hubungan antara perbandingan sosial (dengan...

41
HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN SEBAYA) DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI SMA NEGERI 1 TUNTANG OLEH : NACHRI BUDI PASERU 802012121 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: vanthu

Post on 29-Mar-2019

315 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN

SEBAYA) DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI

SMA NEGERI 1 TUNTANG

OLEH :

NACHRI BUDI PASERU

802012121

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam
Page 3: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam
Page 4: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Nachri Budi Paseru

Nim : 802012121

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas

royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN SEBAYA)

DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI SMA NEGERI 1

TUNTANG

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau

mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan

tugas akhir, selama tetap mencantumkannama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 12 Januari 2016

Yang menyatakan,

Nachri Budi Paseru

Mengetahui,

Pembimbing

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Page 5: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nachri Budi Paseru

Nim : 802012121

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN SEBAYA)

DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI SMA NEGERI 1

TUNTANG

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan

orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat

atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa

memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 12 Januari 2016

Yang memberi pernyataan,

Nachri Budi Paseru

Page 6: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN SEBAYA)

DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI SMA NEGERI 1

TUNTANG

Oleh

Nachri Budi Paseru

802012121

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL (DENGAN TEMAN

SEBAYA) DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA REMAJA TENGAH DI

SMA NEGERI 1 TUNTANG

Nachri Budi Paseru

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

i

Abstrak

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan antara perbandingan sosial

(dengan teman sebaya) dan kepuasan hidup remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling incidental

dengan subjek berjumlah 100 remaja. Pengumpulan data perbandingan sosial diukur

menggunakan Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure (INCOM) yang disusun

oleh Gibbon dan Buunk (1999), sementara pengumpulan data kepuasan hidup menggunakan

skala Multidimensional Student Life Satisfaction (MSLSS) yang disusun oleh Huebner

(2001). Teknik analisa data menggunakan Spearman Rho. Hasil yang diperoleh dari

perhitungan tersebut adalah nilai koefisien korelasi (r) = -0,558 dengan sig = 0,000

(p<0,05), yang berarti ada korelasi negatif yang signifikan antara perbandingan sosial

(dengan teman sebaya) dengan kepuasan hidup pada remaja tengah.

Kata kunci : perbandingan sosial, kepuasan hidup, remaja tengah.

Page 9: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

ii

Abstract

This study aims to find the relationship between social comparison (with peers) and

life satisfaction in middle adolescents on SMA Negeri 1 Tuntang. The researcher use

incidental sampling with participants of this study are 100 adolescents. Iowa-Netherlands

Comparison Orientation Measure (INCOM) scale was used to measure the social

comparison which prepared by Gibbon and Buunk (1999). Multidimensional Student Life

Satisfaction (MSLSS) scale was used to measure the life satisfaction were prepared by

Huebner (2011). Data analiysis technique Spearman Rho. The result shows that

calculations of the value of the correlation coefficient (r) = -0,558 with sig= 0,000

(p<0,05), which means there is a significant negative correlation between social

comparison (with peers) with life satisfaction in the middle adolescents.

Keyword : Social Comparison, Life Satisfaction, Middle Adolescents

Page 10: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

1

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional (Santrock, 2007). Memasuki masa remaja yaitu masa yang paling rentan

dalam tahap perkembangan, dimana remaja sangat mudah untuk merasakan gejolak emosi

yang dialaminya salah satunya yaitu kecemasan. Banyak remaja mengalami kecemasan dan

perasaan yang tidak menyenangkan atau perasaan yang aneh, dalam hal ini terdapat

kecenderungan rendahnya tingkat kepuasan hidup yang dialami oleh remaja (Ehrich &

Isaacowitz, 2002).

Tidak hanya kecemasan serta perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan

setelah memasuki masa remaja, namun seorang individu juga akan memunculkan

ketidakpuasan pada hidup jika keinginannya tidak tercapai sesuai dengan yang diharapkannya.

Rohma (2013) mengatakan bahwa remaja memiliki banyak harapan, cita-cita dan tujuan yang

ingin digapainya, jika harapan dan cita-cita serta tujuan tersebut tidak tercapai maka remaja

akan memunculkan tingkat ketidakpuasan pada hidup yang rendah dan kemudian memicu hal

negatif pada diri remaja. Oleh karena itu, remaja sebaiknya mempersiapkan diri menjadi

seorang dewasa yang matang jika remaja tersebut dapat melewati konflik-konflik yang

dialaminya serta mengembangkan dirinya sebagai remaja yang sehat mental.

Kesehatan mental bukan sekedar terbebasnya individu dari berbagai macam

gangguan psikologis, tetapi lebih dari itu, kesehatan mental berkaitan dengan kapasitas dan

kualitas dimana individu mampu beradaptasi dengan perubahan, memanajemen situasi yang

krisis, mendemonstrasikan hubungan yang bermakna dengan individu lain dan menikmati

kehidupan (Almeida dalam Rochman dan Wahyu, 2011). Selain itu Birren dan Sloane et all

Page 11: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

2

(1980) juga menambahkan bahwa ada empat komponen individu yang sehat mental, yaitu

tidak mengalami gangguan mental, tidak mengalami keterbatasan atau defisit dalam tingkah

laku, keadaan dirinya mendekati sosok yang ideal yang dihadapkan serta mengalami kepuasan

dalam hidupnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kepuasan hidup

merupakan salah satu aspek yang menentukan kesehatan mental individu, khususnya pada

remaja.

Kepuasan hidup dalam Hurlock (2009) adalah keadaan sejahtera atau kepuasan hati

yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu

terpenuhi.Lebih lanjut Huebner (2003) mendefinisikan bahwa kepuasan hidup adalah

evaluasi subjektif maupun evaluasi global yang seseorang lakukan untuk menilai hal-hal

positif dalam hidupnya serta menilai hidupnya secara umum atau dengan aspek-aspek

tertentu.

Kepuasan hidup pada remaja memiliki beberapa aspek yang dikemukakan oleh

Huebner (2003) seperti;

a. Kepuasan terhadap Keluarga

Keluarga menjadi tolak ukur remaja dalam menilai kepuasan hidup. Pola asuh

keluarga, serta peran ayah dan ibu dalam keluarga merupakan salah satu yang

mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga hubungan dalam keluarga membentuk nilai-nilai

pada remaja dalam menentukan kepuasan hidup yang di alami pada masa remaja. Remaja

yang merasa puas dengan keadaan keluarga, baik secara pola asuh, peran ayah dan ibu,

keharmonisan keluarga, dan sebagainya menjadi prediktor kepuasan hidup remaja.

Page 12: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

3

b. Kepuasan terhadap Pertemanan

Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja.

Dalam menentukan kepuasan hidup remaja dengan hubungan pertemanan adalah dengan

melihat kualitas hubungan yang terjalin dengan sesama teman sebayanya (Hurlock dalam

Huebner, 2003).

c. Kepuasan terhadap Pendidikan/ sekolah

Pretasi remaja di sekolah menjadi tolak ukur remaja telah mencapai harapan, cita-cita,

keinginan yang ingin diraih remaja tersebut. Emmons dan Diener (Huebner 2003)

menyebutkan bahwa kepuasan pada prestasi akademik merupaka predictor yang kuat

dalam menentukan kepuasan hidup pada mahasiswa. Hurlock (Huebner, 2003) juga

menyebutkan prestasi juga merupakan unsur dalam mengukur kebahagiaan.

d. Kepuasan terhadap Lingkungan Tempat Tinggal

Remaja tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan tempat tinggal, nilai-nilai serta

aturan yang berlaku di lingkungannya membentuk remaja dalam menentukan kepuasan

yang dirasakan remaja, ketika remaja merasa aturan sesuai dengan keinginnannya maka

remaja merasa puas. Kepuasan remaja terhadap lingkungan tempat tinggalnya menjadi

prediktor dalam menentukan kepuasan hidup remaja.

e. Kepuasan terhadap Diri sendiri

Kepuasan terhadap diri sendiri merupakan salah satu hal yang penting dalam

menentukan kepuasan hidup pada remaja. Remaja yang merasa tidak puas dengan dirinya

sendiri menjadikan kepuasan hidup remaja tersebut menjadi rendah, sebaliknya ketika

remaja mampu menjadikan dirinya pribadi yang diinginkan, remaja cenderung memiliki

kepuasan hidup yang lebih tinggi.

Page 13: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

4

Kepuasan hidup memiliki peran positif dalam perkembangan remaja. Antamarian dan

Huebner (2008) mengatakan bahwa remaja yang memiliki kepuasan hidup tinggi berdampak

positif dalam tahap perkembangan selanjutnya, remaja tersebut juga lebih tahan dalam

menghadapi stressor yang dialaminya. Kepuasan hidup juga menunjukkan implikasi positif

bagi perkembangan remaja selain itu, tingkat keberhasilan dari seorang individu saat melewati

masalah hidup yang dia alami juga sangat mempengaruhi kebahagiaan dan pastinya turut

menentukan kepuasan hidup dari individu itu (Hurlock dalam Panembrama, 2013). Kepuasan

hidup pada remaja sangatlah penting, karena hal ini dapat membantu seorang remaja agar

mampu dan tetap bertahan terhadap di situasi dan kondisi apapun yang dialaminya.

Namun, jika remaja tidak memiliki kepuasan dalam hidupnya maka akan

menimbulkan efek yang negatif. Rendahnya tingkat kepuasan hidup dapat menimbulkan efek

negatif termasuk masalah mental dan masalah kesehatan fisik ( F r i s c h d a l a m

H u e b n e r 2 0 0 3 ) .Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui korelasi

kepuasan hidup pada subjek anak-anak. Hasil penelitian menemukan bahwa kepuasan hidup

yang menurun berisiko dapat memicu timbulnya berbagai perilaku (seperti penggunaan

alkohol dan penggunaan narkoba, agresif serta perilaku kekerasan dan hubungan seksual),

gejala psikopatologi (depresi, kecemasan, efikasi diri yang rendah, kesepian) dan kesehatan

indeks fisik (misalnya, perilaku makan, latihan). Sedangkan penelitian lain yang dilakukan

Huebner et all (2004) menunjukkan bahwa kepuasan hidup pada remaja terkait erat dengan

stres dan perilaku psikopatologis.

Remaja yang memiliki kepuasan hidup akan menunjukkan cara yang tepat untuk

menghadapi apapun yang terjadi dalam hidupnya, sedangkan remaja yang tidak memiliki

kepuasan hidup kurang memiliki cara yang tepat dalam mengatasi peristiwa atau apapun yang

terjadi dalam hidupnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Huebner (2003) bahwa remaja yang

Page 14: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

5

memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi kurang menunjukkan behavior externalizing

dalam menghadapi apapun peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, sedangkan remaja yang

tidak memiliki kepuasan hidup akan menunjukkan behavior externalizing yang signifikan

dalam menghadapi peristiwa yang terjadi dalam hidupnya dengan demikian, kepuasan hidup

muncul untuk beroperasi sebagai kekuatan intrapersonal yang membantu atau mencegah

timbulnya perkembangan psikopatologi untuk menghadapi kehidupan yang penuh stres yang

dihadapi oleh remaja (Huebner, 2003).

Selain berbagai efek yang dapat ditimbulkan jika seseorang memiliki tingkat

kepuasan hidup yang rendah seperti yang telah dijelaskan di atas, kurangnya tingkat kepuasan

hidup juga memicu timbulnya kasus bunuh diri yang terjadi pada remaja. Salah satu kasus

yang terjadi di Indonesia adalah tingkat kasus bunuh diri di kalangan remaja yang meningkat

berada pada kelompok usia (15 – 24 tahun). Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas

Anak ) melaporkan sembilan anak di usia rentan lima sampai 10 tahun. Sementara 12 hingga

15 tahun ada 39 kasus, usia 15 tahun ada 27 kasus

(http://nasional.sindonews.com/read/953234/15/indonesia-darurat-kasus-bunuh-diri-anak-

1421747164). Di Kabupaten Gunung Kidul, angka bunuh diri pada tahun 2012 mencapai

hampir 40 jiwa (kompasiana.com). Pada 11 maret 2014 seorang remaja warga Dusun Kedirejo

1, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta diberitakan meninggal bunuh diri, penyebab

remaja bunuh diri diantaranya karena masalah putus cinta, frustrasi karena kondisi ekonomi,

keluarga yang kurang harmonis serta masalah sekolah, hal ini terjadi disebabkan kurang

memiliki kebahagiaan karena ketidakpuasan terhadap hidupnya (Fajarwati, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldbeck (2007), menemukan adanya

penurunan kepuasan hidup pada remaja, pernyataan ini diutarakan berdasarkan hasil tes dari

1.274 siswa berusia 11 sampai 16 tahun di Jerman, bahwa tingkat kepuasan hidup pada remaja

Page 15: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

6

rendah. Dari banyaknya kasus di atas, kepuasan hidup pada remaja dapat menjadi salah satu

perhatian agar dapat mengurangi efek negatif yang dapat ditimbulkan, karena itu kepuasan

hidup pada remaja sangatlah penting.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Bray dan Gunnel (2006) menemukan

bahwa bunuh diri dan kepuasan hidup memiliki korelasi yang negatif, artinya semakin rendah

kepuasan hidup yang dimiliki oleh seorang individu maka semakin tinggi pula kecenderungan

seseorang untuk melakukan bunuh diri dengan koefisien korelasi sebesar 95%. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Soo Kim dan Sil Kim (2007) di Korea pada 2.100 remaja, termasuk

1.321 remaja siswa dan 779 remaja yang sering melanggar menunjukkan bahwa tingkat usaha

bunuh diri menjadi 11,6%, pada remaja yang sering melanggar memiliki tingkat yang lebih

tinggi dalam upaya bunuh diri karena rendahnya kepuasan hidup serta strategi koping yang

kurang efektif dibandingkan dengan remaja yang tidak berupaya untuk melakukan bunuh diri.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Honkanen et all (2001) menemukan bahwa

pria dengan tingkat ketidakpuasan terhadap hidup 24,85 kali lebih rentan melakukan bunuh

diri selama 10 tahun pertama penelitian dilakukan, selain itu subjek yang melaporkan

ketidakpuasan setelah 6 tahun kemudian menunjukkan risiko bunuh diri yang tinggi dengan

hasil perhitungan menggunakan perhitungan rasio hazard yang berfungsi untuk mengetahui

seberapa besar perubahan yang terjadi karena adanya suatu prediktor yaitu sebesar 6,84

dengan koefisien korelasi sebesar 95% dibandingkan dengan mereka yang berulang kali

melaporkan kepuasan hidupnya.

Menurut Hurlock dalam Rachman (2013) ada beberapa faktor yang relatif penting

untuk menunjang kepuasan hidup yaitu; kesehatan, daya tarik fisik, tingkat otonomi,

kesempatan-kesempatan interaksi di luar keluarga, jenis pekejaan, status kerja, kondisi

kehidupan, pemilikan harta benda, keseimbangan antara harapan dan pencapaian, penyesuaian

Page 16: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

7

emosional, sikap terhadap periode usia tertentu, relialisme dari konsep diri, relialisme dari

konsep peran. Salah satu faktor yang disebutkan di atas adalah daya tarik fisik, dimana daya

tarik fisik ini menyebabkan individu diterima dan disukai oleh masyarakat dan sering

merupakan penyebab dari prestasi yang lebih besar daripada apa yang mungkin dicapai

individu kalau kurang mempunyai daya tarik (Hurlock dalam Rachman, 2013). Hingga

akhirnya hal ini kemudian membuat seseorang membandingkan dirinya dengan keadaan yang

dianggapnya sebagai standar ideal atau apa yang ada pada diri orang lain.

Selain fisik, individu juga biasanya melakukan perbandingan sosial berdasarkan

status ekonomi. Seperti halnya yang dikatakan oleh Myers (2010) bahwa seseorang yang

tinggal di masyarakat yang kaya cenderung akan melakukan perbandingan sosial yaitu

membandingkan dirinya dengan masyarakat yang berada di sekitar tempat tinggalnya tersebut.

Perbandingan sosial (social comparison) merupakan proses subyektif seseorang

membandingkan kemampuan dan penampilan dirinya dengan orang lain yang berada dalam

lingkungannya (Festinger dalam Sunartio dkk, 2012). Terkadang hal yang sering terjadi

khususnya pada remaja, dimana terkadang remaja melakukan perbandingan-perbandingan

dengan apa yang dimilikinya saat ini dengan apa yang dimiliki oleh orang lain yang

dijadikannya sebagai objek.

Objek yang dijadikan oleh remaja dalam melakukan perbandingan sosial adalah rekan

atau teman sebayanya sendiri. Rekan atau teman sebaya adalah bagian penting dari kehidupan

remaja dan memainkan peran yang penting dalam menentukan harapan sosial, membangun

identitas, dan mengevaluasi diri (Brown, Mory, & Kinney dalam Jones 2001). Begitu pula

halnya yang dikatakan oleh Miller dalam Jones 2001 bahwa karena begitu pentingnya teman

sebaya dan sering berinteraksi ataupun berorganisasi di sekolah akhirnya teman sebaya

kemudian dijadikan sebagai model atau target dalam perbandingan sosial.

Page 17: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

8

Selain itu, hasil wawancara yang dilakukan oleh Suprapto (2007) dengan subjek

remaja berusia 17-22 tahun yang mengambil subjek para mahasiswa bahwa remaja lebih suka

membandingkan dirinya dengan teman-teman sekampusnya daripada dengan figur artis yang

memang sudah pasti terlihat perbedaannya. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Eryani (2014) menemukan bahwa aspek teman sebaya sebagai objek dalam

perbandingan sosial memiliki nilai korelasi sebesar -0,620 yang menunjukkan hubungan yang

tinggi atau kuat antara sikap terhadap peran teman sebaya sebagai objek dalam perbandingan

sosial dengan penyesuaian sosial di sekolah.

Hal ini juga sering terjadi pada remaja dimana sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Irons & Gilbert (dalam Giacolini, 2013) bahwa submissive behavior dan negative social

comparison sangat terkait dengan kerentanan dan masalah kesehatan mental pada remaja.

Seseorang yang melakukan perbandingan sosialbiasanya terjadi ketika seseorang menjadi

tertekan karena mereka merasa rendah diri dan terpinggirkan karena melihat diri mereka

sebagai inferior (De Fruyt & De Clercq, 2005)

Perbandingan sosial (social comparison) juga dapat menimbulkan efek yang negatif

terhadap seorang remaja. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Litt, Stock&

Gibbons (2015) yang menyatakan bahwa perbandingan sosial yang dimiliki oleh remaja

membuat remaja mudah terpengaruh untuk mengikuti lingkungan sosialnya terutama saudara

dan teman sebayanya dalam penggunaan alkohol. Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa

penggunaan alkohol di kalangan remaja timbul karena kepuasan hidup yang menurun. Lebih

lanjut penelitian yang dilakukan oleh Swain (2012) dengan subjek mulai dari usia 18, 21, 25

dan 30 menemukan bahwa penggunaan alkohol pada remaja terkait karena kepuasaan hidup

yang menurun pada seseorang terutama pada usia 18, 21 dan 25.

Page 18: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

9

Perbandingan sosial biasanya dilakukan oleh remaja yang menginjak usia remaja

tengah dan akhir dibandingkan dengan remaja awal misalnya dalam hal fisik. Menurut Levine

& Smolak (2002), mengatakan bahwa permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan

pada masa remaja awal ketika mereka mengalami pubertas sedangkan pada masa remaja

tengah dan akhir permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan

ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimilikinya, yang biasanya

tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkannya dan kemudian sering membandingkan

fisiknya dengan fisik orang lain, yang kemudian mengakibatkan mereka menjadi kurang

percaya diri.

Perbandingan sosial merupakan salah satu sumber untuk mengetahui informasi

tentang diri kita sendiri. Informasi ini dibutuhkan oleh seseorang untuk mengevaluasi

pendapat dan kemampuan mereka dengan orang lain. Gibbon dan Buunk (1999) mengatakan

bahwa seseorang biasanya cenderung dipengaruhi oleh standar ideal yang berlaku dalam

lingkungannya. Rogers (Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa seseorang memiliki ideal self

dan real self, jika real self atau dengan kata lain semua aspek yang ada pada dirinya berbeda

dengan standar atau apa yang diharapkan dalam lingkungan sosial, hal ini akan menimbulkan

konflik antara real self dan ideal self yang menciptakan gap antar keduanya. Jika, gap antara

real self dan ideal self sangat jauh maka, hal ini akan mempengaruhi kepuasan hidup

seseorang. Untuk mengetahui seseorang apakah dirinya sudah sesuai dengan standar atau

harapan dalam lingkungan sosial seseorang biasanya melakukan perbandingan sosial, untuk

mengevaluasi dirinya sendiri. Ketika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan orang

lain mengenai kemampuannya, akan mempengaruhi kepuasan hidupnya, karena perbandingan

yang dilakukannya tersebut memberikan informasi yang dapat menimbulkan rasa kompetisi

Page 19: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

10

atau persaingan dalam dirinya sendiri hingga menjadi sebuah tekanan bagi orang tersebut dan

menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dapat mengurangi kenikmatan serta rasa puas

dalam hidupnya.

Namun, hal ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Wills (1980) mengatakan bahwa

seseorang yang memiliki kesejahteraan dalam hidupnya yang menurun, dengan

membandingkan dirinya melihat orang yang tidak lebih dari dirinya (downward comparison)

dapat menjadi salah satu cara untuk menaikkan atau meningkatkan citra dirinya. Buunk dan

Ybema (1997) mengatakan bahwa upward dan downward comparisonakan menghasilkan

perbandingan yang positif ataupun negatif jika seseorang juga menafsirkannya dengan cara

yang positif atau dengan cara yang negatif, tergantung bagaimana seseorang tersebut

mengidentifikasi diri mereka dengan objek pembanding. Namun, kebanyakan orang

melakukan perbandingan dengan melihat orang yang tidak lebih dari dirinya dengan fokus

melihat perbedaan yang ada pada dirinya dengan orang lain (Van der Zee, Buunk, Sanderman,

Botke, & Van den Bergh, 2000).

Jika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat orang yang tidak lebih dari

dirinya, seseorang tersebut akan merasa superioritas, sedangkan jika seseorang melakukan

perbandingan ke atas maka ia akan merasa rendah diri. Oleh karena itu orang-orang lebih

memilih untuk melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada di bawahnya

daripada melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada jauh di atasnya. Namun,

ketika seseorang melakukan perbandingan dengan fokus pada kesamaan antara dirinya dan

orang lain mereka akan lebih termotivasi untuk melakukan perbandingan dengan melihat

orang yang berada di atasnya daripada melakukan perbandingan dengan orang yang berada di

bawahnya. Karena hal ini dapat membuat harapan seseorang menjadi naik di masa depannya,

Page 20: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

11

sedangkan ketika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat seseorang yang berada

di bawahnya individu tersebut akan takut memiliki nasib dan berakhir dengan buruk seperti

orang tersebut.

Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Rahmaningsih dan Martani (2014)

bahwa perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja pembaca majalah teenlit dengan tokoh

teenlit yang lebih unggul dapat menimbulkan konsep diri negatif yang pada remaja itu sendiri.

Berdasarkan efek negatif yang dapat timbul karena akibat perbandingan sosial yang dilakukan

oleh remaja di atas, perbandingan sosial juga mempengaruhi tingkat kepuasan hidup pada

seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gibbons and Buunk (1999: 133) mengatakan

bahwa mereka yang menunjukkan perbandingan sosial atau sering melakukan perbandingan

dirinya dengan orang lain tidak lebih atau kurang puas dengansituasi kehidupan mereka.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sunartio dkk (2012), bahwa perbandingan

sosialmemiliki korelasi yang signifikan dengan body dissatisfaction pada remaja yang

memiliki kecenderungan tingkat body dissatisfaction, artinya semakin tinggi perbandingan

sosialmaka semakin tinggi pula body dissatisfaction pada seseorang. Sementara itu body

dissatisfaction atau ketidakpuasan terhadap tubuh juga memiliki hubungan dengan kepuasan

hidup seseorang.Penelitian yang dilakukan oleh Ferguson (2014), menyatakan bahwa

ketidakpuasan tubuh pada individu memiliki korelasi yang signifikan mengurangi kepuasan

hidup seseorang.

Berbeda dengan penelitian dengan metode eksperimen yang dilakukan oleh Suprapto

dan Aditomo (2007) menemukan bahwa perbandingan sosial tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap body dissatisfaction pada remaja perempuan yang berpendidikan tinggi.

Page 21: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

12

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti, apakah ada hubungan negatif signifikan

antara perbandingan sosial dengan kepuasaan hidup pada remaja.

MASALAH PENELITIAN

Apakah ada hubungan negatif signifikan antara perbandingan sosial (dengan teman sebaya)

dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang?

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

terdapat hubungan negatif signifikan antara perbandingan sosial (dengan teman sebaya)

dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang.

Page 22: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

13

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Kepuasan hidup

Variabel Bebas : Perbandingan sosial (dengan teman sebaya)

Partisipan

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Tuntang di Kabupaten Semarang. Subjek

penelitian adalah remaja laki-laki dan remaja perempuan dengan usia 15-18, dimana usia ini

termasuk dalam masa remaja tengah (Hadinoto, 2002). Dari kriteria tersebut, penulis

memutuskan untuk mengambil subjek sebanyak 100 orang dari 729 popoulasi. Arikunto (2006)

mengatakan bahwa jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%- 15% atau 20%-25%

itu untuk pengambilan sampel dengan populasi diatas 100.

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sebelum peneliti melakukan

pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta ijin penelitian dari pihak sekolah, peneliti

melakukan pengumpulan data pada tanggal 2 November 2015 dengan cara peneliti langsung

memberikan kuesioner kepada sejumlah siswa yang berada di kelas dan di luar kelas saat jam

istirahat sedang berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel dari penelitian ini diambil dengan

teknik incidental, yaitu sampel yang kebetulan ditemui di lingkungan sekolah SMA Negeri 1

Tuntang dan dianggap cocok dengan kriteria yang dipakai dalam penelitian.

Dengan kriteria dalam pemilihan subjek, kriteria tersebut antara lain:

Page 23: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

14

1. Remaja laki-laki dan perempuan

2. Remaja berusia 15-18 tahun (remaja tengah)

Dengan demikian teknik yang signifikan adalah teknik non random sampling yaitu

dengan incidental sampling. Sehingga sampel dalam penelitian ini 100 orang.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai, dimana subjek yang

digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh dalam

penelitian ini kemudian diolah menggunakan bantuan program computer SPSS 16.0 for

windows.

Instrumen Penelitian

Skala Perbandingan Sosial (Social Comparison)

Skala dari perbandingan sosial menggunakan skala Iowa-Netherlands Comparison

Orientation Measure (INCOM). Skala ini disusun oleh Gibbons and Buunk (dalam Schneider,

2011), berdasarkan aspek yang diungkapkan perbandingan sosial oleh Festinger tahun 1954

yaitu, aspek pendapat (opinion) dan aspek kemampuan (ability). Pada penelitian sebelumnya

Gibbons and Buunk telah menemukan bahwa Iowa-Netherlands Comparison Orientation

Measure (INCOM) yang terdiri daridua dimensi ternyata sangat baik.Realibilitas dari skala ini

terbukti tinggi.

Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor yang diperoleh, maka perbandingan

sosialnya semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka

perbandingan sosialnya semakin rendah. Skala ini terdiri dari 11 item dengan 5 alternatif

jawaban yaitu dari sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju.

Selanjutnya, pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali

alat ukur ini dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian.

Page 24: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

15

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan

ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat

dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Setelah peneliti menguji ulang kemudian diperoleh realibilitas

sebesar 0,873 dengan corrected item total corelation bergerak dari 0,383-0,756.Dan dari 11 item

terdapat dua item yang gugur yaitu item 7 dan item 11.

Skala Kepuasan Hidup

Skala dari kepuasan hidup yang digunakan menggunakan skala Multidimensional

Students’ Life Satisfaction Scale (MSLSS). Skala ini disusun oleh Huebner (2001), berdasarkan

aspek yang diungkapkan kepuasan hidup pada remaja (Huebner, 2001) yaitu, kepuasan terhadap

keluarga, kepuasan terhadap pertemanan, kepuasan terhadap pendidikan/sekolah, kepuasan

terhadap lingkungan tempat tinggal, kepuasan terhadap diri sendiri. Pada penelitian sebelumnya

Huebner (2001) telah menemukan bahwa Multidimensional Students’ Life Satisfaction Scale

(MSLSS) memiliki tingkat reliabilitas yang baik (α = 0,70-0,90) dan validitas konstruk yang baik.

Skala ini telah digunakan dalam berbagai banyak penelitian untuk mengetahui tingkat

kepuasan hidup. Skala ini telah digunakan oleh Greenspoon & Saklofske pada tahun 1997

(dalam Huebner, 2001) dengan subjek siswa usia sekolah di Kanada. Penelitian di Korea yang

dilakukan oleh Park dan di Spanyol oleh Casas (dalam Huebner 2001). Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Ash dan Huebner (1998) serta penelitian yang dilakukan oleh Griffin dan

Huebner (2000) melaporkan terdapat aspek yang unik dari validitas dan kegunaan dari MSLSS

di penilaian terhadap kesejahteraan dua kelompok anak-anak yang luar biasa (yaitu, akademis

siswa sekolah menengah berbakat dan emosional). Penelitian mengenai kegunaan dari MSLSS

Page 25: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

16

dan skala kepuasan hidup lainnya juga dapat diberikan dan berguna pada kelompok anak-anak

yang berkebutuhan khusus (misalnya, anak-anak yang cacat mental, ADHD)

Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor yang diperoleh, maka kepuasan hidupnya

semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka kepuasan

hidupnya semakin rendah. Skala ini terdiri dari 40 item dan menggunakan format likert yang

terdiri dari 6 alternatif jawaban yakni SangatTidakSetuju (STS), CukupTidak Setuju (CTS),

Agak Tidak Setuju (ATS), Agak Setuju (AS), Cukup Setuju (CS) dan Sangat Setuju (SS).

Selanjutnya, pada penelitian ini peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali

alat ukur ini dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian.

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan

ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat

dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Setelah peneliti menguji ulang kemudian diperoleh realibilitas

sebesar 0,957 dengan corrected item total corelation bergerak dari 0,302-0,823. Dan dari 40 item

terdapat lima item yang gugur yaitu item 17, 24, 27, 35 dan 39.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis mencari hubungan antara kepuasaan hidup dengan

perbandingan sosial (social comparison). Teknik analisa yang dipergunakan adalah teknik

analisa korelasi dari Spearman yang berfungsi untuk mencari korelasi antara dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang masing-masing interval atau rasio (Sugiyono,

2012).Untuk menentukan signifikan koefisien korelasi peneliti menggunakan program SPSS

versi 16.0 for windows.

Page 26: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

17

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Penelitian

Perbandingan Sosial Dan Kepuasan Hidup

Data Deskriptif

Tabel 1. Statistik Deskriptif Skala Perbandingan Sosial dan Kepuasan Hidup pada Remaja

Tengah

NO. Skala N Min Max M SD

1. Perbandingan Sosial

100

13 42 30,76 7,144

2. Kepuasan Hidup 70 144 120,08 25,585

Tabel 1 merupakan statitik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel. Peneliti

kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari “sangat rendah” hingga

“sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan menggunakan rumus

interval dalam Hadi (2000). Tabel 2 dan 3 menunjukkan jumlah partisipan untuk setiap kategori

pada masing-masing variabel.

Page 27: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

18

Tabel 2. Kriteria Skor Perbandingan Sosial

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

1. 9≤ x< 16,2 Sangat Rendah 1 1 %

7,144

2. 16,2 ≤ x< 23,4 Rendah 19 19 %

3. 23,4 ≤ x< 30,6 Sedang 30 30 %

4. 30,6 ≤ x< 37,8 Tinggi 26 26 % 30,76

5. 37,8≤ x< 45 Sangat Tinggi 24 24 %

Jumlah 100 100 %

x = skor perbandingan sosial

Tabel 3. Kriteria Skor Kepuasan Hidup

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

1. 35 ≤ x< 66,6 Sangat Rendah 0 0 %

25,585

2. 66,6 ≤ x< 100,2 Rendah 28 28 %

3. 100,2 ≤ x< 133,8 Sedang 20 20 % 120,08

4. 133,8≤ x< 167,4 Tinggi 52 52 %

5. 167,4≤ x< 201 Sangat Tinggi 0 0 %

Jumlah 100 100 %

x = skor kepuasan hidup

Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat perbandingan sosial pada kategori tinggi,

sedangkan rata-rata tingkat kepuasan hidup terhadap remaja tengah partisipan berada pada

kategori sedang.

Page 28: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

19

UJI ASUMSI

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah.

Namun, sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu

untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non parametrik yang akan digunakan untuk uji

korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala

perbandingan sosial (K-S-Z = 0,988, p = 0,283 >0,05) menunjukkan data-data normal dan

skala kepuasan hidup (K-S-Z = 2,505, p = 0,000 < 0,05) menunjukkan data-data yang

didapat tidak berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Dari hasil uji linearitas menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara perbandingan

sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah dengan deviation from linearity sebesar

0,000 (p< 0,05).

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang dieroleh tidak

berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian tidak linear maka, uji korelasi dilakukan

dengan menggunakan statistik non-parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Spearman Rho. Lihat tabel 4

Page 29: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

20

Page 30: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

21

Tabel 4.Hasil Uji Korelasi antara Perbandingan Sosial dengan Kepuasan Hidup

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara perbandingan

sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang, r = - 0,558 dengan

p< 0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi negatif antara

perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang.

Korelasi antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup yaitu r = - 0,558 yang berada pada

kisaran 0,3-0,69 dimana korelasi yang berada di kisaran 0,3-0,69 berada pada kategori sedang

(Jackson, 2006). Sehingga dapat dikatakan perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada

remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang memiliki korelasi yang sedang.

PERBANDINGAN

_SOSIAL KEPUASAN_HIDUP

Spearman's rho PERBANDINGAN_SOSIAL Correlation Coefficient 1.000 -.558**

Sig. (1-tailed) . .000

N 100 100

KEPUASAN_HIDUP Correlation Coefficient -.558** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 31: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

22

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara perbandingan sosial dengan kepuasan

hidup pada remaja tengah, ditemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara

perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah. Berdasarkan hasil uji

perhitungan korelasi memiliki r = -0,558 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti

kedua variabel yaitu perbandingan sosial dengan kepuasan hidup memiliki hubungan negatif

yang signifikan. Artinya semakin tinggi perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja maka,

semakin rendah kepuasan hidupnya begitu pula sebaliknya, semakin rendah perbandingan sosial

yang dilakukan oleh remaja maka semakin tinggi kepuasan hidupnya

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Buunk dkk (2004) bahwa ada korelasi

negatif antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup, jika seseorang melakukan

perbandingan sosial dengan melihat orang yang lebih dari dirinya (upward comparison) hasil

penelitian menemukan korelasi negatif yang signifikan sebesar -0,22 dengan p<0,01. Sama

halnya ketika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan melihat orang yang tidak lebih

darinya (downward comparison) juga memiliki korelasi yang negatif yang signifikan sebesar -

0,14 dengan p< 0,01. Artinya entah seseorang itu melakukan perbandingan upward maupun

downward, perbandingan sosial yang dilakukanoleh seseorang memiliki korelasi yang negatif

terhadap kepuasan hidupnya yaitu, jika seseorang memiliki perbandingan sosial yang tinggi

maka kepuasan hidupnya juga akan rendah begitu pula sebaliknya jika perbandingan sosial

seseorang rendah maka kepuasan hidupnya akan tinggi.

Perbandingan sosial merupakan salah satu sumber untuk mengetahui informasi tentang

diri kita sendiri. Informasi ini dibutuhkan oleh seseorang untuk mengevaluasi pendapat dan

Page 32: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

23

kemampuan mereka dengan orang lain. Gibbon dan Buunk (1999) mengatakan bahwa seseorang

biasanya cenderung dipengaruhi oleh standar ideal yang berlaku dalam lingkungannya.Rogers

(Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa seseorang memiliki ideal self dan real self, jika real self

atau dengan kata lain semua aspek yang ada pada dirinya berbeda dengan standar atau apa yang

diharapkan dalam lingkungan sosial, hal ini akan menimbulkan konflik antara real self dan ideal

self yang menciptakan gap antar keduanya. Jika, gap antara real self dan ideal selfsangat jauh

maka, hal ini akan mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Untuk mengetahui seseorang

apakah dirinya sudah sesuai dengan standar atau harapan dalam lingkungan sosial seseorang

biasanya melakukan perbandingan sosial, untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Seperti yang

sudah dijelaskan di atas bahwa perbandingan sosial yang dilakukan oleh seseorang entah itu dia

melihat orang lain yang lebih dari dirinya maupun tidak lebih dari dirinya, keduanya akan

mempengaruhi kepuasan hidupnya.

Ketika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan orang lain yang lebih dari

dirinya (upward comparison) mengenai kemampuannya, akan mempengaruhi kepuasan

hidupnya, karena perbandingan yang dilakukannya tersebut memberikan informasi yang dapat

menimbulkan rasa kompetisi atau persaingan dalam dirinya sendiri hingga menjadi sebuah

tekanan bagi orang tersebut dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dapat mengurangi

kenikmatan serta rasa puas dalam hidupnya. Dan jika seseorang melakukan perbandingan sosial

dengan seseorang yang tidak lebih dari dirinya (downward comparison) juga akan

mempengaruhi kepuasan hidupnya karena hal ini akan membangkitkan rasa cemas dan takut jika

dirinya akan memiliki nasib yang sama dengan orang yang dia lihat yang berada di bawah

dirinya.

Page 33: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

24

Namun, hal ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Wills (1980) mengatakan bahwa

seseorang yang memiliki kesejahteraan dalam hidupnya yang menurun, dengan membandingkan

dirinya melihat orang yang tidak lebih dari dirinya (downward comparison) dapat menjadi salah

satu cara untuk menaikkan atau meningkatkan citra dirinya. Buunk dan Ybema (1997)

mengatakan bahwa upward dan downward comparison akan menghasilkan perbandingan yang

positif ataupun negatif jika seseorang juga menafsirkannya dengan cara yang positif atau dengan

cara yang negatif, tergantung bagaimana seseorang tersebut mengidentifikasi diri mereka dengan

objek pembanding. Namun, kebanyakan orang melakukan perbandingan dengan melihat orang

yang tidak lebih dari dirinya dengan fokus melihat perbedaan yang ada pada dirinya dengan

orang lain (Van der Zee, Buunk, Sanderman, Botke, & Van den Bergh, 2000).

Jika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat orang yang tidak lebih dari

dirinya, seseorang tersebut akan merasa superioritas, sedangkan jika seseorang melakukan

perbandingan ke atas maka ia akan merasa rendah diri. Oleh karena itu orang-orang lebih

memilih untuk melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada di bawahnya

daripada melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada jauh di atasnya. Namun,

ketika seseorang melakukan perbandingan dengan fokus pada kesamaan antara dirinya dan orang

lain mereka akan lebih termotivasi untuk melakukan perbandingan dengan melihat orang yang

berada di atasnya daripada melakukan perbandingan dengan orang yang berada di bawahnya.

Karena hal ini dapat membuat harapan seseorang menjadi naik di masa depannya, sedangkan

ketika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat seseorang yang berada di bawahnya

individu tersebut akan takut memiliki nasib dan berakhir dengan buruk seperti orang tersebut.

Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Rahmaningsih dan Martani (2014)

bahwa perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja pembaca majalah teenlit dengan tokoh

Page 34: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

25

teenlit yang lebih unggul dapat menimbulkan konsep diri negatif yang pada remaja itu

sendiri.Berdasarkan efek negatif yang dapat timbul karena akibat perbandingan sosial yang

dilakukan oleh remaja di atas, perbandingan sosial juga mempengaruhi tingkat kepuasan hidup

pada seseorang.

Perbandingan sosial memiliki sumbangan efektif sebesar 0,476 atau sebesar 47,6%

mempengaruhi variabel kepuasan hidup sedangkan 52,4% variabel lain di luar variabel

penelitian. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup pada remaja

diantaranya kesehatan, daya tarik fisik, tingkat otonomi, kesempatan-kesempatan interaksi di

luar keluarga, jenis pekejaan, status kerja, kondisi kehidupan, pemilikan harta benda,

keseimbangan antara harapan dan pencapaian, penyesuaian emosional, sikap terhadap periode

usia tertentu, relialisme dari konsep diri, relialisme dari konsep peran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa, dari 100 remaja

sebagai partisipan, 26% diantaranya memiliki perbandingan sosial yang tergolong tinggi dengan

rata-rata 30,76. Hal ini dapat dijelaskan bahwa seorang remaja khususnya dalam hal ini remaja

tengah sering melakukan perbandingan sosial karena di usia remaja tengah telah mengalami

perubahan-perubahan yang dia alami ketika dia berada pada usia remaja awal, dan ketika seorang

remaja tersebut menginjak usia remaja tengah, remaja tersebut akan lebih cenderung melakukan

perbandingan-perbandingan dengan orang lain berdasarkan perubahan-perubahan yang dia alami

ketika dia masih menginjak usia remaja awal (Levine & Smolak, 2002). Dimana objek

pembanding yang sering dijadikan oleh remaja untuk perbandingan sosial yaitu teman sebayanya

karena remaja mudah terpengaruh untuk mengikuti lingkungan sosialnya.

Selain itu Gibbons and Buunk (1999:133) juga mengatakan bahwa mereka yang

menunjukkan perbandingan sosial atau sering melakukan perbandingan dirinya dengan orang

Page 35: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

26

laintidak lebih atau kurangpuas dengansituasi kehidupan mereka. Namun dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa, dari 100 remaja sebagai partisipan dalam

penelitian 52% diantaranya memiliki kategori kepuasan hidup yang tinggi. Pengambilan populasi

dalam penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Tuntang dimana sekolah ini terletak di kawasan

pedesaan yang terletak di Desa Delik, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Schwarz et all(2012) yang menemukan bahwa

remaja yang tinggal di daerah pedesaan memiliki kepuasan hidup yang tinggi dibanding dengan

remaja yang tinggal di perkotaan yang memiliki kepuasan hidup yang rendah.

Page 36: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara perbandingan

sosial (dengan teman sebaya) dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1

Tuntang, maka dapat disimpulkan :

1. Ada korelasi negatif yang signifikan antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup

pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang

2. Sebagian besar remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang memiliki perbandingan sosial

yang berada pada kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak 26 remaja dan presentase 26%

dan remaja memiliki kepuasan hidup yang berada pada kategori sedang dengan jumlah 20

remaja dan presentase 20%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya

keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

Bagi remaja yang sering membanding-bandingkan dirinya dengan teman sebaya, agar

mengetahui dan paham bahwa ketika seseorang terus-menerus membandingkan dirinya

dengan orang lain maka akan berdampak pada kepuasan hidupnya, sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan bahwa perbandingan sosial memiliki korelasi terhadap

kepuasan hidup seseorang. Dan jika seseorang memiliki kepuasan hidup yang rendah maka

hal tersebut dapat menimbulkan efek negatif. Namun jika remaja paham, masalah yang bisa

Page 37: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

28

timbul akibat karena kurangnya bahkan tidak adanya kepuasan hidup pada remaja

berkurang.

b. Bagi Sekolah dan Guru

Bagi Sekolah diharapkan dapat memahami bahwa masing-masing siswa memiliki

kelebihan dan kemampuannya masing-masing, karena itu sekolah sebaiknya menyediakan

sarana buat para siswa untuk menyalurkan masing-masing kemampuan yang dimilikinya

seperti membuka kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler baik di bidang seni maupun olahraga.

Demikian halnya dengan para guru untuk tidak menunjukkan bahwa para siswa berbeda

satu dengan yang lain, namun sebaiknya guru menghargai kelebihan serta kekurangan

yang ada pada siswa.

c. Bagi Orang Tua

Sebagai orang tua untuk tidak membanding-bandingkan anak dengan orang lain.

Selain itu orang tua sebaiknya memberi pemahaman pada anak bahwa setiap anak

memiliki keunikannya masing-masing.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan penyusunan alat ukur

perbandingan sosial. Jika hendak mengadaptasi alat ukur asli, bisa lebih difokuskan pada

kondisi/situasi yang hendak diteliti, sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik.

Selanjutnya bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti tentang variabel kepuasan

hidup pada remaja dapat lebih mengkaji dalam jangkauan yang lebih luas, dengan

mengaitkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan hidupsepertikesehatan,

daya tarik fisik, tingkat ekonomi, kesempatan-kesempatan interaksi di luar keluarga, jenis

Page 38: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

29

pekerjaan, status kerja, kondisi kehidupan, pemilikan harta benda, keseimbangan antara

harapan dan pencapaian, penyesuaian emosional, sikap terhadap periode usia tertentu,

relialisme dari konsep diri serta relialisme dari konsep peran. Selain itu, diharapkan peneliti

selanjutnya dapat menggunakan sampel dalam jumlah yang lebih besar agar lebih

menggambarkan kepuasan hidup yang menyeluruh dalam suatu populasi. Pemilihan

metode penelitian kualitatif, juga dirasa mampu memberikan gambaran yang lebih

mendalam dalam penelitian dengan topik ini serta menghilangkan bias yang bisa terjadi

saat pengisian angket.

Page 39: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

30

DAFTAR PUSTAKA

Appel, Helmut., Crusius, Jan., & Gerla, L. Alexander. (2015). Social Comparison, Envy, and

Depression on Facebook: A Study Looking at The Effects of High Comparison Standards

on Depressed Individuals. British Journal of Health Psychology.University of Cologne

2015 Guilford Publications, Inc.Vol. 34, No. 4, 2015, pp. 277-289.

Birren, J. E., &Sloane. R. Bruce. (1980). Handbook Of Mental Health and Aging. Second

Edition. Los Angeles, California: Harcourt Brace Jovanovich.

Bray, I., & Gunnel, D. (2006). Suicide Rates, Life Satisfaction and Happiness As Markers for

Population Mental Health. Soc Psychiatry Epidemiol, 41, 333-337.

De Fruyt, F., & De Clercq, B. (2005).Childhood Antecedents of Personality Disorders.In T. A.

Widiger (Ed.), The Oxford Handbook of Personality Disorders (pp. 166 – 185).19(2).Vol

171-201. New York, NY:Oxford University Press.

Ehrlich, B. S., &Isaacowitz, D. M. (2002). Does Subjective Well-Being Increase with

Age.Perspective in Psychology Spring 2002 Y 25.

Eryani, D. Ria& Oktari.(2014). Korelasi antara Sikap Terhadap Peran Teman Sebaya dengan

Penyesuaian Sosial Santri SMP.Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung.ISSN: 2460-6448.

Fajarwati, D. I. (2014). Hubungan Dukungan Sosial dan Subjective Well Being pada Remaja

SMPN 7 Yogyakarta.Skripsi.Universitas Islam Sunan Kalijaga.Yogyakarta.

Ferguson, Christopher.J., Mun˜oz, Mo´nica.E., Garza Adolfo, and Galindo Mariza. (2014).

Concurrent and Prospective Analyses of Peer Television and Social Media Influences on

Body Dissatisfaction, Eating Disorder Symptoms and Life Satisfaction in Adolescent

Girls.J Youth Adolescence (2014) 43:1–14.DOI 10.1007/s10964-012-9898-9.Department

of Psychology and Communication, Texas A&M International University.

Frieswijk,Nynke., Buunk, Bram P., Steverink, Nardi., & Slaets, P.J.Joris. (2004). The

Interpretation of Social Comparison and ItsRelation to Life Satisfaction Among Elderly

People:Does Frailty Make a Difference?.Journal of Gerontology: psychological

sciencesvol. 59B, No. 5, P250–P257.

Giacolini Teodosio, Gilbert Paul, BonaminioAngelo, Ferrara Mauro, Iliceto Paolo, Monniello

Gianluigi, and Sabatello Ugo.(2013). The Italian Version of The Comparison Rating

Scale and The Submissive Behavior Scale : Reliability and Validity in a Sample

Adolescents. European Journal Of Developmental Psychology. 10 (6), 752–763.

Gibbon, Frederick.,&Buunk,Bram P. (1999). Individual Differences in Social Comparison:

Developmental Scale of Social Comparison Orientation. Journal of Personality and

Social Psychology Vol.76, No. 1, 129-142.

Page 40: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

31

Goldbeck, L. Schmitz, T. G., Besie T., Herschbach, P., & Henrich, G. (2007).Life Satisfaction

Decreases During Adolescence. Qual Life Res (2007) 16:969–979 DOI 10.1007/s11136-

007-9205-5.

Honkanen, Heli.Koivumaa, Honkanen Risto, Viinamaki Heimo, Heikkila Kauko, Kaprio Jaakko,

Koskenvuo Markku.(2001). Life Satisfaction and Suicide: a 20 Year Follow Up Study.

The American Journal of Psychiatry, ProQuest Nursing & Allied health Sorce, 158, 3,

pg. 433.

Huebner, E. S.(2001). Manual for The Multidimensional Student Life Satisfaction Scale.

University of South Carolina Department of Psychology.Columbia, SC 29208.

Huebner, E. S., & Antamarian.(2008). Adolescent Life SatisfactionApplied Psychology: An

International Review, 57, 112–126.

Huebner, E. S., Suldo, S. M., & V a l o i s , R . F . ( 2 0 0 3 ) . P s y c h o m e t r i c P r o p e r t i e s o f T w o B r i e f M e a s u r e s o f C h i l d r e n ’ s L i f e S a t i s f a c t i o n : T h e S t u d e n t s ’ L i f e S a t i s f a c t i o n S c a l e ( S L S S ) a n d T h e B r i e f M u l t i d i m e n s i o n a l S t u d e n t s ’ L i f e S a t i s f a c t i o n S c a l e ( B M S L S S ) . P a p e r p r e p a r e d f o r t h e Indicators of

Positive Development Conference. University of South Carolina. M a y 2 0 0 3

Huebner, E. S., Suldo, S. M., Smith, L. C., & McKnight, C. G. (in press). (2004). Life

Satisfaction in Children and Youth: Empirical Foundations and Implications for School

Psychologists..Vol. 41(1), 2004. DOI: 10.1002/pits.10140.Psychology in the Schools.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=199785&val=6579&title=Perbanding

an%20Sosial. Diakses pada tanggal 18 September 2015.

Jones, D. Carlson. (2001). Social Comparison and Body Image: AttractivenessComparisons to

Models and Peers AmongAdolescent Girls and Boys.Sex Roles, Vol. 45, Nos.

9/10.November 2001.University of Washington.

Karima & Indrijati. (2014). Pengaruh Komparasi Sosial pada Model dalam Iklan Kecantikan di

Televisi Terhadap Body Image Remaja Putri yang Obesitas. Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan, 207 3 (3).

Litt, Stock & Gibbons. (2015). Adolescent Alcohol Uses: Social comparison Orientation

Moderates the Impact of Friend and Sibling Behavior.British Journal of Health

Psychology.Vol. 20 Issue 3, p514-533. 20p.

Myers, D.G.(2010).Social Psychology Tenth Edition. Hope College:Hollan Michigan.

Panembrama, G.R. (2013). Hubungan Antara Keterlibatan Psikologis di Sekolah dengan

Kebahagiaan Subjektif Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama.Skripsi.Universitas

Pendidikan Indonesia.

Page 41: Hubungan antara Perbandingan Sosial (dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10199/2/T1...Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam

32

Rachman, A. (2013). Perbedaan Kepuasan Hidup Lansia pada Kelompok Pensiunan Dosen

Unnes Anggara dan Non Anggara Kasih.Skripsi.Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Semarang.

Rahmaningsih, N.D & Martani, W. (2014).Dinamika Konsep Diri pada Remaja Perempuan

Pembaca Teenlit.Jurnal Psikologi Volume 41, no. 2, desember 2014: 179 – 189.

Rochman.(2011).Pengujian Model Peranan Kecakapan Hidup Terhadap Kesehatan

Mental.Jurnal Psikologi, 38 (1), 61 – 72.

Rohma, N. H. (2013). Hubungan antara Kepuasan Hidup Remaja dengan Bersyukur pada Siswa

SMAIT ABU BAKAR BOARDING SCHOOL Yogyakarta.Skripsi.Universitas Ahmad

Dahlan.Yogyakarta.

Saman, A. (2015). Attention to Social Comparison Information and Compulsive Buying.

Behavior: an S-O-R analysis. Journal of Behaviour Sciences, 25 (1).

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Edisi ke sebelas, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schneider, S., & Schupp, J. (2011). The Social Comparison Scale Testing the Validity,

Reliability and Applicability of The lowa Netherlands Comparison Orientation Measure

(INCOM) on The German Population. Berlin.

Schwarz, Beate, Mayer Boris, TrommsdorffGisela, Ben-AriehAsher, FriedlmeierMihaela,

LubiewskaKatarzyna, Mishra Ramesh, and Peltzer Karl. (2012). Does the Importance of

Parent and Peer Relationships for Adolescents’ Life Satisfaction Vary Across

Cultures?.Journal of Early Adolescence32(1) 55– 80 DOI: 10.1177/0272431611419508.

Sunartio, Sukamto, Monique Elizabeth., Dianovinina Ktut,.(2012). Social Comparison dan Body

Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal.Humanitas.Fakultas Psikologi Universitas

Surabaya, 9 (2).

Suprapto, M.H., Aditomo, A. (2007). Aku dan Dia, Cantik Mana?Perbandingan Sosial, Body

Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima, Indonesian Psychological Journal.Vol.22,

No 2,188-193.Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Soo Kim & Sil Kim. (2008). Risk Factors for Suicide Attepts Among Korean Adolescents.

Child Psychiatry Hum Dev, 39, 221-235. DOI 10.1007/s 10578-007-0083-4.

Swain. N.R., Gibb, Sheree J., Horwood, L. John., Fergusson, David.M. (2012).Alcohol and

Cannabis Abuse/ Dependence Symptoms and Life Satisfaction in Young Adulthood.

Drug and Alcohol Review, 31, 327–333 DOI: 10.1111/j.1465-3362.2011.00339.x.