horde

18
BAB I PENDAHULUAN Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus. 1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. 2-5 Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus. 1 Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Gejala disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan

Upload: kabhithra-thiayagarajan

Post on 15-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bst

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas maupun

bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus.1 Data

epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi

kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung

pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia,

angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada

satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom,

kelenjar Zeis dan Moll.2-5

Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan

infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom

dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus.1

Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada

kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Gejala disertai dengan rasa sakit dan

mengganjal dan nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau

hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Adakalanya

nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak

mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan

nanah.2,3,5,6

Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan terutama ke

daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding

hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum tonjolan ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan

kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.1,5

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang

memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat

antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan

fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika

hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3

Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat

jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami

penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan

kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI HORDEOLUM

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,

timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna

yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.7

ETIOLOGI

Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang

disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus). Hordeolum

sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah

blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang.1

PATOGENESIS

Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.

Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.

Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.1,7

GEJALA DAN TANDA

1. Gejala1,7

Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi

kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada

sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak,

meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang membengkak

seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong

nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.

2. Tanda2

Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering disertai blefaritis,

konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum, acne vulgaris. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa muda.

Gambar. Hordeulum Externum( Kanan) Hordeulum Internum (Kiri )

PENATALAKSANAAN

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun

tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik)

maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan hordeolum

adalah sebagai berikut :

- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.

- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,

Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama

7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.

- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin.

Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan

antibiotik atopikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis

antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan

masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis

(mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen,

Asam mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.1,7

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan pentokain tetes

mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan

dilakukan insisi yang bila :

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo

palpebra.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan

insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam

kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.7

PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami

penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan

kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

BAB III

LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur/MR : Nn. N / Perempuan / 18 tahun/ 0005481

b. Pekerjaan/pendidikan : -/SMA

c. Alamat : Belakang Tangsi, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Anak : -

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup , penghasilan orang tua Rp.6.000.000

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 90m2

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah di angkut petugas

- Jumlah penghuni 5 orang, pasien orang tua pasien, dan 2 saudara pasien.

- Kesan : higine dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Pasien anak pertama dari tiga bersaudara.

- Hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya baik. Pasien disayang

orang tua dan dipenuhi kebutuhannya.

- Faktor stress dalam keluarga (-)

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit mata sebelumnya ada, pasien mengeluhkan kedua matanya

kemerahan, gatal dan berair 2 minggu yang lalu.

Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.

Riwayat trauma pada mata sebelumnya tidak ada.

Riwayat Diabetes mellitus tidak ada.

Riwayat pemakaian kortikosteroid jangka panjang tidak ada.

5. Keluhan Utama

Benjolan pada kelopak mata kanan atas yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Benjolan pada kelopak mata kanan atas yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu.

Benjolan tersebut awalnya berukuran kecil namun semakin membesar hingga

seukuran biji jagung. Pasien mengeluhkan rasa nyeri pada benjolan tersebut dan

gatal serta kemerahan di kelopak mata kanannya.

Sebelum keluhan ini muncul 2 minggu yang lalu pasien pernah berobat ke

puskesmas dengan keluhan kedua mata yang kemerahan, gatal, dan berair. Pasien

diberi obat minum CTM 4mg 3 x 1 tablet dan salep mata Kloramfenikol 1%

dioleskan 3 kali sehari. Obat habis dipakai dan keluhan pasien berkurang dan

sembuh dalam 5 hari namun 3 hari yang lalu muncul benjolan di kelopak mata

kanan atas.

Pasien sering mengucek/menggosok matanya dengan tangan jika matanya terasa

gatal.

Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal pasien.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Nadi : 82x/ menit

Nafas : 20x/menit

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 37 0C

BB : 50 Kg

TB : 160 cm

Mata : Status Oftalmologi

Kulit : Turgor kulit baik

Dada

Paru

Inspeksi : simetris ki=ka

Palpasi : fremitus ki=ka

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

STATUS OFTALMOLOGI

No Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Visus Tanpa Koreksi 6/6 6/6

Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lapang pandang Normal Normal

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Silia

Pseudoptosis

Sikatriks

+ -

+ -

- -

Normal Normal

+ -

- -

- -

Palpebra inferior

Silia

Trikiasis

Hiperemi

Edema

Normal Normal

- -

- -

- -

Konjungtiva palpebra

Superior

Inferior

Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)

Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva - -

Injeksi silier - -

Kornea Bening, Bening,

Bilik mata depan Kedalaman cukup

Hifema (-)

Hipopion (-)

Kedalaman cukup

Hifema (-)

Hipopion (-)

Iris Warna coklat Warna coklat

Pupil

Bentuk

Refleks cahaya

Bulat Bulat

(+) (+)

Lensa Jernih Jernih

Palpasi TIO: Normal

Pada palpebra superior

OD didapatkan benjolan

pada konjungtiva tarsal,

nyeri (+)

TIO: Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gambar

8. Laboratorium : Tidak dilakukan

9. Pemeriksaan anjuran : -

10. Diagnosis Kerja

Hordeolum Internum Palpebra Superior Oculi Dextra

11. Diagnosis Banding : Chalazion

12. Manajemen

a. Preventif

- Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayur terutama sayur hijau (bayam,

kangkung,brokoli) yang kaya akan anti-oxidant dan vitamin C.

- Hindari kebiasaan mengucek/menggosok mata. Jika mata terasa gatal, kompreslah

mata dengan kompres hangat yang bersih.

- Hindari menyentuh mata yang sehat selama pengobatan

- Jaga kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan. Cucilah kedua tangan

dengan sabun setelah buang air kecil/besar dan sebelum makan

- Jika mata terasa gatal/berair segera berobat ke unit pelayanan kesehatan

(puskesmas)

b. Promotif :

- Edukasi kepada pasien mengenai penyakit pasien (hordeolum/stye/bintitan).

Bahwa penyakit ini disebabkan oleh peradangan dan penyumbatan kelenjar air

mata karena infeksi yang menyebabkan munculnya bengkak pada kelopak mata

yang berisi nanah dan dapat pecah/sembuh dengan sendirinya.

- Menjelaskan kepada pasien cara pemakaian obat

c. Kuratif :

Kompres hangat pada mata kanan selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari

Amoksisilin tablet 500 mg, diminum 3 kali sehari sebelum makan selama 5

hari

Kloramfenikol salep mata 1% 4 kali sehari. Caranya tarik kelopak mata kanan

bagian bawah dengan lembut dan lihat ke atas, kemudian tekan tube hingga

salep keluar sepanjang 1 cm dan kemudian kedipkan mata agar salep tersebar

merata. Hati-hati jangan sampai ujung tube menyentuh bola mata/rambut

mata.

CTM tablet 4 mg, diminum 3 kali sehari selama 3 hari

Vitamin C tablet 50 mg, diminum 3 kali sehari selama 3 hari

d. Rehabilitatif :

Berobat secara teratur, jika setelah masa pengobatan (5 hari) benjolan tersebut tidak

mengecil maka jelaskan kepada pasien untuk kembali ke puskesmas karena perlu

dilakukan tindakan pembedahan (insisi).

Dinas Kesehatan Kota Padang

Puskesmas Padang Pasir

Dokter : Aulia Silkapianis

Tanggal : 14 Februari 2015

R/ Amoxicillin tab 500 mg No. XV

∫ 3 dd tab 1

_____________________________________£

R/ Chloramphenicol eye ointment 1% tube No. I

∫ 4 dd OD

_____________________________________£

R/ Chlorpheniramine Maleate tab 4 mg No. X

∫ 3 dd tab 1

_____________________________________£

R/ Vitamin C tab 50 mg No. X

∫ 3 dd tab 1

_____________________________________£

Pro : Nn. N

Umur : 18 tahun

Alamat : Belakang Tangsi, Padang

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta, 2004

2. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 1989

3. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center. University Of Illionis. 17th

Edition, 1999

4. Sahta RV. Hordeolum. 2010. Available from : http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/jordeolum/.

5. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/798940-

overview.

6. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Management & Clinical presentation. 2012

7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika, Jakarta, 2000 : Hal.

17-20