hubungan anemia dalam kehamilan dan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/624/1/kti yuliana patanduk...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DAN KEKURANGAN ENERGIKRONIK DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI PUSKESMAS ATARI JAYA KABUPATEN KONAWESELATAN TAHUN 2016 s/d 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Studi Diploma IIIKebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
YULIANA PATANDUKP00324015107
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANKENDARI
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DAN KEKURANGAN ENERGIKRONIK DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI PUSKESMAS ATARI JAYA KABUPATEN KONAWESELATAN TAHUN 2016 s/d 2017
Diajukan Oleh:
YULIANA PATANDUKP00324015107
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah
dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan.
Kendari, 01 Agustus 2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DAN KEKURANGAN ENERGIKRONIK DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI PUSKESMAS ATARI JAYA KABUPATEN KONAWESELATAN TAHUN 2016 s/d 2017
Disusun dan Diajukan Oleh:
YULIANA PATANDUKP00324015107
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim penguji Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Prodi D III Jurusan
Kebidanan yang dilaksanakan tanggal 01 Agustus 2018
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana Patanduk
NIM : P00324015107
Program Studi : Diploma III Kebidanan
Judul KTI : Hubungan anemia dalam kehamilan dan kurang energi
kronik dengan kejadian bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan
tahun 2016 s/d 2017
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir
ini adalah hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Kendari, 1 Agustus 2018Yang membuat pernyataan
Yuliana PatandukNIM. P00324015107
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
Nama : Yuliana Patanduk
Tempat/Tanggal Lahir : Tondon, 05 Maret 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
Alamat : Desa Lambandia Kec. Lalembuu
Kab. Konawe Selatan
B. Pendidikan
1. SDN Inpres No. 210 Kollo, Tamat Tahun 1986
2. SMPN 02 Kendari, Tamat Tahun 1989
3. SPK PPNI Kendari, Tamat Tahun 1994
4. D-1 Kebidanan PPB Depkes Kendari, Tamat Tahun 1996
5. Poltekes Kemenkes Kendari Masuk Tahun 2015 s/d Tahun 2018
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini penelitian yang berjudul
“Hubungan anemia dalam kehamilan dan kurang energi kronik dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017”.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak
yang membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan
segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima
kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes
selaku Pembimbing I dan Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku
Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak H. Lasada selaku Kepala Puskesmas Atari Jaya Kabupaten
Konawe Selatan.
4. Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku penguji 1, Ibu Aswita, S.Si.T,
MPH selaku penguji 2, Ibu Wahida S, S.Si.T, M.Keb selaku penguji 3
dalam karya tulis ilmiah.
vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, 01 Agustus 2018
Penulis
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DAN KEKURANGAN ENERGIKRONIK DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DIPUSKESMAS ATARI JAYA KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2016 s/d 2017
Yuliana Patanduk1Kartini2 Melania Asi2
Latar belakang: Prevalensi BBLR di dunia diperkirakan sebesar 15% dimana38% terutama terjadi di negara-negara berkembang. Data riskesdas 2013menunjukkan bahwa persentase BBLR sebesar 10,2% menurun dari tahun 2010yaitu 11,1%.Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dankurang energi kronik dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas AtariJaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017.Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik denganrancangan Case Control Study. Sampel penelitian adalah bayi BBLR dan tidakBBLR yang berjumlah 96 bayi. Instrumen pengumpulan data menggunakanlembar checklist tentang kejadian BBLR, anemia dalam kehamilan, KEK. Datadianalisis dengan uji Odds Ratio (OR).Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Kejadian anemia dalamkehamilan di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d2017 sebesar 41,7%.Kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Atari JayaKabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 sebesar 50,0%. Kejadian bayiberat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun2016 s/d 2017 sebesar 18,7%. Ada hubungan anemia dalam kehamilan dengankejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten KonaweSelatan tahun 2016 s/d 2017. Ibu yang mengalami anemia berisiko melahirkanbayi BBLR sebesar 0,195. Ada hubungan KEK pada ibu hamil dengan kejadianbayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatantahun 2016 s/d 2017. Ibu yang mengalami KEK berisiko melahirkan bayi BBLRsebesar 0,138.
Kata kunci : BBLR, anemia dalam kehamilan1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
ABSTRACK
RELATIONSHIP BETWEEN ANEMIA IN PREGNANCY AND CHRONICENERGY LACK AND THE EVENT OF LOW BIRTH WEIGHT IN ATARI JAYA
HEALTH CENTER, KONAWE SELATAN DISTRICTYEAR 2016 to 2017
Yuliana Patanduk1Kartini2 Melania Asi2
Background: The prevalence of LBW in the world is estimated at 15% where38% mainly occurs in developing countries. 2013 riskesdas data shows that thepercentage of LBW is 10.2%, down from 2010, which is 11.1%.Research objective: to determine the relationship of anemia in pregnancy andchronic lack of energy with the incidence of low birth weight babies at Atari JayaHealth Center South Konawe Regency in 2016 to 2017.Research Methods: The type of research used is analytic with the Case ControlStudy design. The study sample was LBW infants and not LBW who numbered96 babies. Data collection instruments used a checklist about the incidence ofLBW, anemia in pregnancy, KEK. Data were analyzed by Odds Ratio (OR) test.Results: The results showed that anemia in pregnancy at Atari Jaya HealthCenter in South Konawe Regency in 2016 until 2017 was 41.7%. KEK events inpregnant women at Atari Jaya Public Health Center in South Konawe Regency in2016 to 2017 were 50, 0%. The incidence of low birth weight babies at Atari JayaHealth Center in South Konawe Regency in 2016 until 2017 was 18.7%. There isan association of anemia in pregnancy with the incidence of low birth weightbabies at Atari Jaya Public Health Center in South Konawe Regency in 2016 to2017. Mothers who experience anemia are at risk of delivering LBW babies by0.195. There is a relationship between KEK in pregnant women with theincidence of low birth weight babies at Atari Jaya Health Center in South KonaweRegency in 2016 to 2017. Mothers who experience KEK are at risk of deliveringLBW babies by 0.138.
Keywords: LBW, anemia in pregnancy
1 Student of D-III Midwifery Study Program in Poltekkes Kendari2 Lecturers of the Department of Midwifery, Poltekkes Kendari
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………………….. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
KATA PENGANTAR.......................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... viii
ABSTRACK ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….... xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C.Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D.Manfaat Penelitian.................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 9
A. Telaah Pustaka....................................................................... 9
B. Landasan Teori....................................................................... 37
C.Kerangka Teori....................................................................... 39
D.Kerangka Konsep................................................................... 39
E. Hipotesis Penelitian................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 41
A. Jenis Penelitian...................................................................... 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 42
D. Variabel Penelitian.................................................................. 42
E. Definisi Operasional............................................................... 42
x
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian......................................... 43
G. Instrumen Penelitian............................................................... 43
H. Alur Penelitian........................................................................ 44
I. Pengolahan dan Analisis Data............................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 48
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 48
B. Pembahasan ......................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 67
A. Kesimpulan ............................................................................ 67
B. Saran ..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka teori penelitian …………………………………... 38
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian …………………………… 39
Gambar 3. Skema rancangan penelitian ………………………………. 40
Gambar 4. Alur penelitian ……………………………………………….. 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kadar Hb Sebagai Indikator Anemia ……………………... 24
Tabel 2 Tabel Kontegensi 2 x 2 Odds Ratio Pada PenelitianCase Control Study ………………………………………… 46
Tabel 3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di WilayahPuskesmas Atari Jaya Tahun 2017 ………………………. 50
Tabel 4 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Sasaran DiWilayah Puskesmas Atari Jaya Tahun 2017 ……………. 51
Tabel 5 Distribusi Jumlah Sarana Pendidikan Dan JumlahPenduduk Usia Sekolah Menurut Tingkatannya ………... 52
Tabel 6 Karakteristik Responden…………………………………… 53
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Dalam Kehamilandi Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya KabupatenKonawe Selatan tahun 2016 s/d 2017……………….. 54
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kejadian Kekurangan Energi Kronik(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Atari JayaKabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017…. 55
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kejadian BBLRdi Wilayah KerjaPuskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatantahun 2016 s/d 2017……………………………………. 56
Tabel 10 Hubungan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan denganKejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Atari JayaKabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017….. 57
Tabel 11 Hubungan Kejadian KEK dengan Kejadian BBLR diWilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya KabupatenKonawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 ………………. 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Balitbang
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 6. Master Tabel Penelitian
Lampiran 7. Hasil SPSS
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan salah satu
indikator yang menentukan kesejahteraan janin. Pertumbuhan janin yang
sesuai dengan usia kehamilan menandai kesejahteraan janin yang
optimal. Pemeriksaan kesejahteraan janin penting dilakukan selama masa
kehamilan untuk mendapatkan bayi yang sehat tanpa mengalami
komplikasi hingga seribu hari pertama kehidupannya. Periode ini disebut
periode emas (golden period) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis,
yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang
bersifat permanen (window of opportunity) (Kemenkes RI, 2015).
Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu penyebab utama
kematian, morbiditas dan kecacatan pada neonatus dan bayi serta
memiliki dampak jangka panjang pada hasil kesehatan dalam kehidupan
dewasa, sehingga merupakan masalah multifaset pada kesehatan
masyarakat. Prevalensi BBLR didunia diperkirakan sebesar 15% dimana
38% terjadi terutama dinegara-negara berkembang. Data riskesdas 2013
menunjukkan bahwa persentase BBLR sebesar 10,2% menurun dari
tahun 2010 yaitu 11,1%. Proporsi kejadian BBLR paling tinggi terjadi di
Sulawesi Tengah (16,2%) dan terendah di Sumatera Utara (8,2%),
sedangkan di Sulawesi Tenggara presentasi BBLR sebesar 10%. Bayi
1
yang lahir dengan berat lahir rendah berisiko mengalami gizi buruk jika
tidak ditangani dengan tepat sehingga berisiko terjadinya stunting.
Bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko kematian 35 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal. Di
negara berkembang diperkirakan setiap 10 detik terjadi satu kematian bayi
akibat penyakit atau infeksi yang berhubungan dengan bayi berat lahir
rendah. Bayi berat lahir rendah dapat mengakibatkan terjadinya
insidensepsis umbilikalis, gangguan pada mata (ophtalmology), gangguan
pendengaran, diare, ikterus neonatorum, infeksi traktus respiratorius, dan
yang paling sering ditemukan berupa asfiksia neonatorum. Akibat jangka
panjang berat badan lahir rendah antara lain terhadap tumbuh kembang
anak, risiko penyakit jantung di masa yang akan datang dan penurunan
kecerdasan. Berat badan lahir rendah merupakan faktor penting dalam
morbiditas dan mortalitas perinatal di negara berkembang (Manuaba IBG,
2015).
Salah satu faktor yang menyebabkan berat badan bayi lahir
diantaranya adalah kekurangan kadar hemoglobin pada ibu hamil dan
kekurangan nergi kronik.Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang kurang
dari 11g/dl mengindikasikan ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu
hamil meningkatkan risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah, risiko
perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
2
Hal ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka
kematian inuersalin, maupun angka kematian bayi (Kusuma, 2015).
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati,
prematuritas dan berat bayi lahir rendah (World Health Organization,
2015). Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait
dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik
pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil dengan anemia cenderung
mengalami kelahiran prematur, mudah jatuh sakit akibat daya tahan tubuh
yang lemah, melahirkan bayi dengan barat badan rendah, mengalami
pendarahan pasca persalinan dan angka kematian yang tinggi (Kemenkes
RI, 2016).
Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran
oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang
mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus
lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko
berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, prematuritas (Karasahin,
dkk, 2012).
Kekurangan energi kronik merupakan kondisi yang disebabkan
karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein,
sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Prevalensi KEK di
3
negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia,
Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI
<18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah
Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan keempat
terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah
adalah Thailand dengan prevalensi 15-25%. Prevalensi KEK pada wanita
hamil di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar
24,2% dan di Sulawesi Tenggara sebesar 22,6%. Ibu hamil yang
menderita KEK mempunyai risiko kematian mendadak pada masa
perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah
(Kemenkes RI, 2016).
Hasil studi awal di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe
Selatan diperoleh data tentang jumlah kejadian BBLR pada tahun 2015,
2016 dan 2017. Terjadi peningkatan jumlah kejadian yaitu pada tahun
2015 tercatat sebanyak 17 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 23 kasus
dan tahun 2017 sebanyak 25 kasus,peningkatan tersebut terjadi antara
tahun 2015 hingga tahun 2017. Jumlah kejadian anemia dalam
kehamilan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 tercatat
sebanyak 19 kasus, tahun 2016 sebanyak 23 kasus dan tahun 2017
sebanyak 24 kasus. Jumlah kejadian KEK pada ibu hamil juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 16 kasus, tahun
2016sebanyak 19 kasus dan tahun 2017 sebanyak 21 kasus.Dari uraian
latar belakang maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
4
tentang hubungan anemia dalam kehamilan dan KEK dengan kejadian
bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe
Selatan tahun 2016 s/d 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan anemia dalam kehamilan dan
KEK dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia
dalam kehamilan dan KEK dengan kejadian bayi berat lahir rendah
di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016
s/d 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kejadian anemia dalam kehamilan di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatantahun 2016
s/d 2017.
b. Untuk mengetahui kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017.
5
c. Untuk mengetahui kejadian bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016
s/d 2017.
d. Untuk menganalisis hubungan anemia dalam kehamilan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari
Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017.
e. Untuk menganalisis hubungan KEK pada ibu hamil dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
tentang bayi berat lahir rendah anemia dalam kehamilan dan
kejadian KEK.
2. Manfaat praktis
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam
upayameningkatkan program pelayanan dan penanganan bayi
berat lahir rendah dan kejadian anemia dalam kehamilan.
E. Keaslian Penelitian
1. Hillary Meita Audrey & Aryu Candra (2016) dengan judul Hubungan
Antara Status Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera
6
Semarang. Perbedaan penenilitian ini dengan penelitian Hillary
Meita Audrey & Aryu Candra (2016) adalah pada jenis penelitian
dan lokasi penelitian. Jenis penelitian ini adalah case control dan
berlokasi di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan.
Sedangkan penelitian Hillary Meita Audrey & Aryu Candra
menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cohort dan bertempat di wilayah kerja
Puskesmas Halmahera Semarang. Hasil penelitian Hillary Meita
Audrey & Aryu Candra (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara status anemia ibu hamil trimester III dengan
kejadian berat bayi lahir rendah. Nilai ρ dianggap bermakna apabila
<0,05. Yang berarti bahwa dengan kadar Hb di bawah normal
(anemia) memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat dibawah
normal 2,364 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan
kadar Hb normal.
2. Andria (2017) dengan judul Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah
Sakit Umum Daerah Rokan Hulu.Tahun 2016. Perbedaan
penenilitian ini dengan penelitian Andria (2017) adalah pada jenis
penelitian dan lokasi penelitian. Jenis penelitian ini adalah case
control dan berlokasi di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe
Selatan. Sedangkan penelitian Andria (2017) menggunakan
metode deskriptif dengan desain cross sectional. Hasil analisis chi
7
square pada penelitian Andria (2017) menunjukkan adanya
hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR dengan
nilai ρ-value = 0,000 atau < 0,05. Kesimpulannya bahwa ada
hubungan antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan
Hulu Tahun 2016.
3. Sumiaty & Sri Restu (2015) dengan judul Hubungan Kurang Energi
KroniK (KEK) Pada Ibu Hamil Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Tahun 2015.
Perbedaan dengan penelitian ini berada pada jenis penelitian dan
rancangan penelitian. Penelitian Sumiaty & Sri Restu (2015)
menggunakan metode penelitian analitik deskriptif dengan
rancangan kohor retrospectif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara KEK pada ibu hamil dengan
BBLR dengan nilai ρ=0,000. KEK merupakan faktor risiko terjadinya
BBLR dengan nilai rr = 4,215 (rr>1).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Berat Badan Lahir Rendah .
Berat badan lahir adalah berat bayi sesaat setelah dilahirkan yang
secara normal berkisar 3000 gram dengan usia kehamilan yang cukup.
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram
(Manuaba, 2015). BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematur dan
dismatur. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan, sedangkan bayi dismatur
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan
(Jumiarni dan Mulyani, 2012). BBLR yaitu bayi yang lahir kurang dari 2500
gram. Bayi berat lahir sangat rendah (VLBW= very low birth weight) yaitu
lahir dengan berat kurang dari 1500 gram, dan bayi berat lahir sangat
rendah sekali (ELBW= extremely low birth weight) yaitu bayi yang lahir
kurang dari 1000 gram (Moore, 2012).
Menurut Soetjiningsih (2015) berat badan lahir bayi juga
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang lain selama kehamilan, misalnya sakit
berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stress pada ibu hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang
menimpa ibunya, atau pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat gizi ke
9
janin. Faktor gizi pada ibu juga dijelaskan oleh Kusharisupeni (2012),
bahwa gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan
fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan
kebutuhan nutrient, karena selama kehamilan, ibu harus memenuhi
kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat, dan agar keluaran
kehamilannya berhasil dengan baik dan sempurna.
Kehamilan normal selalu disertai dengan perubahan anatomi dan
fisiologi yang berdampak pada hampir seluruh fungsi tubuh. Perubahan-
perubahan ini umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan.
Ini berarti ada suatu sistem integral antara ibu dan janin untuk membentuk
lingkungan yang paling nyaman bagi janin. Perubahan itu berguna untuk
mengatur metabolisme ibu, mendukung pertumbuhan janin, persiapan ibu
untuk melahirkan, kelahiran dan menyusui (Kusharisupeni, 2012).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil dan mempunyai
implikasi gizi adalah perubahan kardiovarkuler, pada volume darah, pada
tekanan darah selama hamil, penyesuaian pada sistem pernafasan,
perubahan fungsi ginjal, perubahan pada fungsi gastrointestinal,
perubahan hormon terutama hormon yang diproduksi oleh plasenta yang
mengatur perubahan-perubahan perkembangan ibu hamil dan merupakan
satu-satunya jalan bagi janin untuk pertukaran nutrisi, oksigen dan sisa
produk. Pembentukan plasenta dimulai dari masa sel yang kecil sekali
pada minggu-minggu pertama kehamilan, yang kemudian menjadi suatu
jalinan jaringan dan pembuluh darah yang kompleks dengan berat lebih
10
kurang 650 gram pada akhir kehamilan. Fungsi vital dari plasenta adalah
merupakan penghubung antara ibu dan janin melalui dua permukaan
penting plasenta yaitu satu pada uterus dan satu pada janin. Mekanisme
transportasi pertukaran nutrient, oksigen dan sisa produk dengan jalan
difusi pasif, difusi dengan fasilitasi, dan transportasi aktif serta mekanisme
bolak-balik melalui membran, hanya untuk ion dan air (Kusharisupeni,
2012).
Dasar dari pertambahan energi yang dibutuhkan oleh ibu hamil
adalah jenis energi dan harga metabolik yang berhubungan dengan
jaringan maternal danfetus yang terbentuk selama kehamilan.
Diperkirakan energi yang dibutuhkan selama kehamilan adalah sebesar
330 Mega joule atau sebesar 1200 kilo joule per hari. Dari beberapa
penelitian jelas disebutkan bahwa tidak mungkin untuk memprediksi
kebutuhan energi selama kehamilan setiap individu ibu hamil dan
karenanya tidak benar apabila ditetapkan satu nilai untuk energi tambahan
yang dibutuhkan ibu selama hamil (Kusharisupeni, 2012).
Penentuan ibu hamil melahirkan keluaran yang buruk, yang pada
umumnya bayi lahir rendah terutama dengan kehamilan dengan genap
bulan di negara berkembang adalah gizi kurang selama kehamilan yang
dapat diukur dari hal-hal berikut:
1) Kenaikan berat badan yang rendah
2) Indeks masa tubuh yang rendah
3) Tinggi badan ibu yang pendek
11
4) Defisiensi nutrient mikro
Beberapa penentu lain adalah:
1) Ibu hamil dengan umur muda
2) Menderita penyakit malaria selama hamil
3) Menderita penyakit infeksi selama hamil
4) Merokok (Kusharisupeni, 2012).
Sementara menurut Soekirman (2012), masalah anemia
merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di seluruh dunia.
Sebagian besar hasil penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu
hamil meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan BBLR. Zat besi
diperlukan untuk pembentukan energi, pengangkutan oksigen darah serta
penyusunan neurotransmitter dan DNA. Bayi yang lahir dari ibu yang
anemia akan mengalami defisiensi besi dengan akibat disfungsi otak dan
gangguan perbanyakan jumlah sel otak. Anemia gizi besi pada ibu hamil
berakibat luas, antara lain resiko berat bayi yang dilahirkan rendah,
pendarahan ibu, infeksi setelah lahir dan partus lama (IPB, 2013).
Manifestasi dari masalah gizi makro pada ibu hamil KEK adalah bayi
BBLR.
Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan
kekurangan atau ketidak seimbangan asupan energi protein. Ibu hamil
yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada
masa perinatal atau resiko melahirkan bayi BBLR. Berat badan lahir juga
sangat ditentukan oleh kondisi ibu. Penyakit yang diderita seorang ibu
12
hamil, misalnya infeksi paru-paru, bisa mempengaruhi kondisi janin. Darah
di ibu akan tersuplai ke tubuh janin sehingga bayi menderita penyakit atau
kelainan organ tubuh yang menyebabkan bayi menjadi kurus. Penyebab
lainnya adalah kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu saat hamil.
Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin
tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan
rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam
kehidupan berikutnya.
Kusharisupeni (2012) juga menyebutkan bahwa gizi kurang yang
terjadi pada anak-anak, remaja, dan saat kehamilan mempunyai dampak
buruk terhadap berat lahir bayi. Berat lahir rendah (< 2500 gram) dengan
genap bulan (intra uterine growth retardation) mempunyai resiko kematian
yang lebih besar daripada bayi dengan berat normal (> atau = 2500 gram)
pada masa neonatal maupun pada masa bayi selanjutnya.
Konsekuensi lahir dengan gizi kurang berlanjut ke tahap dewasa.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa baik di negara berkembang
maupun di negara maju ada kaitan antara bayi berat lahir rendah dengan
penyakit kronis pada masa dewasa. Barker menyebutkan bahwa penyakit
jantung koroner yang menyebabkan kematian dapat menyerang orang-
orang tertentu meskipun mereka mempunyai karakteristik resiko rendah
terhadap penyakit itu, misalnya orang kurus, tidak merokok, dan
mempunyai kadar kolesterol yang rendah. Barker berspekulasi bahwa
janin yang menderita gizi kurang pada trisemester pertama kehamilan
13
berpeluang untuk mendapat hemorrhagic stroke, dan janin dengan gizi
kurang pada fase-fase akhir kehamilan berpeluang terhadap penyakit
jantung koroner dan peningkatan resiko resistensi insulin atau bayi
dengan ukuran panjang tubuh yang pendek berpeluang mendapatkan
jantung koroner dan thrombotic stroke (Kusharisupeni, 2012).
Sementara itu menurut Husaini (2013) Bayi dengan berat lahir yang
normal terbukti mempunyai kualitas fisik, intelegensia maupun mental
yang lebih baik dibanding bayi dengan berat lahir kurang, sebaliknya bayi
dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gr) akan mengalami
hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya.
Hal ini karena bayi BBLR memiliki berat otak yang lebih rendah
menunjukkan defisit sel-sel otak sebanyak 8-14 % dari normal, yang
merupakan pertanda anak kurang cerdas dari seharusnya.
2. Anemia dalam kehamilan
a. Pengertian
Menurut Arisman (2014), anemia merupakan keadaan menurunnya
kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai
normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia adalah keadaan dimana
kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai
normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi
tersebut. Anemia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan baik
14
jumlah maupun ukuran eritrosit atau banyaknya hemoglobin sehingga
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan sel jaringan
terbatasi. Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan/kondisi sebagai
akibat ketidakmampuan sistem eritropoiesis dalam mempertahankan
kadar Hb normal, sebagai akibat kekurangan konsumsi satu atau lebih zat
gizi (Sulistyani, 2012).
Anemia menurut Fatmah (2012) didefinisikan sebagai keadaan
dimana level Hb rendah karena keadaan patologis. Defisiensi Fe
merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukan satu-satunya
penyebab anemia. Penyebab lainnya adalah infeksi kronik, khususnya
malaria dan defisiensi asam folat. Sementara defisiensi Fe diartikan
sebagai keadaan biokimia Fe yangabnormal disertai atau tanpa
keberadaan anemia. Biasanya defisiensi Fe merupakan akibat dari
rendahnya bioavabilitas intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe selama
periode kehamilan dan menyusui, dan peningkatan kehilangan darah
karena penyakit cacingan atau schistosomiasis (Fatmah, 2012). Anemia
defisiensi Fe terjadi pada tahap anemia tingkat berat (severe) yang
berakibat pada rendahnya kemampuan tubuh memelihara suhu, bahkan
dapat mengancam jiwa penderita (Fatmah, 2012).
Menurut Proverawati dan Asfuah (2013) Anemia dalam kehamilan
didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl
selama masa kehamilan pada trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl
selama masa post partum dan trisemester 2. Darah akan bertambah
15
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang
membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya pendarahan post partum. Bila anemia
terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan
prematur (Proverawati dan Asfuah, 2013). Secara umum anemia dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian
tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual dan muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli,
16
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trisemester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Hb 11 g% : tidak anemia
b) Hb 9-10 g% : anemia ringan
c) Hb 7-8 g% : anemia sedang
d) Hb < 7 g% : anemia berat
2) Anemia megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (ptery glutamic
acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
3) Anemia hipoplastik dan aplastik
Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru.
4) Anemia hemilitik
Disebabkanoleh karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu
hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi
(Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada
ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan
yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin
B12 (Proverawati dan Asfuah, 2013).
b. Penyebab Anemia Defisiensi Besi
17
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya
asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan
menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia
disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe
tidak mencukupi peningkatan kebutuhan Fe. WUS adalah salah satu
kelompok resiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki
asupan atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan
kehilangan Fe (Fatmah, 2012). Berikut ini merupakan faktor-faktor
penyebab anemia:
1) Asupan Fe yang tidak memadai
Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai AKG (26
μg/hari). Secara rata-rata, wanita mengkonsumsi 6,5 μg Fe perhari melalui
diet makanan. Ketidakcukupan Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi
makanan sumber Fe (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan lain-lain), tetapi
dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disebabkan oleh
perubahan fisiologis tubuh seperti ibu hamil dan menyusui sehingga
meningkatkan kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan
faktor diet yang mempercepat (enhancer) dan menghambat (inhibitor)
penyerapan Fe, jenis yang dimakan. Heme iron dari Hb dan mioglobin
hewan lebih mudah dicerna dan tidak dipengaruhi oleh inhibitor Fe. Non-
heme iron yang membentuk 90% Fe dari makanan non-daging (termasuk
biji-bijian, sayuran, buah, telur) tidak mudah diserap oleh tubuh (Fatmah,
2012). Bioavabilitas non-heme iron dipengaruhi oleh beberapa faktor
18
inhibitor dan enhancer. Inhibitor utama penyerapan Fe adalah fitat dan
polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang dan
beberapa sayuran seperti bayam. Polifenol dijumpai dalam minuman kopi,
teh, sayuran dan kacang-kacangan. Enhancer penyerapan Fe antara lain
asam askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi,
ayam, ikan karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk
meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan asam laktat kurang mampu
meningkatkan penyerapan Fe (Fatmah, 2012).
2) Peningkatan kebutuhan fisiologi
Kebutuhan Fe meningkat selama kehamilan untuk memenuhi
kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe
bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat
persalinan. Peningkatan absorpsi Fe selama trisemester II kehamilan
membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan
pengaruh antara suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan
konsentrasi Hb pada trisemester III kehamilan dapat meningkatkan berat
lahir bayi dan usia kehamilan (Fatmah, 2012).
3) Malabsorpsi
Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak higienis
dapat mengakibatkan malabsorpsi. Insiden diare yang cukup tinggi, terjadi
terutama pada kebanyakan negara berkembang.Infestasi cacing,
khusunya cacing tambang dan askaris menyebabkan kehilangan besi dan
malabsorpsi besi. Di daerah endemik malaria, serangan malaria yang
19
berulang dapat menimbulkan anemia karena defisiensi zat besi (Gibney,
M.J.,dkk. 2012).
4) Simpanan Zat Besi yang buruk
Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang Asia memiliki jumlah
yang tidak besar, terbukti dari rendahnya hemosiderin dalam sumsum
tulang dan rendahnya simpanan zat besi di dalam hati. Jika bayi dilahirkan
dengan simpanan zat besi yang buruk, maka defisiensi ini akan semakin
parah pada bayi yang hanya mendapatkan ASI saja dalam periode waktu
yang lama (Gibney, M.J.,dkk. 2012).
5) Kehilangan banyak darah
Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah.
Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Wanita hamil
juga mengalami pendarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping
atau akibat kehilangan darah ini tergantung pada jumlah darah yang
keluar dan cadangan Fe dalam tubuh (Fatmah, 2012).
Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27 ml setiap siklus
menstruasi 28 hari. Diduga 10% wanita kehilangan darah lebih dari 80 ml
per bulan. Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia
karena wanita tidak mempunyai persedian Fe yang cukup dan absorpsi Fe
ke dalam tubuh tidak dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi.
Jumlah Fe yang hilang/keluar saat menstruasi juga bervariasi dengan tipe
alat KB yang dipakai. IUD atau spiral dapat meningkatkan pengeluaran
20
darah 2 kali saat menstruasi dan pil mengurangi kehilangan darah
sebesar 1,5 kali ketika menstruasi berlangsung (Fatmah, 2012).
Komplikasi kehamilan yang mengarah pada pendarahan saat dan
pasca persalinan dihubungkan juga dengan peningkatan resiko anemia.
Plasenta previa dan plasenta abrupsi beresiko terhadap timbulnya anemia
setelah melahirkan. Dalam persalinan normal seorang wanita hamil akan
mengeluarkan darah rata-rata 500 ml atau setara dengan 200 mg Fe.
Pendarahan juga meningkat saat proses melahirkan secara
caesar/operasi (Fatmah, 2012).
6) Ketidak cukupan gizi
Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi, khususnya
negara berkembang, adalah konsumsi gizi yang tidak memadai. Banyak
orang bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absorpsi zat
besi yang buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan tersebut yang
mempengaruhi absorpsi besi (Gibney, M.J.,dkk. 2012).
7) Hemoglobinopati
Pembentukan hemoglobin yang abnormal, seperti pada thalasemia
dan anemia sel sabit merupakan faktor non gizi yang penting (Gibney,
M.J.,dkk. 2012).
8) Obat dan faktor lainnya
Diantara orang-orang dewasa, anemia defisiensi besi berkaitan
dengan keadaan inflamasi yang kronis seperti arthritis, kehilangan darah
21
melalui saluran pencernaan akibat pemakaian obat, seperti aspirin, dalam
jangka waktu lama, dan tumor (Gibney, M.J.,dkk. 2012).
Anemia terjadi jika produksi hemoglobin sangat berkurang sehingga
kadarnya di dalam darah menurun. World Health Organization(WHO)
merekomendasikan sejumlah nilai cut off untuk menentukan anemia
karena defisiensi zat besi pada berbagai kelompok usia, jenis kelamin,
dan kelompok fisiologis. Meskipun sebagian besar anemia disebabkan
oleh defisiensi zat besi, namun peranan penyebab lainnya (seperti anemia
karena defisiensi folat serta vitamin B12 atau anemia pada penyakit
kronis) harus dibedakan.
Menurut Gibney (2012), deplesi zat besi dapat dipilah menjadi tiga
tahap dengan derajat keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan
hingga berat.
a) Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang ditandai
berdasarkan penurunan feritis serum. Meskipun tidak disertai
konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini menggambarkan
adanya peningkatan kerentanan dan keseimbangan besi yang marginal
untuk jangka waktu lama sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi
yang berat.
b) Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang mencerminkan
kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada
keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan
22
protoporfirin eritrosit, dan peningkatan jumlah reseptor transferin
serum.
c) Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia defisiensi
zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7 g/dl.
c. Penentuan Status Besi
Pendiagnosaan kasus anemia defisiensi besi yang baik adalah
dengan menghitung konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah yang
disertai dengan pemeriksaan hematokrit (pocked volume of red cells).
Indikator lain adalah kadar zat besi dalam serum, iron binding capacity,
kadar ferritin dalam serum, free erythrocyte protoporphyrin (FEP), serta
mean corpuscular volume (MCV). Pemeriksaan dengan metode ini mahal
biayanya dan rumit metode pemeriksaannya, sehingga menyebabkan
pemeriksaan dengan berbagai indikator tersebut menjadi sulit
dilaksanakan di masyarakat luas, kecuali pemeriksaan hemoglobin.
Pemeriksaanterhadapparameter-parameter tersebut merupakan
parameter yang paling mudah digunakan dalam menentukan status
anemia pada skala yang luas. Sampel darah yang digunakan biasanya
sampel darah tepi, seperti dari jari tangan, dapat pula dari jari kaki dan
dari jari telingga. Agar diperoleh hasil yang akurat dianjurkan
menggunakan sampel darah vena (Sulistiani, 2013).
Kriteria yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia
seseorang atau kelompok masyarakat yang berbeda-beda berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin serta keadaan fisiologis seseorang.
23
Tabel 2.1 menunjukkan nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia pada sekelompok masyarakat. Anemia
dianggap sebagai masalah kesehatan di masyarakat apabila
prevalensinya > 15%. Derajat anemia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Kadar Hb Sebagai Indikator Anemia
Kelompok Umur Batas Kadar Hb (gr/L)
Anak umur 6 bulan-5 tahun
Anak umur 6-11 tahun
Anak umur 12-14 tahun
Laki-laki dewasa
Wanita dewasa tidak hamil
Wanita dewasa hamil
<110
<115
<120
<130
<120
<110
Sumber: World Health Organization dalam Arisman: 2004
3. Kekurangan Energi Kronis
a. Pengertian
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, N., Bakri, B., Fajar, I.,, 2014).
KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40kg atau tampak kurus dan dengan
LILA-nya kurang`dari 23,5cm (Kemenkes RI, 2015).
24
b. Penyebab
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak
sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena
kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam keadaan
hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,
karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama hamil.
Menurut Sediaoetama (2014), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi
dua,yaitu
1) Penyebab Langsung,
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi
dan infeksi.
2) Penyebab Tidak Langsung
a) Hambatan utilitas zat-zat gizi. Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah
hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino di
dalam tubuh tidak seimbang yang dapat menyababkan penurunan
nafsu makan dan penurunan konsumsi makan.
b) Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.
c) Ekonomi yang kurang.
d) pengetahuan
e) Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.
f) Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.
g) Kondisi hygiene yang kurang baik.
h) Jumlah anak yang terlalu banyak.
25
i) Usia ibu yang tua
j) Penghasilan rendah.
k) Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata.
Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakitini
disebut penyakit dengan causa multifactorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
c. Penilaian KEK
Menurut Kemenkes RI (2015) pengukuran LILA pada kelompok
wanita usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok
berisiko KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA
adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK..
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik
pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas
lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah
1) Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir
rendah.
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
26
4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
Ambang batas LILA pada WUS dengan risiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah. BBLR mempunyai
risiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak. Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan
yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA yaitu tetapkan posisi
bahu dan siku, letakkan pita antara bahu dan siku, tentukan titik tengah
lengan, lingkarkan pita LILA pada tengah lengan, pita jangan terlalu dekat,
pita jangan terlalu longgar (Supariasa, N., Bakri, B., Fajar, I.,, 2014).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah
pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus posisi bebas,
lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang
dan alat ukur dalam keadaan baik.
d. Dampak KEK
Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh
keadaan gizi ibu selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai
kemungkinan ibu melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan
27
perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan
anak dikemudian hari dan kemungkinan premature (Kemenkes RI, 2015).
Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm.
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena
kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak
menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan
lahir. Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa hyperemesis,
keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan,
bahkan dapat membawa kematian. Bagi bayi yang ada dalam kandungan,
gizi ibu yang buruk dapat menyebabkan terjadinya keguguran (abortus),
bayi lahir sebelum waktunya (premature), BBLR, kematian neonatus dan
kematian dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang
salah. Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara
konsumsi zat gizi dan kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat
gizi kurang dari kebutuhan gizinya,maka orang itu akan menderita gizi
kurang. Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamilakan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan
berikut ini
28
1) Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain :anemia, perdarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2) Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), perdarahan pasca persalinan,serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat.
3) Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus),
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan BBLR. (Almatsier, 2014)
Menurut Soetjiningsih (2015) adanya kekuragan energi protein
akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat
makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi
daripada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan
berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada
janin dari pada malnutrisi akut.
29
e. Pencegahan KEK
Menurut Chinue (2015), ada beberapa cara untuk mencegah
terjadinya KEK,antara lain:
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu :
a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging,ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayur berwarna hijau tua,kacang-kacangan,
tempe).
b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahanyang banyak mengandung
vitamin C (seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat,
jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam usus.
c) Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum
tablet penambah darah. Guna mencegah terjadinya risiko KEK pada
ibu hamil sebelum kehamilan (WUS) sudah harus mempunyai gizi
yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm.
Beberapa kriteria ibu KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil <42
kg, tinggi badan ibu <145 cm, berat badan ibu pada kehamilan
trimester III <45 kg, Indeks Masa Tubuh sebelum hamil < 17,00 dan
ibu menderita anemia(Hb <11gr%).
30
f. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEK
1) Faktor langsung
a) Asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat
yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
b) Penyakit infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu:
1) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit
2) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus
3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
31
c) Pola konsumsi makanan
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.Untuk pengganti nasi
dapat digunakan jagung, ubijalar dan roti. Untuk pengganti protein
hewani dapat digunakan daging,ayamdan telur. Makanan ibu hamil
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin
dalam keadaan sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu
pada waktu konsepsi harus dalam keadaaan baik dan selama
kehamilan harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin dan
energi. Pola konsumsi ibu hamil berdasarkan frekuensi makan dan jenis
makan,yaitu mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok dengan
frekuens i1-3x/hari, mie dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x/minggu, ubi
dengan frekuensi 1-3x/minggu, roti dan biskuit jarang dikonsumsi,
konsumsi daging dan telur dengan frekuensi1-3x/minggu, sedangkan
kebutuhan konsumsi sayur ikan sebagai lauk-pauk 1-3x/hari, konsumsi
sayur-sayuran misalnya bayam, buncis,daun ubi,sayur jipang dan
kangkung dengan frekuensi1-3x/minggu,dan konsumsi buah-
buahan,seperti konsumsi buah jeruk1-3x/ hari, papaya dan semangka
1-3x/minggu. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, status
kesehatan dan pengetahuan gizi (Huliana, 2015).
Jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi ibu hamil
trimester I adalah nasi dengan frekuensi 1 x/hari, mie dengan frekuensi
sering (55,5%),roti dan umbi-umbian lebih banyak dikonsumsi dengan
32
frekuensi 1-5x/minggu (72,2% dan 83,3%). Konsumsi lauk-pauk
diketahui mengkonsumsi ikan kering dan tempe dengan frekuensi
1x/hari,telur dan tahu 1-5x/minggu, frekuensi konsumsi ikan
basah,ayam dan daging 2x/bulan. Sedangkan mengkonsumsi makanan
sayur-sayuran sebagian besar ibu hamil trimester I, mengkonsumsi
daun ubi, kacang panjang dan sawi dengan frekuensi 1x/hari,
konsumsi bayam 1-5x/minggu. Dan ibu hamil trimester I mengkonsumsi
buah-buahan 1-5x/minggu. Pola makan ibu hamil trimester I
dipengaruhi oleh pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan
dan kemampuan membeli pangan (Almatsier, 2014).
Pola makan ibu hamil berdasarkan jumlah asupan
energi,protein,lemak dan natrium yaitu rata-rata asupan energi yang
dikonsumsi ibu hamil adalah 2.572 kal dengan asupan energi minimum
yang dikonsumsi sebanyak 2.100 kal dan maksimum 3.100 kal. Asupan
rata-rata protein adalah 66,52 gram dengan asupan protein minimum
yang dikonsumsi sebanyak 42,00 gram dan maksimum 88,00 gram.
Asupan rata-rata lemak adalah 86,50 gram dengan jumlah lemak
minimum yang dikonsumsi sebanyak 60,00 gram dan maksimum
110,00 gram. Jumlah rata-rata Natrium adalah 2,54 mg dengan jumlah
natrium minimum yang dikonsumsi sebanyak 1,5 mg dan maksimum
2,9 mg (Poverawati dan Asfuah, 2013)
Sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein, asam
folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. Makanan
33
pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi, telur sebagai lauk hewani,
tempe dan tahu sebagai lauk nabati. Sayur-sayuran yang banyak
dikonsumsi adalah bayam, sedangkan buah-buahan yang sering
dikonsumsi adalah pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah
gorengan sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu
pada frekuensi ≥1 kali/hari (Chinue, 2009).
2) Faktor tidak langsung
a) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak
60-80% dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70-80% energi dipenuhi oleh karbohidrat
(berasdan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber
energi lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang
meningkatakan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran
termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
b) Pengetahuan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku pengetahuan
tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu
rumah tangga seringkali mempunyai asosiasi yang positif dengan
pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa
studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka
34
pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha
untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu
rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih
makanan yang lebih bergizi daripada yang kurang bergizi.
c) Pekerjaan
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan
gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada
mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi,
maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang
dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil
kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain
untuk aktifitas/kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin
yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata
pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12kg dan tidak ada
perubahan tingkat kegiatan.
d) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya
manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan,karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki
tentang gizi khususnya konsumsi makanan lebih baik. Dalam kepentingan
gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
35
terhadap adanya maslaah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil
tindakan yang tepat. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering
sekali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola
konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat makan pengetahuan nutrisi dan
praktik nutrisi bertambah baik.Usaha- usaha untuk memilih makanan yang
bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai
pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi daripada
yang kurang bergizi (Surasih, 2014).
e) Biologis
1) Usia
Ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap baik
secara jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya kehamilan. Karena
pada usia tersebut keadaan gizi seorang ibu lebih baik dibandingkan
pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Surasih, 2014).
Usia ibu hamil juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin maupun ibunya sendiri. Semakin muda dan
semakin tua usia ibu hamil juga berpengaruh pada pemenuhan
kebutuhan gizi yang diperlukan. Wanita muda (kurang dari 20 tahun)
perlu tambahan gizikarenaselain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang
sedang dikandungnya. Sementara umur yang lebih tua (lebih dari 35
tahun) perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin
36
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka diperlukan
tambahan energiyang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Maryam., Yusrawati., Edward, 2016).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan yaitu kondisi
yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok
wanita selama masareproduksi (BKKBN, 2011). Paritas merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap hasil konsepsi.
Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali
atau lebih, maka kemungkinan banyak ditemui2 keadaan ini yaitu
kesahatan terganggu seperti anemia dan kurang gizi serta kekendoran
pada dinding perut dan bagian rahim. Ibu dengan paritasyang terlalu
sering (lebih dari 3 kali) akan mempunyai status gizi kurang karena
cadangan gizi dalam tubuh ibu sudah terkuras. Untuk paritas yang
paling baik adalah 2 kali (Surasih, 2014).
B. Landasan Teori
Salah satu faktor yang menyebabkan berat badan bayi lahir
diantaranya adalah kekurangan kadar hemoglobin pada ibu hamil.
Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang kurang dari 11g/dl
mengndikasikan ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil
meningkatkan risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah, risiko
perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
37
kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Hal ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka
kematian ibu bersalin, maupun angka kematian bayi (Kusuma, 2015).
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati,
prematuritas dan berat bayi lahir rendah (World Health Organization,
2014). Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait
dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik
pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil dengan anemia cenderung
mengalami kelahiran prematur, mudah jatuh sakit akibat daya tahan tubuh
yang lemah, melahirkan bayi dengan barat badan rendah, mengalami
pendarahan pasca persalinan dan angka kematian yang tinggi . Pada ibu
hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat
makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi
plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah, (Simanjuntak, 2013).
38
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori penelitian dimodifikasi dari Manuaba (2015);Kusuma (2015); Kemenkes RI (2015); World Health Organization (2014);Cunningham et al. (2012); Wiknjosastro (2012); Karasahin et al (2012);Simanjuntak (2013).
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian hubungan anemia dalamkehamilan dan KEK dengan kejadian bayi berat lahirrendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten KonaweSelatan tahun 2016 s/d 2017
Keterangan:
Variabel terikat (dependent) : BBLR
Variabel bebas (Independent) : anemia dalam kehamilan, KEK
Anemia dalamkehamilan
BBLR
KEK dalamkehamilan
39
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian bayi
berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe
Selatan tahun 2016 s/d 2017.
2. Ada hubungan KEK dengan kejadian bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d
2017.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan
Case Control Study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
anemia dalam kehamilan dan kurang energi kronik dengan kejadian bayi
berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan
tahun 2016 s/d 2017 (Nursalam, 2013).
Gambar 3. Skema rancangan penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan pada bulan April tahun 2018.
Populasi
256
orang
Sampel
BBLR danTidakBBLR(96oran
g)
Kasus
BBLR
(48orang)
Kontrol
Tidak BBLR
(48orang)
1. Anemia dalamkehamilan
2. KEK
1. Tidak Anemiadalamkehamilan
2. Tidak KEK
1. Anemia dalamkehamilan
2. KEK
1. Tidak Anemiadalamkehamilan
2. Tidak KEK
41
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d
2017 berjumlah 256 bayi.
2. Sampel dalam penelitian adalah bayi dengan BBLR di Puskesmas
Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017
berjumlah 96 bayi. Perbandingan sampel kasus control 1:1 (48:48).
a. Kasus: BBLR pada tahun 2016 s/d 2017yang berjumlah 48
orang.Tehnik pengambilan sampel kasus secara total sampling,
dimana seluruh kasus BBLR diambil sebagai kasus.
b. Kontrol: tidak BBLR yang berjumlah 48 orang. Tehnik
pengambilan sampel control secara sistematik random sampling,
dimana seluruh bayi tidak BBLR diurut memakai nomor, lalu dari
2018 orang bayi yang tidak mengalami BBLR dibagi jumlah
kontrol yang diambil 208:48=4,3 sehingga sampel untuk control
adalah kelipatan 4.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu BBLR.
2. Variabel bebas (independent) yaitu anemia dalam kehamilan, KEK.
E. Definisi Operasional
1. BBLR adalah suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram sesuai dengan status bayi. Skala ukur
adalah nominal. Kriteria objektif:
42
a. BBLR : jika BB lahir < 2500 gram
b. Tidak BBLR : jika BB lahir ≥ 2500 gram
2. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan II atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester ke II sesuai
dengan status ibu. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Anemia dalam kehamilan : jika HB ibu < 11 gr%
b. Tidak anemia dalam kehamilan : jika HB ≥ 11 gr%
3. Kekurangan energi kronik adalah keadaan ibu hamil menderita
kekurangan makanan akibat ketidak seimbangan antara asupan
untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi yang diukur
menggunakan pita LILA. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektifa. KEK: jika LILA < 23,5 cm
b. Tidak KEK : jika LILA ≥ 23,5 cm
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah
data tentang kejadian BBLR, anemia dalam kehamilan, KEK di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
checklist tentang kejadian BBLR, anemia dalam kehamilan dan KEK pada
43
tahun 2016 s/d 2017 sesuai dengan yang tercatat pada buku register di
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi
Tenggara.
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4. Alur penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dan KEK dengankejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Atari JayaKabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017
I. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Populasi
Bayi yang berjumlah 256 orang
Sampel
Bayi baru lahir yang berjumlah 96 orang yang terbagi menjadi 2 yaituBBLR sebanyak 48 orang dan tidak BBLR sebanyak 48 orang
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
44
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Univariat
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikan
dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX
45
2. Bivariat
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent
variable dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan
adalah Chi-Square. Adapun rumus yang digunakan untuk Chi-
Square adalah :
X2 =
fe
fefo 2
Keterangan :
Σ : Jumlah
X2 : Statistik Shi-Square hitung
fo : Nilai frekuensi yang diobservasi
fe : Nilai frekuensi yang diharapkan
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah
ada hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika
pvalue > 0,05 atau X2hitung≥ X2 tabel maka H0 ditolakdan H1
diterima yang berarti ada hubungan dan X2hitung< X2 tabel maka
H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan.
Untuk mendeskripsikan risiko independent variable pada
dependent variable. Ujistatistik yang digunakan adalah
perhitungan Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat
diestimasi factor risiko yang diteliti. Perhitungan OR
menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut:
46
Tabel 2
Tabel Kontegensi 2 x 2 Odds Ratio Pada Penelitian Case Control Study
Faktor risikoKejadian BBLR
JumlahKasus Kontrol
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Keterangan :
a :jumlah kasus dengan risiko positif
b :jumlah control dengan risiko positif
c :jumlah kasus dengan risiko negatif
d :jumlah control dengan risiko negatif
Rumus Odds ratio:
Oddscase : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odds control : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d
Odds ratio : a/c : b/d = ad/bc
Estimasi Confidence Interval ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%
dengan interpretasi:
Jika OR > 1 : faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
Jika OR = 1 :faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko (tidak ada
hubungan)
Jika OR < 1 : faktor yang diteliti merupakan faktor protektif
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dan KEK dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017. Sampel penelitian
adalah bayi BBLR dan tidak BBLR di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 berjumlah 96 bayi. Perbandingan
sampel kasus kontrol 1:1 (48:48). Data yang telah terkumpul diolah,
dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan. Hasil
penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik
responden, kejadian BBLR, kejadian anemia dalam kehamilan dan
kejadian KEK dalam kehamilan. Hasil penelitian terdiri dari analisis
univariabel dan bivariabel.
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel
untukmemperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi
frekuensi. Variabel yang dianalisis pada analisis univariabel adalah
gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, kejadian
BBLR, kejadian anemia dalam kehamilan dan kejadian KEK dalam
kehamilan. Hasil analisis univariabel sebagai berikut
48
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Atari Jaya merupakan satu-satunya puskesmas yang
ada di Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan dan merupakan
pintu gerbang sisi sebelah Barat Daya berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kolaka Timur. Lokasi Puskesmas Atari Jaya berada di
lingkungan pemukiman masyarakat di Jalan Poros Pasar Atari Jaya
Komplek Perkantoran Kecamatan Lalembuu dekat dengan jalan yang
menghubungkan antar kabupaten yang ada di propinsi Sulawesi
Tenggara. Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat.
Jalan utama yang menghubungkan satu desa ke desa lainnya belum
beraspal dan mudah dijangkau dengan sarana transportasi. Dan akses
jalan dalam satu desa masih banyak yang belum beraspal dan dapat
dijangkau oleh sarana transportasi darat. Musim kemarau jalanan berdebu
dan pada musim hujan terkadang berlumpur dan berlubang.
Luas wilayah kerja Puskesmas Atari Jaya sekitar 359.89 Km² atau
7.97 Persen dari luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan. yang terdiri
dari 1 kelurahan dan 18 Desa dengan 71 dusun serta 04 RW dan 183
RT.Wilayah kerja dilalui oleh 4 buah sungai yaitu sungai Roraya melalui
Desa Puurema Subur, Desa Teteinea Jaya, Kel. Atari Indah, Desa Atari
Jaya, Desa Tombeleu, Desa Lalembuu Jaya. Sungai Lambandia melalui
Desa Lambandia, Desa Mokupa Jaya, Desa Potuho Jaya, Desa Lambodi
Jaya dan Desa Padaleu. Sungai Moreo melalui Desa Lelouesamba dan
Desa Moreo. Sungai Lalembuu melalui Desa Meronga Raya dan Desa
49
Lalembuu Jaya. Wilayah kerja Puskesmas Atari Jaya semua desanya
adalah dataran. Secara keseluruhan beriklim tropis. Jarak tempuh
Puskesmas Atari jaya ke desa terjauh ± 15 Km dengan waktu tempuh ± 45
menit.
Adapun batas-batas wilayah Kerja Puskesmas Atari jaya adalah
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Basala dan Kecamatan
Andoolo Barat.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tinanggea.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana/Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Timur
Jumlah penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Tahun
2017 sebesar 16.695 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata
1.10/km². Dimana jumlah penduduk wanita sebanyak 8.123 ( 48,85%)
jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 8.572 jiwa (51,14 %), yang terbagi
atas beberapa kelompok, yaitu:
1) Bayi : 310 orang
2) Balita : 1159 orang
3) WUS : 4478 orang
4) Bumil : 122 orang
5) PUS : 3352 orang
50
Rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam satu KK berjumlah 4
orang. Jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Sumber Jaya dengan
jumlah 1.944 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah Desa Lalembuu
Jaya yaitu sebesar 205 jiwa. Adapun distribusi penduduk menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Puskesmas Atari
Jaya Tahun 2017
JUMLAHRUMAH
TANGGA1 2 4 5 6 81 Atari Jaya 638 679 1317 3792 Atari Indah 919 788 1707 4553 Padaleu 288 297 585 594 Lambodi Jaya 746 697 1443 4235 Potuho Jaya 738 671 1409 4196 Mokupa Jaya 244 228 472 1227 Lambandia 442 395 837 2248 Sumber Jaya 971 973 1944 4959 Mondoke 285 242 527 15210 Moreo 232 237 469 16611 Puunangga 412 393 805 20112 Teteinea Jaya 345 307 652 17013 Kapuwila 554 561 1115 33514 Sukamukti 728 703 1431 42615 Puurema Subur 344 370 714 21116 Tombeleu 187 118 305 8717 Lalembuu Jaya 108 97 205 5718 Meronga Raya 183 196 379 8319 Laloesamba 208 171 379 89
JUMLAH 8572 8123 16695 4,553
JUMLAH PENDUDUKNO DESA/KEL LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
PENDUDUK
51
Distribusi penduduk menurut kelompok sasaran dapat dilihat pada
Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Sasaran Di Wilayah Puskesmas
Atari Jaya Tahun 2017
Desa/KelKelompok Sasaran
JmlPenduduk Bayi Balita WUS BUMIL PUS
Atari Jaya 1267 17 71 306 12 237Atari Indah 1670 30 133 431 17 313Padaleu 626 9 44 189 4 114Lambodi Jaya 1424 26 82 342 9 252Potuho Jaya 1394 38 124 438 8 336Mokupa Jaya 658 8 50 196 6 128Sumber Jaya 1756 31 134 472 12 330Lambandia 837 26 82 193 7 163Mondoke 560 10 51 167 2 116Monapa Pers 285 5 24 85 2 78Puunangga 792 5 39 232 1 187Teteinea Jaya 663 8 44 180 3 131Kapuwila 1148 38 77 259 10 197Sukamukti 1588 33 88 376 14 289PuuremaSubur 749 7 42 229 4 172
Tombeleu 325 5 21 86 3 77LalembuuJaya 274 3 18 71 3 57
Meronga Raya 347 8 26 94 2 74Lalouesamba 353 3 18 132 3 101JUMLAH 16.695 310 1.159 4.478 122 3.352
Sumber : SP2TP Puskesmas Atari Jaya
Penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Atari Jaya
terdiri dari berbagai suku dan bahasa ada suku jawa, bugis, bali, dan suku
suku lainnya yang hidup berdampingan, sebagian besar penganut agama
Islam, selanjutnya ada yang beragama Kristen, Hindu dan penganut
kepercayaan lainnya. Sedangkan bahasa pengantar dalam pergaulan
sehari-hari adalah bahasa Indonesia.
52
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari, sebagian besar
mata pencaharian penduduk adalah bertani dengan komoditi/produk
unggulan adalah Padi sawah, kelapa dan Kakao.Proporsi jumlah sarana
pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah menurut tingkatannya
menunjuk pada kesenjangan antara jumlah sarana pendidikan yang
tersedia dengan jumlah penduduk usia sekolah. Adapun distribusi jumlah
sarana pendidikan dan jumlah penduduk usia sekolah menurut
tingkatannya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5Distribusi Jumlah Sarana Pendidikan Dan Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Menurut Tingkatannya
Tingkat Pendidikan JumlahSarana
Jumlah Penduduk usiasekolah
TK / PAUDNI 16
1728SD dan sederajat 17SLTP dan sederajat 7SMA dan sederajat 3
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kec. Lalembuu
b. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang
lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur,
paritas. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 6.
53
Tabel 6Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlahn %
UmurBerisiko
Tidak Berisiko3264
33,366,7
Paritas01234
2953842
30,255,28,34,22,1
Sumber: Data Primer
Setelah dilakukan analisis data, dapat dilihat bahwa karakteristik
terbanyak pada umur tidak berisiko (20-35 tahun) sebanyak 64 ibu
(66,7%), paritas 1 sebanyak 53 ibu (55,2%).
c. Identifikasi Kejadian Anemia Dalam Kehamilan di Wilayah KerjaPuskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d2017
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan II atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5gr% pada trimester ke II sesuai dengan status
ibu. Anemia dalam kehamilan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori yaitu anemia dalam kehamilan (jika HB ibu < 11 gr%) dan tidak
anemia dalam kehamilan (jika HB ≥ 11 gr%). Hasil penelitian anemia
dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel 7.
54
Tabel 7Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Dalam Kehamilan di Wilayah
Kerja Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatantahun 2016 s/d 2017
Anemia Dalam KehamilanJumlah
n %
Anemia 40 41,7
Tidak Anemia 56 58,3
Total 96 100
Hasil penelitian pada tabel 7 terlihat bahwa kejadian anemia pada
ibu terlihat bahwa sebagian besar responden mengalami tidak anemia
yaitu sebanyak 56 ibu (58,3%), sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan banyak
mengalami anemia.
d. Identifikasi Kejadian Kekurangan Energi Kronik di Wilayah KerjaPuskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d2017
Kekurangan Energi Kronik adalah keadaan ibu hamil menderita
kekurangan makanan akibat ketidakseimbangan anatara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy yang diukur
menggunakan pita LILA. KEK dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua yaitu KEK (jika LILA < 23,5 cm) dan Tidak KEK (jika LILA ≥ 23,5 cm).
Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dapat dilihat pada tabel 8.
55
Tabel 8Distribusi Frekuensi Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) diWilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan
tahun 2016 s/d 2017
Kejadian KEKJumlah
n %
KEK 48 50,0
Tidak KEK 48 50,0
Total 96 100
Hasil penelitian pada table 8 terlihat bahwa kejadian KEK ibu
berbading sama antara yang KEK dan Tidak KEK sebanyak 48 orang
(50,0%).
e. Identifikasi Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Atari JayaKabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017
BBLR adalah suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram sesuai dengan status bayi. Kejadian BBLR pada
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu BBLR (jika BB lahir < 2500 gram)
dan Tidak BBLR (jika BB lahir ≥ 2500 gram). Hasil penelitian anemia
dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel 9.
56
Tabel 9Distribusi Frekuensi Kejadian BBLRdi Wilayah Kerja Puskesmas Atari
Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017
BBLRJumlah
n %
BBLR 48 18,7
Tidak BBLR 208 81,3
Total 256 100
Hasil penelitian pada table 9 terlihat bahwa kejadian BBLR pada
bayi sebanyak 48 bayi (18,7%).
d. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas dengan
variable terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi
Square. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan
anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR dan hubungan KEK
dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 10 dan
table 11.
57
Tabel 10Hubungan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR
di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya KabupatenKonawe Selatan tahun 2016 s/d 2017
Kejadian Anemia
Dalam Kehamilan
Kejadian BBLRX2
(p-value)
OR
(CI95%)Ya Tidak
n % n %
Anemia
Tidak Anemia
29
19
60,4
39,6
11
37
22,9
77,1
13,88
(0,000)
0,195
(0,080-
0,473)Total 48 100 48 100
Sumber: Data Primerp<0,05, X2tabel: 3,84
Hasil penelitian pada tabel 10 menyatakan bahwa hasil analisis
menggunakan chi square dan nilai OR diperoleh nilai X2=13,88; p
value=0,000;OR=0,195;CI95%=0,080-0,473. Hal ini menyatakan bahwa
ada hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR.
Ibu yang mengalami anemia berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 0,195
kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.
Tabel 11Hubungan Kejadian KEK dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatantahun 2016 s/d 2017
Kejadian KEK
Kejadian BBLRX2
(p-value)
OR
(CI95%)Ya Tidak
n % n %
KEKTidak KEK
3513
72,927,1
1335
27,172,9
20,17(0,000)
0,138(0,056-0,339)
Total 48 100 48 100
Sumber: Data Primerp<0,05, X2tabel: 3,84
58
Hasil penelitian pada tabel 11 menyatakan bahwa hasil analisis
menggunakan chi square dan nilai OR diperoleh nilai X2=20,167; p
value=0,000;OR=0,138;;CI95%=0,056-0,339. Hal ini menyatakan bahwa
ada hubungan antara KEK dengan kejadian BBLR. Ibu yang mengalami
KEK berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 0,138 kali dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak mengalami KEK.
B. Pembahasan
Penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dan KEK dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan antara anemia dalam kehamilan
dengan kejadian BBLR. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko
melahirkan bayi BBLR sebesar 0,195 kali dibanding yang tidak anemi.
Dengan demikian ibu hamil yang anemia merupakan faktor risiko
terjadinya kelahiran bayi dengan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Atari
Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017. Sedangkan
penelitian tentang hubungan antara kejadian KEK dalam kehamilan
dengan kejadian BBLR dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistic. Ibu yang mengalami KEK berisiko melahirkan
bayi BBLR sebesar 0,138 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
mengalami kurang energ kronik.
59
1. Hubungan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan dengan KejadianBBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kabupaten KonaweSelatan tahun 2016 s/d 2017
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara anemia
dalam kehamilan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Hillary Meita Audrey & Aryu Candra (2016) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara status anemia ibu
hamil trimester III dengan kejadian berat bayi lahir rendah. Nilai ρ
dianggap bermakna apabila <0,05. Yang berarti bahwa dengan kadar Hb
di bawah normal (anemia) memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat
dibawah normal 2,364 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan
kadar Hb normal.
Ibu hamil dengan anemia memiliki resiko yang lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat dibawah normal dikarenakan anemi dapat
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu sehingga dapat terjadi
proses kelahiran imatur (bayi prematur). Pengaruh metabolisme yang
tidak optimal juga terjadi pada bayi karena kekurangan kadar hemoglobin
untuk mengikat oksigen, sehingga kecukupan asupan gizi selama di
dalam kandungan kurang dan bayi lahir dengan berat di bawah normal.
Beberapa hal di atas juga dapat mengakibatkan efek fatal yaitu kematian
pada ibu saat proses persalinan atau kematian neonatal.
Berat badan lahir adalah berat bayi sesaat setelah dilahirkan yang
secara normal berkisar 3000 gram dengan usia kehamilan yang cukup.
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram.
60
BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematur dan dismatur. Bayi
prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, sedangkan bayi dismatur adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. BBLR yaitu bayi yang
lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (VLBW= very
low birth weight) yaitu lahir dengan berat kurang dari 1500 gram, dan bayi
berat lahir sangat rendah sekali (ELBW= extremely low birth weight) yaitu
bayi yang lahir kurang dari 1000 gram ((Manuaba, 2015)).
Menurut Soetjiningsih (2015) berat badan lahir bayi juga
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang lain selama kehamilan, misalnya sakit
berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stress pada ibu hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang
menimpa ibunya, atau pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat gizi ke
janin. Faktor gizi pada ibu juga dijelaskan oleh Kusharisupeni (2012),
bahwa gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan
fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan
kebutuhan nutrient, karena selama kehamilan, ibu harus memenuhi
kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat, dan agar keluaran
kehamilannya berhasil dengan baik dan sempurna.
Salah satu faktor yang menyebabkan berat badan bayi lahir
diantaranya adalah kekurangan kadar hemoglobin pada ibu hamil.
61
Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang kurang dari 11g/dl
mengindikasikan ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil
meningkatkan risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah ,risiko
perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Hal ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka
kematian ibu bersalin, maupun angka kemaian bayi (Kusuma, 2015).
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati,
prematuritas dan berat bayi lahir rendah (World Health Organization,
2014). Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait
dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik
pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil dengan anemia cenderung
mengalami kelahiran prematur, mudah jatuh sakit akibat daya tahan tubuh
yang lemah, melahirkan bayi dengan barat badan rendah, mengalami
pendarahan pasca persalinan dan angka kematian yang tinggi . Pada ibu
hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat
makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi
plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah (Cunningham et al., 2012).
62
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia
terutama negara berkembang. Sebagian besar anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi. Anemia merupakan salah satu faktor risiko
penyebab kematian ibu. Angka kematian ibu hamil akibat anemia di
Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 ibu hamil. Tingginya anemia pada
bumil dapat mencerminkan ketidakmampuan sosial ekonomi keluarga
atau seluruh komponen bangsa karena nilai gizi tidak memenuhi syarat
kesehatan (Manuaba, 2015). Anemia dalam kehamilan dapat
mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia
pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya pendarahan post
partum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya persalinan prematur (Proverawati dan Asfuah, 2013).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan anemia pada
kunjungan pertama kehamilan. Bahkan jika tidak mengalami anemia pada
saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan
lanjutannya. Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi untuk memenuhi
kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya. Kekurangan zat besi
mengakibatkan kekurangan hemoglobin, dimana zat besi sebagai salah
satu unsur pembentuknya. Hemoglobin berfungsi sebagai pangkat
oksigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme sel. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya anemia dalam kehamilan yaitu faktor
63
langsung, tidak langsung dan faktor dasar. Faktor langsung terdiri dari
pola konsumsi zat besi, penyakit infeksi, perdarahan. Faktor tidak
langsung terdiri dari kunjungan Antenatal Care, sikap, paritas, umur.
Faktor dasar terdiri dari sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, budaya
(Sulistyawati, 2011).
2. Hubungan Kejadian KEK dengan Kejadian BBLR di Wilayah KerjaPuskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d2017
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara KEK
dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Sumiaty & Sri Restu 2015 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara KEK pada ibu hamil dengan BBLR dengan nilai ρ=0,000.
KEK merupakan faktor risiko terjadinya BBLR dengan nilai rr = 4,215
(rr>1).
Berat badan lahir adalah berat bayi sesaat setelah dilahirkan yang
secara normal berkisar 3000 gram dengan usia kehamilan yang cukup.
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram.
BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematur dan dismatur. Bayi
prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, sedangkan bayi dismatur adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. BBLR yaitu bayi yang
lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (VLBW= very
64
low birth weight) yaitu lahir dengan berat kurang dari 1500 gram, dan bayi
berat lahir sangat rendah sekali (ELBW= extremely low birth weight) yaitu
bayi yang lahir kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2015).
Menurut Soetjiningsih (2012) berat badan lahir bayi juga
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang lain selama kehamilan, misalnya sakit
berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stress pada ibu hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang
menimpa ibunya, atau pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat gizi ke
janin. Faktor gizi pada ibu juga dijelaskan oleh Kusharisupeni (2012),
bahwa gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan
fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan
kebutuhan nutrient, karena selama kehamilan, ibu harus memenuhi
kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat, dan agar keluaran
kehamilannya berhasil dengan baik dan sempurna.
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, N., Bakri, B., Fajar, I., 2014).
KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan
LILA-nya kurang`dari 23,5 cm (Kemenkes, 2015). Penyebab utama
terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil ibu sudah
mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi
65
dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat
gizi lainnya meningkat selama hamil. Menurut Sediaoetama (2014),
penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab langsung
dan tidak langsung. Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau
pola konsumsi dan infeksi. Penyebab Tidak Langsung yaitu hambatan
utilitas zat-zat gizi. Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah hambatan
penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino didalam tubuh tidak
seimbang yang dapat menyababkan penurunan nafsu makan dan
penurunan konsumsi makan, hambatan absorbsi karena penyakit infeksi
atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan, pendidikan
umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang
mencukupi kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah anak
yang terlalu banyak, usia ibu yang tua, penghasilan rendah,
perdagangandan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata. Penyebab
tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini disebut penyakit
dengan causa multifactorial dan antara hubungan menggambarkan
interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan energi kronis.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kejadian anemia dalam kehamilan di Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 sebesar 41,7%.
2. Kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 sebesar 50,0%.
3. Kejadian bayi berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016 s/d 2017 sebesar 18,7%.
4. Ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian bayi
berat lahir rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe
Selatan tahun 2016 s/d 2017. Ibu yang mengalami anemia berisiko
melahirkan bayi BBLR sebesar 0,195.
5. Ada hubungan KEK pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah di Puskesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan tahun
2016 s/d 2017. Ibu yang mengalami KEK berisiko melahirkan bayi
BBLR sebesar 0,138.
B. Saran
1. Ibu hamil diharapkan untuk selalu menjaga kehamilannya terutama
asupan gizi selama kehamilan.
2. Petugas kesehatan diharapkan selalu memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat tentang BBLR dan faktor yang
67
mempengaruhi kejadian BBLR terutama anemia dalam kehamilan
dan KEK.
3. Petugas kesehatan diharapkan melakukan pemantauan kehamilan
kepada ibu hamil yang mengalami anemia dalam kehamilan
terutama pemantauan asupan gizinya selama kehamilan sehingga
dapat mengurangi risiko terjadinya BBLR.
68
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama
Andria (2017) Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat BadanLahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum Daerah RokanHulu.Tahun 2016.
Arisman, 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran: Jakarta
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatandan Macro Internasional Inc. (2013). Survei Demografi danKesehatan Indonesia 2012. Jakarta
Bobak (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Budwiningtjastuti dkk, 2012. Anemia Ibu Hamil Triwulan III danPengaruhnya Terhadap Kejadian Rendahnya Skor Apgar. Tesis.Pasca Sarjana UGM.
Chinue. 2009. Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang : Media Grup
Chunningham, F.G., Gant, N.F.,Leveno, K.J., Gilsrap, L.C.,Haunt, J.C.,Wentrom, K.D. (2012) Obstetric William. Edisi ke-21. Jakarta :EGC
Departemen Gizi dan Kesmas (2012). Profil kesehatan Indonesia. Website: http://www.kemkes.go.id
Fatmah (2012). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : DepartemenGizi FKM UI
Gibney, M.J.,dkk. 2012. Gizi Kesehatan Masyarakat. Buku KedokteranEGC : Jakarta
Hillary Meita Audrey & Aryu Candra, 2016. Hubungan Antara StatusAnemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian Bayi Berat LahirRendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Semarang.Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol 5 No. 4, Oktober 2016.Online:http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico. ISSNOnline:2540-8844.
Huliana, Mellyana. 2015. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta :Puspa Swara.Diktat, Asuhan Kebidanan 3
Husaini, 2013. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi IV.Jakarta Timur: Bumi Aksara
Indrawati, J (2015). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan KejadianBBLR Di Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. NaskahPublikasi
IPB (2013). Kajian Indeks Masa Tubuh dan Pertambahan Berat Badan IbuHamil serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir.[SerialOnline]http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8270/Bab%2011_aht.pdf?sequense=11
Juniarni, dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC.
Karasahin E, dkk, 2012. Maternal Anemia and Perinatal Out Come.Perinatal Journal Vol:15, Issue 3 Desember.
Kemenkes RI (2013). Pedoman Pelayanan Antenatal. Direktorat BinaPelayanan Medik Dasar. Jakarta.
______ (2015). Modul Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk BidanDi Desa. Direktorat Jenderal Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta
_____ (2016). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta :Kemenkes RI
Kusharisupeni (2012). “Growth Faltering Pada Bayi Di KabupatenIndramayu Jawa Barat”. Jurusan Gizi, Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424. MakalaKesehatan, Vol.1, Juni 2012.
_____. 2012. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Jakarta: Buku KedokteranEGC
Kusuma, S. 2015. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
_____ (2015). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika
Manuaba, IBG, (2015). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan danKeluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Maryam.,Yusrawati.,Edward (2016). Hubungan Anemia dengan KejadianBBLR pada Kehamilan Aterm Di RSUD Achmad Darwis Suliki.Jurnal yang Di Publikasikan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanAisyiyah Yogyakarta.
Mayanda, (2017). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil (KEK dan Anemia Gizi)dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Jurnal yang DiPublikasikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Moehji, S. 2013. Ilmu Gizi, Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti
Moore, KL. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates
Nursalam. 2013. Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan.Salemba Medika, Jakarta.
Pantiawati,I (2010). Asuhan Kebidanan pada Antenatal. Jakarta : EGC
Poverawati dan Asfuah. 2013. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.Jogyakarta: Nuha Medika
Puskesmas Atarijaya Kabupaten Konawe Selatan (2018) LaporanTahunan Kejadian BBLR Tahun 2015-2017. Konawe : KabupatenKonawe Selatan.
Riskesdas (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian PengembanganKesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sediaoetama. 2014. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
Simanjutak, 2013. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan KejadianBBLR Di BPRSU Rantauprapat (Thesis) Universitas SumateraUtara.Medan
Soekirman, 2012, Dampak Pembangunan Terhadap Keadaan Gizi, OrasiPenerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Gizi, Faperta, IPB, Bogor.
Soetjiningsih, 2015, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, Penerbit EGC
Sulistiani, 2013. Practikal Population Indicator of Health and Nutrition. InNutrition and Preventive.
Sulistyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba Medika
Sumiaty dan Sri Restu, 2015. Hubungan Kurang Energi KroniK (KEK)pada ibu Hamil dengan bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diWilayah Kerja Puskesmas Kamonji Tahun 2015. Jurnal HusadaMahakam Volume IV No.3 Nov 2016 hal 162-170.
Supariasa, N., Bakri, B., Fajar, I., 2014, Penilaian Status Gizi, Jakarta:Penerbit EGC.
Surasih, H. 2014. Riset Kesehatan Dasar, Direktorat Bina Gizi, BukuKedokteran EGC: Jakarta
Susanti, Lidya, S.,Rena,F.G, (2017). Hubungan Anemia pada Ibu Hamildengan Kejadian Bayi Lahir Rendah Di Wilayah Kerja PuskesmasTanta Kabupatern Tabalong tahun 2016. Naskah Publikasi.
Thompson, dkk, 2012. Crafing and executing strategy, United States:McGraw-Hill.
UNICEF, (2014). Bayi Berat Lahir. http://www.unicef.go.id
WHO, (2012). Kangaroo Mother Care :A Practical guide. Djelantik,I.G.G.dkk., Petunjuk Praktis Perawatan Metode Kanguru. Jakarta :Perinasia
WHO, (2015). Maternal Mortality. Diakses pada tanggal 02 Mei 2017 dariwww.who.int/who/matrenal_health/mortality/maternal_mortality_teks.2014
Winkjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
MASTER TABEL PENELITIAN
No Nama Umur P ANEMIA KEK BBLR1 NY. “S” 20 I Ya Ya Ya2 NY. “L” 26 II Ya Ya Ya3 NY. “S” 32 III Tidak Ya Ya4 NY. “N” 34 II Ya Ya Ya5 NY. “K” 40 IV Tidak Tidak Ya6 NY. “B” 27 II Ya Ya Ya7 NY. “L” 22 I Ya Ya Ya8 NY. “T” 39 II Tidak Ya Ya9 NY. “T” 27 II Ya Ya Ya
10 NY. “W” 22 I Ya Ya Ya11 NY. “I” 25 II Ya Ya Ya12 NY. “Y” 40 II Ya Ya Ya13 NY. “I” 32 II Tidak Ya Ya14 NY. “A” 30 II Ya Ya Ya15 NY. “B” 18 I Ya Ya Ya16 NY. “K” 23 I Tidak Ya Ya17 NY. “S” 41 III Ya Ya Ya18 NY. “S” 40 V Ya Ya Ya19 NY. “D” 32 II Tidak Ya Ya20 NY. “M” 30 I Ya Ya Ya21 NY. “D” 30 II Ya Ya Ya22 NY. “L” 26 I Tidak Tidak Ya23 NY. “S” 24 I Ya Ya Ya24 NY. “M” 30 III Tidak Ya Ya25 NY. “A” 33 II Ya Ya Ya26 NY. “A” 45 II Tidak Tidak Ya27 NY. “W” 22 I Ya Ya Ya28 NY. “S” 25 II Tidak Tidak Ya29 NY. “B” 22 I Ya Ya Ya30 NY. “R” 33 II Tidak Tidak Ya31 NY. “D” 40 IV Ya Ya Ya32 NY. “T” 44 III Tidak Tidak Ya33 NY. “A” 36 III Ya Ya Ya34 NY. “S” 40 III Ya Ya Ya35 NY. “L” 22 II Ya Ya Ya
Lampiran 6
36 NY. “A” 25 II Tidak Tidak Ya37 NY. “D” 30 I Ya Ya Ya38 NY. “B” 31 II Tidak Tidak Ya39 NY. “T” 25 I Tidak Tidak Ya40 NY. “M” 18 I Ya Ya Ya41 NY. “J” 36 II Tidak Tidak Ya42 NY. “B” 36 II Ya Ya Ya43 NY. “A” 22 I Tidak Tidak Ya44 NY. “S” 32 II Ya Ya Ya45 NY. “T” 19 I Tidak Tidak Ya46 NY. “N” 24 II Tidak Tidak Ya47 NY. “J” 36 II Ya Ya Ya48 NY. “K” 23 I Ya Ya Ya49 NY. “S” 20 I Tidak Tidak Tidak50 NY. “L” 26 II Tidak Tidak Tidak51 NY. “S” 32 III Ya Tidak Tidak52 NY. “N” 34 II Tidak Tidak Tidak53 NY. “K” 40 IV Tidak Tidak Tidak54 NY. “B” 27 II Tidak Tidak Tidak55 NY. “L” 22 I Ya Ya Tidak56 NY. “T” 39 II Tidak Tidak Tidak57 NY. “T” 27 II Tidak Tidak Tidak58 NY. “W” 22 I Tidak Tidak Tidak59 NY. “I” 25 II Ya Ya Tidak60 NY. “Y” 40 II Tidak Tidak Tidak61 NY. “I” 32 II Ya Tidak Tidak62 NY. “A” 30 II Tidak Tidak Tidak63 NY. “B” 18 I Tidak Tidak Tidak64 NY. “K” 23 I Tidak Tidak Tidak65 NY. “S” 41 III Ya Ya Tidak66 NY. “S” 40 V Tidak Tidak Tidak67 NY. “D” 32 II Tidak Tidak Tidak68 NY. “M” 30 I Tidak Tidak Tidak69 NY. “D” 30 II Tidak Tidak Tidak70 NY. “L” 26 I Tidak Tidak Tidak71 NY. “S” 24 I Ya Ya Tidak72 NY. “M” 30 III Tidak Tidak Tidak73 NY. “A” 33 II Ya Ya Tidak
74 NY. “A” 45 II Tidak Tidak Tidak75 NY. “W” 22 I Tidak Tidak Tidak76 NY. “S” 25 II Ya Ya Tidak77 NY. “B” 22 I Tidak Tidak Tidak78 NY. “R” 33 II Tidak Tidak Tidak79 NY. “D” 40 IV Ya Ya Tidak80 NY. “T” 44 III Tidak Tidak Tidak81 NY. “A” 36 III Ya Ya Tidak82 NY. “S” 40 III Tidak Tidak Tidak83 NY. “L” 22 II Ya Ya Tidak84 NY. “A” 25 II Tidak Tidak Tidak85 NY. “D” 30 I Ya Ya Tidak86 NY. “B” 31 II Ya Ya Tidak87 NY. “T” 25 I Tidak Tidak Tidak88 NY. “M” 18 I Ya Ya Tidak89 NY. “J” 36 II Ya Ya Tidak90 NY. “B” 36 II Tidak Tidak Tidak91 NY. “A” 22 I Ya Ya Tidak92 NY. “S” 32 II Ya Ya Tidak93 NY. “T” 19 I Tidak Tidak Tidak94 NY. “N” 24 II Tidak Tidak Tidak95 NY. “Y” 40 II Ya Ya Tidak96 NY. “I” 32 II Ya Ya Tidak
HASIL SPSS
Lampiran 7
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 8