hubungan kepuasan kerja dan intensi turnover pada perawat ...€¦ · pada perawat di rumah sakit...

33
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN INTENSI TURNOVER PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PURI ASIH SALATIGA OLEH DHIMAS CHRISTIAN ADITYA 80 2011 083 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN INTENSI TURNOVER PADA

    PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PURI ASIH SALATIGA

    OLEH

    DHIMAS CHRISTIAN ADITYA

    80 2011 083

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • 1

  • 1

  • i

  • HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN INTENSI TURNOVER PADA

    PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PURI ASIH SALATIGA

    Dhimas Christian Aditya

    Sutarto Wijono

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kepuasan kerja dengan

    intensi turnover. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan responden 50

    perawat. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala kepuasan kerja pada perawat

    yang terdiri dari 3 aspek dari Mobley dan skala intensi turnover yang dimodifikasi dari job

    satisfaction questionnaire (JSQ) yang disusun oleh Deshpande. Teknik analisa data yang

    dipakai adalah teknik korelasi product moment. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien

    korelasi r = -0,245 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara antara

    kepuasan kerja dengan turnover intention. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi kepuasan

    kerja maka semakin rendah turnover intention pada perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih

    Salatiga.

    Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Intensi Turnover

  • ii

    Abstract

    This study aims to determine the significance of the relationship between job satisfaction and

    turnover intention. This study uses saturated sampling technique with respondents 50 nurses.

    Measuring instrument used in this study was the nurse job satisfaction scale consisting of three

    aspects of Mobley and turnover intention modified scale of Job Satisfaction Questionnaire (JSQ)

    compiled by Deshpande. Data analysis technique used is a product moment correlation technique.

    The result of data analysis obtained correlation coefficient r = -0.245 (p

  • 1

    PENDAHULUAN

    Persaingan global tidak hanya terjadi dalam dunia bisnis saja tetapi juga berdampak

    pada dunia kesehatan. Seiring dengan tuntutan modernisasi, perkembangan rumah sakit

    sebagai organisasi pelayanan kesehatan melaju dengan pesat. Di sisi lain, pengguna rumah

    sakit mulai menuntut standar kualitas pelayanan yang mengedepankan keselamatan dan

    efisiensi. Ke depan, rumah sakit sebagai organisasi di bidang layanan kesehatan yang akan

    semakin kompetifif. Dengan adanya era globalisasi dan otonomi daerah, maka kualitas

    pelayanan rumah sakit menjadi hal yang mutlak harus ditingkatkan. Dengan kata lain,

    dalam rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan pasien, layanan rumah sakit

    diharapkan mempercepat terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan produktif yang

    berkualitas (Ambawaru, 2011).

    Berhasil atau tidaknya rumah sakit sebagai organisasi di bidang layanan kesehatan

    dalam mencapai tujuannya, sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya

    dalam menjalankan tugas-tugas yang telah diberikan kepadanya. Pernyataan tersebut

    didukung oleh ungkapan yang menyatakan bahwa komponen utama dalam organisasi

    adalah sumber daya manusia. Ia bukan saja bagian dari organisasi, tetapi organisasi itu

    sendiri ada karena adanya manusia (Handoko, 1995). Sejalan dengan pendapat tersebut

    Damanhuri (2005) memaparkan bahwa sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

    faktor kunci dalam suatu organisasi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas

    dan memiliki keterampilan melayani serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global

    yang selama ini diabaikan. Persaingan global membuat organisasi-organisasi modern

    berlomba untuk memperbaiki segala aspek, mulai dari ketersediaan modal, struktur

    organisasi, teknologi, dan sumber daya manusia. Aspek-aspek dalam organisasi tersebut

  • 2

    saling berkaitan antara satu dengan yang lain dan kemudian membentuk suatu jaringan

    kerja yang menjadi tulang punggung dari organisasi itu sendiri. Sejalan pernyataan diatas,

    organisasi diharapkan dapat mencapai optimalisasi dalam pengembangan dan pemanfaatan

    aspek-aspek tersebut agar dapat menghadapi persaingan global yang dinamis. Sementara itu

    Wherther & Davis (1993) berpendapat bahwa, sumber daya manusia (SDM) adalah orang-

    orang yang siap, bersedia, dan mampu memberikan kontribusi kepada tujuan organisasi.

    Jadi, jelaslah terlihat atas dasar berbagai pemaparan di atas bahwa organisasi dijalankan

    oleh sekelompok individu secara bersama-sama dalam usaha mencapai suatu tujuan

    bersama.

    Pada suatu kesempatan, Sedyaningsih (2011), selaku Mantan Mentri Kesehatan RI

    menyatakan bahwa penting untuk mengembangkan potensi SDM di dalam rumah sakit. Hal

    yang bertujuan agar mampu memberikan pelayanan yang memenuhi standar rumah sakit

    kelas dunia. Untuk mewujudkan rumah sakit kelas dunia, diperlukan manajemen rumah

    sakit yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Selain itu

    rumah sakit didukung institusi - institusi pendidikan kesehatan yang melahirkan SDM

    kesehatan yang juga mampu bersaing di tingkat global. Sementara itu, agar SDM kesehatan

    mampu bersaing secara global, harus bekerja di lingkungan rumah sakit yang mampu

    memberikan pelayanan prima, efektif dan efisien, terjangkau oleh seluruh lapisan

    masyarakat.

    Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

    diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya

    kesehatan dasar / rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan

    fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan

  • 3

    pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan

    fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima. Mutu pelayanan rumah sakit

    sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber

    daya manusia (Depkes RI, 2002)

    Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang

    telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal

    secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi iklim organisasi dan tingkat

    stress karyawan yang dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja yang pada akhirnya dapat

    menimbulkan niat untuk pindah bagi karyawan (intensi turnover) yang pada akhirnya dapat

    menimbulkan turnover yang sebenarnya. Sehubungan dengan munculnya intensi turnover,

    karyawan yang memiliki kepuasan kerja akan lebih produktif, memberikan kontribusi

    terhadap sasaran dan tujuan organisasi, dan pada umumnya memiliki keinginan yang

    rendah untuk keluar dari perusahaan (Harter, Schmidt & Hayes, 2002).

    Berdasarkan hasil wawancara yang penulis peroleh pada tanggal 13 Juli 2015 dari

    observasi narasumber yang merupakan bagian personalia di Rumah Sakit Umum Puri Asih

    terungkap bahwa kondisi rumah sakit beberapa waktu ini sering terjadi pengunduran diri

    dari karyawan. Salah satu yang ia sebutkan adalah perawat yang sering kali hanya bertahan

    kurang dari tiga bulan pada masa orientasi. Lebih lanjut berdasarkan data yang penulis

    peroleh melalui studi dokumentasi dari narasumber, tampak bahwa jumlah turnover

    karyawan khususnya perawat (2012 - 2015) di RS tersebut tergolong cukup tinggi (Tabel

    1.1).

  • 4

    Tabel. 1.1 Perawat Rumah Sakit pada Tahun 2012 – 2015

    2012 2013 2014 2015 (Juni)

    Perawat in Out % out Perawat In Out % Out Perawat in Out % Out Perawat in out % out

    25 1 1 3,8 25 4 0 0 29 34 13 20,6 50 4 4 7,4

    *Sumber: bagian personalia Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga, tahun 2015

    Hasil jumlah turnover karyawan khususnya pada perawat yang diperoleh dari

    wawancara dengan pihak Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga, tahun 2012 hanya ada 1

    yang keluar dan langsung mendapat perawat pengganti. Tahun 2013 tidak ada perawat yang

    keluar namun terdapat 4 perawat yang masuk. Pada tahun 2014 terdapat hasil bahwa

    adanya peningkatan angka turnover perawat yang keluar yaitu sebesar 20,6%. Menurut

    bagian personalia pada tahun 2014 telah terbit surat keputusan bahwa terdapat kenaikan

    kelas di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga dari tipe D menjadi tipe C sehingga

    membutuhkan banyak perawat. Sehingga hal itu timbul juga permasalahan, dimasa kurang

    dari tiga bulan perawat tersebut keluar dengan alasan yang beraneka ragam seperti diterima

    bekerja ditempat lain.

    Sehubungan dengan turnover karyawan, berdasarkan hasil survey Global Strategic

    Rewards yang dilakukan oleh Wyatt (2007) mengemukakan bahwa kehilangan karyawan

    berprestasi tinggi dan karyawan berprestasi tinggi dan karyawan dengan keahlian khusus

    sudah menjadi masalah yang perlu diwaspadai oleh industri di Indonesia. Sebagai contoh

    yaitu di sektor perbankan, khususnya untuk tenaga dengan keahlian khusus. Hasil survei

    yang dilakukan sejak pertengahan tahun 2006-2007 itu menunjukan turnover untuk posisi-

    posisi penting (level manajerial dan diatasnya) di Industri perbankan antara 6,3% - 7,5%.

    Sementara itu turnover karyawan di industri pada umumnya hanya berkisar 0,1%-0.74%

    (Suhanto, 2009).

  • 5

    Intensi turnover perlu diteliti dan harus disikapi sebagai suatu fenomena dan

    perilaku manusia yang penting dalam kehidupan organisasi mengingat bahwa tingkat

    keinginan berpindah karyawan tersebut akan mempunyai dampak yang cukup signifikan

    bagi perusahaan dan individu yang bersangkutan. Intensi Turnover tersebut akan berujung

    pada keputusan karyawan untuk meninggalkan perusahaan (turnover) (Griffin, Hogan,

    Lambert, 2013).

    Turnover karyawan umumnya merupakan isu negatif bagi perusahaan, namun dapat

    menjadi isu positif bila dikontrol secara tepat dan logis. Dengan tingginya tingkat turnover

    pada perusahaan, akan berdampak pada semakin banyaknya timbul berbagai potensi biaya,

    baik itu biaya pelatihan yang sudah di investasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang

    mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali (Suwandi &

    Indriantoro, dalam toly 2001). Kerugian nyata adalah kehilangan produktifitas sampai

    karyawan baru mencapai tingkat produktfitas sama dengan karyawan lama yang berhenti

    tersebut.

    Intensi Turnover sering digunakan sebagai indikator performan perusahaan dan

    mudah dipersepsikan negatif sebagai akibat kinerja efisiensi efektif perusahaan, (Suhanto,

    2009). Mobley (1996) juga mengakui bahwa intensi turnover dapat berdampak positif baik

    bagi perusahaan maupun karyawan sendiri. Dengan adanya intensi turnover yang dilakukan

    oleh karyawan yang kurang berpotensi akan memberikan kesempatan kepada perusahaan

    untuk merekrut karyawan baru yang lebih berpotensi. Sementara itu karyawan yang

    berpotensi akan dapat mengembangkan potensinya. Tingginya turnover di rumah sakit

    menyebabkan kualitas pelayanan pada masyarakat menjadi tidak optimal. Pernyataan

    tersebut didukung oleh Newstorm & Davis (1985) yang menyatakan bahwa dampak atau

  • 6

    konsekuensi dari kepuasan kerja dapat berupa meningkat atau menurunnya prestasi kerja

    pegawai, pergantian pegawai (turnover), kemangkiran atau bahkan pencurian.

    Ada berbagai faktor yang mempengaruhi karyawan melakukan turnover dalam

    suatu organisasi. Menurut Kraemer (2000) faktor-faktor tersebut adalah; 1) Komitmen

    organisasi. 2) Peluang atau kesempatan pengembangan karier. 3) Kepuasan kerja. 4) Stres

    kerja. 5) Keadilan.

    Adapun korelasi yang kuat ditemukan antara kepuasan kerja dengan intensi

    turnover (Martin Gert, 2008). Salleh et al. (2012) menyatakan bahwa semua aspek

    kepuasan kerja yang meliputi promosi, pekerjaan itu sendiri, serta supervisi kecuali rekan

    kerja terbukti berpengaruh negatif pada turnover. Pengaruh negatif yang dibuktikan oleh

    penelitian tersebut berupaya menjelaskan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja, maka

    terdapat kecenderungan rendahnya niat untuk keluar dari perusahaan (Andini, 2006).

    Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli terkait hubungan kepuasan

    kerja dan intensi turnover masih menghasilkan kontroversi. Hasil temuan Mudor &

    Tooksoon (2011) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dengan

    intensi turnover pada karyawan. Penelitian yang lain mengenai hubungan kepuasan kerja

    terhadap intensi turnover dilakukan Witasari (2009) menghasilkan kesimpulan kepuasan

    kerja mempunyai hubungan yang negatif dengan turnover. Muchinsky (2002) berpendapat

    bahwa ada hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dan pergantian karyawan

    (turnover) dimana semakin karyawan menyukai pekerjaannya maka semakin kecil

    keinginannya untuk keluar dari organisasi tempatnya bekerja. Hal ini disebabkan kepuasan

    kerja yang dirasakan oleh karyawan karena pekerjaan akan menimbulkan perasaan senang

    dan terbebas dari perasaan tertekan sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman untuk

  • 7

    tetap bekerja, sehingga tidak akan menimbulkan keinginan untuk mencari alternatif

    pekerjaan lain. Akan tetapi di sisi lain hasil penelitian dari Lee (1988) menyatakan bahwa

    ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan turnover pada karyawan. Sejalan

    dengan temuan tersebut, hasil penelitian Ben-Bakr, Al-Shammari, Jefri dan Prasad (1994)

    juga menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan turnover pada

    karyawan.

    Berdasarkan fenomena yang ditemukan dan hasil penelitan yang ada maka penulis

    tergerak untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Ada beberapa hal mendasar yang

    membedakan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya yakni, penelitian ini

    difokuskan pada karyawan yang bekerja di rumah sakit khususnya perawat yang sangat

    jarang diteliti sedangkan pada beberapa penelitian terlebih dahulu menggunakan karyawan

    di perusahaan umum. Salah satu sumber daya manusia yang terpenting di sebuah rumah

    sakit adalah perawat. Menurut Undang-Undang RI. No 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

    perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

    keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan

    perawatan. Mereka memiliki peran yang besar dalam memberikan pelayanan kesehatan

    selain karena harus memberikan pelayanan kesehatan secara konsisten dan terus menerus

    selama 24 jam kepada pasien (Departemen Kesehatan RI, 2002), juga karena mereka

    memiliki jumlah profesi yang paling dominan di rumah sakit yaitu sekitar 55%-65% (Agus,

    2009). Oleh karena itu perawat dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    kepada pengguna jasa.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel keinginan berpindah kerja

    (intensi turnover) untuk memperjelas pergantian (turnover) karena keinginan berpindah

  • 8

    karyawan dari satu organisasi dimana karyawan bekerja pada akhirnya akan mempengaruhi

    perilaku perpindahan karyawan. Menurut Mobley (1986) intensi turnover adalah

    berhentinya seseorang dari keanggotaan suatu organisasi tertentu, yang dari 3 aspek yaitu

    berpikir untuk mengundurkan diri, intensi untuk mencari pekerjaan lain, intensi untuk

    keluar atau mengundurkan diri. Mobley, Horner, & Hollingsworth (dalam Grant et all,

    2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah

    perusahaan. Intensi turnover juga dapat diartikan sebagai pergerakan tenaga kerja keluar

    dari organisasi, turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi,

    pemberhentian atau kematian anggota organisasi.

    Untuk memperkuat mengenai kepuasan kerja terhadap turnover intention Wibowo

    (2007) mengemukakan bahwa “dengan demikian kekuatan hubungan tertentu, manajer

    disarankan untuk mengurangi turnover intention dengan meningkatkan kepuasan kerja”.

    Secara umum karyawan yang merasa tidak puas dan memiliki intensi turnover akan

    meninggalkan pekerjaannya (Mobley, 1996).

    Dari uraian diatas tampak jelas bahwa kepuasan kerja erat kaitannya dengan

    turnover karyawan, karena salah satu faktor yang mempengaruhi intensi turnover karyawan

    yaitu kepuasan kerja karyawan. Berlatar belakang hasil penelitian - penelitian yang sudah

    dilakukan sebelumnya yang masih terdapat kontroversi dan uraian - uraian yang ada di atas

    maka penulis ingin meneliti hubungan antara kepuasan kerja dan intensi turnover di Rumah

    Sakit Umum Puri Asih Salatiga.

  • 9

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dari

    penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan

    intensi turnover pada perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga?”.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi secara empiris

    mengenai adanya hubungan negatif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi

    turnover pada perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Intensi Turnover

    Berbagai definisi intensi turnover telah diungkapkan oleh para ahli. Intensi turnover

    menurut Mobley (1986) adalah berhentinya seseorang dari keanggotaan suatu organisasi

    tertentu. Sejalan dengan pernyataan tersebut Harnoto (2002) menyatakan bahwa intensi

    turnover adalah keinginan seseorang untuk keluar dari suatu perusahaan. Tingkat Intensi

    turnover adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur stabilitas yang terjadi di

    organisasi tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja dari organisasi.

    Mobley (1986) juga menyatakan bahwa intensi turnover terdiri dari 3 aspek, yaitu:

    1. Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quitting). Karyawan

    memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya pada perusahaan dan

    menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan dilakukan karyawan seperti

  • 10

    membanding-bandingkan apa yang diperoleh di perusahaan ini dengan apa yang

    diperoleh oleh teman di perusahaan yang lain.

    2. Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain (intention to search). Karyawan

    melakukan usaha-usaha seperti melihat lowongan pekerjaan melalui berbagai media

    informasi yang tersedia ataupun menanyakan informasi lowongan pekerjaan di luar

    perusahaan tempatnya bekerja.

    3. Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit). Karyawan mulai

    menunjukan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukan keinginannya untuk keluar

    dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untuk mengundurkan diri dan mulai dapat

    memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari perusahaan.

    Alasan digunakannya intensi turnover menurut Mobley (1986) adalah karena dirasa

    paling sesuai atau tepat dengan kondisi obyek penelitian yaitu perawat.

    Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya intensi turnover

    Kraemer (2000) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan

    (intensi) seseorang karyawan untuk berpindah, faktor-faktor tersebut adalah:

    1) Komitmen organisasi: seorang karyawan yang punya komitmen terhadap organisasi

    akan mempengaruhinya secara kuat untuk tetap bertahan di perusahaannya.

    2) Peluang atau kesempatan pengembangan karier: dalam hal ini bagaimana seseorang

    melihat masa depannya di perusahaan. Karyawan akan bertahan bila peluang

    pendidikan dan karir diberikan oleh perusahaan.

    3) Kepuasan kerja: seorang karyawan yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi tidak

    akan meninggalkan perusahaan, namun juga berlaku sebaliknya.

  • 11

    4) Stres kerja: jika karyawan mengalami stress tinggi, maka cenderung akan meninggalkan

    perusahaan. Begitu juga sebaliknya.

    5) Keadilan: perlakuan secara adil bagi seluruh karyawan akan meneguhkan karyawan

    semakin loyal terhadap perusahaan dan akan tetap bertahan.

    Kepuasan Kerja

    Howell dan Robert (dalam Wijono, 2010) mengemukakan kepuasan kerja sebagai

    hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya karyawan terhadap berbagai

    aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja mencerminkan sikap karyawan

    terhadap pekerjaannya. Jika karyawan bersikap positif terhadap pekerjaan yang

    dikerjakannya maka karyawan akan merasa puas. Sebaliknya, jika karyawan bersikap

    negatif (tidak suka) maka ia akan merasa tidak puas terhadap apa yang dikerjakannya.

    Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang,

    yang mununjukan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah

    yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

    Teori dua faktor (two factor theory) dikemukakan oleh Herzberg (1959) yang

    membagi konsep kepuasan kerja menjadi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Herzberg

    menyatakan bahwa hubungan seorang individu dengan kerjanya merupakan hubungan

    dasar yang dapat menentukan sukses tidaknya individu yang bersangkutan. Dikatakan pula

    bahwa dalam bekerja ada faktor – faktor yang dapat menimbulkan kepuasan atau

    sebaliknya yang disebutnya sebagai faktor motivasi dan ada faktor – faktor yang tidak

    menyebabkan terjadinya kepuasan tetapi hanya berfungsi sebagai faktor pemelihara

    kepuasan yang disebut faktor hygiene. Kebutuhan – kebutuhan tersebut dibagi dua yaitu

    (Wijono, 2010) : pertama motivator (pekerjaan itu sendiri, prestasi, kemungkinan

  • 12

    pertumbuhan, tanggung jawab, kemajuan, pengakuan, status), kedua hygiene (Hubugan

    dengan penyelia, hubugan antar kolega, hubugan dengan bawahan, kualitas penyelia,

    kebijakan perusahaan dan administrasi, keamanan kerja, kondisi – kondisi kerja, gaji)

    Deshpande (1996), yang mengembangkan alat ukur kepuasan kerja yang disebut job

    satisfaction questionnaire (JSQ), berikut ini kelima aspek tersebut :

    a. Gaji merupakan sistem ganjaran moneter yang diterima individu sebagai imbal jasa atas

    keterlibatannya dalam rangka pencapaian tujuan dan kinerja organisasi. Gaji yang

    diterima dari bekerja memberikan jawaban atas kebutuhan individu dan keluarga. Inilah

    yang menjadi alasan mengapa karyawan memiliki kinerja yang tinggi terhadap

    pekerjaannya apabila masalah gaji (yang sesuai) ini dapat dipenuhi oleh perusahaan

    b. Promosi memberikan individu status sosial yang lebih tinggi, pertumbuhan pribadi, dan

    tanggung jawab yang lebih banyak. Oleh karena itu individu yang yang

    mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil, kemungkinan

    besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka

    c. Hubungan dengan teman sekerja. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam

    menciptakan kepuasan kerja karena bagaimanapun juga manusia merupakan makhluk

    sosial yang pasti membutuhkan interaksi dengan individu lain. Tidak mungkin seorang

    individu akan selalu mengandalkan dirinya sendiri, karena setiap individu mempunyai

    batas kemampuannya masing-masing. Dengan terciptanya hubungan yang baik di

    antara rekan sekerja maka rasa aman dan nyaman dalam bekerja akan tercipta di

    dalamnya sehingga kepuasan kerja dapat terwujud.

  • 13

    d. Supervisi pemimpin yang dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat akan dapat

    memuaskan bawahannya. Hal itu akan tercermin pada sikap bawahannya yang

    cenderung patuh kepada atasannya dan akan mempunyai semangat kerja yang tinggi.

    e. Pekerjaan itu sendiri. Bila seorang karyawan dalam sebuah organisasi memiliki

    otonomi yang tinggi, kebebasan menentukan tugas – tugas dan jadwal kerja mereka

    sendiri, perubahan dalam variabel ini memberi pengaruh yang secara besar pula

    terhadap kepuasan kerja.

    Alasan dipilihnya aspek kepuasan kerja dari Deshpande adalah karena aspek –

    aspek tersebut paling sesuai dengan kondisi yang ada di dalam Rumah Sakit Umum Puri

    Asih Salatiga dan perawat juga dipengaruhi dengan menggunakan lima aspek kepuasan

    kerja yakni kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasan terhadap rekan

    kerja, kepuasan terhadap atasan, dan kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, maka

    kelimanya mewakili perasaan kepuasan kerja perawat yang merupakan obyek dari

    penelitian ini.

    Hipotesis

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :

    H0 : Tidak ada hubungan negatif signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover

    perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga.

    H1`: Ada hubungan negatif signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover

    perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga.

  • 14

    METODE

    Variabel Penelitian

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja sedangkan Variabel

    terikat dalam penelitian ini adalah adalah intensi turnover.

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Untuk melihat hubungan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover di Rumah

    Sakit Umum Puri Asih Salatiga, peneliti mengambil subjek penelitian yaitu perawat di

    Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga. Populasi penelitian berjumlah 50 perawat sehingga

    peneliti menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik sampling yang

    menggunakan seluruh anggota pupulasi sebagai sampel subjek penelitian. Biasanya

    dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.

    Instrumen Penelitian

    Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala intensi turnover dan kepuasan

    kerja. Skala intensi turnover peneliti susun berdasarkan 3 aspek menurut Mobley (1986),

    yaitu berpikir untuk mengundurkan diri, intensi untuk mencari pekerjaan lain, intensi untuk

    keluar atau mengundurkan diri. Berdasarkan data yang diperoleh, uji diskriminasi aitem

    dan reliabilitas dilakukan lagi oleh peneliti dengan try-out terpakai dan ditemukan 6 aitem

    gugur menyisakan 11 aitem yang reliable dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,848.

    Koefisien reliabilitas ini berada pada kisaran 0,8 sampai 0,9 sehingga dapat dikatakan

    bahwa alat ukur yang digunakan baik (Azwar, 2001).

    Sedangkan skala kepuasan kerja menggunakan Deshpande (1996) dengan 5 aspek

    kepuasan kerja yakni kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasan

    terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap atasan, dan kepuasan terhadap pekerjaan itu

  • 15

    sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh, uji diskriminasi aitem dan reliabilitas dilakukan

    lagi oleh peneliti dengan try-out terpakai dan ditemukan 10 aitem gugur menyisakan 15

    aitem yang reliable dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,829. Koefisien reliabilitas

    ini berada pada kisaran 0,8 sampai 0,9 sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang

    digunakan baik (Azwar, 2001).

    Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

    psikologi, yaitu seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang disusun untuk menungkap

    atribut tertentu melalui respon terhadap pernyataan atau pertanyaan tersebut (Azwar, 2012)

    yang akan disebarkan kepada partisipan terdiri atas 2 skala psikologi yaitu skala intensi

    turnover dan skala kepuasan kerja. Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan dalam

    pernyataan favorable dan unfavorable dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala

    Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan

    Sangat Tidak Sesuai (STS). Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah

    dibagikan kepada subjek.

    HASIL

    Uji Asumsi

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one sample-Kolmogrov

    Smirnov. Uji normalitas hanya dilakukan pada angket kepuasan kerja dan angket intensi

    turnover. Hasil uji normalitas terhadap angket kepuasan kerja, didapat nilai Kolmogrov

  • 16

    Smirnov 0,729 (p > 0,05) sedangkan nilai Kolmogrov Smirnov angket intensi turnover

    sebesar 1,006 (p > 0,05). Syarat data normal adalah p > 0,05. Hal ini berarti data

    responden berdistribusi normal.

    2. Uji Linearitas

    Uji linearitas dilakukan untuk melihat data linear atau tidak. Uji linearitas

    dilakukan dengan melihat nilai F. Nilai F = 2,378 (p > 0,05), hal ini berarti uji linearitas

    terpenuhi.

    Analisis Deskriptif

    1. Kepuasan Kerja

    Berdasarkan angket Kepuasan Kerja terdapat 15 item valid. Berdasarkan hasil

    analisa dari angket kepuasan kerja di dapat skor tertinggi adalah 60 dan skor terendah

    adalah 15.

    Tabel 4.1

    Kepuasan Kerja

    Skor Kriteria F % Min Max Mean

    51 ≤ x ≤ 60 Sangat tinggi 2 4 % 53

    42 ≤ x < 51 Tinggi 17 34 %

    33 ≤ x < 42 Sedang 31 62 % 33 41,54

    24 ≤ x < 33 Rendah 0 0 %

    15 ≤ x < 24 Sangat rendah 0 0 %

    Jumlah 50 100 SD = 5,33073

    Dari tabel di atas, menunjukan bahwa rata – rata kepuasan kerja pada perawat di

    Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga berada pada kategori sedang.

  • 17

    2. Intensi Turnover

    Berdasarkan angket intensi turnover terdapat 11 item valid. Berdasarkan hasil

    analisa dari angket intensi turnover di dapat skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah

    adalah 11.

    Tabel 4.2

    Intensi Turnover

    Skor Kriteria F % Min Max Mean

    37,4 ≤ x ≤ 44 Sangat tinggi 1 2 % 40

    30,8 ≤ x < 37,4 Tinggi 27 54 %

    24,2 ≤ x < 30,8 Sedang 16 32 % 30,1

    17,6 ≤ x < 24,2 Rendah 6 12 % 22

    11 ≤ x < 17,6 Sangat rendah 0 0 %

    Jumlah 50 100 SD = 4,33425

    Dari tabel di atas, menunjukan bahwa rata – rata intensi turnover.pada perawat di

    Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga berada pada kategori sedang.

    Uji Korelasi

    Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada

    tabel berikut:

    Tabel Hasil Uji Korelasi antara Kepuasan Kerja Dengan Intensi

    Turnover Correlations

    Kepuasan Kerja Turnover Intention

    Kepuasan Kerja

    Pearson Correlation 1 -,245*

    Sig. (1-tailed) ,043

    N 50 50

    Turnover Intention

    Pearson Correlation -,245* 1

    Sig. (1-tailed) ,043 N 50 50

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

  • 18

    Dari hasi uji normalitas dan uji linearitas data, didapat hasil data berdistribusi

    normal dan linear. Jadi, perhitungan korelasi yang dilakukan adalah menggunakan korelasi

    person product momment. Berdasarkan pada perhitungan Uji korelasi person product

    momment dari output SPSS terlihat bahwa nilai r = -0,245 (p < 0,05). Melihat hasil

    perhitungan tersebut H1 diterima dan H0 ditolak. Ini berarti disimpulkan bahwa ada

    hubungan yang negatif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover pada

    perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil yang diperoleh koefisien korelasi antara karakteristik kepuasan

    kerja dan intensi turnover pada perawat adalah -0,245 (p < 0,05) yang artinya ada

    hubungan yang negatif dan signifikan antara kepuasan dan intensi turnover. Hal ini juga

    berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima bahwa semakin tinggi kepuasan kerja

    semakin rendah intensi turnover. Sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja semakin

    tinggi intensi turnover. Jika melihat harga koefisien determinan r2

    (-0,245) = (0.060) atau

    sebesar 6% menunjukan adanya sumbangan efektif kepuasan kerja terhadap intensi

    turnover.

    Ada beberapa alasan mengapa kepuasan kerja dan intensi turnover berhubungan

    negatif dan siginifikan. Alasan pertama, sebagian besar perawat menganggap kepuasan

    kerja adalah perasaan yang dapat membuat mereka bekerja lebih nyaman dan menikmati

    sehingga turnover menjadi turun. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Mudor &

    Tooksoon (2011) menyatakan bahwa secara langsung ada hubungan negatif antara

    kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan. Dengan kata lain, kepuasan kerja

  • 19

    dapat mengurangi perilaku pengunduran diri karyawan begitu juga sebaliknya. Penelitian

    yang lain mengenai hubungan kepuasan kerja terhadap intensi turnover dilakukan juga oleh

    Witasari (2009) menghasilkan kesimpulan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang

    negatif dengan turnover.

    Alasan kedua, pada umumnya perawat menganggap menyukai pekerjaannya

    sekarang karena perawat dalam bekerja memiliki rasa aman dan nyaman sehingga mereka

    enggan untuk keluar. Pernyataan tersebut didukung oleh Muchinsky (2002) yang

    berpendapat bahwa ada hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dan pergantian

    karyawan (turnover) dimana semakin karyawan menyukai pekerjaannya maka semakin

    kecil keinginannya untuk keluar dari organisasi tempatnya bekerja. Hal ini disebabkan

    kepuasan kerja yang dirasakan oleh perawat karena pekerjaan akan menimbulkan perasaan

    senang dan terbebas dari perasaan tertekan sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman

    untuk tetap bekerja, sehingga tidak akan menimbulkan keinginan untuk mencari alternatif

    pekerjaan lain. Sebaliknya, jika perawat tidak puas dengan pekerjaan merupakan sumber

    munculnya niat untuk meninggalkan organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

    dikemukakan oleh Mobley (dalam Novliadi, 2007) bahwa perasaan tidak puas pada perawat

    menimbulkan pikiran untuk keluar yang dilanjutkan dengan upaya mencari pekerjaan lain.

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja tidak

    memberikan kontribusi terhadap intensi turnover perawat, sehingga nampak jelas bahwa

    kepuasan kerja mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan intensi turnover

    perawat.

  • 20

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada bab sebelumnya, maka peneliti

    menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang negatif signifikan antara kepuasan kerja

    dengan intensi turnover perawat di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga. Dengan

    demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi ada hubungan negatif signifikan antara

    kepuasan kerja dan intensi turnover karyawan di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga

    diterima.

    Saran

    Melalui penelitian ini, peniliti mengemukakan beberapa saran baik kepada baik

    kepada pihak pengelola di Rumah Sakit Umum Puri Asih Salatiga maupun kepada pihak

    karyawan :

    1. Kepada Pihak Pengelola

    Cara Meningkatkan Kepuasan kerja secara konkrit adalah :

    1. Pihak Pengelola memberikan ketrampilan kepada setiap karyawan agar dapat

    mempunyai kesempatan untuk ikut berpartisipasi aktif secara lebih baik sehingga

    karyawan menjadi lebih puas dalam bekerja dan akhirnya mengurangi turnover

    karyawan.

    2. Setiap Karyawan mendapatkan supervisi yang lebih baik dari atasan dalam

    melakukan tugasnya sehingga mereka dapat lebih diperhatikan untuk menetralisir

    turnover.

  • 21

    2. Perawat

    1. Setiap perawat bersama untuk menciptakan hubungan interaksi sosial yang lebih

    kondusif agar dapat membuat mereka merasa nyaman dan mengurangi adanya

    turnover.

    2. Setiap perawat diharapkan dapat lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam

    melakukan tugas dan pekerjaan mereka sehingga membuat pekerjaan mereka lebih

    produktif dan mengurangi turnover.

    3. Peneliti Berikutnya

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lain di luar kepuasan

    kerja yang memengaruhi intensi turnover sebesar 6%. Diharapkan Peneliti selanjutnya juga

    bisa meneliti hal-hal lain yang berpengaruh terhadap terjadinya turnover intention, seperti

    halnya komitmen organisasi, pengembangan karir, sress kerja, keadilan.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Ambawaru, G, T. (2011). Pengantar Studi Manajemen Pelayanan Rumah Sakit. Artikel.

    Andini, R. (2006). Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, Komitmen

    Organisasional pada Turnover Intention (Studi Kasus pada Rumah Sakit Roemani

    Muhammadiyah Semarang). Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

    Pandanaran, 1-10.

    Andini, Rita. (2001). Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, Komitmen

    Organisasional Terhadap Turnover Intention ,Universitas Pandanaran Semarang.

    Arianto, Agus. (2009). Analisis Faktor - Faktor yang mempengaruhi Turnover Intentions

    pada Staf Kantor Akuntan Publik. Universitas Kristen Petra.

    Azwar, S. (2001). Penyusunan skala psikologi edisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Ben-Bakr, K. A., Al-Shammari, Id. S., Jefri, O. A., & Prasad, J. N. (1994). Organizational

    Commitment, Satisfaction, and Turnover in Saudi Organizations: A Predictive

    Study. The Journal of Socio-Economics. 23 (04), 449-456.

    Damanhuri, D. S. (2005). SDM Indonesia Dalam Persaingan Global. Artikel.

    Deshpande, S.P. (1996). The Impact of ethical climate types on Facets of job satisfaction:

    an empirical investigation. Journal of Business Ethics, 15, 665-660.

    Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001, “The Role

    of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work

    Outcomes of Salespeople,” Journal of the Academy of Marketing Science, 29 (2),

    165-178

    Griffin, L. M., Hogan, L. N., and Lambert. G. E. (2013). Career Stage Theory and Turnover

    Intent Among Correctional Officer. International Association for Correctional and

    Forensic Psychology. Journal of Criminal Justice and Behavior, 20, 1-16.

    Handoko, H. (1995). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gunung

    Agung.

  • 23

    Harnoto. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi-2). Jakarta : PT. Prehallindo.

    Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Hayes, T. L. (2002). Business‐Unitlevel Relationship Between Employee Satisfaction, Employee Engagement, And Business Outcomes:

    A Meta‐Analysis. Journal of Applied Psychology, 87, 268-79

    Herzberg, 1959. The Motivation to Work. New York: John Willey and Sons.

    Kraemer, F. W. (2000). Employee Turnover: The Role of Cultural Mismatching.

    Lee, W. T. (1988). How Job Dissatisfaction Leads to Employee Turnover. Journal of

    Business and Psychology. 02 (03), 263-271.

    Martin, A. and Gert R. (2008). Perceptions of Organisational Commitment, Job

    Satisfaction. Journal of Industrial Psychology, 34(1), 23-31.

    Mobley, W. H. 1986. Pergantian Karyawan: Sebab, Akibat dan Pengendaliannya

    Terjemahan. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

    Mobley, W. H.. (1996). Pergantian Karyawan: Sebab Akibat dan Pengendaliannya,

    Terjemahan, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo

    Muchinsky, N. N. (2002). Psychology Applied to work an introduction to industrial and

    organizational psychology. Chicago : The Dorsey Press.

    Mudor, H. & Tooksoon, P. (2011). Conceptual Framework on The Relationship Between

    Human Resource Management Practices, Job Satisfaction, and Turnover. Journal

    of Economics and Behavioral Studies. 02(02), 41-49.

    Nestorm, J. W. & Davis, K. (1985). Human Behaviour at Work : Organizational

    Behaviour. New York : McGraw-Hill Inc.

    Novliadi, F. (2007). Intensi Turnover Karyawan Ditinjau Dari Budaya Perusahaan dan

    Kepuasan Kerja. Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara Medan.

    Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia,

    Jakarta.

    Salleh, R., Mishaliny S. N., & Haryanni H. (2012). Job Satisfaction, Organizational

    Commitment and Turnover Intention: A Case Study on Employees of a Retail

  • 24

    Company in Malaysia. World Academy of Science, Engineering and Technology,

    316-322.

    Sedyaningsih, E. R. (2011). Menkes Kunjungi RSUD Malang. Artikel.

    Suhanto, E, (2009), Pengaruh Stress Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Turnover

    Intention Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Studi di BII,

    Universitas Diponegoro.

    Toly, A. A. (2001). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention pada

    staf Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan keuangan, 8.

    Werther, W. B. & Davis, K. (1993). Human Resources and Personnel Management. New

    York : McGraw-Hill.

    Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    Wijono, S. (2010). Psikologi Industri & Organisasi : Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi

    Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

    Witasari, L. 2009. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional

    Terhadap Turnover Intention Studi Empiris pada Novotel Semarang. Tesis

    Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.

    Wyatt, R., Haines (2007), Align IT : Business Impact Through IT, John Wiley & Sons Ltd,

    England.