hormon pada janin

35
HORMON PADA JANIN DAN PLASENTA I. PENDAHULUAN Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. 1,2 Endokrinologi merupakan cabang ilmu biologi yang membahas tentang hormon dan aktivitasnya. Pengertian tentang endokrinologi janin meningkat sangat cepat selama dekade lalu. Sebelum ditemukan metode pengambilan sampel darah janin, dahulu pengetahuan tentang endokrinologi janin sangat tergantung pada informasi yang didapat dari jaringan abortus, janin anensefal, dan sampel dari ibu saat persalinan preterm atau aterm. Dengan tehnik kuldosintesis sekarang ini 1

Upload: dhinialfiandari

Post on 27-Dec-2015

104 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

obgyn

TRANSCRIPT

Page 1: Hormon Pada Janin

HORMON PADA JANIN DAN PLASENTA

I. PENDAHULUAN

Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon

yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah

karena tidak memiliki saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan

mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu

dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. 1,2

Endokrinologi merupakan cabang ilmu biologi yang membahas tentang

hormon dan aktivitasnya. Pengertian tentang endokrinologi janin meningkat

sangat cepat selama dekade lalu. Sebelum ditemukan metode pengambilan sampel

darah janin, dahulu pengetahuan tentang endokrinologi janin sangat tergantung

pada informasi yang didapat dari jaringan abortus, janin anensefal, dan sampel

dari ibu saat persalinan preterm atau aterm. Dengan tehnik kuldosintesis sekarang

ini telah memungkinkan melakukan pemeriksaan endokrinologi janin dengan

kondisi fisiologis. Secara garis besar sistem endokrin janin terdiri dari sistim

hiptalamus-hipofisis dan target organnya, sistem hormon paratiroid-kalsitonin,

dan sistem endokrin pankreas.1,3,4

Janin tidak dapat dinilai langsung maka banyak penelitian-penelitian awal

mengenai endokrinologi janin mengandalkan pengamatan pada bayi-bayi dengan

cacat kongenital ataupun kesimpulan dari penelitian-penelitian atau percobaan

akut pada manusia. 1,3,4

1

Page 2: Hormon Pada Janin

Penelitian mengenai sistem endokrin janin semakin dipersulit oleh

kemajemukan sumber-sumber hormon. Janin terpajan hormon-hormon ibu

ataupun plasenta maupun hormon yang dihasilkan sendiri. Cairan amnion

mengandung sejumlah hormon yang berasal dari ibu maupun janin, dan hormon-

hormon ini tidak jelas kepentingannya. Jadi penelitian pada janin yang diisolasi

bila mungkin sekalipun, hanya akan sedikit mempunyai relevansi fisiologis.

Kelemahan lain dalam penelitian sistem endokrin janin berkaitan dengan proses

perkembangan itu sendiri. 1,3,4

II. HORMON PADA JANIN

a. Sistim hipotalamus-hipofisis

Aksis neuroendokrin janin terdiri dari hipotalamus, eminensia mediana,

pembuluh darah portal hipotalamus-hipofisis, dan hipofisis. Hipotalamus

menghasilkan hormon pelepas (releasing hormone), seperti gonadotropin

releasing hormone (GnRH); thyrotropin (TRH); corticotropin releasing hormone

(CRH); dan growth hormone releasing hormone (GHRH), dan hormon

penghambat (inhibitor hormone) seperti ptolactin inhibiting factor (PIF) utuk

mengontrol pelepasan hormon hipofisis. Perkembangan emenensia mediana

terjadi pada umur kehamilan 9 minggu, sedangkan perkembangan pembuluh

darah portal hipofisis-hipotalamus tejadi pada umur kehamilan 12 minggu. Pada

kahamilan ke 8 minggu sampai 13, hipotalamus dan hipofisis janin secara in vitro

mulai merespon rangsangan stimulus maupun inhibisi. Pada pertengahan umur

2

Page 3: Hormon Pada Janin

kehamilan, aksis hipotalamus-hipofisis janin sudah merupakan suatu unit

fungsional dan autono untuk mengadakan mekanisme kontrol umpan balik. 1,3

b. Hormon hipofisis anterior

Tipe-tipe sel hipofisis anterior yang khas telah dapat dibedakan pada usia

janin 8-10 minggu, dan semua hormon hipofisis anterior dewasa telah dapat

diekstraksi dari adenohipofisis janin pada usia 12 minggu. Demikian juga

hormon-hormon hipotalamus seperti thyrotropin-releasing hormone (TRH),

gonadotropin-releasing hormone (GnRH), dan somatostatin telah ditemukan pada

minggu k 8-10. Hubungan sirkulasi langsung antara hipotalamus dan hipofisis

berkembang lebih lambat di mana invasi kapiler mula-mula terlihat pada sekitar

minggu ke-16. 1,3,4

Peranan hipofisis janin dalam organogenesis dari berbagai organ sasaran

selama trimester pertama kehamilan tampaknya dapat diabaikan. Tidak satupun

dari hormon hipofisis dilepaskan ke dalam sirkulasi janin dalam jumlah besar

sebelum usia janin 20 minggu. Bahkan growth hormone (GH) tampaknya tidak

berpengaruh, dan bahkan tidak adanya GH konsisten dengan perkembangan

normal pada saat lahir. Perkembangan gonad dan adrenal pada trimester pertama

tampaknya diarahkan oleh hCG dan bukan oleh hormon-hormon hipofisis janin.

1,3,4

Pada trimester kedua terjadi peningkatan sekresi dari semua hormon

hipofisis anterior yang bersamaan dengan pematangan sistem portal hipofisis.

Produksi gonadotropin juga meningkat, di mana janin wanita mencapai kadar

FSH hipofisis dan serum yang lebih tinggi dibandingkan janin pria. Gonadotropin

3

Page 4: Hormon Pada Janin

janin sangat penting untuk perkembangan normal dari gonad yang telah

berdiferensiasi dan genitalia eksterna. ACTH meningkat bermakna selama

trimester kedua dan mengambil peran yang semakin penting dalam pematangan

adrenal yang berdiferensiasi, seperti dibuktikan pada janin anensefalik di mana

zona adrenal janin mengalami atrofi setelah 20 minggu. 1,3,4

Pada trimester ketiga, pematangan sistem umpan balik yang mengatur

pelepasan sinyal-sinyal hipotalamus menyebabkan kadar serum dari semua

hormon hipofisis kecuali PRL menjadi menurun. 1,3,4

c. Gonadotropin

Gonadotropin (FSH dan LH) telah ditemukan pada hipofisis sejak

kehamilan minggu ke sembilan. Terdapat perbedaan profil gonadotropin antara

janin perempuan dan laki-laki. Pada janin perempuan donadotropin hipofisis

meningkat sampai pertengahan kehamilan, kemudian terjadi penurnan setelah itu.

Sedangkan pada janin laki-laki, gonadotropin hipofisis meningkat sepanjang

kehamilan. 1,5

Hormon testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang dimulai pada

trimester pertama kahmilan, dan mencapai maksimal pada minggu ke 17-21

kehamilan. Selain itu testis diatur oleh LH janin, walaupun demikian produksi

testosterone janin meningkat maksimal seiring dengan produksi hCG maksimal

oleh plasenta. Pada ovarium janin perempuan, bakal sel primordial berdiferensiasi

menjadi ovarium sepanjang trimester pertama dan kedua kehamilan. Janin bulan

keempat kehamilan telah menghasilkan folikel, bahkan pada bulen ke enam

kehamilan banyak folikel preantral telah berkembang. Aksis hipotalamus-

4

Page 5: Hormon Pada Janin

hipofisis-ovarium pada fetus telah terbentuk utuh pada akhir trimester ke dua

kehamilan dan mempunyai kemampuan untuk memproduksi hormon. Namun

demikian diproduksi hormon estrogen dan progesterone dari plasenta ibu pada

trimester ke tiga kehamilan lebih lanjut akan menekan pematangan aksis

hipotalamus-hipofisis ovarium pada janin. 1,5

d. TSH (Tirotropin)

TSH (tirotropin) plasma janin meningkat sesuai umur kehamilan dimana

kadarnya rendah pada umur kehamilan 16-18 minggu dan maksimal pada umur

kehamilan 35-40 minggu. Kadar TSH janin didapatkan lebih tinggi dibandingkan

kadar TSH orang dewasa. Sebaliknya kadar tiroxin (T4) total janin didapatkan

lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini diduga disebabkan oleh

nilai ambang untuk terjadinya umpan balik negatif lebih tinggi pada fase prenatal

dibandingkan periode postnatal. Tidak ada hubungan antara nilai hormon tiroid

serum janin dan ibu dengan kadar TSH, dan keadaan ini menunjukkan bahwa

aksis hipofisis-tiroid janin berkembang secara tersendiri dan tidak dipengaruhi

oleh sistim tiroid ibu. Respon TSH hipofisis terhadap TRH hipotalamus terjadi

awal trimester tiga kehamilan. Demikian juga injeksi T4 kedalam cairan amnion

24 jam sebelum seksio sesar elektif akan meningkatkan kadar T4 janin dan

sebaliknya terjadi penurunan kadar TSH janin. Hal ini menunjukkan bahwa paa

janin terjadi mekanisme umpan balik negatif dari TSH. 1

e. Hormon prolaktin dan hormon pertumbuhan

Hormon prolaktin dan hormone pertumbuhan (growth hormone)

merupakan hormon polipeptida. Prolaktin sudah bias terdeteksii di hipofisis janin

5

Page 6: Hormon Pada Janin

pada minggu ke 8-10 kehamilan. Kadar prolaktin tetap renadah sampai umur

kahamilan 25-30 minggu kemudian meningkat sesuai peningkatan umur

kehamilan dan mencapai puncak sekitar 11 nmol/L saat janin aterm. Hal ini

disebabkan karena estrogen menstimulasi sintesis dan pelepasan prolaktin oleh sel

laktotrof hipofisis, sehingga peningkatan kadar prolaktin plasma janin parallel

dengan peningkatan kadar estrogen plasma janin pada trimester akhir kehamilan.

Peningkatan kadar prolaktin janin juga dipengarui TRH dan dihamat oleh

dopamine. Tidak ada hubungan antara kadar prolaktin plasma janin dan kadar

prolaktin plasma ibu. Fungsi hormon prolaktin pada janin diduga berperan pada

pematangan paru, osmoregulasi, dan pertumbuhann kelenjar adrenal. 1,3,4

Hormon pertumbuhan mulai disntesis dan disekresi oleh hipofisis janin

pada inggu ke 8-10 kehamilan, dan terdeteksi pada plasma janin yang dideteksi di

tali pusat adalah 1-4 nmol selama trimester pertama kehamilan, dan meningkat

mencapai puncak sekitar 6 nmol pada pertengahan kehamilan. Kadarnya

kemudian menurun progresif pada paruh kedua kehamilan sampai mencapau

kadar sekitar 1,5 nmol pada kehamilan aterm. Sintesis dan sekresi hormon

pertumbuhan janin diatur oleh GHRH dan somatostatin yang dihasilkan oleh

hipotalamus janin. Sel somatototrof dihipofisis respon terhadap somatostatin pada

minggu ke 12 kehamilan, sedangkan terhadap GHRH pada minggu ke 18-22

kehamilan. Penurunan kadar hormon pertumbuhan pada kehamilan lanjut terjadi

mungkin karena peningkatan pelepasan somatostatin aau penurunan sekresi

GHRH. Peranan hormon pertumbuhan pada janin belum jelas diketahui karena

6

Page 7: Hormon Pada Janin

janin anensefal dengan gangguan perkembangan organ otak dan hipotalamus tetap

mempunyai berat badan janin normal. 1,3,4

f. Adenocorticotropin (ACTH)

ACTH terdeteksi dengan tehnik imunohistokimia pada hipofisis janin pada

minggu ke 10 kehamilan, respon ini cenderung tidak mengalami peningkatan

seusia peningkatan umur kehamilan. Kadar cenderung tidak mengalami

peningkatan seusia peningkatan umur kehamilan. Kadar CRH pada plasma janin

aterm berkisar 0,03 nml/L, sedangkan kadar ACTH plasma janin pada

pertengahan kehamilan berkisar 55 pmol/L yang merupakan kadar maksimal

untuk menstimulasi pembentukan steroid adrenal. Pada umur kehamilan lanjut,

kelenjar adrenal janin menghasilkan 100-200 mg steroid termasuk

dehydroepiandrosterone (DHEA) dan pregnenolone. Selain itu kelenjar adrenal

janin menghasilkan kortisol dan aldosterone. Kortisol adrenal merupakan 2/3 dari

seluruh kortisol janin, sedangkan 1/3 lainnya berasal dari transfer kortisol

plasenta. Sistim control umpan balik ACTH matang selama paruh kedua

kehamilan dan periode neonatal dini. Deksametason dapat menekan aksis

hipofisis-adrenal janin aterm tetapi tidak pada minggu ke 18-20 kehamilan.

Fungsi kortisol adalah untuk mempersiapkan janin menghadapi kehidupan ekstra

uterina. 1,3

g. Hormon hipofisis posterior

Hipofisis posterior disebut juga neurohipofisis telah terbentuk sempurna

pada janin minggu ke 10-12 kehamilan. Ada 3 hormon peptida dari hipofisis

posterior jani yang diidentifikasi selama kehidupan janin. Ketiga hormon tersebut

7

Page 8: Hormon Pada Janin

adalah arginine vasopressin (AVP), oksitosin, dan arginine vasotocin (AVT),

namun yang paling penting adalah AVP dan oksitosin. Hormon hipofisis posterior

disintesis dari molekul prekursor menjadi hormon non peptide melalui konversi

enzimatik dan selanjutnya terikat dengan suatu protein pengangkut yang disebut

neurophysin dalam bentuk granula pada neklei paravetrikular, supraoptikus, dan

suprakiasmatikus. 1,3

h. Arginine vasopressin

Arginine vasopressin disebut juga hormone antidiuretic (ADH) telah

ditemukan sejak minggu ke 12 kehamilan, kadar vasopressin pada janin manusia

sebelum persalinan belum diketahui dengan jelas, namun pada janin hewan aterm

didaparkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dewasa. Fungsi

vasopressin antara lain untuk memelihara kondisi kardiovaskular janin saat terjadi

stress. Hal ini dibuktikan dengan kadar yang meningkat saat terjadi hipoksia janin

dan perdarahan. Pada kasus resus isoimunisasi, kadar vasopressin janin biasa

digunakan sebagai petunjuk adanya distres janin. 1,3

i. Oksitosin

Oksitosin ditemukan di hipofisis janin pada trimester kedua kehamilan.

Kadar oksitosin meningkat sesuai dengan meningkatnya umur kehamilan.

Persalinan secara bermakna menstimulasi peningkatan kadar oksitosin janin,

sedangkan pada saat yang sama kadar oksitosin ibu tetap atau hanya meningkat

sedikit. Tidak diketahui dengan jelas saat kapan pelepasan oksitosin janin terjadi,

demikian juga mekanisme pelepasannya. Diduga oksitosin janin berperan

8

Page 9: Hormon Pada Janin

terhadap aktivasi sistim endokrin lain dari janin yang memainkan peranan penting

dalam terjadinya persalinan. 1,3,6

j. Sistim hormon paratiroid-kalsitonin

Kelenjar paratiroid janin berkembang antara minggu ke 5-12 kehamilan,

dan diameternya bertambah mulai 0,1 mm pada minggu ke 14 kehamilan menjadi

1-2 mm saat kelahiran. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid

sedangkan sel-sel C parafolikuler tiroid menghasilkan kalsitonin. Kedua kelenjar

ini akan berfungsi selama kehamilan trimester ke dua dan tiga. Walaupun

demikian kadar hormon paratiroid janin tetap lebih rendah dibandingkan kadar

pada ibu hal ini untuk mengadaptasi kebutuhan kalsium janin yang diperlukan

untuk pertumbuhan tulang. Sebaliknya kadar kalsitonin janin lebih tinggi

dibandingkan kadar pada ibu, hal ini mungkin disebabkan oleh stimulasi

hiperkalasemia kronik pada janin. 1,3,6

k. Sistim endokrin pankreas

Pancreas janin sudah dapat teridentifikasi pada minggu ke 4 kehamilan,

dan sel alfa dan beta sudah berdiferensiasi pada minggu ke 8-9 kehamilan.

Pankreas menghasilkan antara lain insulin dan glukagon. Sel-sel beta pankreas

telah berfungsi dari minggu ke 14-20 kehamilan, namun pankreas belum sensitif

untuk melepaskan insulin sebelum minggu ke 28 kehamilan. Bahkan peneliti lain

menunjukkan bahwa infus glucose pada wanita hamil sebelum dimulainya

persalinan gagal menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Kadar insulin

9

Page 10: Hormon Pada Janin

pankreas meningkat dari < 0,5 U/g pada minggu ke 7-10 menjadi 4 U/g pada

minggu ke 16-25 kehamilann, dan pada umur kehamilan mendekati aterm

meningkat menjadi 13 U/g. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan kadar insulin

pankreas orang dewasa yang berkisar 2 U/g. Hal yang sama untuk kadar glukagon

pankreas yang juga meningkat sesuai peningkatan umur keamilan, dimana

kadarnya berkisar 6 ug/g pada pertengahan umur kehamilan. Kadar ini lebih tinggi

dibandingkan pada orang dewasa yang berkisar 2 ug/g. 1,3,6

III. Hormon plasenta

Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan organ endokrin

terbesar pada manusia yang menghasilkan berbagai macam hormon steroid,

peptida, faktor-faktor pertumbuhan, dan sitokin. Fungsi plasenta adalah

memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan janin yang tengah berkembang

sementara tetap memelihara keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada

trimester I plasenta berkembang sangat cepat akibat multiplikasi sel-sel

sitotrofoblas. Vili korialis primer tersusun oleh sel-sel sitotrofoblas yang

proliperatif di lapisan dalam dan sel-sel sinsiotrofoblas di lapisan luar. Sel-sel

mesenkim yang berasal dari mesenkim ekstraembrional akan menginvasi vili

korialis primer sehingga terbentuk vili korialis sekunder, sedangkan vili korialis

tersier terbentuk bersamaan dengan terbentuknya pembuluh darah pembuluh

darah janin. Sinsiotrofoblas umumnya berperan dalam pembentukan hormon

steroid, neurohormon/neuropeptida, sitokin, faktor pertumbuhan, dan “pituitary-

10

Page 11: Hormon Pada Janin

like hormone”, sedangkan sitotrofoblas lebih berperan dalam sekresi faktor-faktor

pertumbuhan. Hormon-hormon yang dihasilakan oleh plasenta, yaitu : 4,5,6

1. Sintesis hormon polipeptide :

Human chorionic gonadotropin (hCG), human placental lactogen (hPL)

2. Hormon-hormon protein :

Chorionis adrenocorticotropin (CACTH), chorionic thyrotropin (CT),

relaksin, parathyroid hormone related protein (PTHrP), grwoth hormone

variant (hGH-V)

3. Hormon-hormon peptide : Neuropeptide-Y (NPY), inhibin, dan aktivin

4. Hypothalamus-like Releasing hormone ( GnRHP)

Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), cortotropin realeasing

hormone (CRH), thyrotropin-releasing hormone (cTRH), dan grworth

hormonw-releasing hormone (GHRH)

5. hormon steroid : Progeseteron, estrogen

1. Sintesis hormone polpeptide4,5,6,7,8

Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

Plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi hCG sama dengan

gonadotropin yang lain, hCG adalah suatu glikoprotein yang mempunyai berat

molekul 39.000 dalton, terdiri atas 2 subunit alpha dan beta yang masing-masing

tidak mempunyai aktivitas biologik kecuali bila dikombinasikan, hCG-alpha

hampir mirip dengan LH-alpha dan FSH-alpha, sedangkan hCG-beta identik

11

Page 12: Hormon Pada Janin

dengan LH-beta. Tiga puluh persen komponen hCG adalah karbohidrat. Lapisan

luar sinsisium merupakan tempat biosintesis hCG. Didalam sinsisium ini terdapat

struktur untuk sintesis dan sekresi protein seperti retikulum endoplasma,

kompleks golgi dan mitokondria. 4,5,6,7,8

Regulasi produksi hCG plasenta melibatkan interaksi antara sistem

autokrin dan parakrin. Sinsisiotrofoblas dapat diumpamakan sebagai hipofisis

yang menyekresi hCG, hPL, dan ACTH, sedangkan sitotrofoblas bertindak

sebagai hipotalamus yang menyekresi GnRH dan CRH (cortcotropin releasing

hormone). GnRH yang disintesis oleh plasenta meningkatkan pelepasan hCG pada

kultur plasenta. Efek ini lebih tampak nyata pada kultur plasenta kehamilan

trimester pertama bila dibanding dengan plasenta kehamilan aterm. Pelepasan

hCG juga dipacu oleh estradiol, faktor-faktor pertumbuhan (growth factor) seperti

: FGF (fibroblast growth factor), EGF (epidermal growth factor), IGF-1 (insulin-

like growth factor-1), IGF-2, dan interleukin-1, sedangkan pelepasan hCG

dihambat oleh GnRH antagonis, progesteron, serta opioid. hCG mulai dapat

dideteksi 1 hari setelah implantasi. Sekresi hormon ini akan memperpanjang

hidup korpus luteum dan menstimulasi produksi progesteron melalui sistem

adenilatsilakse. Keadaan ini terus dipertahankan sampai usia kehamilan kurang

lebih 11 minggu saat plasenta sudah mampu menyintesis progesteron. 4,5,6,7,8

Fungsi hCG yang lain adalah merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas,

stimulasi produksi testosteron testis janin dan diduga mempunyai efek

imunosupresif selama kehamilan. Secara klinik, pengukuran kadar hCG umumnya

digunakan untuk menunjang diagnosis kehamilan, evaluasi setelah penyakit

12

Page 13: Hormon Pada Janin

trofoblas, dan evaluasi abnormalitas kehamilan (misalnya : kehamilan ektopik).

Kadar hCG yang lebih tinggi daripada kadar normal pada trimester kedua

seringkali dihubungkan dengan trisomi 21, trisomi 13, trisomi 20, sindroma

Turner dan Klinefelter, sebaliknya kadar yang lebih rendah sering ditemukan pada

janin dengan trisomi 18. Atas dasar ini pulalah hCG digunakan sebagai salah satu

cara skrining adanya aneuploidi pada janin. 4,5,6,7,8

Human Placental Lactogen (hPL)

hPL merupakan polipeptide rantai tunggal dengan berat molekul 22.300 d.

struktur kimia hPL mirip dengan prolaktin (PRL) dan growth hormone (GH)

hipofisis. hPL disintesis di sinsitrofoblas dan dapat dideteksi mulai hari k2-12

setelah fertilisasi atau segera setelah implantasi. Kadar hPL dalam plasma

maternal meningkat seiring dengan peningkatan berat plasenta dan berat badan

janin. Peningkatan ini mulai tampak sejak usia kehamilan 5 minggu dan mencapai

puncaknya pada 4 minggu terakhir kehamilan (35 minggu) yaitu dari 0,3µg/ml

pada trimester pertama sampai 5,4µg/ml pada trimester ketiga. Selama 24 jam,

kurang lebih 300µg hPL disekresikan lewat urin. Pada plasenta sendiri didapatkan

10 sampai 20 mg/100g berat plasenta. hPL juga dapat dideteksi dalam sirkulasi

janin, tetapi dengan kadar rendah (15,5µg/ml dalam darah tali pusat)dan dalam

cairan amnion (0,5µg/ml) pada kehamilan aterm. Efek utama hPL adalah terhadap

insulin dan metabolisme glukosa, tetapi bagaimana mekanisme kerjanya sampai

sekarang belum diketahui dengan jelas. Efek hPL terhadap lipolisis dan glucose-

sparing terutama pada perempuan hamil yang sedang berpuasa menunjukkan

13

Page 14: Hormon Pada Janin

bahwa hPL mempunyai efek proteksi /melindungi janin. Keadaan puasa akan

merangsang sekresi hPL sehingga penggunaan glukose oleh ibu akan menurun.

Hal ini kan menjamin tercukupinya sumber energi janin. 4,5,6,7,8

Pengukuran kadar hPL sangat jarang digunakan untuk kepentingan

evaluasi abnormalitas kehamilan. Umumnya disepakati bahwa kadar hPL < 4

µg/ml pada usia kehamilan 30 minggu merupakan batas bahwa janin dalam

keadaan bahaya (fetal danger zone). Pada plasenta yang besar seperti pada

kehamilan ganda dan kehamilan dengan diabetes melitus, akan didapatka kadar

hPL yang lebih tinggi. Sebaliknya kadar hPL yang rendah ditemukan pada

pertumbuhan janin terhambat, preekmlampsia dan neoplasma trofoblas. Pada

kasus abortus iminens, kadar hPL yang rendah menunjukkan bahwa kehamilan

sulit dipertahankan. 4,5,6,7,8

2. Hormon-hormon protein 4,5,6,7,8

Adenokortikotropin Korionik (CACTH)

Protein yang mirip dengan ACTH berhasil diidentifikasi pada plasenta

yang kemudian disebut Chorionic adenocorticotropin (CACTH). Peranan

fisiologis dari CACTH sampai sekarang belum jelas. ACTH dalam kadarnya lebih

rendah daripada laki-laki atau perempuan tidak hami, tetapi kadarnya meningkat

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Plasenta menghasilkan ACTH yang

kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi maternal dan janin, tetapi ACTH

maternal tidak masuk ke dalam sirkulasi janin.4,5,6,7,8

14

Page 15: Hormon Pada Janin

Tirotropin korionik (CT)

Terdapat bukti bahwa plasenta menghasilkan hormone chorionic

thyrotropin (CT), tetapi sama seperti CACTH, fungsinya dalam kehamlan belum

diketahui dengan jelas. 4,5,6,7,8

Relaksin

Adanya relaksin dalam korpus luteum, desidua, dan plasenta telah lama

diketahui. Relaksin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan insulin dan

nerve growth factor. Hormon ini bekerja pada miometrium untuk merangsang

adenyl cyclase dan juga menyebabkan relaksasi uterus. Mekanisme sintesis dan

kerjanya sampai sekarang belum jelas dan masih diteliti. 4,5,6,7,8

Parathyroid Hormone Related Protein (PTH rp)

Parathyroid hormone related protein (PTH rp) telah dapat diidenifikasi

pada jaringan normal orang dewasa khususnya pada organ reproduksi laki-laki

dan perempuan (uterus, korpus luteum, dan payudara). Hal ini menunjukkan

bahwa orang dewasa PTH rp tidak dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Beberapa organ

janin juga menghasilkan PTH rp di antaranya kelenjar paratiroid, ginjal, dan

plasenta. Sekresi hormon paratiroid pada orang dewasa dipengaruhi oleh kadar

kalsium, kecuali pada plasenta. 4,5,6,7,8

Growth Hormone Variant (hGH-V)

Growth Hormone Variant (hGH-V) disintesis oleh plasenta, kemungkinan

dalam sinsisium. hGH-V dapat diukur kadarnya dalam sirkulasi maternal mulai

15

Page 16: Hormon Pada Janin

pada usia kehamilan 21-26 minggu, kadarnya terus meningkat sampai usia

kehamilan 36 minggu. Sekresi hGH-V oleh trofoblas dipengaruhi oleh glukose,

sedangkan aktivitas biologisnya sama dengan hPL. 4,5,6,7,8

3. Hormon-hormon peptide4,5,6,7,8

Neuropeptide-Y (NPY)

Peptide kecil yang mengandung 36 asam amino ini berdistribusi luas di

otak. Peptide ini juga ditemukan di neuron-neuron simpatik yang menginervasi

sistem kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, dan genitourinarius. NPY juga

dapat ditemukan pada plasenta khususnya sitotrofoblas. Beberapa percobaan

menunjukkan bahwa pemberian NPY pada sel-sel plasenta akan menyebabkan

pengeluaran corticotropin releasing hormone (CRH). 4,5,6,7,8

Inhibin dan Aktivin

Inhibin diproduksi oleh testis manusia dan sel-sel granulosa ovarium,

termasuk korpus luteum. Inhibin merupakan heterodimer dengan subunit α dan β

yang berbeda. Subunit β inhibin tersusun oleh satu atau dua peptide tertentu, yaitu

βA dan βB. Plasenta memproduksi inhibin subunit α, βA, dan βB dengan kadar

tertinggi dicapai pada waktu aterm. Produksi inhibin plasenta selama kehamilan,

untuk menghambat sekresi FSH dan karena itu menghilangkan ovulasi selama

kehamilan. Aktivin berhubungan erat dengan inhibin dan dibentuk oleh kombinasi

dua subunit β. Aktivin tidak terdeteksi dalam darah tali pusat setelah persalinan

dimulai. 4,5,6,7,8

16

Page 17: Hormon Pada Janin

4. Hypothalamus-like Releasing hormone ( GnRHP)

Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH)

Banyak bukti yang menunjukkan GnRH juga ditemukan pada plasenta dan

menariknyaimunoreaktivitas terhadap GnRH ini hanya ditemukan pada

sitotrofoblas. Disebutkan bahwa GnRH korionik ini berperan sebagai hCG-

releasing hormone. 4,5,6,7,8

Cortiocotropin Releasing Hormone (CRH)

Gen CRH yang ditemukan pada hipotalamus ternyata juga ditemukan pada

trofoblas, amnion, korion dan desidua, tetapi fungsi CRH yang dihasilkan oleh

plasenta ini sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Bukti yang

menunjukkan bahwa hanya sedikit CRH plasental yang masuk kedalamsrikulasi

janin menimbulkan dugaan kurangnya peran CRH plasental terhadap

steroidogenesis adrenal janin. Peran CRH plasental yang lain diduga berhubungan

dengan relaksasi otot polos (baik miometrium maupun pembuluh darah),

imunosupresi dan merangsang pembentukan prostaglandin plasenta. Pada

hipotalamus, glukokortikoid akan menghambat sekresi CRH, tetapi sebaliknya

pada plasenta glukokortikoid justru merangsang CRH 2 sampai 5 kali lipat

sehingga kemungkinan terjadi feedback positif pada plasenta yaitu CRH akan

17

Page 18: Hormon Pada Janin

merangsang sekresi ACTH yang dihasilkan akan terangsang pula untuk

membentuk glukortikoid yang pada akhirnya juga akan memacu sekresi CRH

plasental. 4,5,6,7,8

Thyrotropin-Releasing Hormone (cTRH) dan Growth Hormone-

Releasing Hormone (GHRH)

Baik cTRH maupun GHRH juga dikenal sebagai somatokrinin, dapat

dideteksi pada plasenta tetapi bagaimana sintesis dan aktivitas biologis keduanya

sampai saat ini belum diketahui. 4,5,6,7,8

5. Hormon steroid

Plasenta menyintesis sejumlah besar hormon steroid selama kehamilan.

Dua hormon steroid utama adalah progesteron yang berfungsi untuk

mempertahankan kehamilan dan estrogen yang berguna untuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi. Keduanya juga diperluka untuk perubahan-perubahan

metabolik yang terjadi selama kehamilan. Dalam sintesis hormon steroid, plasenta

bukanlah organ yang autonom, tetapi memerlukan prekusor-prekusor untuk

sekresi estrogen ataupun progesteron. Prekusor tersebut berasal dari adrenal janin

dan maternal untuk sekresi progesteron. 4,5,6,7,8

Progesteron

Produksi steroid selama kehamilan merupakan hasil dari kerja sama antara

maternal, plasenta dan janin. Saat tidak terjadi konsepsi, korpus luteum

18

Page 19: Hormon Pada Janin

menghasilkan progesteron dalam kurun waktu kurang lebih 14 hari sebelum

akhirnya mengalami regresi. Jika terjadi konsepsi, umur korpus luteum

diperpanjang akibat pengaruh hormon hCG, sehingga tetap mampu menghasilkan

progesteron sampai usia 10 minggu. Pada masa awal kehamilan (6-7 minggu)

progesteron dari korpus luteum ini sangat diperlukan untuk mempertahankan

kehamilan, sehingga jika pada masa ini dilakukan ablasi korpus luteum, misalnya

dengan ovarektomi, maka akan terjadi penurunan steroidogenesis dan akan

berakhir dengan abortus. Setelah masa transisi (antara minggu ke-7 dan 11),

plasenta mengambil alih peran korpus luteum dalam mengahsilkan progesteron.

Sintesis progesteron plasenta sangat bergantung pada hubungan antara maternal

dan plasenta, tetapi sama sekali tidak bergantung pada prekusor janin. Sumber

utama sintesis progesteron adalah kolesterol LDL (low density lopoprotein).

Kolesterol LDL ini masuk ke dalam sioplasma sel-sel trofoblas dengan cara

endosintesis setelah sebelumnya berikaan dengan reseptor membran sel yang

spesifik. Vesikel yang mengandung kompleks kolesterol LDL-reseptor ini

kemudian bergabung dengan lisosom dan mengalami hidrolisis sehingga

kolesterol dilepaskan dan reseptor kembali menjalankan fungsinya lagi (recycled).

Di dalam mitokondria, kolesterol dipecah dengan cara hidroksilasi oleh enzim

P450 sitokrom (P450cc) menjadi pregnenolon yang kemudian dibentuk menjadi

progesteron oleh 3β-hidroksisteroid dehidrogenase. Sebagian besar (90%)

progesteron yang dihasilkan akan disekresikan ke dalam sirkulasi maternal, tetapi

kadar dalam sirkulasi maternal ini lebih rendah jika dibanding dengan kadar

progesteron plasma janin. Saat usia kehamilan aterm, plasenta menghasilkan

19

Page 20: Hormon Pada Janin

progesteron ± 210 mg/hari dengan metabolic clearence rate (MRC) ± 2110 l/hari.

Kadar progeseteron plasma maternal meningkat secara linear daro 40 µg/ml

(trimester I) sampai lebih dari 175 µg/ml (trimester III). Progesteron mempunyai

beberapa fungsi fisiologis selama kehamilan. Fungsi utama adalah

mempersiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan.

Mekanisme kerja progesteron adalah berikatan dengan reseptor spesifik yang

kemudian berinteraksi dengan DNA genom. Reseptor-reseptor ini telah dikenali

dan ditemukan pada inti sitoplasma sel sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas serta

sel-sel endotel desisdua pada awal kehamilan. Progesteron juga meningkatkan

produksi faktor-faktor uterus yang menghambat blastogenesis limfosit dan

produksi sitokin, mengatur populasi limfosit fetoplasental, dan meningkatkan

prekusor limfosit B sumsum tulang yang mengalami pengurangan akibat

pengaruh estrogen. 4,5,6,7,8

Fungsi progesteron yang lain adalah terhadap otot polos yaitu terutama

mempertahankan keadaan tenang uterus dengan cara mempertahankan keadaan

afinitas yang tinggi dari reseptor β2-adrenerik miometrium sehingga produksi

cAMP meningkat dan menghambat fosforilase miosin. Progesteron juga

berpengaruh pada muskular tuba seperti seperti halnya berpengruh pada motilitas

gastrointestinal, di samping berpengaruh juga terhadap otot polos arteriol

sehingga kapasitas vaskular meningkat dan tahanan perifer menurun. Progesteron

plsenta juga berperan selaku substrak bagi bagi produksi glukokortikoid dan

mineralokortikoid oleh adrenal janin. Pengukuran kadar progesteron untuk

menilai keadaan janin secara klinik umumnya tidak begitu bermanfaat. Pada

20

Page 21: Hormon Pada Janin

kematian janin dalam rahim, kelainan kongenital (anensefal) dan defisiensi sulfat

plasenta, kadar progesteron tidak berubah sama sekali. Meskipun demikian,

pengukuran kadar progesteron tidak dapat digunakan sabagai prediktor yang

reliabel untuk menentukan viabilitas kehamilan bila terjadi ancaman abortus pada

usia kehamilan ≤ 77 hari. 4,5,6,7,8

Estrogen

Janin dan plasenta terlibat dalam sintesis esteron, estradiol, dan estriol.

Estrogen yang yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal dari konversi

prokusor androgen maternal dan adrenan janin. Di plasenta, kolesteroldikonversi

menjadi pregnonolon sulfat yang kemudian dikonversi lagi menjadi

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA-S kemudian mengalami

metabolisma lebih lanjut menjadi esteron (E1) dan melalui testosteron menjadi

estradiol (E2), estriol (E3), bentuk terbesar estrogen yang diproduksi oleh hepar

janin dari DHEA-S adrenal. Proses dekonjugasi 16α-hidroksi DHEA-S

memerlukan enzim sulfatase. Aktivitas enzim sulfatase ini pada plasenta sangat

tinggi kecuali pada keadaan defisiensi. Plasenta pada kehamilan aterm menyekresi

baik estron, estradiol, maupun estriol ke dalam sirkulasi maternal dan janin. Total

blood production rate estradiol ±10 sampai 25 mg/hari, sedangkan estriol 40

sampai 50 mg/hari. Estron sebagian sebagian besar dalam bentuk sulfat dan

mempunyai MCR yang rendah. Kadar estron dalam serum berkisar antara 2

sampai 30 µg/ml pada kehamilan aterm. Kadar estradiol meningkat sampai 6-40

µg/ml pada usia kehamilan 36 minggu dan terus meningakat sampai aterm. Estriol

dalam serum maternal meningkat sejak usia kehamilan 9 minggu sampai 1.000

21

Page 22: Hormon Pada Janin

kali lipat kadar pada perempuan tidak hamil. Peningkatan kadar estriol ini

kemudian mendatar (plateau) pada usia kehamilan 31-35 minggu dan meningkat

lagi usia kehamilan 35-36 minggu. Sembilan puluh persen ekskresi estriol berasal

dari produksi DHEA-S adrenal janin. Dari semua bentuk steroid estrogenik

unconjugated dalam serum, estradiol mempunyai konsentrasi yang paling tinggi

dangan half life dalam darah singkat (20 menit), sedangakan estriol sebagian besar

dalam bentuk konjungsi dan hanya ±10% dalam bentuk unconjugated. Estrogen

dimetabolisasi oleh hepar dan kemudian diekskresikan lewat urin. Berdasarkan

pada konsep tersebut, dapat diketahui bahwa disfungsi atau tidak berfungsinya

adrenal janin menyebabkan pembantukan estriol akan terganggu. Sebagai contoh

pada kelainan berupa anansefal yang sering disertai dengan tidak terbentuknya

korteks adrenal akan menyebabkan penurunan prekusor androgen adrenal janin,

sehingga produksi estriol plasenta juga akan menurun. Pemberian glukokortikoid

pada ibu, seperti yang sering dilakukan untuk akselerasi maturasi paru janin, dapat

pula menurunkan kadar estriol akibat penekanan pada prekusor adrenal maternal

dan janin.

IV. KESIMPULAN

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke

dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Endokrinologi merupakan

cabang ilmu biologi yang membahas tentang hormon dan aktivitasnya. Secara

garis besar sistem endokrin janin terdiri dari sistim hiptalamus-hipofisis dan target

organnya, sistem hormon paratiroid-kalsitonin, dan sistem endokrin pankreas. 1,3,4

22

Page 23: Hormon Pada Janin

Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan organ endokrin

terbesar pada manusia yang menghasilkan berbagai macam hormon steroid,

peptida, faktor-faktor pertumbuhan, dan sitokin. Hormon-hormon yang

dihasilakan oleh plasenta, yaitu sintesis hormon polypeptide, hormon-hormon

protein, hormon-hormon peptide, Hypothalamus-like Releasing hormone

(GnRHP), hormon steroid. 4,5,6

23