hubungan derajat merokok dengan skor kesehatan...

87
1 HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN FISIK PADA KARYAWAN KAMPUS II DAN III UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Laporan Penelitian in Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : ABDELRAHMAN M S ALNWEIRI NIM: 1112103000103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M

Upload: nguyenthu

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

1

HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN

SKOR KESEHATAN FISIK PADA KARYAWAN

KAMPUS II DAN III UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan Penelitian in Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

ABDELRAHMAN M S ALNWEIRI

NIM: 1112103000103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H/2015M

Page 2: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor
Page 3: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor
Page 4: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor
Page 5: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

5

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kepada Tuhan Yang Maha

Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan

dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Skripsi berjudul “Hubungan Derajat Merokok dengan Skor Kesehatan

Fisik pada Karyawan Kampus II dan Kampus III Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Dokter, FKIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis Menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya dan tak

berhingga kepada yang terhormat:

1- DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH,

Maftuhah, M Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku

wakil dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2- dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3- dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P (K),MARS, selaku pembimbing 1 atas

bimbingannya yang luar biasa bermanfaat, keikhlasan meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukan, dan juga atas motivasi

dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan penelitian.

4- dr. Ahmad Azwar Habibi, M.biomed,selaku pembimbing 2 yang telah

memberikan motivasi serta mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga

untuk membimbing peneliti dalam melakukan penelitian dan

menyusun laporan penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

6

5- dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku penanggung jawab riset

PSPD 2012 yang telah mamfasilitasi penulis untuk menyelesaikan

penelitian.

6- Ayah dan Ibu, Terima kasih untuk kasih sayang dan doa yang terus

menerus dipanjatkan, serta pengorbanan yang penuh keikhlasan dan

ridho yang menjadikan kelancaran dalam setiap langkah hidup saya.

7- Karyawan (OB dan security) kampus 2 dan 3 UIN Syarif Hidayatullah

selaku subjek penelitian.

8- Teman – teman yang selalu memberikan saya semangat untuk

mengerjakkan penelitian dan mendukung saya.

9- Teman-teman saya di kelompok HELLO yang selalu memotivasi saya

dan membantu saya dalam perkuliahan.

10- Teman – teman PSPD 2012 yang saya cintai.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti

perkuliahan.Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat

menjadi karunia yang tidak terhingga dalam hidupnya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari

masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya

skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Jakarta, September 2015

Penulis

Abdelrahman M. S. Alnweiri

1112103000103

Page 7: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

7

ABSTRAK

Abdelrahman M. S. Alnweiri. Hubungan Derajat Merokok dengan

Skor Kesehatan Fisik pada Karyawan Kampus II dan Kampus III

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan: Mengetahui apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat merokok

dengan skor kesehatan fisik. Metode : Penelitian ini adalah penelitian cross

sectional dan cara pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan cara

convenience sampling penelitian ini melibatkan 44 orang laki-laki dengan usia >

17 tahun. Seluruh subjek penelitian menjawab berkas inform concent, kuesioner

data pengukur Index Brinkman (IB), dan kuesioner SF – 36v2 komponen fisik.

Data penelitian diuji statistik dengan SPSS v16. Hasil: Setelah dilakukan uji

statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor kesehatan

fisik mendapatkan nilai p value 0,499 (p >0,05) yang menunjukkan bahwa

kolerasi antara derajat merokok dengan skor kesehatan fisik adalah tidak

bermakna, dan nilai korelasi koefisien (r2) uji Spearman sebesar 0.105

menunjukkan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sangat

lemah. Kesimpulan: Derajat merokok tidak mempunyai hubungan yang

bermakna dengan skor kesehatan fisik.

Kata kunci: merokok, kesehatan fisik, Kuesioner SF- 36v2, Index Brinkman,

Derajat merokok.

Page 8: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

8

ABSTRACT

Abdelrahman M. S. Alnweiri. The relationship between smoking status and

physical health score for employee in the 2nd dan 3rd campus of Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Aim: To study if there is a relationship between smoking status with Physical

health score. Methods: This study is a cross sectional study, using a convenience

sampling method to collect data. 44 male subjects aged > 17 years. Informed

concern is obtained from all subjects. We used 2 questioners to obtain data, Index

Brinkman is used to obtain data for the smoking status, and SF – 36v2 physical

component is used to obtain for the physical health score. We use SPSS v16 for

the statistical analyses. Results: After the statistical analyses we found that p

value is 0,499 (p>0,05) that mean that there is no a relationship between the

smoking status and the physical health score, and Spearman’s correlation

coefficient (r2)is 0,105 shows that the correlation is very weak with positive

perfect relationship. Conclusion: There was no relationship between the smoking

status and the physical health state.

Keyword: Smoking, Physical health, SF – 36v2, Brinkman Index, smoking state.

Page 9: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

9

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………..….….....….ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………......….……......ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ii

KATA PENGANTAR …………………………………………...…….…iii

ABSTRAK …………………………………………………..……...…..iv-v

DAFRAT ISI …………………………………..................…………...vi-viii

DAFTAR TABEL …………………………………..…………….……....ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………..…..…..….x

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………......………….xi

BAB1 PENDAHULUAN ……………………………………...………….1

1.1 Latar Belakang ………………………………….....…......2-3

1.2 Rumusan Masalah …………………………….....………....4

1.3 Hipotesis Penelitian ………………………….....…………..4

1.4 Tujunan Penelitian ………………………….....…………....4

1.4.1 Tujuan Umum ……………………….....…………...4

1.4.2 Tujuan Khusus ………………….…....….……...…..4

1.5 Manfaat Penelitian ……………………….............................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………….....….…….. .6

2.1 Landasan teori ……………...........……………....6-22

2.1.1 kesehatan………………………….....……...6

2.1.1.1 Definisi Sehat …………….....……....6

2.1.1.2 Faktor – factor yang mempengaruhi

kesehatan ......................................................6

2.1.1.2.1 Lingkungan ………….............…...7

2.1.1.2.2 Gaya Hidup …………………...…8

2.1.1.2.3. PolaMakan ………………….......8

2.1.1.2.4 Substansi Penyalahgunaan ………….9

2.1.1.2.4 Olahraga dan Obesitas ………….…...9

2.1.1.2.4 Genetik (keturunan) ……………..... 9

Page 10: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

10

2.1.2 Rokok ……………………………………..... 10

2.1.2.1 Bahan – bahan yang terkandung dalam

rokok................................................................10

2.1.2.2 Jenis – jenis rokok …..….….………...12

2.1.2.3 Derajat Merokok …………….…….... 13

2.1.2.4 Adeki Nikotin …………….……......... 14

2.1.3 Kuesioner SF – 36v2 (Short Form Health

Survey 36) ....................................................... 14

2.1.4 Dalil – dalil fatwa ulama yang mengharamkan

rokok ................................................................. 17

2.2 Kerangka Teori …………………………………………….… 24

2.3 Kerangka Konsep ……………………………………….……. 25

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 25

3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 25

3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 25

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 25

3.3.1 Populasi ........................................................................... 25

3.3.2 Sampel ........................................................................ 25-26

3.4 Kriteria Penelitian .......................................................................... 26

3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................ 26

3.4.2 Kriteria Esklusi ............................................................... 26

3.5 Cara Kerja Penelitian ..................................................................... 27

3.6 Pengolahan Data .......................................................................... 27

3.7 Definisi Operasional ..................................................................... 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASA ............................................................. 29

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 29

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .................... 29- 31

Page 11: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

11

4.1.2 Uji Normalitas Data ...................................... 31- 32

4.1.3 Interpretasi hasil SPSS .................................. 32- 33

4.2 Pembahasan ............................................................................... 33-36

4.3 Pembahsan Aspek Keislaman ................................................... 36-19

4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 41

5.2 Saran ............................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42- 46

LAMPIRAN ..................................................................................................... 47

Page 12: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 . Partikel-partikel di dalam rokok ..................................................... 12

Tabel 2.2. Gas-gas dalam rokok ........................................................................ 12

Tabel 2.3. Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF – 36 v2 ............ 15

Tabel 4.1 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur ................................ 28

Tabel 4.2 :Karakteristik variabel Indeks Brinkman (IB) ................................... 29

Tabel 4.3. Skor Kesehatan Fisik ........................................................................ 29

Tabel. 4.4. Hasil uji Spearman’s ........................................................................ 31

Page 13: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974).................... . 7

Gambar 2.2 Komponen Kuesioner SF 36 v2 .........................................................17

Gambar 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan Indeks Brinkman (IB) .... 29

Gambar 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor kesehatan fisik ....... 30

Page 14: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kode Etik ..................................................................................... 48

Lampiran 2 : Riwayat Pendidikan .................................................................... 49

Lampiran 3: informed concent dan kuesioner SF- 36v2 .................................. 50

Lampiran 4: Data penelitian ............................................................................. 51

Lampiran 5: Data SPSS ................................................................................... 52

Page 15: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Estimasi jumlah perokok 1.3 milyar sedunia. Angka kematian akibat

mengkonsumsi rokok 5 juta per tahun; kalau tidak ada penurunan jumlah

pengguna rokok maka angka kematian akan menjadi dua kali lipat angka

kematian sekarang, dan akan sampai 10 juta tahun 2020.1

Menurut Global Adult Tobacco Survey ( GATS) 2011 di Indonesia, 67.4%

laki-laki dan 4.5% perempuan adalah pengguna tembakau dalam berbagai bentuk.

Di Indonesia, tembakau digunakan dalam bentuk rokok 34.8% (59.9 juta)

dibandingkan dengan bentuk yang lain. Prevalensi pengguna tembakau lebih

banyak di daerah rural (37.7%) dibandingkan (31.9%) di daerah urban. Perokok

yang merokok setiap hari, 38.3% diantara mereka merokok batang pertama 5- 30

menit setelah bangun. Rokok dihisap dalam berbagai macam bentuk seperti

kretek, rokok putih, shisha dan cigar. Secara umum, rata-rata 12 batang yang

dihisap perhari (secara rinci: 13 batang untuk laki-laki dan 8 batang untuk

permpuan). Data menunjukan bahwa rata-rata usia memulai merokok secara rutin

adalah 17 tahun (tidak ada berbedaan antara daerah urban atau rural).

Prevalensi tertenggi penggunaan rokok adalah pada umur 45-64 tahun.

Batang rokok adalah bentuk tembakau yang paling banyak dijual di pasaran

dengan prevalensi 79.8%. Diperkirakan perokok mengeluarkan Rp 369.948,00

per bulan untuk membeli rokok. Harga 20 batang rokok adalah Rp 12.719,00 .

Iklan rokok merupakan iklan terbanyak yang ada di Indonesia, diperkirakan

bahwa 4 dari 5 orang melihat iklan rokok dibandingkan dengan iklan-iklan

produk-produk lain. Laporan dari RisKesDes (Riset Kesehatan Dasar)

menunjukan bahwa 72.2% perokok dapat melihat tanda pengingatan bahaya

rokok, namun hanya 27.1 % dari perokok berpikir untuk mengurangi rokok.2

Berdasarkan jenis pekerjaan, petani, nelayan, buruh adalah proporsi perokok aktif

setiap hari yang terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.

Page 16: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

16

Berat derajat merokok dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara.

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; berat derajat merokok

dikalsifikasikan berdasarkan indeks brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-

rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:

- Ringan : 0 – 200

- Sedang : 200 – 600

- Berat : > 600

Kesehatan dapat dipengatuhi dan ditentukan oleh beberapa faktor yang

dapat berdampak secara integreted antara lain: (1) lingkungan sosial ekonomi (2)

lingkungan fisik (3) faktor pribadi dan kebiasaan. faktor lain yang dapat

mempengaruhi kesehatan seperti : pendidikan, genetik, jenis kelamin dan

pelayanan kesehatan.4 Menurut Blum faktor yang mempengaruh kesehatan dapat

dikelompokkan dalam empat kelompok : lingkungan, gaya hidup, genetik

(keturunan) dan pelayanan kesehatan, oleh karena itu apabila terjadi gangguan

pada salah satu faktor ini maka akan mengakibatkan terjadinya sakit. 5 Lifestyles

meliputi gaya hidup dan kebiasaan seperti kebiasaan merokok, makanan dan

olahraga dapat berdampak terhadap kesehatan.6

Rokok dapat mempengaruhi baik kualitas maupun usia harapan hidup.

Perokok pada usia 35 tahun, diprediksi bahwa wanita perokok akan hidupnya

akan lebih pendek 5 tahun dari pada wanita yang tidak merokok, untuk laki-laki

prediksinya 7 tahun lebih pendek dari pada laki-laki yang tidak merokok.

Dilaporkan bahwa rokok menyebabkan 30% dari angka kematian akibat kanker.7

Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) (1997), gaya hidup sehat

adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan

hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu

kesehatan. Menurut Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain:

perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang

teratur. Kesehatan fisik adalah keadaan baik, artinya bebas dari sakit, seluruh

badan serta bagian-bagiannya. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak

merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif

Page 17: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

17

tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami

gangguan8

SF 36 v2 adalah kuesioner yang bersifat umum, digunakan untuk menilai

dampak penyakit secara umum terhadap kehidupan penderita dengan menitikberat

fungi tubuh.42 Kuesioner ini sering digunakan oleh dokter-dokter klinik untuk

menilai pasien asma karena kueioner SF 36 v2 mudah dipahami oleh pasien dan

pasien mengisinya sendiri. Hasil kuesioner berupa angka maka hal ini menjadikan

interpretasi hasilnya lebih mudah.43

Garis besar dari fakta – fakta yang telah diuraikan sebelumnya, merokok

dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia baik dari segi fisik,

psikis, sosial, dan ekonomi, atau dalam kata lain merokok dapat mempengaruhi

kualitas hidup (quality of life) seseorang. Dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya menunjukkan adanya penurunan pada angka kualitas hidup yang

diukur secara objektif dengan menggunakan skoring seorang perokok jika

dibandingkan dengan angka kualitas hidup seseorang yang tidak pernah

merokok.45

Page 18: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

18

1.2 RUMUSAN MASALAH:

Apakah terdapat hubungan antara derajat merokok dengan skor kesehatan fisik ?

1.3 HIPOTESIS :

Tingginya derajat merokok akan menyebabkan penurunan skor kesehatan fisik.

1.4 TUJUAN PENELITIAN:

1.4.1 TUJUAN UMUM:

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat merokok

dengan skor kesehatan fisik.

1.4.2 TUJUAN KHUSUS:

1. Mengetahui derajat merokok karyawan.

2. Mengetahui skor kesehatan fisik karyawan.

1.5 MANFAAT PENELITIAN:

1- Bagi Institusi (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Institusi akan mendapatkan data derajat merokok karyawan

pada kampus 2 dan 3.

Institusi akan mendapatkan data skor kesehatan fisik

karyawan kampus 2 dan 3.

Memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang membahas

masalah tentang masalah yang sama.

Institusi mendapatkan hasil analisis hubungan antara derajat

merokok dan skor kesehatan fisik.

2- Bagi Populasi Penelitian:

Subjek penelitian akan mendapatkan data skor kesehatan fisik .

Subjek penelitian akan mendapatkan data derajat merokok.

Subjek penelitian mendapatkan edukasi tentang efek rokok

terhadap kesehatan.

Page 19: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

19

3- Bagi peneliti:

Mendapat pengalaman dan cara menyusun penelitian.

Membelajari cara pengolahan data penelitian secara statistik.

Page 20: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

20

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kesehatan

2.1.1.1 Definisi Sehat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh

badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit.9 Menurut UU Kesehatan No 36 tahun

2009 pasal 1, sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.10

Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

tahun 2002, sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan

hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat

diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan

aktivitas secara optimal.11

2.1.1.2 Faktor–faktoryang mempengaruhi Kesehatan:

Menurut konsep Blum, faktor-faktor yang mengaruhi kesehatan (Determinants of

Health) bisa dikelompokkan dalam 4 konsep besar:5

1- Lingkungan

2- Gaya hidup

3- Keturunan (Genetik)

4- Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.1 menjelaskan hubungan antara setiap komponen dari konsep

Blum, dan pengaruh setiap komponen kepada status kesehatan.

Page 21: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

21

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974)38

2.1.1.2.1 Lingkungan:

Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan pada apapun fase kehidupan,

oleh karena itu, faktor lingkungan dapat dibagi menjadi 12:

a- Lingkungan sebelum lahir (Pre-natal Environment)12

Faktor-faktor yang dapat mengganggu lingkungan

intrautrine seperti : riwayat penyakit ibu saat hamil, riwayat ibu

merokok, riwayat tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan

bayi dengan berat lahir rendah (low birthweight babies),

namun ibu dengan riwayat DM tidak terkontrol bisa

menyebabkan bayi dengan berat lahir berlebih (Overweight

babies).

Angka mortalitas yang disebabkan oleh stroke dan penyakit

jantung iskemik berhubungan erat dengan faktor-faktor

intrauterin saat kehamilan. Faktor intrauterin yang

menyebabkan penyakit jantung iskemik dan stroke melalui

faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti anemia

saat kehamilan dan defisiensi besi.13

Page 22: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

22

b- Lingkungan Setelah lahir (Post-natal Environment):

Faktor lingkungan yang mempengaruhi setelah lahir

seperti: cakupan makanan bergizi, kebersihan air minum,

sanitasi dan higienitas peribadi, lingkungan rumah dan

kepadatan penduduk. Faktor lingkungan bisa dibagi dalam

berapa kategori sebagai berikut: Lingkungan fisik, kimia,

biologis, psikososial dan ekonomi.14, 15

2.1.1.2.2 Gaya hidup:

Gaya hidup sehat adalah suatu pola hidup dengan

memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi

kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu gaya hidup

seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika

suka merokok dan minum minuman keras, tentu saja bukan pola

hidup sehat.16

Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat

tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran,

kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata

mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil

yang baik dan positif. Hidup sehat adalah hidup dengan fisik,

psikologi, lingkungan dan finansial yang sehat, cukup dan baik.

Menurut tabloid gaya hidup sehat, hidup sehat itu adalah cara

menyelenggarakan proses kehidupan sehingga memberikan kondisi

positif bagi diri sendiri dan lingkungan.16

2.1.1.2.3 Pola Makan:

Pola makan yang sehat merupakan kunci dalam

menentukan status kesehatan.17 Beberapa laporan membuktikan

bahwa, status gizi buruk dan pola makan yang kurang keseimbang

pada masa anak-anak dapat merupakan faktor risiko untuk

munculnya penyakit seperti stroke pada masa dewasa.12 Pola

makan yang tidak sehat (khususnya pada masa anak-anak) yang

Page 23: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

23

mengandung banyak makanan berlemak yang menyebabkan

kolesterol darah tinggi dapat menyebabkan hipertensi yang

merupakan salah satu faktor risiko untuk stroke dan penyakit

jantung iskemik.18

Sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung antioksidan

vitamin dan serat yang diduga sebagai faktor protektor dari

penyakit saluran cerna dan kanker secara umum. Diet tinggi lemak

dan tinggi garam merupakan faktor risiko penyakit jantung

sedangkan diet tinggi gula merupakan faktor risiko untuk obesitas

dan penyakit gigi.19

2.1.1.2.4 Substansi Penyalahgunaan:

Penyalahguna nikotin, alkohol dan obat-obatan mempunyai efek

yang besar terhadap kesehatan.20

a- Rokok

Rokok merupakan faktor risiko terjadinya banyak penyakit

antara lain, bayi berat lahir rendah, penyakit jantung,

kanker paru, bronkitis dan emfisema, amputasi anggota

tubuh dan lain-lain.

b- Alkohol

Meminum alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan

sirosis hepatis, tekanan darah tinggi dan masalah-masalah

sosial.

2.1.1.2.5 Olahraga dan Obesitas:

Penyakit jantung berhubungan kuat dengan faktor risiko penyakit

jantung dan stroke yang mempunya mortilitas yang tinggi.20

2.1.1.3 Genetik (Keturunan) :

Faktor genetik termasuk jenis kelamin dan usia biologis. Semua penyakit

memiliki hubungan genetik, termasuk penyakit infeksi dan intoksikasi, faktor

genetik pada semua penyakit ini terlihat dari berbedaan respon tubuh penjamu.21

Page 24: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

24

2.1.2 Rokok:

Definisi Merokok adalah suatu kebiasaan yang merugikan bagi

kesehatan karena suatu proses pembakaran massal tembakau yang

menimbulkan polusi udara dan terkonstrasi yang secara sadar langsung

dihirup dan diserap oleh tubuh bersama udara pernapasan.22 Merokok

merupakan suatu kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan semu

bagi si perokok, tetapi dari pihak yang lain dapatmenimbulkan dampak

buruk bagi si perokok sendiri maupun bagi orang-orang di sekitarnya.23

Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang

diramu dan dibentuk secara khusus dari berbagai jenis dan mutu

tembakau. Teknik pencampuran, pengolahan, dan pemberian bahan

tembakau juga bervariasi.22

2.1.2.1 Bahan–bahanyang terkandung dalam rokok:

Komposisi kimia dan asap rokok tergantung pada jenis tembakau,

desain rokok (seperti ada tidaknya filter atau bahan tambahan), dan pola

merokok individu. Dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat

dan 2000 diantaranya mempunyai dampak yang tidak baik bagi kesehatan

tubuh, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-

bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia),

naftalin (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic),

gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi lainnya.22

Asap rokok merupakan aerosol heterogen yang dihasilkan oleh

pembakaran tembakaukurang sempurna. Terdiri dari gas dan uap yang

berkondensasi dan tersebar dalam mulut.24Asap yang dihirup mengandung

komponen gas dan partikel. Komponen gas yakni CO, CO2, O2, hidrogen

sianida, amoniak, nitrogen,senyawa hidrokarbon. Sebagian besar fase gas

adalah CO2, O2, dan nitrogen. Komponen partikel antara lain tar, nikotin,

benzopiren, fenol, dan kadmium.23 Tar merupakan komponen padat dalam

asap rokok setelah dikurangi nikotin dan uap air terdiri dari zat kimia, di

antaranya golongan nitrosamin, amin aromatik, senyawa alkan, asam

Page 25: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

25

karboksilat, logam (Ni, As, Ra, Pb) selain itu juga sisa insektisida, zat- zat

di atas bersifat karsinogenik.25

Nikotin adalah partikel padat yang mudah diserap oleh selaput

lendir mulut, hidung dan jaringan paru.25 Zat ini merupakan zat psikoaktif

yang dapat meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan intelegensi anak

yang dikandung oleh ibu yang merokok serta dapat meningkatkan risiko

infeksi saluran napas, serangan asma, penyakit jantung koroner dan

penyakit paru. Nikotin merupakan bahan adiktif yang menimbulkan

ketergantungan atau kecanduan.26

Besar pajanan asap rokok bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh

kuantitas rokok yang dihisap dan pola penghisapan rokok antara lain usia

mulai merokok, lama merokok, dalamnya hisapan dan lain-lain. Pajanan

asap rokok menyebabkan kelainan pada mukosa saluran napas, kapasitas

ventilasi maupun fungsi sawar alveolar/kapiler.26

Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan

Karbon Monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan

yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen.

Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat menyebabkan ketagihan,

inilah mengapa perokok sulit menghentikan kebiasaan buruknya. Nikotin

merupakan zat pada rokok yang berisiko menyebabkan penyakit jantung,

25 persen dari para pengidap penyakit jantung disebabkan oleh kegiatan

merokok.27

Tabel 2.1 dan tabel 2.2pada halaman berikut menggambarkan

mengenai beberapa senyawa dan efeknya unsur asap sigaret terpilih:27

Page 26: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

26

Tabel 2.1 . Partikel-partikel di dalam rokok:27

Senyawa Efek

Tar Karsinogen

Hidrokarbon aromatik polinuklear Karsinogen

Nikotin Stimulator dan depresor ganglion, karsinogen

Fenol Ko-karsinogen dan iritan

Kersol Ko-karsinogen dan iritan

B-Naftilamin Karsinogen

N-nitrosoaornikotin Karsinogen

Benzo(a)piren Karsinogen

Logam renik (mis nikel, polonium 210,

arsen)

Karsinogen

Karbazol Akselerator tumor

Katekol Ko-karsinogen

Tabel 2.2. Gas-gas dalam rokok:27

Gas efek

Karbon monoksida Penguragan transport dan pemakaian oksigen

Asam hidrosianat Siliotoksin dan iritan

Asetaldehid Siliotoksin dan iritan

Akrolein Siliotoksin dan iritan

Amonia Siliotoksin dan iritan

Formaldehid Siliotoksin dan iritan

Oksida dan nitrogen Siliotoksin dan iritan

Niktosamin Karsinogen

Hidrazin Karsinogen

Vinil klorida Karsinogen

2.1.2.2 Jenis–jenis rokok:

Rokok terdiri dari dua jenis, yaitu rokok berfilter dan tidak berfilter

atau disebut juga rokok kretek. Filter rokok terbuat dari bahan busa serabut

sintetis yang berguna untuk menyaring nikotin dan tar.28 Klasifikasi yang

lain, jenis rokok dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu rokok kretek,

kretek filter, cerutu dan rokok pipa tradisional. Sigaret kretek terdiri dari

gulungan tangan dan gulungan pabrik dimana keduanya mempunyai

kualitas yang berbeda.24

Berdasarkan bahan tembakau dikenal jenis rokok putih dan rokok kretek.

Rokok kretek didefinisikan sebagai rokok dengan atau tanpa filter yang

menggunakan tembakau rajangan, dicampur dengan cengkeh rajangan

Page 27: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

27

(30%-40%), digulung dengan kertas sigaret. Di Indonesia yang paling

banyak dikonsumsi adalah rokok kretek, yaitu sebesar 81,34%.22

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devereu, menjelaskan bahwa

merokok kretek merupakan faktor risiko utama terhadap berkembangnya

PPOK, dimana risiko kematian akibat PPOK akan lebih meningkat pada

perokok aktif. Merokok cerutu dan filter juga dapat meningkatkan

kesakitan dan kematian akibat PPOK meskipun risikonya lebih rendah

dibandingkan dengan merokokkretek.29

2.1.2.3 Derajat Merokok:

Menurut PDPI (2003), derajat merokok seseorang dapat diukur

dengan Indeks Brinkman, merupakan perkalian antara jumlah batang

rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan dengan lama merokok dalam

satu tahun, akan menghasilkan pengelompokan sebagai berikut:30

1) Perokok ringan : 0-200 batang per tahun

2) Perokok sedang : 200-600 batang per tahun

3) Perokok berat : lebih dari 600 batang per tahun

Menurut penelitian Leffrondre dkk. mengenai model-model riwayat

merokok, status merokok seseorang dapat dibagi menjadi tidak pernah

merokok dan sering merokok. Never smoke adalah orang yang selama

hidupnya tidak pernah merokok atau seseorang selama kurang dari 1 tahun

(Indeks Brinkman 0). Smoker adalah seseorang yang mempunyai riwayat

merokok sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu

tahun baik yang masih merokok ataupun yang sudah berhenti.31

Derajat hisapan merokok

1) Berat (menghisap dalam) : cara menghisap rokok yang dibakar

dan dirasakan sampai masuk ke saluran napas bawah.

2) Ringan (menghisap dangkal) : cara menghisap rokok yan

dibakar dan hanya dirasakan di mulut saja kemudian dikeluarkan.22

Page 28: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

28

2.1.2.4 Adiksi Nikotin

Nikotin merupakan zat berbahaya atau ― racun saraf ― yang poten.

Dampak utama nikotin yangterdapat dalam tembakau adalah ketergantungan

(adiksi) yang merupakan suatu fenomenaprilaku yang kompleks dengan sebab

akibat yang luas dari mekanismemolekuler ke interaksi sosial. Adiksi nikotin

terjadi karena interaksi antara nikotin dengan Nicotinic Acetylcholin Receptor

(nAChRs)yang merupakan reseptor nikotin di otak pada daerah mesolimbik

dopamin system di ventral tegmentalarea neuron yang mengawali aktivasi sistem

syaraf pusat termasuk system mesoaccumbensdopamine. Reseptor nikotin

mengaturpelepasan dopamin. Nikotin merubahaktifitas ventral tegmental area

untukmeningkatkan pelepasan dopamin. Dopamin adalah suatu senyawa

katekolamin yangpenting pada otak mamalia, yang mengontrol fungsi aktivitas

lokomotorik,kognisi, emosi, reinforsmen positif , dan regulasi endokrin.52

2.1.3 Kuesioner SF – 36 (Short-Form Health Survey 36)

Kuesioner SF – 36 adalah salah satu instrumen pengukuran kualitas hidup

yang dapat digunakan pada berbagai macam kondisi ataupun penyakit. Kuesioner

SF – 36 (Short Form) merupakan suatu kuesioner yang berisikan 36 pertanyaan

yang dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Santa Monica dan

bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap status kesehatan seseorang. Dari ke

36 pertanyaan yang ada merupakan penjabaran dari 8 aspek penilaian, yaitu:32

1- Pembatasan aktivitas fisik karena masalah kesehatan yang ada.

2- Pembatasan aktivitas sosial karena masalah fisik dan emosi.

3- Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah fisik.

4- Nyeri seluruh badan.

5- Kesehatan mental secara umum.

6- Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah emosi.

7- Vitalitas hidup.

8- Pandangan kesehatan secara umum.

Dari kedelapan dimensi tersebut dapat dikelompokkanmenjadi dua

komponen besar yaitu komponen fisik dan komponen mental. Kuesioner SF-36

Page 29: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

29

memiliki skor yang berkisar antara 0-100, dimana semakin tinggi skor

menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup responden.33

Dalam melakukan penghitungan terhadap skor kualitas hidup dengan

menggunakan kuesioner SF – 36 digunakan daftar nilai seperti yang tertera dalam

Tabel 2.3 . Sementara itu untuk skor akhir dilakukan penghitungan nilai rata – rata

dari setiap pertanyaan yang mewakili suatu dimensi tertentu (fungsi fisik, peranan

fisik, peranan emosi, kesehatan jiwa, energi, fungsi sosial, nyeri, kesehatan

umum), dan selanjutnya dari ke delapan dimensi tersebut dapat dikelompokkan

lagi menjadi 2 komponen besar yaitu komponen skor fisik dan komponen skor

mental dengan menghitung rata – rata dari skor setiap dimensi yang

mewakilinya.34

Tabel 2.3. Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF – 36 v2:

Skala Jumlah item Nomor pertanyaan

Fungsi fisik 10 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

Peranan fisik 4 13,14,15,16

Peranan emosi 3 17,18,19

Energi 4 23,27,29,31

Kesehatan jiwa 4 24,25,26,28,30

Fungsi sosial 2 20,32

Rasa nyeri 2 21,22

Kesehatan umum 5 1,33,34,35,36

Kuesioner SF – 36 telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, salah

satunya bahasa Indonesia. Validitas dari kuesioner SF – 36 telah dibuktikan pada

populasi umum danberagam kelompok pasien. Selain itu kuesioner SF – 36 telah

dipergunakan secara luas di Indonesia untuk mengukur kualitas hidup.

SF-36 memberikan 2 skala untuk mengukur kualitas kesehatan hidup

seorang: skor kesehatan fisik (Physical Component Summary – PSC) dan skor

kesehatan mental (Mental Component Summary – MCS.48 SF-36 sering digunakan

untuk skrining pada pasein yang menjalani operasi untuk menevaluasi keadaan

pasien sebelum dan sesudah operasi. SF-36 digunakan untuk menevaluasi pasien

stroke untuk menilai kesehatannya setelah mengalami stroke dan menevaluasi

keperhasilan terapi. Kuesioner SF-36 dapat juga digunakan untuk menevaluasi

kualitas hidup penderita asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Moy

Page 30: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

30

dkk mendapat bahwa ada korelasi antara kulitas hidup yang dinilai dengan SF-36

dengan skor penggunaan obat bronkodilator.47

Kuesioner SF-12 merupakan bentuk ringkas dari SF-36, biasanya

digunakan untuk studi yang lebih intensive dan lebih besar. Kuesioner SCQoL

(Smoking Cessation Quality of Life) digunakan pada orang yang perhenti merokok

dan terbagi atas 5 bagian: interaksi sosial, kontrol diri, tidur, fungsi kognitive, dan

cemas. Kuesioner SCQoL senstif terhadap berubahan di status merokok.51

World Health Organization Quality of life – Bref (WHOQOL – BREF)

adalah alat ukur variabel kualitas hidup yang merupakan penembangan dari alat

ukur WHOQOL – 100. Kedua alat ukur ini dibuat oleh tim dari World Health

Organization (WHO). Alat ukur WHOQOL – BREF adalah alat ukur yang valid(r

= 0,89 – 0,95) dan reliable (R=0,06 – 0,87). Untuk penhitungan validitas dan

reliabilitas WHOQOL – BREF ini, skor yang digunakan adalah skor tiap dimensi.

Alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasam, termasuk bahasa

Indonesia oleh Dr. Riza Sarasvita dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian pada

drug usernamun belum ada uji psikometrinya.52

Page 31: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

31

Gambar 2.2 Komponen Kuesioner SF 36 v2 47

2.1.4 Dalil – dalil fatwa ulama yang mengharamkan rokok:53

a. al-Muqaddimat an-Naqliyyah(Penegasan Premis-premis Syariah)

1- Agama Islam (Syariah) menghalalkan segala yang baik dan

mengharamkan khaba’is (segala yang buruk), sebagaimana

ditegaskan dalam al-Quran,

Page 32: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

32

م عليهم الخبآئث(- األعراف 157)-1 ي بات ويحر ويحل لهم الط

Artinya: dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik

dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk … ” [Q.

7:157].

2- Agama Islam (syariah) melarang menjatuhkan diri ke dalam

kebinasaan dan perbuatan bunuh diri sebagaimana dinyatakan

dalam al-Quran,

يحب المحسنين( ) (البقرة195ول تلقوا بأيديكم إلى التهلكة وأحسنوا إن الل

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke

dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya

Allah menyukai orangorang yang berbuat baik” [Q. 2: 195]

كان بكم رحيما( 29النساء -)ول تقتلوا أنفسكم إن الل

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” [Q. 4: 29].

3- Larangan perbuatan mubazir dalam al-Quran,

وآت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ول تبذ ر تبذيرا )26( إن المبذ رين كانوا

يطان لرب ه كفورا إخوان الشياطين وكان الش

Kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan

janganlah kamumenghambur-hamburkan (hartamu) secara boros,

karena sesungguhnya parapemboros adalah saudara-saudara

setan, dan setan itu sangat ingkar padaTuhannya”[Q 17: 26-27].

4- Larangan menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri

dan pada orang lain dalam hadis riwayat Ibn Majah, Ahmad, dan

Malik,

) ل ضرر و ل ضرار( رواه ابن ماجه, مالك, وأحمد.

Artinya: Tidak ada bahaya terhadap diri sendiri dan

terhadap orang lain [HR Ibn Majah, Ahmad, dan Malik].

Page 33: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

33

5- Larangan perbuatan memabukkan dan melemahkan sebagaimana

disebutkan dalam hadis,

عن أم سلمة أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم نهى عن كل مسكر و مفتر )

رواه أحمد و أبو داود(

Artinya: “Dari Ummi Salamah bahwa Rasulullah saw

melarang setiap yang memabukkan dan setiap yang

melemahkan” [HR Ahmad dan Ab− Dawud]

6- Agama Islam (syariah) mempunyai tujuan (maqasid asy-syar‘ah)

untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia. Perwujudan

tujuan tersebut dicapai melalui perlindungan terhadap agama

(hifz ad-din), perlindungan terhadap jiwa/raga (hifz an-nafs),

perlindungan terhadap akal (hifz al-‘aql), perlindungan terhadap

keluarga (hifz an-nasl), dan perlindungan terhadap harta (hifz al-

mal). Perlindungan terhadap agama dilakukan dengan

peningkatan ketakwaan melalui pembinaan hubungan vertikal

kepada Allah SWT dan hubungan horizontal kepada sesama dan

kepada alam lingkungan dengan mematuhi berbagai norma dan

petunjuk syariah tentang bagaimana berbuat baik (ihsan)

terhadap Allah, manusia dan alam lingkungan. Perlindungan

terhadap jiwa/raga diwujudkan melalui upaya mempertahankan

suatu standar hidup yang sehat secara jasmani dan rohani serta

menghindarkan semua faktor yang dapat membahayakan dan

merusak manusia secara fisik dan psikhis, termasuk menghindari

perbuatan yang berakibat bunuh diri walaupun secara perlahan

dan perbuatan menjatuhkan diri kepada kebinasaan yang dilarang

di dalam alQuran. Perlindungan terhadap akal dilakukan dengan

upaya antara lain membangun manusia yang cerdas termasuk

mengupayakan pendidikan yang terbaik dan menghindari segala

hal yang bertentangan dengan upaya pencerdasan manusia.

Perlindungan terhadap keluarga diwujudkan antara lain melalui

upaya penciptaan suasana hidup keluarga yang sakinah dan

Page 34: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

34

penciptaan kehidupan yang sehat termasuk dan terutama bagi

anak-anak yang merupakan tunas bangsa dan umat. Perlindungan

terhadap harta diwujudkan antara lain melalui pemeliharaan dan

pengembangan harta kekayaan materiil yang penting dalam

rangka menunjang kehidupan ekonomi yang sejahtera dan oleh

karena itu dilarang berbuat mubazir dan menghamburkan harta

untuk hal-hal yang tidak berguna dan bahkan merusak diri

manusia sendiri.

B- Tahqiq al-Manat (Penegasan Fakta Syar’i)

1- Penggunaan untuk konsumsi dalam bentuk rokok merupakan 98 %

dari pemanfaatan produk tembakau, dan hanya 2 % untuk penggunaan

lainnya.

2- Rokok ditengarai sebagai produk berbahaya dan adiktif2 serta

mengandung 4000 zat kimia, di mana 69 di antaranya adalah

karsinogenik (pencetus kanker). Beberapa zat berbahaya di dalam

rokok tersebut di antaranya tar, sianida, arsen, formalin,

karbonmonoksida, dan nitrosamin. 4 Kalangan medis dan para

akademisi telah menyepakati bahwa konsumsi tembakau adalah salah

satu penyebab kematian yang harus segera ditanggulangi. Direktur

Jendral WHO, Dr. Margaret Chan, melaporkan bahwa epidemi

tembakau telah membunuh 5,4 juta orang pertahun lantaran kanker

paru dan penyakit jantung serta lain-lain penyakit yang diakibatkan

oleh merokok. Itu berarti bahwa satu kematian di dunia akibat rokok

untuk setiap 5,8 detik. Apabila tindakan pengendalian yang tepat tidak

dilakukan, diperkirakan 8 juta orang akan mengalami kematian setiap

tahun akibat rokok menjelang tahun 2030. Selama abad ke-20, 100 juta

orang meninggal karena rokok, dan selama abad ke-21 diestimasikan

bahwa sekitar 1 milyar nyawa akan melayang akibat rokok.

3- Kematian balita di lingkungan orang tua merokok lebih tinggi

dibandingkan dengan orang tua tidak merokok baik di perkotaan

maupun di pedesaan. Kematian balita dengan ayah perokok di

Page 35: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

35

perkotaan mencapai 8,1 % dan di pedesaan mencapai 10,9 %.

Sementara kematian balita dengan ayah tidak merokok di perkotaan

6,6 % dan di pedesaan 7,6 %.Resiko kematian populasi balita dari

keluarga perokok berkisar antara 14 % di perkotaan dan 24 % di

pedesaan. Dengan kata lain, 1 dari 5 kematian balita terkait dengan

perilaku merokok orang tua. Dari angka kematian balita 162 ribu per

tahun (Unicef 2006), maka 32.400 kematian dikontribusi oleh perilaku

merokok orang tua.

4- Adalah suatu fakta bahwa keluarga termiskin justeru mempunyai

prevalensi merokok lebih tinggi daripada kelompok pendapatan

terkaya. Angka-angka SUSENAS 2006 mencatat bahwa pengeluaran

keluarga termiskin untuk membeli rokok mencapai 11,9 %, sementara

keluarga terkaya pengeluaran rokoknya hanya 6,8 %. Pengeluaran

keluarga termiskin untuk rokok sebesar 11,9 % itu menempati urutan

kedua setelah pengeluaran untuk beras. Fakta ini memperlihatkan

bahwa rokok pada keluarga miskin perokok menggeser kebutuhan

makanan bergizi esensial bagi pertumbuhan balita. Ini artinya balita

harus memikul risiko kurang gizi demi menyisihkan biaya untuk

pembelian rokok yang beracun dan penyebab banyak penyakit

mematikan itu. Ini jelas bertentangan dengan perlindungan keluarga

dan perlindungan akal (kecerdasan) dalam maqasid asy-syar‘ah yang

menghendaki pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta

pengembangan kecerdasan melalui makanan bergizi.

5- Dikaitkan dengan aspek sosial-ekonomi tembakau, data menunjukkan

bahwa peningkatan produksi rokok selama periode 1961-2001

sebanyak 7 kali lipat tidak sebanding dengan perluasan lahan tanaman

tembakau yang konstan bahkan cenderung menurun 0,8 % tahun 2005.

Ini artinya pemenuhan kebutuhan daun tembakau dilakukan melalui

impor. Selisih nilai ekspor daun tembakau dengan impornya selalu

negatif sejak tahun 1993 hingga tahun 2005.10 Selama periode tahun

2001-2005, devisa terbuang untuk impor daun tembakau rata-rata US$

35 juta. Bagi petani tembakau yang menurut Deptan tahun 2005

Page 36: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

36

berjumlah 684.000 orang, pekerjaan ini tidak begitu menjanjikan

karena beberapa faktor. Mereka umumnya memilih pertanian

tembakau karena faktor turun temurun. Tidak ada petani tembakau

yang murni; mereka mempunyai usaha lain atau menanam tanaman

lain di luar musim tembakau. Mereka tidak memiliki posisi tawar yang

kuat menyangkut harga tembakau. Kenaikan harga tembakau tiga

tahun terakhir tidak membawa dampak berarti kepada petani tembakau

karena kenaikan itu diiringi dengan kenaikan biaya

produksi.Pendidikan para buruh tani rendah, 69 % hanya tamat SD

atau tidakbersekolah sama sekali, dan 58 % tinggal di rumah berlantai

tanah. Sedang petani pengelola 64 % berpendidikan SD atau tidak

bersekolah sama sekali dan 42 % masih tinggal di rumah berlantai

tanah. Upah buruh tani tembakau di bawah Upah Minimum Kabupaten

(UMK): Kendal 68 % UMK, Bojonegoro 78 % UMK, dan Lombok

Timur 50 % UMK. Upah buruh tani tembakau termasuk yang

terendah, perbulan Rp. 94.562, separuh upah petani tebu dan 30 % dari

rata-rata upah nasional sebesar Rp. 287.716,- per bulan pada tahun

tersebut. Oleh karena itu 2 dari 3 buruh tani tembakau menginginkan

mencari pekerjaan lain, dan 64 % petani pengelola menginginkan hal

yang sama. 12 Ini memerlukan upaya membantu petani pengelola dan

buruh tani tembakau untuk melakukan alih usaha dari sektor tembakau

ke usaha lain.

6- Pemaparan dalam Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian

Tembakau hari Ahad 21 Rabiul Awal 1431 H / 07 Maret 2010 M,

mengungkapkan bahwa Indonesia belum menandatangani dan

meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)

sehingga belum ada dasar yang kuat untuk melakukan upaya

pengendalian dampak buruk tembakau bagi kesehatan masyarakat.

Selain itu terungkap pula bahwa cukai tembakau di Indonesia masih

rendah dibandingkan beberapa negara lain sehingga harga rokok di

Indonesia sangat murah yang akibatnya mudah dijangkau keluarga

miskin dan bahkan bagi anak sehingga prevalensi merokok tetap

Page 37: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

37

tinggi. Selain itu iklan rokok juga ikut merangsang hasrat

mengkonsumsi zat berbahaya ini.

Page 38: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

38

2.2 Kerangka Teori

Pertahanan tubuh

host

Lingkungan

sosial

Lingkungan

fisik

Genetik

Pelayanan

kesehatan

Meningkatkan frekuensi

berobat

Skor Kesehatan

Fisik

Adiksi nikotin

Penurunan

produktifitas

Kebiasaan merokok

Pro-inflammatory

cytokines dan

inflammatory

mediators, cth

IL-1 , TNF-a, dan

PGE

Kerusakan matrik

ekstraseluler dan

stress oksidatif

Fungsi PMN

Rasio CD4+/CD8+

Penyakit Inflamasi kronis

Masalah

emosional

Peningkatan

pengeluaran biaya

Penurunan

pemasukan uang

Peningkatan

pengeluaran

biaya

pembelian

rokok

Status

ekonomi

rendah Tanda dan gejala

Derajat merokok

Jenis rokok

Ringan

Sedang

Berat

Gaya hidup

Cara menghisap rokok

Lama merokok

Jumlah rokok

Page 39: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

39

2.3 Kerangka Konsep:

Derajat

Merokok;

indeks

Brinkman

(IB)

ringan

sedang

berat

Kategori

Skor

kesehatan

fisik

Baik (50 – 70)

Buruk (30 – 49)

Page 40: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian:

Penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional

study(studi potong lintang).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian:

3.2.1 Lokasi:

Kampus 2 dan kampus 3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.2.2 Waktu:

Bulan Juni 2015.

3.3. Populasi dan Sampel:

3.3.1Populasi:

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah convenience

sampling. Populasi penelitian ini adalah karyawan kampus 2 dan kampus 3

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah- Jakarta yang memenuhui

kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.2 Sampel:

Besar sempel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

besar sempel untuk penelitian analitik korelatif kategorik tidak

berpasangan dengan desain penelitian potong lintang ( cross sectional ),

yakni sebagai berikut :

N= ((𝒁𝜶+𝒁𝜷)

𝟎,𝟓𝒍𝒏𝟏+𝒓

𝟏−𝒓

)

𝟐

+ 3

Page 41: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

41

Keterangan :

N = Besar sempel

Zα = Deviat baku alpha = 1,64

Zβ = deviat baku beta = 1,28

r : koefisien korelasi = 0.4

ln = Logaritma natural

Penelitian yang membahas tentang masalah yang sama dilakukan Ten

Klooster44 dkk di Jerman tahun 2013, didapatkan koefisien korelasi (r) adalah 0.4

. pada penilitan ini digunakan Zα yaitu tingkat kesalahan tipe I yaitu 5% maka Zα

= 1,64 , sedangkan Zβ yaitu tingkat kesalah tipe II yaitu 10 % maka Zβ = 1,28.

N = ((𝟏.𝟔𝟒+𝟏,𝟐𝟖 )

𝟎,𝟓𝒍𝒏𝟏+𝟎.𝟒

𝟏−𝟎.𝟒

)

𝟐

+ 3

N = 47,43 + 3 = 50,4 ≈ 50

Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus = 50 orang

Total populasi pada penelitian ini adalah 44 orang, oleh karena itu jumlah sampel

penelitian adalah populasi total.

Jumlah populasi total = 44 orang.

3.4 KriteriaPenelitian :

3.4.1 Kriteria inklusi:

2- Karyawan (OB dan security) kampus 2 dan kampus 3 UIN Syarif

Hidyatullah Jakarta

3- Jenis kelamin laki-laki.

4- Perokok aktif.

5- Bersedia menjadi responden penelitian

Page 42: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

42

3.5 Cara kerja penelitian:

Penelitian ini memiliki tahapan kerja sebagai berikut:

1- Tahap persiapan :

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan proposal, cara pengambilan data

dan print out kuesioner dan inform concent.

2- Tahap pengambilan data:

a. Wawancara subjek penelitian.

b. Memberikan inform concent kepada subjek penelitian untuk tanda

tangan sebagai syarat bersetujuan menjadi responden penelitian.

c. Responden mengisi kuesioner sendiri, kuesioner ini terdiri atas 2

bagian :

1- Kuesioner untuk menghitung indeks Brinkman

2- Kuesioner untuk menentukan skor kesehatan fisik dengan

kuesioner Sf 36 v2. Pada penelitian ini karena fokus penelitian

pada kesehatan fisik maka digunakan bagian yang berhubungan

saja dari kuesioner Sf 36 v2

3- Pengolahan data yang sudah didapatkan dari kuesioner dengan

menggunakan Microsoft Excel, Microsoft Word dan SPSS v 16.

3.6 Pengolahan Data

Pertama menentukkanvariabel pada penelitian. Variabel pada penelitian sebagai

berikut :

1- Indeks Brinkman (ringan – sedang – berat).

2- Kategori Skor Kesehatan Fisik (baik , buruk).

Hipotesis pada penelitian ini adalah hipotesis korelatif untuk mencari apakah

terdapat kolerasi antara derajat Indeks Brinkman (IB) dan skor kesehatan fisik.Uji

yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non parametrik yaitu korelasi

Spearman karena data tidak memenuhi syarat uji parametrik yaitu karena

distribusi data tidak normal.

3.7 Definisi Operasional:

Page 43: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

43

No Variabel Definisi Penguku

r

Alat ukur Cara

pengukuran

Skala

pengukuran

1 Perokok Laki-laki usia > 17

tahun yang pernah

merokok dan masih

merokok secara

aktif.

Peneliti Kuesioner

indeks

Brinkman

(IB)

Wawancara

2 Derajat

merokok

Indeks yang

digunakan untuk

mengkalsifikasikan

perokok menjadi :

Ringan, Sedang

dan Berat

Peneliti Kuesioner

Indeks

Brinkman(

IB)

Indeks

Brinkman

(IB) =

jumlah rata-

rata rokok

yang

dihisap

sehari

(batang) x

lama

merokok

(tahun)

Kategorik:

1-200 :

perokok ringan

201-600:

perokok

sedang

> 600: perokok

berat

3 Skor

kesehatan

fisik

Skor yang

didapatkan setelah

pengisi kuesioner

SF-36v2

Peneliti kuesioner

SF-36v2

Menghitung

skor hasil

pengisian

kuesioner

Kategorik

Buruk: 30 – 49

Baik: 50 – 70

Page 44: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus 2 dan kampus 3 Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan jumlah subjek penelitian yang berhasil

dikumpulkan berjumlah 44 orang.

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik dari 44 subjek penelitian meliputi umur, jumlah rokok yang

dikonsumsi, serta lamanya merokok, seperti terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini .

1- Katakteristik berdasarkan Umur:

Tabel 4.1 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur :

Kategori usia (tahun) Frekuensi (jumlah) Presentase (%)

Masa remaja akhir (17 - 25) 9 20.4

Masa dewasa awal (26 - 35) 21 47.7

Masa dewasa akhir (36 – 45) 8 18.2

Masa lansia awal (46 – 55) 2 4.5

Masa lansia akhir (56 – 65) 4 9.1

Total 44 100

Mean 33.72 tahun

Median (min – max) 31.5 (17 – 60)

Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia: terdapat 9 responden yang

termasuk dalam kategori remaja akhir ( 17- 25 tahun ) , duapuluh satu responden

termasuk dalam kategori masa dewasa awal yaitu ( 26 – 35 tahun ) , delapan

responden termasuk dalam kategori dewasa akhir ( 36 – 45 tahun ) , dua

responden termasuk pada masa lansia awal ( 46 – 55 tahun ) dan 4 responden

termasuk pada masa lansia akhir. Tabel 1, Tabel 2, Gambar 3 halaman berikut.

2- Indeks Brinkman:

Tabel 4.2. Karakteristik variabel Indeks Brinkman (IB):

Page 45: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

45

Kategori Frekuensi (jumlah) Presentase (%)

Perokok ringan 20 45.5

Perokok sedang 20 45.5

Perokok berat 4 9

Total 44 100

Minimum – Maximum 3.00 – 1836.00

Gambar 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan Indeks Brinkman (IB)

Dari hasil ini diperoleh bahwa jumlah subjek yang termasuk:

1- Perokok ringan sebanyak 20 orang (45,5 %)

2- Perokok sedang sebanyak 20 orang (45,5 %)

3- Perokok berat sebanyak 4 orang (9,1 %)

3 – Skor kesehatan Fisik :

Tabel 4.3. Skor Kesehatan Fisik:

Kategori skor kesehatan fisik Frekuensi (jumlah) Presentase (%)

Baik 39 88.6

Buruk 5 11.4

Total 44 100

Minimum - Maximum 34 – 70

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Buruk baik

Pe

rce

nt

Kategori Indeks Brinkman (IB)

persentasi

Page 46: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

46

Gambar 4.3Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor kesehatan fisik

Dari data di atas didapatkan bahwa, distribusi kategori skor Kesehatan fisik

sebagai berikut :

1- Kategori Baik (skor kesehatan fisik > 50 – 70) : jumlah subjek sebanyak

39 orang (88,6 %)

2- Kategori Buruk (skor kesehatan fisik 30 – 50) : julmah subjek sebanyak 5

orang (11,4 %).

4.1.3 Uji Normalitas data :

Uji normalitas dilakukan untuk menguji data numerik, apakah distribusi

data normal atau tidak. Distribusi data yang tidak normal tidak harus

dilakukan transfomasi data untuk menormalkan data, namun kalau setelah

dilakukan transformasi data dan hasil uji normalitas menunjukkan distribusi

data yang tidak normal maka data harus dikategorikan untuk bisa diuji dengan

SPSS. Oleh karena jumlah variabel kurang dari 50, maka kita menggunakan

Shapiro-Wilk sebagai uji normalitas data.

1- Indeks Brinkman :

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Buruk baik

pe

rce

nt

Skor Kesehatan Fisik

Page 47: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

47

Hasil Shapiro-Wilk Indeks Brinkman : p =0,000 ,berarti p< 0,05 maka

dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data Indek Brinkman tidak

normal. Oleh karena itu harus dilakukan transformasi data untuk mendapatkan

distribusi normal.

Hasil uji Shapiro-Wilk setelah dilakukan transformasi data variabel Indeks

Brinkman menghasilkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,018. Karena nilai p

kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variabel Indeks Brinkman

transformasi berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, peneliti

mengkategorikan data sepaya bisa diuji secara statistik dengan SPSS.

2- Skor kesehatan Fisik :

Hasil Shapiro-Wilk Skor kesehatan fisik : p = 0,000 , oleh karena p< 0,05

maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor kesehatan fisik tidak normal.

Oleh karena itu, akan dilakukan transformasi data untuk mendapatkan

distribusi data normal.

Hasil menunjukkan nilai p = 0,000. Bisa diambil kesimpulan bahwa

distribusi data skor kesehatan fisik setelah dilakukan transformasi data tidak

normal, maka data harus dikategorikan untuk dapat diuji secara statisitik.

4.1.4 Interpretasi hasil SPSS:

Tabel. 4.4. Hasil uji Spearman’s

Variabel Correlation Coefficient p-value

IB - Skor kesehatan fisik 0.105 0.499

Umur – Skor kesehatan fisik 0.234 0.126

1- Analisis bivariat hubungan antara variabel Indeks Brinkman dan skor

kesehatan fisik secara statistik: Dengan menggunakan Softwar SPSS versi 16.

Dari hasil di atas, diperoleh nilai significancy 0,499 yang menunjukkan

bahwa kolerasi antara indeks Brinkman dengan skor kesehatan fisik adalah

tidak bermakna. Nilai kolerasi Spearman sebesar 0.105 menunjukkan bahwa

arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sangat lemah.

Page 48: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

48

2 - Analisis bivariat hubungan antara variabel umur dan skor kesehatan fisik

secara statistik

Dari hasil tabel 4.4 di atas, diperoleh nilai significancy 0,126 yang

menunjukkan bahwa kolerasi antara umur dengan skor kesehatan fisik

adalah tidak bermakna. Nilai kolerasi Spearman sebesar 0.234

menunjukkan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang

sangat lemah.

Pada penelitian ini tidak bisa dilakukan analisis multivariat karena

variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang

pada analisis bivariat mempunyai p < 0,25 dan pada penelitian ini yang

mempunyai hal itu hanya satu analisis bivariat saja.

4.2 .Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di kampus 2 dan 3 UIN Syarifhidayatullah Jakarta

karena peneliti ingin melihat prevalensi orang perokok diantara karyawan OB dan

Security di kampus 2 dan 3, dan mengetahui apakah terdapat hubungan antara

derjarat merokok dan skor kesehatan fisik karyawan.

Dari Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 didapatkan karakteristik umur

menunjukkan bahwa jumlah perokok terbanyak berada pada usia 26 - 35 tahun

dengan presentase 47.7%. Berdasarkan Riskesdes 2013 proporsi terbanyak

perokok aktif ada pada usia 30-35 tahun dan pada penelitian ini didapatkan

hasil yang sama.3 Dari hasil ini menunjukan bahwa masalah kesehatan

terbanyak yang bisa terdapat pada kelompok usia ini adalah masalah akibat

rokok. Frekuensi terbanyak ini juga didapatkan pada masa produktif, dimana

orang memiliki kesehatan fisik dan aktivitas fisik dan kebugaran jasmani yang

paling tinggi yaitu usia 25- 35 tahun, maka hal ini akan mengakibatkan

penurunan kulitas hidup dan menurunkan produktifitas hidup orang perokok.

Faktor-faktor yang bisa menjadi sebagai alasan bahwa usia 26 – 35 tahun

adalah usia dengan presentase terbanyak 47.7% adalah sebagai berikut:

1- Orang pada usia ini sudah memulai bekerja dan mulai

menghasilkan uang sendiri.

Page 49: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

49

2- Faktor psikologi yang disebabkan oleh beratnya tingkat stress

akibat kerja.

3- Pada usia ini dengan lingkungan kerja yang baru dan tempat

bergaulan yang baru, maka orang akan mendapatkan kebiasaan-

kebiasaan baru.

Data penelitian menunjukan bahwa prevalensi derajat merokok ringan

dan sedang sama yaitu 20 orang (45.5 %) untuk masing masing kategori.

Sedangkan subjek dengan indeks Brinkman kategori berat berjumlah 4 (9.1

%). Hasil Shapiro-Wilk Indeks brinkman : p =0,000 , oleh karena p< 0,05

maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data Indek Brinkman tidak

normal. Oleh karena itu tidak bisa mendapatkan mean dan median. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan minumum dan maximum: minumum :

3.00 , sedangkan maximum: 1836.00.

Data penelitian menunjukan bahwa pevalensi skor kesehatan fisik kategori

baik (50 – 70) adalah 39 subjek (88,6 %), sedangkan kategori buruk (30 –

49) adalah 5 (11,4 %) . prevalensi ini masih diterima dengan alasan bahwa

kesehatan terpengaruh oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan dapat berdampak secara tidak rata.

Dari hasil uji kolerasi dengan uji Spearman’s didapatkan bahaw nilai P =

0.499 (P> 0.05) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara

derajat merokok dengan skor kesehatan fisik. Hasil ini sama dengan yang

didapat dari penelitian yang dilakukan di Coraia dengan menggunakan

kuesioner Sf 36 v2, Senka Samardzic dan Gorka Vuletic Marvinac

mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara derajat

merokok dengan kesehatan fisik khususnya pada usia produktif, dan dikatakan

kalau hubungan ini akan bermakna pada usia lebih dari 65 tahun.36 Efek

rokok adalah efek kumulatif yang akan muncul dengan bertambahnya usia,

tetapi tidak bisa dipredeksi secara tepat pada usia berapa rokok akan

menyebabkan gangguan yang bermakna pada kesehatan fisik.Dari hasil juga

bisa diperoleh bahwa tingginya derajat merokok belum tentu akan

mengakibatkan keburukan pada skor kesehatan fisik.

Page 50: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

50

Pada penelitian dilakukan oleh Funahashi Koichi dkk. di Japan tahun 2010

didapatkan hasil yang sama, dan dikatakan bahwa hasil ini dikarenakan oleh

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gangguan kesehatan yang tidak

bergejala atau masyarakat menganggap bahwa hal itu tidak merupakan hal

yang mengganggu kehidup.37 Dari pembahasan Funahashi Koichi dkk. yang

dilakukan oleh penelitian ini didapatkan bahwa dengan menggunakan

pemeriksaan fisik akan memberikan hasil yang lebih akurat terhadap

mendeteksi gangguan kesehatan yang istilahnya sub-clinical, karena

masyarakat tidak menganggap bahwa perubahan-perubahan ini merupakan

tanda-tanda dari gangguan penyakit.37

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aurelio Cayuela di Spanyol,

walaupun tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara status

merokok dengan skor kesehatan fisik, hasil ini tidak menyingkirkan bahwa

ada pengaruh antara 2 aspek tersebut dengan menurunkan aktifitas fisik

harian.46

Konsep Blum menjelaskan bahwa kesehatan terpengaruh secara kumulatif

oleh faktor-faktor determinan kesehatan, maka untuk orang dengan gangguan

pada satu determinan saja tidak selalu menimpulkan gangguan kesehatan.

Pada penelitian ini, kebiasaan merokok kemungkinan tidak akan menimbulkan

gangguan kesehatan kecuali jika terdapat gangguan pada faktor determinan

yang lain terutama umur. Umur yang masih dikategorikan sebagai dewasa

muda pada subjek penelitian dengan mean umur 33 tahun menjadi faktor

mendukung kesehatan dan menurunkan efek faktor-faktor yang dapat

mengganggu kesehatan. Hasil ini sudah dibukti juga dari hasil penelitian

sebelumnya, penelitian dilakukan di negaraCoratia oleh Senka Samardzic dan

Gorka Vuletic Marvinac, dikatakan rokok akan menimbulkan gangguan yang

signifikan di usia 65 tahun keatas.

Dari konsep Blum juga didapatkan bahwa faktor biologis berperan penting

dalam hal menentukan status kesehatan, dalam faktor jenis kelamin

merupakan faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya efek rokok. Dari

hasil penelitain sebelum yang dilakukan di Coratia oleh Senka Samardzic dan

Page 51: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

51

Gorka Vuletic Marvinac, didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih

terpengaruh dengan rokok dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

Sarna L dkknya, melakukan penelitian dengan cara Cohort untuk menilai

hubungan antara rokok dengan kualitas hidup berdasarkan status kesehatan.

Para peneliti menggunakan SF-36 untuk menilai skor kesehatan fisik dan skor

kesehatan mental. Subjek penelitian adalah permpuan berjumalah 158 736,

dengan rentang usia 29 sampai 71 tahun. penelitian ini dilakukan selama 8

tahun. Sarna L dkk mendapatkan bahwa perokok mempunyai skor kesehatan

fisik dan skor kesehatan mental yang rendah dibandingkan dengan orang yang

tidak pernah merokok. Pada akhir penelitian didapatkan bahwa orang yang

tetap merokok selama penelitian dan orang yang perhenti merokok mengalami

penurunan skor kesehatan fisik, namun skor kesehatan mental mengalami

perbaikan pada orang yang perhenti merokok.49

Penelitian yang dilakukan oleh Mario Guitérrez-Bedmar dkk, para peneliti

membanding antara 2 kelompok, yaitu kelompok perokok dan tidak perokok,

penelitian ini dikerjakan dengan metode Cohort, subjek penelitian adalah

mahasiswa selama 4 tahun kuliah. Para peneliti mendapatkan bahwa orang

yang tidak merokok mempunyai hasil SF-36 lebih baik dibanding orang yang

merokok secara umum. Pada orang yang merokok kurang dari 15 batang

perhari terdapat keburukan pada skor kesehatan mental yang signifikan secara

statisitik dibandingkan orang yang tidak merokok. Pada akhir penelitian

didapatkan bahwa perokok mempunyai status kesehatan(fisik dan mental)

yang buruk. Pada kelompok perokok didapatkan bahwa hasil skor SF-36

berkorelasi dengan jumlah batang rokok yang dihisap, dengan arti kenaikan

pada jumlah batang rokok yang dihisap akan mengakibatkan penurunan pada

skor kesehatan yang diukur dengan SF-36 .50

4.3 Pembahasan Aspek Keislaman:39,53

4.3.1 Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat

Muhammadiyah tentang hukum merokok.

Page 52: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

52

Pertama : Amar Fatwa53

1- Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan

yang kondusif bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang

merupakan hak setiap orang dan merupakan bagian dari tujuan syariah

(maqasid asy-syar‘ah);

2- Merokok hukumnya adalah haram karena:

a. Merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khaba’is yang

dilarang dalam Q. 7: 157,

b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam

kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara

perlahan sehingga oleh karena itu bertentangan dengan larangan al-

Quran dalam Q. 2: 195 dan 4: 29,

c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang

terkena paparan asap rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan

berbahaya sebagaimana telah disepakati oleh para ahli medis dan

para akademisi dan oleh karena itu merokok bertentangan dengan

prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada perbuatan

membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain,

d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang

membahayakan walaupun tidak seketika melainkan dalam

beberapa waktu kemudian sehingga oleh karena itu perbuatan

merokok termasuk kategorimelakukan suatu yang melemahkan

sehingga bertentangan dengan hadis Nabi saw yang melarang

setiap perkara yang memabukkan dan melemahkan.

e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok

dan orang sekitar yang terkena paparan asap rokok, maka

pembelajaan uang untuk rokok berarti melakukan perbuatan

mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam Q. 17: 26-27,

f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maqasid

asy-syar‘ah), yaitu (1) perlindungan agama (hifz ad-din), (2)

perlindungan jiwa/raga (hifz an-nafs), (3) perlindungan akal (hifz

Page 53: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

53

al-‘aql), (4) perlindungan keluarga (hifz an-nasl), dan (5)

perlindungan harta (hifz al-mal)

3- Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan

keluarganya dari percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang

menyatakan, “Wahai orang-orang beriman hindarkanlah dirimu dan

keluargamu dari api neraka.”

4- Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan

berusaha sesuai dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan

merokok dengan mengingat Q. 29: 69, “Dan orang-orang yang

bersungguhsungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan

kepada mereka jalanjalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar

beserta orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2: 286, “Allah tidak akan

membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan

mendapat hasil apa yang ia usahakan dan memikul akibat perbuatan yang

dia lakukan;” dan untuk itu pusat-pusat kesehatan di lingkungan

Muhammadiyah harus mengupayakan adanya fasilitas untuk memberikan

terapi guna membantu orang yang berupaya berhenti merokok.

5- Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadr’j (berangsur), at-

taisir (kemudahan), dan ‘adam al-haraj(tidak mempersulit).

6- Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok

yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Pusat Muhammadiyah dinyatakan tidak berlaku.

4.3.2 Fatwa MUI tentang rokok:54

Ijtima’ Ulama komisi Fatwa se-Indonesia III sepakat adanya perbedaan

pandangan mengenai hukum merokok, yaitu antara makruh dan haram. (khilaf ma

baina al-makruh wa al-haram). Peserta Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia

III sepakat bahwa merokok hukumnya haram jika dilakukan:

a. Ditempatumum;

b. Olehanak-anak; dan

c. Oleh wanita hamil

Page 54: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

54

4.3.3 Fatwa BMNU (Bahtsul masail Nadhlatul Ulama):55

Berdasarkan kutipan dalil Al-Quran dan As-Sunnah serta kitab-kitab para

ulama maka penulis dapat menyimpulkan bahwa BMNU dalam menghukumi

merokok makruh menggunakan metode:

Pertama, BMNU Menggunakan kaidah fiqih dalam menetapkan hukum

merokok bahwa hukum itu berubah sesuai dengan perubahan alasan. Menurut

sekertaris komisis bahtsul masail diniyah waqi’- iyyah H.M. Cholil Nafis

merokok tetap dihukumkan makruh, karena hal ini tidak berakibat atau

membahayakan secara langsung, juga tidak memabukkan apalagi mematikan.

Kedua, Menggunakan pendekatan mahzab atau qauli para ulama, karena

menurut ulama NU tidak dijelaskan secara langsung mengenai hukum merokok di

dalam AlQuran. Di dalam beberapa pendapat ulama, dikatakan bahwa hukum

merokok yang ditetapkan tergantung pada kondisi perokok, serta besar dan

kecilnya kemudharatan yang ditimbulkan.

Ketiga, Secara singkat BMNU menggunakan pendekatan mahzab dan

kaidah ushuliyyah serta kaidah fiqhiyyah dalam menetapkan hukum merokok,

karena hukum merokok tidak dijelaskan secara langsung dalam Al-Quran, maka

BMNU menetapkan hukum merokok menggunakan pendekatan mahzab dan

kaidah fiqhiyyah serta ushuliyyah.

Ke-empat, BMNU menggunaakaan pertimbangan kemaslahatan, namun

menurut NU kemudharaataan yang ditimbulkaan oleh rokok relaltif kecil, dan

tidak sampai kepaada kematian

Page 55: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

55

4.4 Keterbatasan

Keterbatasan pada penelitian ini berupa, pertama, waktu yang tidak cukup

karena penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan kuliah; waktu juga

yang tidak sesuai dengan jam istirhat karyawan maka mengatur waktu menjadi

masalah yang penting dan mempengaruhi hasil penelitian. Kedua, adalah jumlah

sampel penelitian yang sedikit, oleh karena itu diambil semua responden yang

terjangkau, namum jumlah sampel masih sedikit. Ketiga yaitu instrumen

penelitian, kuesioner Sf 36 v2 tidak dapat mendeteksi gangguan kesehatan

responden secara akurat karena tidak melihat latar belakang responden yang

menyebabkan data yang didapatkan tidak sesuai apa yang diharapkan. Penelitian

dilakukan pada satu kelompok saja dan tidak menggunakan metode komparatif

untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Page 56: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1- Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat

merokok dengan skor kesehatan fisik.

2- Tingginya derajat merokok tidak menggambarkan

rendahnya skor kesehatan fisik dan sebaliknya .

3- Hasil ini sudah terbukti scara statistik dengan uji kolerasi

dengan koefisien korelasi (r) adalah 0.105 dan p = 0,499.

5.2 Saran :

penelitian dilakukan dengan sampel yang besar untuk

mendapatkan hasil yang lebih valid

penelitian dilakukan dengan cara studi banding dengan

menggunakan 2 kelompok , satu sebagai kontrol dan satu untuk

diteliti.

Penelitian dilakukan dengan cara Cohort untuk mendapatkan hasil

yang lebih valid dan mengurangi bias.

Page 57: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

57

DAFTAR PUSTAKA:

1. Tobacco: deadly in any form or disguise.World Health Organization.

Switzerland. 2006 May 4; 8(2):10-15.

2. Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report 2011. World Health

Organization, Regional Office for South East Asia. Indonesia. 2012; 1(8):

18 -24.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan

RI. Riset Kesehatan Dasar. 2013.

4. Health impact assessment, The determinants of health [ internet ]. 2015 [

cited 2015 Sep 10 ]. Available from:

http://www.who.int/hia/evidence/doh/en/ .

5. Blum R. et al. The effects of race/ethnicity, income, and family structure

on adolescent risk behaviors. American Journal of Public Health 2000; 9

(1) :1881-2.

6. Newbold A. Management of Healthcare Organizations: An Introduction. [

internet ]. [cited 2015 Sep 10 ] Available from:

https://www.ache.org/pubs/Olden%20Sample.pdf

7. Georgieva L , Burazeri G . Health Determinants in the Scope of new

public health. Sofia. 2005; 3(300): 35- 44.

8. Kotler, M . Pola Hidup Sehat untuk Sehat di Usia Senja. . Diakses pada

tanggal 8 Juli 2012. [internet] . Available form:

http://www.polahidupsehat.com/referensi_543htm

9. Setiawan E . Kamus Besar Bahasa Indonesia [ internet ]. 2014-2015.

Available from: http://kbbi.web.id

10. Depkes RI, 2009 . Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009.

Tentang

Kesehatan. Jakarta. 2009.

11. World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization.

2002. [cited 2015 Sep 10]. Available form:

http://www.who.int/about/definition/en/print.html

12. Barker D , Osmond C . Infant mortality, childhood nutrition, and

ischaemic heart disease in England and Wales. Lancet.1986; 1: 1077-81.

Page 58: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

58

13. Godfrey KM, Redman C , Barker D , Osmond C. The effect of maternal

anaemia and iron deficiency on the ratio of fetal weight to placental

weight. Br J Obstet Gynaecol 199l; 98: 886-91.

14. McKeown T. The role of medicine.2nd ed. Oxford: Basil Blackwell. 1979;

8(3) :44-47.

15. Townsend P, Whitehead M, Davidson N . Inequalities in health: The

Black Report and the health divide. Penguin Books. 1992; 29(8): 213-29.

16. Ahira A . Pengertian Pola Hidup Sehat [ internet ].2010. [ cited 2015 Sep

11]. Available form:http://www.anneahera.com/pengertian-pola-hidup-

sehat-8691.htm.

17. Last J . Public health and human ecology (2nd ed). Appleton Lange. 1998;

3(22): 8-10.

18. Fall C , Barker D , Osmond C, Winter P , Clark P , Hales C . Relation of

infant feeding to adult scrum cholesterol concentration and death from

ischaemic heart disease. BMJ 1992; 304: 801-5.

19. James W , Nelson M , Ralph A , Leather S . The contribution of nutrition

to inequalities in health. BMJ 1997; 314:1545-9.

20. Monaghan S . The determents of the of people. BMJ. 2000; 32(12):22-24.

21. Zimmern R , Cook C. Genetics and health. Policy issues for genetic

science and their implications for health and health services. The Nuffield

Trust. London.2000; 36: 122-33.

22. Situmeang T . Hubungan merokok kretek dengan kanker paru. Jurnal

Respirologi Indonesia.Jakarta. 2002; 22 : 109-117.

23. Syahdrajad T. Merokok dan masalahnya. Dexa Media, Jurnal Kedokteran

dan Farmasi.Jakarta.2007; 20 : 184-187.

24. Aditama T . Tobacco use among students aged 13-15 years in

Jakarta.Majalah Kedokteran Indonesia.Jakarta.2006; 56: 7-12.

25. Antarrudin C . Pengaruh debu padi pada faal paru pekerja kilang padi yang

merokok dan tidak merokok. [internet] . 2007 [ cited 2015 Sep 9 ].

Available from:

http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file

=index&req=getit &lid=710 .

Page 59: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

59

26. Aditama T . Penyakit Akibat Merokok. Dalam : Masalah Perokok dan

Penanggulangannya:Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia

(YPIDI).Jakarta 2001; 3 : 2-6.

27. Burns D . Nicotine Addiction. In : Harrison T.R. Harrison’s Priciples of

Internal Medicine.The Mc Graw Hill Companies. 16th ed. USA:.2005; 1 :

2573-2576.

28. Sukmana T. Agar Terhindar dari Rokok. Be Champion.Jakarta.2007. pp:

4-14.

29. Devereux G. ABC of chronic obstructive pulmonary disease. Definition,

epidemiology, and risk factors. BMJ.2006; 332:1142–4.

30. PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). PPOK, tantangan dan

pelaksanaan di abad 21. Pertemuan Ilmiah Khusus .PDPI.Jakarta.2000; 2

:4-7.

31. Leffrondre R . Modeling Smoking History: A Comparison of Different

approachs. American Journal of Epidemiology. Edisi ke-156.Jakarta.2001;

1 : 813-823.

32. Ware J, Sherbourne C . The MOS 36- Item Short Form Health Survey

(SF- 36). Conceptual Framework and Item selection. Medical Care. 1992;

30(473) : 5 – 6.

33. Kranciukaite D , Rastenyte F . Measurement Of Quality Of Life In Stroke

Patient. Medicina. 2006;42(9) : 10.

34. RAND. Scoring Instructions for the 36-Item Short Form Survey (SF-36).

2009: 3; 34-44.

35. Hermaini F . Uji Keandalan dan Kesahihan Formulir European Quality of

Life – 5 Dimensions (EQ-5D) untuk Mengukur Kualitas Hidup Terkait

Kesehatan padaUsia Lanjut di RSUPNCM. Universitas Indonesia; 2006;1

: 6.

36. Samardzic S ,Marvinac G . Quality of Life in Smokers, Coll.

Antropol.2009; 33 Suppl. 1: 107-114

37. Funahashi K , Takahashi I , Danjo K , Masashi M, Takashi U , Shigeyuki

N. Smoking habits and health-related quality of life in a rural japanese

population. Qual life res. Springer. 2011: 1; 1772-1778

Page 60: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

60

38. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Depatemen kesehatan RI.

Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Provinsi Sulawesi Selatan. 2008

Des; 1 : 5- 6.

39. Nabulsi. تحريم التدخين من خالل القرآن الكريم و السنة. [internet].2006 [cited 2015

Sep 15]. Available from:

http://nabulsi.com/blue/ar/art.php?art=2348&id=150&sid=739&ssid=768

&sssid=769

40. Baits , Ammi N. Hukum rokok dalam Islam.[internet]. 2013[cited

2015 Sep 15]. Available from: http://www.konsultasisyariah.com/hukum-

rokok-dalam-islam/

41. Quran kareem terjemah bahasa Indonesia. [internet].[cited 2015 Sep

14]. Available from: http://www.theonlyquran.com/quran/Al-

A'raf/Indonesian_Bahasa_Indonesia/?ayat=156&pagesize=20

42. Imelda S,Yunus F , Wiwien H . Hubungan derajat asma dengan kualitas

hidup yang dinilai dengan asthma quality of life questionnaire.

Departemen Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia RS Persahabatan. Maj Kedokt Indon.

Jakarta 2007 Des ; 57(12) : 76-80.

43. Liam C. Significant morbidity associated with asthma: A need for

increased doctor and patient education. Med J Malaysia. Kuala Lumpur

2003 ; 58(4) : 471-4.

44. Klooster T, Harald V, Erik T, Liseth S , Lidy H, Aphons D J, Ellen D,

Piet R V, Mart V D L. A Performance of the Dutch SF-36 version 2 as a

measure of health-related quality of life in patients with rheumatoid

arthritis. Health and Quality Of Life Outcomes.Germany.2013; 11:77.

45. Laaksonen M, Rahkonen O , Martikhainen P, Karvonen S . Smoking

and SF – 36 health functioning. Prev. Med. 2006; 42(206): 6 – 8.

46. Cayuela A, Rodríguez-Domínguez S, Otero R. Deteriorated health-related

of life in health male smokers. Arch Bronconeumol. Spain. 2006; 43(02):

59-63.

Page 61: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

61

47. Moy ML, Israel E, Weiss ST, Juniper EF, Dube L, Drazen JM, et

al. Clinical predictors of health-related quality of life depend on

asthma severity. Am J Respir Crit Care Med 2001;163:924-9

48. Ware JE, Kosinski M . SF-36® Physical and Mental Health Summary

Scales: A Manual for Users of Version 1. 2nd Edition. Lincoln, RI:

QualityMetric, Inc., 2001; 5 :54.

49. Sarna L, Bialous SA, Cooley ME, Jun HJ, Feskanich D. Impact of

smoking and smoking cessation on health-related quality of life in women

in the Nurses’ Health Study. Qual Life Res, 2008 Dec; 17: 1217-27.

50. Guiterrez-Bedmar M, Segui-Gomez M, Gomez-Gracia E, et al.

Smoking status, changes in smoking status and health-related

quality of life: findings from the SUN (“Seguimiento Universidad de

Navarra”) cohort. Int J Environ Res Public Health 2009;6:310–20.

51. Matthew G, Itai D, William W I. Quality of life and smoking. The

American Journal on Addictions Psychiatry. Callifornia. 2014; 23(6): 540

– 62.

52. Mansvelder H D , McGehee D S . Cellular and Synaptic Mechanisms of

Nicotine Addiction. Wiley Periodicals, Inc. 2002; :6.

53. Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Fatwa tentang

hukum merokok. No.6/SM/MTTII/2010.

54. KeputusanIjtima’ UlamaKomisi Fatwa se-Indonesia III tahun 2009.

55. KeputusanBahtsul Masail Nahdlatul Ulama [internet]2006.cited Sep 2015.

Available from [http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail ids,11-

id,15696-lang,id-c,syariah t,Bahtsul+Masail+tentang+Hukum+Merokok-

.phpx ]

56. Al-Quran al-kareem.

57. Hadis- hadis Nabawi.

Page 62: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

62

Lampiran-1

Surat persetujuan kode etik

Page 63: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

63

Lampiran 2

Riwayat Penulis

Identitas:

Nama : Abdelrahman M. S. Alnweiri

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat, Tanggal Lahir : Al-nusairat, 27 April 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lurah Disah, Gg Kubur, RT/RW

08/002. Pisangan. Ciputat. Tanggrang

Selatan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1998 - 2004 : UNERWA Prep School “H”, boys and girl

2004 – 2007 : UNERWA Jinor High School “D” Boys

2007 – 2010 : Shuhadaa Al-Nusairat High School “A” Boys

2012 – present : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 64: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

64

Lampiran 3

Informed Consent dan Kuesioner SF – 36v2

LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Assalamualaikum wr.wb

Kepada yth. Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nama saya Abdelrahman M. S. Alnweiri, Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2012. Saat ini saya

sedang melakukan penelitian dengan judul (HUBUNGAN DERAJAT

MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN FISIK PADA KARYAWAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2015) sebagai tugas akhir untukmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran.

Melalui kuesioner ini, saya akan menanyakan kepadaAnda hal-hal yang

berhubungan dengan kesehatan fisik Anda. Informasi yang Anda berikan sangat

diharapkandapat membantu kami mengetahui seberapa besar kemampuan

Andadalam melakukan aktivitas sehari-hari.

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur :

Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menyelesaikan survei ini!

Jakarta,

2015

Peneliti

Pesert

a

Abdelrahman M. S. Alnweiri ( )

Page 65: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

65

Lampiran 5 : data SPSS

Uji Normalitas Data

Explore

Notes

Output Created 15- 2015-سبت ICT 06:48:16

Comments

Input Data E:\SKRIPSI\6AUG.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File 44

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent

variables are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent variable

or factor used.

Page 66: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

66

Syntax EXAMINE VARIABLES=USIA

INDEKS_BRINKMAN

SKOR_KESEHATAN_FISIK

/PLOT BOXPLOT HISTOGRAM

NPPLOT

/COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:02.902

Elapsed Time 00:00:03.077

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Page 67: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

67

USIA 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

INDEKS_BRINKMAN 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

SKOR_KESEHATAN_FI

SIK 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Descriptives

Statistic

Std.

Error

USIA Mean 33.7273 1.52407

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 30.6537

Upper Bound 36.8009

5% Trimmed Mean 33.1162

Median 31.5000

Variance 102.203

Std. Deviation 1.01095E1

Minimum 17.00

Page 68: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

68

Maximum 60.00

Range 43.00

Interquartile Range 13.75

Skewness 1.039 .357

Kurtosis .635 .702

INDEKS_BRINKMAN Mean 2.9943E2

51.1533

4

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.9627E2

Upper Bound 4.0259E2

5% Trimmed Mean 2.4739E2

Median 2.1800E2

Variance 1.151E5

Std. Deviation 3.39313E2

Minimum 3.00

Maximum 1836.00

Range 1833.00

Interquartile Range 279.00

Skewness 3.006 .357

Kurtosis 10.935 .702

SKOR_KESEHATAN_

FISIK

Mean 60.6136 1.21705

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 58.1592

Upper Bound 63.0680

Page 69: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

69

5% Trimmed Mean 61.3081

Median 62.5000

Variance 65.173

Std. Deviation

8.07297

Minimum 34.00

Maximum 70.00

Range 36.00

Interquartile Range 11.75

Skewness -1.192- .357

Kurtosis 1.469 .702

USIA

Page 70: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

70

Page 71: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

71

Page 72: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

72

Indeks Brinkman (IB)

Page 73: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

73

Page 74: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

74

Page 75: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

75

Skor Kesehatan Fisik

Page 76: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

76

Page 77: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

77

Page 78: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

78

Uji Normalitas setelah dilakukan transformasi data:

Explore

note

Output Created 15- 2015-سبت ICT 06:50:42

Comments

Input Data E:\SKRIPSI\6AUG.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File 44

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Page 79: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

79

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=tans_IB

trans_skorKesFisik

/PLOT BOXPLOT HISTOGRAM

NPPLOT

/COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:01.825

Elapsed Time 00:00:01.773

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tans_IB 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

trans_skorKesFisik 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

tans_IB Mean 2.2531 .07603

Page 80: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

80

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 2.0998

Upper Bound 2.4064

5% Trimmed Mean 2.2762

Median 2.3380

Variance .254

Std. Deviation .50435

Minimum .48

Maximum 3.26

Range 2.79

Interquartile Range .58

Skewness -1.057- .357

Kurtosis 2.651 .702

trans_skorKesFisik Mean 1.7782 .00974

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 1.7586

Upper Bound 1.7979

5% Trimmed Mean 1.7851

Median 1.7959

Variance .004

Std. Deviation .06458

Minimum 1.53

Maximum 1.85

Page 81: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

81

Range .31

Interquartile Range .08

Skewness -1.706- .357

Kurtosis 3.865 .702

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tans_IB .115 44 .174 .937 44 .018

trans_skorKesFisik .159 44 .007 .843 44 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Trans_IB:

Page 82: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

82

Page 83: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

83

Page 84: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

84

trans_skorKesFisik:

Page 85: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

85

Page 86: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

86

Page 87: HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38056/1... · statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor

87

Hasil Uji korelasi:

Kat-Indeks

Brinkman

Kat-Skor

kesehatan fisik

Spearman’s rho Kategori Indeks

Brinkman

Correlation Coefficient 1.000 .105

Sig.(2-tailed) . .499

N 44 44

Kat- skor

kesehatan fisik

Correlation Coefficient .105 1.000

Sig.(2-tailed) .499 .

N 44 44

Umur Kat-Skor

kesehatan fisik

Spearman’s rho Kategori Indeks

Brinkman

Correlation Coefficient 1.000 .234

Sig.(2-tailed) . .126

N 44 44

Kat-skor

kesehatan fisik

Correlation Coefficient .234 1.000

Sig.(2-tailed) .126 .

N 44 44