hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan … · 2016. 3. 4. · 1 . hubungan...
TRANSCRIPT
-
i
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN
SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X
(SEPULUH) SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU
SUMATERA SELATAN
Oleh
Omega Nastiti Wisma Ningrum
802008034
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar
Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
-
i
-
i ii
-
ii iii
-
1
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN
SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X
(SEPULUH) SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU SUMATERA
SELATAN
Omega Nastiti Wisma Ningrum
Sri Aryanti Kristianingsih, Enjang Wahyuningrum
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2013
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa, hubungan
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa, dan untuk
mengetahui secara bersama-sama hubungan kepercayaan diri dan
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh)
SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa, ada
hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian sosial
dengan prestasi belajar siswa, secara bersama-sama ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan penyesuaian
sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA
Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Sampel (N=175) diambil
dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel yang menggunakan semua anggota populasi. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan skala kepercayaan diri, skala
penyesuaian sosial dan nilai rapor siswa untuk melihat prestasi
belajar. Analisis data untuk hubungan kepercayaan diri dengan
prestasi belajar dan penyesuaian sosial dengan prestasi belajar
menggunakan teknik analisis korelasi Product moment dari Pearson
dan hubungan ketiga variabel menggunakan teknik korelasi ganda.
Hasil menunjukkan bahwa korelasi antara kepercayaan diri dengan
prestasi belajar siswa adalah 0,158, p = 0,037 pada taraf signifikansi
5% dengan N sebesar 175, hipotesis diterima. Korelasi antara
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa adalah 0,016, p =
0,834 pada taraf signifikansi 5% dengan N sebesar 175, hipotesis
ditolak. Hasil korelasi ganda nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi
0,03 (0,03 < 0,05) yang berarti hipotesis diterima.
Kata kunci : Prestasi belajar, Kepercayaan diri, Penyesuaian sosia
-
2
PENDAHULUAN
Prestasi belajar sangat penting untuk dapat mengetahui
keberhasilan seorang siswa dalam menempuh pendidikan. Oleh
karena itu individu harus menyadari potensi yang ada dalam
dirinya dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
tersebut ke arah yang positif. Azwar (1996) menjelaskan
pengertian prestasi belajar dari kata belajar dan prestasi. Belajar
memiliki pengertian setiap perubahan perilaku yang diakibatkan
pengalaman atau hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Oleh karena manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap
berbagai bentuk perubahan yang terjadi pada dirinya dan pada
lingkungan sekitarnya maka proses belajar selalu terjadi.
Sedangkan arti dari prestasi dapat dioperasionalkan dalam bentuk
indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka
kelulusan dan prediksi keberhasilan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiramihardja (2003)
mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari
proses yang kompleks yang melibatkan sejumlah variabel dan
faktor yang terdapat dalam diri individu sebagai pembelajar.
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar tersebut antara
lain faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu
segala hal yang terdapat dalam diri individu, seperti misalnya
kemampuan, kemauan, motivasi untuk melakukan proses belajar,
baik motivasi dari diri sendiri maupun motivasi dari orang lain.
Selain itu ada minat, bakat, kecerdasan dan kepercayaan diri serta
kemampuan dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan
sosial, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu segala hal yang terdapat
-
3
di luar diri individu, seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Faktor intrinsik merupakan penentu utama keberhasilan
dalam proses belajar (Wiramihardja, 2003).Untuk meraih
keberhasilan tersebut tentunya individu harus meningkatkan
prestasi belajarnya. Dalam meningkatkan prestasi belajar yang
baik dibutuhkan faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu
itu sendiri salah satunya adalah kepercayaan diri. Tingkat
kepercayaan diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan
dan melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun
hubungan, dan membantu individu memertahankan kesuksesan
dalam pembelajaran ataupun pekerjaan, sehingga secara tidak
langsung hal ini akan memengaruhi prestasi akademik atau
prestasi belajar siswa (http:// 09Saranghaeokorea1211. blogspot.
com/ 2012/ 05/ pengaruh-kepercayaan diri. html).
Namun tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang
cukup. Perasaan minder, malu, sungkan, dan lain sebagainya bisa
menjadi kendala seorang siswa dalam proses belajarnya di
sekolah maupun di lingkungannya. Hal itu disebabkan karena
setiap siswa memiliki lingkungan dan latar belakang yang
berbeda-beda, sehingga hal itu memengaruhi kepribadian dan
pembentukan rasa percaya dirinya serta penyesuaian dengan
lingkungan sosialnya (Mustofa, 2008). Kepercayaan diri adalah
sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Rini,
2002).
-
4
Menurut Lauster (2003)kepercayaan diri pada seseorang
dapat dilihat pada aspek kemandirian, optimis, tidak
mementingkan diri sendiri, dan toleran, yakin akan kemampuan
diri sendiri, memiliki ambisi yang wajar, dan tahan menghadapi
cobaan.Selain kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa untuk
berhasil dalam prestasi belajar, faktor intrinsik lain yang
berkontribusi terhadap prestasi belajar adalah penyesuaian sosial.
Menurut Hurlock (1991) penyesuaian sosial diartikan
sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada
khususnya. Namun memasuki kelompok atau lingkungan yang
baru bagi seorang siswa merupakan masalah yang serius. Pada
saat memasuki kelompok yang baru, individu akan menghadapi
teman-teman yang mungkin asing bagi mereka serta aturan
kelompok yang mungkin sama sekali berbeda dengan kelompok
yang dikenal sebelumnya. Pada kondisi seperti ini menurut
Maslihah (2011) dapat dilihat bagaimana usaha individu
memelajari aturan-aturan baru yang ada dan kemampuan untuk
melibatkan diri dengan kelompok, sehingga individu dapat
memasuki kelompok tersebut dan diterima dengan baik.
Schneiders (1964) menyebutkan penyesuaian sosial sebagai
kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan
bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan
sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial
terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.
Schneiders (1964) juga berpendapat bahwa seorang siswa
(pelajar) yang mengalami kegagalan dalam mencapai kepuasan
-
5
dalam penyesuaian sosial akan mengalami kesulitan di
lingkungan sekolah. Ketidakmampuan penyesuaian diri dalam
lingkungan sosial ini menyebabkan banyak gejolak emosi, juga
konflik frustrasi. Sebaliknya jika siswa memiliki kemampuan
dalam penyesuaian sosial tersebut dapat memengaruhi
konsentrasi, upaya intelektual, kebiasaaan dan penyesuaian sosial
siswa sehingga akan semakin membuka kesempatan siswa
tersebut untuk berprestasi.
Keberhasilan seorang siswa dapat dilihat melalui prestasi
belajarnya dan kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa
dilakukan antara lain melalui ulangan, tugas harian, ujian tengah
semester, ujian akhir semester dan praktikum (Masidjo, 1995).
Hasil dari pengukuran tersebut dapat berupa angka dan dilihat
melalui nilai rapor yang akan diterima siswa pada akhir tiap
semester (Tu’u, 2004).
Fenomena yang terjadi di SMA Xaverius Lubuklinggau
khususnya siswa kelas X (sepuluh), hasil wawancara pada
tanggal 11 Maret 2013 penulis dengan Kepala SMA Xaverius
Lubuklinggau didapatkan bahwa banyak siswa yang memiliki
kepercayaan diri sangat baik dan tentunya dalam hal berinteraksi
dengan lingkungan di sekitarnyapun juga baik. Siswa-siswa ini
aktif dalam kegiatan di sekolah, baik itu kegiatan akademik
maupun non akademik. Sudah banyak siswa yang menghasilkan
prestasi gemilang. Namun tidak semua siswa aktif berbicara di
dalam kelas. Ada juga siswa yang cenderung menutup diri dan
enggan untuk mengungkapkan diri, terutama dalam proses belajar
-
6
mengajar di kelas namun, siswa ini memiliki prestasi belajar yang
baik.
Penelitian mengenai kepercayaan diri dan penyesuaian sosial
sebelumnya juga pernah diteliti oleh beberapa orang, diantaranya
adalah penelitian mengenai hubungan kepercayaan diri dengan
prestasi belajar yang dilakukan oleh Kloosterman (1988) pada
pelajar School in South Central Indiana menyatakan bahwa
ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk
berhasil dalam belajar matematika. Dengan adanya rasa percaya
diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk
belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya
diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.
Martin (1974) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri
pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di
Oklahoma. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar
yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat
untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang
memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristanti (2010)
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kloosterman
dan Martin. Perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh
Kloosterman dan Martin yaitu ada hubungan yang signifikan
antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Kristanti pada siswa kelas VIII
SMP Mardi Yuana Depok tidak ada hubungan yang signifikan
antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar bahasa inggris.
-
7
Individu yang memiliki kepercayaan diri ternyata belum tentu
memiliki prestasi yang baik dalam studinya.
Selanjutnya penelitian mengenai hubungan penyesuaian
sosial dengan prestasi belajar yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Chen, dkk (1992) pada siswa Sekolah Dasar di Shanghai
Cina menunjukkan hubungan yang signifikan antara penyesuaian
sosial dengan prestasi belajar. Oleh karena itu dapat diartikan
bahwa apabila penyesuaian sosial siswa rendah maka prestasi
belajarnya juga rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati
(2009) menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chen, bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar yang dilakukannya
pada siswa kelas X MAN 1 Salatiga.
Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen
dan Fatmawati, penelitian yang dilakukan oleh Maslihah (2011)
pada 92 siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Islam
Terpadu (SMPIT) Assyfa Boarding School Kabupaten Subang
Jawa Barat menyatakan bahwa penyesuaian sosial siswa tidak
menunjukkan hubungan dengan prestasi akademik. Begitu juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dan Royanto
(2006) pada siswakelas III SMA Tarsius I Jakarta Pusat bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara penyesuaian sosial
dengan prestasi belajar karena ada faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap penyesuaian sosial siswa seperti self
efficacy dan dukungan orang tua.
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai hubungan
kepercayaan diri dengan prestasi belajar dengan hasil penelitian
-
8
yang bertolak belakang dan permasalahan siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya apakah ada hubungan
dengan prestasi belajarnya serta adanya fenomena yang terjadi di
SMA Xaverius Lubuklinggau khususnya kelas X (sepuluh), maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas X
(sepuluh) di SMA Xaverius Lubuklinggau untuk mengetahui
apakah ada hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial
dengan prestasi belajar siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Azwar (1996) menjelaskan pengertian prestasi belajar dari
kata belajar dan prestasi. Belajar memiliki pengertian setiap
perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Oleh karena manusia
bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan
yang terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya maka
proses belajar selalu terjadi. Sedangkan arti dari prestasi dapat
dioperasionalkan dalam bentuk indikator berupa nilai rapor,
indeks prestasi studi, angka kelulusan dan prediksi keberhasilan.
Suryabrata (2004) menyatakan prestasi belajar adalah suatu
hasil yang diperoleh dalam usaha belajar yang dilakukannya dan
ini memberikan arti bahwa prestasi belajar yang dilakukan
merupakan produk dengan suatu proses.
Jadi prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai oleh
siswa pada sejumlah mata pelajaran di sekolah dan kemudian
dinampakkan dalam bentuk angka atau skor dan dimuat dalam
-
9
raport yang diberikan pada siswa pada akhir semester atau waktu
kenaikan kelas (Koster, 2001).Dalam penelitian ini, yang
dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil studi selama
satu semester yang dilihat dari raport dan menggunakan nilai
kognitif siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau
Sumatera Selatan.
Aspek-aspek Prestasi belajar oleh Bloom (dalam Winkel,
2004) dibagi ke dalam 3 aspek, antara lain: 1. Aspek Kognitif, 2.
Aspek Afektif, dan 3. Aspek Psikomotorik. Selanjutnya, faktor-
faktor yang memengaruhi prestasi belajar menurut Winkel (1986)
adalah taraf inteligensi, motivasi belajar, perasaan, sikap, minat,
keadaan sosial ekonomi dan keadaan sosio kultural, keadaan fisik
dan psikis.
Kepercayaan Diri
Rini (2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah
sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu ciri kepribadian yang
mengandung arti keyakinan akan kemampuan diri sendiri,
sehingga individu tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
(Lauster, 2003).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian
kepercayaan diri menurut Lauster (2003) yaitu kepercayaan diri
merupakan salah satu ciri kepribadian yang mengandung arti
keyakinan akan kemampuan diri sendiri, sehingga individu tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain.
-
10
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (2003) adalah
sebagai berikut:
a. Yakin akan kemampuan diri sendiri
Yakin akan kemampuan diri sendiri diartikan sebagai merasa
tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain dan tidak
mudah untuk terpengaruh orang lain.
b. Optimis
Optimis yaitu memiliki pandangan dan harapan positif tentang
dirinya. Sikap optimis dapat memacu kekuatan seseorang
untuk beraktivitas dalam tingkatan yang lebih baik, sehingga
sikapnya menjadi positif dan terbuka. Individu yang optimis
mempunyai kemauan untuk bekerja dan belajar agar tercapai
tujuan yang diharapkan.
c. Mandiri
Mandiri yaitu tidak tergantung pada orang laindalam
melakukan tugas. Sikap mandiri mendorong seseorang untuk
tidak menggantungkan harapan kepada orang lain.
d. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran
Tidak mementingkan diri sendiri adalah sikap murni seseorang
tanpa tujuan untuk mendapatkan balasan sama sekali,
sedangkan individu yang mempunyai toleransi akan mengenali
kemampuan dan keterbatasan orang lain serta perbedaan
potensi pribadi antar individu.
e. Memiliki ambisi yang wajar
Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang
diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain untuk memertinggi
rasa harga diri dan memerkuat kesadaran atas diri sendiri.
-
11
f. Tahan menghadapi cobaan
Orang dalam kehidupannya selalu menghadapi banyak
persoalan atau cobaan yang tidak dapat dihindari. Tidak sabar,
menilai rendah kemampuan diri sendiri merupakan beberapa
sikap yang tidak tepat digunakan ketika seseorang
dihadapakan pada berbagai tekanan sehingga dapat
menurunkan kepercayaan diri.
Penyesuaian Sosial
Scheneiders (1964) meyebutkan penyesuaian sosial sebagai
kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan
bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan
sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial
terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.
Menurut Kartono (1996) penyesuaian sosial adalah kemampuan
individu untuk memberikan reaksi secara efektif dan harmonis
terhadap kenyataan realitas sosial dan situasi sosial untuk dapat
mengadakan reaksi sosial yang ketat, untuk dapat menghargai
pribadi orang lain dan menghargai hak-hak sendiri dan
masyarakat.
Hurlock (1993) menyatakan bahwa penyesuaian sosial
adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
orang lain pada umumnya dan kelompok pada khususnya.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian
penyesuaian sosial menurut Schneiders (1964) yaitu kemampuan
individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap
realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan atau
-
12
kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang
dapat diterima dan memuaskan.
Aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Schneiders (dalam
Pramadi dan Ratnaningtyas, 1996) menjabarkan aspek-aspek
penyesuaian yang sehat antara lain:
a. Memiliki relasi yang sehat dan akrab dengan orang lain
Individu mampu berteman baik dengan orang lain,
mempunyai rasa hormat, menghargai opini dan kepribadian
orang lain sehingga memudahkan orang tersebut untuk
menempatkan dirinya dalam berbagai situasi sosial.
b. Kesadaran untuk memiliki tanggung jawab
Individu mampu mengerjakan sesuatu sesuai dengan segala
resiko yang akan diterimanya.
c. Belajar untuk bekerja sama
Individu mampu menjalin hubungan dengan orang lain
dengan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan orang
lain.
d. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
Individu mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan sosial.
e. Bersedia untuk menerima keterbatasan diri
Individu memahami akan dirinya sendiri meliputi kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki serta individu menerima
kelemahan yang dimilikinya.
-
13
f. Peduli dengan kesejahteraan orang lain, beramal dan
mementingkan kepentingan orang lain
Individu menerima kehadiran orang lain serta memahami
bahwa kepentingan orang lain juga berperan penting.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan subjek seluruh siswa
kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan
yang berjumlah 191 siswa. Teknik penentuan sampel yang
menggunakan semua anggota populasi dinamakan sampling
jenuh (Sugiyono, 2011). Tetapi karena faktor ketidakhadiran
siswa di sekolah saat penelitian berlangsung, maka jumlah siswa
yang menjadi subjek penelitian berjumlah 175 siswa.
Teknik Analisa data
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa dan hubungan
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa yang dianalisis
menggunakan teknik analisis korelasi Product moment dari
Pearson.Selanjutnya untuk mengetahui hubungan ketiga variabel
secara bersama-sama yaitu hubungan kepercayaan diri dan
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa menggunakan
teknik analisis korelasi ganda. Metode statistik yang digunakan
dalam analisis dihitung dengan program komputer SPSS For
Window Release 16.0.
-
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Posedur Penelitian
Tahap persiapan awal yang peneliti lakukan adalah
mempersiapkan dua hal yaitu menyusun alat ukur kepercayaan
diri dan penyesuaian sosial, kemudian melaksanakan
penelitian. Alat ukur kepercayaan diri disusun berdasarkan
aspek-aspek teori dari Lauster (2003). Jumlah item yang diuji
sebanyak 45 item yang terdiri dari 22 item favorable dan 23
item unfavorable. Sedangkan untuk alat ukur penyesuaian
sosial disusun berdasarkan aspek-aspek teori dari Schneiders
(dalam Pramadi dan Ratnaningtyas, 1996). Jumlah item yang
diuji sebanyak 45 item yang terdiri dari 23 item favorable dan
22 item unfavorable.
Penulis melakukan perijinan untuk melakukan penelitian
pada tanggal 13 Maret 2013 kepada pihak SMA Xaverius
Lubuklinggau Sumatera Selatan. Setelah peneliti mendapatkan
ijin untuk melakukan penelitian, peneliti menyebarkan skala
kepada siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau.
Pada penelitian ini menggunakan teknik uji coba terpakai
(try out terpakai). Total angket ada 191 yang disesuaikan
dengan banyaknya jumlah siswa kelas X (sepuluh) namun, ada
175 angket yang terpakai karena ada siswa yang tidak hadir
pada saat penelitian berlangsung. Untuk pengambilan data di
SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan, peneliti terjun
langsung ke setiap kelas secara bergantian.
Dalam penelitian ini hasil uji coba terhadap angket
kepercayaan diri dan penyesuaian sosial menggunakan uji
-
15
coba terpakai. Terdapat beberapa hal yang akan diuji dalam
angket ini yaitu Uji Seleksi Item (Uji Validitas), Uji
Reliabilitas, Uji Asumsi (Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji
Multikolinearitas, Uji heterokedastisitas), dan Uji Hipotesis.
Perhitungan uji coba angket terpakai ini menggunakan bantuan
SPSS For Window Release 16.0.
Berdasarkan analisis seleksi item dengan menggunakan
metode corrected item-total correlation, hasil dari perhitungan
uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada pengujian
pertama dari skala kepercayaan diri dengan 45 item didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,822 (0,822 ≤ α ≤ 0,9) yang
berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Kemudian item
yang gugur berjumlah 9 item, yaitu item 1, 12, 13, 16, 27, 33,
36, 41, dan 45 dikarenakan validitas item < 0,30 sehingga item
digugurkan.
Pada perhitungan angket penyesuaian sosial uji reliabilitas
dan daya diskriminan item pada pengujian pertama dari skala
penyesuaian sosial dengan 45 item didapatkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,868 yang berarti alat ukur tersebut
tergolong reliabel (0,868 ≤ α ≤ 0,9). Kemudian item yang
gugur berjumlah 6 item, yaitu item 9, 12, 21, 37, 39, dan 40
dikarenakan validitas item 0,05 maka data berdistribusi normal
-
16
dan jika signifikansi p < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa data prestasi
belajar 0.087, kepercayaan diri 0.551, dan penyesuaian sosial
0.226. seluruh data p > 0.05. dengan demikian data dikatakan
normal.
Uji liniearitas
Perhitungan statistika untuk mencari korelasi maupun regresi
linier dibangun berdasarkan asumsi bahwa variabel‐variabel
yang dianalisis memiliki hubungan linier. Dasar pengambilan
keputusan pada uji linearitas adalah uji F dimana jika
signifikansi p < 0,05 maka data linear dan jika signifikansi p >
0,05 maka data tidak linear.Pada pengujian linearitas untuk
kepercayaan diri dan prestasi belajardiperoleh linearity p =
0.04 dimana p < 0.05. dengan demikian data dikatakan linear.
Sedangkan pada pengujian linearitas untuk penyesuaian sosial
dan prestasi belajar diperoleh linearity p = 0.01 dimana p <
0.05. dengan demikian data dikatakan linear.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada penelitian yang telah dilakukan, untuk melihat
hubungan antara kepercayaan diri dan prestasi belajar siswa
kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera
Selatan, peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan
uji korelasi.
Hasil pengujian korelasi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri
(X1) dengan prestasi belajar (Y) siswa kelas X (sepuluh) SMA
-
17
Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Hasil tersebut
ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi (ryx1) sebesar
0,158 dengan besar p = 0,037 (p < 0,05). Hal ini menjelaskan
bahwa kepercayaan diri yang tinggi pada siswa kelas X
(sepuluh) cenderung akan diikuti tingginya prestasi belajar
siswa tersebut begitu juga sebaliknya.
Hal tersebut di atas dapat dijelaskan melalui beberapa
hasil temuan penelitian, salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Kloosterman (1988) yang menyatakan bahwa
dengan adanya rasa kepercayaan diri, maka akan lebih
termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar. Kepercayaan
diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan dan
melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun
hubungan, dan membantu individu memertahankan
kesuksesan dalam pembelajaran ataupun pekerjaan sehingga
secara tidak langsung hal ini akan memengaruhi prestasi
belajar siswa.
Pada hipotesis kedua, hipotesis ditolak karena hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara penyesuaian sosial (X2) dengan prestasi belajar (Y)
siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau
Sumatera Selatan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka
koefisien korelasi (ryx2) sebesar 0,016 dengan besar p = 0,834
(p > 0,05).
Hasil dari kedua varibel yaitu penyesuaian sosial dengan
prestasi belajar menunjukkan tidak adanya korelasi. Hal
-
18
tersebut dimungkinkan karena para siswa sudah saling
mangenal satu sama lain karena bertempat tinggal di wilayah
yang sama dan berdasarkan pengamatan dari peneliti, siswa
yang masuk ke SMA Xaverius Lubuklinggau tersebut adalah
siswa-siswa yang sebelumnya juga berada dalam satu sekolah
yang sama saat SMP, sehingga mereka sudah saling mengenal.
Oleh karena itu, mudah bagi mereka dalam melakukan
penyesuaian sosial karena penyesuaian sosial yang mereka
lakukan memang sudah baik saat sebelum mereka berada di
SMA, sehingga penyesuaian sosial tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar para siswa tersebut. Namun hal lebih lanjutnya
tidak diteliti secara langsung oleh peneliti.
Hasil penelitian mengenai korelasi penyesuaian sosial
dengan prestasi belajar tersebut di atas juga memiliki hasil
yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslihah
(2011) pada 92 siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Islam Terpadu (SMPIT) Assyfa Boarding School Kabupaten
Subang Jawa Barat menyatakan bahwa penyesuaian sosial
siswa tidak menunjukkan hubungan dengan prestasi akademik.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dan
Royanto (2006) pada siswa kelas III SMA Tarsius I Jakarta
Pusat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar karena ada faktor-
faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan prestasi
belajar siswa di luar penyesuaian sosial meliputi faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal
-
19
siswa menurut Sabri (dalam Yusniah, 2008) yaitu: Faktor
internal siswa yang terdiri dari faktor fisiologis siswa, seperti
kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca
inderanya terutama penglihatan dan pendengaran dan
selanjutnya ada faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat,
inteligensi, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif
seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan
dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.
Pada Faktor eksternal siswa terdiri dari faktor lingkungan
siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua, yaitu pertama faktor
lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah,
dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan sosial seperti
manusia dan budayanya. Selanjutnya ada faktor instrumental,
antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar.
Pada hipotesis ketiga, untuk melihat hubungan
kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan prestasi
belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau
Sumatera Selatan secara bersama-sama menggunakan uji
korelasi ganda dimana hasil dari pengujian tersebut diperoleh
nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi 0,03 (0,03 < 0,05) yang
berarti terdapat korelasi diantara ketiga variabel tersebut,
sehingga hipotesis yang menyatakan hubungan positif dan
signifikan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan
-
20
prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius
Lubuklinggau Sumatera Selatan, diterima.
Dalam penelitian ini, kepercayaan diri berkorelasi dengan
prestasi belajar sedangkan penyesuaian sosial tidak berkorelasi
dengan prestasi belajar, namun ketika ketiganya dikorelasikan
terdapat korelasi di antara ketiganya. Hal ini disebabkan
karena kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang siswa
memberikan korelasi yang baik terhadap penyesuaian sosial,
dimana ketika seseorang memiliki kepercayaan diri yang baik,
maka akan mampu menghadapi situasi sosial dengan penuh
percaya diri. Seperti yang diungkapkan oleh Hambly (1995)
bahwa salah satu yang memengaruhi kemampuan untuk
penyesuaian sosial adalah diperlukan adanya kepercayaan diri
yang merupakan keyakinan diri dalam menangani segala
situasi sehingga dapat menilai teman-temannya dengan lebih
baik dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi sosial.
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang individu
akan memudahkan individu tersebut dalam melakukan
penyesuaian terhadap situasi yang sedang dihadapi, menjalin
komunikasi dengan orang lain, menghadapi persoalan dengan
hati tenang dan dapat menganalisis permasalahan secara
obyektif (Anthony, 1996).
Selanjutnya, dengan keberhasilan dalam penyesuaian
sosial tersebut maka, individu akan mudah dalam bergaul,
lebih hangat, dan terbuka menghadapi orang lain dalam situasi
apapun sehingga ketika seorang individu diperhadapkan
dengan lingkungan tempat individu tersebut tinggal maupun di
-
21
lingkungan lain seperti lingkungan sekolah, lingkungan
bermain, dan sebagainya, individu tersebut dapat
menyesuaikan diri dengan baik karena adanya kepercayaan
diri tersebut dan dengan begitu akan mudah pula bagi individu
tersebut dalam menempuh pendidikan dimana tempat individu
tersebut bersekolah (Safitri, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan,
maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar
siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau
Sumatera Selatan dengan rincian hasil korelasi yang
menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara kepercayaan diri
dengan prestasi belajar siswa adalah 0,158, p = 0,037 pada
taraf signifikansi 5%.
Hasil korelasi pada variabel penyesuaian sosial tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa
kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan
dengan rincian hasil korelasi yang menunjukkan bahwa besarnya
korelasi antara penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa
adalah 0,016, p = 0,834 (p > 0,05) sehingga hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan positif dan signifikan antara
penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X
(sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan,
ditolak.
-
22
Selanjutnya pada hasil korelasi ganda untuk melihat
hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan
prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius
Lubuklinggau Sumatera Selatan secara bersama-sama diperoleh
hasil dengan nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi 0,03 (0,03 <
0,05) yang berarti terdapat korelasi diantara ketiga variabel
tersebut, sehingga hipotesis yang menyatakan hubungan positif
dan signifikan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan
prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius
Lubuklinggau Sumatera Selatan, diterima.
Saran-saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Subjek penelitian khususnya siswa kelas X (sepuluh)
SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan diharapkan
dapat tetap aktif dalam segala kegiatan yang bersifat positif
baik dalam proses belajar mengajar, di lingkungan sekolah
atau bahkan di lingkungan pergaulan dan tempat tinggal siswa,
sehingga siswa tersebut dapat mempertahankan dan dapat
lebih meningkatkan kepercayaan dirinya, meningkatkan
penyesuaian sosialnya dan keinginannya untuk mencapai
prestasi yang lebih baik. Disamping itu dengan kepercayaan
diri dan penyesuaian sosial yang seimbang dapat mendorong
individu untuk berani dan mampu mengenal dirinya, serta
mengenal potensi-potensi positif yang dimiliki yang
seharusnya dapat dikembangkan.
-
23
2. Bagi para guru SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera
Selatan
Setelah diketahui bahwa kepercayaan diri memiliki
hubungan dengan prestasi belajar, maka kepada para pendidik
(guru) agar dapat lebih memotivasi aktivitas proses belajar
siswa, yang dapat mendorong siswa lebih berusaha keras dan
mandiri sehingga menumbuhkan keyakinan siswa akan
kemampuan dirinya untuk mengatasi sesuatu dengan berhasil.
Terlebih untuk penyesuaian sosial siswa, dimana diketahui
bahwa penyesuaian sosial siswa tidak berhubungan dengan
prestasi belajar namun, para guru diharapkan dapat terus
memantau kegiatan dan kerjasama siswa ketika belajar
sehingga antar siswa tetap dapat menjalin kerjasama dengan
baik dan diharapkan mampu membuat siswa bersosialisasi
dengan lingkungan sosialnya serta tetap mencari faktor-faktor
apa yang bisa mendukung siswa untuk tetap dapat
meningkatkan prestasi belajarnya selain kepercayaan diri dan
penyesuaian sosial.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat
hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap prestasi
belajar. Akan lebih baik untuk memasukan faktor-faktor lain
yang juga dianggap atau secara teoritis berpengaruh terhadap
prestasi belajar.
Bagi peneliti lebih lanjut yang tertarik untuk penelitian
yang sama, diharapkan dapat menambah atau memperluas
-
24
ruang lingkup penelitian dengan menggunakan variabel-
variabel lain yang memungkinkan mempunyai hubungan atau
memengaruhi terhadap variabel kepercayaan diri, penyesuaian
sosial maupun prestasi belajar. Misalnya pengaruh
kebudayaan, suku/etnis dan agama, keadaan lingkungan,
tingkat pendidikan dan intelegensi, keadaan fisik dan jenis
kelamin. Selain itu, untuk peneliti yang akan melakukan
penelitian lebih diperhatikan lagi untuk masalah atau latar
belakang yang terjadi di tempat penelitian sehingga hasil yang
diharapkan dari penelitian sesuai dengan tujuan awal
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan
Prestasi Anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
------------------(2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi dan Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
--------------(2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
--------------(2012). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 4).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Prentice Hall, Inc.:
Englewood Cliffs New Jersey.
-
25
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Dagun, M. S. (1990). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fitriah, A. (2007). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan
Penyesuaian Sosial Pada Remaja Di Kelas II SMP
Muhammadiyah 1 Malang. (Skripsi). Malang: Universitas
Islam Negeri Malang.
Gerungan, W. S. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta- Bandung:
Eresco.
Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Cetakan
1. Jakarta: Puspa Swara.
Hambly, K. (1995). Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya
Diri. Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: suatu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Alih Bahasa
Istiwidayanti & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.
Jersild, AT. (1963). The Psychologi Of Adolescence. Second
Edition. New York: Mac Million Company.
Kartono, K. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.
Lauster, P. (2003). Tes Kepribadian (Alih Bahasa: D. H Gulo).
Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Ketiga belas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Loekmono, L. (1983). Rasa Percaya Diri Pada Diri sendiri.
Pusat Bimbingan UKSW Salatiga.
Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di
Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
-
26
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial,
Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi
Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang
Jawa Barat. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Mustofa. (2008). Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Di SMA Islam Almaarif Singosari Malang.
(Skripsi). Jakarta: Universitas Gunadarma. Diunduh dari:
http://www.gunadarma.ac.id.
Monks, dkk. (1984). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gajah Mada Press.
Pramadi, A. dan Ratnaningtyas, J. (1996). Hubungan Pola Relasi
Remaja dan Orang Tua Dengan Kemampuan Penyesuaian
Diri di Lingkungan Sosial Pada Mahasiswa Semester II.
Anima Vol. XI. No. 43. Surabaya: Anima.
Rini, Jacinta, F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Di unduh
dari: http//www.epsikologi.com/dewasa/164002.htm.
Safitri, D. (2010). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan
Penyesuaian Sosial Mahasiswa Di Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
(Skripsi). Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Schneiders, A. A. (1964). Personal Adjustment and mental
Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Siahaan, E. (2005). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan
Prestasi Belajar Bidang Kognitif Pada Siswa Kelas II SMU
Reksana Medan. (Skripsi). Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.
ALFABETA.
http://www.gunadarma.ac.id/
-
27
Sumardi, A. (2008). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Di
Sekolah Dan Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas X MAN I Salatiga. (Skripsi). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Suryabrata, S. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Susanti, F. R. (2008). Hubungan Antara Kepercayaan Diri
Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa
Maria Fatima. Jurnal Psiko-Edukasi, Vol. 6, Mei 2008.
Thantaway. (2005). Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling.
Diunduh dari: percaya diri-pengertian percaya diri-tips
percaya Diri-belajarpsikologi.com.
Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tim Pustaka Familia. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan
Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Walgito. (1993). Peran Orang Tua Dalam Pembentukan
kepercayaan Diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, W. S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media
Abadi.
Wiramihardja, S. A. (2003). Keeratan Hubungan Antara
Kecerdasan, Kekuatan, Kemauan dan Prestasi Belajar. Jurnal
Psikologi Vol. 11. No. 1, Maret 2003.