hubungan antara dukungan sosial rekan kerja …eprints.ums.ac.id/37892/21/02. naskah...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA
DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA
SURAKARTA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
INTAN OKTAVIA
F.100100191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN
STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
INTAN OKTAVIA
F 100 100 191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAKSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA
DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA
SURAKARTA
Intan Oktavia
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aparat kepolisian sebagai abdi negara harus menjunjung tinggi, nilai-nilai
kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Tidak demikian dengan kenyataan
yang terjadi di lapangan. Beberapa kasus kriminal yang pernah dilakukan oleh
oknum polisi seperti kasus pelecehan seksual dan bunuh diri, oknum anggota
polisi bunuh diri menggunakan senjata yang dimilikinya. Fenomena tersebut
merupakan lembaran hitam kepolisian yang bertolak belakang dengan tugas yang
dipikul. Tantangan dan tekanan yang dihadapi seorang polisi dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya dapat memicu timbulnya stres. Dukungan rekan kerja sangat
efektif dalam menangani berbagai macam masalah stres yang dialami polisi dalam
pekerjaannya seperti kelekatan antar kelompok, kepercayaan antar pribadi dan
rasa senang dengan atasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial
rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. Hipotesis
yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara dukungan sosial rekan kerja
dengan stres kerja pada anggota polisi.
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota polisi di Polresta Surakarta
sebanyak 120 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quota sampling. Metode pengumpulan data menggunakan
angket dengan alat ukur skala yaitu skala dukungan sosial rekan kerja dan skala
stres kerja. Metode analisis data menggunakan teknik analisis product moment.
Tingkat dukungan sosial rekan kerja pada subjek tergolong sedang, dan
tingkat stres kerja polisi di Polresta Surakarta tergolong sedang. Peranan atau
sumbangan efektif (SE) variabel dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja
pada anggota polisi sebesar 10,3%.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota
polisi dipolresta surakarta. Semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja maka
semakin rendah stres kerja dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial rekan
kerja maka semakin tinggi stres kerja anggota polisi. Dengan adanya dukungan
sosial dapat membantu individu dalam menghadapi dan menanggulangi suatu
penyebab terjadinya stres kerja
Kata Kunci: Dukungan Sosial, Stres Kerja
1
PENGANTAR
Polisi adalah suatu perantara
umum sipil yang mengatur tata tertib
dan hukum. Aparat kepolisian se-
bagai abdi negara harus menjunjung
tinggi, nilai-nilai kemanusiaan dan
menjadi contoh masyarakat. Seperti
yang tercantum dalam sumpah dan
janji anggota Polri. Hal tersebut
tertuang dalam pembukaan kode etik
profesi anggota Polri.
Menurut undang-undang
kepolisian No. 2 Th.2002 pasal 2.
Fungsi kepolisian adalah salah satu
fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat.
Kepolisian Republik Indonesia juga
mempunyai fungsi kamtibnas yaitu
menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat. Dalam pasal 1 ayat 5
undang-undang kepolisian No.2
Th.2002, Keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah
satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional
yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya
hukum, serta terbinanya ke-
tenteraman, yang mengandung ke-
mampuan membina serta mengem-
bangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal,
mencegah, dan menanggulangi
segala bentuk pelanggaran hukum
dan bentuk-bentuk gangguan lainnya
yang dapat meresahkan masyarakat
(http://m.hukumonline.com/).
Tidak demikian dengan kenyataan
yang terjadi di lapangan. Selama
tahun 2013 terdapat beberapa kasus
kriminal yang dilakukan oleh oknum
polisi di antaranya adalah beberapa
kasus pelecehan seksualdan bunuh
diri, tercatat beberapa oknum
anggota polisi bunuh diri meng-
gunakan senjata yang dimilikinya.
Kasus lain, yang menyita perhatian
masyarakat adalah keterlibatan
anggota polisi dalam peredaran
perdagangan narkotika dan kejadian
polisi menembak anggota polisi
lainnya belakangan ini marak terjadi.
Hal tersebut di karenakan bawahan
yang tersinggung dengan teguran
dari atasan saat bertugas. Disamping
itu terdapat pula sesama angota polisi
yang terlibat baku tembak karena
2
salah paham. Kebanyakan
oknum anggota polri yang
melakukan tindakan ini adalah
mereka yang rata-rata berpangkat
dan bergaji rendah. Tekanan kerja
yang tinggi mempengaruhi aparat
kepolisian di level bawah dan
menengah rentan mengalami stres
(http://daerah.sindonews .com).
Fenomena tersebut meru-
pakan lembaran hitam kepolisian
yang bertolak belakang dengan tugas
yang dipikul. Kondisi stres yang
berlarut-larut pada polisi kerap
menimbulkan dua hal. Pertama,
pengambilan keputusan buruk pada
individu, dibuktikan dengan adanya
fenomena bunuh diripada anggota
polisi meningkat. Kedua, individu
menjadi mudah marah dan ter-
singgung sehingga tidak mampu
untuk berpikir jernih, termasuk
kepada rekannya atau atasannya.
Hasil survei mengungkap
informasi mengenai faktor stresor
yang dialami oleh polisi. Beban kerja
merupakan penyebab stres terbesar
pada anggota polisi dengan
prosentase 26,08%, kedua adalah
konflik dengan rekan kerja dan
atasan dengan prosentase 20,65%,
penyebab stres kerja yang ketiga
yaitu shift kerja dengan prosentase
18,47%, kemudian gaya kepe-
mimpinan dengan prosentase
16,30%.
Hubungan sosial seperti
kelekatan antar kelompok, keper-
cayaan antar pribadi dan rasa senang
dengan atasan, berhubungan dengan
penurunan dari stres pekerjaan dan
kesehatan yang lebih baik. Hubungan
yang baik antar anggota dari satu
kelompok kerja dianggap sebagai
faktor utama dalam kesehatan
individu dan organisasi (Argyris,
Cooper, dalam Ashar, 2001)
Dukungan sosial bisa datang dari
dalam organisasi polisi atau dari
sumber eksternal seperti teman dan
keluarga. Bagaimanapun juga ada
bermacam-macam pandangan ten-
tang pentingnya peran dukungan
sosial bagi stres polisi. Sebagai
contoh, Kirkcaldy dkk (dalam
Anderson, 2002) menemukan bahwa
petugas polisi terbukti cenderung
lebih mengandalkan dukungan sosial
dalam pemecahan masalah mereka.
Sementara secara intuitif orang
berfikir bahwa meningkatkan
dukungan sosial sangat penting
3
dalam menurunkan stres.
Coyne dan Downey (dalam
Anderson, 2002) mengatakan bahwa
hal itu bukan permasalahannya,
peran dukungan sosial dalam
mengurangi hal-hal penyebab stres
ditentukan oleh kondisi stres dimana
seseorang bekerja. Brown dan
Grover (dalam Anderson, 2002)
mengatakan bahwa peran dukungan
sosial berbeda-beda, tergantung
tinggi atau rendahnya tingkat stres
yang dialami dan jenis kelamin.
Bagi petugas polisi tidak ada
orang lain, selain rekan kerja yang
siap membantu dalam memahami
tekanan yang dialami dari pekerjaan.
Dukungan rekan kerja sangat efektif
dalam menangani berbagai macam
masalah stres yang dialami polisi
dalam pekerjaannya. Faktor utama
yang penting bagi petugas kepolisian
untuk mengurangi stres kerja adalah
ketergantungan kepada kelompok
pendukung atau rekan kerja yang
dapat diandalkan. Dengan harapan
rekan kerja mampu memberikan
nasihat dan jalan keluar. Seorang
polisi juga harus tetap berhati–hati
akan kemungkinan yang mengancam
kesalamatan diri mereka sendiri
sehingga mereka juga harus tetap
mengontrol emosi mereka sekalipun
pada kondisi di bawah tekanan
(Waters, 2007).
Menurut Winuubst, dkk (dalam
Darmasaputra, 2013) dukungan
sosial lebih cenderung dianggap
sebagai kognisi individual yang
berawal dari segi gejala lingkungan
yang obyektif dan dukungan sosial
merupakan persepsi perseorangan
terhadap dukungan potensial atau
sebagai perceived helpfulness and
supportivenes. Dukungan sosial me-
nurut Corsini (dalam Darmasaputra,
2013) adalah keuntungan yang
didapat individu melalui hubungan
dengan orang lain. Individu yang
mempunyai hubungan dekat dengan
orang lain seperti keluarga atau
teman akan meningkatkan kemam-
puannya dalam dalam mengelola
masalah-masalah yang dihadapi
setiap hari. Lingkungan kerja
merupakan salah satu penyebab dari
keberhasilan dalam me-laksanakan
suatu pekerjaan tetapi juga dapat
menyebabkan suatu kegagalan dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
muncul permasalahan yaitu
4
“Apakah ada hubungan
antara dukungan sosial rekan kerja
dengan stres kerja pada anggota
polisi?”. Sehingga dari permasalahan
tersebut penulis ingin memahami
lebih lanjut melalui penelitian
mengenai “Hubungan antara
dukungan sosial rekan kerja dengan
stres kerja pada anggota polisi”.
METODE
Sampel dalam penelitian ini
adalah anggota polisi di Polresta
Surakarta sebanyak 120 responden.
Metode pengumpulan data meng-
gunakan angket dengan alat ukur
skala yaitu skala dukungan sosial
rekan kerja dan skala stres kerja.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah quota sampling. Metode
analisis data menggunakan teknik
analisis product moment.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data dapat
diketahui bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara
dukungan sosial rekan kerja denfan
stres kerja pada anggota polisi di
Polresta Surakarta, dengan nilai
korelasi (r) sebesar -0,322; p = 0,000
(p <0,01). Artinya bahwa semakin
tinggi dukungan sosial rekan kerja
maka semakin rendah stres kerja dan
sebaliknya semakin rendah dukungan
sosial rekan kerja maka semakin
tinggi stres kerja anggota polisi.
Terbuktinya hipotesis yang diajukan
sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Cohen dan Wills
(Wibowo, 2004), bahwa fungsi dari
dukungan sosial yaitu untuk mem-
bantu individu dalam menghadapi
dan menanggulangi suatu penyebab
terjadinya stres kerja. Selainitu
Collins (2007) jugamenjelaskan
bahwa dukungan sosial merupakan
salah satu strategi penting dalam
menghadapi tuntutan stres. Salah
satunya yaitu mencari dukungan
untuk alasan instrumental, yaitu
berupa mencari saran praktis,
bantuan atau informasi yang
merupakan bagian dari masalah dan
mencari dukungan untuk alasan
emosional, seperti mendapatkan
dukungan moral, simpati atau
pemahaman yang merupakan bagian
dari emosi yang fokus dalam
mengatasi stres. Oleh karena itu, hal
seperti ini menunjukkan bahwa
5
dukungan sosial rekan kerja
memang sangat penting untuk
diperhatikan oleh pihak instansi yang
bersangkutan karena dengan adanya
dukungan sosial rekan kerja tersebut
dapat membuat anggota polisi
merasakan dorongan dan perhatian
yang diberikan oleh lingkungan
tempat mereka bekerja, sehingga
dapat menekan timbulnya stres kerja.
Bila dukungan sosial dari rekan kerja
yang diterima anggota polisi tinggi
maka stres kerja yang terjadi akan
rendah, begitu juga sebaliknya jika
dukungan sosial dari rekan kerja
rendah maka stres kerjanya akan
tinggi.
Hal ini sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Manuba
(2005), yang menyatakankan bahwa
stres yang berkaitan dengan
pekerjaan, salah satunya disebabkan
oleh kurangnya dukungan sosial dari
menajemen dan rekan kerja,
sehingga dalam hal ini dukungan
sosial dalam kenyataannya meme-
gang peran penting dalam interkasi
seseorang dengan orang lain untuk
mengurangi terjadinya stres kerja
dilingkungan pekerjaan. Ganster,
Fusilier, dan Mayes (1986)
menjelaskan bahwa dukungan sosial
rekan kerja berhubungan secara
langsung dengan integrasi seseorang
pada lingkungan sosial di tempat
kerjanya. Rekan kerja yang
mendukung akan menciptakan situasi
tolong menolong, bersahabat dan
bekerja sama untuk menciptakan
lingkungan kerja yang menye-
nangkan serta menimbulkan kepu-
asan dalam bekerja. Sehingga dengan
adanya dukungan sosial rekan kerja
akan meminimalisir atau mengurangi
terjadinya stres kerja (Hadipranata,
1999).
Berdasarkan uraian diatas maka
hasilnya dapat dicocokan dengan
hasil penelitian yang dilakukan di
Polresta Surakarta. Yakni diketahui
variabel dukungan sosial rekan kerja
mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar 45,266 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 47,5 yang berarti
dukungan sosial rekan kerja pada
subjek tergolong sedang. Kondisi ini
dapat diinterpretasikan bahwa subjek
penelitian pada dasarnya memilki
sikap yang terbentuk dari aspek
dukungan sosial seperti yang
dikemukakan oleh Hause (Smet,
1994) yaitu aspek
6
emosional yang melibatkan
kekuatan jasmani dan keinginan
untuk percaya pada orang lain
sehingga individu yang bersangkutan
menjadi yakin bahwa orang lain
tersebut mampu memberikan cinta
dan kasih sayang kepadanya,
selanjutnya aspek Instrumental yang
meliputi penye-diaan sarana untuk
mempermudah atau menolong orang
lain, aspek informatif yang berupa
pemberian informasi untuk
mengatasi masalah pribadi seperti
pemberian nasihat, dan pengarahan
yang dibutuhkan oleh individu yang
bersangkutan, dan aspek penilaian
yang terdiri dari dukungan peran
sosial yang meliputi umpan balik,
perbandingan sosial dan afirmasi
atau persetujuan.
Variabel stres kerja diketahui
memiliki rerata empirik (RE) sebesar
68,225 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 70 yang berarti stres kerja
subjek tergolong sedang. Kondisi ini
dapat diinterpretasikan bahwa stres
kerja yang sedang dikrenakan subjek
mengalami suatu keadaan atau
kondisi ketegangan baik fisik
maupun psikologis, yang mempe-
ngaruhi emosi, intelektual, dan
interpersonal individu dalam
pekerjaannya (Lenny dkk, 2006).
Berdasarkan kategorisasi skala
dukungan sosial rekan kerja
diketahui bahwa terdapat 0,83% (1
orang) tergolong sangat tinggi,
3,33% (4 orang) tergolong tinggi,
40,83% (49 orang) tergolong sedang,
33,33% (40 orang) tergolong rendah
dan 21,67% (26 orang) tergolong
sangat rendah. Jumlah dan prosen-
tase terbanyak menempati kategori
sedang dukungan sosilal rekan
kerjanya.
Hal ini dapat diartikan rekan
kerja yang mendukung menciptakan
situasi tolong menolong, bersahabat
dan bekerja sama yang akan mencip-
takan lingkungan kerja yang menye-
nangkan serta menimbulkan kepu-
asan dalam bekerja (Hadipranata,
1999).
Dapat Dilihat Pada Grafik
Dibawah ini
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
21,67
33.3
40,83
3,33 0,83
7
Berdasarkan kategorisasi skala
stres kerja diketahui bahwa terdapat
0,83% (1 orang) tergolong sangat
tinggi, 15% (18 orang) tergolong
tinggi, 63,33%(76 orang) tergolong
sedang, 18,33% (22 orang) tergolong
rendah dan 2,5% (3 orang) tergolong
sangat rendah. Jumlah prosentase
terbanyak menempati kategori
sedang setres kerjanya. Subjek dalam
kategori ini dapat di artikan bahwa
stres kerja tentunya merupakan
perilaku negatif, namun sebagian
subjek ternyata mampu mengalola
atau mengatasi stres kerja tersebut
sehingga setres kerja yang dialami
berada pada kategorisasi sedang.
Dapat Dilihat Pada Grafik
Dibawah Ini
Sumbangan efektif (SE)
variabel dukungan sosial rekan kerja
terhadap stres kerja sebesar 10,3 %
ditunjukkan oleh koefisien deter-
minan (r²) sebesar 0,103. Berarti
masih terdapat 89,7 % faktor-faktor
lain yang mempengaruhi stres kerja
diluar variabel dukungan sosial rekan
kerja tersebut misalnya, gaya
kepemimpinan transformasional dan
beban kerja.
Hasil penelitian ini menun-
jukkan bahwa dukungan sosial rekan
kerja dengan segala aspek yang
terkandung didalamnya memang
memberikan kontribusi terhadap
stres kerja meskipun stres kerja tidak
hanya dipengaruhi oleh variabel
tersebut. Dalam hal ini, dukungan
sosial rekan kerja memilki kontribusi
yang positif terhadap stres kerja pada
anggota polisi di Polresta Surakarta,
sehingga semakin tinggi dukungan
sosial rekan kerja maka semakin
rendah stres kerjanya, sebaliknya
semakin rendah dukungan sosial
rekan kerja maka semakin tinggi
stres kerjanya. Sehingga hal ini
mencerminkan bahwa memilki
dukungan sosial rekan kerja menjadi
salah satu cara untuk dapat
mengatasi atau meminimalisir
terjadinya stres kerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa dukungan
sosial rekan kerja dapat digunakan
sebagai prediktor stres
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
2,50
18,33
63,33
15,00
0,83
8
kerja pada anggota polisi di
Polresta Surakarta.
Dalam sebuah penelitian ten-
tunya terdapat kelemahan, adapun
kelemahan dalam penelitian ini
instrumen untuk mengumpulkan data
yaitu skala, dimana keterbatasan dari
peneliti menjadi kurang mendalam
mengungkap variabel–variabel yang
diukur. Penelitian hanya melihat dari
1 varibel sehingga kurang kompre-
hensif. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian dengan tema
yang berkaitan dengan stres kerja,
dalam pengambilan data sebaiknya
menggunakan teknik yang lebih tepat
mengingat subjek penelitian sering
berbenturan dengan fungsi dan
tugasnya. Selain itu diharapkan
memperhatikan dan menambahkan
variabel lebih banyak dengan model-
model yang lebih memperlihatkan
realita sesungguhanya agar mampu
memperkirakan atau mendekati
kebenaran variabel apa yang
menyebankan stes keraja di Polresta
Surakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara du-
kungan sosial rekan kerja dengan
stres kerja pada anggota polisi si
Polresta Surakarta.
2. Tingkat dukungan sosial rekan
kerja pada subjek tergolong
sedang. Hal ini ditunjukkan oleh
rerata empirik sebesar 45,266
sedangkan rerata hipotetik
sebesar 47,5.
3. Tingkat stres kerja polisi di
Polresta Surakartater golong
sedang.
4. Peranan atau sumbangan efektif
(SE) variabel dukungan sosial
rekan kerja dengan stres kerja
pada anggota polisi sebesar
10,3%. Hal ini berarti masih
terdapat 89,7% variabel lain yang
dapat mempengaruhi stres kerja
diluar variabel dukungan sosial
rekan kerja.
Saran
Bagi Peneliti selanjutnya semoga
dari penelitian ini dapat bermanfaat,
masukan dan sebagai pengayaan atau
sumbangan teori bagi peneliti
selanjutnya, serta kekurangan yang
terdapat pada
9
penelitian ini dapat dijadikan
pelajaran sehingga dapat diopti-
malkan pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Gregory S;Litzenberger,
Robin;Plecas, Darryl.
2002. Psychal Evidence
Of Police Officer Stress.
Vol 25. No. 2. Hal 406-
407.
Collins, Stewart. 2007. Statutory
Social Workers: Stres,
Job Satisfaction, Coping,
Sosial Support and
Individual Differencees.
British Journal of Social
Work. 38. Pg 1173-1193.
Darmasaputra Alan, Satiningsih.
2013. Hubungan Antara
Dukungan Sosial Teman
Kerja Dengan Kinerja
Pegawai Di Kantor
Kecamatan Jombang.
Vol. 01. No. 02. Hal 1-2.
Ganster, D. R., Fusilier, M. R., &
Mayes, B. T. 1986. Role
of social support in the
experient of stress at
work. Journal of Applied
Psychology, 69 (2), 102-
110.
Hadipranata, F. A. 1999. Mikeo
bukan MBO. Buletin
Psikologi, Tahun IV, No.
1, Agustus 1996, 1-5.
Lenny, Irma dan Bahar, Abu dan
Elfida, Diana. 2006.
Hubungan antara Beban
Kerja dengan Stres Kerja
pada Perawat di Rumah
Sakit Umum Daerah
Pekanbaru. Jurnal Psikologi. Vol. 2
No. 1 . Hal 11-18.
Manuaba, A. 2005. Ergonomi Dalam
Industri. Denpasar :
Universitas Udayana.
Mundar Sunyoto Ashar. 2001.
Psikologi Industri Dan
Organisasi. Jakarta:
Universitas indonesia.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: Grasindo
Gramedia.
Waters A.Judith, William Ussery.
2007. Police Stress:
History, Contributing
Factors, Symtoms, And
Interventions. An
international journal of
police strategies and
management.Vol. 30.
No. 2. Hal 176-180.