hubungan o2, ph terhadap nitrat dan pospat 2013

10
SKRIPSI 2013 Page 1 Universitas Trunojoyo Madura HUBUNGAN SUHU, OKSIGEN TERLARUT DAN pH PERAIRAN TERHADAP KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT DI MUARA SUNGAI WONOREJO, GUNUNG ANYAR SURABAYA Oleh : M. Nur Khasanudin 08.03.4.1.1.00004 (Indah Wahyuni Abida, S.Pi., M.Si dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Zainuri, M.Sc) ABSTRAK Melimpahnya kandungan nitrat dan fosfat memberi dampak negatif terhadap ekosistem perairan muara dan laut, salah satunya menyebabkan blooming alga yang dapat mengakibatkan kematian masal pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan suhu, oksigen terlarut dan pH perairan terhadap konsentrasi nitrat dan fosfat pada musim hujan dan kemarau di muara sungai Wonorejo kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Penelitian menggunakan metode spektrofotometri, dengan panjang gelombang 885 nm pada fosfat dan 410 nm pada nitrat. Untuk mengetahui hubungan parameter suhu, oksigen terlarut dan pH perairan terhadap konsentrasi nitrat dan fosfat, dilakukan uji lanjutan menggunakan metode regresi linier sederhana, dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu, oksigen terlarut dan pH terhadap nitrat dan fosfat, serta terdapat perbedaan sebaran nitrat dan fosfat antar stasiun di musim hujan dan kemarau. PENDAHULUAN Nitrat (NO 3 - ) ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen sangat penting bagi tumbuhan, karena tumbuhan membutuhkan nitrat sebagai zat nutrisi untuk tumbuh dan berkembang (Alaerts dan Santika, 1987). Nutrien lain yang diperlukan untuk pertumbuhan produsen di perairan adalah fosfat. Keberadaan fosfat sangat penting karena berfungsi dalam pembentukan protein dan proses metabolisme bagi organisme (Boyd, 1982). Suhu dapat meningkatkan viskositas, reaksi kimia dan evaporasi. Selain itu, penurunan pada kelarutan gas dalam air seperti O 2, CO 2, N 2 dan CH 4 juga disebabkan oleh meningkatnya suhu suatu perairan (Haslam, 1995). Parameter kimia perairan lainnya yang mempengaruhi kandungan nitrat dan fosfat di perairan adalah derajat keasaman (pH). Menurut Hetty et al (2005), apabila pH di suatu perairan semakin mendekati basa maka akan berpengaruh pada konsentrasi nitrat, karena nitrat akan cenderung lebih tinggi bila dalam keadaan basa. Pada fosfat juga sama seperti nitrat bila pH mendekati basa maka akan cenderung lebih tinggi konsentrasinya (Masduqi, 2004). Menurut Jorgensen (1990), oksigen terlarut (DO) juga sangat berperan dalam konsentrasi nitrat, yaitu rendahnya kadar oksigen terlarut, maka besar kemungkinan pada suatu perairan akan mengalami denitrifikasi yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit (NO 2 - ).

Upload: dedisumarno

Post on 20-Jan-2016

500 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 1

Universitas Trunojoyo Madura

HUBUNGAN SUHU, OKSIGEN TERLARUT DAN pH PERAIRAN

TERHADAP KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT

DI MUARA SUNGAI WONOREJO, GUNUNG ANYAR SURABAYA

Oleh :

M. Nur Khasanudin

08.03.4.1.1.00004

(Indah Wahyuni Abida, S.Pi., M.Si dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Zainuri, M.Sc)

ABSTRAK

Melimpahnya kandungan nitrat dan fosfat memberi dampak negatif terhadap

ekosistem perairan muara dan laut, salah satunya menyebabkan blooming alga yang

dapat mengakibatkan kematian masal pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan suhu, oksigen terlarut dan pH perairan terhadap konsentrasi

nitrat dan fosfat pada musim hujan dan kemarau di muara sungai Wonorejo

kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Penelitian menggunakan metode

spektrofotometri, dengan panjang gelombang 885 nm pada fosfat dan 410 nm pada

nitrat. Untuk mengetahui hubungan parameter suhu, oksigen terlarut dan pH perairan

terhadap konsentrasi nitrat dan fosfat, dilakukan uji lanjutan menggunakan metode

regresi linier sederhana, dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Excel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu, oksigen terlarut

dan pH terhadap nitrat dan fosfat, serta terdapat perbedaan sebaran nitrat dan fosfat

antar stasiun di musim hujan dan kemarau.

PENDAHULUAN

Nitrat (NO3-) ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen

sangat penting bagi tumbuhan, karena tumbuhan membutuhkan nitrat sebagai zat

nutrisi untuk tumbuh dan berkembang (Alaerts dan Santika, 1987). Nutrien lain yang

diperlukan untuk pertumbuhan produsen di perairan adalah fosfat. Keberadaan fosfat

sangat penting karena berfungsi dalam pembentukan protein dan proses metabolisme

bagi organisme (Boyd, 1982).

Suhu dapat meningkatkan viskositas, reaksi kimia dan evaporasi. Selain itu,

penurunan pada kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2 dan CH4 juga disebabkan

oleh meningkatnya suhu suatu perairan (Haslam, 1995). Parameter kimia perairan

lainnya yang mempengaruhi kandungan nitrat dan fosfat di perairan adalah derajat

keasaman (pH). Menurut Hetty et al (2005), apabila pH di suatu perairan semakin

mendekati basa maka akan berpengaruh pada konsentrasi nitrat, karena nitrat akan

cenderung lebih tinggi bila dalam keadaan basa. Pada fosfat juga sama seperti nitrat

bila pH mendekati basa maka akan cenderung lebih tinggi konsentrasinya (Masduqi,

2004). Menurut Jorgensen (1990), oksigen terlarut (DO) juga sangat berperan dalam

konsentrasi nitrat, yaitu rendahnya kadar oksigen terlarut, maka besar kemungkinan

pada suatu perairan akan mengalami denitrifikasi yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit

(NO2-).

Page 2: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 2

Universitas Trunojoyo Madura

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 23 dan 30 Nopember 2011 pada musim

hujan, sedangkan di musim kemarau pada tanggal 13 dan 20 Juni 2012, stasiun

penelitian berada di sepanjang muara sungai Wonorejo kecamatan Gunung Anyar

hingga pantai timur Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan di tiga stasiun, yaitu

stasiun 1 di dermaga perahu, stasiun 2 di estuari dan stasiun 3 berlokasi di pantai.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Sampel air yang telah diambil kemudian dianalisa di laboratorium Ilmu

Kelautan , Universitas Trunojoyo Madura. Analisa Nitrat dan Fosfat menurut APHA,

AWWA, WPCP (1992).

Menghitung hasil adsorbansi nitrat dengan rumus :

NO3= 1000 x As x Cst x Vst

Vs x (Ast x Ab)

Dimana:

As = Adsorbansi sampel, Ast = Adsorbansi standar, Ab = Adsorbansi blangko,

Vs = Volume sampel (10 ml), Vst = Volume standar (10 ml), dan Cst =

Konsentrasi standar

Menghitung hasil adsorbansi fosfat dengan rumus :

PO4 = (As – Ab) x F

F = 3

Ast – Ab

Dimana :

As = Absorbansi sampel, Ast = Absorbansi standar, Ab = Absorbansi blanko,

F = Faktor korelasi

Page 3: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 3

Universitas Trunojoyo Madura

284,80

389,04 392,08

20,18 21,29 19,06

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3

Nit

rat

(mg/

l)

Stasiun

Musim hujan

Musim kemarau

Data sekunder yang mendukung adalah salinitas, suhu, pH, kecerahan, angin,

pasang surut dan arus. Pengukuran parameter salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan

kecerahan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel air. Sampel air yang

terambil kemudian dianalisa di laboratorium kelautan, Universitas Trunojoyo

Madura. Untuk parameter oseanografi angin, arus dan pasang surut diperoleh dari

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun maritim, Tanjung

Perak, Surabaya.

Analisa mengenai hubungan suhu, oksigen terlarut dan pH terhadap nitrat dan

fosfat dilakukan menggunakan metode regresi linier sederhana dengan software SPSS

dan Microsoft Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Grafik rata-rata nitrat antar stasiun

Hasil rata-rata konsentrasi nitrat musim hujan lebih tinggi daripada musim

kemarau. Pada saat musim hujan, air hujan yang turun ke sungai akan membawa

nitrat dari daratan menuju sungai kemudian ke laut yang dapat menambah kadar

nitrat pada air sungai dan laut sehingga menyebabkan konsentrasi nitrat di musim

hujan lebih tinggi dari musim kemarau.

Intensitas suplai bahan organik yang masuk ke perairan sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain besarnya limpasan atau debit sungai, luas catchment

area (daerah tangkapan hujan), curah hujan, dan intensitas penggunaan bahan organik

(P dan N) di daratan (Seyhan, 1977; Lihan et al, 2008; Chazottes et al, 2008).

Selanjutnya Davies (2004) mengemukakan bahwa besarnya jumlah unsur hara dalam

aliran sungai tergantung pada curah hujan, luas daerah aliran sungai (DAS), dan

intensitas penduduk pada daerah aliran sungai. Faktor lain yang mempengaruhi

besaran suplai bahan organik ke perairan yaitu kondisi musim. Pada musim

penghujan jumlah suplai nutrien besar dan pada musim kemarau jumlah suplai

nutrien kecil (Lihan et al, 2008).

Page 4: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 4

Universitas Trunojoyo Madura

109.0909

248.4848

369.697

460.5263

529.6053

414.4737

y = -13.585x + 769.64 R² = 0.0433

0

100

200

300

400

500

600

28 29 30 31 32 33 34 35 36

Nit

rat (

mg/

l)

Suhu (⁰C)

Nopember 2011

Nitrat

Linear (Nitrat)

38.88 41.11 36.88

1.482 1.482 1.249

y = -14.068x + 432.83 R² = 0.4969

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

26 28 30 32

Nit

rat (

mg/

l)

Suhu (⁰C)

Juni 2012

Nitrat

Linear (Nitrat)

Gambar 3. Grafik hubungan suhu terhadap konsentrasi nitrat

Melihat dari Gambar 3 di atas hasil uji regresi linier sederhana pada hubungan

suhu terhadap nitrat bulan Nopember 2011, diperoleh korelasi dari kedua variabel

sebesar 0,208. Sedangkan pada bulan Juni 2012 menghasilkan korelasi dari kedua

variabel sebesar 0,705. Jadi semakin tinggi suhu di perairan maka konsentrasi nitrat

akan menurun, namun suhu di bulan Nopember 2011 hanya memiliki hubungan

sebesar 4,33% terhadap konsentrasi nitrat di perairan, dan sisanya dipengaruhi oleh

faktor lain. Pada data suhu bulan Juni 2012 menunjukkan hubungan suhu terhadap

nitrat sebesar 49,69%, dan 50,31% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Nilai F pada hubungan suhu terhadap nitrat bulan Nopember 2011 sebesar

0,181 dengan p.sig = 0,692. Hasil pengujian hipotesis tolak H1 dan terima H0, karena

nilai p.sig > 0,05 maka tidak terdapat hubungan erat antara suhu terhadap konsentrasi

nitrat di bulan Nopember 2011. Model regresi yang diperoleh yaitu Y= 769,641 −

13,585X, R2 = 0,0433. Pada Juni 2012 semakin tinggi suhu maka konsentrasi nitrat

akan menurun. Selain itu dari uji regresi linier ini diperoleh nilai F sebesar 3,950

dengan p.sig = 0,118, yaitu lebih besar dari 0,05 sehingga tidak terdapat hubungan

erat antara suhu terhadap konsentrasi nitrat di bulan Juni 2012. Model regresi yang

diperoleh yaitu Y= 432,834 − 14,068X, R2 = 0,4969.

Menurut Haslam (1995), suhu sangat berpengaruh terhadap konsentrasi nitrat

di perairan, karena suhu yang tinggi akan menyebabkan laju metabolisme semakin

tinggi. Semakin tingginya laju metabolisme fitoplankton dapat menyebabkan nitrat

terserap oleh fitoplankton semakin banyak sehingga nitrat yang terukur semakin

kecil.

Page 5: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 5

Universitas Trunojoyo Madura

109.0909

248.4848

369.697

460.5263

529.6053

414.4737 y = 129.36x - 58.651

R² = 0.4297

0

100

200

300

400

500

600

1 3 5

Nit

rat

(mg/

l)

Oksigen terlarut (mg/l)

Nopember 2011

Nitrat

Linear (Nitrat)

Gambar 4. Grafik hubungan oksigen terlarut terhadap konsentrasi nitrat

Pada Gambar 4, diketahui bahwa hubungan korelasi antara kedua variabel

pada bulan Nopember 2011 sebesar 0,655, sedangkan nitrat bulan Juni 2012 adalah

sebesar 0,653. Hasil perhitungan data bulan Nopember 2011 juga menghasilkan R-

square sebesar 42,97%, artinya bahwa oksigen terlarut memiliki hubungan terhadap

konsentrasi nitrat sebesar 42,97%, dan 50,03% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Sedangkan bulan Juni 2012 R-square yang dihasilkan adalah 42,67%, artinya bahwa

oksigen terlarut memiliki hubungan terhadap konsentrasi nitrat sebesar 42,67%, dan

57,33% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Dari uji regresi linier pada data oksigen terlarut terhadap nitrat bulan

Nopember 2011 diperoleh nilai F sebesar 3,013 dengan p.sig = 0,158, yaitu lebih

besar dari 0,05 maka tolak H1 dan terima H0, sehingga tidak terdapat hubungan erat

antara oksigen terlarut terhadap konsentrasi nitrat di bulan Nopember 2011. Model

regresi yang diperoleh yaitu Y= -58,651 + 129,364X, R2 = 0,4297. Pada bulan Juni

2012 diperoleh nilai F sebesar 2,978 dengan p.sig = 0,160. > 0,05 sehingga tidak

terdapat hubungan erat antara oksigen terlarut terhadap konsentrasi nitrat. Model

regresi yang diperoleh yaitu Y= -16,127 + 38,598X, R2 = 0,4267.

Pada Gambar 4 menunjukkan, bahwa semakin tinggi kadar oksigen terlarut

maka konsentrasi nitrat juga akan tinggi. Menurut Jorgensen (1990), oksigen terlarut

(DO) juga sangat berperan dalam konsentrasi nitrat, karena dengan kondisi rendahnya

kadar oksigen terlarut, maka besar kemungkinan pada suatu perairan akan mengalami

denitrifikasi yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2-).

Page 6: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 6

Universitas Trunojoyo Madura

109.0909

248.4848

369.697

460.5263

529.6053

414.4737 y = 191.49x - 989.87

R² = 0.6231

0

100

200

300

400

500

600

6 7 8

Nit

rat

(mg/

l)

pH

Nopember 2011

Nitrat

Linear (Nitrat)

38.88 41.11

36.88

1.482 1.482 1.249

y = -39.279x + 318.05 R² = 0.4273

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

7 7.5 8

Nit

rat

(mg/

l)

pH

Juni 2012

Nitrat

Linear (Nitrat)

0,325 0,232 0,465

3,958

6,397

4,337

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3

Fosf

at (

mg/

l)

Stasiun

Musim hujan

Musim kemarau

Gambar 5. Grafik hubungan pH terhadap konsentrasi nitrat

Gambar 5 menunjukkan, bahwa pada bulan Nopember 2011 korelasi antara

kedua variabel sebesar 0,789. Selain itu memiliki R-square sebesar 62,31%, dan

37,69% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, yang artinya pH memiliki hubungan

sebesar 62,31% terhadap konsentrasi nitrat. Pada uji ini diperoleh nilai F sebesar

6,613 dengan p.sig = 0,62, yaitu lebih besar dari 0,05, sehingga tidak terdapat

hubungan erat antara pH terhadap konsentrasi nitrat. Model regresi yang di peroleh

yaitu Y= -989,874 + 191,486X, R2 = 0,6231.

Pada bulan Juni 2012, nilai korelasi antara kedua variabel sebesar 0,654.

Selain itu diperoleh R-square sebesar 42,73% dan 57,27% lainnya dipengaruhi oleh

faktor lain. Uji diperoleh nilai F sebesar 2,985 dengan p.sig = 0,159 lebih besar dari

0,05 sehingga tidak terdapat hubungan erat antara pH terhadap konsentrasi nitrat.

Model regresi yang diperoleh yaitu Y= 318,049 − 39,279X, R2 = 0,4273.

Menurut Hendersen dan Markland (1987), pH dapat mempengaruhi nitrat

karena dapat membantu proses nitrifikasi. Nitrifikasi yaitu oksidasi ammonia menjadi

nitrit dan nitrat yang dilakukan oleh bakteri aerob, nitrifikasi akan berjalan secara

optimum pada saat kondisi pH 8 dan akan menurun pada pH < 7.

Gambar 6. Grafik rata-rata konsentrasi fosfat tiap stasiun di dua musim

Hasil rata-rata konsentrasi fosfat musim kemarau lebih tinggi dari musim

penghujan, kemungkinan karena pada saat musim hujan, air hujan yang turun ke

Page 7: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 7

Universitas Trunojoyo Madura

0.007895 0.007895 0.148421

0.64359

0.45641

0.782051

y = -0.0784x + 2.7313 R² = 0.3025

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

27 32 37

Fosf

at (

mg/

l)

Suhu (⁰C)

Nopember 2011

Fosfat

Linear (Fosfat)

4.416

9.795

4.175

3.5 3

4.5

y = -0.6959x + 25.31 R² = 0.0848

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

27 28 29 30 31 32

Fosf

at (

mg/

l)

Suhu (⁰C)

Juni 2012

Fosfat

Linear (Fosfat)

sungai akan menambah debit air sungai lalu mengalir ke laut, sehingga terjadi

pengenceran pada air sungai dan laut yang akan mengakibatkan konsentrasi fosfat di

musim hujan lebih rendah dari musim kemarau. Hasil penelitian Muchtar (2000),

menunjukkan, bahwa kandungan fosfat pada muara dan pantai akan lebih tinggi pada

saat musim kemarau.

Gambar 7. Grafik hubungan suhu terhadap konsentrasi fosfat

Gambar 7 pada grafik data bulan Nopember 2011 diperoleh korelasi dengan

variabel sebesar 0,550, sedangkan pada Juni 2012 diperoleh nilai korelasi 0,291. Nilai

R-square korelasi pada Nopember 2011 sebesar 30,25%, yang berarti suhu memiliki

hubungan terhadap konsentrasi fosfat sebesar 30,25% dan 69,75% sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain. Pada data bulan Juni 2012 diperoleh nilai R-square

sebesar 8,48%, yang artinya suhu memiliki hubungan terhadap konsentrasi fosfat

sebesar 8,48% dan 91,52% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Analisa data pada bulan Nopember 2011 diperoleh nilai F sebesar 1,735

dengan p.sig = 0,258 lebih besar dari 0,05, artinya tolak H1 dan terima H0 sehingga

tidak terdapat hubungan erat antara suhu terhadap konsentrasi fosfat. Model regresi

yang diperoleh yaitu Y = 2,731 − 0,078X, R2

= 0,3025. Pada bulan Juni 2012,

menghasilkan nilai F sebesar 0,371 dengan p.sig = 0,576 lebih besar dari 0,05,

artinya H1 ditolak sehingga tidak terdapat hubungan erat antara suhu terhadap

konsentrasi fosfat. Model regresi yang diperoleh yaitu Y= 25,310 − 0,696X, R2 =

0,0848.

Jadi semakin meningkat suhu perairan, maka konsentrasi fosfat pada perairan

tersebut cenderung menurun. Menurut Stum dan Morgan (1981), suhu dapat

mempengaruhi proses dan keseimbangan reaksi kimia yang terjadi dalam air.

Page 8: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 8

Universitas Trunojoyo Madura

0.007895 0.007895 0.148421

0.64359

0.45641

0.782051 y = 0.4791x - 3.025

R² = 0.8188

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

6 6.5 7 7.5 8

Fosf

at (

mg/

l)

pH

Nopember 2011

Fosfat

Linear (Fosfat)

Gambar 8. Grafik hubungan oksigen terlarut terhadap konsentrasi fosfat

Gambar 8 menunjukkan pada bulan Nopember 2011, bila kadar oksigen

dalam air semakin tinggi maka konsentrasi fosfat akan meningkat. Korelasi antara

kedua variabel adalah 0,752. R-square = 56,55%, artinya oksigen terlarut memiliki

hubungan terhadap konsentrasi fosfat di perairan sebesar 56,55% dan 43,45% sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain. Uji ini menghasilkan nilai F sebesar 5,206 dengan p.sig

= 0,085 lebih besar dari 0,05 sehingga terima H0, maka tidak terdapat hubungan erat

antara oksigen terlarut terhadap konsentrasi fosfat. Model regresi yang diperoleh

yaitu Y = - 0,696 + 0,324X, R2

= 0,5655. Pada bulan Juni 2012, korelasi antara kedua

variabel adalah 0,005. Nilai R-square dalam uji ini sebesar 0,00%, menggambarkan

pengaruh sebesar 0,00%, atau keeratan hubungan sangat lemah dan sisanya

dipengaruhi faktor lain.

Hasil uji regresi linier sederhana diperoleh nilai F sebesar 0,000 dengan

p.sig = 0,993 lebih besar dari 0,05 sehingga tolak H1 dan terima H0, artinya tidak

terdapat hubungan erat antara oksigen terlarut terhadap konsentrasi fosfat. Model

regresi yang diperoleh yaitu Y = 4,868 + 0,032X, R2 = 0,000. Menurut Riyanto et al

(2000), pada umumnya fosfat dapat mempengaruhi keberadaan oksigen terlarut.

Melimpahnya fosfat di perairan dapat mengakibatkan pertumbuhan ganggang yang

tidak terbatas atau red tide, sehingga dapat mengurangi oksigen terarut dalam

perairan.

Gambar 9. Grafik hubungan pH terhadap konsentrasi fosfat

Page 9: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 9

Universitas Trunojoyo Madura

Hasil uji statistik regresi linier diperoleh korelasi sebesar 0,905; R-square

sebesar 81,88%, artinya hubungan pH terhadap konsentrasi fosfat Nopember 2011

sebesar 81,8%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai F yang diperoleh

sebesar 18,074 dengan p.sig = 0,013 lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan

terima H1, artinya terdapat hubungan erat antara pH dengan konsentrasi fosfat.

Model regresi yang diperoleh yaitu Y = - 3,025 + 0,479X, R2 = 0,8188.

Pada bulan Juni 2012, korelasi antara kedua variabel adalah 0,170; R-square =

2,9% artinya pH memiliki hubungan dengan konsentrasi fosfat sebesar 2,9%, dan

97,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai F yang diperoleh sebesar 0,119

dengan p.sig = 0,747 lebih besar dari 0,05, artinya tidak terdapat hubungan erat antara

pH terhadap konsentrasi fosfat, Model regresi yang diperoleh yaitu Y = -4,393 +

1,225X, R2

= 0,029. Hasil penelitian meunjukkan, bahwa jika pH di perairan tinggi

maka konsentrasi fosfat juga akan tinggi. Masduqi (2004), menyatakan, bahwa bila

pH mendekati basa maka fosfat akan cenderung lebih tinggi konsentrasinya.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan suhu, oksigen

terlarut dan pH dengan konsentrasi nitrat maupun fosfat, di muara sungai Wonorejo

kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Konsentrasi nitrat lebih tinggi pada musim

hujan dibandingkan musim kemarau. Nitrat lebih tinggi pada lokasi semakin ke arah

muara pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau nitrat cenderung lebih

tinggi di stasiun 2 kemudian diikuti stasiun 1 dan selanjutnya stasiun 3. Konsentrasi

fosfat perairan cenderung lebih tinggi di musim kemarau, konsentrasi fosfat lebih

tinggi di stasiun 2 diikuti stasiun 3 dan stasiun 1 pada musim kemarau. Pada musim

hujan fosfat lebih tinggi di stasiun 3, kemudian diikuti stasiun 1 dan selanjutnya

stasiun 2.

SARAN

Agar penelitian ini lebih optimal sebaiknya dalam pengambilan data nitrat dan

fosfat dilakukan selama dua bulan pada tiap musimnya, dan perlu dilakukan

penelitian terhadap air hujan di lokasi penelitian, karena diduga hujan asam juga

dapat mempengaruhi kadar pH pada perairan sungai dan laut. Pengambilan sampel

sebaiknya dilakukan pada waktu pasang dan surut agar data nitrat dan fosfat lebih

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan Santika, S.S.1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

APHA, AWWA and WPCP. 1992. Standard Method for Examination of Water and

Waste Water. Fifteenth Edition. Byrd Prepress and R.R. Donnelly abd Sons,

USA. 1134 p.

Boyd, C.E. 1982. Water Quqlity in warm water fish Pond. Fourth printing Auburn

Page 10: Hubungan O2, pH Terhadap Nitrat Dan Pospat 2013

SKRIPSI 2013 Page 10

Universitas Trunojoyo Madura

University Agricultural Experiment Station Auburn Alabama, USA.

Chazottes, V. Reijmer, JJG. Cordier , E. (2008). Sediment characteristics in reef

areas influenced by eutrophication-related alterations of benthic communities

and bioerosion processes.Marine Geology 250(1-2): 114-127.

Davies, P., 2004. Nutrien Processes And Chlorophyll In The Estuary And Plume Of

The Gulf Of Papua. Continental Shelf Research 24, 2317-2341

Haslam, S.M. 1995. River Pollution, an Ecological Perspective. Belhaven Press.

London UK.

Hendersen Seller, B. and H.R. Markland, 1987. Decaying Lakes, The Origin and

Control of Cultural Eutrophication. John Wiley & Sons. Britain.

Hetty, J. Pasaribu , Deny Hartono, Raimond Praptana, dan Tjandra Setiadi.2005.

Biodegradasi Urea dalam Reaktor Sharon® : Pengaruh waktu tinggal cairan

dan pH In Prosiding seminar nasional rekayasa kimia dan proses ; 2005

Bandung, Indonesia. Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung.

E-5-5.

Jorgensen, S.E. 1990. Lake Management. Pergamond Press Ltd. Oxford Great

Britain.

Lihan, T., S.-I. Saitoh, 2008. Satellite Measured Temporal And Spatial Variability Of

The Tokachi River plume. Estuarine, Coastal and Shelf Science 78(2):

237-249.

Masduqi, A. 2004. Penurunan Senyawa Fosfat dalam Air Limbah Buatan dengan

Proses Adsorpsi menggunakan Tanah Haloisit. [tesis]. Bandung: Program

Studi Teknik Lingkungan, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

Muchtar, M. 2000. Karakteristik Oksigen dan Zat Hara Fosfat, Nitrat di perairan

Memberamo Irian Jaya Bulan Mei – Juni 1999 dan Agustus 2000. [tesis]

Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Riyanto H, Indarjo A, Muslim 2000. Problem Eutrofikasi dan Dominasi Fitoplankton

di Muara Sungai Demakan Jepara. [tesis] Semarang: Universitas Diponegoro

Semarang.

Seyhan, E. 1977. Fundamental of Hidrology. Geografisch Institut de Rijksuniversiteit

te Utrecht.

Stum, W. and Morgan. 1981. Aquatic Chemistry: an Introduction Emphasizing

Chemical Equalibra in Natural Water. John Wiley & Sons, Inc. Canada.