hubungan non monotonik antara kontrol dan kinerja perusahaan

53
Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan Gede Juliarsa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak Dalam rangka Agency Theory, Manajemen Perusahaan merupakan agent yang harus bertanggung jawab kepada pemegang saham sebagai principal. Agent diberi tanggung jawab untuk mengelola asset dari principal untuk dapat di kelola secara ekonomis, sehingga agent mampu meningkatkan kesejahteraan bersama. Agent harus bertanggung jawab kepada pihak principal, sebagai pihak yang meyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan usaha perusahaan Studi ini menguji 46 kinerja perusahaan tahun 2001 terhadap perusahaan go publick yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data di peroleh dari Indonesin Capital Market Directory (ICMD) 2002. Pengujian hubungn antara kinerja perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added, kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan adalah dengan analisis regresi berganda dan korelasi. Hasil pengujian yang dilakukan menemukan bahwa, hubungan antara kinerja perusahaan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajemen adalah tidak monotonic, tetapi secara signifikan curvilinear. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fogelberg dan Griffth (2000). Kata kunci: Teori agency, Economic Value Added, Kepemilikan

Upload: gede-juliarsa

Post on 24-Jul-2015

139 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Gede Juliarsa

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana

Abstrak

Dalam rangka Agency Theory, Manajemen Perusahaan merupakan agent yang harus bertanggung

jawab kepada pemegang saham sebagai principal. Agent diberi tanggung jawab untuk mengelola asset

dari principal untuk dapat di kelola secara ekonomis, sehingga agent mampu meningkatkan

kesejahteraan bersama. Agent harus bertanggung jawab kepada pihak principal, sebagai pihak yang

meyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan usaha perusahaan

Studi ini menguji 46 kinerja perusahaan tahun 2001 terhadap perusahaan go publick yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data di peroleh dari Indonesin Capital Market Directory (ICMD)

2002. Pengujian hubungn antara kinerja perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added,

kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan adalah dengan analisis regresi berganda dan korelasi.

Hasil pengujian yang dilakukan menemukan bahwa, hubungan antara kinerja perusahaan, ukuran

perusahaan dan kepemilikan manajemen adalah tidak monotonic, tetapi secara signifikan curvilinear.

Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fogelberg dan Griffth (2000).

Kata kunci: Teori agency, Economic Value Added, Kepemilikan Manajemen, Kinerja,

Ukuran Perusahaan.

Abstract

The framework of agency theory, firm management is agent that must responsible

to the shareholder's as a principal. Agent given responsibility to manage asset from

principal with eficient, agent able to increasing wealth together. Agent must be

responsible with principal, as party that make available facility and fund for operate

business.

This study examine 46 corporate performance at year 2001for go public firm

registered in Bursa Efec Jakarta. Data acquisition from Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) 2002. Testing relation between firm performance using Economic

Value Added, management ownership and size is a multiple regression analysis and

Page 2: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

correlation.

The examine results that found relation between firm performance, firm size and

management ownership is not monotonic, but significally curvilinear. This research

appropriate with study Fogelberg and Griffth (2000).

Keywords: Agency Theory, Economic Value Added, Ownership Management,

Performance, Size.

PENDAHULUAN

Study ini menguji hubungan antara control sebagai proksi kepemilikan manajemen dan kinerja

perusahaan go public yang terdaftar di bursa efek Jakarata. Untuk mengukur kinerja perusahaan,

penulis menggunakan ukuran ekonimi yaitu Stern Stewart & Co.’s Ecinimic Value Added (EVA).

Fogelberg dan Giffth (2000), menguji hubungan antara kepemilikan manajemen dan kinerja

perusahaan unruk sampel 100 bank komersial yang yang di peroleh dari database Stern Stewart & Co

1997 untuk tahun yang berakhir 1996. Ditemukan bahwa, jika ukuran ekonomi digunakan maka

hubungan antara kepemilikan dan kinerja bank komersial adalah tidak monotonik, tetapi secara

signifikan menunjukan curveliner, ini berbeda dengan hasil yang ditunjukan oleh Pi dan Timme (1993).

Ditemukan juga bahwa perangkapan jabatan antara direksi dan komisaris tidak mempunyai pengaruh

terhadap kinerja bank. Pada bank komersial, masa jabatan, manajemen, seperti yang di usulkan oleh

Morck, Shleifer dan Vishny (1988), dapat menutupi pengaruh perbedaan kepentingan seperti yang

diprediksikan dalam convergence-of-interest hypothesis Jensen dan Mackling (1976). Hypotesis Jensen

dan Mackling (1976) menyatakan secara keseluruhan adanya hubungan positif antara kepemilikan

manajemen dan nilai perusahaan.

Study sebelumnya terhadap kepemilikan dan kinerja perusahaan, secara tradisional telah

menggunakan ukuran-ukuran akuntansi untuk kinerja perusahaan (Berger, 1992; Demsetz dan Lehn,

1985; Pi dan Timme, 1993; Smirlock, 1985). Kecuali, Chen, Hexter dan Hu’s (1993) dan McConel dan

Servaes (1990), yang menggunakan Tobin Q sebagai ukuran kinerja, tetapi tidak memfokuskan pada

Page 3: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

bank komersial.

Pengamat ekonomi keuangan telah lama mengakui bahwa pemisahan terhadap kepemilikan

dan control di perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat membuat potensi yang menimbulkan

konflik-konflik agensi. Keraguan pemegang saham dibatasi oleh dorongan untuk monitor perilaku dan

kinerja agen yan g di sewa untuk menjalankan perusahaan mereka, dapat menimbulkan kebebasan

substansial kepada para manajer untuk mengejar kepentingan mereka sendiri dengan biaya daripada

kesejahtraan pemegang saham. Mengabaikan mekanisme kontrol terhadap prilaku, biasanya di sebut

“corporate governance structure“, dan memaksimumkan kesejahteraan tidak semata-mata dapat

memberikan motivasi dalam pengambilan keputusan perusahaan ( Brook,et.al.,2000). Dewan direksi

suatu perusahaan adalah suatu mekanisme perusahaan untuk monitor dan melakukan kontrol terhadap

prilaku manajerial. Menyewa, memecat dan mengganti dewan pengurus tingkat atas suatu perusahaan

merupakan suatu masalah-maslah agensi.

Shields, at.al,(2000), mengembangkan dua model yang mampengaruhi sistem yaitu model

langsung yang menyatakan bahwa sistem control secara langsung mempengaruhi kinerja, sedangkan

model tidak langsung menyatakan bahwa pengaruh system control terhadap kinerja adalah tidak

langsung atau mempunyai pengaruh mediating. System control biasanya didasarkan pada model

sibernetika dimana standar kerja (budget, goal,target) dan ukuran-ukuran kinerja dibandingkan sebagai

dasar perbaikan tindakan dan evaluasi kinerja. Tiga komponen penting dan system kontrol berdasarkan

kinerja adalah proses pembentukan standar, keketatan dan insentif yang di buat berdasarkan standar.

Suatu pertanyaan apakah pendorong atau yang menentukan harga saham?. Ada dua jawaban

yang merupakan dasar pertimbangan yaitu variable yang digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan

yang dapat di hitung dengan menggunakan accounting-based principals atau economic-based methods.

Ukuran-ukuran akuntansi didasarkan pada laporan keuangan (Neraca dan Laba-Rugi), sedangkan

ukuran-ukuran ekonomi menggunakan sumber-sumber dan penggunaan-penggunaan kas atau arus kas.

Proses akuntansi dapat memberikan informasi yang berbeda, apakah pengeluaran kas dapat di masukan

Page 4: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

kedalam laba-rugi atau dikapitalisasi di dalam neraca menimbulkan perbedaan besar terhadap angka

laba yang dilaporkan. Dalam model ekonomi, dimana arus kas dicatat sehingga tidak membuat

perbedaan, kecuali pengaruh pejak (Hall & Brummer).

Sejak 1970, Stern memulai menulis mengenai masalah-masalah yang dihadapi atas

kelemahan-kelemahan metode yang didasari akuntansi. Stern telah mempercayai metode yang didasari

ekonomi. Hingga tahun 1986, Stern mempunyai partner Stewart untuk perusahaan konsultan di beri

nama Stern Stewart, mempublikasikan buku The Quest For Value yang merupakan metode untuk

menentukan nilai pemegang saham, di berikan nama Economic Value Added (EVA). EVA salah satu

ukuran kinerja internal terhadap operasi-operasi perusahaan dari tahun ke tahun. EVA merefleksikan

keberhasilan dari upaya manjer untuk menciptakan nilai tambah bagi investasi para pemegang saham.

Hall dan Brummer, menguji hubungan antara nilai pasar suatu perusahaan

dengan ukuran-ukuran kinerja internal. Hasilnya adalah ada hubungan positif yang

tinggi di peroleh antara nilai pasar perusahaan dengan EVA setelah data di sesuaikan

dengan inflasi. Hubungan positif yang rendah ditemukan antara nilai pasar perusahaan

dengan return on assets (ROA), return on equity (ROE), earnings per share (EPS) dan

dividend per share (DPS). Koefisien korelasi lebih tinggi ketika data di sesuaikan

dengan inflasi. Studi yang dilakukan Fogelberg dan Grifth (2000), menemukan bahwa hubungan

antara kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan bank kormesial adalah tidak monotonik, tetapi

secara signifikan curvelinear. Pada bank kormesial, masa jabatan manajemen, seperti yang di usulkan

oleh Morck, Shleifer dan Vishny (1988), dapat menutupi pengaruh yang diprediksikan dalam

convergence-of-interst hypothesis Jensen dan Meckling (1976). Hypothesis Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan secara keseluruhan adanya hubungan positif antara kepemilikan manajemen dan

nilai perusahaan.

Berdasarkan isu yang dipaparkan di atas, dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai

Page 5: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

berikut :

a. Apakah ada hubungan antara kinerja perusahaan, kepemilakan manajemen adan ukuran

perusahaan untuk perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ?

b. Apakah hubungan kinerja perusahaan dan kepemilikan manajemen untuk perusahaan go

public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tidak linier ?

c. Apakah hubungan kinerja perusahaan dan kepemilikan manajemen untuk perusahaan go

public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tidak monotonik ?

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Agensi

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 menyatakan bahwa pelaporan

keuangan harus mampu memberikan informasi tentang kinerja perusahaan selama periode tertentu,

yang terutama bermanfaat bagi investor dan kreditur untuk penilaian terhadap prospek perusahaan

tersebut di masa yang akan datang. Dalam rangka Agency Theory, manajemen perusahaan merupakan

agent yang harus bertanggug jawab kepada pemegang saham sebagai principal. Agent di beri tanggung

jawab untuk mengelola asset principal, untuk dapat di kelola secara ekonomis, sehingga agent mampu

meningkatkan kesejahteraan bersama. Agent harus bertanggung jawab kepada pihak principal, sebagai

pihak yang menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan usaha perusahaan. Manajemen

mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanatkan pemegang saham kepadanya. Untuk

kepentingan itu, principal akan memperoleh bagian laba, sedangkan agent akan memperoleh imbalan

berupa pembayaran gaji, bonus dan berbagai bentuk kompensasi lainnya (Watts & Zimmerman 1986).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pemegang saham memerlukan penilaian terhadap kinerja

perusahaan untuk menjamin bahwa harta yang diinvestasikan dalam perusahaan itu digunakan secara

baik dan sesuai dengan tujuannya. Investor dan calon investor menggunakan informasi kinerja

Page 6: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

perusahaan sebagai dasar untuk membuat keputusan bisnisnya. Bagi kreditur dan calon kreditur

penilaian kinerja dapat memberikan dasar untuk keputusan yang menyangkut jaminan kepastian

pembayaran pokok pinjaman dan bunganya oleh debitur sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Disamping itu, penilaian kinerja suatu perusahaan juga sangat di perlukan stakeholder yang

lainnya, misalnya oleh pemerintah, karyawan dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan baik

langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi perusahaan. Pemerintah perlu memahami kinerja

suatu perusahaan untuk penetapan kebijakan perpajakan, pembuatan berbagai regulasi dan pemberian

fasilitas, yang akan berpengaruh terhadap perekonomian secara makro. Karyawan berkepentingan

terhadap kinerja perusahaan untuk menjamin kelangsungan kerja mereka dan jaminan

kesejahteraannya. Para analis, underwriter dan konsultan di bidang keuangan juga memerlukan kinerja

suatu perusahaan untuk kepentingan bisnisnya.

Bagi manajemen penilaian kinerja memegang peranan penting terutama untuk memastikan

tingkat keberhasilan usahanya, dan memberikan dasar perencanaan strategis dan operasional di masa

mendatang. Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan manajemen

atas misi yang diembannya. Dengan kata lain, penilaian kinerja suatu perusahaan sangat penting bagi

semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap eksistensi perusahaan, karena menyangkut

distribusi kesejahteraan diantara meraka.

Economik Value Added (EVA)

Stern Stewart & Co.’s Economic Value Added (EVA) adalah suatu pendekatan untuk mengukur

keuntungan ekonomi (economic profit) suatu perusahaan. EVA dihitung berdasarkan laporan keuangan,

dengan cara mengembalikan penyimpangan-penyimpangan dalam kinerja operasi yang dihasilkan oleh

aturan-aturan akuntansi dan dengan membebankan keuntungan operasi (operating profit) untuk semua

modal dan hutang yang digunakan dalam perusahaan, atau EVA sama dengan net oprating profit after

Page 7: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

tax (NOPAT) dikurangi Capital Charge.

EVA berhubungan lebih baik dengan harga saham, dari pada ukuran-ukuran akuntansi tradisional.

Ukuran-ukuran kinerja tradisional seperti perputaran (turnover), return on equity, oprating profit,

return on invested capital (ROIC), arus kas, dan ukuran-ukuran kinerja tradisional yang lain hanya

sebagai penggerak (driver) nilai, tetapi EVA adalah merupakan ukuran-ukuran keduanya.

Teori pembelanjaan perusahaan mendefinisikan nilai suatu perusahaan sebagai net present value

(NPV) dari nilai sekarang dan free cash flow (FCF) dimasa mendatang. Jadi EVA berguna setiap waktu

sebagai suatu keputusan dan sebagai suatu ukuran setelah itu. EVA berhubungan dengan harga saham

melalui nilai tambah pasar (market value added-MVA). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar

hutang dan equity dengan total modal yang di gunakan dalam perusahaan. MVA suatu perusahaan

adalah total kesejahteraan, atau net present value bahwa manejer mampu menciptakan EVA sekarang

dan EVA yang di harapkan di masa mendatang lebih baik.

EVA adalah suatu ukuran yang di gunakan untuk memonitor secara keseluruhan penciptaan nilai

dalam suatu perusahaan. EVA bukan suatu strategi, tetapi merupakan cara untuk mengukur hasil. Ada

banyak indikator nilai yang di perlukan untuk mengelola, tetapi apakah dapat dengan hanya satu

ukuran mewakili satu keberhasilan. Suatu ukuran tunggal adalah diperlukan sebagai ukuran kinerja

yang pokok sehingga dapat membantu pengelola dalam menangani keseimbangan tujuan-tujuan yang

bertentangan.

EVA adalah bukan suatu konsep baru. Para ekonomi telah mengenal mengenai rangka residual

income, tetapi baru-baru ini perusahaan-perusahaan mempunyai keinginan untuk memulai membuat

ukuran-ukuran yang dapat memberikan aplikasi-aplikasi secara praktis sehingga dapat digunakan oleh

para manajer oprasional. EVA merupakan ukuran tunggal yang di gunakan dalam semua proses-proses

manajemen. Ketika keputusan dibuat, kinerja adalah yang harus diukur, dan kompensasi adalah yang

harus di tentukan dengan menggunakan ukuran yang sama untuk memperoleh akuntabilitas. Ada dua

alasan utama yang disebutkan mengapa EVA di gunakan dalam perusahaan adalah (1) tujuan EVA

Page 8: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

adalah untuk meningkatkan pengetahuan organisasi perusahaan dan memahami impliksi-implikasi

financial terhadap proses-proses EVA, yang mana akan memperbaiki pengambilan keputusan

kemudian akan meningkatkan nilai suatu perusahaan, (2) EVA adalah mudah untuk di pahami.

Market value added (MVA) adalah suatu metode untuk mengkuantifikasi nilai yang telah

ditambahkan atau dibagi dari total modal yang digunakan oleh pemegang saham suatu perusahaan.

MVA merupakan ukuran kinerja external yang menggunakan pasar saham sebagai suatu dasar. EVA

adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengkuantifikasikan kesejahteraan pemegang saham yang

diciptakan atau dimusnashkan(destroyed) oleh aktifitas-aktifitas operasi perusahaan dan manajemen

perusahaan sendiri (Hall). Ketidakseimbangan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, atau adanya konflik

didalam organisasi perusahaan, dapat mampengaruhi atau merusak economic profit bagi perusahaan.

Biddle, et.al (1997), menguji asersi bahwa economic value added (EVA) adalah lebih tinggi di

hubungkan dengan return saham dan nilai perusahaan dari pada earnings akrual, dan menguji

komponen-komponen EVA, jika ada, kontribusi dari hubungan tersebut. Penguji kandungan informasi

relatif menyatakn earnings lebih tinggi dihubungkan dengan return dan nilai perusahaan dari pada

EVA, residual income, atau arus kas dari operasi. Penguji selanjutnya menunjukan bahwa tambahan

komponen-komponen EVA hanya secara marginal memberikan kandungan informasi melebihi

earnings. Hasil pengujian menunjukan tidak mendukung pernyataan bahwa EVA mendominasi

earnings dalam kandungan informasi relatif, dan menyarankan bahwa earnings pada umumnya diluar

kinerja EVA.

Biddle, et.al (1997), menggunakan Activity Based Costing (ABC), The balance Scorecard dan

EVA sebagai alat yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai kesuksesan pada situasi

lingkungan bisnis yang dinamis dan bersaing sekarang ini. Alat-alat tersebut saling melengkapi, yang

mana ABC dapat membantu para majer memahami pengaruh kos dan modal terhadap keputusan

mereka, The balance Scorecard memberikan gambaran yang luas terhadap kinerja termasuk indikator

Page 9: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

finansial dan non-finansial dari kedua sifat ketidak pastian dan kelambatan, sedangkan EVA

memberikan suatu hubungan antara keputusan, ukuran kinerja dan reward, yang merupakan focus para

manajer terhadap penciptaan nilai.

Kepemilikan Manajemen

Isu kepemilikan manajemen dan kinerja telah di alamatkan secar ekstensif dalam literature

perusahaan, tetapi sedikit menjadi perhatian dalam literature perbankan. Literature perusahaan

menekankan hubungan antara manajemen atau kepemilikan dalam (insider) dan kinerja perusahaan.

Studi tersebut penting dalam riset dalam sebab mereka mengindikasikan bahwa adanya konflik apakah

kepemilikan manajemen dapat digunakan sebagai control yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

Holdermess, et.al, (1998), membuktikan bahwa kepemilikan saham oleh officers dan directors

untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dipasar modal, rata-rata meningkat.

Kepemulikan manajemen naik dari 13% tahun 1935 menjadi 21% pada tahun 1995. Pengujian secara

rinci terhadap hipotesis yang dikembangkan menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen lebih tinggi

tidak dapat digantikan terhadap alternatif mekanisme corporate governance. Perubahan lebih rendah

dan kesempatan lebih besar yang membatasi prilaku manajemen dihubungkan dengan pengembangan

pasar keuangan menunjukan pentingnya faktor-faktor yang menjelaskan peningkatan dalam

kepemilikan manajemen.

Hanson & Song (2000), menunjukkan bahwa para pemegang saham dari suatu perusahaan yang

melepaskan asset menerima keuntungan secara signifikan berhubungan dengan kepemilikan saham

oleh manajemen perusahaan. Hipotesis yang diusulkan Jensen & Meckling secara keseluruhan

menunjukkan adanya hubungan positif antara kepemilikan manajemen dan nilai perusahaan. Mereka

menganjurkan bahwa adanya suatu hubungan monotonic terbalik antara control kepemilikan

manajemen dan kos agensi, dan sebagai peningkatan kepemilikan, terjadi peningkatan insentif bagi

Page 10: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

manajemen yang kemudian dapat memaksimumkan nilai perusahaan.

Review Penelitian Terdahulu

Beberapa studi empiris telah menggunakan Tobin’s Q sebagai suatu ukuran penilaian mengenai

studi hubungan antara kepemilikan manajerial dan penilaian perusahaan. Morck, Shleifer, dan Vishny

(1988) dan McConnell dan Servaes (1990) yang memberikan dukungan terhadap pengaruh positif

alignment dan pengaruh negatif entrenchment. Model empiris mereka tidak memperhitungkan adanya

pengaruh monitoring dihubungkan dengan monitoring eksternal. Chung dan Ho (1996) mengisi celah

perbedaan ini dalam literatur yang secara empiris menguji hubungan antara jumlah anailis dan Tobin’s

Q dan menentukan suatu hubungan positif. Studi mereka, tidak menggunakan model yang dihubungkan

dengan prosentase kepemilikan manajemen.

Jensen dan Mackling (1976) membuat argumen-argumen yang meyakinkan bahwa prediksi-

prediksi kepemilikan manajerial berjalan karena kepentingan bersama dari para manajer dan pemegang

saham luar sepertinya bahwa ada suatu hubungan positif yang diharapkan antara kepemilikan

manajerial dan penilaian perusahaan.

Stulz (1988) mengembangkan suatu model penilaian perusahaan dengan memperhatikan

pengaruh entrenchment yang mengasilkan suatu hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan

penilaian perusahaan pada tingkat kepemilikan manajemen yang cukup tinggi.

Lebih lantut, Jensen and Mackling berargumen bahwa monitoring external (Analyst Coverage)

menghasilkan suatu hubungan positif menentukan penilaian perusahaan. “Kita mengharapkan aktivitas

– aktivitas monitoring menjadi mengkhusus terhadap kepemilikan institusi dan individu yang

mempunyai keunggulan bersaing dalam aktivitas- aktivitas monitoring tersebut. Satu dari kelompok –

kelompok yang mengetahui untuk dapat memainkan peran yang besar dalam aktivitas – aktivitas

tersebut adalah terdiri dari analis – analis sekuriras“. Mereka selanjutnya beragumen bahwa jika

aktivitas analis sekuritas mengurangi kos – kos agensi di hubungkan dengan pemisahan kepemilikan

Page 11: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

dan kontrol mereka adalah tentu produktif secara sosial. Selain itu, Jika ini benar kita mengharapkan

keuntungan utama aktivitas sekuritas dapat di refleksikan dalam nilai yang di kapitalisasikan lebih

tinggi terhadap hak kepemilikan dari perusahaan.

Chen dan Steiner ( 2000), Menggunakan model secara simultan antara fungsi monitoring internal

dan fungsi monitoring external untuk melihat nilai perusahaan. Hasil study empiris mereka

menyimpulkan: Pertama, di temukan pengaruh substitusi yang berkurang antara kepemilikan

manajemen dan analyst coverage dan nilai marginal yang menurun untuk kepemilikan manajemen.

Kedua, Mendukung pengaruh aligment dan pengaruh entrenchment dalam hubungan antara

kepemilikan manajerial dan Tobin’s Q setelah di kontrol dengan pengaruh analyst coverage. Ketiga,

mendukung argumentasi bahwa analyst coverage meningkatkan nilai perusahaan setelah di kontrol

dengan pengaruh kepemilikan manajemen. Terkhir, di temukan bahwa analyst coverage, kepemilikan

manajemen dan penilaian perusahaan menentukan secara bersama – sama.

Jika para manager mampunyai saham dalam perusahaan terdapat kepentingan antara para

manager dan para pemegang saham di luar, sehingga menimbulkan pengaruh terhadap pemilihan

keputusan. Morck et al. (1998) menunjukkan bahwa hubungan antara kepemilikan manajemen dan

penilaian pasar Tobin’s Q tergantung pada kekuatan mendominasi kepemilikan manajemen. Hasil riset

menunjukan bahwa pengaruh convergence of interest berhubungan dengan kepemilikan, mengingat

kondisi pertahanan pada kisaran kepemilikan 5% sampai 25%. McConnell dan Servaes (1990) juga

menemukan suatu hubungan nonlinear antara Tobin’s Q dan pecahan saham yang dimiliki oleh

perusahaan sendiri.

Fosberg & Nelson (1999), menggunakan dua teori untuk menjelaskan mengapa beberapa

perusahaan menggunakan orang-orang berbeda untuk memegang posisi jabatan Dewan Komisaris dan

Direksi. Teori agensi mengusulkan bahwa perusahaan perusahaan menggunakan struktur

kepemimpinan ganda ini untuk kontrol kos agensi yang di buat dengan memisahkan kepemilikan dan

kontrol. Teori suksesi normal menyatakan secara tidak langsung timbulnya struktur kepemimpinan

Page 12: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

sebagai bagian dari proses suksesi normal yang digunakan untuk mengganti pemberhentian komisaris

atau direksi. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa statistik signifikan memajukan kinerja

setelah adanya pemisahan dalam struktur kepemumpinan.

Brailsford, et.al., melakukan studi mengenai hubungan antara struktur kepemilikan dan struktur

modal. Mereka menggunakan rerangka teori agensi yang menyatakan bahwa distribusi kepemilikan

modal diantara manajer perusahaan dan kelompok-kelompok pemilik eksternal mempunyai hubungan

signifikan dengan leverage. Hasilnya konsisten dengan hipotesis monitoring Aktif, covergency of

interest hypotesis dan hipotesis entrenchment yang di ajukan oleh penulis-penulis lainnya.

Simpson & Gleason (1999), menguji hubungan antara kepemilikan dan struktur Dewan Direksi

dan mekanisme konrol intern yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Mereka melihat

aspek kepemilikan dan governance yang meliputi kepimilikan oleh direktur dan officer, kepemilikan

oleh CEO, jumlah direktur, prosentase direktur dari dalam, dan perangkapan CEO. Hasilnya

mengindikasikan probabilitas lebih rendah terhadap kesulitan keuangan (financial distress) ketika

seseorang merangkap sebagai CEO dan Dewan Komisaris, tetapi faktor-faktor lain tidak mempunyai

pengaruh signifikan.

Jansen & Meckling (1976) mengintegrasikan elemen-elemen dari teori agensi, teori hak milik,

dan teori pendanaan untuk mengembangkan teori struktur kepemilikan perusahaan. Mereka

menunjukan hubungan isu “pemisahan dan kontrol”, menyelidiki sifat teori agensi yang dihasilkan

karena adanya hutang dan modal luar. Mereka juga memberikan definisi baru mengenai perusahaan,

dan menunjukan bagai mana menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan dan

permasalahan tuntutan hutang dan modal yang merupakan kasus dalam masalah-masalah pasar.

Cole & Mehran (1998), menguji kinerja harga saham dan struktur kepemilikan untuk sampel

perusahaan industri yang dikonversikan dari mutual fund menjadi kepemilikan saham. Ditemukan

bahwa setelah konversi dan pembatasab struktur kepemilikan, kinerja perusahaan bertambah secara

signifikan, dan porsi kepemilikan saham dimiliki oleh manajer-manajer dan karyawan perusahaan.

Page 13: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Perubahan kinerja secara positif berhubungan dengan perubahan kepemilikan oleh manajer, sedangkan

secara negatif berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam kepemilikan oleh karyawan.

McConell & Servaes (1990) menguji hubungan antara Tobin Q dan struktur kepemilikan equity

dari suatu sampel 1173 perusahaan untuk tahun 1976 dan 1093. Ditemukan hubungan curvilinear

signifikan hubungan antara Q dan pemecahan saham yang dimiliki oleh insider perusahaan dan

investor institutional. Hasilnya konsisten dengan hipotesisi yang menyatakan bahwa nilai perusahaan

adalah fungsi dari struktur kepemilikan modal.

Demsetz & Villalonga (2001), menguji hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja

perusahaan, jika kepemilikan adalah dibuat multidimensional dan juga diperlukan sebagai suatu

variabel endogenous. Ditentukan secara statistik tidak signifikan hubungan antara struktur kepemilikan

dan kinerja perusahaan. Temuan ini konsisten dengan gambaran bahwa penyebaran kepemilikan,

walaupun temuan ini menimbulkan masalah – masalah agensi, termasuk juga keuntungan kompensasi

yang secara umum menambah masalah. Konsekuensinya, untuk data yang merefleksikan pasar sebagai

cerminan struktur kepemiliakan,tidak sistematik hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja

perusahaan.

Smith (1990), Menguji perubahan kinerja operasi terhadap 58 management buyouts untuk

perusahaan publik selama 1977-1986. Hasil operasi meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun

setelah buyouts digunakan sebagai ukuran dengan operating cash flowes ( Sebelum bunga dan pajak )

per karyawan dan per dollar dari asset operasi. Konsekuensi perubahan dalam hasil operasi

menunjukan bahwa peningkatan ini berkelanjutan. Penyesuaian dalam manajemen modal kerja

memperbesar peningkatan dalam hasil operasi. Peningkatan ini bukan hasil dari pemberhentian atau

pengurangan dalam pengeluaran untuk periklanan, pemeliaraan dan perbaikan, riset dan pengembangan

atau aktiva tetap tanah dan perlengkapan.

Allen & Phillips (2000), Menguji long-term block ownership dan perubahan kinerja untuk

perusahaan – perusahaan dengan corporate block owners. Termasuk juga menguji alasan – alasan

Page 14: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

potensial mengenai kepemilikan perusahaan yang meliputi manfaat dalam hubungannya dengan pasar

produk, pengaruh terhadap pembatasan pembelanjaan, dan pengawasan pengurus oleh pemilik

perusahaan. Ditemukan bahwa hubungan signifikan lebih besar peningkatan dalam harga saham,

investasi dan laba operasi ketika kepemilikan dikombinasikan dengan aliansi, joint venture dan pasar

produk lainnya antara pembelanjaan dan target perusahaan, khususnya pada industri – industri dengan

biaya riset dan pengembangan tinggi. Temuan ini konsisten dengan kesimpulan bahwa block ownership

oleh perusahaan memberikan manfaat signifikan dalam hubungannya dengan pasar produk.

Fogelberg & Griffith (2000), Menguji hubungan kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan

untuk sampel perusahaan perbankan yang diambil dari database Stern Stewart & Co 1997 untuk tahun

yang berakhir 1996. Mereka mengiji hipotesis-hipotesis yang di ajukan oleh Jansen & Mackling yang

secara keseluruhan menunjukan adanya hubungan positif antara kepemilikan manajemen dan nilai

perusahaan. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa hubungan antara kepemilikan

manajemen dan kinerja perusahaan adalah tidak monotonik tetapi secara signifikan curvelinear.

Jensen & Mackling (1976) menjelaskan bahwa ketika pemilik-manajer menjual equality kepada

perusahaan outsider, dan ketika kedu kelompok adalah dapat memaksimumkan kegunaan, kepentingan

pemili-manajer akan berbeda dari prinsip baru. Jensen dan Mackling menyatakan bahwa sebagai

kegagalan dalam memaksimumkan kesejahtraan prinsipal adalah merupakan kerugian residual, dan

merasa lebih penting dengan konflik prinsipal/agen.

Morck, Shleifer dan Vishny (1988) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan berkurang ketika

manajemen bebas dari pengecekan terhadap kontrol mereka dan mengusulkan bahwa kinerja

perusahaan akan menurun sebagai peningkatan kepemilikan manajemen. Ditentukan secar signifikan

hubungan curvelinear antara kepemilikan manajemen dan nilai perusahaan, yaitu bahwa kedua efek

perbedaan kepentingan dan efek entrenchment adalah bekerja. Tegasnya, hasil studi ini adalah

menunjukan bahwa peningkatan nilai perusahaan, kemudian menurun, kemudian meningkat dengan

perubahan kepemilikan manajemen.

Page 15: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Berle & Means (1932) menyatakan bahwa peningkatan size perusahaan, kepemilikan menjadi

menyebar, yang dapat menimbulkan konplik kepentingan antara pemilik dan manajemen. Jensen &

Mackling, Berle & Means berasumsi bahwa pemilik dan manajemen adalah pemilik tunggal yang

mampu mengurangi posisi modal dalam perusahaan.

Penelitian-penelitian manajemen menggunakan variabel-variabel akuntansi sebagai ukuran-

ukuran kinerja seperti return on equity (ROE), return on invesment (ROI), dan return on assets (ROA),

berhubungan dengan variabilitas mereka sebagai ukuran resiko. Studi-studi sebelumnya khusus

mengukur accounting rate of return, termasuk ROI, return on capital (ROC), ROA, dan return on sales

(ROS). Ide dibalik ukuran-ukuran tersebut adalah bertujuan untuk mengevaluasi kinerja manajereal –

bagaimana sebaiknya manajemen perusahaan menggunakan asset (yang di ukur dalam rupiah) untuk

menghasilkan accounting return per rupiah dari investasi, aktiva atau penjualan. Masalah – masalah

yang timbul menggunakan ukuran – ukuran tersebut sebaiknya di ketahui. Laba akuntansi memasukkan

penyusutan dan kos inventory dan pengaruhnya terhadap keakuratan pelaporan laba. Nilai – nilai aktiva

adalah juga dicatat secara historis. Ketika konvensi – konvensi akuntansi memuat variabel – variabel

tersebut tidak reliabael, ekonom – ekonom menggunakan return pasar atau discounted cash flows

sebagai ukuran – ukuran kinerja. Untuk kepentingan konsistensi, digunakan dua ukuran akuntansi

yaitu: ROE dan ROA, yang berhubungan dengan return pasar untuk mengukur kinerja. Return on

equity (ROE) adalah suatu variabel yang sering kali digunakan dalam penelitian kinerja manajemen

atas, dan untuk membuat keputusan – keputusan kompensasi eksekutif. Studi ini menggunakan ROE

sebagai suatu ukuran untuk penelitian kinerja dan menghitung rata – rata return on equity (ROE) untuk

semua perusahaan yang menjadi sampel dan periode waktu deviasi standar AROE dan juga koefisien

varian untuk masing – masing dibagi menjadi tiga kelompok deversifikasi. ROE adalah didefinisikan

sebagai net income (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan modal saham.

Coefficient of variation (CV) menunjukan per unit dari rata – rata return. ROA adalah didefinisikan

sebagai net income (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan nilai buku dari total

Page 16: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

aktiva. Rata – rata return on asset (AROA) juga di tentukan untuk semua perusahaan yang menjadi

sampel dan periode waktu untuk menghitung deviasi standar AROA dan juga koefisien untuk masing –

masing menjadi tiga kelompok diversifikasi. Return pasar (MRTRET) adalah variabel dependen ketiga

yang digunakan MRTRET dihitung untuk satu tahun kalender dengan mengambil perbedaan antara

perbedaan harga saham akhir tahun berjalan, dan harga saham akhir tahun sebelumnya, yang di tambah

dengan penyebaran dividen untuk tahun tersebut, dan kemudian di bagi dengan hasil dari harga akhir

tahun sebelumnya. Pertimbangannya bahwa penguji terhadap pengaruh kontrol CEO muncul dari dua

sumber-sumber yang mendasar dan saling berhubungan, mempengaruhi dewan direksi dan kekuatan

suara CEO dalam perusahaan. Sedangkan kinerja adalah sulit untuk di ukur, pengaruhnya dapat

memberi keuntungan melalui hubungan kerja dengan anggota direksi dan melalui partisifasi dalam

pemilihan top manajer dan anggota-anggota direksi.

Kekuatan hak suara CEO secara langsung dihubungkan dengan jumlah prosentase kepemilikan

saham atau hak suara yang dikendalikan oleh manajemen tingkat atas perusahaan termasuk CEO dan

anggota dari dewan direksi. Kepemilikan saham oleh manjer-manajer tersebut dapat menambah secara

potensial dorongan adanya konflik dari keduanya. Pertama, kotrol CEO dapat memberikan suatu

dorongan untuk mengurangi konsumsi yang terlalu banyak terhadap manfaat yang berhubungan dengan

keuangan sebab kos yang ditanggung oleh manajemen dan proporsional dengan kepemilikan saham

mereka (Jensen & Mackling (1976)). Kedua, kontrol dihubungkan dengan peningkatan kepemilikan

saham dapat dibatasi manajemen dari kedua mekanisme disiplin internal dan external seperti misalnnya

pasar untuk kontrol perusahaan (Jensen & Ruback (1983)). Dalam kasus petama, peningkatan

kepemilihan saham manajemen akan mengurangi kos agensi dan peningkatan nilai perusahaan. Dalam

kasus kedua, peningkatan kepemilikan saham manajemen mengikis kesempatan manajemen dan

kepentingan pemegang saham dan penurunan nilai modal.

Studi sebelumnya telah menetapkan suatu hubungan linier antara kontrol manajemen (yang

diukur dengan kepemilikan saham manajemen) dan (1) nilai perusahaan (Mock, Shleifer, dan Vishy

Page 17: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

(1988)), (2) kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan (Certer dan Stover (1991)), dan (3)

prosentase kompensasi CEO yang dibayarkan melalui program insentif saham (Toyne, Millar dan

Dixon (1996)).

Signifikan pengaruh kepemilikan dalam pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai suatu

usaha untuk mengurangi masalah agensi melalui suatu bentuk monitoring agen. Pada tingkat tertentu

bahwa pemilik mempunyai waktu dimasa mendatang lebih panjang untuk perusahaan daripada manajer

yang bukan pemilik, mereka akan mempunyai alasan-alasan untuk mempengaruhi investasi modal dan

akan bersedia untuk membuat kinerja keuangan jangka pendek yang akan mempengaruhi kesejahtraan

jangka panjang. Hill dan Snell (1989) mengusulkan bahwa pemegang saham mayoritas menghadapi

kos yang dikeluarkan lebih tinggi karena respon terhadap kuartalan lebih berfokus pada kesejahtraan

perusahaan jangka panjang. Ekspektasi yang dikembangkan bahwa perusahaan dan kepemilikan saham

signifikan mempengaruhi dalam mengambil keputusan investasi modal pada tingkat lebih tnggi

perusahaan tanpa memperhatikan kehediran kepemilikan saham signifikan.

Stuktur kepemilikan telah diperkenalkan dengan promosi dari total saham yang dimiliki oleh

anggota direktur. Variabel ini merupakan proksi dorongan-dorongan derektur untuk melakukan tujuan

monitoring yang efesien. Variabel ini pantas digunakan sebagai proksi kepemilikan manajemen.

Hubungan antara distribusi kepemilikan saham dan aspek-aspek lain perusahaan mungkin tergantung

pada tingkat kepemilikan insider dalam beberapa momen spesifik.

Berdasarkan Morck et.al, (1988), mengunakan variabel untuk mengukur tingkat kepemilikan

manajemen yang bertujuan untuk mereflesikan perbedaan pengaruh struktur kepemilikan yang

mempunyai ketergantungan dengan tingkat kepemilikn manajerial. Tingkat kepemilikan kategori satu

(INSI1) sama dengan 20%. Tingkat kepemilikan katagori dua (INSI2) didefinisikan sebagai prosentase

kepemilikan manajerial kurang dari 20%, sebaliknya nilai INSI1 sama dengan 20%. Tingkat

kepemilikan kategori dua (INSI2) didefinisikan sebagai prosentase kepemilikan manajerial kurang dari

Page 18: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

20% yaitu direktur tidak mempunyai lebih dari 50% saham, sebaliknya nilai INSI2 sama dengan 30%.

Jika kepemilikan insider kurang dari 20%, maka INSI2 sama dengan 0. Tingkat kepemilikan kategori

tiga (INSI3) hitungan adalah dihitung sebagai prosentase saham yang dimiliki oleh direktur kurang dari

50%. Jika kepemilikan manajerial lebih tinggi dari 50%, maka nilai INSI3 sama dengan 0. Morck et.al ,

(1988), menambahkan variabel kontrol antara lain struktul modal yaitu sebagai rasio equity dan hutang

(nilai buku), dan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang lazim digunakan adalah nilai buku

aktiva nilai perusahaan akhir tahun. Namun, penggunaan nilai buku aktiva mempunyai hubungan

negatif, kemudian untuk mengurangi msalah ini maka ukuran perusaan dihitung sebagai logaritma nilai

buku aktiva (LogAktiva). Aspek lain yang relevan sebai kontrol variabel adalah likuiditas perusahaan

(Fazzari,et al., 1988; 1990b). Variabel ini dihitung dengan total asset (LIQ). Kontrol variabel terakhir

adalah sebagai indikator profitabilats perusahaan sesuai dengan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan,

variabel yang dipilih adalah return on asset (ROA).

Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan review penelitian terdahulu diatas, dapat dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

Kepemilikan Manajemen

Jensen dan Mackling (1976) memprediksi bahwa kepemilikan manajerial berjalan karena

kepentingan bersama dari para manajer dan pemegang saham luar sepertinya bahwa suatu hubungan

positif yang diharapkan antra kepemilikan manajerial dan penilaian perusahaan. Seperti halnya studi

yang dilakukan oleh Cole & Mehran (1998), menyatakan bahwa setelah konversi dan pembatasan

struktur kepemilikan, kinerja perusahaan bertambah secara signifikan, dan porsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh manajer-manajer dan karyawan perusahaan. Perubahan kinerja secara positif

berhubungan dengan perubahan dalam kepemilikan oleh manajer, sedangkan secara negatif

berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam kepemilikan oleh karyawan. Sedangkan Stulz (1988)

Page 19: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

mengembangkan suatu model penilaian perusahaan dengan memperhatikan pengaruh entrenchment

yang menghasilkan suatu hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan penilaian perusahaan

pada tingkat kepemilikan manajemen yang cukup tinggi.

Pengujian yang dilakukan Fogelbreg & Griffith (2000), mengenai kepemilikan manajemen dan

kinerja perusahaan menunjukan adanya hubungan tidak monotonik, tetapi secara signifikan

curvelinear. Morck, sheilfer dan Vishny (1988) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan berkurang

ketika manajemen bebas dari pengeceken terhadap kontrol mereka dan bahwa kinerja perusahaan akan

menurun sebagai peningkatan kepemilikan manajemen. Ditemukan secara signifikan hubungan

curvelinear antara kepemilikan manajemen dan nilai perusahaan, yaitu bahwa kedua efek perbedaan

kepentingan dan efek entrenchement adalah bekerja. Tegasnya, hasil studi ini adalah menunjukkan

bahwa adanya peningkatan nilai perusahaan, kemudian menurun kemudian meningkat dengan

perubahan kepemilikan manajemen. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis

alternatif sebagai berikut:

H1 Terdapat hubungan antara kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan.

H2 Hubungan antara kinerja perusahaan dan kepemilikan manajemen adalah tidak monotonik.

Ukuran Perusahaan

Berla dan Means (1932) menyatakan bahwa dengan meningkatkan size perusahaan,

mengakibatkan kepemilikan menjadi menyebar, yang dapat menimbulkan konflik kepentingan antara

pemilik dan manajemen. Jensen & Mackling. Berle & Means berasumsi bahwa pemilik dan

manajemen adalah pemilik tunggal yang mampu mengurangi posisi modal dan perusahaan.

Berdasarkan Morck et.al, (1988), mengelompokan kepemilikan manajemen untuk

merefleksikan perbedaan pengaruh struktur kepemilikan, menyatakan bahwa secara signifikan

mempunyai ketergantungan dengan tingkat kepemilikan manajemen. Variabel kontrol yang digunakan

antara lain stuktur modal, ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang lazim digunakan adalah nilai

Page 20: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

buku aktiva.

Variabel ukuran perusahaan diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Variabel ini diprediksi

mempunyai hubungan yang negatif dengan resiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur

besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai resiko yang lebih kecil

dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya adalah karena perusahaan yang besar

dianggap mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai beta yang lebih kecil

(Elton dan Gruber,1994). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis alternatif sebagai

berikut :

H3 Terdapat hubungan positif antara ukuran perusahaan dan kinerja

perusahaan.

METODOLOGI PENELITIAN

Model Penelitian

Untuk menguji hubungan antara variabel dependen EVA ( Economic Value Added) sebagai

ukuran kinerja perusahaan dan variabel independen kontrol kepemilikan manajemen (MAN) dan

ukuran perusahaan (AKTIVA) maka digunakan metode analis multiple regression sebagai berikut :

EVA = α + β1AKTIVA + β2 MAN + ε

EVA = α + β1AKTIVA + β2 MAN + β3 MAN2 + ε

EVA = α + β1AKTIVA + β2 MAN + β3 MAN2 + β4 MAN3 + ε

Dalam hal ini,

EVA : Economic Value Added

AKTIVA : Nilai Buku Aktiva

MAN : Kepemilikan Manajemen

MAN2 : Kwadrat Kepemilikan Manajemen

MAN3 : Cubed Kepemilikan Manajemen

Page 21: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Pengukuran dan operasionalisasi variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan ukuran

economic value added (EVA), sedangkan variabel independennya adalah prosentase kepemilikan

manajemen dan ukuran perusahaan menggunakan nilai buku aktiva.

Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan di ukur dengan economic value added (EVA). Langkah-langkah untuk

menghitung angka EVA setiap perusahaan sampel mengikuti prosedur estimasi EVA yang di gunakan

Hartono dan Chendrawati (1999), yaitu sebagai berikut:

(1) Menghitung biaya hutang tahunan,

(2) Menghitung biaya modal, yitu melalui tahap:

a. Menghitung return saham mingguan,

b. Menghitung return pasar,

c. Menghitung beta,

(3) Manghitung struktur modal,

(4) Menghitung rata-rata tertimbang biaya modal (WACC),

(5) Menghitung EVA dengan formula:

EVA = net oprating profit after tax-(WACC x modal)

Variabel Independen

Kepemilikan Manajemen

Kepemilikan manajemen adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen, yaitu

prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dengan total saham perusahaan pada akhir tahun 2001.

Angka-angka kepemilikan saham oleh manjemen awalnya diambil dari laporan tahunan yang

dipubilaksikan di dalam ICMD 2002, kemudian di cross cek dengan laporan keuangan tahunan yang

telah di audit.

Page 22: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Variabel ini merupakan jumlah nilai buku aktiva perusahaan sampai per 31 Desember 2001.

Diambil dari laporan keuangan yang di publikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) 2002.

Data Yang Diperlukan

Data yang di pergunakan dalam penelitian ini, merupakan data sekunder. Data ini di peroleh

dari Indonesian Capital Market Directory 2002 yang berisi informasi seluruh perusahaan yang

sahamnya dimiliki oleh manajemen, dan sumber lain yang menyediakan informasi laporan keuangan

tahunan. Data yang diperlukan terdiri dari:

a) Biaya bunga yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba periode 1 Januari sampai dengan 31

Desember 2001 dan total hutang perusahaan sampel per 31 Desember 2001. Data ini

diperlukan untuk menghitung biaya bunga tahunan.

b) Harga saham penutupan pada minggu terakhir tahun 2000, harga saham penutupan selama

tahun 2001, dan jumlah dividen yang dibayarkan perlembar saham selama tahun 2001. Data

ini digunakan untuk menghitung return saham perusahaan sampel.

c) Indes LQ 45 pada minggu terakhir tahun 2000 dan selama tahun 2001. Data ini digunakan

untuk menentukan return beban resiko.

d) Tingkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan selama tahun 2001.

Data ini digunakan untuk menentukan return beban resiko.

e) Total hutang dan modal akhir tahun 2001. Data ini diperlukan untuk menghitung stuktur

modal dan penghitungan rata-rata tertimbang biaya modal.

f) Laba bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan sampel selama tahun 2001. Data ini

diperlukan untuk menghitung economic value added (EVA).

g) Nilai buku aktiva akhir tahun2001.

Page 23: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

h) Prosentase kepemilikan saham manajemen akhir tahun 2001.

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Pengambilan sampel dilakukan secara porposive sampling dengan kreteria perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh manajemen. Karena keterbatasan penelitian, dari sampel yang diperoleh kemudian di

seleksi untuk perusahaan yang loporan keuangannya tesedia untuk keprluan perhitungan economic

value added.

Diagnosis Model

Model regresi akan menghasikn estimator tidak bias yang baik jika tepenuhi asumsi klasik,

yaitu: Normalitas (data berdistribusi normal), Autocorelation (E(ε)= 0), Homoscedasticity (σ2ε

tetap),dan Collinearity (nilai dari ε, independen). Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci mengenai

asumsi klasik yang telah disebutkan diatas.

Normalitas

Normalitas data merupakan asumsi yang sangat mendasar dalam analisis multivariate (Hair,

et.al, 1998). Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat pada hasil

gambar histogram, atau dengan uji statistik. Uji normalitas dalam paket statistik dengan komputer juga

tersedia, umumnya menggunakan Lilliefors test, Shapiro- Wilks test dan Kolmogrov-Smirnov test.

Dalam uji Kolmogrov-Smirnov (uji K-S), Ho yang di ajukan adalah data tidak berdistribusi normal.

Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah data berdistribusi normal. Dengan demikian jika hasil uji K-S

menunjukan angka yang signifikan, berarti data yang di uji adalah berdistribusi tidak normal.

Sebaliknya jika hasil uji K-S tidak signifikan, berarti data berdistribusi normal.

Heteroskedastisitas

Adanya varian-varian tidak sama (Heteroskedastisitas) menunjukan pelanggaran suatu asumsi

dalam model regresi. Diagnisis di buat dengan memplot residual atau dengan pengujian statistik. Plot

Page 24: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

residual (studentized) di prediksi sebagai nilai variabel dependen di bandingkan dengan variabel

independen masing-masing (Hair, et.al, 1998). Homokesdatisitas berarti bahwa dependen variabel

menunjukan tingkat variance yang sama antara variabel predictor (Hair, et.al, 1998). Dalam model

regresi, di harapkan terjadi homokedastisitas.

Dalam penelitian ini, pengujian Heteroskeadastisitas dilakukan dengan meregresikan residual

(studentized) dengan masing-masing variabel independen. Apabila nilai korelasi variable independen

dengan residual kurang dari 0,7 maka tidak terjadi Hiteroskedastisitas.

Autokorelasi

Autokorelasi timbul karena berbagai alasan. Penyebeb utamanya adalah kesalahan dari satu

atau lebih variabel kunci dalam model regresi yang dikembangkan (Neter, et.al, 1993). Alasan lainya

yang penting adalah pengaruh random cenderung untuk beberapa periode.

Uji yang digunakan untuk menditeksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin Waston. Uji

Durbin Waston (d) di hitung berdasarkan perbedaan antara residual yang saling berdekatan, et –et-1

(Neter, et.al, 1993:800). Jika nilai d lebih kecil dari nilai batas bawah (dL), disimpulkan autokorelasi

positif terjadi. Jika nilai d lebih besar dari nilai batas atas (du), di simpulkan autokorelasi positif tidak

terjadi. Jka nilai d berada diantara batas bawah dan batas atas, maka kita tidak dapat mengetahui

ketepatan kesimpulan yang lebih mendekati, biasanya kesimpulannya lebih mengarah kepada

autokorelasi positif terjadi. dalam paket statistik SPSS, nilai Durbin Waston tersebut sudah di hitung.

Untuk menyimpulkan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat di bandingkan dengan batas bawah

dan batas atas nilai Durbin-Waston yang ada pada tabel (Neter,et.al, 19934:938).

Multikolinearitas

Suatu isu kunci dalam menginterprestasikan regressian variate adalah hubungan diantara

variabel independen. Ini adalah masak data,bukan masalah spesifikasi model. Idealnya bagi para

penelitian adalah mempunyai angka korelasi yang tinggi antara variabel independen dan variabel

Page 25: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

dependen,tetapi dengan angka korelasi kecil diantara variabel independen itu sendiri. Tetapi dalam

situasi tertentu,seperti pengaruh nonlinear dalam model polynomial,diharapkan terjadi

multikolinearitas(Hair,et.al,1998).

Metode untuk menguji adanya multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance value atau variance

inflation faktor (VIF). Batas dari toleranc value adalah 0,10 sehingga batas VIF adalah 10

(Hair,et.al.1998).Apabila pada model regresi linier hasil analisis menunjukkan tolerance value diatas

0,10 maka berarti tidak terjadi multikolinearitas sehingga model tersebut reliabel sebagai dasar analisis.

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah berhasil didukung,atau tidak,dapat dilihat dari

p-value (atau angka sig.pada output paket statistik SPSS) dari tiap-tiap koefisien korelasi variabel

independen. Apabila p-value lebih kecil dari alternatif yang diajukan didukung oleh data, demikian

juga sebaliknya apabila nilai p-value lebih besar dari tingkat yang digunakan berarti Ho gagal

ditolak,yang berarti hipotesis alternatif yang diajukan tidak didukung oleh data.

Untuk menetukan tingkat signifikansi secara keseluruhan digunakan uji F. Uji ini digunakan

untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Apabila nilai signifikasi F hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka hipotesis

alternatifnya ditolak. Dalam paket statistik SPSS,uji F bisa dilakukan dengan melihat angka

signifikansi F. Jika angka signifikansi F lebih kecil dari tingkat yang digunakan,maka hipotesis

alternatif dapat diterima. Sebaliknya jika angka tersebut lebih besar dari tingkat yang digunakan, maka

hopotesis nol tidak bisa ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN3

Pengumpulan Data

Page 26: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh manajemen

pada akhir tahun 2001. Data yang di pergunakan merupakan data sekunder. Data tersebut

bersumber dari Indonesia Capital Market Derectory (ICMD) 2002. Data yang berhubungan dengan

perhitungan Economic value added (EVA) diperoleh dari Bank Indonesia melalui website Bank

Indonesia, website IndoExchange, dan website Jakarta Stock Exchange.

Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh manajemen pada akhir tahun 2001. Dari 323 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta, 105 perusahaan sahamnya dimiliki oleh manajemen. Dari 105 perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh manajemen, ada 25 perusahaan yang di tanya tidak lengkap sehingga harus

dekeluarkan dari sampel. Dari 80 data yang sesuai tersebut, 32 perusahaan dikeluarkan dari sampel

karena EVA negatif, dua sampel di keluarkan karena outlier. Dengan demikian ada 46 perusahaan

yang di gunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.:

Proses Penentuan SampelKeterangan Jumlah

PerusahaanPerusahaan yang kepemilikan sahamnya di miliki oleh manajemen

105

Sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap 25Sampel di keluarkan karena EVA negatif 32Sampel di keluarkan karena outlier 2Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 46

Pengukuran VariabelEconomic Value Added (EVA)

Untuk dapat menentukan variabel EVA, diperlukan data biaya bunga tahunan, total hutang, harga

saham, pembayaran dividen, indeks LQ 45, tingkat suku bunga SBI dan total modal. Penentuan

Page 27: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

variabel EVA dilakukan melalui beberapa tahapan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang

telah dilakukan oleh Hartono dan Cendrawati (1999).

Kepemilikan Manajemen (MAN) dan Size

Variabel ini meupakan jumalah kepemilikan saham oleh manajemen yaitu perbandingan antara

jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah saham perusahaan. Perusahaan

kepemilikan saham oleh manajemen diperoleh dari laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Institute

for Economic and Financial Research (IEFR) keuangan dalam laporan tahunan. Apabila terjadi

perbedaan, maka angka yang dipakai adalah yang dimuat dalam laporan auditor independen.

Variabel independen size doproksikan dengan jumlah nilai buku aktiva pada akhir tahun 2001.

Variabel ini dapat langsung diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan sampel yang dimuat

pada ICMD 2002.

Deskripsi Statistik dan Uji Normalitas

Deskripsi statistik semua variabel yang digunakan dalam model disajikan dalam tabel 4.2.Tabel 4.2

Deskripsi data awal sebelum di transformasikan

Keterangan N Minimum Maximum Mead Std.Deviation

EVA 80 1606878 1604491 46933,05 362957,21

Total Aktiva 80 20071 26573546 725395,13 4298968,74

Kepemilikan Manejemen 80 0,00 63,88 6,3670 10,1001

NOPAT 80 1177016 2356236 123363,99 457559,75

Modal Akhir 80 7461 21150856 170770,46 2797790,12

Valid N (listwise) 80

Hasil uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan transformasi data untuk ketiga variabel dalam dalam penelitian ini, maka dengan

transformasi logaritma variabel EVA yang bernilai negatif dibuang. Setelah dilakukan transformasi

data,hasil uji normalitas menunjukkan perbaikan data dibandingkan dengan sebelumnya,meskipun

tidak semua variabel menjadi normal secara signifikan. Variabel EVA setelah dilakukan transformasi

Page 28: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

secara signifikan berdistribusi normal. Dengan melihat gambar plot probabilitas normal, dapat

digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan normalitas (Hair, et.al 1998). Hasil gambar normal

probability plot terhadap semua variabel yang diuji menunjukkan ploting nilai data aktual berada pada

garis diagonal yaitu garis probabilitas normal. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

semua variabel yang diuji berdistribusi normal, ini berarti data tersebut dapat digunakan untuk analisis

regresi.

Uji AutokorelasiUntuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Nilai Durbin

Watson dari penelitian ini menunjukkan angka sebesar 2,346, nilai tabel Durbin Watson untuk dua

variabel independen dan jumlah observasi 46 adalah dL=1,422 dan dU=1,622, berarti nilai d=2,346

berada diatas nilai batas atas, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Uji MultikolinearitasMetode untuk menguji adanya multikolinearitas dilihat dari nilai sstolerance value atau variance

inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,10 sehingga batas VIF adalah 10 (Hair et

al.1998). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF variabel size dan kepemilikan sebesar 1,021

berarti berada dibawah nilai 10 dan tolerance value sebesar 0,979 berarti berada diatas 0,10, sehingga

dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas.

Uji HeteroskedastisitasUntuk mengetahui adanya heteroskedastisitas digunakan metode grafik, yaitu dengan menbuat plot

error (residu) dengan predicted value. Plot error (residu) dengan predicted value ditampilkan dalam

gambar 4.1. Dari hasil plot tersebut tidak menunjukkan adanya pola sistematis. Pengujian dilakukan

dengan meregresika residual (stuudentized) dengan variabel independen masing-masing, hasilnya

menunjukkan bahwa nilai R untuk aktiva dan kepemilikan manajemen lebih kecil dari 0,7. Dengan

demikian tidak terjadi heterosdastisitas.

Pengujian Hipotesis

Page 29: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Dengan keterbatasan data yang di sajikan, pengujian terhadap hipotesis tersebut dilakukan

dengan melihat F-Value dan T-Value pada regresi berganda dengan model masing-masing sebagai

berikut :

LogEva = α+β1LogAktiva+β2LogMan+ε

LogEva = α+β1LogAktiva+β2Man+β3Man2+ε

LogEva = α+β1LogAktiva+β2Man +β3Man2+β4Man3+ε

Pengujian dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel kinerja perusahaan,

kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan. Dari hasil persamaan regresi berganda menunjukkan

bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai F yang besar (43,088)

menunjukkan bahwa secara bersama-sama kedua variabel tersebut mempengaruhi kinerja perusahaan.

Dari hasil analisis tersebut, diperoleh nilai R=0.817 atau 81,7% dapat dikatakan mempunyai hubungan

positif yang kuat, nilai R2=0,667 atau 66,7 artinya terdapat pengaruh kepemilikan manajemen dan

ukuran perusahaan terhadap kinerja sebesar 66,7%.

Untuk menguji kemungkinan hubungan non linear antara kepemilikan manajemen dan kinerja

perusahaan, dilakukan analisis dengan menggunakan persamaan regresi kuadratik (Squared) dan

perangkat tiga (Cubed).

Persamaan regresi kuadratik menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen mempunyai t-

value sebesar -2,034 dan signifikan pada level 5%, dan kwadrat kepemilikan manajemen (Man2)

mempunyai t-value se-besar 1.791 dan signifikan pada level 10%. Dan berdasarkan persamaan regresi

pangkat tiga menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen mempunyai t-value sebesar-2,533 dengan

tingkat signifikan pada level 5%, kwadrat kepemilikan manajemen (Man2) mempunyai t-value sebesar

+2,096 dengan tingkat signifikan pada level 5%, dan cubed kepemilikan manajemen (Man3)

mempunyai t-value sebesar -1.845 dengan tingkat signifikan 10%. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan adalah tidak

linear. Untuk menguji hubungan non-monotonik, digunakan analisa korelasi nonparametric

Spearman’s rho. Dari analisis tersebut, koefisien korelasi Spearman’s rho adalah -0,289 dengan

probabilitas (Sig) sebesar 0,052 tidak signifikan pada level 5%. Koefisien determinasi dari model linear

dan model polynomial menunjukkan adanya penambahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hubungan kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan adalah tidak monotonik, tetapi secara

signifikan curvelinear. Hubungan non-monotonik antara kontrol dan kinerja dapat do plot dengan

nalisis curve estimation.

Page 30: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

SIMPULAN DAN SARANSimpulanPenelitian ini menguji tentang kenerja perusahaan, kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan

untuk sampel terhadap 48 perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ukuran kinerja

perusahaan dengan menggunakan EVA. EVA adalah suatu ukuran kinerja ekonomi dan untuk

mengetahui seberapa banyak manajemen mampu meningkatkan kesejahtraan pemengang saham.

Berdasarkan hasil alisis regresi metode 1, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara

kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Koefisien variabel

kepemilikan manajemen adalah negatif, artinya bahwa semakin besar kepemilikan manajemen maka

nilai EVA akan semakin kecil atau kinerja perusahaan menjadi menurun, sedangkan koefisien variabel

ukuran perusahaan adalah positif, artinya bahwa semakin besar aktiva perusahaan maka nilai EVA akan

semakin besar.

Berdasarkan hasil regrasi model 2dan 3, dapat disimpulkan bahwa hubungan kepemilikan

manajemen, ukuran perusahaan dan kinerja secara signifikan tidak linier. Dari curve estimation dapat

digambarkan bahwa pada tingakat kepemilikan manajemen kira-kira 12% tejadi penurunan nilai EVA,

kemudian meningkat pada tingkat kepemilikan kira-kira mendekati 30% dan pada tingkat kepemilikan

diatas 30% terjadi penurunan nilai EVA. Hasil penelitian ini mempunyai pola yang sama dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Fogelberg dan Griffth (2000).

5.2 Impilikasi Penelitian

Penelitain ini mencoba melihat hubungan ke pemilikan manajemen, ukuran perusahaan dan

kinerja perusahaan. EVA sebagai ukuran ekonomi belum banyak digunakan dalam mengukur kinerja

perusahaan, dalam jangka panjang EVA dapat digunakan untuk mengetahui apakah kepemilikan

manajemen dapat meningkatkan kesejahtraan pemegang saham yang ditunjukan dengan peningkatan

nilai EVA. berdasarkan hasil penguji yang telah dilakukan ditemukan bahwa dengan peningkatan

Page 31: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

prosentase kepemilikan manajemen hingga 12% akan mengakibatkan penurunan nilai EVA atau kinerja

perusahaan, kemudian peningkatan nilai EVA akan terjadi pada penambahan jumlah prosentase

kepemilikan hingga mencapi 30% dan kemudian akan terjadi penurunan nilai EVA pada tingkat

kepemilikan manajemen diatas 30%. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis yang di ajukan oleh

Fogelberg dan Griffth (2000) yang menyatakan bahwa secara signifikan hubungan antara kepemilikan

manajemen dan kinerja perusahaan adalah curve linier tetapi tidak monotonik. Penelitan ini

memberikan bahwa, ukuran perusahaan dapat meningkatkan nilai EVA. semakin besar ukuran aktiva

perusahaan maka nilai EVA yang dihasilkan akan semakin besar, ini berarti pada perusahaan yang

mempunyai ukuran aktiva lebih besar akan dapat memberikan peningkatan kesejahtraan kepada

pemegang saham.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yaitu (1) sampel yang digunakan menjadi

46 dari 105 perusahaan yang seharusnya bisa dianalisis, hal ini diakibatkan karena 32 perusahaan

mempunyai nilai EVA negatif dan 25 perusahaan datanya tidak lengkap, dua sampel outlier, (2)

pendekatan perhitungan EVA belum mencerminkan hasil yang tepat, hal ini diakibatkan karena dalam

perhitungan EVA belum mencerminkan hasil yang tepat, hal ini diakibatkan karena dalam perhitungan

EVA tidak dilakukan penyesuaian terhadap akun yang menyimpang dari ketentuan perhitungan EVA,

hal ini disebabkan karena tidak diperoleh data yang lengkap untuk dapat melakukan koreksi NOPAT

secara penuh, (3) variabel yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan masih banyak yang tidak

dapat dijelaskan dalam penelitian mandiri ini, namun demikian penulis telah memperoleh sedikit

gambaran mengenai bagaimana seharusnya menulis walaupun banyak sekali keterbatasan yang ada.

SaranPenelitian ini mencoba melihat hubungan kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan dan

kinerja perusahaan. EVA sebagai ukuran ekonomi belum banyak digunakan dalam mengukur kinerja

Page 32: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

perusahaan. Dalam jangka panjang EVA dapat digunakan untuk mengetahui apakah kepemilikan

manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham yang ditunjukkan dengan peningkatan

nilai EVA. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan ditemukan bahwa dengan peningkatan

prosentase kepemilikan manajemen hingga 12% akan mengakibatkan penurunan nilai EVA atau kinerja

perusahaan, kemudian peningkatan nilai EVA akan terjadi pada penambahan jumlah prosentase

kepemilikan hingga mencapai kira-kira 30% dan kemudian akan terjadi penurunan nilai EVA pada

tingkat kepemilikan manajemen diatas 30%. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis yang diajukan

oleh Fogelberg dan Griffith (2000) yang menyatakan bahwa secara signifikan hubungan antara

kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan adalah curve linier tetapi tidak monotik. Penelitian ini

memberikan bukti bahwa, ukuran perusahaan dapat meningkatkan nilai EVA. Semakin besar ukuran

aktiva perusahaan maka nilai EVA yang dihasilkan akan semakin besar, ini berarti pada perusahaan

yang mempunyai ukuran aktiva lebih besar akan dapat memberikan peningkatan kesejahteraan kepada

pemegang saham.

REFFERENSI

Allen, Jeffrey W, & Phillips Gordon M, 2000, Corporate Equity Ownership, Strategic Alliances, and Product Market Relationships, The Journal of Finance, Vol.IV, No.6, 279

Brailsford Timothy J., Oliver Barry R., Pua Sandra L.H., Theory and Evidence on the Relationship Between Ownership Structure and Capital Structure.

Brook. Yaron, & Hendrshott, Robert J., & Lee, Darrell, 2000. Corporate governance and recent consolidation in the banking industry. Journal of Corporate Finance, 6, 141-164

Carter, R, and R. Stover, 1991, Management ownership and firm compensation policy: Evidence from converting saving and loan associations, Financial Management Journal 20, pp.80-90.

Chen Carl, R & Steiner, Thomas L., 2000, Thobin's Q, Managerial Ownership, and Analyst Coverage: A Nonlinear Simultaneous Equations Model, Journal of Economics and Business, Volume 52,

365-382.

Page 33: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Cole. A Rebel & Mehran, Hamid, 1998, The effect of changes in ownership structure on performance: Evidence from the thrift industry, Journal of Financial Economics, Volume 50, Issue 3, pp.291-

317.

Cooper, Donald R, Shindler Pamela S, 2001, Research Methods, McGrow-Hill International Edition, Seventh Edition.

Core, John E., David F. Larcker, 2001, Performance consequences of mandatory increases in executive stock ownership, Journal of Financial Economics, Volume 1, Issue 1, pp.108.

Demsetz, Harold & Villalonga, Belen, 2001, Ownership structure and corporate performance, Journal of Financial Economics, Volume 7, Issue 3, pp.209-233.

Financial Accounting Standard Board (FASB), 1978, “Objective of Fiancial Reporting by Business Enteprises,” Statement of Financial Accounting Concepts No.1 Stanford. Connecticut.

Fogelberg, Lowrence and John M Griffith, 2000, Control and Blank Performance, Journal of Financial and Strategic Decisions, Volume 13 Number 3, 63-69.

Forberg Richard H., Nelson Michael R, 1999, Leadership Structure and Firm Performance, International Review of Financial Analysis, 8:1, 83-96.

Hair, Joseph F, JR., Anderson Rolph E., Tatham, Ronald L, Black William C, 1998, Multivariate Data Analysis, With Readings, Fifth Edition. Pentice-Hall, International Inc.

Hanson, Robert C, and Song, Moon H, 2000, Managerial ownership, board structure, and the division of gains in divestitures, Journal of Corporate Finance, 6, pp.55-70.

Hartono, Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta, Vetakan Kedua.Hill.C, and S.Snell, 1989, Effect of Ownership Structure and Control on Corporate Productivity,

Academy of Management Journal 32, pp.25-46.

Hortono, Jogiyanto, Chendrawati, 1999, ROA and EVA: A Comparative Empirical Study, Gadjah Mada, International Journal of Business.

Jensen M.C, Meckling W.H, 1976, Theory of the Firms: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economic, V.3,No.4,pp305-360.

Jensen, M and R. Ruback, 1983, The market for corporate control: the scientific evidence, Journal of Financial Economics 11, pp.5-50.

McConnell, J.J., & Servaes, H., 1990, Additional evidence on equity ownership and corporate value,

Page 34: Hubungan Non Monotonik Antara Kontrol Dan Kinerja Perusahaan

Journal of Financial Economics, Volume 50, Issue 2, pp.595-612.

Neter, John, Wasserman, William, Withmore G.A, 1993, Applied Statistics, Four Edition, Allyn and Bacon.

Pi, I.., & Timme, S.G., 1993, Corporate control and bank efficiency, Journal of Financial Economics, Volume 17, Issue 2-3, pp.515-530.

Scott, William R, 2000, Financial Accounting Theory, Prentice Hall, Second Edition.

Shields Michael D., Deng F. Johnny, Kato, Yutaka, The design and effects of control systems: tests of direct- and indirect-effects models.

Simpson W. Gary, Gleason Anne E., 1999, Board Structure, Ownership, and Financial Distress in Banking Firms. International Review of Economics and Finance, 8, 281-292.

Smith, A.J., 1990, Corporate ownership structure and performance: The case of management buyouts. Journal of Financial Economics.Volume 27. Issue 1, pp.143-164.

Stewart III, G.B., 1992, The Quest for Value, HarperBusiness, A Division of HarperCollinsPublisher, New York.

Toyne, M., J.Millar, and B.Dixon, 1996, The Effect of CEO Control on the risk of CEO compensation, Working paper, LaSalle University.

Watts Ross'L, Zimmerman J.L, 1986, “Positive Accounting Theory”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.