hubungan antara impulsivitas dan ketergantungan hp...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA IMPULSIVITAS DAN KETERGANTUNGAN HP
PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Evita Oktavia
NIM : 139114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Nama Lengkap
1. Penguji 1 : P. Henrietta P.D.A.D.S., S. Psi., M.A.
2. Penguji 2 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D.
Tanda Tangan
..........................
..........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“ Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang
membawa kemenangan. “
Yesaya 41: 10 TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan Yesusku yang kepada-Nya ku dapat
bergantung, sekarang dan selamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA IMPULSIVITAS DAN KETERGANTUNGAN HP
PADA MAHASISWA
Evita Oktavia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara impulsivitas
dan ketergantungan HP pada mahasiswa. Hipotesis penelitian ini adalah adanya
hubungan yang signifikan dan positif antara impulsivitas dengan ketergantungan
HP pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang mahasiswa
berusia 18 hingga 23 tahun dan pengguna aktif HP atau smartphone. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah skala impulsivitas dan skala
ketergantungan HP. Skala impulsivitas terdiri dari 26 item dengan koefisien
reliabilitas 𝛼 = 0, 833 dan skala ketergantungan HP terdiri dari 42 item dengan
koefisien reliabilitas 𝛼 = 0, 930. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
korelasi Spearman. Penelitian ini menghasilkan nilai korelasi r = 0, 274 dan nilai
signifikansi p = 0,003 < 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini memiliki arti semakin tinggi
impulsivitas maka semakin tinggi pula ketergantungan HP. Sebaliknya, semakin
rendah impulsivitas, semakin rendah pula ketergantungan HP. Faktor usia, jenis
kelamin, jenis HP yang digunakan, waktu penggunaan dalam sehari, serta
berbagai fitur aplikasi pada HP yang digunakan oleh subjek cenderung
mendukung terjadinya hubungan yang searah antara impulsivitas dan
ketergantungan HP.
Kata kunci : impulsivitas, ketergantungan, HP, mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN IMPULSIVITY AND DEPENDENCE ON
MOBILE PHONE AMONG COLLEGE STUDENTS
Evita Oktavia
ABSTRACT
This research is aimed to investigate correlation between impulsivity and
dependence on mobile phone among college students. The hypothesis was that
there was significant and positive relationship between impulsivity and
dependence on mobile phone among college students. Subjects were 100 college
students, aged 18 to 23 years old, and active users of smartphone. Data were
collected using impulsivity and dependence on mobile phone scales. The
reliability coeffient of impulsivity scale that consist of 26 items was 𝛼 = 0, 833
and the reliability coeffient of dependence on mobile phone scale that consist of
42 items was 𝛼 = 0, 930. Data were analyzed using Spearman correlation test.
This research showed that the value of Spearman correlation test was r = 0, 274
and significance level p = 0,003 < 0,05. The results indicated a positive and
significant correlation between impulsivity and dependence on mobile phone. It
means that the higher level of impulsivity, the higher level of dependence on
mobile phone in college students. Age, gender, type of mobile phone use, average
minutes per day spent using technology, and activities on mobile phones tend to
support the occurrence of a unidirectional relationship between impulsivity and
dependence on mobile phone.
Keywords: impulsivity, dependence, mobile phone, college student.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
HUBUNGAN ANTARA IMPULSIVITAS DAN KETERGANTUNGAN HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh
Kudus atas kasih dan karunia-Nya dalam menuntun peneliti hingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Semoga penelitian ini bisa menjadi
terang dan alat untuk kemuliaan nama Tuhan.
Terima kasih kepada mama yang selalu mendukung dan berdoa bagi peneliti,
baik di saat dalam keadaan baik maupun di saat sulit sekalipun. Terima kasih
kepada kakak Irene dan kakak Hendra yang telah banyak memberikan semangat
dan motivasi dalam setiap proses penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada
nenek, tante Yeni, om nyong, mama tua, tante Ime, om Andi, om Pito, tante Ani,
om David, tante Nina, om Erik, dan tante Eni yang telah mendukung masa studi
peneliti sejak awal mulai menjadi mahasiswa hingga sekarang. Terima kasih
kepada saudara-saudara sepupu terbaik peneliti; kakak Ica, kakak Ge, kakak Feby,
adik Teril, adik Keren, adik Agung, adik Edward, dan adik Cika yang telah
menghibur peneliti di kala peneliti merasa kesulitan menjalani setiap proses
penulisan skripsi. Terima kasih kepada Agung Satrio, pribadi yang telah
memberikan doa, dukungan, penghiburan, waktu, nasihat, pandangan baru selama
proses penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Beatrix Maharani, Rizkya
Elvina, Heidy Miranti, Florencia Tandirerung, Claudia Ponomban, Abriany Arista
untuk tawa dan canda, serta kerendahan hati telah menerima kekurangan peneliti
selama menjalin pertemanan di masa studi ini, semoga tetap terjaga sampai
seterusnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan peneliti dalam menjalani proses
penyelesaian studi tidak lepas dari berbagai pihak berikut ini, sehingga peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku Dekan tahun 2018 Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih telah membina setiap
kami bu.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan periode tahun 2013 –
2017 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas
keramahannya saat menghadapi setiap kami pak.
3. Ibu Monica Eviandaru M., M. Psych., Ph. D., selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas
keramahannya saat menghadapi setiap kami bu.
4. Bapak Edward Theodorus M. App. Psy., yang telah mendampingi dan
membimbing saya dengan sangat sabar dalam proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih banyak pak! Mohon maaf apabila saya banyak kesalahan.
5. Bapak Timotius Maria Raditya Hemawa M.Psi., selaku Dosen
Pembimbing Akademik tahun 2013 – 2017. Terima kasih atas nasihat dan
telah membimbing selama proses studi ini pak.
6. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik
tahun 2017 – 2018. Terima kasih atas perhatiannya dan dukungannya
dalam studi saya pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
7. Ibu Dr. M. Laksmi Anantasari, M.Si. yang telah memberikan masukan dan
bimbingan selama proses ujian serta memberikan kesempatan berharga
untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Tuhan memberkati ibu.
8. Seluruh karyawan dan staff di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih untuk kebaikan dan keramahannya.
9. Rizky Randy, Ray Fandi, Rizkya Elvina, Beatrix Maharani, Alfonsa
Cindy, Hans Kornelius, dan Kevin Irwanto. Terima kasih telah bersedia
memberikan waktu dan berbagi ilmu pengetahuan untuk membantu dalam
proses penulisan skripsi. Terbaik!
10. Psikologi A angkatan 2013: Anette, Anti, bunda Vivi, Cindy, Citra, Clara,
Dea, Dhani, Dita, Doni, Erdian, Etha, Evelyn, Gabby, Hans, Ignatia,
Isabella, kakak Sonya, Keke, koko Edwin, Leviana, Lia, Lias, mbakdi,
Paskal, Praba, Rani, Rista, Sefa, SSSS, Tata, Tom, Vena, Vero, Vionny,
Yayak, Yesi, Yessica, dan Yoyo. Terima kasih untuk kebersamaannya
selama proses belajar di masa kuliah. Keep in touch ya.
11. Angela Yonara Maha Dewi, Yoga Prihantara, Patrick Ganang, Hilarius
Deonaldi Wiranatha, Paskalin Tri, Ida Ayu Gayatri Praba, Alvonsa Cindy,
Philosophia Wisung, Rini Bayu, Rizkya Elvina, Claudia Ponomban,
Elizabeth Erma Nurani, Deo Gracia, Jesysca Exderya, Gabriella Taneira,
dan Ratih Envira. Terima kasih telah membantu dalam proses peer-rating
item skala dalam penelitian ini.
12. Teman bimbingan skripsi : Cendy, Yayak, Ratih, Gabby, Vio, Ciyus, Putri,
Age, Anette, Rini, Rista, Andre, Mbakdia, Visky, Monik, Keke, Chocho,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
mbak Vivin, kak Dedi, Yesa, dan mbak Rini. Terima kasih untuk semangat
kalian yang sangat memotivasiku dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Tetap semangat!
13. Teman kos Diva : kak Melan, kak Ella, kak Angga, kak Liana, Inge,
Grace, kak Shinta, ce Putri, ka Irest, Heidy, Dita, Ria, Intan, dan Lori.
Terima kasih telah memberikan dukungan semangat.
14. Teman Jogja International Batik Bienalle 2018 : Upik, Syahdane, Stella,
mba Diyah, mba Dewi, mas Apip, mas Adit, Jordy, Kyla, Hendra, Fira,
Dhatu, Cori, dan Ano. Terima kasih telah memberikan semangat!
15. Kos Jongkang : pak Amri, pak Iswan dan bu Iswan, Sukma, Shafira, Lulu,
Inung, Erlinda, Dinda, dan Dama. Terima kasih atas semangat yang selalu
diberikan.
16. Tim pelayanan star 3 Gereja Keluarga Allah dan komsel Rafael, ka Innya,
serta Inneke Dwiyani Putri. Terima kasih telah mendukung dalam doa
untuk penyelesaian skripsi ini.
17. Gereja Keluarga Allah Yogyakarta. Terima kasih atas pengajaran Firman
Tuhan yang diberikan, sungguh membangkitkan iman!
18. Bala Keselamatan Korps 1 Kulawi. Terima kasih atas dukungan doanya.
19. Bapak dan Ibu Mayor Mariono. Terima kasih selalu memberikan
dukungan doa.
20. Ikatan Alumni Pelajar Kristen SMAN 2 Palu. Terima kasih atas
dukungannya selama masa studi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
21. Seluruh teman di Fakultas Psikologi USD, khususnya Psikologi angkatan
2013. Terima kasih untuk dinamika yang ada selama masa studi!
22. Seluruh subjek dalam penelitian ini dan yang membantu penyebaran skala
penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Terima
kasih telah menyempatkan waktu untuk mengisi dan menyebar luaskan
skala penelitian ini. God bless you all.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ....................................................................................... 12
C. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 12
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
E. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 13
1. Bagi mahasiswa ............................................................................... 13
2. Bagi orang tua .................................................................................. 13
3. Organisasi kesehatan mental ............................................................ 13
4. Bagi ilmuwan dan praktisi psikologi ............................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Pengantar .................................................................................................................. 14
B. Dinamika Psikologis Mahasiswa ...................................................................... 14
1. Perspektif perkembangan ................................................................. 15
2. Perspektif sosial ............................................................................... 18
C. Problematic Use Of Mobile Phone ................................................................... 21
1. Definisi problematic use of mobile phone ....................................... 21
2. Dimensi problematic use of mobile phone ...................................... 24
3. Aspek ketergantungan HP ............................................................... 26
4. Faktor ketergantungan HP ............................................................... 30
5. Proses dan dampak ketergantungan HP ........................................... 33
D. Ketergantungan HP pada Mahasiswa .............................................................. 35
E. Impulsivitas ............................................................................................................. 37
1. Definisi impulsivitas ........................................................................ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
2. Dimensi impulsivitas ....................................................................... 38
3. Proses dan dampak impulsivitas ...................................................... 40
F. Impulsivitas pada Mahasiswa ............................................................................ 43
G. Dinamika Hubungan ............................................................................................. 44
H. Kerangka Konseptual ........................................................................................... 47
I. Hipotesis ................................................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 48
A. Pengantar .................................................................................................................. 48
B. Rancangan Penelitian ........................................................................................... 48
C. Subjek ........................................................................................................................ 49
D. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................................... 50
Variabel independen ........................................................................ 50 1.
Variabel dependen ........................................................................... 50 2.
E. Definisi Operasional ............................................................................................. 50
Impulsivitas ...................................................................................... 51 1.
Ketergantungan HP .......................................................................... 51 2.
F. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................................... 52
G. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................ 53
Impulsivitas ...................................................................................... 53 1.
Ketergantungan HP .......................................................................... 55 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Validitas ........................................................................................... 57 3.
Seleksi item ...................................................................................... 58 4.
Reliabilitas ....................................................................................... 60 5.
H. Analisis Data ........................................................................................................... 61
I. Pertimbangan Etis .................................................................................................. 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 65
A. Pengantar .................................................................................................................. 65
B. Hasil Penelitian....................................................................................................... 65
C. Pembahasan ............................................................................................................. 72
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 77
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 77
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 77
C. Saran .......................................................................................................................... 78
D. Komentar Penutup ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemberian nilai skor Skala Impulsivitas ............................................. 53
Tabel 2. Blueprint Skala Impulsivitas ............................................................... 54
Tabel 3. Skala Impulsivitas untuk Try Out ....................................................... 55
Tabel 4. Pemberian nilai skor Skala Ketergantungan HP ................................. 55
Tabel 5. Blueprint Skala Ketergantungan HP ................................................... 56
Tabel 6. Skala Ketergantungan untuk try out ................................................... 57
Tabel 7. Seleksi Item Skala Impulsivitas .......................................................... 59
Tabel 8. Seleksi Item Skala Ketergantungan .................................................... 60
Tabel 9. Penggunaan HP dalam 1 tahun terakhir .............................................. 66
Tabel 10. Data teoretis dan empiris .................................................................... 67
Tabel 11. Data empiris skala impulsivitas .......................................................... 67
Tabel 12. Data empiris skala ketergantungan ..................................................... 68
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 69
Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ............................................................................. 70
Tabel 15. Hasil uji perbedaan ketergantungan berdasarkan jenis kelamin ......... 71
Tabel 16. Hasil uji hipotesis................................................................................ 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual .......................................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian .................................................................... 90
LAMPIRAN 2. Reliabilitas Skala Impulsivitas dan Ketergantungan HP .......... 104
LAMPIRAN 3. Hasil Uji Deskriptif Jenis Kelamin ........................................... 110
LAMPIRAN 4. Hasil Uji Deskriptif Usia ........................................................... 112
LAMPIRAN 5. Hasil Uji Deskriptif Waktu Penggunaan HP dalam Sehari ....... 114
LAMPIRAN 6. Surat Izin Penelitian .................................................................. 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini adalah tentang perilaku penggunaan handphone (HP)
pada mahasiswa. Fenomena ini menarik bagi peneliti karena setidaknya tiga
alasan, yakni peneliti merasa prihatin melihat beberapa dari mahasiswa saat ini
yang menggunakan HP sesuka hati, di mana pun dan kapan pun. Kedua,
peneliti mencemaskan perilaku penggunaan HP peneliti yang kurang bijak,
sehingga sering menyalahkan diri sendiri. Ketiga, topik ini merupakan bagian
dari usaha peneliti untuk meningkatkan kesadaran teman-teman peneliti terkait
penggunaan HP yang disfungsional. Adapun ketiga alasan peneliti di atas dapat
diuraikan sebagai berikut.
Pertama, peneliti sering bertemu dengan mahasiswa yang sedang
menggunakan HP yang dimiliki sekalipun saat sedang belajar di kelas,
perpustakaan, berjalan kaki, ibadah di gereja, atau dalam suatu perkumpulan.
Hal ini kemudian menimbulkan rasa prihatin peneliti karena HP berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan atau mengganggu aktivitas mahasiswa.
Misalnya, ketika mahasiswa menggunakan HP di kelas khususnya saat
pelajaran sedang berlangsung, mahasiswa mungkin tidak dapat menangkap
pelajaran yang disampaikan dengan baik. Tentu saja hal ini tidak diharapkan
terjadi. Harapannya, setiap mahasiswa dapat menerima materi pelajaran yang
disampaikan guna memiliki performa akademik yang baik. Begitu juga saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sedang ibadah atau sedang dalam suatu perkumpulan, belajar, dan berjalan
kaki. Pada dasarnya HP merupakan alat yang bermanfaat karena dapat menjadi
alat bantu untuk memudahkan pekerjaan individu. Sehingga, tidak heran jika
individu merasa ingin terus menggunakan HP. Namun, peneliti setuju dengan
Billieux (2012) yang mengatakan bahwa salah satu masalah terpenting dari
penggunaan HP adalah jika hal itu menjadi berlebihan atau tidak terkendali
yang mana hal ini berpotensi menimbulkan konsekuensi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kedua, peneliti merasa cemas karena beberapa kali terlibat dalam
penggunaan HP lebih dari batas waktu yang peneliti targetkan. Dalam situasi di
mana seharusnya peneliti menyelesaikan tugas atau mengerjakan suatu
pekerjaan, hal ini seringkali menjadi tidak produktif. Akibatnya, tugas-tugas
yang perlu dikerjakan menjadi tertunda atau membutuhkan waktu lebih untuk
menyelesaikannya. Situasi tersebut juga sering membuat peneliti merasa
menyesal dan terus menyalahkan diri sendiri karena keasyikan dalam
menggunakan HP, meski begitu perilaku tersebut tetap saja berulang di hari
berikutnya. Melalui topik penelitian ini, menarik bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan mengenai proses atau faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
penggunaan HP dan menemukan solusi agar peneliti dapat menggunakan HP
dengan bijak.
Ketiga, peneliti tertarik untuk menyoroti fakta melalui penelitian ini
bahwa terlepas dari efek positif yang diberikan, penggunaan HP juga terkait
dengan perilaku disfungsional yang bisa merugikan atau berbahaya. Misalnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
rekan peneliti mengaku bahwa HP seringkali menjadi pengganggu untuk
menyelesaikan kegiatannya, seperti mengerjakan skripsi, mandi, makan, atau
membersihkan kamar. Pengakuan dari beberapa teman peneliti tersebut
menimbulkan rasa empati peneliti. Sehingga, peneliti berharap topik penelitian
ini dapat membantu meningkatkan kesadaran teman-teman peneliti mengenai
perilaku penggunaan HP yang mungkin merugikan atau berbahaya bagi diri
sendiri serta menemukan solusi untuk penggunaan HP yang lebih bijak.
Saat ini HP telah menjadi sebuah alat yang keberadaannya makin
dibutuhkan masyarakat (Tarigan dan Simbolon, 2017). Berdasarkan Dream
Incubator Marketing (Kaonang, 2016) yang telah melakukan survei terdahulu
mengenai perilaku penggunaan HP pada individu dari semua kelompok usia
ditemukan bahwa mengakses media sosial dan chatting merupakan aktivitas
yang paling digemari oleh semua kelompok usia. Selanjutnya diikuti dengan
mendengarkan musik, menonton video, mengecek email, panggilan telepon,
bermain, mengambil foto, membaca berita, melihat informasi suatu produk,
melihat peta atau sistem navigasi, mengedit foto, berbelanja, dan mengakses e-
banking. Hal ini menunjukkan bahwa individu sering menggunakan HP.
Berdasarkan hal tersebut, akhir-akhir ini peneliti melihat adanya
fenomena terkait dengan penggunaan HP yang terjadi di masyarakat. Pertama,
mahasiswa menggunakan HP di kelas. Kedua, mahasiswa asyik menggunakan
HP hingga cenderung mengabaikan orang sekitar. Ketiga, mahasiswa
menggunakan HP lebih dari yang seharusnya sebagai suatu pengalihan.
Keempat, siswa terlibat kecanduan HP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pertama, sebuah survei yang dilakukan oleh Satriani (2013) ditemukan
bahwa saat ini mahasiswa suka menggunakan HP di dalam kelas. Saat di mana
seharusnya mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen mereka justru
melakukan pengiriman teks, mengecek email, mengakses media sosial, atau
bermain game dan hal ini dilakukan rata-rata 11 kali dalam satu hari. Seakan-
akan beraktivitas dengan HP di dalam kelas telah menjadi hal yang wajar untuk
dilakukan. Padahal jika terus-menerus dilakukan hal ini dapat mengganggu
konsentrasi mahasiswa di kelas. Seperti pengakuan beberapa mahasiswa yang
telah disebutkan oleh Satriani (2013) bahwa penggunaan HP di dalam kelas
mengakibatkan mereka kurang berkonsentrasi atau kurang memperhatikan
pelajaran dan kehilangan informasi. Bahkan yang lebih bahaya adalah
mengalami penurunan nilai akibat perilaku tersebut (Satriani, 2013). Survei ini
sejalan dengan Lepp, Barkley, dan Karpinski (2014) yang mengatakan bahwa
semakin mahasiswa menggunakan HP mereka akan cenderung mengalami
penurunan nilai akademik dan hal ini justru meningkatkan kecemasan, serta
kepuasan terhadap hidupnya menjadi berkurang karena waktu mereka hanya
dihabiskan untuk menggunakan HP. Kepuasan hidup mahasiswa juga dapat
mengalami penurunan karena bagi mahasiswa salah satu indikator kepuasan
hidup adalah prestasi akademik (Lepp et al., 2014).
Kedua, mahasiswa asyik menggunakan HP hingga cenderung
mengabaikan orang sekitar. Dalam observasi yang dilakukan oleh Ningrum,
Aziwarti, dan Rahmadani (2016) ditemukan bahwa mahasiswa sering
menghabiskan waktunya dengan HP dan tampak selalu sibuk dengan HP yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dimiliki hingga cenderung mengabaikan orang di sekitarnya. Hal ini didukung
oleh fakta dari seorang mahasiswa yang mengungkapkan keluhannya mengenai
perilaku teman-temannya yang ketika berkumpul justru asyik dengan HP
masing-masing (Tarigan dan Simbolon, 2017). Padahal, sebelum ada HP
individu dapat dengan mudah untuk saling menyapa dan berinteraksi ketika
bersama. Perilaku penggunaan HP saat ini menjadi fenomena yang dikaitkan
dengan penurunan kualitas hubungan antar manusia (Billieux, Linden,
Acremont, Ceschi, dan Zermatten, 2007) di mana, individu terus-menerus
sibuk menggunakan HP hingga cenderung mengabaikan orang yang ada di
sekitarnya (Plant, 2001). Hal ini menunjukkan relasi yang kurang sehat.
Ketiga, mahasiswa menggunakan HP lebih dari yang seharusnya
sebagai pengalihan. Hasil wawancara awal peneliti menemukan bahwa seorang
rekan peneliti mengaku sering terlibat dalam penggunaan HP dengan jangka
waktu lebih lama dari yang ditargetkan, yang kemudian menunda untuk
mengerjakan tugas.
Aku sering banget itu kalo lagi ngerjain tugas yang sulit aku
lariinnya ke HP, trus aku ngecek-ngecek HP bisa sampe sejam
sendiri dan ngerjain tugas hanya sepuluh sampe lima belasan menit
kayaknya, padahal ya tadinya mau sekedar ngecek aja di HP tapi
malah sampe ke bablasan akhirnya ketunda deh selesainya
(wawancara dengan R, 5 Januari 2018)
Hal ini menunjukkan bahwa individu melakukan penangan emosi
negatif yang bersifat sementara. Carver dan Connor-Smith (2010) mengatakan
penggunaan HP sebagai cara menangani emosi negatif cenderung menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kurang efektif, karena hanya bersifat sementara waktu dan tidak memengaruhi
tekanan yang dihadapi sehingga tekanan akan tetap ada. Bahkan, semakin lama
individu menghindar justru akan semakin sulit menanganinya dan semakin
sedikit waktu yang tersedia untuk menanganinya.
Keempat, baru-baru ini dua pelajar di Bondowoso, Jawa Timur
didiagnosa mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan HP (Widarsha, 2018).
Seperti yang dikatakan oleh Widarsha, dua pelajar tersebut menunjukkan
perilaku tidak mau ke sekolah karena tidak diizinkan menggunakan HP,
bahkan salah seorang pelajar tersebut sampai membentur-benturkan kepalanya
ke tembok jika tidak diberi HP. Lebih parahnya lagi, hasil psikotest salah
seorang pelajar tersebut menunjukkan bahwa figur yang paling dibenci adalah
orang tuanya sendiri. Hal ini karena orang tuanya dianggap menjadi
penghalang untuk menggunakan HP. Hal ini menunjukkan adanya masalah
kesehatan mental.
Berdasarkan empat poin fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat saat ini telah menunjukkan perilaku bermasalah terkait dengan
penggunaan HP. Bentuk perilaku tersebut dapat dikategorikan sebagai perilaku
ketergantungan HP (Billieux, 2012).
Pada dasarnya HP memang merupakan alat yang bermanfaat dan
memudahkan individu dalam beraktivitas (Billieux, 2012). Namun pada
kenyataannya, saat ini penggunaan HP telah dikaitkan dengan ketergantungan
HP (Billieux, 2012). Hal ini didukung oleh Bianchi dan Phillips (2005), Liao,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
He, dan Billieux (2016), Toda, Monden, Kubo, dan Morimoto (2004), Yen et
al., (2009) yang sebelumnya telah meneliti mengenai ketergantungan HP.
Ketergantungan HP penting untuk diteliti mengingat bahwa
ketergantungan dapat berdampak negatif bagi penggunanya (Billieux, 2012).
Seperti yang diungkapkan oleh penelitian sebelumnya, ketergantungan
berpotensi mengganggu kualitas tidur individu menjadi semakin buruk (Putri,
2018). Selain itu, berpotensi terhadap penurunan nilai akademik (Gi, Park,
Kyung, dan Park, 2016), berpotensi terhadap penurunan kesehatan seperti sakit
kepala, telinga, demam, kelelahan dan terkait muskuloskeletal (Goswami dan
Singh, 2016).
Ketergantungan HP merupakan salah satu dari empat dimensi
problematic use of mobile phone yang dikemukakan oleh Billieux (2012).
Menurut Kuss et al., (2018), refleksi teoretis tidak lagi mengusulkan financial
problems sebagai dimensi dari problematic use of mobile phone karena
perkembangan HP yang telah memberikan banyak manfaat, seperti fitur
WhatsApp dan Skype yang dapat memfasilitasi komunikasi dengan sedikit
biaya bagi pengguna. Selain itu, perkembangan HP saat ini juga telah
menyediakan fitur navigasi berkualitas tinggi dan permainan berbasis lokasi
yang nyata (misalnya, Pokémon-GO) sehingga cenderung mengubah
kemungkinan risiko terkait dengan dimensi dangerouse use dan prohibited use.
Sehingga, dalam penelitian ini peneliti hanya akan berfokus pada dimensi
ketergantungan HP karena dimensi ketergantungan juga masih perlu untuk
ditindak lanjuti melalui penelitian, mengingat banyak individu yang merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mengalami ketergantungan HP (Kuss et al., 2018). Dimensi ketergantungan HP
ini mengacu pada kriteria ketergantungan zat dalam DSM-IV-TR.
APA (2000) mendefinisikan ketergantungan sebagai suatu kondisi
individu dengan gejala kognitif, perilaku, dan fisiologis di mana individu terus
menggunakan HP terlepas dari berbagai masalah yang disebabkan oleh
penggunaan HP tersebut. Hal ini berarti, terdapat berbagai masalah dalam
penggunaan HP individu. Ketergantungan dapat terjadi dalam tujuh
karakteristik yang dialami dalam masa satu tahun sebelumnya yakni tolerance,
withdrawal, use more frequent or for longer than intended, relapse, overuse,
reduce activities, dan continues use (American Psychiatric Association, 2000).
Individu dengan ketergantungan cenderung tidak pernah pergi tanpa
membawa HP bahkan ketika ia lupa, ia akan mengambilnya (Kuss, Harkin,
Kanjo, dan Billieux, 2018). Individu juga ditandai dengan penggunaan HP
yang lebih sering serta durasi penggunaan yang lebih lama dari waktu yang
ditentukan.
Fenomena dan penelitian tentang ketergantungan HP di atas
memperlihatkan bahwa individu dengan ketergantungan pada HP tampaknya
memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi pada tugas yang sulit serta kurang
mampu mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Kedua asumsi ini
merupakan bagian dari impulsivitas. Sehingga peneliti menduga ada hubungan
antara impulsivitas dan ketergantungan pada HP.
Hal ini didukung oleh Billieux Linden, D’Acremont, Ceschi, dan
Zermatten (2007) serta Billieux, Linden, dan Rochat (2008) yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bahwa meningkatnya impulsivitas cenderung membuat individu mengalami
masalah dalam menunda penggunaan HP yang dimiliki yang mengarah pada
ketergantungan, terutama dalam kondisi negatif.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan ketergantungan
dengan regulasi diri (Deursen, Bolle, Hegner, dan Kommers, 2015), ekstraversi
dan neurotisme (Bianchi dan Phillips, 2005), loneliness dan shyness (Bian dan
Leung, 2014), serta impulsivitas (Billieux et al., 2007; 2008). Penelitian ini
akan berfokus pada impulsivitas. Hal ini karena beberapa penelitian telah
sering menunjukkan bahwa impulsivitas terlibat dalam berbagai keadaan
psikologis terkait dengan ketergantungan seperti penggunaan alkohol
(Whiteside dan Lynam, 2003) dan gangguan makan (Billieux et al., 2007).
Secara umum, impulsivitas merupakan tindakan cepat yang tidak
direncanakan yang mengarah pada perilaku tanpa berpikir dan kecenderungan
untuk bertindak tanpa rencana (Sediyama et al., 2017). Impulsivitas terdiri dari
empat dimensi yang menunjukkan impulsivitas memiliki kecederungan tinggi
atau rendah, yakni urgency, premeditation, perseverance, dan sensation
seeking (Whiteside dan Lynam, 2001, 2003; Whiteside, Lynam, Miller, dan
Reynolds, 2005).
Penelitian mengenai impulsivitas dan ketergantungan HP telah
dilakukan di Indonesia. Namun, peneliti belum menemukan kajian yang secara
persis meneliti tentang keduanya. Berkenaan dengan impulsivitas, penelitian
yang sering dilakukan adalah terkait perilaku pembelian (Danti, 2016; Elga,
2017; Henrietta, 2012; Lestari, 2017; Renanita, 2017) di mana perilakunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dilakukan tanpa pertimbangan dan disertai respon emosi yang kuat. Sedangkan,
penelitian mengenai ketergantungan HP ada yang dikaitkan dengan stres
akademik (Karuniawan dan Cahyanti, 2013), kualitas tidur (Hidayat dan
Mustikasari, 2014; Putri, 2018), kecemasan (Palupi, Sarjana, dan Hadiati,
2018), serta produktivitas kerja (Riani, 2016). Sementara itu, penelitian yang
secara persis mengulas terkait impulsivitas dan ketergantungan pada HP telah
dilakukan di luar Indonesia (Billieux et al., 2007, 2008). Berdasarkan
penjelasan yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa di Indonesia.
Perilaku penggunaan HP pada mahasiswa tidak lepas dari peran orang
tua, organisasi kesehatan mental, serta ilmuwan dan praktisi psikologi.
Pertama, terkait dengan peran orang tua, Arnett (2015) telah mengatakan
bahwa mahasiswa bertumbuh dengan berkembangnya teknologi, terutama HP
atau yang disebut sebagai digital natives. Dengan kata lain HP telah ada sejak
mahasiswa masih bayi. Orang tua yang berperan memberikan kebebasan pada
anak tanpa pendampingan untuk menjelaskan mengenai kegunaan HP,
mengarahkan penggunaan HP sebagai media belajar, serta memberikan
informasi dampak positif dan negatif menggunakan HP berpotensi membuat
anak menjadi ketergantungan (Zulfitria, 2017). Sehingga, tambahan
pengetahuan mengenai topik ini penting bagi orang tua karena dapat
memberikan gambaran mengenai perilaku ketergantungan pada anak guna
memberikan pendampingan lebih dini terhadap anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kedua, terkait dengan peran organisasi kesehatan mental, seperti
Indonesia Mental Health Care Foundation. Rarung (2015) telah mengatakan
bahwa umumnya organisasi kesehatan memiliki tujuan untuk menyusun dan
melaksanakan suatu program atau kebijakan guna meningkatkan derajat
kesehatan di masyarakat. Hal ini berarti, organisasi kesehatan mental memiliki
peran untuk andil dalam memberikan suatu kebijakan terkait dengan kesehatan
mahasiswa. Kebijakan ini penting bagi perilaku ketergantungan HP pada
mahasiswa. Sehingga, tambahan pengetahuan ini penting bagi organisasi
kesehatan mental guna memahami ketergantungan HP pada mahasiswa. Akan
sangat baik jika pihak organisasi kesehatan mental di Indonesia dapat
memberikan arah dan kebijakan dalam penanganan ketergantungan terkait
dengan kesehatan mahasiswa, tidak bergantungnya mahasiswa terhadap HP
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terhindar dari berbagai
konsekuensi yang merugikan atau senantiasa hidup bahagia.
Terakhir, ilmuwan dan praktisi psikologi di Indonesia berperan dalam
kesejahteraan individu salah satunya dengan memberikan penanganan terkait
kesehatan mental secara individual (Idham, Mubarok, dan Pratiwi, 2016). Hal
ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami individu. Ilmuwan dan
praktisi psikologi dapat terjun membaur dengan individu untuk secara langsung
mengetahui betul permasalahan yang terjadi. Pengetahuan tersebut penting
untuk pemahaman akan perilaku penggunaan HP pada mahasiswa. Sehingga,
tambahan pengetahuan mengenai topik ini penting untuk melengkapi topik
penelitian mengenai faktor-faktor psikologis ketergantungan pada HP di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Indonesia yang masih terbatas. Penelitian yang sudah dilakukan misalnya
terkait stres akademik dan ketergantungan HP (Karuniawan dan Cahyanti,
2013), serta harga diri dan ketergantungan HP (Mulyana dan Afriani, 2017).
Dengan demikian, topik ini dapat memberikan kontribusi teoretis mengenai
impulsivitas dan ketergantungan HP, khususnya pada mahasiswa.
B. Rumusan Permasalahan
Saat ini, HP telah memberikan banyak manfaat bagi penggunanya,
secara khusus mahasiswa. Misalnya, dapat memberikan kemudahan bagi
mahasiswa untuk berkomunikasi dengan orang yang dikasihi tanpa dibatasi
oleh jarak (Billieux et al., 2007). Namun, seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, pada kenyataannya penggunaan HP telah terkait dengan perilaku
yang bermasalah yaitu ketergantungan, yang memiliki konsekuensi negatif
bagi mahasiswa (Billieux, 2012). Pembahasan sebelumnya telah menunjukkan
bahwa mahasiswa mungkin terlibat dalam berbagai perilaku ketergantungan
HP.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini sebatas mencari tahu korelasi antara impulsivitas dan
ketergantungan HP pada mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Artinya, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan sampel mahasiswa
yang aktif menggunakan HP di Universitas Sanata Dharma Yogayakarta.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
E. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara impulsivitas dan ketergantungan HP pada
mahasiswa?
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
mahasiswa terkait impulsivitas dan ketergantungan pada HP. Pengetahuan
yang ada dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai pengguna aktif HP untuk
lebih bijak dalam menggunakan HP.
2. Bagi orang tua
Bagi orang tua penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya
wawasan ilmu pengetahuan mengenai impulsivitas dan ketergantungan pada
HP. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk mencegah lebih dini akan
penggunaan HP yang berlebih dengan memberi pengawasan saat anak
menggunakan HP.
3. Organisasi kesehatan mental
Bagi organisasi kesehatan mental penelitian ini penting untuk
memperkaya bahan informasi sebagai materi untuk memberikan arah dan
kebijakan dalam penanganan ketergantungan pada HP.
4. Bagi ilmuwan dan praktisi psikologi
Bagi ilmuwan dan praktisi psikologi, penelitian ini bermanfaat untuk
melengkapi kontribusi teoretis yang masih terbatas mengenai impulsivitas
dan ketergantungan HP pada mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengantar
Bab ini akan memaparkan definisi dan konsep dari teori serta
penelitian-penelitian terkait mengenai impulsivitas dan ketergantungan HP
pada mahasiswa. Pertama, akan dibahas mengenai dinamika psikologis
mahasiswa. Kedua, mengenai problematic use of mobile phone yang terdiri
dari definisi serta empat dimensinya. Dalam hal ini, peneliti hanya akan
memilih salah satu dimensi dari problematic use of mobile phone, yaitu
ketergantungan. Ketiga, akan membahas ketergantungan yang terdiri dari
definisi, aspek-aspek, faktor-faktor, proses dan dampak, serta kaitannya dengan
mahasiswa.
Keempat, peneliti juga akan membahas mengenai impulsivitas yang
terdiri dari definisi, dimensi, faktor-faktor, proses dan dampak, serta kaitannya
dengan mahasiswa. Kelima, pembahasan mengenai dinamika hubungan antar
variabel dan mahasiswa. Keenam, akan ada kerangka konseptual. Terakhir,
akan dicantumkan hipotesis yang diuji dalam penelitian ini.
B. Dinamika Psikologis Mahasiswa
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, berikut adalah dinamika
psikologis mahasiswa berdasarkan persepektif psikologi perkembangan dan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1. Perspektif perkembangan
Dalam perspektif perkembangan terdapat dua kajian di dalamnya,
yakni (1) emerging adulthood dan (2) mahasiswa. Kajian mengenai
emerging adulthood akan ditilik dari Newman dan Newman (2012). Seperti
yang diuraikan dalam Newman, emerging adulthood memiliki tugas
perkembangan yang disebut autonomy from parents yakni, kemampuan
untuk mengatur diri sendiri dalam mengambil keputusan tanpa bergantung
kepada orang tua. Selain itu emerging adulthood juga memiliki tugas
perkembangan sebagai gender identity yakni, adanya keyakinan, sikap, dan
nilai-nilai tentang diri sendiri sebagai individu dalam kehidupan sosial baik
itu hubungan romantis, keluarga, pekerjaan, komunitas, dan kelompok. Ada
juga tugas perkembangan sebagai internalized morality di mana individu
akan mulai memandang diri mereka sebagai makhluk bermoral yang
tindakannya berimplikasi pada kesejahteraan orang lain. Serta, tugas
perkembangan dalam career choice yakni, memilih pekerjaan tetap sebagai
sumber dari uang pribadi individu.
Pada tahap ini juga emerging adulthood mengalami yang namanya
intimacy vs isolation sebagai konflik mendasar yang dialami oleh emerging
adulthood. Individu dengan intimacy mengalami keterbukaan untuk
mengkomunikasikan perasaan terhadap orang yang dekat dengannya dan
dihargai serta dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, beberapa emerging
adulthood kurang dapat terlibat dalam hubungan saling percaya, terbuka
atau responsif karena mereka mengalami penolakan, dikucilkan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kemudian membuat individu mengalami isolation (Newman dan Newman,
2012).
Kajian mengenai mahasiswa ditilik dari salah seorang psikolog
perkembangan Jeffrey Jansen Arnett yang mengatakan bahwa kebanyakan
dari mahasiswa memiliki usia 18 hingga 23 tahun (Arnett, 1994). Usia ini
menunjukkan jika mahasiswa merupakan bagian dari masa emerging
adulthood, yang mana mahasiswa tidak lagi remaja tetapi juga belum
menetap menjalankan peran sebagai orang dewasa (Arnett, 1994, 2000).
Secara khusus Arnett (1994) mengungkapkan mahasiswa masih dalam
proses mempersiapkan diri untuk memiliki peran tersebut.
Mahasiswa yang merupakan bagian dari emerging adulthood
digambarkan sebagai individu yang sedang berproses untuk mengeksplorasi
berbagai kemungkinan dalam pendidikan (Arnett, 2015). Pendidikan sendiri
memiliki arti baru bagi mahasiswa, di mana mereka harus memikirkan
bagaimana pendidikan setelah masa sekolah dapat mendorong mereka ke
jalur karir (Arnett, 2015). Hal ini karena pendidikan tinggi telah menjadi
syarat untuk mendapatkan pekerjaan terbaik. Sehingga, mereka perlu
mencari perguruan tinggi yang sesuai, mencoba kejuruan yang sesuai, serta
mencari kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dalam
hal ini, demografis mereka seringkali tidak stabil. Mahasiswa mengalami
perubahan tempat tinggal dari rumah orang tua ke tempat lain untuk
mengikuti perguruan tinggi. Ada yang pindah dari kota asal ke kota lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
serta ada yang pindah ke negara lain, dan sebagian yang lain menetap di
rumah (Arnett, 2015).
Proses eksplorasi berbagai kemungkinan dalam pendidikan tersebut
memiliki tujuan untuk mengembangkan identitas mahasiswa yang lebih
pasti, termasuk mengenai pemahaman siapa mereka, apa kemampuan dan
keterbatasan mereka, apa keyakinan dan nilai mereka, serta bagaimana
mereka terjun ke masyarakat sekitar (Arnett, 1994).
Selain itu, selama mengikuti kuliah, mahasiswa diketahui mengalami
perkembangan kognitif. Hal ini karena, perguruan tinggi memberikan
kesempatan untuk mengasah kemampuan mereka, mempertanyakan asumsi,
dan mencoba cara baru memandang dunia (Papalia, 2014). William G. Perry
Jr., adalah salah seorang psikolog pendidikan yang mempelajari
perkembangan kognitif mahasiswa selama masa kuliah. Menurut Perry
(1968, dalam Papalia, 2014), banyak mahasiswa masuk ke perguruan tinggi
dengan ide-ide yang kaku tentang kebenaran, mereka memandang dunia
dalam dualisme polaritas mendasar, seperti benar atau salah dan baik atau
buruk, mereka tidak dapat mengerti atau menggambarkan apa pun selain
kebenaran tersebut. Selama masa kuliah, mahasiswa mulai menjumpai ide-
ide yang beragam dan sudut pandang yang luas. Mereka belajar untuk
melihat semua pengetahuan dan nilai-nilai yang saling berhubungan. Hal ini
kemudian cenderung mengubah pandangan dualistik mereka. Pada akhirnya,
mereka memperoleh komitmen dalam relativitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada titik ini dalam perkembangan mereka, mahasiswa juga
mengalami apa yang dinamakan perkembangan psikososial selama mereka
kuliah. Hal ini berkontribusi pada pembentukan identitas mereka (Evans,
Forney, Guido, Patton, dan Renn, 2010). Peneliti akan menilik hal ini dari
teori yang diusulkan oleh Chickering (1993, dalam Evans et al., 2010).
2. Perspektif sosial
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Chickering (1993, dalam
Evans et al., 2010) mengusulkan 7 vektor perkembangan psikososial
mahasiswa. Adapun tujuh vektor ini tidak berurutan dan tidak dimaksudkan
sebagai tahap melainkan dapat berinteraksi satu sama lain serta saling
membangun.
a. Developing competence
Chickering dan Reisser (1993, dalam Evans et al., 2010)
mengumpamakan hal ini sebagai “tiga gigi garpu”. Gigi garpu yang
pertama disebut kompetensi intelektual, kedua disebut keterampilan fisik
dan manual, dan yang ketiga disebut kompetensi interpersonal.
Kompetensi intelektual melibatkan perolehan akan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan materi kuliah tertentu. Selain itu,
juga terkait dengan peningkatan keterampilan dalam pemikiran kritis dan
penalaran. Sedangkan, keterampilan fisik dan manual melibatkan
aktivitas fisik dan rekreasi, adanya perhatian terhadap kesehatan dan
keterlibatan dalam kreativitas. Sementara itu, kompetensi interpersonal
melibatkan keterampilan dalam komunikasi, kepemimpinan, dan bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
secara efektif dengan orang lain. Sebagai contoh, individu yang
menyatakan bahwa ia belum merasa nyaman dengan keterampilan belajar
cenderung memiliki masalah dalam kompetensi intelektual, dan seorang
perempuan yang kurang bisa berbicara dengan laki-laki mengalami
masalah kompetensi interpersonal.
b. Managing emotions
Dalam vektor ini, mahasiswa mengembangkan kemampuan untuk
mengenali dan menerima emosi, serta mengekspresikan dan
mengendalikannya secara tepat. Selain itu, belajar untuk bertindak atas
perasaan dengan cara yang bertanggung jawab. Perasaan yang dimaksud
termasuk agresi, hasrat seksual, kecemasan, depresi, marah, rasa malu,
dan rasa bersalah, serta emosi positif seperti kepedulian, optimisme, dan
inspirasi. Sebagai contoh, seorang individu yang kesal terhadap orang
tuanya yang menginginkan agar ia segera mencari informasi tentang
pekerjaan dan mulai berkarir, cenderung mengalami kesulitan dalam
mengekspresikan dan mengendalikan emosinya secara tepat.
c. Moving through autonomy toward interdependence
Hal ini memiliki arti bahwa mahasiswa mengalami peningkatan
untuk bebas menjadi diri sendiri; bebas mengarahkan diri, memecahkan
masalah, dan mobilitas. Sebagai contoh, individu yang mengalami
kesulitan memperbaiki hubungan dengan orang tua diduga mengalami
masalah dalam hal ini karena individu ingin dilihat sebagai orang dewasa
yang mampu membuat keputusan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
d. Developing mature interpersonal relationship
Vektor ini termasuk pengembangan toleransi antar budaya dan
pribadi, mengapresiasi perbedaan, serta menghargai persamaan. Sebagai
contoh, pengembangan hubungan interpersonal yang matang adalah
individu yang tertarik untuk belajar menghargai perbedaan.
e. Establishing identity
Vektor ini mengacu pada pengakuan akan perbedaan berdasarkan
jenis kelamin, latar belakang budaya, serta orientasi seksual. Selain itu,
memiliki rasa nyaman dengan kondisi tubuh, penampilan, serta gaya
hidup. Individu yang menolak identitas yang diberikan orang lain
kepadanya dan mencari gaya hidup serta peran yang berarti bagi dirinya
sendiri merupakan contoh dari pengembangan vektor ini.
f. Developing purpose
Vektor ini mengacu pada pengembangan untuk membuat tujuan
yang jelas dan komitmen yang berarti pada hal-hal penting atau kegiatan
pribadi mahasiswa. Dengan ini, mahasiswa dapat mempertahankan
keputusannya saat menghadapi pertentangan.
g. Developing integrity
Hal ini mencakup pengembangan bahwa mahasiswa akhirnya
memiliki nilai-nilai atau tindakan-tindakan yang konsisten. Tidak lagi
hanya mengikuti apa yang orang lain katakan. Namun, di sisi lain, tetap
mengakui dan menghormati apa yang menjadi keyakinan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tujuh vektor tersebut berperan sebagai jalan untuk menuju individuasi.
Dengan demikian, penjabaran di atas menunjukkan bahwa mahasiswa
merupakan bagian dari populasi emerging adulthood yang mengikuti
perguruan tinggi dan memiliki empat tugas perkembangan, adanya masalah
perkembangan, serta mengalami perkembangan kognitif maupun psikososial di
masa kuliah.
Setelah membahas dinamika psikologi dari perspektif perkembangan
dan sosial. Selanjutnya akan dibahas mengenai ketergantungan HP.
Ketergantungan HP ini sebenarnya merupakan dimensi dari problematic use of
mobile phone. Oleh karena itu peneliti akan membahas mengenai problematic
use of mobile phone terlebih dulu lalu secara khusus membahas ketergantungan
HP.
C. Problematic Use Of Mobile Phone
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, berikut akan dibahas
mengenai problematic use of mobile phone dan dimensi-dimensinya.
1. Definisi problematic use of mobile phone
Definisi dari problematic use of mobile phone akan dibahas
berdasarkan latar belakangnya. Joél Billieux adalah salah satu profesor di
bidang psikologi klinis saat ini (2018). Bidang penelitian utamanya adalah
berbagai faktor psikologis (kognitif, afektif, motivasi, interpersonal) yang
terlibat dalam etiologi perilaku adiktif, dengan berfokus pada proses yang
terkait regulasi diri. Sejak tahun 2014, ia menjadi seorang ahli dalam
organisasi WHO di bidang implikasi kesehatan masyarakat terkait perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kecanduan penggunaan alat teknologi. Pada tahun 2017 ia berfokus
menangani klien dengan masalah terkait kecanduan teknologi. Salah satu
yang menjadi fokus penelitiannya adalah penggunaan HP yang dirumuskan
ke dalam teori problematic use of mobile phone. Problematic use of mobile
phone didefinisikan berdasarkan ide bahwa zaman ini penggunaan HP tidak
lagi hanya terkait dengan peran positifnya melainkan sudah semakin sering
dikaitkan dengan perilaku bermasalah atau yang berpotensi mengganggu
(Billieux, 2012; Billieux et al., 2008). Studi pertama yang berfokus pada
problematic use of mobile phone ditujukan untuk menentukan dampaknya
terhadap kemampuan mengemudi. Secara keseluruhan, penelitian yang ada
menekankan bahwa menggunakan HP saat mengemudi mengurangi
kapasitas perhatian, bahkan dalam kasus hands-free (Billieux, 2012). Selain
itu, analisis mengenai karakteristik kecelakaan telah menunjukkan bahwa
individu yang menggunakan HP saat mengemudi lebih sering terlibat dalam
kecelakaan fatal dibandingkan dengan individu yang tidak menggunakan
HP saat mengemudi (Billieux, 2012). Kemudian, Billieux et al., (2008) juga
mengatakan bahwa semakin banyak negara memberlakukan UU yang
melarang penggunaan HP saat mengemudi.
HP saat ini juga dapat berubah dari alat yang mendukung interaksi
sosial menjadi alat yang mengganggu interaksi sosial (Billieux et al., 2008).
Hal ini didukung Billieux (2012) yang mengatakan bahwa sebagian besar
individu setuju pernah merasa HP mengganggu aktivitas sosial mereka.
Sebagai akibatnya, sejumlah tempat cenderung melarang penggunaan HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sama halnya seperti merokok (misalnya perpustakaan, angkutan umum)
(Nickerson et al., 2008, dalam Billieux, 2012). Terakhir, Billieux et al.,
(2007) dan Toda, Monden, Kubo, dan Morimoto (2004) telah menunjukkan
bahwa penggunaan HP dapat menjadi ketergantungan.
Dengan demikian, Billieux (2012) kemudian mendefinisikan
problematic use of mobile phone sebagai ketidakmampuan individu untuk
mengelola penggunaan HP-nya yang kemudian melibatkan konsekuensi
negatif dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi tersebut dapat berupa
masalah keuangan (Billieux et al., 2008), ketergantungan (Bianchi dan
Phillips, 2005; Billieux et al., 2007), gangguan tidur (karena menelepon dan
atau pemantauan SMS di malam hari) (Thomée, Härenstam, dan Hagberg,
2011), penggunaan yang berbahaya (seperti, menelepon saat mengemudi)
(White, Eiser, dan Harris, 2004), penggunaan yang dilarang (menelepon di
tempat terlarang seperti perpustakaan dan angkutan umum) (Nickerson,
Isaac, dan Mak, 2008), cyberbullying (Nicol dan Fleming, 2010), sexting
(Dir, Cyders, dan Coskunpinar, 2013), atau dihantui perasaan nada dering
HP yang berbunyi (Kruger dan Djerf, 2015).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
problematic use of mobile phone mengacu pada ketidakmampuan individu
untuk mengelola penggunaan HP yang dimiliki. Penggunaannya cenderung
melibatkan berbagai konsekuensi negatif dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, Billieux (2012) merumuskan empat dimensi problematic use
of mobile phone yang akan dibahas di poin selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Dimensi problematic use of mobile phone
Pada sub bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai definisi
problematic use of mobile phone, berikut adalah tentang empat dimensi dari
problematic use of mobile phone. Definisi dari setiap dimensi didukung oleh
penelitian lain yang sejalan dengan Billieux (2012).
a. Dangerouse use
Dimensi ini didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
menggunakan HP pada saat mengemudi (Billieux, 2012). Brace, Young,
dan Regan (2007) mengatakan, penggunaan HP saat mengemudi
cenderung dapat mengalihkan perhatian pengemudi secara visual, fisik,
serta kognitif. Artinya, hal tersebut dapat mendorong pengemudi untuk
mengalihkan perhatian (gangguan visual), pikiran dari jalanan (gangguan
kognisi), dan tangan dari setir (gangguan fisik). Hal ini kemudian
dianggap berbahaya karena berpotensi menurunkan performa berkendara
dan meningkatkan risiko kecelakaan. Lebih lanjut dikatakan oleh Brace
et al., (2007) panggilan telepon, bercakap-cakap, mengirim pesan, jenis
HP, waktu yang dihabiskan, kerumitan kata sandi HP, dan tuntutan tugas
mengemudi merupakan faktor penggunaan HP yang dapat memengaruhi
performa saat mengemudi.
b. Prohibited use
Dimensi ini didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
menggunakan HP di tempat terlarang seperti restoran, angkutan umum,
perpustakaan, atau pesawat (Billieux, 2012). Alasan penggunaan HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menjadi dilarang karena ada dugaan bahwa penggunaannya cenderung
mengakibatkan terganggunya aktivitas sosial (Nickerson et al., 2008).
Hal ini didukung Plant (2001), menurut Plant, individu memiliki tiga
jenis sikap dalam menerima panggilan saat sedang dalam situasi sosial.
Pertama, individu segera menjauh dari situasi sosial (flight). Kedua, tetap
di tempat tetapi menghentikan aktivitas sosial selama menerima
panggilan (suspension). Terakhir, tetap terlibat secara sosial yaitu sebisa
mungkin melakukan apapun yang dilakukan sebelum akhirnya menerima
panggilan telepon (persistence). Tiga respon tersebut berisiko membuat
orang lain akan merasa ditinggalkan (Plant, 2001).
c. Financial problems
Billieux (2012) mengatakan financial problems dapat dianggap
sebagai ukuran dari hasil negatif penggunaan HP dalam kehidupan
sehari-hari. Banyaknya pengeluaran untuk HP mencerminkan sejauh
mana penggunaan HP berpotensi menjadi bermasalah. Billieux et al.,
(2008) memperkirakan bahwa financial problems terkait dengan
ketidakmampuan untuk mencegah diri menggunakan HP dalam situasi
tertentu misalnya, saat mengalami pengaruh negatif atau mengalami
pikiran yang mengganggu. Pada situasi tersebut, individu diduga menjadi
boros dalam keuangan untuk membayar tagihan telepon atau SMS.
d. Dependence
Sejak kemunculannya dalam literatur psikiatrik dan psikologi
klinis, dependence telah dikonseptualisasikan berdasarkan kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
perilaku adiktif (Bianchi dan Phillips, 2005; Billieux, 2012; Billieux,
Philippot, Schmid, Maurage, dan Mol, 2014; Choliz, 2010; Griffiths,
1996; Kwon et al., 2013; Merlo, Stone, dan Bibbey, 2013; Yen et al.,
2009). Konsep umum kriteria perilaku adiktif dapat ditemukan dalam
kriteria ketergantungan zat pada Diagnostik dan Statistik Manual
Gangguan Mental (DSM-IV-TR) (American Psychiatric Association,
2000). Kriteria ini dulunya terbatas pada obat-obatan atau alkohol,
namun berdasarkan pengembangannya, saat ini telah diterapkan untuk
perjudian, internet, game, penggunaan HP, serta perilaku kecanduan
lainnya (Bianchi dan Phillips, 2005; Kwon et al., 2013).
Mengacu pada DSM-IV-TR (American Psychiatric Association,
2000), ketergantungan didefinisikan sebagai suatu kondisi yang dialami
individu dalam masa satu tahun sebelumnya di mana individu
menggunakan HP lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk
berhenti menggunakan HP namun tidak berhasil, memiliki berbagai
masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena penggunaan
HP, serta mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan teman-teman
APA (2000).
3. Aspek ketergantungan HP
Berdasarkan fokus penelitian ini, yaitu ketergantungan, selanjutnya
peneliti akan membahas tujuh kriteria ketergantungan yang dirumuskan
berdasarkan APA (2000). Akan dibahas juga mengenai penelitian-penelitian
terkait dengan masing-masing aspek. Selanjutnya, tujuh kriteria yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
akan digunakan dalam penyusunan alat ukur ketergantungan pada penelitian
ini. Adapun tujuh kriteria tersebut terdiri dari tolerance, withdrawal, use
more frequent or longer than intended, relapse, overuse, reduce activities,
dan continues use.
Tolerance a.
Tolerance mengacu pada proses di mana meningkatnya jumlah
dari sebuah aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai suatu efek yang
diinginkan (American Psychiatric Association, 2000). Efek yang
diinginkan tersebut bersifat berlebihan. Hal ini karena, individu tidak lagi
merasakan efek yang sama seperti awal ketika menggunakan HP
meskipun dalam jumlah aktivitas yang sama. Oleh karena itu, individu
memiliki kebutuhan untuk meningkatkan jumlah aktivitasnya dalam
menggunakan HP. Billieux et al., (2014) mengatakan, ketika individu
mengalami tolerance mereka cenderung menggunakan HP lebih sering,
di mana individu dapat terlibat dalam panggilan telepon dengan durasi
yang lebih lama. Selain itu, individu dapat terlibat dalam panggilan
telepon yang lebih banyak, misalnya 10 kali dalam satu hari atau
mengirim pesan yang banyak misalnya 5 – 10 pesan dalam satu hari,
bahkan bisa lebih dari itu, khususnya ketika mengalami kecemasan atau
konflik dalam diri. Choliz (2010, dalam Billieux et al., 2014)
menambahkan, pada beberapa individu, tolerance mendorong mereka
untuk mengganti HP yang dimiliki dengan model baru yang sedang
beredar di pasar. Yen et al., (2009) juga menemukan bahwa tolerance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menjadi aspek penting untuk membedakan individu yang mengalami
ketergantungan pada HP dari individu yang tidak mengalaminya.
Meningkatnya tolerance terjadi setelah individu mengalami
ketergantungan HP setelah beberapa tahun (Davison, Neale, dan Kring,
2006).
Withdrawal b.
Seperti yang dikemukakan oleh APA (2000), withdrawal
mengacu pada efek negatif fisik dan psikologis yang terjadi ketika
penggunaan HP diberhentikan atau tiba-tiba dikurangi pada individu
yang biasanya menggunakan HP. Misalnya, ketika individu tidak dapat
menggunakan HP yang dimiliki oleh karena sedang berada di tempat
yang dilarang atau berada di tempat yang tidak memiliki sinyal, atau lupa
membawa HP, beberapa individu akan mengalami perubahan emosional
mungkin berupa perasaan cemas, marah, resah, atau pikiran-pikiran yang
mengganggu (Billieux et al., 2014).
Use more frequent or for longer than intended c.
Mengacu pada APA (2000) aspek ini melibatkan penggunaan HP
dalam jangka waktu lebih lama dari yang awalnya dimaksudkan.
Misalnya, terus menggunakan HP sampai keasyikan meski telah
menetapkan batas hanya 5 menit. Artinya, individu kesulitan dalam
mengendalikan penggunaannya sesuai dengan waktu yang ditargetkan.
Hal ini melibatkan kesadaran individu bahwa ia telah menghabiskan
waktu banyak dalam menggunakan HP (Merlo et al., 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Relapse d.
Aspek ini mengacu pada kecenderungan untuk berulang kembali
ke penggunaan HP setelah berusaha mengurangi atau mengentikan
penggunaannya (American Psychiatric Association, 2000). Individu ini
digambarkan memiliki keinginan yang kuat untuk selalu menggunakan
HP serta kurang mampu untuk menghentikan atau membatasi waktu
penggunaan HP meskipun pada waktu tertentu dalam sehari (Davison et
al., 2006). Adapun, upaya tersebut dapat dipengaruhi oleh orang-orang
sekitar yang memberitahu bahwa individu telah menggunakan HP secara
berlebihan (Kwon et al., 2013).
Overuse e.
Overuse mengacu pada adanya dorongan untuk melakukan
banyak hal supaya tetap dapat menggunakan HP (American Psychiatric
Association, 2000). Ketika individu mengalami overuse, mereka
cenderung lebih memilih untuk mencari bantuan menggunakan HP dan
cenderung selalu menyiapkan alat pengisi daya (cas) (Kwon et al., 2013).
Reduce activities f.
Reduce activities mengacu pada individu dengan ketergantungan
yang mengurangi kegiatan sosial, pekerjaan, dan rekreasi karena
penggunaan HP (American Psychiatric Association, 2000). Artinya,
individu cenderung mengabaikan untuk menikmati kesenangan atau
minat lain karena penggunaan HP. Bianchi dan Phillips (2005) juga
menggambarkan bahwa hal ini adalah saat-saat di mana individu lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
suka menggunakan HP daripada berurusan dengan kegiatan lain. Hal ini
terkait dengan pentingnya HP bagi kehidupan penggunanya. Ketika
individu mengalami reduce activities, individu mungkin terlibat konflik
dengan orang-orang di sekitar (Griffiths, 1996), serta mengalami
kurangnya konsentrasi pada saat di kelas atau saat bekerja (Davison et
al., 2006).
Continues use g.
Aspek ini mengacu pada perilaku di mana pengguna tetap saja
menggunakan HP meskipun mengetahui adanya masalah fisik atau
psikologis yang disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan HP
(American Psychiatric Association, 2000). Individu ini memiliki
kecenderungan untuk mengalami pusing atau penglihatan kabur, merasa
pegal pada pergelangan tangan atau belakang leher dan meskipun
mengalami masalah ini, individu akan tetap menggunakan HP (Kwon et
al., 2013). Dengan kata lain, individu menyadari bahwa ia mengalami
kehilangan kendali atas penggunaannya yang sering mengakibatkan
masalah, namun demikian ia tetap saja menggunakan HP (Billieux et al.,
2014).
4. Faktor ketergantungan HP
Berikut ini, peneliti akan membahas mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan, mendukung, dan memperkuat ketergantungan pada HP
antara lain: sosio-demographic yang terdiri dari jenis kelamin dan usia
(Billieux, 2012). Kemudian personalitiy trait yang terdiri dari neurotisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan ekstraversi, serta self-esteem (Billieux, 2012). Terakhir, patterns of
mobile phone use yang terdiri dari statius terhubung dengan internet, jenis
HP, waktu pemakaian dalam satu hari, durasi penggunaan HP dalam satu
minggu, status apakah menggunakan HP setiap hari, tagihan pengeluaran
telepon setiap bulan, dan fitur penggunaan HP yang digunakan dalam satu
tahun terakhir (Lopez-fernandez et al., 2017). Dalam hal ini peneliti hanya
akan menggunakan sosio-demographic dan patterns of mobile phone use.
Sosio demografis. a.
Berkenaan dengan sosio demografis Bianchi dan Phillips (2005)
mengatakan bahwa jenis kelamin dapat memprediksi jenis penggunaan
HP. Artinya, laki-laki dan perempuan berpotensi memiliki jenis
penggunaan HP yang berbeda. Misalnya, sebagian besar penelitian
terdahulu menemukan pengguna HP dengan jenis kelamin perempuan
cenderung lebih tinggi dalam menggunakan HP (khususnya, SMS)
daripada laki-laki (Billieux et al., 2008). Sebagian penelitian lain juga
menemukan pengguna dengan jenis kelamin perempuan cenderung lebih
rentan mengalami ketergantungan (Billieux et al., 2008). Sedangkan,
pengguna dengan jenis kelamin laki-laki cenderung menggunakan HP
saat mengemudi (Billieux et al., 2008). Namun, penelitian yang
dilakukan oleh Mei, Chai, Wang, Ng, dan Ungvari, (2018) menemukan
bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin terhadap ketergantungan HP.
Selain itu, Bianchi dan Phillips (2005) mengatakan bahwa usia
memiliki peran terhadap waktu yang dihabiskan untuk HP dan skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tinggi dari ketergantungan. Misalnya, Billieux et al., (2008) mengatakan
bahwa individu dengan usia muda memprediksi penggunaan HP yang
lebih sering dan lebih lama di mana hal ini cenderung mendapat skor
tinggi pada ketergantungan. Menurut, Bianchi dan Phillips (2005) hal ini
karena orang yang lebih muda cenderung lebih tertarik untuk
menggunakan teknologi yang baru atau up-to-date terhadap teknologi
dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Mungkin karena orang yang
lebih tua telah memiliki keterbatasan fisik dan di masa sekolah orang tua
juga kurang akrab dengan teknologi berbeda dengan usia yang lebih
muda. Orang tua cenderung menggunakan HP untuk tujuan bisnis
(Bianchi dan Phillips, 2005).
Pola penggunaan HP b.
Selain sosio demografis, pola penggunaan HP oleh individu juga
dapat berperan dalam ketergantungan pada HP. Kuss et al., (2018)
mengungkapkan bahwa fungsi HP berkembang dari yang hanya terbatas
pada panggilan dan pesan pendek (SMS) menjadi aktivitas online seperti
pencarian di internet, pengelolaan email, video game, berjudi, atau
terlibat dalam jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Berbagai
kegiatan tersebut dapat dilakukan di mana saja. Banyaknya manfaat pada
HP diduga cenderung menjadikan individu merasa sulit untuk
mengurangi waktu yang mereka habiskan dalam menggunakan HP
karena dianggap sangat nyaman dan fungsional. Hal tersebut kemudian
dapat berkontribusi pada meningkatnya ketergantungan yang dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
individu. Dalam hal ini pola penggunaan HP termasuk jenis HP yang
digunakan, waktu yang dihabiskan untuk menggunakan HP setiap
harinya, serta fitur aplikasi yang digunakan dalam 1 tahun terakhir
(Lopez-fernandez et al., 2017).
5. Proses dan dampak ketergantungan HP
Sub bab ini, akan menjelaskan mengenai tujuh aspek yang dapat
menunjukkan tingkat tinggi atau rendah dari ketergantungan pada HP,
tingkat yang tinggi cenderung menunjukkan ketergantungan yang lebih
serius (Kwon et al., 2013).
Mengacu pada APA (2000) individu yang cenderung mengalami
ketergantungan HP tinggi diduga akan mengalami perubahan perilaku,
fisiologis, dan kognitif ketika tidak dapat menggunakan HP yang dimiliki.
Misalnya, individu yang tidak pernah pergi tanpa membawa HP dan ketika
ia lupa, ia akan kembali untuk mengambilnya. Bagi dirinya, menghabiskan
hari tanpa HP adalah hal yang membuatnya merasa cemas (Kuss et al.,
2018). Selain itu, individu yang cenderung mengalami ketergantungan HP
tinggi diduga akan ditandai dengan frekuensi penggunaan HP yang lebih
sering dan durasi yang lebih lama untuk mendapatkan kepuasan yang
diinginkan (American Psychiatric Association, 2000). Individu juga
cenderung menggunakan HP dalam jangka waktu yang lebih lama dari yang
dimaksudkan dan individu cenderung akan berusaha supaya tetap dapat
menggunakan HP (American Psychiatric Association, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sebaliknya, individu dengan ketergantungan HP rendah cenderung
menunjukkan perilaku yang berlawanan, di mana individu memiliki
kecenderungan untuk menggunakan HP dengan lebih terkendali, cenderung
tetap dapat mengerjakan tugas yang telah direncanakan, cenderung tetap
memiliki hubungan pertemanan yang intim dengan teman di dunia nyata,
serta cenderung tidak merasa jengkel saat penggunaan HP-nya terganggu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dengan
ketergantungan rendah cenderung lebih memanfaatkan penggunaan HP
dengan bijak.
Berdasarkan hal di atas, ketergantungan HP yang tinggi menjadi
penting karena berdampak negatif pada kehidupan penggunanya. Billieux
(2012) menyebutkan beberapa dampak negatif dari ketergantungan HP yaitu
adanya financial problems, mengalami distres, atau mengalami masalah
sosial dengan keluarga maupun teman. Kwon et al., (2013) menambahkan
adanya dampak negatif terkait akademik atau pekerjaan akibat
ketergantungan pada HP yang tinggi. Hal ini sejalan dengan Lepp, Barkley,
Lepp, Barkley, dan Karpinski, (2014) yang menyatakan bahwa individu
dengan ketergantungan cenderung memiliki IPK lebih rendah. Diduga
karena individu lebih fokus menggunakan HP daripada mengikuti kegiatan
akademik seperti, mengikuti kelas atau belajar. Berbagai dampak negatif
tersebut kemudian berpotensi menghasilkan lingkaran setan (Billieux,
2012). Selain itu, ketergantungan HP telah dikaitkan dengan berbagai jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
nyeri skeletomuskular, memperburuk kecemasan atau depresi, dan
mengurangi kualitas tidur (Jo, Na, dan Kim, 2017).
Dari berbagai penjabaran di atas, ditunjukkan bahwa dampak
ketergantungan pada HP tidak saja hanya pada kesehatan jasmani, fungsi
mental, kehidupan emosi dan sosial individu itu sendiri, tetapi juga
merugikan keluarga dan orang-orang terdekat lainnya. Penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok usia yang
menunjukkan penggunaan HP dan gejala ketergantungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua (Bianchi dan Phillips,
2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai
ketergantungan HP pada mahasiswa. Berikut ini dikemukakan
pembahasannya.
D. Ketergantungan HP pada Mahasiswa
Sebagaimana yang diketahui di awal bahwa HP memiliki peran yang
besar dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa. HP bukanlah hal baru untuk
mahasiswa, mereka dapat mempelajarinya bahkan sejak masih usia dini, HP
menjadi alat yang selalu menemani mereka (Arnett, 2015). Bahkan ketika
mahasiswa terlibat perkumpulan, mereka akan berhenti sesekali untuk melihat
pesan teks yang baru muncul dan juga dengan cepat membalas pesan teks
tersebut (Arnett, 2015).
Arnett (2015) menyebut mahasiswa dengan istilah “digital natives”
yaitu mahasiswa dianggap sebagai penghuni pertama dari HP karena HP telah
ada sejak mahasiswa masih bayi. Haverila (2013, dalam Liao, He, dan Billieux,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2016) menambahkan, mahasiswa sebagai digital natives telah
mengintegrasikan HP menjadi bagian dari kehidupannya.
Di samping itu, Arnett (2000, dalam Lopez-fernandez et al., 2017)
berpendapat bahwa mahasiswa memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan perilaku tidak sehat atau berisiko seperti perilaku
ketergantungan. Misalnya, penggunaan obat atau terlibat dalam ketergantungan
video game (Lopez-fernandez et al., 2017). Oleh karena itu ketergantungan
pada HP merupakan hal yang dapat dialami dan ditingkatkan oleh mahasiswa
(Arnett, 2015). Penelitian sebelumnya telah banyak mengaitkan mahasiswa
dengan ketergantungan HP (Bianchi dan Phillips, 2005). Bianchi dan Phillips
mengatakan mahasiswa lebih banyak memiliki masalah terkait dengan
penggunaan HP. Sejalan dengan Arnett (2015) yang mengatakan bahwa HP
telah menjadi hal utama dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa, dan
kebanyakan dari mereka tidak dapat membayangkan kehidupan tanpa HP.
Ketergantungan HP pada mahasiswa dapat dipengaruhi banyak faktor,
seperti sosio demografis serta pola penggunaan. Mahasiswa sendiri pun diduga
dapat dipengaruhi oleh impulsivitas. Hal ini karena impulsivitas merupakan
aspek psikologis yang sering dikaitkan dengan perilaku ketergantungan,
misalnya ketergantungan internet (H. W. Lee et al., 2012), perjudian (Moeller
et al., 2001, dalam Lee et al., 2012) dan obat-obatan (Sediyama et al., 2017).
Oleh sebab itu, pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai
impulsivitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. Impulsivitas
Di bawah ini adalah penjelasan mengenai impulsivitas yang terdiri dari
definisi, aspek, serta proses dan dampak dari impulsivitas yang ditilik dari
(Whiteside dan Lynam, 2001, 2003; Whiteside, Lynam, Miller, dan Reynolds,
2005) serta penelitian-penelitian yang sejalan dengannya. Berikut adalah
penejelasannya.
1. Definisi impulsivitas
Impulsivitas telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Hinslie dan Shatzky (1940, dalam Moeller et al., 2001) mendefinisikan
impulsivitas sebagai tindakan cepat tanpa memikirkan tindakan tersebut
sebelumnya atau tanpa adanya penilaian sadar. Stahl et al., (2014)
mendefinisikan impulsivitas sebagai perilaku spontan yang disebabkan oleh
stimulus internal maupun eksternal atau kecenderungan memberi respon
tanpa pemikiran yang matang. Misalnya, ketika individu sedang mengemudi
dan HP yang dimilikinya berdering, individu dengan spontan akan
mengangkat panggilan tersebut. Hal ini tentu berpotensi mengurangi
kemampuan individu untuk mengemudi dengan aman. Moeller et al., (2001,
dalam Sediyama et al., (2017) mendefinisikan impulsivitas sebagai suatu
tindakan cepat yang tidak direncanakan yang mengarah pada perilaku tanpa
berpikir dan kecenderungan untuk bertindak tanpa rencana. Sementara itu,
Whiteside dan Lynam (2003) mengatakan bahwa impulsivitas merupakan
tindakan tanpa memikirkan konsekuensinya dan mungkin terlibat dalam
perilaku berisiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa impulsivitas
merupakan tindakan spontan yang dilakukan tanpa perencanaan yang
matang. Tindakannya cepat dan mengarah pada bertindak tanpa memikirkan
perilakunya terlebih dahulu. Artinya, individu bertindak tanpa memikirkan
konsekuensi yang mungkin terjadi.
2. Dimensi impulsivitas
Seperti yang telah disebutkan di atas, tindakan tanpa perencanaan
yang matang diartikan sebagai impulsivitas. Untuk itu, untuk memahami
perilaku impulsivitas, berikut akan dibahas mengenai empat dimensi dari
impulsivitas, yaitu urgency, (lack of) premeditation, (lack of) perseverance,
dan sensation seeking yang ditilik dari (Whiteside dan Lynam, 2001, 2003;
Whiteside et al., 2005).
a. Urgency
Dimensi ini mengacu pada suatu kondisi di mana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan dorongan untuk bertindak
sebagai respons terhadap emosi negatif (Whiteside et al., 2005).
Misalnya, sulit mengendalikan hasrat dan godaan terhadap makanan atau
rokok dalam kondisi emosi yang tidak menyenangkan (Whiteside dan
Lynam, 2001; Whiteside et al., 2005). Oleh karena itu, ketika individu
mengalami urgency, individu cenderung akan bertindak dengan terburu-
buru atau gegabah (Whiteside dan Lynam, 2001). Dengan kata lain,
individu bertindak sesuai dengan kehendak hatinya. Selain itu, ketika
mengalami urgency, individu akan melakukan hal-hal yang kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
disesali untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Individu juga
cenderung sulit menghentikan aktivitas yang dilakukannya meskipun hal
tersebut membuat keadaan individu menjadi lebih buruk. Hal ini berarti,
individu dengan urgency memiiki kecenderungan untuk bertindak
terburu-buru dalam suasana hati yang buruk. Whiteside dan Lynam
(2003) mengatakan bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk
meringankan emosi negatif. Untuk itu, Cynders dan Smith (2008, dalam
Neto dan True, 2011) menyebutkan urgency adalah prediktor kuat untuk
masalah dalam kesehatan, pekerjaan, mengkonsumsi alkohol atau
narkoba, keluarga, sosial, hukum, dan ketergantungan obat-obatan.
b. (lack of) Premeditation
Premeditation mengacu pada suatu kondisi di mana individu
mampu berpikir dan memahami konsekuensi dari suatu tindakan sebelum
melakukannya (Whiteside dan Lynam, 2001). Dengan demikian, ketika
individu mengalami premeditation individu akan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan suatu tindakan sebelum melakukannya,
merencanakan tindakannya dengan matang, atau bertindak dengan hati-
hati (Whiteside dan Lynam, 2001). Selain itu, individu akan berpikir
secara jelas dan memiliki tujuan sebelum bertindak. Hal ini biasanya
ditandai dengan kesadaran dari orang-orang sekitar yang mengatakannya
kepada individu itu sendiri. Individu juga akan merefleksikan
tindakannya sebelum mengambil keputusan dan individu akan bertindak
setelah ia mengetahui cara melakukannya (Whiteside dan Lynam, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
c. (lack of) Perseverance
Dimensi ini mengacu pada kemampuan individu untuk tetap
fokus pada suatu tugas yang mungkin membosankan atau sulit (Lepp et
al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan perseverance
mampu mengabaikan hal-hal yang dapat mengganggu pengerjaannya dan
mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu, individu akan terus
berusaha menyelesaikan tugasnya sampai selesai karena ia kurang suka
mengabaikan tugas-tugas yang didapatnya. Tidak hanya itu saja, individu
dengan perseverance juga akan disiplin dalam mengerjakan tugas, ia
mudah berkonsentrasi, dan produktif (Whiteside dan Lynam, 2001).
d. Sensation seeking
Whiteside dan Lynam (2001) mendefinisikan sensation seeking
sebagai kecenderungan untuk menikmati dan mengejar kegiatan yang
menarik serta terbuka dengan pengalaman baru, entah itu berbahaya
maupun tidak. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan sensation
seeking akan bertindak mencari pengalaman baru untuk mendapat
kesenangan dan kepuasan, ia bersedia untuk mencoba apapun demi
mendapat kesenangan.
3. Proses dan dampak impulsivitas
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, empat aspek impulsivitas
di atas dapat menunjukkan nilai tinggi dan nilai rendah. Whiteside dan
Lynam (2001) dalam penelitiannya menguraikan individu yang
menunjukkan nilai tinggi pada urgency cenderung terlibat dalam tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang gegabah atau terburu-buru untuk meringankan emosi negatif mereka
meskipun terdapat konsekuensi jangka panjang berbahaya dari tindakan ini.
Misalnya, seseorang yang terlibat pertengkaran akan mengatakan hal-hal
yang tidak menyenangkan untuk meluapkan kekesalannya namun kemudian
ia menyesalinya. Selanjutnya, untuk individu dengan premeditation tinggi,
individu cenderung menjadi bijaksana dan penuh pertimbangan misalnya,
individu tidak suka memulai suatu pekerjaan sampai ia paham betul
bagaimana cara melakukannya. Sedangkan, individu dengan premeditation
rendah cenderung bertindak secara mendadak dan tanpa memperhatikan
konsekuensi dari tindakannya. Untuk individu dengan perseverance yang
tinggi, Whiteside dan Lynam (2001) mengatakan bahwa individu cenderung
dapat menyelesaikan pekerjaan dan cenderung mampu bekerja di bawah
kondisi yang memerlukan ketahanan terhadap situasi mengganggu.
Sebaliknya, individu yang rendah dalam perseverance cenderung tidak
mampu untuk tetap fokus terhadap tugas yang sulit atau membosankan
sekalipun sudah dipaksakan. Misalnya, individu menjadi mudah menyerah.
Terakhir, untuk individu dengan sensation seeking tinggi, individu
cenderung menikmati risiko dan terlibat dalam aktivitas berbahaya,
sedangkan individu dengan sensation seeking rendah cenderung
menghindari risiko dan bahaya. Misalnya, individu dengan sensation
seeking tinggi cenderung terlibat dalam situasi mengemudi dengan
kecepatan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Urgency dan sensation seeking yang tinggi serta kurangnya
premeditation dan perseverance menunjukkan tingkat impulsivitas yang
tinggi di mana hal ini umumnya bersifat maladaptif yang dapat
menghasilkan konsekuensi merugikan pada individu itu sendiri (Mitchell
dan Potenza, 2014). Secara khusus, urgency tinggi terkait dengan
kepribadian borderline di mana perilaku menyakiti diri sendiri yang
biasanya ditunjukkan oleh individu dengan gangguan kepribadian
borderline diduga didorong oleh impuls yang kuat dan merupakan upaya
dalam mengatasi emosi negatif mereka (Whiteside et al., 2005). Selain itu,
Whiteside dan Lynam (2001) mengatakan lack of premeditation cenderung
terkait dengan gangguan kepribadian psikopat. Perilaku tersebut dilakukan
karena kurang mampu mengantisipasi konsekuensi dari perilaku tersebut
dan lack of perseverance sangat terkait dengan bentuk psikopatologi yang
diperiksa dalam sebuah studi meta-analisis (Berg et al., 2015, dalam Sperry,
Lynam, Walsh, Horton, dan Kwapil, 2016) yaitu, perilaku bunuh diri,
kecemasan, agresi, ciri kepribadian borderline, gangguan makan, depresi,
dan penggunaan zat. Lack of premeditation terkait dengan penggunaan zat,
ciri kepribadian borderline, dan depresi (Berg et al., 2015, dalam Sperry et
al., 2016), serta kepribadian hiperaktif dan antisosial (Miller et al., 2003,
dalam Sperry et al., 2016). Selain itu, Brooner et al., (1994, dalam McCrae
dan Costa, 2003) mengatakan individu yang memiliki impulsivitas tinggi
cenderung makan berlebihan, mengeluarkan uang secara berlebihan, minum
dan merokok, berjudi, atau mungkin menggunakan narkoba. Hal ini diduga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
karena individu kurang memiliki kendali untuk mengontrol keinginannya
atau memiliki dorongan yang sangat kuat untuk memenuhi keinginannya.
Terakhir, bahwa impulslvitas juga memiliki dampak terhadap sejumlah
aspek kehidupan misalnya prestasi akademik (Mosti et al., 2014, dalam
Babaeian dan Jamshidzadeh, 2015) yang hasilnya menunjukkan bahwa ada
korelasi negatif yang signifikan antara impulsivitas dengan prestasi
akademik, juga dengan gangguan pikiran, perasaan negatif terhadap diri
sendiri, menurunnya kemampuan untuk menikmati dan menyelesaikan suatu
kegiatan, meningkatkan perilaku yang bermasalah, serta kesulitan
berkonsentrasi (Sperry et al., 2016).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa impulsivitas memiliki sifat
maladaptif yang dapat menghasilkan berbagai konsekuensi negatif bagi
kehidupan individu. Tidak hanya itu saja, impulsivitas telah dikaitkan
dengan mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa merupakan kelompok usia
yang rentan dengan perilaku berisiko, misalnya penyalahgunaan alkohol
(Arnett, 2015). Arnett mengatakan bahwa hal ini didorong oleh sensation
seeking yang merupakan aspek dari impulsivitas. Hal ini akan diuraikan
pada poin selanjutnya.
F. Impulsivitas pada Mahasiswa
Seperti yang telah disebutkan di poin sebelumnya sub bab ini adalah
mengenai impulsivitas pada mahasiswa. Dalam menjalani kehidupan sebagai
mahasiswa (Arnett, 2015) mengatakan prosesnya ditandai dengan berbagai
perilaku eksplorasi tentang kehidupan. Secara umum, mahasiswa menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
hari mereka dengan perasaan bersemangat dan gembira. Namun, Arnett (2015)
menjelaskan bahwa kegembiraan dan masalah dalam masa dewasa ini hidup
berdampingan, sehingga perjalanan hidup sebagai mahasiswa menjadi tahap
kehidupan yang sangat kompleks. Berbagai perilaku bermasalah dan gangguan
psikologis juga dialami mahasiswa. Misalnya, mengemudi mobil. Arnett
(2015) mengatakan para pengemudi di dewasa ini terlibat dalam banyak
kesalahan mengemudi, di mana sensation seeking adalah salah satu faktor yang
memengaruhi. Secara khusus Arnett (2015) mengatakan mahasiswa didorong
oleh impuls sensation seeking dengan tujuan mencoba atau menambah
pengalaman baru. Penggunaan obat terlarang atau tindakan kriminal pada
mahasiswa juga dapat didorong oleh sensation seeking. Untuk itu, mahasiswa
dengan sensation seeking tinggi cenderung terlibat dalam berbagai perilaku
berisiko (Arnett, 2015). Sejalan dengan hal ini, Whiteside dan Lynam (2001)
mengatakan sensation seeking adalah bagian dari perilaku impulsif yaitu
individu bertindak tanpa berpikir atau tanpa rencana.
Hal ini menunjukkan bahwa berbagai perilaku berisiko pada mahasiswa
didukung oleh aspek dari impulsivitas. Selain daripada itu, sub bab berikut
merupakan dinamika dari hubungan antar variabel dengan mahasiswa.
G. Hubungan Antara Impulsivitas dan Ketergantungan HP pada Mahasiswa
Selanjutnya, telah sampai pada dinamika dari antar variabel pada
mahasiswa. Arnett (2015) mengatakan mahasiswa merupakan kelompok usia
yang rentan untuk terlibat dalam perilaku berisiko. Misalnya, kecanduan
alkohol. Kecenderungan perilaku berisiko ini telah dikaitkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
impulsivitas (Whiteside dan Lynam, 2003). Perilaku berisiko itu sendiri ada
kaitannya dengan eksplorasi identitas sebagai karakteristik utama dari
mahasiswa (Arnett, 2000). Berkenaan dengan hal tersebut, saat ini penggunaan
HP telah dikaitkan dengan perilaku berisiko, karena penggunaannya dapat
menjadi ketergantungan yang kemudian melibatkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Billieux et al., 2007). Billieux et al., (2007; 2008), Mitchell dan
Potenza, (2014), Jo et al., (2017), serta Mei et al., (2018) mengatakan bahwa
tingkat impulsivitas tinggi terkait erat dengan ketergantungan pada HP.
Menurut Mitchell dan Potenza (2014, dalam Mei et al., 2018), individu dengan
tingkat impulsivitas tinggi lebih suka menggunakan HP untuk bersenang-
senang tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya. Secara khusus,
Billieux et al., (2007) menjelaskan hal ini berdasarkan dari empat dimensi
impulsivitas. Pertama, bahwa dorongan kuat yang timbul untuk menggunakan
HP tanpa adanya pertimbangan berpotensi menimbulkan ketergantungan.
Individu cenderung mengalami kesulitan dalam melawan dorongan kuat
tersebut, terutama dalam kondisi negatif. Dengan kata lain, mahasiswa dengan
urgency tinggi cenderung menggunakan HP lebih sering dan memiliki
ketergantungan yang lebih besar karena mereka merasa harus segera memenuhi
kebutuhannya. Kedua, kesulitan dalam menghadapi tugas yang sulit atau
membosankan juga berpotensi menimbulkan ketergantungan. Hal ini diduga
karena lack of perseverance berkaitan dengan ingatan-ingatan yang tidak
diinginkan, misalnya pertengkaran dengan seorang rekan. Sehingga,
mahasiswa menganggap bahwa penggunaan HP dapat membantu mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
melepaskan diri dari pemikiran yang tidak diinginkan tersebut dan kemudian
cenderung menimbulkan durasi panggilan yang lebih lama dan penggunaan
yang lebih sering sebagai aspek dari ketergantungan HP. Ketiga, lack of
premeditation berpotensi menjadikan individu menggunakan HP berlebihan
karena kurang dapat memperhitungkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Keempat, tingginya sensation seeking cenderung menjadikan individu terus
menggunakan HP dengan penggunaan HP yang lebih sering terlepas dari setiap
risiko yang ada. Berbagai hal ini kemudian cenderung berakibat negatif pada
individu itu sendiri misalnya terhadap akademik (Kwon et al., 2013), masalah
keuangan atau sosial (Billieux, 2012), kesehatan (Kim et al., 2016), serta
kecemasan atau depresi, dan kualitas tidur (Demirci, Akgonul, dan Akpinar,
2015). Dengan demikian, dua variabel tersebut kemungkinan memiliki
hubungan yang signifikan dan positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
H. Kerangka Konseptual
Gambar 1.
Skema hubungan antara impulsivitas dan ketergantungan HP pada
mahasiswa
I. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara impulsivitas dengan ketergantungan HP pada
mahasiswa.
Mahasiswa
Perilaku berisiko
Maladaptif
Kurang mampu mengendalikan
perilaku
Ketergantungan tinggi
- Withdrawal
- Tolerance
- Use more frequent or for longer than intended
- Overuse
- Reduce activities
- Relapse
- Continues use
Impulsivitas tinggi
- Urgency
- Lack of premeditation
- Lack of perseverance
- Sensation seeking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengantar
Setelah pada bab sebelumnya dibahas mengenai teori-teori dan
penelitian terkait kedua variabel berikut uraian mengenai metode dalam
penelitian ini. Pembahasan dalam bab III ini dimulai secara berurutan dari
topik (1) rancangan penelitian yaitu mengenai jenis dan bentuk penelitian, serta
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data; (2) subjek penelitian yaitu
individu yang akan menjadi sasaran dalam penyebaran skala; (3) identifikasi
variabel yaitu penjabaran singkat mengenai variabel penelitian yang terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat; (4) definisi operasional; (5) prosedur
pelaksanaan yang membahas langkah dalam penyebaran skala; (6) instrumen
pengumpulan data yang berisi blueprint dari kedua variabel penelitian; (7)
validitas; (8) seleksi item; (9) reliabilitas; (10) analisis data; (11) terakhir,
pertimbangan etis yang perlu dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian.
B. Rancangan Penelitian
Sehubungan dengan judul penelitian ini tentang hubungan antara
impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa, maka jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang berbentuk korelasional.
Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi suatu
faktor berkaitan dengan faktor lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi
(Suryabrata, 2008). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
penyebaran skala. Kemudian, metode penskalaan yang digunakan yaitu skala
Likert. Skala Likert merupakan metode penskalaan yang cukup sederhana
dengan adanya pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable. Subjek
diminta untuk menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuannya terhadap setiap
pertanyaan atau item dalam sebuah kontinum yang terdiri atas lima respon
yaitu: sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
(Supratiknya, 2014). Dalam pengembangannya terdapat modifikasi terhadap
opsi jawaban skala Likert yaitu penggunaan jumlah genap, guna tidak memberi
kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral (Supratiknya, 2014).
Penelitian ini menggunakan opsi jawaban dalam jumlah genap untuk
menghilangkan central tendency effect yaitu kecenderungan untuk memilih
jawaban netral sebagai jawaban aman. Selain itu, terdapat dua jenis skala
sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu skala impulsivitas dan
skala ketergantungan HP.
C. Subjek
Setelah membahas mengenai rancangan penelitian, berikut adalah
kriteria mengenai subjek dan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini.
Pertama, subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18 – 23 tahun
dan merupakan pengguna aktif telepon genggam (HP). Bianchi dan Phillips
(2005) mengatakan bahwa mahasiswa lebih rentan terhadap problematic use of
mobile phone. Kedua, pengambilan sampel dilakukan tanpa menerapkan
prinsip probabilitas (nonprobability) yaitu tidak ada jaminan bahwa setiap
anggota populasi memiliki kesempatan sama untuk terpilih menjadi anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sampel. Cara ini menghasilkan jenis sampel yang disebut sample of
convenience, lazimnya berupa kelompok-kelompok testi yang kebetulan bisa
diakses oleh penyusun tes (Supratiknya, 2014).
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Berikut adalah variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari dua
variabel, yaitu :
Variabel independen 1.
Cresswell (dalam Supratiknya, 2015) mengatakan variabel
independen adalah variabel yang kemungkinan menyebabkan, memengaruhi
atau berdampak pada hasil tertentu. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah impulsivitas.
Variabel dependen 2.
Cresswell (dalam Supratiknya, 2015) mengatakan variabel dependen
adalah variabel yang tergantung pada variabel independen, dalam arti
variabel yang diasumsikan merupakan hasil atau akibat pengaruh dari
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
ketergantungan HP.
E. Definisi Operasional
Berbeda dengan identifikasi variabel penelitian, berikut adalah definisi
operasional dari variabel independen dan dependen dalam penelitian ini.
Definisi operasional adalah definisi dari variabel yang ditulis pada tingkat
operasional dan praktis serta dapat diterapkan dengan bahasa yang spesifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
untuk memahami hubungan antar variabel (Creswell, 2014). Dua variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah impulsivitas dan ketergantungan HP.
Impulsivitas 1.
Impulsivitas merupakan tindakan spontan yang dilakukan tanpa
perencanaan yang matang. Tindakannya cepat dan mengarah pada bertindak
tanpa memikirkan perilakunya terlebih dahulu. Artinya, individu bertindak
tanpa memikirkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Impulsivitas memiliki
4 aspek yakni, urgensi, kurangnya ketekunan, kurangnya premeditasi, serta
pencarian sensasi (Whiteside dan Lynam, 2001, 2003; Whiteside et al.,
2005). Impulsivitas akan diukur dengan skala impulsivitas yang disusun
berdasarkan teori Whiteside dan Lynam (2001,2003) serta Whiteside et al.,
(2005). Semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa pada skala
impulsivitas, maka semakin tinggi impulsivitas mahasiswa. Sebalikya,
semakin rendah skor yang diperoleh mahasiswa pada skala impulsivitas,
maka semakin rendah impulsivitas mahasiswa.
Ketergantungan HP 2.
Ketergantungan adalah suatu keadaan yang dialami individu di mana
individu cenderung menggunakan HP lebih banyak dari yang dimaksudkan,
mencoba untuk berhenti menggunakan HP namun tidak berhasil, memiliki
berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena
penggunaan HP, serta mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman. Ketergantungan pada HP akan diukur menggunakan skala
ketergantungan yang disusun berdasarkan teori APA (2000). Semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
skor pada skala ketergantungan yang diperoleh mahasiswa, maka
menunjukkan semakin tinggi ketergantungan HP pada mahasiswa.
Sebaliknya, semakin rendah skor pada skala ketergantungan HP yang
diperoleh mahasiswa, maka menunjukkn semakin rendah ketergantungan
HP pada mahasiswa.
F. Prosedur Pelaksanaan
Dalam sub bab ini, peneliti hanya akan menekankan mengenai prosedur
pelaksanaan yang dimulai dengan mempersiapkan dua skala penelitian yang
akan digunakan, yaitu skala impulsivitas yang disusun peneliti berdasarkan
teori impulsivitas oleh Whiteside dan Lynam (2001; 2003) serta Whiteside et
al., (2005) dan skala ketergantungan HP yang disusun berdasarkan teori
ketergantungan oleh APA (2000).
Berkenaan dengan skala impulsivitas, peneliti terlebih dahunnlu
membuat item-item berdasarkan empat dimensi impulsivitas yang telah
dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada tahap berikutnya peneliti meminta
bantuan kepada rekan peneliti untuk menilai apakah item yang ditulis sudah
sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap. Selain itu, juga
melihat apakah item yang ditulis masih mengandung social desirability yang
tinggi. Kemudian, peneliti meminta bantuan kepada dosen pembimbing untuk
melakukan validasi isi (profesional judgement). Hal yang sama dilakukan
untuk skala ketergantungan HP.
Setelah melakukan persiapan baru kemudian skala diuji coba pada
kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dikenai skala tersebut nantinya. Skala dilakukan dengan google form yang
kemudian disebar melalui media sosial seperti Line, WhatsApp dan Instagram.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Berikut adalah dua skala dari variabel impulsivitas dan ketergantungan
HP yang digunakan dalam penelitian ini.
Impulsivitas 1.
Skala impulsivitas akan disusun berdasarkan empat dimensi dari
impulsivitas yang diungkapkan oleh Whiteside dan Lynam (2001; 2003)
serta Whiteside et al., (2005) yaitu, urgency, (lack of) premeditation , (lack
of) perseverance, dan sensation seeking. Item pada skala ini terdiri dari item
favorable dan unfavorable. Jawaban yang tersedia dan pemberian skor
untuk item favorable adalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2,
sangat tidak setuju = 1. Pada item unfavorable, pemberian skor adalah
sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3, sangat tidak setuju = 4. Skor
tinggi pada item favorable menunjukkan impulsivitas yang tinggi dan skor
tinggi pada item unfavorable menunjukkan impulsivitas yang rendah.
Tabel 1.
Pemberian nilai skor Skala Impulsivitas
Skor item Sangat Setuju
(SS) Setuju (S)
Tidak
Setuju (TS)
Sangat Tidak
Setuju (STS)
Favorable
Unfavorable
4
1
3
2
2
3
1
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 2.
Blueprint Skala Impulsivitas
Dimensi Indikator Total
Item
Urgency
Bertindak terburu-buru atau gegabah dalam
suasana hati yang buruk, bertindak menurut
kehendak hati, melakukan hal-hal yang
kemudian disesali untuk membuat diri merasa
lebih baik, sulit menghentikan aktivitas yang
dilakukan meskipun hal tersebut membuat
keadaan menjadi lebih buruk.
7
Lack of
premeditation
Bertindak tanpa mempertimbangkan
konsekuensi, bertindak tanpa merencanakan
tindakannya, bertindak secara mendadak,
bertindak tanpa berpikir kelebihan dan
kekurangan dari tindakannya sebelum
dilakukan, bertindak tanpa tujuan yang jelas.
8
Lack of
perseverance
Mudah menyerah dan sulit berkonsentrasi
terhadap tugas yang sulit atau membosankan,
kurang disiplin, kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaan di bawah tekanan atau ada hal yang
mengganggu, cenderung mengabaikan atau
berhenti di tengah jalan ketika menghadapi
tugas yang sulit dan membosankan, kurang
mampu menyelesaikan tugas tepat waktu.
Bertindak untuk mendapatkan kesenangan,
7
Sensation
seeking
menikmati pengalaman yang menyenangkan,
bersedia mencoba kegiatan apapun demi
pengalaman baru yang menyenangkan.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 3.
Skala Impulsivitas untuk Try Out
Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
Urgency
Lack of premeditation
Lack of perseverance
Sensation seeking
1, 9, 17, 25
5, 13, 21, 27
3, 11, 19, 26
7, 15, 23, 29
2, 10, 18
6, 14, 22, 28
4, 12, 20
8, 16, 27
7
8
7
7
Total 16 13 29
Ketergantungan HP 2.
Skala ketergantungan HP disusun berdasarkan teori ketergantungan
oleh APA (2000). Skala ini terdiri dari tujuh aspek yang meliputi
withdrawal, tolerance, use more frequent or for longer than intended,
overuse, reduce activities, relapse, dan continues use. Setiap pernyataan
diberi skor antara 1 – 4. Skor 1 diartikan sebagai sangat tidak setuju dan 4
diartikan sangat setuju. Semakin besar skor yang diberikan menunjukkan
semakin tingginya ketergantungan HP.
Tabel 4.
Pemberian nilai skor Skala Ketergantungan HP
Skor item Sangat Setuju
(SS) Setuju (S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju (STS)
Favorable
Unfavorable
4
1
3
2
2
3
1
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 5.
Blueprint Skala Ketergantungan HP
Aspek Indikator Total
Item
Withdrawal
Menjadi cemas, marah, resah, atau mengalami
efek negatif fisik dan psikologis lainnya
ketika penggunaan HP diberhentikan atau
tiba-tiba dikurangi.
7
Tolerance
Menggunakan HP lebih sering dari biasanya,
terlibat dalam panggilan telepon dengan
durasi yang lebih lama dan lebih banyak,
mengirim pesan yang banyak dalam satu hari,
terdorong untuk mengganti HP yang dimiliki
dengan model baru yang sedang beredar di
pasar.
7
Use more
frequent or for
longer than
intended
Kesulitan dalam mengendalikan
penggunaannya sesuai dengan waktu yang
ditargetkan, sadar bahwa individu telah
menghabiskan waktu banyak dalam
menggunakan HP.
7
Overuse
Lebih memilih untuk mencari bantuan
menggunakan HP dan cenderung selalu
menyiapkan alat pengisi daya (cas).
7
Reduce
activities
Mengurangi kegiatan sosial, pekerjaan, dan
rekreasi karena penggunaan HP, lebih suka
menggunakan HP daripada berurusan dengan
kegiatan lain, merasa HP begitu penting bagi
kehidupan, terlibat konflik dengan orang-
orang di sekitar, sulit berkonsentrasi pada saat
di kelas atau saat bekerja.
7
Relapse
Berusaha untuk berhenti atau mengurangi
penggunaan HP, namun selalu gagal.
Memiliki keinginan yang kuat untuk selalu
menggunakan HP, kurang mampu
menghentikan atau membatasi waktu
penggunaan HP meskipun pada waktu
tertentu dalam sehari. Ingin mengurangi
penggunaan HP karena dipengaruhi oleh
orang lain.
7
Continues use Tetap saja menggunakan HP meskipun
mengetahui adanya masalah fisik atau
psikologis yang disebabkan atau diperburuk
oleh penggunaan HP.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 6.
Skala Ketergantungan untuk try out
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
Withdrawal 1, 15, 29, 43 2, 16, 30 7
Tolerance 3, 17, 31, 44
4, 18, 32
7
Use more frequent or for
longer than intended
5, 19, 33, 45
6, 20, 34 7
Overuse 7, 21, 35, 46
8, 22, 36
7
Reduce activities 9, 23, 37, 47 10, 24, 38
7
Relape 11, 25, 39, 48 12, 26, 40
7
Continues use 13, 27, 41, 49
14, 28, 42
7
Total 28 21 49
Validitas 3.
Setelah mengetahui instrumen pengumpulan data, perlu juga
diketahui mengenai validitas instrumen pengumpulan datanya. Untuk
mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai
dengan tujuannya, diperlukan suatu proses pengujian validitas (Azwar,
2009). Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana
suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak
diukurnya (Supratiknya, 2014). Uji validitas pada penelitian ini
menggunakan validitas isi yang mengacu pada kesesuaian antara isi tes dan
konstruk yang diukurnya. Uji validitas isi dilakukan dengan meminta
penilaian pakar atau ahli terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah
isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor
tes yang dimaksudkan. Isi tes mengacu pada tema-tema, pilihan kata, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
format atau bentuk item, tugas, atau pertanyaan yang digunakan dalam tes
(Supratiknya, 2014). Adapun, pakar atau ahli yang menilai pada penilaian
ini merupakan dosen pembimbing skripsi.
Seleksi item 4.
Selanjutnya, akan dibahas mengenai seleksi item dalam penelitian
ini yang dilakukan dengan uji coba pada kedua skala penelitian kemudian
menghitung korelasi skor antar item terhadap skor total skala menggunakan
Pearson’s product moment correlation dalam SPSS for Windows versi 23.
Besarnya koefisien korelasi antara skor item dengan skor total bergerak dari
0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif (Azwar, 2009).
Semakin baik itemnya maka koefisien korelasinya semakin mendekati
angka 1,00. Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda
negatif mengindikasikan item yang tidak baik (Azwar, 2009). Kriteria
seleksi item berdasarkan korelasi item-total biasanya menggunakan batasan
rit ≥ 0, 30 (Azwar, 2009). Namun, kriteria seleksi item berdasarkan korelasi
item-total juga dapat menggunakan batasan rit ≥ 0, 20 dengan mengusahakan
jumlah total item sebagai kesatuan skala mencapai minimal 20 – 30 item
(Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan seleksi item
dengan melihat korelasi item-total rit ≥ 0, 20. Hal ini karena item dengan
korelasi item-total tersebut layak untuk dipertahankan (Supratiknya, 2014).
Uji coba dilaksanakan pada 27 September 2018 sampai 10 Oktober 2018
dengan subjek sejumlah 200 orang mahasiswa. Berikut ini merupakan hasil
seleksi item pada kedua variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a. Skala impulsivitas
Pada skala ini, awalnya memiliki 29 item. Kemudian, setelah
melakukan uji coba peneliti melakukan seleksi item berdasarkan rit ≥ 0,
20 dan menghasilkan 3 item gugur karena memiliki rit ≤ 0, 20. Proses ini
menghasilkan 26 item yang lolos seleksi.
Tabel 7.
Seleksi Item Skala Impulsivitas
** : item yang gugur
b. Skala ketergantungan
Pada skala ketergantungan, terdapat 39 item yang memiliki rit ≥ 0,
30. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi item tinggi. Artinya,
item dikategorikan sebagai item yang baik (Azwar, 2009). Selain itu,
terdapat 5 item yang memiliki rit ≥ 0, 20 hal ini juga dapat dipandang
sebagai item yang baik (Supratiknya, 2014). Kemudian, terdapat 5 item
gugur karena memiliki rit ≤ 0, 20. Proses ini menghasilkan 44 item yang
lolos seleksi dan 5 item yang tidak lolos seleksi. Namun, adanya item
yang gugur membuat jumlah item pada masing-masing aspek menjadi
tidak seimbang sehingga peneliti melakukan penyesuaian jumlah item
Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
Urgency 1, 9, 17, 25 2, 10, 18 7
Lack of premeditation 5, 13, 21, 27 6, 14, 22*, 28 7
Lack of perseverance 3*, 11, 19, 26 4, 12, 20 6
Sensation seeking 7, 15, 23, 29*
8, 16, 24 6
Total 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pada aspek use more frequent or for longer than intended dan aspek
overuse. Berikut adalah hasilnya.
Tabel 8.
Seleksi Item Skala Ketergantungan
*
* : item yang gugur
( ) : item yang sengaja digugurkan
Reliabilitas 5.
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan
pengukuran (Azwar, 2009). Reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan uji reliabilitas Alpha’s Cronbach untuk menghasilkan
estimasi konsistensi internal. Batas minimum koefisien korelasi yang
dipandang cukup memuaskan adalah 0.70 sedangkan, koefisien minimum
yang kurang dari 0.70 dipandang kurang memadai sebab hal tersebut
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
Withdrawal 1*, 15, 29, 43 2, 16, 30 6
Tolerance 3, 17, 31, 44 4, 18*, 32 6
Use more frequent or for
longer than intended
(5), 19, 33,
45 6, 20, 34 6
Overuse 7, 21, (35),
46 8, 22, 36 6
Reduce activities 9, 23, 37, 47 10*, 24, 38 6
Relape 11, 25, 39, 48 12*, 26, 40 6
Continues use 13, 27, 41, 49 14*, 28, 42 6
Total 27 15 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menunjukkan bahwa kesalahan baku skor tampak sedemikian besar
sehingga interpretasi skor menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).
a. Skala impulsivitas
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala impulsivitas setelah uji
coba menghasilkan 𝛼 = 0, 833 dan n = 200. Nilai koefisien tersebut
menunjukkan bahwa reliabilitas skala impulsivitas tinggi dan
memuaskan.
b. Skala ketergantungan
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala ketergantungan setelah
melakukan uji coba adalah 𝛼 = 0, 930 dan n = 200. Nilai koefisien
tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas skala ketergantungan tinggi dan
sangat memuaskan.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi dan uji
hipotesis. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Berikut
pembahasannya.
1. Uji asumsi
a. Uji Normalitas
Salah satu kriteria penting dalam pemilihan metode statistik yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat distribusi
data yang didapatkan, apakah populasi data berdistribusi normal atau
tidak (Santoso, 2016). Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
normal (Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test melalui program khusus komputer statistik
yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23 for
Windows. Distribusi data penelitian dikatakan normal jika nilai
signifikansinya lebih besar dari 0.05 (p > 0.05). Sebaliknya, distribusi
data penelitian dikatakan tidak normal jika nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0.05 (p < 0.05) (Santoso, 2010).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah antar variabel
yang akan dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak, sehingga
peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel diikuti secara liniar
oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya (Santoso,
2010). Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan test for linearity
melalui program khusus komputer statistik yaitu Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23 for Windows. Linearitas terpenuhi jika
nilai signifikansi kurang dari 0.05 (p < 0.05), yang berarti terdapat
hubungan yang linear antar variabel. Sebaliknya, jika nilai signifikansi
lebih dari 0.05 (p > 0.05) hal ini berarti terdapat hubungan yang tidak
linear antar variabel (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Salah satu kegiatan uji statistik dalam penelitian ini adalah menguji
sebuah hipotesis. Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang signifikan antara dua variabel (Santoso, 2010) yaitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
variabel impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa. Uji hipotesis
dalam penelitian ini akan menggunakan analisa korelasi Pearson’s Product
Moment, jika uji asumsi normalitas terpenuhi. Sedangkan jika uji asumsi
normalitas tidak terpenuhi akan digunakan analisa korelasi Spearman-rho.
I. Pertimbangan Etis
Dalam pelaksanaan penelitian psikologi, peneliti perlu
mempertimbangkan etis sebelum memulai sebuah proyek penelitian
(Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2012). Hal ini bertujuan untuk
menjamin agar tidak ada seorang pun yang dirugikan atau mendapat dampak
negatif dari kegiatan penelitian (Darmawan, 2013). Secara etis peneliti wajib
mendeskripsikan tentang prosedur penelitian dengan jelas, mengidentifikasi
semua risiko potensial yang mungkin memengaruhi kesediaan individu untuk
berpartisipasi, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh subjek
tentang penelitian tersebut (Shaughnessy et al., 2012). Oleh karena itu,
berdasarkan Kode Etik Psikologi Bab IX Pasal 49 (HIMPSI, 2010) terkait
penelitian dan publikasi, pada halaman awal di skala penelitian, peneliti akan
mendeskripsikan tujuan dan proses yang akan dijalani sehingga calon/subjek
memiliki pemahaman yang jelas tentang riset yang akan dilakukan. Selain itu,
dalam pendeskripsian tersebut juga peneliti menjelaskan kepada subjek bahwa
data yang diperoleh hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan akan
mengizinkan para calon/subjek untuk menarik diri dari persetujuan mereka
setiap saat tanpa dikenakan penalti. Penelitian ini melibatkan individu secara
anonim atau dengan kata lain subjek diperkenankan untuk mengisi kolom nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dengan nama inisial sehingga informed consent tidak diperlukan (HIMPSI,
2010). Peneliti akan memastikan bahwa peneliti mendapat persetujuan dari
calon/subjek. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti akan menguraikan
prosedur pengerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar
Setelah pada bab sebelumnya dibahas tentang berbagai metode
penelitian, sekarang pembahasan beralih pada hasil penelitian, yakni deksripsi
dari data subjek dan data penelitian. Kemudian, hasil uji normalitas, uji
linearitas, uji hipotesis, dan uji perbedaan variabel ketergantungan berdasarkan
jenis kelamin. Terakhir, pembahasan dari hasil penelitian.
B. Hasil Penelitian
Seperti telah dijelaskan di atas, berikut deskripsi dari data yang
diperoleh menggunakan skala impulsivitas dan ketergantungan.
1. Deskripsi data subjek
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada 23 Oktober
sampai 25 Oktober 2018 dan mendapatkan subjek berjumlah 100 orang
mahasiswa. Diketahui bahwa, 51 % subjek berjenis kelamin perempuan dan
49 % subjek berjenis kelamin laki-laki, dengan mean sebesar 1,5, standar
deviasi 0,5, dan range sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam
penelitian ini tidak memiliki jumlah yang jauh berbeda. Rentang usia subjek
pada penelitian ini adalah 18 hingga 23 tahun dengan mayoritas usia 18
tahun (23 %), mean sebesar 20,41, standar deviasi sebesar 1,7, serta range
sebesar 5. Selain itu, dari data yang diperoleh juga diketahui mayoritas jenis
HP yang digunakan oleh subjek adalah telepon pintar (smartphone) (100 %)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dengan mayoritas waktu yang dihabiskan untuk penggunaan HP dalam
sehari yaitu lebih dari 3 jam (80 %, mean = 4,64, standar deviasi = 0,86,
range = 4) dan mayoritas fitur aplikasi yang digunakan subjek adalah media
sosial (17,5 %). Adapun deskripsi subjek dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 9.
Penggunaan HP dalam 1 tahun terakhir
2. Deskripsi data penelitian
Pada deskripsi penelitian ini, peneliti akan membandingkan nilai
mean empiris dan teoretis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi
mengenai keadaan subjek pada variabel impulsivitas dan ketergantungan
Aktivitas penggunaan HP dalam 1 tahun terakhir Jumlah
Media sosial 91 orang
Mengunduh / mendengarkan musik 78 orang
Info akademik 73 orang
Mengunduh / menonton video 73 orang
Telepon 65 orang
Mengakses email 63 orang
Game 47 orang
Bisnis 25 orang
Mencari informasi kesehatan 1 orang
Foto 1 orang
Komunikasi dan mencari info yang di perlukan
untuk mendukung minat bakat 1 orang
SMS 1 orang
Edit foto 1 orang
Mencari jawaban tugas 1 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(Azwar, 2009). Adapun nilai mean teoretis dapat diperoleh melalui
perhitungan manual yaitu : 𝑀𝑖𝑛+𝑀𝑎𝑥
2 dan mean empiris dapat diperoleh
menggunakan bantuan program komputer Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 23 for Window. Selain itu, peneliti juga melakukan uji
one-sample test yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan teoretis.
Tabel 10.
Data teoretis dan empiris
Tabel 11.
Data empiris skala impulsivitas
Variabel Mean Teoretis Mean Empiris
Min Max Mean Min Max Mean
Impulsivitas 26 104 65 44 104 65,41
Ketergantungan 42 168 105 50 168 107,7
One-Sample Test
Test Value = 0
T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Impulsivitas 41,130 99 ,000 65,410 62,25 68,57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 12.
Data empiris skala ketergantungan
Dari analisis tabel di atas, diperoleh nilai mean teoretis sebesar 65
dan 65,41 dengan nilai signifikansi 0,00 (p < 0,05). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoretis
dan mean empiris pada skala impulsivitas. Perbedaan ini menunjukkan
mean empiris secara signifikansi lebih tinggi dari mean teoretis. Artinya,
subjek dalam penelitian ini memiliki skor impulsivitas yang cenderung
tinggi.
Di samping itu untuk skala ketergantungan juga diperoleh nilai mean
teoretis sebesar 105 dan nilai mean empiris sebesar 107,70 dengan nilai
signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean teoretis dan mean empiris pada skala
ketergantungan. Artinya, subjek dalam penelitian ini memiliki
ketergantungan yang cenderung tinggi dan signifikan.
Demikian diperoleh keadaan subjek pada kedua variabel dalam
penelitian ini. Berikutnya peneliti menguraikan hasil uji normalitas.
One-Sample Test
Test Value = 0
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Ketergantungan 38,948 99 ,000 107,700 102,21 113,19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3. Uji normalitas
Setelah membahas mengenai deskipsi data subjek dan data
penelitian. Sekarang peneliti akan membahas mengenai uji normalitas. Pada
bab sebelumnya telah disebutkan bahwa uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Kolmogorov-Smirnov denganbantuan program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23 for Window. Data
terdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p >
0,05) (Santoso, 2010). Sebaliknya, data dikatakan tidak terdistribusi normal
apabila memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13.
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic Df Sig.
Impulsivitas ,275 100 ,000
Ketergantungan ,218 100 ,000
Hasil ini menjelaskan hasil uji bahwa baik untuk variabel
impulsivitas ataupun ketergantungan memiliki tingkat signifikansi atau nilai
probabilitas kurang dari 0,05 (0,00 dan 0,00 < 0,05), maka bisa dikatakan
distribusi kedua data tidak normal.
4. Uji linearitas
Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti melakukan uji linearitas
untuk melihat apakah terdapat hubungan yang linear antara variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
impulsivitas dan ketergantungan. Linearitas terpenuhi apabila memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05) dan tidak terpenuhi apabila memiliki
nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2010). Uji linearitas
dilakukan menggunakan test for linearity dalam program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23 for Window. Hasil
uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14.
Hasil Uji Linearitas
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups
(Combined) 24689,058 28 881,752 1,227 ,242
Linearity 7387,441 1 7387,441 10,282 ,002
Deviation
from
Linearity
17301,617 27 640,801 ,892 ,620
Within Groups 51011,942 71 718,478
Total 75701,000 99
Tabel di atas ini menunjukkan terdapat hubungan yang linear antara
variabel impulsivitas dan ketergantungan (p = 0,002).
5. Analisis data berdasarkan perbedaan jenis kelamin
Seperti telah jelaskan pada bab sebelumnya, salah satu faktor yang
memperkuat ketergantungan adalah jenis kelamin. Sehingga, peneliti
melakukan analisis data berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Uji
perbedaan jenis kelamin dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara ketergantungan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Uji ini dilakukan dengan uji non-
parametrik Mann-Whitney dalam program komputer Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23 for Windows karena data yang diperoleh
sebelumnya tidak berdistribusi normal. Dikatakan memiliki perbedaan jika p
< 0,05 dan dikatakan tidak memiliki perbedaan jika p > 0,05 (Santoso,
2012).
Tabel 15.
Ketergantungan berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin N Mean Rank Sig. (2-tailed)
Ketergantungan Laki-laki 49 46,23 ,149
Perempuan 51 54,60
Total 100
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar
0,149 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara ketergantungan pada perempuan dan laki-laki.
6. Uji hipotesis
Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya terdapat dua pembagian
uji hipotesis yakni analisa korelasi Pearson’s Product Moment dan
Spearman-rho. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisa
korelasi Spearman-rho dalam program komputer Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23 for Window karena data sampel pada skala
impulsivitas dan ketergantungan tidak berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 16.
Hasil uji hipotesis
Impulsivitas Ketergantungan
Spearman'
s rho
Impulsivitas Correlation
Coefficient 1,000 ,274
**
Sig. (1-tailed) . ,003
N 100 100
Ketergantungan Correlation
Coefficient ,274
** 1,000
Sig. (1-tailed) ,003 .
N 100 100
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh adalah
0,00 (p < 0,05). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa impulsivitas
berkorelasi positif dan signifikan dengan ketergantungan (n = 100, r =
0,274, p = 0,003).
C. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa menggunakan skala
impulsivitas yang disusun berdasarkan teori dari Whiteside dan Lynam (2001,
2003), Whiteside et al., (2005) serta skala ketergantungan yang disusun
berdasarkan teori dari APA (2000). Hasil penelitian menggunakan uji korelasi
Spearman’s Rho menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara impulsivitas dan ketergantungan dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,274 dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Hal ini memiliki arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
bahwa terjadi hubungan yang searah, semakin tinggi impulsivitas maka
semakin tinggi pula ketergantungan. Sebaliknya, semakin rendah impulsivitas,
maka semakin rendah pula ketergantungan. Hasil ini mendukung penelitian
terdahulu (Billieux et al., 2007; Billieux et al., 2008; Jo et al., 2017; Mei et al.,
2018; Mitchell dan Potenza, 2014) yang menemukan bahwa impulsivitas
terkait dengan ketergantungan pada HP. Billieux et al., (2007) mengatakan, hal
ini diduga karena individu cenderung sulit mengendalikan dorongan impuls
yang dirasakan untuk menggunakan HP. Selain impulsivitas, kepribadian dan
self-esteem juga telah dikaitkan dengan ketergantungan HP (Billieux, 2012).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan
ke seluruh populasi, mengingat bahwa prinsip pengambilan sampel yang
digunakan adalah tanpa menerapkan probabilitas yakni convenience sampling.
Menurut Neuman (2006) convenience sampling tidak dapat menghasilkan
sampel yang efektif atau representatif. Hal ini karena metode ini lazimnya
mendapatkan subjek yang mudah diakses oleh peneliti sehingga kemungkinan
besar tidak dapat menggambarkan populasi. Sehingga hasil penelitian ini hanya
dapat digeneralisasikan ke dalam sampel penelitian ini saja. Berdasarkan hasil
yang didapatkan dalam penelitian ini terdapat hubungan yang searah antara
impulsivitas dan ketergantungan. Hal ini dapat berarti bahwa mahasiswa
Universitas Sanata Dharma cenderung menggunakan HP dengan jumlah yang
lebih sering dan menggambarkan ketergantungan yang lebih besar (Billieux et
al., 2007). Selain itu, cenderung mengalami peningkatan durasi penggunaan
HP menjadi lebih lama, dan keinginan untuk terus-menerus menggunakan HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bahkan ketika berbagai risiko mungkin terjadi akibat penggunaannya. Billieux
(2012) mengatakan bahwa, ketika individu mengalami ketergantungan hal ini
dapat berdampak negatif bagi individu itu sendiri. Berbagai konsekuensi
negatif dapat menjadi lingkaran setan bagi individu, seperti mengalami
penurunan nilai akademik, masalah keuangan, mengalami stres negatif, bahkan
adanya masalah sosial dengan keluarga maupun teman (Billieux, 2012).
Mengingat pentingnya menjadi bijak dalam penggunaan HP, sehingga
intervensi terkait impulsivitas dapat membantu mahasiswa Universitas Sanata
Dharma untuk menangani ketergantungan HP.
Hasil penelitian ini menunjukkan usia muda cenderung tertarik dengan
teknologi baru dan cenderung menggunakan HP dengan durasi yang lama.
Dapat dilihat dari hasil deskripsi data penelitian bahwa keseluruhan subjek
lebih menggunakan smartphone (100%) daripada HP konvensional. Lalu,
sebanyak 80% subjek dalam penelitian ini menggunakan HP lebih dari tiga jam
(> 3 jam). Hal ini mendukung Bianchi dan Phillips (2005) serta Billieux et al.,
(2008) yang mengatakan bahwa usia muda memang lebih up to date terhadap
teknologi baru yang ada dibanding dengan usia yang lebih tua. Sehingga tidak
heran jika usia muda lebih rentan terhadap ketergantungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satu tahun terakhir subjek
menggunakan HP untuk mengakses media sosial, mengunduh atau
mendengarkan musik, mencari info akademik, mengunduh atau menonton
video, melakukan panggilan telepon, mengakses email, gaming, bisnis,
mengambil foto, mengirim pesan teks, mengedit foto, mencari informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kesehatan, mencari info yang diperlukan untuk minat dan bakat, serta mencari
jawaban untuk tugas yang dimiliki. Hal ini menunjukkan subjek dalam
penelitian ini merasa nyaman dengan HP yang dimiliki. Adanya perasaan
nyaman dalam menggunakan HP tentu dapat menjadikan individu mengalami
ketergantungan (Lopez-fernandez et al., 2017). Sehingga, individu perlu bijak
dalam menggunakan HP. Dengan demikian individu dapat terhindar dari
konsekuensi negatif akibat perilaku ketergantungan.
Berdasarkan data demografi jenis kelamin, ditemukan bahwa nilai
signifikansi 0,149 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan tingkat ketergantungan pada mahasiswa laki-laki maupun
perempuan. Hasil ini bertolak belakang dengan Billieux et al., (2008) yang
mengatakan bahwa perempuan lebih rentan terkait dengan ketergantungan
dibanding dengan laki-laki. Namun, hal ini sesuai dengan Mei et al., (2018)
bahwa, tidak ada perbedaan jenis kelamin yang signifikan dalam
ketergantungan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa laki-laki maupun
perempuan dalam penelitian ini memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat
dalam ketergantungan. Perempuan cenderung mengembangkan ketergantungan
karena lebih menggunakan HP untuk memuaskan kebutuhan sosial mereka
(Lee, Chang, Lin, dan Cheng, 2014). Sementara, laki-laki cenderung
mengembangkan ketergantungan HP karena memiliki dorongan yang kuat
menggunakan HP untuk bisnis atau jaringan profesional (Lee et al., 2014).
Sehingga, konsekuensi negatif yang mungkin terjadi akibat ketergantungan
perlu diberi perhatian khusus oleh perempuan maupun laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan nilai mean empiris lebih tinggi
dibandingkan dengan mean teoretis pada skala impulsivitas (65, 41 > 65) dan
skala ketergantungan (107, 70 > 105) dengan nilai signifikansi kedua skala
sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
mean empiris dan mean teoretis pada kedua skala yang berarti subjek dalam
penelitian ini memiliki impulsivitas dan ketergantungan yang tinggi secara
signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, mahasiswa yang memiliki
impulsivitas tinggi cenderung akan mengalami peningkatan dalam jumlah
panggilan telepon, durasi, dan jumlah pesan teks yang dikirim (Billieux et al.,
2007; Billieux et al., 2008) di mana hal ini cenderung menjadi kurang
terkendali. Dengan demikian, individu cenderung akan menghabiskan banyak
waktu untuk menggunakan HP dan hal ini berpotensi menjadikan individu
terlibat dalam ketergantungan HP (Billieux et al., 2007). Sementara itu,
individu dengan ketergantungan yang tinggi cenderung akan mengalami
perubahan perilaku, fisiologis, dan kognitif jika dirinya tidak dapat
menggunakan HP-nya. Hal ini karena, individu ingin terus menggunakan HP.
Ketergantungan yang tinggi pada individu juga cenderung ditandai dengan
peningkatan jumlah dan durasi dari penggunaan, bahkan cenderung dapat
menggunakan dengan waktu yang lebih lama dari yang ditargetkan, serta usaha
individu agar tetap dapat menggunakan HP (American Psychiatric Association,
2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara impulsivitas dan ketergantungan HP pada mahasiswa. Hal ini berarti,
hipotesis diterima. Semakin tinggi impulsivitas, semakin tinggi pula
ketergantungan HP pada mahasiswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah
impulsivitas, semakin rendah pula ketergantungan HP pada mahasiswa. Hal ini
cenderung didukung oleh usia, jenis kelamin, jenis HP yang digunakan, waktu
penggunaan dalam sehari, dan berbagai fitur aplikasi pada HP yang digunakan
oleh subjek. Berbagai hal tersebut cenderung mendukung tingkat
ketergantungan HP pada mahasiswa.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan.
Pertama, APA (2000) mendefinisikan ketergantungan dapat terjadi ketika
memiliki tiga atau lebih karakteristik yang dialami dalam masa satu tahun
sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti tidak mempertimbangkan adanya
rentang waktu ketergantungan yang dialami subjek. Sehingga, hasil penelitian
ini dapat dikatakan belum optimal dan kurang dapat merepresentasikan
keadaan sesungguhnya. Namun demikian penelitian ini telah cukup baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menunjukkan bahwa subjek cenderung mengalami ketergantungan dengan
memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoretis.
Kedua, penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel tanpa
menerapkan probabilitas, hal ini mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak
dapat digeneralisasikan ke dalam populasi. Namun demikian peneliti tetap
mendapatkan hasil yang baik dalam uji linearitas dan uji hipotesis dalam
penelitian ini.
C. Saran
Proses penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan oleh peneliti
menghasilkan beberapa saran untuk mahasiswa pengguna aktif HP, orang tua,
organisasi kesehatan, serta ilmuwan dan praktisi psikologi, khususnya yang
tertarik dengan topik ini. Berikut beberapa saran tersebut :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih menyadari mengenai perilaku penggunaan
HP yang mungkin merugikan atau berbahaya bagi diri sendiri. Hal ini dapat
dilakukan dengan lebih bijak dalam menggunakan HP yang akan
mengurangi risiko ketergantungan pada mahasiswa.
2. Bagi orang tua dan organisasi kesehatan
Orang tua dari mahasiswa diharapkan untuk melakukan
pendampingan kepada anak sejak dini terkait dengan penggunaan HP,
seperti memberikan penjelasan mengenai kegunaan HP dan HP sebagai
media untuk belajar, serta memberikan informasi terkait dampak positif dan
negatif dari HP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selain itu, organisasi kesehatan perlu memberikan arah dan
kebijakan dalam penggunaan HP. Hal ini dapat berupa pemberian materi
terkait penggunaan HP yang ideal bagi mahasiswa.
3. Bagi ilmuwan dan praktisi psikologi
Ilmuwan dan praktisi psikologi perlu melakukan penelitian-
penelitian yang lebih banyak terkait impulsivitas dan ketergantungan HP
pada mahasiswa. Banyaknya penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
memberikan teori yang lebih lengkap guna meningkatkan penggunaan HP
yang lebih bijak. Selain itu, diharapkan komunitas ilmuwan psikologi yang
tertarik dengan topik penelitian ini untuk memperluas subjek yang terlibat
sehingga dapat mewakili populasi dan memiliki data yang berdistribusi
normal, serta perlu ada rentang waktu ketergantungan yang dialami subjek.
D. Komentar Penutup
Di awal penulisan bab I peneliti telah mengemukakan tiga alasan
peneliti akan topik perilaku penggunaan HP ini. Dari proses penulisan yang
telah peneliti lakukan, peneliti merasa lega karena teori-teori yang ada banyak
memberikan wawasan yang lebih luas kepada peneliti terkait ketiga alasan
peneliti tersebut, bahwa benar saat ini terlepas dari manfaat yang diberikan
oleh HP, penggunaannya cenderung dapat membuat individu menjadi tidak
terkendali yang lebih jauh lagi dapat terlibat dalam ketergantungan HP. Peneliti
juga menjadi sadar akan perlunya memiliki pikiran yang matang sebelum
bertindak. Selain itu, tambahan terhadap wawasan ini sangat membantu
peneliti untuk menjadi lebih bijak dalam menggunakan HP. Peneliti berharap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
hal ini secara konsisten dapat menjadi pedoman peneliti pada saat hendak
melakukan sesuatu khususnya terkait dengan penggunaan HP. Peneliti juga
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, secara khusus
bagi teman-teman peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of
mental disorders (IV-TR). Washington, DC: American Psychiatric
Association.
Arnett, J. J. (1994). Are college students adults? Their conceptions of the
transition to adulthood. Journal of Adult Development, 1(4), 213–224.
Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late
teens through the twenties. American Psychologist, 55(5), 469–480.
doi:10.1037/0003-066X.55.5.469
Arnett, J. J. (2015). Emerging adulthood: The winding road from the late teens
through the twenties (2nd ed.). Oxford University Press.
Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Babaeian, K., & Jamshidzadeh, F. (2015). The relationship between student’s
impulsiveness and timidity with their educational achievement. Biological
Forum An International Journal, 7(I), 91–93.
Bian, M., & Leung, L. (2014). Linking loneliness, shyness, smartphone addiction
symptoms, and patterns of smartphone use to social capital, 1–19.
doi:10.1177/0894439314528779
Bianchi, A., & Phillips, J. G. (2005). Psychological predictors of problem mobile
phone use. Cyberpsychology & Behavior, 8(1), 39–51.
Billieux, J. (2012). Problematic use of the mobile phone: A literature review and a
pathways model. Current Psychiatry Reviews, 8(4), 299–307.
Billieux, J., Linden, M., & Rochat, L. (2008). The role of impulsivity in actual
and problematic use of the mobile phone. Applied Cognitive Psychology, 22,
1195–1210. doi:10.1002/acp
Billieux, J., Linden, M. Vander, D’Acremont, Ceschi, & Zermatten, A. (2007).
Does impulsivity relate to perceived dependence on and actual use of the
mobile phone? Applied Cognitive Psychology, 21, 527–537. doi:10.1002/acp
Billieux, J., Philippot, P., Schmid, C., Maurage, P., Mol, J. De, & Linden, M.
(2014). Is dysfunctional use of the mobile phone a behavioural addiction?
Confronting symptom- based versus process-based approaches. Clinical
Psychology and Psychotheraphy. doi:10.1002/cpp.1910
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Brace, Young, K., & Regan. (2007). Analysis of the literature: The use of mobile
phones while driving. Victoria.
Carver, C. S., & Connor-Smith, J. (2010). Personality and coping.
doi:10.1146/annurev.psych.093008.100352
Choliz, M. (2010). Mobile phone addiction: a point of issue. Society for the Study
of Addiction, 373–374.
Creswell, J. W. (2014). Research design : Qualitative, quantitative, and mixed
methods approaches. California: SAGE Publications.
Danti, L. (2016). Hubungan konsep diri dengan kecenderungan perilaku
pembelian impulsif produk fashion pada karyawati. Kristen Satya Wacana.
Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Davison, Neale, & Kring. (2006). Psikologi abnormal. (N. Fajar, Ed.) (9th ed.).
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Demirci, Akgonul, & Akpinar. (2015). Relationship of smartphone use severity
with sleep quality , depression , and anxiety in university students.
Behavioral Addictions, 4(2), 85–92. doi:10.1556/2006.4.2015.010
Deursen, A. J. A. M. Van, Bolle, C. L., Hegner, S. M., & Kommers, P. A. M.
(2015). Computers in human behavior modeling habitual and addictive
smartphone behavior: The role of smartphone usage types , emotional
intelligence , social stress , self-regulation , age , and gender. Computers in
Human Behavior, 45, 411–420. doi:10.1016/j.chb.2014.12.039
Dir, A. L., Cyders, M. A., & Coskunpinar, A. (2013). From the bar to the bed via
mobile phone : A first test of the role of problematic alcohol use , sexting ,
and impulsivity-related traits in sexual hookups. Computers in Human
Behavior, 29, 1664–1670. doi:10.1016/j.chb.2013.01.039
Elga, I. (2017). Hubungan kerentanan konsumen terhadap kecenderungan
impulsive buying pada pembelian kosmetik di kalangan mahasiswi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sanata Dharma.
Evans, Forney, Guido, Patton, & Renn. (2010). Student development in college
(second, Vol. 39). San Francisco: Jossey-Bass.
Gi, D., Park, Y., Kyung, M., & Park, J. (2016). Computers in human behavior
mobile phone dependency and its impacts on adolescents’ social and
academic behaviors. Computers in Human Behavior, 63, 282–292.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
doi:10.1016/j.chb.2016.05.026
Goswami, V., & Singh, D. R. (2016). Impact of mobile phone addiction on
adolescent ’ s life : A literature review. International Journal of Home
Science, 2(1), 69–74.
Griffiths, M. (1996). Behavioural addiction: An issue for everybody? The Journal
of Workplace Learning, 8(3).
Henrietta. (2012). Impulsive buying pada dewasa awal di yogyakarta.
Hidayat, S., & Mustikasari. (2014). Kecanduan unaan smartphone dan kualitas
tidur pada mahasiswa RIK UI. Depok.
HIMPSI. (2010). Kode etik psikologi indonesia. Jakarta: Pengurus dan
Penanggung Jawab.
Idham, A., Mubarok, A., & Pratiwi, I. (2016). Peran psikologi komunitas dalam
mendukung kebijakan kesehatan mental. Surabaya.
Jo, H. sic, Na, E., & Kim, D. J. (2017). The relationship between smartphone
addiction predisposition and impulsivity among Korean smartphone users.
Addiction Research and Theory, 26(1), 77–84.
doi:10.1080/16066359.2017.1312356
Kaonang, G. (2016, July 20). Memahami tren penggunaan smartphone di
Indonesia berdasarkan usia. Dailysocial.Id. Retrieved from
https://dailysocial.id/post/memahami-tren-penggunaan-smartphone-di-
indonesia-berdasarkan-usia
Karuniawan, A., & Cahyanti. (2013). Addiction pada mahasiswa pengguna
smartphone. Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 2(1), 16–21.
Kim, Y., Jeong, J. E., Cho, H., Jung, D. J., Kwak, M., Rho, M. J., … Choi, I. Y.
(2016). Personality factors predicting smartphone addiction predisposition:
Behavioral inhibition and activation systems, impulsivity, and self-control.
PLoS ONE, 11(8), 1–15. doi:10.1371/journal.pone.0159788
Kruger, D. J., & Djerf, J. M. (2015). High ringxiety: Attachment anxiety predicts
experiences of phantom cell phone ringing. Cyberpsychology, Behavior, and
Social Networking, 19(1), 56–59. doi:10.1089/cyber.2015.0406
Kuss, D., Harkin, L. J., Kanjo, E., & Billieux, J. (2018). Problematic smartphone
use: Investigating contemporary experiences using a convergent design
problematic smartphone use : Investigating contemporary experiences using.
International Journal of Environmental Research and Public Health,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
15(142), 1–16. doi:10.3390/ijerph15010142
Kwon, M., Lee, J., Won, W., Park, J., Min, J., Hahn, C., … Kim, D. (2013).
Development and validation of a smartphone addiction scale ( SAS ), 8(2).
doi:10.1371/journal.pone.0056936
Lee, H. W., Choi, J.-S., Shin, Y.-C., Lee, J.-Y., Jung, H. Y., & Kwon, J. S. (2012).
Impulsivity in internet addiction: A comparison with pathological gambling.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(7), 373–377.
doi:10.1089/cyber.2012.0063
Lee, Y., Chang, C., Lin, Y., & Cheng, Z. (2014). The dark side of smartphone
usage : Psychological traits , compulsive behavior and technostress.
Computers in Human Behavior, 31, 373–383. doi:10.1016/j.chb.2013.10.047
Lepp, A., Barkley, J. E., & Karpinski, A. C. (2014). The relationship between cell
phone use , academic performance , anxiety , and satisfaction with Life in
college students. Computers in Human Behavior, 31, 343–350.
doi:10.1016/j.chb.2013.10.049
Lestari, M. (2017). Hubungan antara harga diri dengan impulsive buying pada
pegawai wanita di kantor dinas perhubungan kota Surakarta.
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Liao, Y., He, H., & Billieux, J. (2016). Prevalence and correlates of problematic
smartphone use in a large random sample of Chinese undergraduates. BMC
Psychiatry, 1–12. doi:10.1186/s12888-016-1083-3
Lopez-fernandez, O., Kuss, D. J., Romo, L., Morvan, Y., & Kern, L. (2017). Self-
reported dependence on mobile phones in young adults : A European cross-
cultural empirical survey. Journal of Behavioral Addictions, 6(2), 168–177.
doi:10.1556/2006.6.2017.020
McCrae, R., & Costa, P. (2003). Personality in adulthood: A five-factor theory
perspective. Experimental Aging Research (2nd ed., Vol. 12). New York
London. doi:10.1080/03610738608259434
Mei, S., Chai, J., Wang, S., Ng, C. H., & Ungvari, G. S. (2018). Mobile phone
dependence, social support and impulsivity in Chinese university students.
Environmental Research and Public Health, 15(504).
doi:10.3390/ijerph15030504
Merlo, L. J., Stone, A. M., & Bibbey, A. (2013). Measuring problematic mobile
phone use : Development and preliminary psychometric properties of the
PUMP scale. Journal of Addiction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Mitchell, M. R., & Potenza, M. N. (2014). Addictions and personality traits:
Impulsivity and related constructs. Curr Behav Neurosci Rep., 1(1), 1–12.
doi:10.1007/s40473-013-0001-y.Addictions
Moeller, F. G., Barratt, E. S., Dougherty, D., Schmitz, J. M., & Swann, A. C.
(2001). Psychiatric aspects of impulsivity. Am J Psychhiatry, 158(11), 1783–
1793.
Mulyana, S., & Afriani. (2017). Hubungan antara self-esteem dengan smartphone
addiction pada remaja SMA di kota Banda Aceh. Psikogenesis, 5(2), 102–
114.
Neto, A., & True, M. (2011). The development and treatment of impulsivity.
PSICO, 42(1), 184–193.
Neuman, L. (2006). Basics of social research qualitative and quantitative
approaches. Animal Genetics (second, Vol. 39). Boston: Pearson.
Newman, B., & Newman, P. (2012). Development Through Life: A psychosocial
approach. USA: Cengage Learning.
Nickerson, R. C., Isaac, H., & Mak, B. (2008). A multi-national study of attitudes
about mobile phone use in social settings. International Journal Mobile
Communications, 6(5).
Nicol, A., & Fleming, M. J. (2010). “ i h8 u ”: The influence of normative beliefs
and hostile response selection in predicting adolescents ’ mobile phone
aggression — A pilot study, 212–231. doi:10.1080/15388220903585861
Ningrum, Aziwarti, & Rahmadani. (2016). Dampak penggunaan smartphone
sebagai gaya hidup pada mahasiswa program studi pendidikan sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Palupi, D. A., Sarjana, W., & Hadiati, T. (2018). Hubungan ketergantungan
smartphone terhadap kecemasan pada mahasiswa fakultas Diponegoro.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(1), 140–145.
Papalia. (2014). Menyelami perkembangan manusia (12–Buku 2 ed.). Salemba
Humanika.
Plant. (2001). The effects of mobile telephones on social and individual life.
Putri, A. Y. (2018). Hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas
tidur pada remaja skripsi. Islam Negeri Sunan Ampel.
Rarung. (2015). Organisasi kesehatan: manajemen dan kesejahteraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kompasiana.Com. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/jamesallan.rarung/56197215789373c9068b45
67/organisasi-kesehatan-manajemen-dan-kesejahteraan?page=all
Renanita, T. (2017). Kecenderungan pembeliian impulsif online ditinjau dari
penjelajahan website yang bersifat hedonis dan jenis kelamin pada generasi
Y. Indigenous, 2(1), 1–6.
Riani, V. (2016). Gambaran ketergantungan smartphone terhadap produktivitas
kerja pada pekerja CV.Traveline Citra Nusantara Yogayakarta. Sanata
Dharma.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: Dari blog menjadi buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Santoso, S. (2016). Panduan lengkap SPSS versi 23. Jakarta: Percetakan PT
Gramedia.
Satriani, A. (2013, November 5). Penelitian: Mahasiswa pakai gadget di ruang
kuliah. Tekno.Tempo.Co. Retrieved from
https://tekno.tempo.co/read/527132/penelitian-mahasiswa-pakai-gadget-di-
ruang-kuliah
Sediyama, C. Y. N., Moura, R., Garcia, M. S., Silva, A. G., Soraggi, C., Neves, F.
S., … Malloy-diniz, L. F. (2017). Factor analysis of the brazilian version of
UPPS impulsive behavior scale. Frontiers in Psychology, 8, 1–5.
doi:10.3389/fpsyg.2017.00622
Shaughnessy, J., Zechmeister, E., & Zechmeister, J. (2012). Metode penelitian
dalam psikologi. (E. Tjo, Ed.) (9th ed.). Jakarta Selatan: Penerbit Salemba
Humanika.
Sperry, S. H., Lynam, D. R., Walsh, M. A., Horton, L. E., & Kwapil, T. R. (2016).
Examining the multidimensional structure of impulsivity in daily life.
Personality and Individual Differences, 94, 153–158.
doi:10.1016/j.paid.2016.01.018
Stahl, C., Voss, A., Schmitz, F., Nuszbaum, M., Tüscher, O., Lieb, K., & Klauer,
K. C. (2014). Behavioral components of impulsivity. Experimental
Psychology: General, 143(2), 850–886. doi:10.1037/a0033981
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suryabrata, S. (2008). Metodologi penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tarigan, H., & Simbolon, R. (2017, March 12). Gadget di kalangan mahasiswa.
Medanbisnisdaily.Com. Retrieved from
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/03/12/288040/gadget-di-
kalangan-mahasiswa/
Thomée, S., Härenstam, A., & Hagberg, M. (2011). Mobile phone use and stress,
sleep disturbances, and symptoms of depression among young adults - a
prospective cohort study. BMC Psychiatry, 12. doi:10.1186/1471-244X-12-
176
Toda, M., Monden, Kubo, & Morimoto, K. (2004). Cellular phone dependence
tendency of female university students, 383–386.
White, M. P., Eiser, J. R., & Harris, P. R. (2004). Risk perceptions of mobile
phone use while driving, 24(2).
Whiteside, S. P., & Lynam, D. R. (2001). The five factor model and impulsivity :
Using a structural model of personality to understand impulsivity.
Personality and Individual Differences, 30.
Whiteside, S. P., & Lynam, D. R. (2003). Understanding the role of impulsivity
and externalizing psychopathology in alcohol abuse : Application of the
UPPS impulsive behavior scale. Experimental and Clinical
Psychopharmacology, 11(3), 210–217. doi:10.1037/1064-1297.11.3.210
Whiteside, S. P., Lynam, D. R., Miller, J. D., & Reynolds, S. K. (2005).
Validation of the UPPS impulsive behaviour scale : A four-factor model of
impulsivity. European Journal of Personality, 574(March), 559–574.
Widarsha, C. (2018, January 20). 2 pelajar ini didiagnosa kecanduan smartphone,
ditangani ahli jiwa. Detiknews. Retrieved from
https://news.detik.com/jawatimur/3824306/2-pelajar-ini-didiagnosa-
kecanduan-smartphone-ditangani-ahli-jiwa
Yen, C. F., Tang, T. C., Yen, J. Y., Lin, H. C., Huang, C. F., Liu, S. C., & Ko, C.
H. (2009). Symptoms of problematic cellular phone use, functional
impairment and its association with depression among adolescents in
Southern Taiwan. Journal of Adolescence, 32(4), 863–873.
doi:10.1016/j.adolescence.2008.10.006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Zulfitria. (2017). Pola asuh orang tua dalam penggunaan smartphone pada anak
sekolah dasar. HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD, 1(2), 95–102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN 1
Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 1.1 Skala Impulsivitas Sebelum Try-Out
No. Item
1 Ketika saya diberi uang jajan, saya langsung memakainya tanpa
perencanaan yang matang.
2 Ketika berdebat, saya berusaha mendengarkan pendapat orang lain.
3 Saya mencari kegiatan lain ketika merasa bosan mengerjakan tugas
kuliah.
4 Saya mampu mengerjakan tugas kuliah tepat waktu.
5 Saya biasanya nongkrong sampai lupa waktu, sehingga saya menunda
pengerjaan tugas saya.
6 Saya memiliki banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk
menjalin hubungan romantis dengan seseorang.
7 Saya menikmati berkendara dengan kecepatan tinggi.
8 Ketika hari libur saya memilih untuk bersantai di rumah.
9 Saya menyesal makan berlebih untuk mengatasi stres saya.
10 Mudah bagi saya untuk tidak marah ketika ada orang lain menghina saya.
11 Saya terbiasa dengan pengerjaan tugas kuliah yang mengalir begitu saja
tanpa target waktu.
12 Saat mengerjakan tugas kuliah yang sulit, saya mampu mengabaikan hal-
hal yang mengganggu saya.
13 Saya mengirim pesan chat pada saat berkendara meski saya tahu itu
berbahaya.
14 Sebelum saya memutuskan untuk mengikuti kepanitiaan di kampus, saya
akan mempelajari dahulu dampak positif dan negatifnya.
15 Saya senang berbicara dengan orang yang baru saya kenal.
16 Saya memilih menghabiskan waktu di rumah untuk beristirahat daripada
menambah pengalaman dari kegiatan di kampus.
17 Saya cenderung kurang dapat menahan diri untuk marah ketika orang lain
menabrak kendaraan saya.
18 Saya mampu mencari barang kesayangan saya yang hilang dengan
tenang.
19 Saya cenderung mengabaikan tugas-tugas kuliah yang sulit.
20 Saya merasa terganggu dengan tugas-tugas kuliah yang belum selesai.
21 Bagi saya, lebih penting untuk menyelesaikan tugas kuliah secepat-
cepatnya daripada memahaminya lebih dalam.
22 Sebelum melakukan aktivitas saya biasanya merencanakannya dengan
matang terlebih dahulu.
23 Saya suka berlibur ke tempat yang baru saya kunjungi.
24 Saya menghindari kegiatan di kampus yang berisiko membahayakan
keselamatan diri saya.
25 Saya biasanya terburu-buru ke kampus karena kelas akan segera dimulai.
26 Sulit bagi saya untuk berkonsentrasi mengerjakan tugas ketika ada teman
yang mengajak pergi.
27 Saya biasanya belajar semalam sebelum ujian, meski saya tahu hal itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kurang baik untuk kesehatan saya.
28 Saya biasanya menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sebelum
berangkat kuliah agar tidak ada yang tertinggal.
29 Saya senang berkunjung ke tempat yang baru untuk foto-foto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 1.2 Skala Ketergantungan Sebelum Try-Out
No. Item
1 Saya menjadi kesal ketika HP saya tidak mendapat koneksi jaringan di
kampus.
2 Mudah bagi saya untuk melakukan kegiatan tanpa menghiraukan HP.
3 Saya akan lebih sering menggunakan HP daripada biasanya saat
menghadapi tugas yang sulit.
4 Saya mampu mengendalikan keinginan saya untuk menggunakan HP
secukupnya dalam kondisi apapun.
5 Sulit bagi saya untuk menghentikan penggunaan HP ketika ada aktivitas
yang menarik di HP.
6 Mudah bagi saya untuk menghentikan penggunaan HP sesuai dengan
batas waktu yang saya targetkan.
7 Charger HP saya selalu tersedia setiap waktu.
8 Saya akan berusaha bertanya kepada orang sekitar saat mencari suatu
tempat yang baru bagi saya.
9 Ada saat-saat di mana saya lebih senang menggunakan HP daripada
berbincang dengan teman kelas saya.
10 Saya lebih suka memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengobrol
dengan teman kampus daripada menggunakan HP.
11 Saya pernah mencoba untuk membatasi waktu penggunaan HP saya,
namun selalu gagal.
12 Saya mampu membatasi penggunaan HP saya setiap hari.
13 Jika saya pusing akibat menggunakan HP terlalu lama, saya akan tetap
menggunakannya.
14 Jika saya pusing akibat menggunakan HP, saya akan menghentikannya.
15 Saya merasa gelisah apabila tidak membawa HP ke kampus.
16 Saya tetap fokus melakukan aktivitas tanpa memeriksa HP.
17 Ketika saya merasa kesepian saya akan lebih sering mengirim pesan chat
kepada teman.
18 Saya kurang tertarik untuk menghubungi teman-teman saya lewat HP
ketika merasa bosan.
19 Saya sadar bahwa saya telah menghabiskan lebih banyak waktu dari yang
seharusnya untuk menggunakan HP.
20 Saya berhasil mengendalikan penggunaan HP agar sesuai dengan waktu
yang saya targetkan.
21 Apabila saya merasa bingung dengan tugas kuliah, saya lebih memilih
bertanya kepada teman lewat HP daripada bertanya secara langsung.
22 Mudah bagi saya untuk mengabaikan HP saya yang lowbatt.
23 Saya mengalami konflik dengan teman saya karena saya lebih memilih
bermain HP ketika bertemu.
24 Saya lebih mengutamakan tugas saya daripada asyik menggunakan HP.
25 Aplikasi yang menarik pada HP saya merupakan alasan terkuat bagi saya
untuk selalu menggunakan HP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
26 Mudah bagi saya untuk mengabaikan penggunaan HP di kelas.
27 Apabila saya mengalami tekanan, saya tetap menggunakan HP meskipun
HP membuat saya semakin cemas.
28 Saya berusaha untuk tetap menggunakan HP sewajarnya, sehingga saya
terhindar dari keluhan pada pergelangan tangan.
29 Saya sulit berkonsentrasi saat belajar karena HP saya tertinggal di rumah.
30 Saya tetap tenang meskipun HP saya tidak mendapat koneksi jaringan di
kampus.
31 Saya membeli HP dengan model terbaru untuk memuaskan keinginan
saya.
32 Saya sudah merasa puas dengan model HP saya saat ini.
33 Saya tetap menggunakan HP secara terus-menerus meski sudah
menetapkan waktu penggunaan bagi diri saya.
34 Saya mampu menggunakan HP sesuai dengan waktu yang sudah saya
targetkan bagi diri saya sendiri.
35 Apabila saya tersesat dan aplikasi peta di HP saya bermasalah, saya lebih
berusaha menyelesaikan masalah aplikasi tersebut daripada bertanya
kepada orang sekitar.
36 Saya lebih memilih bertanya secara langsung kepada teman dibanding
bertanya lewat HP ketika bingung dengan tugas kuliah.
37 Saya sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas kuliah karena selalu
memikirkan HP saya.
38 Bagi saya HP hanya sebuah alat komunikasi yang biasa-biasa saja, tidak
terlalu istimewa.
39 Teman-teman saya sudah mengingatkan saya untuk mengurangi waktu
penggunaan HP, namun saya tetap menggunakannya.
40 Saya berhasil menghentikan penggunaan HP ketika ada yang menegur
saya.
41 Saya tetap menggunakan HP meskipun saya merasa pegal pada
pergelangan tangan akibat penggunaan HP yang terlalu lama.
42 Apabila saya bosan menggunakan HP, saya melakukan aktivitas lain.
43 Saya menjadi deg-degan ketika menonaktifkan HP dalam jangka waktu
lama.
44 Saya mengecek HP lebih banyak dari biasanya ketika saya merasa cemas.
45 Saya menetapkan batas waktu untuk menggunakan HP sebelum
mengerjakan tugas, namun saya gagal memenuhinya.
46 Saya lebih memilih memesan makanan lewat HP daripada membeli
langsung ke tokonya.
47 HP telah menjadi bagian penting dalam pengembangan identitas saya.
48 Jika saya keasyikan bermain HP, saya sulit untuk berhenti.
49 Ketika ada berita di HP yang membuat saya kurang nyaman, saya tetap
menggunakan HP untuk mencari tahu lebih lanjut informasi terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 1.3 Kuesioner Online
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 2
Reliabilitas Skala Impulsivitas dan
Skala Ketergantungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 2.1 Reliabilitas Skala Impulsivitas
N %
Cases Valid 200 99,5
Excludeda 1 ,5
Total 201 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,833 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
i1 78,1850 74,483 ,237 . ,832
i2 78,2400 70,927 ,509 . ,822
i3 76,9500 82,229 -,315 . ,850
i4 77,6300 73,068 ,391 . ,826
i5 77,7550 72,055 ,548 . ,822
i6 77,4950 71,719 ,428 . ,825
i7 77,5800 72,064 ,415 . ,825
i8 77,3600 73,257 ,351 . ,828
i9 77,3150 71,755 ,476 . ,823
i10 77,4050 74,574 ,284 . ,830
i11 77,4550 74,179 ,327 . ,829
i12 77,5100 71,718 ,568 . ,821
i13 77,6250 73,070 ,301 . ,830
i14 77,7650 72,181 ,454 . ,824
i15 77,2100 76,730 ,285 . ,831
i16 77,0450 76,576 ,212 . ,832
i17 77,5700 72,347 ,493 . ,823
i18 77,3850 70,931 ,675 . ,818
i19 77,6750 71,818 ,521 . ,822
i20 77,6300 70,707 ,492 . ,822
i21 77,5300 74,441 ,297 . ,830
i22 76,8950 78,547 -,027 . ,838
i23 77,0500 76,349 ,229 . ,831
i24 77,6000 71,528 ,486 . ,823
i25 77,5850 72,355 ,379 . ,827
i26 77,2500 75,595 ,204 . ,833
i27 77,2850 73,501 ,420 . ,826
i28 78,0350 72,938 ,364 . ,827
i29 77,4050 75,890 ,166 . ,834
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 2.2 Reliabilitas Skala Ketergantungan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 200 99,5
Excluded
a 1 ,5
Total 201 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,930 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
k1 135,9350 161,619 ,150 . ,930 k2 135,5450 156,531 ,508 . ,928 k3 135,7500 160,229 ,288 . ,929 k4 135,7400 157,349 ,403 . ,929 k5 136,2550 157,980 ,351 . ,929 k6 135,6450 158,994 ,342 . ,929 k7 136,1350 154,680 ,521 . ,928 k8 135,7900 160,026 ,208 . ,930 k9 136,1400 154,111 ,558 . ,927 k10 135,7350 160,990 ,157 . ,930 k11 136,0000 154,050 ,523 . ,928 k12 136,1400 162,463 ,002 . ,932 k13 136,3200 152,329 ,679 . ,926 k14 135,8450 162,584 ,096 . ,930 k15 136,0050 153,874 ,505 . ,928 k16 136,0900 159,047 ,309 . ,929 k17 136,1650 156,460 ,432 . ,928 k18 135,5750 162,688 -,012 . ,931 k19 135,9550 155,048 ,474 . ,928 k20 135,9050 158,468 ,319 . ,929 k21 136,0800 153,963 ,536 . ,928 k22 135,7600 160,103 ,274 . ,929 k23 136,3450 151,554 ,732 . ,926 k24 135,8850 157,338 ,369 . ,929 k25 135,9450 155,218 ,490 . ,928 k26 136,0200 156,603 ,379 . ,929 k27 136,2150 152,863 ,670 . ,926 k28 136,1100 157,968 ,330 . ,929 k29 136,1700 153,087 ,619 . ,927 k30 135,9450 157,580 ,395 . ,929 k31 136,5650 155,282 ,521 . ,928 k32 135,4650 158,662 ,307 . ,929 k33 136,0900 154,766 ,571 . ,927 k34 135,9550 158,254 ,359 . ,929 k35 136,2800 156,504 ,377 . ,929 k36 136,0650 155,237 ,494 . ,928 k37 136,3050 153,560 ,634 . ,927 k38 135,9650 158,547 ,272 . ,930 k39 136,3200 151,545 ,713 . ,926 k40 136,1600 157,231 ,346 . ,929 k41 136,2650 152,075 ,683 . ,926
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
k42 135,6450 159,808 ,273 . ,929 k43 136,2400 150,304 ,767 . ,925 k44 136,0550 155,439 ,455 . ,928 k45 136,0950 154,820 ,545 . ,928 k46 136,3350 152,063 ,677 . ,926 k47 135,9900 154,090 ,593 . ,927 k48 136,0100 154,201 ,515 . ,928 k49 135,8500 156,128 ,411 . ,929
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Deskriptif Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN HASIL UJI DESKRIPTIF JENIS KELAMIN
Valid 100
Missing 0
Mean 1,5100
Std. Deviation ,50242
Range 1,00
Frequency Percent
Valid laki-laki 49 49,0
perempuan 51 51,0
Total 100 100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Deskriptif usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
LAMPIRAN HASIL UJI DESKRIPTIF USIA
N Valid 100
Missing 0
Mean 20,41
Std. Deviation 1,700
Range 5
Frequency Percent
Valid 18 23 23,0
19 8 8,0
20 17 17,0
21 20 20,0
22 21 21,0
23 11 11,0
Total 100 100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Deskriptif Waktu Penggunaan
Dalam Sehari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LAMPIRAN HASIL UJI DESKRIPTIF WAKTU PENGGUNAAN
DALAM SEHARI
N Valid 100
Missing 0
Mean 4,64
Std. Deviation ,859
Range 4
Frequency Percent
Valid <30 menit 2 2,0
30 menit - 1
jam
3 3,0
1 jam - 2 jam 4 4,0
2 jam - 3 jam 11 11,0
>3 jam 80 80,0
Total 100 100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN 6
Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI