hubungan aktivitas fisik dan aktivitas kognitif...

72
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF TERHADAP KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI KELURAHAN SUKABUMI SELATAN TAHUN 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Dian Fithria Hidayaty NIM :109103000031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 1433 H / 2012 M

Upload: lengoc

Post on 09-Sep-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

i

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS

KOGNITIF TERHADAP KEJADIAN DEMENSIA

PADA LANSIA DI KELURAHAN SUKABUMI

SELATAN TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Dian Fithria Hidayaty

NIM :109103000031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

1433 H / 2012 M

Page 2: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

ii

Page 3: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

iii

Page 4: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

iv

Page 5: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif terhadap Kejadian

Demensia Pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012” walaupun

dalam bentuk yang sederhana.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad saw, yang telah mewarnai cakrawala baru pada peradaban umat

manusia sehingga dengan itu penulis memperoleh nuansa untuk membedakan

antara yang haq dan yang bathil.

Dengan terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua

pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penelitian ini, khususnya

kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima

kasih untuk semua dukungan serta memberikan masukan untuk penelitian

saya.

2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, atas segala

dukungan serta pemberian izin untuk sidang skripsi saya.

3. dr. Rachmania Diandini, MKK dan dr. Hendro Birowo, Sp.S selaku dosen

pembimbing penelitian saya, Terima kasih untuk ilmu, bimbingan, saran,

dukungan dan do’a yang dokter berikan dari awal sampai selesainya

skripsi ini. Terima kasih telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan

Page 6: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

vi

pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis

selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset

Program Studi Pendidikan Dokter 2009, yang telah banyak

“menyadarkan” saya dengan mem-follow-up di setiap akhir modul untuk

mempercepat penyelesaiaan penelitian ini.

5. dr. Erike Anggraini S, M.Pd dan dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ selaku

penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji

pada sidang skripsi ini dan memberikan koreksi dan saran yang telah

memperkaya diri ini dengan banyak ilmu.

6. Untuk Bapak Ibnu Sofa selaku Lurah beserta staff Kelurahan Sukabumi

Selatan, kader-kader puskesmas, ketua-ketua RW dan ketua-ketua RT

serta lansia-lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan yang telah bersedia

menjadi responden. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada

saya sehingga terealisasilah penelitian ini. Terima kasih untuk kerjasama,

bantuan, dan do’anya.

7. Drs. H. Abdul Muhit, MM sebagai ayah penulis dan Hj. Susanti sebagai

ibu penulis, terima kasih atas dukungan dan do’a dari kalian, betapa

bersyukurnya saya menjadi buah hati kalian. Adik-adikku yang bawel tapi

baik, terima kasih atas keramaian yang kalian ciptakan.

8. Sahabat-sahabatku tersayang Adinda, Angelia, Ayesha, Eka, Lia,

Rahmatul, Resti, serta teman-teman seperjuangan Adelita, Reani, Ibnu

dan Wildan terima kasih untuk semuanya.

9. Seluruh staff di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah, terutama mba pipit yang bersedia untuk direpotkan oleh

kami para mahasiwa. Terima kasih banyak atas jasa-jasanya.

Ciputat, 18 September 2012

Penulis

Page 7: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

vii

ABSTRAK

Dian Fithria Hidayaty. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Aktivitas

Fisik Dan Aktivitas Kognitif Terhadap Kejadian Demensia Pada Lansia Di

Kelurahan Sukabumi Selatan. 2012

Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan mencapai 500 juta dan pada

tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Seiring meningkatnya usia, risiko

terjadinya demensia juga mengalami peningkatan. Salah satu faktor risiko yang

berkaitan dengan demensia adalah aktivitas fisik, dan aktivitas kognitif. Lansia

yang melakukan aktivitas baik fisik maupun kognitif dapat menurunkan risiko

demensia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik,

kognitif dan karakteristik responden terhadap kejadian demensia pada lansia di

Kelurahan Sukabumi Selatan. Penelitian ini menggunakan kuesioner dari

Verghese untuk aktivitas fisik dan kognitif, serta menggunakan kuesioner Mini

Mental State Examination untuk diagnosis demensia. Desain penelitian yang

digunakan adalah cross sectional selama bulan Juli-Agustus 2012. Pengambilan

sampel menggunakan cluster random sampling dengan responden 101 lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang menderita demensia adalah

kelompok dengan aktivitas fisik rendah (64,8%) dengan p = 0,024 (OR = 2,715)

dan aktivitas kognitif rendah (46,3%), dengan p = 0,008 (OR = 3,640). Dengan

demikian, aktivitas fisik dan aktivitas kognitif yang cukup dapat menurunkan

risiko demensia.

Kata Kunci : Demensia, aktivitas fisik, dan aktivitas kognitif.

ABSTRACT

Dian Fithria Hidayaty. Medicine Study Programe. Correlation between physical

and cognitive activities with dementia of the elderly in the South Sukabumi

Village. 2012

Today, the number of elderly in the world reach 500 million, and in 2025 will

reach 1.2 billion. With increasing age, the risk of dementia also increased. One of

the risk factors associated with dementia is a physical and cognitive activity.

Elderly who involve physical and cognitive activities may decrease the risk of

dementia. This research’s aim to know the correlation between physical and

cognitive activities and characteristic of subject with dementia of the elderly in the

South Sukabumi Village. This research use Verghese’s questionaires for the

physical and cognitive activities and use Mini Mental State Examination for

diagnostic dementia. This research use cross sectional design during July until

August 2012. The method of sampling is cluster random sampling with total of

responden is 101. The result showed that the elderly who suffer from dementia is

group with low physical activity (64,8%) with p value = 0,024 (OR = 2,175) and

low cognitive activity (46,3%) with p value = 0,008 (OR = 3,640). So, physical

activity and cognitive activity can reduce the risk of dementia.

Keyword : Dementia, physical activity, and cognitive activity.

Page 8: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………... iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………… v

ABSTRAK…………………………………………………………………... vii

ABSTRCT…………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI……………………………………………………….............. viii

DAFTAR TABEL………………………………………………….............. x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….......... xi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...... xii

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………... 3

1.3. Hipotesis……………………………………………….. 3

1.4. Tujuan Penelitian……………………………………..... 3

1.5. Manfaat Penelitian……………………………………... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 5

2.1. Lanjut usia……………………………………………... 5

2.1.1. Definisi Lanjut Usia…..………………………. 5

2.1.2. Proses Menua………………………………..... 5

2.1.3. Perubahan yang Terjadi pada Berbagai Sistem

Tubuh pada Proses Menua………….................

6

2.2. Demensia………………………………………………. 9

2.2.1. Definisi…………………………….………….. 9

2.2.2. Epidemiologi…………………….……………. 10

2.2.3. Klasifikasi Demensia…………...…………….. 10

2.2.4. Patobiologi dan Patogenesis..………………... 12

2.2.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Demensia……………………………………...

14

2.2.6. Diagnosis……………………………………... 18

2.3. Kerangka Konsep…………………………………….... 22

2.4. Definisi Operasional………………………………….... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………….. 25

3.1. Jenis dan Desain Penelitian………………………........ 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………...... 25

3.3. Populasi dan Sampel……...…………………………… 25

3.4. Cara Kerja Penelitian…………..…………………........ 26

Page 9: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

ix

3.5. Managemen Data……………………………………..... 27

3.6. Etik Penelitian………………….………………............ 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………. 29

4.1. Gambaran Karakteristik Responden………………….... 29

4.2. Gambaran Kejadian Demensia………………………… 30

4.3. Gambaran Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif…….. 31

4.4. Hubungan Umur dengan Demensia….……………...... 33

4.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Demensia………...... 33

4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Demensia……. 34

4.7. Hubungan Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif

dengan Demensia……………………………………...

35

4.8. Keterbatasan Penelitian………………………………... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 37

5.1. Kesimpulan…………………………………………….. 37

5.2. Saran………………………………………………….... 38

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 39

LAMPIRAN………………………………………………………………… 41

Page 10: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kemunduran dan Kelamahan Lansia.……………………….. 9

Tabel 2.2 Penyakit Penyebab Demensia……………………………….. 17

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden

pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012…..

29

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Kategori Tingkat Pendidikan

pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun

2012…………………………………………………………..

30

Tabel 4.3. Distribusi Kejadian Demensia pada Lansia di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012……...………………………..

31

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dan Aktivitas

Kognitif pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun

2012…………………………………………………………..

31

Tabel 4.5. Presentase Aktivitas Fisik Lansia...………………………….. 32

Tabel 4.6. Presentase Aktivitas Kognitif Lansia ……………………….. 32

Tabel 4.7. Distribusi Rata-rata Umur Responden dengan Kejadian

Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan

Tahun 2012………………………….………………………..

33

Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dengan

Kejadian Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012…………………………………………..

33

Tabel 4.9. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan

Kejadian Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012…………………………………………..

34

Tabel 4.10. Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan

Kejadian Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012…………………………………………..

35

Page 11: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mini Mental State Examination.......................................................20

Page 12: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner........................................................................................41

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik...................................................................47

Lampiran 3 Surat Perizinan...............................................................................59

Lampiran 4 Riwayat Penulis.............................................................................60

Page 13: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau

lebih.1

Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan mencapai 500 juta

dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia sendiri

pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99% dari seluruh penduduk

Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup usia 65-70 tahun dan

pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 30 juta orang dengan umur harapan

hidup 70-75 tahun.2

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang

disebabkan oleh penyakit otak, dan tidak berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran.3

Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring meningkatnya

usia. Setelah usia 65 tahun, prevalensi demensia meningkat dua kali lipat setiap

pertambahan usia 5 tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada populasi

berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6 %. Saat ini usia harapan hidup mengalami

peningkatan, hal ini diperkirakan akan meningkatkan pula prevalensi demensia,

dan di seluruh dunia di perkirakan lebih dari 30 juta penduduk menderita

demensia dengan berbagai sebab.4 Di Indonesia sendiri, menurut data profil

kesehatan yang di laporkan oleh Departemen Kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2

% populasi usia lanjut 60 tahun keatas menderita demensia. Peningkatan angka

kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup

suatu populasi.2

Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan demensia adalah aktivitas

fisik, dan aktivitas kognitif.2 Aktivitas untuk mengisi waktu senggang pada lansia

dapat menurunkan risiko demensia. Jenis aktivitas tersebut melibatkan fungsi

kognitif dan fisik. Pada lansia yang melakukan aktivitas melibatkan fungsi

kognitif dapat menurunkan risiko demensia.5 Penelitian dr.R.W.Bowers dari

Universitas Bowling Green menunjukkan, setelah 10 minggu jogging, pada

1

Page 14: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

2

mereka yang semula hanya duduk saja, ternyata meningkatkan daya ingat dan

daya pikir lebih tajam.6

Demensia juga berkaitan dengan umur dan jenis kelamin. Sekitar 5 % usia

lanjut 65-70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun

mencapai lebih 45 % pada usia di atas 85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab

yang paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada orang lanjut usia.2

Penelitian di Jakarta Barat rata-rata umur lansia dengan demensia adalah 70,03

tahun, sedangkan lansia yang tidak demensia memiliki rata-rata umur 66,08

tahun.7

Pengaruh umur dengan kejadian demensia adalah semakin meningkatnya

umur, semakin tinggi pula risiko demensia.8

Demensia terjadi lebih tinggi pada

wanita dibanding pria. Penderita demensia pada usia 65 dan 69 tahun sekitar 1,4%

pria dan 1,5% wanita, pada usia 70 dan 74 tahun sekitar 3,1% pria dan 2,2%

wanita, pada usia antara 75 dan 79 sekitar 5,6% pria dan 7,1% wanita , pada usia

antara 80 dan 84 sekitar 10,2% pria dan 14,1% wanita, dan pada usia 85 atau lebih

sekitar 19,6% pria dan 27,5% wanita.9 Kejadian demensia pada pria dibandingkan

wanita ternyata wanita lebih banyak mengalami demensia, akan tetapi tidak ada

perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan demensia.7

Tingkat pendidikan

memiliki hubungan dengan kejadian demensia pada lansia. Lansia dengan

pendidikan rendah lebih berpeluang mengalami demensia dibanding lansia dengan

pendidikan tinggi.7

Pada penderita demensia terjadi penurunan daya ingat terutama memori

jangka pendek, perubahan kepribadian yang bermanifestasi menjadi perilaku yang

tidak sopan, berkurangnya interaksi sosial, depresi, paranoid dan lain sebagainya.

Selain itu terdapat pula perubahan dalam cara mempertimbangkan dan

mempersepsikan sesuatu, kemampuan berbahasa dan perilaku motorik. Hal ini

sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan lansia.

Jumlah lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan tercatat sebanyak 538

orang, namun belum pernah ada penelitian yang melihat berapa prevalensi

demensia di daerah ini. Demensia pada lansia bila dideteksi dan dicegah sejak dini

dapat membuat golongan usia lanjut tersebut tetap bisa menjalani hidup dengan

optimal dengan produktivitas yang relatif baik di usianya.

Page 15: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan kognitif dengan kejadian

demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara aktivitas fisik dan kognitif dengan kejadian demensia pada

lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kognitif terhadap kejadian

demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan) pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan

Tahun 2012

b. Mengetahui prevalensi Demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012

c. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012

d. Mengetahui gambaran aktivitas kognitif pada lansia di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012

e. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian

demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

f. Mengetahui hubungan antara aktivitas kognitif terhadap kejadian

demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

g. Mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan) terhadap kejadian demensia pada

lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Page 16: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan subyek penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik,

aktivitas kognitif, dan karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan

tingkat pendidikan) terhadap kejadian demensia pada lansia di Kelurahan

Sukabumi Selatan tahun 2012.

1.5.2 Kelurahan Sukabumi Selatan

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang

hubungan aktivitas fisik, aktivitas kognitif, dan karakteristik responden

(umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan) terhadap kejadian demensia

pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan tahun 2012 sebagai bahan

pertimbangan dalam intervensi penyuluhan atau pelayanan khusus pada

lansia yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki

status kesehatan lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan.

1.5.3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam

membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa mendatang

khususnya dalam penatalaksanaan penderita demensia pada lansia. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian

selanjutnya.

1.5.4 Peneliti

a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan

ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

b. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan aktivitas fisik,

aktivitas kognitif, dan karakteristik responden (umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan) terhadap kejadian demensia pada lansia di

Kelurahan Sukabumi Selatan tahun 2012.

Page 17: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.10

Ada

beberapa pembagian lansia, antara lain menurut WHO, Depkes RI, dan menurut

pasal 1 Undang – undang No.4 tahun 1965. Departemen Kesehatan RI membagi

lansia sebagai berikut : kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai

masa vibrilitas, kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, kelompok

usia lanjut (≥ 65 tahun) sebagai senium.2 Sedangkan menurut pasal 1 Undang-

Undang No. 4 tahun 1965 : “Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia

lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan

menerima nafkah dari orang lain”.11

Berdasarkan World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok

usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old)

antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. 1

2.1.2 Proses Menua

Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefinisikan sebagai

perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan

detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan dan kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap

individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi gaya hidup,

lingkungan, dan penyakit degeneratif.12

Proses menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang

telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan

adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan

adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi

5

Page 18: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

6

satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat

digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan, keterbatasan fungsional,

ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan dialami bersamaan dengan proses

kemunduran.12

2.1.3 Perubahan yang Terjadi pada Sistem Tubuh pada Proses Menua

Proses menua pada berbagai organ seperti sistem endokrin, kardiovaskular,

respirasi, gastrointestinal, penginderaan, muskuloskeletal, komposisi tubuh, otak,

ginjal dan saluran kemih pada lansia dijelaskan sebagai berikut :

a. Sistem Endokrin

Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade;

gula darah post prandial meningkat 10 mg/dl/dekade), insulin serum

meningkat, HbA1c meningkat, IGF-1 berkurang, penurunan yang bermakna

pada dehidroepiandrosteron (DHEA), penurunan terstosteron bebas maupun

yang bioavailable, penurunan hormon T3, peningkatan hormon paratiroid,

penurunan produksi vitamin D oleh kulit, ovarian failure disertai menurunnya

hormon ovarium, serta peningkatan kadar homosistein serum.13

b. Kardiovaskular

Tidak ada perubahan frekuensi jantung saat istirahat, penurunan frekuensi

jantung maksimum, berkurangnya pengisian ventrikel kiri, berkurangnya sel

pacu jantung (pacemaker) di nodus SA, hipertrofi atrium kiri, kontraksi dan

relaksasi ventrikel kiri bertambah lama, menurunnya respon inotropik,

kronotropik, lusitropik, terhadap stimulasi beta adrenergik, menurunnya curah

jantung maksimal, menurunnya hipertrofi sebagai respon terhadap

peningkatan volume dan tekanan, peningkatan atrial natriuretic peptide

(ANP) serum, lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat, ukuran dan

bentuk yang irregular pada sel-sel endotel, fragmentasi elastin pada lapisan

media dinding arteri, serta peningkatan resistensi vaskular perifer.13

c. Tekanan Darah

Peningkatan tekanan darah sistolik, tanpa diikuti perubahan pada tekanan

darah diastolik, berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta adrenergik,

akan tetapi vasokonstriksi yang dimediasi alfa adrenergik tidak berubah, serta

terganggunya perfusi autoregulasi ke otak.10

Page 19: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

7

d. Paru – Paru

Meningkatnya volume residual, berkurangnya efektivitas batuk dan fungsi

silia, peningkatan diameter trakea dan saluran pernafasan atas, penurunan

massa jaringan paru, penurunan tekanan maksimum ekspirasi dan inspirasi,

berkurangnya kekuatan otot-otot pernapasan, serta kekakuan dinding dada.13

e. Hematologi

Berkurangnya cadangan sumsum tulang akibat kebutuhan yang meningkat,

attenuated retikulosis terhadap pemberian eritropoietin.13

f. Ginjal

Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, menurunnya kapasitas konsentrasi dan

dilusi, berkurangnya sekresi akibat pembebanan asam, meningkatnya

ketergantungan prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi, serta

menurunnya aktivasi vitamin D.13

g. Regulasi suhu tubuh

Berkurangnya vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah kutaneus,

berkurangnya produksi keringat, dan meningkatnya suhu inti untuk mulai

berkeringat.12

h. Otot

Massa otot berkurang secara bermakna karena berkurangnya serat otot,

infiltrasi lemak ke berkas otot, peningkatan kelemahan, dan berkurangnya laju

metabolisme basal.12

i. Tulang

Melambatnya penyembuhan fraktur, berkurangnya massa tulang, dan

berkurangnya formasi osteoblast tulang.12

j. Sistem Saraf Perifer

Hilangnya neuron motor spinal, berkurangnya sensasi getar terutama di kaki,

berkurangnya sensitivitas terhadap suhu.13

k. Sistem Saraf Pusat

Berkurangnya massa otak, berkurangnya aliran darah otak dan terganggunya

perfusi, berkurangnya myelin dan total lemak di otak, berubahnya

neurotransmitter termasuk dopamin dan serotonin, meningkatnya aktivitas

monoamine oksidase, melambatnya proses sentral dan waktu reaksi.13

Page 20: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

8

l. Gastrointestinal

Berkurangnya ukuran dan aliran darah hati, terganggunya klirens obat oleh

hati, terganggunya respon cedera pada mukosa lambung, berkurangnya

kontraksi kolon yang efektif, dan berkurangnya absorbsi kalsium.13

m. Penginderaan

Terganggunya adaptasi gelap, pengeruhan pada lensa, ketidakmampuan untuk

fokus pada benda-benda jarak dekat (presbyopia), berkurangnya sensitivitas

terhadap kontras, berkurangnya lakrimasi, deteksi penghidu berkurang 50%,

berkurangnya rasa haus dan terganggunya kontrol haus oleh endorpin,

meningkatnya respon ambang vestibuler dan berkurangnya jumlah sel rambut

pada organ korti, hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral, defisit

pada proses sentral, kesulitan untuk membedakan sumber bunyi, dan

terganggunya kemampuan membedakan target dari sumber bunyi.13

n. Jaringan Adiposa

Meningkatnya aktivitas aromatase dan peningkatan kemungkinan lipolisis.12

o. Sistem Imun

Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel, rendahnya afinitas produksi

antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe

lambat, terganggunnya fungsi makrofag, atrofi organ timus dan hilangnya

hormon timus, serta berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang.12

p. Fungsi Kognitif

Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang, berkurangnya

efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses informasi melambat

dan banyak informasi hilang selama proses transmisi, berkurangnya

kemampuan untuk mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi

dari memori, kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik

dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.12

Akibat perubahan fisiologis lansia mengalami beberapa kemunduran dan

kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan infeksi. Hal ini

digambarkan pada Tabel 2.1.

Page 21: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

9

Tabel 2.1 Kemunduran dan kelemahan lansia

Kemunduran dan Kelemahan Lansia

1. Pergerakan dan kestabilan terganggu

2. Intelektuan terganggu (demensia)

3. Isolasi diri (depresi)

4. Inkontinensia dan impotensia

5. Defisiensi imunologis

6. Infeksi, konstipasi, dan malnutrisi

7. Latrogenesis dan insomnia

8. Kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan,

komunikasi, dan integrasi kulit

9. Kemunduran proses penyembuhan

Sumber : Masalah kesehatan pada golongan lanjut usia, oleh R. Boedhi

Darmodjo (Arisman,2004)

2.2 Demensia

2.2.1 Definisi

Beberapa definisi demensia dikemukakan sebagai berikut:

a. Sindroma demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi atau kemunduran

kapasitas intelektual yang diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini

ditandai oleh gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IIIR menambahkan bahwa agar

dapat digolongkan sebagai demensia, kemunduran fungsi luhur yang diderita

harus sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaannya, aktivitas sosial

atau hubungan dengan orang lain.12

b. DSM IV (1994) mendefinisikan demensia sebagai sindrom yang diakibatkan

oleh banyak kelainan yang ditandai oleh gangguan tingkat intelektual yang

sebelumnya lebih tinggi. Gangguan mencakup memori dan bidang kognitif

lainnya (termasuk berbahasa, orientasi, kemampuan konstruksional, berfikir

abstrak, kemampuan memecahkan persoalan dan praksis) dan harus cukup

berat sehingga mengganggu kemampuan okupasional atau sosial atau

keduanya. Perubahan kepribadian dan afek sering dijumpai.12

c. Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya

kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun

bersamaan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak

atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.14

Page 22: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

10

d. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang

disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan

tingkat kesadaran. Pasien demensia harus mempunyai gangguan memori

selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian,

bahasa, praksis, dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup berat

sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.3

e. Demensia adalah suatu sindroma klinis dengan terjadinya kemunduran

intelektual. Demensia pada umumnya melibatkan deteriorasi pada memori

satu atau lebih fungsi intelektual lain seperti bahasa, berpikir tempat dan

orientasinya, pemecahan masalah, dan berpikir abstrak.15

2.2.2. Epidemiologi

Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10 % kelompok

usia di atas 65 tahun dan 47% kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-20

% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati.12

Secara keseluruhan

prevalensi demensia pada populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6 %.3

Data dari pemeriksaan otopsi menunjukkan bahwa demensia Alzheimer,

jenis multi-infark serta jenis campuran (Alzheimer+multi-infark) merupakan

penyebab yang paling sering dijumpai. Prevalensi Alzheimer lebih tinggi pada

wanita dan demensia multi-infark lebih banyak dijumpai pada pria.12

Penyebab

tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,

sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering

demensia. Demensia lain yang lebih jarang adalah demensia tipe Lewy body,

demensia fronto-temporal (FTD), dan demensia pada penyakit Parkinson.3

2.2.3. Klasifikasi Demensia

Demensia diklasifikasikan menjadi 6 , yaitu :

a. Penyakit Alzheimer

Demensia Alzheimer adalah jenis yang paling umum dari demensia, dan

disebabkan oleh berkurangnya sel otak. Demensia Alzheimer merupakan

penyakit keturunan, oleh sebab itu cenderung muncul pada keluarga.

Walaupun bersifat genetik, tidak berarti semua keluarga akan mendapatkan

Page 23: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

11

penyakit ini. Pada penyakit ini, sel di dalam area otak yang mengendalikan

fungsi mental dan memori dihancurkan oleh protein abnormal yang tersimpan

di dalam otak. Orang dengan penyakit Alzheimer juga mempunyai tingkat

bahan kimia otak yang kurang dari normal disebut neurotransmitter sebagai

pengendali fungsi penting otak. Penyakit Alzheimer tidak tetap dan tidak

diketahui perawatannya, akan tetapi, pengobatan dapat memperlambat

progresivitas penyakit.

b. Demensia Vaskular

Demensia vaskular merupakan jenis demensia yang paling umum dan

disebabkan oleh peredaran darah yang lemah ke otak. Pada multi infark

demensia, beberapa stroke ringan atau infark muncul di tempat aliran darah

beredar minimal ke bagian otak. Peningkatan demensia vaskular dapat terjadi

pada langkah langkah yang tidak diketahui. Dengan demensia jenis ini,

pengendalian tekanan darah yang baik, tidak mengkonsumsi rokok,

pengendalian penyakit yang dapat menyebabkan gangguan vaskular dapat

membantu menghambat kemajuan penyakit ini.

c. Penyakit Parkinson

Penderita penyakit ini secara khas mengalami kekauan otot, bermasalah pada

saat berbicara, dan tremor. Demensia dapat berkembang secara lambat pada

penyakit ini, tetapi tidak semua orang dengan penyakit parkinson mempunyai

demensia. Pemikiran, memori, perkataan, dan pengambilan keputusan paling

mungkin berpengaruh.

d. Lewy Body Dementia

Penyakit demensia jenis ini disebabkan cadangan protein mikroskopik

abnormal di dalam sel saraf, disebut lewy body, cadangan protein ini

menghancurkan sel dari waktu ke waktu. Cadangan ini dapat menyebabkan

gejala khas dari penyakit Parkinson, seperti kekakuan otot dan tremor, seperti

halnya demensia serupa dengan penyakit Alzheimer. Lewy body dementia

lebih mempengaruhi pemikiran, perhatian dan konsentrasi dibandingkan

bahasa dan memori. Seperti penyakit Alzheimer, lewy body dementia tidak

tetap dan tidak diketahui tatalaksananya. Penggunaan obat-obatan pada

Page 24: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

12

penyakit Alzheimer dapat bermanfaat untuk beberapa orang dengan penyakit

ini.

e. Alcohol-related dementia

Kerusakan otak dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang terlalu banyak.

Hal penting untuk orang dengan jenis demensia ini adalah berhenti total

mengkonsumsi alkohol, agar penyakit ini tidak berkembang lebih lanjut.

f. Pick disease (frontotemporal demensia/FTD)

Pick disease adalah bentuk keanehan yang jarang merusak sel di bagian depan

otak. Perubahan kepribadian dan perilaku pada umumnya lebih dulu muncul

dibandingkan permasalahan bahasa dan kehilangan memori.

2.2.4. Patobiologi Dan Patogenesis

Komponen utama patologi penyakit Alzheimer adalah plak senilis dan neuritik,

neurofibrillary tangles, hilangnya neuron/sinaps, degenerasi granulovakuolar, dan

Hirano bodies. Plak neuritik mengandung b-amyloid ekstraseluler yang dikelilingi

neuritis distrofik, sementara plak difus (nonneuritik) adalah istilah yang kadang

digunakan untuk deposisi amiloid tanpa abnormalitas neuron. Deteksi adanya Apo

E di dalam plak B-amyloid dan studi mengenai ikatan high avidity antara Apo E

dengan B-amyloid menunjukkan bukti hubungan antara amiloidogenesis dan Apo

E. Plak neuritik juga mengandung protein komplemen, mikroglia yang teraktivasi,

sitokin-sitokin, dan protein fase akut, sehingga komponen inflamasi juga diduga

terlibat pada pathogenesis penyakit Alzheimer. Gen yang mengkode the amyloid

precursor protein (APP) terletak pada kromosom 21, menunjukkan hubungan

potensial patologi penyakit Alzheimer dengan sindrom down (trisomy-21), yang

diderita oleh semua pasien penyakit Alzheimer yang muncul pada usia 40 tahun.3

Diagnosis penyakit Alzheimer dapat ditegakkan dengan adanya plak

senilis dalam jumlah tertentu. Jumlah plak meningkat seiring bertambahnya usia,

dan plak ini juga muncul di jaringan otak usia lanjut yang tidak demensia. Hal ini

juga dilaporkan bahwa satu dari tiga orang berusia 85 tahun yang tidak demensia

mempunyai deposisi amyloid yang cukup di korteks serebri untuk memenuhi

kriteria diagnosis penyakit Alzheimer, namun apakah ini mencerminkan fase

preklinik dari penyakit masih belum diketahui.3

Page 25: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

13

Neurofibrillary tangles merupakan struktur intraneuron yang mengandung

tau yang terhiperfosforilasi pada pasangan filamen heliks. Individu usia lanjut

yang normal juga diketahui mempunyai neurofibrillary tangles di bebrapa lapisan

hipokampus dan korteks entohirnal, tapi struktur ini jarang ditemukan di

neokorteks pada seseorang tanpa demensia. Neurofibrillary tangles ini tidak

spesifik untuk penyakit Alzheimer dan juga timbul pada penyakit lain, seperti

subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), demensia pugilistika (boxer’s

dementia), dan the parkinsonian dementia complex of Guam.3

Pada demensia vaskular patologi yang dominan adalah adanya infark

multipel dan abnormalitas sunstansia alba. Infark jaringan otak yang terjadi

setelah stroke dapat menyebabkan demensia bergantung pada volume total korteks

yang rusak dan hemisfer mana yang terkena. Umumnya demensia muncul pada

stroke yang mengenai beberapa bagian otak/multi-infract dementia/atau hemisfer

kiri otak. Sementara abnormalitas substansia alba (diffuse white matter disease

atau leukoaraiosis atau penyakit Binswanger) biasanya terjadi berhubungan

dengan infark lakunar. Abnormalitas substansia alba ini dapat ditemukan pada

pemeriksaan MRI pada daerah subkorteks bilateral, berupa gambaran hiperdens

abnormal yang umumnya tampak di beberapa tempat. Abnormalitas substansia

alba ini juga dapat timbul pada suatu kelainan genetik yang dikenal sebagai

cerebral autosomal dominant artheriopathy with subaortical infarcts and

leukoencephalopathy/CADASIL, yang secara klinis terjadi demensia yang

progresif yang muncul pada dekade kelima sampai ketujuh kehidupan pada

beberapa anggota keluarga yang mempunyai riwayat migrain dan stroke berulang

tanpa hipertensi.3

Petanda anatomis pada fronto-temporal dementia (FTD) adalah terjadinya

atrofi yang jelas pada lobus temporal dan/atau frontal, yang dapat dilihat pada

pemeriksaan pencitraan saraf (neuroimaging) seperti MRI dan CT. Atrofi yang

terjadi terkadang sangat tidak simetris. Secara mikroskopis selalu didapatkan

gliosis dan hilangnya neuron, serta pada beberapa kasus terjadi pembengkakan

dan penggelembungan neuron yang berisi inklusi sitoplasma. Sementara pada

demensia dengan lewy body, sesuai dengan namanya, gambaran neuropatologinya

adalah adanya lewy body di seluruh korteks, amigdala, korteks singulata, dan

Page 26: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

14

substansia nigra. Lewy body adalah cytoplasmic inclusion intraneuron yang

terwarnai dengan periodic acid-Schiff (PAS) dan ubiquitin, yang terdiri dari

neurofilamen lurus sepanjang 7 sampai 20 nm yang dikelilingi material amorfik.

Lewy body dikenali melalui antigen terhadap protein neurofilamen yang

terfosforilasi, ubiquitin, dan protein presinaps yang disebut alfa-synuclein. Jika

pada seorang penderita demensia tidak ditemukan gambaran patologis selain

adanya lewy body maka kondisi ini disebut diffuse lewy body disease, sementara

bila ditemukan juga plak amiloid dan neurofibrillary tangles maka disebut varian

Lewy body dari penyakit Alzheimer.3

Defisit neurotransmitter utama pada penyakit Alzheimer, juga pada

demensia tipe lain, adalah sistem kolinergik. Walaupun sistem noradenergik dan

serotonin, somatostatisn-like reactivity, dan corticotropin-releasing factor juga

berpengaruh pada penyakit Alzheimer, defisit asetilkolin tetap menjadi proses

utama penyakit dan menjadi target sebagian besar terapi yang tersedia saat ini

untuk penyakit Alzheimer.3

2.2.5. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Demensia

a. Aktivitas Fisik Dan Aktivitas Kognitif

Pada penelitian Verghese, dkk (2003) dilaporkan bahwa demensia

berhubungan dengan berkurangnya partisipasi dalam mengisi waktu senggang.

Jenis aktivitas harus melibatkan fungsi kognitif dan fisik. Kegiatan fisik yang

dapat dilakukan antara lain bermain tenis, bersepeda, berjalan kaki, atau

mengerjakan pekerjaan rumah. Sedangkan kegiatan yang menggunakan fungsi

kognitif, yaitu membaca buku atau koran, menulis, mengisi teka teki silang,

permainan kartu, partisipasi dalam kelompok diskusi, atau memainkan alat

musik.5

Kegiatan olahraga dapat menenangkan pikiran, memperbaiki daya

ingat, mengurang kecemasan dan depresi. Selain itu, olahraga dapat menolong

otak untuk berfungsi dengan baik secara intelek. Pengaruh olahraga terhadap

kesehatan mental dijelaskan pada teori sebagai berikut 4 :

1. Endogenous Opioids

Page 27: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

15

Dalam tubuh manusia, adanya satu sistem hormon yang berfungsi sebagai

morfin disebut “endogenous opioids”. Reseptornya terdapat di dalam

hipotalamus dan sistem limbik otak, daerah yang berhubungan dengan

emosi dan tingkah laku manusia. Sistem hormon ini, salah satunya adalah

beta-endorfin, bukan hanya mengurangi rasa nyeri dan memberikan

kekuatan, tetapi juga menambah daya ingat, menormalkan selera seks,

tekanan darah, dan ventilasi. Saat berolahraga, kelenjar pituitari

menambah produksi beta-endorfin dan sebagai hasilnya beta-endorfin naik

di dalam darah kemudian dialirkan juga ke otak, sehingga mengurangi

nyeri, cemas, depresi, dan perasaan letih.

2. Gelombang Otak Alfa

Penelitian Dr. James Wiese melaporkan bahwa selama olahraga, ada

penambahan gelombang alfa di otak. Gelombang alfa di otak ini sudah

lama diketahui berhubungan dengan rileks dan keadaan santai seperti pada

waktu bermeditasi. Gelombang alfa ini terlihat pada seseorang yang

jogging dari 20-30 menit, dan tetap dapat diukur setelah olahraga tersebut

berakhir. Para peneliti mengemukakan bahwa bertambahnya kekuatan

gelombang alfa memberikan kontribusi kepada kejiwaan, termasuk

berkurangnya kecemasan dan depresi.

3. Penyalur Saraf otak

Olahraga akan memperlancar transmisi saraf di dalam otak manusia. Dr.

Charles Ransford menyampaikan dalam penelitiannya, bahwa olahraga

dapat meningkatkan tingkat norepinefrin, dopamin, dan serotonin di dalam

otak, dengan demikian mengurangi depresi. Telah terbukti bahwa

neurotransmitter seperti norepinefrin dan serotonin terlibat dalam depresi

dan skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa stress dan depresi

berhubungan dengan berkurangnya norepinefrin di dalam otak atau

tergangguanya norepinefrin dan serotonin terjadi pada seseorang yang

depresi. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga manambah

norepinefrin dan serotonin dalam otak. Dengan dasar ini maka

disimpulkan bahwa berkurangnya depresi pada mereka yang berolahraga

disebabkan meningkatnya kadar norepinefrin atau serotonin di delam otak.

Page 28: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

16

b. Tingkat pendidikan

Pada beberapa penelitian melaporkan bahwa tingkat pendidkan berhubungan

signifikan dengan kejadian demensia. Menurut The Canadian Study of Health

and Aging Tahun 1994 dalam Purnakarya tahun 2008 dijelaskan bahwa lansia

dengan tingkat pendidikan yang rendah berpeluang 4 kali mengalami

demensia dibandingkan lansia berpendidikan tinggi.7

c. Umur

Umur merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian demensia. Hubungan

ini berbanding lurus yaitu semakin meningkatnya umur semakin tinggi pula

risiko kejadian demensia. Satu dari 50 orang pada kelompok umur 65-70

tahun berisiko demensia, sedangkan satu dari lima orang pada kelompok umur

lebih dari 80 tahun berisiko demesia.4

d. Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian

demensia, hal ini menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki

peluang yang sama untuk berkembangnya demensia.4

e. Genetik

Beberapa pasien demensia memiliki gen demensia. Namun, sebagian orang

yang memiliki gen demensia hanya sedikit yang berkembang gen nya menjadi

demensia.4

f. Riwayat penyakit

Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan dapat

memicu terjadinya demensia. Penyebab demensia dibagi menjadi 3 kelompok

meliputi demensia idiopatik, demensia vaskular, dan demensia sekunder.

Penyakit penyebab demensia dikemukakan pada table 2.2

Page 29: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

17

Tabel 2.2 Penyakit Penyebab Demensia

A. Demensia „ideopatik”

(gangguan degeneratif primer atau metabolik)

1. A. Penyakit Alzheimer (AD)

B. Demensia senilis jenis Alzheimer (SDAT)

Degenerasi primer terutama di

pariotemporal

2. Penyakit pick Degenerasi primer terutama di

lobus frontal

3. A. Khorea Huntington

B. Parkinsonisme dengan demensia

C. Palsy supranukler progresif

D. Sklerosis lateral amiotropik (ALS) dengan

demensia

Degenerasi primer terutama

subkortikal

4. Lain – lain

B. Demensia vaskular

1. Demensia multi – infark

A. Subkortikal (status lakuner)

B. Kortikal

C. Campuran kortikal subkortikal

2. Infark yang letaknya strategis

3. Ensefalopati hipertensif

Penyakit Binswanger

4. Demensia hipoksis / hemodinamik

5. Perdarahan otak non – traumatik dengan

demensia

6. Bentuk campuran

C. Demensia sekunder

1. Infeksi

2. Metabolik dan endokrin

3. Gangguan nutrisi

4. Gangguan autoimun

5. Intoksikasi

6. Trauma

7. Stress

Sumber : Lumbantobing (1997)

g. Kebiasaan merokok

Satu batang rokok yang dibakar mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia

seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida,

amonia, dan lain-lain. Secara singkat, bahan-bahan ini dibagi menjadi dua

golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat. Komponen padat

dibagi menjadi nikotin dan tar. Tar adalah kumpulan dari ratusan atau bahkan

ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok setelah dikurangi

nikotin dan air. Tar ini mengandung bahan-bahan karsinogen yang dapat

menyebabkan kanker. Tar pada rokok juga dikaitkan dengan kerusakan

kromosom pada manusia. Penelitian pada binatang percobaan menemukan

bahwa asap rokok menyebabkan perubahan genetik, gangguan kromosom,

menghambat perbaikan DNA yang rusak serta mengganggu sistem enzimatik.

Page 30: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

18

Selain itu dampak rokok terhadap jantung, paru-paru, dan sistem vascular

dapat meningkatkan risiko demensia.4

h. Riwayat benturan di kepala

Seseorang yang mengalami cedera berulang pada kepala atau kecelakaan

mobil meningkatkan risiko demensia.16

Luka pada kepala yang parah atau

berulang-ulang berada pada risiko lebih tinggi dari perkembangan demensia.

Hal ini karena benturan atau cedera kepala menyebabkan proses penyakit pada

individu yang peka. Orang yang sudah menderita luka kepala serius karena

tinju cenderung akan menderita satu jenis demensia, dikenal sebagai demensia

pugilistica, hal ini serupa dengan demensia disebabkan timbul beserta luka di

kepala.16

i. Asupan zat gizi

Gizi dilihat sebagai salah satu faktor untuk mencegah penyakit Alzheimer atau

jenis demensia lain. Bayak penelitian menunjukkan bahwa stress oksidatif dan

akumulasi radikal bebas terlibat dalam patofisiologi penyakit. Radikal bebas

yang melampaui batas bertanggung jawab terhadap peroksidasi lemak

berlebihan, hal ini dapat mempercepat proses degenerasi saraf. Harapan hidup

meningkat terutama berhubungan dengan menurunnya patologi penyakit

degeneratif, terutama memperlambat munculnya penyakit degeneratif otak.17

2.2.6. Diagnosis

Evaluasi terhadap pasien dengan kecurigaan demensia harus dilakukan dari

berbagai segi, karena selain menetapkan seorang pasien mengalami demensia atau

tidak, juga harus ditentukan berat ringannya penyakit, serta tipe demensianya. Hal

ini berpengaruh pada penatalaksanaan dan prognosisnya.3 Kriteria diagnosis

demensia mencakup :

1. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu

pekerjaan dan lingkungan. Pasien dengan gangguan kognitif tanpa bukti

adanya kemunduran fungsional yaitu kinerja di pekerjaan dan di

masyarakat tidak terganggu, tidak memenuhi kriteria demensia menurut

DSM IV. Pasien ini sering diklasifikasikan dengan berbagai sebutan,

benign senescent forgetfulness atau age associated memory. Pada follow-

Page 31: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

19

up, banyak dari pasien ini kemudian ternyata menderita demensia yang

progresif.

2. Defisit kognitif selalu melibatkan fungsi memori, biasanya didapatkan

gangguan berfikir abstrak, menganalisis masalah, gangguan pertimbangan,

afasia, apraksia, kesulitan konstruksional dan perubahan kepribadian.

3. Pasien dalam keadaan sadar.

a. Anamnesis

Waktu mengambil anamnesis, banyak segi kemampuan mental atau fungsi

luhur yang dapat dinilai. Waktu menanyakan alamat, pekerjaan, riwayat

pendidikan, keadaan keluarga, telah dapat diperoleh kesan mengenai memori,

kelancaran berbicara, kooperasi, dan cara mengucapkan kata.

Dari keluarga dan orang yang dekat dengan pasien, dapat diperoleh

data mengenai mulainya serta cepatnya perburukan gejala, gangguan

kepribadian, tingkah laku, serta adanya depresi. Perlu ditelusuri melalui

anamnesis dan aloanamnesis mengenai kesulitan dalam pekerjaan, dan

kesulitan dalam pergaulan. Apakah pasien menjadi tidak suka berkonversasi,

meninggalkan hobinya atau minatnya, suka tersesat di lingkungan yang sudah

dikenal, perubahan kepribadian, menjadi mudah kesal, humor berkurang.

Telusuri perjalanan demensianya, apakah mendadak, lambat laun, gradual,

seperti anak tangga/step-wise, progresif, stasioner. Telusuri apakah ada

keluhan lain atau gejala lain dan bagaimana perjalanannya, misalnya:

hemiparesis, afasia dan nyeri kepala.

b. Pemeriksaan Keadaan Mental

Dari bentuk gangguan mental tidak jarang kita dapat menduga diagnosis

etiologi. Tes mental harus mencakup penilaian atensi, orientasi, memori

jangka pendek dan jangka panjang, berbahasa, praksis, hubungan visuospasial,

berhitung dan pertimbangan.

Instrumen untuk menyaring keadaan mental yang cukup digemari oleh

neurologi adalah Mini Mental State Examination (MMSE), oleh Folstein dkk,

1975.18

Page 32: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

20

Gambar 1 . Mini Mental State Examination

Sumber : Folstein, dkk. 1975

Data ini diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner Mini Mental

State Examination dengan total nilai 30, kemudian akan dihitung nilainya dan

diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu demensia dengan nilai 0 – 24 dan tidak

demensia dengan nilai 25 – 30.

c. Pemeriksaan Fisik Dan Neurologis

Pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien dengan demensia dilakukan

untuk mencari keterlibatan sistem saraf dan penyakit sistemik yang mungkin

dapat dihubungkan dengan gangguan kognitifnya. Umumnya penyakit

Alzheimer tidak menunjukkan gangguan sistem motorik kecuali pada tahap

lanjut. Kekakuan motorik dan bagian tubuh aksial, hemiparesis,

parkinsonisme, mioklonus, atau berbagai gangguan motorik lain umumnya

timbul pada demensia frontotemporal, lewy body dementia, atau demensia

multi-infark. Penyebab sistemik seperti defisiensi vitamin B12, intoksikasi

logam berat, dan hipotiroidisme dapat menunjukkan gejala yang khas. Yang

Page 33: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

21

tidak boleh dilupakan adalah adanya gangguan pendengaran dan penglihatan

yang menimbulkan kebingungan dan disorientasi pada pasien yang sering

disalahartikan sebagai demensia.19

d. Pemeriksaan Penunjang

Umumnya dilakukan pemeriksaan darah berikut : hitung darah tepi, elektrolit

serum (termasuk kalsium), glukosa, ureum kreatinin, funsi hepar, fungsi tiroid,

kadar vitamin B12 di serum, serologi terhadap sifilis. Tes lain atas indikasi,

dapat mencakup laju endap darah, foto rontgen toraks, analisis urin, pungsi

lumbal.19

Page 34: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

22

2.3 Kerangka Konsep

Demensia dapat diperngaruhi oleh asupan zat gizi yang kurang, riwayat penyakit,

genetik, riwayat benturan di kepala, kebiasaan merokok, tingkat pendidikan,

umur, jenis kelamin, serta aktivitas fisik dan aktivitas kognitif. Asupan gizi seperi

karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang kurang akan menimbulkan stress

oksidatif, yang akan menimbulkan peroksida lemak berlebih, dan akibatnya akan

mempercepat proses degenerasi saraf, hal ini merupakan risiko untuk demensia.

Seseorang yang mempunyai gen demensia juga berrisiko mengalami demensia.

Riwayat benturan di kepala yang akan menimbulkan proses penyakit juga

merupakan faktor risiko demensia. Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak

ditangani serta diabaikan dapat memicu terjadinya demensia. Penyebab demensia

Asupan Zat Gizi yang kurang

Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif↓

Tingkat Pendidikan,

jenis kelamin,

umur

Kebiasaan Merokok

Genetik

Stress oksidatif

Riwayat benturan di kepala

DEMENSIA

Riwayat Penyakit

Peroksidasi lemak

berlebihan

Mempercepat proses

degenerasi saraf

Menimbulkan

proses penyakit

Kandungan bahan kimia (nikotin, tar, CO)

Gangguan pada vaskular

vaskular

sekunder

ideopatik

Endogenous opioids (B-endorfin)↓

Daya ingat ↓

Gel alfa di otak ↓

Norepinefrin,

dopamine, serotonin ↓

Depresi &kecemasan

Page 35: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

23

dibagi menjadi 3 kelompok meliputi demensia idiopatik, demensia vaskular, dan

demensia sekunder. Rokok mengandung bahan kimia berbahaya seperti tar,

nikotin dan gas karbon monoksida yang mengakibatkan terganggunya

vaskularisasi ke otak. Aktivitas fisik dan kognitif yang kurang akan menurunkan

B-endorfin sehingga akan menurunkan daya ingat. Aktivitas yang kurang ini juga

akan menurunkan gelombang alfa di otak dan dapat menurunkan norepinefrin,

dopamine dan serotonin, hal ini dapat meningkatkan depresi dan kecemasan yang

akan menyebabkan demensia. Tingkat pendidikan rendah, jenis kelamin

perempuan dan usia tua juga dapat menyebabkan demensia. Penelitian ini lebih

menekankan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, aktivitas kognitif dan

karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan

terhadap demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan.

Page 36: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

24

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala

ukur

Hasil ukur

1 Demensia deteriorasi

atau

kemunduran

kapasitas

intelektual

diakibatkan

oleh penyakit

di otak.

Sindrom ini

ditandai oleh

gangguan

kognitif,

emosional, dan

psikomotor.

Wawancara MMSE

(Mini

Mental State

Examination

)

Ordinal 1. Demensia

: nilai ≤ 24

2. Tidak

demensia :

niali 25 –

30

(Folstein,

dkk, 1975)

2 Aktivitas

fisik

Frekuensi

aktivitas fisik

yang

dilakukan

responden

dalam 2 bulan

terakhir

sebelum

wawancara

wawancara Kuesioner

(verghese,

dkk, 2003)

Ordinal 1. Aktifitas

fisik

rendah <

11

2. Aktivitas

fisik baik

≥ 11

3 Aktivitas

kognitif

Frekuensi

aktivitas

responden

yang

melibatkan

funsi otak

dalam 2 bulan

terakhir

sebelum

wawancara

wawancara Kuesioner

(verghese,

dkk, 2003)

Ordinal 1. Aktifitas

kognitif

rendah <

12

2. Aktivitas

kognitif

baik ≥ 12

4 Karakteristik

responden

Umur wawancara Kuesioner Ordinal 1. 60 – 69

tahun

2. ≥ 70 tahun

Jenis Kelamin wawancara Kuesioner Nominal 1. Laki – laki

2. Wanita

Tingkat

Pendidikan

wawancara Kuesioner Ordinal 1. Rendah ≤

9 tahun

(tidak

tamat SD,

tamat SD,

dan tamat

SMP)

2. Tinggi > 9

tahun

(tamat

SMA dan

tamat

perguruan

tinggi)

Page 37: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan

desain cross sectional untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, aktivitas

kognitif, dan karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan) dengan kejadian demensia pada lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan tahun 2012

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan

Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mulai Bulan Juli sampai Agustus 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasinya yaitu lansia berumur ≥ 60 tahun di Kelurahan Sukabumi

Selatan dengan pembatasan populasi berdasarkan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 101 diambil pada tanggal 15 –

17 Agustus 2012. Pengambilan sample dilakukan dengan cara Cluster

Random Sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus :

N =

Keterangan :

N = jumlah sample

Zα = kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, maka Zα bernilai 1,96

Zβ = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ bernilai 0,84

P2 = proporsi demensia, berdasarkan kepustakaan 0,24

Q2 = 1- P2 =1 – 0,24 = 0,76

P1 – P2 = ditetapkan sebesar 0,2

P1 = P2 + 0,2 = 0,24 + 0,2 = 0,44

25

Page 38: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

26

Q1 = 1- P1 = 1- 0,44 = 0,56

P = (P1+P2) / 2 = ( 0,44 + 0,24)/2 = 0,34

Q = 1-P = 1- 0,6 = 0,66

N =

N = 62

Sampel minimum sebanyak 62, peneliti menggunakan cara pengambilan

sampel metode cluster random sampling dan mendapatkan sampel di RW

08 yang berjumlah 56 lansia, dan di RW 02 yang berjumlah 36 lansia, jadi

jumlah responden keseluruhan ada 92 lansia, jika ditambah 10 % = 101

lansia.

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Lansia berusia ≥ 60 tahun di Kelurahan Sukabumi Selatan

Bisa berbahasa Indonesia

Tidak mampu berkomunikasi secara tertulis dan verbal (buta huruf,

tuli)

Bersedia menjadi responden

Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data.

b. Kriteria Eksklusi

Lansia yang tidak kooperatif

3.4.2 Variabel

Variabel yang akan diteliti berupa variabel univariat, dengan demensia

sebagai variabel terikat dan aktifitas fisik, aktifitas kognitif, umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan sebagai variabel bebas.

Page 39: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

27

3.4.3 Skema Penelitian

3.5 Managemen Data

3.5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini adalah :

1) Kuesioner Mini mental State Examination (MMSE)

2) Kuesioner aktivitas fisik dan aktivitas kognitif (Verghese, dkk, 2003)

3) Kuesioner karakteristik responden (umur, jenis kelamin serta tingkat

pendidikan).

3.5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memasukkan data ke dalam program

komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) untuk diolah lebih

lanjut dengan tahapan coding, editing, structuring, entry, dan cleaning.

3.5.3. Analisa Data

Jenis masalah pada penelitian ini adalah analitik komparatif kategorik

tidak berpasangan. Analisis untuk jenis masalah seperti ini yang dapat

digunakan adalah uji Chi Square, Fisher.

Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan

Mengisi kuesioner karakteristik responden

(data pribadi responden)

kuesioner aktivitas fisik dan aktivitas

kognitif (Verghese, dkk , 2005)

Tes demensia ( MMSE)

Analisis

Page 40: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

28

3.6 Etik Penelitian

Etik penelitian yang kami lakukan dalam penelitian ini yaitu

1. Membuat surat keterangan penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Mengajukan permohonan penelitian kepada Kelurahan Sukabumi Selatan

Selatan dengan melengkapi persyaratan yang diminta

3. melakukan informed concent kepada responden, agar tidak melanggar hak-

hak dan privasi responden

4. Menjaga kerahasiaan responden

Page 41: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada l01 lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan yang

dilakukan pada RW 002 yang berjumlah 36 dan RW 008 yang berjumlah 56 serta

ditambahkan 10% menjadi 101 lansia, dengan kisaran umur 60-80 tahun. Tidak

ada lansia yang masuk kriteria eksklusi ataupun menolak untuk menjadi

responden. Kemampuan responden menjawab kuesioner dipengaruhi daya ingat

dan daya dengar responden. Penelitian ini dilakukan baik pada lansia laki – laki

maupun lansia perempuan. Tingkat pendidikan lansia di Kelurahan Sukabumi

Selatan bervariasi, mulai dari yang paling rendah adalah tidak tamat SD dan

paling tinggi adalah tamat perguruan tinggi. Analisis univariat karakteristik

responden dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden pada Lansia di

Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Karakteristik responden Jumlah (101) Presentase(%)

Umur

1. 60-69 56 55,4

2. ≥ 70 45 44,6

Jenis kelamin

1. Laki-laki 51 50,5

2. Perempuan 50 49,5

Tingkat Pendidikan

1. Tidak tamat SD 20 19,8

2. Tamat SD 36 35,6

3. Tamat SMP 5 5,0

4. Tamat SMA 30 29,7

5. Tamat Perguruan Tinggi 10 9,9

Jumlah lansia paling banyak pada kelompok umur 60-69 tahun yaitu

sebanyak 56 orang (55,4%), diikuti dengan pada kelompok umur ≥ 70 tahun

sebanyak 45 lansia (44,6). Hasil ini tidak jauh beda dengan penelitian Purnakarya

di Jakarta Barat bahwa lansia pada kelompok umur 60-69 tahun sebanyak 59,6%

6, demikian juga penelitian Handjani di Jakarta bahwa lansia pada kelompok umur

29

Page 42: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

30

60 – 69 tahun sebanyak 64,6 %.20

Distribusi jenis kelamin responden tidak

mengalami perbedaan yang signifikan. Responden laki-laki jumlahnya lebih

banyak yaitu 51 orang ( 50,5%) sedangkan responden perempuan sebanyak 50

orang (49,5%). Distribusi tingkat pendidikan responden umumnya adalah tamat

SD sebanyak 36 orang (35,6%) dan yang paling sedikit adalah tamat SMP

sebanyak 5 orang (5%). Hal ini sesuai dengan data di Kelurahan Sukabumi

Selatan bahwa lansia umumnya berpendidikan rendah yaitu tidak tamat SD, tamat

SD dan Tamat SMP.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Kategori Tingkat Pendidikan Pada

Lansia Di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (101) Presentase(%)

Rendah 61 60,4

Tinggi 40 39,6

Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi tingkat pendidikan

rendah yaitu apabila responden mengikuti pendidikan selama ≤ 9 tahun atau tidak

tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP, sedangkan tingkat pendidikan tinggi yaitu

apabila responden mengikuti pendidikan selama > 9 tahun atau tamat SMA dan

tamat perguruan tinggi. Distribusi kategori tingkat pendidikan responden

umumnya pendidikan rendah sebanyak 61 orang (60,4%) sedangkan tingkat

pendidikan tinggi sebanyak 40 orang (39,6%). Hasil ini sama dengan penelitian

Purnakarya pada tahun 2008 di Jakarta Barat bahwa sebesar 62,5 % lansia

berpendidikan rendah dengan rincian lansia yang tidak tamat SD (36,2%), tamat

SD 21,3%, dan tamat SMP (7,8%).7

4. 2 Gambaran Kejadian Demensia

Demensia adalah status klinis dengan terjadinya kemunduran intelektual.

Demensia pada umumnya melibatkan deteriorasi pada memori satu atau lebih

fungsi intelektual yang lain seperti bahasa, berpikir tempat dan orientasinya,

pemecahan masalah, dan berpikir abstrak .7

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden sebanyak 101 lansia,

ditemukan sebanyak 54 lansia (53,5 %) mengalami demensia dan selebihnya

sebanyak 47 lansia (46,5%) tidak demensia. Kejadian ini lebih rendah

Page 43: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

31

dibandingkan penelitian demensia di Jakarta oleh Handajani pada tahun 2006,

yaitu lansia yang mengalami demensia sebesar 62,5 %.20

Akan tetapi hasil

penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Purnakarya di Jakarta Barat

yaitu sebesar 47,5% lansia yang mengalami demensia.15

Tabel 4.3 Distribusi Kejadian Demensia Pada Lansia Di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012

Variabel Dependen Jumlah (101) Persentase (%)

Demensia 54 53,5

Tidak Demensia 47 46,5

4.3 Gambaran Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif

Hasil penelitian menunjukkan Nilai terendah aktifitas fisik pada lansia adalah 3

dan nilai tertinggi aktivitas fisik pada lansia adalah 14. Sedangkan nilai terendah

aktivitas kognitif pada lansia adalah 4 dan nilai tertinggi aktivitas kognitif pada

lansia adalah 16. Gambaran nilai aktivitas fisik dan aktivitas kognitif pada lansia

dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif

Pada Lansia Di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Variabel Independen Jumlah (101) Presentase (%)

Aktivitas Fisik

1. Rendah 54 53,5

2. Tinggi 47 46,5

Aktivitas Kognitif

1. Rendah 34 33,7

2. Tinggi 67 66,3

Hasil penelitian ini didapatkan nilai aktivitas fisik rendah sebanyak 54

lansia (53,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Purnakarya bahwa jumlah lansia

yang beraktivitas fisik rendah lebih besar dibanding lansia dengan aktivitas

tinggi.7

Sedangkan nilai aktivitas kognitif rendah pada penelitian ini sebesar 34

lansia (33,7%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Purnakarya di Jakarta

bahwa aktivitas rendah lebih tinggi dibanding aktivitas tinggi.7

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa berjalan kaki (23.8%) merupakan

aktivitas fisik yang paling dominan pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan,

sedangkan aktivitas yang memiliki nilai terendah adalah berenang (0,8 %). Hal ini

Page 44: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

32

dikarenakan perbedaan budaya di Negara Barat tempat Verghese melakukan

penelitian dan di Indonesia. Hasil seperti di atas tergambar dalam tabel berikut :

Tabel 4.5. Presentase Aktivitas Fisik Lansia

No. Aktivitas Fisik %

1 Senam 10.1

2 Bersepeda 7.3

3 Aktivitas dengan kelompok 9.9

4 Badminton/Tenis meja 8.1

5 Berenang 1.0

6 Berjalan kaki 23.6

7 Menaiki tangga/menanjak 12.3

8 Mengerjakan pekerjaan rumah 16.9

9 Mengasuh bayi/balita 10.8

Aktivitas kognitif yang paling dominan yaitu partisipasi dalam kelompok

diskusi (37,8 %). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar lansia

menyebutkan bahwa partisipasi dalam kelompok diskusi ini adalah mengikuti

pengajian yang diadakan di musholla/ masjid di lingkungan sekitar. Sedangkan

aktivitas bermain alat music tidak mendapatkan presentase sama sekali (0%)

dikarenakan tidak ada lansia yang melakukan aktivitas ini. Hal ini dikarenakan

budaya di Kelurahan Sukabumi Selatan berbeda dengan budaya di Negara Barat

tempat Verghese melakukan penelitian.

Tabel 4.6 Presentase Aktivitas Kognitif Lansia

No. Aktivitas Kognitif %

1 Bermain catur 12.5

2 Membaca 29.7

3 Menulis 14.5

4 Mengisi TTS 5.5

5 Bermain alat music 0

6 Partisipasi dalam kelompok diskusi 37.8

Page 45: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

33

4.4. Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian Demensia

Tabel 4.7 Distribusi Umur Responden dengan Kejadian Demensia pada Lansia di

Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Catatan : *) analisis chi-square

Dari hasil analisis didapatkan sebanyak 11 lansia (20,4%) pada kelompok

umur 60-69 tahun dan sebanyak 43 lansia (79,6%) pada kelompok umur ≥ 70

mengalami demensia. Hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0,000, berarti ada

hubungan bermakna antara umur dengan kejadian demensia. Hasil penelitian ini

sama dengan penelitian Purnakarya di Jakrta Barat yang melaporkan ada

hubungan umur lansia dengan demensia.7 Hasil rasio odds yaitu sebesar 88,

berarti lansia yang berumur ≥ 70 tahun memiliki kemungkinan 88 kali untuk

mengalami demensia dibandingkan lansia usia 60-69 tahun.

Kejadian demensia meningkat seiring meningkatnya umur lansia sesuai

laporan Alzheimer’s disease tahun 2007. Hal ini dapat dijelaskan karena berat otak

dan sel – sel neuron berkurang saat seseorang memasuki masa lansia, sehingga

lansia mengalami kemunduran sebesar 20-45 % dalam kecepatan menulis tangan,

memasang kancing dan memotong dengan pisau. Selain itu, lansia menjadi lebih

lambat mengolah informasi, menurunnya daya ingat jangka pendek, berkurangnya

kemampuan otak untuk membedakan stimulus atau rangsang yang datang dan

kemampuan kalkulasi 18

4.5. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Demensia

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dengan Kejadian

Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Jenis

Kelamin

Demensia Rasio Odds (95 % CI) p value

Tidak Demensia Demensia

n (%) n (%)

Laki-laki 25 (53,2) 26 (48,1) 1,224 (0,559 – 2,678) 0,759*

Perempuan 22 (46,8) 28 (51,9)

*analisis chi-square

Variabel

Independen

Demensia Rasio Odds (95 % CI) p value

Tidak Demensia Demensia

n (%) n (%)

Umur

87,955 (18,417 - 420.044)

0,000* 60 – 69 45 (95,7) 11 (20,4)

≥ 70 2 (4,3) 43 (79,6)

Page 46: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

34

Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian demensia diperoleh

bahwa ada sebanyak 26 lansia (48,1%) laki-laki dengan demensia. Sedangkan

diantara lansia perempuan, ada 28 lansia (51,9%) dengan demensia. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p = 0,759, berarti tidak ada perbedaan signifikan antara

lansia laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini sama dengan penelitian

demensia di Jakarta Barat oleh Purnakarya tahun 2008.7

Dari hasil ini

disimpulkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama

untuk mengalami demensia.

4.6. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Demensia

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Kejadian

Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Tingkat

Pendidikan

Demensia Rasio Odds (95 % CI) p value

Tidak Demensia Demensia

n (%) n (%)

Tinggi 27 (57,4) 13 (24,1) 4,258 (1,819 – 9,968) 0,001*

Rendah 20 (42,6) 41 (75,9)

Catatan : *)analisis chi-square

Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian demensia

diperoleh bahwa ada sebanyak 41 lansia (75,9%) dengan tingkat pendidikan

rendah, dan 13 lansia (24,1%) dengan tingkat pendidikan tinggi mengalami

demensia. Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,001, maka dapat disimpulkan ada

hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan demensia. Hasil rasio odds

yaitu sebesar 4,258, berarti lansia yang berpendidikan rendah memiliki

kemungkinan 4,3 kali untuk mengalami demensia dibandingkan lansia yang

berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Purnakarya

tahun 2008 bahwa lansia berpendidikan rendah memiliki peluang 4 kali

mengalami demensia dibanding lansia berpendidikan tinggi.7

Page 47: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

35

4.7 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif dengan Kejadian

Demensia

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan Kejadian

Demensia pada Lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Variabel

Independen

Demensia Rasio Odds (95 % CI) p value

Tidak

Demensia

Demensia

n (%) n (%)

Aktivitas Fisik

2,715 (1,211 – 6,084)

1. Tinggi 28 (59,6) 19 (35,2) 0,024*

2. Rendah 19 (40,4) 35 (64,8)

Aktivitas Kognitif

3,640 (1,209 – 2,387)

1. Tinggi 38 (80,9) 29 (53,7) 0,008*

3. Rendah 9 (19,1) 25 (46,3)

*analisis chi-square

Hasil Penelitian pada 101 responden menemukan sebanyak 35 lansia

(64,8%) dengan nilai aktivitas fisik rendah dan sebanyak 19 lansia (35,2%)

dengan nilai aktivitas fisik tinggi mengalami demensia. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0,014, berarti hubungan bermakna antara aktivitas fisik

dengan kejadian demensia. Hasil penelitian ini didukung penelitian Verghese,dkk

tahun 2003 yang melaporkan bahwa kejadian demensia behubungan dengan

berkurangnya partisipasi dalam mengisi waktu senggang dengan aktivitas fisik.5

Menurut Kuantaraf, dkk tahun 1996 memaparkan bahwa kegiatan aktivitas fisik

seperti olahraga dapat menenangkan pikiran, memperbaiki daya ingat,

mengurangi kecemasan dan depresi. Selain itu, olahraga dapat menolong otak

untuk berfungsi dengan baik secara intelektual.6 Hasil rasio odds yaitu sebesar

2,715, berarti lansia dengan aktivitas rendah memiliki kemungkinan 3 kali untuk

mengalami demensia dibandingkan lansia yang berpendidikan tinggi.

Sebanyak 25 lansia (46,3%) dengan nilai aktivitas kognitif rendah dan

sebanyak 29 lansia (53,7%) dengan nilai aktivitas kognitif tinggi mengalami

demensia. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,004, berarti ada hubungan bermakna

antara aktivitas kognitif dengan demensia. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian Karp, dkk (2006) yang melaporkan bahwa komponen mental, fisik, dan

social dalam mengisi waktu luang dapat menurunkan kejadian demensia. Karp,

dkk juga menjelaskan bahwa aktivitas kognitif berfungsi melatih otak untuk

menjaga fungsi kognitif dan memperlambat berkembangnya demensia.21

Hasil

Page 48: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

36

rasio odds yaitu sebesar 3,640, berarti lansia dengan aktivitas kognitif memiliki

kemungkinan 4 kali untuk mengalami demensia dibandingkan lansia dengan

aktivitas kognitif tinggi.

4.8 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang demensia di Kelurahan Sukabumi Selatan belum pernah

dilakukan sebelumnya. Keterbatasan ini menyebabkan peneliti sulit untuk

membandingkan hasil penelitian dengan penelitian lain yang sejenis. Peneliti lebih

banyak membandingkan hasil penelitian yang dilakukan kota-kota lain bahkan

negara-negara lain yang mungkin karakteristiknya berbeda dengan kelurahan

Sukabumi Selatan.

Desain pada penelitian ini adalah desain cross sectional (potong lintang).

Desain ini memiliki beberapa kelemahan yaitu pengamatan variabel independen

dan variabel dependen diamati pada waktu yang bersamaan saat pengumpulan

data saja. Hal ini mengakibatkan kekuatan hubungan antarvariabel independen

dengan variabel dependen ditegakkan berdasarkan asumsi dari responden.

Kuesioner untuk mengukur demensia pada responden menggunakan alat

ukur Mini Mental State Examination (MMSE) (Folstein,dkk, 1975). Alat ukur ini

dipakai untuk skrining demensia. Hasil nilai MMSE dapat bias, karena

berpengaruh terhadap pendidikan. Orang dengan demensia apabila berpendidikan

tinggi, nilai MMSE dapat tinggi sedangkan orang yang tidak demensia apabila

berpendidikan rendah, nilai MMSE rendah.7

Kuesioner yang digunakan untuk menilai aktivitas fisik dan aktivitas

kognitif yaitu kuesioner Verghese yang dibuat berdasarkan aktivitas lansia di

Negara Barat. Hal ini dapat menjadi bias, dikarenakan penelitian yang dilakukan

di Kelurahan Sukabumi Selatan ini, sangat kental dengan budaya Timur,

khususnya dalam hal aktivitas.

Demensia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

depresi dan benturan kepala yang dapat menyebabkan pseudodemensia. Hal ini

tidak dicantumkan oleh penulis di kuesioner ataupun ditanyakan penulis pada saat

wawancara.

Page 49: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada lansia di Kelurahan Sukabumi Selatan pada tahun 2012

dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Gambaran karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan) didapatkan mayoritas kelompok umur 60 – 69 (55,4%) ,

tingkat pendidikan rendah (60,4%), dan jumlah yang berimbang antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

5.1.2 Prevalensi Demensia adalah sebesar 53,5 %

5.1.3 Mayoritas responden (53,5%) memiliki aktivitas fisik rendah dan sebagian

besar responden memiliki aktivitas kognitif tinggi (66.3%)

5.1.4 Terdapat hubungan bermakna antara aktivitas kognitif dengan demensia (p

= 0,008), Risk Rasio 2,715, 95 % Cl (1,211 – 6,084)

5.1.5 Terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan demensia (p =

0,024) Risk Rasio (3,640), 95 % Cl (1,209 – 2,387)

5.1.6 Hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan) dengan kejadian demensia adalah sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan kejadian demensia

(p = 0,000), Risk Rasio (87,955), 95 % CI (18,417 - 420.044).

b. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan

kejadian demensia (p = 0,759).

c. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan

demensia (p = 0,001), Risk Rasio (4,258), 95 % CI (1,819 – 9,968)

37

Page 50: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

38

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Dinas Kesehatan atau puskesmas di Kelurahan Sukabumi Selatan

agar memberi perhatian terhadap aktivitas fisik dan aktivitas kognitif.

Perhatian tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan penyuluhan

mengenai aktivitas fisik dan aktivitas kognitif yang baik untuk

menurunkan kejadian demensia.

5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan di Kelurahan Sukabumi Selatan perlu

mengembangkan program kegiatan lansia yang mencakup aktivitas fisik

dan aktivitas kognitif lansia seperti senam lansia rutin, pengajian lansia

dan pengadaan posbindu

5.2.3 Kepada pihak yang berminat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut

dengan penggunaan sampel yang lebih besar, dengan studi case control

atau cohort maupun eksperimen untuk melihat pengaruh aktifitas fisik,

aktivitas kognitif, maupun faktor faktor lain yang berkaitan dengan

demensia.

Page 51: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

39

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Neurology : Age and Dementia [Online] 2005 [Cited 2012 Feb 10].

Available from:URL http://who.int/en

2. Departemen Kesehatan RI.. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut

bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Keluarga;

2001

3. Setiati S, Harimurti K, Govinda A. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya

dalam Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006

4. Alzheimer‟s Association. 2007. Alzheimer‟s Facts and Figures 2007.

Diunduh dari : www.dementia-in-europe. 21 Januari 2012.

5. Verghese J, Lipton RB, Katz MJ at al. Leisure Activities and the Risk of

Dementia in the Elderly. The New England Journal of Medicine [Serial

Online] 2003 June 19 [Cited 2012 Jan 20]; . Available from:URL:

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa022252

6. Kuantara KL, Jonathan K.. Olahraga Sumber kesehatan. Bandung:

Percetakan Advent Indonesia; 1996

7. Purnakarya I. Analisa Pola Makan dan Faktor Lainnya yang Berhubungan

dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Wilayah Jakarta Barat,

(Tesis). Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI,

Depok; 2008

8. Alzheimer‟s Association. Alzheimer‟s Facts and Figures. Diunduh dari :

http://www.alznyc.org/news/March/2007/alzFS.asp. 20/1/2012

9. McNamara, Patrick. Dementia : History and Incidence Volume

1.California: Praeger; 2011

10. Hardywinoto, S. Panduan Gerontologi : Tinjauan Dari Berbagai Aspek.

Jakarta : PT Gramedia; 2005

11. Mubarak, WI, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi

Buku 2. Jakarta: Salemba Medika; 2009

Page 52: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

40

12. Lumbantobing. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2011

13. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC;

2004

14. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat;

2010

15. Ravaglia G, Forti P, Maioli F, at al. Plasma amino acid concentrations in

patients with amnestic mild cognitive impairment or Alzheimer disease.

The American Journal of Clinical Nutrition [Serial Online] 2004 August

[Cited 2012 Jan 21]; 80(2). Available from:URL:

http://ajcn.nutrition.org/content/80/2/483.full.pdf+html

16. Boustani M, et al. Health care for dementia. Diunduh

www.ncbi.nlm.nih.gov. 10/3/2012

17. Nourhashemi F, Guyonnet SG, Andrieu S. Alzheimer Disease : protective

factors. The American Journal of Clinical Nutrition [Serial Online] 2000

Feb [Cited 2012 Jan 20]; 71(2). Available from:URL:

http://ajcn.nutrition.org/content/71/2/643s.full?sid=2582c62a-a51d-45ed-

89bb-8003e9bfc5e0

18. Folstein, MF, Folstein, SE, Mchugh, PR. Mini-mental state - practical

method for grading cognitive state of patients for clinician. Journal of

Psychiatric Research 1975;12:189–98.

19. Lumbantobing. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI; 2006

20. Handajani, YS. Indeks Pengukuran Disabilitas dan Prediksi Kualitas

Hidup Pada Masyarakat Usia Lanjut di DKI Jakarta, (Disertasi). Program

Pasca sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI. Depok; 2006

21. Karp A., Stephanie PG, Wanga H, et al. Mental Physical and Social

Components Leisure Activities Equally Contribute to Decrease Dementia

Risk. Dementia and Geriatric Disorder, 21:65-73; 2006.

Page 53: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

41

Lampiran 1 Kuesioner

Nama Responden : (ibu/Bapak) …………………….

Kode Responden : 0……..

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF

TERHADAP KEJADIAN DEMENSIA DI KELURAHAN SUKABUMI

SELATAN TAHUN 2012

PERSYARATAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Tujuan dan tahapan penelitian ini telah dijelaskan kepada saya. Saya memahami

bahwa penelitian ini dibuat untuk perkembangan pengetahuan ilmiah dan semua

prosedur tidak menyalahi kode etik.

Saya telah membaca dan memahami isi lembar informasi dan persetujuan ini.

Saya mengerti bahwa saya tidak terpaksa untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Saya mengerti bahwa semua informasi yang saya berikan terjamin

kerahasiaannya.

Saya setuju untuk berperan serta dalam penelitian ini.

Nama :………………………………………………

Tanda Tangan : ……………………………………………...

Nama Pendamping (jika ada) : ……………………………………………

Tanda Tangan Pendamping : ……………………………………………

Tanggal Wawancara : 15 / 16 / 17 Agustus 2012

Page 54: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

42

Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan)

A. DATA RESPONDEN

1. Kode responden :………………………………………

2. Nama :………………………………………

3. Alamat : ……………………………………

4. Nomor Telepon/Hp : ……………………………………

5. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki

2. Perempuan

6. Tanggal lahir :…….…………(lihat kartu identitas)

7. Umur :…………………….tahun

8. Pendidikan formal terakhir :

1) Tidak sekolah/tidak tamat SD

2) Tamat SD atau sederajat

3) Tamat SMP atau sederajat

4) Tamat SMU atau sederajat

5) Tamat akademi atau perguruan tinggi

9. Status pernikahan :

1. Menikah 2) Duda/Janda 3) Tidak menikah

10. Pekerjaan semasa aktif :

1. Tidak bekerja / rumah tangga

2. Wiraswasta

3. Pegawai swasta

4. PNS/BUMN/TNI/POLRI 5. Lainnya, sebutkan ……………

Page 55: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

43

Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan)

B. AKTIVITAS FISIK (Verghese,dkk, 2003, dengan modifikasi)

No Jenis

aktivitas fisik

Y/

T

Frekuensi

Setiap

hari

Beberapa

hari

dalam

seminggu

Sekali

dalam

seminggu

Sebulan

sekali,

kadang2/

tidak pernah

1 Senam

2 Bersepeda

3 Aktivitas

dengan

Kelompok

4 Badminton/te

nis meja

5 Berenang

6 Berjalan kaki

7 Menaiki

tangga/mena

njak

8 Mengerjakan

pekerjaan

rumah

9 Mengasuh

bayi / balita

Page 56: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

44

Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan)

C. AKTIVITAS KOGNITIF (Verghese,dkk, 2003, dengan modifikasi)

No Jenis aktivitas

kognitif

Y

/

T

Frekuensi

Setiap

hari

Beberapa

hari

dalam

seminggu

Sekali

dalam

seminggu

Sebulan

sekali,

kadang-

kadang

/ tidak

pernah

1 Bermain catur

2 Membacabuku/kor

an/majalah

3 Menulis

4 Mengisi tts

5 Bermain music

6 Berpartisipasi

dalam kelompok

diskusi

Page 57: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

45

Lampiran 1 Kuesioner (lanjutan)

KUESIONER 2

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Skor

Maks

Skor

Lansia

1. Orientasi

Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun), dan

(musim) apa?

Sekarang kita berada di mana ?

(jalan), (kelurahan), (kecamatan), (kota), (propinsi)

5

5

2. Registrasi

Pewawancara menyebutkan 3 nama benda, 1 detik untuk

satu benda. Kemudian mintalah responden mengulang

tiga nama benda tersebut. Berilah skor 1 untuk setiap

jawaban yang benar. Bila masih salah, ulanglah

penyebutan ke-3 nama benda tersebut sampai responden

dapat mengulanginya sampai benar. Hitunglah jumlah

percobaan dan catatlah (Buku – Mangkuk – Payung)

3

3. Atensi dan Kalkulasi

Hitunglah berturut – turut selang 7 mulai dari 100 ke

bawah. Berilah angka untuk setiap jawaban yang benar.

Berhentilah setelah 5 hitungan (93, 86, 79, 72, 65) atau

kemungkinan lain, ejalah kata “kartu” dari akhir ke awal

5

Page 58: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

46

(u – t – r – a – k)

4. Mengingat

Tanyalah kembali nama ke – 3 benda yang telah

disebutkan di atas. Berilah 1 angka untuk setiap jawaban

yang benar

3

5. Bahasa

a) Apakah nama benda – benda ini ?

(perlihatkan 2 benda, misalnya pulpen dan arloji)

b) Ulanglah kalimat berikut :

“jika tidak, dan atau tapi”

c) Laksanakan 3 buah perintah ini :

Ambil kertas dengan tangan kananmu

Lipatlah kertas itu pada pertengahan

Letakkanlah kertas itu di lantai

d) Baca dan laksanakan perintah berikut :

“PEJAMKAN MATA ANDA”

e) Tulislah sebuah kalimat(kalimat harus mengandung

subjek dan objek dan harus mempunyai makna)

f) Tirulah gambar ini

2

1

3

1

1

1

JUMLAH SKOR

Page 59: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

47

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Pada Lansia Di

Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

1.1. Distribusi Responden Menurut Umur Pada Lansia Di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012

umur_baru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60 - 69 56 55.4 55.4 55.4

70 - 79 45 44.6 44.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

1.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Lansia Di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 50 49.5 49.5 49.5

Laki-laki 51 50.5 50.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 60: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

48

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

1.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Lansia Di

Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

pendidikan_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 61 60.4 60.4 60.4

tinggi 40 39.6 39.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 61: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

49

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

2. Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif

Pada Lansia Di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

2.1 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik Pada Lansia Di Kelurahan

Sukabumi Selatan Tahun 2012

Aktivitas Fisik Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 54 53.5 53.5 53.5

tinggi 47 46.5 46.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 62: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

50

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

2.2 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Kognitif Pada Lansia Di

Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012

Aktivitas Kognitif Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 34 33.7 33.7 33.7

tinggi 67 66.3 66.3 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 63: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

51

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

3. Distribusi Kejadian Demensia Pada Lansia Di Kelurahan Sukabumi

Selatan Tahun 2012

Skor Demensia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid demensia 54 53.5 53.5 53.5

tidak demensia 47 46.5 46.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 64: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

52

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

4. Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian Demensia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur_baru * Skor Demensia 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

umur_baru * Skor Demensia Crosstabulation

Skor Demensia

Total demensia tidak demensia

umur_baru 60 - 69 Count 11 45 56

Expected Count 29.9 26.1 56.0

% within Skor Demensia 20.4% 95.7% 55.4%

70 - 79 Count 43 2 45

Expected Count 24.1 20.9 45.0

% within Skor Demensia 79.6% 4.3% 44.6%

Total Count 54 47 101

Expected Count 54.0 47.0 101.0

% within Skor Demensia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 57.791a 1 .000

Continuity Correctionb 54.780 1 .000

Likelihood Ratio 67.680 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 57.219 1 .000

N of Valid Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.94.

Page 65: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

53

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for UMUR_1 (70-

79 / 60-69) 87.955 18.417 420.044

For cohort Skor Demensia =

demensia 4.865 2.853 8.293

For cohort Skor Demensia =

tidak demensia .055 .014 .216

N of Valid Cases 101

5. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Demensia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin Responden *

Skor Demensia 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Jenis Kelamin Responden * Skor Demensia Crosstabulation

Skor Demensia

Total demensia tidak demensia

Jenis Kelamin Responden Perempuan Count 28 22 50

Expected Count 26.7 23.3 50.0

Laki-laki Count 26 25 51

Expected Count 27.3 23.7 51.0

Total Count 54 47 101

Expected Count 54.0 47.0 101.0

Page 66: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

54

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .256a 1 .613

Continuity Correctionb .094 1 .759

Likelihood Ratio .256 1 .613

Fisher's Exact Test .691 .380

Linear-by-Linear

Association .253 1 .615

N of Valid Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.27.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jenis Kelamin

Responden (Perempuan / Laki-

laki)

1.224 .559 2.678

For cohort Skor Demensia =

demensia 1.098 .763 1.581

For cohort Skor Demensia =

tidak demensia .898 .590 1.366

N of Valid Cases 101

6. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Demensia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan_2 * Skor

Demensia 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Page 67: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

55

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

pendidikan_2 * Skor Demensia Crosstabulation

Skor Demensia

Total demensia tidak demensia

pendidikan_2 rendah Count 41 20 61

Expected Count 32.6 28.4 61.0

% within Skor Demensia 75.9% 42.6% 60.4%

tinggi Count 13 27 40

Expected Count 21.4 18.6 40.0

% within Skor Demensia 24.1% 57.4% 39.6%

Total Count 54 47 101

Expected Count 54.0 47.0 101.0

% within Skor Demensia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.701a 1 .001

Continuity Correctionb 10.347 1 .001

Likelihood Ratio 11.899 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear

Association 11.585 1 .001

N of Valid Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.61.

Page 68: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

56

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for TINGKAT_PENDIDIKAN

(RENDAH / TINGGI) 4.258 1.819 9.968

For cohort Skor Demensia = demensia 2.068 1.280 3.341

For cohort Skor Demensia = tidak demensia .486 .320 .738

N of Valid Cases 101

7. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Demensia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik Responden *

Skor Demensia 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Crosstab

Skor Demensia

Total

demensia

tidak

demensia

Aktivitas Fisik Responden Rendah Count 35 19 54

Expected Count 28.9 25.1 54.0

Tinggi Count 19 28 47

Expected Count 25.1 21.9 47.0

Total Count 54 47 101

Expected Count 54.0 47.0 101.0

Page 69: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

57

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 6.008a 1 .014

Continuity Correctionb 5.068 1 .024

Likelihood Ratio 6.061 1 .014

Fisher's Exact Test .017 .012

Linear-by-Linear Association 5.948 1 .015

N of Valid Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.87.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas Fisik

Responden (rendah / tinggi) 2.715 1.211 6.084

For cohort Skor Demensia =

demensia 1.603 1.076 2.389

For cohort Skor Demensia =

tidak demensia .591 .383 .910

N of Valid Cases 101

8. Hubungan Aktivitas Kognitif Dengan Demensia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Kognitif Responden *

Skor Demensia 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Page 70: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

58

Skor Demensia

Total

demensia

tidak

demensia

Aktivitas Kognitif Responden Rendah Count 25 9 34

Expected

Count 18.2 15.8 34.0

Tinggi Count 29 38 67

Expected

Count 35.8 31.2 67.0

Total Count 54 47 101

Expected

Count 54.0 47.0 101.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.293a 1 .004

Continuity Correctionb 7.122 1 .008

Likelihood Ratio 8.562 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .003

Linear-by-Linear Association 8.211 1 .004

N of Valid Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.82.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas

Kognitif Responden (rendah /

tinggi)

3.640 1.477 8.973

For cohort Skor Demensia =

demensia 1.699 1.209 2.387

For cohort Skor Demensia =

tidak demensia .467 .257 .849

N of Valid Cases 101

Page 71: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

59

Lampiran 3 Surat Perizinan

Page 72: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN AKTIVITAS KOGNITIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25533/1/Dian... · dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ. selaku. penguji yang telah

60

Lampiran 4 Riwayat Penulis

1. Identitas :

Nama : Dian Fithria Hidayaty

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Mei 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Arteri Pos Pengumben Rt 005 Rw 08 No. 9

Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat,

11560

E-mail : [email protected]

2. Riwayat Pendidikan :

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Islam Al-Falah II pagi

2003 – 2006 : Madrasah Tsanawiyyah Al-Falah

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta

2009– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.