hubungan antara efikasi diri dan religiusitas dengan

6
Mazra' atul Ul um merupakan salah sat u lembagaMTs Mazra' at ul Ul um j uga mengikut i kegiatan pendidikan yang t er dir i dar i beber apa j enjangekst r akulikul er yang di adakan oleh madrasah, pendidikan yang diantaranya adal ah MadrasahDengan kegiat an yang padat siswa t ent u har us sebisa Tsanawiyah (MTs) at au setingkat dengan Sekolahmungki n mengat ur j adwal kegiat annya sehar i- har i. Menengah Pert ama (SMP) . Lembaga pendidi kan yangKar ena kal au t idak siswa akan kewal ahan dengan berbasiskan agama Isl am yang bert uj uan melej itkansegudang kegi at an yang ada. Dengan banyaknya potensi dir i ser t a melahirkan int el ektual musl im. akt ivi tas, t ak j ar ang dar i si swa sudah mulai mal as I Jurnal Psikoisl ami ka I Volume 11 Nomor 1 Tahun 201433 Sel ain kegi atan bel aj ar mengaj ar, siswa PENDAHULUAN Ati k Hali matul Ula Achmad Khudor i Shoi eh Fakultas Psi kol ogi Universi t as I slam Neger i (UIN)Maulana Mali k Ibr ahi m Malang Jl . Gaj ayana 50 Malang Telp. 0341- 558916 Abstrak : Kat a menyont ek dalam kegi atan akademis ser i ng t erj adi dal am dunia pendi di kan. Ol eh sebab it u, menyontek menjadi sal ah satu fenomena yang muncul menyert ai pr oses bel aj ar siswa di sekol ah. Dengan semaki n maraknya per il aku menyontek i ni, maka perlu meningkatkan fakt or- f akt or yang menur unkan per il aku menyontek i ni antar a l ain yai tu dengan meningkatkan efikasi dir i dan r eli giusi t as si swa. Penelitian ini merupakan peneli tian kuant i tati f dengan pendekat an deskr i pt if korelatif , yai tu mencari hubungan ant ar a efi kasi di r i dan reli giusit as dengan int ensitas peril aku menyotek pada si swa.Subj ek dalam peneliti an i ni adalah 71 siswa. Pengambil an dat a dal am penel i t ian i ni menggunakan skal a efi kasi di ri, r eligi usi t as dan i nt ensi t as per i l aku menyont ek. Skala efi kasi dir i ter dir i dar i 22 ait em dengan a = 0.844, skala r eli giusit as ter dir i dari 25 ai t em dengan a = 0. 897 dan unt uk skala per i laku menyontek t erdi ri dari 28 ai t em dengan a = 0.921 .Anali sis dat a yang digunakan untuk mengetahui hubungan negat if ant ara efikasi dir i dan reli gi usi tas dengan i nt ensi t as per ilaku menyont ek adal ah uji st at istik parametr ik t eknik anal i si s r egr esi ber ganda li ni er . Hasil anal isis ter sebut menunj ukkan adanya hubungan negat if dan si gnifi kan ant ar a efiaksi di r i dan r eli gi usit as dengan i nt ensi t as per i laku menyont ek pada si swa MTs Mazr a'at ul Ulum Pacir an-Lamongan. Hal t er sebut di tunj ukkan oleh angka koef esi en kor elasi (rxy) sebesar 0. 493 dengan P = 0.000 ( p < 0.05). sehi ngga hi pot esis yang menyat akan ada hubungan negati f antar a efikasi di r i dan r eli gi usit as dengan i nt ensi tas per il aku menyontek dapat di ter i ma. Ber dasar kan penelit ian i ni dapat disi mpulkan bahwa terdapat hubungan negat i f ant ar a efi kasi di r i dan r eligi usitas dengan i nt ensi t as per i laku menyontek pada si swa MTs Mazr a'atul Ulum Pacir an- Lamongan.Semakin posi ti f efi kasi di r i dan religi usi t as maka semakin r endah i nt ensi tas per ilaku menyontek dan sebali knya. Kat a Kunci : Efi kasi Di r i , Religiusitas, Intensi t as, Per i laku Menyont ek, Si swa PSIKOI SLAMIKA. Jurnal Psi kologi I sl am (JPI ) copyr i ght © 2014 Labor at or i um Penelitian, Kaj i an Psi kologi Isl am dan Pener bi t an. Volume 11. Nomor 1, Tahun 2014 HUBUNGAN ANTARA EFI KASI DIRI DAN RELI GI USI TAS DENGAN I NTENSITAS PERI LAKU MENYONTEK SI SWA Dl MTs MAZRA' ATUL ULUM PACI RAN- LAMONGAN

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

Mazra'atul Ulum merupakan salah satu lembagaMTs Mazra'atul Ulum juga mengikuti kegiatanpendidikan yang terdiri dari beberapa jenjangekstrakulikuler yang diadakan oleh madrasah,pendidikan yang diantaranya adalah MadrasahDengan kegiatan yang padat siswa tentu harus sebisaTsanawiyah (MTs) atau setingkat dengan Sekolahmungkin mengatur jadwal kegiatannya sehari-hari.Menengah Pertama (SMP). Lembaga pendidikan yangKarena kalau tidak siswa akan kewalahan denganberbasiskan agama Islam yang bertujuan melejitkansegudang kegiatan yang ada. Dengan banyaknyapotensi diri serta melahirkan intelektual muslim.aktivitas, tak jarang dari siswa sudah mulai malas

IJurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 201433

Selain kegiatan belajar mengajar, siswaPENDAHULUAN

Atik Halimatul UlaAchmad Khudori Shoieh

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN)Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916

Abstrak :Kata menyontek dalam kegiatan akademis sering terjadi dalam dunia pendidikan.Oleh sebab itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai proses belajarsiswa di sekolah. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek ini, maka perlu meningkatkanfaktor-faktor yang menurunkan perilaku menyontek ini antara lain yaitu dengan meningkatkanefikasi diri dan religiusitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif denganpendekatan deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara efikasi diri dan religiusitasdengan intensitas perilaku menyotek pada siswa.Subjek dalam penelitian ini adalah 71 siswa.Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri, religiusitas dan intensitasperilaku menyontek. Skala efikasi diri terdiri dari 22 aitem dengan a = 0.844, skala religiusitasterdiri dari 25 aitem dengan a = 0.897 dan untuk skala perilaku menyontek terdiri dari 28aitem dengan a = 0.921 .Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan negatifantara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek adalah uji statistikparametrik teknik analisis regresi berganda linier. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanyahubungan negatif dan signifikan antara efiaksi diri dan religiusitas dengan intensitas perilakumenyontek pada siswa MTs Mazra'atul Ulum Paciran-Lamongan. Hal tersebut ditunjukkan olehangka koefesien korelasi (rxy) sebesar 0.493 dengan P = 0.000 (p < 0.05). sehingga hipotesisyang menyatakan ada hubungan negatif antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitasperilaku menyontek dapat diterima. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan negatif antara efikasi diri dan religiusitas dengan intensitas perilaku menyontek padasiswa MTs Mazra'atul Ulum Paciran-Lamongan.Semakin positif efikasi diri dan religiusitas makasemakin rendah intensitas perilaku menyontek dan sebaliknya.

Kata Kunci : Efikasi Diri, Religiusitas, Intensitas, Perilaku Menyontek, Siswa

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2014 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 11. Nomor 1, Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRIDAN RELIGIUSITAS DENGAN INTENSITAS

PERILAKU MENYONTEK SISWA Dl MTsMAZRA'ATUL ULUM PACIRAN-LAMONGAN

Page 2: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

Jurnal Psikoislamika I Volunre 11 Nomor 1 Tahun 2014

Fakta diatas menunjukkan bahwa perilaku menyontekmerupakan suatu permasalahan yang menarik untukdikaji lebih lanjut. Berpijak dari uraian diatas, makapenulis tertarik untuk melakukan penelitian dengantema: Hubungan antara Efikasi Diri dan Religiusitasdengan Intensitas Perilaku Menyontek pada SiswaMTs Mazra'atul Ulum Pacirafi-Lamongan.

TINJAUAN PUSTAKAEfikasi Diri

Bandura (1998:3) menyebutkan "Perceivedself-efficacy refers to beliefs in one's capabilities toorganize and execute the co^rses of action requiredto produce given attainment^". Dari definisi tersebutdapat dipahami bahwa efikasi diri merupakankeyakinan seseorang akan kemampuannya untukmengatur dan melaksanakam serangkaian tindakanyang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil yangingin dicapai. Efikasi diri merupakan keyakinanindividu terhadap kemampuannya bahwa setiaporang mempunyai kemampuan untuk mengaturdan menyelesaikan tugas tertentu.

Ketika self-efficacy tinggi, kita merasa percayadiri bahwa kita dapat melakukan respon tertentuuntuk memperoleh reinforcement. Sebaliknya apabilarendah, maka kita merasa cemas bahwa kita tidakmampu melakukan respon tersebut. Persepsi tentangself-efficacy bersifat subjel^tif dan khas terhadapbermacam-macam hal.Walaupun persepsi tentangself-efficacy dapat memprediksi tingkah laku secarabaik, namun persepsi tersebut dipengaruhi olehperasaan umum dari self-efficacy sendiri.Persepsiself-efficacy dapat mempengaruhi tantanganmana yang harus diatasi (dihadapi) dan bagaimanamenampilkan perilaku yang lebih baik.

Bandura (1998:42) mengungkapkan bahwaefikasi diri terdiri dari tiga dimensi, yaitu:a.Level: Berhubungan d^ngan taraf kesulitan

tugas. Dimensi ini mengacu padataraf kesulitantugas yang diyakini individu akan mampumengatasinya.Tingkat efikasi diri seseorangberbeda satu sama lain. [Tingkatan kesulitandarisebuah tugas, apakah sulit atau mudah akanmenentukan efikasi dirii(Bandura, 1998:42).

b.Strenght : Dimensi ihi berkaitan dengankekuatan penilaian tentangkecakapan individu.Dimensi ini juga mengacu pada derajatkemantapanindividu terhadap keyakinan yangdibuatnya. Kemantapan ini yangmenentukanketahanan dan keuletan individu dalam usaha.(Bandura,1998:44).

belajar lagi pada malam hari karena sudah lelahdengan aktivitas yang sangat padat.Siswa sudahlelah dan lebih memilih untuk bertistirahat atausekedar menonton televisi dan bersantai. Karenasiswa tidak belajar pada waktu malam, ketikaada ulangan atau tes berlangsung siswa tidak siapmenghadapai tes tersebut.Dengan begitu siswa lebihmemilih jalan pintas dengan meminta jawaban daritemannya atau menyontek.

Dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols t Shadily,2003) kata menyontek atau menjiplak disebutdengan istilah Cheating. Hal ini sesuai denganartikel yang ditulis oleh Alhadza, kata menyonteksama dengan Cheating. Beliau mengutip pendapatBower, yang mengatakan Cheating adalah perbuatanyang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuktujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkankeberhasilan akademis atau menghindari kegagalanakdemis (Alhadza dalam Alawiyah, 2011:21).

Beberapa data yang memprihatinkan adalahSurvey nasional yang dilakukan oleh JosephsonInstitute of ethics di Amerika pada tahun 2006(Paris S Strom; Robert D Stromdengan: 2007 dalamHartanto, 2010) dengan responden 36.000 siswaSekolah Menegah Pertama menemukan 60% siswamenerima dan mengakui pernah mencontek padasaat ujian dan pengerjaan tugas. Terjadi peningkatansebesar 10% dalam kurun waktu 20 tahun.95%diantaranya mengaku bahwa tidak pernah ketahuanketika mencontek.

Adapun faktor internal yang diduga dapatmeningkatkan dan menurunkan perilaku menyontekpada kalangan siswa Sekolah Menengah Pertamaadalah keyakinan dalam diri siswa akan kemampuandiri sendiri (self-efficacy) serta religiusitas siswaitu sendiri.

Makna religiusitas menurut Fetzer (dalam Farhah,2011:19) yaitu seberapa kuat individu penganutagama merasakan pengalaman beragama sehari-hari,mengalami kebermaknaan hidup dengan beragama,mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai,meyakini ajaran agamanya, memaafkan, melakukanpraktek beragama (ibadah) secara menyendiri,mendapat dukungan penganut sesama agama,mengalami sejarah keberagamaan, komitmenberagama, mengikuti organisasi atau kegiatankeagamaan, dan meyakini pilihan agamanya.

Perilaku menyontek juga bisa dipengaruhi olehreligiusitas siswa yang kurang. Dengan mengenyangpendidikan dan pengajaran yang berbasis agamadan lingkungan yang mendukung, siswa harusnyamampu dan memiliki sikap religiusitas yang tinggi.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

35Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014

hari ke hari. Istilah "kerja" dalam pengetahuanteologis digunakan disini.

Intensitas Perilaku menyontekIntensi diartikan sebagai niat seseorang untuk

melakukan perilaku didasari oleh sikap dan normasubjektif terhadap perilaku tersebut. Fishbein &Ajzen juga menambahkan bahwa intensitas perilakumerupakan determinan terdekat dengan perilakuyang dimaksud dan merupakan prediktor tunggalterbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang(Fishbein & Ajzen, 1975:288). Perilaku menyontek(Cheating) adalah strategi yang digunakakan siswauntuk meningkatkan kinerja (dalam hal ini yangdimaksud adalah nilai) mereka dengan cara yangtidak benar (Anderman, dkk. 1998). Thornberg(dalam Mujahidah, 2009:178) memahami menyonteksebagai pengambilan atau permintaan bantuan yangtidak legal dalam tes.

Kata menyontek sama dengan Cheating. Beliaumengutip pendapat Bower (dalam Rahmat, 2012:5)yang mengatakan Cheating adalah perbuatan yangmenggunakan cara-cara yang tidak sah untuktujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkankeberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Belum ada teori yang membahas mengenaiintensi menyontek, sehingga aspek-aspek intensimenyontek diperoleh dari bentuk-bentuk perilakumenyontek menurut Klausmeimer, yang disertaidengan aspek-aspek intensitas menurut Fishbeindan Ajzen, 1975:292). Intensi sebagai niat untukmelakukan suatu perilaku demi mencapai tujuantertentu memiliki empat aspek, yaitu:1.Perilaku (Behavior) : Yaitu perilaku spesifik

yang nantinya akan diwujudkan. Pada konteksmenyontek, perilaku spesifik yang akandiwujudkan merupakan bentuk-bentuk perilakumenyontek yaitu menggunakan catatan jawabansewaktu ujian atau ulangan, mencontohjawaban siswa lain, memberikan jawaban yangtalah selesai pada teman, dan mengelak dariaturan-aturan (Abramovits dalam Mujahidah,

2009:179).2.Sasaran (target) : Yaitu objek yang menjadi

sasaran perilaku. Objek yang menjadi sasarandari perilaku spesifik dapat digolongkan menjaditiga, yaitu orang tertentu atau objek tertentu(particular object), sekelompok orang atausekelompok objek (a class of object), danorang atau objek pada umumnya (any object)(Fishbein dan Ajzen, 1975:292). Pada konteksmenyontek, objek menjadi sasaran perilaku

c. Generality: Merupakan suatu konsep bahwaefikasi diri seseorang tidakterbatas pada situasiyang spesifik saja. Dimensi ini mengacu padavariasisituasi di mana penilaian tentang efikasidiri dapat ditetapkan.

ReligiusitasReligiusitas berasal dari bahasa latin religi. Religi

asalnya adalah relegere yang berarti mengumpulkanatau membaca.Sedangkan kata religare berartimengikat.Agama mengandung arti kata ikatanyang hams dipegang dan dipatuhi manusia. Agama,dalam pengertian Glock & Stark (dalam Djamaludin& Fuat, 2011:76), adalah sistem symbol, sistemkeyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yangterlembagakan, yang semua itu berpusat padapersoalan-persoalan yang dihayati sebagai yangpaling maknawi (ultimate meaning).

GLock & Stark (dalam Ancok, 1989) membagilima aspek dari religiusitas, yaitu:1.Dimensi keyakinan (ideologis) : Yaitu tingkat

penerimaan seseorang terhadap hal-halyang dogmatis dalam agamanya, misalnyamengenai adanya Tuhan, Malaikat, dll. Didalam keberislaman, isi dimensi keimananmenyangkut keyakinan tentang Allah, paramalaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab Allah,surga dan neraka, serta qadha' dan qadar.

2.Dimensi praktek agama (ritualistik) : Yaitutingkat pelaksanaan akan kewajiban-kewajibanritual dalam agamanya, misalnya sholat, puasa,zakat,dll.

3.Dimensi penghayatan (eksperiensial): Dimensiini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan

sensasi-sensasi yang dialami seseorang ataudidefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan(atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi,walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan,yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, denganotoritas transendental.

4.Dimensi pengalaman (konsekuensial) : yaitutingkat pengetahuan seseorang tentang ajaranagamanya, misalnya mengenai sifat-sifatTuhan. Dimensi ini menunjuk pada seberapatingkatan muslim berperilaku dimotivasi olehajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimanaindividu berelasi dengan dunianya, terutamadengan muslim lainnya.

5.Dimensi pengetahuan agama (intelektual): Dimensi ini mengacu pada identifikasiakibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek,pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari

Page 4: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 201436

1

71

-.369"

.00171

-.369"

.00171

1

71

level (Mailed).

-.484"

.00071

.608**

.00071

". Correlation is significant at the 0.01

Pearson CorrelationSig. (Mailed)N

Pearson CorrelationSig. (1-tailed)N

Menyontek

Religiusitas

-.484*'

.00071

.608"

.0007171

1Pearson CorrelationSig. (1-tailed)N

EfikasiMenyontekReligiusitasEfikasi

Table 1 Hasil korelasiCorrelations

dalam kegiatan peribadatan dan perilakukesehariannya meliputi keyakinan agama, praktekagama, pengalaman agama, dan pengalaman/konsekuensi. Semakin |tinggi skor religiusitasyang diperoleh menunjukkan semakin positifreligiusitas pada siswa, dan sebaliknya.

3. Skala intensitas perilaku menyontek: Menyontekadalah perilaku seseorang untuk melakukansuatu perbuafan curang atau tidak jujur sewaktuulangan/ujian/tes dengan menggunakan catatanjawaban sewaktu ujian ulangan, mencontohjawaban teman, memberikan jawaban yangtelah selesai pada teman, mengelak dariaturan-aturan dalam situasi dan waktu tertentu.Diukur dengan skala Intensi menyontek yangdisusun berdasarkan bentuk-bentuk perilakumenyontek menurut Klausmeimer dan aspek-aspek intensi menurut Fishbein dan Ajzen.Semakin tinggi skor perilaku menyontek yangdiperoleh menunjukkan semakin tinggi pula niatsubjek untuk menyontek, dan sebaliknya.

Untuk menguji validitas digunakan teknik korelasiproduct moment dari Pearson. Pedoman untukmenentukan validitas item adalah denganmenggunakan standar 0.3, sehingga aitem-aitem yang memiliki rv< 0.3 dinyatakan gugur.Sedangkan jika rv> 0.3 maka aitem tersebutdinyatakan valid (Saifudin, 2007:5). SedangkanReliabilitas suatu konstruk variabel dikatakanbaik jika memiliki Cronbach's alpha > dari 0.60(Saifudin, 2007: 8).

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil analisis dengan dengan

menggunakan teknik product moment, diperolehhasil sebagai berikut:

Skala efikasi diri: Efikasi diri adalah keyakinanterhadap kemampuan yang dimiliki dankemantapan diri dalam menyelesaikan tugastertentu yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu:level (tingkatan), strength (kekuatan), dangenerality (umum). Semakin tinggi skor Efikasidiri yang diperoleh menunjukkan semakin tinggiefikasi diri pada siswa, dan sebaliknya.Skala Reigiusitas: Religiusitas dapat diartikansebagai internalisasi agama dalam diri seseorangyang terlihat melalui pengetahuan dan keyakinanseseorang akan agamanya serta dilaksanakan

1.

dapat berupa catatan jawaban, buku, telepongenggam, kalkulator, maupun teman (Davidsdalam Mujahidah 2009:179).

3. Situasi (situation): Yaitu situasi yang mendukunguntuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimanadan dimana perilaku itu akan diwujudkan)(Fishbein dan Ajzen, 1975:292). Situasi dapatpula diartikan sebagai lokasi terjadinyaperilaku.

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di MTs Mazra'atul Ilium

Paciran - Lamongan.Adapun yang menjadi subjekpenelitian adalah siswa-siswi kelas VII, VIII dan IXyang berjumlah 464 siswa. Teknik pengambilan sampelyang digunakan adalah probability Samp/ingyangberupa proportionate stratified random sampling danpeneliti mengambil 15% untuk pengambilan sampelnyasehingga diperoleh sebanyak 71 siswa.

Metode pengumpulan data dalam penelitianini menggunakan alat ukur berupa skala psikologidengan jenis skala likert. Ada tiga skala psikologiyang digunakan:

Page 5: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

37Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014

Azwar, saifudin. 2007. Reliabilitas dan vatiditas.Yogyakarta: Pustaka belajar.

Bandura, A. 1986.Social Foundations of Thoughtand Action: A Social Cognitive Theory. NewJersey: Prentice Hall.

. 1997. Self-Efficacy, The Exercise Control. NewYork: Stanford University.

Farhah, S. 2011. Hubungan Religiusitas dengan PerilakuPrososial Mahasiwa Pengurus Lembaga

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, H. 2011. Pengaruh Self-Efficacy, Konformitas,dan Goal Orientation terhadap PerilakuMenyontek (Cheating) Siswa MTs Al-HidayahBekasi. Skripsi.Fakultas Psikologi UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.Tidak diterbitkan.

Ancok, Djamaluddin a Fuad, N. S. 2011.Psi/co(ogiIslam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

teknologi membuat teknik menyontek semakinberkembang dan semakin mudah (Born & Parkdalam Mujahidah, 2009:185).

Sikap terhadap menyontek terbentuk berdasarkaninformasi yang diterima mengenai perilaku menyontek,jika informasinya positif, hasil evaluasi afektifnyaakan menolak atau menganggap perilaku menyontekadalah perbuatan yang dilarang maka sikapnya menjadinegatif. Perbedaan sikap tersebut selanjutnya akanmendorong terjadinya perbedaan dalam perilakumenyontek dikalangan siswa. Dengan demikian,bervariasinya tingkat keimanan diatara siswa secarakonsisten akan terefleksikan dalam bervariasinyasikap mereka terhadap menyontek dan perilakumenyonteknya. Siswa yang memiliki tingkat keimananyang rendah akan cenderung memiliki sikap yangpositif terhadap menyontek.

KESIMPULANSiswa MTs Mazra'atul Ulum Paciran-Lamongan

memiliki tingkat efikasi diri dengan kategori sedangyang berjumlah 49 siswa dengan prosentase 69.0%,siswa memiliki tingkat religiusitas dengan kategorisedang yang berjumlah 46 siswa dengan prosentase64.8% dan siswa memiliki intensi perilaku menyontekkategori sedang yang berjumlah 46 siswa denganprosentase 64.8.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanyahubungan negative atara efikasi diri dan religiusitasdengan intensitas perilaku menyontek pada siswadi MTs Mazra'atul Ulum Paciran-Lamongan.Efikasidiri mempunyai hubungan lebih besar denganintensitas perilaku menyontek.Sedangkan untukaspek religiusitas mempunyai hubungan yang lebihkecil dengan intensitas perilaku menyontek. Hal iniditunjukkan pada hasil koefesien korelasi efikasi(rxy) diri lebih besar yaitu sebesar -0.484 dengannilai P = 0.000. sedangkan untuk hasil koefesienkorelasi (rxy) religiusitas hanya sebesar -0.369,dengan nilai P = 0.001 terhadap intensitas perilakumenyontek.

Tabel di atas menjelaskan bahwa korelasi antaraEfikasi Diri dan Religiusitas dengan Intensi Perilakumenyontek ditunjukkan dengan hasil koefesienkorelasi efikasi diri 1.000, koefesien korelasireligiusitas 0.608 dan koefesien korelasi -0.369dengan sig = 0.000 < 0.05. hal ini menunjukkanada hubungan yang signifikan antara efikasi diri danreligiusitas dengan intensi perilaku menyontek siswa.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan olehpeneliti menghasilkan efikasi diri dan religiusitasberhubungan dengan intensi perilaku menyontek.Temuan ini menunjukkan bahwa efikasi diri danreligiusitas dianggap dapat mendukung secara efektifdalam menurunkan intensi perilaku menyontek.

Dalam penelitian ini, aspek efikasi diri lebihbesar hubungannya dengan aspek intensitas perilakumenyontek.Sedangkan aspek religiusitas lebih kecilhubungannya terhadap aspek intensitas perilakumenyontek.Hal ini dapat dilihat pada hasil koefesienkorelasi aspek efikasi diri 1.000, sedangkan untukhasil koefesien korelasi aspek religiusitas 0.608.

Pada penelitian ini, variabel efikasi diri danreligiusitas menyumbang 49.3% terhadap intensiperilaku menyontek siswa di MTs Mazra'atul UlumPaciran.sedangkan 50.7% berasal dari variabellain yang mempunyai hubungan terhadap intensiperilaku menyontek. Ada beberapa variabel yangmempengaruhi perilaku menyontek yaitu: (1) Faktorsituasional (Tekanan untuk mendapat nilai tinggi,kontrol atau pengawasan selama ujian, kurikulum,pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan mengikutiujian, dan iklim akademis di institusi pendidikan).(2) Faktor personal (Kurang percaya diri, self-esteem dan need for approval, ketakutan terhadapkegagalan dan kompetensi dalam memperoleh nilaiatau peringkat akademis). (3) Faktor demografi(Jenis kelamin, usia, nilai, riwayat pendidikansebelumnya, jurusan dan perkembangan moral,status perkawinan, keterlibatan organisasi, bekerjasambil sekolah, banyaknya mata pelajaran.). (4)Faktor perkembangan teknologi; perkembangan

Page 6: HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN RELIGIUSITAS DENGAN

Jurnal Psikoistamika | Volume 11 Nomor 1 Tahun 201438

Multidimension Measurement of religiousness,Spiritually for Use in Health Research.Fetzer Institude in Collaboration with theNasionallnstitude oiji Aging. Kalamazoo.Fishbein, M. a Ajzen, ll 1975.Be/ie/Attitude,

Intention and Behavipr: Anlntroduction toTheory and Research. California: Addison-WesleyPublishing.

Mujahidah. 2009. Perilaku Menyontek Laki-Laki danPerempuan: Studi Meta Analisis. Jurnal psikologi,vol. II, No.2.FakultasTarbiyah, SekolahTinggiAgama Islam Negeri, Samarinda.

Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Sripsi. Fakultas Psikologi Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tidakditerbitkan. Hartanto, D. 2012.

Bimbingan ft Konseling: Menyontek MengungkapAkar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Indeks.Echols, J.M. & Shadily, H. 2003.Komus InggrisIndonesia.Jakarta: PT. Gramedia. FetzerInstitute and national Institute on Aging WorkingGroup. 1999.