hubungan karakteristik pekerja seks komersial dengan penyakit menular
DESCRIPTION
djhfkdhkdjhkjdjkTRANSCRIPT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA SEKS KOMERSIAL DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH PERIODE APRIL 2014
A. ARSYI ADLINA PUTRI S.| C111 09 335
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANGPekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual dirinya dengan melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. Posisi tawar yang lemah di pihak pekerja seks juga membuat mereka sering tidak berhasil membujuk pelanggannya untuk menggunakan proteksi/kondom. Akibatnya, dari pelanggan yang mengidap penyakit menular seksual (PMS).
Latar Belakang
Berdasarkan hasil estimasi tahun 2006
Penelitian di tahun 2014 menyebutkan PSK di Makassar berjumlah 1.222 orang.
Belum diketahuinya hubungan karakteristik pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual di puskesmas maccini sawah periode april 2014
RUMUSAN MASALAH
Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan karakteristik pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual di puskesmas maccini sawah periode april 2014
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui pengetian dari pekerja seks komersial.
2. Untuk mengetahui penyakit –penyakit menular seksual.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin, usia, pendidikan, keluhan utama, pengetahuan tentang penyakit menular seksual, pemakaian kondom, dan pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja seks komersial.
4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dari pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual.
5. Untuk mengetahui hubungan usia dari pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual.
6. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dari pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual.
7. Untuk mengetahui distribusi penyakit menular seksual pada pekerja seks komersial berdasarkan keluhan utama.
8. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang penyakit menular seksual pada pekerja seks komersial terhadap penyakit menular seksual.
9. Untuk mengetahui hubungan pemakaian kondom dengan penyakit menular seksual.
10. Untuk mengetahui hubungan pemeriksaan kesehatan rutin pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual.
Manfaat praktis: Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai distribusi dan karakteristik dari pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual sehingga dapat membantu dalam mendiagnosis pasien dan dalam melakukan tindakan preventif.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi yang berwenang untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan dan dalam mengambil kebijakan-kebijakan kesehatan dalam menanggulangi penyakit, khususnya penyakit menular seksual.
2. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya dan terkait tentang karakteristik penyakit menular seksual.
3. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi PSKPelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.
Kartini Kartono (2007: 216)
Prostitusi Menurut Aktivitasnya
1. Prostitusi yang terdaftar. Prostitusi yang pelakunya diawasi oleh bagian Vice Control dari kepolisian, yang dibantu dan bekerja sama dengan Jawatan Sosial dan Jawatan Kesehatan.
2. Prostitusi yang tidak terdaftar. Termasuk dalam kelompok ini ialah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok.
Definisi PMS
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.
Etiologi PMS
Etiologi PMS
Jenis-jenis penyakit menular seksual1. PMS yang menunjukkan gejala klinis
berupa keluarnya cairan yang keluar dari alat kelamin, yaitu penyakit Gonore dan Uretritis Non Spesifik (UNS).
2. PMS yang menunjukkan adanya luka pada alat kelamin misalnya penyakit Chanroid (Ulkus mole), Sifilis, LGV, dan Herpes simpleks.
3. PMS yang menunjukkan adanya benjolan atau tumor, terdapat pada penyakit Kondiloma akuminata.
4. PMS yang memberi gejala pada tahap permulaan, misalnya penyakit Hepatitis B (Daili, 2007).
Penatalaksanaan PMS
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah: 1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin,
amoksisilin, seftriakson, spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007).
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001).
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et l,2003).
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al.2003).
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).
KERANGKA KONSEP
METODE PENELITIAN
Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan pekerja seks komersial yang menderita penyakit menular seksual berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi.
Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi Penelitian :Lokasi penelitian ini rencana akan dilakukan di Puskesmas Maccini SawahWaktu penelitian : 28 April 2014 – 3 Mei 2014
Pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual yang berobat jalan di Puskesmas Maccini sawah di kota Makassar.
Sampel yang diambil adalah pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual yang berobat jalan di Puskesmas Maccini sawah, dengan mengunakan teknik total sampling yaitu mengambil semua populasi menjadi sampel.
Populasi Sampel
1. Memiliki rekam medik.
2. Sedang rawat jalan dengan diagnosis PMS.
1. Tidak terbacanya rekam medik.
2. Pasien menolak untuk di wawancara.
Inklusi Eksklusi
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pekerja seks komersial yang sedang menderita penyakit menular seksual.
Instrumen penelitian
Daftar pertanyaan untuk wawancara dan alat perekam suara.
Cara pengolahan dan penyajian data
Data-data yang diperoleh diolah secara analisis kualitataif dan disajikan dalam bentuk narasi.
Etika Penelitian
Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.
Hasil Penelitian
Puskesmas Maccini Sawah terletak di jalan Maccini No. 38 merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan Makassar Kota Makassar. Dengan luas wilayah kerja 69 Ha, berupa daratan.
Wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah terdapat tiga kelurahan:
1. Kelurahan Maccini Induk.2. Kelurahan Maccini Parang.3. Kelurahan Maccini Gusung. Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Maccini Sawah pada tahun 2013 sebanyak 21.891 jiwa dengan perincian: Laki-laki 10.898 penduduk dan perempuan 10.993 penduduk.
PSK dengan PMS
Total sampel yang terindikasi PMS pada April 2014 sebanyak 2 orang
Sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi maka jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian sebanya 1 orang.
1 orang menjadi kriteria eksklusi karena menolak untuk di wawancarai.
Karakteristik PSK dengan PMS Berdasarkan jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan semua pasien adalah perempuan.
Berdasarkan UmurHasil penelitian menunjukkan semua pasien berumur 30 tahun.
Berdasarkan PendidikanHasil penelitian menunjukkan bahwa semua pasien hanya mengikuti 1 tahun pelajaran di Sekolah Dasar.
Karakteristik PSK dengan PMS Informan E (30 tahun, PSK) “Aku mulai sudah lama sejak anakku kelas
1 SD sekarang sudah kelas 6. Pertamanya aku ndak tahu, pokoknya maunya kerja cari uang gitu ditanya sama teman emang mau kerja apa? kerja apa saja yang penting bisa cari uang aku bilang begitu. Keluarga juga semua baik-baik cuma aku aja yang begini. Aku anak pertama, adek ku sudah punya anak terus sekarang udah ikut suaminya.”
Karakteristik PSK dengan PMS Berdasarkan faktor yang mendasari
Faktor ekonomi.Datang dari keluarga yang kurang mampu, belum lagi sekarang mempunyai seorang anak yang merupakan tanggung jawabnya untuk dibesarkan memerlukan biaya yang besar membuat E sadar bahwa dirinya harus segera mencari pekerjaan. Tapi karena dibatasi dengan tidak adanya pengalaman, pendidikan yang minim, dan banyaknya kebutuhan yang mendesak, E tidak pilih-pilih dalam mencari pekerjaan.
Karakteristik PSK dengan PMS Berdasarkan penggunaan kondom
Hasil penelitian menunjukkan pasien kadang tidak menggunakan kondom.
Informan E (30 tahun, PSK)
“Kalau kondom kadang pake kadang ndak, ada juga yang pake tapi pas begitu dia lepas kondomnya. Bayarannya sama aja yang pake sama yang ndak. Tapi mulai sekarang aku selalu pake kondom, serius ini dok, jujur aja tadi malam aku ndak ada kerjaan soalnya aku ndak mau kalau ndak pake kondom”
Karakteristik PSK dengan PMS Berdasarkan pengetahuan tentang PMS
Hasil penelitian menunjukkan pasien masih kurang paham tentang PMS walau sudah sering dilakukan penyuluhan oleh puskesmas.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan rutinHasil penelitian menunjukkan pasien rutin memeriksakan kesehatan dengan adanya program dari pemerintah yang memeriksa kesehatan PSK setiap 3 bulan.
Karakteristik PSK dengan PMS Informan E (30 tahun, PSK)
“Kita ndak tahu ya nanti sekarang aku masi belum kena HIV tapi 3 bulan kedepan kita ndak tahu. Aku punya temen di Surabaya kena HIV sekarang tinggal apa.tulang sama kulit loh dok, padahal makannya bagus. Pokoknya aku takut nanti begitu juga.”
Kesimpulan
Pelaku memulai pekerjaannya sejak masih muda, didukung pendidikan yang minim, kurangnya pengalaman bekerja, dan kurangnya pengetahuan tentang pekerjaan ini.
Faktor yang mendasari pelaku menjadi pekerja seks komersial merupakan faktor ekonomi, keluarga yang kurang mampu, kebutuhan yang mendesak, dan ajakan dari teman menyebabkan pelaku dapat terjerumus menjadi PSK.
Pola dan bentuk interaksi sosial PSK dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi, dengan adanya disorganisasi keluarga dimana kebutuhan primer keluarga tidak dapat dipenuhi oleh kepala keluarga yang menyebabkan pelaku mengambil jalan pintas dalam mencari nafkah.
Pengetahuan pelaku tentang penyakit menular seksual masih dianggap kurang, tetapi kesadaran akan pentingnya menggunakan kondom saat bekerja dianggap sudah cukup.
Kesadaran untuk memelihara kesehatan dianggap sudah cukup, dengan rutinnya pasien memeriksakan kesehatan.
Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya meneliti lebih lanjut mengenai aspek kesehatan pada PSK yang tidak dibawah naungan Puskesmas atau pusat layanan kesehatan lainnya agar didapatkan hasil yang lebih beragam dan bermakna.
Perlunya penyuluhan yang lebih sering tentang penyakit menular seksual kepada pelaku prostitusi, untuk meningkatkan kesadaran tentang tingginya risiko dari pekerjaan yang sedang digeluti.
Diperlukan penyuluhan intensif tentang pentingnya menggunakan alat pengaman dalam hal ini kondom, dalam rangka menghindari risiko dari pekerjaan pelaku.
Bagi pemerintah diharapkan memfasilitasi dari segi spiritual dengan memberikan sarana atau wadah pendidikan agama yang memadai bagi pelaku prostitusi, juga diharapkan pemerintah dapat membangun
lebih banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat hingga ke pelosok desa agar masyarakat dapat memiliki pekerjaan yang layak.
TERIMA KASIH