hubungan antara kompetensi guru dan motivasi belajar …/hubungan...hubungan antara kompetensi guru...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
PRETTY YULIA SEKTI
K8408094
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
PRETTY YULIA SEKTI
K8408094
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Pretty Yulia Sekti. K8408094. HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPSA SMA NEGE RI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 . Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : (1) kompetensi dengan prestasi belajar sosiologi. (2) motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar sosiologi. (3) kompetensi guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Sosiologi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survey (research) dan penyajian data secara deskriptif korelatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta sejumlah 147 siswa dengan mengambil sampel populasi sejumlah 100 siswa. teknik pengambilan sampling menggunakan teknik multi stage cluster random sampling atau stratified random sampling, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan teknik angket dan test prestasi. Teknik analisis data yang digunakan teknik korelasi.
Berdasarkan penelitian dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa : (1) Hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 diperoleh perhitungan rx1y = 0,022 dan p = 0,45. Karena p > 0,30 ,ditolak. (2) Hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2y = -0,119 dan p = 0,26 . Karena p = <0,30 “, diterima. (3) hubungan antara kompetensi guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx12y = 0,12 dan p = 0,82. Karena p = > 0,30 , ditolak.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru dan motivasi belajar siswa tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar sosiologi siswa. oleh karena itu kompetensi guru dan motivasi siswa hendaknya lebih diperhatikan untuk acuan peningkatan prestasi belajar sosiologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Pretty Yulia Sekti. K840894. THE CORRELATION BETWEEN TEACHERS’ COMPETENCE AND STUDENTS’ MOTIVATION TOWARDS STUDENTS’ SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT AT ELEVENTH GRADE SOCIAL STUDENTS OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012 . Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2012.
The aims af this research were to know the corelation between: (1) teachers’ competence and students’ sociology learning achievement. (2) Students’ motivation and students’ sociology learning achievement. (3) teachers’ competence and students’ motivation towards students’ sociology learning achievement.
The methodology of this research was quantitative which used survey approach (research) and correlative description in explaing the data. The population of this research was the elevent social grade of SMAN 6 Surakarta consists of 147 students. The sample of this research were 100 students. The sampling technique used was multi stage cluster random sampling or stratified random sampling, where as the technique of colecting data of this research was qustionaire and achievement test. The technique of analyzing the data of this research was correlation technique.
Based on this research and the calculation, it can be concluded that: (1) the correlation between teachers’ competence and students’ sociology learning achievement at the eleventh grade social students of SMAN 6 Surakarta in the academic year 2011/2012 obtained rx1y = 0,022 and p = 0,45. Because of p = <0.30 it was rejected. (2) the correlation between students’ motivation and students’ achievement in learning sociology at eleventh grade of SMAN 6 Surakarta in the academic year 2011/2012 obtained rx2y = -0,119 and p = 0,26. Based on the result p = <0,30, it was accepted. (3) the correlation between teachers’ competence and students’ motivation towards students’ achievement in learning sociology at the eleventh grade social students of SMAN 6 Surakarta in the academic year 2011/2012 obtained rx12y = 0,12 and p = 0,82. Based on the result p = >0,30, it was rejected.
The research result showed that there was no significance realtionship between teachers’ competence and students’ motivation towards students achievement in learning sociology. Therefore, teachers’ competence and students’ motivation should be more noted for the reference of the improvement sociology learning achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena
didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil”
( Mario Teguh )
“Orang yang paling menyesal pada hari kiamat adalah orang yang ada kesempatan
mencari ilmu didunia, tetapi tidak mau mencari ilmu dan orang yang tidak
mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain”
( H.R Abu Azakir )
“jika setiap langkah kita dimulai dengan kesabaran, maka pastilah kita akan
menemukan hasil yang manis”
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
1. Allah SWT untuk segala kekuatan dan ridhoNya
2. Ibu Yunaniati dan Bapak Sujito (Alm) tercinta dengan segala limpahan
do’a, kasih sayang, kesabaran, perhatian, semangat, serta segala yang telah
tercurahkan
3. Keponakan tersayang ( Emir Oriza Ilmi ) dengan segala keceriaan yang
selalu membawa semangat untukku
4. Teman – teman kost Felicia (Leni, O’ta, Teye, Manda, Mega, Novi, Fitri,
Ida, Niki, Tika) Dariati, Tika Asih, Titis ,Widya Pusparingga senyum dan
semangat kalian selalu memberi kekuatan baru untukku
5. Penyemangat dan sumber kekuatanku, Ali Firmansyah
6. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan.
Terlebih dahulu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih terutama kepada yang terhormat :
1. Dekan dan Pembantu Dekan I,II serta III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta ;
3. Drs. H. MH Sukarno, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Sosiologi Antropologi Jurusan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Drs. Noor Muhsin Iskandar, M. Pd pembimbing I, yang dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan selama penulisan
penyusunan skripsi;
Dra. Siti Chotidjah, M. Pd pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan menyusun
skripsi;
5. Atik Catur Budiati, S. Sos. , M.A selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan semangat,bimbingan,dan arahan selama menjadi
mahasiswa di program Studi Sosiologi Antropologi FKIP UNS;
6. Kepada Kepala dan guru-guru mata pelajaran Sekolah SMA Negeri 6
Surakarta yang menjadi objek dalam penelitian saya, terimakasih telah
membantu dalam memperoleh data penelitian;
7. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Peneliti mengharapkan kritik, saran dan petunjuk
yang bersifat membangun dari pembaca.
Surakarta, 20 juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………… i
PERNYATAAN …………………………………………………… ii
PENGAJUAN ……………………………………………………… iii
PERSETUJUAN …………………………………………………… iv
PENGESAHAN …………………………………………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………… vi
MOTTO …………………………………………………………… viii
PERSEMBAHAN ………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xv
DAFTAR TABEL ………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xvii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………… ……………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 5 C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 5 D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………… 7
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 7 1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi ………….. 7
a. Pengertian Belajar …………………………………. 7 b. Tahap – tahap dan Prinsip – prinsip belajar ……….. 8 c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar ……… . 11 d. Kesulitan dan Kiat Mengatasi Dalam Belajar ……… 15 e. Pengertian Prestasi Belajar …………………………. 17 f. Penilaian Prestasi Belajar …………………………… 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Tinjauan Tentang Kompetensi Guru …………………. . 21 a. Pengertian Kompetensi ……………………………. . 21 b. Hakikat Guru ………………………………………. 22 c. Kompetensi Guru …………………………………… 24 d. Kompetensi Kepribadian Guru …………………….. 26 e. Kompetensi Pedagogik ……………………………… 27 f. Kompetensi Profesional Guru ………………………. 33 g. Kompetensi Sosial guru …………………………… 35
3. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar ……………………. 37 a. Pengertian Motivasi Belajar ………………………… 37 b. Fungsi Motivasi …………………………………… 39 c. Macam – macam Motivasi ………………………….. 41 d. Peranan dan Tujuan Motivasi ………………………. 42 e. Cara Menimbulkan Motivasi di Sekolah …………… 43 f. Penelitian yang Relevan …………………………….. 45
B. Kerangka Berpikir …………………………………………… 46 C. Hipotesis …………………………………………………….. 49
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………… 50
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 50 B. Rancangan / Desain Penelitian ……………………………… 51 C. Populasi dan Sampel ………………………………………… 52 D. Teknik Pengumpulan Sampel ………………………………. 55 E. Pengumpulan Data ………………………………………….. 59 F. Validitas Instrumen Penelitian ……………………………… 63 G. Analisis Data …………………………………………………. 65
BAB IV. HASIL PENELITIAN ……………………………………. 72
A. Deskripsi Data ……………………………………………….. 73 B. Pengujian Prasyarat Analisis ……………………………….. 80 C. Pengujian Hipotesis …………………………………………. 80 D. Pembahasan Hasil Analisis Data …………………………… 81
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………. 83
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 83 B. Implikasi …………………………………………………….. 84 C. Saran ………………………………………………………… 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 86
LAMPIRAN ……………………………………………………….. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ……………………………………… 48
Gambar 1.1.1 Gambar Keterangan Waktu Penelitian ……………… 50
Gambar 2.1 Histogram Kompetensi Guru ………………………….. 75
Gambar 3.1 Histogram Motivasi Belajar ………………………….. .. 77
Gambar 4.1 Histogram Prestasi belajar …………………………….. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Guru ………… 74
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar Siswa …. 76
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar …………… 78
Tabel 4.4 Tabel Korelasi antara X1 dan X2 ……………………………. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Rangcangan penelitian ……………………………………………… 88
Instrument angket try out kompetensi guru ………………………… 129
Instrument angket try out motivasi belajar …………………………… 134
Instrument angket penelitian kompetensi guru ………………………. 138
Instrument angket penelitian motivasi belajar ………………………. 141
Soal test prestasi ……………………………………………………… 143
Lampiran 1. Hasil uji analisis butir kompetensi guru ………………… 151
Lampiran 2. Hasil uji analisis butis motivasi belajar ………………… 158
Lampiran 3. Gambar histogram variabel X1, X2, Y …………………. 168
Lampiran 4. Diskriptif data variabel X1, X2, Y ……………………... 171
Lampiran 5. Diskriptif korelasi variabel X1, X2, Y …………………. 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar seseorang untuk mewujudkan
berbagai potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan merupakan proses
untuk mewujudkan berbagai perilaku yang baik. Menurut undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1
dinyatakan bahwa : “pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa,dan Negara”.
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan dibedakan menjadi tiga jalur
yaitu : formal,informal,dan non formal. Salah satu tujuan pendidikan
formal ialah memberikan perubahan progresif di berbagai aspek. Baik
aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek
psikomotorik. Pendidikan formal ini dapat diperoleh setiap individu
melalui proses belajar pada instansi pendidikan. Pemerintah juga telah
mencanangkan wajib belajar sembilan tahun untuk setiap masyarakatnya.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Perubahan-
perubahan itu, berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dari
hasil belajar karena usaha sadar yang dilakukan oleh anak. Tolak ukur dari
pencapaian proses belajar seseorang dalam pendidikan formal ditentukan
oleh pengukuran hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkan Hamalik
“prestasi belajar adalah tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Prestasi belajar tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik itu berasal dari dalam diri siswa (faktor intern)
maupun dari luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor intern terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
faktor fisik (fisiologi umum dan panca indera) dan psikis antara lain
(minat, kecerdasan,bakat serta motivasi). Faktor eksternal meliputi faktor
lingkungan (bimbingan, dorongan /dukungan keluarga) dan faktor
pendidikan (kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru) (1995:159).
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan
belajar adalah faktor dari guru. Guru mempunyai peran yang cukup besar
dalam pencapaian prestasi siswa. Seorang pendidik dapat disebut sebagai
sumber belajar , fasilitator , motivator , dan juga konselor yang berperan
dalam membelajarkan siswa. Membelajarkan adalah membuat siswa
melaksanakan proses belajar , sehingga memperoleh hasil belajar yang
berupa pengetahuan , keterampilan , dan perubahan sikap atau nilai. Untuk
dapat melaksanakan penguasaan pembelajaran itu , guru harus mempunyai
kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dewasa ini.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang
Guru, pasal 2 menyebutkan bahwa guru wajib memiliki Kualifikasi
Akademik, Kompetensi, Sertifikat Pendidikan, sehat jasmani dan rohani
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kompetensi yang dimaksudkan adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi Guru yang sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi :
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2. Kompetensi kepribadian mencakup kepribadian yang : beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, arif
bijaksana, demokratis, mantab, berwibawa, stabil,dewasa.
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat yang meliputi kompetensi untuk : berkomunikasi
lisan, tulis, dan isyarat secara santun, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif,
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pemimpin suatu pendidikan, orang tua wali peserta didik,
menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaaan.
4. Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi , dan
seni budaya yang diampunya meliputi penguasaan : materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran
yang akan diampu, serta konsep dan metode disiplin keilmuan ,
teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan pendidikan , mata pelajaran,
dan kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Motivasi belajar merupakan faktor internal yang berpengaruh besar
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan
suatu kondisi psikis yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas
belajar guna mencapai tujuan yang berupa hasil belajar yang maksimal.
Motivasi belajar timbul dari dalam diri masing-masing individu, sehingga
motivasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Setiap guru dituntut mempunyai kemampuan dan kecakapan sesuai
bidang mata pelajaran yang diampunya. Guru memang harus professional
dalam mendidik siswanya. Kemampuan guru dalam mengajar bisa
berdampak pada motivasi siswa dalam belajar. Tidak hanya itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kemampuan dan kecakapan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh
juga pada prestasi belajar siswa, khususnya prestasi belajar siswa SMA
Negeri 6 Surakarta. Pada faktanya masih terdapat guru yang dalam proses
pembelajarannya kurang memperhatikan sebagian dari kompetensi-
kompetensi guru. Guru yang kadang dalam penyampaian materi masih ada
yang belum fasih menggunakan teknologi sehingga hanya mengandalkan
system ceramah saja. hal ini akan berdampak pula pada motivasi siswa,
karena siswa akan merasa bosan dengan model pembelajaran yang
monoton atau yang begitu-begitu saja. jika motivasi siswanya sudah mulai
berkurang, secara otomatis juga berpengaruh pada menurunnya hasil
prestasi belajar sosiologi siswa SMA Negeri 6 Surakarta. Oleh karena itu
kompetensi guru memang wajib dikuasai oleh setiap guru sebagai wujud
profesionalitasnya dalam bekerja. Proses belajar PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Edukatif, Menyenangkan), bervariatif serta
penguasaan materi yang kuat oleh guru akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa dan juga terhadap prestasi belajarnya.
Pada hakikatnya faktor–faktor yang menunjang keberhasilan
prestasi belajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan adanya
kompetensi guru dalam mengajar dengan professional dan mampu
memunculkan motivasi dari diri siswa yang tinggi dapat menjadi faktor
pendukung keberhasilan siswa dalam berprestasi yang memuaskan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji
mengenai hubungan antara kompetensi guru dan motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan pembatasan masalah di
atas, maka perumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang positif antara kompetensi guru dengan
prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 ?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara kompetensi guru dan
motivasi belajar siswa secara bersama dengan prestasi belajar siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan yang positif antara kompetensi guru
dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui hubungan yang positif antara motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui hubungan yang positif antara kompetensi guru dan
motivasi belajar siswa secara bersama dengan prestasi belajar siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Setelah pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan jawan
dari masalah yang dikemukakan oleh peneliti pada rumusan masalah, juga
diharapkan member sumbangan bagi dunia pendidikan baik secara teoritis
maupun praktis .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Manfaat Teoritis
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi ilmu pendidikan mengenai hubungan kompetensi
guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar sosiologi
siswa.
2. Manfaat praktis
• Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi para guru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kompetensinya sebagai guru yang professional.
• Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini timbul kesadaran dari dalam diri
siswa tentang pentingnya motivasi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi belajar.
• Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui mengenai
pentingnya kompetensi guru dalam memotivasi siswa untuk
pencapaian prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Para ahli psikologi membuat batasan atau definisi tentang
perbuatan belajar dengan cara yang berlainan, sesuai dengan
pandangannya masing-masing .
Mengenai pengertian belajar Robert E. Silverman yang dikutip
oleh Masyhuri (1990) berpendapat bahwa “Learning is a proses in wich
past experience or practice result in relatively permanent change in a
individuals repertory of responses”. (hlm 6)
Bahwa belajar adalah suatu proses dimana pengalaman lampau atau hasil
latihan yang relatif permanen mengubah penyediaan respon individu.
Cronbach yang dikutip oleh Masyhuri (1990) berpendapat bahwa “
learning is shown by a change in behavior as result of experience “
Pembelajaran ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. (hlm 6)
Hilgrad yang dikutip oleh Masyuri (1990) mengemukakan
pendapatnya tentang belajar sebagai berikut :
…learning is the process by which in a activity originates or is changed through training procedures whether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from change by factors not attributable to training . (hlm 6)
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang menghasilkan
perubahan dalam memberikan sambutan terhadap suatu situasi,dan bahwa
perubahan itu tidak boleh hanya ditandai oleh pertumbuhan atau keadaan
yang bersifat sesaat.
Suryabrata mengemukakan bahwa “belajar itu membawa perubahan
(…) actual maupun potensional. Perubahan itu pada pokoknya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
didapatkan kecakapan baru. Dan perubahan itu terjadi pada waktu lama
(1993:323) .
Belajar menurut Slameto secara psikologis adalah “suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (2003:2).
Dari beberapa pengertian belajar di atas peneliti menyimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan
pada diri individu. Perubahan itu berupa kemampuan baru dalam
memberikan respon terhadap suatu stimulus yang relatif permanen.
Dengan kata lain individu yang telah melakukan kegiatan belajar akan
memiliki kemampuan baru dalam memberikan sambutan terhadap situasi
tertentu.
b. Tahap – Tahap dan Prinsip – Prinsip Belajar
1. Tahap – tahap belajar
Menganalisis kegiatan belajar sebagai suatu keseluruhan, menuntut
agar kita memperhatikan perilaku orang yang melakukan kegiatan belajar
sejak situasi awal, ketika individu akan memulai kegiatan belajar
itu,sampai pada situasi akhir, yakni keadaan setelah individu usai
melakukan kegiatan belajar. Berikut merupakan tahap –tahap belajar
(Masyhuri 1990 : 9) :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini sebenarnya individu belum melakukan kegiatan
belajar. Ia baru melakukan penginderaan. Berbagai macam
rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya diterima tanpa
perhatian yang menyertainya.
b. Tahap seleksi stimulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pada tahap ini individu mengadakan pemilihan rangsang
berdasarkan kondisi jasmani atau rokhaninya akan mendapatkan
perhatian dan reaksi tertentu.
c. Tahap pemusatan perhatian
Pada tahap ini siswa telah dapat menentukan pilihannya, yakni
menetapkan rangsang mana yang dari sekian banyak rangsang itu
yang akan mendapat perhatian khusus, untuk kemudian diberi
sambutan atau reaksi tertentu. Siswa yang mempunyai kesadaran
belajar tinggi tentulah akan memusatkan perhatiannya kepada
materi sajian dari gurunya, dan mengabaikan rangsangan lain yang
tidak diperlukan.
d. Tahap pelaksanaan perbuatan belajar
Pada tahap ini individu yang belajar itu menelaah materi pelajaran
yang dihadapinya. Untuk itu perlu mengingat – ingat hasil belajar
yang telah dimiliki sebelumnya. Agar dapat memahami
pengetahuan baru atau materi pelajaran yang baru diperlukan
pengetahuan siap yang telah dikuasai sebelumnya. Aktivitas psikis
yang dilakukan individu pada tahap ini adalah menganalisis
pengetahuan yang baru maupunm pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya untuk kemudian dicari hubungannya.
e. Tahap penemuan insight atau pemahaman
Pada tahap ini individu yang belajar merasa telah menemukan
sesuatu yang baru. Kohler menyebut tahap ini dengan istilah “Aha
Erlebniz”. Suatu tahap dimana individu telah menemukan
hubungan arti antara bagian-bagian dari pengetahuan baru yang
sedang dihadapi, dengan bagian-bagian dari pengetahuan lama /
yang telah dimiliki sebelumnya.
f. Tahap reinforcement atau tahap penguatan
Bila individu yang belajar itu telah menemukan insight, dan
kemudian dengan prinsip yang telah ditemukannya itu ia mampu
melakukan sesuatu seperti : menjawab soal dengan benar, membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
atau menyelesaikan suatu tugas yang baik dan betul, memecahkan
masalah, melaksanakan tugas dengan baik dan sebagainya,
biasanya akan mendapat sambutan yang positif dari orang-orang
yang menyaksikannya.
g. Tahap transfer of learning atau transfer training
Perolehan dari kegiatan belajar atau latihan, yang berupa
kemampuan , keterampilan, penguasaan prinsip, dan sebagainya.
Didalam tahap ini dialih fungsikan atau dialih tugaskan untuk
menghadapi masalah-masalah lain.
h. Tahap pengausan
Dalam tahap ini hasil berlajar yang telah dicapai oleh individu itu
mengalami penyusutan dan lama –kelamaan menjadi hilang
sebagian atau seluruhnya. Keadaan seperti ini disebabkan oleh :
Berkurangnya frekuens “ reinforcement”, karena tidak
menggunakan dalam praktek, atau karena tidak pernah latihan
maka hasil belajar itu tidak pernah mendapatkan penguat, dan
akhirnya banyak yang terlupakan .
Adanya “inhibisi” atau gangguan setelah tercapainya hasil belajar ,
gangguan ini bisa berwujud hasil belajar yang baru, yang tidak ada
kaitannya dengan hasil belajar yang telah dimilikinya itu, tetapi
bisa juga berupa hasil belajar yang lebih canggih mengenai hal
yang sama.
2. Prinsip – prinsip belajar
Kingsley yang dikutip oleh Ganda mengemukakan bahwa “prinsip-
prinsip belajar antara lain adalah prinsip kematangan, prinsip belajar
dengan berbagai aktivitas disertai dengan upaya trial and eror, prinsip
repetisi, prinsip motivasi, prinsip penciptaan situasi (conditioning),
prinsip hubungan dan organisasi” (2004:36).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip belajar :
a. Prinsip kematangan Seseorang yang telah mencapai kematangan pada tahap tertentu akan lebih mudah mengadakan penyesuaian belajar pada tingkat itu dari pada mereka yang belum mencapai kematangan.
b. Prinsip belajar dengan berbagai aktivitas disertai upaya trial dan eror
Belajar tidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya aktivitas. Yang dimaksud dengan trial and eror adalah mengadakan ujicoba sesuatu cara walau ada kegagalan, tetapi mencoba dan mencoba terus sampai pada suatu saat mencapai sukses.
c. Prinsip repetisi Repetisi (repetition-ulangan), repetisi dapat meningkatkan dan melengkapi keterampilan sederhana dengan adanya pelatihan yang berkesinambungan.
d. Prinsip motivasi Dalam belajar sebaiknya selalu ditentukan tujuan sehingga timbul motivasi intrinsik yang menentukan keberhasilan belajar.
e. Prinsip penciptaan situasi (conditioning) Situasi stimulus yang diberikan selama belajar harus sesuai dengan respon baru yang diberikan, sehingga akan merangsang respond an selanjutnya.
f. Prinsip hubungan dan organisasi Yang dimaksud dengan proses pengorganisasian pengalaman ialah pengalaman yang kita peroleh akan menjadi dasar pengalaman yang baru. Pengalaman itu harus ditata dalam proses pikir. Kemudian, dicari antar kaitannya hingga menimbulkan konsep pemikiran yang baru.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi 3 macam ( Syah 2005 : 144), yakni :
1. Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,
yakni :
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalagi jika disertai pusing yang berat misalnya, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehinggaa materi
yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani tetap bugar, siswa sangat
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.
b. Aspek psikologis
Inteligensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko_fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak
saja,melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya memang dengan intelegensi manusia lebih
menonjol dari pada peran organ-organ lainnya lantaran otak
merupakan “menara pengontrol “ hampir seluruh aktivitas
manusia.
Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response
tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan
mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap
negative siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda dapat
menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negative siswa
seperti tersebut diatas, guru dituntut untuk terlebih dahulu
menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk
senantiasa menghargai dan mencintai profesinya.
Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensional
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang (Chalpin, 1972 ; Reber, 1988). Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tetentu
sesuai dengan kapasitas masing- masing. Dalam perkembangan
selanjutnya , bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti
yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang tertentu . umpamanya, seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah
yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Motivasi siswa
Motivasi ialah keadaan internal organism baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah. Kekurangan atau ketiadaan
motivasi, baik yang bersifat internal maupun bersifat eksternal,
akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran yang
baik di sekolah maupun di rumah.
2. Faktor Ekternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas
dua macam yakni :
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Selanjutnya , yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh yang serba
kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan
sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat
orang tua , praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
dan demografi keluarga,semuanya dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar
yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar yang sudah disampaikan di atas, dapat dipahami
sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson :1991)
d. Kesulitan dan kiat mengatasi dalam belajar
1. Kesulitan belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun dari kenyataann sehari-hari tampak jelas bahwa
siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan
belajar terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa
lainnya. Secara garis besar faktor – faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar menurut (Syah 2005 :164) terdiri atas dua macam yaitu :
a. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan
psiko-fisik ,yaitu :
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti
rendahnya intelektul/inteligensi siswa
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya
emosi dan sikap
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata
dan telinga)
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mengandung aktivitas belajar siswa. faktor
lingkungan siswa meliputi :
1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan
ekonomi keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan
kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar,kondisi guru dan alat
– alat belajar yang berkualitas rendah.
2. Kiat mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu
diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan
beberapa langkah penting yaitu :
a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian
masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh
pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa
b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan
c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial
teaching (pengajaran perbaikan)
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melakukan
langkah selanjutnya, yaitu :
1) Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostic
kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa,
sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang
berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
2) Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat
menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap
bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang – bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga
yaitu :
a. Bidang kecakapan bernasalah yang dapat ditangani
guru sendiri
b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani
oleh guru dengan bantuan orang tua
c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat
ditangani baik oleh guru maupun orang tua.
d. Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun perbaikan (remedial teaching),
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal berikut :
i. Tujuan pengajaran remedial
ii. Materi pengajaran remedial
iii. Metode pengajaran remedial
iv. Alokasi waktu pengajaran remedial
v. Evaluasi kemajuan siswa selelah mengikuti
program pengajaran remedial
( Syah , 2005 : 167 )
e. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah
melakukan kegiatan . Hal ini sesuai makna prestasi yang
diungkapkan oleh Tirtanegoro bahwa “prestasi merupakan hasil
usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan
dalam bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan dalam
mencapai hasil kerja dalam kurun waktu tertentu” ( 1994 : 43).
Prestasi dalam kehidupan manusia dianggap parenial sebab
dalam kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Menurut Arifin menyatakan “prestasi
berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi”. Yang berarti “hasil usaha “ atau prestasi
adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menyelesaikan suatu hal (1990:3). Secara umum prestasi
diidentikkan dengan kesuksesan yang diraih seseorang dalam bidang
tertentu. Bidang tersebut misalnya dalam bidang akademis,
pekerjaan, olahraga, dan sebagainya. Arifin mengungkapkan
“prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan, keterampilan
dan sikap seseorang dalam melakukan sesuatu hal” (1990 :3).
Murbay dalam Beck mendefinisikan prestasi sebagai
berikut: “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan,
melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan
baik dan secepat mungkin” (1990: 290). Winkel mengemukakan
bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil
maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-
usaha belajar (1996: 226). Sedangkan Slameto mengemukakan
bahwa “prestasi adalah pencapaian hasil belajar yang sudah
ditetapkan di setiap bidang tertentu” (2002 :20).
Nasution prestasi belajar adalah “Kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi
belajar adalah hasil usaha siswa yang dapat dicapai berupa
penguasaan pengetahuan, kemampuan, kebiasaan dan keterampilan
serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang mana dapat
dibuktikan dengan hasil test” (1996: 17).
Prestasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat diartikan
sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dari hasil belajar. Idris
dan Jamal menyatakan “ klasifikasi segi kepribadian yang dimiliki
peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dinamakan
taksonomi tujuan pendidikan , dimana meliputi domain ( kawasan
kognitif ), afektif dan psikomotor” ( 1992 : 32 ) .
Menurut Tirtonegoro pengertian prestasi belajar adalah “…penilaian
hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu” Periode tersebut
menurut Tirtonegoro “…misalnya tiap catur wulan atau smester,
hasil prestasi berlajar anak dinyatakan dalam buku rapor (2001 : 43).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha siswa yang
dapat dicapai berupa penguasaan, pengetahuan, kemampuan,
kebiasaan dan keterampilan serta perubahan sikap.
Prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah
menjalani kegiatan belajar mengajar dinyatakan dalam bentuk angka,
symbol atau kalimat yang ditulis dalam buku raport siswa dalam
periode satu smester. Prestasi belajar yang akan dikaji oleh peneliti
adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
dalam periode waktu semester, yang diperoleh dari hasil test ujian
tertulis bidang sosiologi yang disusun oleh peneliti.
f. Penilaian prestasi belajar
Penilaian itu digunakan untuk mengukur keberhasilan
kegiatan tersebut, sehingga dapat diketahui mana yang berhasil dan
mana yang tidak. Syah mengemukakan “ evaluasi artinya penilaian
terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program” (2006 :141) .
Syah (2006 ) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang
sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu :
a. Pre test dan post test Kegiatan pre test dilakukan oleh guru pada setiap akan memulai pelajaran baru. Di adakannya pre test ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan diajarkan. Sedangkan post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada akhir pelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah siswa dapat menguasai materi yang telah diajarkan.
b. Evaluasi prasyarat Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Evaluasi diagnostic Evaluasi ini dilakukan setelah selesai pelajaran dengan mengidentifikasikan bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
d. Evaluasi formatif Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir pelajaran. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitas belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan remedial (perbaiakan).
e. Evaluasi sumatif Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi ( hlm199). Arikunto (1996) menjelaskan pula pengukuran nilai yang lain,
yaitu dalam suatu penilaian ada tiga yang harus diukur, ukuran
itu adalah pengukuran ranah kognitif, ranah psikomotorik dan
pengukuran ranah afektif. Pengukuran ini dinilai penting dalam
menilai prestasi belajar siswa. pengukuran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
i. Pengukuran ranah kognitif
Dalam pengukuran ini biasanya menggunakan macam-
macam tes agar dapat diketahui siswa sudah paham atau
belum dengan materi yang diajarkan
ii. Pengukuran ranah afektif
Pengukuran ini sangat berbeda dengan pengukuran ranah
kognitif, yaitu pengukurannya membutuhkan waktu yang
lama karena mengamati sikap anak didik. Dalam ranah
afektif ini yang menjadi sasaran penilaian adalah perilaku
anak didik
iii. Pengukuran ranah psikomotorik
Pengukuran ini biasanya bersamaan dengan pengukuran
ranah kognitif, yaitu berupa keterampilan yang diukur ( hlm
172) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
evaluasi hasil belajar dapat memberikan gambaran tentang seberapa
jauh prestasi yang dapat dicapai oleh seorang siswa dalam belajar
mengajar.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian kompetensi
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Charles dalam
Mulyasa mengemukakan bahwa : “competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for desired
condition ( kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan)”
(2007:25).
Di dalam bahasa inggris terdapat tiga peristilahan yang mengandung
makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi Syaefudin
(2009) :
1. “competence is being competent, ability (to do the work)”. (kompetensi itu pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
2. “competent refers to (persons) having ability, power,authority, skill, knowledge, (to do what is needed). Kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten)ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dan sebagainya.
3. “competency is rational performance wich satisfactorily meets the objectivities for a desired condition” (kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat)yang diharapkan (hlm 44) . Menurut Sagala (2010) kompetensi merupakan peleburan dari
pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,keterampilan, niali dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standart kualitas dalam pekerjaan nyata ( hlm 23).
Dari uraian diatas, Nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena
mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan
perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati tetapi mencakup
sesuatu yang tidak kasat mata.
Kompetensi merupakan komponen utama dari standart profesi
disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan
dalam prosedur dan system pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan
dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan
eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta
memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang
menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif
dan efisien.
b. Hakikat guru
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul
dan berinteraksi dengan para murid. Guru bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan , melakukan penelitian dan
pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat. Guru juga
berkewajiban menggerakkan dan mendorong peserta didik agar
semangat dalam belajar, sehingga semangat belajar peserta didik
benar-benar dapat menguasai bidang ilmu yang dipelajari. Guru juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
harus membantu peserta didik untuk dapat memperoleh pembinaan
yang sesuai dengan bakat,minat, dan kemampuan yang dimiliki.
Guru merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian
sentral,pertama,dan utama. Fitur yang satu ini akan senantiasa menjadi
sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru
selalu terkait dengan komponen manapun dalam system pendidikan.
Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru
merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi keberhasilan
peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar
mengajar. Upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk
menungkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan
yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan
berkualitas.
Menurut Supriadi yang dikutip Mulyasa (2007) “untuk menjadi
guru professional, seorang guru dituntut untuk memiliki minimal lima
hal “, yaitu :
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya 2. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang
diajarkan serta cara mengajarkannya kepada peserta didik 3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui
berbagai cara evaluasi 4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya 5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya ( hlm11)
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap
seperti yang didefinisikan rogers dalam Mulyasa (2007) berikut ini:
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka;
2. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;
3. Mau dan mampu menerrima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terehadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran;
5. Dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terehadapa diri dan perilakunya;
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran;
7. Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi dicapainya ( hlm55).
Guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian
secara sentral, pertama dan utama. Guru juga harus merupakan
komponen yang paling berpengaruh terhadap tercapainya proses dan
hasil pendidikan yang berkualitas.
c. Kompetensi Guru
Pada hakekatnya kompetensi guru tidak dapat dilepaskan dari
hakekat guru dan hakekat tugas guru. Pada dasarnya kompetensi guru
merupakan konsekuensi dari tugas dan kewajiban guru yang harus
dilakukan sehubungan dengan guru sebagai profesi. Kompetensi guru
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan disekolah. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal,keilmuan,teknologi, sosial,
spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standart profesi
guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme.
Kompetensi tidak dapat berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
banyak faktor lain yaitu latar belakang pendidikan , pengalaman
mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi dapat digunakan
sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, pedoman dalam
pengembangan tenaga guru.
Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007) , kompetensi guru
sebagai “ Discriptive of qualitative nature of teacher behavior to be
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
entirely meaningful “. Kompoetensi guru merupakan gambaran
kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti (hlm 25).
Sedangkan menurut Charles dalam Mulyasa (2007 ) mengemukakan
bahwa “competency as rational performance which satisfactorily
meets the objective for desired condition”. Kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai kondisi yang diharapkan (hlm 25).
Guru yang professional adalah guru yang memiliki seperangkat
kompetensi ( pengetahuan , keterampilan , dan perilaku ) yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
berdasarkan Undang –Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada Bab IV Pasal 10 ayat 91, yang menyatakan bahwa
“kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalu pendidikan profesi”
Menurut UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 dab PP No. 19
Tahun 2005, kompetensi guru meliputi :
1. Kompetensi kepribadian, mencerminkan kepribadian yang mantab
, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia
2. Kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, evaluasi hasil belajar, perancangan dan pelaksanaan belajar ,
serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai kompetensi yang dimilikinya .
3. Kompetensi professional, merupakan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam mencangkup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodelogi keilmuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dalam bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Kepribadian Guru
Pribadi guru memiliki peran yang sangat besar terhadap
keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Pribadi guru juga mempunyai peranan dalam membentuk kepribadian
siswa. Seorang anak mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang yang lebih tua . begitu juga seorang siswa yang mencontoh
pribadi gurunya. Guru mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan
dan perkembangan siswa. Semua itu menunjukkan bahwa kepribadian
seorang guru sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses pembentukan
kepribadiannya.
Dalam standart nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir b, yang dikutip Mulyasa ( 2007 ) dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan “Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantab , stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia” (hlm 117).
Masing-masing kepribadian tersebut mempunyai indikator sebagai
berikut :
1. Kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator esensial :
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial :
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial : memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik, sekolah
dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak.
4. Akhlak yang berwibawa memiliki indikator esensial : memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak yang mulia dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial : bertindak sesuai dengan norma religious (iman, taqwa
,jujur,ikhlas), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
e. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan yang sering diabaikan oleh guru adalah kemampuan
seorang guru dalam rangka mengelola pembelajaran. Seorang guru
kadang hanya terfokus pada bagaimana dia dapat menyampaikan
materi dengan baik, bagaimana dia menyampaikan materi yang
diberikan dapat selesai tepat waktu . sebagian besar guru hanya
beranggapan bahwa peserta didik diibaratkan sebagai sebuah bejana
yang akan diisi dengan air (ilmu) oleh gurunya, guru cenderung
menyampaikan materi dengan metode ceramah, menguasai kelas. Hal
ini akan menyebabkan siswa menjadi orang pasif yang hanya mampu
menerima apa yang disampaikam oleh guru tanpa memiliki
kemampuan untuk menyampaikan sesuatu.
Sementara dewasa ini peserta didik harus dituntut lebih aktif untuk
menyampaikan apresiasi atau pendapat di dalam kelas. Oleh karena itu
guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi dan
pengelolaan kelas agar terkesan tidak monoton dan pasif. Sehingga
dalam suatu pembelajaran akan tercipta hubungan timbal balik antara
guru dan siswanya.
Menurut Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 Tentang Guru,
pasal 2 disebutkan bahwa Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi Guru bersifat holistik.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru dituntut
sebagai seseorang yang mempunyai wawasan luas tentang
pendidikan, tentang ilmu yang dianggap relevan dalam
pendidikan. Dengan pemahaman wawasan yang luas akan
mempermudah guru sendiri untuk menyampaikan suatu materi
kerpada siswa. Dengan wawasan luas guru akan memiliki
beberapa cara kreatif dalam proses pembelajaran sehingga proses
pembelajaran bisa berlangsung dengan kreatif dan mudah
diterima oleh siswa.
2. Pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman
akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan
benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya.
Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam
usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan
dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga
dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta
menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Perancangan pembelajaran, memahami landasan kependidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai, materi ajar, serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan
oleh penerapan metode pendidikan yang konvensional, anti
dialog, pewarisan pengetahuan, dan tidak bersumber pada realitas
masyarakat. Sehubungan dengan ini, telah ditegaskan dalam
Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan
pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama
subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan
komunikasi. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran, adapun teknologi yang bisa
mendukung pembelajaran guna mempermudah siswa menyerap
materi yang disampaikan guru. Oleh karena itu guru dituntut
untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi
pembelajaran terutama internet, agar dia mampu memanfaatkan
berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam
melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk
kompetensio peserta didik. Penggunaan teknologi dalam
pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan
atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan
mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan
computer yang dapat diakses oleh peserta didik. Fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar, sarana dan
prasarana penunjang lainnya, sehingga peningkatan fasilitas
pendidikan harus ditekankan pada peningkatan sumber-sumber,
baik kuantitas maupun kualitasnya, sejalan dengan perkembangan
teknologi pendidikan dewasa ini. Perkembangan sumber-sumber
belajar ini memungkinkan peserta didik belajar tanpa batas., tidak
hanya diruang kelas, tetapi bisa dilaboratorium, perpustakaan,
dirumah, dan tempat –tempat lain.
7. Evaluasi hasil belajar, merancang dan melaksanakan evaluasi
proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar, serta memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas progam pembelajaran secara umum. Evaluasi
hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir
satuan pendidikan dan sertifikasi.
a. Penilaian kelas, penilaian kelas dilakukan dengan ulangan
harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian
dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan
bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri
dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik,
dan tugas – tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep
yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga
kali dalam setiap semester. Ulangan harian ini terutama
ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi
tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan lain,
misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
nilai bagi peserta didik.
Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester, dengan
bahan yang diujikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
i. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil
dari materi semester pertama.
ii. Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan
gabungan dari materi semester pertama dan kedua,
dengan penekanan npada materi semester kedua.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.
Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh materi
pembelajaran yang telah diberikan, dengan penekanan pada
bahan-bahan yang diberikan pada kelas. Hasil ujian akhir ini
terutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap
peserta didik, dan layak tidaknya untuk melanjutkan
pendidikan pada tingkat diatasnya.
b. Tes Kemampuan Dasar, tes kemampuan dasar dilakukan
untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, yang diperlukan dalam rangka memperbaiki
program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan
dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.
c. Penilaian Akhir Satuan pendidikan dan Sertifikasi, pada
setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh
dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajara peserta didik
dalam satuan waktu tertentu.
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya, memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru
melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra
kulikuler, pengayaan atau remedial, serta bimbingan dan
konseling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Kegiatan ektrakulikuler, kegiatan ini merupakan kegiatan
tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan
diluar kegiatan kulikuler. Meskipun kegiatan ini bersifat
ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan
bakat peserta didik, bahkan dalam kegiatan ekstrakulikuler
inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi
yang dimilikinya, atau bakat-bakatnya yang terpendam.
Disamping mengembangkangkan bakat, ekstrakulikuler
juga dapat membentuk watak dan kepribadian peserta
didik, karena dalam kegiatan ini biasanya ditanamkan
disiplin, kebersihan, cinta lingkungan dan lain-lain.
b. Pengayaan dan Remidial, berdasarkan hasil analisis
terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-tugas, hasil
tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan
belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan
dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan
dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini
juga mengidentifikasi materi yang perlu diulang, peserta
didik yang wajib mengikuti remedial, dan mengikuti
program pengayaan.
c. Bimbingan dan Konseling Pendidikan, sekolah
berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang mnyangkut pribadi, sosial,
belajar, dan karier. Selain guru pembimbing, guru mata
pelajaran yang memenuhi criteria pelayanan bimbingan
dan karier diperkenkan memfungsikan diri sebagai guru
pembombing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran dan
wali kelas harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi
dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan
berkesinambungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f. Kompetensi Professional Guru
Kemampuan yang mutlak harus dipenuhi seorang guru adalah
kemampuan dalam menyampaikan materi. Seorang guru harus
mampu menguasai materi yang akan disampaikan sehingga dia dapat
menyampaikan dengan urut dan jelas, memilih metode yang sesuai
agar perhatian siswa dapat terfokus dan tidak bosan dalam mengikuti
pelajaran . dengan menguasai materi yang akan disampaikan, seorang
guru dapat selesai tepat waktu dan mampu mencapai hasil yang
memuaskan. Kemampuan semacam ini disebut dengan kompetensi
professional guru.
Standart nasional pendidikan pada pasal 28 ayat (3) butir c yang
dikutip Mulyasa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
“kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang
ditetapkan dalam “Standart Nasional Pendikan” (2007 : 135 ) .
Beberapa indikator yang dapat menunjukkan kompetensi
professional guru adalah:
1. Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi,
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan, menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan atau materi bidang studi.
Secara lebih rinci aspek-aspek yang termasuk dalam penilaian
kompetensi professional , antara lain :
1) Pra pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a. Mempersiapkan siswa untuk belajar
b. Melakukan kegiatan apresiasi
2) Kegiatan inti pembelajaran
a. Penguasaan materi pembelajaran
1) Menunjukkan penguasaan materi pelajaran
2) Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan
3) Menyampaikan materi dengan jelas , sesuai
dengan herarki belajar dan karakteristik siswa
4) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
b. Pendekatan atau strategi pembelajaran
1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
karakteristik siswa
2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut
3) Menguasai kelas
4) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual
5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
c. Pemanfaatan sumber belajar atau media belajar
1) Menggunakan media secara efektif dan efisien
2) Menghasilkan pesan yang menarik
3) Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa
1) Menumbuhkan partisipati aktif siswa dalam
pembelajaran
2) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa
dalam belajar
e. Penilaian proses dan hasil belajar
1) Memantau kemajuan belajar selama proses
belajar
2) Melakukan penelitian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
f. Penggunaan bahasa
1) Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara
jelas, baik, dan benar
2) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
3) Penutup
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bahan remidi atau
pengayaan.
g. Kompetensi Sosial Guru
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan
sosial masyarakat dan lingkungannya. Guru adalah makhluk
sosial yang selalu hidup bersama dengan orang lain baik di
sekolah maupun di kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu,
guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik untuk
bergaul, berkomunikasi dengan orang lain, menggunakan
teknologi komunikasi terutama dalam kaitannya dengan
pendidikan. Kemampuan itu tidak terbatas pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
disekolah tetapi juga pada pendidikan yang berlangsung di
masyarakat.
Dalam Standart Nasional Pendidikan yang dikutip Mulyasa
(2007) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
“Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan , orang tua wali dari peserta didik, dan
masyarakat sekitar “ (hlm 140). Hal tersebut lebih lanjut dalam
RPP guru dikutip Mulyasa (2007) bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk :
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali
peserta didik
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
Kompetensi sosial memiliki beberapa indikator yaitu :
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik,
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua wali peserta didik dan masyarakat
sekitar (hlm 140).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3. Motivasi belajar
a. Pengertian motivasi belajar
Setiap orang memiliki kondisi internal yang berbeda,
termasuk motivasi pada diri seseorang. Ada seseorang yang gigih
dalam berusaha mencerminkan memiliki motivasi yang tinggi untuk
mencapai tujuannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Motivasi dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang, karena motivasi sebagai
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah
laku. Dorongan ini ada pada seseorang yang melakukan sesuatu
berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Oleh karena itu, seseorang
melakukan suatu perbuatan yang didasarkan atas motivasi yang ada
pada orang tersebut.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, mengenai hal tersebut Callahan
dan Clark dalam Slameto (1988) mengemukakan bahwa “motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu” (hlm 98). Dengan
motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu
kalau memiliki tujuan atas perbuatannya, demikian halnya karena
adanya tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk
mencapainya (Mulyasa,2007:58).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan
belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang
tinggi.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hamzah (2008) istilah
motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan “sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat “ (hlm 23). Mengenai hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Hamzah (2008) menambahkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya
dengan berbagai indikator atau unsur yang mendukung (hlm 23).
Indikator motivasi belajar menurut Hamzah (2008) dapat
ditunjukkan dengan adanya :
1) Hasrat keinginan berhasil. 2) Dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Harapan dan cita-cita masa depan. 4) Penghargaan dalam belajar. 5) Kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Lingkungan belajar yang kondusif.
(hlm 23)
Dalam kegiatan belajar Sardiman menambahkan bahwa motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada
umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan
siswa untuk belajar (2009:75)
Oleh karena itu dalam motivasi yang ada pada setiap orang Sardiman
(2009) mengklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas. 2) Ulet menghadapi kesulitan. 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin. 4) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 5) Lebih senang bekerja mandiri. 6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 7) Dapat mempertahankan pendapatnya. 8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (hlm 48)
Mengenai motivasi Dimyati & Mudjiono (1999)
berpendapat “motivasi belajar ada yang intrinsic atau ekstrinsik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Penguatan motivasi belajar tersebut berada di tangan para
guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik
bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun
pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi
belajar sepanjang hayat” (hlm.94)
Mengenai motivasi pada individu Djaali (2007) “motivasi
adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan)” (hlm.101). pendapat lain
juga dikemukakan olah Ngalim (2006) “motivasi yaitu suatu usaha
yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga
tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga hasil atau tujuan tertentu” (hlm.73).
Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan ekternal
pada diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar untuk
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam
kurikulum sekolah. Dengan demikian intensitas motivasi belajar
akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan, baik dari dalam maupun
dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Oleh karena itu motivasi mempunyai peranan yang penting, semakin
besar motivasi seseorang maka akan semakin baik pula hasil yang
akan dicapi oleh seseorang tersebut. Mengenai fungsi fungsi
motivasi untuk seseorang Sardiman (2009) mengklasifikasikan
sebagai berikut :
Terdapat tiga fungsi motivasi:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (hlm 83)
Selanjutnya Sardiman (2009) juga menambahkan bahwa
motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya (hlm 83)
Hal tersebut sesuai dengan simpulan Eysenck bahwa
fungsi motivasi antara lain adalah menjelaskan dan mengontrol
tingkah laku. Menjelaskan tingkah laku berarti dapat diketahui
alasan siswa melakukan pekerjaan dengan tekun dan rajin.
Sedangkan mengontrol tingkah laku berarti dapat diketahui alasan
seseorang sangat menyenangkan suatu objek dan kurang menyenangi
objek yang lain (Djali,2007:104).
Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong, pengarah
dan penyeleksi usaha untuk pencapaian tujuan yang diinginkan.
Seseorang yang belajar dengan usaha yang tekun dan didasari
adanya motivasi akan dapat mencapai prestasi yang baik, karena
motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Macam – macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Berikut adalah macam – macam motivasi
menurut Sardiman (2005) :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a. Motif-motif bawaan.
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.
b. Motif-motif yang dipelajari. Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.
2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya :kebutuhan
untuk minum,makan,bernapas,seksual,berbuat,dan kebutuhan untuk beristirahat.
b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah a. Momen timbulnya alasan. sebagai contoh seorang pemuda
yang sedang giat berlatih olah raga untuk menghadapi porseni disekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. Si pemuda itu kemudian mengantarkan tamu tersebut. dalam hal ini si pemuda tadi timbul alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan.
b. Momen pilih. Maksudnya dalam keadaan pada waktu ada alternative-alternatif yang mengakibatkan persaingan diantara alternative atau alasan-alasan itu.
c. Moment putusan. Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya suatu alternative.
d. Moment terbentuknya kemauan. Kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan, timbullah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu.
4. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsic
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (hlm 86)
d. Peranan dan Tujuan Motivasi
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami
dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku yang sedang
belajar. Hamzah (2008) berpendapat ada beberapa peran penting
motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
1) Peran motivasi dalam menentukan prestasi belajar Motivasi berperan dalam penguatan belajar bila seorang
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar Peran ini terkait dengan kemaknaan belajar. Seorang
anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3) Motivasi menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar, akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan akan memperoleh hasil yang baik (hlm 27)
Peranan motivasi dalam mempelajari tingkah laku
seseorang besar sekali. Hal ini disebabkan, motivasi diperlukan
bagi rein-forcement (stimulus yang memperkuat dan
mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan
kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan
timbulnya berbagai tingkah laku, di mana salah satu di antaranya
mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Motivasi menurut Ngalim (2006) memiliki tujuan yaitu
untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan
dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (hlm.73).
Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa motivasi memiliki beberapa peranan, antara lain di dalam
menentukan prestasi belajar, dalam memperjelas tujuan belajar,
menentukan ketekunan belajar dan dalam mempelajari tingkah laku
seseorang. Selain itu, tujuan motivasi adalah menggerakkan
keinginan dan kemauan pada diri siswa untuk meningkatkan prestasi
belajar dalam upaya pencapaian prestasi atau tujuan yang diinginkan.
e. Cara menimbulkan motivasi di sekolah
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik
intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi,
pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk
motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga
bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan
dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab
mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar disekolah.
Adapun bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar disekolah menurut Sardiaman (2005) :
1. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/ nilai yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik lagi bagi sesesorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
3. Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego-invilvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5. Member ulangan Pada siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
6. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
7. Pujian Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberi pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
8. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi motivasi.
9. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesenjangan, ada maksud untuk belajar.
10. Minat Motivasi muncul karena kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan motivasi yang pokok
11. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tuhuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar (hlm 91)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
f. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Warsono. Hubungan Antara Kedisiplinan dan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas XI SMA
Negeri Jumapolo Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta
:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : (1) hubungan antara
kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa
kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2009/2010 :
(2) hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar
sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun
Ajaran 2009/2010; (3) hubungan antara kedisiplinan belajar dan
prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri
Jumapolo Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif korelasional. Populasi dalam
penelitian ini seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar
dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Negeri
Jumapolo Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Astrini.Hubungan Antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan
Siswa Denmgan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi,
Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sebelas Maret, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) hubungan
antara kompetensi guru dengan prestasi belajar sosiologi siswa
kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran
2009/2010; (2) hubungan antara kedisiplinan dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1
Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010; (3) hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi belajara
sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Klaten
Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif korelasional. Berdasarkan penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1
Klaten. Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Kerangka Berpikir
Pada prinsipnya kerangka berpikir diperlukan untuk
memperjelas penalaran, sehingga sampai pada jawaban sementara
atas masalah yang telah dirumuskan. Bertolak dari kajian teori ,
maka dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :
1. Hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar
Guru merupakan faktor eksternal dalam pencapaian prestasi
belajar siswa. Selain itu guru juga merupakan unsur dinamis
dalam proses pembelajaran. Ada berbagai kondisi guru yang
siap membelajarkan siswa. Membelajarkan adalah membuat
siswa belajar , sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa
pengetahuan , keterampilan dan sikap atau nilai. Oleh karena itu
untuk menjalankan tugasnya guru harus mempunyai kompetensi
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat sekarang ini.
Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembanagan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajran, evaluasi hasil belajar, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kompetensi yang dimiliki guru
hendaknya bisa dituangkan dalam proses belajar mengajar.
Dalam hali ini siswa yang akan belajar lebih keras dan
mengusahakan untuk lebih baik. Kompetensi yang dimiliki guru
memungkinkan untuk terwujudnya prsetasi belajar siswa
menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena danya dorongan
belajar baik di kelas oleh guru maupun dirumah akan
meningkatkan prestasi siwa. Semakin baik kompetensi guru
selama mengajar, diharapkan akan semakin memberikan
dorongan kepada siswa untuk belajar yang akhirnya prestasi
dapat meningkat.
2. Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa Dengan Prestasi
Belajar
Motivasi merupakan dorongan bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi bisa datang dari luar dan dari
dalam, motivasi yang datang dari dalam diri siswa besar
manfaatnya, akan tetapi jika hal tersebut tidak kunjung muncul,
maka gurulah yang bertugas memunculkannya. Motivasi
merupakan organism untuk melakukan sesuatu, sikap atau
perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada
tujuan tertentu yang telah direncanakan. Apabila motivasi yang
tinggi pada masing-masing siswa diharapkan nantinya bisa lebih
meningkatkan prestasi belajar, yang mungkin sebelum ada
motivasi belajar prestasi akademik maupun non akademiknya
yang kurang baik bisa lebih meningkat dari sebelumnya. Untuk
itu sebaiknya para guru membantu para siswa agar lebih
menumbuhkan motivasi diri. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang baik akan terdorong untuk lebih meningkatkan
prestasi belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Hubungan antara Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar
Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa
Kompetensi Guru merupakan faktor utama yang dimiliki guru
yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Adanya
kompetensi guru yang baik akan membangkitkan semangat atau
motivasi dalam diri siswa untuk berprestasi lebih baik. Tanpa
dipaksa siswa akan lebih bersemangat untuk belajar jika
mempunyai guru dengan wawasan yang luas serta cara belajar
yang kreatif.
Sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara kompetensi
guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
Dengan demikian jika kompetensi yang dimiliki seorang guru
baik maka siswa juga akan memili motivasi belajar lebih tingga
sehingga siswa mampu memiliki prestasi belajar yang tinggi
pula. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat
digambarkan suatu paradigm penelitian sebagai berikut :
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Kompetensi
Guru
Motivasi Belajar
Siswa
Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara Kompetensi Guru dengan Prestasi
Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Ada hubungan positif antara Motivasi Belajar Siswa dengan
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 6
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Ada hubungan positif antara Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar
Siswa secara bersama dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Mengingat SMA Negeri 6 Surakarta merupakan salah satu SMA
terbaik di Surakarta sehingga peneliti berharap terdapat hubungan yang
relevan antara Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar Siswa dengan
Prestasi Belajar Siswa.
b. Jarak dan waktu yang terjangkau dari tempat tinggal peneliti.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini adalah dari mulai
pengajuan judul hingga pembuatan laporan, denagan rincian sebagai
berikut :
Jenis Kegiatan Bulan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
1. Persiapan penelitian
a. Mengurus perizinan
b. Koordinasi dengan guru mata pelajaran
c. Menyusun angket dan tes uji prestasi
d. Melakukan uji coba
angket dan tes
e. Menganalisi hasil uji coba serta merevisi angket dan tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
jenis Kegiatan
Bulan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
f. Finalisasi serta penggandaan angket dan tes
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pelaksanaan eksperimen
b. Analisis data dan hasil eksperimen
3. Penyusunan laporan skripsi
a. Penyusunan draf
b. Pengetikan skripsi
4. Pelaksanaan ujian dan revisi
B. Rancangan / Desain Penelitian
Sebagai suatu kegiatan yang memiliki tujuan, maka terlebih dahulu
peneliti menentukan langkah-langkah penelitian dalam menyelesaikan
permasalahan ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif korelasional. Menurut Slamet (2008), “penelitian
deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala
sosial yang diteliti” (hlm.7). Sedangkan metode penelitian korelasional
bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan variasi-variasi pada satu/lebih faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi (Suryabrata,1990). Alasan menggunakan metode
deskriptif karena peneliti berusaha menggambarkan keadaan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
fakta-fakta yang ada serta lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah
yang terjadi pada saat sekarang. Sedangkan alasan menggunakan analisis
korelasional karena peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas dalam hal ini kompetensi Guru (X1) dan motivasi
belajar (X2) dengan variabel terikat dalam hal ini prestasi belajar sosiologi
(Y). Untuk lebih jelasnya, rancangan penelitian terlampir.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan suatu kelompok
individu yang menjadi obejek yang akan diselidiki tentang aspek-aspek
yang ada dalam kelompok tersebut. aspek-aspek yang akan diungkap
dalam penelitian ini adalah aspek kompetensi guru, aspek motivasi belajar
siswa dan aspek prestasi belajar siswa.
Menurut Hadi (2004), “populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk
atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama” (hlm
182). Sejumlah penduduk disini bukan hanya menunjuk kepada manusia,
akan tetapi juga benda-benda lain yang memiliki sifat dasra bawaan
maupun cirri-ciri yang sama. Pendapat lain dari Sugiyono (2011), “
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (hlm 80).
Sedangkan menurut Slamet (2008) “populasi adalah keseluruhan
dari unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau cirri-ciri tertentu”,
(hlm 40). Berdasarkan pendapat di atas , maka populasi adalah jumlah
keseluruhan angggota subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang
akan diteliti. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa maksud dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
populasi adalah keseluruhan objek / individu yang memiliki karakteristik
tertentu yang menjadi perhatian peneliti sebagai subyek penelitian.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan elemen dalam kelompok yang
memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama, di mana sampel diambil
dan akan dikenakan kesimpulan hasil penelitian. Dalam penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 147 siswa yang terbagi dalam
lima kelas, dengan rincian sebagai berikut :
• XI IPS 1 : 29 siswa
• XI IPS 2 : 28 siswa
• XI IPS 3 : 30 siswa
• XI IPS 4 : 29 siswa
• XI IPS 5 : 31 siswa
Dan seluruh guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Negeri 6
Surakarta yang aktif mengajar dikelas.
2. Sampel Penelitian
a. Pengertian Sampel
Dalam suatu penelitian sering digunakan sampel sebagai sumber
informasi/data untuk menjawab masalah penelitian melalui pembuktian
suatu hipotesis.
Menurut Sukardi “sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang
dipilih untuk sumber data tersebut “(2003:54). Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2009: 81). Penarikan sampel sangatlah diperlukan peneliti. Lazimnya
keterbatasan waktu ,uang dan upaya yang tidak memungkinkan peneliti
menyelidiki semua anggota populasi. Sehingga diperlukan sebuah teknik
pengambilan sampel yang tepat. Teknik pengangambilan sampel ini yang
disebut dengan sampling (Sugiyono,2009:81). Pendapat lain dari Hadi
(2004) “sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari
jumlah populasi “ (hlm 182).
Melengkapi pendapat diatas Slamet (2008) mengemukakan bahwa
“kelompok yang ingin kita pelajari itu diistilahkan dengan populasi, dan
kelompok yang kita pilih dari populasi itu yang dianggap mewakili
populasi disebut sampel” (hlm .24). dengan berpegang pada pendapat
Slamet yang mengemukakan bahwa besarnya populasi minimal 500
sedangkan jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 147 maka peneliti
mempertimbangkan untuk mengambil sampel populasi yaitu jumlah
sampel adalah jumlah keseluruhan populasi yang ada. Yang mana jumlah
sampel untuk uji coba instrument adalah 22 siswa, dan sampel untuk
penelitian adalah 100 siswa.
b. Ukuran sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Oleh karena itu ada beberapa
pendapat tentang ukuran sampel menurut para ahli sebagai berikut :
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982) yang
dikutip Sugiyono (2009)
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30
sampai dengan 500
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita,pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya ), maka jumlah anggota
sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya
variabel penelitiannya ada 5 (independen = dependen ), maka
jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10s/d 20 (hlm 91)
Gay (1976) yang dikutip Consuelo (1993) menawarkan beberapa ukuran
minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian, sebagai berikut:
1. Penelitian deskriptif – 10 persen dari populasi. Untuk populasi yang
sangat kecil diperlukan minimum 20 persen.
2. Penelitian korelasi – 30 subyek
3. Penelitian ex post facto atau penelitian kasual komparatif – 15 subyek
per kelompok
4. Penelitian eksperimen – 15 subyek perkelompok. Beberapa ahli
percaya bahwa 30 subyek perkelompok dapat dipertimabngkan sebagai
ukuran minimum (hlm 13)
D. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel penelitian perlu menggunakan suatu
teknik, guna mendapatkan sampel yang benar-benar mewakili. Teknik
tersebut dinamakan teknik sampling. Mengenai teknik sampling Hadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(1983) berpendapat bahwa sampling adalah cara atau teknik yang
digunakan untuk mengambil sampel (hlm 93).
Sedangkan pendapat lain disampaikan Nawawi (1995) bahwa
sampling merupakan cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi
(hlm 73)
Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa teknik sampling adalah teknik atau cara yang digunakan oleh
peneliti untuk menentukan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah
populasi dalam penelitian.
Menurut Hadi ( 2001) ada dua macam teknik sampling yaitu :
1. Teknik random sampling yang meliputi :
1) Cara undian, yaitu pengambilan sampel secara undian
2) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau
kelipatan tertentu
3) Cara randomisasi dari table bilangan random
2. Teknik Non Random sampling meliputi :
1) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila
populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang
bertingkat
2) Teknik purposive yaitu pengambilan sampling berdasarkan
cirri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pada quantum.
4) Teknik incidental sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan apa atau siapa saja yang kebetulan dijumpai
ditempat-tempat tertentu.
5) Teknik proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel
dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub
populasi.
6) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan
sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada area.
7) Teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
atas kelompok yang ada pada populasi
8) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampling yang
mengusahakan adanya sampel kembar.
9) Teknik combined sampling yaitu cara pengambilan sampel
dengan mengkombinasikan teknik sampling satu dengan yang
lain (hlm 183-189)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik multi stage
cluster random sampling atau stratified random sampling . karena siswa
tidak hanya terdiri dari kelompok yang bertingkat yaitu kelas X,XI,dan
XII. Sedangkan dalam penelitian, peneliti mengambil kelas XI sebagai
objek penelitian, karena apabila kelas X yang dijadikan objek, maka
pengetahuan dan pengalaman obyek kurang mencukupi terhitung karena
kelas X adalah termasuk siswa baru. Sedangkan apabila obyek penelitian
kelas XII tentu saja akan menganggu proses belajar kelas XII yang akan
mengahadapi Ujian Nasional. Oleh karena itu peneliti mengambil obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kelas XI dimana siswa kelas XI sudah cukup memiliki pengetahuan dan
pengalaman, serta kelas XI merupakan kelas aman dimana siswa juga
belum akan menghadapi ujian nasional. peneliti juga menggunakan
teknik cluster karena siswa terdiri dari kelas-kelas yang berbeda mulai
dari kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4, XI IPS 5. Peneliti
menggunakan teknik random sampling secara undian untuk menetapkan
sampel penelitian, dengan alasan karakteristik populasinya mempunyai
karakter yang hampir sama, sehingga setiap individu dalam populasi atau
anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Sedangkan cara undian digunakan karena relatif murah,mudah dan juga
waktu bisa digunakan secara efisien.
Dari setiap kelas akan diambil antara 9-10 siswa dari setiap kelas
secara undian sebagai sampel uji coba, dan sisanya dari jumlah siswa
akan dijadikan sampel secara keseluruhan yaitu sejumlah 100 siswa.
Langkah-langkah teknik multi stage cluster random sampling
dengan cara undian yaitu :
a) Membuat daftar nama-nama populasi
b) Memberi kode angka untuk setiap anggota populasi
c) Menulis kode tersebut masing-masing dalam satu lembar kertas
kecil
d) Menggulung kertas tersebut
e) Memasukkan gulungan kertas tersebut kedalam kaleng
f) Mengocok kaleng untuk mengeluarkan gulungan kertas, dan catat
kode yang keluar
g) Mengambil gulungan kertas sebanyak yang dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian
dengan menggunakan suatu alat tertentu. Pengumpulan data yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau keterangan yang
benar dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain:
1. Variabel bebas 1 (kompetensi guru), teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah angket bentuk tertutup. Angket tertutup
yaitu angket yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan dengan
sejumlah jawaban yang telah ditentukan atau diarahkan oleh
peneliti. Alasan pemilihan teknik ini adalah angket tertutup
mudah diisi, memerlukan waktu yang singkat, memusatkan
responden pada pokok bahasan, relative obyektif dan mudah
ditabulasi serta dianalisis . selain itu angket tertutup lebih dapat
membawa jawaban responden sesuai dengan tujuan peneliti yang
ada.
2. Variabel bebas II (motivasi belajar siswa) teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah angket bentuk tertutup. Angket tertutup
yaitu angket yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan dengan
sejumlah jawaban yang telah ditentukan atau diarahkan oleh
peneliti. Alasan pemilihan teknik ini adalah angket tertutup
mudah diisi, memerlukan waktu yang singkat, memusatkan
responden pada pokok bahasan, relative obyektif dan mudah
ditabulasi serta dianalisis . selain itu angket tertutup lebih dapat
membawa jawaban responden sesuai dengan tujuan peneliti yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dalam hal ini Azwar (2005) berpendapat bahwa :
a. Awal kerja perancangan skala psikologi dimulai dari
identifikasi tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan
mengenali teori yang mendasari konstrak psikologi
atribut yang hendak diukur
b. Dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur
berdasarkan konstrak yang didefinisikan oleh teori yang
bersangkutan, pembatasan ini harus diperjelas dengan
menguraikan komponen atau dimensi-dimensi yang ada
dalam atribut termaksud; komponen atau dimensi atribut
teoritik yang telah jelas batasannya tidak jarang masih
perlu dioperasionalkan kedalam bentuk respon yang
harus diungkap dari subyek.
c. Sebelum penulisan aitem dimulai . perancang skala
perlu menetapkan bentuk atau format stimulus yang
hendak digunakan.
d. Setelah itu dilakukan reviewyang pertama oleh penulis
sendiri , yaitu dengan selalu memeriksa ulang setiap
item yang baru saja ditulis apakah telah sesuai dengan
indicator perilaku yang hendak diungkap dan apakh
tidak keluar dari pedoman penulisan aitem.
e. Item yang telah melewati proses review kemudian
diujicobakan
f. Setelah diujicobakan, langkah selanjutnya adalah
analisis item yang merupakan proses pengujian
parameter item guna mengetahui apoakah item
memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sebagai bagian dari skala. Hasil analisis item menjadi
dasar dalam seleksi item. Item-item yang tidak
memenuhi persyaratan psikometris akan disingkirkan
atau diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat menjadi
bagian dari skala. Dalam analisis item yang lebih
lengkap dilakukan juga analisis indeks validitas dan
indeks reliabilitas.
g. Format final skala harus dirakit dalam tampilan yang
menarik namun tetap memudahkan bagi responden
untuk membaca dan menjawabnya. dalam bentuk akhir,
skala dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan
mungkin pula lembar jawaban yang terpisah (hlm 12)
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyusun langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk
mendapatkan data tentang penggunaan media pembelajaran
dan kreativitas siswa.
b. Menentukan konsep tentang kompetensi guru dan motivasi
belajar siswa.
c. Menyusun indicator
Bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang dituangkan
dalam instrument termasuk batasan variabel yang akan diteliti.
d. Menyusun kisi-kisi instrument
Kisi-kisi instrument diperlukan untuk memperjelas serta
mempermudah pembuatan item-item instruimen. Pembuatan
kisi-kisi dalam instrument ini disesuaikan dengan indicator-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
indikator yang sudah ditentukan sebelumnya dan disesuaikan
dengan lingkup masalah dan tujuan yang hendak dicapai.
e. Menyusun item instrument
Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah
sebagai berikut :
1. Membuat item-item pertanyaan
2. Membuat surat pengantar angket
3. Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket
f. Menentukan skor
Setelah angket disusun, kemudian akan disusun skor dari
masing-masing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap
item mempunyai alternative jawaban dan skor antara 0 sampai
1. Dari alternative jawaban tersebut diberi bobot nilai sebagai
berikut :
Bentuk item positif :
1). Alternative jawaban A, mempunyai bobot nilai 1
2). Alternative jawaban B, mempunyai bobot nilai 0
Bentuk item negative :
1). Alternative jawaban A, mempunyai bobot nilai 0
2). Alternative jawaban B, mempunyai bobot nilai 1
g. Mengadakan uji coba (try out) angket
Tujuan diadakan try out ialah agar mendapatkan angket yang
benar-benar valid. Oleh karena itu intrumen penelitian perlu
diuji melalui uji validitas dan relibilitas sebelum diterapkan
dilapangan. Tujuan diadakan try out terhadap angket adalah
untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada
responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut,
serta untuk memenuhi syarat validitas dan relibilitas.
4. variabel terikat (prestasi belajar sosiologi), teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes. Tes dalam penelitian ini adalah
tes uji prestasi belajar untuk menmgukur tingkat prestasi belajar
sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta. Tes
tersebut berbentuk multiple choice yang disusun oleh peneliti ,
dengan opsi jawaban sejumlah 5 item (a,b,c,d, dan e), dengan
alternatif jawaban paling benar mempunyai bobot nilai 1 dan
jawaban salah mempunyai bobot nilai 0. Sebelum digunakan
untuk penelitian , butir – butir soal diujicobakan dan melalui uji
validitas dan reliabilitas. Tes yang digunakan dikembangkan atau
diturunkan daro kisi-kisi kerikulum yang berlaku pada sekolah
tersebut.
F. Validitas Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Butir Angket
Uji validitas digunakan untuk mendapatkan tingkat kevalidan
dan kesahihan atau instrumen untuk mendapatkan ketepatan antara
data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat
dikumpulkan peneliti. Rumus yang digunakan untuk menguji
validitas instrumen adalah Korelasi Product Moment dari Pearson,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
∑X = jumlah skor butir
∑Y = jumlah skor total
(∑X)(∑Y) = jumlah perkalian skor X dan skor Y
(∑X)2 = jumlah kuadrat dari skor butir
(∑Y)2 = jumlah kuadrat dari skor total
N = jumlah responden
(Budiyono,2003:62)
Apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel pada taraf
signifikan 5%, maka butir pernyataan tersebut valid. Namun, jika
rhitung lebih kecil dari rtabel, maka butir pernyataan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sudarwan Damin (2000) “Reliabilitas instrument
adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur
meskipun digunakan secara berulang kali pada subyek yang sama
ataupun berbeda” (hlm 195). Dengan demikian relibialitas
merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila pengukuran
diulangi dua kali atau lebih bahkan untuk subyek yang sama dan
berbeda.
Suatu instrument disebut reliable apabila hasil pengukuran dengan
instrument tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang-orang yang berlainan (tidak memiliki kondisi
yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Untuk menghitung reliabelitas digunakan rumus Alpha Cronbach
sesuai dengan rumus JP. Guilford (1954) sebagai berikut :
= Reliabilitas instrument
= Variance of part 1 of a testy the siza not spesified
= Variance of the total scores
= Number of part
Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa butir soal adalah reliabel, sebaliknya jika
p>0,05 maka butir soal dinyatakan tidak reliabel (hlm 385).
G. Analisi Data
Penelitian ini tentang hubungan kompetensi guru dan
motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS
Sma Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sehubungan dengan hal tersebut , peneliti
menjelaskan proses pembuatan jawaban responden dari teknik
pengumpulan data angket menjadi data yang bersifat angka-angka
dari masing-masing masing-masing variabel penelitian sebagai
berikut :
1) Kompetensi guru
Dari seluruh jawaban responden penelitian yang diskor
dengan (a) untuk jawaban ya dan (b) untuk jawaban tidak,
menghasilkan skor untuk bentuk item positif jawaban (a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mempunyai bobot nilai 1 dan jawaban (b) mempunyai
bobot nilai 0, serta untuk bentuk item negatif jawaban (a)
mempunyai bobot 0 dan jawaban (b) mempunyai bobot
nilai 1. Hasil penjumlahan skor jawaban responden
menghasilkan skor total atau skor komposit, dari masing –
masing variabel skor komposit ini menyatakan data
variabel yang masuk kategori data interval. Selanjutnya
untuk mentransformasi data berskala interval menjadi data
berskala kategorikal (deskrit) peneliti menggunakan
prosedur transformasi nilai dari skor mentah ke skor
kategorikal dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung skor maksimal ideal (SMI)
Skor ini diperoleh dari menjumlahkan semua jawaban
tiap-tiap responden dari jawaban yang benar.
b. Menghitung mean ideal (MI)
Menghitung MI dengan rumus MI = 1/2 . SMI
c. Menghitung standart devisi ideal (SDI)
Menghitung standart devisi ideal dengan rumus SDI = 1/3. MI
d. Membuat pedoman konversi skor akhir berdasarkan
criteria konversi skor akhir sesuai kebutuhan . peneliti
mengkategorikan skor akhir dari variabel ini menjadi
tiga kategori yaitu sangat baik, baik dan kurang baik
dengan kode sangat baik =3, baik = 2, dan kurang baik
= 1. Dalam variabel ini menjadi tiga kategori sebagai
modifikasi dari skala 5 yang dikemukakan oleh Sutrisno
Hadi dengan pedoman konversi :
Mean + 1,5 SD = Sangat Baik
Mean + 0,5 SD = Baik
Mean – 1,5 SD = Kurang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Motivasi belajar siswa
a. Menghitung skor maksimal ideal (SMI).
Skor ini diperoleh dari menjumlahkan semua jawaban
tiap-tiap responden dari jawaban yang benar.
b. Menghitung mean ideal (MI).
Menghitung MI dengan rumus MI = 1/2 . SMI
c. Menghitung standart devisi ideal (SDI)
Menghitung standart devisi ideal dengan rumus SDI = 1/3. MI
d. Membuat pedoman konversi skor akhir berdasarkan
criteria konversi skor akhir sesuai kebutuhan . peneliti
mengkategorikan skor akhir dari variabel ini menjadi
tiga kategori yaitu sangat baik, baik dan kurang baik
dengan kode sangat baik =3, baik = 2, dan kurang baik
= 1. Dalam variabel ini menjadi tiga kategori sebagai
modifikasi dari skala 5 yang dikemukakan oleh Sutrisno
Hadi dengan pedoman konversi :
Mean + 1,5 SD = Motivasi belajar tinggi
Mean + 0,5 SD = Motivasi belajar sedang
Mean – 1,5 SD = Motivasi belajar rendah
3) Prestasi belajar sosiologi
a. Menghitung skor maksimal ideal (SMI)
Skor ini diperoleh dari menjumlahkan semua jawaban
tiap-tiap responden dari jawaban yang benar.
b. Menghitung mean ideal (MI)
Menghitung MI dengan rumus MI = 1/2 . SMI
c. Menghitung standart devisi ideal (SDI)
Menghitung standart devisi ideal dengan rumus SDI = 1/3. MI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Membuat pedoman konversi skor akhir berdasarkan
criteria konversi skor akhir sesuai kebutuhan . peneliti
mengkategorikan skor akhir dari variabel ini menjadi
tiga kategori yaitu sangat baik, baik dan kurang baik
dengan kode sangat baik =3, baik = 2, dan kurang baik
= 1. Dalam variabel ini menjadi tiga kategori sebagai
modifikasi dari skala 5 yang dikemukakan oleh Sutrisno
Hadi dengan pedoman konversi :
Mean + 1,5 SD = Sangat Baik
Mean + 0,5 SD = Cukup
Mean – 1,5 SD = Kurang baik
Mean – 0,5 SD = Gagal
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis koefisian korelasi ganda yaitu cara atau
teknik khusus untuk mencari hubungan antar dua variabel
(sebagai predictor) dengan variabel lain (sebagai kriterium).
Alasan digunakannya teknik ini adalah :
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel
predicator dan satu variabel kriterium.
2. Untuk mengetahui hubungan antara predictor
dengan kriterium, sekaligus dapat mengetahui
signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan bantuan
computer seri SPS-2000 edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN.
kaidah uji hipotesis menggunakan computer sebagai berikut:
Jika p (probalilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika p (probalilitas) < 0,05 = signifikan
Jika p (probalilitas) < 0,15 = cukup signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Jika p (probalilitas) < 0,30 = kurang signifikan
Jika p (probalilitas) > 0,30 = tidak signifikan
Langkah – langkah yang diperlukan dalam penelitian ini
untuk menguji persyaratan analisis koefisien korelasi adalah :
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
akan
dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Dengan menggunakan
uji Chi
Kuadrat :
(Sutrisno Hadi, 2004 :259)
Keterangan :
X 2 : Chi Kuadrat
fo : Frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh : Frekuensi yang diharapkan dari sampel
Kriteria pengujiannya adalah X 2 hit < X 2 tabel, maka sampel dari
populasi
berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas regresi itu merupakan uji signifikansi perbedaan
garis regresi yang sebenarnya ( yaitu yang dihitung dari data yang
diperoleh) dengan garis regresi teoritis ( yaitu apabila regresi itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
benar-benar linier). Dalam hal ini F ini dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
(Rochman Natawidjaja, 1988 :49)
Keterangan :
Ƞ (eta) = rasio korelasi antara kedua perangkat skor
n = banyaknya sampel yang digunakan
k = banyaknya baris atau lajur skor atau kelas interval yang digunakan
r = koefisien korelasi antara kedua perangkat skor yang bersangkutan
1. Uji Hipotesis
a. Menghitung koefisien korelasi antara X1 dan Y dengan rumus dari
Sudjana (2003:47) :
Keterangan:
: Koefisien korelasi antara X1 dan Y
: Jumlah subyek
: Jumlah skor X1
∑Y : Jumlah Skor Y
b. Menghitung koefisien korelasi antara X2 dan Y dengan rumus dengan
rumus dari Sutrisno Hadi (2001:125) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara X2 dan Y
: Jumlah subyek
: Jumlah skor X2
∑Y : Jumlah Skor Y
a. Menghitung koefisien korelasi antara kriterium Y dengan prediktor X1
dengan
prediktor X2 dengan rumus (Sutrisno Hadi : 2001 : 125):
Keterangan :
Ry(1,2) = Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
α 1 = Koefisien X1
α 2 = Koefisien X2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif, sebelum penelitian dilakukan maka perlu
diadakan uji coba angket untuk mengetahui validitas butir soal yang akan
digunakan. Maka dalam penelitian ini hasil perhitungan validitas dan reliabilitas
dipaparkan sebelum menjelaskan deskripsi data yang diperoleh.
Uji validitas digunakan untuk menguji apakah butir – butir yang
diujicobakan dapat menmgukur keadaan responden yang sebenarnya. Validitas
yang digunakan dalam pengujian ini adalah validitas konstruk, yaitu untuk
menunjukkan seberapa jauh test mengukur sifat – sifat konstruk tertentu karena
item disusun berdasarkan teori. Berdasarkan hasil uji validitas yang dibantu
dengan Program statistic SPSS dengan criteria uji validitas jika p < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa item soal pengujian adalah valid, sebaliknya jika p >
0,05 maka item soal pengujian dinyatakan tidak valid. Adapun hasil uji validitas
adalah sebagai berikut :
a. Variabel kompetensi Guru (X1)
Dari hasil analisis butir pada angket yang diujicobakan menunjukkan
bahwa dari 80 item soal didapat 36 soal valid dan 44 soal yang
dinyatakan tidak valid atau gugur. Soal yang dinyatakan valid adalah
soal nomor 1, 2, 4, 5, 8, 11, 14, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 31, 33,
35, 37, 38, 39, 41, 43, 44, 46, 48, 51, 53, 56, 61, 65, 67, 68, 69, 72, 74,
75 dan yang tidak valid adalah 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 16, 18, 20, 22,
24, 28, 29, 30, 32, 34, 36, 42, 45, 47, 49, 50, 52, 54, 55, 57, 58, 59, 60,
62, 63, 64, 66, 70, 71, 73, 76, 77, 78, 79, 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Variabel Motivasi Belajar (X2)
Dari hasil analisis butir soal pada angket yang diujicobakan
menunjukkan bahwa dari 43 soal didapat 26 soal yang valid dan 17
soal yang tidak valid atau gugur. Soal yang dinyatakan valid adalah
soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 14, 15, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 32, 33, 35, 36, 37, 39, 40. Dan yang tidak valid adalah 6, 8, 11,
12, 13, 16, 18, 20, 22, 23, 31, 33, 34, 38, 41, 42, 43.
Sedangkan perolehan dara reliabilitas untuk kompetensi guru
diketahui rtt = 0,973 dan 0,000. Dan variabel motivasi belajar siswa
diperoleh rtt = 0,965 dan p = 0,000. Karena rtt > dari 0,900 maka ketua
variabel diatas dapat dikatakan reliabel.
A. Deskripsi Data
Penelitian tentang hubungan antara kompetensi guru dan motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar sosiologi siswa SMA Negeri 6 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012 , meliputi tiga macam data yaitu :
1. Kompetensi Guru yang berasal dari skor angket responden
2. Motivasi Belajar siswa berasal dari skor angket responden
3. Prestasi belajar siswa berasal dari post test yang sesuai dengan silabus
sekolah untuk siswa kelas XI IPS.
Ketiga data tersebut, berdasarkan dari hasil penelitian akan dijelaskan
dalam uraian di bawah ini :
1. Deskripsi Data tentang Kompetensi Guru
Kompetensi Guru dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Skor
data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan rangkuman data
statistic dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
a. N = 30
b. Mean = 23,97
c. Std. Deviation = 2,327
Distribusi frekuensi data Kompetensi Guru disajikan dalam table
sebagai berikut :
Table 4.1 distribusi frekuensi data kompetensi guru
N valid 30
missing 0
Mean 23.9667
Std. Deviation 2.32651
Skewness -.221
Std. Error of Skewness .427
Kurtosis -1.128
Std. Error of Kurtosis .833
Range 7.00
Minimum 20.00
Maximum 27.00
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel kompetensi guru maka dapat
diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-5 yaitu pada
interval 27-28 dengan frekuensi 6. Kemudian diikuti kelas ke-4 pada interval 25
dengan frekuensi 5. Setelah itu diikuti kelas ke-3 pada interval 22-23 dengan
frekuensi 4. Sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas ke-2
diikuti interval 20,24 dan 26 dengan frekuensi 3. Penyebaran data dapat dapat
diperiksa dalam histogram berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 2.1. Grafik Histogram Kompetensi Guru (X1)
2. Deskripsi Data tentang Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data
yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan rangkuman data statistic
dapat di sajikan dalam uraian sebagai berikut :
N = 100
Mean = 17,48
Std. Deviation = 2,667
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Distribusi frekuensi data Motivasi Belajar Siswa disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar Siswa (X2)
N Valid 100
Missing 0
Mean 17.4800
Std. Deviation 2.65710
Skewness -.566
Std. Error of Skewness .241
Kurtosis .079
Std. Error of Kurtosis .478
Range 12.00
Minimum 10.00
Maximum 22.00
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel motivasi belajar siswa maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3 yaitu
pada interval 19-20 dengan frekuensi 20. Kemudian diikuti oleh kelas ke-2 yaitu
pada interval 16-17 dengan frekuensi 15. Kemudian diikuti olek kelas ke -1
dengan interval 14 dan 18 dengan frekuensi 10. Sedangkan responden paling
sedikit berada pada kelas ke-4 dengan interval 22 dan frekuensi 5. Penyebaran
data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 3.1. Grafik Histogram Motivasi Belajar Siswa (X2)
3. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar
Prestasi belajar sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran . sedangkan rangkuman
data statistic dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut :
N = 100
Mean = 32,3100
Std.Deviation = 6,16391
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Distribusi frekuensi data dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Data tentang Prestasi Belajar
N Valid 100
Missing 0
Mean 32.3100
Std. Deviation 6.16391
Skewness .220
Std. Error Skewness .241
Kurtosis -.118
Std. Error of Kurtosis .478
Range 28.00
Minimum 20.00
Maximum 48.00
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel prestasi belajar sosiologi (Y)
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke -3 pada
interval 30 dengan frekuensi 20. Kemudian diikuti kelas ke-1 pada interval 25
dengan frekuensi 15. Setelah itu diikuti kelas ke-2 pada interval 35 dengan
frekuensi 10. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-4 pada
interval 40 dengan frekuensi 5. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 4.1 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Normalitas Sebaran Data
Dengan memperhatikan tabel sebaran kompetensi guru diketahui
sebagai berikut :
Mean = 23,97 , Std. Deviation = 2,327 , dan N = 30
dengan rentang interval : Range = 7, Skewness = -0,221 , serta
Kurtosis = -1,128 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data
distribusi normal.
C. Pengujian Hipotesis
Korelasi antara Kompetensi Guru (X1) dan Motivasi Belajar Siswa (X2)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel. 4.4 Korelasi antara Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar
Dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Variabel X1 X2 Y Signifikansi
X1 r = 0,022
p = 0,45
Tidak
signifikan
X2 r = -0,119
p = 0,26
Kurang
signifikan
X1X2 r12y = 0,12
p = 0,82
Tidak
signifikan
Dengan menggunakan kaidah uji hipotesis jika p < 0,30 = kurang
signifikan dan jika p > 0,30 = tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa
korelasi antara X1 dan Y tidak memiliki hubungan yang signifikan, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
korelasi antara X2 dan Y memiliki hubungan yang kurang signifikan. Jadi
korelasi antara X1,X2 dan Y tidak memiliki hubungan yang signufikan.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan perhitungan dan analisis data untuk pengujian hipotesis
kemudian dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis
sebagai berikut :
1. Hubungan antara Kompetensi Guru (X1) dengan
Prestasi Belajar sosiologi (X2)
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
bahwa hipotesis nomer satu yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara
kompetensi guru dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 “ ditolak, karena diperoleh data
nilai rx1y =0,022 dan p = 0,45. Karena p > 0,30 dan sesuai dengan kriteria
pengujian maka hasil yang didapat adalah tidak signifikan. Hal tersebut
dikarenakan walaupun pada dasarnya kompetensi yang baik pada guru belum
tentu member sumbangan pada siswa untuk berprestasi lebih baik.. Jadi saat ini
kompetensi Guru di SMA Negeri 6 Surakarta belum ada hubungan yang positif
dengan prestasi belajar siswa.
2. Hubungan Motivasi Belajar Siswa (X2) dengan
Prestasi Belajar Sosiologi siswa (Y)
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan bahwa
hipotesis yang berbunyi “ ada hubungan yang positif antara motivasi belajar
siswa dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena diperoleh data sebagai
berikut : nilai rx2y = -0,119 dan p = 0,26. Karena p = < 0,30 dan sesuai dengan
kriteria pengujian maka hasil yang didapat adalah signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki usaha dan kemauan
keras yang tinggi untuk banyak melakukan dan mencoba kegiatan yang
mendorong kegiatan belajar., memelihara kualitas belajar yang bagus dan
berusaha mengatasi segala hambatan dan kesulitan dalam belajar serta
mempunyai pengharapan yang kuat untuk sukses dan lebih baik dari prestasi
sebelumnya. Sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
mempunyai prestasi yang baik. Jadi motivasi belajar siswa disini masih berperan
dalam prestasi belajar mereka. Walaupun dalam penelitian menunujukkan bahwa
motivasi belajar dan prestasi belajar sosiologi memiliki hubungan yang kurang
signifikan.
3. Hubungan Antara Kompetensi Guru (X1) dan Motivasi Belajar
Siswa (X2) Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan bahwa
hipotesis nomer tiga yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara kompetensi
guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/1012” ditolak, karena diperoleh
data sebagai berikut : nilai rx12y = 0,12 dan p = 0,82. Karena p > 0,30 dan sesuai
dengan kriteria pengujian maka hasil yang didapatkan adalah tidak signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa hipotesis
nomer satu yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara
kompetensi guru dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 “ ditolak, karena
diperoleh data nilai rx1y =0,022 dan p = 0,45. Karena p > 0,30 dan
sesuai dengan kriteria pengujian maka hasil yang didapat adalah tidak
signifikan.
2. Dari hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa hipotesis
nomer dua yang berbunyi “ ada hubungan yang positif antara motivasi
belajar siswa dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena
diperoleh data sebagai berikut : nilai rx2y = -0,119 dan p = 0,26.
Karena p = < 0,30 dan sesuai dengan kriteria pengujian maka hasil
yang didapat adalah kurang signifikan. Semakin tinggi motivasi dalam
diri siswa semakin tinggi pula keinginan siswa untuk berprsetasi lebih
baik, tekun belajar, memelihara kualitas belajar, serta berusaha
mengatasi segala hambatan dan kesulitan dalam belajar serta
mempunyai pengharapan yang kuat untuk sukses agar lebih baik dari
prestasi sebelumnya. Tetapi jika semakin menurunnya motivasi belajar
siswa maka prestasi belajar yang dicapai juga kurang maksimal.
3. Dari hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa hipotesis
nomer tiga yang berbunyi “ada hubungan yang positif antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kompetensi guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/1012” ditolak, karena diperoleh data sebagai berikut : nilai rx12y
= 0,12 harga F = 0,20 dan p = 0,82. Karena p > 0,30 dan sesuai
dengan kriteria pengujian maka hasil yang didapatkan adalah tidak
signifikan. Kompetensi guru yang baik tidak mempengaruhi terhadap
prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Tapi dengan motivasi belajar
dalam diri siswa dapat mempengaruhi prestasi mereka lebih tinggi.
Jadi dapat dinyatakan bahwa kompetensi guru yang baik dan motivasi
belajar siswa tidak ada hubungan positif terhadap prestasi belajar
sosiologi siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Dengan tidak adanya hubungan yang positif antara kompetensi guru dengan
prestasi belajar sosiologi siswa, maka dapat member gambaran bahwa
adanya kompetensi guru yang bagus belum tentu dapat menunjang prestasi
belajkar siswa lebih baik. Tapi bukan berarti kompetensi guru yang baik
tidak diperlukan. Dengan adanya kompetensi guru yang semakin lebih baik
lagi ke depannya mungkin saja nanti bisa menjadi pendorong siswa untuk
mau belajar lebih giat. Karena bagaimanapun guru adalah seorang contoh
bagi siswanya.
2. Motivasi belajar yang dimiliki siswa memiliki hubungan yang erat dengan
prestasi belajar siswa. karena motivasi belajar merupakan dorongan yang ada
pada diri siswa untuk dapat mencapai atau mendapatkan sesuatu yang
menjadi prioritasnya. Suatu kegiatan yang dilakukan tanpa adanya motivasi
maka kemungkinan besar hasil yang diperoleh juga tidak akan maksimal,
karena tidak ada kemauan dari dalam diri sendiri. Namun sebaliknya apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
motivasinya besar, maka segala sesuatu yang dirasa berat akan terasa ringan
dan mudah untuk dilakukan. Semakin termotivasi diri siswa, maka criteria
prestasi yang diinginkan akan diperoleh dengan maksimal. Jadi dengan
adanya motivasi belajar, seseorang dapat mencapai hasil yang lebih baik.
3. Kompetensi guru dan motivasi belajar siswa tidak memiliki hubungan yang
positif dengan prestasi belajar sosiologi siswa. guru dan siswa memang tidak
dapat dipisahkan tapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi
guru dan motivasi belajar siswa tidak memiliki hubungan dengan prestasi
belajar. Melainkan motivasi belajar siswa lah yang memiliki hubungan
dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Sedangkan kompetensi guru yang
baik tidak menunjukkan hubungan positif dengan prestasi belajar sosiologi.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian diatas, maka perlu
penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada siswa
a. siswa hendaknya menyadari bahwa kompetensi guru yang baik
sebenarnya bisa membantu mendorong motivasi belajarnya. Sebaiknya
siswa juga lebih menjaklin hubungan yang baik dengan guru.
b. Siswa hendaknya mampu memotivasi dirinya sendiri untuk pencapaian
prestasi yang lebih baik lagi.
2. Kepada sekolah
a. Sekolah hendaknya memberi dukungan bagi terbentuknya lingkungan
yang lebih baik agar tercipta suasana yang kondusif disekolah.
3. Kepada orang tua
Orang tua hendaknya selalu mengawasi dan membimbing anaknya dalam
bergaul demngan teman baik disekolah maupun lingkungan luar sekolah.