hubungan antara model kepemimpinan kepala …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5097/1/amalia...

94
HUBUNGAN ANTARA MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DENGAN ETOS KERJA GURU DI MTs NEGERI SUSUKAN KEC. SUSUKAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Disusun Oleh : AMALIA HIDAYATUS SIBYANI NIM : 111 10 043 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA MODEL KEPEMIMPINAN

KEPALA MADRASAH DENGAN ETOS KERJA GURU

DI MTs NEGERI SUSUKAN KEC. SUSUKAN KAB.

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

AMALIA HIDAYATUS SIBYANI

NIM : 111 10 043

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2014

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Amalia Hidayatus Sibyani

Nim : 111 10 043

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil kaya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang berpendapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujukkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 06 September 2014

Penulis,

AMALIA HIDAYATUS SIBYANI

NIM. 111 10 043

MOTO

Seorang pemimpin adalah orang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang

lain, melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan melihat sebelum

orang lain melihat (Leroy Eims)

(www.KatMut.com/topik/pemimpin)

Pujian terbaik bagi pemimpin adalah pujian yang diberikan oleh bawahan

(John. C. Maxwell)

(www.KatMut.com/topik/pemimpin)

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan untuk:

1. Bapakku (Budi Santoso),Ibuku ( Nur Alimah) yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan menjalani hidup. Semoga

Bapak Ibu selalu diberi umur panjang yang bermanfaat dan rizki yang

berlimpah.

2. Adik - adikku (Iqbal, Rozi, dan Hasna yang selalu memberi dukungan.

Semoga kalian bisa menyelesaikan pendidikan yang lebih baik dari kakak

mu ini.

3. Kekasihku (Rahakta Agriawan) yang tidak pernah berhenti memberikan

motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bisa

melanjutkan ke jenjang lebih serius.

4. Keponakanku (Selvi dan Indah) yang selalu memberikan dukungan serta

semangat. Semoga kalian bisa membuat orang tua kalian bangga.

ABSTRAK

Amalia Hidayatus Sibyani.2014. Hubungan model Kepemimpinan Kepala

Madrasah dengan Etos Kerja Guru di MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab.

Semarang tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi PAI.STAIN

Salatiga, pembimbing Hj. Maslikha, S.Ag, M.Si

Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Etos Kerja Guru

Model kepemimpinan Kepala Madrasah mempengaruhi etos kerja

seseorang. Kepemimpinan kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez

faire, populistis, administratif dan demokratis di sekolah dapat membentuk etos

kerja yang bervariatif. Variasi etos kerja guru dapat mempengaruhi banyak hal

oleh karena itu peneliti perlu melakukan penelitian tentang,(1) Bagaimana model

kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri Susukan Tahun pelajaran 2014, (2)

Bagaimana etos kerja guru MTs Negeri Susukan Tahun pelajaran 2014,(3)

Apakah ada hubungan antara model kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos

kerja guru MTs Negeri Susukan Tahun pelajaran 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) model kepemimpinan Kepala

Madrasah MTs Negeri Susukan tahun pelajaran 2014, (2) Etos kerja guru MTs

Negeri Susukan tahun pelajaran 2014, (3) Hubungan antara model kepemimpinan

Kepala Madrasah dengan etos kerja guru MTs Negeri Susukan tahun pelajaran

2014. Metode yang digunakan pendekatan kuantitatif. Tempat MTs Negeri

Susukan, waktu penelitian selama 2 bulan. Jumlah responden 40 orang sebagai

penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, wawancara dan

dokumentasi. Teknis analisis data deskriptif, persentase, dan uji hipotesis dengan

menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan model kepemimpinan Kepala Madrasah

dengan katagori sangat baik dengan jumlah peresentase (2,5%), katagori baik

dengan jumlah persentase 37,5%. Sedangkan kategori cukup berada pada

persentase (30%), kategori kurang dengan jumlah persentase (25%) dan dengan

jumlah persentase 5% adalah katagori sangat kurang. Hasil penelitian

menunjukkan etos kerja guru katagori sangat tinggi dengan jumlah persentase

katagori tinggi (15%), katagori tinggi (42,5%), katagori cukup (22,5), katagori

rendah (17,5%) adan katagori sangat rendah (2,5%) Sehingga hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara model kepemimpinan Kepala Madrasah

dengan etos kerja guru di MTs Negeri Susukan Tahun 2014. Dibuktikan dengan

dengan hasil perhitungan uji hipotesis dengan bantuan SPSS 16.0 for windows

yaitu Pada uji r diperoleh nilai sebesar 0,795 > 0,403 pada taraf signifikan 1%

maka hasil yang diperoleh adalah signifikan.

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang,

segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan anugrahnya kepada

kita semua. Sehingga kita dapat mencari dan memperdalam pengetahuan guna

sebagai bekal kehidupan kita baik di dunia dan akhirat. Sehubungan dengan

selesainya skripsi ini peneliti ucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Dr. H. Rahmat Hariyadi,

M. Pd.

2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.

3. Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam Rasimin, S.PdI., M. Pd.

4. Pembimbing Skripsi Hj.Maslikhah, S.Ag., M.Si.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik

STAIN Salatiga.

6. Keluarga besar MTs Negeri Susukan dan Kepala Madrasah Drs. Mudlofir,

MM.

Alhamdulliah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang peneliti

harapkan. Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam

pembahasan ataupun penulisan. Hal ini merupakan keterbatasan kemampuan

peneliti. Dan semoga apa yang telah tertulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca, dan khususnya bagi peneliti.

Salatiga, 05 September 2014

Peneliti

Amalia Hidayatus Sibyani

NIM 111 10 043

DAFTAR ISI

HALAMAN........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................... ii

HALAMAN PNGESAHAN............................................................... iii

HALAMAN MOTO........................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................... v

ABTRAK............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR........................................................................ vii

DAFTAR ISI...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Hipotes................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian................................................................ 9

F. Definisi Operasional.............................................................. 10

G. Metode Penelitian.................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI........................................................... 15

A. Kepemimpinan ..................................................................... 15

B. Pemimpin dalam Dunia Pendidikan.................................... 17

C. Tipe Kepemimpinan.............................................................. 22

D. Etos Kerja Guru.................................................................... 32

E. Hubungan Variasi Kepemimpinan Kepala Madrasah dengan

Etos Kerja Guru......................................................

42

BABA III HASIL PENELITIAN..................................................... 45

A. Gambaran Umum MTs Negeri Susukan dan Subjek

Penelitian ...............................................................................

45

B. Penyajian Data...................................................................... 50

BAB IV ANALISIS DATA............................................................... 54

A. Analisis Deskriptif 54

B. Pengujian Hipotesis............................................................... 65

BAB V PENUTUP............................................................................. 68

A. Kesimpulan 68

B. Saran....................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

3.1 Letak geografis................................................................................ 46

3.2 Kondisi fisik ................................................................................... 47

3.3 Daftar nama guru............................................................................. 49

3.4 Nama responden............................................................................... 50

3.5 Data tentang variasi kepemimpinan kepala madrasah..................... 51

3.6 Data tentang etos kerja guru............................................................. 52

4.1 Distribusi skor kepemimpinan kepala madrasah.............................. 56

4.2 Interval & katagori skor angket variasi kepemimpinan kepala

madrasah..........................................................................................

57

4.3 Katagori, skor variabel X (variasi kepemimpinan kepala

madrasah) beserta frekuensi respondennya......................................

58

4.4 Katagori, skor, frekuensi & persentase jawaban angket

kepemimpinan kepala madrasah......................................................

59

4.5 Distribusi skor etos kerja guru......................................................... 62

4.6 Katagori skor variabel Y ( etos kerja guru) beserta frekuensi

respondennya...................................................................................

63

4.7 Katagori, skor, frekuensi & presentasi jawaban angket etos kerja

guru..................................................................................................

64

4.8 Tabel product moment..................................................................... 70

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup.

2. Daftar Nilai SKK.

3. Surat Tugas Pembimbing.

4. Surat Permohonan Izin Penelitian.

5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian .

6. Lembar konsultasi.

7. Kisi- kisi angket.

8. Angket Hubungan Variasi Kepemimpinan Kepala Madrasah dengan Etos

Kerja Guru di MTs Negeri Susukan Tahun 2014

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membentuk

sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Di samping itu

pendidikan merupakan wahana untuk menciptakan generasi muda yang

kompeten untuk masa depan negeri ini. Tanpa adanya pendidikan yang

berkualitas tentu saja masa depan bangsa ini akan semakin terpuruk karena

anak didiknya dididik secara serampangan dan tidak sesuai dengan kemajuan

zaman yang terus berkembang secara cepat. Untuk mendapatkan pendidikan

yang berkualitas tentu saja diperlukan kerja sama dari segala pihak yang

berkompeten untuk memberikan yang terbaik dalam memajukan pendidikan

yang lebih baik dan berkualitas.

Pengertian guru dalam pendidikan adalah orang yang bertanggung

jawab dalam mengontrol dan mendidik siswa selama di sekolah. Bahkan,

dapat dikatakan guru sebagai orang tua kedua. Oleh sebab itu, guru

mempunyai tugas yang sangat penting.

Guru merupakan benteng terdepan dalam terciptanya pendidikan yang

berkualitas tentu saja memerlukan kerja keras untuk menghasilkan dan

membawa anak didiknya menuju gerbang kesuksesan. Tentu saja guru tidak

berjalan sendiri tanpa memerlukan perangkat pendidikan dan pranata

pendidikan yang akan mengarahkannya dalam mendidik anak. Oleh karena

itu sistem yang baik, kurikulum yang tepat, suasana pendidikan yang

kondusif, gaji yang memadai serta Kepala Madrasah dalam memimpin dapat

berlaku dengan bijak dan berorientasi untuk kemajuan sekolah yang

dipimpinnya.

Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) selanjutnya merinci faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak dapat

dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, adalah

sebagai berikut: Dapat menyelesaikan pekerjaar} melalui orang lain, mampu

berorganisasi, tanggungjawab, kepribadian yang baik, keseimbangan dalam

pertimbangan, kelebihan dalam wawasan.

Pada dasarnya etos kerja guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

guru itu sendiri yaitu bagaimana guru itu bersikap terhadap pekerjaan yang

diemban. Sedangkan faktor luar diprediksi berpengaruh terhadap etos kerja

guru yaitu kepemimpinan Kepala Madrasah, karena Kepala Madrasah

merupakan pemimpin guru di sekolah.

Kepala Madrasah sebagai panutan dalam penentu kebijakan di sekolah

dan harus mengfungsikan perannya secara maksimal. Kepala Madrasah harus

memimpin sekolah dengan bijak dan terarah, untuk meningkatkan kualitas

dan mutu pendidikan disekolah yang tentu saja berdampak pada tingkat

kelulusan anak didik. Wahjosumidjo (1995:11) berpendapat bahwa kepala

sekolah selaku pemimpin memerlukan kemampuan memimpin, kompetensi

administrasi dan pengawasan, pemahaman terhadap tugas dan fungsi kepala

sekolah, pemahaman terhadap peran sekolah yang multi function, tugas pokok

Kepala Madrasah dalam rangka pembinaan program, pengajaran, SDM,

kesiswaan, dana, sarana dan fasilitas, serta hubungan kerja sama sekolah

dengan masyarakat. Kepala Madrasah sebagai leader menjadi sangat penting,

kemampuan Kepala Madrasah dapat memberikan motivasi pada semua

jajarannya agar dapat terciptnya hasil pendidikan yang maksimal.

Wahjosumijdo (1999:22), berpendapat bahwa “kepala sekolah adalah

seorang yang dapat menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah”. Jika

kepala sekolah cakatan maka tentunya akan besar perhatiannya pada etos

kerja baik yang menyangkut guru maupun peserta didik sejak masuk sekolah

sampai dengan kembali kerumah masing-masing. Kepala Madrasah juga

berfikir dan berusaha bagaimana guru merasa nyaman di sekolah, senang

dalam bekerja dan memperoleh kesejahteraan yang memadai.

Kartono (1998:69) tipe kepemimpinan itu ada delapan yaitu tipe

kharismatis, tipe paternalistis, tipe militeristis, tipe otokratis, tipe laissez faire,

tipe populistis, tipe administratif tipe demokratis. Sondang (1991:27) 5 (lima)

tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah tipe otokratis, tipe

laissez faize, tipe karismatik, tipe demokratis. Sondang (1991:13) 2 (dua)

katagori keberhasilan pemimpin yaitu keberhasilan seseorang memimpin satu

organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan kepada kepemimpinan oleh

orang yang sama di organisasi lain dan keberhasilan seseorang memimpin

satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin

organisasi yang lain.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Susukan merupakan lembaga

pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama. Dari hasil wawancara

awal ada beberapa pendapat dari guru mengenai model kepemimpinan Kepala

Madrasah dengan etos kerja guru di MTs Negeri Susukan, Kec. Susukan ,

Kab. Semarang tahun 2014. Bermacam – macam pendapat ada yang

mengatakan kepemimpinan demokratis, karismatis, laissez fire, otokratis,

militeristis, paternalistis, administratif, dan populistis mempengaruhi etos

kerja guru yang baik dan ada yang memberi pendapat bahwa kepemimpinan

yang seperti ini akan mempengaruhi etos kerja guru yang kurang baik.

Pendapat lain mengatakan etos kerja guru itu yang mempengaruhi adalah diri

sendiri.

Berdasarkan wawancara pendahuluan model kepemimpinan Kepala

Madrasah MTs Negeri Susukan mempunyai hubungan etos kerja guru yang

bervariasi. Tidak semua kepemimpinan demokratis, karismatik, peternalistik,

otokratis, militeristis, populistis, administratif dan laizzes faize dapat

membentuk etos kerja guru yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka

peneliti berinisiatif untuk mencermati variasi kepemimpinan Kepala

Madrasah berhubungan dengan etos kerja guru melalui penelitian dengan

judul “HUBUNGAN ANTARA MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DENGAN ETOS KERJA GURU DI MTs NEGERI SUSUKAN

KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”.

B. Rumusan Masalah

Sebagai basic question atau pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri Susukan

Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun pelajaran 2014?

2. Bagaimana etos kerja guru MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab.

Semarang Tahun pelajaran 2014?

3. Apakah ada hubungan antara model kepemimpinan Kepala Madrasah

dengan etos kerja guru MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab. Semarang

Tahun pelajaran 2014?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekwensi dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan

penelitian ini untuk mengetahui :

1. Model kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri Susukan Kec.

Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2014.

2. Etos kerja guru MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab. Semarang tahun

pelajaran 2014.

3. Hubungan antara model kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos

kerja guru MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab. Semarang tahun

pelajaran 2014.

D. Hipotesis Penelitian

Suharni Arikunto (2006: 67) memberi pengertian bahwa hipotesis

adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan

masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat bagi para guru

dan seluruh anggota sekolah.

Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini akan menambah pengetahuan dalam dunia

perpustakaan, mengenai model kepemimpinan Kepala Madrasah kaitannya

dengan etos kerja guru.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian sebagai bahan masukan, bagi kepala

sekolah untuk menjadi seorang pemimimpin yang baik yang sesui dengan

dengan kebutuhan sekolah dalam rangka membentuk etos kerja guru yang

baik.

F. Definisi Operasional

a. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah

Mulyono (2009:18) pemimpin adalah seorang yang dapat

mempengaruhi kelompok yang dipimpin untuk mengarahkan usaha

bersama guna mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Ketua

adalah orang yang dituakan dalam kelompok untuk mewakili dan

bertanggungjawab atas kelompoknya dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kepala adalah seseorang yang di jadikan panutan dalam suatu

kelompok atau unit untuk memimpin kelompok/unit mencapai tujuan.

Kepemimpinan adalah proses menggerakan dan mempengaruhi orang lain

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sondang (1991:27) Lima tipe

kepemimipinan yang diakui keberadaannya ialah tipe otokratis, tipe

paternalistik, tipe karismatik, tipe laissez faire, tipe demokratik

Model kepemimpinan Kepala Madrasah dalam pendidikan adalah

deskripsi tentang konsep seorang pemimpin dalam mempengaruhi

kelompoknya untuk mencapai usaha bersama untuk mencapai yang telah

inginkan.

b. Etos Kerja Guru

Kata etos secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani ethos yang

artinya tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat, watak dan perasaan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang khas

suatu golongan sosial. Menurut Dawam (Toto, 2002:14) pengertian etos

kerja adalah suatu pola sikap yang sudah mendasar, yang sudah mendarah

daging, yang mempengaruhi perilaku secara konsisten dan terus-menerus.

Buchori dalam Toto (2002: 15) berpendapat bahwa etos kerja

dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap eos kerja, kebiasaan

kerja, ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, atau

kelompok manusia atau suatu bangsa.

Dari sejumlah definisi dan penjelasan di atas, meski beragam,

namun dapat ditangkap maksud yang berujung pada pemahaman etos kerja

merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar

dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya.

c. Metode Penelitian

1. Populasi dan Sampel penelitian

a. Populasi

Menurut Sugiono (2007: 61) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 1 Agustus 2014

jumlah Guru MTs Negeri Susukan sejumlah 40 orang dengan demikian

populasi dalam penelitian sebanyak 40 orang.

2. Teknik pengumpulan data

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa angket,

dokumentasi, wawancara dan observasi.

a. Metode Angket

Metode Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk mendapatkan data atau informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui

(Arikunto, 1998: 140). Angket digunakan untuk memperoleh data

tentang variasi kepemimpinan Kepala Madrasah dan etos kerja guru di

MTs Negeri Susukan.

Angket diberikan kepada responden (guru) secara langsung di

MTs Negeri Susukan. Angket yang digunakan berupa angket tertutup

dalam bentuk pilihan ganda. Angket yang digunakan merupakan

angket menurut Likert dengan opsi pernyataan positif maupun negatif.

Pilihan jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.

Skor digunakan untuk mengetahui persentase etos kerja guru

berdasarkan model kepemimpinan kepala sekolah. Skor pernyataan

positif 4, 3, 2, 1, dan skor pernyataan negatif 1, 2, 3, 4 penilain ini

digunakan untuk variasi kepemimpinan Kepala Madrasah sedangkan

untuk etos kerja guru menggunakan pertanyaan dan skor pernyataan

positif 4, 3, 2, 1dan skor pernyataan negatif 1, 2, 3, 4.

Data angket untuk kategori variasi kepemimpinan Kepala

Madrasah di bagi menjadi 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup,

kurang, sangat kurang. Data angket mengenai etos kerja guru dibuat 5

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

b. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (1997:206) mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang sejarah sekolah, kondisi sekolah, kepala sekolah, guru, sarana

prasarana dan siswa. Peneliti mencatat dan mengumpulkan semua data

yang ada di sekolah yang berhubungan dengan riwayat hidup serta

riwayat pendidikan Kepala Madrasah, jumlah guru, foto dari proses

mengajar guru dan foto mengenai kegiatan Kepala Madrasah.

c. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indra (Arikunto, 1996: 145).

d. Wawancara

Arikunto (2006:155) wawancara atau interview lisan adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informsi dari terwawancara (interviewer). Interviu

digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Wawancara

dilakukan untuk mendapatkan data tentang variasi kepemimpinan

Kepala Madrasah dan etos kerja guru. Data yang diperoleh dapat

diketahui masalahnya sebagai dasar pentingnya penelitian yang

dilakukan di MTs Negeri Susukan pada wawancara pendahuluan.

3. Teknis Analisis Data

Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa di

generalisasikan, maka setiap data yang masuk penulis analisis untuk

menjawab permasalahan. Untuk menganalisis data tersebut, peneliti

menggunakan teknik analisis data deskriptif dengan teknik persentase.

(Hadi, 1992:399) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : presentase perolehan

𝑃 = 𝐹

𝑁 𝑋 100%

F : Frekuensi mentah

N : Jumplah total responden

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan

SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini analisis korelasi untuk

mengetahui hubungan model kepemimpinan Kepala Madrasah (X) dengan

etos kerja guru. Dalam pengujian korelasi menggunakan uji Normalitas,

uji Himogenitas, dan pengujian hipotesis. Rumus Product Moment

Keterangan: = Koefisien korelasi antara X dan Y

∑ = Jumlah skor total variabel X

∑ = Jumlah skor total variabel Y

= Kudrat X

= Kuadrat Y

N = Jumlah sempel yang diteliti (Sugiyono, 2009:228)

𝑟𝑥𝑦 = ∑𝑥𝑦−

(∑𝑋)(∑𝑌)

𝑁

∑ − (∑ 2𝑋)

𝑁𝑋 ∑ −(∑ 2)𝑌𝑁𝑌

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan

1. Pengertian Pemimpinan

Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu,

pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,

penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan

kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga

dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan

(Kartono,1994:181).

Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara

lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas/mutu

perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menila

kepemimpinannya. Orway Tead dalam ( Kartono 1998 : 37)

mengemukakan 10 sifat seorang pemimpin sebagai berikut: sehat

jasmani dan mental, kesadaran akan tujuan dan arah, antusiasme,

keramahan dan kecintaan, integritas, penguasaan teknis, ketegasan

dalam mengambil keputusan, kecerdasan, keterampilan mengajar dan

kepercayaan.

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memiliki arti

orang yang memimpin, mendapat imbihan ke- dan berakhiran an-

sehingga menjadi kata kepemimpinan. Kepemimpinan adalah

kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain

mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian

yang memancarkan pengaruh, wibawa sedemikian rupa sehingga

sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya

(Mulyono, 2009:20). Pendapat ini dilengkapi oleh (Mulyasa,2002:107)

kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang

yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.Dari pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi, menggerakkan,mengarahkan suatu tindakan diri

seseorang atau kelompok orang untuk mecapai tujuan yang telah

ditentukan.

Kesimpulannya bahwa kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada

kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam

mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) selanjutnya merinci

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak

dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut, adalah sebagai berikut:

a. Dapat menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

Harus menguasai bidang kerjanya (tanpa kecuali), Bersikap

ulet diimbangi dengan keluwesan.

b. Melalui orang lain (mampu berorganisasi, mampu berkomunikasi,

bersikap manusiawi)

c. Dalam kerangka tanggungjawab (melakukan tanggungjawab secara

proporsional, dapat dipercaya, berjiwa stabil).

d. Disertai dengan kepribadian (dapat memelihara dan

mengembangkan entusiasme, bersikap tanggap dan tenang).

e. Dan pengendalian ke dalam (bersikap obyektif, mampu

mengkoreksi diri, merasa dapat diganti).

f. Dengan keseimbangan dalam pertimbangan (keseimbangan antara

keuletan dan pengertian, keseimbangan antara pengetahuan dan

tindakan, kesimbangan antara kemajuan dan etika).

g. Dan kelebihan dalam wawasan dalam membawakan produktivitas

kerja pegawai, dalam menjangkau gambaran masa depan dan

ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat

B. Pemimpin dalam Dunia Pendidikan

1. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

Soetopo dan Soemanto (1998:6) fungsi utama pemimpin adalah

membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja yang khas

anara lain:

a. Pimpinan membantu akan terciptanya suatu iklim yang baik

sehingga seseorang pimpinan yang menganggap dirinya sebagai

seorang pemimpin yang mengharapkan kerjasama,dengan memiliki

fungsi yag khusus, dengan sikap-sikap yang didasarkan atas

penghargaan terhadap nilai intergritas akan berhasil untuk

menciptakan suasana persaudaran, kerja sama, dengan penuh rasa

kebebasan .

b. Pimpinan membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri yaitu

ikut serta dalam memberikan perangsang dan bantuan kepada

kelompok dalam menetapkan dan menjalankan tujuannya .

c. Pimpinan membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-

prosedur kerja, yaitu pimpinan harus membantu kelompok (guna

efisien kerja), sedangkan pimpinan harus dapat dipandang sebagai

ahli prosedur.

d. Pimpinan bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama

dengan kelompok.

e. Pimpinan memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar

dari pengalaman, di sini pimpinan mempunyai tanggung jawab

untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang

dilakukan dan kemudian berani menilai hasilnya secara jujur dan

objektif.

2. Syarat-Syarat Pemimpin dalam Pendidikan

Menurut Soetopo (1984:2) untuk menjadi seorang pemimpin

yang terbaik antara lain, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,

berpegang teguh pada tujuan yang dicapai, bersemangat tinggi, cakap

didalam memberikan bimbingan atau supervise, cepat serta bijaksana

dalam mengambil keputusan, jujur, cerdas, cakap dalam hal menaruh

kepercayaan.

Pemimpin pendidikan dituntut harus memiliki dua syarat pokok

yaitu syarat pribadi (personal) dan syarat profesional

(Soetopo:1984:2-3).

a. Syarat Pribadi

Seorang pemimpin pendidikan yang sukses haruslah

memiliki sifat-sifat yang menjadi bagian dari pada pribadinya yang

perlu mendapat perhatian antara lain:

1) Rendah hati dan sederhana. Seorang pemimpin pendidikan

hendaknya jangan mempunyai sikap atau merasa harga dirinya

lebih.

2) Bersifat suka menolong. Pemimpin pendidikan hendaknya

sikap sedia untuk membantu angota-anggotanya tanpa paksaan.

3) Sabar dan memiliki kestabilan emosi. Seorang pemimpin

jangan mudah kecewa dalam menghadapi kegagalan atau

kesukaran, sebaiknya jangan cepat bangga dan sombong bila

berhasil.

4) Percaya pada diri sendiri. Seorang pemimpin pendidikan

hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada anggota-

anggotanya, percaya bahwa mereka dapat melaksanakan tugas

masing-masing.

5) Jujur,adil dan dapat dipercaya. Seorang pemimpin pendidikan

harus patuh pada diri sendiri atau tepat janji, hati-hati dalam

mengambil keputusan, teliti dalam melaksanakannya dan

berani.

b. Syarat Profesional

Syarat-syarat profesional adalah sejumlah kemampuan

khusus atau keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin

pendidikan agar ia dapat disebut pemimpin profesioanal. Pemimpin

pendidikan di sini adalah Kepala Madrasah

Dilingkungan dunia pendidikan, ada seperangkat

keterampilan yang harus dimiliki oleh Kepala Madrasah sebagai

pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugas. Ketika

pengelola sekolahan makin didorong tumbuh secara otonom

sejalan dengan kebijakan desentralisasi pendidikan, Kepala

Madrasah yang terampil menjadi sebuah tuntutan. Keterampilan

Kepala Madrasah itu dimaksudkan sebagai bekal untuk dapat

melaksanakan manajemen pendidikan secara lebih baik. Dengan

keterampilan tersebut, diharapakan Kepala Madrasah dapat

melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.

Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai kelebihan

kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, ilmu

pengetahuan yang luas, tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun

, ulet, suka bekerja sama dan mudah menyesuaikan diri.

Nawawi (1984:84) seseorang dapat menjalankan fungsi

kepemimpinan apabila memenuhi beberapa persyaratan yaitu

memiliki kecerdasan, percaya diri dan bersifat membership, ramah

tamah dan cakap bergaul, kreatif, penuh inspiratif, berwibawa,

memiliki keahlian dan ketrampilan dalam bidangnnya, memiliki

semangat pengapdian dan kesetiaan tinggi, jujur, adil, bijaksana,

disiplin, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

Kartono (1994:186) adapun syarat-syarat kepemimpinan

dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Syarat kekuasaan

Kekuasaan disini memiliki arti bahwa seorang pemimpin

harus memiliki kekuatan, otoritas dan loyalitas yang

memberikan wewenang kepada pemimpin untuk

mempengaruhi dan menggerakkan bawahan agar berbuat

sesuatu.

b. Syarat kewibawaan

Seorang pemimpin setidaknya mempunyai kelebihan,

keunggulan/superioritas keutaman, sehingga ia mampu

membawahi atau mengatur orang lain akan patuh pada

pemimpin, kemudian bersedia melakukan perbuatan tertentu.

c. Syarat kemampuan

Dalam hal ini seorang pemimpin harus memiliki daya,

kesanggupan, kekuatan dan kecakapan, ketrampilan

teknis/sosial yang dianggap melebihi/lebih unggul dari

kemampuan anggota tertentu.

C. Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan pada hakekatnya adalah proses mempengaruhi

orang lain. Kepemimpinan seseorang sangat dipengaruhi oleh model atau

perilaku pemimpinya. Tipe kepemimpinan adalah pola perilaku yang

ditampilkan oleh seorang pemimpin, pada saat pemimpin itu mencoba

untuk mempengaruhi orang lain. (Wahjosumidjo, 1994:99) Tipe-tipe

kepemimpinan diklasifikasikan berdasarkan gaya kepemimpinan yang

digunakan pemimpin dalam aktivitas kepemimpinya.

Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, ketiga pola dasar

dalam kepemimpinan tersebut adalah sebagaimana yang dikemukakan

oleh Handari Nawawi dan Martin Handari berikut ini:

a. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan tugas secara efektif

dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal (task

orientation.

b. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan

hubungan kerja sama (relationship orientation).

c. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dicapai

dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok atau organisasi

(Effectiveness Orientation)

Dalam rangka kegiatan menggerakkan atau memberi motivasi

orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada

pencapaian tujuan organisasi, berbagaicara dapat dilakukan oleh

seorang pemimpin. Cara itu mencerminkansikap dan pandangan

pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, yang memberikan

gambaran pula tentang bentuk (tipe) kepemimpinan yang dijalankan.

Nawawi (1984:91) berpendapat bahwa tipe kepemimpinan ada

tiga yaitu kepemimpinan otoriter, kepemimpinan laissez faire,

kepemimpinan demokratis. Sedangkan Kartono (1998:69) tipe

kepemimpinan itu ada delapan yaitu tipe kharismatis, tipe paternalistis,

tipe militeristis, tipe otokratis, tipe laissez faire, tipe populistis, tipe

administratif tipe demokratis.

1) Tipe Otokratis

a) Pengertian

Kartono (1998:71) Otkratis berasal dari kata autos =

sendiri: dan kratos = kekuasaan, kekuatan. Jadi otokratis berarti

penguasa absolut. Pemimpin otokratis itu mendasarkan diri

pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi.

Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal

pada one man show. Pemimpin berambisi sekali untuk merajai

situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa

berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah

diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan

yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritikan terhadap

segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi

pemimpin sendiri.

Pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota

kelompoknya. Jadi ada sikap menyisihkan diri dan

eksklisivisme. Pemimpin otokratis itu senantiasa ingin berkuasa

absolut, tunggal, dan merajai keadaan. Sikap dan prinsipnya

sangat konservatif/kuna dan ketat-katut. Dengan keras dia

mempertahankan prinsip-prinsipnya. Pemimpin mau bersikap

baik terhadap bawahan, asal bawahan tadi bersedia patuh

secara mutlak, menyadari tempatnya sendiri-sendiri.

Sondang (1991:31) menekankan bahwa dilihat dari

persepsinya, seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang

pemimpin yang sangat egois. Egoisme yang sangat besar akan

mendorongnya memutar balikkan kenyataan yang sebenarnya.

Nawawi (1998:71) kepemimpinan otokratis itu

mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak

harus dipatuhi. Pimpinannya selalu mau berperan sebagai

pemain tunggal pada a one man show.

a) Ciri-ciri tipe pemimpin Otokratis

Harbangan,1993:134) Tipe ini ciri-ciri sebagai

berikut:

(1) Kepemimpinan lebih mewarnai interaksi dari pada sifat

kekeluargaan.

(2) Kurang mau menerima kritik dan kurang mau menerima

pendapat anggotanya.

(3) Adanya suasana kepatuhan semu dari para anggotanya,

karena rasa takut pada pemimpin.

(4) Dalam memberikan perintah bersifat mendesak.

(5) Lebih banyak menyalahkan dari pada membimbing.

Penulis berpendapat bahwa kepemimpinan

Otokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini:

mengandalkan kepada kekuatan/kekuasaan, paling

berkuasa, keras dalam mempertahankan prinsip, jauh

dai bawahan dan perintah diberikan secara terpaksa.

2) Tipe Paternalistis

Kartono (1998:69) yaitu tipe kepemimpinan yang

kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

(a) Pemimpin menganggap bawahannya sebagai manusia yang

tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu

dikembangkan.

(b) Pemimpin bersikap terlalu melindungi (overly protective)

(c) Jarang pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahannya

untuk mengambil keputusan sendiri.

(d) Pemimpin hampir tidak pernah memberikan kesempatan

kepada bawahannya untuk berinisiatif.

(e) Pemimpin tidak memberikan atau hampi-hampir tidak pernah

memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk

mengembangkan imajinasi dan daya kreativitasnya sendiri.

Penulis memberikan pendapatnya bahwa kepemimpinan

Paternalistik itu memiliki ciri khas kepemimpinan yang

bertindak sebagai bapak, memperlakukan bawahan sebagai

orang yang belum dewasa, selalu memberikan perlindungan

dan keputusan ada ditangan pemimpin.

3) Tipe Karismatik

Tipe kepemimpinan karismatik ini memiliki kekuatan

energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk

mempengaruhi orang lain, sehingga pemimpin mempunyai

pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal

yang bisa dipercaya. Sampai sekarangpun orang tidak mengetahui

benar sebab-sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma

begitu besar. Pemimpindianggap mempunyai kekuatan ghaib

(supernatural power) dan kemampuanya yang superhuman, yang

diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.

Pemimpin banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan

keyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian

pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang sangat

besar (kartono, 1998:69).

4) Tipe Laissez Faire

Kartono (1998:71) pada tipe laissez faire ini sang

pemimpin praktik tidak memimpin. Pemimpin membiarkan

kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin

tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya.

Pemimpin seperti ini hanyalah simbol, dan biasanya tidak memiliki

ketrampilan teknis. Sebab duduknya sebagai direktur, pemimpin,

ketua Dewan, komandan, kepala itu biasanya diperolehnya melalui

penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.

Pemimpin tidak memiliki kewibawaan dan tidak bisa

mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi

kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja

yang kooperatif. Sehingga organisasi atau perusahaan yang

dipimpinya menjadi kacau balau, morat-marit, dan pada hakikatnya

mirip satu firma tanpa kepala.

Pendapat lain, Sondang (1991:38) seorang pemimpin

laissez faire melihat sebagai polisi lalu lintas. Seorang pemimpin

yang cenderung menilih peran yang pasif dan membiarkan

organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak

mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan

digerakkan.

Nawawi (1984:94) kepemimpinan laissez fairebentuk

kepemimpinan yang otoriter. Kepemimpinan ini pada dasarnya

tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apa pun. Pemimpin

berkedudukan sebagai simbol karena dalam realitas

kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan

sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan

mengambil keputusan secara perorangan.

Ringkasnya, pemimpin Lissez faire itu pada hakikatnya

bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Sebab

bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak

terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin masing-masing orang

bekerja semaunya sendiri dengan irama dan tempo “semau gue”.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa kepemimpinan

Lissez faire itu seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada

bawahan, pemimpin tidak terlibat dalam kegiatan, semua pekerjaan

dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahannya, tidak

memiliki wibawa dan tidak ada koordinasi atau pengawasan yang

baik.

5) Tipe Demokratik

(1) Pengertian

Kartono (1998:73) kepemimpinan yang demokratis

berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang

efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan

pada semua bawahan, dengan penekanan rasa tanggung jawab

internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan

kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau

individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada

partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap

individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan.

Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan

bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas

setiap anggota seefektif mungkin pada sat-saat dan kondisi

yang tepat. Kepemimpinan demokratis juga sering disebut

sebagai kepemimpinan group developer.

Nawawi (1984:95) kepemimpinan demokratis adalah

kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang berusaha

memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan

perkembangan organisasi.

(2) Ciri-ciri tipe kepemimpinan Demokratis

Kartono (1998:73) Kepemimpinan demokratis biasanya

berlangsung secara mantap, dengan adanya gejala-gejala

sebagai berikut:

(a) Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan

lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada di kantor.

(b) Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawahan, dan

masing-masing orang menyadari tugas serta kewajibannya,

sehingga mereka merasa senang, puas pasti, aman

menyandang setiap tugas kewajibannya.

(c) Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya,

dan kelancaran kerja sama dari setiap warga kelompok.

(d) Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai

katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerjasama,

demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling

cocok dengan situasi dan jiwa kelompok.

Secara singkat dapat dinyatakan, kepemimpinan

demokratis menitik beratkan masalah aktivitas setiap

anggota kelompok juga para pemimpin lainnya. Semuanya

yang terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan

rencana-rencana, pembuatan keputusan penerapan disiplin

kerja (yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-

kelompok dalam suasana demokratis).

Penulis memberikan gambaran bahwa

kepemimpinan yang demokratis itu seorang pemimpin

berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi, bersifat

terbuka, bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran

dan ide-ide baru, dalam pengambilan keputusan

mengutamakan musyawarah untuk mufakat dan selalu

menghargai potensi individu.

6) Tipe Militeristis

Kartono (1998:70) tipe ini sifatnya sok kemiliter-

kemiliteran, namun hanya gaya luarnya saja yang mencontoh gaya

militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip dengan tipe

kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat pemimpin yang

militeristis antara lain ialah:

a) Lebih banyak menggunakan sistem printah/komando terhadap

bawahannya (keras sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang

bijaksana)

b) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan

c) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan

tanda-tanda kebesaran dengan berlebihan.

d) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

e) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan

dari bawahannya.

f) Kominikasi hanya berlangsung searah saja.

7) Tipe Populistis

Kartono (1998:72) kepemmpinan populistis berpegang

teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Kurang

mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar

negeri. Kepemimpinan ini mengutamakan penghidupan kembali

nasionalisme.

8) Tipe Administratif

Kartono (1998: 73) kepemimpinan tipe ini ialah

kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas

administrasi secara efektif. Sedangkan pemimpinnya terdiri dari

teknokrat dan administratur-administratur yang mampu

menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunnan. Dengan

ini dapat dibangun administrasi dan birokasi yang efisien untuk

memerintah.

D. Etos Kerja Guru

1. Pengertian Etos Kerja

Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama

mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan

memutar otak. Bekerja bukan sekedar memperoleh pengasilan bagi

kepentingan keluarga, namun terkait mengejar “ status sosial” (derajat,

pangkat, dan jabatan), agar terpandang di masyarakat, lebih berwibawa

dan dihormati.

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti

sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap

ini tidak dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan

masyarakat. Etos dibentuk dari berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya,

serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata

etike,etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-

nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos

terebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk

mengerjakan sesuatu secara optimal, yang lebih baik, dan bahkan

berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesemurn mungkin. Etos

kerja secara istilah sikap atau tindakan seseorang atau suatu bangsa

mengenai cara kerja atau cara memaknai pekerjaan.

Toto (2002:73) Ciri-ciri orang yang mempunyai dan

menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya

yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa

bekerja itu ibadah dan prestasi iti indah. Pandji (2005:29) menegaskan

bahwa etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau

satu umat terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap itu,melihat kerja

sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja

itu akan tinggi. Sebaliknya kalau melihat kerja sebagai suatu hal berarti

untuk kehidupan manusia, apalagi sama sekali tidak ada pandangan

dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya

rendah. Menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja

sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan doronga atau motivasi.

Secara singkat etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi

ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Etos kerja

merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,

memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang

mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal.

2. Tugas Guru

Usman (1992:4) menjelaskan bahwa jabatan guru yang

memiliki kedudukan tinggi dalam lingkungan masyarakat, keberadaan

guru sangat memberikan andil cukup besar dalam mencerdaskan

masyarakat baik dalam bidang ilmu pengetahuan umum maupun ilmu

pengetahuan agama. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,

mengajarkan, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun melatih

berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.

3. Ciri-Ciri Etos Kerja Muslim

Toto (2002:73) Ciri-ciri orang yang mempunyai dan

menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya

yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa

bekerja itu ibadah dan prestasi iti indah. Ada semacam panggilan dari

hatinya untuk terus-menerus memperbiki diri, mencari prestasi bukan

prestise, dan tampilan sebagai bagian dari umat yang terbaik.

Etos kerja menurut Buchori dalam Toto (2002:15) yaitu etos

berasal dari bahasa Yunani yang berarti cirri, sifat, atau kebiasaan adat

istiadat atau kecenderungan moral atau pandangan hidup yang dimiliki

oleh seseorang, satu golongan, atau suatu bangsa. Jadi etos kerja

artinya sikap terhadap kerja, cirri-ciri, sifat mengenai cara bekerja yang

dimiliki oleh seseorang atau suatu golongan yaitu kecanduan terhadap

waktu, memiliki moralitas yang bersih, mempunyai komitmen,

kecanduan disiplin, konsekuensi dan berani menghadapi tantangan,

orang yang kreatif, dan orang yang bertanggung jawab.

a. Kecanduan terhadap Waktu

Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara

seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa

berharganya waktu. Satu detik berlalu tidak mungkin dia kembali.

Waktu merupakan deposito berharga yang Allah berikan secara

gratis dan merata kepada setiap orang, apakah kaya ataupun

miskin.

b. Memiliki Moralitas yang Bersih (Ikhlas)

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang

berbudaya kerja islam itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas yang

berasal dari bahasa Arab mempunyai arti bersih, murni, sebagai

antonim dari syirik. Mukhlis adalah orang yang memandang

sesuatu secara telanjang atau memang demikian seharusnya. Tugas

yang diberikan merupaka sebuah pengabdian, sebuah

keterpanggilan untuk menunaikan tugas-tugas sebagai salah satu

bentuk amanah yang seharusnya demikian mereka lakukan.

Orang yang disebut mukhlis melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa motivasi lain kecuali bahwa pekerjaan itu

merupakan amanat yang harus dilakukannya sebaik-baiknya dan

memang begitulah seharusnya.

c. Mempunyai Komitmen (Aqidah, Aqad dan Itiqad)

Comitment (dari bahasa latin: committere, to connect,

entrust the state of being obligated or emotionally sehingga

membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan

perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya (i’tiqad).

Peneliti menujukkan bahwa pegawai yang memiliki

komitmen tinggi kepada perusahaan merupakan orang paling

rendah tingkat stresnya dan dilaporkan bahwa mereka yang

berkomitmen itu merupakan orang yang paling merasa kepuasan

dari pekerjaannya itu.

d. Kecanduan Disiplin

Erat kaitannya dengan konsisten adalah sikap berdisiplin

(Latin: disciple, discipulus, murid, mengikuti dengan taat) yaitu

kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat

walaupun dalam situasi yang sangat menekan.

Pribadi yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam

mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi

kewajibannya. Mata hati dan profesional terarah pada hasil yang

akan diraih sehingga mampu menyesuaikan diri dari situasi yang

menantang.

Disiplin adalah masalah kebiasaan. Setiap tindakan yang

berulang pada waktu dan tempat yang sama. Kebiasaan positif

yang harus dipupuk dan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Disiplin yang sejati tidak dibentuk dalam waktu satu-dua tahun,

tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak kita kecil, kemudian

perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati

maknanya di waktu dewasa dan dipetik hasilnya.

e. Konsekuen dan Berani Mengahadapi Tantangan

Ciri lain dari pribadi muslim memiliki budaya kerja adalah

keberaniannya menerima konsekuensis dari keputusannya. Hidup

adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab

pribadinya. Orang yang memiliki konsekuen tidak akan

menyalahkan orang lain karena pada akhirya semua pilihan

ditetapkan oleh dirinya sendiri. Rasa tanggung jawabnya

mendorong perilakunya yang begerak dinamis, seakan-akan

didalam dadanya ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk

mencapai tujuan dan menjaga apa yang telah menjadi keputusan

atau pilihannya.

f. Orang yang Kreatif

Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode

atau gagasan baru dan asli sehingga diharapkan hasil kinerja dapat

dilaksanakan secara efisien, tetapi efektif. Orang yangberagama

Islam sangat memahami ayat pertama yang diterima Rasullah,

yaitu kata iqro’ yang berarti tidak hanya dalam artian membaca,

tetapi juga mengumpulkan dan merangkum data menjadi satu arti

(membaca juga merupakan sebuah proses pengumpulan dan

penyusun huruf-huruf sehingga menjadi satu kata atau kalimat

yang berarti).

Seorang yang kreatif bekerja dengan informasi, data, dan

mengolahnya sedemikian rupa sehingga memberikan hasil atau

manfaat yang besar. Hidup bagaikan kanvas lukisan yang

mendorong dan memanggil nuraninya untuk melukiskan

gambaran-gambaran yang paling indah. Setiap hari adalah sebuah

kegairahan untuk menjadikan dirinya memetik manfaat.

g. Tipe Orang yang Bertanggung Jawab

Senapas dengan kata amanah dalah iman yang terambil dari

kata amnun yang berarti keamanan atau ketentraman, sebagai

lawan kata dari “khawatir, cemas, atau takut”. Sesuatu yang

merupakan milik orang lain dan berada di tangan anda tersebut

sebagai amanah karena keberadaannya di tangan Anda tidak

membuat cemas, khawatir, atau takut bagi pemilik barang tersebut;

ia merasa tentram bahwa Anda akan memeliharanya dan bila

diminta, Anda rela menyerahkannya.

Tanggung jawab sama dengan menanggung dan memberi

jawaban, sebagiamana dalam bahasa inggris, kita mengenal

responsibility=able to response. Dengan demikian, pengertian

takwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggung jawab

(yang ternyata lebih mendalam dari responsibility) dapat

didefinisikan sebagai sikap dan tindakan seseorang di dala

menerima sesuatu sebagai amanah; dengan penuh rasa cinta, ia

ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang

melahirkan amal prestatif.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Pandji (2005: 56) menurut hasil pengamatan, faktor-faktor

keinginan para pekerja bukan hanya imbalan yang besar aja, tetapi ada

faktor-faktor lain yang lebih penting dari itu. Faktor yang sangat

diingini oleh para pekerja untuk tetap meningatkan produktivitas kerja

mereka, yaitu:

a. Pekerjaan yang Menarik

Biasanya apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan

dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaan

akan lebih baik dan memuaskan dari pada dia mengerjakan

pekerjaan yang tidak ia senangi. Demikian pula apabila akan

memberikan tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya bila

mengetahui apakah orang tersebut senang atau tidak dengan

pekerjaan yang akan diberikan.

b. Keamanan dan Perlindungan dalam Bekerja

Biasanya dalam melakukan sesuatu kita merasakan suatu

kekuatiran bila kita gagal dalam melaksanakannya, karenanya kita

harus berhati-hati. Tetapi bila melakukan pekerjaan itu terlampau

hati-hati, maka akibatnya akan sama bila kita tidak berhati-hati.

Keamanan dan perlindungan dalam bekerja itu, bekerja pada

pekerjaan yang memerlukan perlindungan tubuh, ataupun juga

memberikan training sebelumnya untuk pekerjaan yang akan

dilakukannya. Dengan terpenuhinya jaminan atas pekerjaan, maka

dalam bekerja tidak akan ada lagi perasaan was-was atau ragu-

ragu.

c. Penghayatan atas Maksud dan Makna Pekerjaan

Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan adalah bila

seorang pekerja tetap telah tahu kegunaan dari pekerjaannya bagi

umum, dan juga sudah tahu betapa pentingnya pekerjaan, maka

dalam mengerjakan pekerjaannya akan meningkatkan produtivitas

kerjannya.

d. Lingkungan dan Suasana Kerja yang Baik

Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang

baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pemimpin

ataupun pada hasil pekerjaannya. Suasana yang nyaman membuat

para pekerja bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal dan hasil

yank baik.

e. Merasa Terlibat dalam Kegiatan-Kegiatan Organisasi

Keterlibatan dalam organisasi dimana para pekerja tetap

bekerja, maka akan merasakan bahwa dirinya benar-benar

dibutuhkan dalam sekolah dan merasa memiliki sekolahan. Dengan

timbulnya kecintaan dalam dirinya terhadap sekolahannya maka

pekerja akan lebih mementingkan produkvitas kerjanya, karena

bermalas-malasan, maka produktivitas kerjanya akan menurun dan

mengakibatkan kerugian pada sekolahnya.

f. Disiplin Kerja yang Keras

Sebagai manusia biasanya mempunyai sifat ego yang

tinggi, antara lain tak ingin dikekang oleh suatu peraturan atau

suatu tata tertib yang ketat. Demikian pula dengan para pekerja,

biasanya orang merasa enggan akan disiplin kerja yang keras dari

perusahaan di mana bekerja, karena hal ini akan membuat si

pekerja merasa terkekang.

5. Karakteristik Kerja Guru

Zamroni (2001:76) Menjelaskan tentang beberapa karakteristik

kerja guru, antara lain:

1) Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat individualistis

noncolaboratif, artinya guru dalam melaksanakan tugas

pengajarannya memiliki tanggung jawab secara individual, tidak

mungkin dikaitkan dengan tanggung jawab orang lain.

2) Pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap

seluruh waktu.

3) Pekerjaan yang mungkin terjadi kontak akademis anatar guru

rendah. Bisa dicermati setiap hari berapa lama guru bisa

berinteraksi dengan sejawat guru, dikarenakan soal waktu guru

yang habis diserap di ruang-ruang kelas, kemungkinan kejenuhan

guru berinteraksi akademis dengan para siswa.

4) Pekerjaan guru tidak pernah mendapat umpan balik. Umpan balik

adalah informasi baik berupa komentar ataupun kritik atas apa

yang telah dilakukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

yang diterima oleh guru. Berdasarkan inilah guru akan dapat

memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

5) Pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja

diruang kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya diruang–

ruang kelas saja. Tetapi diluar kelas guru harus bisa meluangkan

waktunya untuk mempersiapkan dan mengesmbangkan materi

pelajaran yang akan diberikan kepsada anak didiknya.

E. Hubungan Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dengan Etos Kerja

Guru

Kepemimpinan Kepala Madrasah merupakan kemampuan dari

seorang Kepala Madrasah dalam mempengaruhi dan menggerakkan guru

dalam suatu organisasai atau lembaga sekolah guna terciptanya tujuan

sekolah. Sedangkan Etos Kerja Guru merupakan kemampuan dasar

seorang guru dalam melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan

tinggi, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun administrator yang

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan layak. Kepala Madrasah

mempunyai peran yang sangat penting dalam memberdayakan komponen-

komponen yang adadi sekolah dalam hal ini guru.

Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang

peran penting dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena

itu, guru dituntut untuk bekerja dengan etos kerja yang tinggi, sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala Madrasah sebagai orang

yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas

terciptana tujuan, peran dan mutu pendidikan di sekolah.

Dengan demikian tujuan sekolah dapat tercapai, maka Kepala

Madrasah dalam menjalankan tugas dan fungsinya dituntut memiliki

kapasitas yang memadai sebagai seorang pemimpin. Kepala Madrasah

memiliki peran yang penting dalam meningkatkan etos kerja guru.

Sikap guru terhadap pekerjaan adalah suatu kecenderungan seorang

guru dalam merespon suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya, yang

pada akhirnya diungkapkan dalam bentuk tindakan atau perilaku yang

berkenaan dengan profesinya. Respon dan perilaku seorang guru terhadap

pekerjaannya dapat diungkapkan dalam bentuk kepercayaan dan kepuasan

guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk perilaku yang

ditampilkan.

Etos kerja guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam

melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai

pengajar, pembimbing, maupun administrator yang dilaksanakan secara

bertanggung jawab dan layak. Sikap merupakan kecenderungan respon

suka atau tidak sukanya terhadap suatu obyek. Selain itu, sikap juga

mengandung motivasi yang berarti bahwa sikap mempunyai daya dorong

bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek. Sikap guru

terhadap pekerjaan mengandung makna sebagai suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan seorang guru terhadap pekerjaan yang diembannya, dalam

hal ini sebagai tenaga pendidikan dan pengajar di sekolah.

Guru yang memiliki etos kerka yang baik, sudah barang tentu akan

menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaannya

maupun motivasi yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan

seorang guru yang mampu bekerja secara profesional.

Kepala Madrasah dan guru merupakan komponen–komponen yang

berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam

organisasi sekolah, hubungan Kepala Madrasah dengan guru merupakan

hubungan antara atasan dengan bawahan.

Untuk ini guna terciptanya mutu pendidikan yang optimal,

diperlukan kerja sama yang sinergis antara Kepala Madrasah dan guru.

Dalam organisasi Kepala Madrasah dituntut menampilkan suatu

kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif, sedangkan

para guru dituntut memiliki etos kerja tinggi terhadap pekerjaan, sehingga

dapat menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap

pekerjaannya maupun motivasi kerja yang tinggi.

Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala Madrasah

diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakkan guru meningkatkan

etos kerja. Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berfikir tersebut dapat

digunakan bahwa terdapat hubungan atau korelasi positif antara vasriasi

kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos kerja guru.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTsN Susukan dan Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum

a. Tinjauan Historis

MTs Negeri Susukan adalah salah satu lembaga pendidikan

menengah pertama yang berada di Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang yang dipelopori oleh tokoh masyarakat antara lain

Bapak Kyai H.syamsudin, Bapak Kyai H Dzhakiri, Bapak Kyai H

Muh Ja’farin Ahmad.

Lembaga pendidikan ini didirikan pada tahun 1965. Dilatar

belakangi karena sudah banyak lulusan SD maupun MI yang ingin

melanjutkan ke SLTP atau MTs tetapi belum ada lembaga yang

tersedia di Kecamatan Susukan. Maka para tokoh dan pemuka

agama berkumpul dan menghasilkan kesepakatan mendirikan

sebuang lembaga pendidikan Islami yaitu Madrasah Tsanawiyah.

MTs Negeri Susukan pada awalnya hanya sebagai media bagi

anak-anak yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam masalah pembiayaan relativ

murah dan dapat terjangkau oleh mayoritas kalangan masyarakat di

Kecamatan Susukan dan sekitarnya.

b. Letak Geografis

MTs Negeri Susukan, merupakan pendidikan formal yang

berada dibawah naungan lembaga NU (Nahdatul Ulama) yang

terletak di Desa Tanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, lembaga

pendidikan ini berada dalam daerah yang strategis pada jalur

perdagangan pasar Tradisional Susukan dan dekat dengan jalan

utama Sruwen-Karanggede. Letak geografis ini dapat

mempermudah dan mempercepat jalur transportasi dan jalur

informasi yang semakin berkembang cepat. MTs Negeri Susukan

terletak di Desa Ketanggen letak geografis dapat ditampilkan pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1

Letak Geografis MTs Negeri Susukan Tahun 2014

NO BATAS KETERANGAN

1 Bagian Utara Desa Blibing

2 Bagian Timur Persawahan

3 Bagian Barat Desa Ketanggen

4 Bagian Selatan Desa Deresan

Sumber : Dokumentai MTs Negeri Susukan

2. Sarana dan Prasarana

a. Bangunan dan Perlengkapan

Dalam suatu lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan

formal maupun non formal, sarana dan fasilitas merupakan

kebutuhan primer. Apalagi dalam lembaga pendidikan formal

seperti di MTs Negeri Susukan. Sarana dan fasilitas yang

mendukung keberhasilan pendidikan dan pengajaran sangat

diperlukan untuk membantu terlaksananya tujuan yang akan

dicapai bersama. Secara garis besar dapat ditunjukkan pada tabel

3.2.

Tabel 3.2

Data Kondisi fisik MTs Negeri Susukan

Tahun 2014

NO KETERANGAN JUMLAH

1 Ruang Kelas 27 Ruang

2 Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang

3 Ruang Guru 1 Ruang

4 Ruang Tata Usaha 1 Ruang

5 Ruang Perpustakaan 1 Ruang

6 Lab. Komputer 1 Ruang

7 Ruang Kesenian 1 Ruang

8 Majid 1 Ruang

9 Wc Guru 3 Ruang

10 Wc Murid 15 Ruang

11 Mesin Ketik 2 Buah

12 Komputer 6 Buah

13 Printer Komputer 3 Buah

14 Almari Kantor 1 Buah

15 Meja Kursi Guru 60 Buah

16 Meja Kursi Siswa 945 Buah

17 Papan Tulis 27 Buah

18 Papan Absen 27 Buah

19 Daftar Hadir 27 Buah

20 Peralatan Sholat 30 Set

21 Alat Upacara 1 Set

22 Peralatan Masak 2 Set

23 Bola Volly 10 Buah

24 Bola Basket 8 Buah

25 Bola Sepak 8 Buah

26 Peralatan Badminton 10 Buah

27 Peralatan Tenis Meja 6 Buah

28 Peralatan Tenis Lantai 3 Buah

29 Peralatan Sepak Takro 3 Buah

30 Peralatan Lempar Lembing 6 Buah

Sumber : Dokumentasi MTs Negeri Susukan

b. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sarana penting untuk

memperlancar proses belajar mengajar. Dengan fasilitas yang ada

pada perpustakaan juga dapat membantu siswa untuk

mengembangkan wawasan belajar menambah materi pelajaran

yang belum didapat dari bangku sekolahnya. Di MTs Negeri

Susukan telah dilengkapi dengan buku-buku umum maupun buku-

buku agama. Mengenai jumlahnya, seperti dalam katalog yang ada

sebagai berikut:

1) Buku Referensi Guru

a) Buku-buku agama ada 20 judul buku dengan jumlah 50

eksemplar.

b) Buku-buku umum ada 40 judul buku dengan jumlah 130

eksemplar.

2) Buku Referensi Murid

a) Buku-buku Agama

b) Buku-buku Umum

3. Daftar Nama Guru di MTs Negeri Susukan

Keadaan Guru di MTs Negeri Susukan mempunyai

potensiyang sangat baik, karena tiap-tiap guru mempunyai kompetensi

keahlian dalam bidang masing-masing. Dewan guru mempunyi jiwa

berjuang yang tinggi dengan bisa dilihat bahwa dewan guru MTs

Negeri Susukan berasal dari luar wilayah Kecamatan Susukan, tetapi

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar selalu tepat waktu. Nama

guru di MTs Negeri Susukan dapat dilihat pada tabel 3.3berikut:

Tabel 3.3

Daftar Nama Guru MTs Negeri Susukan tahun 2014

No Nama Jabatan

1 Drs. H. Mudlofir Kepala Sekolah

2 Drs. Azizudin Guru

3 Dra. Siti Wasilah Guru

4 Drs. Masykur Guru

5 Heny Budi Lestari Guru

6 Jumiati, S.Pd Guru

7 Aliq Diroyah, S.Pd Guru

8 Fachrudin Rois,S.Pd Guru

9 Sulastri, A.Md Guru

10 Sri wahyuni, S.Pd Guru

11 Burhanudin, S.Ag Guru

12 Umi Fajriah, S.Ag Guru

13 Slamet Bukhori, S.Pd Guru

14 Muhammad Amin Mustofa, S.Pd Guru

15 Dra. Nurul Hidayati Guru

16 Murodi Sabikin,S.Ag Guru

17 Nur Hidayah, S.Pd Guru

18 Sukrini, S.Pd Guru

19 Noor Farida Yuliani,S.Ag Guru

20 Mau’idzotul Hasabah, S.Ag Guru

21 Drs. Irwan Guru

22 Adillah Niswaty,S.Ag Guru

23 Nur Kholis, S.Pd Guru

24 Umiyatun,S.Pd Guru

25 Endang Sulistiyawati, S.S Guru

26 Isti Kadariyah, S.Pd Guru

27 Siti FaIzatun Guru

28 Jumadi Guru

29 Mu’toin,S.Ag Guru

30 Arina Luthfiyah, SE Guru

31 Sri Hariyati, S.Pd Guru

32 Agus Santoso, S.Pd.I Guru

33 Anima Ubbadah,S.Pd Guru

34 Sutrisno,S.Pd Guru

35 Aan Muanah,S.Pd.I Guru

Lanjutan . . .

Lanjutan . . . .

36 Fita Anelia Hidayah, S.Pd.I Guru

37 Rohmad Guru

38 Afni Wiji Astuti Guru

39 Hanik Lutfiyah, S.Pd Guru

40 Dra. Haniatun Guru

Sumber: Dokumentasi MTs Negeri Susukan

B. Penyajian Data

1. Data Responden

a. Nama responden dapat dicermati pada tabel 3.4

Tabel 3.4

Nama responden MTs Negeri Susukan Tahun 2014

No Nama Jabatan

1 Drs. H. Mudlofir Kepala Sekolah

2 Drs. Azizudin Guru

3 Dra. Siti Wasilah Guru

4 Drs. Masykur Guru

5 Heny Budi Lestari Guru

6 Jumiati, S.Pd Guru

7 Aliq Diroyah, S.Pd Guru

8 Fachrudin Rois,S.Pd Guru

9 Sulastri, A.Md Guru

10 Sri wahyuni, S.Pd Guru

11 Burhanudin, S.Ag Guru

12 Umi Fajriah, S.Ag Guru

13 Slamet Bukhori, S.Pd Guru

14 Muhammad Amin Mustofa, S.Pd Guru

15 Dra. Nurul Hidayati Guru

16 Murodi Sabikin,S.Ag Guru

17 Nur Hidayah, S.Pd Guru

18 Sukrini, S.Pd Guru

19 Noor Farida Yuliani,S.Ag Guru

20 Mau’idzotul Hasabah, S.Ag Guru

21 Drs. Irwan Guru

22 Adillah Niswaty,S.Ag Guru

23 Nur Kholis, S.Pd Guru

24 Umiyatun,S.Pd Guru

25 Endang Sulistiyawati, S.S Guru

26 Isti Kadariyah, S.Pd Guru

Lanjutan . . .

Lanjutan . . . .

28 Jumadi Guru

29 Mu’toin,S.Ag Guru

30 Arina Luthfiyah, SE Guru

31 Sri Hariyati, S.Pd Guru

32 Agus Santoso, S.Pd.I Guru

33 Anima Ubbadah,S.Pd Guru

34 Sutrisno,S.Pd Guru

35 Aan Muanah,S.Pd.I Guru

36 Fita Anelia Hidayah, S.Pd.I Guru

37 Rohmad Guru

38 Afni Wiji Astuti Guru

39 Hanik Lutfiyah, S.Pd Guru

40 Dra. Haniatun Guru

Sumber : DokumentaSI MTs Negeri Susukan

2. Rekapitulasi Hasil Penelitian tentang Model Kepemimpinan Kepala

Madrasah

Hasil penelitian dapat ditampilan pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Data tentang Model Kepemimpinan Kepala Madrasah

Di MTs Negeri Susukan Tahun 2014

No Nama Responden Jumlah

1 Drs. H. Mudlofir 83

2 Drs. Azizudin 85

3 Dra. Siti Wasilah 81

4 Drs. Masykur 88

5 Heny Budi Lestari 82

6 Jumiati, S.Pd 82

7 Aliq Diroyah, S.Pd 85

8 Fachrudin Rois,S.Pd 83

9 Sulastri, A.Md 84

10 Sri wahyuni, S.Pd 81

11 Burhanudin, S.Ag 85

12 Umi Fajriah, S.Ag 84

13 Slamet Bukhori, S.Pd 85

14 Muhammad Amin Mustofa, S.Pd 83

15 Dra. Nurul Hidayati 85

16 Murodi Sabikin,S.Ag 81

17 Nur Hidayah, S.Pd 82

18 Sukrini, S.Pd 85

19 Noor Farida Yuliani,S.Ag 81

Lanjutan . . .

Lanjutan . . . .

20 Mau’idhotul Hasanah, S.Pd 85

21 Drs. Irwan 85

22 Adillah Niswaty,S.Ag 85

23 Nur Kholis, S.Pd 81

24 Umiyatun,S.Pd 85

25 Endang Sulistiyawati, S.S 82

26 Isti Kadariyah, S.Pd 83

27 Siti FaIzatun 84

28 Jumadi 84

29 Mu’toin,S.Ag 81

30 Arina Luthfiyah, SE 80

31 Sri Hariyati, S.Pd 82

32 Agus Santoso, S.Pd.I 81

33 Anima Ubbadah,S.Pd 79

34 Sutrisno,S.Pd 80

35 Aan Muanah,S.Pd.I 82

36 Fita Anelia Hidayah, S.Pd.I 81

37 Rohmad 82

38 Afni Wiji Astuti 82

39 Hanik Lutfiyah, S.Pd 85

40 Dra. Haniatun 78

Sumber : Dokumentasi MTs Negeri Susukan

3. Rekapitulasi Hasil Penelitian tentang Etos Kerja Guru

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Data Tentang Etos Kerja Guru MTs Negeri Susukan

Tahun 2014

No Nama Responden Jumlah

1 Drs. H. Mudlofir 78

2 Drs. Azizudin 78

3 Dra. Siti Wasilah 74

4 Drs. Masykur 80

5 Heny Budi Lestari 78

6 Jumiati, S.Pd 74

7 Aliq Diroyah, S.Pd 77

8 Fachrudin Rois,S.Pd 75

9 Sulastri, A.Md 78

10 Sri wahyuni, S.Pd 76

11 Burhanudin, S.Ag 79

12 Umi Fajriah, S.Ag 78

13 Slamet Bukhori, S.Pd 78

Lanjutan . . .

Lanjutan . . . .

14 Muhammad Amin Mustofa,S.Pd 77

15 Dra. Nurul Hidayati 78

16 Murodi Sabikin,S.Ag 75

17 Nur Hidayah, S.Pd 75

18 Sukrini, S.Pd 80

19 Noor Farida Yuliani,S.Ag 75

20 Mau’idzotul Hasabah, S.Ag 79

21 Drs. Irwan 79

22 Adillah Niswaty,S.Ag 80

23 Nur Kholis, S.Pd 77

24 Umiyatun,S.Pd 78

25 Endang Sulistiyawati, S.S 76

26 Isti Kadariyah, S.Pd 78

27 Siti FaIzatun 78

28 Jumadi 78

29 Mu’toin,S.Ag 77

30 Arina Luthfiyah, SE 74

31 Sri Hariyati, S.Pd 75

32 Agus Santoso, S.Pd.I 78

33 Anima Ubbadah,S.Pd 73

34 Sutrisno,S.Pd 73

35 Aan Muanah,S.Pd.I 73

36 Fita Anelia Hidayah, S.Pd.I 74

37 Rohmad 75

38 Afni Wiji Astuti 78

39 Hanik Lutfiyah, S.Pd 76

40 Dra. Haniatun 72

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

hubungan model kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos kerja guru

di MTs Negeri Susukan tahun 2014. Dalam mencapai tujuan tersebut,

rincian pensekoran masing-masing item soal dari angket hubungan antara

model kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos kerja guru di MTs

Negeri Susukan dapat dilihat dalam tabel sebelumnya sesuai dengan Skala

Likert.

Dari pedoman pensekoran, maka diperoleh skor tentang model

kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri Susukan tahun 2014 dari 40

responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel x (variasi

kepemimpinan Kepala Madrasah) berturut-turut adalah 87 dan 77.

Langkah pertama dalam analisis deskriptif adalah mencari rata-rata

skor jawaban angket model kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri

Susukan tahun 2014.

Untuk mencari rata-rata data berkelompok interval digunakan

rumus:

Keterangan:

x = ∑𝑓𝑖 𝑋 𝑥𝑖

∑𝑓𝑖

x = Mean (rata-rata)

∑fi = Jumlah Responden

∑fi x xi = Jumlah Frekuensi x titik tengah interval

(Sugiono, 2009:45)

Sebelum menghitung rata-rata, maka data tersebut dikelompokkan

berdasarkan distribusi kelompok dengan langkah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah kelas

Rumus yang digunakan adalah

K = Jumlah kelas dan n = Responden

Dengan rumus tersebut diperoleh jumlah kelas sebaga berikut:

K = 1+3.3 log n

= 1+3.3 log 40

= 1+3.3 1,60205999132796

= 1+5,28679797138227

= 6,286 dibulatkan menjadi 6

2. Menentukan panjang kelas atau interval

Panjang kelas atau interval (c) dapat diperoleh dengan rumus :

Keterangan c = Panjang kelas/interval

R = Range

K = Jumlah Kelas (Sugiono,2009:54)

Adapun rumus R (range) sendiri adalah:

K = 1 + 3.3 𝑙𝑜𝑔𝑛

C =𝑅

𝐾

R = 𝑥𝑡 − 𝑥𝑟 + 1

Keterangan R = Range

= Skor tertinggi

= Skor terendah (Sugiyono,2009:55)

Dari rumus tersebut diperoleh range dan panjang kelas sebagai

berikut:

R =

= 87 – 78 + 1

= 10

C =

=

= 1,667 Dibulatkan menjadi 2

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang

diperoleh 2. Sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya tersaji

dalam tabel (3.5) sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Skor Model Kepemimpinan Kepala Madrasah

MTs Negeri Susukan Tahun 2014

No

Kelas

Interval c Titik Tengah

xi

Frekuensi fi fi x xi

1 89-88 88,5 1 88,5

2 87-86 86,5 - -

3 85-84 84,5 15 1267,5

4 83-82 82,5 12 990

5 81-80 80,5 10 805

6 79-78 78,5 2 157

Jumlah 40 3308

𝑥𝑡 − 𝑥𝑟

𝑅

𝐾

Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor

model kepemimpinan Kepala Madrasah di MTs Negeri Susukan Tahun

2014 dihitung dengan rumus :

=

= 82,7

Setelah diketahui rata-rata skor model kepemimpinan Kepala

Madrasah langkah selanjutnya adalah menetapkan katagori skor tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan lima katagori yang terdiri dari

sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik. Adapun rumus yang

digunakan dalam kategorisasi ini adalah:

= −

= 1,8 Dibulatkan menjadi 2

Dari perhitungan tersebut kemudian ditentukan interval dan

katagorinya seperti yang tersaji dalam tabel tersebut

Tabel 4.2

Interval dan Katagori Skor Angket

Model Kepemimpinan Kepala Madrasah

No Interval Katagori

1 86-87 Sangat Baik

2 84-87 Baik

Lanjutan ...

𝑋 = ∑𝑓𝑖 X 𝑥𝑖

∑𝑓𝑖

panjanginterval=

xti−xrinkategori

Lanjutan ....

3 82-83 Cukup

4 80-81 Kurang

5 78-79 Sangat Kurang

Skor angket yang telah dipaparkan dalam tabel jawaban

angket model kepemimpinan Kepala Madrasah, kemudian

dikonsultasikan dengan tabel interval dan katagori, sehingga tersaji

tabel katagori skor model kepemimpinan Kepala Madrasah beserta

jumlah respondennya.

Tabel 4.3

Katagori Skor Variabel X (Kepemimpinan Kepala Madrasah)

beserta Frekuensi Respondennya.

No Interval Katagori Frekuensi

1 Sangat Baik 86-87 1

2 Baik 85-84 15

3 Cukup 83-82 12

4 Kurang 81-80 10

5 Sangat Kurang 79-78 2

Jumlah Responden 40

Dari penyebaran frekuensi tersebut dapat dihitung prosentase

frekuensi dengan rumus:

1. Sangat Kurang

P =

100%

=

x 100%

= 5%

P = 𝐹

𝑁 𝑋 100% (Hadi, 1992:39)

2. Kurang

P =

100%

=

x 100%

= 25%

3. Cukup

P =

100%

=

x 100%

= 30%

4. Baik

P =

100%

=

x 100%

= 37,5%

5. Sangat Baik

P =

100%

=

x 100%

= 2,5%

Tabel 4.4

Katagori, Skor, Frekuensi, dan Persentase Jawaban Angket

Kepemimpian Kepala Madrasah di MTs Negeri Susukan

Tahun 2014

No Katagori Interval Frekuensi Persentase

1 Sangat Baik 86-87 1 2,5%

2 Baik 85-84 15 37,5%

3 Cukup 83-82 12 30%

Lanjutan...

Lanjutan ....

4 Kurang 81-80 10 25%

5 Sangat Kurang 79-78 2 5%

Jumlah 40 100%

Setelah analisis deskriptif pada variabel x selesai, selanjutnya

peneliti akan menyajikan analisis deskriptif pada variabel y ( etos kerja

guru). Dimulai dengan pensekoran jawaban hasil angket etos kerja guru.

Adapun skor untuk tiap butir pertanyaanya sama dengan skor angket

variasi kepemimpinan Kepala Madrasah.

Dari pedoman penyekoran tersebut, maka diperoleh skor tentang

etos kerja guru di MTs Negeri Susukan tahun 2014 dari 40 orang

responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel y (etos kerja guru)

berturut-turut 80 dan 72.

Setelah diketahui skor pada variabel y, maka langkah selanjutnya

menganalisis skor-skor tersebut melalui analisis deskriptif. Langkah

pertama adalah mencari rata-rata skor jawaban angket etos kerja guru MTs

Negeri Susukan tahun 2014.

Untuk mencari rata-rata data berkelompok digunakan rumus:

Keterangan:

y = Mean (rata-rata)

∑ = Jumlah responden

∑ = Jumlah Frekuensi x titik tengah interval

Y = ∑𝑓𝑖 𝑋 ∑𝑦𝑖

∑𝑓𝑖 (Sugiyino , 2009:54)

Sebelum menghitungrata-rata, maka data tersebut dikelompokkan

berdasarkan distribusi kelompok dengan langkah sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah kelas

Rumus yang digunakan adalah

K= Jumlah kelas n = responden

Dengan rumus tersebut diperoleh jumlah kelas sebagai berikut:

K = 1 + 3.3

= 1 + 3.3 x 1,60205999132796

= 1+ 5,28679797138227

= 6, 28679797138227 Dibulatkan menjadi 6

b. Menentukan panjang kelas atau interval

Panjang kelas atau interval (c) dapat diperoleh dengan rumus:

Keterangan : c = Panjang kelas/ interval

R = Range

K = Jumlah kelas (Sugiyono:2009:54)

Adapun rumus R (range) sendiri adalah:

Keterangan: R = Range

= Skor tertinggi

= Skor terendah (Sugiyono,2009:55)

Dari rumus tersebut diperoleh range dan panjang kelas sebagai

berikut:

R = − + 1

K = 1 + 3.3 𝑙𝑜𝑔𝑛

C = 𝑅

𝐾

R = 𝑦𝑡 − 𝑦𝑟

= 80– 72+ 1

= 9

c =

=

= 1,5 dibulatkan menjadi 2

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka interval yang

diperoleh 2. Dalam per sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya

tersaji (3.6) sebagai berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Skor Etos Kerja Guru MTs Negeri Susukan

Tahun 2014

No Interval c Titik Tengah yi Frekuensi fi Fi x yi

1 80-79 79,5 6 447

2 78-77 77,5 17 1317,5

3 76-75 75,5 9 679,5

4 74-73 73,5 7 514,5

5 72-71 71,5 1 71,5

6 70-69 69,5 - -

Jumlah 40 3030

Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor

etos kerja guru MTsN Susukan dihitung dengan rumus:

=

=75,75

y = ∑𝑓𝑖 𝑋 𝑓𝑖

∑𝑓𝑖 (Sugiyono, 2009: 54)

Setelah diketahui rata-rata skor etos kerja guru sebesar 75,75

langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori skor tersebut. Kategori

skor untuk variabel y ini sama dengan kategori skor untuk variabel x, yaitu

sangat kurang, kurang, cukup, tinggi, dan sangat tinggi.

Skor angket yang telah dipaparkan dalam jawaban angket etos

kerja guru, kemudian dimasukkan dengan tabel kategori, sehingga tersaji

tabel kategori skor etos kerja guru beserta jumlah respondennya.

Adapun rumus yang digunakan dalam kategorisasi ini adalah:

= −

= 1,6 dibulatkan menjadi 2

Tabel 4.6

Katagori Skor Variabel y (Etos Kerja Guru) beserta Frekuensi

Respondennya

No Interval Kategori Frekuensi

1 80-79 Sangat Tinggi 6

2 78-77 Tinggi 9

3 76-75 Cukup 17

4 74-73 Rendah 7

5 72-71 Sangat Rendah 1

Jumlah 40

Dari penyebaran frekuensi tersebut dapat digitung prosentase

frekuensi dengan rumus :

a. Sangat Tinggi

𝑝𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙=

𝑥𝑡𝑖− 𝑥𝑟𝑖𝑛𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

P = 𝑅

𝑁 X 100% (Hadi, 1992:399)

P =

x 100%

=

x 100%

= 15 %

b. Tinggi

P =

x 100%

=

x 100%

= 42,5 %

c. Cukup

P =

x 100%

=

x 100%

= 22,5%

d. Rendah

P =

X 100%

=

X 100%

= 17,5 %

e. Sangat Rendah

P =

X 100%

=

X 100%

=2,5%

Hasil perhitungan di atas peneliti sajikan secara rinci dalam tabel

berikut:

Tabel 4.7

Kategori, skor, Frekuensi, dan Persentase Jawaban Angket Etos Kerja Guru

MTs Negeri Susukan Tahun 2014

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 80-79 6 15%

2 Tinggi 78-77 17 42,5%

3 Cukup 76-75 9 22,5%

4 Rendah 74-73 7 17,5

5 Sangat Rendah 72-71 1 2,5

Jumlah 40 100%

B. Uji-uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Langkah-langkah melakukan Uji Normalitas Kolmogorov-

Smirnov dengan SPSS (http://SPSS Idonisia htm) adalah sebagai

berikut:

a) Persiapkan data yang ingin di uji dalam file doc, execel, atau yang

lainnya untuk mempermudah tahapannya nanti

b) Buka program SPPS pada komputer sobat. Klik Variable View,

dibagian pojok kiri bawah.

c) Selanjutnya, pada bagian Name tulis X kemudian Y, pada

Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada bagian Label tuliskan

ETK dan MKKM, dan abaikan yang lainnya.

d) Setelah itu, klik Data View dan masukkan data.

e) Kita akan mengubah data tersebut ke dalam bentuk untandardize

residuel, caranya dari menu SPSS pilih menu Analyze, kemudian

klik Regression dan pilih Linear.

f) Muncul kotak dialog dengan nama Linear Regression, selanjutnya

masukkan variabel MKKM (X) ke Dependent, masukkan variabel

ETG (Y) ke kotak Independent (s) lalu klik save

g) Muncul kotak dialog dengan nama Linear Regression: save, pada

bagian Residuals, centang (V)Unstandardized (abaikan kolom

yang lainnya), selanjutnya klik Continue, lalu klik OK, maka akan

muncul variabel baru dengan nama RES 1, abaikan yang saja

output yang muncul dari program SPSS

h) Langkah selanjutnya, pilih Analyze, lalu pilih Non-paramatric Test,

klik Legaci Dialog, kemudian pilih sub menu 1 sample K-S

i) Muncul kotak dialog lagi dengan nama One-Sampel Kolmogorov-

Smirbov test, selanjunta, masukkan variabel Unstandardized

Residuals ke kotak Test Variable List. Pada test Distribution

centand (V) Normal

j) Klik Ok. Hasilnya sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.30977518

Most Extreme Differences Absolute .075

Positive .075

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .473

Asymp. Sig. (2-tailed) .979

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar

0,979. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh

adalah 0,979 dan lebih besar dari 0,05 atau 0,979 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data yang di uji berdistribusi normal.

2. Uji Himogenitas

Langkah-langkah Uji Homonegenitas dengan SPSS (http://SPSS

Indonesia htm/) adalah sebagai berikut:

a) Buka Program SPSS,klik Variable View. Selanjutnya, pada bagian

Name tulis X dan Y, pada Decimals ubah semua menjadi angka 0,

pada bagian label tuliskan ETG dan MKKM.

b) Setelah itu, klik Data View, dan masukkan data model kepemimpinan

Kepala Madrasah /MKKM(X), dan etos kerja guru /ETG (Y).

c) Pilih Analyze, kemudian klik Compare Means, dan One Way Anova

d) Muncul kota dengan nama One Way Anova, selanjutnya masukkan

variabel Y ke kotak Dependen List dan Variabel X ke kotak Factor,

lalu, klik Options

e) Pada menu options, beri tanda pada Homogeneity of Variance, lalu klik

Continue

f) Klik OK untuk mengakhiri perintah. Selanjutnya akan muncul

tampilan Output SPSS.

Test of Homogeneity of Variances

ETG

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.290 5 31 .070

Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

variabel model kepemimpinan Kepala Madrasah/MKKM (X). Berdasarkan

variabel etos kerja guru / ETG (Y) =0,70. Jika nilai signifikan <0,05, maka

dikatakan bahwa dari dua atau lebih populasi data adalah tidak sama.

Sedangkan, apabila nilai signifikan >0,05, maka dikatakan bahwa varian

dari dua atau lebih populasi data adalah sama. Oleh karena itu signifikan

yang diperoleh adalah 0,070>0,05 maka varian dari dua variabel yaitu

model kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos kerja adalah sama

atau homogen.

C. Pengujian Hipiotesis

Setelah menganalisis data tenan model kepemimpinan Kepala

Madrasah dengan etos kerja guru , maka langkah selanjutnya yaitu

menganalisis hubungan kedua variabel tersebut. Dalam hal ini penulis

menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan

menggunakan bantuan SPSS 16 untuk menghitung hipotesis yang telah

diajukan yaitu ada hubungan antara model kepemimpinan Kepala

Madrasah dengan etos kerja guru.

Adapun langkah-langkah dalam analisis yang ditempuh menurut

Priyatno (2009 : 110-112) ialah sebagai berikut:

a) Bukalah Program SPSS

b) Kliklah variabel view pada SPSS data editor

c) Pada kolom Name baris pertama klik nama, pada label klik, pada

kolom measure pilih Normal. Pada kolom name baris kedua ketik X,

pada label ketik MKMM (model kepemimpinan Kepala Madrasah),

pada kolom measure pilih Scile. Pada kolom name baris ketiga ketik

Y, dan pada label ketik ETG (etos kerja guru), pada kolom Measure

pilih Scale. Untuk kolom lainnya biasa diabakan.

d) Masukanlah ke halaman Data View dengan klik Data View

e) Isikan data nama , X, dan Y

f) Selanjutnya,klik Analyze>Correlate>Bivareate

g) Muncul kotak Bivateate Correlations

h) Masukkan variabel X dan Y ke kotak Vaiables

i) Klik OK.Hasil outputny sebagai berikut:

Correlations

ETG MKKM

ETG Pearson Correlation 1 .795**

Sig. (2-tailed) .000

N 40 40

MKKM Pearson Correlation .795** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tampilan data perhitunga SPSS diketahui korelasi antara X

(MKKM) dan Y (ETG) memberikan nilai koefiensi sebesar 0,795. Karena

koefisien mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

variasi kepemimpinan Kepala Madrasah dengan etos kerja guru sangat

erat. Angka koefisien positif menunjukkan hubungan positif, yaitu jika

“kepemimpinan Kepala Madrasah” baik, maka “ etos kerga guru” akan

semakin tinggi.

Dengan diperoleh nilai product moment ( ) di atas, maka untuk

menentukan taraf signifikan disajikan nilai-nilai product moment dalam

tabel taraf signifikansi 1% sebagai berikut :

Tabel 4.8

Nilai Product Moment

N Taraf Signifikansi

1%

40 0,403

40 0,403

Interpretasi dari tabel di atas adalah bahwa nilai yang diambil

dengan N (jumlah responden) 40 pada taraf signifikansi 1% adalah 0,403. Hasil

hitung koefisiensi korelasi anatara variabel X(variasi Kepemimpinan Kepala

Madrasah ) dan variabel Y (etos kerja guru) adalah 0,795. Hasil yang diperoleh

adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,795>0,403 pada taraf signifikansi

1% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis yang di ajukan

oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada hubungan anatar model kepemimpinan

Kepala Madrasah dengan etos kerga guru”.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah MTs Negeri Susukan Tahun

2014 terbagi menjadi 5 katagori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang

dan sangat kurang. Kategori sangat baik sebesar 2,5%, baik 37,5%,

cukup 30%, kurang 25% dan sangat kurang 5%

2. Etos Kerja Guru MTs Negeri Susukan Tahun 2014 terbagi dalam 5

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

Kategori sangat tinggi 15%, tinggi 42,5%, cukup 22,5%, rendah 17,5%

dan sangat rendah 2,5%.

3. Terbukti pada uji hipotesis, hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih

besar dari r tabel yaitu 0,795>0,403 pada taraf signifikansi 1% maka

hasil yang diperoleh adalah signifikan. Ada Hubungan antara model

kepemimpinan Kepemimpinan Kepala Madrasah dengan Etos Kerja

Guru MTs Negeri Susukan Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun

2014.

B. Saran

1. Kepala Madrasah

a. Menjaga kepemimpinan yang sudah baik ini dan terus

meningkatkan kualitas kepemimpinan yang lebih baik lagi.

b. Kepala Madrasah harus mampu menjaga etos kerja yang sudah

tinggi dan selalu meningkatkan etos kerja guru.

2. Kepada Guru

a. Setiap guru dalam menjalankan tugasnya untuk selalu

menanamkan semangat kerja yang tinggi.

b. Guru harus meningkatkan etos kerja dengan baik sesuai dengan

model kepemimpinan Kepala Madrasah.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji.1992. Psikologi Kepemimpinan. Semarang: Renika cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta Rineka Cipta.

................................1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hadi, Sutresno. 1992 . Metodologi Reseach Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offeset.

Janan Ahmad, Asifudin. 2004 . Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah

University Press.

Kartono, Kartini. 1991. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta Utara : Rajawali.

Marijan. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Yogyakarta: Sabda Media.

Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Mulyadi .2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Malang: Maliki Press.

Mulyono. 2009. Educational Leadership. Malang: Malang Press.

Nawawi, Hadari. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Priatna, Tedi. 2012. Etika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Piyatno, Dwi . 2009. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17.Yogyakarta: Andi

Offset.

Purwanto, Ngalim. 1997. Administrasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda

Karya

Siagen, Soetopo. 1991. Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagaan . 1991. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku administrasi. Jakarta:

Haji Mas Agung

................1993 . Manajemen Suatu Pengantar. Salatiga: Satya Wacana.

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto Wasty. 1998. Kepemimpinan dan Supervisi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sofyan, Mochlasin. 2010. Islami Dalam Etos Kerja. Salatiga: STAIN Salatiga

Press.

Toto.2001. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani.

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta

Sumidjo. Wahjo . 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo.

Data Jawaban Angket Etos Kerja Guru MTs Negeri Susukan Tahun 2014

No

Resp

Katagori Jawaban Katagori Nilai Jumlah

A B C D 4 3 2 1

1 18 2 - - 72 6 - - 78

2 19 - 1 - 76 - 2 - 78

3 18 - - 2 72 - - 2 74

4 20 - - - 80 - - - 80

5 18 2 - - 72 6 - - 78

6 14 3 3 - 56 12 6 - 74

7 17 3 - - 68 - 6 - 77

8 16 3 1 - 64 9 2 - 75

9 18 2 - - 72 6 - - 78

10 18 - 2 - 72 - 4 - 76

11 19 1 - - 76 3 - - 79

12 19 - 1 - 76 - 2 - 78

13 19 - 1 - 76 - 2 - 78

14 17 3 - - 68 9 - - 77

15 18 2 - - 72 6 - - 78

16 16 3 1 - 64 9 2 - 75

17 18 - 1 1 72 - 2 1 75

18 20 - - - 20 - - - 80

19 16 3 - 1 64 9 - 1 75

20 19 1 - - 76 3 - - 79

21 19 1 - - 76 3 - - 79

22 20 - - - 80 - - - 80

23 19 - - 1 76 - - 1 77

24 18 2 - - 72 6 - - 78

25 17 2 1 - 68 6 2 - 76

26 19 - 1 - 76 - 2 - 78

27 19 - 1 - 76 - 2 - 78

28 19 - 1 - 76 - 2 - 78

29 19 - - 1 76 - - 1 77

30 16 3 - 1 64 9 - 1 74

31 15 5 - - 60 15 - - 75

32 18 2 - - 72 2 - - 78

33 13 7 - - 52 21 - - 73

34 17 - 2 1 68 - 4 1 73

35 17 - 2 1 68 - 4 1 73

36 18 - - 2 72 - - 2 74

37 15 5 - - 60 15 - - 75

38 18 2 - - 72 6 - - 78

39 16 4 - - 64 12 - - 76

40 13 5 2 1 52 15 4 1 72

Data Jawaban Angket tentang model Kepemimpinan Kepala Madrasah MTs

Negeri Sususkan Tahun 2014

No

Resp

Katagori Jawaban Katagori Nilai Jumlah

A B C D 4 3 2 1

1 14 5 6 - 56 15 6 - 83

2 17 3 4 - 68 9 8 - 85

3 12 8 4 1 48 24 8 1 81

4 16 6 3 - 64 18 6 - 88

5 13 6 6 - 52 18 12 - 82

6 19 - - 6 76 - - 6 82

7 20 - - 5 80 - - 5 85

8 14 5 6 - 56 15 6 1 83

9 15 4 6 - 60 12 12 - 84

10 12 10 - 3 48 30 - 3 81

11 15 5 5 - 60 15 10 - 85

12 17 - 8 - 68 - 16 - 84

13 16 6 - 3 64 18 - 3 85

14 18 2 - 5 72 6 - 5 83

15 16 6 - 3 64 18 - 3 85

16 8 16 - 1 32 48 - 1 81

17 13 6 6 - 52 18 12 - 82

18 17 3 3 2 68 9 6 2 85

19 9 13 2 - 36 26 6 - 81

20 16 6 - 3 64 18 - 3 85

21 16 6 - 3 64 18 - 3 85

22 16 6 - 3 64 18 - 3 85

23 12 10 - 3 48 30 - 3 81

24 17 3 4 - 68 9 8 - 85

25 19 - - 6 76 - - 6 82

26 18 2 - 5 72 6 - 5 83

27 15 6 2 2 60 18 4 2 84

28 17 - 8 - 68 - 16 - 84

29 12 10 - 3 48 30 - 3 81

30 10 10 5 - 40 30 10 - 80

31 7 18 - - 28 54 - - 82

32 12 8 4 1 48 16 8 1 81

33 5 19 1 - 20 57 2 - 79

34 10 10 5 - 40 30 10 - 80

35 7 18 - - 28 54 - - 82

36 9 13 3 - 36 39 6 - 81

37 7 18 - - 28 54 - - 82

38 7 18 - - 28 54 - - 82

39 18 - 7 - 72 - 14 - 86

40 40 24 14 - 10 8 7 - 78

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Amalia Hidayatus Sibyani

NIM : 111 10 043

Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing Akademik : Rasimin, S.Pdi., M.Pd

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1

Orientasi Pengenalan

Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK)

STAIN Salatiga 2010

25-27 Agustus

2010 Peserta 3

2

Pelatihan Calon Guru

TPQ/TPA Pondok

Pesantren Salafiyah

Syafi’ah Wonogiri

27-30

Desember

2010

Panitia 3

3

Bedah Novel Dengan

Tema “Bumi Cinta”

Bersama Ust.

Habiburrahman El

Shirazy,Lc oleh FS SKI

kota Salatiga

30 Januari

2011 Peserta 2

4 Diskusi Ilmiah Dengan

Tema “MENYIKAPI

FILM KIAMAT 2012”

18 Februari

2011 Peserta 2

5

Has Attebded at seminar

“HEAL THE WORLD

WITH VOLUNTRY

SERVICE”

19 Maret 2011 Peserta 3

6

Surat Keterangan :

Praktikum Mata kuliah

Baca Tulis Al-Qur’an

(BTQ)

22 Juni 2011 Peserta 2

7 Pendidikan dan Latihan

Calon Pramuka Pandega ke

21 (PLCPP)

30 September-

03 Oktober

2011

Peserta 3

8

Seminar Keperempuanan

KORPS HMI –WATI

(KOHATI) Salatiga

dengan tema “ Jilbab

Perpektif Agama dan

4 November

2011 Peserta 3

Sosial”

9

SEMINAR NASIONAL

dengan tema “ Pendidikan

Multikultural Sebagai Pilar

Karakter Bangsa”

6 Juni 2012 Peserta 6

10

Surat Keterangan :

Praktikum Mata kuliah

FIQIH “PERAWATAN

JENAZAH”

17 September

2012 Peserta 3

11

Seminar Bedah SKL dan

Penyuluhan Soal Sesuai

Kisi-Kisi oleh DINAS

PENDIDIKAN

KAB.Semarang

1-3 Oktober

2012 Peserta 3

12 Bedah Buku dengan tema”

KETIKA CINTA

BERTASBIH”

11 Desember

2012 Peserta 2

13

Basic Training Latihan

Kader 1 dengna tema “

MEMBANGUN

PARADIGMA

MAHASISWA YANG

BERINTELEKTUAL

DAN BERJIWA

NASIONALIS RELIGIUS

DALAM PERWUJUTAN

INSAN PARIPURNA

29 November –

2 Desember

2012

Peserta 3

14

Perayaan Dies Natalis HMI

ke 66 dengan tema “66

Tahun HMI untuk Umat

Islam dan Bangsa

Indonesia”

05 Februari

2013 Peserta 3

15 FOLLOW UP MISSION

HMI Tema “Membangun

Kader HMI yang Militan”

18 Februari

2013 Peserta 3

16 Bedah Buku dengan judul

“SHOLAT NGEBUT

BIKIN BEJUT”

11 Mei 2013 Peserta 3

17 Training SIBA-SIBI UAS

Semester Genap 2013

21-22 Juni

2013 Peserta 3

18 LIBRARY USER

EDUCATION (Pendidikan

Pemakai Perpustakaan)

16 September

2013 Perserta 3

19 SOSIALISASI DAN

SILATURAHMI

NASIONAL tema “

30 September

2013 Panitia 6

Sosialisasi UU.NO.1 TH

2013. Peran Serta Fungsi

OJK” “ Peran Pemerintah

dalam Pengawasan LKM

(Lembaga Keungan Mikro)

20

Seminar Nasional Bahasa

Arab dengan tema “

UPAYA MENJAGA

EKSISTENSI DAN

MASA DEPAN

PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB”

09 Oktober

2013 Peserta 6

21

Sarasehan Akbar Keluarga

Besar HMI Komisariat

Walisongo dengan tema

“Merajut Ukhuwah

Memperkokoh

Kebersamaan”

10 Oktober

2013 Peserta 3

22

Musbaqoh Tilawatil

Qur’an (MTQ) Mahasiswa

V dengan tema “MTQ

Sarana Apresiasi untuk

Mencetak Insan Qur’an”

23 Oktober

2013 Peserta 3

23 CEC FESTIVAL dengan

tema “Younger Today Is

The Leader Of Tomorrow”

18-20

November

2013

Peserta 3

24 Bedah Film dengan tema “

TANAH SURGA

KATANYA”

29 Desember

2013 Peserta 2

25

Surat Keputusan

:Keputusan Kepala

Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Dalaman Kab.

Semarang tentang

Pengangkatan Guru yang

Diberikan Tugas Tetap

Pada MI Negeri Dalam

Kab. Semarang Tahun

Anggaran 2014.

05 Januari

2014 Guru Tetap 3

26

Mabit dengan tema

“Bersholawat

Menenangkan Jiwa” oleh

TPQ Nurul Ilmi Koripan

8-9 Maret 2014 Panitia 3

27 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Sukses

Akademik & Sukses Bakat

8 Maret 2014 Peserta 6

Tanpa Stress dan nambah

jam belajar”

28

SARASEHAN AKBAR

BERSAMA TOKOH

NASIONAL dengan Tema

“ Komitmen Politik Islam

Dalam Menata Arah Masa

Depan Bangsa Indonesia”

15 Maret 2014

Peserta

3

29

Dialog Interaktif &

Edukatif dengan tema “

DIAS PORA POLITIK

INDONESIA di TAHUN

2014”

1 April 2014 Peserta 3

30 SIBA-SIBI TRAINING

UTS SEMESTER GENAP

TAHUN 2014

2-3 Mei 2014 Peserta 3

31 Dalam acara Qori’ di TPQ

Nurul Ilmi Koripan

14-15 Juni

2014 Panitia 3

32

Festival Ramadhan se Desa

Ngablak Kec. Srumbung,

Kab. Magelang. Diadakan

Oleh KKN STAIN

SALATIGA Bekerja sama

dengan pemuda Desa

Ngablak

02-03 Juli 2014 Panitia 3

33 Lomba Anak Sholeh di

TPQ Nurul Ilmi Koripan

17 Agustus

2014 Panitia 3

Jumlah 103

Salatiga , 11 September 2014

Mengetahui,

Pembatu Ketua III

Bidang Kesiswaan dan Kerjasama

Moh. Khusen, M.Ag., M.A

NIP.197412121999031003

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Amalia Hidayatus Sibayani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / tanggal lahir : Kab. Semarang, 15 Desember 1992

Agama : Islam

Nama Ayah : Budi Santoso

Nama Ibu : Nur Alimah

Nama Adik :

1. Muhammad Iqbal Ubaidillah

2. Muhammad Abdillah Farurozi Al-Faqih

3. Lusiana Hasnanik Fajriani

Alamat : Dsn. Koripan Rt 08 Rw 02 Desa Koripan, Kec. Susukan,

Kab. Semarang Prov. Jawa Tengah, Warga Negara

Indonisia

Jenjang pendidikan :

1. Tk Rodhotul Alfal koripan

2. SD 1 Negeri Koripan

3. MTs Negeri Susukan

4. SMA 1 Negeri suruh

5. STAIN Salatiga

Salatiga, 05 September 2014

Peneliti

Amalia Hidayatus Sibyani

NIM : 111 10 43