fisika Fisika

Daniel V.W.H 52 L SLTA 30 PNS 3B Adm TPB Fisika Fisika

50 P D2 28 PNS 3B UPT Perpustakaan

Eddi Djaenuddin 55 L SMEA 25 PNS 3B PKK Biologi

R. Yadi Mulyadi 38 L SLTA 14 PNS 2D Adm Kepeg Ilkom

Kusnata Listra, SPd 52 L S1 25 PNS 3C KTU Fakultas Dekanat

Jatmiko 38 L SLTA 17 PNS 3A Teknisi Ilkom

Syaefuddin 52 L SLTA 25 PNS 3D Operator Lab Statistika

Fatur 34 L S1 10 PNS 3A KTU Ilkom Ilkom

Yuni Maharani 29 P D3 9 nPNS Bendahara Biologi Marisi Lucia R. Manalu 46 P S1 24 PNS IVA KTU Matematika Matematika

Juanda 35 L SLTA 15 PNS 2C Adm Kepeg Matematika

Marimin 52 L STM 15 PNS 2A Laboran Kimia

Amirullah. A 51 L SLTA 18 PNS 2D Adm Kepeg Dekanat

Euis Nurhayani 40 P SLTA 18 PNS 2D KTU Kimia Kimia

Eti Suhaeti 36 P SMEA 13 PNS 2D Biologi

Dede Mariah 48 P D2 20 PNS 3A Pustakawan Statistika

Fitri 33 P S1 18 PNS 3B Sekretaris Dekanat

Susi Heryati 43 P S1 19 PNS 3C KTU Biologi Biologi

Supandi 47 L SD 18 PNS 1D Laboran Biologi

Mansyur 42 L SLTA 22 PNS 2D Sekretariatan Geomet

Lampiran 5. Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner

No Nomor Pertanyaan Bagian A (ABSENSI) Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 5 4 4 3 5 5 4 5 5 5 5 2 4 4 5 3 2 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 5 5 3 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 3 5 5 4 5 5 1 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 6 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 7 5 5 5 3 5 5 2 5 5 5 5 3 5 4 5 5 8 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 4 5 9 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5

10 5 4 3 4 5 5 3 5 4 5 5 3 4 4 4 5

Page 104: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

11 3 3 3 3 5 4 3 5 5 4 3 5 2 3 3 3 12 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 13 5 4 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 14 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 3 4 15 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 3 1 4 4 5 16 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 5 3 3 3 3 17 4 3 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 18 4 4 3 4 5 4 2 4 4 5 5 5 3 4 5 3 19 5 3 4 2 2 3 3 5 5 5 3 5 4 3 3 3 20 4 3 3 3 5 3 3 3 4 3 3 5 4 3 4 4 21 4 2 4 2 3 4 4 4 5 4 4 1 5 4 4 4 22 2 4 2 2 3 4 1 3 3 4 5 5 2 4 4 2 23 2 2 3 4 3 4 4 4 2 4 5 3 5 4 4 4 24 4 3 3 4 5 3 3 2 2 3 4 5 2 4 3 3 25 4 3 4 3 5 3 5 5 4 5 5 3 5 4 5 4 26 4 4 3 3 2 3 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 27 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 3 3 3 28 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 29 5 4 4 2 5 4 2 5 5 4 5 5 3 5 5 5 30 4 4 5 4 5 3 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4

Total 127 116 115 107 134 121 110 134 126 131 132 115 119 119 122 119 Lanjutan Lampiran 5.

No. Nomor Pertanyaan Bagian C (KINERJA) Total

Resp 26 27 28 29 30 31 32 33 1 4 4 4 3 3 3 5 5 138 2 5 3 5 4 5 4 4 5 147 3 5 5 4 5 5 4 4 5 151 4 5 4 5 5 4 5 5 3 147 5 5 5 5 4 4 5 5 2 153 6 5 5 5 3 5 5 3 5 156 7 5 5 3 5 5 4 4 3 151 8 5 5 5 4 5 5 4 5 159 9 5 5 5 5 5 5 4 5 165

10 3 2 5 3 3 3 3 4 133 11 4 2 3 3 3 3 3 3 123 12 4 2 4 3 4 4 3 4 133 13 4 2 4 2 4 3 3 4 138 14 4 2 3 2 3 3 4 4 136 15 4 1 4 2 4 4 2 4 146 16 4 2 3 2 4 4 3 4 135 17 4 3 4 3 3 3 3 4 141 18 4 3 4 1 3 4 2 4 136 19 3 1 4 2 4 4 3 3 133 20 3 2 3 3 3 3 3 3 127 21 4 2 4 4 4 4 4 4 138 22 4 2 2 2 2 2 2 3 115 23 4 2 3 2 4 4 4 4 138 24 4 2 3 3 3 3 2 4 132

Page 105: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

25 4 1 3 5 5 4 4 4 150 26 4 2 3 2 4 4 3 4 138 27 5 2 4 3 3 3 2 3 143 28 4 4 4 3 4 4 4 4 156 29 4 4 5 5 5 5 4 5 168 30 4 5 3 3 4 3 2 4 163

Total 126 89 116 96 117 114 101 118

Page 106: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner

Keterangan : *) Perhitungan tidak valid, dimana r hitung < r tabel (0,361) pada tingkat

kepercayaan 95% (a = 0,05)

Nomor Pertanyaan Koefisien Validitas 1 0,6241 2 0,6486 3 0,5294 4 0,5098 5 0,4186 6 0,3377 * 7 0,4882 8 0,5336 9 0,4578 10 0,3726 11 0,4632 12 -0,3424 * 13 0,3852 14 0,5998 15 0,4848 16 0,6727 17 0,3902 18 0,5532 19 0,4405 20 0,4319 21 0,5553 22 0,4885 23 0,7265 24 0,5570 25 0,3923 26 0,6824 27 0,7741 28 0,7070 29 0,6227 30 0,7360 31 0,6938 32 0,5603 33 0,4164

Page 107: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Validitas Kuesioner Uji Coba Pertanyaan Nomor 1

No. Resp X Y X2 Y2 XY 1 5 137 25 18769 685 2 5 145 25 21025 725 3 4 148 16 21904 592 4 5 143 25 20449 715 5 4 148 16 21904 592 6 5 150 25 22500 750 7 5 144 25 20736 720 8 5 151 25 22801 755 9 5 156 25 24336 780 10 5 123 25 15129 615 11 3 112 9 12544 336 12 4 121 16 14641 484 13 5 125 25 15625 625 14 4 122 16 14884 488 15 5 131 25 17161 655 16 4 119 16 14161 476 17 4 124 16 15376 496 18 4 118 16 13924 472 19 5 114 25 12996 570 20 4 107 16 11449 428 21 4 117 16 13689 468 22 2 93 4 8649 186 23 2 115 4 13225 230 24 4 108 16 11664 432 25 4 125 16 15625 500 26 4 112 16 12544 448 27 4 116 16 13456 464 28 4 128 16 16384 512 29 5 139 25 19321 695 30 4 133 16 17689 532

Jumlah 127 3824 557 494560 16426 Nilai Korelasi :

})3824()49456030}{()127()55730{(

)3824127()1642630(22 −−

−=

xx

xxr 63,0=r

Keterangan : X = Skor jawaban responden untuk pertanyaan nomor 1 Y = Jumlah jawaban tiap responden N = Jumlah sample r = Nilai Korelasi Nilai r hitung > r tabel pada tingkat kepercayaan 95 %, sehingga pertanyaan No. 1 valid.

∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑

−−

−=

])(][)([

)()(2222 YYnXXn

YXXYnr

Page 108: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 8. Perhitungan Tingkat Reliabilitas Kuesioner

No. Resp

X(genap) Y(ganjil) X2 Y2 XY

1 62 68 3844 4624 4216 2 64 73 4096 5329 4672 3 65 73 4225 5329 4745 4 68 71 4624 5041 4828 5 67 72 4489 5184 4824 6 72 68 5184 4624 4896 7 62 74 3844 5476 4588 8 69 75 4761 5625 5175 9 73 77 5329 5929 5621

10 56 59 3136 3481 3304 11 50 53 2500 2809 2650 12 56 60 3136 3600 3360 13 57 59 3249 3481 3363 14 54 58 2916 3364 3132 15 63 60 3969 3600 3780 16 51 59 2601 3481 3009 17 54 62 2916 3844 3348 18 51 58 2601 3364 2958 19 49 57 2401 3249 2793 20 46 53 2116 2809 2438 21 53 59 2809 3481 3127 22 41 43 1681 1849 1763 23 52 56 2704 3136 2912 24 49 51 2401 2601 2499 25 56 63 3136 3969 3528 26 51 53 2601 2809 2703 27 52 55 2704 3025 2860 28 58 63 3364 3969 3654 29 59 71 3481 5041 4189 30 57 68 3249 4624 3876

Total 1717 1871 100067 118747 108811 Nilai Korelasi :

})1871()11874730}{()1717()10006730{(

)18711717()10881130(22 −−

−=

xx

xxr

89,0=r

∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑

−−

−=

])(][)([

)()(2222 YYnXXn

YXXYnr

Page 109: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lanjutan Lampiran 8.

xy

xyt r

rr

+=

1

)(2

89,01)89,0(2

+=tr

94,0=tr

Keterangan : X = Skor pertanyaan bernomor genap Y = Skor pertanyaan bernomor ganjil N = Jumlah responden rt = Nilai reliabilitas kuesioner

Nilai r total > r tabel (0,361) pada tingkat kepercayaan 95 %, dan N = 30. Jadi seluruh pertanyaan kuesioner reliabel.

Page 110: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Korelasi Rank Spearman Komponen Absensi dengan Motivasi

No.

Resp Absensi Motivasi

Ranking Absensi

Ranking Motivasi

D (selisih) D2

1 5 4 24.5 20.5 4 16 2 5 3 24.5 16.5 8 64 3 4 5 11 27 -16 256 4 5 5 24.5 27 -2.5 6.25 5 4 2 11 8 3 9 6 5 5 24.5 27 -2.5 6.25 7 5 5 24.5 27 -2.5 6.25 8 5 5 24.5 27 -2.5 6.25 9 5 5 24.5 27 -2.5 6.25

10 5 4 24.5 20.5 4 16 11 3 4 3 20.5 -17.5 306.25 12 4 4 11 20.5 -9.5 90.25 13 5 2 24.5 8 16.5 272.25 14 4 2 11 8 3 9 15 5 4 24.5 20.5 4 16 16 4 2 11 8 3 9 17 4 2 11 8 3 9 18 4 3 11 16.5 -5.5 30.25 19 5 2 24.5 8 16.5 272.25 20 4 2 11 8 3 9 21 4 2 11 8 3 9 22 2 2 1.5 8 -6.5 42.25 23 2 2 1.5 8 -6.5 42.25 24 4 4 11 20.5 -9.5 90.25 25 4 2 11 8 3 9 26 4 2 11 8 3 9 27 4 2 11 8 3 9 28 4 2 11 8 3 9 29 5 2 24.5 8 16.5 272.25 30 4 5 11 27 -16 256

Total 127 95 2163.5 Output dengan menggunakan soft ware SPSS :

ABSENSI MOTIVASISpearman's rho ABSENSI Correlation Coefficient 1.000 .423*

Sig. (2-tailed) . .020N 30 30

MOTIVASI Correlation Coefficient .423* 1.000Sig. (2-tailed) .020 .

N 30 30* Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).

Page 111: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lanjutan Lampiran 9. Output dengan menggunakan rumus (manual) : Karena ada data yang sama pada variabel X (absensi) dan Y (motivasi), maka rumus Spearman yang digunakan adalah rumus (2), yaitu :

5,42312

2212

121212

1515 333

=−

+−

+−

=∑ xT

32612

2212

6612

7712

1515 3333

=−

+−

+−

+−

=∑ yT

18245,42312

303032 =−−=∑ X

5,192132612

303032 =−−=∑Y

∑ ∑∑ ∑ ∑−+

=))((2 22

222

YX

dYXr is

4225,0)5,1921)(1824(2

5,21635,19211824=

−+=sr

Page 112: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 10. Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Komponen Absensi dengan Motivasi Kerja Karyawan

Komponen Absensi Koefisien Korelasi

Megisi Absen

Penerapan Absen

Sarana Penunjang

Kesesuaian Absen

Metode Absen

Absen Hal yang Penting

Kejujuran

Tanggung Jawab

Kedisiplinan

Insentif

Sikap

Lebih Baik Dalam Bekerja

0.423

0.422

0.540

0.511

0.289

0.494

0.454

0.535

0.385

0.594

0.329

0.489

Page 113: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 11. Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Komponen Absensi dengan Kinerja Karyawan

Komponen Absensi Koefisien Korelasi

Megisi Absen

Penerapan Absen

Sarana Penunjang

Kesesuaian Absen

Metode Absen

Absen Hal yang Penting

Kejujuran

Tanggung Jawab

Kedisiplinan

Insentif

Sikap

Lebih Baik Dalam Bekerja

0.467

0.635

0.424

0.513

0.255

0.424

0.444

0.484

0.241

0.386

0.512

0.652

Page 114: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

Lampiran 12. Tabulasi Jawaban Responden

No Nomor Pertanyaan Bagian A Nomor Pertanyaan Bagian BResp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 2 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 3 5 4 3 4 5 5 3 5 2 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 3 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 2 5 5 6 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 7 5 5 5 3 5 2 5 5 5 5 5 4 5 5 2 5 5 3 8 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 9 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 4 3 4 5 3 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 11 3 3 3 3 5 3 5 5 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 12 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 13 5 4 3 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 2 4 5 14 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 2 4 4 15 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 1 4 4 5 3 4 5 5 16 4 4 5 4 5 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 17 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 18 4 4 3 4 5 2 4 4 5 5 3 4 5 3 4 3 4 4 19 5 3 4 2 2 3 5 5 5 3 4 3 3 3 5 2 5 5 20 4 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 3 21 4 2 4 2 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 22 2 4 2 2 3 1 3 3 4 5 2 4 4 2 2 2 3 4 23 2 2 3 4 3 4 4 2 4 5 5 4 4 4 4 2 5 4 24 4 3 3 4 5 3 2 2 3 4 2 4 3 3 4 4 4 3 25 4 3 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 2 4 5 26 4 4 3 3 2 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 27 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 2 3 4 28 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 29 5 4 4 2 5 2 5 5 4 5 3 5 5 5 5 2 5 4 30 4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4

Total 127 116 115 107 134 110 134 126 131 132 119 119 122 119 123 95 125 126 115

Page 115: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (Finger Print)

DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor, Bogor)

Oleh :

Faisal Ali Ahmad

A14102532

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (Finger Print) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor)

Bapak/Ibu Yang Terhormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, IPB, saya

memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat membantu penelitian saya dengan

KUESIONER PENELITIAN

Page 116: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

mengisi kuesioner ini. Pada penelitian ini, akan di analisis hubungan penerapan

absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini

dapat menjadi masukan bagi IPB terutama FMIPA dalam mengembangkan

sumber daya manusia, khususnya pada pelaksanaan penerapan absensi finger print

agar mencapai efisiensi dan efektif seperti yang diharapkan.

Atas bantuan, kesediaan, dan kerja sama Bapak/Ibu dalam mengisi

kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Faisal Ali Ahmad Nrp. A14102532

PETUNJUK UMUM

1. Kuesioner ini hanya untuk kepentingan penelitian semata dan jawaban yang

diberikan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kinerja dan karier

saudara.

2. Kuesioner ini terdiri dari identitas responden dan pertanyaan seputar absensi

finger print.

3. Jawablah semua pertanyaan di kuesioner ini. Adanya pertanyaan yang tidak

terjawab menyebabkan seluruh jawaban anda tidak dapat diolah.

4. Saya mengharapkan kejujuran anda supaya hasil penelitian saya ini lebih

akurat.

Page 117: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

IDENTITAS RESPONDEN (Kerahasiaan Identitas ini Terjamin)

1. Nama : .............................................................

2. Umur : .................................................Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan Terakhir : .............................................................

5. Lama Bekerja di Institusi : .................................................Tahun

6. Status Karyawan : PNS Honorer/IPB

7. Pangkat/Golongan : .............................................................

8. Jabatan Sekarang : .............................................................

9. Unit Kerja/Departemen : .............................................................

10. Tugas dan Wewenang : .............................................................

11. Alamat Tempat Tinggal : .............................................................

A. Pertanyaan Seputar Penerapan Absensi Finger Print

1. Menurut anda, semua karyawan di bawah institusi IPB harus mengisi absensi kedatangan dan jam pulang dengan di terapkannya absensi finger print ? a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju

Page 118: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

e. sangat tidak setuju 2. Menurut anda, sudah tepatkah institusi menerapkan absensi finger print pada

saat/kondisi sekarang ini ? a. sangat tepat b. tepat c. cukup tepat d. tidak tepat e. sangat tidak tepat

3. Menurut anda, bagaimana sarana penunjang dan fasilitas yang ada dalam pelaksanaan absensi dengan finger print ? a. sangat memadai b. kurang memadai c. cukup memadai d. tidak memadai e. sangat tidak memadai

4. Menurut anda, bagaimana kesesuaian antara penerapan absensi finger print

terhadap kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

5. Menurut anda, metode absensi dengan finger print baik dan mudah diterapkan

berkaitan dengan pekerjaan anda ? a. sangat mudah b. mudah c. sedang d. tidak mudah e. sangat tidak mudah

6. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa lebih disiplin dengan pekerjaan anda ? a. sangat disiplin b. disiplin c. cukup disiplin d. tidak disiplin e. sangat tidak disiplin

7. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa bahwa mengisi absen merupakan hal yang penting dalam dunia kerja ? a. sangat penting b. penting c. cukup penting d. tidak penting

Page 119: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

e. sangat tidak penting 8. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa bahwa

kejujuran merupakan hal yang penting dalam dunia kerja ? a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

9. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa bahwa

tanggung jawab merupakan hal yang penting dalam dunia kerja ? a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

10. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa kedisiplinan

merupakan hal yang penting dalam dunia kerja ? a. sangat setuju a. setuju b. cukup setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju

11. Setelah melakukan perbaikan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan absensi

finger print, seharusnya anda mendapatkan insentif yang wajar dari institusi ? a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

12. Apakah insentif/uang absensi yang diberikan sudah sesuai dengan janji

institusi ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

13. Berkaitan dengan sikap, apakah anda senang dengan diterapkannya absensi finger print ? a. sangat senang b. senang c. cukup senang d. tidak senang

Page 120: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

e. sangat tidak senang 14. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda merasa lebih baik

dalam melakukan pekerjaan ? a. sangat baik b. baik c. cukup baik d. tidak baik e. sangat tidak baik

B. Pertanyaan Seputar Motivasi Kerja

15. Setelah diterapkannya absensi dengan finger print, anda memiliki motivasi

bekerja yang lebih baik ? a. sangat baik b. baik c. cukup baik d. tidak baik e. sangat tidak baik

16. Apakah anda merasa senang dengan pekerjaan sekarang ini ?

a. sangat senang b. senang c. cukup senang d. tidak senang e. sangat tidak senang

17. Bekerja sesuai target yang telah ditetapkan adalah hal penting.

a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

18. Waktu istirahat anda dapat digunakan untuk bekerja jika institusi

menginginkannya. a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

19. Bekerja tepat waktu merupakan kebiasaan anda.

a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

Page 121: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

20. Waktu luang anda dipergunakan untuk membantu teman atau mengerjakan

pekerjaan yang berguna. a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

21. Hubungan dan komunikasi anda dengan rekan sekerja di lingkungan institusi ?

a. sangat erat b. erat c. cukup erat d. tidak erat e. sangat tidak erat

22. Apakah anda sudah merasa nyaman dengan lingkungan fisik dimana tempat

anda bekerja ? a. sangat nyaman b. nyaman c. cukup nyaman d. tidak nyaman e. sangat tidak nyaman

23. Apakah anda sudah puas dengan gaji dan tunjangan yang anda peroleh

sekarang ? a. sangat memuaskan b. memuaskan c. cukup memuaskan d. tidak memuaskan e. sangat tidak memuaskan

24. Apakah anda sudah puas dengan seluruh kebijakan dan peraturan yang

ditetapkan institusi ? a. sangat memuaskan b. memuaskan c. cukup memuaskan d. tidak memuaskan e. sangat tidak memuaskan

25. Bekerja di institusi ini memberikan tantangan bagi saya.

a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

C. Pertanyaan Seputar Kinerja

Page 122: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

26. Penilaian kinerja yang dilakukan institusi atas setiap pekerjaan memotivasi saya untuk bekerja dengan baik? a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

27. Menurut anda, bagaimana metode penerapan absensi finger print jika dikaitkan dengan indikator kepemimpinan ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

28. Menurut anda, bagaimana metode penerapan absensi finger print jika

dikaitkan dengan indikator kedisiplinan ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

29. Menurut anda, bagaimana metode penerapan absensi finger print jika

dikaitkan dengan indikator keterampilan ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

30. Menurut anda, bagaimana metode penerapan absensi finger print jika

dikaitkan dengan indikator tanggung jawab ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

31. Menurut anda, bagaimana metode penerapan absensi finger print jika dikaitkan dengan indikator kesungguhan dalam bekerja ? a. sangat sesuai b. sesuai c. cukup sesuai d. tidak sesuai e. sangat tidak sesuai

Terima kasih atas waktu yang telah diberikan. Semoga apa yang kita kerjakan dan usahakan bermanfaat.

Page 123: HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44601/A06faa.pdf · rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan

32. Saya sudah puas dengan hasil kerja saya sekarang dalam mencapai tujuan institusi. a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

33. Saya bersedia untuk bekerja keras sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan dan memberikan yang terbaik bagi tujuan institusi. a. sangat setuju b. setuju c. cukup setuju d. tidak setuju e. sangat tidak setuju