hubungan antara penguasaan kosakata …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif...

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MINAT BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE-KABUPATEN CILACAP TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa Oleh Ageng Nugraheni S441008001 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hoangquynh

Post on 25-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MINAT BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA

BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE-KABUPATEN CILACAP

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Jawa

Oleh

Ageng Nugraheni

S441008001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya

tesis dengan judul Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Minat Belajar

dengan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA Negeri se-

Kabupaten Cilacap dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, M. S. selaku direktur Program Pascasarjana.

3. Prof. Dr. H. J. Waluyo, M. Pd selaku Ketua Program studi Pendidikan Bahasa

Indonesia Pascasarjana Univerisitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Bahasa Indonesia Pascasarjana Univerisitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. H. Sumarlam, M. S selaku Koordinator Minat Utama Pendidikan

Bahasa dan Sastra Jawa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

6. Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

banyak bimbingan.

7. Drs. Supardjo, M. Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk dan pengarahan.

8. Ibu, Bapak, mas, mbak, dan adik-adik yang telah memberikan perhatian,

kepercayaan, semangat, dan doa.

9. Teman-teman S2 Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat.

Tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian diharapkan tetap

bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2012

Penyusun

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Motto

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar

kamu BERSYUKUR (Q. S An-Nahl: 78)

Jujurlah dari sekarang jika ingin bisa jujur selamanya. Karena satu kebohongan akan disusul kebohongan lain untuk menutupinya.

(penulis)

Jalani saja apa yang harus dijalani sekarang, karena pada saatnya nanti kamu akan tahu semua yang harus kamu jalani itu hanya untuk kemajuanmu di masa depan.

(penulis)

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Persembahan

Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih tiada henti atas doa, kepercayaan, dan perhatian yang tak terhitung.

Mas Nandang, mbak Ani, tante Wiwik, hom Bagus, mas Usup, dan dedek Andra terkasih, terimakasih atas doa, dukungan, dan cinta kalian untukku.

Simbokku tersayang, terimakasih atas cita-citamu.

Keluarga dan teman-temanku, terimakasih untuk kasih sayang yang telah diberikan.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

AGENG NUGRAHENI, NIM: S. 441008001, 2012. HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MINAT BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE – KABUPATEN CILACAP. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd. Pembimbing II: Drs. Supardjo, M. Hum. Tesis. Program Studi: Pendidikan Bahasa Indonesia, Minat Utama: Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap; (2) Hubungan antara minat belajar dengan dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap; (3) Hubungan antara penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap. Sampel diambil dengan teknik multi-stage random sampling sejumlah 169 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan angket. Uji validitas instrumen menggunakan rumus product moment Pearson. Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan teknik korelasi sederhana dan regresi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap (r = 0,327 dan p = 0,000; p < 0,05). 2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap (r = 0,304 dan p = 0,000; p < 0,05). 2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap (r = 0,447 dan p = 0,000; p < 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, saran yang dapat diberikan adalah: (1) Sekolah hendaknya memberikan dukungan penuh bagi terbentuknya lingkungan belajar yang efektif di sekolah dengan meyediakan sarana bagi guru dan siswa untuk dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa; (2) Guru hendaknya memahami bahwa siswa memiliki latar belakang minat belajar yang berbeda, sehingga guru hendaknya memiliki trik untuk dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Kata kunci: Bahasa Jawa, Kemampuan Berbicara, Penguasaan Kosakata, Minat

Belajar

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

AGENG NUGRAHENI, S441008001. A CORRELATIONAL STUDY BETWEEN VOCABULARY MASTERY, LEARNING INTEREST, AND SPEAKING JAVANESE ABILITY OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI IN CILACAP REGENCY. The first commission of supervision: Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd. The second supervision is Drs. Supardjo, M. Hum. A thesis, Department: Indonesian Education, Prime Interest: Javanese Education and Literature, Graduate School of Sebelas Maret University, 2012.

The aims of this thesis are : (1) to know the correlation between vocabulary mastery and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency. (2) to know the correlation between learning interest and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency. (3) to know the correlation between vocabulary mastery, learning interest, and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency.

The method used in this research was the correlational survey. The population of this research was the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency. The sample of this research was taken by using multi-stage random sampling at 169 students. The techniques of collecting data were test and questionnaire. The test of validity of the instrument used product moment Pearson and the test of reliability used alpha cronbach. The technique of analyzing data were statistic analysis of simple correlation and double regression.

Based on the result of this research, it can be concluded that: 1) There was a significant positive correlation between vocabulary mastery and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency (r= 0.327 and p = 0.000; p <0.05). 2) There was a significant positive correlation between learning interest and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency (r = 0.304 and p = 0.000; p <0.05). 3) There was a significant positive correlation between vocabulary mastery, learning interest, and speaking Javanese ability of the tenth grade students of SMA Negeri in Cilacap Regency (r = 0.447 and p = 0.000; p < 0.05).

Based on the result and the conclusion, the writer suggests that: (1) The school should fully support the effective learning/ studying atmosphere by providing the teachers and the students with devices improving the students vocabulary mastery; (2) Teachers should understand the students’ different background of learning interest, so that they should provide the students with various teaching strategies to improve the students’ learning interest.

Key Words: Javanese, Speaking Ability, Vocabulary Mastery, Learning Interest

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

SARIPATHI

AGENG NUGRAHENI, NIM: S. 441008001, 2012. HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MINAT BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE – KABUPATEN CILACAP. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd. Pembimbing II: Drs. Supardjo, M. Hum. Tesis. Program Studi: Pendidikan Bahasa Indonesia, Minat Utama: Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ingkang dados tujuwan panalitèn inggih mênika kangge mangêrtosi (1) sêsambêtan antawisipun penguasaan kosakata kaliyan kawasisan micara basa Jawi tumrapipun siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap; (2) sêsambêtan antawisipun minat belajar kaliyan kawasisan micara basa Jawi tumrapipun siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap; (3) sêsambêtan antawisipun penguasaan kosakata, minat belajar, kaliyan kawasisan micara basa Jawi tumrapipun siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap.

Panalitèn mênika ngginakakên metode survei korelasional. Ingkang dados populasi panalitèn inggih mênika siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap. Sampel dipunpundhut sarana teknik multi-stage random sampling cacahipun 169 siswa. Cara anggènipun ngempalakên data ngginakakên tès lan angket. Tes validitas instrumen ngginakakên rumus product moment Pearson. Tès reliabilitas instrumen ngginakakên rumus alpha cronbach. Analisis data ing panalitèn mênika kanthi cara analisis statistik sarana teknik korelasi sederhana lan regresi ganda.

Adhêdhasar asiling panalitèn sagêd dipundudut: 1) wontên sêsambêtan positif ingkang signifikan antawisipun penguasaan kosakata kaliyan kawasisan micara basa Jawi siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap (r= 0,327 lan p= 0,000; p < 0,05). 2) wontên sêsambêtan positif ingkang signifikan antawisipun minat belajar kaliyan kawasisan micara basa Jawi siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap (r= 0,304 lan p= 0,000; p < 0,05). 3) wontên sêsambêtan positif ingkang signifikan antawisipun penguasaan kosakata, minat belajar, kaliyan kawasisan micara basa Jawi siswa kêlas X SMA Negri sa-Kabupatèn Cilacap (r= 0,447 lan p= 0,000; p < 0,05).

Pamrayogi ingkang sagêd dipunaturakên adhêdasar asiling panalitèn inggih mênika: (1) prayoginipun pawiyatan nyawisakên saha njangkêpi pirantos-pirantos ingkang sagêd dipun-ginakakên dwija lan siswa kangge ngindhakakên penguasaan kosakata tumrap siswa satêmah sagêd ngindhakakên kawasisan micara basa Jawi siswa; (2) prayoginipun dwija mangêrtosi bilih siswa gadhah minat belajar ingkang mbotên sami, satêmah dwija kêdah kagungan cara kangge ngindhakakên minat belajar tumrap siswa.

Têmbung wos : basa Jawi, penguasaan kosakata, minat belajar, kawasisan micara

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN .................................................................................. ii

PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ......................................................................... v

MOTTO .......................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................ ix

SARIPATHI ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................ 9

C. Pembatasan Masalah ............................................... 10

D. Rumusan Masalah ................................................... 11

E. Tujuan Penelitian .................................................... 11

F. Manfaat Penelitian .................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORETIS........................................................ 13

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Berbicara ......................... 13

2. Hakikat Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa .... 33

3. Hakikat Penguasaan Kosakata .......................... 36

4. Hakikat Minat Belajar ....................................... 41

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Penelitian yang Relevan .......................................... 47

C. Kerangka Berpikir ................................................... 49

D. Pengajuan Hipotesis ................................................ 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 53

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................. 53

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel..... 54

C. Metode Penelitian ................................................... 55

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................... 59

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................ 69

G. Uji Prasyarat Analisis .............................................. 77

H. Teknik Analisis Data ............................................... 80

I. Hipotesis Statistik ................................................... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 82

A. Deskripsi Data ........................................................ 82

B. Pengujian Prasyarat Analisis .................................. 87

C. Pengujian Hipotesis ................................................ 90

D. Sumbangan Relatif ................................................. 94

E. Pembahasan Dan Analisis Data .............................. 96

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 100

A. Simpulan ................................................................ 100

B. Implikasi ................................................................ 100

C. Saran ...................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 103

LAMPIRAN

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Jadwal Penelitian ........................................................ 51

2. Tabel 2. Output Reliabilitas Instrumen Penguasaan Kosakata ... 74

3. Tabel 3. Output Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ............... 74

4. Tabel 4. Rekap Hasil Uji Normalitas ........................................ 76

5. Tabel 5. Rekap Hasil Uji Linieritas ........................................... 77

6. Tabel 6. Deskripsi Data Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa ... 81

7. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berbicara BJ .. 82

8. Tabel 8. Deskripsi Data Penguasaan Kosakata .......................... 83

9. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Kosakata ......... 83

10. Tabel 10. Deskripsi Data Minat Belajar .................................... 84

11. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar ................... 85

12. Table 12. Hasil Uji Normalitas ................................................. 87

13. Table 13. Rangkuman Hasil Uji Normalitas .............................. 87

14. Table 14. Hasil Uji Linieritas X1 dan Y .................................... 88

15. Table 15. Hasil Uji Linieritas X2 dan Y .................................... 88

16. Table 16. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ................................ 89

17. Table 17. Hasil Uji Korelasi antara X1 dan Y ............................ 90

18. Table 18. Hasil Uji Korelasi antara X2 dan Y ............................ 91

19. Table 19. Hasil Uji Korelasi antara X1 dan X2 dengan Y ........... 92

20. Table 20. Hasil Uji Korelasi Signifikansi Korelasi antara X1 dan X2

dengan Y .................................................................................. 92

21. Table 21. Hasil Perhitungan Regresi Ganda antara X1 dan X2

dengan Y .................................................................................. 93

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Alur Peristiwa Bahasa ............................................. 14

2. Gambar 2. Model alur Pemikiran .............................................. 48

3. Gambar 3. Model Hubungan Antarvariabel .............................. 54

4. Gambar 4. Histogram Data Kemampuan Berbicara BJ.............. 82

5. Gambar 5. Histogram Data Penguasaan Kosakata ..................... 84

6. Gambar 6. Histogram Data Minat Belajar ................................. 85

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen ............................................... 107

2. Lampiran 2. Soal-soal Instrumen .............................................. 111

3. Lampiran 3. Data Hasil Uji Coba Instrumen ............................. 133

4. Lampiran 4. Data Penelitian ..................................................... 152

5. Lampiran 5. Surat-surat Penelitian ............................................ 194

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa daerah di Indonesia mengalami pasang surut seiring

dengan kebijakan Pemerintah. Pengajaran bahasa Jawa, dari berbagai

dokumen yang ada, telah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan sampai

sekarang. Pada era sebelum kemerdekaan, bahasa Jawa dijadikan bahasa

pengantar pendidikan dan sebagai mata pelajaran. Setelah kemerdekaan RI 17

Agustus 1945 bahasa pengantar pendidikan adalah bahasa Indonesia, dan

bahasa Jawa dapat dijadikan bahasa pengantar di sekolah dasar pada kelas

permulaan. Sebagai mata pelajaran, bahasa Jawa diajarkan di SD dan SLTP.

Sejak awal, bahasa Jawa memang baru menjadi mata pelajaran di SD dan

SLTP. Di tingkat menengah, bahasa Jawa menjadi mata pelajaran di Sekolah

Pendidikan Guru dan SMA jurusan bahasa. Di Perguruan Tinggi, bahasa Jawa

berdiri sendiri sebagai program studi dan mata kuliah mandiri pada jurusan

terkait (Sutrisna Wibawa, 2011: 3).

Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan

lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat

beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan

dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program

pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta

didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya (Depdiknas, 2006: 1).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Harapan masyarakat terhadap pembelajaran bahasa Jawa adalah agar

pelajaran bahasa Jawa dapat lebih mengangkat nilai adiluhung yang ada dalam

tata kehidupan Jawa seperti toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap

asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih, dan lainnya (Sutrisna

Wibawa, 2011: 4-5).

Pada era globalisasi yang ditengarai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dunia terasa tanpa sekat dan semakin dekat.

Dalam kondisi seperti ini, keadaan bahasa dan sastra Jawa seperti terjepit,

terhimpit oleh kegemerlapan kebudayaan manca. Kontak multibahasa dalam

suatu masyarakat tutur di era ini bukan merupakan hal yang ajaib, melainkan

suatu peristiwa yang sangat lumrah terjadi. Pada perkembangan terakhir dapat

dikatakan bahwa setiap orang telah berdwilingual bahkan bermultilingual.

Seseorang dalam berkomunikasi tidak segan lagi mencampurkan struktur

bahasa tertentu ke dalam struktur bahasa utama yang sedang digunakan

sebagai alat kontak sosial, dan sering juga mereka beralih kode ke kode lain

yang diperlukan (Sumarlam, 2011: 2).

Adanya kecenderungan di kalangan generasi muda Jawa tidak berani

atau tidak suka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa karena takut

berbuat salah. Menyadari betapa sulitnya kaidah dan unggah-ungguh bahasa

Jawa, mereka tidak berani menggunakannya karena takut dianggap tidak

punya tata krama, tata susila, sopan santun, subasita dan unggah-ungguh

(Sumarlam, 2011: 2).

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Unggah-ungguh basa atau undha usuk basa yang lazim pula disebut

sebagai tingkat tutur bahasa merupakan suatu kekayaan budaya yang dimiliki

oleh beberapa suku di Indonesia, terutama dimiliki oleh suku Jawa, Sunda,

dan Bali. Sampai saat ini unggah-ungguh bahasa Jawa masih digunakan oleh

sebagaian besar penutur berbahasa Jawa (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka,

2007:1).

Dalam bahasa Jawa, terdapat ragam-ragam bahasa seperti ragam

formal, ragam informal, dan ragam indah. Antara ragam yang satu dengan

ragam yang lain terdapat perbedaan bentuk yang cukup jelas, lebih jelas

daripada perbedaan bentuk yang umumnya ada pada bahasa Indo-Eropa

(Soepomo Poedjasoedarma, 1979: 3).

Pada bahasa Jawa, antara ragam formal dan informal terdapat

perbedaan yang sangat menyolok, yang bagi orang luar perbedaan itu mungkin

dapat menyebabkan mereka berpikir bahwa kedua-duanya adalah bahasa yang

berlainan. Di samping itu, bahasa Jawa juga memiliki tingkat tutur (undha

usuk) yang kompleks. Soepomo Poedjasoedarma (1979: 3) menyatakan bahwa

tingkat tutur ialah variasi-variasi bahasa yang perbedaan antara satu dan

lainnya ditentukan oleh perbedaan sikap santun yang ada pada diri pembicara

(O1) terhadap lawan bicara (O2).

Umumnya bahasa memiliki cara-cara tertentu untuk menunjukkan

sikap hubungan O1 yang berbeda berhubung adanya tingkat sosial O2 yang

berbeda. Ada golongan masyarakat tertentu yang perlu dihormati dan ada

golongan masyarakat lain yang dapat dihadapi secara biasa. Faktor yang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menyebabkan perbedaan tingkat sosial itu berbeda-beda dari masyarakat yang

satu ke masyarakat yang lain, ada yang karena perbedaan kondisi tubuh,

kekuatan ekonomi, kekuasaan politis, aluran kekerabatan, perbedaan usia,

jenis kelamin, kekuatan magis, kekhususan kondisi psikis, dan sebagainya.

Adanya perbedaan rasa hormat dan takut yang tertuju kepada tipe orang yang

berbeda-beda ini sering tercermin pada bahasa yang dipakai masyarakat itu

(Soepomo Poedjasoedarma, 1979: 6).

Masyarakat Jawa beberapa tahun terakhir mulai khawatir terhadap

keberadaan undha usuk tersebut. Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh

adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa generasi muda saat ini mulai

tidak menguasai unggah-ungguh bahasa Jawa secara baik.

Sebenarnya, unggah-ungguh bahasa Jawa dalam setiap kesempatan

selalu menjadi topik pembicaraan yang sangat hangat dan menarik, baik dalam

kalangan akademik maupun dalam seminar-seminar di luar akademik (Sry

Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, 2007:2). Akan tetapi, karena hasil seminar itu

tidak disosialisasikan atau dimasyarakatkan, kesalahan-kesalahan yang kerap

dilakukan generasi muda seperti penggunaan ragam krama untuk dirinya

dibiarkan berlarut-larut dan tidak ada penanganan yang sungguh-sungguh

untuk mengatasi masalah tersebut.

Kunci utama menguasai unggah-ungguh bahasa Jawa secara benar,

sebenarnya terletak pada kemampuan memilih dan memilah kata-kata bahasa

Jawa secara cermat. Jika hal itu tidak dikuasai, kalimat yang disusun pun pasti

menjadi tidak benar (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, 2007:4).

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Di sisi lain Muhadjir dan A. Latief (1995: 47) mengemukakan bahwa

secara umum unsur-unsur keefektifan berbicara dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu (1) unsur keefektifan berbicara yang dikaitkan dengan

penggunaan bahasa oleh pembicara, dan (2) unsur keefektifan berbicara yang

dikaitkan dengan penampilan berbicara di luar unsur kebahasaan. Unsur

pertama disebut unsur kebahasaan, dan unsur kedua disebut unsur

nonkebahsaan.

Unsur kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan bahasa

yang digunakan oleh pembicara ketika melangsungkan komunikasi lisan atau

pembicaraan. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) ketepatan pengucapan bunyi

bahasa, (2) penempatan tekanan, nada, dan lagu kalimat yang sesuai, (3)

pemilihan kata dan ungkapan yang baik, konkret, dan bervariasi, dan (4)

ketepatan susunan penuturan.

Unsur nonkebahasaan adalah hal-hal yang ada kaitannya dengan

penampilan pembicara, entah itu sikap, pandangan mata, gerak-gerik anggota

badan, raut muka maupun perilaku lain yang terlihat pada saat pembicara itu

berbicara. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) sikap yang wajar, tenang dan

tidak kaku, (2) pandangan (arah tatapan mata) yang ditujukan kepada lawan

bicara secara merata (menyeluruh), (3) bersikap terbuka, ada rasa kesediaan

menghargai pendapat orang lain, (4) dukungan gerak-gerik dan mimik yang

tepat, (5) penyampaian dengan suara yang jelas dan nyaring.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Bahasa

Jawa, siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan unggah-ungguh bahasa

Jawa terutama dalam berbicara. Penguasaan kosakata dan minat belajar yang

rendah terhadap bahasa Jawa diduga menjadi rintangannya.

Kesulitan yang dialami siswa tersebut juga dialami oleh mahasiswa

dari Asia yang belajar di luar negeri. Chou Yen-Lin dalam The Internet TESL

Journal, Vol. X, No. 9, September 2004 mengemukakan bahwa mahasiswa

dari Asia yang belajar di luar negeri mengalami kesulitan dalam berbicara

secara fasih dan tepat. Mereka kesulitan dalam berinteraksi dengan mahasiswa

lain yang berasal dari Amerika Serikat dan dengan pengajar-pengajarnya. Hal

itu menyebabkan mereka lebih pasif jika berada di kelas, atau malah mereka

menanyakan hal yang tidak mereka ketahui isi dari pertanyaan yang mereka

lontarkan. Permasalahan rendahnya kemampuan berbicara tersebut menurut

Chou Yen-Lin dapat diminimalisir dengan digunakannnya strategi sosioafektif

di kelas oleh pengajar secara kontinyu.

Dalam kurikulum muatan lokal mata pelajaran bahasa, sastra, dan

budaya Jawa, dijelaskan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa,

sastra, dan budaya Jawa terdiri atas kompetensi berbahasa dan bersastra dalam

kerangka budaya Jawa. Kompetensi berbahasa dan bersastra diarahkan agar

siswa terampil berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Keterampilan

berkomunikasi di sini diperkaya oleh fungsi utama sastra dan budaya Jawa

berupa penanaman budi pekerti, peningkatan rasa kemanusiaan dan

kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi sastra dan budaya Jawa, serta sebagai

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sarana pengungkapan gagasan, imajinasi, dan ekspresi kreatif, baik lisan

maupun tulis. Keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Jawa didukung oleh

kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan

unggah-ungguh basa (Sutrisna Wibawa, 2011: 9).

Kompetensi berbahasa dan bersastra terbagi dalam empat aspek

keterampilan berbahasa, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan

(d) menulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, empat aspek kompetensi

berbahasa dan bersastra ini tidak terpisah satu dengan lainnya, melainkan

dilaksanakan secara terpadu. Pemilahan empat aspek hanya untuk

menunjukkan dalam setiap aspek apa yang harus dikembangkan (Sutrisna

Wibawa, 2011: 4-5).

Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang

bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan.

Lambang yang berupa tanda-tanda visual seperti yang dibutuhkan dalam

kegiatan membaca dan menulis tidak diperlukan. Itulah sebabnya orang yang

buta huruf pun dapat melakukan aktivitas berbicara secara baik, misalnya para

penutur asli. Penutur yang demikian mungkin bahkan tidak menyadari

kompetensi kebahasaannya, tidak “mengerti” sistem bahasanya sendiri.

Kenyataan tersebut sekali lagi membuktikan bahwa penguasaan bahasa lisan

lebih fungsional dalam kehidupan sehari-hari (Burhan Nurgiyantoro, 2010:

399). Hal ini sekaligus menjadi alasan pemilihan kompetensi berbicara

sebagai salah satu variabel dalam tulisan ini.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Menurut Asep Jolly (2004: 1) berbicara adalah salah satu aspek

keterampilan berbahasa. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses

perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi

bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara

merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan)

seseorang kepada orang lain. Keterampilan berbicara, sifatnya produktif,

menghasilkan, memberi dan menyampaikan. Berbicara bukan hanya cepat

mengeluarkan kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah menyampaikan

pokok-pokok pikiran secara teratur, dalam berbagai ragam bahasa sesuai

dengan fungsi komunikasi.

Penguasaan kosakata sangat bertalian erat dengan kegiatan

keterampilan berbahasa. Dalam hal ini, Henry Guntur Tarigan (1993: 2)

mengemukakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas

bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin

kaya kosakata yang dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil

berbahasa. Dari pemikiran ini pada hakikatnya dapat dikatakan bahwa

kemampuan berbicara seseorang sangat ditopang oleh kekayaan kosakata yang

diketahui dan dikuasainya. Seseorang yang memiliki pemahaman dan

penguasaan yang memadai tentang kosakata yang digunakan dalam suatu teks

tertulis atau lisan, maka berkecenderungan orang tersebut akan dengan mudah

memahami atau menggunakan kosakata tersebut dalam berkomunikasi, baik

secara reseptif (menyimak, membaca) maupun secara produktif (berbicara,

menulis).

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kurt singer (1987: 78) mengemukakan bahwa minat adalah suatu

landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika

seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan

mengingatnya. Belajar akan merupakan suatu siksaan dan tidak akan memberi

manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran.

Minat siswa SMA khususnya kelas X terhadap bahasa Jawa sangat

rendah berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, baik dengan guru bahasa

Jawa maupun dengan siswa itu sendiri. Bahasa Jawa dirasa sangat sulit bagi

siswa terutama menyangkut unggah-ungguh yang harus mereka kuasai jika

ingin dianggap memiliki sopan santun. Hal tersebut membuat minat mereka

untuk mempelajari bahasa Jawa semakin rendah. Sebenarnya diharapkan

dengan meningkatnya minat siswa terhadap bahasa Jawa, kemampuan

berbicara mereka juga akan semakin baik.

Dari uraian tersebut di atas didapatkan perincian bahwa ada hubungan

positif antara penguasaan kosakata dan minat belajar dengan kemampuan

berbicara. Dengan kata lain, penguasaan kosakata ditambah minat belajar yang

tinggi, akan meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Untuk itu perlu

penelitian untuk membuktikan bahwa penguasaan kosakata dan minat belajar

yang tinggi, kemampuan berbicara siswa juga akan meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan berikut:

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1. Generasi muda sering melakukan kesalahan dalam menerapkan

tingkat tutur bahasa Jawa, misalnya dengan menggunakan ragam

krama untuk dirinya.

2. Era globalisasi membuat generasi muda lebih memilih bahasa yang

dianggap “gaul” dan lebih mudah digunakan untuk berkomunikasi

dengan siapapun tanpa harus memperhatikan adanya tingkatan-

tingkatan seperti dalam bahasa Jawa.

3. Generasi muda kurang bisa memilih dan memilah kata-kata bahasa

Jawa secara cermat.

4. Minat generasi muda menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan

unggah-ungguh sangat kurang karena bahasa Jawa dianggap sangat

sulit.

5. Kosakata bahasa Jawa yang sangat beragam membuat generasi

muda sangat kesulitan menerapkannya dalam berkomunikasi

dengan bahasa Jawa.

6. Berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dirasa sangat sulit

bagi generasi muda dan menimbulkan rasa takut melakukan

kesalahan jika tetap menggunakannya dalam berkomunikasi

dengan orang yang lebih dihormatinya.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat lebih mendalam dank

arena keterbatasan peneliti, maka masalah yang akan dibahas terbatas pada:

1. Penguasaan kosakata dan kemampuan berbicara bahasa Jawa;

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Minat belajar dan kemampuan berbicara bahasa Jawa;

3. Penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama dalam

kaitannya dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara penguasaan kosakata dengan

kemampuan berbicara bahasa Jawa pada siswa kelas X SMA

Negeri se-Kabupaten Cilacap?

2. Adakah hubungan antara minat belajar dengan kemampuan

berbicara bahasa Jawa pada siswa kelas X SMA Negeri se-

Kabupaten Cilacap?

3. Adakah hubungan antara penguasaan kosakata dan minat

belajar secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara

bahasa Jawa pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten

Cilacap?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan

berbicara bahasa Jawa pada siswa kelas X SMA Negeri se-

Kabupaten Cilacap.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Hubungan antara minat belajar dengan kemampuan berbicara

bahasa Jawa pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten

Cilacap.

3. Hubungan antara penguasaan kosakata dan minat belajar secara

bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa pada

siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk memperkaya

khasanah teori pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan

berbicara bahasa Jawa. Hasil penelitian ini juga memperkaya

khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaatnya khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi

guru dan siswa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa.

Bagi peneliti yang lain, penelitian ini dapat memberikan

manfaat sebagai masukan atau referensi untuk melakukan

penelitian yang lebih luas dan mendalam di masa mendatang.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Berbicara

Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif merupakan

kemampuan yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menyampaikan

bahasa kepada pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis. Kegiatan

berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran,

perasaan, pesan atau informasi oleh pihak penutur. Penutur dapat bernama

pembicara jika aktivitas menghasilkan bahasa itu melalui kegiatan berbicara,

dan dapat bernama penulis jika aktivitas menghasilkan bahasanya itu

disampaikan melalui sarana tulisan (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 397). Burhan

Nurgiyantoro menggolongkan kegiatan mempergunakan bahasa menjadi dua,

yaitu berbicara dan menulis. Kegiatan berbicara dan menulis, walaupun sama-

sama bersifat produktif, mempunyai perbedaan.

Perbedaan antara berbicara dan menulis, selain terletak pada sarana

yang digunakan, lisan dan tertulis, kegiatan berbicara pada umumnya

merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan

dan pesan kepada lawan bicara dan pada waktu yang hampir bersamaan

pembicara akan menerima gagasan dan pesan yang disampaikan oleh lawan

bicaranya tersebut. Dalam kegiatan berbicara biasanya terjadi komunikasi

timbal balik dalam atu kesatuan waktu, hal yang tidak terjadi pada kegiatan

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menulis. Dalam kegiatan menulis, penulis secara sepihak menyampaikan

gagasan dan pesannya yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi

oleh pihak pembaca yang dituju (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 397).

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan dalam

kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa)

yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan

akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahas

secara baik, pembicara harus mengetahui lafal, struktur dan kosakata yang

bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau

gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan

bicara (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 399).

Brown (2001: 27) memberikan lima konsep penting dalam berbicara,

yaitu (1) kemampuan berbicara adalah kemampuan yang sangat penting untuk

berkomunikasi, (2) kemampuan berbicara adalah suatu proses yang kreatif, (3)

kemampuan berbicara adalah hasil proses belajar, (4) kemampuan berbicara

sebagai media untuk memperluas wawasan, dan (5) kemampuan berbicara

dapat dikembangkan dengan berbagai topik.

Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami

dengan cara memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram

peristiwa berbahasa. Brooks (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 12)

menggambarkan peristiwa bahasa sebagai berikut:

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

PEMBICARA PENDENGAR

Maksud

(praucap)

Pemahaman

(postucap)

Penyandian

(encoding)

Pembacaan sandi

(decoding)

Fonasi

(pengucapan)

Audisi

(pendengaran)

Transisi

(peralihan)

Gambar 1. Alur Peristiwa Bahasa

Imam Syafi’ie (1993: 33) menyatakan bahwa keterampilan berbicara

merupakan kemampuan pembicara dalam memilih dan menata gagasan yang

ingin disampaikan, menuangkannya ke dalam kode-kode kebahasaan sesuai

dengan system bahasa yang digunakan, memilih ragam bahasa sesuai dengan

konteks komunikasi, dan mengucapkannya dengan intonasi, tekanan, nada,

dan tempat yang tepat. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek

keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai oleh siswa agar

mereka mampu berkomunikasi dengan sesame secara baik, efektif, dan

efisien. Keefektifan dan keefisienan komunikasi hanya bias diwujudkan

apabila komunikasi tersebut dilakukan dengan bahasa. Karena bahasa pada

hakikatnya adalah ucapan. Proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa itu tidak

lain adalah berbicara.

Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang

bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Lambang yang berupa tanda-tanda visual seperti yang dibutuhkan dalam

kegiatan membaca dan menulis tidak diperlukan. Itulah sebabnya orang yang

buta huruf pun dapat melakukan aktivitas berbicara secara baik, misalnya para

penutur asli.penutur yang demikian mungkinbahkan tidak menyadari

kompetensi kebahasaannya, tidak mengerti system bahasanya sendiri.

Kenyataan itu sekali lagi membuktikan bahwa penguasaan bahasa lisan lebih

fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kemampuan

berbicara seharusnya mendapat perhatian yang cukup dalam pembelajaran

bahasa dan tes kemampuan berbahasa (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 399-400).

Menurut Asep Jolly (2004: 1) berbicara adalah salah satu aspek

keterampilan berbahasa. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses

perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi

bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara

merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan)

seseorang kepada orang lain. Keterampilan berbicara, sifatnya produktif,

menghasilkan, memberi dan menyampaikan. Berbicara bukan hanya cepat

mengeluarkan kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah menyampaikan

pokok-pokok pikiran secara teratur, dalam berbagai ragam bahasa sesuai

dengan fungsi komunikasi.

Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang

kemahiran serta keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah

diperlukan pendidikan berbicara (speech education). Konsep-konsep dasar

pendidikan berbicara mencakup tiga kategori, yaitu: (1) hal-hal yang

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran, (2) hal-hal yang

berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk

mengembangkan kemampuan berbicara, dan (3) hal-hal yang memudahkan

seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara (Haryadi dan Zamzami,

1997: 58).

Yang dimaksud pengetahuan tersebut menurut Bygate (1987: 3) adalah

pengetahuan tentang tata bahasa dan kosakata, sedangkan keterampilan

mencakup keterampilan perspektif motorik dan keterampilan interaksi.

Keterampilan interaksi mencakup keterampilan dalam menuangkan

pengetahuannya, sedangkan keterampilan perspektif motorik mencakup

keterampilan berkomunikasi.

Sesuai dengan hakikat berbicara sebagai peristiwa penyampaian

maksud kepada orang lain, maka dalam berbicara akan selalu terlihat adanya

tujuan. Menurut Suharyantin dan Edy Suryanto (1996: 132) tujuan berbicara

dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni tujuan khusus dan tujuan umum.

Tujuan umum menyangkut tujuan atau maksud yang secara umum ingin

dicapai oleh pembicara. Tujuan ini bersifat lebih luas daripada tujuan khusus.

Tujuan khusus merupakan tujuan yang lebih terbatas sebagai tujuan yang

ingin dicapai selam pembicara tampil dalam suatu peristiwa berbicara. Tujuan

khusus akan bersifat lebih spesifik, khusus, bersumber pada tujuan umum.

Menurut Gorys Keraf (1980: 320) tujuan umum berbicara dapat

dibedakan atas lima macam, yakni (1) mendorong, (2) meyakninkan, (3)

bertindak/berbuat, (4) memberitahukan, dan (5) menyenangkan.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dalam pembicaraan yang bertujuan mendorong, pembicara berusaha

menyentuh emosi pendengar misalnya untuk member semangat,

membangkitkan kegairahan, menekan perasaan yang kurang baik, serta

menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Dengan pembicaraan ini

pendengar diharapkan menunjukkan reaksi yang berupa tergugahnya perasaan

mereka terhadap hal yang disampaikan oelh pembicara. Karena tujuannya

adalah membujuk pendengar, pembicaraan semacam itu bersifat persuasif.

Dalam pembicaraan yang bertujuan untuk meyakinkan, pembicara

berusaha mempengaruhi keyakinan pendengar. Setelah pembicaraan tersebut,

diharapakan terjadi persesuaian pendapat, keyakinan dan kepercayaan antara

pendengar dan pembicara. Untuk itu pembicara harus menyiapkan bukti,

fakta, contoh, dan ilustrasi yang dapat memperjelas topik yang

dibicarakannya. Pembicaraan ini juga bersifat persuasif.

Tujuan berbicara untuk bertindak dan berbuat sejajar dengan tujuan

pertama dan kedua di atas. Jika pembicara telah dapat mempengaruhi

pendengar sedemikian rupa, ia akan lebih mudah mencapai tujuannya yakni

meminta pendengarnya untuk memberikan reaksi fisik atau tindakan yang

memang telah direncanakan sebelumnya oleh pembicara. Reaksi fisik tersebut

timbul karena pembicara telah berhasil meyakinkan pendengar membakar

emosi mereka atau keduanya. Pembicaraan dengan tujuan ini juga bersifat

persuasif.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Dalam pembicaraan yang bertujuan untuk memberitahukan atau

menyampaikan sesuatu kepada pendengar, setelah mendengarkan pembicaraan

yang disampaikan oleh pembicara diharapkan pendengar betul-betul

mengetahui, memahami lebih baik, atau bertambah luas perbendaharaan

pengetahuannya tentang sesuatu. Pembicaraan ini bersifat instruktif artinya

mengandung ajaran.

Tujuan yang ingin dicapai oleh pembicara dalam pembicaraan dengan

tujuan menyenangkan adalah terciptanya suasana gembira bagi pendengar.

Akibat dari pembicaraan ini adalah pendengar akan menunjukkan minat serta

kegembiraan. Karena itu, pembicaraan semacam ini bersifat rekreatif artinya

menimbulkan kegembiraan dan kesenangan bagi pendengar. Dari tujuan-

tujuan umum ini pembicara dapat merumuskan tujuan khusus yang ingin

dicapainya selama peristiwa berbicara berlangsung.

Hal senada juga disebutkan oleh Imam Syafi’ie (1993: 38) yakni

bahwa tujuan berbicara dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) untuk

menyenangkan atau menghibur pendengar, (2) untuk menyampaikan

informasi dan menjelaskan sesuatu, (3) untuk merangsang dan mendorong

pendengar melakukan sesuatu, dan (4) untuk meyakinkan pendengar.

Burhan Nurgiyantoro (2010: 400) menyebutkan dalam situasi yang

normal, orang melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi ingin

mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau karena ingin memberikan

reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya. Pembicaraan dalam situasi yang

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

demikian, kejelasan penuturan tidak semata-mata ditentukan oleh ketepatan

bahasa (verbal) yang dipergunakan saja, melainkan amat dibantu oleh unsure-

unsur paralinguistik seperti gerakan-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada

suara, dan sebagainya, suatu hal yang tidak ditemui dalam komunikasi tertulis.

Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak hal juga

akan mempengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan.

Hal lain yang mempengaruhi keadaan pembicaraan menurut Burhan

Nurgiyantoro adalah masalah apa yang menjadi topik pembicaraan dan lawan

bicara. Kedua hal tersebut merupakan hal yang esensial, dan karenanya harus

diperhitungkan dalam tes kemampuan berbicara peserta didik dalam suatu

bahasa (Oller dalam burhan Nurgiyantoro, 2010: 400). Atau paling tidak, tes

berbicara hendaknya mampu mencerminkan situasi yang menghadirkan kedua

faktor tersebut. Tes kemampuan berbicara yang mempertimbangkan faktor-

faktor tersebut, dan karenanya pembicaraan mendekati situasi yang normal,

boleh dkatakan telah memenuhi harapan tes pragmatik dan bermakna

sebagaimana tuntutan tes otentik. Tugas-tugas tes pragmatik dan atau otentik

menghendaki peserta didik telah menguasai tahap elementer dalam suatu

bahasa, atau paling tidak sudah dapat mempergunakan bahasa itu untuk

aktivitas berbicara.

Burhan Nurgiyantoro (2010: 400) memberikan beberapa bentuk tugas

berbicara terkait tugas yang bersifat pragmatik dan otentik sebagai berikut:

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a. Tugas Berbicara Otentik

Tugas berbicara otentik dimaksudkan sebagai tes berbicara yang

memenuhi kriteria asesmen otentik. Hal ini perlu dikemukakan kembali

karena pada kenyataan praktik pemberian tugas berbicara di sekolah belum

tentu berkadar otentik. Misalnya pembelajaran pelafalan (pronunciation)

dalam bahasa target yang melatih ketepatan pelafalan peserta didik,

pengucapan kata, tekanan kata, pola dan tekanan kalimat, dan lain-lain.

Kegiatan tersebut dalam penguasaan bahasa target, dan bahkan menjadi

prasyarat kompetensi berbahasa lisan, namun belum berkadar otentik.

Tugas-tugas semacam itu dalam sudut pandang pendekatan komunikatif

dikenal sebagai tugas prakomunikatif.

Dalam tugas berbicara otentik terdapat dua hal pokok yang tidak boleh

dihilangkan, yaitu benar-benar tampil berbicara (kinerja bahasa) dan isi

pembicaraan mencerminkan kebutuhan realitas kehidupan (bermakna). Jadi,

dalam asesmen otentik peserta didik tidak sekadar ditugasi untuk berbicara,

berbicara dalam arti sekadar praktik mempergunakan bahasa secara lisan,

melainkan juga menyangkut isi pesan yang dijadikan bahan pembicaraan.

Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di kantor atau di dunia pekerjaan,

orang terlibat pembicaraan pasti karena ada sesuatu yang perlu dibicarakan

dan bukan berbicara sekadar praktik berbahasa. Hal inilah yang kemudian

diangkat dalam asesmen otentik kompetensi berbahasa lisan: berbahasa

dalam konteks yang jelas. Konteks menunjuk pada berbagai faktor penentu:

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

siapa yang berbicara, situasi pembicaraan, isi dan tujuan pembicaran, dan

lain-lain.

Tugas berbicara sebagai bentuk asesmen otentik harus berupa tugas-

tugas yang ditemukan dan dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Jadi, tugas

berbicara otentik mengambil model aktivitas bentuk-bentuk berbicara

sehari-hari sehingga kompetensi yangdikuasai peserta didik bersifat

aplikatif. Orang berbicara karena ingin menyampaikan sesuatu lewat bahasa,

maka penggunaan bahasa yang benar adalah yang sesuai dengan konteks

penggunaan. Jadi, pada intinya ketepatan bahasa dalam berbahasa lisan

dilihat dari ketepatan bahasa yang dipakai dan kejelasan komunikasi yang

dituturkan dalam konteks pembicaraan yang jelas. Untuk itu, tugas-tugas

berbicara yang dipilih untuk mengukur kompetensi berbahasa lisan peserta

didik haruslah yang memungkinkan peserta didik mengungkapkan

keduanya: berunjuk kerja bahasa untuk menyampaikan informasi.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Phopam (dalam Isriwiji, 2008:

24) yang memberikan penilaian kinerja keterampilan komunikasi lisan

(berbicara) ke dalam empat aspek, yaitu: cara penyampaian (delivery),

pengorganisasian (organization), isi (content), dan bahasa (language). Cara

penyampaian berhubungan dengan penyamapaian pesan (seperti volume

suara, kecepatan, dan artikulasi). Pengorganisasian berhubungan dengan

bagaimana isi dari pesan tersebut diatur dan bagaimana ide yang satu

dihubungkan dengan ide yang lain. Isi berhubungan dengan banyaknya

relevansi atau pertautan informasi dalam suatu pesan dan bagaimana isi

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

tersebut disesuaikan dengan pendengar dan situasi. Bahasa berhubungan

dengan tata bahasa dan kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan.

b. Bentuk Tugas Kompetensi Berbicara

Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik

untuk mengukur kompetensi berbicaranya dalam bahasa terget. Apapun

bentuk tugas yang dipilih haruslah yang memungkinkan peserta didik untuk

tidak saja mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainkan juga

mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi.

Dengan demikian, tes tersebut bersifat fungsional, di samping dapat juga

mengungkap kemampuan peserta didik peserta didik berbicara dalam bahasa

yang bersangkutan mendekati pemakaiannya secara normal. Selain itu,

pemberian tugas hendaklah juga dilakukan dengan cara menarik

menyenangkan agar peserta uji tidak merasa tertekan dan dapat

mengungkapkan kompetensi berbahasanya secara normal dan maksimal.

1) Bicara Berdasarkan Gambar

Untuk mengungkap kemampuan berbicara pembelajar dalam suatu

bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik.

Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak

usia sekolah dasar ataupun pembelajar bahasa asing tahap awal. Akan

tetapi, rangsang gambar pun dapat pula dipergunakan pada pembelajar

yang kemampuan berbahasanya telah (lebih) tinggi tergantung pada

keadaan gambar yang dipergunakan itu sendiri. Burt (dalam Burhan

Nurgiyantoro, 2010: 402) menyusun gambar-gambar menarik yang

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dimaksudkan untuk mengungkap berbicara peserta didik yang potensial

untuk tes yang berkadar pragmatik. Gambar yang dimaksud kemudian

disebutnya sebagai the Bilingual Syntax Measure.

Rangsang gambar yang dipakai sebagai rangsang berbicara dapat

dikelompokkan ke dalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek

merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri sendiri seperti

binatang, kendaraan, pakaian, alam, dan berbagai objek yang lain yang

kehadirannya tidak memerlukan bantuan objek gambar yang lain. Gambar

cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang

saling berkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita.

(1) Gambar Objek

Gambar objek adalah gambar yang masing-masing memiliki nama

satu kata dan merupakan gambar-gambar lepas yang antara satu dengan

yang lain kurang ada kaitannya. Gambar objek dapat dijadikan rangsang

berbicara untuk peserta didik tingkat awal, misalnya taman kanak-

kanak atau pembelajar bahasa asing tingkat pemula yang masih dalam

tahap melancarkan lafal bahasa dan memahami makna kata.

Namun sebenarnya tuga peserta didik yang sekadar menyebutkan

nama-nama gambar tidak alamiah, tidak wajar, peserta didik sudah tahu

jawabannya, dan karenanya tidak pragmatik, tidak otentik. Tugas yang

dilakukan dengan gambar tersebut tidak bermakna karena tidak berada

dalam kaitannya dengan situasi konteks. Tugas tersebut tidak memaksa

peserta didik untuk menunjukkan kemampuan berbicaranya, baik yang

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menyangkut ketepatan aspek linguistik maupun unsur ekstra linguistik.

Oleh karena itu, penggunaan media tersebut untuk merangsang

berbicara peserta didik sebaiknya dibatasi.

(2) Gambar Cerita

Gambar cerita adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah

cerita. Mirip komik atau mirip buku gambar tanpa kata (wordless

picture books), yaitu buku-buku gambar cerita yang alur ceritanya

disajikan lewat gambar-gambar, atau gambar-gambar itu sendiri

menghadirkan cerita. Kalaupun dalam gambar-gambar tersebut disertai

kata-kata, bahasa verbal tersut sangat terbatas. Gambar cerita atau buku

gambar tanpa kata bervariasi tingkat kompleksitasnya dari sederhana

dan mudah dikenali squensialnya sampai yang abstrak. Dilihat dari sifat

alamiahnya, gambar cerita tersebut potensial untuk dijadikan baha

rangsang berbicara.

Gambar cerita berisi suatu aktivitas, mencerminkan maksud atau

gagasan tertentu, bermakna dan menunjukkan situasi konteks tertentu.

Untuk menunjukkan urutan gambar, panel-panel gambar tersebut dapat

diberi nomor urut, namun dapat pula tanpa nomor agar peserta didik

menemukan logika urutannya sendiri. Jadi, pada intinya gambar cerita

itu sudah menunjukkan makna tertentu. Maka, tugas berbicara

berdasarkan rangsang gambar cerita tidak lain adalah tugas

menceritakan makna gambar itu atau menjawab pertanyaan terkait.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(a) Pemberian Pertanyaan

Pemberian pertanyaan secara terbuka untuk dijawab semua

peserta didik termasuk asesmen otentik. Namun pertanyaan yang

diajukan harus yang menuntut mereka berpikir tingkat tinggi dan

bukan sekadar pertanyaan hafalan atau menagih fakta dan konsep.

Pertanyaan yang diajukan tidak pasti berupa tugas pragmatik,

pertanyaan yang dimaksud adalah yang dengan mudah dijawab

karena memang hanya itu jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan

pragmatis memungkinkan peserta didik menjawab dengan jawaban

berbeda-beda, untuk itu perlu ditentukan kriteria jawaban yang

tepat dan yang sebaliknya. Oller (dalam Burhan Nurgiyantoro,

2010: 405) mengemukakan bahwa penilaian dapat dilakukan secara

terpisah, yaitu dari segi ketepatan (struktur) bahasa dan kelayakan

konteks. Namun, Oller menambahkan bahwa kelayakan konteks

haruslah mendapat penekanan.

(b) Bercerita

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara terbuka untuk

dijawab seperti pada poin pemberian pertanyaan sebelumnya hanya

menuntut peserta didik untuk memberikan jawaban yang sesuai

yang biasanya hanya terdiri dari satu kalimat. Pertanyaan-

pertanyaan seperti itu walaupun terarah, agak membatasi kreativitas

imajinasi peserta didik. Tugas pragmatik atau otentik yang lebih

memberi kebebasan peserta didik, di samping juga lebih

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengungkap kemampuan berbahasa dan pemahaman kandungan

makna secara logis, adalah meminta mereka untuk bercerita sesuai

dengan gambar yang disediakan.

Penggunaan gambar sebagai rangsang untuk meningkatkan kemampuan

berbicara senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sartin Miolo dalam

jurnal kemitraan bahasa dan sastra, volume 3 nomor 4 tahun 2004. Miolo

menyatakan bahwa menurut penelitian yang telah dilakukan, penggunaan

gambar sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Penggunaan gambar tersebut juga dapat menarik perhatian dan menjadikan

pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa.

2) Berbicara Berdasarkan Rangsang Suara

Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim

dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman

yang sengaja dibust untuk maksud itu. Program radio yang dimaksdu

dapat bermacam, misalnya siaran berita, sandiwara, atau program-

program lain yang layak. Jika program radio yang dipilih waktunya tidak

berkesesuaian dengan waktu pembelajaran di sekolah, program tersebut

dapat direkam dan menghadirkannya dalam bentuk rekaman. Atau

peserta didik sengaja ditugasi untuk mendengarkan siaran tertentu pada

radio tertentu pada jam tertentu untuk kemudian menceritakannya di

sekolah.

Tugas ini memang sangat terkait dengan tes kompetensi menyimak.

Pengaitan antara kedua kompetensi itu justru harus ditekankan dalam

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

peembelajaran bahasa sehingga pembelajaran yang dimaksud memenuhi

tuntutan whole language.

3) Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara

Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan

gabungan antara berbicara dan suara. Namun wujud visual yang

dimaksud sebenarnya lebih dari sekadar gambar. Selain wujud gambar

diam, juga berupa gambar gerak dan gambar aktivitas. Contoh rangsang

yang dimaksud yang paling banyak dikenal adalah siaran televisi, video,

atau berbagai bentuk rekaman sejenis. Siaran televisi juga dapat direkam

untuk kemudian dibawa ke kelas, misalnya karena jika waktu siaran tidak

berkesesuaian dengan waktu pembelajaran di sekolah. Siaran televisi

yang dipilih dapat berupa siaran berita, sinetron, acara flora dan fauna,

dan lain-lain yang di dalamnya terkandung unsur pendidikan atau unsur

penting lainnya.

Tugas bentuk ini terlihat didominasi dan terkait dengan kompetensi

menyimak, namun juga terdapat bentuk-bentuk lain yang memerlukan

pengamatan dan pencermatan seperti gambar, gerak, tulisan, dan lain-lain

yang terkait langsung dengan unsur suara dan secara keseluruhan

menyampaikan satu kesatuan informasi.

4) Bercerita

Tugas bercerita yang dimaksud ada kemiripan dengan tugas bercerita

berdasarkan beberapa rangsang sebelumnya, namun lebih luas

cakupannya. Tugas ini dapat berdasarkan rangsang apa saja tergantung

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

perintah guru. Tugas ini dalam jenis asesmen otentik berupa tugas

menceritakan kembali teks atau cerita (retelling texts or story). Jadi,

rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang

sudah dibaca, berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai

pengalaman (pengalaman bepergian, pengalaman berlomba, pengalaman

berseminar), dan lain-lain. Bercerita berdasarkan isi buku banyak

dilakukan para guru, bahkan juga sampai di tingkat pendidikan tinggi.

Untuk tingkat pendidikan tinggi, bercerita juga dapat mencakup laporan

secara lisan terhadap buku yang dibaca.

5) Wawancara

Wawancara (oral interview) merupakan teknik yang paling banyak

dipergunakan untuk menilai kompetensi berbicara seseorang dalam suatu

bahasa, khususnya bahasa asing yang dipelajarinya. Wawancara biasanya

dilakukan kepada seorang pembelajar yang kompetensi berbahasa

lisannya, baasa targrt yang sedang dipelajarinya, sudah cukup memadai

sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

dalam bahasa itu. Kegiatan wawancara dalam rangkaian tes kompetensi

berbahasa lisan termasuk ke dalam jenis asesmen otentik dan bukan

sekadar kegiatan untuk mengetahui informasi tertentu tentang jati diri

peserta uji.

Kegiatan wawancara dilakukan oleh du (beberapa) orang penguji

terhadap peserta didik atau calon tertentu selama jangka waktu tertentu.

Wawancara dimaksudkan untuk menilai kompetensi berbahasa peserta

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

uji lewat pertanyaan tentang berbagai masalah keseharian. Pewawancara

hendaknya menguasahakan agar calon tetap tenang, tidak merasa

tertekan, tidak merasa seperti sedang diuji, sehingga bahasa yang

diungkapkan dapat mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.

Biasanya kesadasaran calon bahwa ia sedag diuji akan mempengaruhi

mentalnya sehingga bahasanya pun akan terpengaruh pula, misalnya

tidak lancar, sering terjadi kesalahan atau bahkan mungkin tidak dapat

berbicara. Oleh karena itu, pada awal dimulainya wawancara, penguji

sebaiknya menanyakan hal-hal yang mudah dijawab calon agar tumbuh

keberanian dan rasa percaya dirinya.

Masalah yang ditanyakan dalam wawancara dapat menyangkut

berbagai hal, tetapi hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengalaman

peserta uji (Valette dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 411), misalnya

usia, sekolah, dan kemampuan berbahasa. Tanggapan yang diharapkan

dari calon tidak hanya berasal dari pertanyaan-pertanyaan pewawancara,

melainkan dapat jga berasal dari rangsang lain yang sengaja disiapkan

untuk itu. Rangsang yang dimaksud adalah wacana bacaan dan rekaman.

Rangsang yang berupa bacaan atau rekaman disuruh baca atau dengar

terlebih dahulu kepada calon sebelum wawancara dimulai. Masalah yang

terdapat di dalam bacaan atau rekaman itulah yang kemudian dijadikan

topik wawancara, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, permintaan

pandangan, pendapat, sikap, atau sesuatu yang lain kepada calon. Akan

tetapi, bagaimana pandangan calon tidaklah penting benar karena yang

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

terutama ingin dinilai adalah kemampuan berbicara calon dalam

mengekspresikan gagasan dan pengembangan argumentasi.

Penggunaan media bacaan dan rekaman sebagai rangsang berbicara

mempunyai kelemahan karena wawancara akan berubah atau sulit

dibedakan dengan tes kemampuan membaca dan mendengarkan.

Kompetensi membaca dan mendengarkan calon akan mempengaruhi

kelancaran berbicaranya. Sebaliknya, jika calon kurang dapat memahami

isi bacaan atau rekaman, pewawancara memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat mengarahkan. Penggunaan media bacaan

menurut Valette hanya tepat dilakukan pada calon tingkat lanjut

(advanced students) (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 412).

Walaupun praktis,murah, dan populer, teknik wawancara

mempunyai kelemahan dalam hal penilaian karena adanya sifat subjektif

pada pihak penilai, di samping membutuhkan penilai yang terlatih dan

berpengalaman. Penilaian wawancara sulit dibuat benar-benar objektif

dan konsisten, walau oleh penilai yang sama sekalipun. Adanya faktor

kelelahan, kejemuan, dan lain-lain termasuk yang bersifat pribadi akan

berpengaruh dalam penilaian. Hal-hal tersebut akan menyebabkan

rendahnya kadar reliabilitas penilaian. Kelemahan tersebut kadang-

kadang memang dapat diatasi dengan merekam kegiatan wawancara

untuk dinilai ulang. Akan tetapi penggunaan rekaman kadang-kadang

tidak praktis dan tidak efisien.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

6) Berdiskusi dan Berdebat

Tugas berbicara yang selanjutnya menurut Burhan Nurgiyantoro

(2010: 419) adalah berdikusi, berdebat, berdialog, dan berseminar.

Berdikusi, berdebat, berdialog merupakan tugas-tugas berbicara yang

paling tidak melibatkan dua orang pembicara. Bahkan dalam berseminar

lazimnya diikuti banyak peserta walau belum tentu semuanya mau dan

dapat berbicara.situasi pembicaraa dalam kegiatan berdiskusi, berdebat,

dan berdialog dapat formal, setengah formal, atau nonformal, sedang

dalam berseminar mesti formal.

Berbagai tugas berbicara baik dilakukan para peserta didik di

sekolah dan terlebih lagi para mahasiswa untuk melatih kemampua dan

keberanian berbicara. Selain itu, tugas-tugas tersebut juga baik dan

strategis sebagai latihan beradu argumentasi. Dalam aktivitas itu, peserta

didik berlatih untuk mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan-

gagasan kawannya secara kritis, dan mempertahankan gagasan sendiri

dengan argumentasi secara logis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk maksud itu semua, sudah tentu kemampuan dan kefasihan

berbicara dalam bahasa yang bersangkutan sangat menentukan.

7) Berpidato

Dilihat dari segi kebebasan peserta didik memilih bahasa untuk

mengungkapkan gagasan, berpidato mempunyai persamaan dengan tugas

bercerita. Dalam kehidupan bermasyarakat, aktivitas berpidato banyak

dikenal dan dilakukan orang. Untuk melatih kemampuan peserta didik

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mengungkapkan gagasan dalam bahasa yang tepat dan cermat, tugas

berpidato baik untuk diajarkan dan diujikan di sekolah. Ujian berbahasa

lisan dengan tugas berpidato pun tinggi kadar keotentikannya.

Senada dengan pendapat Asep Jolly yang telah dikemukakan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan dalam

menyampaikan maksud kepada orang lain. Pada penelitian ini digunakan bentuk

tugas bercerita untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa, tepatnya

menceritakan kembali sebuah cerita atau teks yang telah disiapkan.

2. Hakikat Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

Bahasa ialah suatu aspek kebudayaan. Ia sekaligus juga jaringan sentral

sarana pengekspresi kebudayaan itu. Selanjutnya, ia juga menjadi cerminan

kebudayaan masyarakat pemakainya. Maka dari itu, adanya system tingkat tutur

yang sangat komplek dan ekstensif di dalam bahasa Jawa dapat dianggap suatu

pertanda pentingnya adat sopan santun yang menjalin system hubungan

perorangan di dalam masyarakat Jawa dianggap penting. Perbedaan antara

suasan tutur resmi dan tidak resmi dianggap penting (Soepomo Poedjasoedarma,

1979: 59).

Lebih lanjut Soepomo Poedjasoedarma menjelaskan penghargaan terhadap

tingkat sosial seseorang, entah itu karena usianya, aluran kekerabatannya,

pangkatnya, kekayaannya, atau yang lain-lain, sebetulnya tidak cukup hanya

dinyatakan dengan tingkat tutur tertentu, tetapi juga dengan bentuk-bentuk

aturan etiket yang lain. Demikian juga penghargaan orang terhadap situasi-

situasi bicara tertentu, seperti situasi berkabung dalam pelayatan, pesta

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

perkawinan, rapat-rapat, dan lain-lain, harus dinyatakan dengan ekspresi bahasa

yang tepat dan bentuk ekspresi nonbahasa yang tepat pula. Pada waktu

berbicara, sikap badan (duduk, berdiri, pandangan mata) harus tepat. Demikian

pula cara menunjuk, cara berucap, cara berpakaian, dan lain-lain.

Penggunaan basa (krama dan madya) tidak hanya berkurang di kalangan

para teman dan kolega, tetapi juga di kalangan lembaga-lembaga pendidikan dan

keluarga. Baik di Yogyakarta maupun di Surakarta sekarang ini orang tua

banyak yang lebih menyukai kalau anak-anaknya bercakap dengan ngoko

terhadap mereka. Hal ini lain dengan jaman sebelum perang. Pada waktu itu

orang tua yang ingin dianggap mengerti adat sopan santun mengajarkan kepada

anak-anaknya agar mereka itu ber”basa” terhadap orang tua serta sanak keluarga

yang beraluran lebih tua. Sekarang ini banyak orang tua yang lebih menyukai

anak-anaknya menjalin hubungan akrab dan tak merasa enggan terhadap orang

tua mereka (Soepomo Poedjasoedarma, 1979: 59).

Di sekolah-sekolah, masih menurut Soepomo Poedjasoedarma, banyak guru

yang berbahasa Indonesia terhadap murid-muridnya, dan karenanya murid-

murid pun berbahasa Indonesia terhadap guru. Kalau dulu bahasa Jawa banyak

digunakan sebagai bahasa pengantar, sekarang ini bahasa Indonesia adalah

bahasa pengantarnya. Kepandaian menggunakan tingkat tutur secara tepat tidak

lagi menjadi penanda latar belakang kelas sosial seseorang. Dulu, keluarga orang

tingkat atas harus dan mesti pandai bercakap sengan krama dengan baik dan

tepat. Sekarang ini, banyak tokoh masyarakat kalangan atas yang kurang begitu

mampu bercakap sengan krama dengan baik dan tepat. Sebagai pengganti

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kepandaian menggunakan tingkat tutur krama, sekarang ini orang menganggap

bahwa kepandaian menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan kepandaian

bercakap bahasa asing tertentu menjadi penanda latar belakang sosial berkelas

tinggi (1979: 59).

Tentang kekurangmampuan menggunakan tingkat tutur secara baik ini

secara garis besar menurut Soepomo Poedjasoedarma (1979: 59) dapat dibagi

menjadi 2 jenis: 1) O1 tidak pandai memilih kata-kata secara tepat pada tingkat

tutur yang diapakainya; 2) O1 tidak pandai memilih tingkat tutur yang sesuai

dengan latar belakang O2 serta dengan situasi bicara yang ada.

Bahasa merupakan kecakapan yang hanya bisa dikuasai melalui praktik

serta latihan yang bertubi-tubi. Untuk mempraktikan langsung pada situasi yang

cocok tidak selalu tersedia cukup kesempatan (Soepomo Poedjasoedarma, 1979:

55)

Berdasarkan penjelasan Soepomo Poedjasoedarma di atas, dapat

disintesiskan bahwa kemampuan berbicara bahasa Jawa adalah kemampuan

seseorang dalam memilih kata-kata secara tepat pada tingkat tutur yang

dipakainya dan kemampuan memilih tingkat tutur yang sesuai dengan latar

belakang O2 serta dengan situasi bicara yang ada.

Pada penelitian ini digunakan bentuk tugas bercerita untuk mengetahui

kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa, tepatnya menceritakan kembali

sebuah cerita atau teks yang telah disiapkan. Dengan kata lain kemampuan

berbicara bahasa Jawa siswa tercermin dalam kemampuannya menceritakan

kembali teks sebuah cerita yang disampaikan dalam bahasa Jawa.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Hakikat Penguasaan Kosakata

Dalam komunikasi melalui bahasa, baik lisan maupun tulisan, kosakata

merupakan unsur yang amat penting. Kemampuan berbahasa ditentukan oleh

banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah penguasaan kosakata. Berikut ini

dipaparkan beberapa konsep mengenai kosakata atau perbendaharaan kata.

a. Pengertian Kosakata

Terdapat beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para pakar bahasa

sehubungan dengan pengertian kosakata. Kosakata sebagai salah satu

komponen kebahasaan memiliki arti yang beragam. Sri Sukesi Adiwiramarta

et al. (1978: 7) mengemukakan bahwa kosakata atau perbendaharaan kata

yang dalam bahasa Inggris disebut lexicon, berasal dari bahasa Yunani lexicon

yang berarti kata.

Kosakata merupakan seperangkat leksem yang termasuk di dalamnya kata

tunggal, kata majemuk, dan idiom (Richards, Platt dan Webber, 1985: 307).

Sementara itu, Vallete (1977: 223) mendefinisikan kosakata sebagai kata atau

kelompok kata yang memiliki makna tertentu.

Alisjahbana (dalam Syamsudin AR. dan Vismaia S. Damaianti, 2006: 33)

menyatakan bahwa penguasaan kosakata berkaitan langsung dengan

pemahaman makna kalimat sebagai satuan bentuk bahasa yang terkecil dan

mengandung suatu pikiran, sehingga komunikasi antara orang yang

mengungkapkanbatau menulis kalimat dengan orang yang mendengar atau

membaca dapat terlaksana. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kosakata

sebagai unsur bahasa sangat penting untuk menunjang keterampiln berbahasa.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Dari sumber lain dijelaskan bahwa kosakata dipandang sebagai

keseluruhan kata yang dimiliki oleh bahasa (Gorys Keraf, 1986: 191).

Pandangan tersebut diperluas oleh Harimurti Kridalaksana (1984: 19) dengan

mengemukakan bahwa kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat

semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; atau

dengan perkataan lain, kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara,

penulis, atau suatu bahasa.

Henry Guntur Tarigan (2008: 123) berpendapat bahwa setiap orang

mempunyai dua jenis daya kata, satu untuk berbicara dan menulis, yaitu daya

untuk memilih dan mempergunakan kata-kata yang diekspresikan, serta daya

kata yang digunakan untuk membaca dan menyimak. Ada beberapa cara untuk

memperbesar daya kata, antara lain: (1) mengetahui dan dapat membedakan

ragam bahasa; (2) mempelajari makna kata dari konteks; (3) mengetahui

bagian-bagian kata; (4) menggunakan kamus; (5) mengetahui makna-makna

varian; (6) mengetahui idiom, (7) mengetahui kata yang bersinonim atau

berantonim; (8) mengetahui bedanya denotasi dan konotasi; (8) memahami

asal-usul kata.

Henry Guntur Tarigan (2008: 124) mengemukakan ada beberapa hal yang

harus diketahui untuk memperbesar daya kata, antara lain: (1) ragam bahasa(

ragam remi dan tidak resmi, ragam teknis dan nonteknis), (2) mempelajari

makna kata, (3) bagian-bagian kata (awalan, kata dasar, akhiran, atau sisipan),

(4) penggunaan kamus, (5) makna-makna varian, (6) idiom/ungkapan, (7)

sinonim dan antonim, (8) konotasi dan denotasi, (9) derivasi (asal-usul kata).

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dalam kehidupan sehari-hari penguasaan kosakata mempunyai peranan

yang sangat penting karena pikiran seseorang hanya akan dipahami denga baik

oleh pihak lain apabila ide tersebut dapat diungkapkan dengan kosakata yang

dipilih secara tepat. Harris (dalam Syamsudin AR. dan Vismaia S. Damaianti,

2006: 34) mengemukakan pendapatnya bahwa kata merupakan wahana

penting dalam komunikasi. Apabila persediaan kosakata tidak mencukupi

maka komunikasi akan terhambat.

Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila dinyatakan penguasaan kosakata

merupakan hal yang sangat penting dalam tindak berbahasa. Dalam hal ini

dapat dikatakan semakin banyak kata yang diketahui dan dikuasai oleh

seseorang, semakin baik pula kemampuan berbicaranya. Untuk itu, setiap

orang perlu memperluas kosakatanya, perlu mengetahui sebanyak-banyaknya

perbendaharaan kata dari bahasa yang dipelajarinya.

b. Kaitan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbahasa

Penguasaan kosakata sangat bertalian erat dengan kegiatan keterampilan

berbahasa. Dalam hal ini, Henry Guntur Tarigan (1993: 2) mengemukakan

bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada

kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang

dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.

Pernyataan ini senada dengan yang diuraikan Burhan Nurgiyantoro (2010:

338) bahwa kemampuan memahami kosakata terlihat dalam kegiatan

membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakata

nampak dalam kegiatan menulis dan berbicara. Oleh karena itu, tes

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

penguasaan kosakata biasanya langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif

atau produktif secara keseluruhan. Dari pemikiran ini pada hakikatnya dapat

dikatakan bahwa kemampuan berbicara seseorang sangat ditopang oleh

kekayaan kosakata yang diketahui dan dikuasainya. Seseorang yang memiliki

pemahaman dan penguasaan yang memadai tentang kosakata yang digunakan

dalam suatu teks tertulis atau lisan, maka berkecenderungan orang tersebut

akan dengan mudah memahami atau menggunakan kosakata tersebut dalam

berkomunikasi, baik secara reseptif (menyimak,membaca) maupun secara

produktif (berbicara, menulis).

c. Manfaat Penguasaan Kosakata

Dalam masyarakat, manusia tidak akan lepas dari tindak komunikasi.

Bahasa adalah sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Kosakata

merupakan salah satu unsur bahasa yang memegang peranan paling mendasar

dalam kemampuan berbahasa seseorang. Kemampuan menguasai kosakata

memiliki kontribusi yang cukup baik dalam upaya seseorang berbicara secara

tepat. Dengan bermodalkan kosakata yang cukup banyak, dan dikuasainya,

pada umumnya seseorang tidak akan mengalami banyak kesulitan dalam

menyampaikan maksudnya. Kemampuan berbahasa seseorang yang didukung

oleh penguasaan kosakata yang cukup memadai akan sangat menunjang

kemampuan intelektualnya.

Bahasa sebagai sarana berkomunikasi sangat penting peranannya dalam

kehidupan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik salah satunya harus

menguasai kosakata. Semakin banyak kosakata seseorang maka semakin

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

mudah untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Kosakata sangat berperan

dalam menentukan keberhasilan komunikasi, menarik tidaknya suatu

komunikasi tergantung pada pemilihan kosakata yang digunakan. Orang yang

pandai memilih kosakata secara tepat akan menimbulkan ketertarikan terhadap

pendengar. Ia akan berbicara dengan lancer, komunikatif, dan variatif,

sehingga tidak membosankan. Hal ini berbeda sekali jika seseorang hanya

mempunyai sedikit kosakata dan tidak mempunyai kemampuan memilih

secara tepat, akibatnya kalimatnya mungkin tidak komunikatif sehingga sulit

dimengerti, atau bahkan menimbulkan makna lain.

Gorys Keraf (1988: 88) berpendapat bahwa dengan kata-kata seorang

dapat berpikir, menyatakan perasaan, gagasan. Penguasaan kosakata sangat

penting dalam berbicara. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro (2010:

213) membagi penguasaan kosakata menjadi dua yaitu bersifar reseptif

(kemampuan untuk memahami) dan produktif (kemampuan untuk

mempergunakan).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki

kosakata atau perbendaharaan kata yang cukup banyak, dan mengetahui secara

tepat batas-batas pengertiannya, akan lebih mudah dan mampu berbicara

secara tepat sesuai dengan ragam bahasa yang ada dalam bahasa tersebut.

Dalam penelitian ini bahasa yang dimaksud adalah bahasa Jawa.

Berdasarkan teori dan konsep yang dipaparkan di muka, dapat

disintesiskan bahwa pada hakikatnya penguasaan kosakata merupakan

kemampuan seseorang (siswa) tentang pemahaman kosakata dalam bahasa

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tertentu, baik yang bersifat produktif maupun yang bersifat reseptif. Artinya,

penguasaan kosakata pada penelitian ini mengarah pada kemampuan siswa

tentang pemahaman kosakata dalam berbicara secara tepat sesuai dengan

ragam yang terdapat dalam bahasa Jawa.

4. Hakikat Minat Belajar

a. Pengertian Minat

Menurut pendapat Reilly dan Lewis (1983: 454) pengertian minat adalah

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Minat dapat pula didikatakan rasa suka seseorang terhadap sesuatu

kegiatan, dimana minat menjadi sebab kegiatan itu dilakukan oleh seseorang

dan juga merupakan penyebab munculnya partisipasi dalam suatu kegiatan.

Dengan demikian, minat berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi

sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung

secara sadar.

Minat termasuk ke dalam salah satu aspek jiwa manusia yang biasanya

menimbulkan kecenderungan gambaran yang lebih luas. Menurut pendapat

Winkel (1993: 30) definisi minat adalah kecenderungan yang agak menetap

dalam subjek, merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa

berkecimpung dalam bidang tersebut.

Kesiapan belajar juga dapat mempengaruhi perkembangan minat

seseorang. Artinya seseorang belum akan berminat bila dia belum siap untuk

melakukan kegiatan tersebut. Kesempatan belajar juga berpengaruh terhadap

perkembangan minat seseorang.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Lingkungan sosial budaya juga sangat mempengaruhi perkembangan

minat seseorang. Misalnya pengaruh orang tua, guru, teman, maupun

lingkungannya turut mendorong timbulnya minat anak terhadap suatu

kegiatan.

Senada dengan Winkel, Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan untuk mengenang

beberapa kegiatan.

Menurut Bimo Walgito (1996: 38) minat adalah suatu keadaan yang mana

seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu keinginan untuk

mengetahui, mempelajari dan membuktikan lebih lanjut. Selanjutnya menurut

Whitherington (dalam Suharsimi Arikunto, 1999: 135) minat adalah kesadaran

seseorang terhadap obyek seseorang, atau situasi tertentu yang ada

hubungannya dengan dirinya serta dipandang sebagai sesuatu yang sadar.

Minat menurut Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik, atau terlibat

sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan

itu. Crow dan Crow (1989: 3030) menyatakan bahwa minat bisa berhubungan

dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau

berurusan dengan orang lain, benda, atau kegiatan itu sendiri. Dengan kata

lain, minat dapat menjadi partisipasi dalam kegiatan.

Menurut Tidjan (1977: 71), minat adalah gejala psikis yang menunjukkan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek. Dengan minat yang tinggi, suatu

kegiatan akan memperoleh prestasi yang baik, karena dalam melakukan

kegiatan tersebut disertai dengan perhatian yang tinggi dan dilakukan dalam

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

suasana yang menyenangkan. Minat yang besar akan mendorong seseorang

untuk berusaha semaksimal mungkin dengan menggunakan berbagai fasilitas

yang menunjang untuk mencapai tujuan yang diingikan.

Aiken (1994: 209) memberi batasan minat sebagai kesukaan terhadap

kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan

nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya

Menurut Winkel (1993: 30) dalam bukunya mengemukakan definisi minat

adalah kecenderungan menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada

bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Rumusan pengertian minat yang lebih operasional dikemukakan oleh Rats,

Harmin, dan Simon (1996: 69). Menurut mereka minat adalah sesuatu yang

dapat membangkitkan gairah seseorang dan menyebabkan orang itu

menggunakan waktu, uang, serta energi untuk kesukaannya terhadap objek

tersebut.

Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa minat adalah sesuatu dorongan yang timbul dari dalam

jiwa seseorang untuk membangkitkan ketertarikan seseorang dan

menyebabkan orang itu untuk berusaha, berbuat dengan intensitas yang lebih

tinggi terhadap objek tersebut.

b. Pengertian belajar

Pengertian belajar menurut Slameto (2003: 78) adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa: a) “Belajar itu membawa suatu

perubahan (behavioral changes) baik aktual maupun potensial; b) perubahan

itu menghasilkan suatu kecakapan baru; dan c) perubahan itu terjadi karena

usaha yang disengaja” (1993:249). Menurut Nasution, “Belajar adalah proses

yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah

dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari

perubahan-perubahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya

perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk belajar”

(1986:39).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa praktik yang diperkuat tersebut merupakan

sebab belajar. Seseorang dikatakan telah belajar jika dapat melakukan sesuatu

yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Menurut Meier (2003;156),

“Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,

pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan

menjadi tindakan”. Pengetahuan di sini bukanlah sesuatu yang diserap siswa,

melainkan sesuatu yang diciptakan siswa dalam proses belajarnya.

Hakim (2002:1) “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan

daya pikir”.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Menurut Winkel (1996: 50), belajar merupakan suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan

berbekas.

Shalahuddin (1990: 29) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur

latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang

tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan

dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani

proses belajar itu.

Cronbach mengemukakan “Learning is shown by a change in behavior as

results of experience” ( dalam Sumadi Suryobroto, 1983:181). Belajar itu

ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Definisi di atas mengandung makna:

1) Belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar, baik secara potensial maupun secara actual.

2) Perubahaan itu berupa kemampuan baru dalam memberikan respon

terhadap suatu stimulus. Dengan kata lain, individu yang telah

melakukan kegiatan belajar akan memiliki kemampuan baru dalam

memberi sambutan terhadap situasi tertentu.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3) Perubahaan itu berfungsi secara relatif permanen. Artinya perubahan itu

bukan sekedar merupakan keadaan sesaat saja,tetapi dapat berfungsi

dalam kurun waktu yang relatif lama.

4) Terjadinya perubahan itu bukan karena proses pertumbuhan atau

kematangan,melainkan karena suatu usaha sadar. Artinya, terjadinya

perubahan itu karena ada usaha yang disengaja oleh individu yang

bersangkutan untuk memperoleh perubahan itu.

Dapat ditarik kesimpulan, belajar merupakan proses menuju perubahan,

baik perubahan dalam hal pengetahuan maupun dalam hal keterampilan dan

sikap.

c. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang

diminati.

4) Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang

lainnya.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

6) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disintesiskan

bahwa yang dimaksud minat belajar adalah kemauan yang kuat untuk

melakukan suatu proses menuju perubahan, baik perubahan dalam hal

pengetahuan maupun dalam hal keterampilan dan sikap. Dalam penelitian ini

minat belajar tersebut adalah minat belajar bahasa Jawa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah penetian

yang dilakukan oleh Kathleen B. Egan (1999:277) yang berjudul Speaking: A

Critical Skill and a Challenge. Dalam penelitiannya tersebut, Egan

menyatakan bahwa berbicara merupakan inti dari pembelajaran bahasa kedua,

namun justru paling banyak diabaikan dalam pengajaran dan dalam

pengujiannya dengan alasan logistik dan sebagainya. Penelitian ini

mendeskripsikan rencana dan usaha dalam meningkatkan kemampuan

berbicara dengan speech-interactive melalui komputer. Dari penelitian ini,

didapatkan gambaran tentang kemampuan berbicara yang dapat ditingkatkan

melalui percakapan.

Penelitian lain yang menginspirasi penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Xu Liu (2010: 136) yang berjudul Arousing the College

Students’ Motivation in Speaking English through Role-Play. Penelitian ini

membahas mengenai peningkatan motivasi berbicara bahasa Inggris melalui

role-play. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi

berbicara bisa terlaksana melalui metode role-play. Dalam metode role-play

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terdapat dialog-dialog yang harus dilakukan pemeran untuk memerankan

tokoh dalam drama yang disusun. Dalam pembacaan dialog-dialog tersebut

perlu penguasaan kosakata yang baik agar percakapan yang dilakukan bisa

lebih natural. Sehingga penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

perlunya penguasaan kosakata yang baik dalam percakapan, dan percakapan

tersebut merupakan salah satu kemampuan berbicara.

Penelitian mengenai penguasaan kosakata yang relevan dengan penelitian

ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Phityan Dewi Yovita Agnes (2008)

yang berjudul Improving Students’ Vocabulary Mastery Through Experiential

Learning: an Action Research at the Sixth Year of SD Negeri Triyagan 2

Sukoharjo in 2007/2008 Academic Year. Phityan Dewi Yovita Agnes dalam

penelitian ini mengemukakan bahwa penguasaan kosakata merupakan

pengetahuan yang paling dasar untuk mempelajari bahasa Inggris, khususnya

bagi pemula.

Penelitian yang dilakukan oleh Sayekti Hidayah Rahayu dari Pascasarjana

UNS (2011) juga sangat memberikan sumbangan yang berarti dalam penulisan

ini. Penelitian tersebut berjudul Hubugan antara Penguasaan Kosakata dan

Konsep Diri dengan Kemampuan Berbicara Survai pada Siswa Kelas VIII

MTs N se-Kabupaten Sragen. Dari penelitian tersebut didapat sutu kesimpulan

bahwa terdapat hubungan positif antara penguasaan kosakata dan kemampuan

berbicara, ada hubungan positif antara konsep diri dengan kemampuan

berbicara, dan ada hubungan positif antara penguasaan kosakata, konsep iri

secara bersama-sama denga kemampuan berbicara.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

C. Kerangka Berpikir

Setelah teori-teori atau konsep-konsep yang berhubungan dengan variabel

penelitian yaitu penguasaan kosakata bahasa Jawa dan minat belajar bahasa

Jawa serta kemampuan berbicara bahasa Jawa, berikut dikemukakan

penyusunan kerangka berpikir.

1. Hubungan antara penguasaan kosakata dan kemampuan berbicara bahasa

Jawa

Berbicara bukan hanya cepat mengeluarkan kata-kata dari alat ucap,

tetapi utamanya adalah menyampaikan pokok-pokok pikiran secara

teratur, dalam berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi komunikasi.

Sehingga, untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik,

pembicara harus mengetahui lafal, struktur dan kosakata yang

bersangkutan. Sehubungan dengan hal di atas, maka ada hubungan yang

positif antara penguasaan kosakata, dalam penelitian ini kosakata bahasa

Jawa, dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa.

2. Hubungan antara minat belajar dan kemampuan berbicara bahasa Jawa

Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak

berperan dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar

siswa termasuk dalam kegiatan berbicara. Minat merupakan suatu

kegemaran yang sengaja dilakukan dengan senang hati tanpa adanya suatu

paksaan.

Jika minat belajar bahasa Jawa siswa sudah tumbuh, maka

kegemarannya menggunakan bahasa Jawa untuk berbicara juga tumbuh.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Dengan demikian, semakin tinggi minat belajar bahasa Jawa akan semakin

baik dalam berbicara bahasa Jawa.

3. Hubungan antara penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama-

sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa

Kemampuan berbicara bahasa Jawa dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya minat belajar dan penguasaan kosakata. Dengan menguasai

kosakata bahasa Jawa siswa akan lebih tepat dalam berbicara bahasa Jawa.

Sedangkan minat belajar adalah faktor non kebahasaan yang

mempengaruhi diri seseorang untuk mau, malas, atau senang terhadap

suatu kegiatan. Jadi, jika minat belajar siswa terhadap bahasa Jawa sudah

muncul maka siswa juga akan gemar berbicara dengan bahasa Jawa.

Dengan demikian, jika penguasaan kosakata bahasa Jawa baik dan

minat belajar bahasa Jawa tinggi, maka diharapkan siswa akan mampu

berbicara bahasa Jawa dengan tepat sesuai dengan ragamnya.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka ada hubungan positif

antara penguasaan kosakata bahasa Jawa dan minat belajar bahasa Jawa

secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa. Dari

uraian tersebut dapat digambarakan suatu model pemikiran sebagai

berikut.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3a

1a 2a

1b 3b 2b

Gambar 2. Model Alur Pemikiran

Keterangan:

1a = penguasaan kosakata semakin tinggi berkecenderungan

kemampuan berbicara bahasa Jawa juga semakin tinggi

1b = penguasaan kosakata semakin rendah berkecenderungan

kemampuan berbicara bahasa Jawa juga semakin rendah

2a = minat belajar semakin tinggi berkecenderungan

kemampuan berbicara bahasa Jawa juga semakin tinggi

2b = minat belajar semakin rendah berkecenderungan

kemampuan berbicara bahasa Jawa juga semakin rendah

Tinggi

Tinggi Tinggi

Kemampuan berbicara

bahasa Jawa (Y)

Minat belajar Penguasaan

kosakata

X2 X1 Rendah Rendah

Rendah

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3a = penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama-

sama semakin tinggi berkecenderungan kemampuan

berbicara bahasa Jawa juga semakin tinggi

3b = penguasaan kosakata dan minat belajar secara bersama-

sama semakin rendah kemampuan berbicara bahasa Jawa

juga semakin rendah

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dikemukakan hipotesis

penelitian sebagai berikut.

1. Ada hubungan positif antara penguasaan kosakata dan kemampuan

berbicara bahasa Jawa

2. Ada hubungan positif antara minat belajar dan kemampuan berbicara

bahasa Jawa

3. Ada hubungan positif antara penguasaan kosakata dan minat belajar

secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tempat dan waktu penelitian, populasi,

sampel, dan penarikan sampel, metode penelitian, variabel penelitian dan

definisi operasional, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas

insrumen, uji prasyarat analisis, teknik analisi data, dan hipotesis statistik.

Selengkapnya adalah sebagai berikut.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap, SMA Negeri 1

Cipari, SMA Negeri 1 Bantarsari, SMA Negeri 1 Sidareja dan SMA

Negeri 1 Kedungreja. Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan, dimulai

pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Penyusunan

proposal hingga seminar proposal dilakukan dari bulan Mei sampai

dengan bulan Juni. Kemudian penyusunan instrumen hingga uji validitas

dan reliabilitas instrumen dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober.

Jadwal penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 1. Jadwal Penelitian

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas

X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap. Jumlah SMA Negeri se-

Kabupaten Cilacap adalah 17 sekolah.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti

(Sudjana, 1996). Sampel dalam penelitian ini adalah untuk wilayah

bagian timur, kelas X.J SMA Negeri 1 Cilacap, wilayah bagian barat,

kelas X.4 SMA Negeri 1 Cipari, bagian selatan, kelas X.1 SMA Negeri

1 Kedungreja, bagian utara adalah kelas X. 7 SMA Negeri 1 Sidareja.

Bagian terakhir adalah wilayah tengah, yaitu kelas X. 2 SMA Negeri 1

Bantarsari.

No Kegiatan Tahun 2011/2012 Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan

1. Penyusunan proposal X 2. Revisi proposal X X 3. Seminar proposal X 4. Penyusunan instrumen

penelitian

X

X

X

5. Validitas & reliabilitas instrumen

X

X

X

6. Pengurusan surat ijin penelitian

X

6. Penelitian X X 7. Penyusunan laporan

penelitian

X

X

8. Ujian tesis X 9. Revisi X

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3. Teknik Penarikan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri

se-Kabupaten Cilacap. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah dengan multi-stage random sampling atau cluster random

sampling. Menurut Bhisma Murti (2010: 56), multi-stage sampling

merupakan skema pencuplikan di mana peneliti mencuplik sampel

melalui proses bertingkat. Tingkat pertama, dicuplik lima SMA Negeri

se-Kabupaten Cilacap yang mewakili wilayah bagian timur, barat,

selatan, utara dan tengah. Tingkat kedua dicuplik 1 kelas dari masing-

masing SMA yang telah dicuplik pada tingkat pertama.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian

yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud

mendapatkan fakta dan simpulan agara dapat memahami, menjelaskan,

meramalkan, dan mengendalikan keadaan (Syamsudin AR. dan Vismaia S.

Damaianti, 2006: 14). Metode juga merupakan cara kerja untuk

memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Melalui metode

yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai

kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan

yang dpat terjadi melalui fakta itu. Meskipun bekal pengetahuan bahasa

mencukupi, tetapi pemahaman metodologi penelitian bahasanya sempit,

seorang peneliti bahasa akan melakukan penelitian dengan persiapan yang

dangkal.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Lebih lanjut Syamsudin AR. dan Vismaia S. Damaianti (2006: 15)

menjelaskan metode penelitian dikendalikan oleh garis-garis yang

konseptual dan prosedural. Pemikiran konseptual yang berupa gagasan-

gagasan orisinal dan pemikiran prosedural dimulai dari observasi dan

percobaan, dan berakhir pada pernyataan-pernyataan umum. Dengan kata

lain, proses yang ditetapkan dalam metode penelitian sangat sistematis dan

penuh tujuan. Lebih luas lagi metodologi mengacu pada rancangan ketika

peneliti memilih prosedur tertentu untuk menyelidiki dan memecahkan

suatu masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei melalui studi korelasional. Metode survei merupakan

metode yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan status gejala pada waktu penelitian berlangsung dan dapat

mengumpulkan data dari subjek penelitian. Studi korelasional merupakan

studi yang digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih

(Tulus Winarsunu, 2002: 71).

Mc Millan dan Scumacher (dalam Syamsudin AR. dan Vismaia S.

Damaianti, 2006: 25) menjelaskan penelitian korelasional berhubungan

dengan penilaian hubungan antara dua atau lebih fenomena. Jenis

penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik tingkat / derajat

hubungan, disebut korelasi.

Ada dua jenis hubungan korelasi, yaitu korelasi positif dan korelasi

negatif menurut Syamsudin AR. dan Vismaia S. Damaianti (2006: 25).

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Korelasi positif artinya bahwa nilai tinggi variabel pada variabel pertama

berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel kedua. Korelasi

negatif artinya bahwa nilai tinggi variabel pertama berhubungan dengan

nilai rendah variabel kedua.

Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel, yaitu 2 variabel bebas (X1

dan X2) dan 1 variabel terikat(Y). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kemampuan berbicara bahasa Jawa sedangkan variabel bebasnya

adalah penguasaan kosakata dan minat belajar.

Secara skematis, model hubungan antara variabel terikat dan

variabel bebas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

1

3

2

Gambar 3. Model Hubungan Antarvariabel

Keterangan:

1. Hubungan penguasaan kosakata dan kemampuan berbicara

bahasa Jawa

2. Hubungan minat belajar dan kemampuan berbicara bahasa

Jawa

Penguasaan kosakata (X1)

Minat Belajar (X2)

Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa (Y)

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Hubungan penguasaan kosakata dan minat belajar secara

bersama-sama dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa

D. Variabel Penelitian & Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini

terdiri atas 2, yaitu: (1) penguasaan kosakata, dan (2) minat belajar.

Sementara itu, variabel terikat atau variabel dependen penelitian ini

adalah kemampuan berbicara Bahasa Jawa.

2. Definisi Operasional

a. Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

Kemampuan berbicara bahasa Jawa adalah skor yang diperoleh

siswa setelah merespon instrumen tes kemampuan berbicara. Skor

yang diperoleh siswa ini menunjukkan kecakapan mereka dalam

mengungkapkan apa yang menjadi maksudnya kepada orang lain

dengan bahasa lisan sesuai dengan tingkat tutur bahasa Jawa. Tes

kemampuan berbicara ini berbentuk tes unjuk kerja. Adapun aspek

yang dinilai dalam tes kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa adalah

(1) ekspresi; (2) kelancaran penyampaian maksud; (3) ketepatan

penggunaan tingkat tutur; (4) kejelasan ucapan/pelafalan; (5)

keruntutan cerita; (6) kesesuaian isi cerita.

b. Penguasaan Kosakata

Penguasaan Kosakata adalah skor yang diperoleh siswa setelah

merespon tes penguasaan kosakata. Skor ini menunjukkan penguasaan

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kosakata siswa dalam berbicara dalam bahasa Jawa sesuai dengan

tingkat tuturnya.

c. Minat belajar

Minat adalah suatu perasaan pernyataan psikis yang menunjukkan

adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek, karena objek

tersebut menarik dirinya. Indikator untuk mengukur minat adalah: (1)

penyediaan waktu; (2) keuletan; (3) pengorbanan; (4) tingkat

kesenangan; (5) kesadaran kemanfaatan; (6) tingkat perhatian; (7)

target capaian dan rasa bangga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang

dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Setiap informasi

diharapkan dapat memberikan gambaran, keterangan, dan fakta yang

akurat mengenai suatu kejadian / kondisi tertentu. Oleh karena itu perlu

dipilih suatu tehnik pengumpulan data yang tepat, yang sesuai dengan

karakteristik dari satuan pengamatan yang akan diungkap / diketahui

(Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 19).

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan teknik pengumpulan data berbentuk tes dan angket. Tes

merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk

mengukur suatu sampel tingkah laku yang jawabnya berupa angka

(Gronlund dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 105). Pengumpulan

informasi lewat teknik tes lazimnya dilakukan lewat pemberian

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

seperangkat tugas, latihan, atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh

peserta didik (testi, tercoba) yang sedang dites. Untuk melakukan kegiatan

tes diperlukan suatu perangkat tugas, pertanyaan, atau latihan. Perangkat

tugas inilah yang kemudian dikenal sebagai alat tes atau instrumen tes.

Jawaban yang diberikan peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan

tersebut dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan

kompetensi, pengetahuan, atau keterampilan yang sedang diukur

capaiannya. Informasi tersebut kemudian dinyatakan sebagai salah satu

masukan penting untuk mempertimbangkan posisi peserta didik dalam

capaian prestasi belajar (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 105).

Burhan Nurgiyantoro lebih lanjut mengemukakan bahwa tes dapat

dibedakan menjadi berbagai macam tergantung dari segi membedakannya.

Berdasarkan jumlah individu yang dites, tes dapat dibedakan menjadi tes

individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi jika sewaktu

melaksanakan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik.

Misalnya, jika guru menghendaki tes satu per satu seperti dalam ujian

lisan, praktik berbicara, wawancara, dan lain-lain. Sebaliknya, dalam tes

kelompok yang dihadapi guru adalah sejumlah peserta didik.

Berdasarkan jawaban yang dikehendaki yang diberikan peserta

didik, tes dapat dibedakan ke dalam tes perbuatan dan tes verbal. Tes

perbuatan adalah tes yang menuntut respon peserta didik berupa tingkah

laku yang melibatkan gerakan otot, tes kinerja, unjuk kerja performansi.

Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dengan aspek psikomotorik. Tes verbal di pihak lain menghendaki

jawaban peserta didik yangberupa tingkah laku verbal, yaitu jawaban yang

berbentuk bahasa yang berisi kata-kata dan kalimat. Dilihat dari segi cara

menjawabnya, tes verbal dibedakan menjadi tes lisan dan tes tertulis. Tes

lisan menhendaki jawaban peserta didik diberikan secara lisan, sedang tes

tertulis menuntut jawaban peserta didik diberikan secara tertulis.

Tes lisan adalah tes yang perintah, pertanyaan, dan jawabannya

dilakukan secara lisan. Baik guru yang memberi perintah atau pertanyaan

maupun peserta didik yang menjawabnya dilakukan secara lisan (Burhan

Nurgiyantoro, 2010: 140). Ujian lisan dapat berupa tes formtif, ulangan

harian, atau bahkan mungkin tes sumatif. Ujian ini biasanya dilakukan

secara individual, seorang demi seorang per peserta didik hingga seluruh

peserta didik mendapat bagian. Ujian lisan yang demikian akan

membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang lebih banyak, maka

penyelenggaraannya harus juga mempertimbangkan hal-hal tersebut.

Bentuk nontes yang berupa wawancara dalam kondisi tertentu juga dapat

dipandang sebagai tes lisan. Hal itu jika wawancara dimaksudkan untuk

mengukur kompetensi berbahasa lisan pembelajar yang diwawancarai.

Burhan Nurgiyantoro (2010: 142) menjelaskan tes kinerja, unjuk

kerja, perbuatan atau performansi tidak berbeda pengertiannya dengan tes

psikomotorik. Pada intinya tes kinerja adalah tes atau tugas yang menuntut

pelibatan aktivitas motorik dalam meresponnya. Dalam pembelajaran

bahasa tes kinerja dikaitkan dengan kompetensi berbahasa yang mencakup

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

keempat kompetensi berbahasa, yaitu menyimak dan membaca (aktif

reseptif) serta berbicara dan menulis (aktif produktif).

Tes kinerja dan tes lisan sebagai salah satu cara mengukur hasil

belajar berbahasa bisa tumpang tindih. Sebuah tes kompetensi berbahasa

dan bersastra yang diklaim sebagai tes lisan sebenarnya juga berupa tes

kinerja. Tes kinerja atau tugas-tugas berunjuk kerja bahasa yang memakai

saluran lisan misalnya wawancara, menceritakan kembali wacana yang

didengar atau dibaca, berbagai jenis membaca bersuara seperti membaca

nyaring, membaca indah, membaca puisi, cerpen, drama, berdeklamasi,

dan lain-lain (Burhan Nurgiyantoro, 2007: 142-143).

Secara garis besar, Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bentuk

tes dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tes uraian, tes objektif, dan

tes uraian objektif. Bentuk tes uraian atau esai adalah suatu bentuk

pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian

dengan memergunakan bahasa sendiri. Dalam bentuk tes uraian itu peserta

didik dituntut berpikir tentang dan memergunakan apa yang diketahui

yang berkenaan dengan petanyaan yang harus dijawab. Bentuk tes uraian

memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan

mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang secara relative

dibatasi (Tuckman dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 117).

Bentuk tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short

answer test). Sesuai dengan namanya, tes jawab singkat menuntut peserta

didik hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternative jawaban yang telah

disediakan, misalnya dengan memberikan tanda silang, melingkari atau

menghitamkan opsi jawaban yang dipilih. Jawaban terhadap tes objektif

bersifat pasti dan dikhotomis, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang

benar. Jika peserta didik tidak menjawab “seperti itu” (opsi atau jawaban

yang dinyatakan benar) dinyatakan salah, dan tidak ada bobot atau skala

terhadap jawaban suatu butir soal seperti halnya pada tes uraian. Oleh

karena jawabannya bersifat pasti, jawaban peserta didik yang benar

terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor, entah

siapapun korektornya. Dengan demikian, dengan mudah dan pasti terjadi

kesepakatan di antara para korektor tentang jawaban yang benar. Hasil

pekerjaan peserta didik diperiksa oleh siapapun dan kapanpun akan

menghasilkan skor yang kurang lebih sama. Oleh karena itu tes ini disebut

sebagai tes objektif (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 122).

Sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, Burhan

Nurgiyantoro (2007: 122-123) mengemukakan bahwa tes objektif

memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah:

a. Indikator dan bahan yang akan diteskan dimungkinkan lebih

menyeluruh daripada tes uraian. Pembuatan tes objektif bisa

relative banyak karena dapat dikerjakan secara cepat, dan itu berarti

dapat mencakup bahan yang lebih banyak pula. Hal itu akan

meningkatkan validitas isi alat tes yang bersangkutan.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

b. Bentuk tes objektif hanya memungkinkan adanya satu jawaban

yang benar. Hal itu akan menimbulkan adanya sifat objektivitas

bagi peserta didik yang menjawab pertanyaan dan guru atau

korektor yang memeriksa pekerjaan pserta didik. Keadaan ini

memungkinkan terjadinya sifat reliabilitas penilaian yang tinggi.

c. Bentuk tes objektif sangat mudah dikoreksi karena hanya

mencocokkan jawaban peserta didik dengan kinci jawaban yang

telah disediakan.

d. Hasil pekerjaan bentuk tes objektif dapat dikoreksi secara cepat

dengan hasil yang dapat dipercaya.

Kelemahan yang dimiliki tes objektif menurut Nurgiyantoro (2007:

123-124) adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan bentuk tes objektif membutuhkan waktu yang relative

lebih lama, di samping membutuhan ketelitian, kecermatan, dan

kemampuan khusus dari pihak guru.

b. Ada kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya

pada indikator-indikator dan atau bahan ajar tertentu saja sehingga

tes tidak bersifat komprehensif. Di samping itu, jika dilihat dari sisi

jenjang kompetensi berpikir, yang dibuat pada umumnya hanya

berupa jenjang-jenjang dasar: ingatan dan pemahaman, atau sedikit

penerapan.

c. Pihak peserta didik yang mengerjakan tes mungkin sekali

melakukan hal-hal yang bersifat untung-untungan. Seorang peserta

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

didik mungkin tidak mengerti sama sekali jawaban yang benar

terhadap suatu butir soal. Walau hanya asal menjawab pertanyaan,

jawabannya mungkin betul. Di samping itu, kerjasama antarpeserta

didik sangat mudah terjadi. Jika hal ini terjadi, skor yang doicapai

peserta didik belum tentu mencerminkan kompetensi atau capaian

belajar yang sebenarnya.

d. Bentuk tes objektif biasanya panjang sehingga membutuhkan biaya

yang besar untuk pengadaannya. Pengadaan tes objektif juga

memerlukan waktu yang lama, misalnya dalam penyusunan,

perbanyakan, dan pengurutan nomor.

Burhan Nurgiyantoro di samping mengemukakan kelemahan dan

kelebihannya, juga memberikan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kelemahan bentuk tes objektif, yaitu sebagai berikut:

a. Penyusunan butir-butir soal bentuk tes objektif hendaknya

mendasarkan diri pada kisi-kisi yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Dengan cara itu akan dapat diatasi kecenderungan

guru yang terpusat pada kompetensi dasar, indikator, atau bahan

ajar tertentu dan kurang memperhatikan kompetensi dasar,

indikator, atau bahan ajar yang lain.

b. Kesulitan penyusunan tes objektif antara lain dapat diatasi dengan

berlatih secara berkesinambungan, mempelajari bentuk tes objektif

sususnan orang lain yang baik, dan lain-lain bahkan harus

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

memahami kompetensi dasar dan indikator, serta bahan ajar terkait

yang akan disusun alat tesnya.

c. Kemungkinan adanya peseta didik yang untung-untungan atau

bekerjasama dapat diatasi dengan mengenakan rumus tebakan

dalam penyekoran hasil pekerjaan peserta didik, pengawasan yang

ketat ketika pelaksanaan ujian.

d. Besarnya dana yang dibutuhkan dalam pengadaan tes objektif

kiranya antara lain dapat diatasi dengan mempergunakan alat tes itu

lebih dari hanya satu kali. Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan

jika alat tes itu dapat dipertanggungjawabkan dari segi validitas,

reliabilitas, dan efektivitas butir-butir soalnya. Dengan kata lain,

ujian yang terdahulu harus dianalisis untuk memastikan hal-hal

tersebut.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, untuk memperoleh data

yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data

berbentuk tes dan angket. Tes yang digunakan adalah tes kinerja dan tes

objektif pilihan ganda. Tes kinerja digunakan untuk mengukur

kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-

Kabupaten Cilacap. Tes ini meliputi: (1) ekspresi; (2) kelancaran

penyampaian maksud cerita; (3) ketepatan penggunaan tingkat tutur; (4)

kejelasan ucapan / pelafalan; (5) keruntutan cerita; (6) kesesuaian isi

cerita. Tes objektif pilihan ganda digunakan untuk mengukur penguasaan

kosakata bahasa Jawa siswa.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Kuesioner atau yang juga dikenal sebagai angket merupakan satu

teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis

melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya,

dan harus diisi oleh responden (Sambas Ali dan Maman Abdurrahman,

2007: 25).

Muhammad Ali (dalam Sambas Ali dan Maman Abdurrahman,

2007: 25) menyatakan bahwa kuesioner mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah: (1)

angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar

responden yang menjadi sampel, (b) dalam menjawab pertanyaan melalui

angket responden dapat lebih leluasa, karena tidak dipengaruhi oleh sikap

mental hubungan antara peneliti dengan responden, (c) setiap jawaban

dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh

cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab

pertanyaan sebagaimana wawancara, (d) data yang terkumpul lebih mudah

dianalisa, karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden

adalah sama.

Sementara kekurangan kuesioner sebagai alat pengumpul data

yaitu (a) pemakaian angket terbatas pada pengumpulan pendapat atau fakta

yang diketahui responden, dan tidak dapat diperoleh dengan jalan lain, (b)

sering terjadi angket diisi oleh orang lain (bukan responden yang

sebenarnya), karena tidak dilakukan secara langsung berhadapn muka

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

antara peneliti dengan responden, (c) angket diberikan terbatas kepada

orang yang melek huruf.

Bentuk kuesioner secara garis besar terdiri dari dua macam, yaitu

kuesioner berstruktur dan kuesioner tidak berstruktur. Kuesioner

berstruktur adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan

jawaban, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban

yang dipilih. Bentuk jawaban kuesioner berstruktur adalah tertutup, artinya

pada setiap item sudah tersedia berbagai alternatif jawaban. Kuesioner

tidak berstruktur adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga

responden bebas mengemukakan pendapatnya. Bentuk jawaban kuesioner

tak berstruktur adalah terbuka, artinya setiap item belum terperinci dengan

jelas jawabannya. Kondisi ini memungkinkan jawaban responden sangat

beraneka ragam.

Angket yang digunakan untuk mendapatkan data tentang minat

belajar siswa dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner

berstruktur. Angket ini berupa pertanyaan yang diikuti oleh respons atau

jawaban yang telah tersedia yang menunjukkan tingkatan. Adapun empat

respon atau tingkatan itu adalah SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak

setuju, STS = sangat tidak setuju. Pada item atau pertanyaan yang bersifat

positif, respon atau jawaban SS bernilai 4, S bernilai 3, TS bernilai 2, dan

STS bernilai 1. Sedangkan pada item yang bersifat negatif, SS bernilai 1, S

bernilai 2, TS bernilai 3, dan STS bernilai 4. Indikator untuk mengukur

minat adalah: (1) penyediaan waktu; (2) keuletan; (3) pengorbanan; (4)

Page 82: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tingkat kesenangan; (5) kesadaran kemanfaatan; (6) tingkat perhatian; (7)

target capaian dan rasa bangga.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Langkah yang tak kalah penting dalam rangka kegiatan

pengumpulan data adalah melakukan pengujian terhadap instrumen (alat

ukur) yang akan digunakan. Kegiatan pengujian instrumen penelitian

meliputi dua hal, yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Pentingnya

pengujian validitas dan reliabilitas berkaitan dengan proses pengukuran

yang cenderung keliru. Uji validitas dan reliabilitas diperlukan sebagai

upaya memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kecenderungan keliru dapat

diminimalkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa validitas dan

reliabilitas adalah tempat kedudukan untuk menilai kualitas semua alat dan

prosedur pengukuran (Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 30).

1. Validitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat

mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis

validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis (logical validity)

dan validitas empiric (empirical validity) (Suharsimi Arikunto dalam

Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 30).

Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil

penalaran. Instrumen dinyatakan memiliki validitas apabila instrumen

tersebut telah dirancang dengan baik dan mengikuti teori dan ketentuan

yang ada. Artinya, apabila instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori

Page 83: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

penyusunan instrumen, maka secara logis instrumen tersebut sudah valid

(Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 30).

Validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil

pengalaman. Sebuah instrumen penelitian dikatakan memiliki validitas

apabila sudah teruji dari pengalaman. Dengan demikian, syarat instrumen

memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu

melalui sebuah uji coba (Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 30-

31).

Untuk validasi instrumen kemampuan berbicara bahasa Jawa tidak

dilakukan secara empirik atau melalui penghitungan statistik, tetapi hanya

digunakan validitas logis yang mendasarkan pada teori-teori/konsep yang

digunakan (dalam hal ini tercermin pada indikator-indikator kemampuan

berbicara itu sendiri).

Langkah kerja yang dilakukan dalam rangka mengukur validitas

instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya kepada

responden yang bukan merupakan responden sesungguhnya.

Responden dalam uji validitas instrumen penguasaan kosakata

sejumlah 30, sedangkan responden dalam uji validitas instrumen

minat belajar sejumlah 40.

b. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

c. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya

lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa

kelengkapan pengisian item angket.

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item

yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan

atau pengolahan data selanjutnya.

e. Memberikan / menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang

sudah diisi pada tabel pembantu.

f. Menghitung koefisien korelasi produk momen untuk setiap butir /

angket dari skor-skor yang diperoleh.

g. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada df (degree of freedom)

= n – 2; uji validitas instrumen penguasaan kosakata memiliki N = 30

sehingga df = 30 – 2 = 28 dan uji validitas instrumen minat belajar

memiliki N = 40 sehingga df = 40 – 2 = 38, dengan α = 5%

h. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r

dengan nilai tabel r. criteria yang diberlakukan adalah jika nilai r

hitung lebih besar (>) dari nilai r tabel, maka item dinyatankan valid.

(Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 31-36).

Untuk mempermudah pengujian validitas instrumen tes penguasaan

kosakata dan minat belajar bahasa Jawa siswa, digunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15.0.

Berdasarkan langkah kerja di atas, suatu tes atau item penelitian

dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel, taraf

Page 85: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

signifikan ditentukan 5%, jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar

dari r tabel pada taraf signifikan 0.05 berarti pertanyaan tersebut valid.

Berdasarkan uji coba instrumen penguasaan kosakata dengan

menggunakan responden 30 orang dan uji coba instrumen minat belajar

dengan responden 40 orang, maka dengan nilai kritik pada taraf

signifikansi 5%, hasil uji validitas butir instrumen (rhitung) selanjutnya

dikonsultasikan dengan rtabel harga kritik dari rtabel product moment df = 28

adalah r = 0,374 dan harga rtabel product moment pada df = 38 adalah r =

0,320. Bila rhitung lebih besar dari rtabel maka butir instrumen valid atau

sebaliknya tidak valid.

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan, dapat diketahui

sebagai berikut:

1) Instrumen Penguasaan Kosakata

Jumlah item pertanyaan = 30 item. Dari 30 butir item pertanyaan

25 item dinyatakan valid dengan range skor validitas = 0,403 - 0,726 >

0,374 dalam penelitian selanjutnya semua item yang valid diikutkan

dalam instrumen penelitian. Sedangkan 5 item yang tidak valid didrop

atau tidak digunakan dalam penelitian.

2) Instrumen Minat Belajar

Jumlah item pernyataan = 40 item. Dari 40 butir item pernyataan

32 item dinyatakan valid dengan range skor validitas = 0,345 – 0,679 >

0,320. Dalam penelitian selanjutnya 30 item yang valid digunakan

Page 86: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

sebagai instrumen penelitian dan 8 item yang tidak valid didrop dan 2

item tidak digunakan dalam penelitian.

2. Reliabilitas Instrumen

Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian

reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel

jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas

instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari

instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 37).

Tuckman (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 165)

mengungkapkan istilah reliabilitas tes menunjuk pada pengertian

apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan

diukur dari waktu ke waktu. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien

reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan

1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00

berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien reliabilitas

yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah nilai

reliabilitasnya.

Langkah kerja yang dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas

instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya kepada

responden yang bukan merupakan responden sesungguhnya.

Responden dalam uji reliabilitas instrumen penguasaan kosakata

Page 87: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

sejumlah 30, sedangkan responden dalam uji reliabilitas instrumen

minat belajar sejumlah 40.

b. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

c. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya

lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa

kelengkapan pengisian item angket.

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item

yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

e. Memberikan / menempatkan skor (scoring) terhadap item-item

yang sudah diisi pada tabel pembantu.

f. Menghitung koefisien korelasi produk momen untuk setiap butir /

angket dari skor-skor yang diperoleh.

g. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada df (degree of

freedom) = n – 2; uji reliabilitas instrumen penguasaan kosakata

memiliki N = 30 sehingga df = 30 – 2 = 28 dan uji reliabilitas

instrumen minat belajar memiliki N = 40 sehingga df = 40 – 2 =

38. Untuk uji reliabilitas kemampuan berbicara df = (rater)(aspek)

- 1. Sehingga diperoleh df untuk kemampuan berbicara = 17,

dengan α = 5%

h. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r

dengan nilai tabel r. Kriteria yang diberlakukan adalah jika nilai r

Page 88: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

hitung lebih besar (>) dari nilai r tabel, maka item dinyatankan

reliabel.

(Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, 2007: 38-41).

Berdasarkan langkah kerja di atas, suatu tes atau item penelitian

dikatakan reliabel jika nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel,

taraf signifikan ditentukan 5%.

Berdasarkan uji coba instrumen penguasaan kosakata dengan

menggunakan responden 30 orang dan uji coba instrumen minat

belajar dengan responden 40 orang, maka dengan nilai kritik pada taraf

signifikansi 5%, hasil uji reliabilitas butir instrumen (rhitung) selanjutnya

dikonsultasikan dengan rtabel harga kritik dari rtabel product moment df =

28 adalah r = 0,361 dan harga rtabel product moment pada df = 38

adalah r = 0,312 sedangkan rtabel product moment df = 17 adalah r =

0,456. Bila rhitung lebih besar dari rtabel maka butir instrumen reliabel

atau sebaliknya tidak reliabel.

Untuk mempermudah penghitungan reliabilitas instrumen tes

penguasaan kosakata dan angket minat belajar bahasa Jawa siswa

dalam penelitian ini digunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 15.0. Sedangkan untuk menghitung

reliabilitas kemampuan berbicara digunakan rumus reliabilitas rating

sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah kuadrat total (JKT)

JKT = Σt2 -

∑(푟푎푡푒푟푠)(푎푠푝푒푘)

Page 89: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Kemudian dicari derajat bebas total (dbt) dengan rumus:

dbt = (aspek)(raters) – 1

2. Menghitung jumlah kuadrat antar-raters (Jkt) dengan rumus:

Jkt = (∑푋푡1)2+(∑푋푡2)2+ ……….(∑푋푡푛)2

푎푠푝푒푘− (∑푋푠)2

(푟푎푡푒푟푠) 푎푠 慡푒푘

Kemudian dicari derajat bebas total (dbt) dengan rumus:

dbt = raters – 1

3. Menghitung jumlah nilai antaraspek (Jks)

Jks = (∑푋푠1)2+(∑푋푠2)2+ ……….(∑푋푠푛)2

푎푠푝푒푘− (∑푋푠)2

(푟푎푡푒푟푠)( 푎푠푝푒푘)

Selanjutnya dicari derajat bebas aspek (dbs) dengan rumus:

dbs = aspek – 1

4. Menghitung jumlah kuadrat total residu (JKTs) dengan rumus:

JKTs = JKT - Jkt – Jks

Selanjutnya dicari derajat total dengan rumus:

dbts = (aspek-1)(raters-1)

Uji coba reliabilitas instrumen mendapatkan hasil sebagai berikut:

1. Instrumen Kemampuan Berbicara

Hasil uji reliabilitas tes kemampuan berbicara diperoleh r = 0,868

berarti instrumen kemampuan berbicara reliabel karena r hitung lebih

besar dari r tabel yaitu 0,868 > 0,456. Perhitungan reliabilitas rating

selengkapnya terdapat pada lampiran.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2. Instrumen Penguasaan Kosakata

Hasil uji reliabilitas tes penguasaan kosakata diperoleh r = 0,895

berarti instrumen penguasaan kosakata reliabel karena hasil r hitung

lebih besar dari r tabel yaitu 0,895 > 0,361. Reliabilitas tes penguasaan

kosakata terlihat dalam keluaran spss berikut.

Tabel 2. Reliabilitas Instrumen Penguasaan Kosakata

3. Instrumen Minat Belajar

Hasil uji reliabilitas angket minat belajar diperoleh r = 0,928 berarti

instrumen minat belajar reliabel karena hasil r hitung lebih besar dari r

tabel yaitu 0,928 > 0,312. Hal ini terlihat dalam keluaran spss di bawah

ini.

Tabel 3. Reliabilitas Instrumen Minat Belajar

G. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum data penelitian dianalisis, data tersebut perlu diuji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas. Uji normalitas data dimaksudkan

untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal berarti memiliki sebaran

yang normal pula. Dengan profil data yang memiliki sebaran yang normal

Cronbach's Alpha N of Items

.895 30

Cronbach's Alpha N of Items

.928 40

Page 91: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Ada beberapa teknik

yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain uji chi-

kuadrat, uji lilliefors, dan uji kolmogorov-smirnov. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15.0.

Linieritas adalah keadaan di mana hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam

range variabel independen tertentu. Uji linieritas dilakukan untuk

mengetahui persamaan garis regresi variabel bebas X terhadap variabel

terikat Y bersifat linier (garis lurus) atau tidak. Berdasarkan garis regresi

yang telah dibuat, selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta

linieritasnya. Uji linieritas antara variabel bebas X dengan variabel terikat

Y menggunakan Test of Linierity dengan bantuan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 15.0.

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data dengan tes Kolmogorov-Smirnov dengan

bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi

15.0 dapat dilihat dalam tabel rangkuman pengujian sebagai berikut.

Tabel 4. Rekap Hasil Uji Normalitas

Variabel Koefisien p α Status

Kemampuan berbicara 0,115 0,05 Normal

Penguasaan Kosakata 0,133 0,05 Normal

Minat Belajar 0,416 0,05 normal

Page 92: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

H0 = sampel ditarik dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel ditarik dari populasi berdistribusi tidak normal

α = 0,05

- sig > 0,05 maka H0 diterima (normal)

- sig < 0,05 maka H0 ditolak (tidak normal)

Dari tabel rangkuman hasil pengujian di atas, kemampuan

berbicara memiliki nilai sig. (signifikansi) sebesar 0,115 > 0,05, kemudian

penguasaan kosakata memiliki nilai sig. 0,133 > 0,05, dan nilai sig. minat

sebesar 0,416 > 0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data-data

tersebut, yaitu kemampuan berbicara, penguasaan kosakata, dan minat

belajar ditarik dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan kata lain,

H0 diterima.

2. Uji Linieritas

Perhitungan linieritas dengan Anava berdasarkan sumber variasi

deviation from linearity dilakukan dengan menggunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15.0. rangkuman

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Rekap Hasil Uji Linieritas

Variabel Koefisien p α Status Kemampuan berbicara - Penguasaan Kosakata 0,480 0,05 Linier Kemampuan berbicara - Minat Belajar 0,087 0,05 Linier

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa uji linieritas hubungan

antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen

menghasilkam nilai p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Page 93: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen berbentuk

linier.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif korelasi sehingga uji

hipotesis yang digunakan ialah teknik analisis korelasi (sederhana dan

ganda). Dalam program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

tidak terdapat menu korelasi ganda secara khusus, sehingga digunakan

menu regression. Adapun bentuk persamaan regresi linier yang akan dicari

adalah regresi Y atas X1 dan X2 dengan model:

Ŷ = bo + b1 X1 + b2 X2

I. Hipotesis Statistik

1. Ho = ry1≤ 0 (tidak terdapat hubungan antara penguasaan kosakata dan

kemampuan berbicara bahasa Jawa)

Ho = ry1> 0 (terdapat hubungan antara penguasaan kosakata dan

kemampuan berbicara bahasa Jawa)

2. Ho = ry2≤ 0 (tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan

kemampuan berbicara bahasa Jawa)

Ho = ry2>0 (terdapat hubungan antara minat belajar dan kemampuan

berbicara bahasa Jawa)

3. Ho = Ry12≤ 0 (tidak terdapat hubungan antara penguasaan kosakata

dan minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara

bahasa Jawa)

Page 94: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Ho = Ry12>0 (terdapat hubungan antara penguasaan kosakata dan

minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara

bahasa Jawa

Page 95: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hasil penelitian dibicarakan tiga pokok bahasan, yaitu deskripsi

data masing-masing variabel, pengujian prasyarat analisis, pengujian hipotesis

serta pembahasan dan analisis data.

A. Deskripsi Data

Dalam deskripsi data akan dikemukakan mengenai data kemampuan

berbicara bahasa Jawa, penguasaaan kosakata, dan data minat belajar siswa kelas

X SMA Negeri se- Kabupaten Cilacap.

1. Data Kemampuan Berbicara

Data kemampuan berbicara merupakan skor yang diperoleh

melalui tes kinerja. Data ini memiliki nilai tertinggi sebesar 25, nilai

terendah sebesar 11, rata-rata sebesar 18,196, median sebesar 18, modus

sebesar 18, dan standar deviasi sebesar 3,17. Adapun sebaran frekuensinya

disajikan dalam diagram 1 berikut:

Tabel 6. Deskriptif Data Kemampuan Berbicara

Variabel Max Min Mean Median Modus SD

Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

25 11 18,196 18 18 3,17

Page 96: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Adapun distribusi frekuensi data kemampuan berbicara bahasa

Jawa dapat disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

Skor f absolut f relatif (%)

10,5 – 12,5 7 4,1

12,5 – 14,5 12 7,1

14,5 – 16,5 31 18,3

16,5 – 18,5 45 26,6

18,5 – 20,5 37 21,8

20,5 – 22,5 19 11,2

22,5 – 24,5 14 8,2

24,5 – 26,5 4 2,3

Jumlah 169 100

Gambar 4. Histogram Data Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

712

31

45

37

1914

4

0

10

20

30

40

50

10,5 12,5 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5

Frek

uens

i

Nilai

Frekuensi Absolut Data Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa

Page 97: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Data Penguasaan Kosakata

Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran.

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai

berikut: mean diperoleh angka sebesar 13,77; median diperolah angka

sebesar 14; modus diperoleh angka sebesar 14; standar deviasi diperoleh

angka sebesar 3,14; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 24 dan nilai

terendah diperoleh angka sebesar 3.

Tabel 8. Deskripsi Data Penguasaan Kosakata

Adapun distribusi frekuensi data penguasaan kosakata dapat

disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Kosakata

Skor f absolut f (%)

2,5 – 5,5 1 0,6

5,5 – 8,5 8 4,7

8,5 – 11,5 26 15,4

11,5 – 14,5 65 38,5

14,5 – 17,5 54 32

17,5 – 20,5 11 6,5

20,5 – 23,5 3 1,8

23,5 – 26,5 1 0,6

Jumlah 169 100

Variabel Max Min Mean Median Modus SD

Penguasaan Kosakata 24 3 13,77 14 14 3,14

Page 98: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Gambar 5. Histogram Data Penguasaan Kosakata

3. Data Minat Belajar

Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran.

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai

berikut: mean diperoleh angka sebesar 92,72; median diperolah angka

sebesar 92; modus diperoleh angka sebesar 89; standar deviasi diperoleh

angka sebesar 8,08; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 111 dan nilai

terendah diperoleh angka sebesar 72.

Tabel 10. Deskriptif Data Minat Belajar

Variabel Max Min Mean Median Modus SD

Penguasaan Minat Belajar

111 72 92,72 92 89 8,08

18

26

6554

113 1

010203040506070

2,5 5,5 8,5 11,5 14,5 17,5 20,5 23,5

Frek

uens

i

Nilai

Frekuensi Absolut Data Penguasaan Kosakata

Page 99: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Adapun distribusi frekuensi data penguasaan kosakata dapat

disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar

Skor f absolut f relatif (%)

71,5 – 76,5 4 2,4

76,5 – 81,5 7 4,1

81,5 – 86,5 25 14,8

86,5 – 91,5 43 25,4

91,5 – 96,5 33 19,5

96,5 – 101,5 33 19,5

101,5 – 106,5 17 10,1

106,5 – 111,5 7 4,1

Jumlah 169 100

Gambar 6. Histogram Data Minat Belajar

47

25

43

33 33

17

7

0

10

20

30

40

50

71,5 76,5 81,5 86,5 91,5 96,5 101,5 106,5

Frek

uens

i

Nilai

Frekuensi Absolut Data Minat Belajar

Page 100: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

Data yang telah tersusun secara sistematis, selanjutnya dianalisis untuk

membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan

analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal

dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel terikat.

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil uji normalitas dan hasil

uji linieritas. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat

dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas digunakan untuk menunjukkan apakah data yang

dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Untuk

menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria

sebagai berikut:

Jika p > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal

Jika p < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal

Perhitungan normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov Test with

Lilliefors Significance Correction dilakukan dengan menggunakan

program SPSS for Windows 15.0. Hasil perhitungan dapat dilihat pada

output atau keluaran spss dan dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas

Page 101: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Normalitas

Variabel Koefisien p α Status

Kemampuan berbicara 0,115 0,05 Normal

Penguasaan kosakata 0,133 0,05 Normal

Minat belajar 0,416 0,05 Normal

Berdasarkan output atau keluaran dan tabel di atas, kemampuan

berbicara memiliki nilai sig. (signifikansi) sebesar 0,115 > 0,05, kemudian

penguasaan kosakata memiliki nilai sig. 0,133 > 0,05, dan nilai sig. minat

sebesar 0,416 > 0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data-data

tersebut, yaitu kemampuan berbicara, penguasaan kosakata, dan minat

belajar ditarik dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan kata lain,

H0 diterima.

2. Uji Linieritas

Dengan adanya hasil uji linieritas maka diketahui apakah hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk linier. Untuk

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

169 169 169

13,77 92,72 18,20

3,138 8,083 3,165

,090 ,068 ,092

,073 ,068 ,092

-,090 -,054 -,079

1,164 ,883 1,195

,133 ,416 ,115

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

PenguasaanKosa Kata Minat Belajar

Kemamp.Bicara B Jawa

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 102: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

menetapkan linier atau tidaknya bentuk hubungan antar variabel digunakan

kriteria sebagai berikut:

Jika p > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier

Jika p < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier

Perhitungan linieritas dengan Anova berdasarkan sumber variasi

deviation from linearity dilakukan dengan menggunakan program SPSS for

Windows 15.0. Hasil perhitungan dapat dilihat pada output atau keluaran

spss dan dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 14. Hasil Uji Linieritas X1 dan Y

Tabel 15. Hasil Uji Linieritas X2 dan Y

ANOVA Table

330,644 18 18,369 2,038 ,011

179,986 1 179,986 19,970 ,000

150,659 17 8,862 ,983 ,480

1351,912 150 9,013

1682,556 168

(Combined)

Linearity

Deviation fromLinearity

BetweenGroups

Within Groups

Total

Kemamp.Bicara B Jawa *PenguasaanKosa Kata

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

550,350 34 16,187 1,916 ,005

155,678 1 155,678 18,425 ,000

394,672 33 11,960 1,415 ,087

1132,206 134 8,449

1682,556 168

(Combined)

Linearity

Deviation fromLinearity

BetweenGroups

Within Groups

Total

Kemamp.Bicara BJawa * MinatBelajar

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Linieritas

Variabel independen Koefisien p α Status

Kemampuan berbicara - Penguasaan kosakata 0,480 0,05 Linier

Kemampuan berbicara - Minat belajar 0,087 0,05 Linier

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa uji linieritas hubungan

antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen

menghasilkan nilai p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen berbentuk

linier.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan

analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis korelasi sederhana dan regresi

ganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 15.0.

1. Mencari Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor

a. Menghitung Koefisien Korelasi sederhana dengan Product Moment

antara X1 dan Y; X2 dan Y

1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y (Penguasaan kosakata

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa)

Ha: Ada hubungan positif yang signifikan antara Penguasaan kosakata

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa

Page 104: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

H0: Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Penguasaan

kosakata dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa

Perhitungan korelasi menghasilkan angka koefisien korelasi

sebesar r = 0,327 dengan signifikansi p = 0,000 tingkat signifikannya

1%. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa korelasi signifikan atau

diputuskan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil perhitungan

dapat dilihat pada output spss berikut ini.

Tabel 17. Hasil Uji Korelasi antara X1 dan Y

Correlations

pengkosa bicara pengkosa Pearson Correlation 1 .327(**)

Sig. (2-tailed) .000 N 169 169

bicara Pearson Correlation .327(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 N 169 169

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dengan demikian pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini

yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara

penguasaan kosakata dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa

kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap” dinyatakan diterima.

2) Koefisien korelasi sederhana dengan Product Moment antara X2 dan

Y (Minat Belajar dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa)

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Belajar

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa

H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Belajar

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa

Page 105: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Perhitungan korelasi menghasilkan angka koefisien korelasi

sebesar r = 0,304 dengan signifikansi p = 0,000 tingkat signifikannya

1%. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa korelasi signifikan atau

diputuskan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil perhitungan

dapat dilihat pada output spss berikut ini.

Tabel 18. Hasil Uji Korelasi antara X2 dan Y

Correlations

bicara minat bicara Pearson Correlation 1 .304(**)

Sig. (2-tailed) .000 N 169 169

minat Pearson Correlation .304(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 N 169 169

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dengan demikian pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini

yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara minat

belajar dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X

SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap” dinyatakan diterima.

b. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dengan Y

Ha: Ada hubungan positif yang signifikan antara Penguasaan kosakata dan

Minat Belajar dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa

H0: Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Penguasaan

kosakata dan Minat Belajar dengan Kemampuan berbicara bahasa

Jawa

Perhitungan korelasi ganda dengan analisis regresi menghasilkan angka

koefisien korelasi sebesar R = 0,447. Anova untuk menguji signifikansi

Page 106: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

korelasi ganda menghasilkan nilai statistik sebesar F = 20,696 dengan

signifikansi sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa korelasi

signifikan atau diputuskan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada output spss berikut ini.

Tabel 19. Hasil Uji Korelasi antara X1 dan X2 dengan Y

Tabel 20. Hasil Uji Signifikansi Korelasi antara X1 dan X2 dengan Y

Dengan demikian pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang

berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan

minat belajar dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA

Negeri se-Kabupaten Cilacap” diterima.

2. Mencari Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan regresi ganda pada output berikut:

Model Summaryb

,447a ,200 ,190 2,848 2,114Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Minat Belajar, Penguasaan Kosa Kataa.

Dependent Variable: Kemamp. Bicara B Jawab.

ANOVAb

335,809 2 167,904 20,696 ,000a

1346,747 166 8,113

1682,556 168

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Minat Belajar, Penguasaan Kosa Kataa.

Dependent Variable: Kemamp. Bicara B Jawab.

Page 107: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tabel 21. Hasil Perhitungan Regresi Ganda antara X1 dan X2 dengan Y

maka diperoleh persamaan regresi ganda sebagai berikut:

Ŷ = bo + b1 X1 + b2 X2

Ŷ = 2,603 + 0,330 X1 + 0,119 X2

Persamaan tersebut menyatakan hubungan matematis antarvariabel. Fungsinya

adalah untuk memperkirakan (menentukan) nilai kemampuan berbicara bahasa

Jawa (Y) berdasarkan nilai penguasaan kosakata (X1) dan nilai minat belajar

(X2). Jika X1 dan X2 tidak ada, maka besarnya Y adalah 2,603 satuan. Jika X1

berubah sebesar 1 satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,330 satuan. Jika X2

berubah sebesar 1 satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,119 satuan.

D. Menentukan Sumbangan Relatif

1. Hasil Kontribusi X1 terhadap Y

Kontribusi (sumbangan) variabel X1 terhadap variabel Y, yaitu penguasaan

kosakata terhadap kemampuan berbicara bahasa Jawa, dapat diketahui dengan

cara menguadratkan koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y (ry1) yang

diperoleh, yaitu 0,327, dikalikan seratus persen (100%) sehingga diperoleh hasil

sebagai berikut.

Coefficientsa

2,603 2,708 ,961 ,338

,330 ,070 ,327 4,712 ,000

,119 ,027 ,304 4,383 ,000

(Constant)

PenguasaanKosa Kata

Minat Belajar

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kemamp. Bicara B Jawaa.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

(ry1)2 x 100% = (0,327)2 x 100% = 0,106929 x 100% = 10,69%

Dengan demikian, variabel X1 (penguasaan kosakata) memberi kontribusi

terhadap Y (kemampuan berbicara) sebesar 10,69%.

2. Hasil Kontribusi X2 terhadap Y

Kontribusi (sumbangan) variabel X2 terhadap variabel Y, yaitu minat

belajar terhadap kemampuan berbicara bahasa Jawa, dapat diketahui dengan cara

menguadratkan koefisien korelasi sederhana antara X2 dan Y (ry2) yang diperoleh,

yaitu 0,304, dikalikan seratus persen (100%) sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut.

(ry2)2 x 100% = (0,304)2 x 100% = 0,092416 x 100% = 9,24%

Dengan demikian, variabel X2 (minat belajar) memberi kontribusi terhadap

Y (kemampuan berbicara) sebesar 9,24%.

3. Hasil Kontribusi X1 X2 terhadap Y

Kontribusi (sumbangan) variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y, yaitu

penguasaan kosakata dan minat belajar terhadap kemampuan berbicara bahasa

Jawa, dapat diketahui dengan cara menguadratkan koefisien korelasi ganda antara

X1X2 dan Y (ry12) yang diperoleh, yaitu 0,447, dikalikan seratus persen (100%)

sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

(ry12)2 x 100% = (0,447)2 x 100% = 0,199809 x 100% = 19,98%

Dengan demikian, variabel X1 dan X2 (penguasaan kosakata dan minat

belajar) memberi kontribusi terhadap Y (kemampuan berbicara) sebesar 19,98%.

E. Pembahasan dan Analisis Data

Page 109: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian

dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis sebagai

berikut:

1. Hubungan antara Penguasaan kosakata (X1) dengan Kemampuan

berbicara bahasa Jawa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara

Penguasaan kosakata dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas

X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap” dinyatakan diterima karena r = 0,327

dan p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa variabel Penguasaan kosakata

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa memiliki hubungan positif yang

signifikan.

Berbicara bukan hanya cepat mengeluarkan kata-kata dari alat ucap,

tetapi utamanya adalah menyampaikan pokok-pokok pikiran secara teratur,

dalam berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi komunikasi. Sehingga,

untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus

mengetahui lafal, struktur dan kosakata yang bersangkutan. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka terdapat hubungan yang positif antara penguasaan

kosakata bahasa Jawa, dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin tinggi

penguasaan kosakata bahasa Jawa, kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa

akan semakin tinggi.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

2. Hubungan antara Minat Belajar (X2) dengan Kemampuan berbicara

bahasa Jawa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara

Minat Belajar dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa kelas X SMA

Negeri se-Kabupaten Cilacap” dinyatakan diterima karena r = 0,304 dan p =

0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa variabel Minat Belajar dengan

Kemampuan berbicara bahasa Jawa memiliki hubungan positif yang

signifikan.

Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak

berperan dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar

siswa termasuk dalam kegiatan berbicara. Jika minat belajar bahasa Jawa

siswa sudah tumbuh, maka kegemarannya menggunakan bahasa Jawa untuk

berbicara juga tumbuh.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin tinggi

minat belajar bahasa Jawa siswa akan semakin baik dalam berbicara bahasa

Jawa.

3. Hubungan antara Penguasaan kosakata (X1) dan Minat Belajar (X2)

dengan Kemampuan berbicara bahasa Jawa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara

penguasaan kosakata dan minat belajar dengan kemampuan berbicara bahasa

Jawa siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Cilacap” diterima karena R =

0,447 dan p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa variabel penguasaan

Page 111: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

kosakata dan minat belajar memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

kemampuan berbicara bahasa Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemampuan berbicara bahasa

Jawa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya minat belajar dan

penguasaan kosakata. Dengan menguasai kosakata bahasa Jawa siswa akan

lebih tepat dalam berbicara bahasa Jawa. Sedangkan minat belajar adalah

faktor non kebahasaan yang mempengaruhi diri seseorang untuk mau, malas,

atau senang terhadap suatu kegiatan. Jadi, jika minat belajar siswa terhadap

bahasa Jawa sudah muncul maka siswa juga akan gemar berbicara dengan

bahasa Jawa.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berusaha secara maksimal tetapi

disadari sepenuhnya masih terdapat beberapa keterbatasan antara lain :

1. Penelitian ini khusus menyangkut mata pelajaran Bahasa Jawa dan hanya

mengungkap kompetensi dasar berbicara, sehingga tidak bisa

digeneralisasikan untuk mata pelajaran dan kompetensi dasar yang lain.

2. Hasil kesimpulan dalam penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas X

SMA Negeri se - Kabupaten Cilacap yang menjadi populasi penelitian,

sehingga generalisasi hasil penelitian hanya dapat diterapkan kepada

populasi yang memiliki karakteristik dan kriteria yang sama dengan

penelitian ini.

3. Penggunaan instrumen berupa angket atau kuesioner memiliki

kelemahan antara lain responden memiliki kecenderungan untuk

Page 112: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

memperlihatkan hal yang baik pada dirinya. Sehingga menyebabkan

responden memilih jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya.

Mengatasi hal itu peneliti telah memberikan himbauan kepada responden

untuk memberikan jawaban sesuai keadaan dirinya dan tidak terpengaruh

orang lain.

Page 113: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata

(X1) dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa (Y). Semakin tinggi

penguasaan kosakata siswa maka, semakin meningkat pula kemampuan

berbicara bahasa Jawa siswa.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar (X2)

dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa (Y). Semakin tinggi minat

belajar yang dimiliki siswa maka, semakin meningkat pula kemampuan

berbicara bahasa Jawa siswa.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata

(X1) dan minat belajar (X2) dengan kemampuan berbicara bahasa Jawa

(Y). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penguasaan kosakata dan

minat belajar siswa maka, kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa juga

akan meningkat.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :

Page 114: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

1. Dengan adanya hubungan positif antara penguasaan kosakata dengan

kemampuan berbicara bahasa Jawa, maka memberikan gambaran bagi

guru, agar bisa lebih banyak memberikan bentuk-bentuk tes yang dapat

meningkatkan penguasaan kosakata siswa sehingga dapat meningkatkan

kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa.

2. Dengan adanya hubungan positif antara minat belajar dengan kemampuan

berbicara bahasa Jawa, maka dapat memberikan gambaran bagi siswa dan

guru untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan

meningkatkan minat belajar yang ada pada dirinya, siswa secara sukarela

atau tanpa paksaan akan meningkatkan kegiatan belajar mereka, sehingga

akan dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa.

3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa baik penguasaan kosakata

maupun minat belajar, maka secara nyata guru harus dapat menciptakan

situasi dan kondisi pembelajaran yang efektif, nyaman dan memadai bagi

siswa, sehingga penguasaan kosakata dan minat belajar siswa meningkat

untuk meningkatkan pula kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka perlu

disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Page 115: HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 0,000 positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan minat belajar commit to user vi ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

1. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan penuh bagi terbentuknya

lingkungan belajar yang efektif di sekolah dengan meyediakan sarana

bagi guru dan siswa untuk dapat meningkatkan penguasaan kosakata

siswa.

b. Guru hendaknya memahami bahwa siswa memiliki latar belakang

minat belajar yang berbeda, sehingga guru hendaknya memiliki trik

untuk dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya menyadari arti pentingnya penguasaan kosakata bagi

kemampuan berbicaranya, sehingga siswa diharapkan senantiasa dapat

meningkatkan penguasaan kosakatanya melalui berbagai cara dalam

belajar.

b. Siswa hendaknya senantiasa dapat meningkatkan minat belajarnya

sehingga kemampuan yang dimilikinya juga dapat senantiasa

meningkat.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi untuk

mengadakan penelitian mengenai penguasaan kosakata, minat belajar,

dan kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa. Hasil dari penelitian ini

juga dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian sejenis yang telah

dilakukan.