hubungan antara body image dengan harga diri...

23
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PRIA YANG MENGIKUTI LATIHAN FITNESS/KEBUGARAN GALUH HENGGARYADI Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Perubahan fisik terjadi saat seorang individu mencapai usia remaja, dimana seorang remaja akan mengalami masa perubahan atau masa transisi dari anak-anak menjadi orang dewasa. Pada saat ini banyak perubahan yang terjadi karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja mempengaruhi penampilan fisik, seperti bertambah berat badan, tinggi badan, dan lain-lain. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja pria sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis mereka, serta akan membawa dampak sangat besar pada body imagenya. Body image sebagai bagian dari citra diri, mempunyai pengaruh terhadap bagaimana cara seseorang melihat dirinya. Selanjutnya akan membentuk juga cara seseorang menilai dirinya, dalam sikap yang dapat bersifat positif maupun negatif. Jika seseorang menilai dirinya secara positif maka ia akan menjadi seseorang yang merasa lebih berharga, sehingga akan memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Dengan demikian remaja dapat menjalani proses interaksi sosial dengan lebih mudah. Lain halnya jika seseorang menilai dirinya secara negatif, maka ia akan menjadi seseorang yang merasa kurang berharga, sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Jika ditinjau secara teori jelas terdapat hubungan antara body image dengan harga diri. Namun apakah body image merupakan salah satu faktor yang menentukan harga diri seseorang?. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan fitness/kebugaran. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pria yang mengikuti fitness selama 3 bulan sampai 1 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu dengan angket atau kuesioner. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada skala body image diketahui nilai z = 0,081 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,108 (p > 0,05). Adapun hasil uji normalitas pada skala harga diri diperoleh nilai z = 0,076 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,162 (p>0,05). Sedangkan hasil uji linearitas pada skala body image menunjukkan hasil yang linear dengan nilai F = 29,482 dan nilai signifikansi sebesar 0,00 (p<0,05). Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan signifikansi 0,00 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan finess/kebugaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara body image dengan harga diri adalah diterima. Hasil tambahan diketahui bahwa body image dan harga diri berada pada kategori tinggi. Kata Kunci : body image, harga diri, remaja pria 1

Upload: phamtruc

Post on 05-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PRIA

YANG MENGIKUTI LATIHAN FITNESS/KEBUGARAN

GALUH HENGGARYADI Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstrak

Perubahan fisik terjadi saat seorang individu mencapai usia remaja, dimana seorang

remaja akan mengalami masa perubahan atau masa transisi dari anak-anak menjadi orang dewasa. Pada saat ini banyak perubahan yang terjadi karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja mempengaruhi penampilan fisik, seperti bertambah berat badan, tinggi badan, dan lain-lain.

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja pria sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis mereka, serta akan membawa dampak sangat besar pada body imagenya. Body image sebagai bagian dari citra diri, mempunyai pengaruh terhadap bagaimana cara seseorang melihat dirinya. Selanjutnya akan membentuk juga cara seseorang menilai dirinya, dalam sikap yang dapat bersifat positif maupun negatif. Jika seseorang menilai dirinya secara positif maka ia akan menjadi seseorang yang merasa lebih berharga, sehingga akan memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Dengan demikian remaja dapat menjalani proses interaksi sosial dengan lebih mudah. Lain halnya jika seseorang menilai dirinya secara negatif, maka ia akan menjadi seseorang yang merasa kurang berharga, sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Jika ditinjau secara teori jelas terdapat hubungan antara body image dengan harga diri. Namun apakah body image merupakan salah satu faktor yang menentukan harga diri seseorang?. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan fitness/kebugaran.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pria yang mengikuti fitness selama 3 bulan sampai 1 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu dengan angket atau kuesioner. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson.

Dari hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada skala body image diketahui nilai z = 0,081 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,108 (p > 0,05). Adapun hasil uji normalitas pada skala harga diri diperoleh nilai z = 0,076 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,162 (p>0,05). Sedangkan hasil uji linearitas pada skala body image menunjukkan hasil yang linear dengan nilai F = 29,482 dan nilai signifikansi sebesar 0,00 (p<0,05).

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan signifikansi 0,00 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan finess/kebugaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara body image dengan harga diri adalah diterima. Hasil tambahan diketahui bahwa body image dan harga diri berada pada kategori tinggi.

Kata Kunci : body image, harga diri, remaja pria

1

Page 2: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Pada dasarnya manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna,

teristimewa, terbaik, dan terunik dibanding

dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Namun

terkadang kita sebagai manusia selalu

merasa tidak puas dengan apa yang sudah

diberikan Tuhan kepada kita sebagai

makhluk ciptaan-Nya. Ditambah lagi dengan

perkembangan zaman yang dapat merubah

cara berpikir seseorang dalam segala hal.

Khususnya cara berpikir remaja tentang

perkembangan fisik yang dialami, dimana

remaja akan mengindikasikan bahwa

seseorang yang memiliki tubuh bagus akan

memperoleh penghargaan yang lebih dari

lingkungan. Oleh karena itu banyak remaja

yang rela untuk merubah penampilan atau

bentuk tubuhnya (make over) agar menjadi

lebih ideal. Hal itu biasa dilakukan oleh

seorang remaja putri, sehingga perilaku

seperti itu sudah menjadi suatu hal yang

lumrah bagi remaja putri yang beranjak

dewasa. Sebaliknya bukan hanya remaja

putri saja yang berperilaku seperti itu, tetapi

remaja pria pun saat ini banyak yang berfikir

membentuk tubuhnya untuk menjadi lebih

proporsional.

Dalam penelitian ini akan di

khususkan pada masa remaja, karena

perubahan fisik yang paling terasa adalah

saat seorang individu mencapai usia remaja,

banyak perubahan yang terjadi dan ini

dikarenakan oleh beberapa faktor dan salah

satunya adalah pengaruh hormonal yang

tentu saja mempengaruhi penampilan fisik

remaja, seperti bertambahnya berat badan,

tinggi badan, dan lain sebagainya, serta

dapat juga mempengaruhi perkembangan

psikologis remaja seperti body image. Selain

itu pada masa ini dianggap sangat penting

dimana remaja berada dalam proses

peralihan dan pencarian identitas diri dan

cenderung berfikir egosentris, maka tingkah

laku yang ditampilkan biasanya berdasarkan

sudut pandang dari remaja itu sendiri tanpa

mempertimbangkan sudut pandang orang

lain (Hurlock, 1980). Oleh karena itu reaksi

emosi remaja terhadap perubahan fisik yang

terjadi sama pentingnya dengan perubahan

psikologis yang terjadi tersebut, yang akan

membawa dampak sangat besar pada body

image-nya, (Rice, 1996).

Oleh sebab itu para remaja pria

menganggap hal tersebut sebagai sesuatu

yang penting, terlebih tentang citra tubuh

atletis yang banyak mempengaruhi persepsi

dan interpretasi remaja pria terhadap

tubuhnya, dikarenakan oleh tampilan-

tampilan yang ada di media masa saat ini

seperti televisi atau pun majalah-majalah

pria lainnya seperti majalah sport yang

mengulas profil atlit basket, sepak bola,

bahkan para pegulat WWF (World

Wrestrling Federation). Sehingga

mengakibatkan timbulnya citra positif

terhadap bentuk tubuh, dan itu dikarenakan

pada masa remaja biasanya mulai sibuk

dengan penampilan fisiknya dan ingin

merubah penampilannya tersebut agar

menjadi lebih baik.

Dengan demikian remaja pria pun

memperlihatkan dengan memberikan

2

Page 3: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

perhatian yang lebih terhadap masalah kulit,

berat tubuh, tinggi badan yang ideal dan

tentu saja ingin memiliki bentuk tubuh yang

ideal seperti bentuk tubuh yang atletis, kekar

dan proporsional. Untuk merubah

penampilannya itu remaja pria rela

menghabiskan waktu berjam-jam di tempat

fitness (gym), hanya untuk merubah bentuk

tubuhnya supaya dilihat menjadi lebih

menarik, baik dari sudut pandang remaja

sendiri atau personal maupun dari sudut

pandang orang lain atau sosial. Menurut

Conger dan Petersen (dalam Caspersen,

2000), masa remaja (masa adolecence)

dianggap sebagai masa perpindahan atau

masa transisi dari kanak-kanak yang tidak

matang menuju ke masa dewasa yang lebih

matang.

Penampilan fisik seseorang

memang dianggap sebagai suatu hal yang

penting dalam kehidupan dimasa kini.

Dengan tampil menarik, remaja pria akan

merasa lebih berharga dan dapat tampil lebih

meyakinkan dalam berbagai situasi.

Keinginan memiliki penampilan yang

menarik cenderung dapat diamati dengan

menjamurnya pusat perampingan badan

(slimming center), pusat kebugaran (fitness

center), yang menjanjikan berbagai program

pembentukan tubuh, di samping berbagai

salon kecantikan untuk seluruh tubuh. Hal

ini dikarenakan minat masyarakat Indonesia,

terutama para remaja yang saat ini juga

menganggap penampilan menarik sebagai

hal yang penting (Kedley, 2001).

Banyak remaja pria yang menaruh perhatian

lebih terhadap penampilan, terutama tubuh

secara fisik dibandingkan hal-hal yang

berkaitan dengan aspek lain dari kehidupan

remaja pria itu sendiri. Jika apa yang remaja

pria inginkan tentang tubuh secara fisik yang

ideal terpenuhi maka mereka akan memiliki

body image positif tentang diri mereka

sendiri. Sebaliknya, jika body image yang

ideal dalam bayangan mereka teryata tidak

sesuai dengan kenyataan yang ada maka

yang terjadi kemudian adalah body image

yang negatif (Arkoff, 1975).

Body image ini secara umum

dibentuk dari perbandingan yang dilakukan

seseorang atas fisiknya sendiri dengan

standar kecantikan yang dikenal oleh

lingkungan sosial dan budayanya. Karena

body image adalah bagian dari citra diri,

yang punya pengaruh terhadap cara

seseorang melihat dirinya. Selanjutnya akan

menentukan juga cara seseorang menilai

dirinya, positif atau negatif. Kalau seseorang

menilai dirinya positif, maka remaja juga

yakin akan kemampuan dirinya (Sloan,

2002).

Pandangan remaja tentang

penampilan dan aspek ke tubuhannya

merupakan citra tubuhnya atau body image.

Body image seseorang merupakan evaluasi

terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun

aspek-aspek lainnya dari tubuh yang

berhubungan dengan penampilan fisik

(Thompson & Altabe, 1993). Biasanya

remaja memiliki anggapan-anggapan bahwa

seseorang yang memiliki penampilan

menarik seperti memiliki tubuh yang atletis,

kekar dan proporsional dinilai memiliki

atribut-atribut positif dalam bergaul dan

3

Page 4: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

bersosialisasi dengan teman-temannya, lebih

percaya diri dan dapat lebih mudah

membina hubungan dengan lawan jenis.

Sebaliknya remaja beranggapan

seseorang yang kurang menarik sering kali

menerima perlakuan yang tidak

menyenangkan seperti diskriminasi dalam

pergaulan dan interpersonal dengan lawan

jenis. Akibatnya remaja merasa perlu

memperbaiki atau merubah penampilannya

itu, dengan mendatangi tempat latihan

fitness (gym) dan ikut berlatih. Apalagi jika

ini terjadi pada remaja yang mengalami

pertumbuhan fisik yang kurang atau belum

sempurna (late physical maturers) seperti

kegemukan, kurus, pendek, tinggi,

ectomorph, endomorph, mesomorph. Hal ini

diperjelas oleh Honigman dan Castle (dalam

Hurlock, 1980) yang mengatakan bahwa

body image adalah gambaran mental

seseorang terhadap bentuk dan ukuran

tubuhnya; bagaimana seseorang

mempersepsi dan memberikan penilaian atas

apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap

ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana

kira-kira penilaiaan orang lain terhadap

dirinya.

Dengan begitu para remaja pria

yang memiliki kekurangan dan

keterlambatan dalam perkembangan fisik

biasanya berfikir untuk mengikuti atau

menjalani rutinitas fitness agar mereka

memiliki tubuh yang ideal sehingga lebih

percaya diri, selain mengikuti latihan demi

latihan seperti sit up, push up, angkat beban

seperti angkat barbell, dan lain-lain. Para

remaja juga diajarkan tentang berbagai

macam pola makan yang benar dengan

asupan gizi yang cukup serta mengkonsumsi

suplemen-suplemen yang dibutuhkan untuk

perkembangan tubuh ditambah lagi dengan

susu yang tinggi proteinnya dan berkalsium

tinggi.

Secara lebih lanjut, Elkind dan

Wainer (1995), menyebutkan bahwa remaja

kemudian mencoba untuk mencocokan

steriotipe tubuh mereka yang ideal sesuai

dengan jenis kelaminnya sehingga kepuasan

terhadap tubuh menjadi bergantung pada

sejauh mana mereka dapat mengusahakan

tubuh mereka mendekati ideal.

Diharapkan dengan mengikuti

latihan fitness dan menerapkan tips-tips yang

diberikan di tempat latihan fitness dengan

baik dan benar, secara perlahan tapi pasti

akan dapat merubah bentuk tubuh remaja

pria menjadi seperti yang diinginkan.

Dengan demikian pandangan tentang citra

tubuh yang negatif akan berubah menjadi

lebih positif, sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan diri seseorang dan

mempengaruhi tingkat harga diri seseorang,

terlebih terhadap remaja yang mengalami

perkembangan fisik yang kurang atau belum

sempurna (late physical maturers).

Kimmel dan Wainer (1995),

mangatakan bahwa kepercayaan diri yang

remaja pria punyai memiliki kaitan yang

cukup erat dengan perilaku yang

ditunjukkannya. Semakin menarik atau

efektif kepercayaan diri mereka terhadap

tubuh mereka maka semakin positif pula

harga diri yang mereka miliki. Karena body

image yang positif akan meningkatkan nilai

4

Page 5: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

diri (self worth) seseorang, percaya diri (self

confidance) serta mempertegas jati diri pada

orang lain maupun dirinya sendiri, dan dari

kesemuanya itu akan mempengaruhi harga

diri seseorang.

Menurut Stuart dan Sundeen

(1991), harga diri adalah penilaian pribadi

terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh prilaku

memenuhi ideal diri. Faktor-faktor yang

mempengaruhi harga diri yaitu ;

perkembangan individu, ideal diri yang tidak

realistis, gangguan fisik dan mental, sistem

keluarga yang tidak berfungsi dan

pengalaman traumatik yang berulang.

Ditinjau dari manfaat mengikuti

latihan fitness itu sendiri, selain untuk

kesehatan ternyata dapat juga merubah

gambaran diri seseorang yang mempunyai

image negatif terhadap tubuhnya, karena

dengan mengikuti latihan fitness lambat laun

dapat merubah bentuk tubuh seseorang

terlihat menjadi lebih menarik yang dapat

meningkatkan harga diri mereka. Maka

banyak remaja pria yang merasa butuh atau

perlu mengikuti treatmen-treatmen yang

diberikan atau diajarkan di tempat latihan

fitness tersebut. Terlebih kepada remaja pria

yang memiliki kekurangan dalam bentuk

tubuh dan lain-lainnya yang mengakibatkan

pria remaja menjadi kurang percaya diri,

sehingga remaja pria berfikir untuk

mengikuti berbagai latihan yang ada di

tempat fitness. Itu mereka lakukan agar bisa

merubah image tubuhnya menjadi lebih

positif sehingga harga dirinya pun ikut

meningkat. Disini peneliti ingin meneliti

apakah ada hubungan antara body image

dengan harga diri pada remaja pria yang

mengikuti latihan fitness?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

hubungan antara body image dengan harga

diri pada remaja pria yang mengikuti latihan

fitness.

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi masukan yang bermanfaat

terhadap perkembangan ilmu psikologi,

khususnya ilmu Psikologi

Perkembangan. Selain itu dapat

dijadikan acuan bagi penelitian

selanjutnya, terutama yang berkaitan

dengan body image, harga diri dan

remaja pria.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi gambaran mengenai manfaat

mengikuti latihan fitness bagi remaja

pria dan sehubungan dengan hal itu

diharapkan remaja pria yang mengikuti

latihan fitness bisa meningkatkan harga

dirinya sehingga selaras dengan

gambaran tentang dirinya terhadap

lingkungan di sekitarnya.

5

Page 6: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

TINJAUAN PUSTAKA Harga Diri

Harga diri menurut Tambunan

(2001) didefinisikan sebagai suatu hasil

penilaian individu terhadap dirinya sendiri

yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang

dapat bersifat positif maupun negatif.

Bagaimana seorang menilai tentang dirinya

akan mempengaruhi perilaku dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Coopersmith (1967) harga

diri adalah sikap evaluatif terhadap diri

sendiri, harga diri mencerminkan sikap

penerimaan atau penolakan dan

mengindikasi keyakinan individu sebagai

seorang yang mampu, signifikan, sukses,

berhasil, serta berharga. Sehingga kebutuhan

harga diri itu sendiri adalah suatu kebutuhan

individu untuk memperoleh kompetisi

panghormatan, serta penghargaan dalam

diri, prestisie, popularitas status, maupun

keturunan. Terpenuhinya kebutuhan ini akan

menghasilkan rasa dan sikap percaya diri,

rasa kuat dan mampu (Maslow, 1989).

Papalia dan Olds (2004)

menjelaskan harga diri adalah seberapa

besar individu menerima penghargaan atau

dukungan dari orang tertentu dan berarti di

dalam hidupnya yang paling penting dan

berpengaruh dalam memberikan dukungan

maupun penghargaan adalah orang tua,

teman, dan guru.

Harga diri adalah suatu dimensi

evaluatif global dari dalam diri, dan harga

diri juga diajukan sebagai suatu nilai diri

atau citra diri (Wylie, 1969 ; Yardley, 1987).

Karena harga diri itu sendiri merupakan

penilainan dan penghargaan seseorang

terhadap dirinya sendiri, dan penilaiaan

orang lain dapat mempengaruhi bagaimana

seseorang bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari. Tapi yang terutama adalah

penilaian terhadap diri sendiri (Tjahono,

2005).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

harga diri adalah penilaian individu terhadap

dirinya sendiri baik positif maupun negatif,

dan merupakan persepsi diri terhadap

penghargaan, penerimaan serta perlakuan

orang lain terhadap dirinya yang tumbuh

dari interaksi sosial, usaha pribadi yang

memberikan pengalaman tertentu pada

individu.

Komponen Harga Diri

Perasaan-perasaan yang membentuk

komponen harga diri menurut Felker (1974)

adalah sebagai berikut :

a. Perasaan Diterima (feeling of

belonging)

Perasaan individu bahwa dirinya

merupakan bagian dari suatu kelompok

dan bahwa dirinya diterima serta akan

dihargai oleh kelompoknya.

b. Perasaan Mampu (feeling of

competence)

Perasaan yang dimiliki individu pada

saat dirinya mampu mencapai suatu

hasil yang diharapkan.

c. Perasaan Berharga (feeling of worth)

Perasaan yang sering muncul dari

pernyataan yang sifatnya pribadi

seperti: pandai, baik, perasaan harga diri

menyatakan (menilai) positif seseorang

atau menghormati diri.

6

Page 7: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Karakteristik Harga Diri

Harga diri terbagi atas harga diri

yang positif dan harga diri yang negatif.

Harga diri yang positif memiliki karakreritik

yang berbeda-beda satu sama lainnya.

Berikut dijelaskan lebih lanjut mengenai

karakteristik dari harga diri positif dan

negatif (Atwater & Duffy, 2002).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Harga Diri

Menurut Frey dan Carlock (1984)

faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri

adalah faktor jenis kelamin. Berikut akan

dijelaskan lebih rinci tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi harga diri seseorang

yaitu:

a. Jenis Kelamin

Penelitian-penelitian terdahulu

menunjukan bahwa remaja putri lebih

memperhatikan penampilan fisik

dibanding remaja pria dan wanita pada

kelompok usia lainnya, sehingga lebih

mudah terkena gangguan terhadap

bentuk tubuhnya sehingga dapat

mempengaruhi harga diri seseorang

(Wonley, 1981; Notman, 1982 dalam

Frey & Carlock, 1984).

b. Kelas sosial dan Lingkungan sosial

Kelas sosial orang tua yang

ditandai dengan pekerjaan, pendidikan,

dan tingkat penghasilan orang tua turut

mempengaruhi harga diri remaja.

c. Pola Asuh

Menurut Purkey (dalam Frey &

Carlock, 1984) pengaruh orang tua

dalam pembentukkan konsep diri dan

harga diri anak sama pentingnya pada

masa remaja dengan saat kanak-kanak.

Orang tua yang memiliki harga diri

yang tinggi cenderung membesarkan

anaknya dengan harga diri yang tinggi

pula, dan begitu pula sebaliknya (Frey

& Carlock, 1984).

Tingkatan-tingkatan Harga Diri

Coopersmith (1967), membagi tingkatan

harga diri menjadi tiga yaitu : harga diri

tinggi, harga diri menengah, dan harga diri

rendah

a. Harga Diri Tinggi

Seseorang dengan harga diri tinggi,

akan memiliki ciri-ciri penuh percaya

diri, mandiri, aktif dalam kegiatan-

kegiatan fisik dan sosial, ambisius tetapi

realistis terhadap kemampuannya,

ekspresif, kreatif, dan memiliki skor

tinggi dalam intelegensi.

b. Harga Diri Menengah

Mereka menilai lebih baik dari

kebanyakan orang, akan tetapi tidak

termasuk dalam kelompok pilihan. Pada

dasarnya penilaian mereka cenderung

seperti kelompok dengan taraf harga

diri tinggi dari pada kelompok dengan

harga diri rendah.

c. Harga Diri Rendah

Individu dengan harga diri rendah,

memiliki ciri-ciri tidak percaya diri,

tidak menghargai diri sendiri, gampang

putus asa, kurang berusaha dan adanya

kecenderungan berorientasi pada

kegagalan.

7

Page 8: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Body Image

Pandangan remaja tentang

penampilan dan aspek ketubuhannya

merupakan citra tubuhnya atau body image.

Body image seseorang merupakan evaluasi

terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun

aspek-aspek lainnya dari tubuh yang

berhubungan dengan penampilan fisik

(Thompson & Altabe, 1993).

Ahli lain, Sloan (2002)

menyebutkan definisi body image sebagai

cara bagaimana individu mempersepsikan

penampilan fisiknya, sebagaimana individu

berfikir tentang persepsi orang lain tentang

dirinya.

Hal ini diperjelas menurut

ensiklopedia psikologi (Corsini, 1994) yang

mengatakan bahwa citra tubuh atau body

image adalah evaluasi dari tubuh seseorang

dan dipengaruhi oleh standar budaya

terhadap penampilannya saat itu.

Definisi lain juga diberikan oleh

Dusek (1996) yang mendefinisikan body

image sebagai cara bagaimana remaja

mengamati tubuhnya dari segi daya tarik

dalam konteks standar budaya yang ada.

Berdasarkan definisi diatas, maka

dapat di tarik kesimpulan bahwa body image

adalah suatu bentuk evaluasi terhadap

bentuk tubuhnya dengan memperhatikan

standar budaya yang ada.

Komponen Body Image

Thompson dan Altabe (1990)

mengatakan bahwa body image memiliki

keterkaitan dengan tiga komponen lainnya,

yaitu:

a. Komponen Persepsi

Komponen ini memperlihatkan sejauh

mana ketepatan individu dalam

memperkirakan keseluruhan tubuhnya.

b. Komponen Sikap

Komponen sikap ini berhubungan

dengan kepuasan individu terhadap

tubuhnya, perhatian individu terhadap

tubuhnya, kognisinya, evaluasi serta

kecemasan individu terhadap

penampilan tubuhnya.

c. Komponen Tingkah Laku

Komponen tingkah laku ini menitik

beratkan pada penghindaran individu

dari situasi yang menyebabkan individu

mengalami ketidak nyamannan yang

berhubungan dengan penampilan

fisiknya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa

dari ketiga komponen yang dimiliki body

image adalah komponen persepsi atau sejauh

mana ketepatan individu dalam

memperkirakan keseluruhan tubuhnya,

kemudian komponen sikap yaitu perhatian

serta kecemasan individu terhadap

penampilan tubuhnya, serta komponen

tingkah laku yaitu cara individu menghindari

situasi yang tidak nyaman yang timbul

karena penampilan fisiknya.

Dimensi Body Image

Rice (1996) menyebutkan empat

dimensi body image, yaitu :

a. Daya Tarik Fisik (physical

attractiveness)

Daya tarik fisik ini memiliki

pengaruh pada perkembangan

8

Page 9: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

kepribadian hubungan sosial dan

perilaku sosial. Remaja yang atraktif

memiliki karakteristik positif seperti

hangat, bersahabat, berhasil dan pandai.

Hasil penelitian mengatakan bahwa

remaja yang atraktif memperlihatkan

harga diri yang tinggi dan atribut

kepribadian yang sehat. Mereka

memiliki penilaian sosial yang lebih

baik dan mempunyai keterampilan

interpersonal yang bervariasi (Rice,

1996).

Cross dan Cross (dalam Hurlock,

1980) menerangkan bahwa kecantikan

dan daya tarik fisik sangat penting bagi

umat manusia. Dukungan sosial,

popularitas, pemilihan teman hidup dan

karir dipengaruhi oleh daya tarik

seseorang.

b. Bentuk Tubuh (body image)

Sheldon (dalam Suryabrata, 2002)

menyebutkan tiga bentuk tubuh atau

jasmani manusia yang dapat

diidentifikasikan antara lain adalah (1)

ectomorph, yaitu bentuk tubuh

cenderung tinggi atau jangkung, dada

kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir

tidak nampak berkembang, kemudian

(2) endomorph, yaitu bentuk tubuh

kebalikan dari ectomorph yang

cenderung pendek, gemuk, nampak luar

lembut, sedangkan (3) mesomorph,

yaitu gabungan antara kedua tipe diatas

dengan ciri-ciri antara lain kekar, kuat,

kokoh, dan lain-lain.

c. Berat Badan (body weigth)

Body image pada remaja memiliki

hubungan yang dekat dengan keadaan

berat tubuh. Beberapa remaja sangat

khawatir jika memiliki berat badan yang

yang berlebih atau yang dikenal dengan

obesitas.

Kemudian, salah satu cara yang

dilakukan remaja pria sebagai jalan

keluar untuk membentuk tubuh adalah

dengan melakukan latihan (exercise).

Kegiatan ini merupakan usaha dalam

membentuk badan yang ideal.

d. Norma Perkembangan Fisik Remaja

Elkind dan Wainer (1978)

menyebutkan bahwa remaja kemudian

mencoba untuk mencocokan stereotipe

tubuh yang ideal sesuai dengan sesuai

dengan jenis kelaminnya sehingga

kepuasan terhadap tubuh menjadi

bergantung pada sejauhmana remaja

dapat mengusahakan tubuhnya

mendekati ideal.

Ditambahkan oleh Corsini (1994)

terdapat sepuluh aspek kepuasan citra

tubuh atau body image yang mencakup

elemen kognitif, afektif dan tingkah

laku. Dimana elemen kognitif adalah

yang berhubungan dengan komponen

persepsi, sedang elemen afeksi adalah

yang berhubungan dengan perasaan dan

emosi sehingga siap, dan elemen

motorik berhubungan dengan

komponen tingkah laku yang terwujud

sesuai dengan sikap yang telah

terbentuk.

9

Page 10: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Remaja (adolescence)

Masa remaja adalah masa peralihan

dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya

dalam artian perkembangan fisik tetapi juga

psikologis. Oleh karenanya perubahan-

perubahan fisik yang terjadi itulah yang

merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-

perubahan psikologis muncul antara lain

sebagai akibat dari perubahan-perubahan

fisik (Sarwono, 2003).

Definisi lain juga dikemukakan

oleh Muangman (dalam Sarwono, 2003),

bahwa remaja adalah suatu masa dimana :

a. Individu berkembang dari saat pertama

kali remaja menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat remaja

mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari kerergantungan

sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri.

Istilah adolescence atau remaja,

seperti yang dipergunakan saat ini,

mempunyai arti yang lebih luas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial dan

fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh

Piaget (dalam Hurlock, 1980) dengan

mengatakan secara psikologis, masa remaja

adalah masa usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa bahwa

tingkat orang yang lebih tua melainkan

berada pada tingkat yang sama atau sejajar,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Dalam pandangan psikologis,

seseorang dikatakan mulai menginjak masa

dewasa bila ia telah mencapai suatu titik

dimana individu tersebut sudah tidak lagi

menjalani kehidupan seperti masa kanak-

kanak. Ditambahkan pula oleh Santrock

(1998) bahwa remaja merupakan suatu

periode yang unik dan merupakan masa

transisi dari masa anak-anak ke masa

dewasa, yang meliputi adanya perubahan

fisik, kognitif dan sosial emosional.

Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa peralihan

dari masa anak-anak menuju masa dewasa

yang lebih matang yang meliputi adanya

perubahan fisik, kognitif dan sosial

emosional, serta banyak sekali perubahan

yang harus dihadapi dan bersinggungan

secara langsung dengan sisi psikologis

kehidupan.

Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (1980) remaja

mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

: disebut sebagai periode penting dalam

kehidupan karena pada masa ini terjadi

perubahan-perubahan fisik dan psikis

yang akan sangat mempengaruhi jiwa dan

karakter dari remaja tersebut. Perubahan

dan perkembangan ini menimbulkan

perlunya penyesuaian mental dan

membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan :

terjadinya peralihan pola psikologis dan

karkter dari seorang anak-anak tetapi

belum sampai pada tahapan dewasa, maka

10

Page 11: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

dalam tahap ini sering menjadi

kebinggunggan dari sang remaja akibat

pencarian dan pematangan jati dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan :

terjadinya masa perubahan yang

bersamaan baik fisik, psikis, dan perilaku.

Perubahan tersebut mempunyai hubungan

yang sangat erat, apabila fisiknya

berkembang dengan baik dan pesat, maka

perilaku dan pikirannya pun mengalami

peningkatan begitu juga sebaliknya.

d. Masa remaja sebagai pencari masa

identitas : remaja adalah manusia biasa

yang merupakan makhluk sosial maka

mereka akan berusaha untuk mencari

identitas dirinya apakah dalam kelompok,

lingkungan atau mengidolakan seseorang.

e. Masa remaja adalah usia yang

menimbulkan ketakutan : terjadinya

banyak perubahan terutama dalam bentuk

fisik yang mengakibatkan remaja

memaksa untuk dianggap dewasa.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak

realistik : pada masa remaja mereka

memandang, melihat dan memutuskan

segala sesuatu berdasarkan “kacamata”

mereka saja. Mereka sangat sulit

menerima informasi dari orang lain

kecuali dari kelompoknya.

g.Masa remaja sebagai ambang masa

dewasa: dengan semakin mendekatnya

usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meningkatkan

“image” sehingga mereka akan berusaha

menempatkan dirinya sebagai orang

dewasa maka mereka akan mengikuti

perilaku keseharian orang dewasa.

Batasan Usia Remaja

Pada tahun 1974, WHO (dalam

Sarwono, 2003) memberikan definisi

tentang remaja yang lebih bersifat

konseptual dan batasan usia menurut WHO

adalah 10-20 tahun. Dalam definisi tersebut

dikemukakan juga kriteria yaitu biologis,

psikologis dan sosial ekonomi, sehingga

secara lengkap definisi tersebut berbunyi

sebagai berikut:

Remaja adalah suatu masa dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama

kali ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan

psikologik dan pola identity fiksasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan

sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mudah

Muangman (dalam Sarwono, 2003).

Mendefinisikan remaja untuk

masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan

menetapkan remaja secara umum.

Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri

dari berbagai macam suku, adat, dan

tingkatan sosial-ekonomi maupun

pendidikan. Walaupun demikian, sebagai

pedoman umum untuk kita dapat

menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan

sebelum menikah untuk remaja Indonesia

dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai

berikut (Sarwono, 2003):

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada

umumnya tanda-tanda seksual sekunder

mulai muncul (kriteria fisik).

b. Dibanyak masyarakat indonesia, usia 11

tahun sudah dianggap akil balik, baik

11

Page 12: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

menurut adat maupun agama, sehingga

masyarakat tidak lagi memerlukan

mereka sebagai anak-anak (kriteria

sosial).

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-

tanda penyempurnaan perkembangan

jiwa seperti tercapainya identitas diri

(ego identity, menurut Erickson),

tercapainya puncak perkembangan

kognitif (Piaget) maupun moral (kriteria

psikologik) (kohlberg).

d. Batasan usia 24 tahun merupakan

batasan maksimal, yaitu untuk memberi

peluang bagi mereka yang sampai

batasan usia tersebut masih

menggantungkan diri pada orang tua,

belum memberikan pendapat sendiri,

sehingga mereka masih digolongkan

sebagai remaja.

e. Dalam definisi diatas, status perkawinan

sangat menentukan, karena seseorang

yang sudah menikah, pada usia

berapapun dianggap dan diperlakukan

sebagai orang dewasa penuh.

Menurut Monks dkk, (1998) dalam

masa remaja terdapat pembagian usia yaitu:

untuk remaja awal antara usia 12 sampai 15

tahun, remaja madya/tengah antara usia 15

sampai 18 tahun dan untuk remaja akhir

antara usia 18 sampai 21 tahun.

Sedangkan menurut Bagiot, dkk

(dalam Mappiare, 1982) masa usia remaja

berkisar antara 15-21 tahun. Sedang menurut

Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyebutkan

bahwa batasan usia remaja berkisar antara

12- 22 tahun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang mencapai usia remaja adalah

jika seseorang sudah mencapai usia 11-24

tahun.

Perkembangan Body Image pada Remaja

Pria

Remaja pria menjadi sangat peduli

dengan perubahan fisik yang terjadi pada

dirinya, karena masalah yang penting bagi

remaja adalah masalah penampilan fisik dan

kemenarikan fisik. Sehingga seorang remaja

sangat memperhatikan hal-hal yang

berhubungan dengan body image seperti

bentuk tubuh, berat badan, dan tinggi badan

yang dimiliki, dihubungkan dengan konsep

tentang tubuh ideal yang ada dimasyarakat.

Proses pembentukan body image

remaja ke dalam diri (self) adalah bagian

dari tugas perkembangan yang sangat

penting. Biasanya remaja pria memiliki fisik

yang menarik akan mempunyai penilaian

diri yang yang lebih positif, menjadi lebih

popular dan mendapat penerimaan

kelompok yang lebih besar dibanding remaja

yang mengalami perkembangan fisik yang

terlambat biasanya remaja akan mendapat

perlakuan yang kurang menyenagkan seperti

ditolak dari kelompok atau diskriminasi dan

mempengaruhi tingkat harga diri (self

esteem) seorang remaja. Hal ini tentu saja

akan berpengaruh pada perkembangan

kepribadian dan tingkah laku serta

kehidupan sosial remaja selanjutnya,

Worsley (dalam Frey & carlock, 1984).

12

Page 13: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Perkembangan Harga Diri Remaja

Orang yang memiliki harga diri

yang tinggi biasanya menilai dirinya

berharga, dan memandang diri mereka

sejajar (equal) dengan orang lain.

Sedangkan orang yang memiliki harga diri

yang rendah, seorang remaja akan

mengalami penolakan diri (self-rejection),

ketidakpuasan (self-dissatisfacation),

sehingga seorang remaja merasa tidak

berharga. Tinggi rendahnya self-seteem

dipengaruhi oleh lingkungan, bila dianggap

favorable atau sesuai, maka Harga diri akan

meningkat, begitu juga sebaliknya Frey dan

Carlock (1984).

Rosenberg (dalam Frey dan

Carlock, 1984) mengemukakan tiga alasan

utama pentingnya perkembangan harga diri

pada remaja, yaitu:

a. Masa remaja adalah masa terjadinya

pengambilan keputusan yang penting

dalam hidup, seperti keputusan tentang

karir, pasangan hidup, perkawinan dan

pembentukan keluarga.

b. Masa remaja adalah masa status yang

ambisius sifatnya karena sering

diperlakukan sebagai seorang anak-

anak, kadang dituntut sebagai orang

dewasa.

c. Masa remaja adalah masa yang penuh

dengan perubahan yang cepat sifatnya,

yaitu perubahan fisik, seperti tinggi

badan, berat badan dan tanda-tanda

perubahan karakteristik seksual.

Apa yang dirasakan oleh seorang

remaja akan sangat berhubungan dengan

perasaan dan penilaian terhadap dirinya.

Demikian pula dengan perasaan dan

penilaian terhadap tubuhnya yang erat

dengan bagaimana seorang remaja akan

menilai dan mempunyai perasaan terhadap

dirinya.

Fitness

Fitness adalah olahraga yang

ditujukan untuk membentuk sebagian otot

tubuh agar terlihat besar dan proporsional

juga menarik (for Healthy magazine ed

agustus, 2004). Selain itu fitness adalah

suatu bentuk olahraga yang memakai

berbagai macam alat-alat. Alat-alat tersebut

dapat membentuk tubuh sesuai dengan yang

diinginkan (Kedley, 2002).

Fitness tidak bisa dilakukan hanya

1 kali atau 2 kali melainkan berulang-ulang

agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Berulang-ulang yang dimaksud adalah

dengan beberapa kali latihan dilakukan

dalam frekuensi yang rutin atau dapat

disebut juga dengan intensifitas. Untuk

dapat mengetahui apa dampak dari

intensifitas fitness terhadap citra tubuh maka

harus dilakukan sebanyak mungkin agar

mendapat hasil yang maksimal.

Fitness adalah suatu bentuk latihan

untuk memperindah bentuk tubuh yakni

mencakup pada pembentukan otot-otot dan

juga bagian tubuh lainnya agar mendapat

hasil yang maksimal (Fortescue, 2003).

Fitness bisa dikatakan sebagai

bagian dari olahraga binaraga, karena dapat

membentuk otot-otot tubuh sesuai dengan

yang diinginkan. Selain itu membentuk otot

tubuh, fitness juga dapat membantu

13

Page 14: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

kesehatan tubuh (Men’s Health Magazine,

2000). Berdasarkan pengertian di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa fitness adalah

olahraga yang memakai berbagai macam

alat bantu untuk membentuk tubuh

khususnya otot-otot dan juga pada bagian

tubuh lainnya, selain itu juga membantu

dalam menjaga kesehatan tubuh.

Penjelasan Teoritis Terhadap Fitness

Berbagai penelitian telah dilakukan

guna mengidentifikasikan faktor psikologi

sosial yang dianggap dapat memprediksi

munculnya perilaku untuk mengikuti

olahraga fitness. Beberapa model penelitian

yang paling popular adalah Teory of

Reasoned Action dan Plened Behavior.

a. Theory of Reasoned Action (TRA)

Dalam teori ini perilaku berolahraga

diindikasikan dengan intensi untuk

melakukan perilaku tertentu yang

diprediksikan oleh sikap subjek

terhadap olahraga fitness dan

persepsinya terhadap norma sosial yang

berlaku di masyarakat (Fishbein &

Ajzen, dalam Marks, 2000).

b. Theory of Planed Behavior (TPB)

Memiliki tiga komponen utama yaitu

sikap terhadap tingkah laku, norma

subjektif, dan kontrol terhadap tingkah

laku (Perceive Behavioural Control).

1) Sikap terhadap tingkah laku

Merupakan faktor derajat

evaluasi individu baik positif

maupun negatif terhadap satu

tingkah laku yang spesifik. Sikap

untuk itu ditentukan oleh behavior

beliefs dan evaluasi dari hasil

tingkah laku. Jadi jika seseorang

percaya bahwa akan ada hasil yang

positif saat melakukan suatu

tingkah laku tertentu maka seorang

remaja akan mempunyai sikap yang

positif terhadap tingkah laku

tersebut. Dengan memiliki

anggapan bahwa olahraga

mempunyai manfaat yang positif

bagi kesehatan dan penampilan

seseorang untuk itulah seorang

remaja bersikap positif terhadap

tingkah laku olahraga.

2) Norma subjektif

Merupakan perangkat

sosial dimana faktor ini ditentukan

oleh norma subjektif dari individu

bila seseorang yang sangat penting

dan sangat berpengaruh bagi

dirinya menyetujui atau tidak

menyetujui suatu tingkah laku serta

motivasi individu yang

bersangkutan untuk menurutinya.

3) Kontrol terhadap perilaku

Kontrol terhadap perilaku

meliputi pemikiran bahwa ada

beberapa tingkah laku yang lebih

dapat dikendalikan.

14

Page 15: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Hubungan antara Body Image dengan

Harga Diri pada Remaja Pria yang

Mengikuti Latihan Fitness / Kebugaran

Masa remaja adalah masa peralihan

dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya

dalam artian perkembangan fisik tetapi juga

psikologis. Oleh karenanya perubahan-

perubahan fisik yang terjadi itulah yang

merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-

perubahan psikologis seperti harga diri

muncul antara lain sebagai akibat dari

perubahan-perubahan fisik (Sarwono, 2003).

Salah satu dari dimensi body image

adalah daya tarik fisik yang merupakan

salah satu unsur pembantu yang penting

dalam daya tarik pribadi. Penampilan fisik

yang menarik akan mengundang efek positif

sebagai respon dari lingkungan, sehingga

menimbulkan kesan positif pula dari

individu yang bersangkutan (Baron &

Byrne, 1994). Maka dari pada itu daya tarik

fisik sangat penting bagi umat manusia,

seperti dalam mendapat dukungan sosial,

popularitas, pemilihan teman hidup, dan

karir. Semua dapat dipengaruhi oleh daya

tarik seseorang. Dengan memiliki bentuk

fisik yang baik maka akan timbul kepuasan

dalam diri remaja terhadap keadaan

tubuhnya (Cross & Cross dalam Hurlock,

1980). Sebagai akibatnya remaja akan

percaya diri dan memiliki harga diri yang

baik. Melalui kepercayaan diri inilah,

individu yakin dalam menjalankan proses

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Sehingga remaja dalam masanya,

banyak sekali mengalami perubahan yang

harus dihadapi dan bersinggungan secara

langsung dengan sisi psikologis kehidupan.

Ditambahkan pula oleh Santrock (1990)

bahwa remaja merupakan suatu periode

yang unik dan merupakan masa transisi dari

masa anak-anak ke masa dewasa, yang

meliputi adanya perubahan fisik, kognitif

dan sosial emosional.

Oleh karenanya remaja yang

memiliki harga diri atau self-esteem yang

tinggi biasanya menilai dirinya berharga,

dan memandang diri mereka sejajar (equal)

dengan orang lain. Sedangkan orang yang

memiliki harga diri yang rendah, seorang

remaja akan mengalami penolakan diri (self-

rejection), ketidakpuasan (self-

dissatisfacation), sehingga seorang remaja

merasa tidak berharga. Tinggi rendahnya

harga diri dipengaruhi oleh lingkungan, bila

dianggap favorable atau sesuai, maka self-

esteem akan meningkat, begitu juga

sebaliknya (Frey & Carlock, 1987).

Karena harga diri itu sendiri adalah

penilaian individu terhadap dirinya sendiri

baik positif maupun negatif, dan merupakan

persepsi diri terhadap penghargaan,

penerimaan serta perlakuan orang lain

terhadap dirinya dan harga diri itu sendiri

tumbuh dari interaksi sosial, usaha pribadi

yang memberikan pengalaman tertentu pada

individu.

Sehingga ada kalanya kematangan

fisik itu dicapai oleh remaja pria dalam

waktu yang terlalu cepat (early maturers)

dan ada kalanya terlalu lamban bagi remaja

pria yang lain (late maturers). Menurut

Atkinson (dalam Rahardjo, 2002)

15

Page 16: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

menyatakan bahwa kematangan fisik yang

terlalu cepat atau pun yang terlalu lamban

membawa beberapa efek psikologis penting

yang berbeda, yang salah satunya adalah

body image. Kematangan fisik yang terlalu

cepat bagi remaja pria membawa dampak

bagi perkembangan body image yang

cenderung bersifat positif. Sedangkan

kematangan fisik yang terlalu lamban bagi

remaja pria menyebabkan mereka cenderung

memiliki body image yang negatif.

Dengan kematangan fisik yang

terlalu cepat remaja pria berkembang

menjadi individu yang santai, lebih atraktif

dalam hubungan dengan teman sebaya,

lawan jenis dan orang-orang yang lebih

dewasa, dan merasa lebih populer

dikalangan teman-teman sebayanya. Di sisi

lain, harga diri meningkat sehingga mereka

menjadi lebih percaya diri, memiliki

ketergantungan yang relatif kecil dan suka

menjadi pemimpin (Kimmel & Wainer,

1995). Dengan perkembangan fisik yang

cepat dan menciptakan bentuk tubuh yang

bagus dimata masyarakat menyebabkan

remaja pria yang matang lebih cepat

diterima secara lebih baik oleh teman-teman

sebayanya dan orang dewasa lainnya.

Sehingga menciptakan body image yang

positif pada diri mereka (Conger, 1991), dan

begitu pula sebaliknya.

Karena Body image adalah sikap

seseorang terhadap tubuhnya secara sadar

dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi

dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

penampilan dan potensi tubuh saat ini dan

masa lalu secara berkesinambungan yang

dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap

individu (Stuart & Sundeen, 1991). Dimana

cara individu memandang dirinya

mempunyai dampak yang penting pada

aspek psikologinya. Pandangan yang

realistis terhadap dirinya, dan menerima

bagian tubuhnya akan lebih merasa aman,

sehingga terhindar dari rasa cemas dan

justru meningkatkan harga diri begitu pula

sebaliknya (Keliat, 1992). Harga diri adalah

penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart & Sundeen,

1991).

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas,

maka dapat ditarik hipotesis, yaitu ada

hubungan antara body image dengan harga

diri pada remaja pria yang mengikuti latihan

fitness atau kebugaran. Semakin positif body

image remaja pria yang mengikuti latihan

fitness atau kebugaran maka semakin tinggi

harga dirinya, dan semakin negatif body

image image remaja pria yang mengikuti

latihan fitness atau kebugaran maka semakin

rendah harga dirinya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini memnggunakan

pendekatan kuantutatif yang bersifat

hubungan, yaitu menghubungkan antara

variable satu dengan yang lain.

Subjek penelitian ini adalah remaja

pria, berusia 13 s/d 24 tahun, dan yang telah

mengikuti latihan fitness selama sekitar 3

bulan sampai 1 tahun keatas, karena pada

16

Page 17: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

masa itu sudah dapat terlihat perubahan-

perubahan fisik yang cukup signifikan.

Untuk teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini ditentukan dengan cara

Purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri

tertentu yang berhubungan erat dengan

tujuan penelitian (Hadi, 1996). Jumlah

subjek dalam penelitian ini adalah 100

subjek.

Uji validitas dalam penelitian ini

adalah validitas konstrak (Costruct) dengan

menggunakan teknik Analisis product

moment (Anastasi, 2003). sedangkan Uji

reliabilitas dalam penelitian ini adalah

Internal Consistensi dengan menggunkan

Teknik Alpha Cronbach (Azwar, 1996). Pengujian hipotesis pada penelitian

ini menggunakan teknik korelasi product

moment dari Pearson, yaitu dengan cara

menganalisis hubungan antara body image

sebagai prediktor dengan harga diri sebagai

kriterium

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode try-out terpakai.

Menurut Azwar (1996) koefisien

validitas dapat dianggap memuaskan apabila

melebihi rxy = 0,30. dari hasil uji coba pada

Skala Body Image diperoleh hasil bahwa

dari 50 item yang diuji cobakan terdapat 16

item yang dinyatakan gugur. Aitem yang

valid 34 item dengan koefisien validitas

bergerak antara 0,309 sampai 0,605.

Sedangkan hasil uji reliabilitas sebesar

0,884. Ini berarti hasil uji reliabilitas

dikatakan reliabel, dimana dikatakan reliabel

apabila hasilnya > 0,7 (Azwar, 1996).

Pada Skala Harga Diri diperoleh

hasil bahwa dari 50 item yang diuji cobakan

terdapat 4 item yang dinyatakan gugur. Item

yang valid berjumlah 46 item dengan

koefisien validitas bergerak antara 0,324

sampai 0,706. Sedangkan hasil uji

reliabilitas sebesar 0,940. Ini berarti hasil uji

reliabilitas dikatakan reliabel, dimana

dikatakan reliabel apabila hasilnya > 0,7

(Azwar, 1996).

Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis,

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk

melihat normalitas sebaran skor serta uji

linearitas. Uji asumsi dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS for

windows versi 12.00.

a. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas

menggunakan Kolmogorov-Smirnov

pada skala body image diketahui nilai z

= 0,081 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,108 (p > 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa distribusi skor

body image pada subjek penelitian

adalah normal.

Adapun hasil uji normalitas pada

skala harga diri diperoleh nilai z = 0,076

dengan tingkat signifikansi sebesar

0,162 (p>0,05). Hal ini menunjukkan

17

Page 18: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

bahwa distribusi harga diri pada subjek

penelitian adalah normal.

b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas pada skala body

image menunjukkan hasil yang linear

dengan nilai F = 29,482 dan nilai

signifikansi sebesar 0,00 (p<0,05).

Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang

linear antara body image dengan harga

diri.

Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi, baik

uji normalitas maupun uji linearitas dapat

diketahui bahwa data berdistribusi normal

dan linear. Oleh karena itu, untuk

selanjutnya data penelitian dianalisis dengan

menggunakan perhitungan statistik

parametrik, yaitu dengan teknik korelasi

product moment.

Dari hasil analisis data yang

dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,00 (p<0,01).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis

penelitian ini diterima, artinya ada hubungan

yang sangat signifikan antara body image

dengan harga diri pada remaja pria yang

mengikuti latihan fitness. Dimana semakin

positif body image remaja pria yang

mengikuti latihan fitness / kebugaran maka

semakin tinggi harga dirinya, begitu pula

sebaliknya.

PEMBAHASAN

Penelitian ini berusaha untuk

menguji apakah ada hubungan antara body

image dengan harga diri pada remaja pria

yang mengikuti latihan fitness. Berdasarkan

penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis

diterima, artinya terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara body image dengan

harga diri pada remaja pria yang mengikuti

latihan fitness. Semakin positif body image

remaja pria yang mengikuti latihan fitness /

kebugaran maka semakin tinggi harga

dirinya, begitu pula sebaliknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Atkinson (dalam

Rahardjo, 2002) yang menyatakan bahwa

kematangan fisik yang terlalu cepat atau pun

yang terlalu lamban membawa beberapa

efek psikologis penting yang berbeda, yang

salah satunya adalah body image.

Kematangan fisik yang terlalu cepat bagi

remaja pria membawa dampak bagi

perkembangan body image yang cenderung

bersifat positif. Sedangkan kematangan fisik

yang terlalu lamban bagi remaja pria

menyebabkan mereka cenderung memiliki

body image yang negatif.

Dengan kematangan fisik yang

terlalu cepat remaja pria berkembang

menjadi individu yang santai, lebih atraktif

dalam hubungan dengan teman sebaya,

lawan jenis dan orang-orang yang lebih

dewasa, dan merasa lebih populer

dikalangan teman-teman sebayanya. Dengan

demikian, harga diri remaja makin

meningkat sehingga mereka menjadi lebih

percaya diri, memiliki ketergantungan yang

18

Page 19: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

relatif kecil dan suka menjadi pemimpin

(Kimmel & Wainer, 1995).

Dengan perkembangan fisik yang

cepat dan menciptakan bentuk tubuh yang

bagus dimata masyarakat menyebabkan

remaja pria yang matang lebih cepat

diterima secara lebih baik oleh teman-teman

sebayanya dan orang dewasa lainnya.

Sehingga menciptakan body image yang

positif pada diri mereka (Conger, 1977).

Sebaliknya, bagi remaja pria yang

terlambat matang akan mengalami perasaan

inadekuasi, dan merasa ditolak, didominasi,

menjadi lebih tergantung, agresif, tidak

aman dan pemberontak (Papalia & Olds,

1995). Tekanan yang dialami oleh remaja

pria yang terlambat mengalami kematangan

fisik semakin berat dengan adanya dapat dari

pengaruh media massa, khususnya televisi.

Televisi menciptakan suatu standard semua

akan bentuk tubuh ideal. Remaja yang

kurang dapat membedakan antara fantasi

dan kenyataan menjadi ingin memiliki

bentuk tubuh ideal yang berbeda dengan

bentuk tubuh sendiri (Sears & Sears, 2000).

Sehingga semakin dekat tingkat kesesuaian

bentuk tubuh yang dimiliki dengan bentuk

tubuh ideal (body ideal) maka akan semakin

siap individu menerima body image-nya

(Atwater, 1983).

Menurut Cross dan Cross (dalam

Hurlock, 1980) dengan memiliki bentuk

fisik yang baik maka akan timbul kepuasan

dalam diri remaja terhadap keadaan

tubuhnya. Sebagai akibatnya remaja akan

percaya diri dan memiliki harga diri yang

baik. Melalui kepercayaan diri inilah,

individu yakin dalam menjalankan proses

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Karena remaja dalam masanya, banyak

sekali mengalami perubahan yang harus

dihadapi dan bersinggungan secara langsung

dengan sisi psikologis kehidupan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesis dalam penelitian ini

diterima. Hal ini berarti ada hubungan yang

sangat signifikan antara body image dengan

harga diri pada remaja pria yang mengikuti

latihan fitness, dimana semakin positif body

image remaja pria yang mengikuti latihan

fitness atau kebugaran maka semakin tinggi

harga dirinya, begitu pula sebaliknya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, peneliti mempunyai beberapa

saran yang dapat diberikan, diantaranya :

1. Bagi subjek yang telah memiliki harga

diri yang tinggi diharapkan dapat

mempertahankannya dan juga dapat

menempatkan diri dengan sebaik-

baiknya dalam lingkungan. Lain halnya

dengan subjek yang memiliki harga diri

yang rendah diharapkan agar dapat

memperbaiki sikap dan perilaku yang

sewajarnya dari pada terjebak dalam

obsesi untuk memiliki bentuk tubuh

19

Page 20: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

yang atletis dengan tujuan-tujuan

tertentu atau setidaknya untuk memiliki

tubuh yang sehat mungkin lebih baik

atau lebih penting dibanding untuk

berfikir hal seperti itu. Karena

sebenarnya masih banyak hal-hal lain

yang lebih baik, menarik, dan lebih

bermakna dari pada memiliki tubuh

yang kekar, besar, dan atletis.

2. Sehubungan dengan penelitian ini,

penulis menyarankan untuk peneliti

selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor

lain yang mempengaruhi harga diri

seperti jenis kelamin, kelas sosial,

pembagian usia serta

pengkategoriannya.

20

Page 21: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes

psikologi: Jilid 1. Alih bahasa: Drs. R. Haryono S. Imam, MA. Asia:Simon & Schuster Pte.Ltd.

Arkoff. (1975). The “body beautiful”: English adolescent’s image of ideal bodies (1). http://WWW.nisso.n1/naw201012.htm.

Arkoff, A. (1975). Psychology and personal

growth. Boston : Allyn & Bacon.

Atwater, E., & Duffy K.G. (2000). Psychology for living : Adjustment, growth and behavior today (7rd ed). New Jersey : Prentice Hall.

Atwater, E. (1983).Psychology of adjustment (2rd ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Azwar, S. (2003). Tes prestasi (Fungsi & pengembangan pengukuran prestasi belajar – edisi II). Yogyakarta: Pustaka belajar.

Azwar, S. (2004). Dasar-dasar psikometri.

Yogyakarta: Pustaka belajar.

Baron, R.A., & Byrne, D. (1994). Social Psychology: Understanding human interaction (7rd ed). Massachussets: Allyn & Bacon.

Benokraitis, N.J. (1996). Adolescence and youth: Psychological development in a changing world (2rd ed). New York : Harper-Row, Publishers.

Burns, R.B. (1993). Konsep diri : Pengukuran, pengembangan, dan perilaku. Jakarta : Arcan.

Caspersen, Powell, & Christention. (2000). Sport for body image. Mc Graw-Hill Publishing Company.

Coopersmith, S. (1967). The Antencedents of self esteem. San Fransisco:W.H.Freeman and Company.

Conger, JJ. (1991). Adolescence and youth : Psychological development in a changing world (4rd ed). Washington, DC : Harper-Row Publishers.

Corsini, R. (1994). Encyclopedia of

psychology (2rd ed). New York: McGraw-Hill.

Dacey, J., & Kenny, M. (1997). Adolescence development (2rd ed). Durbuque, IA: Brown & Benchmark Publisher.

Dusek, J.B.(1996). Adolescence & development behavior (2rd ed). New Jersey: Prentice Hall.

Elkind, D., & Weiner, I.B. (1978). Development of the child. USA: John Wiley & Sons.Inc.

Fery, D.E., & Carlock, C.J. (1987). Enhancing self-esteem. (3rd ed). Ohio Indiana: Accelarate Development Inc.

Felker, D.W. (1974). Helping childern to like themselves. Minnearpolish: Bugess Publishing Company.

Fisbein,M & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior. New York: USA.

Fortescue,A. (2003). Dalam FHM (edisi

Agustus).

21

Page 22: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

Frey,D., & Carlock,C.J. (1984). Enchacing self-esteem. Indiana: Accelerated Developmental Inc.

Fuhrman,B.S.(1990). Adolescence. USA: Scott,foreman/Little, Brown Higher Education.

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, S.D. (1997). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta: BPK Gunung mulia.

Hadi, S. (1996). Statistik 2 (Edisi ke-16). Yogyakarta: Universitas gajah mada.

Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (5rd ed) . Alih bahasa: Tjandrasa & Zarkasih. Jakarta: Penerbit erlangga.

Kedley. (2002). Fitness.

http://WWW.Yahoosports.com

Kimmel, D.C., & Wainer, I.B. (1995). Adolescence: A developmental transition (2rd ed). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja.

Surabaya_Indonesia: Usaha

nasional.

Marks. (2000). Theory of reasoned action.

http://WWW.Yahoosports.com.

Monks, F.J., Knoer, A.M.P., & Hadianto, S.R. (2001). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah mada university press.

Nazir, M. (2003). Metode penelitian.

Jakarta: Ghalia indonesia.

Papalia, D.E., & Olds, S.W. (1995). Human development (6rd ed). New York: McGraw-Hill, Inc.

Rice, F.P. (1996). The adolescent: Development, relationship and culture (8rd ed). Massachussets: Allyn & Bacon.

Rini, J.F. (2004). Mencemaskan penampilan. http://WWW.e-psikologi.com/remaja/110604.htm.

Santrock, J.W. (1998). Adolescence (2rd ed).

New York: Mc Graw-Hill

Sarwono, S.W. (2003). Psikologi remaja.

Jakarta: PT. Raja grafindo persada.

Sears, W. & Sears, M. (2000). Tahun-tahun pertumbuhan. Alih bahasa: Dra.Med. Meitasari, T. Batam: Interaksara.

Sloan. (2002). Body image. http://WWW.ag.ohio-state.edu/~ohioline/hyg-fact/5000/538.htm.

Stuart&Sundeen. (1991). http://WWW.library.usu.ac.id/doenload/fk/keperawatan-salbiah2.pdf.

Suryabrata, S. (2002). Psikologi pendidikan.

Jakarta: PT. Raja grafindo persada.

Tambunan, R. (2001). Harga Diri Remaja. http://WWW.e-psikologi.com/remaja/24ogol.htm

Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2000). Social psychology (10rd ed). . New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Thompson, J.K. & Altabe, M. (1990). Body image changes during early

22

Page 23: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1928/1/Artikel... · ... maka tingkah laku yang ditampilkan biasanya ... latihan fitness

adulthood. International Journal of Eating disorder, 13 (3), 323-328.

Tjhono, S. (2005). Curhat meningkatkan harga diri. http://WWW.Kompas.com/kompas/cetak/0509/23/muda/2071153.htm.

Wirawan, H.E. (1998). Psikologi sosial 1.

Jakarta: Universitas tarumanegara.

Wylie. (1969). The self concept : Theory and research on selected topics. Lincoln: University of Nebraska Press.

Yardley, K. (1987). Self and identity: Psychosocial perspective. New York: Wiley.

23