hubungan antara teman sebaya dengan kompetensi...

29
Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd Email : [email protected] [email protected] [DOSEN PAI FIAI UII YOGYAKARTA]

Upload: vutuyen

Post on 16-Feb-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

Hubungan antara Teman Sebaya dengan

Kompetensi Interpersonal Mahasiswa

Oleh

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Email : [email protected]

[email protected]

[DOSEN PAI FIAI UII YOGYAKARTA]

Page 2: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

1

Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Email : [email protected] & [email protected]

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman

sebaya dengan kompetensi interpersonal mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Februari hingga maret 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta tahun akademik 2007/2008 yang berjumlah sebanyak 1.256 orang. Subjek

penelitian diambil secara sampel, dengan menggunakan stratified proportional random

sampling dengan jumlah proporsi yang ditentukan sebanyak 25 % dari populasi, yaitu

berjumlah 315 orang. Data diambil dengan menggunakan quesioner yang dikembangkan

sendiri dengan mengadopsi model skala Likert. Hasil uji coba instrumen menunjukkan

tingkat validitas untuk seluruh instrumen berkisar 0,3239 hingga 0,5655 dan harga

koefisien alpha untuk masing-masing skala sebesar 0,8903 (skala interaksi teman sebaya)

dan 0,9546 (skala kompetensi interpersonal). Data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan formula korelasi product moment dari Pearson dengan software SPSS

versi 11,0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment

diketahui harga korelasi antara interaksi antarteman sebaya dengan kompetensi

interpersonal sebesar 0,457 (p = 0,000). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang

sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan kompetensi interpersonal, oleh

karena itu Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat interaksi

individu dengan teman sebaya akan secara signifikan mempengaruhi kompetensi

interpersonal individu yang bersangkutan.

Kata kunci : interaksi teman sebaya, kompetensi interpersonal.

I. Pendahuluan

Dalam tulisannya, Golson (2006) menyatakan bahwa bukan persoalan seseorang

memiliki kecerdasan, juga bukan karena yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk

mengelaborasi masalah dari persoalan yang dihadapi, namun jika yang bersangkutan

tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kepada orang lain, maka kemampuan-

kemampuan tersebut menjadi tidak berguna, kompetensi interpersonal merupakan kunci

bagi individu untuk mengkomunikasikan ide-ide cemerlangnya kepada orang lain. Lebih

lanjut diungkap Golson (2006) bahwa orang yang memiliki kemampuan sosial dan dapat

berkomunikasi dengan orang lain dalam waktu yang lama cenderung lebih berhasil

dibanding dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan tersebut, dan salah satu

Page 3: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

2

faktor yang banyak menentukan keberhasilan dalam menjalin komunikasi dengan orang

lain adalah kompetensi interpersonal.

Menurut Hayes (2006) bahwa kompetensi interpersonal merupakan kunci yang

membedakan antara manager yang sukses dan yang tidak sukses. Pendapat lain, Suchy

(2000) menyatakan bahwa efektivitas kehidupan individu dan kehidupan pekerjaan

seseorang hingga 80% merupakan sumbangan dari faktor kompetensi interpersonal.

Dalam hal ini, Nandeshwar (2006) menyatakan bahwa kemampuan teknis tidaklah

cukup untuk kesuksesan karir individu, dan banyak kajian mengindikasikan bahwa orang

yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan atau mempertahankan pekerjaannya

mungkin memiliki kemampuan teknis, tetapi yang bersangkutan tidak memiliki

kompetensi interpersonal. Pernyataan Nandeshwar ini didukung oleh Stephenmarks

(2006) yang menegaskan bahwa kompetensi interpersonal merupakan dasar bagi suatu

kesuksesan.

Dua pendapat tersebut cukup beralasan sebab kompetensi interpersonal

merupakan kemampuan individu dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya.

Menurut Spitzberg dan Cupach (dalam DeVito, 1996) menyatakan bahwa kompetensi

interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif,

yang ditandai karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung

dalam menciptakan dan membina hubungan antarpribadi yang baik dan memuaskan.

Selanjutnya jika telah terjadi hubungan antarpribadi yang baik dan memuaskan, maka

individu yang memiliki kompetensi interpersonal ini akan mudah untuk mendapatkan apa

yang menjadi tujuannya. Hal ini dikuatkan pendapat Chickering (dalam Janosik, dkk.,

2004) bahwa perkembangan kompetensi interpersonal sebagai sebuah syarat untuk

membangun hubungan yang sukses, dan kompetensi interpersonal merupakan

kompetensi penting bagi karir, dan keluarga.

Page 4: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

3

Kesadaran kognitif akan pentingnya kompetensi interpersonal dalam diri individu

ternyata tidak selamanya dapat tumbuh dan berkembang secara baik pada seluruh lapisan

masyarakat Indonesia. Setidaknya secara empirik kerap ditemukan ada individu yang

mengalami konflik dengan sesamanya tidak berusaha menyelesaikan konflik dengan

baik, namun justru memilih menyelesaikannya dengan pertengkaran. Kemampuan untuk

mengatasi konflik dengan baik merupakan indikasi adanya kompetensi interpersonal, hal

ini sebagaimana diungkap oleh McGaha & Fitzpatrick (2005) bahwa ciri adanya

kompetensi interpersonal pada individu adalah kemampuan memulai kontak, dukungan

emosional, keterbukaan, dan mengatasi konflik.

Problem kompetensi interpersonal juga terjadi pada diri mahasiswa, hal tersebut

sebagaimana dilaporkan oleh Partosuwido (1993) bahwa banyak persoalan pribadi dan

kompetensi interpersonal di kalangan mahasiswa yang meliputi: kesulitan hubungan

dengan sesama maupun lawan jenis, kurang mampu mengendalikan emosi, sering terlibat

konflik dengan teman. Selain itu, Partosuwido (1993) juga melaporkan bahwa banyak

mahasiswa mengeluhkan persoalan pribadi yang pada gilirannya dapat menyulitkan

mereka dalam melakukan hubungan interpersonal seperti, rendah diri, sikap tertutup,

kecemasan tinggi, tidak mampu mengendalikan diri, dan mudah dipengaruhi orang lain.

Dalam proses interaksi di antara teman sebayanya, mahasiswa akan banyak

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Tekait dengan hal tersebut, Erwin &

Hartup (dalam Durkin, 1995) meyakini bahwa kelompok teman sebaya memiliki banyak

fungsi termasuk dalam proses pengembangan identitas sosial, saling membagi norma

perilaku sosial, mempraktekkan kemampuan sosial (social skill), dan mempertahankan

struktur sosial. Welsh dan Bierman (2006) mengungkap bahwa dalam banyak situasi,

relasi teman sebaya sebagai “ladang latihan” (training grounds) bagi hubungan

interpersonal, menyiapkan individu mempelajari tentang hubungan timbal balik dan

Page 5: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

4

kedekatan (intimacy). Lebih lanjut menurut Welsh dan Bierman, bahwa semua

kemampuan tersebut berhubungan dengan efektivitas hubungan interpersonal dalam

kehidupan orang individu termasuk di dalamnya hubungan dengan teman kerja ataupun

pasangan romantisnya. Secara lebih tegas Kuh & Terenzini et al., (dalam Foubert &

Grainger, 2006) menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya juga memiliki

kontribusi terhadap kompetensi interpesonal. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh

Kramer dan Gottman (1992) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki

kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya memiliki kesempatan yang lebih

besar untuk meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan lebih mudah

membina hubungan interpersonal.

Begitu pentingnya kompetensi interpersonal ini untuk dimiliki oleh setiap

individu, oleh karenanya ranah ini menarik untuk dikaji. Dari paparan di atas terungkap

bahwa salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnya kompetensi interpersonal

seseorang adalah adanya interaksi antarteman sebaya. Berdasarkan hal ini, maka

penelitian yang ingin mengungkap keterkaitan antara interaksi teman sebaya dengan

kemampuan interpersonal penting untuk dilakukan. Diasumsikan bahwa semakin baik

interaksi yang terjadi antara individu dengan teman sebayanya, dengan bukti diterimanya

individu tersebut dalam kelompok teman sebayanya, maka akan semakin tinggi

kompetensi interpersonal yang dimiliki individu yang bersangkutan.

II. Kajian Teori

A. Kompetensi Interpersonal

1. Pengertian Kompetensi Interpersonal

Dalam berinteraksi dengan orang lain, setiap individu akan melakukan

komunikasi antarpribadi baik sendiri-sendiri ataupun dalam kelompoknya. Seberapa

Page 6: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

5

besarnya suatu komunitas, namun yang pasti komunikasi yang terjadi di antara

individu yang ada tetap merupakan komunikasi interpersonal. Hal ini sebagaimana

dinyatakan Larasati (1992) bahwa sekitar 73 persen komunikasi yang dilakukan

manusia merupakan komunikasi interpersonal. Demikian pula Bierman (2006) dan

Suchy (2000) juga menyatakan hal yang lebih kurang sama, yaitu bahwa kompetensi

interpersonal adalah salah satu faktor penting bagi keberhasilan individu dalam

meniti kehidupannya.

Handfield (2006) mengartikan kompetensi interpersonal sebagai kemampuan

seseorang untuk bekerja dengan orang lain. Buhrmester, dkk (1988) memaknai

kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang

dalam membina hubungan interpersonal. Adapun McGaha & Fitzpatrick (2005)

mengartikan kompetensi interpersonal sebagai perilaku-perilaku yang sesuai dalam

berhubungan seperti memulai kontak, dukungan emosional, keterbukaan, mengatasi

konflik. Sementara itu, Porter, dkk (tt) mengartikan kompetensi interpersonal dengan

kemampuan mengelola diri sendiri secara efektif dalam bekerja dengan orang lain

dalam rangka menyelesaikan tugas/pekerjaan bersama. Kemampuan tersebut adalah

sikap dan perilaku interpersonal yang biasanya dikenal sebagai kemampuan kerja

sama tim. Ahli lain, Spitzberg dan Cupach (dalam DeVito, 1996) memberi

pengertian kompetensi interpersonal sebagai kemampuan seorang individu untuk

melakukan komunikasi yang efektif. Jerving ( 2001) mengartikan Kompetensi

interpersonal sebagai sebuah kemampuan untuk membangun dan menjaga hubungan

yang efektif.

Dari beberapa pengertian kompetensi interpersonal yang dipaparkan di atas,

dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif yang

meliputi kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan

Page 7: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

6

membuka diri, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang

lain, kemampuan bersikap asertif, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi

konflik dengan orang lain.

Edit

2. Aspek Kompetensi Interpersonal

Elsayed-Elkhouly (2001) mengungkap beberapa faktor Kompetensi

interpersonal yaitu adanya komunikasi, perolehan kekuasaan dan pengaruh,

memotivasi orang lain, pengelolaan konflik dan negosiasi. Sementara itu,

Stephenmarks (2006) memerinci komponen kompetensi interpersonal yang terdiri

dari : (1) Kesadaran diri, yaitu seberapa jauh individu mengenal dirinya sendiri; (2)

Kemampuan mendengar, yaitu seberapa efektifnya seseorang menjadi seorang

pendengar yang baik; (3) Empati dan pemahaman; (4) Kemampuan berkomunikasi.

Chappelow & Leslie (2001) mengemukakan komponen kompetensi

interpersonal yang terdiri dari: (a) Menjadi pendengar yang baik; (b) Cocok terhadap

siapa saja; (c) Kolaboratif; (d) Berbagi tanggungjawab: (e) Tidak otoriter: (f)

Berorientasi pada kelompok; (g) Mendukung ide-ide orang lain: (h) Jujur: (i) Berterus

terang; (j) etis/beretika.

Chickering and Reisser (1993) mengungkap bahwa Kompetensi

interpersonal mencakup: (a) kemampuan mendengar; (b) kerjasama; (c) komunikasi

efektif –seperti kemampuan menyesuaikan agenda dirinya dengan tujuan kelompok;

dan (d) kemampuan untuk memilih dari strategi yang bervariasi untuk menolong

hubungan yang atau fungsi kelompok. Buhrmester, dkk (1988) menyatakan

kompetensi interpersonal meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Page 8: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

7

a. kemampuan berinisiatif. Menurut Buhrmester (1988) inisiatif adalah usaha untuk

memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain, atau dengan

lingkungan sosial yang lebih besar. Inisitif merupakan usaha pencarian

pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar, juga tentang

dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang

telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.

b. kemampuan untuk bersikap terbuka (self-disclosure), kemampuan membuka diri

merupakan kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan informasi yang

bersifat pribadi dan penghargaan terhadap orang lain. Kartono dan Gulo (1987)

mengungkap bahwa pembukaan diri adalah suatu proses yang dilakukan

seseorang hingga dirinya dikenal oleh orang lain. Sears, dkk, (1991) menyatakan

bahwa kemampuan membuka diri diwujudkan dengan perilaku orang yang

melakukan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang

lain.

c. kemampuan bersifat asertif. Menurut Pearlman dan Cozby (1983) asertivitas

adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-

perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas.

Dalam konsteks komunikasi interpersonal seringkali seseorang harus mampu

mengungkapkan ketidaksetujuannya atas berbagai macam hal atau peristiwa yang

tidak sesuai dengan alam pikirannya.

d. Kemampuan memberikan dukungan emosional. Kemampuan memberikan

dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komuniksi

interpersonal antar dua pribadi. Baker dan Lemie (dalam Buhrmester, dkk, 1988)

dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi

Page 9: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

8

rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan

bermasalah. Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang.

e. kemampuan dalam mengatasi konflik. Kemampuan mengatasi konflik meliputi

sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan

kembali penilaian atau suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri

yang baru. Menyusun strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana individu

yang bersangkutan merumuskan cara untuk menyelesaikan konflik dengan

sebaik-baiknya.

Junior (1997) mengajukan komponen kompetensi interpersonal yang terdiri

dari: (a) menghargai orang lain; (b) terbuka; (c) mempercayai motif orang lain; (d)

menunjukkan kehangatan dalam berinteraksi. Secara singkat Junior mencirikan orang

yang tidak memiliki kompetensi interpersonal sebagai seorang yang ”dingin”.

Dari paparan di atas, komponen dari kompetensi interpersonal dapat berupa

(a) kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, (b) kemampuan

membuka diri; (c) kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang

lain; (d) kemampuan bersikap asertif; (e) empati; serta (f) kemampuan mengelola

dan mengatasi konflik dengan orang lain.

B. Interaksi Teman Sebaya

1. Pengertian Interaksi Teman Sebaya

Musser & Graziano (1991) menulis bahwa istilah teman sebaya (peer)

merujuk pada kesamaan status. Ivor Morrish (dalam Ahmadi, 2004: 191)

mengungkap teman sebaya dengan kalimat “a peer is an equal, and a peer is a group

composes of individuals who are equals”. Dari pendapat Morrish setidaknya dapat

dimaknai bahwa istilah teman sebaya (peer) memiliki makna sekelompok individu

yang memiliki kesamaan. Tentunya kesamaan yang dimaksud oleh Morrish dapat

Page 10: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

9

dimaknai secara berbeda. Hartup (dalam Musser & Graziano, 1991) menyatakan

bahwa istilah tersebut mengacu pada kesamaan usia, yang berjarak kurang dari 12

bulan.

Berbeda dengan pendapat di atas, Lewis and Rosenblum (dalam Musser &

Graziano, 1991) mendefinisikan teman sebaya tidak merujuk pada terminologi usia,

tetapi lebih kepada makna bahwa individu-individu yang pada saat tertentu

berperilaku pada tingkat kompleksitas yang sebanding. Sementara itu Musser &

Graziano (1991) menyatakan bahwa teman sebaya (peer) tidak sama dengan teman

yang berusia sama (agemate), pemaknaan teman sebaya hendaklah diperluas sebagai

interaksi yang terjadi bukan hanya dengan mereka yang berusia sama.

Craig (1980) memahami kelompok teman sebaya bukan sekadar sekumpulan

anak, yang dengan keanggotaan terbatas, namun juga mengharuskan adanya interaksi

satu dengan yang lain. Ditambahkannya bahwa kelompok teman sebaya ini relatif

stabil untuk waktu tertentu, dengan saling membagi dan mempengaruhi nilai, norma

kebiasaan di antara mereka. Dalam kelompok tersebut mereka melakukan interaksi

sosial, yaitu hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu

dapat mempengaruhi inividu yang lain (Walgito, 1978).

Merujuk pada pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi teman

sebaya adalah interaksi yang terjadi di antara anak dengan teman-temannya yang

tidak hanya berusia sama tetapi juga berbeda usia, tetapi masih dalam kegiatan yang

sama. Pendapat ini didukung Musser & Graziano (1991) yang menyatakan bahwa

banyak anak yang kerap berinteraksi dengan mereka yang tidak sama usianya. Allen

(dalam Musser & Graziano, 1991) menyatakan bahwa kebanyakan anak memiliki

peluang untuk berinteraksi dengan mereka yang tidak sama usianya. Hasil penelitian

yang dilakukan Barker and Wright (dalam Musser & Graziano, 1991) yang

12

Page 11: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

10

menemukan bahwa hingga 65% dari subjek penelitiannya melakukan interaksi tidak

dengan teman mereka yang berusia tidak sama.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan interaksi teman sebaya adalah

sekumpulan anak dengan keanggotaan terbatas, yang melakukan interaksi satu

dengan yang lain, saling membagi dan mempengaruhi nilai, norma kebiasaan di

antara mereka yang ditandai dengan sikap sifat toleran, luwes, energik, riang,

memiliki rasa humor, bertingkah sewajarnya, kepercayaan diri, mencari perhatian,

egois, interaksi dengan kelompoknya

2. Model Interaksi Teman Sebaya

Berdasar pada penelitian yang dilakukannya, Dunphy (dalam Atwater, 1992)

membagi dua model interaksi teman sebaya yang disebutnya (1) kelompok kecil

(clique); dan (2) kelompok besar (crowd). Mussen, dkk. (1984) menambah satu

model interaksi yang disebutnya persahabatan individual. Model interaksi tersebut

bukan hanya berbeda dari sisi ukuran, namun juga fungsi masing-masing.

Kelompok kecil menurut Mussen, dkk (1984) merupakan fungsi instrumental

yang penting sebagai pusat persiapan bagi aktivitas kumpulan yang lebih besar,

penyebaran informasi dan untuk evaluasi atas aktivitas yang mereka lakukan. Dalam

kelompok kecil ini, menurut Mussen, dkk. (1984) memungkinkan remaja untuk tetap

bertahan dengan mode pakaian, penampilan diri, musik, bahasa, topik pembicaraan

populer yang sama. Selain itu ditegaskan Mussen, dkk. bahwa kelompok ini juga

sebagai latar uji bagi pengembangan nilai-nilai dan keyakinan pribadi serta keyakinan

sosial remaja.

Atwater (1992) menambahkan bahwa klik (clique) ini secara esensial terdiri

dari hanya beberapa orang –kurang dari 10 orang- yang bertemu kebanyakan karena

Page 12: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

11

adanya komunikasi personal dan keinginan untuk saling membagi. Lebih lanjut

diungkap Atwater bahwa aktivitas kelompok ini terjadi secara spontan, dan para

anggotanya memiliki perhatian terhadap satu sama lainnya berdasar pada kesamaan

minat, kepribadian, sekolah, tetangga, atau agama.

Adapun yang dimaksud dengan crowd (kelompok besar) merupakan pusat

terbesar aktivitas sosial yang lebih terorganisir, yang menyediakan bagi interaksi

antar jenis kelamin (Mussen, dkk, 1984). Dalam hal yang sama Dunphy (dalam

Atwater, 1992) mengungkap bahwa kelompok besar dilihat dari jumlahnya lebih dari

sepuluh orang yang melakukan kegiatannya pada akhir pekan. Dari hasil penelitian

Dunphy ditemukan bahwa crowd secara esensial terdiri dari kelompok-kelompok

kecil. Selain itu hasil penelitian Dunphy juga menyebutkan bahwa sekitar 30% anak

laki-laki, dan 20% anak perempuan dari subjek yang diteliti Dunphy ternyata tidak

masuk menjadi salah satu kelompok di atas, dan mereka biasanya disebut sebagai

orang luar atau penyendiri.

Model ketiga yang disebut Mussen, dkk. (1984) adalah persahabatan

individual. Menurut Mussen, teman sebaya yang dekat (teman dekat) biasanya

menyumbang terhadap perkembangan remaja, sedangkan yang jauh tidak dapat

melakukannya. Hal ini mungkin dikarenakan teman dekat dapat saling mengkritik

secara bebas, dan masing-masing remaja juga dapat saling belajar memodifikasi

perilaku, perasaan, ide-ide. Secara ringkas Mussen, dkk (1984) menyatakan bahwa

pada suasana yang mendukung, persahabatan dapat membantu remaja untuk secara

lebih baik menjelaskan identitasnya, meyakini dan bangga atas identitas yang

dimilikinya.

Page 13: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

12

Dalam tulisannya yang sama Mussen, dkk (1984) juga membagi posisi

seorang dalam kelompoknya, yaitu (1) remaja yang diterima kelompok ; (2) remaja

yang diabaikan, dan (3) remaja yang ditolak kelompok teman sebayanya. Remaja

yang diterima kelompoknya memiliki sifat toleran, luwes, energik, riang, memiliki

rasa humor, bertingkah sewajarnya, antusias, mendorong dan merencanakan aktivitas

kelompok. Sementara itu remaja yang diabaikan memiliki karakterisitik yang

berlawanan dengan remaja yang diterima. Beberapa karakteristik tersebut adalah,

kurang percaya diri, cenderung bereaksi secara kasar, gugup, mengisolasi diri.

Hampir sama dengan karakteristik remaja yang dilupakan, Mussen, dkk

(1984) memberi karakteristik mereka yang ditolak oleh teman sebayanya seperti

cenderung kurang percaya diri dan sebagai pengimbangnya dia berperilaku terlalu

agresif, mengganggap dirinya penting, mencari-cari perhatian, berpusat selalu pada

diri, tidak mau menerima kondisi orang lain, sarkastis, bersikap kasar, egois, dan

sedikit memberi kontribusi terhadap upaya-upaya yang dilakukan kelompoknya,

demikian juga mereka sedikit menerima dari kelompoknya.

Dalam memberi karakteristik tentang remaja yang diabaikan dan yang ditolak

Mussen, dkk tampaknya hampir sama. Hanya saja Mussen, dkk menegaskan bahwa

remaja yang diabaikan sebenarnya merupakan lawan remaja yang populer. Dengan

kalimat lain, remaja yang diabaikan adalah kelompok remaja yang tidak populer.

Tentu saja model interaksi remaja diterima ataupun ditolak sebagaimana dua

sisi mata uang. Artinya jika seorang remaja diterima dalam komunitas teman

sebayanya, maka sifat-sifat ataupun karakteristik remaja diterima (point 1 di atas)

akan cenderung lebih tinggi (dominan) dibanding sifat-sifat remaja ditolak (point 2).

Page 14: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

13

Sebaliknya jika remaja ditolak, maka hal itu karena sifat-sifat remaja ditolaknya

cenderung dominan, dibanding dengan karakteristik remaja diterima.

C. Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal

Pada awalnya lingkungan keluarga merupakan lingkungan awal tempat anak

berusaha untuk melakukan aktivitas dalam rangka memenuhi harapan sosial. Dalam

aktivitas tersebut terjadi interaksi antara anak dengan orangtua, anak dengan saudara

sekandungnya, dan untuk lingkungan keluarga yang besar (extended family) dapat juga

terjadi interaksi anak dengan anggota keluarga lainnya yang bukan saudara sekandung.

Brooks (dalam Hamner & Turner, 1996) memahami proses interaksi yang

berkelanjutan antara orang tua dan anak ini sebagai sebuah proses pengasuhan. Dalam

proses tersebut menurut Brooks, orang tua akan melakukan proses pemeliharaan,

perlindungan dan mengarahkan anak pada perkembangannya. Proses pengasuhan

memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan individu menuju tahap-tahap

perkembangan psikologisnya.

Dipahami bahwa jika pada awal perkembangan individu orang tua memiliki

peran yang dominan, sehingga bagaimana sikap ataupun pemikiran orang tua akan

sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir, ataupun berprilaku anak. Hanya saja

ketika anak mulai bertambah usia peran dominan itu mulai berkurang, dan bahkan

bergeser pada kelompok teman sebayanya. Pergeseran peran ini sebagaimana

diungkap Oden (1987) yang menegaskan bahwa meski pada awalnya orang tua

merupakan sumber utama bagi dukungan sosial dan emosional anak untuk masa-masa

awal kehidupan anak, namun pada tahun-tahun berikutnya, teman sebaya memiliki

peran pengganti yang signifikan.

Page 15: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

14

Terkait dengan pergeseran peran ini, Fuligni, dkk., (2001) menengarai bahwa

pengaruh teman sebaya meningkat terhadap anak saat mereka memasuki masa transisi

remaja. Kecenderungan peningkatan ini menurut Fuligni, dkk. terjadi selama tahun-

tahun awal remaja dan akan menurun secara bertahap saat anak-anak mulai melakukan

penawaran hubungan mereka dengan orangtua dan mulai mengembangkan otonomi.

Lebih jauh diungkap Fuligni, dkk (2001) bahwa anak secara meningkat menghabiskan

waktu luangnya dengan teman sebaya melebihi dari yang dilakukannya dengan

orangtua atau anggota keluarga lainnya.

Jika merujuk pada ungkapan Kochanska (1992), bahwa salah satu sebab

pergeseran peran ini karena posisi kesederajatan anak dengan teman sebayanya.

Adanya hubungan kesederajatan inilah yang menjadikan anak akan merasa nyaman,

sebab dia bukan hanya menerima secara pasif tetapi juga dapat memberi dengan aktif.

Dalam relasi aktif tersebut seorang anak bukan hanya memperoleh “sesuatu”, namun

yang bersangkutan juga dapat memberikan sesuatu. Mereka saling membagi norma

dan tujuan-tujuan, saling mengembangkan status dan peran, serta memiliki

kewenangan untuk mengatur interaksi.

Bahkan adanya teman sebaya menjadikan anak memodifikasi cara berpikir,

perasaan, dan aspirasi sebagaimana mereka pelajari, dan untuk selanjutnya mereka

terima atau mereka sebarkan pada sesamanya. Secara lebih sederhana dalam interaksi

dengan teman sebayanya, seorang anak akan saling mempengaruhi antar sesamanya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan Mussen, dkk (1984) yang menyatakan bahwa

interaksi dengan teman sebaya akan menyediakan peluang untuk belajar cara

berinteraksi dengan teman seusianya, untuk mengontrol perilaku sosial, untuk

mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai dengan usia dan untuk saling

membagi persoalan atau perasaan yang sama. Piaget (dalam Oden, 1987) menegaskan

Page 16: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

15

bahwa interaksi antar teman sebaya merupakan sumber utama bagi perkembangan

kognitif dan sosial anak, terutama bagi perkembangan pengambilan peran dan empati.

Dengan teman sebayanya anak akan lebih dapat menembangkan fantasi yang

dimilikinya, mencoba pelbagai peran di antara mereka, mempelajari dan menerima

cara pandang orang lain, mengembangkan kompetensi sosial, memahami pelbagai

aturan sosial, budaya dan norma yang ada pada lingkungannya. Lebih dari itu,

hubungan di antara teman sebaya bukanlah hubungan satu arah semata, namun lebih

merupakan hubungan interaksi dua arah yang saling memberi dan menerima, hal

inilah yang menyebabkan anak dapat secara lebih baik mengembangkan nilai-nilai

yang dimiliki serta kompetensi interpersonal. Terkait dengan kompetensi

interpersonal, Kuh & Terenzini et al., (dalam Foubert & Grainger, 2006)

menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya memiliki kontribusi terhadap

kompetensi interpesonal.

Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwa dalam mengadakan interaksi

antar sesamanya, seorang anak akan banyak mengembangkan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki. Kemampuan-kemampuan tersebut akan digunakannya

dalam proses berinteraksi dengan orang lain, baik dalam komunitas sebayanya, atau

dengan individu lain di luar komunitasnya. Salah satu kemampuan yang

dikembangkan anak dalam interaksi dengan teman sebayanya adalah kompetensi

interpersonal, yaitu sebuah kompetensi yang dipandang memiliki peran penting

dalam efektivitas kepemimpinan, efektivitas kehidupan individu dan kehidupan

pekerjaan seseorang. Secara ringkas dapat diungkap bahwa kompetensi interpersonal

dapat menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan individu

lainnya. Jika interaksi dan komunikasi antar individu dapat berjalan dengan baik,

maka diharapkan indiviu yang bersangkutan akan sukses dalam kehidupannya.

Page 17: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

16

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia untuk tahun akademik

2007/2008 tercatat sebanyak 1.256 orang mahasiswa. Dari jumlah tersebut 50

orang telah diambil sebagai subjek dalam kegiatan ujicoba skala, sehingga tersisa

1.206 orang.

Mengingat banyak keterbatasan yang peneliti miliki, dan jumlah populasi

yang banyak, maka subjek penelitian akan diambil secara sampel. Adapun teknik

yang akan digunakan adalah stratified proportional random sampling. Teknik

stratified digunakan karena mahasiswa terbagi dalam beberapa angkatan tahun,

yang pengambilannya dilakukan secara proporsi dan kemudian dilakukan secara

random, sedangkan jumlah proporsi yang ditentukan adalah sebanyak 25 % dari

populasi.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dalam bentuk skala. Ada dua jenis skala yang digunakan dalam proses

pengumpulan data yaitu (a) skala interaksi teman sebaya, (b) skala kompetensi

interpersonal. Data tentang interaksi teman sebaya dikumpulkan dengan

menggunakan skala interaksi teman sebaya. Jumlah butir pernyataan skala

interaksi teman sebaya ini sebanyak 84 butir pernyataan.

Adapun untuk data tentang kompetensi interpersonal dikumpulkan dengan

menggunakan skala kompetensi interpersonal. Jumlah butir pernyataan skala

Page 18: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

17

kompetensi interpersonal ini sebanyak 30 butir pernyataan. Model skala yang

dikembangkan untuk kedua skala mengadopsi dari model yang dikembangkan

Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Ragu-ragu

(subjek tidak ingat situasinya), Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai.

C. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini akan digunakan tehnik statistik

inferensial dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson yang

dimaksudkan untuk mencari korelasi antara interaksi teman sebaya dengan

Kompetensi interpersonal. (Popham & Popham, J.W. and Sirotnik, K.A. 1971).

D. Hasil Uji Coba Instrumen

Untuk uji coba instrumen ini dilakukan pada 50 orang responden. Penentuan

jumlah subjek tersebut berdasar pada pendapat yang dikemukakan Ancok (1995)

yang menyatakan bahwa jumlah subjek yang diperlukan untuk ujicoba instrumen

minimal 30 orang yang sebaiknya memiliki ciri-ciri yang relatif sama dengan ciri-ciri

subjek pada siapa alat pengukur akan diterapkan. Untuk selanjutnya 50 orang ini

tidak lagi diikutsertakan dalam pengambilan data untuk penelitian yang sebenarnya.

Untuk kebutuhan analisis ini digunakan program SPSS (Statistical Package for

Social Solution) versi 11,0 for Windows. Dalam program SPSS harga validitas butir

pernyataan muncul secara bersamaan dengan harga reliabilitasnya. Untuk harga

validitas butir diketahui dengan melihat harga corrected item-total correlation-nya,

yang menunjukkan indeks validitas butir.

Untuk analisis butir ini dilakukan dengan 2 putaran. Dari hasil analisis pertama

(putaran pertama) dapat diketahui harga-harga butir pernyataan yang valid dan yang

Page 19: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

18

gugur, untuk butir yang gugur tidak lagi disertakan dalam analisis berikutnya

(putaran ke dua). Pada saat dilakukan analisis putaran kedua, sekaligus juga dicari

reliabilitas instrumen dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Berikut ini

dipaparkan hasil ujicoba masing-masing skala berserta harga koefisien korelasi serta

koefisien alphanya.

Tabel 1. Distribusi Butir-butir Valid Skala Interaksi antar Teman Sebaya

Aspek Nomor butir

Awal (84

Butir)

No. butir

gugur (13

butir)

Perubahan

No. item

indeks

koefisien

korelasi

koefisien

alpha

Toleran 1,4, 6, 8,12,

14

1, 14 3,5,37,11 0,3410-0,5655 0,9546

(reliabel)

Luwes 2,3, 7,9, 11,

16

- 1,2,6,8,10,

Riang 5,10, 13,15,

17,26

- 5,9,12,13,15

, 24

Humoris 19,

22,24,27,32,

33

32, 33 17, 19, 21,

24

Bertingkah

wajar

18,21,25,28,

30,38

28 16, 18, 22,

26, 32

Energik 20,23,31,

34,36,39

20 20, 27, 28,

30, 33

Kepercayaan

diri

29,35,37,

40,51,62

- 25, 29, 31,

34, 44, 53

Isolasi diri 43,47,

53,57, 68,72

68 37, 40, 45,

49, 61

Agresif 41,44, 50,

54,74,76

74 35, 38, 43,

46, 64

Mencari

perhatian

45,

59,63,65,77,

80

- 39, 51, 54,

55, 65, 68

Egois 42,58,

60,61,64,66

60, 64 36, 50, 52,

56

Penerimaan pada

kondisi orang

lain

46,52,67,70,

71, 81

46, 52 57, 59, 60,

69

kontribusi pada

kelompok

48,

49,56,73,75,

78

- 41, 42, 48,

62, 63, 66

menerima dari

kelompoknya.

55, 69, 79,

82,83, 84

82 47, 58, 67,

70, 71

Page 20: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

19

Tabel 2. Distribusi Butir-butir Valid Skala Interaksi antar Teman Sebaya

Aspek Nomor butir

Awal (30

Butir)

No. butir

gugur (4

butir)

Perubahan

No. item

Indeks koefisien

korelasi

Koefisien alpha

Memulai

hubungan

1, 4, 8,

11,15,18

- 1,4,7,10,14,

17

0,3139 - 0,6410 0,8903

(Reliabel)

Membuka diri 3,7,10,

13,14,21

- 3,6,9,12,13,

20

Dukungan

emosional

2,6,9,

16,27,30

6, 30 2,8,15,26

Asertif 5,12,19,

22,26,29

26, 29 5,11,18,21

Atasi konflik 17,20,

23,24,25,28

- 16,19,22,23,

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Asumsi

Pengujian normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan teknik

Kolmogorov-Smirnov Goodness-of-fit test (K-SZ) dengan menggunakan program SPSS.

Sebaran dinyatakan normal jika hasil perhitungan menunjukkan p > 0,05, dan sebaliknya

tidak normal jika p < 0,05 (Hadi, 1993; Sudjana, 2000). Adapun variabel yang diuji

normalitas sebaran datanya mencakup seluruh variabel observasi yang ada. Hasil

selengkapnya dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel rangkuman hasil uji analisis

normalitas sebagaimana pada tabel berikut ini. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa

seluruh data dari masing-masing variabel observasi yang dianalisis memiliki sebaran

normal, sehingga syarat normalitas sebaran data dapat terpenuhi.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Sebaran Data

Variabel K-SZ Sig Keterangan

Interaksi teman sebaya 0,903 0,389 Normal

Kompetensi interpersonal 0,960 0,316 Normal

Page 21: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

20

Seperti juga uji normalitas sebaran data, dalam uji linieritas hubungan antar

variabel menurut Jőreskog & Sőrbom (1996) dengan melihat secara visual pada bentuk

quantile plot dan Q-plot, atau melihat scatterplots (Ferdinand, 2000) juga dengan

menggunakan perhitungan statistik. Untuk uji linieritas hubungan dalam penelitian ini

akan menggunakan program SPSS dilakukan dengan formula compare mean dengan

kriteria penerimaan linieritas jika nilai F deviation from linieritynya memiliki tingkat

signifikansi di atas 0,05.

Adapun untuk uji linieritas ini dilakukan pada variabel independen dan variabel

dependen yaitu variabel interaksi antar teman sebaya dengan kompetensi interpersonal.

Dari hasil uji linieritas dengan menggunakan formula compare mean diperoleh harga F

deviation from linierity sebesar 0,943 dengan taraf signifikani sebesar 0,612. Dari hasil

tersebut disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki garis hubungan yang linier. Hasil

uji prasyarat ini merekomendasikan peneliti untuk dapat menggunakan teknik statistik

parametrik.

2. Uji Hipotesis dan Pembahasan

Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data yang terkumpul telah memenuhi syarat

normalitas dan linieritas serta proses pengumpulannya dilakukan secar random, sehingga

data yang terkumpul dapat dilakukan analisis berikutnya menggunakan teknik statistik

parametrik. Hipotesis yang akan diujikan dihitung dengan menggunakan teknik statistik

product moment dari Pearson.

Hasil perhitungan korelasi product moment diketahui harga korelasi antara

interaksi antar teman sebaya dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,457 (p = 0,000).

Hasil tersebut merekomendasikan peneliti untuk menerima hipotesis alternatif yang

menyatakan ada hubungan yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan

Page 22: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

21

kompetensi interpersonal. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya

tingkat interaksi individu dengan teman sebaya akan secara signifikan mempengaruhi

kompetensi interpersonal individu yang bersangkutan. Semakin baik interaksi yang

terjadi antara individu dengan teman sebayanya, dengan bukti diterimanya individu

tersebut dalam kelompok teman sebayanya, akan semakin tinggi kompetensi

interpersonal yang dimiliki individu yang bersangkutan.

Hasil penelitian ini secara langsung mendukung pendapat yang diajukan oleh

Hartup (dalam Garbarino dan Benn, 1992) yang mengungkap bahwa hubungan teman

sebaya berpengaruh penting dalam perkembangan kehidupan individu. Meskipun

pendapat yang diajukan Hartup tersebut tidak secara ekplisist menyebut tentang

kompetensi interpersonal, namun setidaknya dapat dimaknai bahwa hubungan antar

teman sebaya akan berpengaruh dalam kehidupan individu. Perkembangan yang terjadi

pada individu dapat dimaknai salah satunya terkait dengan kompetensi interpersonal

yang dimiliki individu yang bersangkutan.

Selain itu juga penelitian ini secara tidak langsung mendukung pendapat yang

diajukan Mussen, dkk (1984) yang menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya

akan menyediakan peluang untuk belajar cara berinteraksi dengan teman seusianya,

untuk mengontrol perilaku sosial, untuk mengembangkan ketrampilan dan minat yang

sesuai dengan usia dan untuk saling membagi persoalan atau perasaan yang sama. Dari

pendapat Mussen, dkk., ini dapat dipahami bahwa interaksi yang terjadi antar teman

sebaya memberi peluang bagi individu untuk mengembangkan berbagai ketrampilan dan

potensi yang dimiliki –termasuk di dalamnya komptensi interpersonal individu-.

Secara tegas hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Kuh & Terenzini et

al., (dalam Foubert & Grainger, 2006) yang menyatakan bahwa interaksi dengan teman

sebaya memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpesonal. Merujuk pada hasil

Page 23: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

22

penelitian ini secara kuantitatif besar kontribusi yang diberikan variabel interaksi antar

teman sebaya adalah sebesar 21 % (r2

xy ). Jika dilihat dari besar kontribusi yang diajukan

tentunya disadari ada faktor-faktor lain yang juga memiliki peran dalam pembentukan

kompetensi interpersonal. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pembentukan kompetensi interpersonal dapat berupa (1) faktor internal seperti jenis

kelamin, tipe kepribadian, kematangan individu; (2) faktor eksternal misalnya adanya

perlakuan khusus seperti pelatihan asertivitas, pemecahan problem, pelatihan inisiatif

(Iriani, 1994).

Jika merujuk pada hasil penelitian ini, setidaknya masih terdapat 79% kontribusi

faktor lain selain interaksi antar teman sebaya yang membentuk kompetensi interpersonal

individu. Tentunya ini menjadi rekomendasi bagi peneliti berikutnya jika hendak

melakukan penelitian dengan tema kompetensi interpersonal untuk mencoba

mengkaitkan beberapa faktor yang telah diungkap di atas.

Di luar faktor-faktor yang telah diungkap di muka, bagi peneliti persoalan budaya

juga dapat dikaitkan dengan tema interpersonal. Hal ini didasarkan pada asumsi tidak

semua budaya di Indonesia dapat menerima beberapa karakteristik kompetensi

interpersonal, misal keterbukaan, atau asertif. Pada budaya tertentu sulit bagi individu

untuk secara terbuka mengungkapkan apa yang dipikirkan ataupun sedang dirasakannya.

Begitu juga terkait dengan sikap asertif, misalnya pada masyarakat Jawa –terutama di

daerah pedesaan- sulit untuk bersikap asertif. Dengan begitu mengkaitkan tema

kompetensi interpersonal dengan budaya masyarakat menjadi salah satu tema menarik

untuk diteliti.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 24: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

23

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan kompetensi

interpersonal. Dengan begitu dapat dinyatakan semakin baik interaksi yang terjadi antara

individu dengan teman sebayanya, akan semakin tinggi kompetensi interpersonal yang

dimiliki individu yang bersangkutan.

B. Saran

Merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang

dapat diajukan:

1. Hasil penelitian ini secara tegas menunjukkan adanya hubungan yang sangat

signifikan antara interaksi teman sebaya dengan kompetensi interpersonal, maka

disarankan kepada para orangtua, pendidik untuk dapat mendorong terjadinya

interaksi yang sehat di antara anak dengan teman-teman mereka. Interaksi yang sehat

akan menjadikan banyak peluang bagi anak untuk dapat mengembangkan

kemampuan yang dimiliki anak.

2. Mengingat sisi penting kompetensi interpersonal bagi kesuksesan individu, maka

sudah selayaknya para pendidik untuk mendorong berkembangnya kompetensi

tersebut pada diri anak didik mereka dengan menyediakan sarana pengembangan diri

misalnya melakukan diskusi di kelas, mendemontrasikan hasil karya, membiasakan

untuk bersikap asertif, demokrasi.

3. Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang

dimungkinkan memiliki peran terhadap terbentuknya kompetensi interpersonal

individu, maka kepada peneliti berikut disarankan untuk memilih faktor-faktor lain

yang diduga memiliki kontribusi bagi terbentuknya kompetensi interpersonal

Page 25: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

24

individu. Beberapa faktor tersebut misalnya, jenis kelamin, tipe kepribadian,

kematangan individu, budaya, perlakuan khusus seperti model-model pelatihan .

Page 26: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

25

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (1995). Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta: Pusat Penelitian

Kependudukan UGM

Atwater, E. (1992). Adolescence. Englewood Cliffs, New Jersey: A. Simon & Schuster

Company.

Baumrind, D. (1967). Child Care Practies Anteceding Three Pattern of Free School

Behavior. Genetice Psychology Monograph.

Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five Domain of

Interpersonal Competence in Peer Relationships. Journal of Personality and

Social Psychology, 55 (6), 991-1008.

Chappelow, C. and Leslie, J. B. 2001. Throwing the Right Switches: How to Keep

Your Executive Career on Track. Leadership in Action. V o l u m e 2 0 , Number

6 • 2 0 0 1. pp. 6-9

Chickering, Arthur, & Reisser, Linda. Education and Identity. Josey-Bass: San francisco,

CA 1993.

Craig, G. J. (1980). Human Development. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hll,

Inc.

DeVito, J.A. (1996). The Interpesonal Communications Book. 7 th

Edition. New York:

Harper Collins College Publishers.

Durkin, K. 1995. Developmental Social Psychology: From infancy to old age.

Cambridge, Massachussetts: Blackwell Publishers, Ltd.

Elsayed-Elkhouly, Sayed M (2001). Core Competency as a Competitive Advantage in

Service Operations Management: A Comparative Study. Source: Global

Competitiveness American Society for Competitiveness.

Http//www.accessmyalibarary.com/com2/browse_JJ_G07

Ferdinand, A. (2000). Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Foubert, J.D. Grainger, L. U. .2006. Effects of Involvement in Clubs and Organizations

on the Psychosocial Development of First-Year and Senior College Students.

NASPA Journal, 2006, Vol. 43, no. 1. Pp. 166-182

Fuligni, A.J., Eccles, J.S., Barber, B.L., and Clements, P. (2001). Early Adolescence Peer

Orientation and Adjustment during High Schools. Developmental Psychology.

37(1) 28-36.

Garbarino, J. & Benn, J.L., (1992). The Ecology of Childbearing and Child Rearing, In

Garbarino, J. (Eds.). Children and Families in the Social Environment, 2nd

Editon.

Pp. 133-178. New York: Aldine de Gruyter.

Garnier, H.E., & Stein, J. A., (2002). An 18-year Model of Family and Peer Effects on

Adolescent Drug Use and Delinquency. Journal of Youth and Adolescence.

31(1):45-56. Retrieved May, 22, 2002. From the World Wide Web:

http://proquest.umi.com/pqdweb?Did=000000110369427&Fmt=4&Deli=1&Mtd

=1&Idx=22&Sid=1&RQT=309&L =1

Page 27: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

26

Gottman, J. & Declaire, J. (1977). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki

Kecerdasan Emosional. Penterjemah Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. (1991). Analisis Butir Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamner, T.J., & Turner, P.H., (1996). Parenting in Contemporary Society. Third Edition.

Boston: Allyn & Bacon.

Handfield, R. (2006). Faith in the Moral Integrity of Others.

http://www.careersuperstar.com/interpersonal_competence/

Harris. L.L. (2003) Integrating and Analyzing Psychosocial and Stage Theories to

Challenge the Development of the Injured Collegiate Athlete Journal of Athelic

Trainning. 2003 Jan–Mar; 38(1): 75–82: The Ohio State University, Columbus,

OH: the National Athletic Trainers' Association, Inc

Hartup, W. W. (1992). Having Friends, Making Friends, and Keeping Friends. ERIC

Digest. Urbana IL: ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood

Education. (Online). Tersedia:

http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed345854.html.

Hayes, J. (2006). Interpersonal Skills at Work. Retrived from:

http://www.workpsychologyarena.com/books/book.asp?isbn=0415227755. 10

Oktober 2006.

Hetherington, E. M., & Parke, R. D. (1986). Child Psychology: Contemporary View

Point. 3rd

Editon. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

http://www.business.auckland.ac.nz/Excelerator/18624.html. Leader and leadership

development. 20 Oktober 2006.

http://www.linc-on.com/asset.cfm?id=55. Interpersonal Competence. 20 Oktober 2006.

Hudson, S.M. & Ward, T. (2002). Interpersonal Competency in Sex Offenders. Behavior

Modification. Vol. 24. no. 4 Sep. 2000. Pp. 494-527. Sage Publications.

Hurlock, E. B. (1979). Personality Development. New Delhi: McGraw-Hill.

Janosik, S. M., Creamer, D. G., Kowalski, G.J. (2004). Intelectual and Interpersonal

Competence Between Sibling: The College Years Kyle Felps Draucker. Thesis.

Virginia: Departemend of Educational Leadership and Policy Studies. Virginia

Polytechnic Institute and State University

Jerving, J. 2001. Managing Through Motivation. e-book: a summary of M35. Managing

. Condensed from Management Enrichment Training Program (MERIT) module

M35 Managing Through Motivation, published by CUNA’s Center for

Professional. www.cuna.org.

Junior, B.H. 1997. Strategic Leadership Development: An Operation Domain

Application. A Research Paper Presented To The Research Department Air

Command and Staff College. In Partial Fulfillment of the Graduation

Requirements of ACSC. AU/ACSC/97-0607M/97-. March 1997

Kagitcibasi, C. (1996). Family and Human Development across Cultures: A View from

the Other Side. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Kartono, K. & Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pionei Jaya.

Page 28: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

27

Kochanska, G. (1992). Children’s Interpersonal Influence with Mother and Peers.

Developmental Psychology. 28(3) 491-499.

KOMPETENSI INTERPERSONAL http://raffly.multiply.com/journal/item/21. 20

Oktober 2006.

Kramer, L. & Gottman, J.M. (1992). Becoming a Sbiling: With a Little Help From

Friends. Journal of Developmental Psychologi, 28, 685-699.

Larasati, B. (1992). Komunikasi Efektif. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Public

Relation yang dilaksanakan Lembaga Pendidikan Abisheka Yogyakarta.

McGaha, V. & Fitzpatrick, J. 2005. Personal and social contributors to dropout risk for

undergraduate students. College Student Journal, June, 2005.

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0FCR/is_2_39/ai_n14703156/pg_7

Suchy, S. (2000). Personal Change And Leadership Development: A Process Of

Learning How To Learn. Paper presented to ICTOP Annual Victoria, Canada.

Retrieved From: http://www.city.ac.uk/ictop/suchy-2000.html. 15 Oktober

2006.

Miller, J.B. & deWinstanley, P.A. (2002). The Role of Interpersonal Competence in

Memory for Conversation. Personality and Social Psychology Bulletin, Vol. 28.

No. 1. Jan, 2002. Pp. 78-89.

Mouly, G.J., (1968). Psychology Effective Teaching. New York: Hall Rinehart and

Winston.

Mussen, P.H., Conger, J.J., & Kagan, J.(1984). Child Development and Personality. New

York: Harper & Row Publishers, Inc.

Musser, L. M. & Graziano, W.G. 1991. Behavioral Confirmation in Children's

Interactions With Peers. BASIC AND APPLIED SOCIAL PSYCHOLOGY,

1991, 12(4), 441-456. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Nandeshwar, R.L. (2006). Interpersonal skills is a vital element for a successful

career, Retrieved from

http://www.deccanherald.com/deccanherald/oct22/av1.asp. 15 Oktober 2006

Oden, S. (1987). The Development of Social Competence in Children. ERIC Identifier:

ED281610. Publication Date: 1987-00-00. Source: ERIC Clearinghouse on

Elementary and Early Childhood Education Urbana IL. Retrieved from:

http://www.ericdigests.org/pre-925/social.htm . 20 Oktober 2006.

Pearlman, D. & Cosby, P. C. (1983). Social Psychology. New York: Holt, Rinehart &

Winston.

Pikunas, J. (1976). Human Development: An Emergent Science. Tokyo: McGraw-Hill

Kogakusha.

Porter, J., Camerlengo, R., DePuye, M., and Sommer, M. (tt). Campus Life And The

Development Of Postsecondary Deaf And Hard Of Hearing Students: Principles

And Practices. National Technical Institute for the Deaf (Rochester, New York),

Carnegie-Mellon University (Pittsburgh, Pennsylvania), Northern Illinois

University (DeKalb, Illinois), and Essex Community College, (Baltimore,

Maryland). Northern Illinois University (DeKalb, Illinois), and Essex Community

College, (Baltimore, Maryland)..

Page 29: Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi ...kajian.uii.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/KOMPETENSI... · interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang

28

Popham, J.W. and Sirotnik, K.A. (1971). Education Statistik : Use and

Interpretation. New York: Harper & Row Publisher.

Purwati. (1992). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Penyesuaian Diri Remaja

di Kotamadya Magelang. Tesis Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Schuster, C. S., Ashburn, S. S., (1980). The Process of Human Development: A Holistic

Approach. Boston: Little, Brown and Company

Sears, D. O. , Freedman, J.L., & Peplau, L. A. (1991). Psikologi Sosial. Terjemahan M.

Adryanto & S. Sokresno. Jakarta: Airlangga.

Steinberg, L. (1993). Adolescence. New York: McGraw-Hill, Inc.

Stephenmarks. (2006). Interpersonal Competence.

http://www.stephenmarks.com/interpersonal-competence.htm

Stewart, A. C., Perlmutter, M., & Friedman, S. (1988). Lifelong Human Development.

New York: John Wiley & Sons.

STUDENTS: PRINCIPLES AND PRACTICES. National Technical Institute for the

Deaf (Rochester, New York), Carnegie-Mellon University (Pittsburgh,

Pennsylvania),

Welsh, J.A., and Bierman, K., L. (2006) Social Competence. Retrieved From :

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_g2602/is_0004/ai_2602000487/pg_11).

The Pennsylvania State University . 20 Oktober 2006.

Whitt, E.J., Nora, A., Edison, M., Terenzini, P.T., Pascarella, E. T. (1999). Interactions

with peers and objective and self-reported cognitive outcomes across 3 years of

college. Journal of College Student Development, Jan/Feb 1999. http://www.findarticles.com/p/articles/mi_qa3752/is_199901/ai_n8830575/pg_8

Biodata Singkat

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd, lahir di Purworejo, 23 Agustus 1965,

Menyelesaikan S1 Manajemen Pendidikan (IKIP Yogyakarta, 1991) & Psikologi

(Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2007), S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

(IKIP Yogyakarta, 1998, dan S3 Psikologi (Konsentrasi Psikologi Pendidikan, UGM

2004). Saat ini sebagai dosen Prodi Pendidikan Agama Islam FIAI UII. Selain itu juga

saat ini menjadi anggota Tim Adhoc Pengembangan Instrumen Buku Pendidikan Agama

di Badan Standar Nasional Pendidikan. Beberapa pengalaman kerja dengan BSNP antara

lain sebagai Tim AdHoc Pengembangan Panduan Penilaian Pendidikan Kesetaraan

(Maret-Oktober 2008), Tim Ahli Panduan Penilaian Pendidikan Kesetaraan dan Panduan

Pengendalian Mutu Soal Ujian Nasional, anggota Tim AdHoc Standar Penilaian

Pendidikan, Anggota Tim AdHoc Standar Pemantauan, Local Consultand, dan Staff

sekretaria Penyelenggara Ujian Nasional tahun 2006/2007