hubungan pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme

114
HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh MUFLIHAH NIM: 11160520000019 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1442 H

Upload: others

Post on 14-Feb-2022

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP

NASIONALISME MAHASISWA LEMBAGA

DAKWAH KAMPUS (LDK) UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh

MUFLIHAH

NIM: 11160520000019

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M / 1442 H

Page 2: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME
Page 3: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME
Page 4: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME
Page 5: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

i

ABSTRAK

Muflihah, NIM: 11160520000019, Hubungan Pembinaan

Liqo dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga

Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Di

Bawah Bimbingan Tasman, M.Si.

Mahasiswa diharapkan memiliki sikap nasionalisme yang

tinggi agar mampu menjaga keutuhan budaya bangsa dan negara.

Upaya penanaman sikap nasionalisme di kalangan mahasiswa

perlu adanya pembinaan nasionalisme melalui diskusi atau

bimbingan yang mendukung akan pentingnya sikap nasionalisme.

Karena dengan adanya pembinaan tersebut mahasiswa dapat terus

meningkatkan kualitasnya dalam menjaga sikap nasionalisme.

Salah satu pembinaan yang mendukung dalam meningkatkan

sikap nasionalisme yaitu pada pembinaan liqo di LDK UIN

Syahid. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan pembinaan liqo dengan sikap

nasionalisme mahasiswa di UIN Syahid.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metodelogi

kuantitatif dengan metode survei. Jumlah sampel penelitian ini

sebanyak 80 responden yaitu mahasiswa aktif dalam LDK UIN

Syahid angkatan 2018 dan telah mengikuti pembinaan liqo.

Dengan menggunakan teknik analisis data korelasi Pearson

Product Moment. Untuk mengolah data menggunakan program

Microsoft Excel dan SPSS for Windows 20.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan

positif dan signifikan antara variabel pembinaan liqo dan variabel

sikap nasionalisme mahasiswa di LDK UIN Syahid dengan nilai

korelasi sebesar 0.867** pada taraf signifikasi 0.000 atau kurang

dari 0.05 hubungan tersebut termasuk dalam kategori kuat,

sehingga dapat dikatakan Ha diterima dan Ho ditolak. (2) 25%

responden atau sebanyak 20 dari 80 responden menjalankan dan

memahami pembinaan liqo secara maksimal dengan kategori

tinggi. (3) Variabel pembinaan liqo dan variabel sikap

nasionalisme dikatakan normal dengan nilai sig. Lebih besar dari

nilai alpha (0.05).

Kata kunci: Pembinaan Liqo, Sikap Nasionalisme, LDK UIN

Syahid

Page 6: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas kelimpahan rahmat dan karunia, serta petunjuk-Nya.

Sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan

(skripsi) ini dengan judul “Hubungan Pembinaan Liqo dengan

Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Shalawat serta salam selalu dipanjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sebagai suri tauladan dalam menjalankan

kehidupan ini. Alhamdulillah penelitian dalam skripsi ini yang

bertempat di LDK UIN Syahid tahun 2020 dapat diselesaikan

sampai akhir penyusunan penelitian. Peneliti menyadari bahwa

dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat

dalam memberikan informasi maupun berbagi ilmu pengetahuan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam proses perjalanan skripsi ini peneliti

mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini peneliti mengucapkan banyak terimakasih

kepada segenap orang yang telah membatu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

Page 7: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

iii

1. Suparto, M.ED., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSM selaku

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Shihabuddin Noor,

MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,

Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku ketua Program

Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Artiarini Puspita

Arwan, M.Psi selaku Skretaris Program Studi Bimbingan

dan Penyuluhan Islam, yang telah membantu kebutuhan

peneliti dalam penyusunan skripsi dan selalu memberikan

motivasi.

3. Tasman, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi serta

Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membantu

membimbing dan meluangkan waktunya serta

memotivasi kepada peneliti selama proses penyusunan

skripsi..

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat

kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Orang tua peneliti, Ibu dan semua kakak serta keponakan

peneliti yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan penuh, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik.

Page 8: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

iv

6. Pihak Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

Hidayatullah, Alwi Rahmat Siregar selaku ketua umum

LDK Sayhid 2020 yang telah mengizinkan dan sangat

menerima peneliti untuk mengadakan penelitian di

Lembaga tersebut.

7. Fitriyani selaku Kordinator Akhwat Bagian Sub-Divisi

Humas dan Iis Ismayati selaku Kordinator Bagian Divisi

Kaderisasi yang telah banyak memabntu memberikan

banyak informasi mengenai responden dan membantu

dalam pengambilan uji inti.

8. Semua yang telah mendukung berlangsungnya penelitian

ini. Dan

9. Terimakasih kepada diri peneliti sendiri yang telah

berjuang untuk menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT memberikan keberkahan, rahmat dan

balasan atas segala jasa kebaikan yang telas diberikan. Peneliti

menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam skripsi ini,

oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran untuk

perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 07 September 2020

Muflihah

Page 9: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................... 1

B. Batasan Masalah & Rumusan Masalah ................ 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. 10

D. Tinjauan kajian Terdahulu .................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembinaan Liqo .................................................... 14

1. Pengertian Pembinaan Liqo ............................ 14

2. Materi Pembinaan Liqo .................................. 17

3. Metode Pembinaan Liqo ................................. 28

4. Murabbi (Pembimbing) Pembinaan Liqo ....... 30

B. Sikap Nasionalisme .............................................. 31

1. Pengertian Nasionalisme ................................ 31

2. Cinta Tanah Air .............................................. 34

3. Bela Negara .................................................... 36

4. Toleransi ......................................................... 39

C. Kerangka Pemikiran ............................................. 41

Page 10: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

vi

D. Hipotesis Penelitian .............................................. 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................... 44

B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................ 45

C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................. 47

D. Teknik Pengumpulan Data ................................... 47

E. Sumber Data ......................................................... 48

F. Instrumen Penelitian ............................................. 49

G. Teknik Analisis Data ............................................ 55

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

Hidayatullah ............................................................. 59

1. Sejarah Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

Hidayatullah ....................................................... 59

2. Visi dan Misi Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

Hidayatullah ....................................................... 60

3. Pembinaan Liqo LDK UIN Syahid .................... 61

4. Struktur Organisasi LDK UIN Syahid TP. 2020 63

B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan .............. 65

1. Karakteristik Responden .................................... 65

2. Gambaran Umum Responden ............................ 70

3. Analisis Data Uji Korelasi .................................

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ......... 71

b. Uji Koefiensi Korelasi.................................. 72

c. Uji Korelasi .................................................. 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................. 80

Page 11: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

vii

B. Saran ........................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 82

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran ........................................... 42

2. Struktur organisasi LDK UIN Syahid ................ 63

DAFTAR TABEL ..............................................................

1. Skala instrumen ........................................................ 53

2. Hasil uji realibilitas .................................................. 55

3. Skala likert ............................................................... 56

4. Karakteristik responden ........................................... 65

5. Gambaran umum responden .................................... 70

6. Uji normalitas ........................................................... 71

7. Koefisien korelasi..................................................... 73

8. Uji korelasi ............................................................... 77

LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki nilai-nilai sebagai landasan utama.

Landasan itu dibangun berdasarkan hasil pemikiran dan

hasrat yang mendalam melalui proses pemikiran panjang.

Kemudian dipegang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Landasan bangsa Indonesia yang telah disepakati adalah

Pancasila. Jiwa nasionalisme keIndonesiaan telah lama

ditelusuri dan direfleksikan para Founding Fathers, Soekarno

telah menjelaskan bahwa: “Nasionalisme itu ialah suatu

i’tikad; suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu satu

golongan, satu bangsa!. Bangsa itu adalah suatu persatuan

perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah

dijalani oleh rakyat itu.”1

Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang ideal di

masa depan diperlukan pemahaman mendalam akan

signifikan nasionalisme dalam Indonesia. Nasionalisme di

Indonesia lahir dari kesadaran masyarakat untuk melepas dari

penjajah dan segala bentuk eksploitasi serta diskriminasi yang

mengganggu stabilitas politik, ekonomi, budaya dan agama.2

Namun, kalimat “hidup atau mati” yang dahulu lantang

diucapkan oleh para pejuang kemerdekaan, menjadi hal yang

1 Muh. Umar Syadat Hasbullah,Revousi Politik Kaum Muda Jakarta,

(Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2008), h.285 2 M. Takdir Ilahi, Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas Bangsa

Paradigma Pembangunan & Kemandirian Bangsa,(Yogyakarta: Ar-Ruz

Media, 2012), h. 13.

Page 13: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

2

semu dan kurang tepat pada generasi muda saat ini.

Pergeseran makna dari nasionalisme itu sendiri tidak jarang

menyebabkan penelitian negatif terhadap semangat

nasionalisme generasi muda saat ini.

Menumbuhkan sikap nasionalisme merupakan proyek

bersama yang senantiasa harus diperjuangkan, bangsa

Indonesia harus mampu mengambil pelajaran dari beberapa

negara yang hancur dikarenakan warganya berjiwa kerdil.

Terjadinya erosi nasionalisme menimbulkan banyak paham

terutama dari sisi keagamaan.

Direktur Center for the Study of Religion and Culture

(CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Idris Hemay

mengatakan fundamentalisme dan konservatisme tumbuh

subur di kalangan mahasiswa kampus itu, “Mahasiswa UIN

Jakarta secara umum moderat, namun ada sebagaian yang

rentan terhadap fundamentalisme dan radikalisme”. Riset

SETARA menemukan UIN Syarif Hidayatullah pada posisi

kedua dari 10 perguruan tinggi paling fundamentalis yang

diteliti.3

Khofifah (Gubernur Jawa Timur) pun menanggapi berita

tersebut dan menyatakan dalam sebuah survei di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi objek penyebaran

radikalisme yang cukup mengerikan. Tidak sedikit anak yang

disurvei sepakat bahwa orang murtad boleh dibunuh, tak

3 Egi Adyatama, Tempo.co: Penelitian Internal: Radikalisme Tumbuh

Subur di UIN Jakarta, (2019), diakses dari

https://nasional.tempo.co/read/1220307/penelitian-internal-radikalisme-

tumbuh-subur-uinjakarta pada 20 Desember 2019

Page 14: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

3

hanya kalangan mahasiswa, sejumlah dosen juga menjadi

objek penyebaran radikalisme. Survei tersebut menunjukkan

tingginya intoleran di Indonesia.4

Radikalisme bermula dari pemahaman agama yang sempit

dan hitam-putih. Mereka berpendapat hanya ada satu

kebenaran tunggal dan absolut yang berasal dari Tuhan, selain

yang berasal dari Tuhan adalah kebatilan. Radikalisme dan

terorisme adalah masalah bersama, bukan pemerintah atau

aparatur keamanan saja. Diperlukan langkah-langkah

membangun kesadaran dan komitmen kolektif seluruh

kekuatan bangsa. Beberapa waktu lalu, Badan Intelejen

Negara (BIN) menyebut 39% mahasiswa terpapar

radikalisme.5

Kondisi tersebut tentu menjadi realitas yang harus

disikapi secara seksama dan sesegera mungkin, mengingat

sosial budaya yang semakin beragam dan perbedaan

pemahaman yang semakin jelas nampak. Hal demikian dapat

mengancam eksistensi negara kesatuan. Permasalahan yang

sering terjadi adalah mengenai sensitivitas agama pada

masyarakat khususnya kelompok-kelompok khilafah,

seringkali memisahkan antara agama dan negara. Ajaran

Islam sendiri sebenarnya mengajarkan untuk saling menjaga

4 Tito Dirhantoro, alinea.id: Khofifah sebut Survey UIN Jakarta soal

Radikalisme Mengerikan,(2019), di akses dari

https://www.alinea.id/nasional/khofifah-survey-uin-jakarta-soal-radikalisme-

mengerikan pada 20 Desember 2019 5 Abdul Mu’ti, Artikel: Indonesia Darurat Radikalisme?, (2018), di

akses dari https://www.uinjkt.ac.id/id/indonesia-darurat-radikalisme/ pada 30

Desember 2019

Page 15: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

4

persatuan negara. Islam dan nasionalisme kaitannya sangat

erat bahkan dalam Al-Qur’an pun menyandingkan agama

dengan negara. Berikut yang tercantum dalam Al-Qur’an:

م ال ين وا

م في الد وك

اتل

ام يق

اذينا ل

ن ال ه عا

ام الل

ا ك نها يا

ال

يهم؛اواإل

قسط

ت وهم وا ر با

ان ت

ام أ

ارك م من ديا

رجوك

يخ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku

adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam

urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung

halaman.” (QS. Al –Mumtahana : 8)

Al-Qur’an menyandingkan antara iman dan negeri

sehingga tidak ada pilihan, keduanya harus menyatu. Wujud

unsur pokok yang merekat antara nasionalisme dengan Islam

yaitu: manusia, tempat, dan hubungan kasih sayang dengan

tanah air. Itu sebabnya tanah air dinamai dengan “Ibu

Pertiwi”.6 Menjaga nasionalisme merupakan bentuk cinta

negara dan akan selalu menjaga negara dari pemikiran

radikal. Cinta tanah air harus dibuktikan dengan praktik

sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW,

dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat,

sebagai mana pepatah Arab mengatakan hubbul wathan minal

iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman).7

6 Najella, Shihab. Semua Murid Semua Guru, Hidup Bersama Al-

Qur’an. Ep.33: Islam dan Nasionalisme, 2018, di akses dari

https://youtu.be/vjr6s3Xyo81 pada 30 Desember 2019. 7 Agus Subagyo, Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era

Globalisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.5

Page 16: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

5

Semangat nasionalisme dalam segala bidang kehidupan

bangsa Indonesia sangat diperlukan upaya untuk

meningkatkan kesadaran nasionalisme dalam rangka

perekatan persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, semangat

nasionalisme dewasa ini mulai luntur khususnya pada

mahasiswa, disebabkan banyaknya budaya asing yang masuk

di Negara Indonesia dan generasi muda melupakan

budayanya sendiri bahkan menganggap budaya asing lebih

baik dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini yang perlu

menjadi perhatian jika ingin terus menjaga nasionalisme

generasi bangsa.

Mahasiswa dengan jiwa mudanya seringkali labil dan

mudah terkonformitas dengan informasi yang didapat, tidak

ber-tabayyun terlebih dahulu. Dengan semangatnya informasi

yang belum begitu dipahami langsung disebar luaskan begitu

saja tanpa berpikir panjang. Dan bahkan informasi tersebut

dijadikan dalil yang seharusnya dikaji lebih dalam dalam lagi.

Kajian tersebut seringkali disampaikan oleh kelompok-

kelompok atau partai berbasis Islam yang menginginkan

Islam sebagai dasar negara. Kelompok-kelompok tersebut

seringkali mengatasnamakan agama untuk memenangkan

pendapatnya.

Upaya penanaman sikap nasionalisme di kalangan

mahasiswa perlu adanya pembinaan nasionalisme melalui

jalur diskusi atau bimbingan. Karena dengan adanya

pembinaan tersebut mahasiswa dapat terus meningkatkan

kualitasnya dalam menjaga nasionalisme. Dalam proses

Page 17: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

6

pembinaan nasionalisme tersebut dibutuhkannya forum

binaan yang mengkaji pentingnya berkebangsaan dalam

sebuah negara. Pembinaan dalam sebuah forum

pelaksanaannya terdapat berbagai kajian dan pembahasan,

seperti Forum grup diskusi (FGD), kajian, halaqoh (liqo), dan

lain sebagainya.

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah organisasi yang

berdakwah dilingkungan kampus. LDK memiliki peran dalam

membimbing mahasiswa agar menghasilkan karakter terpuji

dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan Islami kepada

anggota-anggotanya, sehingga mahasiswa dapat

mengaplikasikan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.8

LDK sebagai organisasi kemahasiswaan intra kampus yang

mengurusi dakwiyah di mana Islam sebagai asasnya dan

civitas akademik sebagai objek utamanya.

Meskipun LDK bukan satu-satunya sayap dakwah di

kampus, namun LDK merupakan laboratorium dakwah di

kampus. Dari LDK-lah stategi dakwah disusun dan

dikembangkan hingga akhirnya dakwah dapat tersampaikan

pada mahasiswa. Oleh karena itu, kedudukan mahasiswa

sangat strategis dalam mengambil peran yang menentukan

keadaan masyarakat masa depan. Agar terbentuknya objek

yang mampu berperan ditengah-tengah masyarakat, LDK

memiliki sebuah kegiatan yang bertujuan untuk

8 Lukis Alam, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam

Perguruan Tinggi Umum Melalui LDK, (Artikel: Vol. 1 No.2 tahun 2016), h.

112

Page 18: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

7

memperdalam pengetahuan mengenai Islam pada kader

dakwahnya, kegiatan ini dinamakan liqo.

Pembinaan mahasiswa dapat ditemui di Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) yang melaksanakan programnya

yaitu kegiatan liqo sebagai kegiatan rutinitasnya. Adanya

kegiatan liqo tersebut sebagai pendukung pembinaan

nasionalisme pada mahasiswa. Pembinaan melalui liqo dapat

mempengaruhi bagaimana sikap nasionalisme mahasiswa itu

sendiri baik sebelum mereka mengikuti binaan liqo maupun

setelahnya.

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) melaksanakan kegiatan

liqo, melalui pembinaan mahasiswa dibekali rasa kebangsaan.

LDK harus memberikan pemahaman tentang nasionalisme di

Indonesia. Oleh karena itu, dalam suatu pembinaan liqo di

LDK seringkali membahas atau mengakaji mengenai

nasionalisme, salah satunya dalam artikel LDK “Islam dan

Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia”. Dalam

pembinaan liqo juga mambahas negara Indonesia terdapat ke-

Tuhan-an yang berkebudaya dan kebangsaan Indonesia.9

Menurut Mus’ab sebagai ketua LDK 2017 menyatakan

“Islam adalah agama yang damai dan Indonesia adalah negara

yang harus dijaga kesatuannya. NKRI adalah negara yang

penuh dengan toleransi walaupun Indonesia adalah negara

dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.” Mus’ab juga

9 Syaidina Sapta, Artikel: Islam dan Pancasila dalam Sejarah

Indonesia, di akses dari

https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasional/ pada 12 Januari

2020.

Page 19: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

8

berharap kepolisian agar melibatkan mahasiswa dalam

menjaga keutuhan NKRI dan implementasi program kerja

LDKSyahid.10

Pembinaan liqo dilakukan untuk menambah wawasan

khususnya dalam bidang agama Islam. Pembahasan yang

dikaji seputar pengetahuan agama dan bagaimana semestinya

menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim. Tak jarang

pula dalam diskusinya mengaitkan dengan pengetahuan

umum, berkebangsaan dan bernegara di bawah pembinaan

nasionalisme berlandaskan pancasila dan UUD 45.

Pembinaan liqo sangat berpengaruh bagi kualitas

keberagamaan mahasiswa, seperti budaya, bahasa, pakaian

dan lainnya, berbeda dengan budaya muslim umum di

Indonesia. Sehingga ini yang sering diperdebatkan oleh

banyak kalangan yang menganggap pembinaan liqo ini lebih

condong ke arah khilafah.

Pembinaan liqo sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan

pembinaan nasionalisme pun diperlukan bagi kalangan muda

khususnya mahasiswa. LDK di UIN Syarif Hidayatullah

mempunyai program pembinaan liqo. Yang menarik di sini

adalah dalam pandangan masyarakat umum tentang LDK

yang meyakini paham khilafah ternyata di dalamnya juga

mengkaji pembahasan mengenai kebangsaan dan kenegaraan.

Sehingga mahasiswa juga dibekali rasa nasionalisme.

10 Buya Jilan, Berita UIN Online:Tangkal Radikalisme, LDK Syahid

UIN Jakarta Bersinergi dengan Polri, diakses dari

https://www.uinjkt.ac.id/id/tangkal-radikalisme-ldk-syahid-uin-jakarta-

bersinergi-denga-polri pada 12 Januari 2020.

Page 20: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

9

Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berdasarkan pembahasan permasalahan di atas

dengan judul “Hubungan Pembinaan Liqo dengan Sikap

Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembatasan proposal penelitian ini lebih terarah,

maka penulis membatasi penulisan proposal penelitian ini

hanya difokuskan pada hubungan antara pembinaan liqo

oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dengan sikap

nasionalisme mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah.

Pembatasannya sebagai berikut:

a. Pembinaan liqo, yaitu pembinaan dalam memberikan

bimbingan yang bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan khususnya di bidang agama.

b. Sikap nasionalisme yang dimaksud adalah

kecenderungan perilaku yang berbangsa dan

mencintai negaranya seperti toleransi, gotong royong,

dan tidak fanatisme dalam agama, budaya maupun

negara.

2. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan menyimpang dari

fokusnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

Page 21: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

10

Bagaimana hubungan antara pembinaan liqo dengan

sikap nasionalisme mahasiswa LDK di UIN Syarif

Hidayatullah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah

dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa tujuan dari

penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa

di LDK UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Di samping memiliki tujuan tertentu, penelitian ini

mencakup dua manfaat utama, yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan

wawasan penulis dibidang penyuluhan.

2) Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam

bidang penyuluhan dan menambah khazanah

pengetahuan serta wawasan sosial keagamaan pada

umumnya. Dan dapat menjadi bahan referensi dalam

mengembangkan ilmu tentang sikap nasionalisme

pada mahasiswa LDK.

Page 22: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

11

3) Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

ilmu sosial dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu

komunikasi. Mampu meredakan rumor yang beredar di

tengah masyarakat mengenai anggota LDK selama ini

dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

masyarakat mengenai sikap nasionalisme pada

mahasiswa UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada hasil skripsi maupun jurnal

terdahulu, adapun beberapa skripsi yang menjadi acuan antara

lain:

1. Artikel jurnal. Fitri Yanti dan Tri Jayanti. Cahaya

Pendidikan. Vol. 4. No. 2 tahun 2018. Dengan judul

“Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Kepulauan”.

Pengukuran secara Indikator penelitian ini ada tiga, yaitu

mengesampingkan perbedaan suku, adat, budaya dan

agama. kemudian memiliki jiwa patriotisme, rela

berkorban. Dan senantiasa menempatkan kepentingan

umum, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan

golongan. Kelebihan dari penelitian ini, menggunakan

penelitian kuantitatif dengan metode survey dan teknik

pengumpulan data primer dengan menggunakan angket

dan observasi. Sehingga pengujian dalam penelitian dapat

dikatkan valid. Kekurangan dalam penelitian ini adalah

Page 23: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

12

jumlah sampel yang cukup (hampir sama dengan batas

minimum sampel penelitian) dari jumlah mahasiswa yang

dua kali lipat tersebut, seharusnya sampel penelitian lebih

banyak lagi. Agar penelitian lebih dipercaya.

2. Skripsi. Meiga Latifah Putri Permadin, 2018. Dengan

judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Penerimaan Diri Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tangerang”.

Pembahasan penelitian ini mencakup metode dan materi

pembinaan agama dalam landasan teorinya. Dalam

penelitian ini secara tidak langsung memberitahukan

pentingnya dukungan keluarga bagi penerimaan diri

seseorang, agar tidak merasa putus asa dan insecurity

pada dirinya. Kelebihan dari penelitian ini adalah

penyajian pembahasan dukungan sosial dan penerimaan

diri secara mendalam dan dapat dipahami dengan mudah.

Dan Hasil dari penelitian ini menyatakan pentingnya

peran orang tua dan keluarga dalam mendukung

keluarganya untuk mengubah pribadinya menjadi pribadi

yang lebih baik lagi dan tidak mengambil jalan yang

salah. Dengan besarnya dukungan keluarga responden

akan lebih semangat menjalani proses perubahan di

lembaga permasyarakatan, karena itu sangat

mempengaruhinya.

3. Jurnal. Rini Werdiningsih. 2018. Dengan judul

“Membangun Semangat Nasionalisme Generasi Muda

Dalam Bingkai Pendidikan Karakter”.

Page 24: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

13

Dalam penelitian ini membahas bagaimana membangun

semangat nasionalisme pada remaja melalui pendidikan

karakter yang ada di sekolah khususnya. Kelebihan dari

penelitian adalah pembahasan nasionalisme dan

pendidikan karakter secara rinci dan jelas, sehingga

mudah dipahami dengan baik. Sedangkan Kekurangan

penelitian ini tidak ada metode penelitian yang tertuang

dalam penelitian.

4. Skripsi. Firdausi Nuzula. 2012. Dengan judul “Pola

Komunikasi Kelompok dalam Kegiatan Liqo di Unit

Kegiatan Mahasiswa Dakwah Kampus (UKM DK) Ulil

Albab Universitas Muhammadiyah Jakarta”.

Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi dalam

kegiatan liqo. Kegiatan liqo di sini dengan format

kelompok kecil bertujuan untuk memperkuat ukhuwah

islamiyah dan memperdalam pengetahuan mengenai

agama Islam

Page 25: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembinaan Liqo

1. Pengertian Liqo

Liqo atau halaqoh adalah kelompok pengajian Islam

dengan jumlah anggota terbatas biasanya tidak lebih dari 12

orang. Halaqoh adalah sekelompok orang yang mempelajari

Islam secara terus-menerus dan dibimbing oleh seorang

murabbi (pembimbing/pembina).11 Dalam kamus Bahasa Arab

kata “halaqoh” berarti putaran, bulatan, lingkaran.12

Secara bahasa halaqoh berasal dari kata halaqa-yahluqu-

halqatan yang berarti lingkaran.13 Sedangkan secara istilah

halaqoh berarti sarana utama tarbiyah sebagai media untuk

merealisasikan kurikulum tarbiyah. Halaqoh juga dapat

dikatakan sebagai satu proses kegiatan tarbiyah dalam

dinamika kelompok dengan jumlah maksimal 12 orang.14 Jika

merujuk pada teori ilmu dakwah, metode dakwah dalam

bentuk halaqoh dapat disampaikan dengan bentuk dakwah

fiah. Dakwah fiah merupakan dakwah yang dilakukan seorang

dai terhadap kelompok kecil dengan tatap muka dan biasanya

11 Satria Hadi Lubis, Buku Pintar Mengelola Halaqoh, (Tangerang:

FBA Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 144. 12 Attabiq Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-

Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,

1996), Cet. Ke-1, h. 791. 13 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia,

(Surabaya: Pustaka Progesif, 2002), h. 290. 14 Abdullah Qadiri, Adab Halaqoh, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1993),

h. 32

Page 26: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

16

dilakukan dialog, sehingga respon mad’u dapat diketahui

dengan cepat.15

Liqo secara umum adalah kerumunan para pendengar yang

duduk memutar mengelilingi seorang guru pada sebuah

masjid, istilah ini pada umumnya dipahami sebagai para

sahabat yang hadir dalam pengajaran Nabi Muhammad

SAW.16 Dengan demikian, elemen-elemen liqo adalah

murabbi (pembina), mutarabbi (binaan), dan manhaj (kaidah-

kaidah).

Pembinaan Liqo sama halnya dengan pembinaan

keagamaan. Pembinaan keagamaan adalah kegiatan

membimbing, mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang

sangat penting dan beragama bagi manusia, yaitu nilai-nilai

keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain.

Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku manusia.

Pembinaan agama merupakan proses masukan seperangkat

keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau

paham agama terhadap orang lain.17 Pembinaan agama disuatu

lembaga dapat memberi pengaruh yang besar terutama dalam

pembentukan sikap. Materi dalam Pembinaan keagamaan

15 Enjang & Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya

Pajajaran, 2009), h. 68. 16 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,

(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 17 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.

Page 27: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

17

adalah semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu akidah,

syariah, dan akhlak.18

Pembinaan liqo adalah usaha yang dilakukan untuk

menumbuhkan kesadaran dan memelihara secara terus

menerus terhadap tatanan nilai agama, agar perilaku hidupnya

sesuai dengan aturan-aturan Allah. Keberadaan penerimaan

liqo sangat penting untuk keberadaan umat Islam. Dengan

terbentuknya kader-kader Islami melalui sistem pembinaan

liqo, maka umat Islam akan menjadi sebenar-benarnya umat.

Pembinaan liqo merupakan kajian rutin perminggu,

kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh seluruh anggota LDK

yang dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing

kelompok didampingi oleh seorang murabbi yang ditentukan

oleh pengurus LDK. Adapun materi-materi dalam pembinaan

liqo secara garis besar adalah mengenai motivasi agama,

akhlak, tauhid, jihad, sistem pemerintahan, budaya Islam, dan

nasional. Dalam kegiatan pembinaan liqo tidak selalu

membahas materi tersebut, namun beragam pembahasan yang

dapat disesuaikan dengan berita terbaru atau sering juga

dengan membaca (tadarus) Al-Qur’an.

Tujuan diadakannya pembinaan liqo bukan hanya sekedar

mempercayai akidah dan pelaksanaan tata upacara keagamaan

saja, tetapi merupakan usaha yang terus-menerus

menyempurnakan diri pribadi dalam hubungan vertikal kepada

18 Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan

BagiPenyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal

Kelembagaan Agama Islam, 2003), h.5.

Page 28: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

18

Tuhan dan horizontal kepada sesama manusia dan alam

sekitar, sehingga mewujudkan keselarasan dan keseimbangan

hidup menurut fitroh kejadiannya.

2. Materi Pembinaan Liqo

a) Motivasi Ibadah

Secara etimologis istilah motivasi berasal dari bahasa

latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move).

Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti

pemberian motif, penimbulan motif atau hal menimbulkan

dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.19

Sedangkan kata ibadah berasal dari kata abada masdarnya

ibadatan yang berarti pengabdian, menyembah Allah SWT.20

Motivasi ibadah adalah dorongan untuk melakukan suatu

ibadah. Secara umum motivasi ibadah didalam agama dapat

dikelompokkan dalam dua hal, yaitu ibadah karena keikhlasan

(karena Allah) dan ibadah karena riya (hadirnya unsur lain

dalam pelaksanaan ibadah). Yang diharapkan oleh agama

adalah semua bentuk ibadah harus berdasarkan dorongan suci

karena Allah semata.21 Dengan demikian motivasi ibadah

adalah dorongan seseorang untuk berbakti kepada Allah

dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala yang

dilarang. Motivasi ibadah sangat penting bagi kehidupan

seseorang agar dapat menambah kualitas ibadahnya. Semakin

19 Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.1. 20 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Departemen Agama,

1996, h. 253 21 Hasan (2000) h. 58

Page 29: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

19

termotivasi ibadahnya semakin baik pula dalam menjalankan

kehidupan di dunia dan siap menerima kehidupan selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi ibadah adalah sebab

yang mendorong seseorang tunduk, patuh, berserah diri

kepada Sang Khaliq. Penyerahan dengan hati, perkataan dan

perbuatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan

larangan-Nya yang dilakukan secara ikhlas untuk mencapai

keridhoan Allah SWT.

b) Akhlak

Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab jamak dari kata

khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat.22 Para ahli bahasa mengartikan akhlak dengan

istilah watak, kebiasaan, tabi’at dan aturan.23 Sedangkan

menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan

jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-

perbuatan seseorang dengan mudah. Dengan demikian,

bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik,

maka niscaya jiwanya baik.24

Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk

kehidupan manusia, karena akhlak kedudukannya di atas ilmu.

Akhlak menurut H.M. Rosyidi adalah suatu pengetahuan yang

membicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan pada manusia

yakni budi pekerti dan prinsip-prinsip yang mereka gunakan

22 Hasan langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam, (Jakarta:

Pustaka Alhusna 1985), h. 3-5. 23 Aminuddin, membangun Karakter dan Kepribadian Melalui

Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 93 24 M. Masyhur Amin, dkk, Aqidah dan Akhlak, (Yogyakarta: Kota

Kembang, 1996), h. 47

Page 30: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

20

sebagai kebiasaan.25 Pada dasarnya maksud dari akhlak yaitu

mengajarkan bagaimana seseorang harus berhubungan dengan

Tuhan dan makhluknya dengan sesuai. Akhlak bersumber dari

apa yang menjadi ukuran baik dan buruk, dan akhlak tidak

bisa dipisahkan dari kehidupan beragama.

Menurut Fauruzzabadi mengatakan agama pada

dasarnya adalah akhlak. Barangsiapa memiliki akhlak mulia,

kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas empat

landasan utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian

dan keadilan.26

c) Tauhid

Islam mengenalkan adanya konsep tauhid, suatu konsep

sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari

segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri

sepenuhnya kepada-Nya. Konsep tauhid ini mengandung

implikasi doctrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan

manusia tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Dokrin

bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada

Allah. Inilah merupakan kunci dari seluruh ajaran Islam.

Dengan kata lain, di dalam Islam konsep mengenai kehidupan

berpusat kepada Tuhan. Sistem nilai tauhid mendasarkan diri

pada pandangan semacam ini.27

Pengkajian tentang hakikat atau substansi tauhid

merupakan kajian ontologis yang membicarakan keberadaan

25 Mahjudin, Kuliyah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), h.5. 26 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka setia, 2010), h. 12

27 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia,

(Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1994), h. 229.

Page 31: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

21

(whatness) dari ilmu tauhid. Ontologi tauhid berupaya menari

jawaban keberadaan tauhid sebagai suatu keberadaan (the

theory of being qua being). Aristoteles menyebut bidang ini

sebagai filsafat utama (first philosophy), karena ia

membicarakan hakikat yang utama. Sebab itulah ontologi akan

menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental

dan cara yang berbeda di mana entitas dari katagori-katagori

yang logis yang berlainan dikatakan ada.28

Tauhid dapat dikatagorikan sebagai ilmu ketika ia

memenuhi kriteria keilmuan, sebagai berikut:29 Pertama,

memiliki obyek, yaitu masalah menjadi syarat awal bagi suatu

ilmu. Obyek kajian tauhid tidak lepas dari obyek material dan

obyek formal. Obyek material ialah kajian tentang Tuhan

dengan segala urusannya, seperti tauhid uluhiyah, rububiyah,

dan ubudiyah. Sedangkan obyek formal ialah bentuk dari

pengesaan Allah tersebut, yaitu meng-Esa-kan Allah dalam

zat, sifat dan af’al-Nya. Peng-Esa-an itu diyakini dalam hati,

diucapkan dengan lidah dan diamalkan oleh anggota badan.

Kedua, pendekatan sistematis yaitu ilmu tauhid memiliki

sistem intelektif dalam pembahasan dan pengembangannya.

Sistematis ini menggunakan alur pikir yang jelas dan logis,

sehingga terdapat interelasi di antara satu pertanyaan dengan

pertanyaan sebelumnya. Dalam sistematis inilah yang

kemudian para ahli ilmu tauhid merumuskan materi-materi

28 Syamsum Rijal, Epistemologi Tauhid Ismail R. Al-Faruqi, (jurnal

Miqot vol. XXXVIII No. 1 Juni 2014) 29 Koento Wibisono, Aktualisasi Filsafat upaya Mengukir Masa

Depan Peradaban, Jurnal Filsafat (Yogyakarta: 1997).

Page 32: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

22

kajian ilmu tauhid, seperti pengertian, objek kajian, tujuan,

aliran, dan lain sebagainya.

ketiga, metodologis yaitu ilmu tauhid memiliki metode

tertentu yang membedakannya dengan ilmu lainnya. Dalam

pengertian teknis dapat disebut sebagai teknik-teknik dan

prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam

yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan untuk mengolah fakta-

fakta, data-data dan penafsiran sesuai dengan asas atau aturan

tertentu.

Sebagai intisari agama Islam, tidak ada satu pun perintah

Islam yang bisa dilepaskan dari tauhid. Kewajiban manusia

untuk menyembah Tuhan, mematuhi perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya merupakan unsur dalam sebuah

agama. semua kandungan agama tersebut bisa hancur dan

tidak bernilai apa-apa begitu tauhid dilanggar. Melanggar

tauhid berarti meragukan bahwa Allah satu-satunya Tuhan.

Sebagai prinsip kesejarahan, tauhid dipandang sebagai aspek

yang mengisi ruang dan waktu yang didalamnya manusia

harus mentransformasikan diri untuk berbuat sesuai dengan

keinginan Tuhan yang Tunggal. Tauhid sebagai esendi

pengalaman keagamaan di dalam Islam, mengandung

beberapa implikasi kepada teori mengenai Tuhan, wahyu dan

manusia.30

30 Sangkot Sirait, Tauhid dan Hukum Tentang Bangsa-Bangsa

(Telaah atas Pemikira Isma’il Raji Al-Faruqi), (Jurnal Ilmu Syariah dan

Hukum, 2013), vol. 47, No. 2.

Page 33: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

23

d) Jihad

Secara etimologi jihad berasal dari kata kerja jahada-

yujahidu, masdarnya jihadan wa mujahadatan. Ibnu Mandzur

menjelaskan bahwa jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-

taqah (kekuatan), al-wusu (usaha)dan al-masyaqqah

(kesulitan).31 Dalam Al-Qur’an jihad merupaan kewajiban

bagi seorang mukmin untuk mempertahankan agamanya dari

serangan lawan. Wujud dari serangan tersebut tidak harus

berupa serangan fisik saja, tetapi dapat berupa serangan

keilmuan, teknologi, pemikiran, perekonomian dan lain

sebagainya.

Jihad bagi sebagian orang memahaminya dengan sempit,

mereka hanya mengetahui jihad yang berarti perang, tanpa

mengkaji lebih dalam dari tafsir Al-Qur’an. Sempitnya

pemahaman ini memunculkan orang-orang dengan paham

radikalis. Agama Islam merupakan agama yang menanamkan

nilai-nilai kasih sayang, sehingga meskipun dalam Islam

mengisyaratkan perang, bukan berarti dibolehkan perang

begitu saja dengan menyerang orang lain secara fisik. Karena

perang merupakan jalan terakhir yang boleh dilakukan oleh

seorang muslim dalam menegakkan agamanya setelah jalan

dakwah. Namun, masih ada kelompok-kelompok yang

mengatasnamakan jihad untuk kepentingan pribadinya.

Kelompok-kelompok yang demikian kerap kali dianggap

kontra ideologinya dengan pemerintah.

31 Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, jilid 1, (Kairo: Darul Ma’arif, 1119),

h. 708.

Page 34: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

24

PKS dan Khilafah menjadi perhatian oleh berbagai

pengkaji gerakan untuk penelitian, bukan hanya karena dari

garis historis yang sama dengan Ikhwanul Muslimin akan

tetapi juga karena sama-sama berani tampil secara terbuka

mengenai ideologinya. PKS menyadari bahwa untuk mencapai

kejayaan masa depan seperti yang dicita-citakan gerakan

Islam, perlu disusun kerangka gerak integral, bertahap dan

berterusan. Secara teoritis, kerangka gerak yang dimaksud

melalui empat kegiatan atau orbit (mihwar) gerakan yaitu; (1)

mihwar tanzzhimi (fase ideologisasi), (2) mihwar sya’bi (

sosialisasi gerakan), (3) mihwar mu’assasi (kelembagaan

politik), (4) mihwar daulah (kelembagaan negara).32

Aktivisme Islam PKS dan Khilafah telah mewujudkan

imagined solidarity (solidaritas bayangan). Artinya

terbentuknya rasa kebersamaan dalam memperjuangkan ide-

ide Islamis sebagai simbol dengan identitas keislaman yang

kental. Mereka menggunakan strategi dakwah jihad dan

perjuangan, di mana dalam gerakannya melalui aksi dan

pemikiran politik dengan membangun opini publik. Strategi

tersebut terlihat tidak ada pengaruhnya terhadap perubahan

ideologi negara, tetapi secara konseptual merupakan bagian

dari strategi mengubah ideologi negara.

32 Cahyadi Takariawan, Menyongsong Mihwar Daulah;

Mempersiapkan Kader-Kader Dakwah Menjadi Pemimpin Negara (Solo:

Intermedia, 2009), h. 46.

Page 35: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

25

e) Kebudayaan Islam

Islam sebagai agama yang universal sangat menghargai

adanya budaya pada suatu masyarakat, sehingga kehadiran

Islam ditengah-tengah masyarakat tidak bertentangan,

melainkan Islam mampu bersentuhan erat dengan kehidupan

masyarakat. Hadirnya Islam sekarang ini merupakan hasil dari

proses dakwah yang dilaksanakan secara cultural, sehingga

Islam mampu berkembang dengan baik.

Banyak kajian sejarah dan kajian kebudayaan yang

mengungkap betapa besar peran Islam dalam perkembangan

kebudayaan bangsa Indonesia. Bahkan dalam perkembangan

budaya daerah terlihat betapa nilai-nilai budaya islam menyatu

dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di tanah air, baik

dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun peninggalan fisik.

Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran

Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan

bangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat menjadi

penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah yang sebagian

masyarakatnya adalah Muslim.33

Bangsa Indonesia dengan berbagai suku dan sistem

budaya masing-masing yang ditandai oleh pewarisan nilai-

nilai melalui tradisi. Nilai-nilai tersebut telah berakar kuat

dalam masyarakat dan sering kali berfungsi sebagai sumber

acuan dalam kehidupan. Kebudayan Islam meletakkan agama

Islam sebagai dasar terpenting dalam perkembangannya.

Kebudyaan Islam adalah kebudayaan yang melintasi wilayah

33 Wardiman Djononegoro, (DEPDIKBUD, 1996), h. 112.

Page 36: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

26

etnik dan bangsa dan merupakan milik seluruh umat Islam di

dunia.

Quraish Shihab sepakat dengan Islam Nusantara secara

ontologis. Terlepas dari pro dan kontra, beliau melihat Islam

Nusantara pada sisi substansi bukan bentuk. Apabila ada

bentuk (budaya) yang secara substansi sesuai dengan Islam

,maka akan diterima, jika bertentangan akan ditolak dan

direvisi. Inilah prinsip Islam dalam beradaptasi dengan

budaya. Jadi Islam itu bisa bermacam-macam akibat

keragaman budaya setempat, bahkan adat, kebiasaan dan

budaya bisa menjadi salah satu sumber penetapan hukum

Islam.34

Islam sebagai paduan hidup memiliki ajaran tentang

kehidupan manusia yang bermartabat sehingga manusia tetap

berada pada koridor syariat. Jilbab salah satu yang diatur di

dalamnya, demi terwujudnya pergaulan yang terhormat dan

aman. Jilbab merupakan identitas seorang muslimah. Menurut

Fedwa El-Guindi jilbab dipandang sebagai sebuah fenomena

sosial yang kaya makna dan penuh nuansa.35 Sering kali jilbab

dijadikan sebagai tolak ukur tingkat kereligiusan seorang

muslimah, tetapi seiring perkembangannya, jilbab memiliki

modernisasi yang tersembunyi. Sehingga ditegaskan bahwa

konsumenlah yang dapat menentukan pemakaian jilbab

membawa penilaian ke arah positif atau sebaliknya.

34 Kahbibi Muhammad lutfi, Islam Nusantara: Relasi Islam dan

Budaya Lokal, (jurnal Shahih, Vol. I No. I, 2016) 35 Fedwa El-Guindi, Jilbab antara Kesalehan, Kesopanan dan

Perlawanan,(Jakarta: Serambi, 2006), h. 67.

Page 37: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

27

f) Sistem Pemerintahan

Konsep pemerintahan Islam disuatu negara atau wilayah,

ialah menurut bentuk pertumbuhan dan kecerdasan

masyarakat. Sebagaimana fungsi diciptakannya manusia

sebagai khilafah dibumi, namun diberi kebebasan berpikir dan

bertanggungjawab. Keinginan kuat kelompok khilafah yang

secara gigih memperjuangkan Islam sebagai dasar negara

merupakan bentuk kecemasan bahwa Indonesia akan menjadi

negara sekuler. Perbedaan ideologi mengenai falsafah dasar

negara ini menjadi perdebatan yang berlarut dan tak kunjung

usai. Golongan Islam tidak mudah meyakinkan para anggota

lain, begitu pula sebaliknya, golongan pendukung pancasila

juga sulit meyakinkan golongan Islam bahwa pancasila

tidaklah sekuler.

Ijtihad lain yang lebih luas mengenai negara Islam bukan

hanya sekedar simbol-simbol distinkitif seperti negara Islam

atau negara berasakan hukum Islam. Namun, yang lebih

penting adalah bagaimana asas-asas doktrin yang berhubungan

dengan masalah kenegaraan ditransformasikan ke dalam

rumusan-rumusan umum atau undang-undang yang

menggambarkan nilai-nilai Islam.

Agama Islam tidaklah tegak jika dijauhkan dari

masyarakat. Pemeluknya dicap oleh Allah SWT sebagai orang

yang zalim (aniaya), kafir (tidak percaya sungguh) dan fasik

(durjana), kalau sebagai orang Islam dia tidak bercita-cita

supaya hukum Allah berjalan dalam masyarakat. Sebab itu,

dengan sendirinya karena perintah agamanya adalah seorang

Page 38: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

28

Islam mempunyai cita-cita perjuangan bernegara. Tidaklah

sempurna Islamnya itu kalau undang-undang dan

perikehidupannya tidak diatur dengan aturan yang didasarkan

kepada peraturan dasar dari Allah SWT.36

Mohammad Natsir berpendapat suatu negara akan bersifat

Islam bukan karena secara formal disebut “negara Islam”,

melainkan disusun sesuai dengan ajaran-ajaran Islam baik

secara teori maupun praktek.37 Azyumardi Azra berpendapat

tidak ada satupun model negara Islam yang dapat dijadikan

prototipe negara Islam. Menurutnya negara Islam pada masa

dahulu yang tidak dapat diimplementasikan masa sekarang,

karena tidak adanya model negara Islam yang kongkrit

menimbulkan kebingungan.38

Agama dan negara tidak dapat dipisahkan, dengan

mengatur kesempurnaan diri sendiri teratur pula hendaknya

masyarakat bersama. Karena diri tidak dapat hidup jika tidak

dalam persamaan, bahkan ibadah pun lebih utama dilakukan

bersama daripada sendiri. Begitu pula dengan negara, jika

masyarakatnya bergotong royong saling memberi kekuatan,

maka cita-citanya dapat diwujudkan. Suatu kelompok dapat

menjadi bagian dari perubahan sosial yang mempengaruhi

kelompok lainnya.

36 Prof. Dr. Hamka, Islam Revolusi dan Ideologi,(Depok: Gema

Insani, 2018), h. 138 37 Yusril Ihza mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme Politik

Partai Islam (Jakarta: Paramadina, 2009), h. 205 38 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme,

Modernisme, hingga Posmodernisme (Jakarta: Paramasina, 1996), h. 22.

Page 39: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

29

Menurut Jalaluddin, ada tiga hal penting yang berkenaan

dengan proses perubahan sosial. Pertama bagaimana ide atau

gagasan mempengaruhi perubahan sosial, kedua bagaimana

tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan perubahan

besar ditengah-tengah masyarakat, ketiga sejauh mana peranan

gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan

struktur sosial dan norma-norma sosial.39 Gerakan sosial

dalam Islam biasa dikenal dengan ‘dakwah’.

Gerakan dakwah secara hakikat memiliki fungsi untuk

melakukan perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat

secara kultur. Dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan

dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan kondisi, itu

biasanya bersifat non formal. Metode dakwah yang umum

dipakai oleh beberapa lembaga dan organisasi Islam di

Indonesia adalah metode liqo, salah satu organisasi Islam yang

aktif melaksanakan liqo ialah partai keadilan sejahtera (PKS).

Metode liqo dalam suatu lembaga dan ormas yang

menerapkannya biasa menggunakan istilah “metode dakwah

halaqoh tarbiyah Nabi”.

3. Metode Pembinaan Liqo

Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah

thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan

untuk melakukan suatu pekerjaan.40 Metode ini bertujuan agar

mutarabbi dapat mengerti, menghayati, dan kemudian

39 Jalaluddin Rahmat, Rekayasa Sosial: Revormasi atau Revolusi,

(Bandung: PT Remaja rosda Karya, 1999), h. 103 40 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2005), h.23.

Page 40: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

30

mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh pembina.

Metode yang dapat digunakan dalam pembinaan liqo sebagai

berikut:

a. Metode Dialog

Metode dialog adalah mendiskusikan materi dengan

menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat

menambah wawasan dalam ajaran Islam.41 Menurut

Sholahuddin metode dialog adalah suatu kegiatan

kelompok dalam memecahkan masalah untuk

mengambil kesimpulan dengan cara menanyakan,

memberi komentar, saran, serta jawaban.42

b. Metode Group Guidance (Bimbingan secara

kelompok)

Istilah bimbingan kelompok mengacu kepada

aktivitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan

informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok

yang terencana dan terorganisasi.43 Jadi, pembinaan

kelompok adalah cara pengungkapan atau pembinaan

melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi,

seminar, dan lainnya.

Dalam konteks proses pembinaan kelompok ini pembina

hendaknya mengarahkan minat dan perhatian anak didik atau

41 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:

Al-Ikhlas, 1983), h. 141 42 Mahfud Shalahuddin, dkk,Metodologi Penelitian Agama, (Surabya:

PT. Dua Ilmu, 1987), h. 40 43 Kholid Diyah, Artikel: Jenis-jenis Kelompok dalam Konseling,

(2018). Diakses dari https://www.kompasiana.com/jenis-jenis-kelompok-

dalam-konseling?page=all pada 10 Januari 2020

Page 41: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

31

peserta pembinaan tentang kebersamaan dan saling tolong-

menolong dalam memecahkan permasalahan yang

menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembina juga

hendaknya mengamati dan mengendalikan setiap binaan

mengenai keaktifan dalam kegiatan kelompok.44

4. Murobbi (Pembimbing)

Murabbi adalah istilah pembimbing atau guru dalam

pelaksanaan pembinaan liqo. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia pembimbing adalah orang yang membimbing atau

menuntun.45 Murabbi atau pembimbing merupakan seseorang

yang memberikan arahan/bimbingan serta pengetahuan dalam

hal ilmu agama kepada mutarabbi (binaan). Murabbi memiliki

peran yang sangat besar dan yang sangat penting dalam

membina suatu kelompoknya.

Murabbi adalah seseorang yang membimbing, membina,

dan memberikan pengetahuan keilmuan kepada peserta

berdasarkan tema-tema yang telah ditentukan dalam proses

liqo. Seorang murabbi memiliki tugas yang jelas ketika

pembinaan liqo dilangsungkan, seperti memimpin pertemuan,

membangun liqo yang solid dan produktif, memahami dan

menguasai materi dan kondisi peserta, mampu menasehati dan

memecahkan masalah.

Pembimbing dalam Islam berperan atau berfungsi

sebagai “juru dakwah” atau mubaligh yang mengemban tugas

44 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Peyuluhan

Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 45 45 Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

Cet. Ke-2, h. 152.

Page 42: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

32

dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-

tengan kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu

maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. pembimbing bertugas mengarahkan

binaannya agar menjalankan ajaran Islam secara utuh,

menyeluruh dan universal.46. Murabbi dalam pembinaan liqo

biasanya dari kakak tingkat atau senior yang berada di

lembaga dakwah tersebut dan yang terikat pada organisasi

keislaman.

B. Sikap Nasionalisme

1. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata “nation” yang berarti

negara atau bangsa, ditambah akhiran “isme” berarti suatu

sikap ingin mendirikan negara bagi bangsanya sesuai dengan

paham atau ideologinya. Suatu sikap ingin membela tanah air

atau negara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.47

Secara etimologi nasionalisme berasal dari kata national dan

isme yaitu suatu paham kebangsaan yang memiliki kesadaran

dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa solidaritas antara

saudara setanah air dalam persatuan dan kesatuan ideologi

untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

Bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang

sama bahasanya, sama adatnya istiadatnya, sama asal usulnya,

sama kebudayaannya, senasib dan sepenanggungan dan tempat

46 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)

Islam, h. 158 47 H. Kabul Budiyanto, Nilai-Nilai Kepribadian Bangsa Indonesia,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 208

Page 43: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

33

kediamannya pun sama.48 Hans Kohn berpendapat bahwa

nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan kesetiaan

individu diserahkan kepada negara kebangsaan. Nasionalisme

juga dapat diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau

semangat kebangsaan, yaitu perasaan cinta kepada bangsa dan

negaranya melebihi apapun juga.49

Anthony Smith berbagi pandangan tentang

nasionalisme secara garis besar dapat dikelompokkan ke

dalam dua aliran besar, yaitu: Aliran Pertama (instrumentalis

modernis) berpijak pada asumsi bahwa etnisitas adalah sesuatu

yang plastis dan liat. Nasionalisme disini adalah produk

masyarakat industri yang memang sedang memerlukan rasa

kebersamaan dalam keberagaman. Aliran Kedua, cenderung

menganggap bangsa sebagai sesuatu yang primodial, sebuah

kodrat manusia yang terberi (something given). Aliran ini

memandang nation sebagai sesuatu yang menyejarah, namun

sering kali tidak tergali dari ingatan.50

Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan

Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu

membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan yang

dilakukan kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun

lamanya. Perasaan seperjuangan yang dialami mampu

mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama sehingga

48 Muhammad Mustari, Nilai Karakter, (Yogyakarta: LaksBang

PRESSindo, 2011), h. 190 49 Prawoto, Seri IPS Sejarah 2 SMP Kelas VIII, (Jakarta: Yudistira

Quadra, 2006), h. 49. 50 Ali Maschan Mocsa, Nasionalisme KIAI Kontruksi Sosial Berbasis

Agama, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2007), h. 239.

Page 44: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

34

lahirlah sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia dan sikap

nasionalisme.

Sikap nasionalisme yaitu suatu respon seseorang yang

timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban untuk

kepentingan bersama maupun kepentingan bangsa yaitu

berupa semangat patriotik sebagai perwujudan kesetiaan dan

rasa cinta terhadap tanah air.51 Sikap nasionalisme merupakan

respon terhadap kebangsaan karena adanya persamaan bangsa

dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai

suatu bangsa yang merdeka, demokrasi dan bersatu dalam

kesatuan bangsa dan negara guna mencapai cita-cita negara

dan mengabdi identitas, persatuan, kamakmuran bangsa

Indonesia. Sikap nasionalisme dapat tumbuh kembang melalui

interaksi intensif antara individu dengan kerabat dan

lingkungan hidupnya di tengah-tengah bangsa negara. Salah

satu faktor yang memberi pengaruh munculnya rasa

nasionalisme adalah dengan menerapkan bimbingan agama.

bimbingan agama sebagai forum yang signifikan yang

memberi pengaruh langsung bagi tumbuh kembangnya sikap

nasionalisme pada diri individu. Sikap nasionalisme dapat

dibuktikan dengan mencintai tanah air, membela negara dan

bersikap toleransi.

51 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,

(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747

Page 45: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

35

2. Cinta Tanah Air

Nasionalisme pancasila adalah pandangan atau paham

kecintaan orang Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya

yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila. Prinsip

nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai pancasila

yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:

menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi

atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela berkorban

demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa

Indonesia dan bertanah air, mengakui persamaan hak dan

kewajiban antara sesama bangsa, dan menumbuhkan sikap

saling mencintai.52

Rasa nasionalisme bangsa juga dapat dilihat berdasarkan

semangat memperjuangkan dan menjalankan janji yang

tertuang dalam teks sumpah pemuda, berikut sumpah pemuda

yang ditegaskan oleh para pejuang bangsa:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku

bertumpah darah yang satu tanah Indonesia. Kedua: Kami

putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu

bangsa Indonesia. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Rasa cinta tanah air akan membangkitkan semangat

nasionalisme dan rela berkorban demi meraih kejayaan serta

52 Prof. Dr. Agus Dwiyanto, “Nasionalisme” Modul Pendidikan dan

Pelatihan Prajabatan Golongan III, (Lembaga Administrasi Negara: 2015), h.

1.

Page 46: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

36

keutuhan bangsa. Cinta tanah air adalah suatu sikap kasih

sayang terhadap tempat kelahiran atau tanah airnya. Menurut

Suyadi, cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang

mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan

sebagainya, sehingga tetap menjaga keutuhan bangsa.53

Mukhlas Samani dan Haryanto mengatakan, cinta tanah

air adalah cinta dan penuh pengabdian kepada negaranya dan

peduli terhadap pertahanannya, rela berkorban demi keutuhan

negara.54 Dalam konteks membangun moral bangsa,

diperlukan nilai-nilai yang harus disepakati dan dihayati

bersama. Bagi bangsa Indonesia sendiri, nilai-nilai tersebut

terdapat dalam diri Pancasila. Nilai-nilai yang telah disepakati

tersebut harus dihayati, karena dengan penghayatan nilai dapat

berfungsi dalam kehidupan ini. Dan hanya dengan

penghayatan pula, karakter dapat terbentuk.55

Cinta tanah air berarti cinta pada negeri tempat seseorang

memperoleh penghidupan dan mengalami kehidupan sejak

lahir hingga akhir hayatnya. Sikap ini dilandasi dengan

ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan

untuk kejayaan tanah air. Dapat disimpulkan bahwa cinta

tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati seorang

warga Negara untuk mengabdi, memelihara, membela dan

53 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 9. 54 Mukhlas Samani dan Haryanto, Konsep dan Model Pendidikan

Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 127. 55 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati,

2006), h. 348.

Page 47: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

37

melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan

dengan penuh rasa hormat serta selalu menebarkan kasih

sayang terhadap sesama warga negara.

3. Bela Negara

Setiap individu memiliki rasa kebangsaan tersendiri baik

dalam pikiran maupun perasaannya. Rasa kebangsaan

merupakan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dapat

menimbulkan semangat kebangsaan atau semangat

patriotisme. Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa,

tetapi sebagai perekat yang mempersatukan dan memberi

dasar keberadaan bangsa. Dengan memiliki rasa nasionalisme

yang tinggi, bangsa Indonesia dapat mewujudkan jati diri dan

cita-cita para pejuang bangsa.

Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan untuk

menjadikan nation building dan character building sesuai

dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa. Nasionalisme

Indonesia melahirkan pendirian untuk menjaga dan

menghormati kemerdekaan bangsa lain sebagaimana yang

tertulis dalam pembukaan UUD 1945 “bahwa sesungguhnya

kemerdekaan ialah hak segala bangsa”. Semangat demikian

tidak menumbuhkan keinginan bangsa Indonesia untuk

menjajah bangsa lain, sebaliknya bangsa Indonesia ingin

mewujudkan perdamaian dunia. Pancasila merupakan salah

satu bentuk karakteristik nasionalisme di Indonesia dan

pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.

Perumusan pancasila sebagai ideologi negara tertuang dalam

Page 48: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

38

BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia).

Pancasila berdiri sebagai dasar dan ideologi negara,

pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan Orde Baru. Segala

kegiatan yang patut diduga dapat mengancam pancasila

diskriminalisasi oleh negara lewat penerapan UU No.

11/PNPS/1963 tentang pemberantasan kegiatan subvensi.

Umat Islam sangat merasakan tindakan reprensif pemerintahan

Soeharto, apalagi rezim tersebut masih menganggap Islam

merupakan ancaman bagi pancasila.56

Agama dapat menjadi faktor perekat suatu bangsa karena

telah memberi penafsiran hubungan-hubungan sosial. Dan

nasionalisme di Indonesia memiliki ciri khusus dibandingan

dengan nasionalisme-nasionalisme yang dianut oleh negara

lain. Pancasila merupakan jalan tengah diantara keduanya dan

semua entitas yang ada di Indonesia.

Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan bahwa para tokoh

pejuang Islam dan nasional telah menyepakati dasar negara

Indonesia adalah pancasila. Dengan penerimaan pancasila itu

sebenarnya tidak ada lagi masalah antara Islam dan

nasionalisme karena pancasila itu adalah bentuk nasionalisme

religius, terutama dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha

56 Abu Rokhmad, Dasar Negara dan Taqiyyah PKS, (Jurnal

Walisongo, 2014),Vol. 22, No. 1.

Page 49: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

39

Esa yang mencerminkan nasionalisme yang religius. Pancasila

itu adalah aktualisasi dari nasionalisme religius.57

Pancasila adalah satu kesatuan yang harus dijaga yang

merupakan harga mati suatu bangsa. Menjaga pancasila sama

halnya dengan membela dan mempertahankan negara agar

tetap bersatu dan tidak dapat direbut oleh siapa pun. Oleh

karena itu membela negara merupakan suatu kewajiban bagi

bangsa.

Bela negara dapat didefinisikan sebagai suatu tekad,

sikap, dan tindakan warga negara dalam menjaga negaranya.

Bela negara merupakan tanggung jawab bersama sebagai

warga negara baik individu maupun kelompok. Seperti yang

tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang

menyebutkan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam upaya pembelaan negara”.

Wiyono dan Isworo mendefinisikan bela negara sebagai

suatu sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh

kecintaannya kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang

seutuhnya.58 Pendapat tersebut diperkuat oleh Winarno yang

mendefinisikan bela negara sesungguhnya tidak selalu harus

berarti memanggul senjata untuk menghadapi musuh atau bela

57 Fernan Rehadi, Berita: Pancasila Aktualisasi Nasionalisme dan

Agama, (Republika.co.id 2018) diakses dari https://m-republika-co-

id.cdn.ampprojec pada 03 Februari 2020. 58 Hadi, Wiyono dan Isworo,Kewarganegaraan, (Jakarta: Inteplus,

2007), h. 3

Page 50: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

40

negara yang bersifat militeristik. Dalam konteks bela negara

ini dapat dipahami menjadi dua klasifikasi yaitu secara fisik

dan non fisik.59 Bela negara menjadi pijakan dalam

membangun kekuatan pertahanan negara Indonesia yang

tangguh dan kuat.

4. Toleransi

Nilai-nilai nasionalisme Indonesia didasari oleh

Pancasila terutama nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan ini

berdasarkan pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha

Esa, ini merupakan landasan utama spiritual religius, modal,

dan etnik dari Indonesia. Dalam sila ini bangsa diberikan

kebebasan beragama dan dilarang untuk tidak beragama dan

dilarang menghina ajaran atau kitab-kitab yang menjadi

sumber kepercayaan agama bagi pemeluknya. Artinya di sini

diajarkan untuk bertoleransi terhadap sesama bangsa.

Sehingga dalam penerapan kehidupan sehari-hari dapat

menunjukkan rasa saling menyayangi, menghormati serta

menjaga kerukunan antar umat beragama.

Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris

Tolerance yang berarti membiarkan. Dalam Bahasa Arab kata

toleransi disebut dengan tasamuh yang berarti sikap

membiarkan atau lapang dada. Menurut Badawi tasamuh

adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada

kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian

59 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta:

Interplus, 2007), h. 186

Page 51: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

41

yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat dengannya.60

Sedangkan dalam Bahasa Indonesia toleransi diartikan sebagai

sifat atau sikap toleran, mendiamkan atau membiarkan.

Toleransi menurut istilah berarti menghargai,

membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan atau bertentangan dengan

pendiriannya sendiri. misalnya agama, ideologi, ras, dan lain

sebagainya.61 Sehingga dapat disimpulkan bahwa toleransi

adalah suatu sifat dan sikap saling menerima dan menghargai

perbedaan pada sosial masyarakat, agar terjalinnya suatu

kerukunan satu sama lain.

Nilai-nilai toleransi tersebut diserukan dalam Al-Qur’an

sebagai berikut:

هم بال

ادل جا ة وا نا سا حا

ةال

اوعظ

ا ال ة وا ما

حك

كا بال

ب بيل را ى سااتىه ىىا ادع إل

م اعل

اهثوا أ بيله < وا ن سا ل عا ن ضا م بما

اعل

اأ كا هوا ب ن ^ ان را حسا

اأ

دينا هتا .بال

Artinya: “ serulah (manusia)ke jalan Tuhan Mu dengan

hikmah dari pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat

60 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa, (Jakarta: Badan Litbang

dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 51 61 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1976), h. 829.

Page 52: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

42

dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An Nahl: 125)

Maksud dari ayat di atas adalah perintah kepada seluruh

umat manusia untuk saling menghargai satu sama lain. “Allah

tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama

dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” Al Mumtaha:

8.

Manusia diciptakan terdiri dari beragam suku dan bangsa

dalam ajaran agama semuanya itu bertujuan untuk saling

tolong menolong dan saling mengenal antar sesama. Saling

mengenal budaya, adat istiadat, cara beribadah, bahasa, suku,

dan lain sebagainya. Sehingga kehidupan manusia menjadi

indah dan terasa lengkap karena adanya keanekaragaman

tersebut. oleh karena itu, untuk menjaga kesatuan bangsa ialah

dengan menanamkan sikap toleransi yang tinggi.

C. Kerangka Pemikiran

Pengertian nasionalisme sebagai ideologi yang daya

dorong afeksinya adalah rasa memiliki dan melayani

komunitas, tentunya nasionalisme memiliki banyak fakta

dalam catatan sejarah umat islam. Nasionalisme dalam

sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai

sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan

berjuang melawan penindasan yang dilakukan kaum

Page 53: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

43

kolonialis selama beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan

seperjuangan yang dialami mampu mengalahkan perbedaan

etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah sejarah

pembentukan kebangsaan Indonesia.

Untuk menanamkan rasa cinta terhadap negara

diperlukan adanya bimbingan atau pembinaan baik secara

individu maupun kelompok yang disampaikan oleh penyuluh

atau tokoh pemuka yang mempunyai rasa nasional tinggi.

Pelaksanaan pembinaan halaqoh sangat dianjurkan untuk

menerapkan sikap nasional kepada masyarakat khususnya

kepada mahasiswa.

Pembinaan liqo merupakan salah satu upaya atau

proses pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan,

agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan

mengamalkan ajaran yang telah dikaji sebagai pola kehidupan

sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun

kehidupan sosial masyarakat. Adapun kegiatan pembinaan

liqo berupa materi-materi tentang ajaran-ajaran Islam, dengan

melakukan metode yang membuat pembinaan tersebut hidup

dan tidak merasa bosan yaitu dengan metode dialog dan

metode group giudance (bimbingan secara berkelompok).

Dalam kegiatan pembinaan liqo di Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) yang jelas sasarannya ialah mahasiswa,

pembinaan ini mengajarkan mereka agar menjadi pribadi

yang mencintai tanah airnya dengan mengingat Tuhan.

Memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama bangsa

Page 54: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

44

merupakan sikap yang penting dalam menjalani kehidupan

disuatu negeri.

Alur kerangka berpikir di atas, dapat digambarkan

secara praktis mengenai hubungan Pembinaan Liqo dengan

Sikap Nasionalisme Mahasiswa LDK di UIN Syarif

Hidayatullah sebagai berikut.

Variabel Bebas (X)

(Intensitas Pembinaan

Liqo)

Materi pembinaan

liqo

Metode

pembinaan liqo

Murabbi

(Pembimbing)

Variabel Terikat (Y)

(Sikap Nasionalisme)

Cinta Tanah Air

Bela Negara dan

bangsa.

Toleransi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

Intensitas pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme

mahasiswa LDK.

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara Intensitas

pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK.

Page 55: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan

data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafah positivisme. Dalam pandangan

positivisme ilmu sains adalah hal yang dapat diamati, tidak

mementingkan fakta sebagai makna, namun mementingkan

fenomena yang tampak bebas nilai (objektif), serta menentang

sikap-sikap subjektif.62 Penelitian kuantitatif merupakan

metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara

meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur

sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur statistik.63

Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni

menganalisis fenomena yang tampak dilingkungan

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara empiris.

Dan penelitian ini menguji teori tentang pembinaan liqo

dengan sikap nasionalisme untuk mendapatkan tingkat

62 Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2008),

h.32. 63 Juliansyah Noor,Metode Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, &

Karya ilmiyah, (Jakarta:Kencana, 2011), h. 28.

Page 56: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

46

objektivitas, serta diharapkan penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih keilmuan bagi pihak-pihak tertentu.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang

mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, yakni

sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan

variasi dalam variabel lain.64 Oleh karena itu, dalam

penelitian ini peneliti berusaha mengambil sampel dengan

menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan

pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK

di UIN Syarif Hidayatullah.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai karakteristik

dan kualitas tertentu yang ditetapkan untuk diteliti oleh

peneliti, dan kemudian akan ditarik kesimpulannya.65

Adapun kriteria populasi untuk penelitian ini adalah

mahasiswa yang beranggota Lembaga Dakwah Kampus UIN

Syarif Hidayatullah angkatan 2018 dan sudah pernah

mengikuti pembinaan liqo minimal 3 bulan. Jumlah populasi

anggota LDK angkatan 2018 sebanyak 575 mahasiswa dan

64 Ibid, h. 40. 65 Sugiyono, Metodelogi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2018), h. 80

Page 57: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

47

yang aktif dalam pembinaan liqo sebanyak + 70%.66

Sehingga populasi dalam penelitian ini sebanyak 402

mahasiswa LDK angkatan 2018.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian

(populasi) yang dipelajari dan diamati.67 Penentuan sampel ini

harus dilakukan sehingga diperoleh sampel yang benar-benar

dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi

yang sebenarnya. Untuk memperoleh data dalam penelitian

ini, peneliti tidak mengambil dari keseluruhan populasi. Akan

tetapi, peneliti mengambil sampel dari populasi yang sesuai

dengan karakteristik penelitian.

Cara peneliti mengetahui jumlah sampel yang akan diteliti

adalah dengan menggunakan rumus Slovin dengan sampel

error yang ditolerir sebesar 10%.

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁. 𝑒2

𝑛 = 402

1+(402.0.01)= 80 mahasiwa

Dengan:

N : ukuran populasi

n : ukuran sampel

e : margin error

66 data diperoleh langsung dari Pengurus Pusat bagian Kaderisasi

LDK 67 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78

Page 58: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

48

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 mahasiswa anggota

LDK angkatan 2018 yang telah mengikuti pembinaan liqo

minimal selama 3 bulan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Dakwah Kampus

(LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan durasi waktu

penelitian selama 8 bulan, yaitu terhitung dari bulan Januari 2020

sampai bulan Agustus 2020.

Adapun alasan peneliti memilih tempat penelitian ini

didasarkan pada fakta sebagai berikut:

1. Keberadaan anggota LDK selama ini tidak sedikit yang

memandang sebelah pihak karena dianggap berlawanan

dengan pemerintah, sedangkan yang sebenarnya mereka

sangat peduli dengan pemerintahan Indonesia.

2. Peneliti belum menemukan penelitian terkait sikap

nasionalisme pada mahasiswa yang aktif dalam kajian

liqo.

3. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh

mengenai hubungan pembinaan liqo dengan sikap

nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

melalui observasi, wawancara, dan kuesioner (angket),

sebagai berikut:

1. Observasi

Page 59: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

49

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan.68

Observasi atau pengamatan terhadap suatu objek

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan

memahami fenomena berdasarkan informasi yang

diketahui sebelumnya untuk melanjutkan pada suatu

penelitian agar mendapatkan informasi secara akurat.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik yang

efesien untuk mendapatkan data dari jumlah responden

yang cukup besar. Kuesioner sangat berguna dalam suatu

penelitian terutama pada penelitian kuantitatif.

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama (subjek) penelitian.69 Dalam penelitian ini,

sumber data primernya adalah Mahasiswa LDK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Adapun data diperoleh melalui

68 Sugiyono, 145 69 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:

Kencana, 2008), h.122.

Page 60: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

50

observasi dan pemberian kuesioner kepada para subjek

penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung atau melalui seumber kedua, bukan melalui subjek

penelitian secara langsung.70 Dalam penelitian ini, data

sekunder diperoleh dari arsip yang dimiliki

organisasi/instansi, studi literatur, dan jurnal yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.71 Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel yaitu variabel independen sebagai

variabel X dan variabel dependen sebagai variabel Y.

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau sering disebut sebagai

variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen.72 Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas yaitu pembinaan liqo.

70 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 122. 71 Sugiyono, h. 38. 72 Sugiyono, h, 39

Page 61: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

51

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau disebut dengan variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi karena

adanya variabel bebas. Dalam penelitiann ini sebagai

variabel dependen atau variabel terikat yaitu sikap

nasionalisme.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan

pada sifat-sifat yang diteliti, bersifat spesifik dan

menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan

juga hal-hal yang dianggap penting. Dari definisi operasional

ini kemudian akan didapat suatu indikator yang akan

dijadikan acuan untuk mengukur variabel yang diteliti.73

Adapun definisi operasional untuk menjelaskan variabel-

variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Pembinaan Liqo

Pembinaan Liqo sama halnya dengan pembinaan

keagamaan. Pembinaan agama merupakan proses

masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang

dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap

orang lain.74

Liqo secara umum adalah kerumunan para

pendengar yang duduk memutar mengelilingi seorang

73 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,

1989), h. 46. 74 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.

Page 62: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

52

guru pada sebuah masjid, istilah ini pada umumnya

dipahami sebagai para sahabat yang hadir dalam

pengajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan

elemen-elemen dalam liqo adalah murabbi (pembina),

mutarabbi (binaan), dan manhaj (kaidah-kaidah).75.

Pembinaan liqo dalam penelitian ini terdiri dari tiga

aspek yaitu materi pembinaan, metode pembinaan

liqo, dan pembimbing (murabbi). Materi pembinaan

liqo meliputi: Motivasi Ibadah, Akhlaq, Tauhid, Jihad,

Kebudayaan Islam, dan Sistem Pemerintahan. Metode

pembinaan liqo meliputi: Metode dialog, Metode

Group Guidance. Dan Murabbi (pembimbing).

b. Sikap Nasionalisme Mahasiswa LDK UIN Syahid

Sikap nasionalisme yaitu suatu respon seseorang

yang timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban

untuk kepentingan bersama maupun kepentingan

bangsa yang berupa semangat patriotik sebagai

perwujudan kesetiaan serta rasa cinta terhadap tanah

air.76

Sikap nasionalisme merupakan suatu sikap bangsa

yang memiliki rasa nasionalisme berupa: cinta tanah

air, rela berkorban untuk bangsa dan negara, toleransi,

bangga menjadi bangsa Indonesia. Cinta tanah air

75 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,

(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 76 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,

(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747

Page 63: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

53

meliputi: Sepenuh hati menjaga kesatuan, dan

melestarikan kebudayaannya. Bela negara dan rela

berkorban demi bangsa dalam hal ini adalah menjaga

bangsa dan negara sepenuh hati, dan menghilangkan

kericuhan. Sedangkan toleransi di sini adalah menjaga

kerukunan antar umat beragama dan budaya.

3. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji untuk mengetahui kevalidan atau

keshahihan suatu instrumen. Uji validitas berguna untuk

mengukur ketepatan instrumen penelitian. Suatu instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan serta mampu memperoleh data yang tepat dari

variabel yang diteliti.77

Suatu penelitian dikatakan valid apabila instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut

valid. Sehingga uji validitas sangat penting dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu

instrumen dijadikan sebagai tolak ukur.

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan aplikasi

Microsoft Excel dengan metode Corrected item-total

Correlation dengan cara mengorelasikan masing-masing

indikator dengan skor total indikator. Dasar pengambilan

keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel (0.361), maka butir pernyataan

tersebut valid.

77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.

121.

Page 64: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

54

b. Jika r hitung < r tabel (0.361), maka butir pernyataan

tersebut tidak valid.

Tabel 1

Blue Print Skala Instrumen sebelum uji instrumen

Variabel

Penelitia

n

Indikator Item To

tal Butir

Positif

Butir

Negatif

Variabel

X

Pembina

an Liqo

1. Materi

Pembinaan

Liqo

1,2,3,4,5,

6,7,10,11

,12

8, 9, 13 13

2. Metode

Pembinaan

Liqo

14, 15,

16

3

3. Murabbi

(Pembimbi

ng)

17, 19,

20, 21

18 5

Variabel

Y

Sikap

Nasional

isme

4. Cintah

Tanah Air

22,23,24,

25,26,27,

28,29,30

9

5. Bela

Negara

31,32,33,

34

4

6. Toleransi 35,36,37,

38, 39,40

41, 42,

43

9

Jumlah 43

Uji validitas penelitian ini dilakukan di Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) UMJ dengan teknik Product Moment

yang diuji cobakan kepada 30 responden. Dari 43 item butir

Page 65: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

55

pernyataan yang diuji cobakan diketahui 42 item butir

pernyataan valid dan 1 item butir pernyataan tidak valid.

Pernyataan yang tidak valid tidak digunakan lagi dalam

pengambilan data inti.

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.78

Menurut Sugiyono, Instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapakali untuk mengukur objek yang

sama akan menghasilkan data yang sama.79 Uji reliabilitas

bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten.

Uji reliabilitas dalam hal ini menggunakan nilai Cronbach

Alpha dengan bantuan program SPSS versi 20.0. Ronbach

Alpha adalah koefisien kehandalan yang menunjukkan

seberapa baiknya item atau butir dalam suatu kumpulan secara

positif berkorelasi satu sama lain.80 Jika nilai croanbach alpha

> 0,60 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.81

Dalam penelitian ini uji tersebut berguna untuk

memastikan apakah kuesioner yang akan digunakan dalam

78 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi &

Karya Ilmiah, h. 131 79 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

h.121 80 Juliansya Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi &

Karya Ilmiah, h. 165. 81 Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta,

2004),

Page 66: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

56

suatu penelitian untuk mengumpulkan data variabel dianggap

reliabel atau tidak.

Berikut hasil uji reliabilitas pada variabel penelitian:

Tabel 2

Hasil output Uji Reabilitas Skala Pembinaan Liqo (X).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.845 21

Pada Tabel, menunjukkan bahwa hasil output uji

reabilitas pembinaan liqo (X) memperoleh nilai alpha lebih

besar dari nilai 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel

pembinaan liqo reliabel.

Tabel 3

Hasil output Uji Reabilitas Skala Sikap Nasionalisme (Y).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.795 22

Pada Tabel, menunjukkan bahwa hasil output uji

reabilitas sikap nasionalisme (Y) memperoleh nilai alpha

lebih besar dari nilai 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa

variabel sikap nasionalisme reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis

kuantitatif. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian

rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat

Page 67: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

57

dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam

penelitian. Sehingga data tersebut dapat dijadikan informasi

yang mudah dipahami dan bermanfaat dalam penelitian.

Untuk mengetahui hubungan pembinaan liqo dengan sikap

nasionalisme dilakukan dengan skala semi likert.

Skala semi likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.82

Pernyataan dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan

favorable dan unfavorable. Teknik pengukuran dalam

penelitian ini menggunakan skala semi likert dengan 4

katagori pilihan jawaban. Untuk mengetahui hubungan dan

pengaruh dari kedua variabel, maka dibuat skala pada tabel

berikut:

Tabel 4

Skala semi likert (butir positif)

Sangat

Setuju (SS)

Setuju

(S)

Tidak Setuju

(TS)

Sangat Tidak

Setuju

(STS)

4 3 2 1

82 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta), h. 93

Page 68: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

58

Tabel 5

Skala semi likert (butir negatif)

Sangat

Setuju (SS)

Setuju

(S)

Tidak Setuju

(TS)

Sangat Tidak

Setuju

(STS)

1 2 3 4

Selanjutnya data yang diperoleh melalui kuesioner, akan

dianalisis dengan analisis korelasi dan kemudian hasilnya

dideskripsikan. Analisis korelasi digunakan untuk mencari

arah dan kuatnya hubungan antara dua variable atau lebih,

baik hubungan yang bersifat simetris, kausal, dan reciprocal.83

Uji koefisien korelasi diilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah

hubungan antara variabel independen yaitu intensitas

pembinaan liqo dan variabel dependen sikap nasionalisme.

Untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua variabel

tersebut yaitu dengan cara menginterprestasikan nilai yang

diperoleh dari uji koefesien korelasi.

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya suatu distribusi data dalam variabel yang akan

digunakan dalam penelitian.84 Dasar pengambilan

keputusan dalam uji normalitas data adalah:

83 Imam Ghozali, Aplikasi Multivarians dengan Program SPSS,

(semarang: UNDIP, 2003), h. 260 84

Page 69: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

59

a. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka

data tersebut berdistribusi normal.

b. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05 maka

data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Analisis Deskriptif

Uji deskriptif adalah uji statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

data yang telah diperoleh sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan atau generalisasi.85 Uji

deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme pada

mahasiswa.

3. Uji korelasi Pearson product moment

Analisis pearson ialah suatu analisis peramalan nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel

terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan

antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel

terikat. Dalam pengambilan keputusannya sebagai

berikut:

a. Jika r hitung positif serta > r table, maka butir atau

variabel tersebut valid

b. Jika r hitung tidak positif serta r hitung < r tabel, maka

butir atau variabel tersebut tidak valid.

c. Jika r hitung > r tabel, tapi bertanda negatif maka butir

atau variabel tersebut tidak valid

85 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2018).

Page 70: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

60

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN

Syarif Hidayatullah

1. Sejarah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif

Hidayatullah

Lembaga dakwah kampus (LDK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebuah organisasi dalam lingkup Unit

kegiatan Mahasiswa (UKM) yang didirikan pada hari selasa

10 Muharram 1417 H bertepatan dengan tanggal 28 Mei 1996

M dilantik dan dipimpin langsung oleh Senat Mahasiswa

Institut (SMI). Ketua SMI saat itu Muhammad Ali, salah

seorang yang telah memberikan jalan bagi berdirinya LDK

Syahid.86

Usaha beliau dalam mensolidkan LDK dimulai dengan

mengajak teman-teman sesama mahasiswa yang saat itu aktif

dilembaga ekstra kampus dan yang bergerak di bidang

dakwah. Selanjutnya dibentuk tim kecil yang bertugas

mempersiapkan berdirinya LDK Syahid, baik persiapan

konstitusi maupun persiapan teknis. Itu menghasilkan

musyawarah yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan fakultas.

Salah satu hasil musyawarahnya yaitu membahas

pembentukan lambang ldk syahid dan filosofinya.

86 di akses dari

https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasional/ pada 10 Febuari

2020.

Page 71: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

61

Lambang organisasi dengan bentuk elips yang tertulis

diatasnya kata LEMBAGA DAKWAH KAMPUS. Elips

adalah bentuk gambar yang tidak putus, dan didalam elips

tertulis singkatan l.d.k dengan menggunakan huruf kecil, yang

memberi kesan sejarah klasik yang melingkupi perjalanannya.

Namun disana dihiasi titik dengan warna merah, yang

menandakan sikap tegas.

Dibawah singkatan tersebut tertulis kata SYAHID ditulis

dengan huruf besar semua. Kalimat SYAHID disini sangat

terasosiasikan dengan patriotisme dalam islam. Itu semua

dibingkai dalam elips tadi, yang menyimbolkan sebuah ikatan

yang kuat, saling menyambung.

Kemudian dibawah elips tersebut tertulis kata UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Yang merepresentasikan identitas LDK

SYAHID yang berkedudukan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sebuah kampus yang menjadi acuan model generasi

muda islam. Karena begitu kental dan identik dengan

pendidikan islam yang modern dan moderat.

Lalu dihiasi dengan gambar bulan sabit yang didalamnya

tertulis kata dalam bahasa arab Munazhomah Ad-Da’wah lil

Jamiah. Yang artinya adalah Lembaga Dakwah Kampus.

Menggambarkan budaya intelektual yang menjadi keseharian

dari LDK Syahid. Tidak hanya berorganisasi semata namun

mengembangkan kapasitas diri.

2. Visi dan Misi LDK Syahid

Visi: “Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki

kekokohan spiritualitas, intelektualitas, dan soliditas dengan

Page 72: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

62

etos profesionalisme, menuju kampus yang Islami dalam

rangka mewujudkan khairul ummah”. Misi: 1) tarbiyah madal

hayah, 2) amal sholeh. 3) amar ma’ruf. 4) pengabdian

masyarakat. 5) persatuan ummat dan ukhuwah Islamiyah.

3. Pembinaan Liqo LDK Syahid

Kegiatan pembinaan liqo di LDK UIN Syahid merupakan

salah satu metode dari programnya untuk memberikan kajian

keilmuan tentang Islam, sehingga anggota-anggotanya dapat

menjadi seorang muslim/muslimah yang benar di jalan Allah.

Dalam liqo biasanya yang dibahas tentang substansi ibadah,

motivasi ibadah sekaligus mentoring dan evaluasi

pelaksanaan ibadah harian kader untuk mengukur tingkat

komitmen kader terkait pelaksanaan ajaran agama Islam.

Dengan berbagai tema-tema kajian seperti Tauhid, Islamic

culture (budaya di Islam), batasan-batasan laki-laki dan

perempuan, sistem pemerintahan, jihad di jalan Allah, dan

lain sebagainya.

Kegiatan pembinaan liqo dilaksanakan secara rutin setiap

hari perkelompok, setiap kelompok terbagi menjadi 8-12

peserta. Jumlah anggota liqo dibatasi agar penyerapan materi

dan tali persaudaraan dapat terbentuk dengan baik untuk

anggotanya, karena setiap anggota liqo dididik untuk menjadi

murobbi generasi selanjutnya. Pembagian kelompok liqo di

UIN Syahid disesuaikan dengan jadwal kuliah tiap individu

dan disesuaikan dengan fakultas masing-masing, sehingga

pelaksanaanya tidak mengganggu kegiatan belajar

mahasiswa.

Page 73: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

63

Liqo dapat membentuk kader-kader dengan solidaritas

yang tinggi, karena mereka diikat oleh ideologi dan aktivitas-

aktivitas dakwah yang rutin. Sebagaimana kata solidaritas

yang dikutip oleh Durkheim. Menurut Durkheim solidaritas

adalah persamaan saling percaya antara para anggota dalam

suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya

maka mereka akan menjadi satu atau menjadi persahabatan,

menjadi saling hormat menghormati menjadi terdorong untuk

bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan

sesamanya.87 Solidaritas merupakan bentuk kekompakan

dalam suatu kelompok dengan saling percaya dan

sepenanggungan antara individu sebagai anggota kelompok

yang dapat membuat individu merasa nyaman dengan

kelompoknya. Sehingga hubungan keduanya erat dan menjadi

simbiosismutualisme atau saling membutuhkan dalam hal

kebaikan.

Peserta liqo dipantau melalui form mutaba’ah yang diisi

setiap pertemuan. Setiap individu dapat diketahui dengan

mudah siapa saja yang rajin mengikuti pembinaan dan siapa

saja yang belum rajin. Kegiatan liqo biasanya dimulai dengan

bacaan basmallah dan tilawatil Qur’an bagi anggotanya. Serta

selalu berdoa bersama untuk keselamatan, kesehatan, dan

kesuksesan, maupun doa lainnya. Dan selalu diakhiri dengan

saling bersalaman agar dapat meruntuhkan dosa terhadap

sesama dan dapat mempererat tali persaudaraan.

87 Soedjati, Solidaritas dan Masalah Sosial kelompok Waria,

(Bandung: LPPm STIE Bandung 1995), h. 25.

Page 74: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

64

4. Strukture Organisasi Lembaga Dakwah Kampus UIN

Syahid Periode 2020

Berikut struktur organisasi LDK Syahid:

KETUA UMUM

Alwi Rahmat Siregar

KETUA KEPUTRIAN

Hannaila Hurin Iyn

SEKRETARIS jENDRAL

Irfan Abdillah

BENDAHARA UMUM

Mega Febriani

DIVISI KADERISASI

M.Ihsan Z & Iis

Ismayati

DIVISI SYIAR

M. Anas Roiyan &

Muthi’ah

Mufidahfan

Abdillah DIVISI HUMAS

Eka Febrianto & Sarah

Khoirunnisa

DIVISI MEDIA

Rais maslimudin j.

& Dina mariana

DIVISI PABK

M. Akmal S. &

Nurma Megawati

DIVISI

PENGEMBANGAN

EKONOMI

A. Naufal Firdaus &

Fitriani Hasanah

DIVISI

Page 75: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

65

Gambar 2

Struktur organisasi LDK Syahid periode 2020

BIRO BIRO

KESEKRETARIATAN

Alfiyan Irza Fadilla

& Arbiatul

Karomah

BIRO KEUANGAN

Ibna Rusan

Azzaida

BIRO KEPUTRIAN

Maulida Nur Afra

LSO

LSO LTQ

Ahmad Riski F. &

Muzaik

Zuhuuriyah K. LSO RMSC

Ahmad Jatnika

Ismat & Siti Anita

Nurhasanah LSO PSU

Muhammad Arifin

& Jihan Mutiara

Fatiin

Anggota

Page 76: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

66

B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang

beranggota aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN

Syarif Hidayatullah angkatan 2018 dan telah mengikuti

pembinaan liqo minimal selama 3 bulan sebanyak 80 orang

terpilih melalui teknik sampling Slovin. Adapun alasan

pengambilan responden pada angkatan 2018 yaitu

dikarenakan pada angkatan tersebut anggotanya bukan yang

sedang menduduki kepemimpinan, sehingga tidak ada

keberpihakan dalam mengisi kuesioner penelitian. Dan pada

angkatan tersebut termasuk katagori pembatasan minimal ikut

dalam pembinaan karena bukan anggota baru. Sehingga pada

angkatan 2018 lebih tepat untuk dijadikan responden dalam

penelitian ini.

Analisis data mengenai karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, fakultas, dan masa pebinaan

sebagai berikut:

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 6

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

1 Laki-laki 25 responden 31,25%

2 Perempuan 55 responden 68,75%

Jumlah 80 responden 100%

Page 77: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

67

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden

dalam penelitian ini adalah perempuan dengan presentase

sebesar 68,75 persen. Maka sebagian besar sampel yang telah

diambil adalah responden berjenis kelamin perempuan yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat

dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki.

Menurut data yang diterima dalam bagian observasi pun

menyatakan bahwa pada angkatan 2018 diungguli oleh

akhwat atau perempuan.

b. Karakteristik responden berdasarkan fakultas

Tabel 7

karakteristik responden berdasarkan fakultas

No Fakultas Frekuensi Present

ase

(%)

1 Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan

12 responden 15%

2 Dirasat Islamiyah 4 responden 5%

3 Syariah dan Hukum 11 responden 13,75%

4 Adab dan

Humaniora

6 responden 7,5%

5 Dakwah dan Ilmu

komunikasi

5 responden 6,25%

6 Ushuluddin 2 responden 2,5%

7 Sains dan Teknologi 8 responden 10%

8 Ekonomi dan bisnis 19 responden 23,75%

9 Psikologi 9 responden 11,25%

Page 78: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

68

10 Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik

2 responden 2,5%

11 Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan

2 responden 2,5%

Total 80 responden 100%

Berdasarkan jumlah data tersebut menunjukkan bahwa

mayoritas responden yang telah bersedia ikut serta dalam

penelitian ini adalah responden yang berasal dari Fakultas

Ekonomi dan Bisnis dengan presentase sebesar 23,75 persen.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis termasuk pada salah satu

Fakultas yang anggota LDK nya terbanyak ke dua setelah

FITK. Dan termasuk fakultas yang ramah dalam menanggapi

kuesioner penelitian. Kemudian disusul oleh Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan dengan jumlah responden sebanyak

12 atau 15 percen responden pada penelitian.

c. Karakteristik responden berdasarkan masa pembinaan

liqo

Responden yang lebih aktif dalam melaksanakan

pembinaan liqo dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap,

baik secara agama maupun nasionalis. Dikarenakan dalam

pembinaan liqo memberikan pemahaman akan pentingnya

bersikap nasionalis sebagai mahasiswa. Gambaran umum

responden dengan tingkat masa pembinaan liqo dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 79: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

69

Tabel 8

Karakteristik responden berdasarkan masa pembinaan liqo

No Masa Pembinaan

Liqo

Frekuensi Presentasi

(%)

1 Tidak lebih dari 3

bulan (12

pertemuan)

44 responden 55%

2 Lebih dari 3 bulan

(12 pertemuan)

36 responden 45%

Jumlah 80 responden 100%

Berdasarkan jumlah data tersebut menunjukkan bahwa

mayoritas responden yang mengikuti masa pembinaan liqo

selama 3 bulan atau 12 pertemuan sebanyak 44 responden

atau 55 persen. Sedangkan responden yang mengikuti

pembinaan liqo selama lebih dari 3 bulan sebanyak 36

responden atau sebesar 45 percen. Responden tersebut aktif

mengikuti pembinaan sesuai dengan metode yang ada dalam

liqo di LDK Syahid. Responden dalam jumlah data tersebut

sudah termasuk dalam karakteristik responden penelitian ini

yaitu responden penelitian telah mengikuti pembinaan liqo

minimal 3 bulan atau 12 pertemuan.

2. Gambaran Umum Responden

a. Gambaran umum tingkat pembinaan liqo

Gambaran umum responden dengan tingkat

pembinaan liqo dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 80: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

70

Tabel 9

Tingkat pembinaan liqo LDK UIN Syahid

No Katagori

Pembinaan

Liqo

Jumlah

Skor

Jawaban

Responden

Frekuensi Presentase

1 Rendah 37-51 17 21.25%

2 Sedang 52-66 43 53.75%

3 Tinggi 67-81 20 25%

Total 80 100%

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa responden

yang menerima pembinaan liqo rendah sebanyak 21.25

persen sama dengan 17 orang, pembinaan liqo sedang

sebanyak 53.75 percen atau sama dengan 43 orang, dan

pembinaan liqo tinggi sebanyak 25 percen atau sebanyak 20

orang dengan nilai rata-rata sebesar 59.56 dari jumlah total

frekuensi 80.

Pemahaman setiap individu dalam menerima materi

pembinaan liqo berbeda-beda, ini dipengaruhi oleh

pembahasan materi yang angkat dalam pembinaan liqo.

Aspek selanjutnya yaitu metode pembinaan liqo yang

berpengaruh dalam pemahaman penerimaan materi pada

responden, karena metode yang tepat akan menghasilkan

diskusi atau pembinaan yang menarik. Dan murabbi

merupakan faktor penting dalam pembinaan liqo,

Page 81: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

71

dikarenakan seorang murabbi adalah sebagai contoh tuntunan

awal bagi anggota baru dalam pelaksanaan pembinaan liqo.

b. Gambaran umum tingkat sikap nasionalisme

Gambaran umum responden dengan tingkat sikap

nasionalisme dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 10

Responden dengan tingkat sikap nasionalisme

No Katagori

Sikap

Nasionalisme

Jumlah

skor

jawaban

Responden

Frekuensi Presentasi

1 Rendah 43-55 21 26.25%

2 Sedang 56-68 42 52.5%

3 Tinggi 69-82 17 21.25%

Total 80 100%

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki sikap nasionalisme rendah sebanyak

21 orang (26.25 percen), responden dengan pemahaman

sedang sebanyak 52 orang (52.5% percen), dan responden

dengan sikap nasionalisme tinggi sebanyak 17 orang (

21.25% persen) dengan nilai rata-rata sebesar 61.46 dari

jumlah total frekuensi 80. Pemahaman sikap nasionalisme

responden dalam penelitian ini didukung oleh beberapa aspek

yaitu aspek pembinaan liqo, cinta tanah air, bela negara, dan

toleransi.

Page 82: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

72

3. Analisis data uji korelasi

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji Normalitas kolmogorov-Smirnov digunakan untuk

mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data

dalam variabel yang digunakan dalam penelitian.

Hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan

SPSS 20.0 for windows, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Uji normalitas kolmogorov-smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pembinaan

Liqo Sikap

Nasionalisme

N 80 80

Normal Parametersa,b

Mean 59.5875 61.5625

Std. Deviation 10.27433 9.13450

Most Extreme Differences

Absolute .088 .057

Positive .071 .045

Negative -.088 -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .788 .506

Asymp. Sig. (2-tailed) .564 .960

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel diatas variabel pembinaan liqo dan

variabel sikap nasionalisme terbilang normal, karena nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai alpha (0.05).

Pada variabel pembinaan liqo nilai sig. (2-tailed) sebesar

0.564 artinya data tersebut berdistribusi normal.

Page 83: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

73

Variabel sikap nasionalisme dalam penelitian ini

berdistribusi normal, karena nilai sig. Lebih besar dari nilai

alpha yaitu dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.960.

Sehingga data variabel keduanya berdistribusi normal dan

dapat dianalisis lanjut pada uji korelasi pearson product

moment.

b. Analisis Deskriptif Uji Koefisien Korelasi

Uji koefisien korelasi dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan

antara variabel independen (pembinaan liqo) dan variabel

dependen (sikap nasionalisme).

Tabel 12

Koefisien korelasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 15.614 3.029 5.155 .000

Pembinaan Liqo (X)

.771 .050 .867 15.390 .000

a. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme (Y)

Berdasarkan hasil uji analisis korelasi person product

moment menggunakan SPSS 20 pada tabel 12 menunjukkan

bahwa nilai signifikan sebesar 0.000 dan t hitung sebesar

15.390 nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yaitu

sebesar 1.99085 (penggunaan t tabel pada 0.05 dengan N

sebanyak 80 ). Sehingga hubungan pada kedua variabel

penelitian ini dinyatakan positif dan kuat, karena variabel

Page 84: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

74

pembinaan liqo berpengaruh terhadap variabel sikap

nasionalisme.

Hasil tersebut sejalan dengan pemikiran Enjang &

Aliyuddin yang mengemukakan tentang halaqoh (liqo) dapat

disampaikan dengan bentuk dakwah fiah yaitu dakwah yang

dilakukan seorang dai terhadap kelompok kecil dengan tatap

muka dan biasanya dilakukan dialog, sehingga respon mad’u

dapat diketahui dengan cepat.88

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sikap

nasionalisme mahasiswa, kedua hubungan tersebut termasuk

katagori kuat dan memiliki kekuatan hubungan yang pasti

atau cukup berarti. Hasil analisis menyatakan bahwa

pembinaan liqo berpengaruh bagi sikap nasionalisme.

Untuk memperkuat hasil uji analisis tersebut dapat

dilihat dengan hasil uji koefien determinasi. Berikut tabel

yang menyatakan hasil dari uji koefisien determinasi pada

penelitian ini:

Tabel 13

Koefisien korelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .867a .752 .749 4.57562

a. Predictors: (Constant), Pembinaan Liqo (X)

b. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme (Y)

Berdasarkan hasil uji analisis di atas nilai r square

sebesar 0.752 artinya uji koefisien determinasi 75.2 percen

88 Enjang & Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya

Pajajaran, 2009), h. 68.

Page 85: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

75

variabel X berpengaruh terhadap variabel Y. Hasil tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor dari pembinaan liqo yaitu,

materi yang disampaikan dan dibahas, metode pelaksanaan,

dan murabbi (pembimbing) yang mengarahkan. Pembinaan

agama disuatu lembaga dapat memberi pengaruh yang besar

terutama dalam pembentukan sikap.

Tabel 14

Koefisien determinasi indikator materi pembinaan liqo, metode

pembinaan liqo, dan murobbi dengan sikap nasionalisme

Pembinaan Liqo R r

square

t Sig.

Materi Pembinaan

Liqo

.822 .676 12.769 .000

Metode Pembinaan

Liqo

.650 .422 7.547 .000

Murobbi

(Pembimbing)

.638 .407 7.324 .000

Berdasarkan hasil uji analisis di atas nilai pada indikator

materi pembinaan liqo memperoleh nilai r square sebesar

0.676 artinya uji koefisien determinasi 67.6 percen variabel X

pada kategori materi pembinaan liqo berpengaruh terhadap

variabel Y, nilai signifikan sebesar 0.000 dan t hitung sebesar

12.769 nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yaitu sebesar

1.99085 (dengan penggunaan t tabel pada 0.05).

Sedangkan hasil uji analisis pada indikator metode

pembinaan liqo memperoleh nilai r square sebesar 0.422 atau

sama dengan 42.2 percen indikator metode berpengaruh

terhadap variabel Y, dengan nilai r hitung sebesar 7.547

Page 86: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

76

dengan taraf sig 0.000. Dan pada indikator murobbi

memperoleh nilai r square sebesar 0.407 atau sama dengan

40.7 percen dengan nilai r hitung sebesar 7.324 dengan taraf

sig 0.000. Dengan demikian indikator materi pembinaan liqo,

metode pembinaan liqo, dan murobbi dalam pembinaan liqo

dinyatakan berpengaruh terhadap variabel sikap nasionalisme.

Hal tersebut serupa dengan pembahasan yang tercantum

dalam Departemen Agama RI membahas tentang materi

bimbingan dan penyuluhan yang mengatakan, bahwa materi

dalam Pembinaan keagamaan adalah semua yang terkandung

dalam Al-Qur’an yaitu akidah, syariah, dan akhlak.

Adanya pembinaan liqo membuat responden semakin

semangat dalam beribadah dan selalu berusaha berbuat

kebaikan terhadap siapa pun yang membutuhkan tanpa

memperdulikan golongan, ras, dan budaya. Dalam hal ini

murabbi sangat berarti bagi pemahaman mutarabbi,

dikarenakan sikap murabbi sangat berpengaruh bagi

responden.

Hal ini sejalan dengan pemikiran M. Lutfi yang

mengatakan bahwa pembimbing dalam Islam merupakan juru

dakwah yang bertugas menyampaikan pesan ajaran islam dan

mengarahkannya agar menjalankan ajaran islam secara utuh

dan menyeluruh. Dengan adanya murabbi dapat membangun

liqo yang solid dan produktif. Namun, hal demikian tidak

lepas dari pemilihan metode yang tepat.

Dalam konteks proses pembinaan, metode hal yang harus

diperhatikan juga, dikarenakan dapat mempengaruhi

Page 87: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

77

kenyamanan dan pemahaman selama proses pembinaan

berlangsung. Dengan metode yang tepat diharapkan mutarabbi

dapat mengerti dan mengahayati materi yang disampaikan,

sehingga dapat mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh

murabbi. Metode yang sesuai dengan responden dapat

menghidupkan pembinaan yang baik dengan mendiskusikan

materi dan memberikan argumentasi yang dapat menambah

wawasan secara menyeluruh.

Para murabbi di LDK UIN Syahid memberikan

pengetahuan secara luas dan upgrade, sehingga pengetahuan

responden tidak kaku. Begitupun dengan pengetahuan nasional

dimana murabbi sendiri pun bersikap nasionalisme dengan

cinta terhadap tanah airnya dan menjaga toleransi terhadap

sesama serta mendukung pemerintahan dengan menjaga

keutuhan bangsa.

Hal tersebut serupa dengan pemikiran Fitri dan Tri Jayati

yang menyatakan bahwa sikap nasionalisme yaitu suatu respon

seseorang yang timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban

untuk kepentingan bersama maupun kepentingan bangsa yang

berupa semangat patriotik sebagai perwujudan kesetiaan serta

rasa cinta terhadap tanah air. Namun, sikap tersebut tidak

harus menentang ajaran Islam yang telah dibangun, artinya

sikap tersebut tidak bertentangan dengan agama Islam.

Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan bahwa dengan

penerimaan pancasila itu sebenarnya tidak ada lagi masalah

antara Islam dan nasionalisme karena pancasila itu adalah

bentuk nasionalisme religius. Nilai pancasila tersebut

Page 88: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

78

mengandung moral bangsa yang harus dihayati agar dapat

membentuk karakter.

c. Uji Korelasi

Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara

variabel pembinaan liqo dengan variabel sikap

nasionalisme mahasiswa, maka diajukan hipotesis

penelitian (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang

signifikan antara kedua variabel, dan (Ho) yang

menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

Uji tersebut dilakukan dengan cara menginterpretasikan

nilai yang diperoleh dari responden menggunakan uji

korelasi person moment SPSS 20 for windows, berikut hasil

uji korelasi:

Tabel 15

Uji korelasi pearson product moment

Correlations

Pembinaan Liqo

(X)

Sikap Nasionalisme

(Y)

Pembinaan Liqo (X)

Pearson Correlation

1 .867**

Sig. (2-tailed) .000

N 80 80

Sikap Nasionalisme (Y)

Pearson Correlation

.867** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 89: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

79

Berdasarkan hasil analisis uji korelasi person di atas

diketahui bahwa taraf signifikan sebesar 0.000 dimana nilai

tersebut kurang dari 0.05, sehingga dapat diputuskan bahwa

hipotesis diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme.

Sedangkan r hitung dalam penelitian ini sebesar

0.867** dan menyatakan hasil korelasi signifikan tersebut

pada tingkat 1 percen, sehingga hubungannya positif dan

sangat kuat dengan N (jumlah responden) sebanyak 80. Maka

hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pembinaan liqo dengan

sikap nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syahid diterima.

Dengan demikian hipotesis (Ho) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pembinaan

liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syahid

ditolak.

Hasil tersebut serupa dengan pemikiran Djamaluddin

Ancok yang menyatakan bahwa pembinaan agama

merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau

keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama

terhadap orang lain.89 Pembinaan agama tersebut

dimaksudkan dengan pembinaan liqo, dalam pembinaan liqo

terkandung kegiatan yang membimbing, mengarahkan, dan

membangun nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia.

89 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.

Page 90: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

80

Kegiatan pembinaan liqo membangun nilai-nilai

nasionalisme yang penting bagi mahasiswa dengan

mengarahkan untuk bersikap toleran dan saling tolong

menolong terhadap siapa pun. Dan dalam pembinaan liqo pun

membimbing anggotanya untuk saling menyebarkan kasih

sayang terhadap sesama, sehingga sikap tersebut mengarah

pada sikap nasionalisme.

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran H.M. Arifin

yang mengatakan bahwa dalam pembinaan kelompok

hendaknya pembimbing mengarahkan perhatian kepada

binaannya untuk kebersamaan dan saling tolong menolong

dalam memcahkan permasalahan yang menyangkut

kepentingan bersama.

Page 91: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan

pembahasan tentang hubungan pembinaan liqo dan sikap

nasionalisme mahasiswa di LDK UIN Syahid yang telah

dilakukan, maka peneliti mangambil kesimpulan.

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel

pembinaan liqo dan variabel sikap nasionalisme mahasiswa di

LDK UIN Syahid dengan nilai korelasi sebesar 0.867** pada

taraf signifikasi 0.000 atau kurang dari 0.05 hubungan

tersebut termasuk dalam kategori kuat, sehingga dapat

dikatakan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut

dipengaruhi berbagai kategori yaitu materi pembinaan liqo,

metode, dan murobbi (pembimbing), serta dari kategori sikap

nasionalisme yaitu, cinta tanah air, bela negara, dan toleransi.

Semakin sering mengikuti pembinaan liqo, maka semakin

besar rasa nasionalismenya. Pembahasan dalam pembinaan

liqo terbukti tidak dogmatis dan general.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan

pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

Page 92: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

82

1. Untuk Lembaga penelitian, agar hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan masukan tentang betapa

pentingnya membangun sikap nasionalisme pada

mahasiswa. Kemudian memberikan pengetahuan dan

pembinaan pada anggotanya dengan mengadakan

konseling, seminar-seminar, atau kegiatan keagamaan

yang berkaitan dengan sikap nasionalisme.

2. Untuk responden, diharapkan selalu bersikap toleran

kepada siapa pun tanpa membatasi ras, golongan, budaya,

dan lainnya dengan penuh kasih sayang dan saling

menjaga keutuhan bangsa dan negara.

3. Untuk peneliti, diharapkan penelitian ini diteruskan dalam

penelitian selanjutnya agar mendalam lagi penelitian

tentang pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme. Dan

diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta dapat

dijadikan referensi dalam pengetahuan pembinaan liqo

dengan sikap nasionalisme.

Page 93: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

83

DAFTAR PUSTAKA

A Masadi, Ghufron. Ed. 2002. Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam

Ringkas. Jakarta: Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Adyatama, Egi. 2019. Tempo.co: Penelitian Internal:

Radikalisme Tumbuh Subur di UIN Jakarta. (internet)

diunduh pada tanggal 20 Desember 2019. tersedia pada

https://nasional.tempo.co/read/1220307/penelitian-

internal-radikalisme-tumbuh-subur-uinjakarta.

Alam, Lukis. 2016. Jurnal: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Islam Dalam Perguruan Tinggi Umum Melalui LDK.

Artikel: Vol. 1 No.2.

Ali, Attabiq dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996. Kamus

Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Yayasan

Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Cet. Ke-1.

Aminuddin. 2006. membangun Karakter dan Kepribadian

Melalui Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Anchok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. 2001. Psikologi

Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. Ke-4.

Anwar, Rosihin. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.

Arifin, M. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan

Peyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.

Cet. Ke-6.

Azra, Azyumardi. 1996. Pergolakan Politik Islam: dari

Fundamentalisme, Modernisme, hingga

Posmodernisme. Jakarta: Paramasina

Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa. Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kementrian Agama.

Budiyanto, H. Kabul. 2007. Nilai-Nilai Kepribadian Bangsa

Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Page 94: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

84

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Jakarta: Kencana.

Departemen Agama RI. 2003. Materi Bimbingan dan Penyuluhan

BagiPenyuluh Agama Islam Terampil. Jakarta:

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-3.

Dirhantoro, Tito. 2019. alinea.id: Khofifah sebut Survey UIN

Jakarta soal Radikalisme Mengerikan. di akses pada

20 Desember 2019. Tersedia pada:

https://www.alinea.id/nasional/khofifah-survey-uin-

jakarta-soal-radikalisme-mengerikan.

Diyah, Kholid. 2018. Artikel: Jenis-jenis Kelompok dalam

Konseling. (internet) Diakses pada 10 Januari 2020.

Tersedia pada https://www.kompasiana.com/jenis-

jenis-kelompok-dalam-konseling?page=all.

Dwiyanto, Agus. 2015. “Nasionalisme” Modul Pendidikan dan

Pelatihan Prajabatan Golongan II. Jurnal: Lembaga

Administrasi Negara.

El-Guindi, Fedwa. 2006. Jilbab antara Kesalehan, Kesopanan

dan Perlawanan. Jakarta: Serambi.

Enjang & Aliyuddin, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah.

Bandung: widya Padjajaran.

Fitri yanti, dan Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa

Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan Universitas Riau Kepuauan, (Jurnal:

Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Multivarians dengan Program

SPSS. Semarang: UNDIP.

Hadi, Lubis Satria. 2006. Buku Pintar Mengelola Halaqoh.

Tangerang: FBA Press. Cet. Ke-1

Hamka. 2018. Islam Revolusi dan Ideologi. Depok: Gema Insani.

Page 95: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

85

Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ihza, Hahendra Yusril. 2009. Modernisme dan Fundamentalisme

Politik Partai Islam. Jakarta: Paramadina.

Jilan, Buya. Berita UIN Online:Tangkal Radikalisme, LDK

Syahid UIN Jakarta Bersinergi dengan Polri, diakses

pada 12 Januari 2020. Tersedia pada:

https://www.uinjkt.ac.id/id/tangkal-radikalisme-ldk-

syahid-uin-jakarta-bersinergi-denga-polri

Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia.

Yogyakarta: Shalahuddin Press.

Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam.

Jakarta: Pustaka Alhusna.

Mahjudin. 1991. Kuliyah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

Masyhur, Amin M. Dkk. 1996. Aqidah dan Akhlak. Yogyakarta:

Kota Kembang.

Muhammad, Lutfi Kahbibi. Islam Nusantara: Relasi Islam dan

Budaya Lokal. Jurnal Shahih, Vol. I No. I, 2016.

Mosca, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme KIAI Kontruksi Sosial

Berbasis Agama. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.

Mustari, Muhammad. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta:

LaksBang PRESSindo.

Mu’ti, Abdul. 2018. Artikel: Indonesia Darurat Radikalisme?.

(internet) diakses pada 30 Desember 2019. Tersedia

pada: https://www.uinjkt.ac.id/id/indonesia-darurat-

radikalisme/.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,

Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta:Kencana.

Prawoto. 2006. Seri IPS Sejarah 2 SMP Kelas VIII. Jakarta:

Yudistira Quadra.

Qadiri, Abdullah. 1993. Adab Halaqoh. Bandung: PT Al-Ma’arif.

Page 96: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

86

Rahmat, Jalaluddin. 1994. Metode Penelitian Komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahmat, Jalaluddin. 1999. Rekayasa Sosial: Reformasi atau

Revolusi. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Kalam Mulia.

Rehadi, Fernan. Berita: Pancasila Aktualisasi Nasionalisme dan

Agama, (Republika.co.id 2018) diakses pada 03

Februari 2020. Tersedia pada: https://m-republika-co-

id.cdn.ampprojec

Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:

Alfabeta.

Rijal, Syamsum. Epistemologi Tauhid Ismail R. Al-Faruqi.

Jurnal: Miqot vol. XXXVIII No. 1 Juni 2014.

Rokhmad, Abu. Dasar Negara dan Taqiyyah PKS. Jurnal:

Walisongo, 2014.Vol. 22, No. 1.

Samani, Mukhlas dan Haryanto. 2011. Konsep dan Model

Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sapta, Syaidina. Artikel: Islam dan Pancasila dalam

SejarahIndonesia, diakses pada 12 Januari 2020.

Tersdia pada:

https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasion

al/.

Shalahuddin, Mahfud dkk. 1987. Metodologi Penelitian Agama.

Surabaya: PT. Dua Ilmu.

Shihab, Quraish M. 2016. Kumpulan 101 Kultum tentang Islam.

Tangerang: PT Lentera Hati.

Shihab, Quraish, M. 2006. Menabur Pesan Ilahi. Jakarta: Lentera

Hati.

Page 97: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

87

Shihab, Najella. Semua Murid Semua Guru, Hidup Bersama Al-

Qur’an. Ep.33: Islam dan Nasionalisme, 2018. di akses

pada 30 Desember 2019. Tersedia pada:

https://youtu.be/vjr6s3Xyo81.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian

Survei. Jakarta: LP3ES.

Sirait, Sangkot. Tauhid dan Hukum Tentang Bangsa-Bangsa

(Telaah atas Pemikira Isma’il Raji Al-Faruqi). Jurnal:

Ilmu Syariah dan Hukum, 2013. Vol. 47, No. 2.

Subagyo, Agus. 2015. Bela Negara: Peluang dan Tantangan di

Era Globalisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.

Surabaya: Al-Ikhlas.

Takariawan, Cahyadi. 2009. Menyongsong Mihwar Daulah;

Mempersiapkan Kader-Kader Dakwah Menjadi

Pemimpin Negara. Solo: Intermedia.

Takdir, Ilahi M. 2012. Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas

Bangsa Paradigma Pembangunan & Kemandirian

Bangsa.Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Umar, Syadat Hasbullah, Muh. 2008. Revousi Politik Kaum

Muda Jakarta. Jakarta: yayasan Obor Indonesia.

Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta: Interplus.

Yunus, Muhammad. 1996. Kamus Arab Indonesia. Jakarta:

Departemen Agama.

Page 98: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

LAMPIRAN

Lampiran 1 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Definisi operasional didasarkan pada karakter variabel

yang diteliti, merumuskan dan menggambarkan yang dianggap

penting dalam karakteristik setiap variabel. Definisi operasional

ini akan memperoleh indikator yang akan dijadikan acuan untuk

mengukur variabel yang diteliti.

Berikut tabel variabel dan indikator dalam definisi operasional

penelitian:

Variabel

Independe

n

Teori Definisi

operasional

Indikator

Pembinaan

Liqo

Liqo secara

umum

adalah

kerumunan

para

pendengar

yang duduk

memutar

mengeliling

i seorang

guru pada

sebuah

majlis,

istilah ini

pada

umumnya

dipahami

sebagai para

sahabat

yang hadir

dalam

pengajaran

Nabi

Muhammad

Karakteristi

k pembinaan

liqo dalam

penelitian

ini terdiri

dari tiga

aspek, yaitu

materi

pembinaan,

metode

pembinaan

liqo, dan

pembimbing

(murabbi)

Materi pembinaan

liqo

Materi

pembinaan

liqo meliputi:

1. Motivasi

Ibadah

2. Akhlaq

3. Tauhid

4. Jihad

5. Kebudayaan

Islam

6. Sistem

Pemerintaha

n

Metode

pembinaan liqo

Metode

pembinaan

liqo meliputi:

1. Metode

dialog

2. Metode

Page 99: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

SAW.1

Materi

dalam

Pembinaan

keagamaan

adalah

semua yang

terkandung

dalam Al-

Qur’an

yaitu

akidah,

syariah, dan

akhlak.2

Group

Guidance

Murabbi

(pembimbing)

Variabel

Dependen

Teori Definisi

Operasion

al

Indikator

Sikap

Nasionalis

me

Sikap

nasionalis

me yaitu

suatu

respon

seseorang

yang

timbul dari

diri

terhadap

rasa rela

berkorban

untuk

kepentinga

n bersama

maupun

Sikap

nasionalis

me

merupakan

suatu sikap

bangsa

yang

memiliki

rasa

nasionalis

me berupa:

cinta tanah

air,

toleransi,

bangga

berbangsa

Cinta tanah air

1. Sepenuh hati

menjaga

kesatuan

2. Melestarikan

kebudayaanny

a

Bela Negara dan Rela

Berkorban Demi

Bangsa

1. Menjaga

bangsa dan

negara

sepenuh hati

2. Menghilangka

1 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,

(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 2 Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan BagiPenyuluh

Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), h.5.

Page 100: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

kepentinga

n bangsa

yang

berupa

semangat

patriotik

sebagai

perwujuda

n kesetiaan

serta rasa

cinta

terhadap

tanah air.3

dan

bertanah

air, rela

berkorban

n kericuhan

Toleransi:

Menjaga

kerukunan antar

umat beragama

dan budaya

3 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,

(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747

Page 101: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Lampiran 2 Uji Validitas

Tabel uji validitas Pembinaan Liqo dan Sikap Nasionalisme

No Pertanyaan Dimensi r

hitun

g

r

tabel

Hasil

Instru

men

Pembinaan Liqo (X)

1 Pembinaan Liqo dapat

menjadi pedoman

dalam menjalankan

kehidupan

Materi

Pembina

an Liqo

0.498

0.361

Valid

2 Pembahasan liqo

sangat luas dan up to

date terutama dalam

hal agama

0.430

0.361 Valid

3 Dengan mengikuti

liqo secara rutin dapat

menyempurnakan diri

pribadi dalam

hubungan kepada

Tuhan dan sesama

manusia

0.455

0.361 Valid

4 Setelah mengikuti

pembinaan liqo

merasa lebih semangat

dalam melaksanakan

ibadah

0.611

0.361 Valid

5 Berakhlak mulia

adalah dengan

mengembangkan

budaya yang menjadi

teladan bagi

komunitas di kampus

0.492

0.361 Valid

6 Seorang muslimah

wajib menggunakan

pakaian syar’i saat

keluar rumah 0.596

0.361

Valid

Page 102: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

7 Akhlak seseorang

dapat mempengaruhi

kualitas ibadah baik

untuk diri sendiri

maupun orang lain

0.412

0.361 Valid

8 Bendera Negara

Indonesia harus

menyertakan dua

kalimat syahadat

0.379

0.361 Valid

9 Nasionalisme

merupakan produk

Barat yang

karakternya tidak

sejalan dengan ajaran

Islam

0.470

0.361

Valid

10 Membela kebenaran

dan menegakkan

keadilan merupakan

salah satu sikap jihad

0.491

0.361

Valid

11 Sebagai seorang

muslim di Indonesia

wajib

memperjuangkan ide-

ide Islamis sebagai

simbol dengan

identitas keislaman

yang kental

0.440

0.361

Valid

12 Adat istiadat yang

tidak bertentangan

dengan hukum Islam

dapat

dipertimbangkan

sebagai hukum di

masyarakat

0.624

0.361

Valid

13 Perkembangan dan

pembangunan

Indonesia hanya

dilakukan oleh

pemerintah

0.616

0.361 Valid

14 Pembinaan liqo sangat Metode 0.455 0.361 Valid

Page 103: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

efektif untuk

meningkatkan

keutuhan bangsa

Pembina

an Liqo

15 Adanya pembinaan

liqo merupakan

bentuk kesatuan dan

mempererat tali

persaudaraan 0.496

0.361 Valid

16 Dalam pembinaan liqo

mampu memecahkan

masalah dengan

mengambil

kesimpulan yang tepat

0.376

0.361

Valid

17 Cara pandang murabbi

dapat mempengaruhi

paham mutarabbi

Murobbi

(Pembim

bing)

0.579

0.361 Valid

18 Pernyataan Murabbi

merupakan hal yang

mutlak yang harus

diikuti

0.558

0.361 Valid

19 Memiliki integritas

yang tinggi

merupakan hal

penting bagi seorang

murabbi

0.397

0.361

Valid

20 Murabbi harus

bersikap terbuka

dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya

0.506

0.361 Valid

21 Seorang murabbi

harus mampu

megendalikan diri

dalam menghadapi

masalah baik pribadi

maupun kelompok 0.506

0.361

Valid

Sikap Nasionalisme (Y)

22 Berpartisipasi dalam

hari-hari besar

nasional merupakan

sikap yang

0.558

0.361 Valid

Page 104: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

mencerminkan cinta

tanah air

Cinta

Tanah

Air

23 Mengetahui sejarah

bangsa Indonesia

merupakan sikap yang

mencerminkan cinta

tanah air

0.572

0.361 Valid

24 Hafal lagu-lagu

daerah merupakan

sikap yang

mencerminkan cinta

tanah air

0.503

0.361 Valid

25 Memulai suatu acara

harus diiringi dengan

lagu Indonesia Raya

0.408

0.361

Valid

26 Sebagai mahasiswa

muslim saya merasa

sangat dekat dengan

orang Indonesia

0.381

0.361 Valid

27 Saya merasa lebih

nyaman memakai

kerudung atau melihat

perempuan memakai

kerudung biasa

dibandingkan hijab

syar’i

0.464

0.361 Valid

28 Produk lokal lebih

baik kualitasnya

dibandingkan dengan

produk asing

0.362 0.361 Valid

29 Saya lebih menyukai

musik-musik

Indonesia

dibandingkan jenis

musik lainnya

0.422

0.361 Valid

30 Perfilman Indonesia

lebih menarik

dibandingkan film

luar negeri

0.538 0.361 Valid

31 Berkorban untuk 0.441 0.361 Valid

Page 105: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

bangsa dan negara

menjadi tanggung

jawab mahasiswa

Bela

Negara

32 Mahasiswa harus

menjunjung tinggi

hukum dan

pemerintahan

0.451 0.361 Valid

33 Undang-undang Dasar

merupakan hukum

dasar negara yang

paling tepat di

Indonesia

0.435

0.361 Valid

34 Pancasila merupakan

ideologi yang dapat

memajukan negara

Indonesia

0.389 0.361 Valid

35 Berdirinya suatu

negara dipengaruhi

oleh satu sejarah

meski berbeda-beda

keyakinan

Toleransi

0.408

0.361

Valid

36 Mahasiswa harus

menghargai perbedaan

satu sama lain

0.367 0.361 Valid

37 Warga Indonesia

memiliki perlindungan

hukum yang sama

0.485 0.361 Valid

38 Bahasa merupakan

perekat terjadinya

persatuan umat dan

bangsa

0.519

0.361 Valid

39 Sebagai mahasiswa

muslim harus

menerima

keanekaragaman yang

diyakini oleh

golangan lain

0.574

0.361 Valid

40 Agama dan pancasila

keduanya tidak

bertentangan sama

0.422 0.361 Valid

Page 106: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

sekali

41 Perbedaan agama

merupakan penyebab

terjadinya pertikaian

0.407 0.361 Valid

42 Budaya asing tidak

berpengaruh terhadap

budaya Indonesia

0.468 0.361 Valid

43 Memprioritaskan

waktu liburan di luar

negeri dibandingkan

dengan di dalam

negeri

0.224

0.361 Tidak

Valid

Page 107: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Lampiran 3 Data Skor Responden

Skor data responden pada variabel Pembinaan Liqo

Page 108: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Skor data responden Sikap Nasionalisme

Page 109: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Lampiran 5

Uji korelasi pada indikator pembinaan liqo dengan sikap

nasionalisme

Correlations

Materi

PL

Metode

PL

Murobbi Sikap

Nasionalism

e

Materi

PL

Pearson

Correlation 1 .447

** .664

** .822

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Metode

PL

Pearson

Correlation .447

** 1 .400

** .650

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Murobbi

Pearson

Correlation .664

** .400

** 1 .638

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Sikap

Nasional

isme

Pearson

Correlation .822

** .650

** .638

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 110: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Lampiran 6

Uji korelasi pada indikator sikap nasionalisme dengan pembinaan

liqo

Correlations

Cinta

Tanah

Air

Bela

Negara

Tolerans

i

Pembinaan

Liqo

Cinta

Tanah Air

Pearson

Correlation 1 .491

** .547

** .738

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Bela

Negara

Pearson

Correlation .491

** 1 .655

** .687

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Toleransi

Pearson

Correlation .547

** .655

** 1 .756

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

Pembinaa

n Liqo

Pearson

Correlation .738

** .687

** .756

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 80 80 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 111: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME
Page 112: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME
Page 113: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME

Alwi Rahmat Siregar NIM. 11170110000038

Ciputat, 06 Agustus 2020

Ketua Umum LDK Syahid

SURAT KETERANGAN

NO: 125/S.ket/LDK SYAHID/08/2020

Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan ini menerangkan bahwa:

Nama : Muflihah

NIM : 11160520000019

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan/Semester : Bimbingan dan Penyuluhan Islam / 8

Bahwa benar, yang tersebut namanya diatas telah melaksanakan penelitian pada tanggal

22 Februari- 06 Agustus 2020 sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Hubungan

Pembinaan Liqo Dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus

(LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Page 114: HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP NASIONALISME