hubungan antara self-efficacy dengan ......komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal....

30
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN BERBICARA SAAT MELAKUKAN PRESENTASI DI KELAS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA ANGKATAN 2016 OLEH CHRISTA RAHMITA SUKMAPUTRI SUMARDI 80 2012 013 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN

    BERBICARA SAAT MELAKUKAN PRESENTASI DI KELAS

    PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

    KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA ANGKATAN 2016

    OLEH

    CHRISTA RAHMITA SUKMAPUTRI SUMARDI

    80 2012 013

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN

    BERBICARA SAAT MELAKUKAN PRESENTASI DI KELAS

    PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

    KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA ANGKATAN 2016

    Christa Rahmita Sukmaputri Sumardi

    Heru Astikasari S. Murti

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • i

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui judul hubungan antara self-efficacy dengan

    kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Angkatan 2016. Metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan data

    metode angket atau skala pengukuran psikologi. Partisipan dalam penelitian ini

    merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    Angkatan 2016 berjumlah 228 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan skala self-efficacy dan skala kecemasan berbicara. Analisis data

    menggunakan metode korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

    hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat

    melakukan presentasi dengan nilai r = -0,189. Artinya semakin tinggi self-efficacy

    mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara saat melakukan

    presentasi, dan sebaliknya.

    Kata kunci : self-efficacy, kecemasan berbicara saat presentasi

  • ii

    Abstract

    The purpose of this study to determine the relationship of self-efficacy and public

    speaking anxiety during a presentation in class among Student of Psychology Faculty of

    Satya Wacana Christian University Salatiga class of 2016. The method used in this

    research is quantitative data collection techniques or methods of measurement scale

    psychological questionnaires. Participants in this study were Student of Psychology

    Faculty of Satya Wacana Christian University Salatiga class of 2016 totaling 228

    students. The data collection is done by using the scale of self-efficacy and scale of

    public speaking anxiety. Data analysis using product moment correlation method. The

    results showed a significant positive relationship between of self-efficacy and public

    speaking anxiety during a presentation with the value r = -0,189. Its means the higher

    student’s self-efficacy then their public anxiety level during presentation becomes

    lower, an on the contrary.

    Keywords : self-efficacy, public speaking anxiety during presentation

  • 1

    PENDAHULUAN

    Dalam dunia pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan

    komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (2008) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita

    antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan;

    kontak. Connor (1996) menyatakan bahwa di dalam setting kelas pada khususnya,

    esensi dari proses belajar mengajar adalah komunikasi, yang terdiri dari transaksi verbal

    dan non verbal antara dosen dan mahasiswa maupun antar mahasiswa.

    Mahasiswa memiliki berbagai tugas baik dalam bidang akademik maupun di

    luar bidang akademik yang sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tugas akademik

    ini meliputi belajar dan mengerjakan berbagai tugas kuliah. Pada saat mengikuti proses

    perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk belajar aktif seperti bertanya pada dosen,

    berdiskusi dalam kelompok baik di kelas maupun di luar kelas, dan mempresentasikan

    tugas baik tugas individu maupun kelompok. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa

    dapat terbiasa dan melatih kemampuan dalam hal menyampaikan pendapat dan

    mengasah keterampilan komunikasi. Salah satu tugas kuliah yang sering dilakukan pada

    saat perkuliahan adalah melakukan presentasi di depan kelas yang mengharuskan

    mahasiswa dapat menyampaikan pemikiran dan hasil tugas yang telah dibuat dengan

    komunikasi verbal yang baik. Demikian halnya Fakultas Psikologi Universitas Kristen

    Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh

    peneliti, hampir seluruh perkuliahan di fakultas tersebut mengharuskan mahasiswa

    untuk melakukan tugas presentasi.

  • 2

    Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan yang baik

    untuk melakukan presentasi di depan kelas ada mahasiswa-mahasiswa yang cenderung

    mengalami kecemasan. Harianti (2014) menyatakan bahwa ketika mengalami

    kecemasan individu biasanya tidak mengalami ketegangan yang subyektif (subjective

    tension) tetapi berperilaku (overt behavior) dalam cara-cara yang mengganggu interaksi

    sosial. Selanjutnya disebutkan bahwa ketika gugup, individu mungkin menunjukkan

    secara terbuka indikasi-indikasi dari inner arousal mereka (misalnya gemetar, gelisah),

    menghindari individu lain, dan gangguan pada perilaku-perilaku lain yang terus

    menerus (misalnya tidak lancar berbicara, kesulitan konsentrasi). Rogers (2008) juga

    mengemukakan tiga gejala umum yang sering dialami individu pada saat mengalami

    kecemasan yaitu (1) gejala fisik seperti detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar,

    suara yang bergetar, perasaan seperti akan pingsan, kejang perut dan mual, kesulitan

    bernafas, dan mata berair; (2) gejala mental seperti mengulang kata, kalimat atau pesan,

    menjadi lupa, dan tidak tahu apa yang harus disampaikan selanjutnya; (3) gejala

    emosional seperti munculnya rasa takut, perasan tidak mampu, rasa kehilangan kendali,

    rasa tidak berdaya, rasa malu dan panik.

    Kecemasan dalam melakukan tugas presentasi juga akan menghambat

    mahasiswa dalam berkomunikasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Ririn, Asmidir, dan Majohan (2013) tentang hubungan antara keterampilan

    komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum terhadap mahasiswa jurusan

    bimbingan dan konseling FIP UNP angkatan 2011. Dari penelitian tersebut dihasilkan

    data bahwa setengah dari subjek penelitian 48,53% memiliki keterampilan komunikasi

    rendah. Sisanya 46,65% memiliki keterampilan komunikasi tinggi. Menurut Rakhmat

    (Riani dkk, 2014) kecemasan berbicara sebagai communication apprehension, yaitu

  • 3

    suatu reaksi negatif dalam bentuk kecemasan yang terjadi pada individu pada situasi

    komunikasi.

    Kreitner & Kinicki (Rini, 2013) menyebutkan bahwa sumber kecemasan pada

    mahasiswa dalam melakukan tugas presentasi adalah adanya kekhawatirannya pada saat

    berlangsungnya tugas presentasi tersebut. Dikatakan pula bahwa memiliki kesiapan

    dalam tugas presentasinya, mahasiswa juga harus mampu dengan keyakinannya dalam

    tugas presentasinya. Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) kecemasan dapat bersumber

    dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak mau atau tidak

    mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi individu yang terlalu

    tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya seperti kekurangsiapan untuk menghadapi

    situasi yang ada, pola pikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.

    Bandura (dalam Santrock, 2009) menjelaskan bahwa keyakinan seseorang dapat

    menguasai situasi dan memberikan hasil positif disebut self efficacy.

    Myers (dalam Putri, dkk 2010) menegaskan bahwa salah satu faktor yang

    mempengaruhi kecemasan pada seseorang adalah self-efficacy, yaitu dimana individu

    dengan self-efficacy tinggi akan memperlihatkan sikap yang lebih gigih, tidak cemas,

    dan tidak mengalami tekanan dalam menghadapi suatu hal. Bandura (1997) menyatakan

    bahwa self-efficacy berguna untuk melatih kontrol terhadap stressor yang berperan

    penting dalam keterbangkitan kecemasan. Lent (1991) juga berpendapat bahwa

    keyakinan yang kuat dalam diri untuk mencapai performasi yang diharapkan akan

    memberi dorongan dan kekuatan pada diri individu itu sendiri. Selain itu, Myers (1996)

    menambahkan bahwa individu dengan self-efficacy yang tinggi tidak mudah mengalami

    depresi dan kecemasan serta memiliki pola hidup yang terfokus, sehingga dapat hidup

    lebih sehat dan sukses dalam bidang akademis. Hal ini didukung dengan penelitian yang

  • 4

    dilakukan oleh Anwar (2009) mengenai hubungan antara self-efficacy dengan

    kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

    Sumatera Utara yang menemukan bahwa pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan

    berbicara di depan umum adalah sebesar 44,9%. Presentase ini menunjukkan bahwa

    self-efficacy memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kecemasan seseorang dalam

    berbicara di depan umum.

    Feist & Feist (2002) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami

    ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka

    biasanya mereka mempunyai self-efficacy yang rendah. Sementara mereka yang

    memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam

    mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu

    dihindari. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Riani & Rozali (2014)

    mengenai hubungan antara self-efficacy dan kecemasan pada saat melakukan presentasi

    pada mahasiswa Universitas Esa Unggul yang menjelaskan bahwa ada hubungan

    negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan. Artinya semakin tinggi

    self-efficacy yang dimiliki mahasiswa saat presentasi maka semakin rendah kecemasan

    yang dimiliki mahasiswa. Demikian pula sebaliknya semakin rendah self-efficacy yang

    dimiliki oleh mahasiswa saat presentasi maka semakin tinggi kecemasan yang dimiliki

    mahasiswa. Di dalam penelitian lainnya mengenai kecemasan berbicara ditinjau dari

    konsep diri dan kecerdasan emosi yang dilakukan oleh Kholisin (2014), walaupun

    penelitian kecemasan tidak berhubungan langsung dengan self-efficacy namun dari hasil

    penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian positif terhadap diri dan tingkat

    kecerdasan emosional tinggi yang dimiliki mahasiswa akan membuat mahasiswa

    mampu terhindar dari kecemasan berkomunikasi.

  • 5

    Menurut bandura (1997) self-efficacy pada diri tiap individu akan berbeda antara

    satu dengan yang lainnya berdasarkan tiga aspek yaitu :

    a. Tingkat kesulitan (level) yaitu dimensi yang berkaitan dengan derajat

    kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya.

    Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan

    dlakukan atau dihindari oleh individu berdasarkan kemampuan yang

    dirasakan

    b. Kekuatan (strength) yaitu dimensi yang berkaitan dengan tingkat kekuatan

    atau kemantapan individu mengenai kemampuannya.

    c. Keluasan (generality) yaitu dimensi yang berkaitan dengan luas bidang

    perilaku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya.

    Dari hasil wawancara awal yang peneliti lakukan pada tanggal 7 September

    2016 terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016

    didapatkan bahwa pada saat akan melakukan presentasi mereka cenderung akan merasa

    takut, gugup, badan gemetar, berkeringat, detak jantung menjadi cepat, kehilangan

    konsentrasi, terjadi perbedaan penyampaian materi meskipun telah dipersiapkan

    sebelumnya. Hal tersebut bukan dikarenakan mahasiswa tidak mampu melakukan

    presentasi, namun terjadi karena mahasiswa merasa mengalami kecemasan atau takut

    melakukan kesalahan pada saat melakukan presentasi. Namun demikian untuk beberapa

    mahasiswa, ada yang tidak mempermasalahkan pada saat mereka diharuskan melakukan

    presentasi dan justru menganggap hal tersebut berguna untuk menggali potensi yang

    dimiliki.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan

  • 6

    presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

    Wacana Salatiga Angkatan 2016.

    RUMUSAN MASALAH

    Apakah terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat

    melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga

    angkatan 2016?

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kecemasan Berbicara saat presentasi

    Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan

    berwujud ketakukan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman

    subjektif dari ketegangan atau kegugupan. Menurut Freud (dalam Wiramiharja, 2005)

    kecemasan saat melakukan sebuah presentasi dapat digolongkan ke dalam kecemasan

    yang sumbernya objektif atau kecemasan nyata, yang juga disebut takut (fear).

    Burgoon dan Ruffiner (dalam Endiarsari, 2005) menyatakan penghindaran untuk

    melakukan presentasi atau berbicara di muka umum dikarenakan adanya kecemasan dan

    kurangnya pengetahuan tentang keadaan saat melakukan presentasi atau berbicara di

    muka umum. Mahasiswa diharuskan mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh

    dosen. Tidak jarang mahasiswa mengalami gejala-gejala terkait kecemasan.

    Rogers (2008) mengemukakan terdapat tiga komponen utama yang sering

    dialami individu pada saat mengalami kecemasan, yaitu :

  • 7

    a. Fisik

    Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orang. Beberapa contoh gejala fisik

    yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang

    bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas dan hidung

    berlendir.

    b. Mental

    Beberapa contoh dari gejala mental seperti sering mengulang kata atau

    kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit mengingat fakta secara

    tepat yang melupakan hal-hal penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran

    sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus

    diucapkan.

    c. Emosional

    Contoh dari gejala emosional adalah munculnya perasaan tidak mampu, rasa

    takut yang biasa muncul sebelum individu tampil di muka umum, dan rasa

    kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya

    dan tidak mampu mengatasi masalah, muncul rasa panik serta malu.

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara Saat Presentasi

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara saat presentasi.

    Rogers (2008) meyakini bahwa yang sangat mempengaruhi kecemasan berbicara saat

    presentasi adalah pola pikir yang keliru. Matindas (2003) memandang keyakinan atau

    kepercayaan diri seseorang terhadap kecemasan berbicara. Ketidakyakinan yang muncul

    dalam bentuk rasa takut atau cemas menandakan adanya ketegangan yang sangat besar

    dalam dirinya. Ketegangan inilah yang menyebabkan tersumbatnya memori atau

    terganggunya kemampuan mengingat, keluar keringat dan jantung berdebar.

  • 8

    Menurut Purnamaningsih dan Utami (dalam Andrianto, 2008), faktor-faktor

    yang mempengaruhi kecemasan berbicara saat presetasi atau berbiacara di muka umum

    adalah sebagai berikut :

    a. Reinforcement

    Seseorang belajar mengulang perilaku dari belajar berdasarkan penguatan yang

    diterima, sedangkan perilaku yang tidak diberi penguatan cenderung akan

    dikurangi atau dihilangkan.

    b. Skill acquisition

    Individu mengalami kecemasan berbicara saat presentasi karena gagal

    mengembangkan keterampilan yang perlu untuk berkomunikasi.

    c. Penipuan (modelling)

    Kecemasan berbicara saat presentasi dapat berkembang karena adanya imitasi

    dengan orang lain yang dialami individu dalam interaksi sosial.

    d. Pikiran yang tidak rasional (irrational thinking)

    Teori kognitif menganggap bahwa tidak ada peristiwa yang menimbulkan

    individu merasa cemas, tetapi kecemasan tersebut lebih disebabkan oleh

    keyakinan-keyakinan mereka yang tidak rasional, terutama keyakinan terhadap

    diri mereka sendiri, atau yang dapat disebut self-efficacy.

    Self-efficacy

    Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berguna untuk melatih kontrol

    terhadap stressor yang berperan penting dalam terbangkitnya kecemasan. Baron dan

    Byrne (dalam Anwar, 2009) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian

    individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas,

    mencapai suatu tujuan dan menghasilkan keyakinan. Sedangkan Feist & feist (2002)

  • 9

    menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa mereka memiliki

    kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka terhadap peristiwa

    lingkungan mereka sendiri. Bandura (1997) mengemukakan ada tiga aspek utama

    dalam self-efficacy, antara lain:

    a. Level/Magnitude

    Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan. Jika

    dihadapkan dengan tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan, yaitu

    rendah, menengah, dan tinggi maka individu akan melakukan tindakan-tindakan

    yang dirasa mampu untuk dilakukan dan cenderung menghindari situasi dan tugas

    yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimiliki.

    b. Generality

    Hal ini berkaitan dengan luas bidang tugas yang dihadapi, yakni sejauh mana

    individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari

    melakukan suatu aktivitas dalam situasi tertentu hingga dalam serangkaian tugas

    dalam situasi yang bervariasi.

    c. Strength

    Hal ini berkaitan dengan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan

    yang dimiliki. Individu yang mempunyai kepercayaan yang kuat dalam kemampuan

    mereka akan tekun dalam usahanya meskipun banyak sekali kesulitan dan halangan.

    Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Saat Melakukan

    Presentasi Di Kelas Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga Angkatan

    2016

    Sebagai calon lulusan Sarjana Psikologi UKSW, setiap mahasiswa diharapkan

    mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik. Mahasiswa harus

  • 10

    mampu berkomunikasi baik dalam komunikasi antar individu maupun komunikasi

    massa. Demi terwujudnya harapan tersebut, Fakultas Psikologi UKSW menerapkan

    metode pembelajaran dengan melakukan presentasi. Metode ini dilakukan guna

    mengasah kemampuan mahasiswa untuk dapat berbicara dengan baik di depan umum

    dan melatih mahasiswa untuk dapat berkomunikasi secara lisan dengan baik. Namun

    pada kenyataannya tidak jarang mahasiswa yang merasa cemas pada saat melakukan

    presentasi tersebut. Sebagian mahasiswa menganggap tugas presentasi merupakan suatu

    beban. Dalam penanganan kecemasan ini, individu dengan individu yang lain tentunya

    berbeda tergantung pada penilaian diri individu terhadap kemampuan yang dimilikinya

    yang disebut dengan self-efficacy. Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy

    merupakan keyakinan atau harapan seseorang tentang kapasitas dirinya dalam

    menyelesaikan tugas-tugas tertentu atau perilakunya saat ini dengan sukses.

    Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara self-

    efficacy dengan kecemasan berbicara saat presentasi. Penelitian yang dilakukan oleh

    Anwar (2009) mengenai hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang

    menemukan bahwa pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan berbicara di depan

    umum adalah sebesar 44,9%. Presentase ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki

    pengaruh yang cukup besar terhadap kecemasan seseorang dalam berbicara di depan

    umum. Kreitner & Kinicki (dalam Rini, 2013) menyebutkan bahwa sumber kecemasan

    pada mahasiswa dalam melakukan tugas presentasi adalah adanya kekhawatirannya

    pada saat berlangsungnya tugas presentasi tersebut. Dikatakan pula bahwa memiliki

    kesiapan dalam tugas presentasinya, mahasiswa juga harus mampu dengan

    keyakinannya dalam tugas presentasinya.

  • 11

    Hipotesis

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada hubungan

    negatif signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan

    presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016.

    METODE PENELITIAN

    Definisi Operasional Variabel Penelitian

    a. Variabel Kecemasan Berbicara Saat Presentasi

    Kecemasan berbiacara saat presentasi adalah kecemasan yang timbul dari pola

    pikir yang keliru, kurangnya pengetahuan terhadap keadaan saat melakukan

    presentasi atau berbicara di muka umum dan merasa tidak yakin pada diri sehingga

    muncul perilaku penghindaran dan munculnya ketegangan pada individu yang

    menyebabkan terganggunya kemampuan mengingat, panik, jantung berdebar,

    kehilangan kendali dan lain sebagainya. Alat ukur yang digunakan adalah skala

    kecemasan berbicara.

    b. Variabel Self-efficacy

    Self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuan yang

    dimilikinya untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan dalam mengatasi

    berbagai hambatan yang muncul akibat kecemasan berbicara saat presentasi. Alat

    ukur yang digunakan adalah skala self-efficacy.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan

    mengukur korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan

    presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016.

    Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2016 yang

  • 12

    berjumlah 228 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

    teknik sampling jenuh, sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak

    jumlah populasi yaitu berjumlah 228 orang.

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

    metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konsep

    psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator

    perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).

    Dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi, alat ukur yang digunakan pada

    penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan 24 aitem dan skala kecemasan berbicara

    dengan 31 aitem, yang dimana peneliti menyebarkan skala tersebut kepada partisipan.

    Skala self-efficacy menggunakan dimensi-dimensi yang disimpulkan oleh Bandura

    (1997), yaitu Tingkat kesulitan (level), Kekuatan (strength), dan Keluasan (generality).

    Sedangkan untuk mengukur kecemasan berbicara saat presentasi, peneliti menggunakan

    aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rogers (2008), yaitu fisik, mental, dan emosional.

    Penelitian ini menggunakan model skala Likert yang berupa pernyataan

    favorable dan unfavorable yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, Sangat Setuju

    (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk

    item favourable bergerak dari 4 sampai 1 untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

    Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk aitem unfavourable

    bergerak dari 1 sampai 4 untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

    Sangat Tidak Setuju (STS).

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

    uji korelasi Pearson Product Moment dan dibantu dengan menggunakan program SPSS

    For MS windows versi 16.0

  • 13

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Deskriptif

    Self-efficacy

    Variabel self-efficacy memiliki 24 aitem bertahan dengan skor 1 sampai dengan

    4. Perhitungan skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

    Skor tertinggi: 24 x 4 = 96

    Skor terendah: 24 x 1 = 24

    Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat rendah, rendah,

    tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor

    tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan jumlah kategori.

    Tabel 1.1

    Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Self-efficacy

    No Interval Kategori Mean N Persentase (%)

    1 24 ≤ x < 42 Sangat Rendah 7 3,07 %

    2 42 ≤ x < 60 Rendah 4 1,75 %

    3 60 ≤ x < 78 Tinggi 67,66 146 64,04 %

    4 78 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 71 31,14 %

    JUMLAH 228 100 %

    Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat 71 orang mahasiswa

    memiliki self-efficacy yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase

    31,14%, 146 orang mahasiswa memiliki self-efficacy yang berada pada kategori tinggi

    dengan persentase 64,04%, 4 orang mahasiswa memiliki self-efficacy yang berada pada

  • 14

    kategori rendah dengan persentase 1,75% dan 7 orang mahasiswa memiliki self-efficacy

    yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 3,07% Berdasarkan

    persentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki self-efficacy pada kategori

    tinggi, dengan mean = 67,66.

    Kecemasan Berbicara Saat Presentasi

    Variabel kecemasan berbicara saat presentasi memiliki 31 aitem bertahan

    dengan jenjang skor 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah

    sebagai berikut:

    Skor tertinggi: 31 x 4 = 124

    Skor terendah: 31 x 1 = 31

    Pembagian interval dilakukan menjadi empat katagori, yaitu sangat rendah,

    rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi

    jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan

    jumlah kategori.

    Tabel 1.2

    Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kecemasan Berbicara Saat Presentasi

    No Interval Kategori Mean N Persentase (%)

    1 31 ≤ x < 54,25 Sangat Rendah 6 2,63 %

    2 54,25 ≤ x < 77,5 Rendah 66,80 158 69,29 %

    3 77,5 ≤ x < 100,75 Tinggi 62 27,20 %

    4 100,75 ≤ x ≤ 124 Sangat Tinggi 2 0,88 %

    JUMLAH 228 100 %

  • 15

    Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa terdapat 2 orang mahasiswa memiliki

    kecemasan berbicara saat presentasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan

    persentase 2,63%, 62 orang mahasiswa memiliki kecemasan berbicara saat presentasi

    yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 27,20%, 158 orang mahasiswa

    memiliki kecemasan berbicara saat presentasi yang berada pada kategori rendah dengan

    persentase 69,29% dan 6 orang mahasiswa memiliki kecemasan berbicara saat

    presentasi yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 2,63%.

    Berdasarkan persentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki kecemasan

    berbicara saat presentasi pada kategori rendah, dengan mean = 66,80.

    Uji Asumsi

    Uji Normalitas

    Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test

    (ks-z) yang dikatakan normal jika p (asym sig (1-tailed)) > 0,05. Hasil uji normalitas

    variabel self-efficacy menunjukan bahwa nilai ks-z adalah 0,998 dengan asym sig (1-

    tailed) 0,272 > 0.05 dan variabel kecemasan berbicara saat presentasi, nilai ks-z adalah

    1,019 dengan asym sig (1-tailed) 0,250 > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan

    bahwa distribusi data skala self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat presentasi

    adalah normal.

    Uji Linearitas

    Uji linearitas ini menggunakan compare means test for linierity. Berdasarkan hasil uji

    linearitas menggunakan program SPSS For MS windows versi 16.0 dapat diketahui

    bahwa nilai Fbeda sebesar 1,343 (p > 0,05) dengan signifikansi pada Deviation from

  • 16

    Linearity sebesar 0,116. Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel self-efficacy

    dengan kecemasan berbicara saat presentasi terdapat hubungan yang linear.

    Uji Korelasi

    Tabel 1.3

    Hasil Uji Korelasi Antara Self-efficacy

    Dengan Kecemasan Berbicara Saat Presentasi

    .

    Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi Pearson dengan bantuan SPSS For MS

    windows versi 16.0 diperoleh koefisien korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan

    berbicara saat presentasi -0,189 dan signifikansi sebesar 0.002 (p < 0.05). Hasil tersebut

    menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy dengan

    kecemasan berbicara saat presentasi.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara self-efficacy dengan kecemasan

    berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

    Salatiga angkatan 2016 didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) = -0,189

    dengan sig. = 0.002 (p < 0.05), yang berarti bahwa ada hubungan yang negatif

    signifikan, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa, maka

  • 17

    akan diikuti pula dengan semakin rendahnya kecemasan mereka dalam berbicara saat

    presentasi. Bandura (dalam Holilah, 2011) menyatakan bahwa tingkat self-efficacy yang

    dimiliki oleh individu dalam menghadapi tugas presentasi dapat mempengaruhi

    kecemasan individu tersebut terhadap tugasnya. Geist (dalam Gunarsa, 2000)

    menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara adalah

    persepsi negatif seseorang terhadap diri sendiri.

    Matindas (2003) berpendapat bahwa keyakinan atau kepercayaan diri seseorang

    dangat berpengaruh terhadap kecemasannya berbicara di depan umum. Menurut

    Bandura (1997) Self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan

    mereka yang mempengaruhi cara individu tersebut dalam bereaksi terhadap suatu situasi.

    Feist & Feist (2000) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan

    yang tinggi maka mereka biasanya memiliki self-efficacy yang rendah, dan sebaliknya

    apabila seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi maka mereka mampu mengatasi

    rintangan dan mengganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu

    dihindari. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Riani & Rozali (2014)

    mengenai hubungan antara self-efficacy dan kecemasan pada saat melakukan presentasi

    pada mahasiswa Universitas Esa Unggul yang menjelaskan bahwa ada hubungan

    negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan. Artinya semakin tinggi

    self-efficacy yang dimiliki mahasiswa saat presentasi maka semakin rendah kecemasan

    yang dimiliki mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan self-

    efficacy dan kecemasan berbicara saat presentasi memiliki hubungan negatif dan

    signifikan yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang maka

    tingkat kecemasannya dalam berbicara saat melakukan presentasi semakin rendah,

    begitu pula sebaliknya. Ketika mahasiswa yakin akan kemampuannya terhadap tugas

  • 18

    presentasi, maka mahasiswa tersebut diharapkan terhindar dari kecemasan (Myers

    dalam Putri, Aulia & Candra, 2010).

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diketahui bahwa

    variabel self-efficacy memiliki skor tertinggi adalah 92 dan skor terendah adalah 33

    dengan 64,04% subjek yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

    sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2016 memiliki tingkat

    self-efficacy yang tinggi. Kemudian pada variabel kecemasan berbicara saat melakukan

    presentasi memiliki skor tertinggi adalah 107 dan skor terendah adalah 38 dengan

    69,29% subjek yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    sebagian besar mahasiswa fakultas psikologi UKSW angkatan 2016 memiliki tingkat

    kecemasan berbicara saat melakukan presentasi yang rendah.

    Dari hasil korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat

    presentasi menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-

    effiicacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas, dengan

    sumbangan efektif self-efficacy terhadap kecemasan berbicara saat presentasi sebesar

    3,57% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 96,43%. self-

    efficacy bukanlah suatu hal mutlak yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara saat

    presentasi, melainkan ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan

    berbicara saat presentasi tersebut.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

    self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada

    mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016. Yang dapat diartikan,

  • 19

    semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam

    berbicara saat melakukan presentasi. Sumbangan efektif self-efficacy terhadap

    kecemasan berbicara saat presentasi sebesar 3,57% sedangkan sisanya di pengaruhi oleh

    faktor-faktor lain sebesar 96,43%. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil yang

    menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan

    2016 memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi dan sebagian besar mahasiswa fakultas

    psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016 memiliki tingkat kecemasan berbicara saat

    melakukan presentasi yang rendah.

    SARAN

    Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti akan memberikan saran-saran

    untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut adalah :

    1. Bagi Subjek Penelitian

    Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap kecemasan berbicara saat

    melakukan presentasi. Oleh karena itu diharapkan para mahasiswa bisa lebih

    meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki agar dapat

    mengurangi tingkat kecemasan saat harus melakukan presentasi.

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti yang tertarik dengan topik yang sama, disarankan untuk dapat

    mengkaji dengan jangkauan yang lebih luas, dapat dengan menambah

    variabel atau mempertimbangkan variabel yang belum terungkap. Peneliti

    selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan

    mempengaruhi kecemasan berbicara saat melakukan presentasi maupun self-

    efficacy.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Andrianto, B. (2008). Kecemasan presentasi ditinjau dari ketrampilan komunikasi dan

    kepercayaan diri pada mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam

    Indonesia

    Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara

    Azwar, S. 2000. Sikap manusia: teori dan pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta :

    Pustaka Belajar.

    Bandura, A. 1997. Self-efficacy the exercise of control. America : W.H Freeman and

    Company.

    Connor, M. A. (1996). The importance of speaking, listening, and media literacy. [On-

    line]. http://www.scassn.org/K12Stds.htm. Tanggal akses : 31 Agustus 2016

    Endiarsari, A. 2005. Hubungan antara efikasi diri akademik dengan kecemasan

    melakukan presentasi pada mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam

    Indonesia

    Feist, J & Feist, G. J. (2002). Theories of personality (5th

    ed). Boston: McGraw Hill.

    Gunarsa, S. (2000) Psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga. Jakarta : Penerbit PT.

    BPK Gunung Mulia.

    Harianti, N. (2014). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana

    Malang. Psikovidya. 18. (1). Mataram : PT. WOM Finance

    Holilah, Siti. (2011). Hubungan Self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII SMA

    Negeri X Jakarta Barat Dalam menghadapi ujian nasional. Skripsi. Jakarta :

    Universitas Esa Unggul. Jakarta

    Kholisin. (2014). Kecerdasan berbicara ditinjau dari konsep diri dan kecerdasan

    emosional. Jurnal Ilmu Dakwah. 34 (1).

    Lent, N. (1991). The Foundation of Social Research. New York : McGraw Hill.

    Matindas, D. (2003). Psikologi: Menghilangkan grogi di depan umum.[online].

    http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0302/28/020443.htm. diunduh pada 24

    juni 2017.

    Myers, D. G. (2013). Social psychology. America : McGraw-Hill

    http://www.scassn.org/K12Stds.htmhttp://www.kompas.com/kesehatan/news/0302/28/020443.htm

  • 21

    Putri, Aulia, & Candra. Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia

    “YPTK” Padang. Jurnal Fakultas Psikologi. Padang : Universitas Putra Indonesia

    “YPTK” Padang.

    Riani, W. S. & Rozali, Y. A. (2014). Hubungan antara self-efficacy dan kecemasan saat

    presentasi pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi. 4 (1).

    Jakarta : Universitas Esa Unggul

    Rini, H. P. (2013). Self-efficacy dengan kecemasan dalam menghadapi ujian nasional.

    Jurnal Online Fakultas Psikologi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

    Malang

    Ririn, Asmidir & Johan. (2013). Hubungan antara keterampilan komunikasi dengan

    kecemasan berbicara di depan umum terhadap mahasiswa jurusan bimbingan dan

    konseling angkatan 2011. Jurnal Ilmiah Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.

    Padang : Universitas Negeri Padang.

    Rogers, N. 2008. Berani bicara dan cara cepat berpidato. Bandung : Nuansa

    Santrock, John. W. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika